STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan...

48
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH: SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS NIM. P.09100 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Transcript of STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan...

Page 1: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA

DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DI SUSUN OLEH:

SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS

NIM. P.09100

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012�

Page 2: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

i��

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY.S DENGAN EFUSI PLEURA

DI RUANG ANGGREK1 RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS

NIM.P.09100

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 3: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

ii��

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septia Putri Wahyuningtyas

NIM : P. 09100

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah :

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012

Yang Membuat Pernyataan

SEPTIA PUTRI W.

NIM. P. 09100

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY.S

DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG

ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Page 4: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

iii��

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Septia Putri Wahyuningtyas

NIM : P. 09100

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul :

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : ………………..

Hari/Tanggal : ………………..

Pembimbing : Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns (…....………………….........)

NIK. 201187065

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI

RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Page 5: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

iv��

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Septia Putri Wahyuningtyas

NIM : P.09100

Progran Studi : DIII Keperawatan

Judul :

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi

DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : 10 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( )

NIK : 201187065

Penguji II : Oktavianus, S.Kep.,Ns ( )

NIK : 201086056

Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( )

NIK : 201186076

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep., Ns

NIK. 201084050

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI

RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Page 6: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

v��

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Ny. S DENGAN EFUSI PLEURA DI

RUANG ANGGREK I RUMAH SAKIT RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA ”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

2. Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. ErlinaWindyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan, sekaligus dosen pembimbing dan penguji I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

kesempurnaannya studi kasus ini.

4. Oktavianus, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran,

kritik, masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

vi��

5. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang telah memberikan

saran, kritik, masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta, staf, maupun karyawan yang telah memberikan bimbingan,

motivasi dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Pihak Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta beserta staf keperawatan,

khususnya di ruang Anggrek 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan

bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.

8. Kedua orang tuaku, Bp. Sidiarto dan Ibu Hari Puji Hastuti yang selalu

memberi dukungan, inspirasi, dan doa untuk menyelesaikan pendidikan.

9. dr. Firma Nur R. dan Tegar Awan S. yang telah memberikan informasi

mengenai materi, peminjaman buku serta selalu memberikan motivasi,

semangat, dan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

10. Sahabat-sahabatku (Geng Bodrex) yang telah memberikan motivasi dan

selalu berjuang bersama, satu tujuan untuk meraih sukses bersama.

11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan, Amin.

Surakarta, April 2012

Penulis

Page 8: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

vii��

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………….......

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ……………………….

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………

KATA PENGANTAR …………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………...

B. Tujuan Penulisan ……………………………...

C. Manfaat Penulisan …………………………….

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ………………………………...

B. Pengkajian …………………………………….

C. Perumusan Masalah Keperawatan ……………

D. Perencanaan Keperawatan ……………………

E. Implementasi Keperawatan …………………..

F. Evaluasi Keperawatan ………………………..

Halaman

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

x

1

3

4

7

8

12

13

14

16

Page 9: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

viii��

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan …………………………………………..

B. Simpulan dan Saran ...……………………………….

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

18

30

Page 10: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

ix��

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Genogram Ny. S ..................................... 9

Page 11: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

x��

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian

Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

Page 12: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

xi�

LAMPIRAN

��

Page 13: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.
Page 14: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

1��

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi penyakit saluran pernafasan di Indonesia adalah sebesar

923 per 100.000 populasi, yang terdiri dari 537 Penyakit Paru Obstruksi

Kronis dan 188 Asma (WHO, 2009). Pola 10 penyakit terbanyak pada

pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2010 menurut Daftar

Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa nampak tingkat kematian

tertinggi pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit

adalah pneumonia sebesar 7,6%. Pada pasien rawat jalan, gambaran 10

penyakit terbanyak menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Infeksi

saluran napas bagian atas akut lainnya memiliki jumlah kasus terbanyak

sebesar 291.356 kasus (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan catatan medik Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang

jumlah prevalensi penderita efusi pleura semakin bertambah setiap

tahunnya yaitu terdapat 133 penderita pada tahun 2001. Dalam penelitian

ini didapatkan 18 penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita

perempuan 12 orang (66,7%) dan penderita laki- laki 6 orang (33,3%).

Sebagian besar penderita yaitu 13 orang (72,2%) berasal dari luar kota

Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang. Sebanyak 10 orang

(55,6%) penderita efusi pleura memerlukan perawatan antara 1-10 hari.

