STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAR TA …/Studi... · Pembagian harta bersama diatur dalam...
Transcript of STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAR TA …/Studi... · Pembagian harta bersama diatur dalam...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAR TA BERSAMA
DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO (STUDI PUTUSAN
NO.0910/PDT.G/2010/PA.SKH )
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan diajukan untuk
Melengkapi sebagian persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana SI
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
Burhanudin H.A
NIM. E0008129
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA
DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO (STUDI PUTUSAN
NO.0910/PDT.G/2010/PA.SKH )
Oleh
Burhanudin H.A
NIM. E0008129
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 3 Januari 2013
Dosen Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum
STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO (STUDI PUTUSAN
NO.0910/PDT.G/2010/PA.SKH)
Oleh
Burhanudin H.A
NIM. E0008129
Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 5 Februari 2013
DEWAN PENGUJI
1. Harjono, S.H.,MH ( )
ketua
2. Safrudin Yudowibowo, S.H.,MH ( )
Sekretaris
3. Dr.Soehartono, S.H.,M.Hum ( )
Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Burhanudin H.A
Nim : E0008129
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul
“STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA BERASAMA
DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO (STUDI PUTUSAN
NO.0910/PDT.G/2010/PA.SKH” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan
ditujukan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum
(skripsi) ini.
Surakarta , 5 Februari 2013
Yang membuat pernyataan
Burhanudin H.A
NIM. E0008129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil’’
“jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia,
tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi kamu sendiri yang tersenyum (Mahatma Gandhi)”
“Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah
tempat meminta dan memohon”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,
dan rizkiNYA.
2. Nabi Muhammad SAW.
3. Bapak Ibu, adik dan keluarga besarku
untuk cinta, doa dan kepercayaan yang
diberikan.
4. Sahabat-sahabat, teman-teman, dan
teman dekatku yang selalu
memberikan dukungan dan doa yang
begitu besar.
5. Dan untuk semua yang telah
memberiku semangat dan bantuan
hingga skripsi ini terwujud.
6. Pembaca yang budiman.
7. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Burhanudin H.A. 2012. STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO. Fakultas Hukum UNS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas pelaksanaan pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo dan hambatan-hambatan proses pemeriksaan gugatan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berasal dari data primer yaitu hasil wawancara dengan hakim di pengadilan agama sukoharjo dan panitera di pengadilan agama sukoharjo. sumber data sekunder berasal dari literature, buku-buku ilmiah, makalah/hasil ilmiah para sarjana, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian.
Pembagian harta bersama diatur dalam Pasal 35-37 undang-undang nomor 1 tahun 1974 Selain itu terdapat Kompilasi Hukum Islam, yang berkaitan dengan pembagian harta bersama sebagaimana diatur dalam Pasal 96 dan 97 KHI. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pembagian harta bersama dilakukan atas dasar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, maka harta kekayaan yang diperoleh baik dari pihak suami atau isteri menjadi hak bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan dan jika perkawinan putus, masing-masing berhak 1/2 (setengah) dari harta tersebut. Kendala-kendala yang sering muncul dalam pelaksanaan pembagian harta bersama adalah sering sekali para pihak itu tidak punya bukti yang lengkap tentang harta bersama.
Kata kunci : Perceraian, Pelaksanaan pembagian harta bersama, Hambatan,
Pengadilan Agama Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Burhanudin H.A. Of 2012. STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF MUTUAL PROPERTY SHARING IN SUKOHARJO RELIGON COURT. Faculty of Law UNS.
Burhanudin H.A ABSTRACT
This research aims to find out obviously how the implementation of Mutual Property Sharing is in Sukoharjo Religion Court and what obstacles do emerge in the implementation of Mutual Property Sharing in Sukoharjo Religon Court.
This study employed an empirical law research method that was descriptive in nature with qualitative approach. The data source derived from primary data including the result of interview with the judge of Sukoharjo Religion Court and registrars of Sukoharjo Religion Court. The secondary data source derived from literature, scientific books, scholars’ scientific paper/work, and documents relevant to the object of research.
The mutual property sharing is governed in articles 35-37 of Law Number 1 of 1974. In addition there is Islamic Law Compilation concerning the mutual property sharing as governed in the Articles 96 and 97 of KHI. Considering the result of research, it could be concluded that the Mutual property sharing was done based on the Law Number 1 of 1974 about Marriage and Islamic Law Compilation; therefore the property obtained, from either husband or wife, becomes the shared right unless determined otherwise in the marriage agreement and if the marriage is broken, each party is entitled for ½ (a half) of the property. The obstacles frequently arising in the implementation of mutual property sharing is that the parties frequently do not have complete evidence about the mutual property.
Keywords: Divorce, Implementation of Mutual property sharing, obstacle,
Sukoharjo Religion Court.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillahirobbil alamin atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis dalam
pembuatan skripsi ini dari awal dan akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN
HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO (STUDI
PUTUSAN NO.0910/PDT.G/2010/PA.SKH )”.
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pembagian harta bersama di
Pengadilan Agama Sukoharjo dan hambatan-hanbatan pelaksanaan pembagian
harta bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo.
Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, tetapi atas bantuan, dorongan dan dukungan dari semua pihak yang
telah banyak membantu, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
antara lain kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret.
2. Ibu Prof. Dr. Hartiniwingsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara
4. Bapak Dr.Soehartono,S.H.,M.Hum dan Bapak Safrudin Yudowibowo,
S.H.,MH selaku pembimbing skripsi dalam penelitian hukum ini yang
telah menyediakan waktu, pikiran, dan petunjuk, bimbingan maupun
motivasinya kepada penulis hingga terselaikannya skripsi ini.
5. Bapak Muhammad Jamin, S.H.,M.Hum selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan selama menjalani kuliah di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan
memberikan inspirasi kepada Penulis.
7. Karyawan dan Staff Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu kelancaran perkuliahan.
8. Bapak Abdul Basyir, bapak Munjid Lughowi, bapak Ahmad Baidlhowi
selaku hakim di Pengadilan Agama Sukoharjo dan Drs.amir selaku
Panitera Hukum di Pengadilan Agama Sukoharjo yang selalu bersedia
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian penulis
serta bersedia membimbing penulis.
9. Seluruh staff karyawan di Pengadilan Agama Sukoharjo yang telah
mendukung berlangsungnya penelitian oleh penulis.
10. Bapak Miyadi dan ibu Widayati tercinta, serta adik dan keluarga besar
penulis atas dorongan moril maupun spirituil dan sumber inspirasi serta
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seluruh Fakultas Hukum : Abdul, Bambang, Rizky, Toni,
Imron, Bagus, Maulana, Rinof, Khrisna, Yoga, Warih Adi, Wawan, Lisa,
Retno, Ardani, Anisa, Bowo, Jaber, Riko, Edo, serta seluruh angkatan,
terima kasih atas semangat dan dorongan bagi penulis sehingga dapat
menyelasikan penulisan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat karibku : Doel, Yudek, Boncu, Gogon, Junet, Gemboel,
Yunan, Simbah, Kancil, Emo, Pandu, Jack, Catur, Menik, Briliant, Giselle,
dan AriCaping yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu, Semoga Allah SWT membalas
kebaikan pada kita semua. Amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat
pada pihak-pihak yang berkepentingan. Dan demi kesempurnaan penulisan
Skripsi ini, segala sumbangan pemikiran dan kritik yang membawa kebaikan
dengan senang hati penulis perhatikan.
Surakarta, 5 Februari 2013
BURHANUDIN H.A
E0008129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO........................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ .. vi
ABSTRAK............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 6
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………. 7
E. Metode Penelitian……………………………………………………….. 7
F. Sistematika………………………………………………………………. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………... 13
A. KerangkaTeori…………………………………………………………… 13
1. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan………………………………. 13
a. Pengertian Perkawinan………………………………………….. 13
b. Dasar Hukum Perkawinan………………………………………. 14
c. Tujuan Melakukan Perkawinan…………………………………. 17
2. TinjauanUmumTentangPerceraian…………………………………… 17
a. Pengertian Perceraian…………………………………………… 17
b. Alasan Perceraian……………………………………………..... 18
c. Macam-macam/klasifikasi perceraian………………………….. 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Tata Cara Perceraian ………………....………………………… 21
e. Akibat Perceraian……………………………………………..… 23
3. Tinjauan Harta Bersama……………………………………………… 28
a. Pengertian Harta Bersama……………………………………... 28
b. Macam-macam Harta Bersama………………………………… 29
c. Terbentuknya Harta Bersama……………………………….…. 30
d. Pembagian Harta Bersama……………………………………… 30
e. Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama……………………. 31
B. Kerangka Pemikiran..................................................................................... 32
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 34
A. Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo 34
1. Perkara Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo 34
2. Prosedur Pemeriksan Perkara dalam Pelaksanaan Pembagian Harta
Bersama................................................................................................ 35
3. Penyelesaian Perkara Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama
Sukoharjo............................................................................................. 36
B. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di
Pengadilan Agama Sukoharjo................................................................... 61
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 65
A. Kesimpulan............................................................................................... 65
B. Saran.......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Teknik Analisa Data…………………………………………… 10
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran………………………………………........ 33
Gambar 3 : Perkara Pembagian Harta Bersama……………………………. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian Dari Fakultas Hukum
Universitas Sebelas maret Surakarta kepada Pengadilan
Agama Sukoharjo.
Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian di Pengadilan
Agama Sukoharjo Nomor: W11-A28/2852/PB.00/XI/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu,
dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap
bertahan hingga pasangan tersebut dipisahkan oleh keadaan dimana salah
satunya meninggal dunia. Perkawinan dianggap penyatuan antara dua jiwa
yang sebelumnya hidup sendiri-sendiri, begitu gerbang perkawinan sudah
dimasuki, masing-masing individu tidak bisa lagi memikirkan diri sendiri akan
tetapi harus memikirkan orang lain yang bergantung hidup kepadanya. Dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1
menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari
pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari
perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sampai ajal
memisahkan pasangan suami istri itu dengan berlandaskan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Berawal dari perkawinan inilah terbentuk sebuah keluarga yang
beranggotakan ayah, ibu dan anak-anak, dimana seorang ayah bertindak
sebagai pemimpin keluarga dan memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan
semua anggota keluarga. Ibu bertindak lebih banyak dalam fungsi pengawasan
kepada anak-anak dan membantu suami memenuhi kebutuhan yang
diperlukan untuk menjalankan organisasi kecil yang disebut keluarga.
Dalam keluarga suami dan istri merupakan bagian inti, hubungan mereka
mencerminkan bagaimana satu manusia dengan manusia yang lainnya berbeda
jenis kelamin bersatu membentuk kesatuan untuk mempertahankan hidup dan
menciptakan keturunan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
sehingga bisa dibayangkan jika tanpa suami ataupun istri keluarga tidak dapat
terbentuk dan masyarakatpun tidak akan pernah ada untuk membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kesatuan yang lebih besar yaitu suatu Negara hal ini memperlihatkan kepada
kita betapa pentingnya perkawinan dalam tatanan kehidupan manusia.
Semua individu yang sudah memasuki kehidupan berumah tangga pasti
mengiginkan terciptanya suatu rumah tangga yang bahagia, sejahtera lahir dan
batin serta memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat nantinya.
Tentu saja dari keluarga yang bahagia ini akan tercipta suatu masyarakat yang
harmonis dan akan tercipta masyarakat rukun, damai, adil dan makmur.
Tujuan dari perkawinan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
suatu tujuan yang luhur dari perkawinan sehingga diperlukan perjuangan
untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga sampai ajal menjemput
nantinya, hal ini dikarenakan dalam keluarga akan selalu muncul
permasalahan yang sangat bisa menggoyahkan persatuan yang dibina tadi,
bahkan keutuhan keluarga yang kuat bisa terancam dan berakibat kepada
perceraian. Dalam jurnalnya Betsey Stevenson dan Justin Wolfers
“berpendapat bahwa keluarga adalah hasil dari sebuah perkawinan dan bukan
merupakan lembaga yang statis. Di mana suami dan istri adalah mempunyai
tugas dan tanggung jawab masing-masing dan pada bidang masing-masing.
Saling melengkapi dan bekerjasama dalam pemeliharaan anak-anak” (Betsey
Stevenson and Justin Wolfers, 2007: 27–52).
Untuk menjalin hubungan perkawinan atau membangun rumah tangga
yang harmonis tidaklah mudah, karena dengan perkawinan telah
mempertemukan dua kebiasaan, pemikiran, bahkan kebudayaan dan adat yang
berbeda. Perkawinan bukanlah untuk mempertentangkan perbedaan itu atau
untuk menyatukan perbedaan itu, namun dalam perkawinan hendaknya
menumbuhkan rasa toleransi dan saling pengertian atas perbedaan-perbedaan
tersebut. Pada kenyataannya banyak dari perkawinan yang justru berakhir
dengan perceraian karena ketidakmampuan untuk saling memahami dan
toleransi terhadap perbedaan-perbadaan tersebut. Perceraian merupakan cara
yang sah untuk memutus perkawinan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 38
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, berbunyi:
Perkawinan dapat putus karena:
a. Kematian;
b. Perceraian; dan
c. atas keputusan Pengadilan.
Hukum Islam membenarkan dan mengizinkan perceraian, kalau perceraian
itu lebih baik daripada tetap berada dalam ikatan perkawinan tersebut, Pada
prinsipnya perceraian adalah terlarang, banyak larangan Allah dan Rasul
mengenai perceraian antara suami istri. Tidak ada sesuatu yang halal yang
paling dimarahi oleh Allah selain dari talak. (Al Hadis Rawahul abu Daud,
Hadis sahih dan diriwayatkan Nail al authar oleh hakim yang menyahihkan).
