STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan...

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : PONCO PUTRA NIM : E0007178 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan...

Page 1: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT

JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

PONCO PUTRA

NIM : E0007178

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ponco Putra

NIM : E0007178

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI

DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di

kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar saya

yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 10 Juli 2012

yang membuat pernyataan,

Ponco Putra

NIM. E0007178

Page 5: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Adat basandi syara’, syara basandi Kitabullah

(Minangkabau)

Janganlah tertawa melihat orang jatuh, sebab tidak ada suatu yang jatuh

disengaja, tetapi bersyukurlah kepada Tuhan karena kita sendiri tidak jatuh. Di

dalam hal jatuh janganlah percaya kepada diri sendiri dan kepada datarnya jalan

karena menurut laporan dinas lalu lintas lebih banyak mobil jatuh di tempat

datar. Jika dibandingkan dengan yang jatuh di tempat pendakian atau penurunan

yang berbelok – belok

(Buya Hamka)

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan

saya percaya pada diri saya sendiri.

(Muhammad Ali)

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan

dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran

(James Thurber)

Page 6: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini, akan penulis persembahkan kepada:

· Bapak dan Ibu penulis tercinta atas doa dan kasih saying yang tak ternilai

harganya dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya.

· Kakak-kakak dan Adik-adik penulis yang telah memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis.

Page 7: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

Ponco Putra, E 0007178. 2012. STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghapusan Merek terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan akibat hukum penghapusan Merek terdaftar terhadap para pihak yang terkait.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, yaitu meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder. Data sekunder didukung dengan penelitian terhadap putusan-putusan Pengadilan Niaga mengenai penerapan penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dan gugatan oleh pihak ketiga. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif.

Hasil yang diperoleh dalam penulisan hukum ini, faktor-faktor itu adalah penghapusan Merek terdaftar dapat dilakukan karena Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar. Akibat hukum bagi Direktorat Merek adalah taat pada putusan pengadilan dan melaksanakan penghapusan Merek. Sedangkan, bagi pemilik yang mereknya dihapuskan akan kehilangan hak perlindungan atas Merek miliknya maka pihak ketiga yang terdaftar memenangkan gugatan penghapusan dapat menikmati Merek miliknya sebagaimana haknya.

Kata Kunci : Penghapusan, Merek Terdaftar, Direktorat Jenderal

Page 8: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRACT

PONCO PUTRA, E 0070178. 2012. A STUDY ON THE REMOVAL OF BRAND ENLISTED IN DIRECTORATE GENERAL OF INTELLECTUAL PROPERTY RIGHT. Faculty of Law of Sebelas Maret University.

This research aims to find out the factors of enlisted brand removal according to the Act Number 15 of 2001 about Brand, and legal consequence of the removal of brand enlisted to the concerned.

This study was a juridical normative research, by studying literature constituting the secondary data. The secondary data was also supported by the studies on Commercial Court’s verdicts about the application bland registration removal on the initiation of Directorate General and the prosecution from the third party. The result of research was analyzed using qualitative method.

The result obtained in this article showed that the factors included: the brand could be removed from the Brand General List on the initiation of Directorate General of Intellectual Property Right because the brand was not used for 3 (three) years consecutively in product and/or service trading since the registration date or final used, unless there was no reason that could be accepted by the Directorate General; or the brand was used for the product and/or service type inconsistent with the product or service filed in the registration, including the use of brand inconsistent with the Brand enlisted. The legal consequences to the Brand Directorate were the compliance with the court’s verdict and the implementation of Brand removal. Meanwhile, the consequence to the holder of removed brand was the loss of protection right for the holder brand, so that the third enlisted party would win the removal prosecution and could enjoy the holder Brand as holder right.

Keywords: Removal, Enlisted Brand, Directorate General

Page 9: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha suci Allah, Segala puji bagi Allah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala Berkah, Rahmat dan Hidiayahnya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul “STUDI

TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI DIREKTORAT

JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL” ini dengan baik dan lancar.

Penulisan hukum disusun dan diajukan penulis untuk melengkapi persyaratan guna

memperoleh derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum (skripsi) ini

tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik materiil maupun non materiil yang

diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

penyusunan penulisan hukum ini.

2. Bapak Mohammad Adnan, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan saran dan nasehat kepada penulis selama belajar di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. M. Hudi Asrori S, S.H., M.Hum. dan Bapak Hernawan Hadi, S.H.,

M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu,

membimbing, dan mengarahkan dengan penuh kesabaran kepada penulis

dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

4. Ibu Djuwityastuti, S.H.,M.H., selaku selaku Ketua Bagian Hukum Perdata

yang sangat membantu penulis dalam memberi masukan terhadap judul

penulisan hukum yang penulis ajukan.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret.

Page 10: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

6. Bapak Zulfahmi Nurdin dan Ibu Darwita Darwis yaitu kedua orangtua penulis yang

tercinta yang selalu berdoa agar anaknya selalu diberi kemudahan dalam

menyelesaikan penulisan hukum ini untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,

semoga penulis dapat mewujudkan apa yang Papa dan Mama harapkan.

7. Uda Fahrizal David, S.Kom, Uda Doni Vingky, A.Md, Uda Sandi Maulana,

dan Uda Ahmad Iqbal, S.Sastra yang telah memberikan do’a dan dukungan

moril maupun materiil hingga penulis menyelesaikan penulisan hukum ini,

dan untuk adik-adikku tercinta Allan Fitrah semoga bisa cepat bisa

mendapatkan gelar S1 juga, begitu pula untuk adikku Apriyadi Tanjung dan

Sheila Melianda dapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua,

masyarakat, bangsa dan Negara.

8. Kepada keluarga besar yang ada di Panularan ( Ibu, mbak Fajar Wati), serta di

Gedongan (Uda Zainul Asri dan Mbak Nina) penulis ucapkan terima kasih

atas kebaikan kalian selama penulis tinggal di kota solo.

9. Saudara-saudaraku di Keluarga Besar Gopala Valentara Agung, Sandi, Binar,

Dedi, Surya dan para wanita-wanita tangguh, terima kasih penulis ucapkan

atas persahabatan kita selama ini dan selamanya.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan

bantuan baik langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan hukum ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, April 2012

Ponco Putra

Page 11: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………...

HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………..

MOTTO…………………………………………………………………….

PERSEMBAHAN…………………………………………………………..

ABSTRAK………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….

A. Latar Belakang Masalah………………………………………

B. Perumusan Masalah……………………………………….......

C. Tujuan Penelitian……………………………………………...

D. Manfaat Penelitian…………………………………………….

E. Metode Penelitian……………………………………………..

F. Sistematika Penulisan Hukum………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...

A. Kerangka Teori…………………………………………………

1. Tinjauan Umum Tentang HaKI …………………………...

a. Pengertian HaKI……………………………………….

b. Pembagian HaKI……………….....................................

2. Tinjauan Umum Tentang Merek…………………………...

a. Pengertian Merek………………………………………

b. Pengertian Hak Atas Merek……………………………

c. Jenis Merek…………………………………………….

d. Syarat Pendaftaran Merek……………………………..

e. Sistem Pendaftaran Merek…………………………….

f. Prosedur Pendaftaran Merek…………………………..

g. Fungsi Merek…………………………………………..

h. Alternatif Penyelesaian Sengketa……………………...

3. Penghapusan Merek ……………………………………….

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xi

1

1

6

7

7

8

11

14

14

14

14

15

15

15

20

21

22

24

26

27

30

32

Page 12: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

4. Pengalihan Hak Atas Merek……………………………….

a. Macam-macam Pengalihan Hak Atas Merek………….

b. Lisensi Merek………………………………………….

5. Konvensi Internasional Tentang Merek…………………...

a. Konvensi Paris…………………………………………

b. Perjanjian Madrid……………………………………...

c. TRIPs-WTO…………………………………………...

B. Kerangka Pemikiran……………………………………………

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………

A. Faktor-faktor Penyebab Penghapusan Merek Terdaftar Menurut

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang

Merek…………………………………………………………..

1. Kasus Penghapusan Merek yang Tidak Digunakan 3 (Tiga)

Tahun Berturut-Turut……………………………..

2. Kasus Penghapusan Merek yang Tidak Sesuai dengan Jenis

Barang atau Jasa yang Dimohonkan

Pendaftarannya…………………………………………...

B. Akibat Hukum Penghapusan Merek Terdaftar Terhadap Para Pihak

Yang Terkait……………………………………………

1. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Prakarsa Direktorat

Merek……………………………………………………..

2. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Permintaan Pemilik

Merek……………………………………………………..

3. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Permintaan Pihak Ketiga

Berdasarkan Putusan Pengadilan…………………

BAB IV PENUTUP………………………………………………………...

A. Kesimpulan……………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

LAMPIRAN………………………………………………………………..

34

34

35

38

38

39

40

42

46

46

53

68

71

72

74

75

78

78

79

81

84

Page 13: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak dasawarsa terakhir ini, Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)

atau Intellectual Property Rights, demikian berkembangnya dan menarik

perhatian serta menjadi sangat penting terutama di bidang industri dan

perdagangan antar bangsa, HaKi juga dapat memberi warna sendiri.

Keadaan demikian, membawa pengaruh terhadap penataan HaKI di

tingkat nasional (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009:3).

Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian

seksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan yang

masih akan berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin

meluasnya arus globalisasi, baik di bidang sosial, ekonomi, budaya

maupun bidang-bidang kehidupan lainnya.

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat

iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini merek memegang peranan yang

sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-

perjanjian internasional yang telah di ratifikasi Indonesia serta

pengalaman melaksanakan administrasi merek, diperlukan penyempurnaan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran Negara Tahun 1992

Nomor 18) sebagaimana di ubah dengan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31) selanjutnya

disebut Undang-Undang Merek Lama, dengan satu undang-undang

tentang Merek yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

(Adrian Sutedi, 2009 : 89 - 90).

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang sangat pesat

dalam era globalisasi ini, ikut pula mendorong globalisasi HaKI. Suatu

barang dan jasa yang hari ini di produksi suatu negara, di saat berikutnya

telah dapat dipasarkan di negara lain. Kehadiran barang dan jasa dalam

Page 14: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

proses produksinya menggunakan HaKi, memerlukan perlindungan

hukum. Sehubungan dengan itu, pemberian perlindungan yang semakin

efektif terhadap HaKI perlu lebih ditingkatkan lagi.

Dalam dunia perdagangan, merek sebagai salah satu bentuk HaKI

telah digunakan ratusan tahun yang lalu dan mempunyai peranan yang

penting karena merek digunakan untuk membedakan asal-usul mengenai

produk barang dan jasa. Merek juga digunakan dalam dunia periklanan

dan pemasaran karena publik sering mengaitkan suatu image, kualitas atau

reputasi barang dan jasa dengan merek tertentu. Sebuah merek dapat

menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial, dan seringkali

merek lah yang membuat harga suatu produk menjadi mahal bahkan lebih

bernilai dibandingkan dengan perusahaan tersebut (Eddy Damian dkk,

2003 : 131).

Merek merupakan gengsi bagi kalangan tertentu, gengsi seseorang

terletak pada barang yang dipakai atau jasa yang digunakan. Alasan yang

sering kali diajukan adalah demi kualitas, bonafiditas, atau investasi.

Terkadang merek menjadi gaya hidup. Merek bisa menjadi seseorang

percaya diri atau bahkan menentukan kelas sosialnya (Mulyanto, 1994).

Memakai barang-barang yang mereknya terkenal merupakan kebanggaan

tersendiri bagi konsumen, apalagi bila barang-barang tersebut merupakan

produk asli yang sulit didapat dan dijangkau oleh kebanyakan konsumen

(Abdul Rahman, 1997 : 29). Beragamnya merek produk yang ditawarkan

oleh produsen kepada konsumen menjadikan konsumen dihadapkan oleh

berbagai macam pilihan, bergantung pada daya beli atau kemampuan

konsumen. Masyarakat menengah ke bawah yang tidak mau ketinggalan

menggunakan barang-barang merek terkenal membeli barang palsu,

imitasi dan bermutu rendah, tidak menjadi masalah asalkan dapat terbeli.

Tahapan sebuah merek dari suatu produk menjadi sebuah merek

yang dikenal (well known/famous mark) oleh masyarakat konsumen dan

menjadikan merek yang dikenal oleh masyarakat sebagai aset perusahaan

adalah tahapan yang sangat diharapkan oleh baik produsen maupun

Page 15: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pemilik merek. Tahapan ini disebut ekuitas merek. Setelah suatu

perusahaan mencapai tahapan yang menjadikan merek dikenal luas oleh

masyarakat konsumen, dapat menimbulkan terdapat kompetitor yang

beritikad tidak baik untuk melakukan persaingan tidak sehat dengan cara

peniruan, pembajakan. Bahkan, mungkin dengan cara pemalsuan produk

(counterfeiting product) bermerek dengan mendapatkan keuntungan

dagang dalam waktu singkat.

Terkenalnya suatu merek menjadi suatu well known/famous mark,

dapat memicu tindakan-tindakan pelanggaran merek baik yang berskala

nasional maupun internasional. Merek terkenal harus diberikan

perlindungan baik secara nasional maupun internasional. Pelanggaran

merek terkenal tidak saja berskala nasional, tetapi juga internasional.

Suatu merek yang sudah terkenal mengalami perluasan perdagangan

melintasi batas-batas negara (Julius Rizaldi, 2009 : 3 - 4).

Dengan terjadinya pemalsuan merek, perdagangan tentunya tidak

akan berkembang dengan baik dan akan semakin memperburuk citra

Indonesia sebagai pelanggar HaKI. Tahun 2004 saja Negara Amerika

Serikat (AS) yang selalu memantau penegakan hukum HaKI di Indonesia,

menempatkan Indonesia pada peringkat priority watch list karena

tingginya tingkat pelanggaran HaKI. Berdasarkan hal inilah sebenarnya

ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah agar bisa

meningkatkan kepercayaan para investor asing untuk mau

menginvestasikan modalnya, yaitu stabilitas politik, keamanan, dan juga

penegakan hukum (law enforcement). Penegakan hukum berfungsi sebagai

perlindungan bagi manusia, untuk itu hukum harus dilaksanakan.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, tetapi

dapat terjadi juga pelanggaran hukum. Untuk itu hukum yang telah

dilanggar ini harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum

itu menjadi kenyataan (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009 : 4).

Di Indonesia sendiri dengan telah mengubah dan menambah

Undang-Undang Merek sedemikian rupa sejak Undang-Undang Nomor 21

Page 16: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tahun 1961 kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1992, dan kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1997, dan terakhir dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001, membuktikan bahwa peranan merek sangat penting.

Dibutuhkan adanya pengaturan yang lebih luwes seiring dengan

perkembangan dunia usaha yang sangat pesat.

Dalam Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 yang

merupakan Undang-Undang Merek terakhir, disebutkan bahwa merek

merupakan tanda yang dapat divisualisasikan melalui gambar, nama, kata,

huruf, angka, atau kombinasi dari kesemuanya yang mempunyai ciri khas

tersendiri sehingga mempunyai daya pembeda dengan produk merek lain

dan digunakan dalam dunia perdagangan barang maupun jasa.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan

dan Merek Perniagaan (Undang-Undang tentang Merek Dagang), memulai

perlindungan hukum terhadap pemilik hak atas merek yang pertama.

Undang-Undang ini menganut asas first to use system atau stelsel

Deklaratif yang artinya siapa yang memakai “pertama kali” suatu merek,

dialah yang berhak mendapatkan perlindungan hukum dari upaya-upaya

peniruan suatu merek. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 ini

sebenarnya lebih merupakan terjemahan dari Undang-undang Merek

Belanda dan fokus Undang-Undang ini lebih mengarah kepada

perlindungan konsumen terhadap barang bajakan dari penggunaan merek

tanpa izin oleh pihak lain, ataupun mengambil tindakan hukum terhadap

pelaku pelanggaran merek (Eddy Damian dkk, 2003 : 69).

Pada tanggal 28 Agustus 1992 terbitlah Undang-Undang Nomor 19

Tahun 1992 tentang Merek yang mencabut ketentuan Undang-undang

Nomor 21 Tahun 1961. Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992

mulai dianut stelsel Konstitutif atau asas first to file system. Pemilik merek

yang dianggap sah adalah pemilik merek yang telah mendaftar ke

Direktorat Merek terlebih dahulu, sampai dibuktikan apakah pendaftaran

tersebut dilakukan atas iktikad baik atau iktikad buruk. Perubahan dan

Page 17: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

penyempurnaan dalam sistem merek ini dilakukan dengan tujuan untuk

melindungi masyarakat dari produk-produk palsu dan untuk melindungi

produsen pemilik merek dari penggunaan merek yang tidak berhak

(Ahmad Ramli dan Muhammad Amirulloh, 2002).