1

Page 15: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

2��

Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena

neoplasma yaitu didapatkan 5 penderita (27,8%). Penderita perempuan

lebih banyak dari penderita laki-laki (Medikal Record, 2002).

Efusi pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada

keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak

10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan

viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan

kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit- penyakit yang dapat

menimbulkan efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi paru

nontuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada

daerah dada, infark pare, serta gagal jantung kongestif. Normalnya, dalam

rongga pleura terdapat sedikit cairan yang berguna untuk melumasi pleura

(visceral dan parietal) sehingga dapat bergerak. Pada gangguan tertentu,

cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana

penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis, dan hampir selalu

merupakan signifikan patologi. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan

sesak napas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen,

sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang terpenuhi. Hal tersebut

dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak seimbang. Oleh

karena itu, diperlukan untuk pemberian terapi oksigen (Smeltzer, 2001).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan

manusia dan merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem

Page 16: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

3��

(kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berawarna dan tidak

berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai

hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi,

penambahan karbon dioksida (CO2) yang melebihi batas normal pada

tubuh akan memberikan dapak yang cukup bermakna terhadap aktivitas

sel. Kapasitas (daya mulut) udara dalam paru- paru adalah 4.500-5.000 ml

(4,5-51). Udara yang diproses dalam paru- paru hanya sekitar 10% (±500

ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada

pernapasan biasa. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang

bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu berbagai

upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini

terpenuhi dengan baik. Setiap perawat harus paham dengan manifestasi

tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi

berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut

(Mubarak, 2007).

Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien

dengan berbagai tipe gangguan pernapasan. Pilihan modalitas ini

didasarkan pada gangguan oksigenasi jika terdapat masalah dengan

ventilasi gas, difusi gas, atau keduanya. Terapi oksigen adalah pemberian

oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditentukan dalam

atmosfir lingkungan. Pada ketinggian laut, konsentrasi oksigen dalam

udara ruangan adalah 21%. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk

memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil

Page 17: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

4��

menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stres pada miokardium.

Transpor oksigen ke jaringan tergantung pada faktor- faktor seperti curah

jantung, kandungan oksigen arteri, konsentrasi hemoglobin yang adekuat,

dan kebutuhan metabolik. Semua faktor ini perlu diaplikasikan ketika

mempertimbangkan terapi oksigen (Bruner& Suddarth, 2001).

Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 3 April 2012 di Ruang

Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi diperoleh data bahwa pasien dengan efusi

pleura 10 orang dari 48 pasien. Kasus ini menyebabkan kebutuhan oksigen

dalam tubuh pada pasien dengan efusi pleura kurang terpenuhi. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah tentang

asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S

dengan efusi pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi

pada Ny. S dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S pemenuhan

kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S

pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.

Page 18: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

5��

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S

pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S pemenuhan

kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S pemenuhan

kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S

pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Memperoleh dan memperluas wawasan untuk mengaplikasikan

asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada

pasien dengan efusi pleura, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan

wawasan oleh penulis.

2. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi tentang asuhan keperawatan dengan

pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura,

sehingga dapat digunakan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan

kasus dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi

pleura bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan

masalah khususnya dalam bidang/ profesi keperawatan.

Page 19: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

6��

4. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususunya

pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura.

Page 20: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

7��

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 07.30 WIB,

kasus ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnese, pengamatan,

observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan

catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien,

bahwa klien bernama Ny. S, umur 60 tahun, agama Islam, alamat

Karangasem RT 5/3 Wirosari, Grobogan, pendidikan SD, pekerjaan

petani, nomor register 01120287, dirawat di Ruang Anggrek 1 kamar 1H

RSUD Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 29 Maret 2012 klien menjalani

perawatan dengan diagnosa oleh dokter Efusi Pleura. Yang bertanggung

jawab kepada klien adalah Ny. H, umur 30 tahun, pendidikan SD,

pekerjaan wiraswasta, yang beralamat di Karangasem RT 5/3 Wirosari,

Grobogan dan hubungan dengan klien adalah anak.

B. Pengkajian

Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan

utama yang dirasakan oleh klien adalah sesak nafas. Riwayat penyakit

sekarang Ny. S batuk sejak 3 bulan dengan dahak putih dan susah keluar,

2 minggu sebelumnya dahak kekuningan dan terkadang disertai bercak

darah. Klien mengeluh sesak nafas dan pada saat masuk rumah sakit

7

Page 21: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

8��

Ny. S (60 th)

pernah mengalami gagal nafas. Ny. S sebelum dirawat inap di RSUD Dr.

