Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada Depok...

93
i ORMAS DAN PILKADA: Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada Depok Tahun 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) oleh: Isworo Dwi Panji. S 1111112000083 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada Depok...

i

ORMAS DAN PILKADA:

Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada

Depok Tahun 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh:

Isworo Dwi Panji. S

1111112000083

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

ORMAS DAN PILKADA: Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada

Depok Tahun 2015

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarih Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya besedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 14 Mei 2018

Isworo Dwi Panji. S

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Isworo Dwi Panji. S

NIM : 1111112000083

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ORMAS DAN PILKADA: Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada

Depok Tahun 2015

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Ciputat, 14 Mei 2018

Mengetahui Menyetujui

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rasyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP, 197010132005011003 NIP, 19770424007102003

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

ORMAS DAN PILKADA: Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada

Pilkada Depok Tahun 2015

Oleh

Isworo Dwi Panji. S

1111112000083

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal; ... April

2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rasyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP, 197010132005011003 NIP, 19770424007102003

Penguji I, Penguji II,

Dr. Haniah Hanafi. M. Si Adi Prayitno. M. IP

NIP, 19610524000032002 NIP,

iv

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada Depok

Tahun 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan yang

digunakan oleh Forkabi dalam mendukung pasangan Idris-Pradi pada Pilkada Kota

Depok Tahun 2015 yang diusung oleh PKS, padahal secara faktual Forkabi

merupakan ormas yang sering mengkritik kebijakan kebijakan PKS yang menjadi The

Rulling Party di Kota Depok selama dua periode. Selain itu penelitian ini juga ingin

melihat bagaimana bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh Forkabi dalam

pemenangan pasangan Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan

analisis pustaka. Peneliti menemukan bahwa keberpihakan yang dilakukan oleh

Forkabi pada Pilkada Depok Tahun 2015 dengan mendukung pasangan Idris-Pradi

disebabkan karena adanya kesamaan etnis, yaitu Betawi, dimana Pradi merupakan

bagian internal dari Forkabi Kota Depok yaitu sebagai anggota Dewan Penasehat.

Idris- Pradi maju dalam kontestasi Pilkada Kota Depok. Bentuk partisipasi yang

dilakukan oleh Forkabi bersifat sosiologis karena adanya kesamaan etnis. Selain itu

hal yang penting menjadi alasan keberpihakan Forkabi juga disebabkan adanya deal

politik berkaitan dengan pemberian kemudahan akses terhadap beberapa proyek

pembangunan infra struktur di Kota Depok. Beberapa cara dilakukan oleh Forkabi

untuk menunjukkan keberpihakannya pada pasangan Idris - Pradi adalah dengan

menghimbau kepada keluarga terutama untuk memilih pasangan Idris-Pradi, ada juga

bentuk dukungan yang dilakukan dengan cara berkampanye ketika masa kampanye

dan Forkabi bersikap sebagai penjaga untuk kesuksesan kampenye. Selain itu Forkabi

juga melakukan komunikasi ke ormas-ormas lain yang ada di Depok untuk bersatu

menyatakan dukungan ke pasangan Idris-Pradi.

Kata kunci : Etnisitas, Pilkada, Partisipasi Politik, Civil Society.

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobil alamin, Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, Alhamdulilah

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ORMAS DAN

PILKADA: Studi Terhadap Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada Depok Tahun

2015”

Berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staff dan

jajarannya.

2. Dr. Iding Rosyidin Hasan, sebagai Kepala Program Studi Ilmu Politik.

3. Suryani, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Politik sekaligus

sebagai dosen pembimbing yang selalu memberi arahan serta semangat bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, walaupun jalan terjal yang

dihadapi. Dan juga beliau selalu memberi perhatian kepada mahasiswa

bimbingannya. Selain itu memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skrispsinya.

vi

4. Terimakasih juga kepada Bapak dan Ibu sebagai Dosen Penguji. Keduanya

juga telah memberi masukan yang konstruksif.

5. Kepada semua Dosen di Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

6. Segenap jajaran pegawai tata usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada kedua orang tuaku Bapak Iksan dan Ibu Ipah Latipah yang tak

pernah henti memberikan semangat yang berlimpah atas apapun yang

kujalani termasuk menjalani skripsi ini. Doa kalian yang begitu tulus dan

tanpa pamrih. Cuma inilah yang dapat kupersembahkan untuk kalian.

8. Kepada kakak dan adik tercinta Iswari Anggraini S. Psi dan juga Indrasworo

Tribawono yang selalu menjadi penyemangat ketika lelah dan frustasi.

Semangatmu menjadi semangat untukku juga.

9. Kepada Ormas Forkabi Kota Depok Terutama Bang Mardi HM (Sekjen

Forkabi Depok), Solahuddin (Wasekjen Forkabi Depok), Syarif Hidayat /

Bilay (Ketua DPRt Gandul Forkabi Depok). PKS Kota Depok Bapak Hafid

Nasir (Ketua DPD PKS Kota Depok) dan Pak Bramastyo Bontas (Kadiv

Humas DPD PKS Kota Depok) dan Bang Jamaludin Axchavan Mihel

(Sekertaris DPC Partai Gerindra Kota Depok) yang sudah banyak membantu

untuk mendapatkan data skripsi ini.

10. Kepada kawan-kawan di KAMJAK (Komite Aksi Mahasiswa Jakarta) yang

terus “Resistensi Tanpa Henti”.

vii

11. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan Prodi Ilmu Politik Angkatan

2011 yang telah lulus terlebih dahulu. Dan untuk sukses bagi kita semua

12. Kepada teman-teman KKN Que Sera, yang ternyata telah lulus lebih dahulu.

13. Untuk Dek Fitri, untuk kesabaranmu menungguku. Semoga rasa sabarmu

dibalas oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat

atas kebaikan dalam membantu penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bisa memberikan manfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan.

Jakarta, 14 Mei 2018

Isworo Dwi Panji. S

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii

ABSTRAKSI .................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Pertanyaan Masalah ...................................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 10

E. Metodelogi Penelitian ................................................................................... 14

F. Sistematika Penelitian …………………………….. ................................... 18

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL

A. Partisipasi Politik .......................................................................................... 20

B. Civil Society .................................................................................................. 25

C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ............................................................. 32

BAB III PROFIL FORUM KOMUNIKASI ANAK BETAWI (FORKABI) KOTA

DEPOK

A. Forkabi Sebagai Organisasi Etnis ................................................................. 37

B. Forkabi Kota Depok ..................................................................................... 42

C. Susunan Pengurus DPD Forkabi Kota Depok .............................................. 47

ix

BAB IV KEBERPIHAKAN FORKABI PADA PILKADA DEPOK TAHUN 2015

A. Sejarah Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada

Kota Depok Tahun 2005 dan Tahun 2010 ................................................... 49

B. Pilkada Kota Depok Tahun 2015 dan Keberpihakan Forkabi ..................... 55

1. Proses Audiensi Antara Forkabi Dengan Timses Idris-Pradi ................ 57

2. Dinamika Internal Forkabi Terhadap

Dukungan Ke Idris-Pradi ....................................................................... 61

C. Faktor-faktor Penyebab Keberpihakan Forkabi Dalam Mendukung Idris-Pradi

1. Kesamaan Etnis ..................................................................................... 61

2. Pradi Sebagai Dewan Pembina Forkabi Kota Depok ........................... 63

3. Implikasi Politik Dari Dukungan Forkabi

Kepada Idris-Pradi ................................................................................. 64

D. Bentuk-bentuk Dukungan Forkabi Pada Pilkada Depok Tahun 2015

1. Kegiatan Yang Dilakukan Forkabi Dalam

Kampanye Idris-Pradi ............................................................................ 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 73

B. Saran ............................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Transkip Wawancara

B. Foto Dokumentasi

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota

Kota Depok Tahun 2015 ....................................................................................... 3

Tabel 1.2 Partai Pengusung Pilkada Kota Depok Tahun 2015 ............................. 4

Tabel 1.3 Jumlah Kursi DPRD Kota Depo Berdasarkan Dukungan

Kedua Pasangan Calon Kepala Daerah ................................................................. 5

Tabel 1.4 Tempat Kelahiran Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota

Kota Depok Tahun 2015 ....................................................................................... 5

Tabel 1.5 Perolehan Suara Pada Pilkada Kota Depok Tahun 2015 ...................... 6

Tabel 1.6 Nama Pasang Calon dan Pendukungnya Pilkada

Kota Depok Tahun 2005 ...................................................................................... 50

Tabel 1.7 Nama Pasang Calon dan Partai Pendukung Pilkada

Kota Depok Tahun 2010 ....................................................................................... 51

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Pengurus Forkabi Kota Depok

Tahun Kepengurusan 2015-2021 .......................................................................... 47

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkip Wawancara

Lampiran 2 Foto- foto

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Reformasi sukses memporak-porandakan bangunan kekuasaan yang

menempatkan Soeharto di puncak pemerintahan. Setelah fase transisi itu lewat,

seharusnya kita memasuki babak baru yakni konsolidasi dan pelembagaan politik.1

Transisi demokrasi sejatinya bergerak ke arah konsolidasi.2

Hasil dari reformasi itu menjadi kenyataan akan tuntutan-tuntutan dari

berbagai daerah yang ingin memiliki pemimpin daerah berdasarkan pilihannya

sendiri, bukan berdasarkan penunjukan dari pemerintah pusat yang hasilnya tetap

menjalankan kepentingan pemerintah pusat tanpa melihat daerah.

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung

merupakan penjabaran ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amanden

keempat yang menyatakan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota, masing-masing

sebagai Kepala Pemerintahan Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih

1 Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik (Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2011) h, 3.

2 A. Bakir Ihsan, Politik Tak Hanya Kekuasaan: Sisi Lain Kepemimpinan Presiden SBY

(Jakarta: Anggota IKAPI, 2012) h, 151.

2

secarademokratis.3 Pemerintah daerah adalah subdivisi pemerintahan nasional. Dalam

negara kesatuan pemerintah daerah langsung dibawah pemerintah pusat.4

Penyelenggaraan pilkada serentak berpedoman pada UU No. 14 Tahun 2014

Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota5 yang mana akan dijalankan

melalui tiga gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Desember

2015 untuk kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memasuki Akhir Masa

Jabatan (AMJ) 2015 dan semester pertama 2016.

Gelombang kedua telah dilaksanakan pada Februari 2017 untuk kepala

daerah dan wakil kepala daerah yang memasuki AMJ semester kedua 2016 dan

seluruh daerah yang memasuki AMJ pada 2017. Gelombang terakhir akan

dilaksanakan pada Juni 2018 untuk kepala daerah dan wakil kepala daerah yang

memasuki AMJ tahun 2018 dan pada tahun 2019.

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung pada

dasarnya merupakan suatu proses politik bangsa menuju kehidupan yang lebih

demokratis (kedaulatan rakyat), transparan, dan bertanggung jawab.6 Implemetasi

proses demokrasi langsung itu terwujud dalam pemilihan kepala daerah dan wakil

kepala daerah secara serentak, Kota Depok Provinsi Jawa Barat terpilih sebagai

3 DR. Zainal Arifin Hoesein dan Rahman Yasin, Pemilihan Kepala Daerah Langsung Pengutan

Konsep dan Penerapannya (Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan Anak Bangsa, 2015) h, 148. 4 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.

Grasindo, 2007) h, 59. 5 Diambil dari Surat Keputusan (SK) Pemerintang tentang: “Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang Republik Indonesia No 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan

Walikota. “ BAB II Pasal 3 6Titik Triwulan Tutik, SH, MH, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kencana, 2010) h, 272.

3

daerah pelaksana Pilkada AMJ pertama, yang di laksanakan pada 9 Desember 2015

yang di mulai dari jam 08.00 WIB. Pada Pilkada ini di ikuti oleh 2 pasang calon

berdasarkan surat keputusan KPUD Kota Depok calon yang pertama, Dimas Oki

Nugroho dan Babai Suhaimi SE dan yang kedua, KH. DR. M. Idris MA dan Pradi

Supriyatna.Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Depok Tahun 2015

No.

Urut

Nama Pasangan Calon

1 Dimas Oki Nugroho – Babai Suhaimi SE

2 KH. DR. M. Idris Abdul Somad – Pradi Supriyatna

Sumber:https://pilkada2015.kpu.go.id/kotadepok

Dua calon dari partai dengan basis massa kuat di Depok akan bersaing

memperebutkan kursi Walikota dan Wakil Walikota: Dimas Oky Nugroho-Babai

Suhaimi dan Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna. Dimas-Babai diusung oleh Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional

(PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem).

Sementara itu, Idris-Pradi diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai

Gerindra, dan Partai Demokrat.7 Dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini.

7 http://www.rappler.com/indonesia/100892-pilkada-2015-depok-dimas-oky-babai-suhaimi-

idris-pradi diunduh pada 29 Desember 2016

4

Tabel 1.2

Partai Pengusung Pilkada Kota Depok Tahun 2015

No Pasangan Calon Partai Pengusung

1 Dimas Oki Nugroho dan Babai

Suhaimi SE Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP)

Partai Golongan Karya

(GOLKAR)

Partai Amanat Nasional (PAN)

Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB)

Partai Nasional Demokrat

(NASDEM)

2 KH. DR. M. Idris Abdul Somad

dan Pradi Supriyatna Partai Keadilan Sejahterah

(PKS)

Partai Gerakan Indonesia Raya

(GERINDRA)

Partai Demokrat

Sumber:https://pilkada2015.kpu.go.id/kotadepok

Bila dikalkulasikan jumlah kursi yang diperoleh di DPRD dari kedua

pasangan calon dapat disebutkan, pasangan Dimas-Babai PDIP 11 kursi, Golkar 5

kursi, PAN 6 kursi, PPP 4 kursi, PKB dan NASDEM 1 kursi, jadi kalau dijumlahkan

pasangan calon ini memiliki sebanyak 28 kursi di DPRD Depok. Sedangkan

pasangan Idris-Pradi PKS 6 kursi, Gerindra 9 kursi, dan Demokrat 5 kursi jadi bila

dijumlahkan mempunyai 20 kursi di DPRD Depok. Dapat dilihat pada Tabel 1.3

5

Tabel 1.3

Jumlah Kursi DPRD Kota Depok Berdasarkan Dukungan Kedua

Pasangan Calon Kepala Daerah

No Nama Pasang Calon Jumlah Kursi Partai

Pengusung

1 Dimas Oki Nugroho dan Babai Suhaimi SE PDIP 11 Kursi

Golkar 5 Kursi

PAN 6 Kursi

PPP 4 Kursi

PKB 1 Kursi

NASDEM 1 Kursi

2 KH. DR. M. Idris Abdul Somad dan Pradi

Supriyatna PKS 6 Kursi

Gerindra 9 Kursi

Demokrat 5 Kursi

Sumber: www.rmol.com//dukungan-pilkadadepok//

Bila melihat dari sisi biografi dapat dikatakan bahwa Dimas bukan orang yang

berasal dari Depok, sedangkan pasangannya Babai Suhaemi juga bukap putra asli

kota Depok. Untuk pasangan Idris-Pradi memang dapat dikatakan sebagai putra asli

Depok karena bardasarkan kelahirannya di Kota Belimbing ini.Pradi yang merupakan

orang Depok asli. Ini dapat dilihat pada Tabel 1.4:

Tabel 1.4

Tempat Kelahiran Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Depok

Tahun 2015

No Nama Pasang Calon Tempat Kelahiran

1 Dimas Oki Nugroho – Babai

Suhaemi

Pematang Siantar, Sumatera

Utara.