Prinsip perkawinan adalah untuk membentuk suatu keluarga atau rumah
tangga yang tentram, damai dan kekal untuk selama-lamanya, makanya proses
untuk menuju perceraian itu tidaklah gampang bahkan dipersulit, suami tidak
bisa begitu saja menjatuhkan talak kepada istri demikianpun sebaliknya istri
tidak bisa langsung meminta cerai kepada suaminya. Baik suami ataupun istri
diberikan kesempatan untuk mencari penyelesaian dengan jalan damai yakni
dengan jalan musyawarah, jika masih belum terdapat kesepakatan dan merasa
tidak bisa melanjutkan keutuhan keluarga maka barulah kedua belah pihak
bisa membawa permasalahan ini ke pengadilan untuk dicari jalan keluar yang
terbaik. Dalam Journal of Economic Perspectives, Paul Amarto and Denise
Previti “perceraian adalah peristiwa kompleks yang dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Mantan suami dan istri lebih cenderung menyalahkan mantan
pasangan mereka daripada diri mereka sendiri untuk masalah yang
menyebabkan perceraian. Mereka cenderung melihat faktor-faktor eksternal
daripada melihat faktor penyebab perceraian yang berasal dari diri mereka
sendiri” (Paul Amarto and Denise Previti, 2003:602-626).
Upaya terakhir yang ditempuh seandainya tidak mendapat jalan keluar
yang sesuai melalui musyawarah adalah meminta kepada pengadilan untuk
menyelesaikan permasalahan suami istri tadi. Pengadilan akan membuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kembali pintu perdamaian kepada para pihak dengan cara musyawarah
memakai penengah yakni hakim, untuk orang yang beragama Islam akan
membawa permasalahan ini kepada Pengadilan Agama sementara untuk
agama lainnya merujuk kepada Pengadilan Negeri tempat mereka tinggal.
Putusnya hubungan perkawinan karena perceraian, akan berpengaruh pula
dalam harta bersama yang diperoleh selama dalam ikatan perkawinan, yang
biasanya disebut dengan harta bersama suami-istri atau harta gono-gini, baik
yang berupa harta bergerak maupun harta yang tidak bergerak.
Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 35-37 mengatur masalah
harta benda dalam perkawinan, sebagai berikut:
Pasal 35
(1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing- masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Pasal 36
(1) Mengenai harta bersama suami atau istri dapat bertindak atas perjanjian kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Pasal 37
(1) Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.
Dalam penjelasan Pasal 37 ditegaskan hukum masing-masing ini ialah
hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum lainnya yang bersangkutan
dengan pembagian harta bersama tersebut. Ketentuan pasal-pasal tersebut,
telah memberi batasan bahwa, masing-masing suami-istri berhak menguasai
sendiri harta bawaan sebagaimana sebelum mereka menjadi suami-istri. Harta
yang diperoleh selama dalam ikatan perkawinan menjadi harta bersama,
sedangkan bagian harta yang diperoleh dari hasil warisan, hadiah serta harta
yang diperoleh dari hasil kerja sendiri sebelum adanya ikatan perkawinan
menjadi milik pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pembagian harta bersama menurut ketentuan Pasal 37 Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan tidak ditetapkan secara tegas berapa
bagian masing-masing suami atau istri yang bercerai baik cerai hidup maupun
cerai mati. Selain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
di Indonesia juga berlaku Kompilasi Hukum Islam, yang berkaitan dengan
pembagian harta bersama sebagaimana diatur dalam Pasal 96 dan 97
Kompilasi Hukum Islam, yang menyebutkan bahwa pembagian harta bersama
baik cerai hidup maupun cerai mati ini, masing-masing mendapat setengah
dari harta bersama tersebut.
Selengkapnya Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam berbunyi :
(1) Apabila terjadi cerai mati, maka setengah harta bersama menjadi hak
pasangan yang hidup lebih lama.
(2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau
suaminya hilang harus ditanguhkan sampai adanya kepastian matinya
yang hakiki atau mati secara hukum atas dasar keputusan Pengadilan
Agama.
Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam menyatakan:
“Janda atau duda yang cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari
harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian
perkawinan”
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa keberadaan harta bersama
dalam suatu keluarga sangat diperlukan, baik itu selama masih dalam ikatan
perkawinan maupun setelah putusnya hubungan perkawinan yang ditandai
dengan adanya perceraian. Dalam pelaksanaannya setelah terjadinya
perceraian, harta itu akan menjadi sangat penting artinya bagi suami maupun
istri, sehingga mereka menghendaki agar pembagian harta tersebut dilakukan
secepatnya. Hal ini dilakukan karena antara suami dan istri sama-sama
membutuhkan dan berkepentingan dengan adanya harta bersama tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengetahui tentang keberadaan
harta bersama dalam suatu keluarga dalam masyarakat, khususnya setelah
terjadinya perceraian, apakah pembagiannya sudah sesuai dengan peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang - Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan, terutama Pasal 35-37 yang mengatur tentang harta
benda dalam perkawinan. Selain itu, untuk mengetahui prosedur pembagian
harta bersama akibat terjadinya perceraian di Pengadilan Agama Sukoharjo,
berkaitan dengan harta bersama akibat perceraian ini, maka penulis ingin
mengkaji lebih mendalam dan menyusun penulisan hukum yang berjudul:
“STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA
BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO (Studi kasus di
Pengadilan Agama Sukoharjo)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, yang menjadi pokok
masalah dalam pembahasan skripsi ini, adalah :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama dalam perkara
No.0910/Pdt.G/2010/PA.SKH di Pengadilan Agama Sukoharjo?
2. Apakah Hambatan-Hambatan Proses Pemeriksaaqn Gugatan Pembagian
Harta Bersama dalam Perkara No.0910/Pdt.G/2010/PA.SKH di
Pengadilan Agama Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan
ini tidak terlepas dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Tujuan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui pembagian harta bersama di wilayah yuridis
Pengadilan Agama Sukoharjo.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dalam pembagian
harta bersama serta upaya penyelesaiaannnya di Pengadilan Agama
Sukoharjo.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk mendapatkan data dan informasi sebagai bahan utama dalam
penyususan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Untuk memperoleh bahan hukum sebagai bahan utama penyusunan
penulisan hukum guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu bentuk proses untuk mendapatkan aturan-
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk
mendapatkan jawaban dari isu-isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud
Marzuki 2010 : 35). Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam
penulisan hukum ini akan mempunyai manfaat bagi penulis dan orang lain.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian hukum ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat melukiskan tentang hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama
Sukoharjo.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai acuan
untuk penelitian sejenis secara lebih mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan bahan masukan, saran dan gagasan pemikiran kepada
semua pihak khususnya Pengadilan Agama Sukoharjo.
b. Memperluas dan mengembangkan pola pemikiran dan penalaran
sekaligus untuk mengimplementasikan ilmu penulis yang diperoleh.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan cara-cara ilmiah untuk memahami dan
memecahkan masalah, sehingga didapatkan kebenaran ilmiah (Muhammad
Idrus, 2009: 9). Metode pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-
cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-
lingkungan yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2006: 6).
Dalam Penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Jenis Penelitian
Pada Penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang tergolong
dalam penelitian hukum empiris. Penelitian empiris artinya penelitian
yang diteliti pada awalnya data sekunder untuk kemudian dilanjutkan
dengan penelitian data primer di lapangan terhadap masyarakat (Soerjono
Soekanto, 2006: 52).
2. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian hukum ini adalah penelitian deskriptif.
Maksudnya untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan, gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-
teori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori baru (Soerjono
Soekanto, 2006: 10).
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian empiris salah satu model penelitian kualitatif. Ada dua jenis
pendekatan dalam penelitian kualitatif, yaitu :
a. Pendekatan holistik, yang mengarahkan studi pada subyeknya secara
menyeluruh dengan berbagai aspeknya, tanpa memilih (etnografis,
grounded).
b. Pendekatan terpancang, yang memutuskan studi pada aspek yang
dipilih berdasarkan kepentingan, tujuan, dan minat penelitiannya,
yang sering disebut dengan studi kasus (HB. Sutopo, 2002: 90).
Pada penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
terpancang, penulis akan melakukan studi kasus di Pengadilan Agama
Sukoharjo. Penulis memilih pendekatan terpancang berdasarkan untuk
mengetahui pelaksanaan pembagian harta bersama setelah perceraian dan
hambatan pelaksanaan pembagian harta bersama dalam perkara
perceraian.
4. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis mengambil lokasi di
Kantor Pengadilan Agama Sukoharjo. Alasan memilih lokasi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pengadilan Agama Sukoharjo sebagai obyek penelitian karena di
Pengadilan Agama Sukoharjo penulis dapat memperoleh data yang
diperlukan guna membantu penelitian ini.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data yang diperoleh dari keterangan atau fakta langsung dan
segera diperoleh dari sumber-sumber data di lapangan. Data ini
diperoleh di Kantor Pengadilan Agama Sukoharjo .
2) Data Sekunder
Data yang tidak diperoleh secara langsung yaitu data yang
mendukung dan menunjang kelengkapan data primer melalui
bahan kepustakaan, majalah, buku-buku ilmiah dan lain
sebagainya.
b. Sumber Data
1) Sumber data primer
Pihak yang terkait langsung dengan masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini pihak yang terkait yaitu : Pengadilan Agama
Sukoharjo, hakim di lingkungan Pengadilan Agama Sukoharjo.
2) Sumber data sekunder
Jenis data yang mempunyai hubungan erat dan secara langsung
mendukung sumber data primer yang diperoleh dari literatur, buku-
buku ilmiah, makalah/hasil ilmiah para sarjana,dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan objek penelitian dan putusan Pengadilan
Agama.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan
data yang diinginkan. Dengan ketetapan penggunaan teknik pengumpulan
data, maka data yang diperoleh akan sesuai dengan yang diinginkan.
Sebagaimana telah diketahui, di dalam penelitian ini teknik pengumpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
data yang digunakan penulis, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
pengamatan atau observasi, wawancara.
a. Studi dokumen atau bahan pustaka
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan bahan-
bahan dari dokumen, buku-buku, atau bahan pustaka lainnya berbentuk
data tertulis yang menyangkut dengan objek yang diteliti.
b. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan responden, baik
lisan maupun tertulis atas sejumlah data yang diperlukan.
7. Teknik Analisis Data
Menurut Soerjono Soekanto, metode (analisis) kualitatif adalah
suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis yaitu
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga
perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
Dengan kata lain bahwa seorang peneliti yang menggunakan metode
kualitatif tidaklah semata-mata bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran belaka, akan tetapi juga untuk memahami kebenaran tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan model
interaktif yaitu model analisa yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, maka data-data diproses
melalui tiga komponen tersebut (HB. Sutopo, 1988: 37). Selain itu
dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap-tahap tersebut sehingga
data yang terkumpul akan berhubungan satu dengan yang lainnya secara
sistematis (HB. Sutopo, 2002: 96).
Gambar 1 : Teknik Analisis Data
PENGUMPULAN DATA
SAJIAN DATA REDUKSI DATA
KESIMPULAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Analisis Interaksi
Dengan model analisis ini, maka peneliti harus bergerak diantara empat
sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bolak balik
diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan selama sisa
waktu penelitian. Aktivitas yang dilakukan dengan proses itu komponen-
komponen tersebut akan didapat yang benar-benar mewakili dan sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya
akan disajikan secara diskriptif, yaitu dengan jalan apa adanya sesuai dengan
masalah yang diteliti dan data yang diperoleh.
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian diambil kesimpulan dan
langkah tersebut tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga
membuat siklus (HB, Sutopo, 2002 : 13).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum memberikan gambaran secara menyeluruh
dari penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari
empat bab. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan berisi anatara lain : latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, sitematika penelitian, jadwal penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab tinjauan pustaka pada sub pertama kerangka teori berisi
tentang : tinjauan umum tentang perkawinan, tinjauan umum tentang
perceraian, tinjauan umum tentang harta bersama, Pada sub bab kedua
berisi tentang kerangka pemikiran.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan dan hasil
yang diperoleh dari proses penelitian. Berdasarkan rumusan masalah
yang dibahas dalam bab ini yaitu pelaksanaan pembagian harta bersama
di pengadilan agama sukoharjo dan hambatan-hambatan bagi hakim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dalam pelaksanaan pembagian harta bersama dalam perkara perceraian
di Pengadilan Agama Sukoharjo.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab penutup menguraikan secara singkat tentang kesimpulan
akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan permasalahan, dan
diakhiri dengan saran-saran yang didasarkan atas hasil keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Tentang Perkawinan
a. Pengertian Perkawinan
Nikah (kawin) menurut arti asli adalah hubungan seksual tetapi
menurut arti majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian)
yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara
seorang pria dengan seorang wanita.
Perkawinan juga didefinisikan sebagai hubungan yang diakui
secara sosial antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat hubungan
seksual, hak membesarkan anak secara legal dengan membangun suatu
divisi pekerjaan dengan pasangan (Quroyzhin Kartika Rini dan
Retnaningsih, 2007: 158).
Adapun beberapa pengertian perkawinan itu sendiri sebagai berikut
1) Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa, ikatan lahir adalah ikatan yang dapat dilihatdan
merupakan ikatan yang dapat mengungkapkan adanya hubungan
antara seorang wanita dengan seorang laki-laki untuk hidup bersama
sebagai suami istri, ikatan lahir sangat diperlukan untuk melindungi
arti penting perkawinan itu, baik ditinjau dari mereka yang
bersangkutan maupun bagi masyarakat, dengan demikian
perkawinan merupakan perbuatan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum (M. Idris Ramulyo, 2000 : 20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Hukum Islam
Pernikahan (perkawinan) adalah akad yang sangat kuat atau
mistaqaan ghalizaan untuk mentaaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah, perkawinan dalam islam selain
untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga
sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta
meneruskan keturunan dalam menjalankan hidup di dunia ini, juga
mencegah perzinahan agar tercapai ketenangan dan ketentraman jiwa
bagi kedua suami istri, ketentraman keluarga dan masyarakat(H.
Helmy Masdar : 12)
3) Kompilasi Hukum Islam
Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa tujuan
perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawadah dan rahmah. Sakinah berarti suasana dalam
kehidupan rumah tangga senantiasa dalam keadaan aman dan
tentram tidak terjadi perselisihan paham yang prinsipil. Mawadah
dan rahmah yaitu kehidupan rumah tangga selalu harus dijamin,
saling mencintai dikala masih muda dan dipupuk terus agar saling
menyantuni dikala sudah tua.