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 kemudian diubah oleh

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang perubahan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Perubahan Undang-

undang Merek pada Tahun 1997 dilakukan karena ketentuan Persetujuan

Putaran Uruguay mengenai kesepakatan atas desakan Negara maju

(khusunya Uni Eropa) yang menginginkan merek dimasukkan ke dalam

pengaturan di bidang Perdagangan Internasional. Indonesia berusaha

mematuhi aturan-aturan pokok yang terkandung dalam TRIPs, yaitu

kewajiban bagi Negara anggota untuk menyesuaikan peraturan perundang-

undangan hak milik intelektualnya dengan berbagai konvensi internasional

di bidang HaKI (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 8).

Era perdagangan yang berkembang demikian pesat ini hanya dapat

dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini

merek memegang peranan penting yang memerlukan sistem pengaturan

yang lebih memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan

dengan konvensi-konvensi internasional yang telah di ratifikasi oleh

Indonesia, diperlukan penyempurnaan Undang-undang Merek yang baru

yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.

Merek dapat disebut sebagai benda immaterial (Abdulkadir

Muhammad, 1994: 75). Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 bagian menimbang butir a, menyatakan bahwa:

“Bahwa dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-

konvensi internasional yang telah di ratifikasi Indonesia, peranan merek

menjadi sangat penting, terutama dalam persaingan usaha yang sehat”.

Merek dilindungi apabila didaftarkan di Direktorat Merek. Dalam

perjanjian TRIPs yang ditandatangani Indonesia dan juga dalam Undang-

Page 18: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Undang Nomor 15 Tahun 2001, pemilik merek terdaftar memiliki hak

eksklusif untuk melarang pihak ketiga yang tanpa izin dan sepengetahuan

pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama untuk barang

atau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu (Sudargo Gautama, 1994:

19). Namun, perlindungan hukum terhadap merek terdaftar tersebut bukan

merupakan jaminan. Ada kalanya apabila terdapat cukup alasan,

pendaftaran merek dapat dihapus atau dibatalkan.

Menghapuskan merek berarti menghapuskan hak. Apabila suatu

merek dihapus oleh pihak-pihak lain selain pemilik merek, masih ada

perlindungan hukum dapat dilakukan oleh pemilik merek yang keberatan

mereknya dihapus. Upaya ini dilakukan agar dapat memberikan kepastian

hukum, keadilan serta menghargai hak asasi manusia.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik dalam penulisan hukum ini untuk melakukan penelitian dengan

mengambil judul: “STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK

TERDAFTAR DI DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dan agar pembahasan

lebih jelas serta mendalam sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka

diperlukan adanya suatu rumusan masalah. Dalam penelitian ini penulis

merumuskan masalah sebagai berikut ini :

1. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab penghapusan merek

terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek ?

2. Bagaimana akibat hukum penghapusan merek terdaftar terhadap para

pihak yang terkait?

Page 19: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang

hendak dicapai oleh peneliti. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penghapusan merek

terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek.

b. Untuk mengetahui akibat hukum penghapusan merek terdaftar

terhadap para pihak yang terkait.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk melengkapi persyaratan akademis guna mencapai derajat

sarjana (strata 1) ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah wawasan, pengetahuan, serta kemampuan

analisis penulis di bidang ilmu hukum baik dari segi teori maupun

praktek dalam hal ini lingkup Hukum Perdata, khususnya Hukum

Hak Kekayaan Intelektual.

c. Untuk meningkatkan serta mendalami berbagai teori yang telah

penulis peroleh selama berada di bangku kuliah.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan akan memberikan manfaat

yang berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan di bidang penelitian

tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pembangunan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya.

b. Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat menambah

wawasan kepustakaan terkait permasalahan yang berhubungan

Page 20: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

faktor-faktor penyebab penghapusan merek terdaftar menurut

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas masalah yang diteliti, melatih

mengembangkan pola pikir yang sistematis sekaligus untuk

mengukur kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah

diperoleh.

b. Untuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan pada

masyarakat mengenai faktor-faktor penyebab penghapusan merek

terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan karya

ilmiah dari penulis dalam perkembangan hukum HaKI pada

khususnya hukum Merek dan bermanfaat menjadi referensi sebagai

bahan acuan dalam penelitian pada masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini

adalah penelitian hukum normatif atau penelitian doktrinal. Penelitian

hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan pendapat berdasarkan logika keilmuan hukum

berdasarkan ilmu hukum itu sendiri sebagai obyeknya, dalam hal ini

yaitu peraturan-peraturan hukum (Jhony Ibrahim, 2006 : 57).

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat preskriptif dan

terapan. Ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat preskriptif

Page 21: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai

ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-

ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter

Mahmud Marzuki, 2010: 22).

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian normatif dapat dilakukan dengan berbagai

pendekatan. Dari pendekatan itu yang akan diperoleh jawaban yang

diharapkan atas permasalahan hukum yang diajukan. Pendekatan yang

dipakai dalam penelitian hukum yaitu :

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach);

b. Pendekatan kasus (case approach);

c. Pendekatan historis (historical approach);

d. Pendekatan perbandingan (comparative approach);

e. Pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud

Marzuki, 2010 : 93).

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan ini

dilakukan dengan menganalisis Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek. Penggunaan pendekatan kasus (case approach)

dalam penelitian ini karena penulis juga ingin menelaah kasus-kasus

yang berkaitan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (Peter

Mahmud Marzuki, 2010 : 94). Sedangkan pendekatan komparatif

(comparative approach) yang penulis maksud dalam penelitian ini

yaitu dengan membandingkan Undang-Undang Merek yang lama

dengan Undang-Undang Merek yang Baru.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum

yang dilakukan oleh penulis adalah bahan hukum primer, bahan

Page 22: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer

merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya

mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan

perundang-undangan, cetakan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum sekunder

adalah semua publikasi tidak resmi yang berkaitan dengan hukum.

Publikasi hukum tersebut meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 141).

Adapun bahan-bahan hukum yang penulis pergunakan

meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat antara lain :

1) Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property

Rights (TRIPs).

2) Konvensi Paris untuk Hak atas Kekayaan Industri WIPO 1995.

3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara

Permintaan Pendaftaran Merek.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Tarif atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil karya

ilmiah para sarjana, hasil penelitian, buku-buku, internet, dan

makalah.

c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan-bahan hukum

yang besifat yang menunjang bahan hukum primer dan sekunder

yang berupa kamus.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum

primer yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Sedangkan bahan hukum primer adalah semua bahan hukum yang

Page 23: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

memberi penjelasan terhadap hukum primer, meliputi buku-buku teks

dibidang hukum, jurnal-jurnal hukum, kamus-kamus hukum, dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan bahan hukum pustaka,

baik dari media cetak maupun elektronik serta literatur yang erat

kaitannya dengan permasalahan yang dibahas berdasarkan bahan

hukum sekunder. Bahan hukum tersebut kemudian dianalisis dan

dirumuskan sebagai bahan hukum penunjang dalam penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian

normatif teknik analisis yang penulis gunakan adalah dengan metode

silogisme dan interpretasi, dengan menggunakan pola berfikir

deduktif. Silogisme yang penulis gunakan adalah menggunakan

silogisme pendekatan deduktif yaitu proses penalaran yang bermula

dari keadaan umum ke keadaan khusus kemudian ditarik kesimpulan

sebagai pernyataan akhir yang mengandung kebenaran (Jhony

Ibrahim, 2006 : 249-250). Sedangkan interpretasi atau penafsiran

yang digunakan penulis adalah berdasarkan interpretasi perundang-

undangan yakni merupakan metode penemuan hukum yang memberi

penjelasan yang gambling terkait teks undang-undang agar ruang

lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa

tertentu.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum yang disusun oleh penulis adalah

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

Page 24: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Hak Kekayaan Intelektual

2. Tinjauan Umum Tentang Merek

3. Tinjauan Umum Tentang Penghapusan Merek

4. Tinjauan Umum Tentang Pengalihan Hak Atas

Merek

5. Tinjauan Umum Tentang Konvensi Internasional di

Bidang Merek

B. Kerangka Pemikiran

BAB III PEMBAHASAN

Pada BAB III penulis menguraikan mengenai pembahasan

dan hasil yang diperoleh dari penelitian berdasarkan

rumusan masalah yang telah dibuat dengan menggunakan

tinjauan pustaka sebagai pisau analisisnya, dua pokok

permasalahan yang diangkat adalah :

A. Apakah faktor-faktor penyebab penghapusan merek

terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek?

B. Bagaimanakah akibat hukum penghapusan merek

terdaftar terhadap para pihak yang terkait?

Page 25: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB IV PENUTUP

Pada BAB IV penulis menguraikan dua hal yang berisi

antara lain:

A. Simpulan dan;

B. Saran berdasarkan penulisan hukum

Page 26: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang HaKI

a. Pengertian HaKI

Istilah Intellectual property right sebagai terminologi

hukum di Indonesia diterjemahkan menjadi beberapa istilah

diantaranya adalah Hak Kekayaan Intelektual, Hak Atas

Kepemilikan Intelektual, Hak Milik Intelektual, Hak Atas

Kekayaan Intelektual. Perbedaan terjemahan terletak pada kata

property. Memang dapat diartikan sebagai kekayaan, tetapi juga

dapat diartikan sebagai milik. Para penulis hukum ada yang

menggunakan istilah Hak Milik Intelektual, adapula yang

menggunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual (Abdulkadir

Muhammad, 2000: 1).

Istilah Hak Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan

langsung dari Intellectual Property. Selain istilah Intellectual

Property juga dikenal dengan istilah intangible property, creative

property, dan incorporeal property. Di Perancis orang

menyatakannya sebagai propriete intellectuelle dan propriete

industrielle. Di Belanda biasa disebut milik intelektual dan milik

perindustrian (Muhammad Djumhana dan Djubaedillah, 1997: 19).

WIPO sebagai organisasi internasional yang mengurus bidang hak

milik intelektual memakai istilah Intellectual Property yang

mempunyai pengertian luas dan mencakup antara lain karya

kesusastraan, artistik maupun ilmu pengetahuan (scientific),

pertunjukan oleh para artis, kaset atau penyiaran audio visual,

penemuan dalam segala bidang usaha, dan penentuan komersial

dan perlindungan terhadap persaingan curang.

Page 27: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI”, adalah

padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property

Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil otak yang

menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk

manusia (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Departemen Hukum dan HAM :13).

Hak kekayaan intelektual muncul dari cipta, rasa, karsa,

dan karya manusia, atau dapat pula disebut sebagai hak atas

kekayaaan yang lahir dari kemampuan intelektualitas manusia.

Atas hasil kreasi tersebut, maka individu, kelompok, atau

perusahaan yang menciptakan memiliki hak yang dijamin dan

dilindungi peraturan yang ada untuk menggunakannya dan

mengambil keuntungan atas hasil kreasinya tersebut.

b. Pembagian HaKI

HaKI dapat dibagi dalam:

1) Hak Cipta (copyright)

2) Hak atas Kekayaan Industri (industrial property right)

a) Patent (patent)

b) Merek (trade mark)

c) Rahasia Dagang (trade secret)

d) Desain Industri (industrial design)

e) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of

integrated sircuit) (OK. Saidin, 2010 : 13-14)

2. Tinjauan Umum tentang Merek

a. Pengertian Merek

Secara yuridis pengertian merek tercantum dalam Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek yang berbunyi : “Merek adalah tanda yang berupa

gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna

atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya

Page 28: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang

dan jasa”.

Pengertian merek yang serupa juga ditemui dalam

Black Law Dictionary yang menyebutkan:

“Trademark is a distinctive mark of authenticity

through which the product of particular manufacturers or the

rendible commondities of particular merchants may be

distinguished from those of others”. (Merek adalah suatu tanda

autentisitas khusus/spesifik yang membedakan produk dari

pabrik-pabrik tertentu atau komoditas dari pedagang-pedagang

tertentu dari produk atau komoditas dari pabrik-pabrik ataupun

pedagang-pedagang yang lainnya).

Pengertian merek dapat ditemukan dalam beberapa

literatur Hak Kekayaan Intelektual, yakni pendapat para sarjana

yang coba memberi rumusan tentang merek, antara lain

dikemukakan oleh:

1) R.M. Suryodiningrat, menyatakan bahwa:

“Merek adalah Barang-barang yang dihasilkan oleh

pabriknya dengan dibungkus pada bungkusnya dibubuhi

tanda tulisan dan atau perkataan untuk membedakan dari

barang sejenis hasil dari perusahaan lain, tanda inilah yang

disebut merek perusahaan” (Yurisprudensi Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor 426

PK/Pdt/1994,Tanggal 03 November 1995).

2) H.M.N. Purwo Sutjipto, yang dikutip dari buku OK. Saidin,

bahwa:

“Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu

benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan

dengan benda lain yang sejenis” (H. OK Saidin, 2010 :

343).

Page 29: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3) R. Soekardono, yang dikutip dari buku OK. Saidin, bahwa:

“Merek adalah sebuah tanda dengan mana

dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga

dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitasnya

barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis

yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau

badan-badan perusahaan lain” (H. OK Saidin, 2010: 344).

4) OK Saidin, menyatakan di dalam bukunya, bahwa:

“Merek adalah suatu tanda (sign) untuk

membedakan barang-barang yangsejenis yang dihasilkan

atau diperdagangkan seseorang atau sekelompok orang atau

badan hukum dengan barang-barang sejenis yang

dihasilkan oranglain, yang memiliki daya pembeda maupun

sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan atau jasa” (H. OK Saidin, 2010 :

345).

5) Sudargo Gautama, yang dikutip dari buku Sentosa

Sembiring bahwa:

“Menurut perumusan pada Paris Convention, maka

trademark atau merek pada umumnya di definisikan

sebagai usaha tanda yang berperan untuk membedakan

barang-barang dari suatu perusahaan dengan barang-barang

dari perusahaan lain” (Sentosa Sembiring, 2002: 32).

6) Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Prof. Vollmar,

memberikan rumusan yang dikutip dari buku OK. Saidin

bahwa:

“Suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah

suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas

bungkusannya, gunanya membedakan barang itu dengan

barang-barang sejenis lainnya” (H. OK Saidin, 2010: 344).

Page 30: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

7) Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan

meninjau merek dari aspek fungsinya yang dikutip dari

buku OK. Saidin, yaitu:

“Suatu merek dipergunakan untuk membedakan

barang yang bersangkutan dari barang yang sejenis lainnya

oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi

merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap

mutunya” (H. OK Saidin, 2010: 344).

8) Essel R. Dillavou, sebagaimana dikutip oleh Pratisius

Daritan, merumuskan seraya memberi komentar yang

dikutip pula dari buku OK. Saidin, bahwa:

No complete definition can be given for a trade mark generally its any sign, symbol mark, work or arrangement of words in the form of a label adopted and used by a manufacturer of distributor to designate his particular goods, and which no other person has the legal right to use it. Originally, the sign or trade mark, indicated origin, but to day it is used more as an advertising mechanism (H. OK Saidin, 2010: 344-345).

Yang terjemahannya adalah:

(Tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan

untuk suatu merek dagang, secara umum adalah suatu

lambing, simbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata di

dalam bentuk suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh

seseorang pengusaha atau distributor untuk menandakan

barang-barang khususnya, dan tidak ada orang lain

mempunyai hak sah untuk memakai desain atau trade mark

menunjukan keaslian tetapi itu sekarang dipakai sebagai

suatu mekanisme periklanan).

9) Harsono Adisumatro, merumuskan pengertian merek yang

dikutip dari buku OK. Saidin bahwa:

Merek adalah tanda pengenal yang membedakan

milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada

Page 31: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada

punggung sapi yang kemudian dilepaskan ditempat

penggembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu

memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukan

bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang

tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau merek

digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda

pembedaan (H. OK Saidin, 2010: 345).

10) Phillip S. James MA, Sarjana Inggris, menyatakan

pengertian merek yang dikutip dari buku OK. Saidin,

bahwa:

A trade mark is a mark used in conection with goods which a trader uses in order to tignity that a certain type of good are his trade need not be the actual manufacture of goods, in order to give him the right to use a trade mark, it will suffice if they merely pass through his hand is the course of trade (H. OK Saidin, 2010: 345).

