STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif...

12
1 STUDI PEERAPA KOSEP MAAJEME PEMELIHARAA BERBASIS KEADALA (RELIABILITY- CETERED MAITEACE) PADA ARMADA PERKAPALA TI AL (STUDI KASUS KELAS KORVET/PARCHIM) Yanif D.K 1) , Iman T.D. 2) 1) Mahasiswa S3 Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan ITS 2) Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS email : [email protected] ABSTRAK : Sebagian besar kapal-kapal perang TNI AL khususnya jenis corvette/parchim telah memiliki usia pakai lebih daripada dua puluh tahun. Secara intuitif dapat disimpulkan bahwa laju kerusakan dari sistem penggerak motor diesel yang telah terpasang berada di dalam periode wear-out dari kurva bathtub. Paper ini dimaksudkan untuk memperoleh dan membuktikan pola laju kerusakan dan tingkat resiko dari sistem penggerak motor diesel yang terpasang pada kapal- kapal KRI jenis parchim. Fungsi laju kerusakan dari masing-masing sistem penggerak motor diesel yang terpasang diperoleh berdasarkan distribusi yang paling sesuai untuk mewakili failure mode yang ada. Sedangkan tingkat resiko ditentukan dengan risk matrix. Weibull 4, sebuah perangkat lunak keandalan yang umum dipakai, digunakan untuk memperoleh parameter- parameter yang sesuai untuk masing-masing distribusi. Kata kunci : kurva bathtub, laju kerusakan, tingkat resiko, failure mode, sistem penggerak motor diesel 1. PEDAHULUA Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki luas laut lebih dari duapertiga dari luas daratan, Indonesia memerlukan kekuatan armada laut khususnya kapal-kapal perang untuk menjaga kedaulatan wilayahnya dari ancaman dan gangguan pihak-pihak tertentu maupun untuk menjaga kelancaran transportasi laut yang menggunakan jalur-jalur pelayaran yang ada. Kekuatan kapal-kapal perang tersebut harus didukung dengan kemampuan operasi yang tinggi dan handal disetiap kondisi operasinya. Namun, kebanyakan kapal-kapal perang tersebut merupakan kapal-kapal bekas yang diimpor dari negara-negara lain seperti : Jerman, Belanda, Rusia, Jepang, dan Korea. Sekalipun pemerintah dalam hal ini TNI AL telah banyak membangun kapal-kapal baru untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan kapal-kapal patroli tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah pantai dan dengan kecepatan operasi yang terbatas pula waktunya untuk digunakan. Disamping itu, keterbatasan dana yang dimiliki oleh TNI AL memaksa pembelian kapal-kapal bekas merupakan suatu keharusan. Kebanyakan dari kapal-kapal tersebut dibangun sekitar tahun 70-an sehingga akibatnya kebanyakan dari sistem penggerak motor diesel yang terpasang telah sangat tua dan diperlukan repowering. Dengan kondisi yang demikian maka diperlukan suatu organisasi dan aktivitas pemeliharaan yang efektif terhadap kapal- kapal yang dimiliki oleh TNI AL. Paper ini mendiskusikan hasil-hasil dari analisis pola kerusakan berdasarkan failure modenya terhadap sistem penggerak motor diesel yang terpasang di keenam belas kapal perang KRI jenis parchim. Informasi-informasi umum dari setiap kapal yang dipilih ditunjukkan didalam Tabel 1. Agar supaya data-data kerusakan dapat dikategorikan kedalam salah satu diantara ketiga region dari kurva bathtub maka data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang paling

Transcript of STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif...

Page 1: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

1

STUDI PEERAPA KOSEP MAAJEME

PEMELIHARAA BERBASIS KEADALA (RELIABILITY-

CE�TERED MAI�TE�A�CE) PADA ARMADA

PERKAPALA TI AL

(STUDI KASUS KELAS KORVET/PARCHIM)

Yanif D.K 1)

, Iman T.D. 2)

1) Mahasiswa S3 Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan ITS 2)

Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

email : [email protected]

ABSTRAK : Sebagian besar kapal-kapal perang TNI AL khususnya jenis corvette/parchim telah

memiliki usia pakai lebih daripada dua puluh tahun. Secara intuitif dapat disimpulkan bahwa laju

kerusakan dari sistem penggerak motor diesel yang telah terpasang berada di dalam periode

wear-out dari kurva bathtub. Paper ini dimaksudkan untuk memperoleh dan membuktikan pola

laju kerusakan dan tingkat resiko dari sistem penggerak motor diesel yang terpasang pada kapal-

kapal KRI jenis parchim. Fungsi laju kerusakan dari masing-masing sistem penggerak motor

diesel yang terpasang diperoleh berdasarkan distribusi yang paling sesuai untuk mewakili failure

mode yang ada. Sedangkan tingkat resiko ditentukan dengan risk matrix. Weibull 4, sebuah

perangkat lunak keandalan yang umum dipakai, digunakan untuk memperoleh parameter-

parameter yang sesuai untuk masing-masing distribusi.

Kata kunci : kurva bathtub, laju kerusakan, tingkat resiko, failure mode, sistem penggerak

motor diesel

1. PEDAHULUA

Sebagai sebuah negara kepulauan yang

memiliki luas laut lebih dari duapertiga dari

luas daratan, Indonesia memerlukan kekuatan

armada laut khususnya kapal-kapal perang

untuk menjaga kedaulatan wilayahnya dari

ancaman dan gangguan pihak-pihak tertentu

maupun untuk menjaga kelancaran transportasi

laut yang menggunakan jalur-jalur pelayaran

yang ada. Kekuatan kapal-kapal perang

tersebut harus didukung dengan kemampuan

operasi yang tinggi dan handal disetiap kondisi

operasinya. Namun, kebanyakan kapal-kapal

perang tersebut merupakan kapal-kapal bekas

yang diimpor dari negara-negara lain seperti :

Jerman, Belanda, Rusia, Jepang, dan Korea.

