STUDI PERAMALAN TANAH LONGSOR BERDASARKAN …
Transcript of STUDI PERAMALAN TANAH LONGSOR BERDASARKAN …
1
STUDI PERAMALAN TANAH LONGSOR BERDASARKAN
HAMBATAN JENIS BATUAN DENGAN KONFIGURASI WENNER
Oleh:
I Ketut Sukarasa
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
2
KATA PENGANTAR
Bakti aturang titiang majeng ring Yang Paramakawi, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini banyak dibantu oleh
reka-rekan dosen. Untuk itu penulis ngaturang suksma ring manah ring:
1. Ir. S. Poniman, M.Si. selaku Ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
IlmuPengetahuan Alam Universitas Udayana.
2. Istri, anak-anak yang dengan rela waktunya tersita untuk menyelesaikan
makalah ini.
3. Teman-teman dosen pengajar Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas
Udayana yang telah memberikan dorongan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kritikan dan saran untuk kesempurnaan makalah sangat diharapkan.
Kuharap tulisan ini bermanfaat.
Bukit Jimbaran, Juli 2016
Penyusun
3
ABSTRAK
Telah dilakukan studi awal pendugaan peramalan lapisan tanah longsor
dengan resistivitas konfigurasi wenner. Tanah yang akan longsor dapat
diidentifikasi dengan metode geolistrikresistivitas, dimana cara kerjanya dengan
menginjeksikan arus listrik ke dalam lapisantanah dengan alat geolistrik Naniura
NRD 300 HF dan diukur beda potensial listrik yangterjadi akibat arus listrik yang
diinjeksikan. Darr data arus listrik dan beda potensiallistrik yang diperoleh, dapat
ditentukan nilai resistivitasnya. Untuk interpretasi datadigunakan Software
Res2Dinv yang dapat menampilkan pendugaan bidang gelincirtanah longsor
sesuai dengan jarak dan kedalaman lapisan tanah rawan longsor dari titikpenginj
eksian arus listrik.
Kata Kunci : Geolistrik resistivitas, bidang gelincir, longsor, konfigurasi Wenner,
Software Res2Dinv.
4
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. LatarBelakang ............................................................................. 1
1.2. RumusanMasalah ........................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ......................................................................... 2
1.4. Tujuan Makalah ......................................................................... 2
1.5. Manfaat Makalah ....................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ............................................................................. 3
2.1. Pengertian Tanah ....................................................................... 3
2.1.1. Jenis-jenis Tanah ........................................................... 3
2.2. Longsor ...................................................................................... 5
2.2.1 Jenis-jenis Tanah Longsor .............................................. 5
2.2.2. Penyebab Tanah Longsor ............................................... 9
2.3. Metode Geolistrik ...................................................................... 10
2.4. Resisitivitas Batuan ................................................................... 11
2.5. Potensial Listrik Dalam Medium Homogen ............................... 11
2.6. Potensial Untuk Titik Arus Didalam Bumi ................................ 13
2.7. Arus Di Permukaan Bumi .......................................................... 15
2.8. Konfigurasi Elektroda ................................................................. 16
BAB III CARA KERJA ALAT .................................................................. 19
4.1. Cara Kerja Metode Geolistrik Resistivitas ................................ 19
4.2. Cara Pengambilan Data dengan Metode Geolistrik
Resistivitas Konfigurasi Wenner ................................................ 20
5
4.3 Inpretasi Data Dengan Software Res2dinv .................................. 21
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Lintasan 1 ......................................................................... 22
4.2 Penampang Lintasan 2 ...................................................... 23
4.3 Penampang Lintasan 3 ...................................................... 24
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 25
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 25
5.2. Saran .......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tanah longsormerupakan penomena alam yang sangat sering terjadi,
terutama di daerah-daerah perbukitan, apalagi sudut kemiringannya sangat besar.
Ketika tanah sudah tidak mampu menahan beratnya sendiri, akibat kandungan
airnya terlalu besar, maka bagian tubuh batuan akan bergerak ke bawah. Kejadian
ini paling sering terjadi di musim hujan, mengingat banyak daerah di katulistiwa
curah hujannya sangat tinggi. Beberapa daerah di Indonesia sering sekali
mengalami bencana alam ini dan bahkan menelan korban, baik harta maupun
jiwa. Oleh sebab itu perlu sekali dikaji untuk diketahui demi kenyamanan hidup
manusia di dunia ini.