4) Menurut Ibrahim Hosein
Nikah (kawin) menurut arti asli adalah dapat juga berati aqad
dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita,
sedangkan menurut arti lain ialah bersetubuh (Hosein Ibrahim,
1971:65).
b. Dasar Hukum Perkawinan
1) Menurut syariat Islam
2) Sumber-sumber hukum perkawinan dalam Al-Qur’an dapat dilihat
dalam ayat-ayat berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a) QS An Nisaa ayat (1)
“Wahai manusia! bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu” (Depag RI, 2005: 77).
b) QS An nisaa ayat (3)
“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kau menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim” (Depag RI, 2005: 77).
c) QS An Nisaa ayat (127)
“Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang perempuan. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur`an (juga memfatwakan) tentang para perempuan yatim yang tidak kamu berikan sesuatu (maskawin) yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin menikahi mereka dan (tentang) anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) agar mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Depag RI, 2005: 77).
d) Qs Al Nuur ayat (32)
“Dan nikahilah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kememampuan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”(Depag RI, 2005: 77).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e) QS Al Ruum ayat (21)
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadannya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”(Depag RI, 2005: 77).
Di samping itu juga terdapat beberapa hadist Rasulullah yang
berhubungan dengan perkawinan:
a) Hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah yang
terjemahannya:
“Nikah itu sunnahku, maka barang siapa yang tidak mengikuti
sunnahku, dia bukan umatku” (Slamet Abidin dan Aminudin.
1999: 16).
b) Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim
“Wahai para pemuda, barangsiapa mempunyai kemampuan
untuk menikah, hendaklah segera menikah. Sebab pernikahan itu
akan lebih menjaga kemaluanmu dan menundukkan pandangan”
(Mustafa Husein Atthar, 2003: 109).
3) Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan
a) Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
b) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang - undang Nomor 1 tahun 1974;
c) Intruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam;
d) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama;
e) Peraturan Menteri agama Nomor 2 Tahun 1987 tentang Wali
Hakim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Tujuan Melakukan Perkawinan
1) Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan :
Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Menurut Filosof Islam Imam Ghazali, Tujuan perkawinan adalah
sebagai berikut:
(1) Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan
keturunan serta memperkembangkan suku-suku bangsa
manusia;
(2) Memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusiaan;
(3) Memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan;
(4) Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis
pertama dari masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan
kasih sayang;
(5) Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki
penghidupan yang halal, dan memperbesar rasa
tanggungjawab.
2. Tinjauan Tentang perceraian
a. Pengertian Perceraian
Secara harfiah, perceraian adalah pemutusan terhadap ikatan
pernikahan secara agama dan hukum (Mardiana Kappara: definisi
perceraian (http://seputarpernikahan.com/favorit/definisi-perceraian-
dalam-islam/ di akses pada 26 maret 2012 pukul 11.00).
Beberapa pengertian tentang perceraian:
1) Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai
akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-
masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu
ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian
hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku
(http://sukanitha.blogspot.com/2011/01/perceraian.html di akses
pada 7 agustus 2012 pukul 20.11) );
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2) Perceraian adalah berpisahnya suami dan istri, Dalam hal ini
perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan
perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah
dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Dan biasanya
diakibatkan karena suami maupun istri tidak berperan baik dalam
perannya masing-masing
(AjengKomala_http://www.definisi.info/definisiperceraian.html di
akses pada 7 agustus 2012 pukul 20.11) );
3) Dalam Pasal 38 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
menyebutkan perkawinan dapat putus karena :
a. Kematian;
b. perceraian dan;
c. atas keputusan Pengadilan.
Berdasarkan Undang–undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perceraian diatur dalam Pasal 39.
Pasal 39:
(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara
suami istri itu tidak dapat hidup sebagai suami istri.
(3) Tata cara perceraian di depan pengadilan diatur dalam peraturan
perundangan sendiri.
b. Alasan Perceraian (Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam)
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar dissembuhkan;
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain yang di luar kemampuannya;
3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5) Salah satu pihak mendapat cacat bahan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri;
6) Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkarandan tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tannga;
7) Suami melanggar taklik talak; 8) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
c. Macam-macam/klasifikasi perceraian
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo. Peraturan Menteri agama Nomor 3
Tahun 1975, klasifikasi perceraian adalah sebaagai berikut:
1) Kematian
Kematian suami atau istri dalam arti hukum adalah putusnya ikatan
perkawinan. Jika istri yang meninggal dunia, maka seorang suami
boleh kawin lagi dengan segera, tetapi seorang janda karena yang
meninggal suami, harus menunggu lewat jangka waktunya tertentu
sebelum dapat kawin lagi. Jangka waktu tersebut disebut iddah.
Iddah karena kematian suami adalah empat bulan sepuluh hari dari
meninggalnya suami dan jika pada akhir waktu ini istri hamil,
maka jangka waktu untuk dapat kawin lagi sampai dia melahirkan
anaknya. Putusnya perkawinan dengan matinya salah satu pihak
dari suami atau istri menimbulkan hak saling waris-mewarisi atas
harta peninggalan yang mati manurut hukum waris (faraid), kecuali
matinya salah satu pihak itu karena dibunuh oleh salah satu pihak
lain.
2) Perceraian
a) Cerai-thalaq (permohonan)
Cerai Talak, adalah perceraian yang terjadi sebagai akibat
dijatuhkannya talak oleh suami terhadap istrinya dimuka sidang
pengadilan. Cerai talak ini hanya khusus untuk yang beragama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Islam, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975:
Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraikan istrinya, mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya disertai dengan alasan-alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk itu.
b) Cerai- gugatan
Perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gugatan oleh
salah satu pihak kepada Pengadilan. Dalam penjelasan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 ditegaskan bahwa
gugatan perceraian dapat dilakukan oleh istri yang
melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan oleh
seseorang yang suami atau istri yang melangsungkan
perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu
selain agama Islam
(http://eprints.undip.ac.id/18035/1/KALANG_JAYADI.pdfdi
akses pada 7 agustus 2012 pada pukul 20.11)
c) Keputusan Pengadilan
Pasal 38 butir (c) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan yaitu atas Putusan Pengadilan berbeda dengan
keputusan pengadilan dalam rangka perceraian. Putusnya
perkawinan dimaksud, yaitu tanpa adanya permohonan
pembatalan atau gugat cerai dari pihak suami istri atau
keluarganya atau yang diatur dalam Pasal 22 sampai dengan
Pasal 28 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang batalnya
Perkawinan, sedangkan menurut Pasal 23 Undang - undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan permohonan
pembatalan perkawinan ini di samping dapat diajukan oleh
keluarga dari suami istri atau masing-masing suami istri
bersangkutan, dapat pula diajukan oleh pemerintah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berwenang. Sehingga dengan demikian, mungkin saja suami
istri tidak ingin bercerai atau membatalkan perceraian tersebut,
tetapi oleh pejabat pemerintah yang berwenang dapat
mengajukan permohonan pembatalan tersebut. Jika memang
perkawinan tidak memenuhi syarat-syarat suatu perkawinan,
sesuai dengan bunyi Pasal 22 Undang-undang Nomor 1 tahun
1974 tentang Perkawinan yaitu, perkawinan dapat dibatalkan
apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan, misalnya melanggar larangan
perkawinan Pasal 8 Undang - undang Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan, yaitu suami istri ternyata masih saudara
kandung dan perkawinan juga berdasarkan suatu agama
tertentu, mungkin pasangan tersebut tidak ingin bercerai tetapi
perkawinan tersebut tidak sah lagi, sehingga pihak yang
berwenang perlu mengusahakan melakukan pembatalan
(http://eprints.undip.ac.id/17794/1/INDRA_ADITAMA.pdf di
akses pada 7 agustus 2012 pada pukul 20.11)
d. Tata Cara Perceraian
Mengenai tata cara perceraian ini diatur oleh Pasal 39 dan 40
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang menyebutkan:
Pasal 39 berbunyi:
1) Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.
3) Tatacara perceraian didepan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri
Pasal 40 menyatakan:
1) Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan. 2) Tatacara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal
ini diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
berdasarkan bunyi pasal tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa perceraian hanya terjadi dengan sah jika gugatannya
diajukan kepada Pengadilan, untuk yang beragama Islam
dapat mengajukan kepada Pengadilan Agama, sementara
agama yang lain ke Pengadilan Negeri. Sementara Kompilasi
Hukum Islam Pasal 129-131 memuat tentang bagaimana tata
cara dan pelaksanaan jika suami dan istri akan bercerai, antara
lain:
a) Seorang suami akan menjatuhkan talak kepada istrinya, mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal istri disertai alasan serta meminta agar diadakan sidang;
b) Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak permohonan tersebut dan terhadap keputusan tersebut dapat diminta upaya hukum banding dan kasasi;
c) Pengadilan Agama yang bersangkutan mempelajari permohonan dalam waktu selambat-lambatnya tigapuluh hari memanggil pemohon dan istri untuk meminta penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud menjatuhkan talak;
d) Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak serta yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah tangga, Pengadilan Agama menjatuhkan keputusannya tentang ijin bagi suami untuk mengikrarkan talak;
e) Setelah keputusan mempunyai kekuatan hukum tetap, suami mengikrarkan talaknya di depan sidang Pengadilan Agama, dihadiri oleh istri atau kuasanya;
f) Bila suami tidak mengucapkan talak dalam tempo 6 (enam) bulan terhitung sejak keputusan Pengadilan Agama tentang ijin talak baginya mempunyai kekuatan hukum tetap maka hak suami untuk mengikrarkan talak gugur dan perkawinan tetap utuh;
g) Setelah sidang penyaksian ikrar talak, Pengadilan Agama membuat penetapan tentang terjadinya talak rangkap empat yang merupakan bukti perceraian bagi bekas suami dan istri, helai pertama beserta surat ikrar talak dikirimkan kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayah tempat tinggal suami diadakan pencatatan, helai kedua dan ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
masing-masing diberikan kepada suami istri dan helai keempat disimpan Pengadilan Agama.
e. Akibat perceraian
1) Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskan
tentang akibat putusnya pekawinan karena perceraian :
a) Mengenai hubungan suami istri
Akibat pokok dari perceraiaan, maka persetubuhan tidak
diperbolehkan antara suami istri, tetapi mereka boleh
kawin kembali sepanjang ketentuan hukum masing-
masing agama dan kepercayaan yang mengaturnya,
dalam perceraiaan diperbolehkan rujuk menurut
ketentuan-ketentuan hukum agama islam. Tetapi
menurut pasal 41 ayat (3) Undang-Undang No.1 tahun
1974, pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami
untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau
menentukan suatu kewajiban pada bekas isteri
berdasarkan hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya.
b) Mengenai anak
Menurut pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) Undang - Undang
Nomor 1 Tahun 1974, baik ibu atau bapak berkewajiban
memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata
berdasarkan kepentingan anak, yaitu bapak yang
bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak-anak itu. Akan tetapi
bilamana bapak dalam kenyataannya tidak memenuhi
kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa
ibu dapat ikut memikul biaya tersebut, kecuali itu
pengadilan dapat pula memberikan keputusan tentang
siapa di antara mereka berdua yang berkewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
memelihara dan mendidiknya apabila ada perselisihan di
antara keduanya.
c) Mengenai harta benda
Menurut Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
harta dalam perkawinan ada yang disebut harta bersama,
yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan
berlangsung. Di samping itu ada pula yang disebut harta
bawaan dari masing-masing sebagai hadiah atau warisan
sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Karena itu
Pasal 36 menentukan bahwa mengenai harta bersama,
suami isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
pihak, sedangkan mengenai harta bawaan dan harta yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan,
suami isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk
perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Menurut penjelasan Pasal 35, apabila perkawinan putus,
maka harta bersama itu diatur menurut hukumnya
masing-masing. Menurut penjelasan Pasal 35 yang
dimaksud dengan hukumnya masing-masing adalah
agama, hukum adat dan hukum lainnya. Apa yang di
maksud dengan hukumnya masing-masing pada
penjelasan Pasal 37. Jelasnya, baik perkawinan putus
karena perceraian maupun karena kematian salah satu
pihak, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-
masing, yaitu hukum agama, hukum adat dan hukum
lainnya.
2) Menurut Hukum Islam
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian menurut
hukum islam adalah sebagai berikut:
a) Mengenai hubungan bekas suami isteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(1) Pada perceraian yang telah memasuki tingkat tidak
mungkin dicabut kembali (talak ba’in),
persetubuhan tidak di perbolehkan lagi, tetapi
mereka boleh rujuk kembali asal belum lebih dari
dua pernyataan talak.
(2) Dalam hal talak tiga dijatuhkan, perkawinan hanya
dapat dilakukan setelah memenuhi syarat-syarat
terentu yang berat, sedangkan dalam perceraian
karena li’an, perkawinan kembali tidak mungkin
lagi dilakukan untuk selamanya.
(3) Suami isteri yang meninggal dalam waktu iddah-
talak yang dapat dicabut kembali (talak raj’i),
berhak mendapat warisan dari harta peninggalan
yang meninggal.