Sekalipun pemerintah dalam hal ini TNI AL

telah banyak membangun kapal-kapal baru

untuk jenis kapal patroli (FPB) namun

kemampuan kapal-kapal patroli tersebut

terbatas hanya pada daerah-daerah pantai dan

dengan kecepatan operasi yang terbatas pula

waktunya untuk digunakan. Disamping itu,

keterbatasan dana yang dimiliki oleh TNI AL

memaksa pembelian kapal-kapal bekas

merupakan suatu keharusan. Kebanyakan dari

kapal-kapal tersebut dibangun sekitar tahun

70-an sehingga akibatnya kebanyakan dari

sistem penggerak motor diesel yang terpasang

telah sangat tua dan diperlukan repowering.

Dengan kondisi yang demikian maka

diperlukan suatu organisasi dan aktivitas

pemeliharaan yang efektif terhadap kapal-

kapal yang dimiliki oleh TNI AL.

Paper ini mendiskusikan hasil-hasil dari

analisis pola kerusakan berdasarkan failure

modenya terhadap sistem penggerak motor

diesel yang terpasang di keenam belas kapal

perang KRI jenis parchim. Informasi-informasi

umum dari setiap kapal yang dipilih

ditunjukkan didalam Tabel 1. Agar supaya

data-data kerusakan dapat dikategorikan

kedalam salah satu diantara ketiga region dari

kurva bathtub maka data-data yang

dikumpulkan adalah data-data yang paling

Page 2: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

2

tidak berada pada interval satu siklus operasi

lengkap yakni setidaknya berada pada interval

dua overhaul.

Analisis dilakukan dengan

membandingkan beberapa karakteristik antara

sistem penggerak motor diesel. Karakteristik-

karakteristik yang dibandingkan adalah jumlah

kegiatan perawatan yang dilakukan dan

frekuensi perawatan dari masing-masing

sistem penggerak motor diesel.

Pemodelan masing-masing failure mode

dari setiap kerusakan fungsional untuk masing-

masing sistem penggerak motor diesel juga

dilakukan. Variabel acak merupakan variabel

penting didalam analisis kerusakan. Time to

failure ditentukan sebagai variabel acak dan

disimbolkan dengan TTF.

2. MODEL KERUSAKA

Sebuah failure mode (state of

component) atau sistem secara umum, secara

matematis dapat diekspresikan di dalam

persamaan (1). Gambar 1 menunjukkan

hubungan antara state variable X (t) dengan

waktu kerusakan TTF.

{ tipadawaktuenberfungsjikakompon

awaktutengagalpadjikakompontX 1

0)( =

dimana :

X (t) = state variable yang mewakili kondisi

failure mode pada waktu t

Gambar 1. Hubungan antara state variable X

(t) dengan waktu kerusakan TTF

Waktu kerusakan, TTF, dari sebuah failure

mode dapat mengikuti salah satu dari

distribusi-distribusi seperti : normal,

eksponensial, Weibull, ataupun distribusi-

distribusi lainnya.

Model kerusakan dapat ditentukan

dengan mengumpulkan data-data kerusakan

dari failure mode yang dianalisis. Ilustrasi dari

data-data kerusakan sebuah failure mode dapat

juga dilihat pada Gambar 1.

2.1. Fungsi Distribusi Kumulatif

(CDF) Dan Fungsi Kepadatan (PDF) Dengan mengasumsikan bahwa TTF

terdistribusi secara kontinu dengan fungsi

kepadatan f(t), maka probabilitas kegagalan

failure mode dalam interval waktu (0,t] dapat

dinyatakan dengan persamaan berikut : (1)

F (t) = P (T≤t) = ( ) ζξ df

t

∫0

dimana :

F (t) = fungsi distribusi kumulatif (CDF) dari

variabel acak TTF

Fungsi pdf dari variabel acak T dapat

ditentukan dari persamaan (2) dengan

mengambil turunan dari F (t) terhadap t

seperti ditunjukkan pada persamaan (3).

f(t) = )(tFdt

d=

t

tFttF

t ∆−∆+

→∆

)9)(lim

0

=

t

ttTtP

t ∆∆+≤<

→∆

)(lim

0

2.2. Fungsi Keandalan Fungsi keandalan merupakan fungsi

yang mewakili probabilitas bahwa failure

mode tidak menyebabkan kegagalan dalam

interval waktu (0,t] dan dinyatakan dengan

persamaan berikut :

R (t) = 1-F (t) = P (t > t) = ( )∫∞

t

df ζζ

Persamaan (2) dapat juga disebut sebagai

fungsi ketidakandalan dan dinyatakan dengan

Q (t).

2.3. Laju Kerusakan Laju kerusakan (conditional probability

failure rate) adalah probabilitas bahwa sebuah

kerusakan terjadi selama waktu tertentu namun

kerusakan belum terjadi sebelum waktu

tersebut. Oleh karena itu laju kerusakan

memberikan informasi tambahan tentang usia

pakai (survival life) dan digunakan untuk

mengilustrasikan pola kerusakan.