Gerakan massatanah ke bawah sering disebut sebagai longsor. Biasanya
yang bergerak bisa materialnya. Salah satu faktor penyebab runtuhnya batuan
adalah lemahnya ikatan antara laipsan satu dengan yang lainnya. Biasanya
diantara lapisan ada butiran-butiran lempung yang akan memperkecil gaya gesek.
Ketika bergerak butiran disekitarnya ikut terbawa, sehingga tubuh batuan yang
lebih besar ikut terbawa. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah:
1. Sudut lereng
2. Perubahan iklim
3. Kelembaban
4. Jenis tanah
5. Tutupan vegetasi
Tanah longsor Landslide) lebih sering dipakai oleh ahli geologi untuk
menjelaskan peristiwa longsor yang banyak memakan korban jiwa dan penyebab
terjadinya kerusakan bangunan.
7
Alangkah baiknya dilakukan identifikasi pada struktur geologi di bawah
permukaan. Dalam pendugaan keadaan bawah permukaan bumi diperlukansuatu
metode geofisika, Salah satunya adalah geolistrik resistivitas.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah pemaparan ari latar belakang, maka masalahnya adalah:
1. Langkah apa saja yang diperlukan untuk mengidentifikasi sruktur bawah
permukaan pada daerah rawan longsor dengan metode geolistrik ?
2. Bagimana cara kerja alat geolistrik resistivitas dalam identifikasi sruktur
bawah permukaan pada daerah rawan longsor dengan konfigurasi
Wenner?
1.3 Batasan Masalah
Dalam pembahasan makalahini ada beberapa batasan antara lain:
1. Lahan yang diidentifikasi hanya pada daerah rawan rongsor.
2. Metode geolistrik yang digunakan adalah konfigurasi Wenner.
1.4 Tujuan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Bagaimana cara mengidentifikasi sruklur bawah permukaan pada daerah
rawan longsor.
2. Mempraktekkan kerja alat geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner.
1.5 Manfaat Makalah
Penulisan makalah ini mempunyai faedah cara kerja alat untuk mengetahui
di lapisan mana tanah akan tergelincir.
8
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Tanah
Lapisan bumi paling atas yang berasal dari kumpulan proses pelapukan
batuan adalah tanah. Mineral-mineral yang dikandungnya sangat ditentukan oleh
batuan asalnya. Suatu tanaman dapat hidup dengan subur, jika ditanam ditempat
yang kandungan mineralnya banyak. Beberapa jenis tumbuhan tidak cukup hanya
kandungan mineral, tetapi habitatnya juga penting sekali.
2.1.1 Jenis-jenis Tanah(Sutikno, Sudibyakto, 2005)
A. Tanah Gambut (Organosol)
Jenis ini banyak terdapat didaerah rawa-rawa, karena
pembentukannya berasal dari tanaman yang melapuk. Biasanya dicirikan
dengan berwarna coklat kehitaman. Keadaanya kurang subur karena
memilik tingkatpH yang rendah serta kandungan zat haranya minim.
Tanah ini tidak cocok untuk lahan pertanian, karena drainasenya rendah.
B. Lotasol
Berbeda dengan pertama, dan tanah ini mempunyai ciri-ciri: warna
merah, umumnya terdapat pada lapisan dalam, penyerapannya baik,
penyebarannya ditempat yang curah hujannya agak besar,dan berada pada
ketinggian sedang.
C. Regosol
Asal tanah ini dari letusan gunung berapi. Butirannya kasar,
warnanya keabuan dan sangat subur. Daerah- daaerah di dekat gunug
berapi dimanfatkan untuk pertanian.
9
D. Tanah Alluvial
Umumnya ada di sepanjang aliran sungai. Sifat tanah ini sangat
dipengaruhi oleh dikandungan meterial sungai yang melaluinya.Jenis
tanah ini cocok digunakan untuk pertanian.
E. Tanah Litosol
Merupakan jenis tanah muda yang terdapat di daerah dangkal di
bawah permukaan.seperti namanya, umumnya jenis ini berbentuk seperti
batuan padat. Lapisannya tipis berbatu-batu yang berasal dari batuan beku
dan masih alami. Di Indonesia hal semacam ini banyak ditemukan di
lereng-lereng perbukitan.