Yang terjemahannya adalah:

(Merek dagang adalah suatu tanda yang dipakai oleh

seseorang pengusaha atau pedagang untuk menandakan

bahwa suatu bentuk tertentu dari barang-barang

kepunyaannya, pengusaha atau pedagang tersebut tidak

perlu penghasilan sebenarnya dari barang-barang itu, untuk

memberikan kepadanya hak untuk memakai sesuatu merek,

cukup memadai jika barang-barang itu ada di tangannya

dalam lalu lintas perdagangan).

Dari penjelasan tersebut, secara sederhana dapat

dikemukakan bahwa merek adalah tanda yang digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Dengan demikian

secara teoritis konsumen dapat menentukan pilihan mana yang

terbaik baginya. Apabila ada beberapa jenis merek untuk satu

jenis barang yang sama, maka disini yang menentukan adalah

Page 32: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

kualitas barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen, untuk

itulah dirasa perlu adanya perlindungan terhadap merek agar

produk yang ada dapat dilindungi. Seperti pada umumnya

setiap konsumen yang menginginkan suatu merek misalnya

peminat merek “Giordano” dengan alasan prestige (prestise)

dan berkualitas, tentu akan mencari barang dengan merek

tersebut, dan jika ada pemalsuan atau peniruan terhadap merek

ini sehingga konsumen terkecoh, tentu akan sangat merugikan

pihak produsen dan konsumen. Di Indonesia acuan yang

dipakai dalam membahas perlindungan merek terkenal adalah

Pasal 6 bis Konvensi Paris, yang menafsirkan secara implisit

yaitu, apabila merek-merek itu telah didaftarkan di berbagai

negara dan telah dipergunakan dalam kurun waktu leih dari 20

(dua puluh) tahun maka dapat dianggap sebagai merek

terkenal.

Menurut Susy Frankel, menjelaskan di dalam jurnal WIPO

:

The purposes of trade marks are not such lofty claims as innovation and creativity; rather they are to ensure the origin of and sometimes the quality of goods or services to which the trade mark relates. Within the field of trade mark law the boundaries of protection are contested. Broadly, the contest is over whether the value of trade marks is in the marks themselves as a commodity and not just their value as a badge of origin (Susy Frankel, 2009 : 1).

Selain dari itu, untuk menentukan dan mendefenisikan

suatu merek adalah merek terkenal atau merek biasa maka

diserahkan kepada hakim atau pengadilan untuk memberikan

penilaian dalam penyelesaian sengketa merek.

b. Pengertian Hak Atas Merek

Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan

oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar

Umum Merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan

sendiri merek tersebut atau memberi ijin kepada seseorang atau

Page 33: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

menggunakannya (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001).

Hak atas merek diberikan kepada pemilik merek yang

beritikad baik dan hanya berlaku untuk barang atau jasa

tertentu.

Sesuai dengan ketentuan bahwa hak merek itu diberikan

pengakuannya oleh negara, maka pendaftaran atas mereknya

merupakan suatu keharusan apabila ia menghendaki agar

menurut hukum dipandang sah sebagai orang yang berhak atas

merek. Bagi orang yang mendaftarkan mereknya terdapat suatu

kepastian hukum bahwa dialah yang berhak atas merek

tersebut. Sebaliknya bagi pihak lain yangmencoba akan

mempergunakan merek yang sama atas barang atau jasa

lainnya yang sejenis oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak

Kekayaan Intelektual tentunya akan ditolak pendaftarannya.

c. Jenis Merek

Undang-Undang Merek Tahun 2001 ada mengatur

tentang jenis-jenis merek, yaitu sebagaimana tercantum dalam

Pasal 1 butir 2 dan 3 Undang-Undang Merek Tahun 2001 yaitu

merek dagang dan merek jasa.

Pengertian merek dagang Pasal 1 butir 2 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 merumuskan sebagai berikut:

merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan

barang-barang sejenis lainnya.

Sedangkan, merek jasa menurut Pasal 1 butir 3 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 diartikan sebagai merek yang

digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau

Page 34: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat

dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek

kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa.

Hanya saja merek kolektif ini pemakaiannya digunakan secara

kolektif. Pengklasifikasian merek semacam ini diambil alih dari

Konvensi Paris yang dimuat dalam Pasal 6 sexies.

Di samping jenis merek sebagaimana ditentukan di atas

ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan kepada bentuk

atau wujudnya. Soeryatin membedakan dari barang sejenis

milik orang lain dengan beberapa jenis merek:

1) Merek lukisan (beel mark)

2) Merek kata (word mark)

3) Merek bentuk (form mark)

4) Merek bunyi-bunyian (klank mark)

5) Merek judul (title mark)

Beliau berpendapat bahwa jenis merek yang paling baik

untuk Indonesia adalah merek lukisan. Adapun jenis merek

lainnya, terutama merek kata dan merek judul kurang tepat

untuk Indonesia, mengingat bahwa abjad Indonesia tidak

mengenal beberapa huruf ph, sh. Dalam hal ini merek kata

dapat juga menyesatkan masyarakat banyak umpamanya:

“Sphinx” dapat ditulis secara fonetis (menurut pendengaran),

menjadi “Sfinks” atau “Svinks” (H. OK Saidin, 2010: 346).

Selanjutnya R.M. Suryodiningrat mengklasifikasikan

merek dalam tiga jenis yang dikutip dari buku OK. Saidin

yaitu :

Page 35: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1) Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.

Misalnya: Good Year, Dunlop, sebagai merek untuk ban

mobil dan ban sepeda.

2) Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja

yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali

dipergunakan.

3) Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali

dipergunakan.

Misalnya: Teh wangi merek “Pendawa” yang terdiri dari

lukisan wayang kulit pendawa dengan perkataan

dibawahnya “Pendawa Lima” (H. OK Saidin, 2010: 347).

d. Syarat Pendaftaran Merek

Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi

oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai

suatu merek, agar supaya merek itu harus dapat diterima dan

dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat mutlak yang

harus dipenuhi adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya

pembedaan yang cukup (H. OK Saidin, 2010: 348).

Sudargo Gautama, mengemukakan bahwa:

Merek ini harus merupakan suatu tanda.Tanda ini dapat dicantumkan pada barang bersangkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembedaan dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan merek. Misalnya: Bentuk, warna atau ciri lain dari barang atau pembungkusnya. Bentuk yang khas atau warna, warna dari sepotong sabun atau suatu doos, tube, dan botol. Semua ini tidak cukup mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagai suatu merek, tetapi dalam praktiknya kita saksikan bahwa warna-warna tertentu yang dipakai dengan suatu kombinasi yang khusus dapat dianggap sebagai suatu merek (H. OK Saidin, 2010: 348-349).

Page 36: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Merek Tahun 2001,

merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu

unsur dibawah ini:

1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban

umum;

2) Tidak memilik daya pembeda;

3) Telah menjadi milik umum; atau

4) Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau

jasa yang dimohonkan pendaftaranya.

Sedangkan menurut Pasal 6 Undang-Undang Merek

Tahun 2001, Direktorat Jenderal harus menolak merek tersebut,

apabila:

1) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah

terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang

sejenis;

2) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik

pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis lainnya;

3) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah

dikenal;

4) Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto,

atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali

atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

5) Merupaka tiruan atau menyerupai nama atau singkatan

nama, bendera, lambang, atau simbol atau emblem Negara

Page 37: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

atau lembaga nasional maupun lembaga internasional,

kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;

6) Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau

stempel resmi yang digunakan oleh Negara atau lembaga

pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang

berwenang.

Meskipun Undang-Undang sudah mengatur ketentuan

pendaftara merek sedemikian rupa, namun pada prakteknya

seringkali timbul beberapa masalah dalam pemeriksaan merek.

Salah satu yang menonjol adalah berkaitan dengan “persamaan.

Bagaimana menentukan ada tidaknya suatu persamaan merek

baik persamaan pada pokoknya maupun persamaan pada

keseluruhannya seperti diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a hal

tidak mudah (Agus Mardiyanto, 2010: 44).

e. Sistem Pendaftaran Merek

Dalam menentukan siapa yang berhak atas merek

tergantung sistem pendaftaran merek yang dianut oleh negara

yang bersangkutan. Sistem pendaftaran merek yang biasanya

dikenal adalah sistem konstitutif dan sistem deklaratif. Sistem

konstitutif adalah hak atas merek tercipta atau terlahir karena

pendaftaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem

deklaratif adalah hak atas merek tercipta atau lahir karena

pemakaian pertama, walaupun tidak didaftarkan.

Sistem pendaftaran merek di Indonesia menurut

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 menganut sistem

konstitutif, yaitu hak atas merek diberikan kepada pemilik

merek terdaftar, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3, yang

berbunyi : Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan

oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar

Page 38: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Umum Merek untuk jangka waktu tertentu menggunakan

sendiri merek tersebut atau memberi ijin kepada seseorang atau

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

menggunakannya. Dengan demikian seseorang atau beberapa

orang secara bersama-sama atau badan hukum yangmemiliki

merek, agar merek tersebut mendapat pengakuan dan

perlindungan hukum, maka harus mengajukan pendaftaran ke

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Pendaftaran

adalah satu-satunya yang mudah diketahui dan yang dapat

dipakai sebagai dasar yang kokoh dan pasti untuk dijadikan

dasar pemberian hak atas merek. Jadi, siapa yang mereknya

terdaftar dalam Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual, maka dialah yang berhak atas merek

tersebut. Sistem ini akan lebih menjamin adanya kepastian

hukum. Bentuk jaminan kepastian hukum ini yaitu adanya

tanda bukti pendaftaran dalam bentuk sertifikat sebagai bukti

hak atas merek sekaligus dianggap sebagai pemakai pertama

merek yang bersangkutan. Karena itu sistem konstitutif ini

sangat menguntungkan pemilik merek untuk mendapatkan

kepastian hukum apabila terjadi sengketa merek dikemudian

hari.

f. Prosedur Pendaftaran Merek

1) Umum

Permintaan pendaftaran merek diajukan secara

tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual. Surat permintaan pendaftaran

merek mencantumkan:

a) tanggal, bulan, dan tahun;

b) nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;

Page 39: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c) nama lengkap, dan alamat Kuasa apabila Permohonan

diajukan melalui Kuasa;

d) warna-warna apabila merek yang dimohonkan

pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna;

e) nama negara tempat tinggal permintaan merek yang

pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan

Hak Prioritas.

2) Dengan Hak Prioritas

Setiap orang yang telah mengajukan aplikasi

permintaan suatu hak merek kepada suatu negara dari

peserta Uni akan memperoleh hak prioritas untuk

mengajukan pendaftaran di negara lain ( Pasal 4 A ayat(1)

Konvensi Paris revisi Stockholm 1967).

Permohonan pendaftaran merek dengan hak

prioritas diatur dalam Pasal 11 -12 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001. Hak prioritas adalah hak pemohon

untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara

yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection

of Industrial Property atau Agreement Establishing the

World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan

bahwa tanggal penerimaan (filling date) di Negara asal

merupakan tanggal prioritas (priority date) di Negara

tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian

tersebut.

Permohonan dengan menggunakan hak prioritas

harus diajukan dalam kurun waktu paling lama 6 (enam)

bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan

pendaftaran merek yang pertama kali diterima di negara

lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the

Protection of Industrial Property atau Agreement

Establishing the World Trade Organization. Permohonan

Page 40: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dengan menggunakan hak prioritas wajib dilengkapi

dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran

merek yang pertama kali menimbulkan hak prioritas

tersebut. Bukti hak prioritas tersebut harus diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia.

g. Fungsi Merek

Secara umum, fungsi merek dapat dilihat dari sudut

produsen, pedagang dan juga konsumen. Produsen

menggunakan mereknya untuk jaminan nilai hasil produksi

khususnya kualitas dan pemakainya. Pedagang menggunakan

merek untuk promosi barang-barang dagangannya guna

mencari dan memperluas pasar, sedangkan konsumen

menggunakan merek untuk mengadakan pilihan barang yang

akan dibeli (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 46).

Merek menjadi demikian penting dalam periklanan dan

perdagangan karena masyarakat dapat melihat dari merek

tertentu tersebut atas nama baik, kualitas, serta reputasi dari

barang dan jasa tertentu. Nantinya pun suatu merek bisa

menjadi kekayaan komersial yang luar biasa dan sangat

berharga dan sering kali nama usaha/merek suatu perusahaan

lebih berharga daripada aset perusahaan yang berwujud, missal:

tanah, bangunan, mesin-mesin, dan perlengkapan kantor

(Suyud Margono, 2002: 146).

Merek merupakan suatu tanda pengenal dalamkegiatan

perdagangan barang dan jasa yang sejenis dansekaligus

merupakan jaminan mutunya bila dibandingkan dengan produk

barang atau jasa sejenis yang dibuat pihak lain. Merek tersebut

bisa merek dagang atau bisa juga merek jasa. Merek dagang

diperuntukkan sebagai pembeda bagi barang-barang yang

sejenis yang dibuat perushaan lain, sedangkan merek jasa

diperuntukkan sebagai pembeda pada perdagangan jasa yang

Page 41: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

sejenis. Dengan melihat, membaca atau mendengar suatu

merek, seseorang sudah dapat mengetahui secara persis bentuk

dan kualitas suatu barang atau jasa yang akan diperdagangkan

oleh pembuatnya (Rachmadi Usman, 2003: 321).

Dari pihak produsen, merek digunakan untuk jaminan

nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas,

kemudahan pemakaiannya, atau hal-hal lain yang pada

umumnya berkenaan dengan teknologinya. Sedangkan bagi

pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang

dagangannya, guna mencari dan meluaskan pasaran. Dari

pihak konsumen, merek diperlukan untuk mengadakan pilihan

barang yang akan dibeli (Harsono Adisumarto, 1990: 45).

Merek juga dapat berfungsi merangsang pertumbuhan

industri dan perdagangan yang sehat dan menguntungkan

semua pihak. Diakui oleh Commercial Advisory Foundation in

Indonesia (CAFI) bahwa masalah paten dan trademark di

Indonesia memegang peranan yang penting di dalam ekonomi

Indonesia, terutama berkenaan dengan berkembangnya usaha-

usaha industri dalam rangka penanaman modal. Realisasi dari

pengaturan merek tersebut juga akan sangat penting bagi

kemantapan perkembangan ekonomi jangka panjang. Juga

merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam menghadapi

mekanisme pasar bebas yang akan dihadapi dalam globalisasi

pasar internasional. Pamor Indonesia pun akan bertambah serta

dianggap sebagai negara yang sudah cukup dewasa untuk turut

serta dalam pergaulan antar bangsa-bangsa (Muhammad

Djumhana dan Djubadillah, 1997: 160).

Fungsi merek lainnya, antara lain sebagai berikut:

1) Sebagai tanda pengenal untuk membedakan produk

perusahaan yang satu dengan yang lain (product identity).

Fungsi ini juga menghubungkan barang atau jasa dengan

Page 42: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

produsennya sebagai jaminan reputasi hasil usahanya ketika

diperdagangkan.

2) Sebagai sarana promosi untuk berdagang (means of trade

promotion). Promosi dilakukan melalui iklan. Merek

merupakan salah satu goodwill untuk menarik konsumen,

merupakan symbol pengusaha untuk memperluas pasar

produk atau barang dagangannya.

3) Sebagai jaminan atas mutu barang atau jasa (quality

guarantee). Hal ini menguntungkan pemilik merek dan

juga memberikan perlindungan jaminan mutu barang atau

jasa bagi konsumen.

4) Sebagai penunjukkan asal barang atau jasa yang dihasilkan

(source of origins). Merek merupakan tanda pengenal asal

barang atau jasa yang menghubungkannya dengan produsen

atau daerah/Negara asalnya (Dwi Rezki Sri Astarini, 2009:

47).

Di dalam dunia perdagangan semakin meluas dan

global merek seringkali digunakan sebagai salah satu carauntuk

menciptakan dan mempertahankan good will dimata konsumen

dan sekaligus sebagai sarana untukmemperluas pasaran sesuatu

barang atau jasa ke seluruh dunia, karena bagaimana pun merek

yang sudah mempunyai reputasi tinggi menjadikan good will

bagi pemilik barang dan jasa, hal ini merupakan sesuatu

yangtidak ternilai.

h. Alternatif Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute

Resolution /ADR)

Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud

dalam bagian pertama bab ini, para pihak dapat menyelesaikan

sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian

sengketa.