Probabilitas sebuah failure mode akan

menyebabkan kegagalan dalam interval waktu

(t + ∆t), telah diketahui bahwa failure mode

beroperasi pada waktu t, dapat ditentukan

dengan persamaan berikut :

P(t < T ≤ t + ∆t) = ( )

( )tTP

ttTtP

>∆+≤<

Page 3: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

3

= ( )

)(

)(

tR

tFttF −∆+ (5)

Laju kerusakan, z (t), dari sebuah failure mode

dapat diperoleh dengan membagi persamaan

(5) dengan panjang interval waktu ∆t dan

∆t→0. ( )

t

tTttTtPtz

t ∆>∆+≤<

=→∆

|)( lim

0

( ))(

1)(lim

0 tRx

t

tFttF

t ∆−∆+

=→∆

)(

)(

tR

tf= (6)

2.4. Pola Kerusakan (Failure Pattern) Pemahaman bahwa failure mode

peralatan dapat menunjukkan pola kerusakan

berbeda memiliki implikasi penting dalam

menentukan karakteristik suatu kerusakan.

Gambar 2 menunjukkan karakteristik-

karakteristik kerusakan tersebut.

Gambar 2. Karakteristik-karakteristik

kerusakan

Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :

- Wear-in Failure, yakni didominasi

oleh perangkat-perangkat ”lemah”

(weak members) misalnya kesalahan

proses manufaktur (manufacturing

defect) dan salah

pemasangan/perawatan (installation

error). Karakteristik ini dikenal juga

sebagai kerusakan burn in atau infant

mortality.

- Random Failure, yakni didominasi

oleh kerusakan yang tidak dapat

diprediksi atau karena adanya suatu

kesempatan/keadaan (chance failures).

Karakteristik ini ditandai dengan laju

kerusakan konstan dan distribusi

kerusakan menunjukkan distribusi

eksponensial.

- Wear-out Failure, yakni didominasi

oleh masa akhir pakai peralatan.

Karakteristik ini ditandai dengan

meningkatnya laju kerusakan dan

distribusi kerusakan menunjukkan

distribusi Weibull.

Untuk menentukan jenis-jenis distribusi dari

karakteristik kerusakan tersebut digunakan

perangkat lunak Weibull++ 4.

3. DISTRIBUSI PROBABILITAS

Distribusi-distribusi probabilitas dapat

bervariasi untuk menyatakan distribusi yang

paling sesuai terhadap data-data kerusakan.

Distribusi-distribusi probabilitas yang

digunakan untuk memodelkan failure mode

dari setiap kerusakan fungsional sistem

penggerak motor diesel adalah distribusi

normal, eksponensial, dan weibull.

Distribusi normal dipilih berdasarkan

asumsi teorema central limit. Distribusi

eksponensial dipilih berdasarkan karakteristik-

karakteristiknya yang mewakili periode useful

life. Sedangkan distribusi Weibull dipilih

berdasarkan fleksibelitas dari parameter-

parameternya dalam menentukan pola

kerusakan dari data-data yang ada yang

mungkin terletak pada periode useful life

ataupun periode wear out.

3.1. Distribusi Eksponensial Jika waktu kerusakan T dari sebuah

failure mode terdistribusi secara eksponensial

dengan parameter adalah λ dan γ maka fungsi

pdf dari T tersebut ditentukan dengan :

f (t) = λe-λ (t-γ)

dimana :

λ = laju kerusakan

γ = parameter bentuk

Fungsi keandalan dari distribusi eksponensial

menjadi :

R (t) = e-λ (t-γ)

Sedangkan fungsi laju kerusakan distribusi

eksponensial adalah :

z (t) = λ (9)

Persamaan (8) dikenal sebagai distribusi

eksponensial dengan dua parameter. Distribusi

eksponensial dengan satu parameter diperoleh

jika γ samadengan nol.

Page 4: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

4

3.2. Distribusi Weibull Distribusi Weibull merupakan salah satu

dari distribusi yang paling banyak digunakan

dibidang rekayasa keandalan. Hal ini

dikarenakan distribusi tersebut memiliki

kemampuan untuk memodelkan data-data yang

berbeda dan banyak dengan pengaturan nilai

parameter bentuk β. Fungsi pdf dari ketiga

parameter distribusi Weibull dinyatakan

dengan : β

ηγβ

ηγ

ηβ

−−

−=

t

et

tf

1

)( (10)

dimana :

β = parameter bentuk, β > 0

η = parameter skala, η > 0

γ = parameter lokasi, γ < waktu kerusakan

pertama kali

Fungsi keandalan distribusi Weibull dapat

dinyatakan dengan : β

ηγ

−−

=t

etR )( (11)

Dan laju kerusakan dapat dinyatakan dengan : 1

)(

−=

β

ηγ

ηβ t

tz (12)

Jika γ = 0 maka diperoleh distribusi Weibull

dengan dua parameter.

3.3. Distribusi ormal Distribusi normal (Gaussian) merupakan

distribusi yang paling sering digunakan

didalam ilmu statistik. Variabel acak T

dinyatakan terdistribusi normal dengan rata-

rata µ dan varian σ2, T~N(µ, σ

2) jika fungsi pdf

dari T adalah

−−

= σµ

πσ

t

etf 2

1

2

1)( (13)

dimana :

Σ = deviasi standar dari variabel acak T

µ = rata-rata dari variabel acak T

Fungsi keandalan dari distribusi normal

adalah :

∫∞

−−

=t

t

dtetR σµ

πσ2

1

2

1)(

−Φ−=

σµt

1 (14)

dimana :

Φ = fungsi CDF dari distribusi normal

Laju kerusakan dari distribusi normal dapat

diperoleh dengan menggunakan persamaan (6).