Bogor, Jawa Barat

2 KH. DR. M. Idris Abdul

Somad - Pradi Supriyatna

Jakarta

Depok, Jawa Barat

6

Sumber: hhtp.//wikipedia.biografi.calon.kepala.daerah.depok.2015.com

Akhirnya setelah berlangsungnya penyelenggaraan pilkada pasangan calon

yang memperoleh suara terbanyak dimenangkan oleh pasangan nomor urut 2 yaitu,

sesuai KH. DR. M. Idris Abdul Somad dan Pradi Supriyatna dengan memperoleh

suara sebesar 411.367 (61,87%), sedangkan rivalnya pasangan Dimas Oki Nugroho

dan Babai Suhaemi SE memperoleh suara 253.086 (38,13%). Dapat dilihat pada

Tabel 1.5 sebagai berikut:

Tabel 1.5

Perolehan suara pada Pilkada Kota Depok Tahun 2015

No Nama pasangan calon Perolehan suara

1 Dimas Oki Nugroho dan Babai Suhaimi SE 253.086 (38,13%)

2 KH. DR. M. Idris Abdul Somad dan Pradi

Supriyatna

411.367 (61,87%)

Sumber:https://pilkada2015.kpu.go.id/kotadepok

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok akhirnya menetapkan pasangan

calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Depok, Idris Abdul Shomad-Pradi

Supriatna sebagai calon terpilih yang akan memimpin Kota Depok periode 2016-

2021. Penetapan dilakukan setelah keduanya meraih perolehan suara terbanyak pada

rapat pleno rekapitulasi suara tingkat kota di Hotel Bumi Wiyata, Depok seperti yang

diungkapkan oleh KPUD Kota Depok:

Ketua KPUD, Titik Nurhayati, mengatakan setelah melakukan pleno

penetapan perolehan suara, KPUD akan menetapkan secara resmi paslon yang

terpilih pada 22 Desember 2015. Bila tidak ada gugatan, paslon Idris–Pradi

akan ditetapkan sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok untuk lima

tahun mendatang. Titik mengatakan, paslon Dimas–Babai mendapat

7

perolehan suara sebanyak 253.086 suara, sedangkan paslon Idris–Pradi unggul

dengan prolehan suara 411.367 suara. Total pemilih sebanyak 664.453 atau

sekitar 56,10 persen dari total daftar pemilih tetap di Depok yang berjumlah

1.222.029 pemilih.8

Tetapi terlepas dari perhelatan Pilkada Depok yang sudah lewat ada sebuah

fenomena yang menarik yaitu bergabungnya ormas-ormas besar yang ada di Depok.

Ada 8 ormas yang menyatakan dukungannya terhadap pasangan Idris-Pradi seperti

Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), Forum Betawi Rempug (FBR), Pemuda

Pancasila (PP), Forum Komunikasi Putra Putri Polri (FKPPI), Front Pemuda Muslim

Maluku (FPMM), Paguyuban Aceh, Paguyuban Madura, dan Laskar Merah Putih

(LPM) yang menyatakan dukungan kepada Idris-Pradi pada Pilkada Depok 2016.

Dalam pihak ormas Forkabi sendiri setidaknya ada 5000 anggota Forkabi di

Kota Depok yang siap berjuang dan bekerja untuk memenangkan pasangan Idris-

Pradi pada Pilkada Kota Depok 9 Desember 2015. Keterlibatan langsung ormas

Forkabi dalam pilkada Depok 2015 menjadi hal yang menarik, sebab dalam

keterkaitannya Pilkada Depok 2015 Forkabi telah menyiapkan strategi khusus untuk

memenangkan salah satu kandidat.Selain itu Forkabi juga sangat konsisten dari awal

untuk mengajak ormas lain mendukung pasang Idris-Pradi, seperti yang dikutip

sebagai berikut:

Organisasi Massa (Ormas) Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) Kota

Depok menyatakan kesiapanya untuk mendukung penuh pasangan Idris Abdul

Shomad dan Pradi Supriatna untuk dapat tampil sebagai pemenang dalam

8 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/12/17/nzi1fr365-pleno-tetapkan-

idris-pradi-menang-di-pilkada-depok diunduh pada 29 Desember 2016

8

Pilkada Depok. Kesiapan Forkabi dalam memuluskan langkah pasangan

nomor urut dua ini juga ternyata dikuatkan dengan turut bergabungnya

sejumlah Ormas lain yang ada di Depok. “Dalam gelaran Pilkada tahun ini,

kami mendukung penuh pasangan Idris-Pradi. Dalam hal ini, kami juga

mengandeng sejumlah Ormas lain untuk secara bersama-sama berjuang

memenangkan pasangan calon Wali Kota nomor urut dua,” kata Ketua DPD

Forkabi Kota Depok Ajazih Azis kepada Sketsa belum lama ini. Menurutnya,

kesiapan Forkabi dalam mendukung pasangan nomor urut dua itu dilatar

belakangi dengan banyak hal antara lain, kedua figur calon bukan orang baru

bagi warga Depok, peran aktif keduanya terhadap masyarakat sudah

terbangun sejak lama dan sangat jelas terlihat dalam banyak hal diberbagai

golongan masyarakat. “Kami kenal betul kedua figur pasangan ini.Terlebih

lagi dengan tampilnya sosok Pradi yang juga duduk sebagai wakil ketua I

DPD Forkabi Depok,” jelas Azis.9

Dalam melihat pilihan politik yang dilakukan oleh Forkabi Depok sangat

menarik karenacalon walikota yang didukung oleh Forkabi yaitu M. Idris Abdul

Somad merupakan orang Betawi tetapi merupakan kader PKS. Selama ini Forkabi

memiliki cara pandang politik yang berbeda dengan PKS. Perbedaan pandangan itu

terjadi jelas karena ada penolakan dari ormas Forkabi terhadap kebijakan yang

dilakukan oleh PKS yaitu tentang kebijakan tidak dibolehkannya supermarket untuk

buka 24 jam di Kota Depok.10

Selain itu selama dua kali pilkada yaitu pada tahun

2005 dan 2010 Forkabi tidak pernah mendukung pasangan yang diusung oleh PKS,

tetapi mengapa sekarang bisa mendukung.

Forkabi Kota Depok secara resmi mendukung pasangan Idris-Pradi dalam

pilkada 9 Desember mendatang.Hal tersebut diungkapkan langsung oleh sekertaris

DPD Forkabi Kota Depok Mardi HM di sela-sela pelaksanaan musayawarah daerah

9 https://sketsadepok-dukungan-forkabi-pada-pasangan-idris-pradi%.com diakses pada 22 mei

2017 10

https.//forkabi-tolak-penutupan-supermarket-/2014/07/01 diakses pada 4 mei 2017

9

(musda) ke III Forkabi Kota Depok di Gedung MUI, Jalan Nusantara, Pancoran

Mas.11

Maka dari pernyataan masalah yang telah dipaparkan bagi peneliti menarik

untuk melihat keberpihakan yang dilakukan oleh Forkabi pada pilkada Depok Tahun

2015. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ORMAS

DAN PILKADA Studi Terhadap Keberpihakan Forum Komunikasi Anak

Betawi (Forkabi) Pada Pilkada Depok Tahun 2015”

B. Pertanyaan Masalah

1. Mengapa Forkabi Kota Depok memilih berpihak pada pasangan calon KH.

Idris Abdul Somad-Pradi Supriyatna pada pilkada Kota Depok Tahun 2015?

2. Apa yang dilakukan oleh Forkabi Kota Depok memenangkan pasangan

Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui seperti apa yang menjadi alasan Forkabi Kota Depok

memilih berpihak pada pasangan Idris-Pradi pada Pilkada Kota Depok Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui bentuk partisipasi yang dilakukan oleh Forkabi pada

pilkada Kota Depok Tahun 2015.

11 https://gentadepok.wordpress.com/2015/09/13/2/ diakses pada 2 mei 2017

10

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna pada pengembangan ilmu dan

aspek guna laksana:

D. 1 Manfaat Akademis

1. Memberikan kontribusi akademik dalam Ilmu Politik, yang berkaitan

dengan peran ormas dalam panggung politik tanah air, khususnya Kota

Depok pada Pilkada Tahun 2015.

2. Menambah pengetahuan di bidang Ilmu Politik yang diharapkan pada

nantinya dapat diterapkan dalam dunia nyata sebagai bentuk

partisipasi pembangunan negara dan masyarakat Indonesia.

3. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum, bahwa Ormas

memiliki peran yang cukup penting pada Pilkada Depok 2015.

D. 2 Manfaat Praktis

1. Untuk memenuhi syarat akademik untuk mendapatkan gelar S.Sos

(Sarjana Sosial)

E. Tinjauan Pustaka

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti telah ditemukan beberapa

hasil penelitian yang melihat partisipasi Forkabi dalam pilkada. Pertama, skripsi yang

11

ditulis oleh Nurbaiti, Mahasiswa Program Studi Pemikiran Politik Islam, Fakultas

Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “PARTISIPASI POLITIK

FORUM KOMUNIKASI ANAK BETAWI (FORKABI) DALAM PILKADA DKI

JAKARTA 2007.” Pada skripsinya Nurbaiti memaparkan bentuk-bentuk partispasi

yang dilakukan oleh Forkabi untuk mempegaruhi para voters guna mendulang suara

bagi calon yang didukungnya. Dalam penelitiannya ini Nurbaiti menggunakan

metode kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan dan penelitian terjun ke

lapangan. Untuk grand theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi

politik guna menjadi pisau analisa penelitiannya. Bentuk partisipasi yang dilakukan

oleh Forkabi dalam mendukung pasangan calon Fauzi Bowo-Priyanto (Foke-

Priyanto) dengan cara melakukan acara, kampanye politik, dan yang paling penting

adalah memberitahu kepada seluruh masyarakat Betawi yang tinggal di Jakarta agar

memilih pasangan Foke-Priyanto pada pilkada DKI Jakarta 2007. 12

Dua faktor yang menjadi catatan dalam skripsi ini yang menjadi alasan

mengapa Forkabi ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kontestasi Pilgub DKI Jakarta

untuk memanangkan pasangan Foke-Prijanto. Terdapat dua faktor yang

mempengaruhi yaitu internal dan eksternal,faktor internal menyatakan bahwa

keputusan menyatakan dukungan terhadap calon gubernur (Cagub) dan calon wakil

gubernur (Cawagub) Foke-Prijanto itu didasarkan kepada hasil musyawarah dalam

organisasi, dan yang menjadi alasannya adalah bahwa Fauzi Bowo merupakan putra

12

Nurbaiti, “Partisipasi Politik Forum Komunikasi Anak Betawi Dalam Pilkada DKI Jakarta

2007”, Skripsi (Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)

12

asli Betawi yang dipercaya mampu melestarikan kebudayaan serta menjadikan

budaya Betawi sebagai icon di Ibukota Jakarta. Perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang ingin dilakukan ialah pada Pilkada DKI Jakarta 2007

pasangan Foke-Prijanto didukung oleh mayoritas partai yang memiliki kursi di DPRD

Jakarta, sedangkan untuk pilkada Depok 2015 pasangan Idris-Pradi tidak

mendapatkan dukungan dari mayoritas partai di DPRD Depok, hanya 3 partai yang

megusungnya.Selain itu pada penelitian ini ditekankan untuk melihat seberapa besar

peran Forkabi dalam memenangkan pasangan Idris-Pradi pada Pilkada Depok

2015.Yang memang dapat dikatakan mendapatkan dukungan yang minoritas di

DPRD Depok.

Kedua, sebuah penelitian skripsi yang ditulis oleh Ahmad Fedullah yang

berjudul “Kelompok Kepentingan dan Pilkada (Kelompok Kepentingan dan Pilkada

(Studi Tentang Peran Forkabi Dalam Pemenangan Airin-Benyamin Pada Pilkada

Tangsel 2015)”. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa hal yang menjadi Forkabi

mendukung pasangan calon Airin-Benyamin adalah faktor ekonomi, politik dan relasi

untuk kepemerintahan. Selain ini pula yang menjadi jawaban mengapa Forkabi

mendukung calon yang bukan asli Betawi. Karena rasa yakin Forkabi akan

berjalannya roda pembangunan yang baik untuk pembangunan di wilayah Tangerang

Selatan, maka Forkabi melakukan kerja-kerja yang nyata guna memenangkan

13

pasangan calon ini.13

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang ingin

peneliti lakukan ialah bahwa dukungan yang dilakukan oleh Forkabi Tangerang

Selatan tidak mendukung putra asli betawi sebagai calon Walikota ataupun Wakil

Walikota. Selain itu melihat mayoritas dukungan partai yang ada di kursi DPRD Kota

Tangerang Selatan mendukung secara penuh pasangan calon Airin-Benyamin pada

pilkada Tangsel 2015. Selain itu mayoritas ormas yang ada di Kota Tangsel

seluruhnya mendukung pasangan ini. Jadi secara garis besar dapat dikatakan bahwa

penelitian ini tidak melihat seberapa besar peran Forkabi dalam kemenangan

pasangan Airin-Benyamin pada pilkada Tangerang Selatan Tahun 2015. Karena

begitu banyak kerja dan bentuk dukungan yang dilakukan oleh partai politik dalam

memenangkan calonnya ini.

Perbedaan daerah juga menjadi hal pembeda antara penelitian ini dengan

penelitian yang ingin dilakukan. Dapat dikatakan adalah suatu hal yang wajar apabila

pasangan Airin-Benyamin memenangkan pilkada karena semua kekuatan basis partai

maupun ormas yang ada di Tangsel menyatakan dukungan untuk pasangan ini.Hal ini

berbeda sekali dengan Depok yang pemenang pilkadanya didukung hanya oleh 3

partai.

Ketiga, skripsi Fitri Permata Sari yang berjudul “Peran Opinion Leader

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok Dalam Pilkada Kota Depok

13

Ahmad Fedullah, Kelompok Kepentingan dan Pilkada (Studi Tentang Peran Forkabi Dalam

Pemenangan Airin-Benyamin Pada Pilkada Tangsel 2015, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Jakarta, 2016)

14

2015”.Dalam penelitian ini menemukan bahwa peran opinion leader menjadi salah

satu unsur yang mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan kegiatan tersebut, yang salah

satunya adalah peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok. Peran MUI Kota

Depok yaitu sebagai pengayom masyarakat, yang bertujuan untuk meyakinkan

masyarakat agar antusias mengikuti Pilkada Kota Depok 2015. MUI berperan sebagai

pengayom masyarakat.MUI menjaga independensi dan netralitas.14

Peredaan antara

penelitian ini dengan penelitian yang ingin diteliti adalah berbeda pernyataan sikap

yang dikeluarkan oleh MUI Depok yang hanya mendukung penyelenggaraan pilkada

tanpa mendukung salah satu pasangan calon. Sedangkan di pihak Forkabi secara

tegas menyatakan dukungannya secara penuh untuk memenangkan pasangan Idris-

Pradi pada pilkada Depok 2015.Bertekad untuk memenangkan pasangan yang

diusungnya, dan akhirnya pasangan yang diusungnya menang pada pilkada Depok

Tahun 2015.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang dipakai pada skripsi kali ini adalah metode kualitatif,

adalah metode yang berpangkal dari peristiwa-peristiwa sosial, yang pada hakekatnya

tidak bersifat eksak.15

Sanapiah Faisal, dalam bukunya Format-Format Penelitian

Sosial, menjelaskan metode kualitatif yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan

14

Fitri Permata Sari, Peran Opinion Leader Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok

Dalam Pilkada Kota Depok 2015 (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,

2016) 15

Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta:

Andi Offset, 2007), h, 78.

15

dengan penelitian, kemudian dianalisis secara kualititaif dengan teori-teori yang

berkaitan dan selanjutnya mendeskripsikan data-data tersebut. Penelitian deskripstif

atau yang biasa dikenal dengan penelitian taksonomik (taxonomic research)

dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau

kenyataan sosial, dengan masalah dan unit yang diteliti.16

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian lapangan (filed

research) dimana data-data yang dipakai bersumber pada hasil penelitian turun

langsung kelapangan. Data yang dihasilkan dari penelitian di lapangan menjadi

bahan primer dalam penelitian. Bahan primer merupakan bahan yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas. Selain itu, dalam penelitian ini penulis

menggunakan bahan-bahan sekunder sebagai bahan yang menunjang penelitian.

Bahan-bahan sekuder yang utama adalah peraturan perundang-undangan, buku,

jurnal, skripsi, surat kabar, dan dokumen-dokumen yang terkait dalam penelitian

penulis.

b. Teknis Pengumpulan Data

1. Wawancara

Metode wawanacara yang digunakan adalah berkomunikasi langsung

dengan narasumber. Yang dimaksud narasumber dari penelitian ini yaitu;

16

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

h, 20.

16

Forkabi:

- Sekertaris Umum DPD Forkabi Kota Depok Mardi HM

- Sekertaris I DPD Forkabi Kota Depok Sholahuddin

- Ketua DPRt Gandul Kota Depok Syarif Hidayat

Timses :

- Ketua DPD PKS Kota Depok Hafidz Nasir

- Ketua Kadiv Humas DPD PKS Kota Depok Bramastyo Bontas

- Sekertaris DPD Partai Gerindra Kota Depok Jamaluddin

Terdapat tiga jenis wawancara:17

a. Wawancara Percakapan Informal

Merujuk pada kecendrungan sifat sangat terbuka dan sangat longgar

(tidak terstruktur), sehingga wawancara memang benar-benar mirip

dengan percakapan.

b. Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada

umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih

mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang

menjadi pokok dari minat penelitian.

c. Wawancara dengan menggunakan open-enden standart. Cara ini lebih

membutuhkan kecermatan dalam penyusunan pertanyaan, baik

17

Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik; Sebuah Pengantar, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2013) h, 140-141.