Moewardi pernah dirawat di RS Panti Rahayu Purwodadi selama 5 hari

tetapi menurut keluarga klien, kondisi klien tidak membaik, kemudian

dirujuk ke RSUD Purwodadi selama 4 hari dan menurut hasil pemeriksaan

klien dinyatakan sakit maag. Setelah dilakukan perawatan dan

pemeriksaan akhirnya klien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi guna

pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RS Dr.

Moewardi Surakarta klien telah menjalani berbagai macam pemeriksaan

dan penanganan secara komprehensif. Saat pengkajian kondisi klien

tampak lemas dengan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 150/90

mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu badan

37,8º C.

Pengkajian riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum

pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, klien tidak

mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi

lingkungan/cuaca. Klien memiliki riwayat hipertensi stage 1, dan klien

tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes militus, Asma.

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga

Gambar 2.1

Genogram Ny. S

Page 22: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

9��

Keterangan : : laki – laki

: perempuan

: pasien

: meninggal

: tinggal 1 rumah

Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, klien saat ini

tingggal dan dirawat oleh anaknya di daerah Karangasem RT 5/3 Wirosari,

Grobogan, daerahnya termasuk dalam lingkungan pedesaan yang jauh dari

tempat pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah

industri, maupun saluran pembuangan. Klien mengatakan lingkungan

sekitarnya bersih dan selalu dilakukan kerja bakti, dan dalam

lingkungannya tidak banyak terdapat vektor (lalat/nyamuk).

Pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon pada Ny. S untuk

pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien dapat melakukan aktivitas

secara mandiri seperti makan/ minum, toileting, berpakaian, mobilitas di

tempat tidur, berpindah, dan ambulasi/ ROM. Tetapi selama sakit klien

merasa sesak nafas dan dada terasa ampeg pada saat beraktivitas dan

memerlukan tambahan oksigen, aktivitas klien dengan cara dibantu oleh

orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, klien mengatakan mengalami

gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang nyenyak dan jam tidur yang

kurang karena terganggu akibat sesak nafas yang dideritanya, yang

Page 23: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

10��

sebelumnya sewaktu sehat klien mampu mengoptimalkan waktu tidur dan

kualitas tidur yang baik.

Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak lemah,

kesadaran composmentis, dan jumlah skor glasgow coma scale (GCS)

untuk respon motorik 6, respon verbal 5, respon eyes 4. Pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110

kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu 37,6º C. Pemeriksaan

dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris (pergerakan dada

yang tertinggal pada sisi yang sakit), vokal fremitus pada paru kanan dan

kiri tidak sama. Terkesan pada paru kanan lebih redup karena terdapat

cairan dan massa tumor. Saat dilakukan perkusi pada lapang paru kiri

sonor, dan pada lapang paru kanan adalah redup (terasa kurang bergetar).

Ada suara tambahan pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti

suara amplas pada kayu).

Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien adalah radiologi,

pemeriksaan darah rutin, kimia klinik, dan elektrocardiograf (EKG). Data

penunjang dari pemeriksaan radiologi tanggal 30 Maret 2012, yaitu

pemeriksaan multi Slice CT- Scan pada toraks didapatkan hasil

pemeriksaan yang menyatakan kesan massa pulmo dekstralobus inferior

segmen apical dengan pembesaran kelenjar getah bening stasiun 10R,

efusi pleura bilateral, multiple nodul metastase pada pulmo bilateral,

asites.

Page 24: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

11��

Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratorium

didapatkan pada tanggal 29 Maret 2012, yaitu hemoglobin 11,6 g/dl

(normal : 12,0-15,6), hematokrit 35% (normal : 35-45), leukosit 10,3

ribu/uL (normal : 4,5-11,0), trombosit 264 ribu/uL (normal : 350-450),

eritrosit 4,20 juta/uL (normal : 4,10-5,10), SGOT 33 U/L (normal : 0-35),

SGPT 16 U/L (normal : 0-4), bilirubin total 0,29 mg/dl (normal : 0,00-

1,00), protein total 7,3 g/dl (normal : 6,2-8,1), albumin 7,3 g/dl (normal :

3,2-4,6) kreatinin 10,5 mg/dl (normal : 0,6-1,1), ureum 38 mg/dl (normal

kurang dari 50), natrium 130 mmol/L (normal : 132-146), kalium 3,0

mmol/L (normal : 3,3-5,1), klorida 98 mmol/L (normal : 98-106). Pada

pemeriksaan kimia klinik didapatkan pada tanggal 31 Maret 2012, yaitu

pH 7,450 (normal : 7,310-7.426), be -3,3 mmol/L (normal : -2 - +3), PCO2

30,0 mmHg (normal : 27,0-41,0), PO2 80,0 mmHg (normal : 60,0-100),

total CO2 21,0 mmol/L (normal : 19,0-24,0), O2 saturasi 95,0% (normal :

94,0-98,0), HCO3 20,1 mmol/L (normal : 21,0-28,0). Interpretasi hasil

elektrocardiograf (EKG) adalah sinus takikardi.