Page 43: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan

alternative penyelesaian sengketa telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dikenal

bebarapa cara penyelesaian sengketa, yaitu:

1) Arbitrase;

2) Konsultasi;

3) Negosiasi;

4) Mediasi;

5) Konsiliasi; atau

6) Penilaian ahli

Di antara keenam cara penyelesaian sengketa diluar

pengadilan tersebut, hanya penyelesaian sengketa melalui

arbitrase yang menghasilkan putusan memaksa yang dijatuhkan

oleh pihak ketiga, yaitu arbiter atau majelis arbiter, sedangkan

cara penyelesaian lainnya tergolong dalam alternatif

penyelesaian sengketa, penyelesaiannya diserahkan kepada

para pihak, paling tidak hanya mendapat saran dari pihak ketiga

yang memfasilitasi perundingan para pihak (Ahmadi Miru,

2007 : 102).

Sedangkan menurut David Allen Bernstein, kelemahan

Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang merek :

there are several disadvantages of using any form of ADR in trademark disputes. One major problem with ADR is that there is usually no direct appellate review. If a party is left dissatisfied, it can bring the case to federal court to be heard denovo, which means many of the costs which were supposed to be avoided are reintroduced (David Allen Bernstein, 2006 : Vol 7 page 139).

Page 44: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Penghapusan Merek

Tentang penghapusan pendaftaran merek ini diatur dalam Pasal

61 sampai dengan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentnag Merek.

Ada dua cara untuk penghapusan pendaftaran merek tersebut,

yaitu :

a. Atas prakarsa Direktorat Jenderal HaKI

b. Atas prakarsa sendiri yaitu berdasarkan permintaan pemilik

merek yang bersangkutan.

Untuk penghapusan pendaftran merek atas prakarsa sendiri

undang-unang tidak menentukan persyaratannya. Tetapi jika dalam

perjanjian lisensi ada suatu klausul yang secara tegas menyampingkan

adanya persetujuan tersebut maka persetujuan semacam itu tidak perlu

dimintakan sebagai syarat kelengkapan untuk penghapusan

pendaftaran merek tersebut (OK Saidin, 2010 : 393).

Di samping itu pemerintah juga mengenakan biaya untuk

pencatatan penghapusan pendaftaran merek tersebut, dan ini akan

ditetapkan dengan peraturan pemerintah (Pasal 75).

Penghapusan pendaftaran merek berdasarkan prakarsa

Direktorat Jenderal HaKI dapat pula diajukkan oleh pihak ketiga.

Pengajuan permintaan tersebut dilakukan dengan gugatan melalui

Pengadilan Jakarta Pusat atau Pengadilan Niaga.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa, terhadap putusan Pengadilan

Niaga tersebut tidak dapat diajukkan permohonan banding.

Apabila gugatan penghapusan pendaftaran merek tersebut

diterima dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap maka,

Direktorat Jenderal HaKI akan melaksanakan penghapusan merek

Page 45: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya

dalam Berita Resmi Merek.

Untuk semua penghapusan pendaftaran merek, dilakukan oleh

Direktorat Jenderal HaKI dengan mencoret merek yang bersangkutan

dari Daftar Umum Merek, untuk itu harus pula diberikan catatan

tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut. Untuk selanjutnya

diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya,

dengan menyebutkan alasannya dan disertai dengan penegasan bahwa

sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek maka Sertifikat

Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Penghapusan hanya dapat dilakukan apabila terdapat bukti

yang cukup bahwa merek yang bersangkutan (OK Saidin, 2010 : 394) :

a. Tidak pakai (non use) berturut-turut selama 3 tahun atau lebih

dalam perdagangan barang atau jasa terhitung sejak tanggal

pendaftaran atau pemakaian terakhir. Namun demikian apabila ada

alasan yang kuat, mengapa merek itu tidak digunakan, Direktorat

Jenderal HaKI dapat mempertimbangkan untuk tidak dilakukan

penghapusan atas merek tersebut.

b. Dipakai untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis

barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau tidak

sesuai dengan merek yang diatur.

Permintaan penghapusan pendaftaran merek dapat dilakukan

seluruhnya atau sebagian jenis barang atau jasa yang termasuk dalam

satu kelas permintaan penghapusan itu diajukkan kepada Direktorat

Jenderal HaKI untuk kemudian dicatat dalam Daftar Umum Merek dan

diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Permintaan penghapusan itu dapat juga terhadap merek yang

sudah terikat dengan perjanjian lisensi, tetapi untuk permintaan

Page 46: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penghapusannya hanya dapat dilakukan dengan adanya persetujuan

secara tertulis dari penerima lisensi.

Dengan penghapusan pendaftaran merek tersebut maka

berakhirlah perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan (OK

Saidin, 2010 : 395).

4. Pengalihan Hak Atas Merek

a. Macam-macam Pengalihan Hak Atas Merek

Hak atas merek merupakan hak khusus yang diberikan oleh

Negara kepada pemilik merek terdaftar (Dwi Rezki Sri Astarini,

2009: 56). Karena itu, pihak lain tidak dapat menggunakan merek

terdaftar tanpa izin pemiliknya. Pengalihan hak atas merek

terdaftar merupakan suatu tindakan pemilik merek mula-mula

untuk mengalihkan hak kepemilikannya kepada orang lain. Pasal

40 ayat (1) Undang-Undang Merek 2001 menyatakan hak atas

merek terdaftar dapat di alihkan karena:

1) Pewarisan;

2) Hibah;

3) Wasiat;

4) Perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh

peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan

Undang-Undang Merek.

Pengalihan hak atas merek terdaftar wajib dimohonkan

pencatatannya pada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual dengan

disertai dokumen yang mendukung. Jika pencatatan tidak

dilakukan, pengalihan hak atas merek tidak berakibat hukum

kepada pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan prinsip kekuatan

berlaku terhadap pihak ketiga pada umumnya karena pencatatan

dalam suatu daftar umum (Sudargo Gautama, 1992: 6).

Page 47: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Pasal 41 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek mengemukakan bahwa pengalihan hak atas merek terdaftar

dapat disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi atau lain-

lainnya yang terkait dengan merek bersangkutan. Dalam Pasal ini

menyirat kan bahwa goodwill atau nama baik mempunyai nilai

tersendiri untuk dapat dialihkan, dan Pasal 42 Undang-Undang

yang sama menyatakan bahwa Pencatatan pengalihan hak atas

merek terdaftar hanya dapat dilakukan disertai pernyataan tertulis

dari penerima pengalihan bahwa atas merek tersebut akan

digunakan bagi perdagangan barang atau jasa (Dwi Rezki Sri

Astarini, 2009: 56).

b. Lisensi Merek

Merek memainkan fungsi yang bernilai untuk

mengidentifikasi asal produk dan teknologi. Merek juga diyakini

dapat membantu mempererat kesetiaan para pelanggan. Beberapa

kajian menunjukkan bahwa ingatan pelanggan sama efektifnya

dengan menarik pelanggan baru (Kamil Idris, Jurnal Wipo: 18).

Selain meningkatkan penjualan produk dan mempertahankan

kesetiaan pelanggan, merek juga dapat digunakan untuk

memperluas dan mengembangkan pasar modal melalui lisensi

(Dwi Rezki Sri Astarini, 2009: 57).

Orang yang berminat menggunakan merek milik orang lain

yang terdaftar harus terlebih dahulu mengadakan perjanjian lisensi

dan mendaftarkannya ke Direktorat Merek.

Secara umum, dalam Black’s Law Dictionary, Lisensi

diartikan sebagai yang dikutip dari buku Gunawan Widjaya “the

permission by competent authority to do an act which, without

such permission would be illegal, a trespass, a tort, or otherwise

would not allowable” (Gunawan Widjaja, 2002: 15).

Page 48: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Hal ini mengandung arti bahwa lisensi merupakan bentuk

hak untuk melakukan satu maupun serangkaian perbuatan yang

diberikan oleh mereka yang berwenang dalam bentuk izin. Tanpa

adanya izin, tindakan atau perbuatan tersebut menjadi terlarang,

tidak sah dan melawan hukum. Seseorang memilih pemberian

lisensi dalam upaya pengembangan usahanya disebabkan oleh

factor-faktor tersebut (Gunawan Widjaja, 2002: 15):

1) Menambah sumber daya pengusaha pemberi lisensi (lisensor)

secara tidak langsung. Dengan mengoptimalkan sumber daya

yang ada pada penerima lisensi (lisensee), sesungguhnya

pemberian lisensi telah mengoptimalkan pengembangan

usahanya;

2) Memungkinkan perluasan wilayah secara tidak langsung;

3) Memperluas pasar dari produk hingga dapat menjangkau pasar

yang semula berada diluar pangsa pasar lisensor;

4) Mempercepat proses pengembangan usaha bagi industry-

industri padat modal dengan menyerahkan sebagia proses

melalui teknologi yang dilisensikan;

5) Penyebaran produk juga menjadi lebih mudah dan terfokus pada

pasar, karena ada produk-produk tertentu yang akan lebih

mudah dipasarkan jika dijual dalam bentuk paket dengan produk

lainnya, baik karena sifatnya yang komplementer, suplementer

atau pelengkap terhadap suatu produk yang sudah dikenal

masyarakat;

6) Pihak lisensor dan lisensee dapat mengurangi tingkat

kompetensi hingga pada suatu batas tertentu;

7) Pihak lisensor maupun lisensee dapat melakukan trade off

(barter) teknologi. Ini berarti para pihak mempunyai kesempatan

untuk mengurangi biaya yang diperlukan untuk memperoleh

suatu teknologi yang diperlukan;

Page 49: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

8) Memberikan keuntungan dalam bentuk nama besar dan goodwill

dan lisensor, sehingga pihak penerima lisensi tidak memerlukan

biaya yang besar untuk melakukan promosi atau kegiatan

usahanya.

9) Pemberian lisensi memungkinkan lisensor untuk sampai pada

batas waktu tertentu melakukan control atas pengelolaan

jalannya kegiatan usaha yang dilisensikan tanpa harus

mengeluarkan biaya yang besar.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek pada

Pasal 1 Butir 13 menyatakan bahwa:

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam waktu dan syarat tertentu.

Pemberian lisensi terhadap penggunaan merek yang

dilisensikan bisa sebagian atau keseluruhan jenis barang dan jasa,

dan jangka waktu berlakunya lisensi tidak diperbolehkan lebih

lama dari jangka waktu berlakunya pendaftaran merek yang

dilisensikan tersebut, sedangkan wilayah berlakunya perjanjian

lisensi adalah seluruh Indonesia keceuali hal ini diperjanjikan

secara tegas dalam perjanjian.

Perjanjian lisensi tidak boleh atau dilarang membuat

ketentuan yang langsung maupun tidak langsung dapat

menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau

memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa

Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada

umumnya. Contohnya, apabila dalam perjanjian lisensi dimuat

ketentuan yang melarang lisensee untuk melakukan perbaikan-

Page 50: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

perbaikan atas mutu barang (Suyud Margono dan Longginus Hadi,

2002: 77).

Perjanjian lisensi tidak menyebabkan pemilik merek

terdaftar kehilangan hak untuk menggunakan sendiri atau

memberikan lisensi kepada pihak lainnya untuk menggunakan

merek terdaftar. Pada perjanjian lisensi juga dapat diperjanjikan

bahwa penerima lisensi merek terdaftar bisa menberi lisensi lebih

lanjut (sub lisensi) kepada pihak lain. Hal ini tercantum pada Pasal

45 Undang-Undang Merek Tahun 2001.

Undang-Undang Merek Tahun 2001 pun memberi

perlindungan hukum kepada lisensee yang beritikad baik. Pasal 48

menjelaskan bahwa apabila merek dalam perjanjian lisensi

dibatalkan karena sama pada pokoknya atau sama pada

keseluruhannya, penerima lisensi tetap berhak menjalankan isi

perjanjian lisensi sampai dengan berakhirnya perjanjian lisensi.

Konsekuensinya lisensee tidak lagi memberikan royalty kepada

lisensor, tetapi memberikan lisensi tersebut kepada pemilik merek

yang sah.

Apabila lisensor sudah terlebih dahulu menerima royalty

secara sekaligus dari lisensee lisensor tersebut wajib menyerahkan

bagian daro royalty yang diterimanya kepada pemilik merek yang

tidak dibatalkan, yang besarnya sebanding dengan sisa jangka

waktu perjanjian lisensi.

5. Konvensi Internasional Di Bidang Merek

a. Konvensi Paris

Secara keseluruhan konvensi Internasional di bidang merek

dimulai pada tahun 1883 dengan ditanda tanganinya The Paris

Convention for the Protection of Industrial Property (selanjutnya

disebut konvensi Paris) yang merupakan salah satu konvensi

Page 51: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

intelektual pertama dan terpenting. Awalnya konvensi ini

ditandatangani oleh 11 negara peserta, kemudian bertambah hingga

tahun 1976 berjumlah 82 negara, dan Indonesia termasuk

didalamnya. Dalam konvensi Paris, terminologi HKI meliputi

(Pasal 1 Konvensi Paris : WIPO), patent, utility model, industrial

design, trademarks, service marks, tradenames, indications of

source or appellation of origin, dan repression of unfair

competition.

Salah satu tujuan Konvensi Paris adalah untuk mencapai

unifikasi dibidang Perundang-Undangan merek sedapat mungkin,

dengan harapan agar tercipta satu macam hukum tentang merek

atau cap dagang yang dapat mengatur soal-soal merek secara

seragam di seluruh dunia. Ada 3 (tiga) hal penting yang diatur

dalam konvensi Paris ini, yaitu national treatment, yang artinya

bahwa setiap negara peserta Konvensi Paris bisa mengklaim

Negara peserta lainnya, agar ia diperlakukan sama dengan warga

negaranya sendiri, dalam hal pemberian perlindungan merek,

priority rights, yaitu hak-hak prioritas yang diberikan kepada

setiap warga negara peserta konvensi untuk mendaftarkan

mereknya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak

tanggal pendaftaran mereknya dinegara peserta konvensi Paris, dan

registration yang merupakan harmonisasi secara global

sehubungan dengan pendaftaran merek bagi setiap peserta

konvensi Paris.

b. Perjanjian Madrid

Perjanjian Internasional lainnya mengenai merek adalah

Perjanjian Madrid (Madrid Agreement) tahun 1891 yang direvisi

di Stockholm padatahun 1967. Pasal 1, Pasal 2, dan Pasal 3

Perjanjian Madrid ditentukan bahwa Perjanjian Madrid

berhubungan dengan perjanjian hak merek dagang melalui

pendaftaran merek dagang Internasional, yang berdasarkan

Page 52: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

pendaftaran di negara asal. Pendaftaran Internasional tersebut

memungkinkan diperolehnya perlindungan merek dagang

diseluruh negara anggota peserta Perjanjian Madrid melalui satu

pendaftaran saja. Sehingga tujuan yang hendak dicapai dari

Perjanjian merek di berbagai negara dan juga menghindarkan

pemberitahuan asal barang secara palsu. Negara anggota peserta

dalam Perjanjian Madrid ini adalah 29 negara. Indonesia sendiri

sampai saat ini belum masuk sebagai anggota Perjanjian Madrid.

c. TRIPs-WTO

Perjanjian mengenai pembentukan World Trade

Organization (WTO) ditandatangani tanggal 15 April 1994 di

Marrakesh sebagai hasil konkret perundingan putaran Uruguay

yang dimulai pada tahun 1986. Tujuan utamanya adalah untuk

menciptakan sistem perdagangan Internasional yang lebih bebas

dan adil dengan tetap memperhatikan kepentingan-kepentingan

khusus negara berkembang. Salah satu topik yang dibahas dalam

putaran Uruguay adalah TRIPs (Agreement on Trade Related

Aspects Of Intelectual Property Rights, Including Trade in

Counterfiet Goods ) atau aspek dagang yang terkait dengan HKI

(Normin Pakpahan, 1998, Vol.3), Sebagai salah satu bagian

persetujuan pembentukan WTO, TRIPs telahmemicu perubahan

yang sangat fenomenal dalam perkembangan sistem perlindungan

HKI di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Persetujuan TRIPs menentukan standar-standar

Internasional tertentu bagi penegakan yang bersifat perintah dan

mengharuskan Negara anggota menyediakan perangkat kerja

hukum yang efektif untuk melindungi hak-hak kekayaan

intelektual, termasuk didalamnya merek. Setiap negara anggota

memiliki kewajiban internasional untuk memasukkan TRIPs

kedalam hukum nasional tentang hak kekayaanintelektual. Untuk

itu, Indonesia beberapa kali mengubah, menambah dan melengkapi

Page 53: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

ketentuan didalam Undang-Undang Merek sebagai konsekuensi

Indonesia meratifikasi TRIPs-WTO. Beberapa ketentuan merek

yang diatur dalam persetujuan TRIPs cukup banyak yang telah

diadopsi dalam Undang-Undang Merek Indonesia. Diantaranya

seperti lisensi dan indikasi geografis.