17

dalamkaitan dengan susunan item pertanyaan beserta bagian-bagian

yang akan dicakup dalamnya maupun dalam pilihan kalimat.

Pada penelitian ini pewawancara menggunakan metode wawancara dengan

menggunakan pedoman wawancara, karena untuk memudahkan untuk membuat

penyusunan ketika pada saat wawancara dilakukan, sehingga pewawancara tidak

merasa kehilangan arah apa-apa yang akan ditanyakan kepada narasumber.

c. Teknis Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, kemudian data dianalisis secara deskriptif, yaitu

digambarkan dan dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat terpisah menurut

kategorinya untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan pola berfikir yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pola berfikir deduktif, yakni proses analisa yang

berangkat dari misi dan gaya pemikiran yang sifatnya umum atau pola berfikir yang

diambil berdasarkan data umum untuk kemudian diaplikasikan kepada kesimpulan

yang bersifat khusus, setelah terlebih dahulu dilakukan kategorisasi-kategorisasi.

Menurut Sanapiah Faisal dalam bukunya Formt-Format Penelitian Sosial, penelitian

deskriptif (descriptive research) yang biasa disebut juga penelitian taksonomik,

seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi dan

klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan

18

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah unit yang

diteliti.18

d. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Depok selama bulan November 2017 s/d Maret

2018.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada BAB ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan serta hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

Forkabi dan Pilkada Depok Tahun 2015

BAB II : KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

Pada BAB iniberisi kerangka teoretis yang berkenaan dengan masalah yang

akan diteliti. Dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang teori-teori dari penelitian

tersebut, yaitu teori partisipasi politik, teori civil society dan pembahasan tentang

kepala daerah.

18

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian. h, 20.

19

BAB III : PROFIL FORKABI

Pada BAB ini mengenai gambaran umum tentang Forum Komunikasi Anak

Betawi (Forkabi) Kota Depok, mulai dari strukturnya hingga memaparkan juga

sejarah Forkabi Kota Kota Depok secara umum. Sejarah pendirinya, founding father

yang menginisiasi Forkabi Kota depok serta kegiatan yang masuk dalam agenda

Forkabi Kota Depok.

BAB IV : KEBERPIHAKAN FORKABI PADA PILKADA DEPOK

TAHUN 2015

BAB ini merupakan isi pokok dari skripsi ini. Dalam bab ini, berisikan

tentang sejarah dukungan yang dilakukan oleh Forkabi pada pilkada sebelumnya

yaitu tahun 2005 dan 2010. Dan keberpihakan yang dilakukan oleh Forkabi pada

pilkada tahun 2015. Selain itu pada bab ini pula berisi bentuk-bentuk partisipasi

politik yang dilakukan Forkabi pada pilkada Depok Tahun 2015. Pada bab ini pula

akan menggambarkan hal-hal apa yang dilakukan oleh Forkabi dalam menyatakan

keberpihakannya pada Pilkada Depok Tahun 2015.

BAB V PENUTUP

Berisi penutup tentang kesimpulan hasil penelitian skripsi ini serta saran-saran

dan kritik agar skripsi dapat lebih bermakna khususnya bagi penulis, umumnya bagi

pembaca.

20

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL

Teori-teori yang dikaji dalam penelitian ini adalah teori partisipasi politik,

civil society dan pembahasan tentang pilkada. Teori-teori ini diasumsikan mampu

mengarahkan penulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, latar

belakang, dan khususnya keberpihakan Forkabi pada pilkada Depok Tahun 2015.

A. Partispasi politik

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam demokrasi. Di negara-

negara yang demokratis pemilihan umum merupakan alat untuk memberikan

kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta mempengaruhi kebijakan pemerintah dan

sistem politik yang berlaku. Bisa dikatakan pula dalam hal ini, pemilihan umum

tetaplah merupakan bentuk partisipasi politik rakyat.

Ada beberapa pengertian atau definisi partispiasi politik menurut beberapa

ahli:

Menurut Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah “kegiatan seseorang

atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain

dengan jalan memilih pemimpin Negara dan, secara langsung atau tidak langsung,

mempengaruhi kebijakan pemerintah”.19

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson

berpendapat bahwa partispasi politik adalah “aktivitas pribadi-pribadi warga Negara

19

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009)

h, 367.

21

untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.”20

Adapun menurut Herbert

McClosky bahwa partisipasi politik adalah “kegiatan-kegiatan sukarela dari

masyarakat mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara

langsung mengambil bagian dalam proses.21

Dalam definisi Miriam Budiardjo dan Samuel P. Huntington keduanya

memiliki perbedaan dalam penekanan. Pada Miriam Budiarjo mengartikan partisipasi

politik sebagai kegiatan individu atau sebuah kelompok yang tujuan mempengaruhi

keadaan yang ada. Sedangkan Samuel P. Huntington memberi penekanan bahwa

partisipasi politik kegiatannya bersifat perorangan. Untuk sebuah definisi yang

dikatakan oleh Herbert McClosky seperti yang dikutip oleh Totok Pribadi

mengatakan bahwa penitik beratannya bukan terhadap individu atau pun kelompok

seperti Miriam Budiardjo dikatakan diatas tetapi lebih merujuk pada masyarakat

umum.

Pada penelitian ini partisipasi yang digunakan adalah sebuah pilihan

kelompok dalam memberikan dukungan (voter turnout) pada masa-masa sebelum

pemilihan dilaksanakan. Serta melihat faktor apa yang menjadi latar belakangnya.

Untuk membedakan sifat dalam partisipasi politik, menurut Ramlan Subakti22

partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif,

20

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang

Cetakan ke II (Jakarta: Rieneka Cipta, 1994) h, 9. 21

Totok Pribadi, dkk , Sistem Politik Indonesia (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006) h, 33. 22

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

1992) h, 179-180.

22

yang termasuk dengan partipasi aktif ialah mengajak usul mengenai suatu kebijakan

umum, mengajukan alternatife kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan

yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan

kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. Dapat dikatakan

secara sederhananya partispasi politik aktif ialah kegiatan yang peduli dalam proses

input dan output politik tersebut. Sedangkan, untuk partisipasi pasif adalah kegiatan

yang hanya melihat pada output dari politik tersebut, kelompok orang ini cenderung

protes terhadap hal yang dihasilkan politik tanpa ingin merubahnya dari dalam.

Seperti yang dikutip dalam buku Saiful Munjani, menurut Kaase dan Marsh

membagi partisipasi politik ke dalam dua betuk; pertama, konvensional, yaitu bentuk

partisipasi yang melibatkan segala aktivitas warga Negara biasa untuk

memperngaruhi hasil akhir dari proses politik yang sesuai dengan prosedur atau

aturan baku, seperti voting dan berkampanye. Kedua, non-konvesional, yaitu bentuk

partisipasi politik yang dilakukan seperti demonstrasi, mogok kerja, dan melakukan

perusakan-perusakan terhadap fasilitas umum.23

Dalam melihat kenapa seseorang atau kelompok ikut aktif berpartisipasi

dalam politik yang menurut Milbarth dalam buku Totok Pribadi, menjelaskan ada

empat hal yang mempengaruhi orang terjun berpartisipasi politik. Pertama, adanya

perangsang. Kedua, faktor karakteristik pribadi yang berwatak sosial dan punya

kepedulian besar terhadap problem masyarakat biasa mau terlibat dalam aktivitas

23

Saiful Munjani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru (Jakarta: Gramedia, 2007) h, 258.

23

politik. Ketiga, faktor karakteristik seseorang yang menyangkut sosial ekonomi yang

akan ikut mempengaruhi presepsi, sikap dan perilaku seseorang dalam politik.

Keempat, faktor situasi dan lingkungan politik yang kondusif membuat orang dengan

senang hati berpartisipasi dalam politik.24

Ada pandangan lain menurut E. Olsen dalam buku Ramlan Subakti yang

memandang partisipasi politik menjadi enam lapisan yaitu: pemimpin politik, aktivis

politik, komunikator (orang yang menerima dan menyampaikan ide-ide, sikap, dan

informasi politik lainnya kepada orang lain), warga Negara marginal (orang yang

sangat sedikit melakukan kontak dengan sistem politik), dan orang yang terisolasikan

(orang yang jarang melakukan partisipasi politik).25

Partisipasi politik dapat pula dikategorikan berdasarkan jumlah pelaku, yakni

individual dan kolektif. Yang dimaksud dengan partispasi secara kolektif ialah

kegiatan warga negara secara serentak untuk mempengaruhi penguasa seperti

kegiatan dalam proses pemilihan umum. Partisipasi politik kolektif dibedakan

menjadi dua, yaitu partisipasi kolektif yang konvensional seperti kegiatan dalam

proses pemilihan umum dan partisipasi kolektif yang tidak konvensional (agresif),

seperti pemogokan yang tak sah, menguasai bagian umum, dan huru-hara.

Partisipasi politik dibagi juga dengan melihat bentuk keterlibatan warga

masyarakat kedalam organisasi sosial politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis,

24

Totok Pribadi, dkk, Sistem Politik Indonesia.h, 33. 25

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik. h, 183.

24

atau sebagai anggota biasa.26

Ada juga yang bersifat electoral activity, yaitu segala

bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

pemilihan. Termasuk dalam kategori ini adalah ikut serta dalam memberikan

sumbangan untuk kampanye, menjadi suka relawan dalam kegiatan kampanye, ikut

mengambil bagian dari kampanye.27

Ada beberapa pendekatan dalam menjawab mengapa seseorang melakukan

partisipasi politik yang pertama adalah pendekatan psikologis. Pendekatan Psikologis

lebih menekankan pada konsep psikologis pemilih khususnya konsep sikap.

Pembentukan sikap terjadi melalui proses sosialisasi yang berkembang menjadi

ikatan psikologis antara seseorang dengan kandidat tertentu. Kedekatan ini yang

menentukan seseorang ikut memilih atau tidak. Oleh karena itu, pendekatan ini

menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional

pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu, dan orientasi terhadap kandidat.28

Yang kedua adalah pendekatan sosiologis, dalam pendekatan ini bahwa

seorang memilih hidup dalam konteks tertentu seperti status ekonomi, agama, tempat

tinggal, pekerjaan, dan usia dapat mempengaruhi keputusan seorang pemilih. Setiap

lingkaran sosial memiliki normanya sendiri dan kepatuhan terhadap norma itu

menghasilkan integrasi yang mampu mengontrol perilaku individu dengan cara

26

Afan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (Editor),

Demotologi Politik Indonesia: Mengusang Elitisme Dalam Orde Baru (Jakarta: Pustaka Cidesindo,

1998), h. 241 27

Afan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (Editor),

Demotologi Politik Indonesia: Mengusang Elitisme Dalam Orde Baru. h. 242. 28

Muhammad Asfar, Pemilu dan Perilaku Memilih 1999-2004 (Surabaya: Pustaka Eureka,

2006) h, 140.

25

memberikan tekanan agar individu menyesuaikan diri. Faktor eksternal sangat

dominan dalam membentuk kondisi sosiologis yang membentuk perilaku politik dari

luar melaui nilai-nilai yang ditanamkan dalam proses sosiolisasi yang dialami

individu seumur hidupnya. Menurut pendekatan sosiologis pada dasarnya

karakteristik dan pengelompokan sosial dari pendekatan sosiologis ini seperti umur,

jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan latar belakang sosial berpengaruh

terhadap pembentukan perilaku pemilih.29

Sedangkan menurut pendekatan rational choice didasarkan pada penilaian

akal rasional individu terhadap calon politik yang akan dipilihnya. Ini disebabkan ada

faktor-faktor situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi perilaku politik

seseorang seperti kinerja partai dan kandidat. Pendekatan pilihan rasional melihat

kegiatan memilih sebagai sarana pertimbangan untung dan rugi. Jadi bagi pemilih

pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan memilih calon

atau kandidat tertentu dalam pemilihan. Maupun keputusan untuk memilih atau tidak

ikut memilih.

B. Teori Civil Society

Pada sejarahnya istilah civil society sudah mulai dikenal pada masa Yunani

kuno. Salah satu tokoh yang membahas tentang istilah ini adalah Aristoteles yang

memandang civil society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu

sendiri. Pandangan ini merupakan fase pertama sejarah wacana civil society. Selain

29

Adman Nursal, Political Marketing (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2004) h, 54.

26

itu Aristoteles juga menggunakan istilah koinonia politike, atau dalam bahasa latin

societas civilis, yang berarti masyarakat politik (political society). Ada pula pendapat

yang dikemukakan oleh Marcus Tullius Cicero (106-43 SM), civil society sendiri

adalah terjemahan dari istilah latin, civilis societas.30

Menurut Cicero, civil society bisa disebut sebagai sebuah masyarakat politik

(political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengakuan hidup.

Konsep Cicero mencakup kondisi masyarkat yang memiliki budaya dan menganut

norma-norma kesopanan tertentu.31

Istilah koinonia politike ini digunakan oleh

Aristoteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat politik dan etis warga Negara

yang mempunyai kedudukan sama di muka hukum.32

Dalam tradisi Eropa hingga abad ke-18, pengertian civil society dianggap

sama dengan pengertian state (Negara), yakni suatu kelompok yang mendominasi

kelompok lain. Baru pada paruh kedua abad ke-18, istilah ini mengalami pergeseran

makna. State dan civil society kemudian dipahami sebagai dua entitas yang berbeda.33

Selanjutnya, rumusan civil society dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679

M) dan John Locke (1632-1704), yang memandanganya sebagai kelanjutan dari

evolusi natural society. Menurut Hobbes, sebagai entitas negara, civil society

mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus

30

M. Dawam Rahadjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial

(Jakarta: LP3ES, 1999) h, 137. 31

M. Dawam Rahadjo, Masyarakat Madani. h, 137. 32

Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan Cita-

Cita Reformasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) h, 47. 33

Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah Sintesa Diskursif Rumah Demokrasi (Ciputat:

PT Logos Wacana Ilmu, 1999) h, 3.

27

memiliki kekuatan mutlak dan mampu mengontrol serta mengawasi secara ketat pola-

pola interaksi setiap warga negara.34

Berbeda dengan Hobbes, menurut Locke, kehadiran civil society adalah untuk

melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara. Mengingat sifatnya yang

demikian itu, civil society tidaklah absolut dan harus membatasi perannya pada

wilayah yang tidak bisa dikelola masyarakat dan memberikan ruang yang manusiawi

bagi warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan proporsional.35

Sebatas

yang kita ketahui, orang yang pertama kali membicarakan tentang “pemerintahan

sipil” (civilian goverment) adalah seorang John Locke.36

Perjalanan wacana tentang civil society semakin berkembang pada tahun

1767, Adam Ferguson mengembangkan wacana civil society dengan konteks sosial

dan politik di Skotlandia. Berbeda dengan pendahulunya, Ferguson lebih

menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Pemahamannya ini

lahir tidak lepas dari pengaruh dampak revolusi industri dan kapitalisme yang

melahirkan ketimpangan sosial yang mencolok.37

Lanjut Ferguson dalam melihat gejala civil society adalah orang yang

“memisahkan” kedua entitas tersebut (masyarakat sipil tidak lagi identik dengan

negara). Ia juga melihat negara dan masyarakat sipil berdiri terpisah, otonom, bahkan

34

M. Dawam Rahadjo, Masyarakat Madani. h, 137. 35

A. Ubaedillah, dkk., Pendidikan Kewargaan. Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak

Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Ciputat: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007)h, 307. 36

Fahmi Huwaydi, Demokrasi Oposisi dan Masyarakat Madani (Jakarta: Mizan, 1993) h,

295. 37

A. Ubaedillah, dkk., Pendidikan Kewargaan. h, 307.

28

berlawanan. Masyarakat sipil di mata Ferguson sebagai hasil pergeseran peradaban

dari masyarakat primitif-kasar menjadi “masyarakat komersial” halus-beradab yang

ditandai oleh kemajuan akal-budi, pengetahuan, teknologi dan industri. Masyarakat

sipil merupakan susunan masyarakat yang cukup kuat mengimbangi peran negara

serta dapat menghindar dari dominasi dan depotisme negara.38

Dalam perkembangannya, gagasan civil society mengikuti konseptualisasi

Hegel yang memilah kehidupan modern menjadi tiga wilayah: keluarga, civil society,

dan Negara.39

Namun Hegel mengembangkan pemahaman yang tidak sepenuhnya

optimistic, sehingga problematik. Bagi Hegel, civil society tidak bias dibiarkan tanpa

control dan supervise Negara, karena civil society adalah entitas yang cenderung

melumpuhkan dirinya sendiri (a self crippling entity).40

Ada juga pendapat lain

mengenai civil society yang dikemukakan oleh Karl Marx yang menurutnya, civil

society merupakan masyarakat yang terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan

diri satu sama lain berdasarkan posisi dan fungsinya masing-masing dalam produksi

dan saling bertentangan; kelas bawah (buruh-pekerja) dan kelas atas (borjuis).41

Dari sejumlah model dan pandangan tentang civil society, mazhab Gramscian

dan Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan pro-demokrasi di Eropa

Timur dan Eropa Tengah pada dasawarsa 80-an. Diskusi-diskusi mutakhir

tentang civil society umumnya berporos pada dua mazhab: mazhab Hegelian-

38

Adi Surya Culla, Rekonstruksi Civil Society. h, 45-46. 39

John Keane dalam Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah. h, 3. 40

John Keane dalam Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah. h, 4. 41

Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1999) h, 120.