(4) Pada perceraian yang tidak dapat dicabut kembali
(talak ba’in) tidak seorang pun dari suami/isteri
berhak mendapat warisan dari harta peninggalan
yang meninggal dunia dalam iddah tersebut.
b) Mengenai anak-anak
Kalau perceraian suami isteri telah memasuki tingkat
yang tidak mungkin dicabut kembali, maka yang
menjadi persoalan adalah anak-anak di bawah umur
yaitu, anak yang belum dewasa. Keempat imam
madzhab sepakat bahwa ibunyalah yang berhak
memelihara dan mengasuh anak tersebut, yang dalam
hukum islam disebut hak hadlanah. Hanya mereka
berbeda pendapat tentang batas hadlanah ibu terhadap
umur si anak. Menurut Syafi’i : ‘’ibu berhak sebelum si
anak itu berumur 7 tahun’’, baik anak laki-laki maupun
anak perempuan. Tetapi Maliki, Hambali dan Hanafi
membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Maliki : “anak laki-laki sebelum baligh dan
anak perempuan sebelum kawin dan telah dicampuri
oleh suaminya”, demikian juga hanafi. Dengan
berakhirnya hak hadlanah ibu, maka anak tersebut
bebas memilih sendiri di mana ia suka tinggal. Hadis
nabi mengatakan : ‘’Engkaulah yang lebih berhak
memelihara dan mengasuh anak sebelum engkau
bersuamikan orang lain”, adalah sebagai dalil bahwa
ibu lebih berhak atas hadlanah anak jika ada sengketa
tentang hak tersebut. Walaupun anak itu dipelihara dan
diasuh oleh ibunya, biaya pemeliharaan dan pendidikan
menjadi tanggungan ayahnya. Semua ulama sepakat
bahwa nafkah, kiswah (pakaian) untuk seorang anak
dari lahir sampai umur 21 tahun ditanggung oleh
ayahnya.
c) Mengenai Harta Benda
Berbeda dengan sistem hukum perdata barat (Pasal 119
BW), maka dalam islam tidak dikenal percampuran
harta kekayaan antara suami atau isteri karena
pernikahan. Harta kekayaan isteri menjadi milik isteri
dan dikuasai penuh olehnya, demikian pula harta
kekayaan suami tetap menjadi milik suami dan dikuasai
penuh olehnya. Menurut Hukum Islam perempuan yang
bersuami tetap diangggap cakap untuk melakukan
perbuatan hukum, sehingga ia dapat melakukan segala
perbuatan hukum dalam masyarakat. Perempuan yang
bersuami menurut hukum barat tidak cakap untuk
melakukan perbuatan hukum dan hanya dapat
melakukan perbuatan hukum secara sah, jika dibantu
atau dikuasakan secara tertulis oleh suaminya (Pasal
108 ayat 2 BW).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) Menurut Kompilasi Hukum Islam
Menurut kompilasi hukum islam Pasal 156, akibat putusnya
perkawinan karena perceraian ialah :
a) Anak yang belum mumayyiz berhak mendapat
hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah
meninggal dunia maka kedudukannya digantikan oleh :
(1) Wanita-wanita dalam garis lurus dari ibu;
(2) Ayah;
(3) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah;
(4) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan;
(5) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis
samping dari ibu;
(6) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis
samping dari ayah.
b) Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk
mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibu;
c) Apabila pemegang hadlanah ternyata tidak dapat
menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak,
meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi,
maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan
Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah
kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah
pula;
d) Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi
tanggungan ayah menurut kemampuannya, sekurang-
kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat
mengurus diri sendiri (21 tahun);
e) Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan
nafkah anak Pengadilan Agama memberikan keputusan
memberikan keputusan berdasarkan huruf (a), (b), (c)
dan (d);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
f) Pengadilan dengan menginggat kemampuan ayahnya
menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharan dan
pendidikan anak-anaknya yang tidak turut padanya.
3. Tinjauan Harta Bersama
a. Pengertian Harta Bersama
Harta bersama adalah harta kekayaan yang diperoleh selama
perkawinan di luar warisan atau hadiah, maksudnya adalah harta yang
diperoleh atas usaha mereka atau sendiri-sendiri selama masa ikatan
Perkawinan. Harta yang ada baik dari suami dan istri sebelum
pernikahan akan tetap menjadi harta mereka masing-masing. Harta
bersama menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 35 ayat
(1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan
bahwa harta bersama adalah harta benda yang diperolah selama
perkawinan berlangsung. harta bawaan dari masing-masing suami
isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah
atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang
para pihak tidak menentukan lain. Dalam Kompilasi Hukum Islam
juga terdapat pengaturan tentang harta bersama ini, antara lain terdapat
pada pasal:
1) Pasal 85 yang menyatakan harta bersama dalam perkawinan itu
tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing
suami atau istri.
2) Pasal 86 ayat (2), harta istri tetap menjadi hak istri dan dikuasai
penuh olehnya demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami
dan dikuasai penuh olehnya.
3) Pasal 87 ayat (1), harta bawaan dari masing-masing suami dan istri
yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah
dibawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak
menentukan lain dalam perjanjian kawinnya.
4) Pasal 87 ayat (2), suami atau istri mempunyai hak sepenuhnya
untuk melakukan perbuatan hukum atas harta masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berupa hibah,hadiah sodakah atau lainnya.
Dengan melihat kedua peraturan tersebut, yakni Kompilasi Hukum
Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dapat disimpulkan bahwa kedua aturan tersebut sejalan dalam
pengaturan tentang harta bersama ini.
b. Macam-macam Harta Bersama
Kompilasi Hukum Islam Pasal 91 menyatakan bahwa wujud harta
bersama itu antara lain :
1) Harta bersama sebagai tersebut dalam Pasal 85 dapat berupa benda
berwujud atau tidak berwujud.
2) Harta Bersama yang berwujud dapat meliputi benda bergerak, tidak
bergerak dan surat-surat berharga lainnya.
3) Harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak maupun
kewajiban.
4) Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah
satu pihak atas persetujuan pihak lain.
Sementara Pasal 92 Kompilasi Hukum Islam berbunyi “Suami atau
istri tanpa persetujuan para pihak lain tidak diperbolehkan menjual
atau memindahkan harta bersama”. Terhadap harta bersama ini, pihak
suami atau istri mempunyai tanggung jawab yang sama dan harta
bersama itu akan dibagi sama apabila perkawinan tersebut sudah putus
akibat kematian ataupun perceraian dan karena putusan pengadilan.
Mengenai harta kekayaan yang didapat sepanjang perkawinan
inilah yang akan dibagi jika perkawinan itu putus, baik karena
perceraian, kematian ataupun putusan pengadilan. Pentingnya
ditetapkan harta bersama dalam suatu perkawinan adalah untuk
penguasaan dan pembagiannya, penguasaan terhadap harta bersama
dalam hal perkawinan masih berlangsung, pembagian harta bersama
dilakukan ketika terjadi putusnya perkawinan. Harta bersama atau
gono-goni ini diatur secara seimbang dalam artian, suami atau istri
menguasai harta secara bersama-sama, masing-masing pihak bertindak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
atas harta tersebut dengan persetujuan pihak lain dan jika perkawinan
putus maka menurut Kompilasi Hukum Islam harta itu akan dibagi
sama banyak antara suami dan istri.
c. Terbentuknya Harta Bersama
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan
bahwa harta bersama suami isteri hanyalah meliputi harta – harta yang
diperoleh selama tenggang waktu, antara saat peresmian perkawinan
sampai perkawinan tersebut putus, baik karena cerai mati maupun
cerai hidup. Dengan demikian harta yang dipunyai pada saat dibawa
masuk kedalam perkawinan terletak di luar harta bersama. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa harta bersama suami isteri bersumber dari :
1) Harta yang dibeli selama perkawinan;
2) Harta yang dibeli dan dibangun sesudah perceraian yang dibiayai
dari harta bersama;
3) Harta yang dapat dibuktikan diperoleh selama perkawinan, kecuali
berupa harta pribadi suami atau isteri;
4) Penghasilan yang diperoleh dari harta bersama dan harta bawaan /
pribadi suami isteri;
5) Segala penghasilan suami;
6) Segala penghasilan isteri dan/atau;
7) Segala penghasilan harta bersama suami isteri, kecuali dibuktikan
sebaliknya.
Ketentuan tentang satu barang atau benda masuk kedalam harta
persatuan atau tidak ditentukan oleh faktor selama perkawinan antara
suami dan istri berlangsung, barang menjadi harta bersama kecuali
harta yang diperoleh berupa warisan, wasiat dan hibah oleh satu pihak,
harta ini menjadi harta pribadi yang menerimanya.
d. Pembagian Harta Bersama
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 37
menyatakan “bila perkawinan putus kerena perceraian harta bersama
diatur menurut hukumnya masing-masing,” yang dimaksud dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
hukum masing-masing ditegaskan dalam penjelasan Pasal 37 ialah
“hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum lainnya,”. Dalam Pasal
37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak menegaskan berapa
bagian masing-masing antar suami atau istri, baik cerai mati maupun
cerai hidup, tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 96 dan 97
mengatur tentang pembagian syirkah ini baik cerai hidup maupun cerai
mati, yaitu masing-masing mendapat separo dari harta bersama
sepanjang tidak ditentukan dalam perjanjian kawin.
Selengkapnya Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam berbunyi :
1) Apabila terjadi cerai mati maka separoh harta bersama menjadi hak
pasangan yang hidup lebih lama.
2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri
atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian
matinya yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan
Pengadilan Agama.
Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam menyatakan, “Janda atau duda yang
cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama
sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian kawin”. Berdasarkan
kedua pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa harta bersama atau
syirkah akan dibagi sama banyak atau seperdua bagian antara suami
dan istri, hal ini dapat dilakukan langsung atau dengan bantuan
pengadilan.
e. Tugas dan wewenang Pengadilan Agama
Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, disebutkan bahwa
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:
1) perkawinan;
2) waris;
3) wasiat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) hibah;
5) wakaf;
6) zakat;
7) infaq;
8) shadaqah; dan
9) ekonomi syari'ah.
Kewenangan Peradilan Agama memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di bidang perdata, sekaligus dikaitkan dengan
asas personalita keislaman yakni yang dapat ditundukkan ke dalam
kekuasaan Peradilan Agama, hanya mereka yang beragama islam. Yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup peradilan agama
yang bertindak sebagai peradilan tingkat pertama, bertempat kedudukan
di Kotamadya atau Kabupaten. Peradilan tingkat banding dilakukan
oleh Pengadilan Tinggi Agama yang bertempat kedudukan di Ibu Kota
provinsi. Kemudian Mahkamah Agung adalah sebagai peradilan tingkat
kasasi atau tingkat peradilan terakhir untuk semua lingkungan
peradilan, termasuk Peradilan Agama (M. Yahya Harahap, 2003: 99-
101).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2: Kerangka Pemikiran
Percampuran harta bersama
Dapat Diselesaikan
Tidak Dapat diselesaikan
Muncul Konflik
Permohonan Talak/ Gugatan
Cerai Alasan Perceraian Berdasarkan :
· Pasal 116 KHI
Hambatan hakim dalam pelaksanaan pembagian harta
bersama
Putusan
Pengadilan Agama
Putusan cerai dan pembagian harta bersama
Perkawinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan:
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam perjalanan rumah tangga tersebut sering kali diwarnai dengan konflik.
Apabila konflik tersebut berkepanjangan dan tidak bisa diselesaikan, maka konflik
tersebut sesuai dengan Pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 harus
diselesaikan di depan persidangan.
Berdasarkan Pasal 116 KHI cukup alasan untuk dapat mengajukan perceraian
tersebut ke Pengadilan Agama. Dalam upaya untuk memutus perkara perceraian
tersebut para pihak akan berupaya dalam memperjuangkan hak-haknya antara lain
adalah hak harta bersama, sehingga muncul hambatan-hambatan, terutama
hambatan bagi hakim dalam pelaksanaan pembagian harta bersama dalam
memutus perkara perceraian tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama
Sukoharjo
Perkawinan merupakan peristiwa yang sakral bagi pemahaman masyarakat
Indonesia, suatu perkawinan diharapkan senantiasa dapat berjalan langgeng
sampai hari tua, namun didalam kehidupan perkawinan sering kali terjadi
sesuatu hal yang menyebabkan kehidupan perkawinan menjadi tidak
harmonis, Seperti perkawinan yang selalu diharapkan berjalan dengan baik
dapat saja berakhir dengan suatu perceraian. Perceraian dalam kaca mata
hukum merupakan suatu peristiwa hukum yang tentunya akan menimbulkan
serangkaian akibat-akibat hukum, termasuk salah satunya dalam ruang
lingkup harta kekayaan dalam perkawinan. Pembagian harta bersama dalam
perkawinan senantiasa merupakan bagian yang krusial dari suatu perceraian.
1. Perkara Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo
Pengadilan Agama Sukoharjo mempunyai wilayah yuridis hukum
meliputi 12 kecamatan, dimana berdasarkan sumber yang diperoleh dari
hasil penelitian di Pengadilan Agama Sukoharjo, perkara Pembagian
Harta Bersama yang diterima dan diputus pada tahun 2010 dan tahun
2011 adalah sebagai berikut:
Gambar 3 (grafik)
Tahun 2010 Tahun 2011
3 3 3
1
Perkara Pembagian Harta Bersama Perkara yang diterima Perkara yang diputus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 3 : Jumlah Perkara Pembagian Harta Bersama di Pengadilan
Agama Sukoharjo
Dari data yang penulis sajikan dapat diketahui bahwa di tahun 2010
terdapat 3(tiga) perkara Pembagian Harta Bersama yang telah diterima
dan diputus oleh Pengadilan Agama Sukoharjo, dan di tahun 2011
terdapat 2 (dua) perkara yang diterima dan 1(satu) perkara yang telah
diputus oleh Pengadilan Agama Sukoharjo, dari data tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di
Pengadilan Agama Sukoharjo cukup sedikit karena disebabkan oleh
banyak faktor dan juga karena Pembagian harta bersama lewat
Pengadilan Agama, bisa diajukan serempak dengan pengajuan gugatan
perceraian (kumulatif) atau dapat pula digugat tersendiri setelah putus
perceraian baik secara langsung oleh yang bersangkutan maupun
memakai jasa pengacara.
Pemeriksaan pembagian harta bersama dalam hal yang kumulatif
dilakukan setelah pemeriksaan gugatan cerai, apabila gugatan cerainya
ditolak, maka pembagian harta bersamanya biasanya juga di tolak,
Karena Pembagian harta bersama tersebut menginduk pada gugatan cerai,
Kecuali apabila salah satu pihak meminta pemisahan harta bersama,
karena salah satu pihak dikuatirkan atau bahkan terbukti menghilangkan
harta bersama dengan permohonan tersendiri.