Secara keseluruhan, TRIPs telah mempengaruhi dan

membantu terciptanya suatu kecenderungan yang umum ke arah

penyempurnaan perundang-undangan merek. TRIPs berguna

sebagai suatu kesempatan positif bagi suatu negara untuk

menigkatkan pembangunan ekonomi dan nasional.

Page 54: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang

atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau

kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang

sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda

Merek Terdaftar

Penghapusan Pembatalan

Alasan:

Pasal 61 ayat (2) UU No. 15/2001

Alasan:

Ps 4, Ps 5, dan Ps 6 UU No. 15/2001

Sengketa Merek

Penyelesaian Sengketa Merek

Litigasi, melalui Gugatan Ke Pengadilan Niaga

Non-Litigasi, melalui Arbitrase atau Alteranatif Penyelesaian Sengketa

Page 55: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang atau jasa (OK. Saidin, 2010: 345). Merek tersendiri

terbagi menjadi merek jasa dan merek dagang.

Indonesia memiliki peraturan khusus yang membahas tentang

merek. Undang-Undang yang mengatur spesifik tentang Merek di

Indonesia ada sejak tahun 1961. Undang-Undang Merek yang terbaru di

Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Permasalahan yang muncul yang menjadi pertanyaan penulis

adalah ketika pihak ketiga yang belum terdaftar akan melakukan

penghapusan terhadap merek terdaftar. Sedangkan, kewenangan

melakukan Penghapusan terhadap merek terdaftar adalah milik Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), Pemilik Merek yang

bersangkutan, dan Putusan Hakim berdasarkan gugatan Pihak Ketiga yang

memiliki merek terdaftar sama pada pokoknya atau keseluruhannya. Bisa

juga merek hapus akibat tidak dilakukannya perpanjangan terhadap

Pendaftaran Merek tersebut.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dalam

Pasal 61 ayat (2) menyebutkan alasan Penghapusan pendaftara Merek atas

Prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika : a. Merek tidak

digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang

dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali

apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau b.

Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai

dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk

pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.

Selain itu, disini akan menimbulkan permasalahan menyangkut

kewenangan pihak ketiga yang belum terdaftar melakukan gugatan

terhadap merek terdaftar sangat tidak sesuai dengan sistem konstitutif atau

first to file yang dianut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek.

Page 56: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Sedangkan, proses pembatalan merek terdaftar berbeda dengan

penghapusan merek terdaftar. Pengaturan mengenai pembatalan merek

terdaftar ini dapatditemukan dalam Pasal 68 sampai dengan Pasal 72

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Pembatalan merek terdaftar

hanya dapat diajukanoleh pihak yang berkepentingan seperti jaksa,

yayasan atau lembaga dibidang konsumen dan majelis lembaga keuangan

atau juga oleh pemilik merek dengan mengajukan gugatan kepada

Pengadilan Niaga, yang wilayah hukumnya meliputi alamat pemilik merek

terdaftar yang akan dibatalkan. Kecuali apabila pemilik merek terdaftar

sebagai tergugat berada di luar negeri, gugatan diajukan ke Pengadilan

Niaga di Jakarta.

Pasal 68 (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan

bahwa gugatan pembatalan pendaftaran merek diajukan berdasarkan

alasan yang terdapat dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6. Pasal 4

menyatakan bahwa merek tidak didaftar oleh pemohon beriktikad tidak

baik. Pasal 5 menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftar bila

bertentangan dengan Undang-Undang, tidak memiliki daya pembeda,

merek menjadi milik umum dan merupakan keterangan yang berkaitan

dengan barang ataujasa yang dimohonkan pendaftaran. Dan Pasal 6

menyatakan bahwa permohonan merek ditolak bila mempunyai persamaan

dengan merek milik pihak lain, serta dengan indikasi geografis yang sudah

terkenal, bendera, lambang Negara, cap resmi Negara kecuali atas

persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Tenggang waktu gugatan pembatalan merek terdaftar tercantum

dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 adalah 5 (lima)

tahun sejak tanggal pendaftaran. Namun, khusus untuk gugatan

pembatalan yang didasarkan atas alasan bertentangan dengan moralitas

agama, kesusilaan, atau ketertiban umum dapat diajukan kapan saja tanpa

batas waktu. Seperti yang telah diketahui, gugatan pembatalan merek

terdaftar diajukan kepada Pengadilan Niaga, dan terhadap putusan

Pengadilan Niaga tersebut hanya dapat diajukan kasasi. Setelah putusan

Page 57: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual akan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar

Umum Merek dengan member catatan tentang alasan dan tanggal

pembatalannya serta atau kuasanya. Dengan pembatalan merek terdaftar

tersebut, berakhir pula perlindungan hukum atas merek yang

bersangkutan.

Page 58: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab Penghapusan Merek Terdaftar Menurut

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Pengaturan mengenai Penghapusan Merek terdaftar yang berlaku

sekarang diatur dalam Bab VIII mengenai Penghapusan dan Pembatalan

Pendaftaran Merek dari Pasal 61 sampai dengan Pasal 67 untuk bagian

Penghapusan. Sedangkan, bagian pembatalan mulai dari Pasal 68 sampai

dengan Pasal 72. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek, disebutkan pula 3 (tiga) pihak yang dapat menghapuskan merek.

Merek yang terdaftar pada Direktorat Jenderal HKI dapat dihapus

(invalidation) dari Daftar Umum Merek. Menurut Pasal 61 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001, penghapusan pendaftaran merek dari Daftar Umum

Merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI atau

berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan. Kemudian Pasal

63 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, menyatakan bahwa penghapusan

pendaftaran Merek dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk

gugatan kepada Pengadilan Jakarta Pusat atau Pengadilan Niaga dan Pasal 67

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, menyatakan bahwa penghapusan

pendaftaran merek kolektif dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam

bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga. Dengan demikian, berdasarkan

Pasal-pasal 61, 63, dan 67 ini, terdapat tiga cara penghapusan merek terdaftar,

yaitu: pertama, atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI; kedua, oleh pemilik

merek sendiri dan ketiga, adanya gugatan oleh pihak ketiga.

Direktorat Jenderal HKI atas prakarsanya sebagaimana yang

ditentukan dalam Pasal 61 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001,

dapat melakukan penghapusan pendaftaran merek terdaftar jika :

1. Merek tidak digunakan (non use) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut

dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau

pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh

Page 59: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Direktorat Jenderal HKI. Pemakaian terakhir adalah penggunaan merek

tersebut pada produksi barang atau jasa yang diperdagangkan. Saat

pemakaian terakhir tersebut dihitung dari tanggal terakhir pemakaian

sekalipun setelah itu barang yang bersangkutan masih beredar di

masyarakat, atau

2. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai

dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk

pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar.

Ketidaksesuaian dalam penggunaan meliputi pula ketidaksesuaian dalam

bentuk penulisan kata atau huruf atau ketidaksesuaian dalam penggunaan

warna yang berbeda.

Ketentuan Pasal 61 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek memuat pengecualian terhadap tidak digunakannya merek

selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, apabila disebabkan alasan-alasan sebagai

berikut:

1. Terdapatnya larangan impor;

2. Terdapatnya larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang

yang menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak

yang berwenang yang bersifat sementara; dan

3. Terdapatnya larangan yang serupa lainnya yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

Namun, menurut pendapat penulis suatu merek dapat dihapuskan jika

suatu merek tersebut melanggar asas hukum khusus. Asas hukum khusus

merupakan asas hukum yang ada dalam bidang tertentu saja, maksudnya asas

ini belum tentu dapat dicari dalam bidang hukum yang lain. Berikut akan

dicari asas hukum khusus mengenai peniruan merek yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek :

Page 60: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. Asas Iktikad Tidak Baik

Adanya asas ini memiliki arti bahwa setiap pemohon pendaftaran

merek harus mendaftarkan dengan dilandasai iktikad baik. Iktikad baik

disini diartikan sebagai ketiadaan niat untuk meniru, membonceng, atau

menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya. Asas

ini memang telah tampak tersirat secara gamblang pada ketentuan Pasal 4

dengan adanya keharusan pemilik merek untuk memiliki iktikad baik

ketika mendaftarkan merek miliknya. Apabila pemohon dinilai tidak

memiliki iktikad tidak baik maka mereknya tidak dapat didaftarkan dan

menjadi penilai dalam hal ini merupakan kewenangan Pemerintah

Republik Indonesia cq. Kementerian Hukum dan HAM cq. Direktorat

Jenderal HKI cq. Direktorat Merek.

Asas ini secara tidak langung mengatakan bahwa Direktorat Merek

diberi kewenangan untuk menentukan apakah pemohon pendaftar merek

mempunyai iktikad baik atau tidak. Apabila pemohon pendaftar merek

tidak mempunyai iktikad baik maka merek yang dimohonkan

pendaftarannya tidak dapat didaftarkan. Dengan demikian merek yang

sudah terdaftar di dalam Daftar Umum Merek pada saat didaftarkan dinilai

mempunyai iktikad baik oleh Direktorat Merek.

2. Asas Perlindungan Merek Terdaftar

Bersumber dari kalimat dapat dilihat bahwa asas ini mengandung

makna bahwa merek yang dapat perlindungan secara hukum adalah merek

terdaftar. Hal ini sesuai dengan asas dalam pendaftaran merek yang

digunakan di Indonesia yaitu asas konstitutif (first to file). Dalam hal

peniruan merek hal ini berarti merek dapat perlindungan dari pihak lain

apabila sudah terdaftar sebelumnya. Jika hal ini dikaitkan dengan

pengertian merek, dapat dimaknai bahwa perlindungan hukum ini

diberikan terbatas pada tanda yang berupa gambar, nama, kata, dan

seterusnya yang didaftarkan. Dengan demikian berlaku sebaliknya,

apabila suatu tanda tidak didaftarkan maka tidak dapat dimintakan

perlindungan secara hukum.

Page 61: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Perlu diperhatikan bahwa perlindungan merek terdaftar ini

diberikan untuk barang dan/atau jasa dalam kategori barang dalam kelas

yang sama. Menggunakan kalimat yang berbeda, apabila merek memiliki

persamaan dengan merek yang telah terdaftar terlebih dahulu namun

berada dalam kelas barang yang berbeda maka merek tersebut masih

dimungkinkan untuk didaftarkan.

3. Asas Persamaan dan Ketidaksamaan

Berbicara mengenai asas persamaan berarti berbicara mengenai

sesuatu yang tidak dikehendaki berkaitan dengan merek. Sebab salah satu

unsur dari merek adalah adanya daya pembeda. Artinya merek harus

diharuskan memiliki ketidaksamaan dengan merek yang lain. Hal yang

demikian adalah kondisi ideal yang diharapkan oleh pembentuk Undang-

Undang. Namun demikian hal yang ideal ini pada kenyataannya tidak

terjadi sehingga muncullah peniruan merek. Berbicara mengenai peniruan

merek berarti berbicara mengenai usaha untuk menyamar agar seolah-olah

sama dengan merek lain yang sukses dalam pemasaran. Usaha menyamar

merupakan usaha agar diri terlihat sama dengan lingkungannya, dalam hal

ini dengan merek lain. Pengertian yang demikian menurut Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentan Merek digolongkan dalam memiliki

persamaan pada pokoknya. Pengertian pada pokoknya menurut Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek telah ditulis di atas,

menjadi catatan mengenai persamaan pada pokoknya dikaitkan dengan

peniruan merek dijelaskan sebagai berikut. Peniruan merek merupakan

usaha menyamar agar sama dengan lingkungannya, dengan demikian

peniruan merek selalu berlangsung dalam kategori barang dan/atau jasa

yang sama. Sementara pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek hanya memungkinkan peniruan dimasukkan

dalam pengertian persamaan pada pokoknya. Hal ini mengandung akibat

bahwa peniruan merek menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek jika diterapkan pada merek yang telah terdaftar terlebih

Page 62: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dahulu atau diterapkan pada merek terkenal pada kategori barang dan/atau

jasa sejenis merupakan tindakan melanggar hukum.

Asas persamaan dan ketidaksamaan juga mengandung arti bahwa

persamaan merek dimungkinkan diterapkan pada merek barang dan/atau

jasa yang tidak terkenal. Selain itu juga dimungkin untuk diterapkan pada

merek barang dan/atau jasa yang termasuk merek terkenal namun tidak

termasuk dalam kategori barang sejenis atau dalam kelas barang yang

sama. Hal ini dimungkinkan sebab belum ada Peraturan Pemerintah yang

mengatur, dengan demikian terjadi kekosongan hukum sehingga apabila

terjadi masalah terkait dalam hal ini hakim harus mengisi kekosongan

tersebut.

Pemilik merek terdaftar telah mengusahakan mereknya eksis dalam

masyarakat melalui berbagai cara dengan investasi dan strategi tertentu.

Oleh karena itu pihak tidak mempunyai andil dalam usaha itu tidak berhak

untuk menikmati hasil yang didapatkan. Hal ini juga termasuk dalam hal

peniruan merek, merek yang sukses dalam pemasaran merupakan tindakan

ingin ikut menikmati hasil dalam tuaian dari sesuatu yang ditabur.

Menggunakan kacamata Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek, tindakan yang demikian termasuk dikategorikan dalam

tindakannya yang memiliki iktikad tidak baik.

Penghapusan pendaftaran merek dilakukan atas prakarsa Direktorat

Jenderal HKI dengan tidak mengurangi kesempatan bagi pemilik merek yang

dihapuskan guna mempertahankan haknya.

Pemilik merek dapat mengajukan keberatan atas keputusan

penghapusan pendaftaran merek kepada Pengadilan Niaga sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 61 ayat (5) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek.

Pasal 63 dan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

menyatakan, bahwa penghapusan pendaftaran merek berdasarkan alasan di

Page 63: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

atas dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada

Pengadilan Niaga. Terhadap putusan Pengadilan Niaga dimaksud hanya dapat

diajukan kasasi. Panitera pengadilan yang bersangkutan segera menyampaikan

isi putusan badan peradilan tersebut kepada Direktorat Jenderal HKI setelah

tanggal putusan diucapkan. Direktorat Jenderal HKI hanya akan

melaksanakan penghapusan merek yang bersangkutan dari Daftar Umum

Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek apabila putusan

badan peradilannya telah diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI

juga dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi

Merek. Keberatan terhadap keputusan penghapusan merek terdaftar ini dapat

diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Pemilik atau kuasanya dapat pula mengajukan permohonan

penghapusan pendaftaran merek secara tertulis, baik sebagian atau seluruh

jenis barang dan/atau jasa kepada Direktorat Jenderal HKI. Direktorat Jenderal

HKI akan mencatat penghapusan pendaftaran merek dalam Daftar Umum

Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Tetapi untuk penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa sendiri

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, tidak menentukan persyaratannya.

Tetapi jika dalam perjanjian lisensi ada suatu klausul yang secara tegas

menyampingkan adanya persetujuan tersebut maka persetujuan semacam itu

tidak perlu dimintakan sebagai syarat kelengkapan untuk penghapusan

pendaftaran merek tersebut.

Di samping itu pemerintah juga mengenakan biaya untuk pencatatan

penghapusan pendaftaran merek tersebut, dan ini akan ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah (Pasal 75).

Bagaimana cara penghapusan pendaftaran merek, Pasal 65 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa penghapusan pendaftaran

Page 64: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal HKI dengan cara mencoret merek

yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang

alasan dan tanggal penghapusannya. Selanjutnya, hal itu diberitahukan secara

tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasan

penghapusan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar

Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku

lagi. Dengan penghapusan pendaftaran merek, mengakibatkan berakhirnya

perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan.

Mengenai penghapusan pendaftaran merek kolektif, Pasal 66 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001, menyatakan bahwa Direktorat Jenderal HKI

dapat menghapus pendaftaran merek kolektif atas dasar:

1. Permohonan sendiri dari pemilik merek kolektif dengan persetujuan

tertulis semua pemakai merek kolektif;

2. Bukti yang cukup bahwa merek kolektif tersebut tidak dipakai selama 3

(tiga) tahun berturut-turut sejak tanggal pendaftarannya atau pemakaian

terakhir kecuali apabila alasan yang dapat diterima oleh Direktorat

Jenderal HKI;

3. Bukti yang cukup bahwa merek kolektif digunakan untuk jenis barang atau

jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan

pendaftarannya; atau

4. Bukti yang cukup bahwa merek kolektif tersebut tidak digunakan sesuai

dengan peraturan penggunaan merek kolektif.