29

Marxian dan mazhab Tocqueville. Namun diantara dua mazhab tersebut, perlu

dicatat pengaruh besar Antonio Gramsci.42

Pengalaman kawasan ini hidup di bawah dominasi negara terbukti telah

melumpuhkan kehidupan sosial masyarakat sipil. Tidak hanya menginspirasi gerakan

demokrasi di Eropa Tengah dan Eropa Timur, mazhab pemikiran civil society

Tocqueville juga dikembangkan oleh cendikiawan Muslim Indonesia, Dawam

Raharjo, dengan konsep masyarakat madani-nya.43

Konsepsi Gramsci tentang masyarakat sipil memang sangat berbeda dengan

mainstream. Marx meletakkan masyarakat sipil secara rigid pada tataran basis

material dan hubungan produksi kapitalis yang menyamakannya dengan kelas

borjuasi. Sedangkan Gramsci melihat masyarakat sipil sebagai supra-struktur tempat

berlangsungnya proses perebutan posisi hegemoni. Gramsci meletakkan masyarakat

sipil dan negara sebagai bagian dari supra-struktur. Sementara faktor infra-

strukturnya adalah cara produksi atau sistem ekonomi masyarakat.44

Dengan kata lain, Gramsci melihat sifat kemandirian dan politis masyarakat

sipil, kendati pada instansi terakhir dia juga sangat dipengaruhi oleh basis material

sebagai faktor utama keberadaan masyarakat sipil.45

Gramsci berpendapat,

masyarakat sipil dan negara adalah dua domain yang berbeda. Negara yang dimaksud

42

Richadrd Bellamy, Teori Sosial Modern Prespektif Italia (Jakarta: LP3ES, 1990) cet 1, h,

194. 43

Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx. h, 310. 44

Adi Surya Culla, Rekonstruksi Civil Society. h, 49. 45

Adi Surya Culla, Rekonstruksi Civil Society.h, 49.

30

Gramsci adalah “negara integral” yang mendominasi dan menghegemoni domain

masyarakat sipil. Gramsci membedakannya dengan “negara sipil” yang jika

dinegasikan oleh elemen-elemen masyarakat akan sama sebangun dengan masyarakat

sipil.46

Sementara itu pandangan Alexis de Tocqueville agak berbeda dengan

pandangan seperti yang diatas, karena Tocqueville melihat kondisi demokrasi di

Amerika sebagai acuan. Berkaca pada kekhasan budaya demokrasi di Amerika yang

bercirikan plural, mandiri dan kedewasaan berpolitik, menurut Tocqueville, warga

negara dimana pun akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara. Ia

menegaskan, bahwa karakter civil society seperti itu dapat pula menjadi sumber

legitimasi kekuasaan negara dan pada saat yang sama civil society pun dapat menjadi

kekuatan kritis (reflective-force).

Dapatlah disimpulkan, pandangan civil society ala Tocquevillian ini

merupakan model masyarakat sipil yang tidak hanya berorientasi pada kepentingan

individual, tetapi juga memiliki komitmen terhadap kepentingan publik. Seperti yang

ditulis oleh Muhammad A. S. Hikam, sebagai berikut :

Tocqueville memaknai civil society sebagai sekelompok masyarakat sipil

yang memiliki kedudukan yang mandiri, berdiri sendiri, dan tanpa intervensi

negara, namun masih membutuhkan negara sebagai pembuat peraturan yang

legal formal dalam mengatur civil society.47

Tocqueville menyebutkan civil

society merupakan wilayah kehidupan sosial terorganisasi yang memiliki ciri

46

Adi Surya Culla, Rekonstruksi Civil Society. h, 49-50. 47

Hikmawan Syahputra, “Peran Politik Muhammadiyah Tahun 2010-2014,” Jurnal Ilmu

Pemerintahan Universitas Brawijaya Malang, 10 September 2014: h, 5.

31

antara lain; kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan

keswadayaan (self supporting). Ia juga menekankan adanya dimensi kultural

yang membuat civil society dapat berperan sebagai kekuatan penyeimbang,

yakni keterikatan terhadap norma-norma dan nilai hukum yang diikuti

warganya.48

Tocqueville menambahkan, bahwa kedudukan civil society memiliki kekuatan

politik tersendiri, kekuatan pengimbang yang dapat melakukan checks and balances

terhadap kekuatan negara.49

Pembicaraan tentang civil society mengemuka di Indonesia sejak tahun 1990-

an, setelah sebelumnya terjadi proses perubahan dalam ilmu politik mulai tahun

1970-an dari legal formal ke pendekatan behavioralisme (pendekatan perilaku atau

pendekatan sistemik) dan bergeser lagi ke pendekatan struktural, khususnya didalam

politik ekonomi. 50

Penguatan civil society kemudian kian dipercaya sebagai strategi

jitu bagi demokratisasi, terutama di Negara yang nasib demokrasinya terganjal oleh

kuatnya hegemoni Negara. Tidak hanya itu, civil society kemudian juga dipakai

sebagai cara pandang untuk memahami universalitas fenomena demokratisasi di

berbagai kawasan.51

Menurut Larry Diamond menyebutkan ada enam sumbangan civil society bagi

demokrasi: (1) ia menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi,

kebudayaan dan moral untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan di antara

para pejabat Negara, (2) pluralism dalam civil society, bila diorganisir, akan

48

Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society (Jakarta:

Erlangga, 2000) h, 118-119. 49

Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society.h, 68. 50

Halili, “Masa Depan Civil Society di Indonesia: Prospek dan Tantangan,” CIVICS (Jurnal

Kajian Kewarganegaraan Volume 3, 2 Desember 2006: h, 1-2. 51

Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah Sintesa Diskursif Rumah Demokrasi.h, 33.

32

menjadi dasar yang penting bagi persaingan demokratis, (3) memperkaya

partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan, (4) ikut

menjaga stabilitas Negara, (5) tempat menggembleng pemimpin politik, dan

(6) mengahalagi dominasi rezim otoriter dan mempercepat runtuhnya

rezim.”52

Dalam konteks Indonesia dimana proses demokratisasi terus berjalan civil

society merupakan sebuah cita-cita politik bagi Indonesia, walaupun bila dilihat pada

perjalanannya tujuan tersebut bukanlah merupakan sebuah hal yang mudah

diwujudkan. Sosialisasi politik di Indonesia yang diantaranya melahirkan pendidikan

politik belum memberikan space yang cukup untuk berkembangnya civil society.53

C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Ada perbedaan presepsi tentang penyebutan seputar pemilihan yang dilakukan

didaerah guna menentuan kepala daerahnya. Beberapa menyebutnya dengan Pilkada

ada juga yang menyebutnya Pemilukada. Tetapi itu bukanlah menjadi hal yang pokok

tentang singkatan yang digunakan untuk memilih pemimpin di daerah, dalam

penggunaannya penulis menggunakan istilah pilakada. Pada pasal 1 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

didefinisikan sebagai “sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi

52

Larry Diamond, Revousi Demokrasi Perjuangan Untuk Kebebasan dan Pluralisme di

Negara Sedang Berkembang (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993) h, 20-21. 53

Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2000) h, 118.

33

dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk memilih kepala

daerah dan atau wakil kepala daerah”.54

Dalam perjalanannya berlangsung Pilkada di Indonesia memang telah terjadi

sebuah perubahan yang cukup signifikan. Ini ditandai sekarang dengan Pilkada yang

dilakukan langsung oleh rakyat di daerah. Bila pada masa sebelum reformasi Pilkada

dilakukan melalui penunjukan dari pemerintah pusat untuk dijadikan wakil di daerah.

Tetapi sekarang ini kepala daerah merupakan wakil daerah yang mementingkan

kepentingan yang diperlukan oleh daerahnya dengan tidak menyimpang apa yang

dilarang maupun dianjurkan oleh pemerintah pusat.

Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang di Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) kala itu, akhirnya melahirkan sebuah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemilihan Daerah yang menyatakan bahwa, Gubernur, Bupati dan Walikota

sebagai kepala daerah pemerintahan daerah provinsi untuk gubernur, kabupaten untuk

bupati, dan kota untuk walikota dan dipilih secara langsung dan demokratis.

Pemilihan daerah secara langsung ini telah berlangsung sejak tahun 2005,

yang didasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dengan berlandaskan pada ketentuan Pasal

18 ayat (4) UUD 1945.55

Yang menentukan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota

masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota

54

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.h, 3. 55

Nopyandri, “Pemilihan Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Prespektif UUD 1945,”

Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 No 2.h, 1.

34

dipilih secara demokratis. Tetapi bila dicermati dalam pasal ini sesungguhnya tidak

menegaskan keharusan bahwa, Gubernur, Bupati, dan Walikota harus dipilih melalui

suatu pemilihan yang dilaksanakan secara langsung. Akan tetapi, karena daerah

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia, maka dalam

melakukan pemilihan kepala daerah seharusnya singkron dengan pemilihan presiden

dan wakil presiden, yaitu melalui pemillihan langsung.56

Pilkada secara langsung memiliki korelasi yang sangat erat dengan

pelaksanaan kedaulatan rakyat. Dengan Pilkada secara langsung, rakyat dapat

menentukan sendiri pemimpin daerahnya. Sehingga terjalin hubungan yang erat

antara kepala daerah dengan rakyat yang dapat mendorong terwujudnya

penyelenggaraan pemerintah daerah yang demokratis dan berisifat partisipatif oleh

rakyat di daerah.

Sistem Pilkada langsung memberikan beberapa kelebihan, yaitu: pertama,

kepala daerah terpilih akan memiliki mandat serta legitimasi yang kuat karena

didukung oleh rakyat yang memberikan suara sahnya secara langsung dalam

momentum Pilkada. Legitimasi merupakan hal yang sangat diperlukan oleh suatu

sistem pemerintahan yang sedang dalam krisis ekonomi dan politik. Krisis legitimasi

yang menggerongoti sangat mempengaruhi kepemimpinan kepala daerah akan

mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan politik di daerah. Kedua, kepala daerah

yang terpilih tidak perlu terikat pada konsensi partai atau fraksi-fraksi politik yang

56

Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung (Jakarta: Rajawali Press, 2005) h, 53.

35

mencalonkannya. Mengartikan, bahwa kepala daerah terpilih bebas dari segala

macam kepentingan dan dapat menjembatani kepentingan tersebut.

Apabila kepala daerah terpilih tidak dapat mengatasi kepentingan-kepentingan

politik dari partai politik, maka semua kebijakan yang diambil cenderung merupakan

kompromi kepentingan partai-partai dan sering kali besebrangan dengan kepentingan

rakyat.57

Ketiga, sistem Pilkada langsung lebih akuntabel karena rakyat secara penuh

dapat menentukan pilihannya secara langsung tidak harus menitipkannya melalui

anggota legislative baik secara penuh maupun sebagian. Rakyat dapat menentukan

penilaiannya berdasarkan kepenting sendiri dan figur atas calon kepala daerah.

Dan apabila kepala daerah terpilih jauh dari harapan rakyat, maka

kemungkinan besar pada pemilihan berikutnya calon yang bersangkutan tidak akan

dipilih kembali. Prinsip ini merupakan prinsip pengawasan serta akuntabilitas yang

paling sederhana serta dapat dimengerti rakyat. Keempat, prinsip check and balances

antara lembaga eksekutif dan legislative di daerah dapat lebih seimbang. Pilkada

secara langsung mengartikan bahwa kedudukan antara kepala daerah dan DPRD

sama-sama kuat, sehingga DPRD sebagai lembaga legislatif daerah tidak dapat

menekan kepala daerah atas suatu kebijakan yang dilakukan atau menekan kepala

daerah untuk memenuhi tuntutan dan kehendak DPRD. Dengan begitu kepala daerah

dapat bekerja dengan tenang guna mengimplementasikan seluruh program kerjanya

tanpa harus terusik oleh DPRD. Meskipun demikian, seorang kepala daerah harus

57

Nopyandri, “Pemilihan Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Prespektif UUD 1945,” h,

4-5.

36

tetap memperhatikan pendapat DPRD terkait pelaksanaan fungsi DPRD sebagaimana

dimaksud serta diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kelima, kriteria calon kepala daerah dapat dinilai langsung oleh rakyat yang

akan memberikan suarany di balik bilik suara. Oleh karena rakyat sendirilah yang

memilih kepala daerahnya, maka rakyat dapat menentukan sendiri kriteria-kriteria

ideal calon kepala daerah yang diinginkannya. Dengan kriteria yang ditentukan

sendiri oleh rakyat, maka sudah barang tentu rakyat akan memilih salah satu pasang

calon kepala daerah. Secara sederhana rakyatlah sendiri yang memiliki penentuannya

sendiri dalam pilihannya.

37

BAB III

PROFIL FORUM KOMUNIKASI ANAK BETAWI (FORKABI) KOTA

DEPOK

A. Forkabi Sebagai Organisasi Etnis

Forkabi merupakan singkatan dari Forum Komunikasi Anak Betawi. Forkabi

adalah sebuah organisasi yang berbasis pada massa dengan keanggotaannya yang

terdiri dari masyarakat Betawi dan bergerak pada multi bidang yang menyangkut

kepentingan Kaum Betawi sebagai bagian dari pluralisme DKI Jakarta. Sebagai

organisasi masyarakat Forkabi juga dibawah naungan Bamus Betawi.Kata Forkabi

diusulkan pertama kali oleh H. Salman Muchtar, terdiri dari 2 kata, FOR berarti

untuk, dan KABI berarti pukulan.Secara resmi singkatan Forkabi sebagai kependekan

dari Forum Komunikasi Anak Betawi.58

Setelah tumbangnya rezim Orde Baru yang dan dilanjutkan dengan krisis

multidimensional. Situasi keamanan di ibukota benar-benar tidak stabil. Terjadinya

konflik antar etnis seperti yang terjadi di Kebayoran Lama yang menewaskan salah

satu pemuda Betawi semakin menambah keruh suasana. Berangkat dari kesadaran

bahwa kehidupan di Jakarta memiliki heterogenitas yang tinggi dimana akan selalu

58

http://dedipriandes.blogspot.com/2011/02/latar-belakang-1-januari-2001-era.html diakses

pada 22 mei 2017

38

muncul berbagai kepentingan. Maka beberapa tokoh Betawi yang terdiri dari

Marsekal TNI Sugiri, H. Abdul Azis (almarhum), H. Abdul Khair (almarhum), H.

Nuri Taher, Kolonel H. Asmuni Muchtar, Syarif Hidayatullah, S. Ip, H. Sayadih

Gedang, dan KH. Ismail bertemu di ruang pertemuan Hercules Golf Eksekutif Club

Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Pertemuan tersebut membahas tentang

keinginan dan harapan Kaum Betawi untuk lebih responsif dalam menghadapi situasi

di Jakarta.

Pertemuan demi pertemuan terus dilakukan oleh tokoh-tokoh Betawi ini

hingga pertemuan di Mega Mendung Bogor Jawa Barat yang diadakan pada tanggal

18 April 2001 terbentuklah Forkabi sebagai wadah ormas anak Betawi. Terbentuknya

Forkabi tidak lepas dari para sesepuh masyarakat Betawi dan tokokh-tokoh

intelektual Betawi yang melihat langsung kehidupan masyarakat Betawi ditengah-

tengah kota Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia.59

Adapun visi dan misi dibentuknya ormas ini :

Visi

a. Berbakti kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

b. Berbakti kepada Negara, Nusa dan Bangsa.

c. Berbakti kepada orang Betawi, agar memperoleh kehidupan

sosial yang layak.

Misi:

a. Menjalin dan mempererat tali silaturahmi antara orang Betawi,

agar kompak, bersatu dan mempunyai tingkat solidaritas yang

tinggi dalam memperjuangkan hak-haknya.