F. Grumusol
Cirinya berwarna abu-abu hingga kehitaman. Tingkat keasamannya
tidak menentu. Di musim panas biasanya retak-retak. Jenis ini berasal dari
batu kapur, lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan
curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
G. Andosol
Merupakan hasil pelapukan gunung meletus, yang tersebar di
daerah iklim sedang. abu vulkanik. Warnanyaada yang cokelat, abu-abu
bahkan jugahitam. Cocok digunakan untuk pertanian, karena termasuk
jenis tanah yang subur.
H. Podsolik
Asal mulanya dari bebatuan yang mengandung pasir silikon,
penyebarannya di daerahiklim basah dengan tidak ada musim kemarau.
Ukuran butiran kecil sampai ukuran pasir, tidak subur, berwarna merah
dan kering.
10
2.2 Pengertian Longsor
Jika ada bagian tubuh batuan atau bagian tebing yang bergerak ketempat
yang lebih rendah dikatakan tanah tersebut longsor. Hal ini terjadi bisa disebabkan
oleh meresapnya air ke dalam batu, sehingga bebannya berambah dan daya ikat
antar lapisannya menurun. Bisa juga akibat getara-getaran yang terjadi
melemahkan ikatan antar butir penyusun batuan. Perpindahannya ada yang
lambat, juga sangat cepat tergantung dari sudut lereng.
2.2.1 Jenis-jenis Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor (ESDM 2007), yakni :
1. Longsoran translasi
Gambar 2.1 Gerakan tanah translasi
Bergeraknya sebagian dari tanah dan batuan pada lapisan dimana akan
tergelincir dan biasanya bergelombang atau rata disebut longsoran translasi. Pada
Dalam tanah jenis lempungan, translasi terjadi di sela lapisan tipis berisi pasir atau
lempung, khususnya bila bidang lemah tersebut sejajar dengan lereng yang ada.
Longsoran tanah lempung kandungannya pasir ukuran kecil atau lanau, ketika
mendapatkan air berlenihan (Gambar 2.1).
11
2. Longsoran rotasi
Jika gerakannya tergelincir berupa cekungan disebut longsoran
rotasi(Gambar 2.2). Pada jenis ini bidang longsornyapada lapisan batuan
melengkung, sehingga tanah yang ada di atasnya keseluruhan bergerak ke bawah.
Umumnya sering terjadi di daerah bekas timbunan,
Gambar 2.2 Longsoran rotasi
3. Pergerakan blok
Gambar 2.3 Blok yang bergerak
Satu blok tanh atau batu bergerak menuruni lereng karena bagian batuan
retak, pecah karena ikatannya tidak kuat lagi. Model ini kebanyakan terjadi pada
material keras (batu), disepanjang joint.
12
4. Runtuhan batu
Gambar 2.4 Batu runtuh
Batu terjatuh kerena gay berat dan tidak ada gaya aksi reaksinya berbeda.
5. Rayapan
Gambar 2.5 Rayapan tanah
Biasanya terjadi pada tanah dengan jenis butiran kasar dan halus.
Gerakannya sangat lambat dan terjadi kurun waktu lama. Cirinya adalah
peepohonan, tiang listrik miring, bahkan rumah tidak berdiri tegak lagi.
6. Aliran bahan rombakan
Ketika massa tanah bergerak didorong oleh air disebut aliran bahan
rombakan.Gerakannya bisa mencapai ratusan meter( Gambar 2.6), sehingga sering
menelan korban jiwa. Di Indonesia jenis yang paling banyak terjadi adalah
longsoran translasi dan rotasi serta paling banyak memakan korban jiwa manusia.
13
Gambar 2.6 Aliran bahan rombakan
Lapisan batuan mempunyai bidang gelincir bermacam-macam, seperti gambar (2.7)
Gambar 2.7 Macam-macam bidang gelincir
2.2.2 Penyebab Tanah Longsor(Sutikno, Sudibyakto, 2005)
Pada prinsipnya ada dua penyebab utama tanah tersebut longsor, yaitu
1. Faklor Alam
Keadaan alam dan kondisi lingkungan menjadi faktor utama terjadinya tanah
tersebut longsor, yaitu:
1. Keadaan geologi dasar.
14
Contoh keadaan ini adalah: kondisi pelapukan di daerah tersebut, seberapa
besar kemiringan tanahnya, ada sisipan atau tidak, lapisannya berupa
batulempung.