4. AALISIS DATA

Kapal-kapal yang dipilih adalah kapal-

kapal perang jenis parchim, yang digunakan

oleh TNI AL sebagai alat pertahanan di

perairan Indonesia. Informasi-informasi umum

dari setiap kapal yang dipilih ditunjukkan

didalam Tabel 1. Seperti yang terlihat didalam

Tabel 1, kapal-kapal tersebut dibangun pada

tahun yang berbeda, yakni antara tahun 1981

hingga 1985.

Model kerusakan untuk masing-masing

sistem penggerak motor diesel dinyatakan

kedalam salah satu dari distribusi probabilitas

yakni distribusi normal, distribusi eksponensial

dengan satu atau dua parameter, atau distribusi

weibull dengan dua atau tiga parameter.

Variabel masukan dari model kerusakan

tersebut adalah variabel acak T yang mewakili

waktu kerusakan dari mesin-mesin diesel

tersebut. Kapal-kapal tersebut memiliki

panjang 69 m, lebar 8,95 m, dan sarat 4,44 m.

Setiap kapal memiliki tiga unit mesin

diesel sebagai pendorong utama. Masing-

masing unit mesin diesel tersebut memiliki

daya antara 2000 hp hingga 4000 hp. Mesin-

mesin diesel tersebut merupakan mesin diesel

empat langkah dengan putaran mesin berkisar

antara 1000 rpm hingga 2000 rpm dan jumlah

silinder sama-sama 16 buah.

Data-data kerusakan yang digunakan adalah

data-data terbaru yang paling tidak berada

pada interval dua buah overhaul. Tabel 2

menunjukkan periode pengumpulan data,

jumlah kerusakan yang terjadi selama interval

dua buah overhaul, dan laju kerusakan yang

dihitung dengan rumus empiris yakni dengan

membagi waktu operasi sistem penggerak

motor diesel dengan jumlah kerusakan yang

terjadi selama waktu operasi tersebut.

Data-data kerusakan yang digunakan

adalah data-data terbaru yang paling tidak

berada pada interval dua buah overhaul.

Tabel 2 menunjukkan periode

pengumpulan data, jumlah kerusakan yang

terjadi selama interval dua buah overhaul, dan

laju kerusakan yang dihitung dengan rumus

empiris yakni dengan membagi waktu operasi

sistem penggerak motor diesel dengan jumlah

Page 5: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

5

Tabel 2 . Periode pengumpulan data

Gambar 3. Perbandingan jumlah kerusakan per hari

Fa i l u r e r a t e Co m p a r a t i o n ( Em p i r i c a l c a l c u l a t i o n )

0

0.0 5

0. 1

0.1 5

0. 2

0.2 5

a m a k a p a l

kerusakan yang terjadi selama waktu operasi

tersebut.

Gambar 3 menunjukkan perbandingan

laju kerusakan mesin-mesin diesel yang

dihitung dengan cara empiris. Besarnya jumlah

kerusakan per hari berkisar antara 0.1008-

0.2102.

Untuk sistem penggerak motor diesel pada

kapal Lambung Mangkurat memiliki jumlah

kerusakan per hari paling tinggi. Hal ini

disebabkan sistem penggerak motor diesel

tersebut telah terpasang sejak tahun 1982.

Tabel 3 menunjukkan RCM Information

Worksheet dari sistem penggerak motor diesel

untuk semua kapal perang jenis parchim.

Failure mode dari setiap sistem penggerak

motor diesel tersebut dikelompokkan menjadi

beberapa kategori berdasarkan tingkat

pengaruhnya terhadap sistem ataupun personil.

Tabel 4 menunjukkan kategori-kategori

kerusakan berdasarkan tingkat pengaruhnya

terhadap sistem ataupun personil. Kerusakan-

kerusakan yang dianalisa mengacu kepada

Tabel 4 dan kerusakan-kerusakan yang dipilih

adalah kerusakan-kerusakan dimana failure

mode-failuremodenya mempengaruhi

kegagalan operasi sistem. Pada Tabel 5

ditunjukkan pengelompokkan failure mode

berdasarkan frekuensi terjadinya. Keputusan

yang akan diambil terhadap suatu failure mode

ditentukan terlebih dahulu dengan membuat

suatu risk matrix seperti yang ditunjukkan

pada Tabel 6. Kategori-kategori keputusan

yang diambil terhadap suatu failure mode

dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 7.

Data-data kerusakan TTF dari masing-

masing failure mode untuk semua sistem

penggerak motor diesel pada setiap kapal

tersebut dimodelkan kedalam semua distribusi

yang telah disebutkan di atas. Parameter-

parameter untuk masing-masing distribusi

ditentukan dengan bantuan perangkat lunak

Weibull ++ 4 untuk mempercepat perhitungan

dari parameter-parameter tersebut. Distribusi-

distribusi yang diperoleh dari data-data

kerusakan tersebut kemudian dibandingkan

untuk memilih jenis distribusi yang paling

sesuai. Tabel 8 menunjukkan distribusi-

distribusi terbaik untuk masing-masing failure

mode yang terpilih dari semua sistem

penggerak motor diesel tersebut yang

diperoleh berdasarkan algoritma perhitungan

yang dimiliki oleh perangkat lunak Weibull ++

4.