59

http://forkabijakarta.blogspot.com/2009/08/latar-belakang-forkabi.html diakses pada 22 mei

201 7

39

b. Membina dalam proses kaderisasi agar orang Betawi lebih siap

dalam berkompetisi secara sehat terhadap anak bangsa lainnya

dalam merebut posisi-posisi strategis dalam strata sosial yang

ada di kampungnya sendiri.

c. Menghimpun dan menggali potensi SDM orang Betawi yang

handal.

d. Melestarikan sekaligus mengembangkan nuansa budaya

Betawi sebagai filter terhadap pengaruh buruk globalisasi

sosial budaya.

e. Mewujudkan orang Betawi sebagai salah satu komunitas

(mitra) yang paling diandalkan, baik oleh pemerintah pusat,

provinsi, tempat tinggalnya serta proaktif dalam menciptakan

keadaan kondusif bagi kelancaran perputaran roda

pemerintahan.60

Forkabi sebagai ormas yang professional memiliki Struktur Organisasi

sebagai berikut :

1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forkabi ialah kesatuan organisasi dan

kepemimpinan dengan ruang lingkup Provinsi, Nasional dan Internasional.

2. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Forkabi ialah kesatuan dan kepemimpinan

ruang lingkup Kabupaten/Kota.

3. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Forkabi ialah kesatuan organisasi dan

kepemimpinan dengan ruang lingkup tingkat Kecamatan.

4. Dewan Pimpinan Ranting (DPRt) Forkabi ialah kesatuan organisasi dan

kepemimpinan dengan ruang lingkup Kelurahan/Desa.

5. Dewan Pimpinan Sub Ranting (DP Subran) Forkabi ialah kesatuan organisasi

dan kepemimpinan dengan ruang lingkup Kelurahan/Desa.

6. Kordinator Tetangga (KorTa) Forkabi ialah kesatuan organisasi dan

kepemimpinan dengan ruang lingkup Rukun Tetangga (RT). Pada tingkat ini,

KorTa dibentuk jika hanya anggota Forkabi mencapai 10-15 anggota

Forkabi.61

Selain itu Forkabi sebagai ormas yang profesional memiliki tata cara

keanggotan, macam-macam sanksi, mekanisme pembelaan dan pemberhentian

anggota dalam organisasi Forkabi.

1. Penerimaan Anggota

a. Anggota Biasa

60

AD/ART Forkabi 61

AD/ART Forkabi

40

Anggota Biasa adalah masyarakat Betawi dan keturunannya dan/atau

memiliki hubungan family baik secara langsung atau tidak langsung.

b. Anggota Kehormatan

Anggota kehormatan adalah penduduk Jakarta dan sekitarnya yang

telah menetap sekurang-kurangnya sepuluh tahun dan atau mengakui

sebagai masyarakat Betawi dan telah memberikan kontribusi yang

positif bagi masyarakat Betawi dengan sesungguhnya serta ikut

bertanggung jawab dalam menjaga citra Betawi.DPP Forkabi berhak

menerima permintaan seseorang sebagai anggota kehormatan Forkabi.

2. Syarat dan Kewajiban Anggota Forkabi

a. Berahlak mulia dengan menjalankan ajaran agama.

b. Berkewajiban menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai juang

masyarakat Betawi.

c. Berkewajiban menaati dan mematuhi segala peraturan dan keputusan

organisasi.

d. Membayar iuran anggota.

3. Hak-hak Anggota

a. Setiap anggota mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan serta

perlindungan hukum yang sama dari organisasi.

b. Setiap anggota mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat.

c. Setiap anggota mempunyai hak untuk membela diri.

d. Setiap anggota berhak untuk memilih dan dipilih.

e. Anggota mempunnyai hak berbicara dan bersuara.

f. Anggota kehormatan mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai

hak suara, dipilih dan memilih.

4. Sanksi Organisasi

Sanksi organisasi dapat diberikan kepada anggota dan pengurus pimpinan

organisasi apabila:

1. Yang bersangkutan nyata-nyata telah melanggar ketentuan-ketentuan

organisasi dan kebijakan dasar pimpinan Forkabi.

2. Melakukan tindakan tidak terpuji yang dapat merusak nama baik Forkabi

dan citra Betawi.

5. Bentuk- bentuk Sanksi

a. Bentuk sanksi untuk anggota Forkabi

1. Peringatan Tertulis:

Perigatan Tertulis kepada anggota Forkabi diberikan oleh DP

Subran yang bersangkutan dengan menyampaikan tindakan

keputusan tersebut kepada seluruh organisasi diatasnya.

2. Pemberhentian Sementara:

Pemberhentian sementara kepada anggota Forkabi ditetapkan oleh

DPC yang bersangkutan dengan menyampaikan tindakan

keputusan tersebut kepada seluruh pimpinan organisasi diatas dan

dibawahnya.

41

3. Pemberhentian Tetap

Pemberhentian tetap kepada anggota Forkabi ditetapkan oleh rapat

harian DPP setelah berkonsultasi dengan DPC dan DP Subran

yang bersangkutan.

b. Bentuk sanksi untuk pengurus Forkabi.

1. Peringatan Tertulis:

Peringatan tertulis kepada pengurus Forkabi diberikan oleh

pimpinan organisasi yang bersangkutan dengan menyampaikan

tindakan keputusan tersebut kepada seluruh organisasi diatas dan

dibawah.

2. Pemberhentian Sementara:

Pemberhentian sementara kepada pengurus Forkabi ditetapkan

oleh pimpinan organisasi satu jenjang diatas kepengurusan yang

bersangkutan.

3. Pemberhentian Tetap:

Pemberhentian tetap kepada pengurus Forkabi oleh rapat pleno

DPP (Dewan Penasehat, Dewan Pembina, Departemen) setelah

berkonsultasi dengan pimpinan organisasi yang bersangkutan dan

pimpinan organisasi satu jejaring diatas kepengurusan yang

bersangkutan.

6. Mekanisme Pembelaan Diri

a. Pembelaan diri secara tertulis:

1. Pembelaan diri secara tertulis dilakukan oleh anggota Forkabi yang

ditujukan kepada DP Subran dengan menyampaikan kepada DPC

dan DPP.

2. Pembelaan diri secara tertulis dilakuka oleh anggota Forkabi yang

ditujukan kepada pimpinan organisasi yang bersangkutan dengan

menyampaikan tindakannya kepada seluruh pimpinan organisasi

diatas dan dibawahnya.

b. Hadir dalam siding pembelaan diri

1. Anggota Forkabi yang diberhentikan sementara diminta hadir

dalam siding pembelaan diri dalam rapat pleno DPC (Dewan

Pimpinan Penasihat, Dewan Pembina, Penasehat) setelah

berkonsultasi dengan pimpinan organisasi yang bersangkutan dan

pimpinan organisasi satu jenjang kepengurusan yang

bersangkutan.

2. Pengurus Forkabi yang diberhentikan sementara diminta hadir

dalam siding pembelaan diri dalam rapat pleno pimpinan

organisasi satu jenjang diatas kepengurusan yang bersangkutan.

42

7. Pemberhentian Anggota

Anggota diberhentikan karena:

1. Meninggal dunia

2. Atas permintaa sendiri

3. Diberhentikan dengan keputusan pimpinan organisasi sebagaimana

termaksud dalam pasal bentuk-bentuk sanksi.62

Setelah beberapa bulan, Forkabi melakukan konsolidasi serta

mengembangkan jaringan ke segenap pelosok ibukota, bahkan sampai ke daerah-

daerah penyangga, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Forkabi menampilkan

sosok dirinya secara terbuka dalam acara halal bi halal dan silaturrahmi masyarakat

Betawi di Istora Senayan pada akhir tahun 2001. Saat itu hampir 15.000 an orang

Betawi memadati Istora Senayan. Potensi ini kemudian dijadikan momentum

konsolidasi pembentukan struktur organisasi yang lebih rapi.

B. Forkabi Kota Depok

Kelahiran Forkabi Depok dimulai dengan dipilihnya Aping Mursalim, KH. M

Syamsudin (almarhum), H. Matridi, Cecep Iskandar, H. Naming Bothin, mulai 2002

untuk memegang DPD Forkabi Depok atas mandat dari DPP Forkabi. Tetapi pada

saat itu organisasi Forkabi ini belum berjalan secara maksimal. Kemudian pada tahun

2003 terjadi musyawarah daerah (Musda) yang mengukukuhkan Boy Mursalih

menjadi ketua DPD Forkabi Depok untuk periode 2003-2005. Menurut sekjen

Forkabi Depok Mardi HM untuk ketua pertama Forkabi Depok itu bisa dikatakan

62

AD/ART Forkabi

43

bang Boy Mursalih, dia terpilih menjadi ketua pada saat Musda tahun 2003an, karena

disinilah Forkabi mulai dikenal oleh para warga Depok.

Ada beberapa alasan dibentuknya DPD Forkabi Kota Depok:

1. Menjadi pelaku pembangunan di daerah sendiri

Terjadinya urbanisasi secara besar-besaran membuat masyarakat

Betawi banyak yang terpinggirkan terutama dalam hal mencari

pekerjaan dan membuka lapangan usaha.Setalah melihat fenomena itu

makannya perlu menjadikan Forkabi untuk menjadikan orang Betawi

untuk menjadi pelaku pembangunan di daerahnya sendiri.

2. Bangga menjadi orang Betawi

Gagasan yang ingin dibawa oleh orang-orang Forkabi Kota Depok

adalah bahwa kita sebagai orang Betawi itu harus bangga dengan

kebetawian kita. Karena kita ini Betawi ini yang merupakan tuan

rumah bagi para pendatang. Dengan ini pula Forkabi Kota Depok terus

berupaya melestarikan kebudayaan-kebudayaan Betawi, dan bahasa

Betawi pada umumnya yang musti dipelajari oleh generasi muda

Betawi.S elain itu DPD Forkabi Kota Depok ingin mengilangkan

mindset bahwa orang Betawi itu malas.

3. Menjadikan segala kebudayaannya dicintai dan disegani oleh masyarat

luas

44

Dengan dijaga tetap solidaritasnya antara masyarakat Betawi maka hal

ini membuat tidak sulit untuk masyarakat Betawi menjaga tradisi dan

mempertahankan tradisi mereka.Sebagaimana yang dikatakan oleh

Mardi HM selaku Sekjen Forkabi Kota Depok.

Kita sebagai orang Betawi wajib, kudu dan harus menjaga kebudayaan

Betawi ditengah maraknya kebudayaan lain yang masuk ke dalam

orang-orang Betawi pada umumnya.63

Kepengurusan DPD Forkabi Kota Depok memiliki beberapa program

unggulan yang menjadi senjata Forkabi Kota Depok, yakni:

1. Mensejahterakan anggota Forkabi

Sudah menjadi hal yang lumrah apabila organisasi itu bertujuan untuk

mensejahterakan para anggotanya.Apapun latar belakang dari

organisasi tersebut.Tidak terkecuali dengan Forkabi, tujuan dari

dibentuknya Forkabi adalah untuk masyarakat Betawi hidup makmur

dan sejahterah.

2. Mendukung program pemerintah pro rakyat

Forkabi memiliki tujuan untuk selalu mendukung setiap program

pemerintah yang pro terhadap rakyat.Ya dalam hal rakyat yang

dimaksud Forkabi disini adalah masyarakat Betawi itu sendiri.Hal ini

terlihat jelas pada dukungan Forkabi kepada Idris-Pradi pada Pilkada

Kota Depok Tahun 2015. Karena memang calon wakil walikotanya

63

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok menjelaskan

tentang AD/ART Forkabi, pada 9 Agustus 2017, di Kp. Krukut

45

adalah kader dari Forkabi Kota Depok. Dan Forkabi siap

memenangkannya.

3. Menjaga ketertiban dan keamanan

Sebagai penjaga daerahnya yang didatangi oleh banyak suku dan etnis

diluar Betawi membuat orang-orang Betawi tidak menginginkan

adanya keributan di kampungnya. Oleh karena itu, dibentukya Forkabi

adalah usaha untuk menjaga keamanan dan ketentraman dengan cara

bersama-sama melalui organisasi terorganisir. Forkabi pun memiliki

visi dan misi yang jelas, yang menjadi cita-cita perjuangan dari

Forkabi:64

Pada periode berikutnya kepemimpinan Forkabi Depok diemban oleh H.

Mursalih (2005-2010), pada masa ini Forkabi mulai mendirikan DPC pada 11

Kecamatan yang ada di Kota Depok. Selain itu, pada saat ini pula Forkabi mulai

mewarnai kancah perpolitikan yang ada di Kota Depok. Seperti penuturan Wakil

Sekjen Forkabi Kota Depok Sholahuddin :

Periode kedua Forkabi dipimpin oleh Bang H. Mursalih, nah pada saat itu

ketika Forkabi mulai berkecimpung dalam kancah perpolitikan Kota Depok,

yang caranya begitu dengan mendukung orang Betawi yang ingin terjun ke

dunia politik. pada saat dipimpin beliau juga terjadi penyerangan oleh ormas

lain ke kantor DPD Forkabi Kota Depok.65

64

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 9 Agustus

2017, di Kp. Krukut 65

Wawancara langsung dengan Sholahuddin Wakil Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 11

Agustus 2017, di Kp. Rawadenok

46

Selanjutnya Forkabi Depok dimpimpin oleh Ajazih Aziz (2010-2015) yang

pada saat ini Forkabi cukup berkembang secara kuantitas maupun dari segi kualitas.

Ditangan bang Aziz Forkabi memasuki banyak sektor dalam pemerintahan Kota

Depok. Banyak orang-orang Forkabi yang berpotensi masuk dalam program

pembangunan Kota Depok.

Setelah H. Mursalih masa jabatannya habis dan beliau ingin mencalonkan diri

kembali sebagai incumbent ternyata ada calon tandingan yakni bang Aziz.

Dan pada saat pemilihan ternyata bang Aziz lah yang dipercayakan untuk

memengan ketua DPD Kota Depok berkat restu dari H. Narcrowi Romli.

Banyak si yang beranggapan bahwa DPD Forkabi Kota Depok dipegang oleh

bang Aziz bakalan terjadi serang menyerang karena memang para kader yang

melihat bang Aziz yang merupakan preman, tetapi anggapan ini sirna malahan

sekarang Forkabi Kota Depok tidak didengar lagi berita berita tentang mereka

itu tawuran atau apalah yang berkonten negatif.66

Musda berikutnya di tahun 2015 Ajazih Aziz terpilih kembali menjadi ketua

DPD Forkabi Kota Depok sampai tahun 2021. Sekarang ini Forkabi Kota Depok

sudah memiliki anggota hingga 5000 an orang. Berbeda dengan Forkabi yang ada di

daerah lain, untuk Forkabi Kota Depok ini sangat jauh dari kesan negatif seperti

tawuran, apalagi sekarang di bawah pimpinan Bang Ajazih Aziz. Kegiatan yang ada

untuk sekarang ini adalah kebanyakan acara keagamaan, seperti santunan yatim piatu

dan janda.

66

Wawancara langsung dengan Sholahuddin Wakil Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 11

Agustus 2017, di Kp. Rawadenok

47

C. Susunan Pengurus DPD Forkabi Kota Depok

Berikut adalah bagan 1.1 pengurus Forkabi tahun kepengurusan 2015-2021

yang diketuai oleh Ajazih Aziz:

Jabatan Nama

Ketua Umum

Ketua I

Ketua II

Ketua III

Ketua IV

Ketua V

Ajazih Aziz

H. Purnomo

Ahmad Yusuf, SH., MH

Siti Nurjanah

Dadang Nur

Haerudin

Sekertaris Umum

Sekertaris I

Sekertaris II

Sekertaris III

Sekertaris IV

Mardi HM

Sholahuddin

Zaenal Fatah

Dimiyati

Syamsudin

Bendahara Umum

Bendahara I

Bendahara II

Edy Masturo SE

H. Abdul Basit

Iyom Rohamsyah

Divisi Organisasi, Kaderisasi dan Kenanggotaan

Ketua

Sekertaris

Anggota

Dede Afifyanto

Suryana Jala

Ade Bari

Divisi Pendidikan dan Pengembangan SDM

Ketua

Sekertaris

Anggota

Kamaruzaman

Duloh

Firman

48

Divisi Keamanan dan Ketertiban

Ketua

Sekertaris

Anggota

Dede Supriyadi

Agus Salim

Johan Imawan

Iman Natsir

Divisi Kesejahteraan Masyarakat

Ketua

Sekertaris

Anggota

Yayan Setiawan

Asep Kusmanto

M. Rizki Rozak

Divisi Pemberdayaan Perempuan

Ketua

Sekertaris

Anggota

Lina Karlina

Warto

Umar Adimas

Divisi Pembinaan Mental dan Keagamaan

Ketua

Sekertaris

Anggota

Hilman

Sahlani

Hanafi HS

Divisi Ekonomi dan Pengembangan Usaha

Ketua

Sekertaris

Anggota

Matzen HS

Nur Ali

Sahrul

Divisi Politik dan Hubungan Antar Lembaga

Ketua

Sekertaris

Anggota

Yuda Permana

Darul Naim

Barzueh

49

BAB IV

KEBERPIHAKAN FORKABI PADA PILKADA DEPOK TAHUN 2015

Pada tahun 2001 didirikannya Forkabi memang cukup banyak sepak terjang

yang dilakukan dalam hal pemilihan kepala daerah, khususnya daerah-daerah yang

menjadi basis-basis massanya terutama daerah Jakarta, Bogor, Depok, dan

Tangerang. Untuk bagian ini adalah merupakan intisari dari isi skripsi ini, yang pada

isinya membahas keberpihakan Forkabi untuk pemenangan Idris-Pradi pada

pemilihan kepala daerah Kota Depok Tahun 2015.