2. Iklim
Daerah dengan bulan basah tinggi akan menyebabkan seringnya terjadi
tanah longsor.
3. Keadaan topografi
Keadaan alam yang berbukit-bukit dengan lerengnya terjalmempersering
munculnya tanah longsor.
4. Keadaan tata air
Jika kondisi saluran tersumbat akan, maka air akan meresap ke bawah dan
memperberat kondisi tanah serta memperlicin bidang lapisan. Air juga
akan melarutkan butiran-butiran disela-sela lapisan tanah.
5. Tutupan lahan
Tanah yang tertutupi oleh tumbuhan mampu memperkecil resapan. Jika di
daerah hutan gundul atau lahan kritis tanah lebih gampang longsor.
2. Faktor Manusia
Manusia menjadi penyebat utama juga banjir sering terjadi di muka bumi ini,
misalnya:
1. Penambangan batu untuk pembangunan dilereng terjal.
2. Lereng diurug untuk berkebun atau bikin bangunan di atasnya.
3. Tidak kuatnya dinding menahan tanah.
4. Penebangan liar.
5. Membudidayakan kolam di tempat miring
6. Tidak ada resapan lagi karena pembangunan perumahan
2.3. Penanggulangan dan Pencegahan Gerakan Tanah
Agar kita terhindar dari bahaya gerakan tanah, perlu diadakan
penanggulangan dengan berbagai cara, baik yang berkaitan dengan tipe maupun
15
metode perlakuannya. Terdapat beberapa tipe gerakan tanah yang dapat
ditanggulangi dengan rekayasa antara lain(Djauhar N., 2006):
1. Di wilayah perbukitan dengan terasering
2. Membuat pondasi untuk menahan bergeraknya tanah
3. Observasi sumur
4. Mengurangi keterjalan lereng
5. Pengaturan aliran air
6. Memasang tiang pancang
7. Penanaman daerah gundul
2.3 Metode Geolistrik
Dalam usaha mempelajari gejala kebumian, telah berkembang berbagai
macam bidang keilmuan yang berhubungan dengannya. Diantaranya adalah
bidang geofisika ekplorasi. Bidang ini khusus mempelajari gejala kebumian pada
lapisan dari bagian permukaan. Berkembangnya bidang ini berangkat dari
keinginan manusia untuk menggali serta memanfaatkan sumber kekayaan alam
yang terdapat di bawah permukaan(Hendrajaya, Idam, 1990).
Untuk mengetahui sifat aliran listrik di dalam batuan dapat digunakan
peralatan geolistrik. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi. Oleh
karena itu metode geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk di dalamnya
metode potensial diri, telurrik, magnetotelurik, elektromagnetik, induced
polarisasi dan resistivitas tahanan jenis(Hendrajaya, Idam, 1990).
Hambatan listrik di antara 2 titik dapat diketahui dengan menggunakan
Hukum Ohm(Hendrajaya, Idam, 1990)..
R=
…………………………………………..(2.1)
Dimana:
R = tahanan (resistance) dalam ohm
16
V = beda potensial listrik dalam volt
L = arus listrik dalam ampere
2.4 Resistivitas Bebatuan
Arus mampu mengalirkan pada batuan, sesuai dengan tipenya. Pada
batuan yang bersifat porus atau pori-porinya terisi cairan, maka sifatnya adalah
elektilitik. Ion-ion akan membawa arus. Sedangkan kondisi elektronik terjadi
ketika batuan mempunyai banyak muatan yang mengalir(PT Gada Energi, 2015).
Sesuai dengan nilai hambatannya, batuan digolongkan menjadi(PT, Gada
Energi, 2015):
a. Pengantar baik : 10-6
< ρ < 1
b. Pengantar buruk : 1 < ρ < 107
c. Tidak menghantarkan : ρ > 107
2.5. Potensial Listrik dalam Medium Homogen
Dalam menginterpretasikan pengukuran pada metode georistrik resistivitas,
biasanya bumi dianggap homogen isotropis, yaitu setiap lapisan memiliki
resistivitas yang sama. Prinsip dasar dari metode geolistrik resistivitas adalah
mengukur respon berupa potensial pada suatu elektroda akibat diinjeksikannya
arus ke dalam bumi melalui elektroda(Hendrajaya, Idam, 1990).