2. Prosedur pemeriksaan Perkara dalam Pelaksanaan Pembagian Harta
Bersama
Semua perkara yang diterima di Pengadilan Agama bermula dari
adanya suatu sengketa antara para pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya, hal ini terjadi karena pihak satu dengan pihak lainnya merasa
adanya suatu hak yang dilanggar oleh pihak lainnya sehingga salah satu
pihak mengajukan gugatan di Pengadilan Agama, maka pengadilan
Agama sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-
undang Nomor 50 Tahun 2009 pengadilan Agama mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kedudukan untuk Memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang
masuk di Pengadilan Agama termasuk Pembagian Harta Bersama.
Didalam proses persidangan dan pelaksanaan Pembagian Harta
Bersama diawali dengan proses persidangan yang dapat memberikan
suatu gambaran yang jelas terhadap suatu peristiwa yang terjadi di
persidangan sehingga Hakim dapat menemukan bukti-bukti /atau fakta –
fakta untuk dijadikan pertimbangan dalam menjatuhkan putusan dalam
pelaksanaan pembagian harta bersama.
Pada prinsipnya proses pemeriksaan perkara perceraian dengan
pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo adalah sama
dengan proses pemeriksaan perkara perdata lainnya yang dilakukan di
depan sidang Pengadilan Umum, Proses pemeriksaan perkara perceraian
dengan pembagian harta bersama dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
a. Pembacaan gugatan;
b. Jawaban gugatan;
c. Replik penggugat;
d. Duplik tergugat;
e. Pembuktian;
f. Kesimpulan;
g. Putusan hakim.
Pemeriksaan perkara perceraian dilakukan dalam sidang tertutup.
Mengapa dilakukan dalam sidang tertutup, karena menyangkut masalah
kesusilaan (wawancara dengan Wakil Panitera PA Sukoharjo, pada
Tanggal 23 Nopember 2012 pukul 09.30 – 11.00 ).
3. Penyelesaian Perkara Perceraian dan Pelaksanaan Pembagian Harta
Bersama di Pengadilan Agama Sukoharjo.
Untuk lebih mengetahui proses terjadinya putusan dalam perkara
gugatan harta bersama, perlu kiranya dikemukan contoh putusan gugatan
harta bersama yang diperoleh dari putusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Putusan yang disampaikan di maksudkan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
gambaran secara khusus tentang pembagaian harta bersama, yaitu:
Putusan Nomor : 0910/PDT.G/2010/PA.SKH. Antara Penggugat
berinisial B binti BG umur 38 tahun, agama Islam, pendidikan STM,
pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat tinggal di, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukoharjo, selanjutnya disebut sebagai "Pemohon", Tergugat
berinisial A binti ST umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan SMEA,
pekerjaan Mengurus Rumah Tangga, bertempat tinggal di Kecamatan
Grogol, Kabupaten Sukoharjo, selanjutnya disebut sebagai "Termohon"
yang menikah pada tanggal 13 agustus 1993 bertempat di kantor Urusan
Agama kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo (kutipan Akta Nikah
Nomor : 230/52/VIII/1993).
Dalam gugatannya (posita) Penggugat menyebutkan bahwa selama
pernikahan dengan tergugat telah memperoleh harta bersama sebagai
berikut:
a. Tanah pekarangan kaplingan seluas ± 100 m2 Serlifikat No. 3087 di
Kwarasan Grogol, Sukoharjo;
b. Sepeda motor Suzuki AD 6486 AK warna merah tahun 2005;
c. Sepeda motor Yamaha AD 3714 KK warna hitam tahun 1996;
d. Sepeda motor Yamaha AD 2629 ZB warna hijau tahun 2009.
a. Duduk Perkaranya
Pada tanggal 13 Agustus 1993 pemohon dan Termohon
melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh pegawai pencatat nikah
di kantor Urusan Agama kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo
(kutipan Akta Nikah Nomor : 230/52/VIII/1993, selanjutnya pemohan
dan termohan hidup bersama selama 7 tahun dan dikaruniai 2 (dua)
orang anak yaitu Vendi Permata Putra, Oldri Permata Sari.
Bahwa kemudian karena tidak ada kecocokan dalam bahtera
rumahtangga akhirnya sering kali terjadi perselisihan dan
pertengkaran karena termohon sering berhutang kepada orang lain
tanpa sepengetahuan Pemohon dan penggunaan uang hutang tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tidak jelas, pada bulan agustus 2010 termohon pergi meninggalkan
rumah selama 2 bulan selam itu termohon tidak memperdulikan
Pemohon, dan tidak ada lagi hubungan lahir maupun batin.
Bahwa berdasarkan uraian diatas Penggugat mohon agar ketua
Pengadilan Agama Sukoharjo memeriksa dan mengadili perkara ini,
selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi:
PRIMAIR :
(a) Mengabulkan permohonan Pemohon;
(b) Memberikan ijin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu
kepada Termohon;
(c) Membebankan biaya dalam perkara ini menurut hukum;
SUBSIDAIR :
Putusan yang seadil-adilnya;
1) Usaha Perdamaian
Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon telah memilih
Drs.Munjid Lughowi, Hakim Pengadilan Agama Sukoharjo untuk
menjadi Mediator dalam perkaranya tersebut, selanjutnya Majelis
Hakim telah memerintahkan Pemohon dan Termohon untuk
menempuh proses mediasi dan mediasi telah dilaksanakan,namun
gagal sebagaimana Laporan Hasil Mediasi tertanggal 29
Nopember 2010;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim berusaha
dengan sungguh-sungguh mendamaikan Pemohon dan Termohon,
namun tidak berhasil kemudian dibacakan permohonan Pemohon
dalam sidang tertutup untuk umum, yang isinya tetap
dipertahankan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa Termohon telah memberikan jawaban
secara tertulis tertanggal 29 Nopember 2010, yang isi pokoknya
sebagai berikut :
a) Bahwa dalil pemohon untuk menceraikan termohon pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
poin 1 dan 2 betul adanya, Termohon nikah tanggal 14
Agustus 1993 setelah itu Termohon bertempat tinggal di
SUKOHARJO Selama perkawinan, telah dikaruniai seorang
anak lahir tanggal 23 Mei 1994. Pemohon sudah bekerja tapi
belum mapan, dalam kehidupan sehari-hari kami jalani
dengan bahagia, tapi lama-lama hubungan kami sering retak,
karena waktu itu kami sama-sama masih muda, Pemohon
sering mencari kesenangan sendiri, sering keluar rumah, judi,
mabuk, bahkan pacaran. Termohon sendiri hanya buruh
pabrik, buat beli susu aja zaman dulu sudah, akhirnya
Termohon punya hutang, tapi setelah Pemohon tahu
Termohon punya hutang Pemohon marah, kemudian tahun
2004 keluarga Termohon mengalami kehancuran, rumah
orang tua dan Termohon dijual lalu pindah dari Desa
Kwarasan, tapi waktu hutang-hutang Termohon yang
melunasi orangtua Termohon, bukan dari Pemohon;
b) Dalil nomor 3 bahwa Termohon sering hutang yang
penggunaan uangnya tidak untuk kepentingan keluarga adalah
tidak benar, karena sejak April 2004 termohon tidak pernah
mendapat uang belanja dari pemohon. Tepat 18 April 2004
Termohon pindah ikut suami di KWARASAN semenjak
Termohon tinggal disana Termohon sudah punya anak 2
waktu itu masih kecil-kecil. Pemohon sudah bekerja mapan.
Termohon bekerja di rumah dengan jualan es jus tapi lama-
lama Termohon kepingin meningkat, lalu dengan dorongan
kakak Pemohon,Termohon disuruh mencari pinjaman di bank
dan Pemohon setuju, dari situ Termohon mulai berdagang,
Termohon juga tidak pernah minta uang gaji karena
Termohon pikir Termohon bisa cari uang sendiri, tapi sebagai
suami seharusnya memberi nafkah bukan hanya nafkah batin,
tapi semua itu tak Termohon permasalahkan,tapi lama-lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Termohon tidak kuat sampai akhirnya sekarang ini. Dalam
keadaan seperti inilah dapat menimbulkan hutang, karena
pengeluaran harian dan angsuran bank. Pada saat angsuran
bank jatuh tempo padahal belum ada uang, teraksa pinjam
ke rentenir, inilah yang membuat hutang semakin menumpuk.
Termohon dan Pemohon juga mempunyai harta atau barang
yang diperoleh semasa hidup bersama suami istri. Adapun
barang tersebut terbagi dalam barang bergerak dan tidak
bergerak;
Barang tidak bergerak berupa sebidang tanah di Desa
Kwarasan seluas 100 M2;
Sedangkan barang bergerak berupa:
Sebuah mobil Daihatsu Espas tahun 1996 Nopol AD 9332
NB;
Sebuah Motor Yamaha Crypton Tahun 1996 Nopol AD 3714
KK;
Sebuah Motor Yamaha Jupiter Tahun 2009 Nopol AD 2629
ZB
c) Dalil nomor 4,termohon pergi meninggalkan rumah karena
sudah tidak ada komunikasi.
Bahwa atas dasar alasan tersebut diatas, dengan ini
termohon mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo
sebelum mengabulkan permohonan Pemohon menjatuhkan
talak satu kepada tennohon untuk diingatkan :
(1) Pemohon menjadi kepada rumah tangga yang bertanggung
jawab atas hutang-hutang Isterinya, atau memberikan uang
belanja sejak April 2004;
(2) Pemohon juga memberikan separuh dari kekayaan
bersama kepada Termohon;
(3) Atau sesuai kebijksanaan dan keadilan dari Ketua
Pengadilan Agama Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Menimbang, bahwa terhadap jawaban Termohon tersebut,
Pemohon telah menyampaikan replik secara tertulis
tertanggal 21 Desember 2010, yang isi pokoknya sebagai
berikut :
(1) Bahwa tingkah laku penggugat sebenarnya cek cok /
bertengkar pada malam hari ketika anak tidur. Paginya
orang tua tergugat ikut campur tangan rumah tangga
penggugat. Jarak antara tempat tinggal penggugat dengan
orang tua tergugat ± 1km;
(2) Bahwa dalam kehancuran ekonomi orang tua tergugat
tidak benar penyebab dari Penggugat;
(3) Bahwa dalam ekonomi rumah tangga penggugat cukup
mapan bisa memperbaiki rumah tempat tinggal pemberian
waris dari orang tua tergugat;
(4) Bahwa pihak penggugat terhadap tergugat telah diberi gaji
mingguan maupun bulanan tidak mau;
(5) Bahwa pihak tergugat kebutuhan hidup sehari-hari cukup
minta kepada pihak penggugat;
(6) Bahwa pemberian waris,tanah pekarangan dan rumah dari
pemberian orang tua tergugat telah diminta kembali dijual
oleh orang tua tergugat;
(7) Bahwa pihak penggugat menegaskan pada pihak tergugat
bila mempunyai hutang lebih dari Rp. 10.000.000,00
pihak penggugat tidak bertanggung jawab;
(8) Bahwa pihak penggugat bertanggung jawab melaksanakan
kewajiban pada pihak tergugat hutang di BRI lunas;
(9) Bahwa pihak penggugat telah diminta ijin oleh pihak
tergugat pinjam BRI lagi. Bahwa pihak penggugat
mengijinkan pinjaman BRI pada pihak tergugat, pesannya
kurang dari Rp. 10.000.000,00 untuk beli sepeda motor;
(10) Bahwa pihak penggugat menyerahkan BPKB Daihatsu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tahun 1996 kepada pihak tergugat menanyakan langsung
angsurannya apakah mampu ? jawab tergugat mampu;
(11) Pihak penggugat memberikan 1 angsuran BRI dan 1
angsuran BPKB kepada orang tua tergugat;
(12) Bahwa pihak penggugat telah memberikan 1 angsuran
BRI melalui pihak tergugat tetapi tidak dibayarkan;
(13) Bahwa pihak penggugat telah memberikan peringatan
berkali-kali terhadap pihak tergugat tentang hutang bahwa
pihak penggugat melunasi hutang pihak tergugat:
(14) Bahwa pihak penggugat menjual mobil Daihatsu AD
9332 NB warna hitam silver tahun 1996 untuk melunasi
hutang BRI yang dilakukan oleh pihak tergugat;
Kami selaku pihak penggugat memohon kepada
Bapak/Ibu Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo Jawa Tengah
mengabulkan putusan perkara No.0910/Pdt. 6/2010/PA.Skh
mengabulkan :
(1) Putusan cerai sesuai syariat agama islam yang dianut oleh
penggugat;
(2) Harta gono-gini :
(a) Tanah pekarangan kaplingan seluas ± 100 m2 Serlifikat
No. 3087 di Kwarasan Grogol, Sukoharjo;
(b) Sepeda motor suzuki AD 6486 AK warna merah tahun
2005;
(c) Sepeda motor Yamaha AD 3714 KK warna hitam
tahun 1996;
(d) Sepeda motor Yamaha AD 2629 ZB warna hijau
tahun 2009.