A. Sejarah Keberpihakan Forkabi Pada Pilkada Kota Depok Tahun

2005 dan 2010

Di Kota Depok pemilihan kepala daerah secara langsung sudah pernah

dilaksanakan secara langsung selama 3 (tiga) kali, yaitu pada tahun 2005, 2010 dan

2015. Semua pemilihan kepala daerah ini dilaksanakan secara langsung dengan

menjadikan masyarakat sebagai yang menentukan pemimpinnya.

Untuk tahun 2005 pilkada dimenangkan oleh pasangan Nurmahmudi dan

Yuyun Wirasaputra. Pasangan ini berhasil meraih 232.610 atau 43,90% suara versi

KPU Depok. Pada Pilkada Kota Depok 2005 tersebut diikuti oleh lima pasangan

calon. Berikut tabel nama pasang calon dan partai pendukungnya.

50

Tabel 1.6 Pilkada Kota Depok Tahun 2005 Nama Pasang Calon dan Partai

Pendukungnya

Nama Pasang Calon Partai Pendukung

Abdul Wahab Abidin – Ilham Wijaya Partai Demokrat

Harun Heryana – Farkhan

PAN

PBB

PK

PKPB

Badrul Kamal – Syihabudin Ahmad Partai Golkar

PKB

Yus Ruswandi – M. Sutadi Dipowongso

PDIP

PDS

PPP

Nur Mahmudi – Yuyun Wirasaputra PKS

Sumber : kpuddepok.go.id-pilkada-2005

Calon lain yang mengikuti pilkada pada saat itu keempat di antaranya

pasangan nomor urut satu (1) Abdul Wahab Abidin-Ilham Wijaya dengan 32.461

suara, pasangan urut dua (2) Harun Heryana-Farkhan dengan 23.859 suara, nomor

urut tiga (3) Badrul Kamal-Syihabuddin Ahmad 206.781 suara dan pasangan nomor

urut empat (4) yakni Yus Rusyandi-Soetadi Dipowongso dengan memperoleh 34.096

suara. Dan ketika pilkada ini Forkabi menjatuhkan dukungan kepada pasangan Badrul

Kamal-Syahabuddin. Seperti yang dinyatakan oleh sekjen Forkabi Kota Depok Mardi

HM :

Seingat saya pada waktu pilkada pertama di Kota Depok Tahun 2005 itu

untuk Forkabi menjatuhkan dukungannya kepada pasangan Badrul Kamal-

Syahabuddin. Untuk alasan lebih rincinya saya kurang mengetahuinya, karena

51

memang pada saat itu saya belum menduduki jabatan yang struktural di

Forkabi Kota Depok ini.67

Hal yang sama juga terjadi pada pilkada Kota Depok Tahun 2010 yaitu Nur

Mahmudi juga berhasil memenangkan Pilkada Depok 2010 yang saat itu berpasangan

dengan Mohammad Idris sebagai wakilnya. Berikut nama pasang calon dan partai

pendukungnya.

Tabel 1.7 Pilkada Kota Depok Tahun 2010 Nama Pasang Calon dan

Partai Pendukungnya

Nama Pasang Calon Partai Pendukung

Nur Mahmudi – Muhammad Idris PKS

PAN

Gagah Sunu Sumantri – Derry Derajat Independen

Yuyun Wirasaputra – Pradi Supriyatna Partai Gerindra

Badrul Kamal – Agus Supriyanto

Partai Demokrat

PDIP

Partai Golkar

PKB

Partai Hanura

PBB

PDS

Sumber : kpuddepok.go.id-pilkada-2010

Pada saat itu perolehan suara Nur Mahmudi Ismail-Muhammad Idris

mencapai 227.744 atau 40,99% suara dari 555.565 suara sah versi KPUD Kota

67

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

52

Depok. Adapun, pesaingnya pada saat itu yakni Gagah Sunu Sumantri-Derry Derajat

54.142 suara, Yuyun Wirasaputra-Pradi Supriatna 124.511 suara, serta Badrul Kamal-

Agus Supriyanto 149.168 suara. Untuk pilkada tahun 2010 ini Forkabi memberikan

dukungan kepada pasangan calon Yuyun Wirasaputra-Pradi Supriyatna dan ini

sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh sekjen Forkabi Kota Depok Mardi HM :

Untuk pilkada tahun 2010 di Kota Depok itu adalah awal dukungan kita ke

bang Pradi. Pada saat itu si bang Pradi berpasangan dengan Yuyun

Wirasaputra, dan mulai saat inilah ada kedekatan antara bang Pradi dengan

kita (Forkabi) Kota Depok. Bisa dibilang itu yang menjadi asal mula Forkabi

Kota Depok ada kedekatan dengan bang Pradi. Kebetulan juga pada saat itu

saya juga memiliki peran disitu.68

Pilkada Kota Depok 2005 dan 2010 diwarnai oleh sengketa yang menarik

perhatian nasional. Pada 2005 misalnya, pasangan Badrul Kamal-Syihabuddin

Achmad melaporkan KPU Depok ke Pengadilan Jawa Barat lantaran diduga telah

menggelembungkan suara. Ketika saat itu suara Nur Mahmudi-Yuyun Wirasaputra

memeroleh 232.610 atau 43,90% suara, sementara Badrul Kamal-Syihabuddin

Achmad memeroleh 206.781 atau 39,04% suara versi KPU Depok. Pengadilan

kemudian menganulir keputusan KPU Depok yang memenangkan Nur Mahmudi-

Yuyun Wirasaputra. Menurut pengadilan, pasangan yang menang pada Pilkada

Depok 2005 adalah Badrul Kamal-Syihabuddin Achmad dengan perolehan 269.551

suara.

68

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

53

Adapun Nur Mahmudi-Yuyun Wirasaputra menurut hasil pengadilan

memerolah 204.828 suara. Keputusan tersebut tentu menarik perhatian. Dan KPU

Depok tak tinggal diam sehingga mengajukan persoalan tersebut ke Mahkamah

Agung (MA). Keputusan yang dikeluarkan MA adalah mengeluarkan Peninjauan

Kembali (PK). Pasangan Badrul Kamal-Syihabuddin Achmad pun mengajukan

keberatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun MK menolak keberatan tersebut

dan memutuskan Nur Mahmudi-Yuyun Wirasaputra kembali dinyatakan sebagai

pemenang.

Pada Pilkada Depok 2010, sengketa juga terjadi pada ihwal dukungan ganda

dari Partai Hanura terhadap pasangan calon Yuyun Wirasaputra-Pradi Supriyatna dan

Badrul Kamal-Agus Supriyanto. Tentunya hal tersebut melanggar ketentuan KPU

Nomor 68 Tahun 2009 revisi Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2010. Bak bola salju,

persoalan tersebut membesar hingga ke Pengandilan Tata Usaha Negara Bandung

yang menyatakan Pilkada Depok harus diulang.Bahkan sengketa ini masuk ranah

MK. Namun MK menyatakan pasangan Nur Mahmudi-Yuyun Wirasaputra tetap

memenangkan Pilkada Depok 2010. Sebab dalil-dalil yang diajukan pemohon yang

berasal dari pasangan para pesaing Nur Mahmudi-Yuyun Wirasaputra tidak terbukti.

Dapat dikatakan disini Forkabi merupakan organisasi yang kriterianya masuk

sebagai organisasi civil society karena sesuai dengan yang di sebutkan oleh Alexis de

Tocqueville yang menyimpulkan bahwa civil society tidak hanya berorientasi pada

kepentingan kelompok, tetapi juga memiliki komitmen terhadap kepentingan

54

publik.69

Yang ditandai oleh Forkabi dengan mengikuti agenda demokrasi yang ada,

yaitu pilkada tahun 2005, tahun 2010 dan tahun 2015 di Kota Depok.

Sebagai ormas dapat dikatakan Forkabi ikut berpartisipasi politik dalam

pilkada di tahun 2005 dan 2010, seperti definisi yang diberikan oleh Miriam

Budiardjo tentang partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang

untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih

pemimpin secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan

pemerintah.70

Hal ini dilakukan oleh Forkabi yang telah turut berpartisipasi pada tiga

(3) pilkada yang telah diselenggarakan di Kota Depok yaitu pada tahun 2005, 2010

dan 2015. Walaupun pada saat itu pilkada tahun 2005 dan 2010 tidak mendukung

calon yang didukung oleh PKS.

Selain Forkabi sebagai yang anggotanya berasal dari masyarakat juga secara

individual dalam melakukan partisipasi politik seperti menurut pendapat Herbert

McClosky yang mendefinisikan partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela

dari masyarakat mengambil bagian dalam proses.71

Secara garis besar dapat dikatakan

bahwa Forkabi telah ikut ambil bagian dalam mewarnai peta perpolitikan di Kota

Depok.

69

Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society, h, 119. 70

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. h. 367. 71

Herbert Mcclosky dalam buku Totok Pribadi, dkk.h, 33.

55

B. Pilkada Kota Depok Tahun 2015 dan Keberpihakan Forkabi

Setelah keran kebebasan mulai dibuka karena peristiwa reformasi 1998

Indonesia telah masuk pada tahap transisi menuju demokrasi. Pada saat ini lembaran

baru terkait pemilihan kepala daerah secara langsung dipilih oleh rakyat daerahnya

mulai di denggungkan. Akhirnya lahirlah UU Pilkada yang berisi bahwa rakyat

dibebaskan untuk memilih kepala daerahnya secara langsung. Untuk konteks Pilkada

Depok 2015 yang dinilai berhasil memunculkan pemenang tanpa sengketa.

Pada Pilkada Depok 2015, Mohammad Idris yang sebelumnya menjabat

sebagai wakil kembali mencalonkan untuk menjadi pemimpin Depok yakni dengan

jabatan sebagai Walikota. Dengan kata lain, sejak 2005, pilkada Kota Depok diwarnai

oleh tokoh-tokoh incumbent, atau paling tidak nama-nama sebelumnya bertarung

mengikuti kembali ajang pemilihan orang nomor satu di Depok tersebut.

Pada pilkada Kota Depok tahun 2015 baru kali pertama diikuti oleh dua

pasangan yakni Dimas-Babai dan Idris-Pradi. Keduanya menjual program yang

diklaim bisa membawa Depok menjadi lebih baik lagi. Dimas-Babai misalnya sejak

pertama menggaungkan akan membawa semangat perubahan di Depok. Keduanya

menilai selama dijabat oleh Nur Mahmudi, Depok tidak berubah ke arah lebih baik.

Maka slogan yang digaungkan oleh Dimas-Babai adalah Depok Berubah. Dan, yang

paling disoroti oleh Dimas-Babai adalah apabila menang, keduanya akan fokus di

56

masalah infrastruktur, taman kota, budaya dan persoalan lainnya yang dinilai Depok

masih ketinggalan oleh daerah lain.

Lain halnya dengan Idris-Pradi yang sejak awal telah mengusung 10 program

unggulan apabila menang di Pilkada Depok 2015. Program-program tersebut antara

lain Subsidi 12 tahun belajar siswa, Puskesmas 24 jam, taman kota, perpustakaan

setiap kelurahan, gedung kesenian, revitalisasi pasar, industri kreatif, hingga anggaran

insentif bagi pembimbing rohani. Namun, setelah belakangan Idris-Pradi

memenangkan Pilkada Depok, keduanya berencana untuk mengadopsi program-

program yang telah diusung oleh Dimas-Babai.72

Seperti diketahui bahwa M. Idris yang mencalonkan walikota pada saat itu

merupakan wakil walikota dengan masa jabatan tahun 2010 – 2015. Pertarungan

pilkada Kota Depok tahun 2015 diwarnai dengan pendatang baru yaitu Dimas-Babai

dengan Idris-Pradi yang merupakan orang lama dalam kancah perpolitikan Kota

Depok.

Forkabi organisasi yang membawa identitas etnis mendukung pasangan calon

dari betawi asli Depok. Untuk memutuskan siapa pasangan calon yang akan didukung

Forkabi dilakukanlah beberapa tahapan.

1. Proses Audiensi Antara Forkabi Dengan Timses Idris-Pradi

72

http://jakarta.bisnis.com/read/20151228/383/505206/lima-fakta-menarik-soal-pilkada-depok

diunduh pada 13 September 2017

57

Dalam proses politik audiensi merupakan hal yang penting dalam sebuah

negosiasi terutama dalam hal negosiasi dukungan dalam pemilihan baik pemilihan

dalam taraf Nasional maupun Daerah. Berbicara seputar pilkada Kota Depok Tahun

2015 yang sudah lewat memang banyak proses audiensi yang menyebabkan suatu

kelompok tertentu ataupun ormas menyatakan dukungannya terhadap salah satu calon

yang dipercayanya dapat membuat pembangunan di Kota Depok berjalan dengan

baik.

Untuk Forkabi sendiri telah melakukan audiensi kedua pasang calon yang ada,

tetapi telah menjatuhkan pilihan dukungan ke pasangan Idris-Pradi, seperti yang

dinyatakan oleh Mardi HM sekjen Forkabi Kota Depok.

Bahwa Forkabi akhirnya menjatuhkan dukungannya ke pasangan Idris-Pradi

karena visi misinnya cocok untuk membawa Kota Depok menjadi kota yang

maju dan religius, sesuai dengan keinginan Forkabi. Selain itu kita juga sangat

senang bila ada kader kita yang maju dalam kontestasi pilkada, jadi secara

hemat saya dapat saya bilang dukungan Forkabi terhadap pasangan Idris-Pradi

itu karena Bang Pradi adalah kader Forkabi dan juga menjabat sebagai dewan

penasehat untuk Forkabi Kota Depok. Ada kebanggan juga bagi Forkabi

dengan mendukung pasangan ini, karena Forkabi dapat melahirkan kader-

kader terbaik.73

Bila melihat dalam kacamata politik dukungan yang diberikan oleh Forkabi

kepada pasangan Idris-Pradi adalah dukungan secara kelompok seperti yang

dijelaskan oleh Hutington dan Nelson yang berpendapat bahwa landasan partisipasi

73

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

58

politik yang dilakukan oleh kelompok atau komunal individu-individu dengan asal-

usul ras, agama, bahasa, atau etnis yang serupa.74

Dalam melihat partisipasi yang dilakukan oleh Forkabi merujuk pada teori

Milbart yang menjelaskan ada empat hal yang mempengaruhi terjun berpartisipasi

politik, pertama adanya perangsang bila melihat perangsang yang dimaksud mengapa

Forkabi mendukung pasangan Idris-Pradi karena pasangan ini merupakan orang

pribumi asli Depok dan orang betawi. Selain itu ada pertimbangan lain yang menjadi

pertimbangan Forkabi dalam mendukung pasangan Idris-Pradi yakni melihat Pradi

Supriyatna yang menjabat sebagai dewan penasehat Forkabi Kota Depok.

Untuk yang kedua adalah melihat dari faktor karakteristik pribadi yang

berwatak sosial dan punya kepedulian besar terhadap problem masyarakat, hal ini

ditunjukan dengan selama menjadi wakil walikota M. Idris selalu rutin mempelopori

gerakan subuh keliling. Dan melihat juga track record dari pasangan Idris-Pradi yang

tidak ada sesuatu yang dilakukannya ini melenceng dari nilai-nilai yang berlaku.

Ketiga, faktor karakteristik yang menyangkut sosial ekonomi yang

mempengaruhi presepsi, sikap dan perilaku. Dalam hal ini Forkabi melihat

karakteristik dari M. Idris yang sangat peduli kepada budaya Betawi dan ormas-

ormas betawi seperti Forkabi ini. Selain itu melihat juga Pradi Supriyatna yang selalu

menjadi donator ketika Forkabi mengadakan sebuah kegiatan.