Gambar 2.8 Arus listrik dan bidang ekuipotensial
17
Perumusan teoritis metode geolistrik resistivitas didasarkan pada prinsip
perhitungan potensial listrik pada suatu medium tertentu akibat suatu sumber arus
listrik di permukaan bumi.
Jika arus yang kontinu dialirkan pada medium homogen isotropis (gambar
2.8), maka besarnya elemen arus pada permukaan dirumuskan dengan:
δI = δ ……………………………………….(2.2)
Berdasarkan hukum Ohmhubungan antararapat arus dengan medan listrik
diperoleh:
= σ ………………………………………..(2.3)
Di mana:
σ = Konduktivitas bahan (l/Ωm)
E = kuat medan listrik (volt/meter)
Kuat medan listrik ( ) adalah grad dari potensial skalar, sehingga
= V……………………………………...(2.4)
Makanya (2.3) dirumuskan :
= -σ V………………………….. .... ........(2.5)
Arus listrik mengalir pada medium homogen memenuhi persamaan:
. = 0…………………………………….....(2.6)
Substitusi persamaan (2.5) ke persamaan (2.6), maka :
.(- σ )=0. ............................................(2.7)
Pada medium homogen isotropis, o adalah konstanta sehingga menjadi :
2 V = 0............................................ ..........(2.8)
18
Persamaan (2.8) merupakan persamaan Laplace.
2.6. Potensial untuk Titik Arus di dalam Bumi
Jika arus yang masuk ke dalam medium homogen isotropis adalah sumber
listrik tunggal, maka garis potensial akan berbentuk bola.
Dalam operator Laplacian dirumuskandengan :
Karena medium homogen isotropis maka medium mempunyai simetri bola dan
karena arus yang mengalir simetri terhadap arah θ dan Ø maka V
hanyamerupakan fungsi dari jarak saja sehingga :
Kalikan persamaan (2.12) dengan r2, maka didapat :
Dengan mengintegrasi dari persamaan (2.13) maka didapat :
Integrasi dari persamaarr (2.14), maka akan didapat persamaan berikut :
V = -
+ B……………………………………….........(2.15)
Dimana konstanta sembarang A dan B diperoleh dengan menerapakan syarat
batas=; V = 0. Akibatnya nilai B = 0, sehingga diperoleh persamaan berikut :
V = -
………………………………………………..(2.16)
19
Dari titik injeksiarus keluar secara radial, sehingga melewati permukaan
boladengan jejari r adalah :
Karena σ =
maka persamaan di atas menjadi :
A =
………………………………………………….(2.19)
Maka:
V = (
)
atau
……………………………...(2.20)
2.7. Injeksi Arus ke Dalam Bumi
Jika arus diinjeksikan ke dalam bumi, maka ada potensial pada titik-titik
dekat permukaan. Misalnya titik potensial P1 akibat elektroda arus C1 adalah
(Reynolds, 1997)
V11 = (
)
………………………………………(2.21)
Dan potensial pada titik P1oleh elektroda arus C2 dapat ditulis:
V12 = -(
)
……………………………………(2.22)
Besarnya nilai P1 oleh C1dan C2adalah:
V11 + V12 =
(
)………………………….(2.23)
20
Gambar 2.3.Model aliran arus dan bidang ekipotensial (Reynolds, 1997)
Dengan cara sama akan didapat untuk titik P2 oleh C1, C2adalah:
V21 + V22 =
(
)…………………………………..(2.24)
Bedategangan titik P1dengan P2 :
=
*(
) (
)+…………………………..(2.25)
Persamaan inilah konfigurasi empat elektroda yang biasanya digunakan
dalam kegiatan survei geolistrik tahanan jenis di lapangan. Garis-garis arus dan
bidang ekipotensial antara kedua elektroda berbentuk setengah bola.