(3) Sisa hutang-hutang bukan tanggung jawab pihak
penggugat;
Menimbang, bahwa terhadap replik Pemohon tersebut,
Termohon telah menyampaikan duplik tertanggal 07 Januari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2011;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil
permohonannya, Pemohon telah mengajukan bukti-bukti
berupa :
2) Bukti – Bukti
a) Bukti Surat :
(1) Foto copy bermeterai cukup Kartu Tanda Penduduk atas
nama Pemohon, Nomor : 3311091708720005, tertanggal
16 Desember 2008, yang dikeluarkan oleh Camat Grogol,
Kabupaten Sukoharjo, tanda P.1;
(2) Foto copy bermeterai cukup Duplikat Kutipan Akta Nikah
Nomor : 230/52/VIII/1993 tanggal 26 Oktober 2010, yang
dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Grogol, Kabupaten Sukoharjo, tanda P.2;
(3) Foto copy bermeterai cukup Slip Penyetoran uang
sejumlah Rp.21.000.000,00 (dua puluh satu juta rupiah)
oleh Pemohon ke rekening Termohon, tertanggal 25
Oktober 2010, tanda P.3;
(4) Foto copy bermeterai cukup kwitansi pelunasan oleh
Pemohon kepada Sri Mulyani senilai Rp. 2.000.000,00
(dua juta rupiah) tertanggal Agustus 2010, kepada
Sarwanto senilai Rp.1.500.000,00 (satu juta lima ratus
ribu rupiah) tertanggal September 2010 dan kepada Harjo
Sisri senilai Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) tertanggal
September 2010, tanda P.4;
(5) Foto copy bermeterai cukup Slip Setoran Angsuran 9
dan 10 oleh Pemohon kepada Koperasi Makmur Adana
senilai Rp.867.000,00 (delapan ratus enam puluh tujuh
ribu rupiah) tertanggal 24 Nopember 2010, kepada Ilik
senilai Rp.4.700.000,00 (empat juta tujuh ratus ribu
rupiah) tertanggal Juli 2010 dan kepada Siti Sulastri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
senilai Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) tertanggal Juli
2010, tanda P.5;
b) Saksi-saksi:
SAKSI 1, bersumpah dan memberikan keterangan yang isi
pokoknya sebagai berikut :
(1) Bahwa saksi berumur 31 tahun, bertempat tinggal di ,
Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, mengenal
Pemohon dan Termohon karena sebagai tetangga
Pemohon;
(2) Bahwa Pemohon dengan Termohon menikah pada tahun
1993 dan setelah menikah tinggal bersama di rumah
orangtua Pemohon dalam keadaan rukun dan telah
dikaruniai 2 (dua) orang anak;
(3) Bahwa sejak bulan Agustus 2010, Termohon
meninggalkan kediaman bersama dan pulang ke rumah
orangtua Termohon, Bahwa penyebab kepulangan
Termohon ke rumah orangtuanya adalah kebiasaan
Termohon yang sering berhutang kepada orang lain tanpa
sepengetahuan Pemohon;
(4) Bahwa saksi pernah meminjami utang Termohon sejumlah
Rp.4.000.000,00 (empat juta rupiah) dengan jaminan
sertifikat saksi, ternyata Termohon hanya mengangsur
sebanyak 4 (empat) dan selebihnya saksi yang
mengangsur tanpa sepengetahuan Pemohon;
SAKSI 2,bersumpah dan memberikan keterangan yang isi
pokoknya sebagai berikut:
(1) Bahwa saksi berumur 56 tahun, bertempat tinggal di
Dusun Soko, Desa Madegondo, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukoharjo,mengenal Pemohon dan Termohon
karena sebagai ibu kandung Termohon;
(2) Bahwa sejak 15 September 2010,Termohon meninggalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kediaman bersama dan pulang ke rumah saksi disebabkan
Termohon terbelit utang;
(3) Bahwa belitan utang Termohon tersebut untuk keperluan
modal usaha namun gagal;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut
Pemohon dan Termohon membenarkannya;
Menimbang,bahwa membuktikan dalil-dalil bantahannya,
Termohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa :
(1) Foto copy bermeterai cukup surat pemberian pinjaman
uang dari Umriyah kepada Termohon, sejumlah Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah), tertanggal 20 Januari
2010, tanda T.1;
(2) Foto copy bermeterai cukup surat pemberian pinjaman
uang dari Umriyah kepada Termohon, sejumlah Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah), tertanggal 7 Maret
2010, tanda T.2;
(3) Foto copy bermeterai cukup surat keterangan pinjaman
uang (dengan jaminan BPKB) dan setoran bulan Juli dan
Agustus 2010, atas nama Suparti yang dikeluarkan oleh
BFI Finance Solo, tanda T.3;
(4) Foto copy bermeterai cukup pinjaman senilai
Rp.2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah), atas
nama Rizal Hartono, yang dikeluarkan oleh KSU ” Sari
Harta Waluya” tertanggal 1 Juli 2010, tanda T.4;
(5) Foto copy bermeterai cukup surat keterangan sisa
pinjaman senilai Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah), atas
nama Termohon, yang dikeluarkan oleh KSP ” Sejahtera
Abadi” tertanggal 28 Januari 2011, tanda T.5;
(6) Foto copy bermeterai cukup pernyataan pengakuan
piutang oleh Narsih terhadap Termohon senilai Rp.
100.000,00 (seratus ribu rupiah), tanda T.6;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(7) Copy bermeterai cukup Perjanjian Kredit antara
Termohon dengan PT Bank Tabungan Pensiunan
Nasional, Nomor : 0000443-SPK-7031-0609 tertanggal 2
Juni 2009, senilai Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
tanda T.7;
(8) Foto copy bermeterai cukup Slip Setoran Tunai oleh
Termohon kepada Bank Danamon untuk bulan Maret,
April, Juni dan Juli 2010, senilai Rp. 2.415.000,00 (dua
juta empat ratus lima belas ribu rupiah), tanda T.8;
(9) Foto copy bermeterai cukup pinjaman senilai
Rp.4.000.000,00 (empat juta rupiah), atas nama
Termohon, tertanggal 19 Januari 2010 dan
Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atas nama Sri Indiati,
tertanggal 13 Pebruari 2010, yang dikeluarkan oleh KSU
” Makmur Adana ” , tanda T.9;
(10) Foto copy bermeterai cukup pinjaman senilai Rp.
600.000,00 (enam ratus ribu rupiah), atas nama
Termohon, tertanggal 27 Januari 2011, yang dikeluarkan
oleh Yayasan Gotong Royong Penyandang Cacat
ABRI/TNI-POLRI PURNA YUDHA,tanda T.10;
(11) Foto copy bermeterai cukup surat keterangan sisa
pinjaman senilai Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atas
nama Termohon, yang dikeluarkan oleh KSP ”Subur
Makmur” tertanggal 25 Januari 2011, tanda T.11;
(12) Foto copy bermeterai cukup surat keterangan sisa
pinjaman senilai Rp. 1.292.000,00 (satu juta dua ratus
sembilan puluh dua ribu rupiah), atas nama Termohon,
yang dikeluarkan oleh KSP ”Artha Jaya Makmur”
tertanggal 04 Pebruari 2011, tanda T.12.
Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon telah
menyampaikan kesimpulan masing-masing tertanggal 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pebruari 2011;
Menimbang, bahwa tentang jalannya pemeriksaan di
persidangan semuanya telah dicatat dalam berita acara
persidangan sehingga untuk mempersingkat uraian putusan
ini, cukuplah Pengadilan menunjuk kepada berita acara
tersebut.
b. TENTANG HUKUMNYA
DALAM KONPENSI ;
Menimbang, bahwa permohonan Pemohon secara lengkap adalah
sebagaimana telah diuraikan di atas;
Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon telah hadir di
persidangan dan Pengadilan telah memerintahkan Pemohon dan
Termohon untuk menempuh mediasi, mediasi mana telah
dilaksanakan namun gagal sebagaimana surat keterangan tertanggal
29 Nopember 2010, oleh karena itu pemeriksaan perkara ini dapat
dilanjutkan dan Majelis Hakim telah mengusahakan perdamaian
secara maksimal namun tidak berhasil karena Pemohon tetap pada
permohonannya, dengan demikian maksud ketentuan Peraturan
Mahkamah Agung R.I Nomor 1 Tahun 2008 tanggal 31 Juli 2008
dan pasal 65 juncto pasal 82 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang Nomor
50 Tahun 2009, telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa perkara ini perkara cerai talak yang termasuk
dalam bidang perkawinan antara orang-orang yang beragama Islam,
sehingga sesuai dengan ketentuan pasal 49 huruf a vide penjelasan
pasal 49 huruf a angka 8 dari Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama yang telah diubah dan ditambah dengan
Undang - undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor
50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Sukoharjo secara absolut
berwenang untuk mengadili perkara ini;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Menimbang, bahwa berdasarkan permohonan Pemohon dan surat
bukti P.1,ternyata Pemohon dan Termohon berada di wilayah hukum
Pengadilan Agama Sukoharjo, maka Pengadilan Agama Sukoharjo
secara relatif berwenang untuk memeriksa perkara ini sesuai
ketentuan pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989
Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009;
Menimbang, bahwa inti permohonan Pemohon adalah cerai talak
dengan alasan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 19 ayat (f)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 juncto pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam yaitu : “antara suami isteri terus-menerus
terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan
hidup rukun lagi dalam rumah tangga”;
Menimbang, bahwa Termohon telah mengakui dalil-dalil dari
permohonan Pemohon,namun demikian karena perkara ini termasuk
bidang perkawinan dan untuk memastikan permohonan Pemohon
tersebut beralasan serta tidak melawan hak, maka perlu adanya
pembuktian dari pihak Pemohon;
Menimbang, bahwa alat-alat bukti yang diajukan oleh Pemohon
dapat dipertimbangkan sebagai berikut :
Menimbang,bahwa surat bukti P.2 merupakan akta autentik,
karena dibuat berdasarkan peraturan perundang-undangan oleh
Pejabat yang berwenang, sehingga mempunyai kekuatan pembuktian
sempurna, selama tidak dibuktikan kepalsuannya (pasal 165 HIR),
dan sesuai pasal 7 ayat (1) dari Kompilasi Hukum Islam harus
dinyatakan terbukti bahwa antara Pemohon dan Termohon telah
terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karena itu Pemohon
mempunyai alasan hukum untuk mengajukan permohonan ini;
Menimbang,bahwa kesaksian 2 (dua) orang saksi disampaikan
dengan di bawah sumpah, sesuai dengan kejadian yang disaksikan
sendiri dan telah bersesuaian satu dan lainnya serta mendukung dalil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
permohonan Pemohon, sehingga kesaksian saksi-saksi tersebut telah
memenuhi syarat minimal pembuktian dan harus dikabulkan dengan
memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i
terhadap Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Sukoharjo;
Menimbang, bahwa oleh karena perceraian ini terjadi dengan talak
maka sesuai ketentuan pasal 149 huruf a dan b Kompilasi Hukum
Islam, Pemohon wajib memberikan kepada Termohon, Mut’ah dan
nafkah, kiswah dan maskan selama masa Iddah;
Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 41 huruf c
Undang-undang Nomor1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Majelis
Hakim secara ex-officio karena jabatannya dapat mewajibkan kepada
Pemohon untuk memberikan kepada Termohon mut’ah dan nafkah
iddah tersebut di atas. Untuk itu Majelis Hakim menilai layak dan
mampu jika Pemohon dihukum untuk membayar kepada Termohon,
mut’ah berupa uang sebesar Rp.2.500.000,00 (dua juta lima ratus
ribu rupiah) dan nafkah iddah sebesar Rp.2.250.000,00 (dua juta dua
ratus lima puluh ribu rupiah);
DALAM REKONPENSI ;
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat
selengkapnya adalah sebagaimana tersebut dalam surat jawaban/
gugatan rekonpensi;
Menimbang, bahwa yang menjadi pokok gugatan Penggugat
adalah agar Tergugat dihukum untuk membayar nafkah terhutang
(madhiyah) Penggugat selama 6 (enam) tahun atau sejak tahun 2004,
secara bersama-sama Penggugat menanggung hutang-hutang
Tergugat yang seluruhnya senilai Rp.80.700.000,00 (delapan puluh
juta tujuh ratus ribu rupiah), dan membagi sesuai ketentuan hukum
terhadap harta bersama Penggugat dengan Tergugat berupa sebidang
tanah yang terletak di Desa Kwarasan RT 02 RW 01 seluas 100 M2
Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, sebuah Mobil Daihatsu
Espas, sebuah sepeda motor Yamaha Crypton Tahun1996 Nopol AD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3714 KK, sebuah sepeda motor Zusuki Shogun Tahun 2005 Nopol
AD 6486 AK, dan sebuah sepeda motor Yamaha Jupiter Tahun 2009
Nopol AD 2629 ZB;
Menimbang,bahwa gugatan Penggugat tentang pembayaran nafkah
lampau (madhiyah) telah dibantah oleh Tergugat dan Penggugat tidak
pernah mengajukan bukti-bukti dalil gugatnya aquo;
Menimbang, bahwa perihal gugatan pembayaran nafkah madhiyah
selama 6 (enam) tahun,sesuai dengan fakta dipersidangan dari
keterangan saksi-saksi dalam konpensi, ternyata Penggugat
meninggalkan kediaman bersama sejak September 2010. Oleh karena
itu Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat dinilai tidak dapat
membuktikan dalil-dalil gugatnya tentang adanya kelalaian Tergugat
tidak memberikan nafkah untuk Penggugat, oleh karena itu Majelis
Hakim sepakat untuk menolak gugatan Penggugat;
Menimbang,bahwa perihal gugatan Penggugat agar Tergugat
bersama-sama Penggugat menanggung hutang-hutang Tergugat yang
seluruhnya senilai Rp.80.700.000,00 (delapan puluh juta tujuh ratus
ribu rupiah), sesuai dengan fakta di persidangan Tergugat telah
mengakui sebagaimana dalam Replik rekonpensi tertanggal 07
Januari 2011 nomor 20 ”Tergugat (Pemohon) tidak tahu menahu soal
hutang Penggugat (Termohon)” dengan demikian hutang-hutang
tersebut terjadi tanpa sepengetahuan (tanpa persetujuan Tergugat);
Menimbang, bahwa sesuai dengan bukti Penggugat berupa surat-
surat T.1 sampai dengan T.15, tidak terdapat satupun surat bukti
yang terindikasi melibatkan Tergugat dalam transaksi hutang-hutang
aquo, maka sesuai dengan ketentuan pasal 36 ayat (1) Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 vide pasal 92 Kompilasi Hukum Islam,
kepada Tergugat tidak layak untuk dibebani tanggungan hutang
dilakukan Penggugat tanpa ada persetujuan Tergugat, oleh karena itu
Majelis Hakim sepakat untuk menolak gugatan Penggugat aquo;
Menimbang, bahwa perihal gugatan Penggugat agar Tergugat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
membagi sesuai ketentuan hukum terhadap harta bersama Penggugat
dengan Tergugat berupa sebidang tanah yang terletak di Desa
Kwarasan RT 02 RW 01 seluas100 M2 Kecamatan Grogol,Kabupaten
Sukoharjo, sebuah Mobil Daihatsu Espas, sebuah sepeda motor
Yamaha Crypton Tahun 1996 Nopol AD 3714 KK, sebuah sepeda
motor Zusuki Shogun Tahun 2005 Nopol AD 6486 AK, dan sebuah
sepeda motor Yamaha Jupiter Tahun 2009 Nopol AD 2629 ZB,
sesuai dengan pengakuan Tergugat sebegaimana tersebut pada
jawaban, maka gugatan terhadap objek selain sebuah mobil Daihatsu
Espas, Majelis Hakim sepakat untuk mengabulkan gugatan Penggugat
aquo, sehingga terhadap harta-harta aquo akan ditetapkan sebagai
harta bersama antara Penggugat dengan Tergugat;
Menimbang, bahwa gugatan Penggugat terhadap objek berupa
sebuah mobil Daihatsu Espas, sesuai dengan pengakuan Tergugat
telah dijual untuk membayar hutang dengan BRI dan Penggugat tidak
pernah mengajukan bukti apapun berkaitan dengan keberadaan objek
aquo, maka Majelis Hakim sepakat untuk menolak gugatan tersebut;
Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 97 Kompilasi
Hukum Islam, terhadap harta-harta bersama tersebut di atas, perlu
ditetapkan bahwa seperdua dari harta tersebut di atas menjadi hak
Penggugat dan seperdua lagi menjadi hak Tergugat;
Menimbang, bahwa sesuai dengan fakta di persidangan ternyata
Penggugat meninggalkan rumah kediaman bersama, sehingga harta
bersama di atas ada dalam penguasaan Tergugat, maka Majelis
Hakim sepakat untuk menghukum Tergugat agar menyerahkan
setengah dari harta bersama tersebut di atas kepada Penggugat, dan
jika tidak dapat dilaksanakan secara natural, maka Penggugat berhak
atas setengah dari hasil lelang atas harta bersama tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, maka terhadap gugatan Penggugat tersebut, Majelis
Hakim akan mengabulkan gugatan Penggugat sebagian dan menolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
untuk selebihnya;
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,
yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, maka kepada Pemohon
Konpensi / Tergugat Rekonpensi nantinya akan dihukum untuk
membayar biaya akibat perkara ini; Memperhatikan ketentuan Hukum
Islam dan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan
perkara ini;
M E N G A D I L I
DALAM KONPENSI ;
1) Mengabulkan permohonan Pemohon;
2) Memberi ijin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i
terhadap Termohon di depan sidang Pengadilan Agama
Sukoharjo;
3) Menghukum Pemohon untuk membayar kepada Termohon:
a) Mut’ah berupa uang sebesar Rp.2.500.000,00 (dua juta lima
ratus ribu rupiah);
b) Nafkah, kiswah dan maskan selama masa iddah sebesar Rp.