74

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, h. 9

59

Faktor keempat, situasi dan lingkungan politik yang kondusif membuat

senang hati berpartisipasi politik. Ketika M. Idris menjabat sebagai wakil walikota

warga merasa aman dengan keadaan Kota Depok. Oleh karena itu, Forkabi

menginginkan hal itu terjadi lagi pada tahun-tahun berikutnya dengan menegaskan

sikap memilih dan mendukung pasangan Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun

2015.

2. Dinamika Internal Forkabi Terhadap Dukungan Ke Idris-Pradi

Dalam menyatakan dukungannya terhadap pasangan Idris-Pradi sebelumnya

ormas Forkabi ternyata telah melakukan musyawarah daerah (Musda) yang diikuti

oleh seluruh ketua-ketua yang memiliki jabatan strukturan di Forkabi Kota Depok.

Mulai dari ketua Subran, ketuan DPRt, dan Ketua DPC. Seperti yang dinyatakan oleh

Sekjen Forkabi Kota Depok Mardi HM yang mengatakan bahwa.

dukungan yang diberikan Forkabi kepada pasangan Idris-Pradi sebelumnya

telah diputuskan dalam Musda dan semua ketua dan anggota sudah setuju

terhadap dukungan tersebut jadi tidak ada pertentangan dalam Musda tersebut

semuanya setuju mendukung secara total Bang Pradi pada pilkada Depok

Tahun 2015. Keputusan yang dikeluarkan oleh DPD Forkabi Kota Depok

adalah keputusan yang mengikat bagi para anggotanya.75

Hal ini juga dibenarkan oleh Ketua DPRt Gandul Syarif Hidayat alias Bilay

yang mengatakan bahwa.

kalau untuk pertentangan di tingkat kami DPRt si tidak ada perbedaan

dukungan dalam hal Forkabi memberikan dukungan ke pasangan Idris-Pradi

pada pilkada Kota Depok tahun 2015 kemarin. Selain itu kan Forkabi juga

75

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

60

melaksanakan Musda yang tempatnya di gedung MUI Depok untuk

mendeklarasikan dukungan ke pasangan ini. Saya si merasa tidak ada

perdebatan dalam hal dukungan ini.76

Tetapi ada juga kader Forkabi yang sebenarnya kurang pas dengan dukungan

yang diberikan oleh ormas tersebut seperti yang dinyatakan oleh wakil Sekjen

Forkabi Kota Depok Solahuddin.

sebenarnya tidak ada pilihan lain untuk tidak memilih kader dari ormasnya, ya

walaupun secara hati kurang pas dengan calonnya, tetapi memang karena satu

suara jadi tidak ada pertentangan atau dualisme dalam dukungan tersebut,

tetapi kita tetap terus ikut memenangkan pasangan ini kok, kita melakukan

kerja-kerja organisasi untuk pasangan ini supaya menang.77

Tetapi itu hanya sebatas rasa tidak pas secara individual, untuk dukungannya

tetap dilakukan. Jadi sebenarnya dalam internal Forkabi tidak ada dinamika yang

cukup serius dalam hal pernyataan dukungan ke pasangan calon walikota dan wakil

walikota Kota Depok pada pilkada tahun 2015. Karena atas dasar pertimbangan

bahwa yang di dukung keduanya adalah orang betawi Forkabi sangat yakin dengan

hal itu.

Partisipasi politik yang dilakukan oleh Forkabi dapat pula dikategorikan

partisipasi politik kolektif yang melihat berdasarkan jumlah pelaku, yakni individual

dan kolektif. Untuk partisipasi dukungan yang dilakukan oleh Forkabi adalah bersifat

kolektif karena kegiatan yang dilakukan membawa nama kelompok dalam

76

Wawancara langsung dengan Syarif Hidayat alias Bilay Ketua DPRt Forkabi Gandul Kota

Depok, pada 24 September 2017, di Gandul 77

Wawancara langsung dengan Sholahuddin Wakil Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 24

September 2017, di Kp. Rawa Denok

61

mendukung pasangan Idris-Pradi. Selain itu partisipasi kolektif yang dilakukan oleh

Forkabi adalah partisipasi kolektif yang konvensional ini ditandai dengan melakukan

dukungan pada proses pemilihan kepala daerah di Kota Depok Tahun 2015.

Tetapi dalam menjatuhkan pilihan politiknya dengan mendukung pasangan

Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015 juga melihat karena adanya output

dari dukungan yang diberikan kepada pasangan ini. Peluang itu dilihat sebagai

kesempatan bagi khususnya anggota-anggota Forkabi untuk mendapatkan akses

kemudahan dalam memberikan ide bagi pembangunan Kota Depok menuju kota yang

maju.

C. Keberpihakan Forkabi Dalam Mendukung Idris-Pradi

1. Kesamaan Etnis

Dalam kacamata partisipasi politik dukungan yang dilakukan oleh Forkabi

adalah karena sebab kesamaan etnis yang melekat pada diri pasangan Idris-Pradi

yaitu betawi. Sifat yang ditunjukan oleh Forkabi dalam menyatakan dukungan adalah

bersifat sosiologis yang mana memilih sebenarnya bukanlah sepenuhnya pengalaman

pribadi, melainkan pengalaman kelompok. Perilaku memilih seseorang cenderung

mengikuti arah predisposisi politik lingkungan sosial dimana ia berada. Dari berbagai

ikatan sosial yang ada di masyarakat.

Yang menurut Saiful Munjani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi

menyebutkan faktor kelas sosial, yang meliputi pendidikan, pekerjaan, tingkat

62

pendapatan, agama dan tingkat relijiusitas, ras etnik atau sentiment kedaerahan

sebagai faktor-faktor sosiologis yang dianggap mempegaruhi pemilih dalam pemilu.78

Menurut hasil wawancara dengan Jamaludin yang menjabat sebagai Sekertaris

DPC Partai Gerindra Kota Depok yang berbicara bahwa dukungan yang dilakukan

Forkabi kepada pasangan Idris-Pradi

Betul bahwa seorang Pradi Supriyatna adalah seorang dewan penasehat dalam

struktural Forkabi, dan dukungan yang dilakukan oleh Forkabi kepada Pradi

itu adalah murni dukungan yang dilakukan organisasi kepada kadernya yang

maju dalam kontestasi pilkada. Jadi sepertinya saya tidak melihat adanya

audiensi antara keduanya, tapi yang jelas wajar Forkabi memberikan

dukungan kepada pasangan ini karena siapa yang tidak senang kadernya

masuk sebagai calon wakil walikota. Selain itu juga sama-sama kita ketahui

bahwa bang Idris dan bang Pradi adalah orang betawi.79

Sementara itu menurut Kadiv Humas DPD Partai Keadilan Sejahterah (PKS)

Kota Depok Bramantyo mengatakan bahwa memang dukungan yang dilakukan

Forkabi ke Idris-Pradi karena faktor ke betawiannya.

Sebenarnya si kita di teamnya Pak Idris kurang paham mengenai itu, karena

memang Forkabi itu mengikuti gerbong yang dibawa oleh Pradi Supriyatna,

tetapi memang cukup diketahui secara umum bahwa Pradi Supriyatna adalah

orang Betawi dan juga salah satu Pembina dari ormas Forkabi, jadi wajar jika

Forkabi langsung mendukung orangnya pada pilkada ini. Selain itu juga kan

kita tau Pak Idris juga orang betawi, ya mungkin karena ini dukungan ke

pasangan ini.80

78

Saiful Munjani, William R. Liddle dan Kuskridho Ambardi, “Kuasa Rakyat : Analisa

Tentang Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru

(Jakarta: Mizan, 2012) h, 20. 79

Wawancara langsung dengan Jamaludin Axchavan Mihel Sekertaris DPC Partai Gerindra

Kota Depok, pada 3 Januari 2017, di Kantor Walikota Depok 80

Wawancara langsung dengan Bramastyo Bontas Kadiv Humas DPD PKS Kota Depok,

pada 29 Desember 2017, di Margonnda

63

2. Pradi Sebagai Dewan Pembina Forkabi Kota Depok

Selain kesamaan etnis Forkabi juga memiliki hubungan secara organisasi

antara Forkabi dengan Pradi Supriyatna, karena Pradi merupakan Dewan pembina

dari Forkabi Kota Depok, seperti yang dinyatakan oleh Mardi HM selaku sekjen

Forkabi Kota Depok.

Jadi memang kan bang Pradi ini kader kita jadi sudah seharusnyalah kita

dukung beliau ini, karena ada kebanggan kader Forkabi memegang jabatan

penting di Kota Depok ini. 81

Jadi pernyataan dari dukungan yang dilakukan oleh Forkabi terhadap

pasangan Idris-Pradi merupakan dukungan secara organisasi dan mengikat semua

anggota-anggotanya. Bahkan disampaikan oleh Mardi HM selaku sekjen Forkabi

Kota Depok.

anggota-anggota Forkabi Kota Depok wajib hukumnya atau Fardu ain dalam

memilih bang Idris dan bang Pradi sebagai pemimpin Kota Depok pada lima

tahun mendatang.82

Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Jamaludin yang merupakan Sekertaris

DPC Partai Gerindra Kota Depok yang berpendapat bahwa.

Kita tahulah Pradi ini memiliki hubungan yang kuat dengan Forkabi Kota

Depok, karena Pradi itu adalah dewan pembina di Forkabi Kota Depok, ya

secara umum sudah pada tahu itulah. 83

81

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut 82

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

64

Adapun faktor lain yang membuat Forkabi menjatuhkan dukungan ke

pasangan Idris-Pradi adaah faktor karakteristik pribadi yang berwatak sosial dan

punya kepedulian besar terhadap problem masyarakat. Ini juga dinyatakan oleh Mardi

HM selaku sekjen Forkabi Kota Depok.

Kalau kita mendukung bang Idris-Pradi karena kita tau bahwa beliau berdua

adalah orang-orang yang memiliki perhatian yang tinggi pada masalah-

masalah sosial kemasyarakat. Selain itu kan semua orang di Kota Depok tahu

apa saja kerja-kerja yang dilakukan oleh pak Idris ketika menjabat wakil

walikota kemarin itu sangat membantu buat masyarakat. Selain itu kan kita

tahu pak Idris ini kan seorang Kyai yang selama menjadi wakil mempelopori

gerakan subuh keliling (suling) di Kota Depok ini. Pak Idris juga ketika

menjabat wakil kita warga Depok merasa aman. Dan untuk bang Pradi yang

selalu memberikan dukungan dana ketika Forkabi ingin mengadakan suatu

acara.84

3. Implikasi Politik Dari Dukungan Forkabi Kepada Idris-Pradi

Pada pembahasan ini penulis mencoba menjelaskan apa-apa saja yang didapat

oleh Forkabi ketika pasangan Idris-Pradi memenangkan pilkada. Biasanya dalam

pemberian dukungan politik tentu akan ada hal yang di dapatkan dari kedua belah

pihak. Mengenai hal yang didapatkan oleh Forkabi seperti yang dijelaskan oleh Ketua

DPD PKS Kota Depok Hafid Nasir yang mengatakan bahwa.

ya memang ada yang didapat oleh Forkabi sebagai timbal balik dari hasil

pilkada kemarin. Karena memang Forkabi mendukung pasangan ini. Tetapi

untuk bentuk nyatanya tentu tidak akan terlihat oleh publik. Dan perlu dicatat

bahwa bentuk yang di dapatkan oleh Forkabi berupa proyek-proyek padat

83

Wawancara langsung dengan Jamaludin Axchavan Mihel Sekertaris DPC Partai Gerindra

Kota Depok, pada 3 Januari 2017, di Kantor Walikota Depok 84

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

65

karya memang ada, tetapi itu karena ada orang Forkabi yang memang konsen

dalam bidang itu.85

Hal ini diperkuat oleh pendapat yang disampaikan oleh Bramastyo Bontas

yang merupakan Kadiv Humas DPD PKS Kota Depok yang menyatakan bahwa.

memang tidak ada kontrak politik yang secara tertulis menguatkan apa yang di

dapatkan kepada pendukung ketika pasangan ini memenangkan kontestasi

pilkada. Tetapi secara eksplisit yang di dapat oleh para pengusung ini adalah

dapat memberikan aspirasinya secara langsung kepada walikota dan wakilnya

untuk pembangunan Kota Depok. Selain itu saya juga melihat adalah bahwa

yang didapatkan oleh pendukung terutama ormas ya, saya melihat ada

kesempatan yang di dapatkan oleh ormas yaitu mendapatkan dana hibah, itu si

saya melihatnya.86

Sementara itu bagi Syarif Hidayat alias Bilay yang merupakan Ketua DPRt

Gandul Forkabi Kota Depok merasa bahwa senang karena Pradi Supriyatna yang

merupakan dewan penasehat Forkabi berhasil menjadi wakil walikota, tetapi untuk

saat ini dia merasa bahwa belum merasakan efek yang di timbulkan dari itu, seperti

penjelasannya berikut.

ada kesenangan memang karena bang Pradi jadi pak wakil, tetapi ya untuk

tingkat ranting yang saya pimpin sendiri si belum merasakan efek yang di

dapatkan sejak bang Pradi menjadi wakil. Seengaknya pengenlah kita yang

ada di tingkat ranting Gandul ini dapat gitu merasakan efeknya, supaya untuk

85

Wawancara langsung dengan Hafid Nasir Ketua DPD PKS Kota Depok, pada 8 Januari

2018, di kantor DPD PKS Kota Depok 86

Wawancara langsung dengan Bramastyo Bontas Kadiv Humas DPD PKS Kota Depok,

pada 29 Desember 2017, di Margonnda

66

pemberdayaan bagi anggota-anggota Forkabi di Gandul ini. Ya semacam

bazaar gitu yang bisa kita kelola untuk kegiatan anggota-anggota.87

Jadi secara sederhana dapat dikatakan tidak ada yang didapatkan secara

langsung oleh Forkabi sebagai hasil dari keberpihakannya pada pasangan Idris-Pradi.

Tetapi secara ekspilisit mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan tender proyek-

proyek dari pengerjaan yang ada di Kota Depok. Dan yang paling penting adalah ada

kesempatan yang di dapatkan Forkabi untuk mendapatkan dana hibah.

Pada setiap pola komunikasi politik untuk kontestasi dalam pemilihan

presiden (pilpres), pemilihan legislatif (pileg), maupun pemilihan kepala daerah

(pilkada) tentu terjadinya kesepakatan (input dan output) antara kedua belah pihak.

Dengan maksud ingin mendapatkan output dari dukungannya kepada pasangan calon

Idris-Pradi, hal inilah yang menjadi alasan mengapa Forkabi berbeda sikap pada

pilkada Kota Depok Tahun 2015 dengan mendukung calon yang diusung oleh PKS.

Selain melihat karena faktor kebetawiannya (etnis) pasangan Idris-Pradi

karena memang diketahui secara umum memang pasangan ini merupakan anak

Depok asli (pribumi). Forkabi juga mendapatkan kesempatan memberikan ide-ide

untuk kemajuan Kota Depok, seperti yang dinyatakan oleh Hafid Nasir selaku tim

pemenangan pasangan Idris-Pradi dan juga ketua DPD PKS Kota Depok yang

menyatakan bahwa.

87

Wawancara langsung dengan Syarif Hidayat alias Bilay Ketua DPRt Forkabi Gandul Kota

Depok, pada 24 September 2017, di Gandul

67

memang benar Forkabi mendukung pasangan yang kami usung. Tetapi itu kan

ada juga yang didapatkan oleh Forkabi, ya salah satunya dapat memberikan

ide-ide yang positif secara langsung kepada pak walikota dan wakilnya untuk

kemajuan Kota Depok dan kebaikan bersama.88

Tidak bisa dipungkiri juga dukungan yang dilakukan oleh Forkabi kepada

pasangan Idris-Pradi sebenarnya ada yang diinginkan oleh Forkabi untuk

menjalankan roda organisasinya, seperti yang dinyatakan oleh Jamaludin yang

merupakan timses dari Partai Gerindra.

ya kita tahulah bahwa dalam politik itu ada istilah tidak ada makan siang

gratis dan ini juga berlaku bagi dukungan yang dilakukan oleh Forkabi kepada

pasangan ini. Ya kurang lebihnya adalah yang didapatkan oleh Forkabi

terutama para pemimpinnya yang memiliki cv untuk dibagi bagi tendernya

begitu.89

Ini adalah sebuah hal yang wajar menjadi alasan kenapa ada perbedaan sikap

dalam dukungan di tahun 2015 oleh Forkabi. Karena diketahui secara umum

khususnya di Kota Depok pada tahun-tahun sebelumnya, bahwa ada perbedaan

pandangan politik antara Forkabi dan PKS. Seperti yang dinyatakan oleh Jamaludin

yang merupakan timses dari Partai Gerindra.

kalau ditanya untuk hubungan antara Forkabi dan PKS mah saya juga kurang

tau ya gimana jelasnya, tetapi yang saya tahu ketika dua pilkada sebelumnya

88

Wawancara langsung dengan Hafid Nasir Ketua DPD PKS Kota Depok, pada 8 Januari

2018, di kantor DPD PKS Kota Depok 89

Wawancara langsung dengan Jamaludin Axchavan Mihel Sekertaris DPC Partai Gerindra

Kota Depok, pada 3 Januari 2017, di Kantor Walikota Depok

68

yaitu tahun 2005 dan 2010 Forkabi selalu bersebrangan dengn PKS. Kalau

menurut saya si karena background saja itu jadi bisa beda begitu.90

Adapula output yang didapatkan dari dukungan yang diberikan oleh orang-

orang Forkabi kepada pasangan calon ini. Antara lain mendapat tender penunjukan

pembangunan yang merupakan kegiatan padat karya tetapi nilainya masih dibawah

untuk pelelangan, sehingga melakukan penunjukan untuk proyek ini. Seperti yang

dinyatakan oleh Jamaludin yang merupakan timses dari Partai Gerindra.

kalau ditanya apa yang didapatkan secara organisasi Forkabi saya rasa si tidak

ada, tapi yang ada itu adanya penunjukan untuk orang yang memiliki latar

belakang dari Forkabi untuk mengerjakan program-program pemerintah kota.