2.8. Konfigurasi Elektroda Schlumberger
Pada dasarnya tujuan survei ini adalah untuk mengetahui resistivitas di
bawah permukaan bumi.Resistivitas bumi berhubungan dengan jenis mineral,
kandungan fluida dan derajat saturasi air dalam batuan. Distribusi potensial dari
kombinasi sumber yang masuk dirumuskan.
V1 =
(
)…………………………………(2.26)
21
Gambar 2.4 Skema Konfigurasi Schlumberger (Hendrajaya, Idam, 1990)
Potensial di titik P2 :
V1 =
(
)………………………………………………(2.27)
Gambar 2.5 Skema peralatan resistivitas model Schlumberger (Hendrajaya, Idam, 1990)
Potensial diantara P1, dan P2 kemudian menjadi :
1 – V2
=
(
)……….....(2.28)
Diperoleh resistivitas rho ( )(Ronolds, 1997):
2 (
)-1
………………………..……(2.29)
Jika:
22
K = 2 (
)-1
…………………………………(2.30)
Maka diperoleh
=
x K ……………………………………………………(2.31)
Dimana:
= Resistivitas (Om)
r1= Jarak antata C1dan P1 (m)
r2 = Jarakantara P1 dan C2(m)
r3 = Jarakantara C1dan P3(m)
r4 = Jarakantara P2 dan C3(m)
K = Faktor geometri (m)
Persamaan
adalah hambatan diantara titik P1 dan P2, dan K disebut dengan
faktor geometri.
23
BAB III
CARA KERJA ALAT
3.1 Cara Kerja Metode Geolistrik Resistivitas
Peralatan ini digunakan untuk mengukur hambatan jenis batuan. Langkah
kerjanya adalah dengan memasukkan arus ke dalam bumi, sehingga diperoleh
resistivitas semu dari batuan.
Perangkat alat geolistrik meliputi(Sukarasa, 2016) :
1. Tipe Naniura NRD 300 HF
2. Kabel panjang tergantung kedalaman pengukuran (minimal 200 m)
3. Kabel potensial (panjang ± 100 meter)
4. Accu 24Volt
5. Elektroda arus dan potensial
6. Hammer
Gambar 3.1 Perangkat alat geolistrik(Sukarasa,2016)
24
3.2. Menjalankan Program
Untuk mendapatkan gambaran bawah permukaan, maka diagram alirnya
adalah
Gambar 2.l2Langkah pengolahan data dengan bantuan soltrvare Res2Dinv
Buka program Res2dinv
file
Read data file
Pilih Data Yang Akan Diolah
(Format.Dat)
Reading Of Data File Complete
Inversion
Display Section
Least Square invension
Analisa
25
3.3 Cara Pengambilan Data dengan Metode Geolistrik Resistivitas
Konfigurasi Wenner.
Studi awal pendugaan bidang gelincir tanah longsor ini menggunakan metode
geolistrik konfigurasi Wenner dengan spasi 3 meter.Metode ini biasanya
digunakan untuk melakukan pengukuran yang tidak terlalu dalam untuk
mendapatkan hasil pencitraan bawah permukaan yang cukup baik.
Konfigurasi Wenner digunakan karena yang akan diteliti adalahbidang
gelincir yang umumnya memiliki posisi yang tidak terlalu dalam. Dalam hal ini
digunakan jarak yang sama antara elektroda. Dimana pada konfigurasi ini baik
elektroda potensial dan arus bergerak simetri dan langkah yang sama.
Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB = a. Persamaan resistivitasnya
dirumuskandengan:
dengan k = 2
Inilah gambar dari konfigurasi yang dimaksud
Gambar 3.3 Konfigumi Elektroda Wenner(Hendrajay, Idam, 1990)
Pada Gambar 3.3 terdapat empat elektroda yang dipasang pada permukaan
bumi, yaitu elektroda C1, P1, P1, dan C2. Dimana elektroda C1 dan C1 adalah
elektroda yang berfungsi untuk memasukkan arus listrik kedalam bumi,
sedangkan P1 dan P2 berfungsi untuk membaca beda potensial listrik yang terjadi
diantara elektroda C1 dan C2 setelah mengalirkan arus listrik dalam lapisan bumi.