Berdasarkan salah satu alasan tersebut Direktorat Jenderal HaKI dapat

menghapus pendaftaran merek kolektif. Penghapusannya juga dicatat dalam

Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Di

samping itu, pihak ketiga juga dalam mengajukan gugatan kepada Pengadilan

Niaga guna menghapus pendaftaran merek kolektif berdasarkan salah satu

alasan di atas.

Page 65: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Berikut contoh kasus-kasus yang berkaitan dengan penghapusan

pendaftaran merek kepada Pengadilan Niaga adalah sebagai berikut:

3. Kasus Penghapusan Merek yang Tidak Digunakan 3 (Tiga) Tahun

Berturut-Turut.

a. Kasus Penghapusan Pendaftaran Merek SINKO Antara Sinko

Kogyo Kabushiki Kaisha (Penggugat) Melawan Pemerintah

Republik Indonesia Cq. Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Cq. Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual Cq. Direktorat Merek (Tergugat) (Putusan

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

03/Merek/PN.Niaga.JKT.PST. tanggal 11 Februari 2002 Jo Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 02 K/N/Haki/2002 tanggal

5 Juni 2002 Jo Putusan Peninjauan Kembali No. 02 PK/N/Haki/2002

tanggal 19 Februari 2003).

Dalam kasus gugatan penghapusan merek terdaftar Sinko,

Sinko Kogyo Kabushiki Kaisha atau Sinko Kogyo Co., Ltd. adalah

sebuah perseroan yang didirikan menurut Hukum Jepang yang

memproduksi produk Pendingin Udara (Air Conditioner/AC) dengan

merek dagang Sinko. Sinko dapat dikatakan sebagai merek terkenal

karena selain terdaftar di Jepang, juga telah terdaftar di Australia,

Kamboja, Cina, Korea, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Vietnam

(lihat putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No. 03/Merek/PN/Niaga.JKT.PST.).

Di Indonesia, Sinko terdaftar pada Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual, cq. Direktorat Merek dengan No. 317184 dan

mendapat perlindungan selama 10 tahun dalam jangka waktu sampai

dengan tanggal 24 November 2002. Namun, karena alasann adanya

informasi tidak dipergunakannya merek dagang Sinko di Indonesia

tanggal 29 Agustus 2001 merek dagang Sinko dihapus dan dicoret dari

Daftar Umum Merek oleh Direktorat Merek, sehingga dengan

Page 66: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dihapusnya pendaftaran merek Sinko dari dalam Daftar Umum Merek

sehingga berakhir pula perlindungan hukum atas merek tersebut.

Pihak Sinko amat berkeberatan dan dirugikan dengan

penghapusan yang dilakukan oleh Direktorat Merek karena pihak

Sinko masih menggunakan merek tersebut untuk perdagangan. Atas

dasar itulah, pihak Sinko mengajukan gugatan pembatalan

penghapusan merek ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat yang pada petitumnya antara lain mengabulkan gugatan

Penggugat yaitu pihak Sinko dan menghukum Tergugat pihak

Direktorat Merek untuk mendaftarkan kembali merek dagang Sinko

dalam Daftar Umum Merek.

Dalam jawabannya, Direktorat Merek sebagai Tergugat

mendalihkan bahwa pertimbangan yang dilakukan oleh Tergugat

sampai akhirnya merek tersebut dihapuskan adalah sebagai berikut:

1) Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1997 dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahuh

2001 tentang Merek, menyebutkan:

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi

unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

Dari pasal ini tersirat bahwa selain mengutamakan kepentingan

umum, juga mempertimbangkan sisi perekonomian bangsa.

Dengan demikian, walaupun secara hukum suatu merek telah

mendapat perlindungan hukum, tetapi tidak dapat meninggalkan

nilai ekonomisnya begitu saja dan harus digunakan dalam kegiatan

produksi dan perdagangan.

2) Tergugat telah melakukan survey persurat terlebih dahulu dengan

instansi terkait seperti Kantor Departemen Perindustrian dan

Page 67: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Perdagangan Kota Jakarta Timur, Direktorat Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Direktorat

Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika serta ke pemilik merek

terdaftar itu sendiri.

3) Tergugat memberi waktu kepada pihak Sinko untuk

memperlihatkan produk barang merek Sinko yang beredar di

pasaran, tetapi pihak Sinko hanya dapat memperlihatkan barang

bukti berupa surat tanpa dapat menghadirkan barang bukti berupa

Air Conditioner dengan merek Sinko.

4) Dari pertimbangan-pertimbangan di atas, Tergugat sebagai instansi

yang melakukan pendaftaran merek, menghapus merek Sinko dari

Daftar Umum Merek.

Dalam Perkara ini, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat mengabulkan Permohonan Penggugat yaitu pihak Sinko

dan menghukum Tergugat untuk mendaftarkan kembali merek dagang

Sinko dalam Daftar Umum Merek. Alasan yang dikemukakan oleh

Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat secara ringkas adalah sebagai berikut:

1) Setelah meneliti data-data yang diminta oleh Tergugat dengan

instansi terkait, ternyata tidak menyangkut penggunaan merek

Sinko oleh Penggugat dalam perdagangan barang, tetapi lebih

menitikberatkan pada izin usaha Penggugat;

2) Memang benar Tergugat secara aktif mencari bukti-bukti sebelum

menghapuskan merek Sinko, tetapi Tergugat seharusnya

mendengar dan memberi kesempatan kepada Penggugat untuk

membela diri;

3) Dalam kurun waktu antara tahun 1966 sampai dengan tahun 2001

Penggugat masih tetap memasarkan barang-barang produksinya di

Indonesia, hal ini juga didukung oleh produk AC Sentral sebagai

produk Penggugat di Jepang;

Page 68: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

4) Terbukti bahwa Penggugat masih menggunakan merek Sinko

untuk produknya dalam perdagangan di Indonesia dan juga terbukti

bahwa Penggugat masih memproduksi barang-barang berupa AC

dengan merek Sinko;

5) Terungkapnya alasan non use yang didalilkan Tergugat disebabkan

Penggugat telah memberi lisensi kepada perusahaan di Singapura

sebagai pemegang hak tunggal untuk memproduksi dan menjual

unit-unit produk merek Sinko untuk wilayah ASEAN, dan

Singapura tersebut menyepakati pendirian PT. Sinko Industries

Indonesia dengan perusahaan di Indonesia yang berkedudukan di

Jakarta. Hal ini berarti tindakan Perusahaan Singapura untuk

memohon kepada Tergugat atas investigasi non use merek

Penggugat dilandasi keinginan yang lebih baik.

Pandangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga itu merupakan hal

yang logis. Penggugat juga dapat meyakinkan majelis hakim

Pengadilan Niaga Jakarta bahwa Penggugat masih memasarkan

barang-barang produksinya dengan menggunakan merek Sinko

berdasarkan transaksi yang dilakukan oleh Penggugat dan

konsumennya, serta Penggugat juga berhasil memperlihatkan barang

bukti berupa AC dan suku cadangnya.

Alasan Tergugat yang menyatakan bahwa pendaftaran merek

yang sifatnya hanya untuk didaftar tanpa pernah dipergunakan dalam

kegiatan produksi dan perdagangan, memang dapat menghalangi iklim

tumbuhnya perekonomian bangsa dan secara nyata akan berpengaruh

terhadap iklim investasi di Indonesia memang tepat. Namun, dalam

menghapuskan pendaftaran merek, Direktorat Merek seharusnya

memberi kesempatan kepada pemilik merek yang mereknya akan

dihapus untuk melakukan hak jawabnya.

Page 69: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Dari fakta di persidangan terungkap bahwa Penggugat tidak

diberikan kesempatan yang cukup untuk melakukan hak jawabnya.

Penggugat juga diketahui mempunyai perjanjian lisensi dengan

perusahaan di Singapura sebagai penerima lisensi untuk memproduksi

dan menjual unit-unit merek Sinko untuk wilayah ASEAN, yang

kemudian oleh perusahaan di Singapura di adakan perjanjian lisensi

lebih lanjut kepada perusahaan di Indonesia yaitu PT. Sinko Industries.

Walaupun penerima lisensi dapat memberi lisensi lebih lanjut kepada

pihak ketiga yang dalam hal ini PT. Sinko Industries Indonesia

berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, tetapi

hal tersebut harus diperjanjikan terlebih dahulu antara lisensor dan

lisensee.

Karena itu, adanya informasi dari pihak ketiga yang memohon

Tergugat untuk melakukan investigasi non use merek Penggugat,

dilandasi oleh suatu keinginan dari pihak ketiga untuk menggunakan

merek Sinko yang telah terdaftar atas nama Penggugat sebagai barang-

barang produksi PT. Sinko Industries Indonesia. Keinginan ini tentu

saja didasarkan atas iktikad yang tidak baik. Undang-Undang Merek

sendiri tidak melindungi seseorang yang tidak berhak atau yang

beritikad tidak baik dalam pendaftaran merek (Imam Sjahputra Dkk,

1997 : 27). Dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001

dinyatakan bahwa:

“Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang

diajukkan oleh pemohon yang beritikad tidak baik”.

Pihak Tergugat kemudian mengajukkan permohonan Kasasi ke

Mahkamah Agung pada tanggal 21 Februari 2002, tetapi memori

kasasi diterima oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat tanggal 4 Maret 2002 sehingga permohonan

Page 70: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kasasi telah melampaui jangka waktu ditentukan dalam Pasal 83 ayat

(3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, yang menyatakan:

“Pemohon kasasi telah harus menyampaikan memori kasasi

kepada Panitera dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal

permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1)”.

Telatnya pengajuan memori kasasi oleh pemohon kasasi bisa

dikatakan bahwa permohonan kasasi yang dimohonkan harus disertai

dengan dimasukkannya memori kasasi kepada Panitera paling lambat 7

hari sejak permohonan kasasi didaftarkan. Hal ini memperlihatkan

bahwa Kantor Direktorat Merekpun bisa lalai dalam menerapkan

undang-undang dari merek itu sendiri.

Atas putusan kasasi Mahkamah Agung, Direktorat Merek

mengajukkan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung. Alasan-alasan

yang diajukan oleh Direktorat Merek selaku pemohon Peninjauan

Kembali pada pokoknya adalah (Lihat Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. 02 PK/N/HaKI/2002) :

1) Majelis Hakim tingkat kasasi telah salah menerapkan hukum yang

diberlakukan untuk perhitungan tenggang waktu mengajukan

memori kasasi dengan berpedoman pada Pasal 83 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001, karena apabila dicermati, ketentuan

Pasal 80, Pasal 82, dan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 sebenarnya tidak mengatur mengenai penghapusan merek

terdaftar, tetapi hanya mengatur mengenai gugatan pembatalan

merek, sehingga mengenai tata cara pengajuan kasasi dan memori

kasasi dalam hal keberatan terhadap penghapusan merek tidak

diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek;

Page 71: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2) Terdapat kekhilafan hakim dan kekeliruan yang nyata, karena

majelis hakim tingkat kasasi tidak memahami ketentuan hukum

tentang penghapusan merek.

Majelis hakim tingkat kasasi tidak dapat membenarkan

keberatan yang diajukan oleh pemohon kasasi karena tidak terdapatnya

kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dari majelis hakim tingkat

kasasi. Sehingga, permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh

Direktorat Merek tidak beralasan dan harus ditolak.

Penulis tidak sependapat dengan keputusan putusan Peninjauan

Kembali yang menolak permohonan Peninjauan Kembali dari

Pemohon Peninjauan Kembali yaitu pihak Direktorat Merek, karena

alasan-alasan yang dikemukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali

sungguh sangat jelas tersirat bahwa penerapan Pasal 83 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek tentang

perhitungan tenggang waktu mengajukan memori kasasi tidak tepat

diterapkan pada kasus ini yang merupakan kasus penggugatan

pembatalan penghapusan merek seperti yang penulis akan kemukakan

kembali sebagai berikut:

Pasal 83 ayat (3), berbunyi:

“Pemohon kasasi sudah harus menyampaikan memori kasasi

kepada panitera dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal

permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)”.

Kembali pada Pasal 83 ayat (1) seperti bunyi perintah ayat (3),

berbunyi:

“Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82

diajukan paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal

putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan

Page 72: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada panitera yang

telah memutus gugatan tersebut”.

Kembali pada Pasal 82 mengikuti bunyi Pasal 83 ayat (1),

berbunyi:

“Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 80 ayat (8) hanya dapat diajukan kasasi”.

Sedangkan bunyi Pasal 80 ayat (8) seperti bunyi Pasal 82,

berbunyi:

“Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling

lama 90 (Sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan

dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas

persetujuan Ketua Mahkamah Agung”.

Jelas kenapa Penulis tidak sependapat dengan putusan

Peninjauan Kembali No. 02 PK/N/Haki/2002 yang menolak alasan

Pemohon Peninjauan Kembali yang beranggapan Majelis Hakim

Tingkat Kasasi telah khilaf dan melakukan kekeliruan yang nyata,

sehingga Majelis Hakim Tingkat Kasasi sungguh tidak cerdas dalam

pemahamam ketentuan tentang penghapusan merek.

Untuk kedepan alangkah baiknya jika didalam Undang-Undang

Merek terdapat ketentuan yang jelas mengenai jangka waktu hak jawab

yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar yang mereknya dicurigai

tidak digunakan atau non use, agar sedapat mungkin meminimalisasi

adanya gugatan pembatalan penghapusan merek terdaftar yang

dilakukan oleh Direktorat Merek.

b. Kasus Penghapusan Pendaftaran Merek DAVIDOFF Antara

Reemtsma Cigarettenfabriken GmbH (Penggugat) Melawan NV.

Sumatra Tobacco Trading Company (Tergugat) (Putusan

Pengadilan Niaga Jakarta No. 54/Merek/2002/PN.Niaga JKT.PST.

Page 73: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tanggal 28 Januari 2003 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik

Indonesia No. 012 K/N/HaKI/2003 Tanggal 13 Juni 2003 Jo Putusan

Peninjauan Kembali No. 012 PK/N/HaKI/2003 Tanggal 22 Desember

2003).

Dalam kasus gugatan penghapusan merek Davidoff, Reemtsma

Cigarettenfabriken GmbH, adalah sebuah perseroan yang didirikan

menurut Undang-undang Negara Jerman merupakan pemegang lisensi

merek Davidoff yang memproduksi produk rokok. Davidoff dapat

dikatakan sebagai merek terkenal dan sukses di Asia (Lihat Putusan

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

54/Merek/2003/PN.Niaga.JKT.PST.).

Di Indonesia, Davidoff telah mengajukan permintaan

pendaftaran merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektua,

cq. Direktorat Merek dengan No. Agenda DOO 2002 13092, 13230,

No. Agenda DOO 2002 13091 13229 dan No. Agenda DOO 2002

20578 20803, semuanya untuk kelas barang 34. Namun, karena alasan

adanya informasi telah dipergunakannya merek dagang Davidoff oleh

Tergugat di Indonesia menjadi penghalang untuk pelaksanaan

perjanjian lisensi untuk menggunakan merek Davidoff dan kerja sama

penanaman modal/investasi sebagai tujuan utama dari Penggugat

untuk memperluas bidang usahanya di Indonesia setelah sukses di

Asia.

Pihak Tergugat diketahui tidak menggunakan merek Davidoff

selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan minimal sejak

tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir. Bahwa, apabila merek

tidak digunakan dalam perdagangan barang dan/atau jasa, maka merek

terdaftar tersebut dapat dihapuskan dari Daftar Umum Merek atar

Prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan gugatan pihak ketiga

yang berkepentingan sebagaimana diatur dalam Pasal 61 ayat (1) huruf

a Jo. Pasal 63 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Page 74: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Pihak Penggugat dalam hal ini bertindak sebagai pihak ketiga

yang memiliki iktikad baik dan kepentingan untuk menggunakan

merek Davidoff tersebut yaitu sebagai pemegang lisensi sebagaimana

termaksud dalam uraian diatas, dan karenanya berhak untuk

mengajukan gugatan penghapusan pendaftaran merek berdasarkan

Pasal 63 Jo Pasal 61 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 terhadap merek Davidoff dalam kelas barang 34 di bawah

Daftar No. 276068, 304906, 304907 atas nama Tergugat yang telah

tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak tanggal

pendaftaran atau pemakaian terakhir.