Tabel 9 menunjukkan nilai dari parameter-

parameter distribusi yang mewakili masing-

masing data TTF sistem penggerak motor

diesel pada setiap kapal. Berdasarkan tabel

tersebut dapat terlihat bahwa terdapat sembilan

puluh sembilan model failure mode dari setiap

sistem penggerak motor diesel untuk masing-

masing kapal memiliki distribusi Weibull dua

atau tiga parameter, sebanyak delapan model

No Ship Initial Last Duration (days)

No.of failure

Failure/day

1 IMAM BONJOL 2Januari 2003

26 Desember 2004 724 73 0.100828729

2 CUT NYAK DHIEN

4 Januari 2004

29 Desember 2005 725 98 0.135172414

3 TEUKU UMAR

06 September 2003

27 Agustus 2004 720 130 0.180555556

4 SUTEDI SENA PUTRA

13 Maret 2003

25 Februari 2004 714 105 0.147058824

5 SUTANTO 25 Februari

2003

15 Februari 2004 718 90 0.125348189

6

SULTAN THAHA SYAIFUDDIN

19 Agustus 2004

1 Agustus 2005 712 123 0.172752809

7 SILAS PAPARE 21 Juli 2004 5 Juli 2005 719 143 0.198887344

8 MEMET SASTRAWIRIA

1 Maret 2004

21 Februari 2005 722 111 0.153739612

9 KAPITAN PATTIMURA

2 Februari 2004

29 Januari 2005 726 117 0.161157025

10 HASAN BASRI 27 Januari 2004

10 Januari 2005 713 136 0.190743338

11 PATI UNUS 19 Februari

2003 5 Februari 2004 716 131 0.182960894

12 UNTUNG SURAPATI

21 Januari2003

23 Januari 2004 732 114 0.155737705

13 LAMBUNG MANGKURAT

12 Maret 2003

5 Maret 2004 723 152 0.210235131

14 NUKU

15 September 2003

05 September 2004 720 146 0.202777778

15 TJIPTADI

05 September 2003

25 Agustus 2004 719 131 0.182197497

16 WIRATNO

10 September 2004

25 Agustus 2005 714 102 0.142857143

Page 6: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

6

berdistribusi normal dan sebanyak lima model

lainnya memiliki distribusi eksponensial.

Pada dasarnya, pengeplotan kurva laju

kerusakan berdasarkan persamaan (6). Untuk

sejumlah data yang memiliki distribusi

Weibull dua atau tiga parameter, persamaan

(12) dapat digunakan untuk mengeplot laju

kerusakan. Data-data yang memiliki distribusi

normal, persamaan (6) dapat digunakan

dengan menghitung terlebih dahulu nilai pdf

dan keandalan pada waktu tertentu. Sedangkan

data-data yang berdistribusi eksponensial satu

atau dua parameter, persamaan (9) dapat

digunakan untuk mengeplot laju kerusakan.

Gambar 4 menunjukkan perbandingan

laju kerusakan dari masing-masing sistem

penggerak motor diesel pada setiap kapal

untuk ketujuh failure mode yang diplotkan

kedalam satu bidang kurva. Berdasarkan kurva

tersebut dapat terlihat bahwa untuk jam operasi

yang diuji, failure mode-failure mode dari

masing-masing sistem penggerak motor diesel

untuk setiap kapal memiliki frekuensi kejadian

yang berbeda-beda.

Tabel 10 menunjukkan frekuensi

kejadian masing-masing failure mode untuk

setiap kapal. Berdasarkan Tabel 10, failure

mode yang sering terjadi (frequent) terdapat

sebanyak tiga kali, yakni failure mode pertama

pada kapal Tjiptadi dan failure mode ketujuh

pada kapal Imam Bonjol dan Sutanto.

Sedangkan failure mode yang umum terjadi

(occasional) terdapat sebanyak tiga belas kali,

yakni failure mode pertama pada kapal Cut

Nyak Dhien, Sutedi Sena Putra, Sutanto,

Kapitan Pattimura; failure mode kedua pada

kapal Silas Papare, Memet Sastrawiria,

Tjiptadi; failure mode ketiga pada kapal

Tjiptadi; failure mode keempat pada kapal

Sutedi Sena Putra dan Memet Sastrawiria;

failure mode kelima pada kapal Silas Papare

dan Memet Sastrawiria; dan failure mode

keenam pada kapal Silas Papare. Failure mode

yang sangat mungkin terjadi terdapat hampir

pada semua kapal kecuali yang telah

disebutkan diatas. Penentuan peringkat resiko

dari masing-masing failure mode pada setiap

kapal mengacu kepada Tabel 6. Hasil-hasil

dari risk matriks untuk masing-masing failure

mode pada setiap kapal ditunjukkan pada

Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 dapat

diketahui bahwa tingkat resiko dari

keseluruhan failure mode yang dianalisa

berada pada tingkat resiko yang tinggi. Hal ini

disebabkan oleh pemilihan failure mode yang

dianalisis berdasarkan kategori catastrophic

yakni menyebabkan kematian atau sistem

shutdown serta laju kerusakan yang sering,

sangat mungkin, dan umum terjadi pada kapal-

kapal tersebut. Faktor usia sistem penggerak

motor diesel baik dari sisi kapal maupun motor

diesel dan sistem pendukung motor diesel yang

digunakan sangat berpengaruh terhadap

tingginya tingkat resiko pada sistem penggerak

motor diesel pada kapal-kapal yang telah

dianalisa. Faktor-faktor tersebut menunjukkan

bahwa sistem penggerak motor diesel pada

setiap kapal perang jenis parchim yang telah

dianalisa memiliki karakteristik-karateristik

periode wear out baik itu baru mulai

memasuki periode wear out maupun telah

berada pada periode wear out. Faktor-faktor

tersebut juga dapat menunjukkan bahwa

sebagian komponen ataupun peralatan telah

memasuki masa akhir pemakaian sehingga

program perawatan yang dilakukan terhadap

sistem penggerak motor diesel tersebut harus

dievaluasi keefektifannya.