Jika ditanya orangnya si bang Mardi itu (pak sekjen) banyak tuh beliau

mendapatkan proyek berkat Forkabi, sementara proyeknya itu tuh

pembangunan turap di kali krukut di daerah grogol dan krukut.91

Selain itu hal ini juga disampaikan oleh Hafid Natsir yang membenarkan

adanya sebuah feed back yang didapatkan oleh Forkabi, tetapi beliau tidak secara

gamblang untuk menyebutkan proyek-proyek apa yang didapatkannya, tetapi beliau

memastikan ada. Berikut pernyataan Hafid Nasir.

jika saya ditanya Forkabi mendapat apa atau proyek apa saya kurang jelas dan

kurang tahu mengenai hal itu, tetapi dibilang ada pasti ada yang didapatkan

sebagai feed back dari dukungan pilkada kemarin, kan juga alhamdulilah

calon yang didukung menang.92

90

Wawancara langsung dengan Jamaludin Axchavan Mihel Sekertaris DPC Partai Gerindra

Kota Depok, pada 3 Januari 2017, di Kantor Walikota Depok 91

Wawancara langsung dengan Jamaludin Axchavan Mihel Sekertaris DPC Partai Gerindra

Kota Depok, pada 3 Januari 2017, di Kantor Walikota Depok 92

Wawancara langsung dengan Jamaludin Axchavan Mihel Sekertaris DPC Partai Gerindra

Kota Depok, pada 3 Januari 2017, di Kantor Walikota Depok

69

Forkabi punya targetan dalam output dari dukungan yang dilakukan, supaya

dapat terlaksana dengan sesuai apa yang diharapkan. Sebagai ormas yang berdasarkan

etnisitas Forkabi juga mendukung karena faktor dari kesamaan etnis yang melekat

pada calon.

D. Bentuk-bentuk Dukungan Forkabi Pada Pilkada Depok Tahun 2015

Forkabi sebagai ormas yang telah mendeklarasikan dukungan kepada

pasangan Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok pada Tahun 2015 tentu melakukan

upaya-upaya guna mensukseskan pasangan yang diusungnya untuk mendapatkan

kursi nomor 1 di Kota Depok seperti yang dikemukakan oleh Mardi HM selaku

sekjen Forkabi Kota Depok :

untuk memenangkan pasangan yang kita dukung ini kita telah melakukan

konsolidasi yang massif kepada seluruh anggota dan simpatisan ormas

Forkabi ini. Selain itu kita telah menyatakan dukungan kepada media-media

untuk menyebarkan bahwa Forkabi telah secara resmi mendukung pasangan

Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015.93

Adapun kegiatan yang dilakukan Forkabi untuk tentunya memenangkan

pasangan ini supaya sesuai dengan target kemenangan yang dicanangkan oleh

Forkabi dan para tim sukses. Menurut Ramlan Subakti tentang partisipasi politik yang

dilakukan oleh Forkabi adalah sebuah partisipasi yang sifatnya aktif, karena yang

93

Wawancara langsung dengan Mardi HM Sekjen Forkabi Kota Depok, pada 21 September

2017, di Kp. Krukut

70

dilakukan Forkabi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015 bersifat peduli pada proses

input dan outputyang di dapatkan karena mendukung pasangan Idris-Pradi.94

Ini

ditandai dengan Forkabi yang aktif mendukung pasangan Idris-Pradi dengan maksud

memenangkannya.

Caranya dengan melakukan sosialisasi kepada anggota-anggotanya untuk

memilih pasangan Idris-Pradi ketika hari pemilihan tiba. Forkabi juga melakukan

komunikasi-komunikasi yang cukup intens dengn ormas-ormas yang ada di Kota

Depok untuk menyatukan dukungan mendukung pasangan Idris-Pradi, dan akhirnya

menciptakan aliansi ormas di Kota Depok. Secara aktif juga Forkabi membuat baliho

yang menyatakan dukungan kepada pasangan Idris-Pradi.

1. Kegiatan Yang Dilakukan Oleh Forkabi Dalam Kampenye Idris-Pradi

Dalam seluruh agenda kegiatan kampanye yang dilakukan oleh pasangan

Idris-Pradi ormas Forkabi selalu hadir ketika itu ditandai dengan adanya atribut-

atribut yang telihat, seperti yang dinyatakan oleh Sekertaris pemenangan pasangan

Idris-Pradi yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PKS Kota Depok Hafid Nasir.

memang pada masa kampanye kita merasakan adanya dukungan yang

diberikan oleh Forkabi, karena kita melihat adanya baliho-baliho pernyataan

dukungan kepada pasangan Idris-Pradi, selain itu kita juga lihat di jalan-jalan

ormas lain yang melakukan hal demikian juga. Selain itu kita juga melihat

adanya atribut seperti bendera dan kemeja khas milik Forkabi pada masa

94

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, h, 180.

71

kampanye. Ya intinya kita merasakanlah dukungan Forkabi pada pilkada

kemarin.95

Hal yang sangat wajar dalam dukungan politik untuk memenangkan pasangan

yang didukungnya dengan melakukan bentuk-bentuk dukungan nyata yang dilakukan

oleh Forkabi terhadap pasangan Idris-Pradi.

Berdasarkan temuan dilapangan ada 5 dukungan kampanye yang dilakukan

oleh Forkabi untuk mensukseskan pasangan Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok

Tahun 2015, yaitu :

Membuat musda untuk menyatakan dukungan satu suara ke pasangan

Idris-Pradi pada pilkada Depok tahun 2015.

Menghimbau kepada seluruh anggota Forkabi agar mengajak seluruh

sanak keluarga untuk memilih pasangan Idris-Pradi pada pilkada

Depok tahun 2015.

Mengajak ormas-ormas lain untuk sama-sama mendukung pasangan

Idris-Pradi pada pilkada Depok tahun 2015.

Memasang baliho atau banner dengan ukuran besar sebagai

pernyataan dukungan kepada pasangan Idris-Pradi, dan dipasangkan

di sudut-sudut keramaian di Kota Depok.

95

Wawancara langsung dengan Hafid Nasir Ketua DPD PKS Kota Depok, pada 8 Januari

2018, di kantor DPD PKS Kota Depok

72

Mengikuti setiap kampanye akbar yang dilakukan oleh tim sukses

pasangan ini, dengan membawa bendera Forkabi sebagai identitasnya.

Membuat acara santunan kepada anak yatim piatu dan janda dengan

menyertakan kehadiran pasangan Idris-Pradi.

Dukungan yang dilakukan oleh Forkabi bersifat electoral activity, yaitu segala

bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

pemilihan. Termasuk dalam kategori ini adalah ikut serta dalam memberikan

sumbangan untuk kampanye, menjadi suka relawan dalam kegiatan kampanye, ikut

mengambil bagian dari kampanye.96

Ini ditandai dengan Forkabi yang ikut dalam

kampanye pasangan Idris-Pradi. Selain itu ada pula anggota Forkabi yang terlibat

dalam tim sukses untuk pasangan ini.

Selain itu Forkabi juga bergerak bersama sebagai organisasi atau yang disebut

organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat kedalam organisasi

sosial politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa.97

Sebagai organisasi yang cukup besar di Kota Depok memang dukungan secara

organisasi penting didapatkan oleh pasangan calon yang berlaga dalam sebuah

kompetisi untuk memenangkan hati rakyat.

96

Afan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (Editor),

Demotologi Politik Indonesia: Mengusang Elitisme Dalam Orde Baru, h. 241 97

Afan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba (Editor),

Demotologi Politik Indonesia: Mengusang Elitisme Dalam Orde Baru. h, 242.

73

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pilihan politik Forkabi Kota Depok pada pilkada Kota Depok Tahun

2015 yang berpihak pada pasangan Idris-Pradi yang diusung oleh PKS dan

Gerindra disebabkan oleh beberapa hal. Kesamaan etnis, kedua pasangan

calon berasal dari etnis betawi, walaupun pada pilkada sebelumnya Forkabi

tidak mendukung PKS bahkan menjadi ormas yang cukup aktif mengkritisi

kebijakan walikota sebelumnya yang berasal dari PKS. Selain kesamaan etnis

menjadi hal yang penting dijadikan alasan keberpihakan Forkabi juga

disebabkan adanya deal politik berkaitan dengan pemberian kemudahan akses

terhadap pemerintahan Kota Depok.

Dalam menunjukan bukti partisipasi politiknya Forkabi Kota Depok

melakukan beberapa cara, yaitu :

Membuat musda untuk menyatakan dukungan satu suara ke

pasangan Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015.

Menghimbau kepada seluruh anggota Forkabi agar mengajak

seluruh sanak keluarga untuk memilih pasangan Idris-Pradi

pada pilkada Kota Depok Tahun 2015.

74

Mengajak ormas-ormas lain untuk sama-sama mendukung

pasangan Idris-Pradi pada pilkada Kota Depok Tahun 2015.

Memasang baliho atau banner dengan ukuran besar sebagai

pernyataan dukungan kepada pasangan Idris-Pradi dan

dipasangkan di sudut-sudut keramaian di Kota Depok.

Mengikuti setiap kampanye akbar yang dilakukan oleh tim

sukses pasangan ini dengan membawa bendera Forkabi sebagai

identitasnya.

Mengadakan santunan kepada anak yatim piatu serta janda

dengan mengenalkan pasangan Idris-Pradi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran peneliti sebagai berikut :

1. Akademis

Penelitian akademis selanjutnya diharapkan dapat lebih mendalam

terkait penelitian ormas dan pilkada.Kebebasan menentukan pilihan

memang buah dari reformasi.Tetapi memilih calon kepala daerah

didasarkan pada kesamaan kesukuan merupakan sesuatu hal yang harus

dikritisi. Apalagi untuk suatu ormas yang memiliki pengaruh yang cukup

luas dalam suatu daerah.

75

2. Praktis

Secara praktis harapannya, mudah-mudahan praktik politik yang selalu

memberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya terus dijadikan

landasan dalam perpolitikan Indonesia.Sambil juga pemerintah terus

memperbaiki syarat-syarat calon kepala daerah.kemudian untuk seluruh

warga negara, diharapkan dengan adanya keran kebebasan dalam memilih

pemimpin diharapkan untuk memilihnya dengan mengetahui bibit, bobot

dan bebetnya.

76

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung. Jakarta: Rajawali Press.

Arifin Hoesein, DR. Zainal dan Yasin, Rahman. 2015. Pemilihan Kepala Daerah

Langsung Pengutan Konsep dan Penerapannya. Jakarta: Lembaga

Pengembangan Pendidikan Anak Bangsa.

A.S. Hikam, Muhammad. 2000. Islam, Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil

Society. Jakarta: Erlangga.

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1999-2004. Surabaya:

Pustaka Eureka.

Bellamy, Richard. 1990. Teori Sosial Modern Prespektif Italia. Jakarta: LP3ES.

Budiarjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Diamond, Larry. 1993. Revousi Demokrasi Perjuangan Untuk Kebebasan dan

Pluralisme di Negara Sedang Berkembang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Faisal, Sanapih. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Gaffar, Afan. 2000. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Heryanto, Gun Gun. 2011. Dinamika Komunikasi Politik. Jakarta: PT Lasswell

Visitama.

77

Heryanto, Gun Gun dan Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik; Sebuah

Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huwaydi, Fahmi. 1993. Demokrasi Oposisi dan Masyarakat Madani. Jakarta: Mizan.

Ikhsan, A. Bakir. 2012. Politik Tak Hanya Kekuasaan: Sisi Lain Kepemimpinan

Presiden SBY. Jakarta: Anggota IKAPI.

Magnis Suseno, Franz. 1999. Pemikiran Karl Marx. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Munjani, Saiful. 2007. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi

Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia.

Munjani, Saiful. R. Liddle, William dan Ambardi, Kuskridho. 2012. Kuasa Rakyat :

Analisa Tentang Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden

Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Mizan.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.

Jakarta: PT. Grasindo.

Nursal, Adam. 2004. Political Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

P. Huntington, Samuel dan M. Nelson, Joan. 1994. Partisipasi Politik di Negara

Berkembang Cetakan ke II. Jakarta: Rieneka Cipta.

Rahadjo, M. Dawam. 1999. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan

Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES.Triwulan Tutik, SH, MH, Titik. 2010.

Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945.

Jakarta: Kencana.

Subyantoro, Arief dan FX. Suwarto, FX. 2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.

Yogyakarta: Andi Offset.

Subakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

78

Suryadi Culla, Adi. 1999. Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori dan Relevansinya

dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Surya Culla, Aldi. 2006. Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di

Indonesia. Jakarta: LP3ES.

S. Karni, Asrori. 1999. Civil Society dan Ummah Sintesa Diskursif Rumah

Demokrasi. Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu.

Ubaedillah, A. dkk.,. 2007. Pendidikan Kewargaan. Pendidikan Kewargaan:

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Ciputat: ICCE UIN

Syarif Hidayatullah.

JURNAL :

Halili. 2006“Masa Depan Civil Society di Indonesia: Prospek dan Tantangan,”

CIVICS (Jurnal Kajian Kewarganegaraan Volume 3, 2 Desember.

Nopyandri. 2010. “Pemilihan Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Prespektif

UUD 1945,” Jurnal Ilmu Hukum Volume 2 No 2.

Syahputra, Hikmawan. 2014. “Peran Politik Muhammadiyah Tahun 2010-2014,”

Jurnal Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Malang, 10 September.

SKRIPSI :

Fedullah, Ahmad. 2016. Kelompok Kepentingan dan Pilkada (Studi Kasus:

Partisipasi Forkabi Dalam Mendukung Airin-Benyamin Pada Pilkada Tangsel

2015. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta.

Nurbaiti. 2008. Partisipasi Politik Forum Komunikasi Anak Betawi Dalam Pilkada

DKI Jakarta 2007. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

79

Permata Sari, Fitri. 2016. Peran Opinion Leader Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Kota Depok Dalam Pilkada Kota Depok 2015. Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Jakarta.

INTERNET :

http://www.rappler.com/indonesia/100892-pilkada-2015-depok-dimas-oky-babai-

suhaimi-idris-pradi

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/12/17/nzi1fr365-pleno-

tetapkan-idris-pradi-menang-di-pilkada-depok

https://sketsadepok-dukungan-forkabi-pada-pasangan-idris-pradi%.com

https.//forkabi-tolak-penutupan-supermarket-/2014/07/01

https://gentadepok.wordpress.com/2015/09/13/2/

http://dedipriandes.blogspot.com/2011/02/latar-belakang-1-januari-2001-era.html

http://forkabijakarta.blogspot.com/2009/08/latar-belakang-forkabi.html

http://jakarta.bisnis.com/read/20151228/383/505206/lima-fakta-menarik-soal-

pilkada-depok

UNDANG-UNDANG :

Diambil dari Surat Keputusan (SK) Pemerintang tentang: “Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Republik Indonesia No 1 Tahun 2014 Tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. “ BAB II Pasal 3

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

h, 3.

80

DOKUMEN :

AD/ART Forkabi

WAWANCARA :

Mardi HM (Sekjen Forkabi Kota Depok)

Sholahuddin (Wakil Sekjen Forkabi Kota Depok)

Syarif Hidayat alias Bilay (Ketua DPRt Gandul Forkabi Kota Depok)

Jamaluddin (Sekertaris DPC Gerindra Kota Depok)

Hafid Nasir (Ketua DPD PKS Kota Depok)

Bramastyo Bontas (Kadiv Humas PKS Kota Depok)