26
Cara kerja metode ini adalah menganggap bahwa lapisan bumi sebagai
penghantar arus, karena lapisan bumi terdiri dari beberapa lapisan dan berbagai
jenis batuan dan mineral, maka perolehan nilai beda potensial listrik di setiap titik
pengamatan akan berbeda pula. Dengan mengetahur nilai beda potensial listrik
dan besar arus listrik yang diinjeksikan pada titik pengamatan, maka akan
diperoleh nilai resistivitas lapisan bumi.
Cara pengambilan data untuk pengukuran resistivitas pada batuan untuk mencari
letak tergelincirnya massa batuan adalah, dengan penempatan elektroda diubah-
ubah untuk mendapatkan gambaran setiap lapisan(Hendrajaya, Idam, 1990). Jika
jarak jangkauan elektroda semakin jauh, alat geolistrik dapat mendeteksi batuan
dasar di bawahnya lebih dalam. Jarak antar elektroda pada konfigurasi Wenner
dituliskan dengan a.
3.4 Interpretasi Data dengan Software Res2Dinv
Setelah data didapat, maka diolah dengan Software Res2Dinv. Pemodelan
dua dimensi dari Sofnoare Res2Dinv pada gambar berikut terdiri dari tiga buah
lintasan (lintasan 1,2 dan3): Hasil interprestasi dicocokkan dengan tabel (3.1)
Tabel 3.1 Jenis Batuan berdasarkan Nilai Resistivitas
NO WARNA
KONTUR
RESISTIVITAS
(Ohm.M)
JENIS BATUAN
1 Biru Tua 1.0 – 3.7 Lempung basah
2 Biru Muda 3.7 – 9.0 Lempung Kering
3 Hijau 9.1 – 40.2 Lanua Pasiran
4 Kuning – Merah 40.3 – 290 Batuan Vulkanik
5 Ungu 292 Rongga karena
rekahan
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Penampang Lintasan 1
Adapun hasil pada lintasan 1 adalah
Gambar 3.1 Potensi bidang gelincir pada penampang lintasan l
Pada lintasan ini, diperoleh penampang dengan harga resistivitas
yangbervariasi. Lapisan yang berwarna biru bsrada pada kedalaman 30 m - 100
mdengan harga resistivitasnya 1,0 ohm.m - 3,7 ohm.m, pada lapisan ini
didugaterdapat batuan lempung basah. Lapisan yang berwarna biru muda berada
padakedalaman 20 m- 110 m dengan harga resistivitasnya 3,7 ohm.m - 9,0
ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat batuan lempung kering. Lapisan yang
berwama hijau berada pada kedalaman 10 m - 130 m dengan harga resistivitasnya
9,1 0hm.m - 40,2 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat lanau pasiran. Lapisan
yang berwarna kuning-merah berada pada kedalaman 0 m - 120 m dengan harga
resistivitasnya 40,3 ohm.m - 290 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat batuan
vulkanik. Lapisan yang benvarna ungu berada pada kedalaman 10 m – 60 m
dengan harga resistivitasnya 292 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat rongga
akibat rekahan. Potensi bidang gelincir diindikasikan berada pada kedalaman 40
m , yaitu ditunjukkan oleh garis putus-putus pada gambar di atas.
28
4.2. Penampang Lintasan 2
Gamabr 3.2 Potensi bidang gelincir pada penampang lintasan 2
Pada lintasan ini, diperoleh penampang dengan harga resistivitas
yangbervariasi. Lapisan yang berwarna biru muda beada pada kedalaman 25 m –
55m dengan harga resistivitasnya3,'l ohm.m - 9,0 ohm.m, pada lapisan ini
didugaterdapat batuan lempung kering. Lapisan yang berwama hijau berada
padakedalaman 15 m - 55 m dengan lwrga resistivitasnya 9,1 ohm.m - 4a,2
ohm.m,pada lapisan ini diduga terdapat lanau pasiran. Lapisan yang berwarna
kuning-merah berada pada kedalaman 0 m - 55 m dengan harga resistivitasnya
40,3ohm.m - 290 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat batuan vulkanik.
Lapisanyang berwarna ungu berada pada kedalaman 0 m - 15 m dengan
hargaresistivitasnya 292 ofun.m, pada lapisan ini diduga terdapat rongga
akibatrekahan. Potensi bidang gelincir diindikasikan berada pada kedalaman 2A
m, yaitu ditunjukkan oleh garis putus-putus pada gambar di atas.