Tabel 4. Severity of Consequences

Tabel 5. Severity of frequency

Severity of Consequence

Kategori Definisi

Catastrophic (I) Menyebabkan kematian personel atau sistem shutdown

Critical (II) Cedera parah/cacat atau sistem tidak dapat berfungsi sesuai dengan yang ditentukan

Marginal (III) Cedera ringan atau sistem mengalami penurunan fungsi kinerja

Negligible (IV) Cedera sangat ringan atau sistem dapat berfungsi dengan resiko kecil

Severity of Frequency

Frekuensi kejadian Definisi

Kualitatif Kuantitatif

Frequent Sering terjadi ≥ 1 x 10-3

Probable Sangat mungkin terjadi ≥ 1 x 10-4

Occasional Umum terjadi ≥ 1 x 10-5

Remote Jarang terjadi ≥ 1 x 10-6

Improbable Tidak mungkin terjadi < 1 x 10-6

Page 7: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

7

Tabel 6. Risk Matrix Tabel 7. Rating of Risk

Tabel 9. Nilai dari parameter-parameter distribusi

IMAM BOJOL

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Eksponensial (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 0.4598 β 1.4487 β 0.8747 β 1.0937 λ 0.0002 β 0.3212 β 0.8021

η 3368.2316 η 5277.9993 η 4324.6651 η 4409.3624 γ 1516.2761 η 1976.6093 η 4781.6094

γ 13.87 γ -1111.7899 γ 82.4075 γ 677.7 γ 902.3325 γ 193.9225

CUT YAK DHIE

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 0.4598 β 0.5436 β 0.4668 β 0.7101 β 1.7656 β 0.8805 β 12.5368

η 3368.2316 η 2425.2537 η 3136.24 η 4452.0339 η 6120.1559 η 5297.3527 η 6170.9061

γ 13.87 γ 28.0125 γ 55.87 γ 1256.34 γ -362.8999 γ 180.5 γ -3833.7299

TEUKU UMAR

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (2 parameter) Eksponensial (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 0.7176 λ 0.0003 β 0.6919 β 1.016 β 3.9406 β 0.6678 β 1.3196

η 8756.8468 γ -30.2273 η 3521.8663 η 7152.5209 η 14670.2012 η 5841.4286 η 9645.4004

γ -24.6649 γ 452.37 γ -7041.4074 γ γ -352.9474

SUTEDI SEA PUTRA

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Normal Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 0.5478 β 0.8507 β 4.2763 σ 3278.3217 β 1.4116 β 0.7214 β 1.2786

η 6495.4505 η 5134.3289 η 23981.6692 µ 6269.6667 η 5128.624 η 2736.8759 η 6449.9551

γ 105.17 γ -212.0599 γ -15024.8999 γ 1384.725 γ 1290.81 γ -399.4424

SUTATO

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 0.4807 β 0.7412 β 1.9801 β 0.8921 β 1.4899 β 0.9044 β 1.5343

η 4416.4708 η 4006.8626 η 9179.0658 η 4447.3893 η 4055.8563 η 2369.2118 η 2277.9629

γ 241.385 γ 137.925 γ 3525.1875 γ 133.2 1290.81 γ 6918.825

SULTA THAHA SYAIFUDDI

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (2 parameter)

Parameter

β 5.0432 β 0.7336 β 0.582 β 1.5543 β 0.9646 β 1.0229 β 1.1243

η 11061.6758 η 4780.373 η 1781.535 η 7938.0185 η 5136.2382 η 7140.7277 η 5235.3229

γ 136.63 γ 569.8275 γ 578.5625 γ -1240.0024 γ 1815.35

SILAS PAPARE

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (2 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Normal Normal Weibull (3 parameter)

Parameter β 0.48 β 0.5352 β 0.7214 β 1.0234 σ 5258.7333 σ 4827.596 β 0.6655

Risk Matrix

Frekuensi Frequent

≥ 1 x 10-3

≥ 1 per 1000 jam

Probable

≥ 1 x 10-4

≥ 1 per 10000 jam

Occasional

≥ 1 x 10-5

≥ 1 per 100000 jam

Remote

≥ 1 x 10-6

≥ 1 per 1000000 jam

Improbable

< 1 x 10-6

< 1 per 1000000 jam Konsekuensi

Catastrophic (I) 1 2 4 8 12

Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Dapat diterima

Critical (II) 3 5 6 10 15

Tinggi Tinggi Sedang Dapat diterima Dapat diterima

Marginal (III) 7 9 11 14 17

Sedang Sedang Dapat diterima Dapat diterima Dapat diterima

egligible (IV) 13 16 18 19 20

Dapat diterima Dapat diterima Dapat diterima Dapat diterima Dapat diterima

Rating of Risk

Rating Definisi

Tinggi (high) Memerlukan perbaikan untuk mengeliminasi bahaya atau pemeriksaan

Sedang (medium) Memerlukan tinjauan ulang terhadap dapat diterimanya resiko

Dapat diterima (accept) Resiko yang dapat diterima ditinjau sebagai rancangan yang sudah matang

Page 8: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

8

η 1735.0455 η 3762.077 η 4551.4328 η 5846.6633 µ 8014.2143 µ 7417.5556 η 3750.2062