Bahwa Penggugat telah meminta bantuan pihak ketiga

(perusahaan NFO Indonesia) sebagai pihak yang netral untuk

melakukan penelitian pasar (market survey) diberbagai kota besar di

Indonesia untuk memeriksa apakah merek Davidoff untuk jenis barang

yang termasuk dalam kelas 34 atas nama Tergugat beredar di Pasaran.

NFO Indonesia pun mempunyai hasil dari market survey yang mereka

lakukan menunjukan bahwa tidak diketemukannya produk-produk

rokok dengan merek Davidoff yang diproduksi oleh Tergugat, namun

yang ditemukan adalah merek Davidoff produksi dari Reemtsma

Cigarettenfabriken GmbH/Penggugat.

Selain melakukan market survey, NFO Indonesia juga

melakukan penelitian grosir (whosaler survey) di 10 (sepuluh) toko-

toko grosir di Jakarta dan 10 (sepulu) toko-toko grosir di Medan untuk

memeriksa apakah ada rokok-rokok dengan merek Davidoff yang

diproduksi oleh Tergugat, namun yang didapat selalu produksi dari

Penggugat.

Dalam hal ini NFO Indonesia hanyalah sebagai pihak yang

netral guna untuk keperluan mendapatkan informasi yang dapat

dipercaya bahwa Tergugat telah tidak menggunakan dan/atau menjual

produk rokok-rokok dengan merek Davidoff setidak-tidaknya selama 3

Page 75: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

(tiga) tahun berturut-turut dala perdagangan barang dan/atau jasa sejak

tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir.

Selain melakukan market survey dan whosaler survey yang

dilakukan oleh NFO Indonesia, Penggugat juga melakukan

penyelidikan (investigation) melalui Mainguard Security Service (S)

Pte. Ltd., suatu perusahaan yang berpengalaman untuk melakukan

penyelidikan di Pematang Siantar yang merupakan kedudukan hukum

dari Tergugat. Penyelidikan tersebut menghasilkan Tergugat tidak

menggunakan merek Davidoff untuk barang jenis rokok-rokok.

AC Nielsen, suatu perusahaan agensi di bidang penelitian pasar

(market survey) yang dikenal secara internasional pun dikerahkan

untuk melakukan audit menyatakan bahwa di indonesia dari tahun

1999-2001 tidak ditemukan produk-produk rokok dengan merek

Davidoff dipasaran yang diproduksi oleh Tergugat.

Bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh semua pihak ketiga

sebagai pihak netral menghasilkan kesimpulan bahwa merek Davidoff

dan variasinya atas nama Tergugat tidak digunakan selama 3 (tiga)

tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak

tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir.

Di samping itu juga Penggugat mencari informasi di Kantor

Bea & Cukai mengenai pembelian pita cukai/bandrol, didapatkan

informasi bahwa meskipun telah membayar pita cukai belum dapat

dipastikan bahwa perusahaan memproduksi barang-barang tersebut.

Pembayaran pita cukai hanyalah pembayaran pajak ke Kantor Bea &

Cukai dan bukan jaminan perusahaan memproduksi barang-barang

dan/atau menggunakan merek tersebut.

Dalam jawabannya, NV. Sumatra Tobacco Trading Company

sebagai Tergugat mengajukan Eksepsi dan Rekonpensi untuk

mempertahankan Hak Atas Merek Davidoff yang dia miliki. Dalam

Eksepsinya Tergugat berdalih:

Page 76: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1) Bahwa penggugat mengajukan gugatan ini dalam kedudukannya

selaku pemegang lisensi (licensee) dari Davidoff & Cie S.A. selaku

pemberi lisensi (licensor);

2) Bahwa menurut Pasal 43 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, perjanjian lisensinya

lainnya dapat diberikan oleh pemilik merek yang terdaftar dan baru

mengikat pihak ketiga setelah dicatat pada Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual;

3) Bahwa Davidoff & Cie S.A. tidak memiliki pendaftaran merek

Davidoff di Indonesia dan peraturan pelaksanaan mengenai

pencatatan perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud dalam pasal

49 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 belum dikeluarkan,

sehingga dapat dipastikan perjanjian lisensi antara Davidoff & Cie

S.A. dengan Penggugat belum dicatat pada Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual;

4) Bahwa dengan demikian, maka yang mempunyai hak penggugat

(vorderingsrecht) dalam perkara ini adalah Davidoff dan Cie S.A.

Sedangkan dalam Rekonpensi pihak Tergugat menggugat:

1) Tergugat merupakan pemilik atas merek dagang Davidoff yang

terdaftar pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di

bawah No. 276068 (perpanjangan dari No. 146541), 304906

(perpanjangan dari 180556) dan 304907 (perpanjangan dari

174130) untuk jenis barang rokok yang telah dan masih digunakan

dalam perdagangan di Indonesia;

2) Bahwa Davidoff & Cie S.A./Zino Davidoff S.A. selaku licensor

dari Penggugat telah mengajukaan gugatan pembatalan atas merek-

merek tersebut sebanyak 3 (tiga) kali ke Penagdilan Niaga Jakarta

yang semuanya telah memperoleh putusan Mahkamah Agung;

Page 77: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

3) Tergugat berhak menuntut agar pemakaian merek Davidoff

dinyatakan secara tegas dalam amar putusan Pengadilan dan

Penggugat serta licensornya dinyatakan beritikad buruk.

Dalam perkara ini, putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat No. 54/Merek/2002/PN.Niaga.JKT.PST. tanggal

28 Januari 2002, menolak gugatan Penggugat dalam konpensi

sedangkan gugatan dalam rekonpensi dinyatakan tidak dapat diterima.

Pihak Penggugat kemudian mengajukan permohonan kasasi ke

Mahkamah Agung. Mahkamah Agung mengabulkan permohonan

kasasi dari Pemohon Kasasi Reemtsma Cigarettenfabriken GmbH dan

membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Niaga No.

54/Merek/2002/PN.Niaga.JKT.PST. tanggal 28 Januari 2002.

Atas putusan kasasi Mahkamah Agung, pihak NV. Sumatra

Tobacco Trading Company mengajukan permohonan Peninjauan

Kembali ke Mahkamah Agung. Alasan-alasan yang diajukan oleh

pihak Pemohon Peninjauan Kembali pada pokoknya adalah (Lihat

Putusan Mahkamah Agung No. 12 K/N/HaKI/2003):

1) Majelis hakim tingkat kasasi telah membatalkan putusan judex

facti dan menyatakan judex facti salah menerapkan hukum, namun

tanpa menunjuk dimana letak kesalahan penerapan hukumnya.

Berpedoman pada Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1985 sebagaimana sudah diubah oleh Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahhun

1985 tentang Mahkamah Agung, karena telah bertindak sebagai

judex facti dalam memeriksa dan mengadili perkara a quo, yakni

memeriksan dan menilai surat-surat bukti yang menurut hukum

merupakan wewenang judex facti;

2) Majelis hakim tingkat kasasi telah mengambil alih pertimbangan

judex facti dalam eksepsi, padahal pertimbangan judex facti

Page 78: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

tersebut adalah salah dan melanggar Pasal 43 ayat (1) dan ayat (3)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yaitu

dengan alasan-alasan sebagai berikut

a) Menurut Pasal 43 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 tentang Merek, suatu perjanjian lisensi hanya

dapat diberikan oleh pemilik merek yang terdaftar dan baru

mengikat pihak ketiga;

b) Pihak Davidoff & Cie S.A. bukan pemilik merek Davidoff

yang terdaftar di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan

mengenai perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud Pasal 49

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek belum

dikeluarkan;

c) Pihak yang mempunyai hak menggugat (voorderingsrecht)

dalam perkara ini adalah Davidoff & Cie. S.A. sendiri selaku

pihak yang mengklaim kepemilikan merek-merek yang

digugat;

d) Pihak Reemtsma Cigarettenfabriken GmbH tidak mempunyai

hak menggugat karena kedudukannya selaku pemegang lisensi

belum dicatat pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual.

Mahkamah Agung tidak dapat membenarkan keberatan

yang diajukan oleh pemohon Peninjauan Kembali karena tidak

terdapatnya kesalahan atau kekhilafan yang nyata dari majelis

hakim tingkat kasasi. Sehingga, permohonan peninjauan kembali

yang diajukan oleh pihak NV. Sumatra Tobacco Trading Company

tidak beralasan dan harus ditolak.

Penulis tidak sependapat dengan putusan peninjauan

kembali Mahkamah Agung yang menolak permohonan peninjauan

kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali, karena alasan-alasan

yang dikemukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali sungguh

Page 79: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

sangat jelas tersirat bahwa pihak Reemtsma Cigarettenfabriken

GmbH selaku pemegang lisensi dari pihak Davidoff & Cie S.A.

yang tidak memiliki pendaftaran merek Davidoff di Indonesia dan

peraturan mengenai peraturan pelaksanaan pencatatan perjanjian

lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 belum dikeluarkan, sehingga dapat

dikatakan perjanjian lisensi antara Davidoff & Cie S.A. dengan

Reemtsma Cigarettenfabriken GmbH belum tercantum di

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dengan demikian,

maka yang mempunyai hak Penggugat dalan perkara ini adalah

Davidoff & Cie S.A. selaku pihak yang ingin mengklaim

kepemilikan merek Davidoff yang akan digugat.

Pada Pasal 43 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 tentang Merek, perjanjian lisensinya dapat

diberikan oleh pemilik merek yang terdaftar dan baru mengikat

pihak ketiga setelah dicatat pada Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual. Sedangkan, pihak Davidoff & Cie S.A. baru

mengajukan pendaftaran yang belum melalui pemeriksaan

subtantif.

Alangkah baiknya di aturan lisensi pada undang-undang

merek diperbaiki untuk undang-undang merek selanjutnya, bahwa

pihak ketiga apakah harus diatur di undang-undang atau cukup

perjanjian antar licensee dengan licensor saja agar jelas pihak mana

yang berhak melakukan gugatan sebagai pihak ketiga.

Walaupun penulis mengharapkan adanya perbaikan pada

aturan lisensi untuk materi Undang-Undang Merek selanjutnya,

tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena Undang-Undang Merek

Nomor 15 Tahun 2001 tentang tidak mengatur aturan tentang

lisensi merek, tetapi menurut penulis hanya pihak yang tidak

Page 80: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

mengerti aturan hukum saja masih melakukan pendaftaran

terhadap suatu merek walaupun merek tersebut belum sepenuhnya

terdaftar didalam Daftar Umum Merek. Menurut penulis, pihak

NV. Sumatra Tobacco Trading Company merupakan pihak yang

mengerti hukum tetapi mereka memang sengaja mencari celah

kesalahan pada aturan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek untuk melakukan suatu kecurangan untuk

menyerobot ketenaran merek Davidoff milik Davidoff & Cie S.A.

yang sudah dilisensikan pada pihak Remtsma Cigarettenfabriken

GmbH walaupun belum dilakukan pendaftaran dan pencatatan atas

lisensi merek di Direktorat Merek Direktorat Jenderal HKI, karena

undang-undang yang sekarang ini hanya mengintruksikan lisensi

hanya dapat dilakukan pencatatan pada pemilik merek yang sudah

terdaftar.

4. Kasus Penghapusan Merek yang Tidak Sesuai dengan Jenis Barang

atau Jasa yang Dimohonkan Pendaftarannya.

Kasus Merek Top 1 + Lukisan Melawan Merek Megatop + 1 + New

Formula (Putusan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.

02/Merek/2003/PN.Niaga.JKT.PST. tanggal 24 Maret 2003 Jo Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 16 K/N/HaKI/2003 tanggal 1

September 2003 Jo Putusan Peninjauan Kembali No. 14 PK/N/HaKI/2003

tanggal 6 Januari 2004).

Kasus ini berawal dari PT. Topindo Atlas Asia sebagai pemilik

merek TOP 1 dan lukisannya yang telah terdaftar dalam Daftar Umum

Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan Nomor

504089 tertanggal 4 April 2002 untuk jenis barang minyak pelumas untuk

motor yang masuk dalam kelas 4. Kemudian diketahui pula bahwa telah

terdaftar dalam Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual, merek kata MEGATOP yang terdaftar dengan Nomor 411000

tanggal 10 Maret 1998 atas nama PT. Lumasindo Perkasa yang juga

Page 81: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dilindungi untuk jenis barang kelas 4 (empat) jenis pelumas (Lihat Putusan

Pengadilan Niaga Jakarta No. 02/Merek/2003/PN.Niaga.JKT.PST).

Berdasarkan data-data hasil monitoring dipasaran yang diperoleh

pihak PT. Topindo Atlas, diketemukan fakta bahwa PT. Lumasindo

Perkasa yang hanya mendaftarkan mereknya dengan kata MEGATOP

dengan tulisan kata MEGATOP dalam elips, 1 kata New Formula dalam

angka 1 dan lukisan serta menggunakan unsure warna merah dan kuning

yang hampir sama dengan merek yang didaftarkan oleh TOP 1.

Dengan beredarnya produk oli merek TOP 1 dan MEGATOP yang

serupa di pasaran, telah menimbulkan persepsi yang keliru di kalangan

konsumen yang beranggapan bahwa oli merek MEGATOP adalah produk

TOP 1. Hal ini merupakan upaya pendomplengan merek yang dilakukan

PT. Lumasindo Perkasa terhadap merek milik PT. Topindo Atlas. Atas

dasar itulah, PT. Topindo Atlas menggugat penghapusan merek

MEGATOP yang dalam kegiatan produksi barangnya menambahkan kata

1 dalam elips serta menggunakan unsure merah dan kuning.

Atas dasar itulah PT. Topindo Atlas selaku Penggugat menggugat

PT. Lumasindo Perkasa selaku Tergugat untuk menghapuskan pendaftaran

merek MEGATOP yang tidak sesuai dengan yang terdaftar dalam Daftar

Umum Merek. Hal ini sesuai dengan Pasal 61 ayat (2) huruf b tentang

penghapusan pendaftaran merek yang dapat dilakukan apabila merek

tersebut digunakan untuk jenis barang yang tidak sesuai dengan jenis

barang yang dimohonkan pendaftarannya. Penggugat juga menggugat

Direktorat Merek sebagai Turut Tergugat karena Direktorat Merek sebagai

instansi yang melaksanakan pendaftaran merek yang dapat menghapus

merek dari Daftar Umum Merek.

Dalam jawabannya, Tergugat menyatakan bahwa:

1) Logo angka satu berikut kata MEGATOP mempunyai tujuan sebagai

tanda kualitas produk juga telah dilindungi secara hukum sebagai logo

seni dalam hak cipta;

Page 82: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2) Tergugat membedakan antara unsur merek dan mana yang menjadi

kemasan dan unsur seni logo, dan menyatakan bahwa Penggugat

mencampuradukkan antara merek dan kemasan.

Pertimbangan majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta dalam

memutus kasus ini adalah meskipun gugatan yang berkaitan dengan Hak

Kekayaan Intelektual dapat digabungkan dalam satu gugatan, tetapi dalam

perkara ini selain tidak dituntut dalam gugatan juga didasarkan atas

Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Pengadilan Niaga baru

berwenang mengadili Hak Cipta pada bulan Juli 2003 (vide Pasal 78

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002). Berdasarkan pertimbangan

majelis hakim diatas, majelis hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat menolak gugatan yang diajukan oleh Penggugat.

Penggugat yang tidak puas dengan keputusan majelis hakim

Pengadilan Niaga Jakarta langsung mengajukan kasasi ke Mahkamah

Agung. Oleh, Mahkamah Agung, kasasi Penggugat dikabulkan karena

dalam pertimbangan Mahkamah Agung, merek yang digunakan oleh

Termohon Kasasi dengan penambahan unsur angka 1 dengan tulisan kata

MEGATOP dalam elips dan 1 serta kata New Formula, walaupun sudah

terdaftar sebagai jenis ciptaan seni logo, tetapi tidak dapat digunakan oleh

Termohon Kasasi pada produk barangnya sehingga merupakan merek dari

barang tersebut (Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 16

K/N/HaKI/2003).

Penulis sependapat dengan Putusan Mahkamah Agung, karena

memang penggunaan kata MEGATOP dengan penambahan angka 1

dengan tulisan kata MEGATOP dalama elips dan angka 1 serta kata New

Formula sudah tidak sesuai antara yang terdaftar di Direktorat Merek

dengan yang dipergunakan di dalam kegiatan perdagangan. Hal ini tentu

saja dapat dijadikan alasan penghapusan merek sesuai dengan Pasal 61

ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Ditambah lagi

Page 83: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dengan penambahan angka 1 berbentuk elips pada merek MEGATOP

menyerupai merek yang dipergunakan oleh TOP 1 dalam kegiatan

perdagangannya. Dapat dikatakan merek MEGATOP milik PT.