4.3. Penampang Lintasan 3
29
Gambar 3.3 Potensi bidang gelincir pada penampang lintasan 3
Pada lintasan ini, diperoleh penampamg dengan harga resistivitas yang
bervariasi. Lapisan yang berwarna biru tua berada pada kedalarnan 45 m - 85 m
dengan harga resistivitasnya 1,0 ohm.m - 3,7 ohm.m, pada lapisan ini diduga
terdapat batuan lempung basah. Lapisan yang berwarna biru muda berada pada
kedalaman 40 m - 85 m dengan harga resistivitasnya 3,7 ohm.m - 9,0 ohm.m,
pada lapian ini diduga terdapat batuan lempung kering. Lapisan yang berwarna
hijau berada pada kedalaman 20 m - 80 m dengan harga resistivitasnya 9,1 ohm.m
- 40,2 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat lanau pasiran. Lapisan yang
berwarna kuning-merah berada pada kedalaman 0 m - 80 m dengan harga
resistivitasnya 40,3 ohm.m - 290 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat batuan
vulkanik. Lapisan yang berwarna ungu berada pada kedalaman 0 m – 40 m
dengan harga resistivitasnya 292 ohm.m, pada lapisan ini diduga terdapat rongga
akibat rekahan. Potensi bidang gelincir diindikasikan berada pada kedalaman 40
m, yaitu ditunjukkan pada garis putus-putus pada gambar (3.3).
30
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan dan Saran
Dengandiuraikannya pembahasan makalah ini, makasimpulkan
Metode geolistrik mampu melakukan pendugaan di lapisan batuan
termasuk juga dimana terjadinya gelincir. Pada lintasan 1nilai tahanan
jenis dari tempat tergelincir adalah 44,3 - 290 ohm dengan kedalaman 0 m
- 120 m diperkirakan pada lapisan ini terdapat terdapat batuan vulkanik.
Potensi bidang gelincir diindikasikan berada pada kedalaman 40 m. Di
lintasan 2 nilai tahanan jenis dari bidang gelincir adalah 40,3 - 290 ohm
dengan kedalaman dari 0 m - 55 m diperkirakan pada lapisan ini terdapat
batuan vulkanik. Potensi bidang gelincir diindikasikan berada pada
kedalam an 20 m. Lintasan 3 tahanan jenisnya adalah 40,3- 290 ohm
dengan kedalaman dari 0 - 80 meter diperkirakan pada lapisan initerdapat
batuan vulkanik. Potensi bidang gelincir diindikasikan berada
padakedalaman 40 m.
4.2. Saran
Adapun saran demi kesempurnaan dan kegunaan dari makalah ini :
1. Aplikasi metode geolistrik tahanan jenis untuk mengetahui pendugaan
bidanggelincir tanah longsor tidak hanya dapat dilakukan di tempat yang
rawanlongsor, juga dapat dilakukan di tempat/jenis lingkungan yang
lainnya, sepertiintrusi air laut dan air tanah.
2. Dengan mengetahui pendugaanbidang gelincir tanah longsor. Sebaiknya
membangun rumah atau membuat bangunan- bangunan yang jaraknya
jauh dari tanah yang rawan longsor
31
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari Noor, (2006). Geologi Lingkungan
Griffiths, D H Barker, (1993). Two Dimentional Restivity Imaging And Modeling
in Areas of Complek Geology, Journal of Applied Geophysics, v.zg., 211-
226
Hendrajaya, L, Arif Idam, (1990). Geolistrik Tahanan Jenis
Kementrian ESDM. (1997). Pengenalan pergerakan tanah. [online]. Tersedia
:http://portal.vsi.esdm.go.id/portal/gerakan.tanah/pengenalan.htm. (25 Mei
2010)
Reynolds, J.M., (1997). An Introduction to Applied and Environmental
Geophysics,John Wiley and sons Ltd, New York
Sukarasa, I Ketut, 2016,. Penentuan Titik Akumulasi Sampahdi TPA Temesi
Sutikno, Sudibyakto, (2005) Geografi
Telford, W. M., Geldart, L. P., and SherifT R. E., (1990).Applied Geophysics,
2nd
edition, Cambridge University Press, USA.