γ -15.5749 γ -240.1399 γ 1920.1

MEMET SASTRAWIRIA

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Normal Normal Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 1.6204 β 0.5554 β 1.6183 σ 4149.4883 σ 5784.7117 β 0.6333 β 0.8471

η 7318.9053 η 3893.4632 η 6817.4408 µ 7510.0001 µ 6388.8333 η 4370.2994 η 799.3514

γ 48.275 γ -1300.7824 γ 17.0125 γ 501.9475

KAPITA PATTIMURA

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 0.4797 β 1.0193 β 0.6427 β 0.7095 β 2.1176 β 1.5509 β 0.8297

η 3343.0752 η 7419.4467 η 4258.7722 η 5825.9039 η 6867.8496 η 7286.8056 η 4732.7583

γ 443.3375 γ 26.6 γ 15.3625 γ -4.1624 γ 1124.08 γ 26.4925

HASA BASRI

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Eksponensial (1parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 5.0432 β 0.6263 β 0.5773 β 1.1635 β 1.2138 λ 0.0002 β 0.6469

η 11061.6758 η 2838.7934 η 4135.8119 η 7390.4529 η 5510.8811 η 4011.3176

γ 136.63 γ 482.5925 γ -9.6824 γ -133.6224 γ 762.44

PATI UUS

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Eksponensial (1parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 1.692 β 0.7054 λ 0.0003 β 0.6311 β 0.7131 β 1.1473 β 1.231

η 14678.7233 η 4936.5449 η 4396.6563 η 6762.1958 η 5091.6029 η 8097.275

γ -4174.8999 γ 22.6675 γ 17.425 γ -15.2999 γ 1524.5125 γ -351.7299

UTUG SURAPATI

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 1.3457 β 1.0266 β 1.0796 β 0.7113 β 0.6463 β 0.9699 β 0.681

η 11588.8102 η 4132.8502 η 5987.9974 η 3120.3772 η 7411.0133 η 7922.1922 η 3993.0998

γ 540.13 γ -25.8349 γ 172.52

LAMBUG MAGKURAT

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Eksponensial (2parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

λ 9.92873E-05 β 0.952 β 0.6521 β 0.8267 β 0.6227 β 0.8105 β 1.2066

γ 644.3874 η 5645.7471 η 4147.2751 η 3350.459 η 5905.3555 η 4771.8998 η 2761.65

γ 13.7125 γ 100.29 γ -19.3024 γ -62.2024 γ 907.6

UKU

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Normal Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 1.466 σ 4278.0714 β 1.6885 β 1.2695 β 0.5728 β 0.7189 β 1.5358

η 10477.6071 µ 4096.4926 η 9038.7 η 5440.484 η 3748.3986 η 4257.6839 η 7004.87

γ -2646.7749 γ -1700.7999 γ -16.1199 γ 408.255 γ 0.925 γ 1417.85

TJIPTADI

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (3 parameter) Normal Normal Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 3.0044 σ 5579.4286 σ 6174.4 β 1.0508 β 0.9773 β 0.7614 β 0.5623

η 7726.6481 µ 3763.5082 µ 4891.4814 η 4259.6012 η 7442.0321 η 5674.2808 η 3001.7692

γ 82.795 γ 641.4 γ 726.1 γ 418.9975 γ -1.3299

WIRATO

Failure Mode Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

Jenis Distribusi Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (2 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter) Weibull (3 parameter)

Parameter

β 1.5295 β 1.0008 β 0.9745 β 0.9574 β 0.761 β 0.6692 β 0.9187

η 6200.0028 η 4703.8364 η 6390.2658 η 5640.8201 η 5296.9266 η 3076.8879 η 4813.6868

γ 593 γ 535.44 γ 50.9725 γ 2076.7525 γ 2036.485

Page 9: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

9

Gambar 4. Perbandingan masing-masing failure mode pada semua kapal

OH-FR (FM 1)

0

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

0.0005

0.0006

0.0007

0.0008

0.0009

0.001

0.0011

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)

FR

FM 1 IMBON FM 1 CND FM 1 TeU FM 1 SSP

FM 1 Sut FM 1 STS FM 1 SP FM 1 MS

FM 1 KP FM 1 HB FM 1 PU FM 1 US

FM 1 LM FM 1 NUKU FM 1 Tjip FM 1 Wir

OH - FR (FM 2)

0

0.000075

0.00015

0.000225

0.0003

0.000375

0.00045

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)

FR

FM 2 IMBON FM 2 CND FM 2 TUFM 2 SSP FM 2 Sut FM 2 STSFM 2 SP FM 2 MS FM 2 KPFM 2 HB FM 2 PU FM 2 USFM 2 LM FM 2 NUKU FM 2 TjipFM 2 Wir

OH - FR (FM 4)

0

0.00005

0.0001

0.00015

0.0002

0.00025

0.0003

0.00035

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)FR

FM 4 IMBON FM 4 CND FM 4 TU FM 4 SSP

FM 4 Sut FM 4 STS FM 4 SP FM 4 MS

FM 4 KP FM 4 HB FM 4 PU FM 4 US

FM 4 LM FM 4 NUKU FM 4 Tjip FM 4 Wir

OH - FR (FM 3)

0

0.000075

0.00015

0.000225

0.0003

0.000375

0.00045

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)

FR

FM 3 IMBON FM 3 CND FM 3 TUFM 3 SSP FM 3 Sut FM 3 STS FM 3 SP FM 3 MS FM 3 KPFM 3 HB FM 3 PU FM 3 USFM 3 LM FM 3 NUKU FM 3 TjipFM 3 Wir