Lumasindo Perkasa secara sengaja ingin mendompleng ketenaran merek

TOP 1 yang telah dikenal masyarakat, serta hal ini akan berakibat

kebingungan dalam masyarakat yang akan beranggapan bahwa antara

merek TOP 1 dengan MEGATOP ada suatu hubungan produk.

Pada kasus ini pihak PT. Lumasindo Indo Perkasa sebagai pemilik

Merek MEGATOP menurut hemat penulis terbukti melakukan

pelanggaran terhadap asas iktikad baik sebagai pelaku usaha yang

menginginkan suatu ketenaran merek dengan instan dengan cara

mendompleng ketenaran pada merek TOP 1 milik PT. Topindo Atlas Asia.

Selain melanggar asas iktikad baik pihak PT. Lumasindo Indo Perkasa

juga melakukan pelanggaran terhadap asas siapa yang tidak bekerja maka

janganlah dia makan, seolah-olah penulis ibaratkan PT. Lumasindo Indo

Perkasa merupakan pihak yang tidak tahu diri karena tidak mau berusaha

untuk melakukan pemasaran untuk mereknya agar bisa dikenal

masyarakat, tetapi melakukan kecurangan dengan mendompleng ketenaran

merek lain sehingga PT. Lumasindo Indo Perkasa tidak layak menikmati

atau memakan hasil dari produksi barangnya yang laku dipasaran yang

terindikasi tindakan yang curang.

B. Akibat Hukum Penghapusan Merek Terdaftar Terhadap Para Pihak

Yang Terkait

Suatu merek yang sudah terdaftar dan bersertifikat dilindungi selama

10 tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan pendaftaran merek.

Waktu ini dapat diperpanjang lagi atas permohonan si pemilik selama waktu

yang sama selama merek tetap digunakan dalam dunia bisnis. Permohonan

perpanjangan diajukan dalam jangka waktu 12 bulan sebelum berakhir jangka

waktu perlindungan merek yang sudah terdaftar, apabila selama 3 tahun

Page 84: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

berturut-turut merek tersebut tidak digunakan maka akan mengakibatkan

batal.

Akibat dari ketentuan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek, yang membahas tentang penghapusan merek yang tidak

digunakan dalam perdagangan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut yang tidak

bersifat imperatif tetapi fakultatif, maka dalam masyarakat pun muncul merek-

merek yang terdaftar di Daftar Umum Merek tetapi tidak digunakan dalam

perdagangan selama 3 tahun berturut-turut, bahkan tidak dihapuskan yang

disebabkan tidak ada pihak yang mengajukan permohonan penghapusan

pendaftaran merek terdaftar dimaksud.

Berdasarkan ketentuan penghapusan pendaftaran merek dalam

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Pasal 61, Pasal 62,

Pasal 63, dan Pasal 67 dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) pihak yang dapat

melakukan penghapusan pendaftaran merek, yaitu:

1. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Prakarsa Direktorat Merek

Direktorat Merek diberikan wewenang oleh Undang-Undang untuk

melakukan pengawasan represif, yang secara ex-officio dilakukan

berdasarkan kuasa yang diberikan Undang-Undang dapat melakukan

penghapusan pendaftaran merek. Pasal 61 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, memperingatkan apabila Direktorat

Merek hendak mengambil tindakan menghapus pendaftaran merek atas

prakarsa sendiri, selain harus berdasarkan alasan yang sah menurut

Undang-Undang, juga mesti didukung oleh bukti yang cukup bahwa:

a. Merek tidak dipergunakan berturu-turut selama 3 (tiga) tahun atau

lebih dalam perdagangan barang atau jasa sejak tanggal pendaftaran

atau pemakaian terakhir.

b. Merek yang digunakan untuk jenis barang atau jasa tidak sesuai

dengan jenis barang atau jasa yang dimintakan pendaftarannya.

Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Direktorat Merek

sendiri disikapi oleh Direktorat Merek dengan mencari bukti-bukti atau

Page 85: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

mendasarkan pada informasi dari masyarakat guna dijadikan bahan

pertimbangan. Pemilik merek diberikan kesempatan untuk melakukan

upaya pembelaan untuk dikecualikan dari ketentuan tentang penghapusan

ide dengan mengajukan alasan-alasan yang dapat dipertimbangkan oleh

Direktorat Merek, misalnya produk makanan dan minuman yang izin

peredarannya menjadi kewenangan instansi lain atau keputusan pengadilan

yang bersifat sementara mengenai penghentian sementara pemakaian

merek selama perkara berlangsung (Sudargo Gautama dan Rizwanto

Utama Winata, 1997:175).

Apabila didapat bukti yang cukup untuk menghapus pendaftaran

merek, penghapusan pendaftaran merek yang dilakukan oleh Direktorat

Merek akan dicoret dalam Daftar Umum Merek dan akan diumumkan

dalam Berita Resmi Merek. Pencoretan merek dari Daftar Umum Merek

mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek tersebut.

Jika dilakukan pengamatan pada Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek, Direktorat dituntut untuk bekerja aktif untuk

melakukan pengawasan pelaksanaan pemakaian merek terdaftar. Hal ini

tentu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena untuk mendapatkan

bukti-bukti penggunaan merek yang menyimpang, tentu saja itu bukan

perkara mudah (Gatot Supramono, 1996 : 55). Apabila Direktorat Merek

mengambil keputusan yang keliru, Direktorat Merek pun dapat digugat

oleh pemilik merek yang mereknya dihapus. Pemilik merek yang ingin

membatalkan penghapusan pendaftaran mereknya oleh Direktorat Merek

dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat dimana Direktorat Merek berdomisili di Tangerang sehingga

masuk kompetensi relatif Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat.

Page 86: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

2. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Permintaan Pemilik Merek

Pada prinsipnya, Merek dapat dilakukan pengajukan penghapusan

pendaftaran oleh pemilik merek terdaftar bersangkutan. Landasan prinsip

ini dapat disimpulkan dari Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek, yang menegaskan:

“Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemilik Merek atau

Kuasanya, baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan

kepada Direktorat Jenderal”.

Permintaan penghapusan pendaftaran merek terdaftar oleh pemilik

merek ini dapat diajukan sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa

yang termasuk dalam satu kelas. Pertimbangan yang diambil pemilik

merek itu sendiri dalam hal ini biasanya dikarenakan mereknya sudah

dianggap tidak menguntungkan lagi bagi dia. Permintaan penghapusan

pendaftaran merek terdaftar oleh pemilik merek diajukan secara tertulis

dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Merek dengan menyebutkan

merek terdaftar dan nomor pendaftaran merek yang bersangkutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993 tentang

Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek, Pasal 21 menjelaskan

permintaan penghapusan pendaftaran merek oleh pemilik merek

dilengkapi dengan surat-surat sebagai berikut :

a. Bukti identitas dari pemilik merek terdaftar yang dimintakan

penghapusannya;

b. Surat kuasa khusus bagi permintaan penghapusan apabila penghapusan

tersebut dilakukan oleh kuasa pemilik merek;

c. Surat pernyataan persetujuan tertulis dari penerima lisensi, apabila

pendaftaran merek yang dimintakan penghapusan masih terikat

perjanjian lisensi;

d. Pembayaran biaya dalam rangka permintaan penghapusan pendaftaran

merek terdaftar.

Page 87: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Apabila penghapusan pendaftaran merek dilakukan oleh pemilik

merek yang masih terikat dengan perjanjian lisensi, penghapusan hanya

dapat dilakukan apabila hal ini disetujui oleh penerima lisensi, kecuali

apabila telah terdapat kesepakatan tertulis dalam perjanjian lisensi dari

penerima lisensi (Suyud Margono dan Longginus Hadi, 2002 : 62).

Permohonan penghapusan pendaftaran merek terdaftar yang diterima oleh

Direktorat Merek akan dilaksanakan dengan cara mencoret merek tersebut

dalam Daftar Umum Merek dan diberi catatan tentang alasan tanggal

penghapusan. Selanjutnya, diberitahukan secara tertulis kepada pemilik

merek atau kuasanya dengan diberikan penegasan bahwa sejak tanggal

pencoretan merek dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang

bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi (OK. Saidin, 2010 : 394).

3. Penghapusan Pendaftaran Merek atas Permintaan Pihak Ketiga

Berdasarkan Putusan Pengadilan

Gugatan pihak ketiga merupalan pihak terakhir yang dapat

melakukan penghapusan pendaftaran merek terdaftar yang diatur oleh

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pembuat Undang-

Undang menghendaki selain pemilik merek dan Direktorat Merek yang

dapat melakukan penghapusan pendaftaran merek, kontrol dari masyarakat

juga diperlukan tentang pelaksanaan merek yang telah didaftarkan.

Penghapusan pendaftaran merek atas permintaan pihak ketiga

diatur dalam Pasal 63 Jo Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Undang-undang memberikan hak

kepada pihak ketiga mengajukan permintaan penghapusan pendaftaran

merek terdaftar dengan cara mengajukan gugatan penghapusan

pendaftaran merek terdaftar ke Pengadilan Niaga. Gugatan penghapusan

pendaftaran merek terdaftar tersebut akan diperiksa dan diputus sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan

Hukum Acara Perdata, dalam hal ini HIR ataupun Rbg.

Page 88: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek tidak

secara rinci mengatur siapa aja yang termasuk pihak ketiga, akan tetapi

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah

pihak selain Direktorat Merek dan pemilik merek yaitu pihak yang

mempunyai kepentingan hukum dan kepentingan ekonomi atas merek

yang terdaftar namun tidak dipergunakan tesebut. Gugatan penghapusan

pendaftaran merek yang dimohonkan oleh pihak ketiga diajukan ke

Pengadilan Niaga sesuai dimana kompetensi relatif domisili atau tempat

tinggal Tergugat. Hal ini menunjukan kompetensi relatif dari suatu

Pengadilan. Terdapat 5 (lima) Pengadilan Niaga di Indonesia, yaitu

Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Jakarta, Pengadilan Semarang,

Pengadilan Niaga Surabaya, dan Pengadilan Niaga Makasar.

Pada saat terjadi sengketa penghapusan pendaftaran merek tidak

cukup pemilik merek saja yang menjadi Tergugat, tetapi juga harus

melibatkan pihak Direktorat Merek sebagai pihak Turut Tergugat. Hal ini

dilakukan karena Direktorat Merek sebagai instansi yang melakukan

pelaksanaan pendaftaran merek yang dapat mencoret suatu merek dari

Daftar Umum Merek sehingga dalam petitum gugatan Penggugat perlu

dimintakan agar pihak Direktorat Merek diperintahkan untuk menuruti

perintah vonis majelis hakim untuk mencoret merek dari Daftar Umum

Merek. Gugatan dalam sengketa penghapusan pendaftaran merek tidak

dimungkinkan menggunakan dasar hukum lain, selain alasan tercantum

dalam Pasal 61 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek. Apabila dalil gugatan menyimpang dari itu, akan berakibat

gugatan menjadi kabur (obscuur libel) atau tidak mempunyai dasar

hukum. Akibat daripada itu adalah gugatan akan dinyatakan tidak dapat

diterima.

Mengenai tata cara penghapusan pendaftaran merek, Pasal 65

Undang-Undang Merek 2001 menyatakan bahwa penghapusan

pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal HaKI dengan cara

mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan

Page 89: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusannya. Selanjutnya,

hal itu diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya

dengan menyebutkan alasan penghapusan dan penegasan bahwa sejak

tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang

bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan penghapusan

pendaftaran merek, mengakibatkan berakhiranya perlindungan hukum atas

merek yang bersangkutan (Iswi Hariyani, 2010 : 47).

Page 90: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis diatas, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut, bahwa :

1. Penghapusan terhadap merek terdaftar menurut Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek adalah Penghapusan pendaftarn

Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan :

a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam

perdagangan barang dan /atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau

pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima

oleh Direktorat Jenderal ; atau

b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak

sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan

pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan

Merek yang didaftar.

Dari faktor-faktor di atas bahwa penghapusan merek terdaftar

dapat dilakukan. Ternyata selain itu masih ada faktor-faktor yang

masih bisa memicu terjadinya penghapusan merek terdaftar, namun di

dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tidak ditemukan aturan

tersebut, yaitu :

a. Setelah 10 (sepuluh) tahun setelah tanggal pendaftaran dan tidak

dilakukan pembaharuan untuk meneruskan perlindungan atas

merek tersebut.

b. Di nyatakan hapus dari Daftar Umum Merek oleh Putusan

Pengadilan Niaga setelah dilakukan gugatan untuk penghapusan

merek yang tidak pernah digunakan.

Page 91: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Penghapusan merek terdaftar akan berdampak kepada pemegang hak

akan kehilangan haknya atas merek yang tadinya terdaftar kemudian

terjadi penghapusan atas prakarsa Direktorat Jenderal dan / atau

gugatan dari pihak ketiga. Sedangkan, bagi Direktorat Merek berakibat

hukum menuruti keputusan dan tunduk atas putusan Pengadilan Niaga

yang memerintahkan penghapusan tersebut dilakukan oleh Direktorat

Merek. Pihak ketiga yang mempunyai kepentingan atau tertarik

terhadap merek yang sudah lepas atau bebas dari pemiliknya dapat

mendaftarkannya.

Upaya penghapusan pendaftaran merek merupakan suatu

keuntungan bagi pihak ketiga dikarenakan suatu peluang untuk

merebut ketenaran merek pihak lawan yang sudah dikenal oleh

masyarakat tetapi tidak mempunyai kreativitas atau inovasi untuk

mengembangkan merek tersebut menjadi lebih berharga.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu penulis perlu

sampaikan, antara lain:

1. Untuk melakukan penghapusan merek terdaftar dapat dilakukan oleh

3 (tiga) para pihak tentunya, salah satunya pihak ketiga yang

berkepentingan yang mereknya telah terdaftar di dalam Daftar Umum

Merek Direktorat Merek Direktorat Jenderal HKI, Undang-Undang

mengatur demikian tetapi pada prakteknya sering terjadi yang

namanya pemilik merek baru melakukan pendaftaran dan baru

mempunyai Nomor Agenda namun dia belum lolos pemeriksaan

substantif pejabat kantor merek, sudah dapat melakukan gugatan

penghapusan sebagai pihak ketiga, sehingga menurut penulis kurang

fair apabila terjadi demikian karena di dalam aturan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 sudah di atur sedemikian baiknya dan tidak

ada klausula mutatis mutandis namun beda pada praktiknya, sehingga

saran penulis agar upaya gugatan boleh-boleh saja diajukan namun

Page 92: STUDI TENTANG PENGHAPUSAN MEREK TERDAFTAR DI …/Studi... · Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; ... Sheila Melianda dapat menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

pada praktiknya bermainlah sesuai aturan Undang-Undang yang

berlaku sekarang yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 agar

tidak menciderai asas fair.

2. Direktorat Merek merupakan pihak yang secara khusus diamanatkan

oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 untuk melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan penggunaan merek oleh pemilik

merek dan sekaligus diberi hak untuk melakukan penindakan dengan

cara penghapusan suatu merek jika terbukti tidak digunakan pada

produksi barang dan jasa. Namun, dengan sekian banyaknya merek-

merek yang terdaftar di dalam Daftar Umum Merek, Direktorat Merek

beralasan tidak mudah untuk melakukan pengawasan sekaligus

penindakan terhadap pelaksanaan penggunaan merek itu sendiri karena

kendala sulitnya mencari bukti-bukti yang kuat untuk dilakukan

penghapusan. Penulis sangat tidak setuju sekali dengan alasan yang

dikemukakan oleh Direktorat Merek bahwa kendala sulitnya

mendapatkan bukti. Seharusnya Direktorat Merek bisa melakukan

pengawasan dengan melakukan mengkoordinasikan para pegawainya

untuk melakukan survey pasar atau berkolaborasi dengan institusi

lainnya dibidang perdagangan untuk melakukan pengawasan atau bisa

saja Direktorat Merek membuat suatu kotak suara pengaduan

masyarakat dan diberikan suatu dana insentif sedikitnya untuk mereka

yang ikut andil dalam melakukan pengawasan. Bahwa penulis yakin

sekali banyak merek di luar sana yang istilahnya hanya titip nama

demi menghambat pihak lain untuk melakukan pendaftaran terhadap

suatu merek.