2.250.000,00 (dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah);
DALAM REKONPENSI ;
1) Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi sebagian;
2) Menetapkan bahwa harta-harta berikut ini:
a) Tanah pekarangan kaplingan seluas ± 100 m2 Serlifikat
No.3087 terletak di RT02 RW 01 Desa Kwarasan,
Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo;
b) Sepeda motor Suzuki Shogun dengan Nomor Polisi AD 6486
AK warna merah tahun 2005;
c) Sepeda motor Yamaha Cripton dengan Nomor Polisi AD
3714 KK warna hitam tahun 1996;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d) Sepeda motor Yamaha Jupiter dengan Nomor Polisi AD 2629
ZB warna hijau tahun 2009, merupakan harta bersama
Penggugat Rekonpensi dengan Tergugat Rekonpensi;
3) Menetapkan bahwa seperdua dari harta tersebut di atas menjadi
hak penggugat Rekonpensi dan seperdua lagi menjadi hak
Tergugat Rekonpensi;
4) Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk menyerah setengah dari
harta bersama tersebut di atas kepada Penggugat Rekonpensi, dan
jika tidak dapat dilaksanakan secara natural, maka Penggugat
Rekonpensi berhak atas setengah dari hasil lelang atas harta
tersebut;
5) Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi selebihnya.
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI ;
Membebankan kepada Pemohon Konpensi / Tergugat Rekonpensi
untuk membayar biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan
sebesar Rp. 221.000,00 (dua ratus dua puluh satu ribu rupiah).
Demikian putusan ini diputuskan pada hari Senin tanggal 21
Maret 2011 Masehi bertepatan dengan tanggal 16 Rabi’ul Akhir
1432 Hijriyyah dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Agama Sukoharjo oleh kami Drs.MUNJID LUGHOWI yang
ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Agama Sukoharjo sebagai Ketua
Majelis, Drs.H.ADIB SANTOSA,S.H dan MAWARDI,
S.Ag.,M.Hum., masing-masing sebagai Hakim Anggota,serta
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Ketua Majelis didampingi Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh
UMI BASYIROH, S.Ag., Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh
Pemohon Konpensi / Tergugat Rekonpensi dan Termohon
Konpensi/ Penggugat Rekonpensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berkaitan dengan putusan tersebut, Dalam Pelaksanaan Pembagian
Harta Bersama sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006
jo Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama,
pengadilan Agama mempunyai kedudukan untuk Memeriksa, mengadili
dan menyelesaikan perkara Pembagian Harta Bersama yang masuk di
Pengadilan Agama, Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama
berpedoman Pada undang-undang nomor 1 Tahun 1974 dan kompilasi
Hukum Islam.
Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama Perkara Nomor:
0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, adalah masing – masing pihak mendapatkan
bagian setengah – setengah (50:50) dari harta bersama selama tidak
ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.
Perkara Nomor: 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh tersebut terdapat Pembagian
harta bersama, putusan hakim menetapkan harta – harta berikut :
a) Tanah pekarangan kaplingan seluas ± 100m2 Sertifikat No.3087
terletak di RT02 RW 01 Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukoharjo;
b) Sepeda motor Suzuki Shogun dengan Nomor Polisi AD 6486 AK
warna merah tahun 2005;
c) Sepeda motor Yamaha Cripton dengan Nomor Polisi AD 3714 KK
warna hitam tahun 1996;
d) Sepeda motor Yamaha Jupiter dengan Nomor Polisi AD 2629 ZB
warna hijau tahun 2009, adalah merupakan harta bersama, berdasarkan
ketentuan hukum pasal 35 ayat (1) Undang-undang Perkawinan jo
Pasal 85 Kompilasi Hukum Islam maka diadakan pembagian harta
bersama yaitu masing-masing pihak mendapatkan setengah dari harta
bersama dengan pelaksanaan sesuai dengan dan ketentuan Pasal 37
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 88 Kompilasi Hukum
Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Menurut para Hakim di Pengadilan Agama Sukoharjo yang
memeriksa dan memutus Perkara Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh,
tentang Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama, yaitu:
a. Menurut Munjid Lughowi selaku Hakim Ketua
Dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama dalam perkara
Nomor: 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh akan berakibat pula terhadap harta
bersama yang diperoleh semasa dalam perkawinan, ada juga harta
benda yang menjadi hak sepenuhnya masing-masing sebelum terjadi
perkawinan ataupun yang diperoleh masing-masing pihak dalam masa
perkawinan yang bukan merupakan usaha bersama, misalnya
menerima warisan, hibah, hadiah dan lainnya dalam hal yang demikian
maka harta tersebut tetap dikuasai masing-masing kecuali ditentukan
menjadi harta bersama. Sesuai Pasal 85 Kompilasi Hukum Islam
bahwa adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri.
Masalah harta bersama ini baik suami atau isteri dapat
mempergunakannya dengan persetujuan salah satu pihak, Bahkan
sepanjang tidak ada perjanjian yang disahkan sebelum perkawinan
berlangsung, maka harta benda yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama. Tetapi apabila sebelumnya terdapat suatu
perjanjian perkawinan yang dibuat dengan persetujuan kedua belah
pihak, maka perjanjian tersebut merupakan perjanjian perkawinan
yang sah dan berlaku.
Dalam pelaksanaan Pembagian Harta Bersama dalam Perkara
Nomor: 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, mengacu pada Kompilasi Hukum
Islam terdapat pada Pasal 1 huruf (f) sebagai berikut : Pasal 1 Huruf (f)
menyebutkan :
"Harta kekayaan dalam perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa pun."
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sehingga Status dari harta bersama tetap sebagai harta bersama milik
penggugat dan tergugat tanpa harus memperhatikan atas nama siapa
barang-barang tersebut berada, Hal ini sesuai dengan Pasal 1 sub f
Kompilasi Hukum Islam bahwa harta bersama adalah harta yang
diperoleh selama perkawinan berlangsung, baik harta itu terdaftar atas
nama suami atau isteri. Serta sesuai Putusan MA tanggal 30 Juli 1974
No. 806 K/Sip/ 1974 mengatakan bahwa masalah atas nama siapa harta
terdaftar bukan faktor yang menggugurkan keabsahan suatu harta
menjadi obyek harta bersama, asal harta yang bersangkutan dapat
dibuktikan diperoleh selama perkawinan serta pembiayaannya berasal
dari harta bersama maka harta tersebut termasuk obyek harta bersama.
(wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012 pukul 09.30 – 11.00 di
Pengadilan Agama Sukoharjo).
b. Menurut Abdul Basyir selaku Hakim di Pengadilan Agama Sukoharjo
Berdasarkan hasil Putusan Pengadilan Agama Sukoharjo Nomor :
0910/Pdt.G/2010/PA.Skh terdapat adanya harta bersama mengingat
pernikahan antara penggugat dan tergugat tergolong cukup lama. Jadi
dalam kasus ini terdapat harta yang merupakan usaha bersama. Dalam
penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dikatakan
bahwa apabila perkawinan putus, maka harta bersama tersebut diatur
menurut hukumnya masing-masing. Bilamana penjelasan ini
dihubungkan dengan Pasal 37 dan penjelasannya, maka dapat
disimpulkan bahwa jika perkawinan putus karena perceraian, maka
pembagian harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing,
yaitu hukum agama, adat dan hukum-hukum lainnya. Sedangkan harta
kekayaan perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan dalam
Pasal 86 (2) sebagai berikut : Pasal 86 (2), “Harta isteri tetap menjadi
hak isteri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap
menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya”.
Dari uraian di atas, Abdul basyir menyimpulkan bahwa
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hukum Islam dapat dikatakan sejalan, dengan melihat Pasal di atas
dapat disimpulkan bahwa harta yang dipunyai baik harta pribadi
maupun harta bawaan tetap dikuasai oleh masing-masing pihak
sekalipun perkawinan telah putus kecuali jika ditentukan lain dalam
perjanjian perkawinan. Hasil Putusan Pengadilan Agama Sukoharjo
Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh seperti yang telah diuraikan dalam
Amar Putusannya terdapatnya harta bersama. Mengenai akibat hukum
dari perceraian terhadap harta bersama yaitu bahwa setelah adanya
perkawinan maka harta kekayaan yang diperoleh baik dari pihak suami
atau isteri menjadi harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain
dalam perjanjian perkawinan dan jika perkawinan putus, masing-
masing berhak 1/2 (setengah) dari harta tersebut, karena selama
perkawinan terdapat adanya harta bersama maka Hakim disini
memberikan putusan mengenai besarnya bagian masing-masing.
Pengadilan menetapkan pembagian harta bersama tersebut 1/2
(setengah) bagian untuk penggugat, dan 1/2 (setengah) bagian untuk
tergugat (wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012 pukul 09.30 –
11.00 di Pengadilan Agama Sukoharjo).
c. Menurut Amir selaku Wakil Panitera di Pengadilan Agama Sukoharjo
Beliau mengatakan Pembagian harta bersama dapat dilakukan
dengan 3 (tiga) cara:
1) Pengadilan secara penuh berkuasa memutus pembagian harta
bersama: Yaitu bahwa Kekuasan Pengadilan Agama dalam
memutus pembagian harta bersama ini berkuasa penuh karena
pihak-pihak yang berperkara mengajukan pembagian harta
bersamanya dan memohon kepada majelis hakim untuk mengadili
perkara ini.
2) Kesepakatan kedua belah pihak yang diikatkan dengan putusan
Pengadilan Agama: Pembagian harta bersama pada perkara ini
bisanya terjadi bersamaan dengan sidang perceraian, dalam proses
persidangan itu terdapat tuntutan perceraian dan tuntutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pembagian harta bersama, namun dalam proses persidangan itu
pada akhirnya telah terjadi kesepakatan mengenai pembagian harta
bersama, dengan kesepakatan itu maka pihak Pengadilan Agama
memerintahkan kedua belah pihak dalam putusan untuk mentaati
kesepkatan itu. Dalam hal ini putusan terhadap pembagian harta
bersama harus didahului dengan dikabulkannya tuntutan cerai.
3) Musyawarah yang dilakukan diluar jalur persidangan: Pembagian
harta bersama dapat dilakukan oleh para pihak diluar jalur
persidangan sehingga terjadi kesepakatan oleh para pihak untuk
membagi harta bersama secara bersama tanpa harus diputus oleh
majelis hakim, dengan hal tersebut maka terjadi kesepakatan oleh
para pihak tanpa harus adanya tekanan oleh masing-masing pihak
sehingga kesepakatan tersebut sesuai yang diinginkan oleh masing-
masing pihak.
Dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama dalam
perkara Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh dilaksanakan dengan
jalur Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3
Tahun 2006 jo Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 pengadilan
Agama berhak Memeriksa dan memutus semua perkara yang
masuk di Pengadilan Agama sehingga Pengadilan Agama dalam
memutus pembagian harta bersama ini berkuasa penuh karena
pihak-pihak yang berperkara mengajukan pembagian harta
bersamanya dan memohon kepada majelis hakim untuk mengadili
perkara ini, Amir juga berpendapat sama dengan Abdul Basyir
bahwa pelaksanaan pembagian harta bersama dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam, masing-masing berhak 1/2 (setengah) dari harta
tersebut, karena selama perkawinan terdapat adanya harta bersama
maka Hakim disini memberikan putusan mengenai besarnya
bagian masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a) Tanah pekarangan kaplingan seluas ± 100 m2 Serlifikat
No.3087 terletak di RT02 RW 01 Desa Kwarasan, Kecamatan
Grogol, Kabupaten Sukoharjo;
b) Sepeda motor Suzuki Shogun dengan Nomor Polisi AD 6486
AK warna merah tahun 2005;
c) Sepeda motor Yamaha Cripton dengan Nomor Polisi AD 3714
KK warna hitam tahun 1996;
d) Sepeda motor Yamaha Jupiter dengan Nomor Polisi AD 2629
ZB warna hijau tahun 2009, merupakan harta bersama.
Pengadilan menetapkan pembagian harta bersama tersebut
1/2 (setengah) bagian untuk penggugat, dan 1/2 (setengah) bagian
untuk tergugat (wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012 pukul
09.30 – 11.00 di Pengadilan Agama Sukoharjo).
Berdasarkan uraian tersebut bahwa putusan Nomor :
0910/Pdt.G/2010/PA.Skh dalam pelaksanaan Pembagian Harta Bersama
sudah tepat dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan
Kompilasi Hukum Islam dimana pelaksanaan Pembagian Harta Bersama
didasarkan atas Hukum Islam, Majelis Hakim dalam memutus dan
melaksanakan Pembagian Harta Bersama didasarkan atas fakta – fakta
yang terdapat didalam persidangan dan diperkuat oleh bukti-bukti dan
saksi-saksi dari kedua belah pihak.
Dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama sejak
diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009 pengadilan Agama mempunyai kedudukan untuk
Memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara Pembagian Harta
Bersama yang masuk di Pengadilan Agama, Pembagian Harta Bersama di
Pengadilan Agama berpedoman Pada undang-undang nomor 1 Tahun
1974 dan kompilasi Hukum Islam. Dalam pelaksanaan Pembagian Harta
Bersama pada putusan Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh sesuai dengan
Pasal 37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
“apabila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur
menurut hukumnya masing-masing”. Yang dimaksud dengan hukumnya
masing-masing adalah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya jadi
apabila penjelasan Pasal 37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 96 dan 97 Kompilasi hukum Islam,
penerapan hukum islam dalam hal Pembagian Harta Bersama baik cerai
mati maupun carai hidup sudah mendapat kepastian positif. Karena jika
perkawinan putus baik karena cerai mati maupun cerai hidup, janda atau
duda masing-masing berhak setengah dari harta bersama sepanjang tidak
ditentukan lain dalam perjanjian Perkawinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama di
Pengadilan Agama Sukoharjo
Didalam Pelaksanaan Pembagaian Harta bersama Perkara Nomor:
0910/Pdt.G/2010/PA.Skh Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
pembagian harta bersama dapat berupa teknis administratif meliputi tata cara
pengajuan perkara sampai dengan pemanggilan para pihak, sedangkan teknis
yudisial meliputi proses pemeriksaan perkara perceraian dan pembagian harta
bersama sampai dengan eksekusi putusan hakim. Dalam proses persidangan
ada hambatan antara lain tidak cukup bukti yang diajukan oleh penggugat
maupun tergugat, para pihak saling mempertahankan pendapatnya masing-
masing dan hambatan bagi hakim saat melakukan pembuktian harta bersama
di lapangan karena harta bersama yang berupa rumah atau tanah harus
dibuktikan kebenarannya sesuai dengan bukti yang diajukan di persidangan
dan hakim akan melakukan peninjauan dilapangan untuk membuktikan data-
data tentang ukuran rumah /atau tanah, besar, kecil dan luas bangunan di
sesuaikan dengan data-data yang diajukan oleh para pihak.
Menurut para Hakim di Pengadilan Agama Sukoharjo yang memeriksa
dan memutus perkara Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, yaitu:
1) Menurut Abdul Basyir (hakim Pengadilan Agama Sukoharjo)
Beliau mengatakan dalam hal Pembagian Harta Bersama terdapat
berbagai macam kendala sehingga pada saat berlangsungnya persidangan
hakim selalu menyarankan kepada para pihak untuk saling melakukan
mediasi baik diluar pengadilan maupun didalam pengadilan, Untuk
pembagian harta bersama yang berbentuk rumah maka hakim akan
menyerahkan kepada para pihak untuk diselesaikan secara musyawarah
terlebih dahulu bila terjadi kesepakatan maka salah satu pihak harus
mengalah dan ditetapkan dalam amar putusan majelis hakim, tetapi bila
tidak terjadi kesepakatan maka majelis hakim akan secara adil
memutuskan pembagin harta bersama bersama berupa rumah tersebut
yaitu rumah tersebut dibagi dua yaitu setengah untuk pemohon dan
setengah untuk termohon, dan untuk harta bersama berupa tanah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berbidang-bidang dan di tempat yang berbeda-beda, sangat sulit
menentukan bagian masing-masing, tanah yang berbidang-bidang yang
letaknya berbeda-beda tersebut sangat sulit, meskipun telah dilakukan
pembagian masing-masing 1/2 (seperdua) tapi para pihak tidak puas
terhadap pembagian tersebut maka hakim akan tetap menetapkan
pembagian secara adil dan merata.
Dalam kondisi dan keadaan tertentu, terjadi kesulitan dalam
membuktikan harta bersama Sebagai contoh: sebelum perkawinan suami
telah memiliki sebidang tanah, maka apabila merujuk kepada Pasal 35
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ini
merupakan harta bawaan. Namun kemudian dalam perkawinan tanah
tersebut dijual dan dibelikan rumah atas nama isteri, maka dalam kasus
ini kedudukan harta menjadi rumit karena apabila mengacu kepada Pasal
35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
harta yang diperoleh dalam perkawinan adalah harta bersama, tanpa
mempersoalkan asal harta tersebut. Apabila hal ini dipermasalahkan oleh
suami sewaktu terjadi pembagian harta bersama akan sangat susah untuk
melakukan pembuktian atas harta tersebut dan harta tersebut bisa
dikatakan sebagai harta bersama karena pembelian rumah tersebut
dilakukan setelah terjadi pernikahan.
Dalam acara pembuktian dipersidangan diperlukan pemeriksaan
setempat apabila terdapat barang sengketa yang dilakukan penyitaan
dimana barang tersebut berada di luar wilayah yurisdiksi Pengadilan
Agama Sukoharjo. Sehingga perkara tersebut dalam hal ini memakan
waktu lama, tempat dan biaya yang tidak sedikit. Dalam hal kelengkapan
bukti-bukti mengenai suatu Harta Bersama Banyak sekali terjadi ketidak
lengkapan terhadap spesifikasi harta contoh : ukuran luas tidak jelas,
batas-batas tidak jelas, sehingga sulit bagi hakim dalam menetapkan
pembagian harta bersama (wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012
pukul 09.30 – 11.00 di Pengadilan Agama Sukoharjo).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2) Menurut Amir (Wakil Panitera Pengadilan Agama Sukoharjo)
Pembagian harta bersama yang berbentuk tanah/atau rumah menurut
Amir selaku Panitera Pengadilan Agama Sukoharjo memang akan cukup
rumit apabila hanya berupa putusan pengadilan yang menyatakan bahwa
harta bersama tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besarnya,
dalam hal ini masalah penentuan luas tanah yang akan menjadi bagian
masing-masing pihak. Kondisi ini menurut beliau bisa diatasi dengan 2
(dua) hal, yaitu:
a) berdasarkan putusan pengadilan para pihak mengajukan kepada
kantor pertanahan setempat untuk melakukan pemecahan bidang
tanah yang semula merupakan 1 (satu) bidang menjadi 2 (dua) bidang
yang sama besarnya, untuk kemudian diterbitkan sertipikat baru atas
bidang-bidang tanah tersebut;
b) Menjual bidang tanah tersebut dengan persetujuan kedua belah pihak
dan hasil penjualan tersebut dibagi untuk bagian yang sama besarnya.
(wawancara pada Tanggal 23 Nopember 2012 pukul 09.30 – 11.00 di
Pengadilan Agama Sukoharjo).
Berdasarkan putusan Nomor : 0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, Pembuktian
harta bersama merupakan suatu hal lain yang cukup rumit dalam proses
pembagian harta bersama. Pembuktian mengenai tanah/atau rumah dapat
dilakukan dengan melihat bukti dokumen-dokumen penting, keterangan
saksi-saksi dan melihat bagaimana proses pendaftaran tanah tersebut ke
pejabat Badan Pertanahan Nasional, setelah dirasa baik maka barulah Hakim
memutuskan sesuai dengan rasa keadilan dan kemanusiaan. Sistem
pembuktian yang dianut di pengadilan Agama tidak bisa dilepaskan dari
Hukum Acara Perdata, tidak bersifat Stelsel negative menurut undang-
undang, seperti dalam proses pemeriksaan pidana yang menurut pencarian
kebenaran yaitu :
a) Harus dibuktikan berdasarkan alat bukti yang mencapai batas minimal
pembuktian, yakni sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dalam
arti memenuhi syarat formil dam materiil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) Harus didukung oleh keyakinan hakim tentang kebenaran keterbuktian
kesalahan terdakwa. Sistem inilah yang dianut oleh Pasal 183 Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Pengadilan Perdata tidak dilarang mencari dan menemukan kebenaran
materiil, namun apabila kebenaran materiil tidak ditemukan dalam peradilan
perdata, hakim dibenarkan hukum mengambil putusan berdasarkan
kebenaran formil. Dalam rangka mencari kebenaran formil, perlu
diperhatikan beberapa prinsip sebagai pegangan bagi hakim maupun para
pihak yang berperkara.
Berdasarkan atas keterangan dan pendapat dari para Hakim dalam
Pelaksanaan Pembagian Harta Bersama terhadap putusan putusan Nomor :
0910/Pdt.G/2010/PA.Skh, hambatan-hambatan yang dihadapi adalah bahwa
penyelesaian kasus atau perkara pembagian harta bersama sebagai akibat
dari perceraian yang telah diputus, Hakim mengalami suatu permasalahan-
permasalahan sebagai berikut : Dalam proses persidangan ada hambatan-
hambatan antara lain tidak cukup bukti yang diajukan oleh penggugat
maupun tergugat, para pihak saling mempertahankan pendapatnya masing-
masing dan hambatan bagi hakim saat melakukan pembuktian harta bersama
di lapangan karena harta bersama yang berupa rumah atau tanah harus
dibuktikan kebenarannya sesuai dengan bukti yang diajukan di persidangan
dan hakim akan melakukan peninjauan dilapangan untuk membuktikan data-
data tentang ukuran rumah /atau tanah, besar, kecil dan luas bangunan di
sesuaikan dengan data-data yang diajukan oleh para pihak. Untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang ada, Pengadilan Agama Sukoharjo melakukan
upaya dengan sungguh–sungguh mempertimbangkan keterangan saksi serta
menilai alat bukti lain agar putusan yang diambil nanti tidak merugikan
salah satu pihak, Selain itu para pihak yang saling mempertahankan
pendapatnya hakim berusaha menengahi dengan tidak memihak salah satu
pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembagian Harta Bersama dilakukan atas dasar Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, maka harta
kekayaan yang diperoleh baik dari pihak suami atau isteri menjadi hak
bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan dan
jika perkawinan putus, masing-masing pihak berhak atas ½ (setengah) dari
harta tersebut, karena selama perkawinan terdapat adanya harta bersama,
maka Hakim disini memberikan putusan mengenai besarnya bagian
masing-masing. Pengadilan menetapkan pembagian harta bersama tersebut
½ (setengah) bagian untuk penggugat dan ½ (setengah) bagian untuk
tergugat.
2. Kendala-kendala yang sering muncul dalam pelaksanaan pembagian harta
bersama Dalam acara pembuktian dipersidangan diperlukan pemeriksaan
setempat apabila terdapat barang sengketa yang perlu dilakukan
pemeriksaan secara mendetail, dan untuk pemeriksaan bukti-bukti seperti
tanah dan bangunan-bangunan yang menjadi Harta Bersama hakim harus
memeriksa langsung dimana tempat Harta bersama tersebut berada dan
memastikan tentang kebenaran terhadap bukti-bukti yang diajukan
sehingga sering kali memakan waktu yang tidak singkat karena hakim
harus meninjau langsung ke tempat Harta Bersama tersebut berada, dan
seringkali bukti yang diajukan kurang lengkap /atau data-data yang
diajukan kurang lengkap seperti sertifikat /atau bukti-bukti tertulis lainnya
tentang luas tanah dan bangunan tidak jelas, kalau tanah batas-batas tidak
jelas dan saksi-saksi yang ada tidak memberikan keterangan dengan detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
B. Saran:
Dari hasil penelitian dan pembahasan, beberapa saran dapat penulis
sampaikan sebagai berikut:
1. Perlu adanya penyuluhan hukum yang terjadwal dan terencana agar
masyarakat awam dapat mengerti akan hak dan kewajibannya, terutama
hukum Perkawinan, dan perlu peningkatan peranan BP4 terutama dalam
memberikan nasehat kepada pasangan suami isteri yang akan bercerai agar
memikirkan kembali niat mereka untuk melakukan perceraian dan
perlunya ketetapan yang jelas bagaimana jaminan yang harus diberikan
kepada bekas isteri dan anak-anak agar hidupnya tidak terlantar. Bagi
mereka yang menjalani kehidupan berumah tangga, apabila mengalami
suatu masalah segera selesaikan secara kekeluargaan, jangan sampai
masalah itu dibawa berlarut-larut sehingga akan berakibat terjadi
perceraian, karena meskipun di dalam Agama Islam melakukan perceraian
itu dibolehkan oleh Allah SWT, tetapi hal itu merupakan dosa besar.
2. Hakim di dalam memutus suatu perkara harus tetap berlandaskan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengutamakan keadilan,
hakim harus memeriksa, mengadili dan memutus semua perkara yang
masuk pada Pengadilan Agama.