Page 10: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

10

OH - FR (FM 5)

0

0.00015

0.0003

0.00045

0.0006

0.00075

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)

FR

FM 5 IMBON FM 5 CND FM 5 TUFM 5 SSP FM 5 Sut FM 5 STSFM 5 SP FM 5 MS FM 5 KPFM 5 HB FM 5 PU FM 5 USFM 5 LM FM 5 NUKU FM 5 TjipFM 5 Wir

OH - FR (FM 6)

0

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

0.0005

3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)

FR

FM 6 IMBON FM 6 CND FM 6 TUFM 6 SSP FM 6 Sut FM 6 STSFM 6 SP FM 6 MS FM 6 KPFM 6 HB FM 6 PU FM 6 USFM 6 LM FM 6 NUKU FM 6 TjipFM 6 Wir

OH - FR (FM 7)

0

0.0015

0.003

0.0045

0.006

0.0075

0.009

2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000 13000 14000

OH (jam)

FR

FM 7 IMBON FM 7 CNDFM 7 TU FM 7 SSPFM 7 Sut FM 7 STSFM 7 SP FM 7 MSFM 7 KP FM 7 HBFM 7 PU FM 7 USFM 7 LM FM 7 NUKUFM 7 Tjip FM 7 Wir

Page 11: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

11

Tabel 10. Frekuensi kejadian masing-masing failure mode untuk setiap kapal

NO Nama Kapal Failure Mode 1 Failure Mode 2 Failure Mode 3 Failure Mode 4 Failure Mode 5 Failure Mode 6 Failure Mode 7

1 IMAM BONJOL Probable Probable Probable Probable Probable Probable Frequent

2 CUT NYAK DHIEN Occasional Probable Probable Probable Probable Probable Probable

3 TEUKU UMAR Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

4 SUTEDI SENA PUTRA Occasional Probable Probable Occasional Probable Probable Probable

5 SUTANTO Occasional Probable Probable Probable Probable Probable Frequent

6 SULTAN THAHA SYAIFUDDIN Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

7 SILAS PAPARE Probable Occasional Probable Probable Occasional Occasional Probable

8 MEMET SASTRAWIRIA Probable Occasional Probable Occasional Occasional Probable Probable

9 KAPITAN PATTIMURA Occasional Probable Probable Probable Probable Probable Probable

10 HASAN BASRI Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

11 PATI UNUS Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

12 UNTUNG SURAPATI Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

13 LAMBUNG MANGKURAT Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

14 NUKU Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

15 TJIPTADI Frequent Occasional Occasional Probable Probable Probable Probable

16 WIRATNO Probable Probable Probable Probable Probable Probable Probable

Page 12: STUDI PE ERAPA KO SEP MA AJEME PEMELIHARAA …personal.its.ac.id/files/pub/518-ketutbuda-Yanif IPTEK.pdfwear-out dari kurva bathtub. ... untuk jenis kapal patroli (FPB) namun kemampuan

12

5. KESIMPULA

Paper ini telah membahas analisis

laju kerusakan berdasarkan failure

mode dari enam belas unit sistem

penggerak motor diesel yang terpisah

untuk menggerakkan kapal perang

jenis parchim.

Berdasarkan analisis yang telah

dilakukan terhadap failure mode paling

kritis dari masing-masing kapal perang

jenis parchim tersebut, dapat diketahui

bahwa sistem penggerak motor diesel

pada kapal-kapal tersebut memiliki

karakteristik-karakteristik wear-out

dengan tingkat resiko yang tinggi.

Sebelum dilakukan pengambilan

keputusan untuk mengganti

komponen-komponen ataupun

peralatan-peralatan dari sistem

penggerak motor diesel tersebut,

analisis lebih lanjut terhadap sistem

penggerak motor diesel tersebut

berkaitan dengan metode perawatan

yang digunakan, interval perawatan,

jumlah perawatan yang dilakukan, dsb.

sangat disarankan untuk menghasilkan

analisis RCM yang acceptable dan

sustainable.

DAFTAR PUSTAKA

Conachey, Robert M., Montgomery,

Randal L. (2003), “Application

of Reliability-centered

Maintenace Tecniques to The

Marine Industry”, SNAME,

Texas.

NAVAIR 00-25-403 (2001),

“Guidelines for the Naval

Aviation Reliability-Centered

Maintenance Process”, Direction

of Commander, Naval Air

Systems Command.

Masroeri, A.A., Priyanta, D. and Artana,

K.B. (2000), “Failure Rate

Analysis of 1000 hp Main

Engines Installed on Small

General Cargo Ships : a Proof of

Wear-Out Period of Installed

Main Engines”, Proceedings of

Sixth International Syposium on

Marine Engineering (ISME),

Vol.2.

Moubray, John (1997), “Reliability-

centered Maintenance”,

Industrial Press Inc. New York.

Walpole, R.E. (1993), “Pengantar

Statistika” PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Mabes TNI AL., “Blue Print TNI AL

2013”, 2004.

Dismatal, Satharmatim., ” Sistim

Pemeliharaan Terencana ( Planned

Maintenance System)”.

Mabesal., “Rancangan Postur TNI

AL tahun 2005-2024”. Agustus 2005. Artana, Ketut Budha (2003),

“ Penjadwalan dan Penentuan Lokasi

Perawatan Optimum Sistem

Permesinan di Kapal “, Jornal

Teknologi Kelautan, Vol. 7

Mabes TNI AL., “Data Teknis Kelas

Parchim “, 2004.