C. Analisa Data

Analisa data yang didapat pada Ny. S, umur 60 tahun, nomor

register 01120287, diagnosa medis Efusi pleura yaitu pada tanggal 3 April

2012, ditandai dengan data subyektif klien mengatakan sesak nafas, dada

terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas

dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Data

obyektif, pada pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak

Page 25: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

12��

simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), palpasi

vokal fremitus redup (kurang bergetar), auskultasi suara napas pleural

friction-rub (suara terdengar kering), pernapasan 30 kali per menit hasil

radiologi efusi pleura bilateral. Ditemukan diagnosa keperawatan pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.

D. Intervensi

Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil

menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam

rentang normal dan paru jelas/bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/

perilaku meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-

24), suara nafas tambahan tidak ada.

Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai

tujuan tindakan keperawatan adalah kaji keluhan utama untuk

mengobservasi keadaan klien, monitor tanda-tanda vital dan keadaan

umum untuk indikator keadekuatan volume sirkulasi, observasi status

pernapasan dan kedalaman pernapasan untuk mengetahui peningkatan dan

kedalaman kerja napas, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi

nafas tambahan untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas/ kegagalan

pernapasan, berikan oksigenasi yang adekuat untuk memaksimalkan

bernapas dan menurunkan kerja napas, beri posisi semi fowler untuk

memudahkan ekspansi paru, modifikasi lingkungan yang nyaman untuk

Page 26: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

13��

memberikan kenyamanan pada klien, anjurkan kepada klien untuk

bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan, kolaborasi dengan

dokter memberikan terapi sesuai program untuk mengurangi tanda-gejala

yang muncul.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012

jam 08.00, yaitu mengkaji keluhan utama dengan respon subyektif klien

mengatakan sesak nafas, respon obyektif nafas klien dalam dan tidak

teratur. Jam 08.15, yaitu memberikan oksigenasi yang adekuat dengan

respon subjektif klien mengatakan seseg agak berkurang, respon obyektif

klien tampak nyaman dengan pemberian oksigenasi 3 liter per menit. Jam

10.30, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan

dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas, respon

obyektif nafas klien tampak terengah-engah dan pernapasan 30 kali per

menit. Jam 11.10, yaitu memonitor tanda-tanda vital dengan respon

subyek klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien tampak lemas,

tekanan darah 120/100 mmHg, pernapasan 30 kali per menit, nadi 84 kali

per menit, suhu 35,2o C.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012

jam 08.00, yaitu mengobservasi keadaan klien dengan respon subyektif

klien mengatakan masih seseg, respon obyektif klien tampak lemas dan

pucat. Jam 08.15, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman

pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas,

Page 27: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

14��

respon obyektif nafas klien tampak terengah-engah, pernapasan 24 kali per

menit. Jam 08.30, yaitu berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi

sesuai program dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia,

respon obyektif mengganti infus ringer laktat (RL) dengan aminovel dan

nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent. Pada jam 09.10, yaitu

memberikan posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru respon

subyektif klien mengatakan sedikit nyaman, respon obyektif klien tampak

lemas. Pada jam 09.15, yaitu memodifikasi lingkungan dengan respon

subyektif klien mengatakan tidak dapat beristirahat, respon obyektif

meminta keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang panas dan pengap

dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin.

Jam 11.30, yaitu menganjurkan kepada klien untuk bernafas secara

efektif (tidak cepat dan dangkal) dengan respon subyektif klien bersedia,

respon obyektif klien kooperatif. Jam 12.05, yaitu memonitor tanda-tanda

vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif

klien tampak lemas, tekanan darah 150/100 mmHg, pernapasan 20 kali per

menit, nadi 80 kali per menit, suhu 35o C. Jam 12.25, yaitu mengauskultasi

bunyi napas dan mencatat adanya bunyi napas tambahan dengan respon

subyektif klien bersedia, respon obyektif klien terdengar suara tambahan

pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada

kayu).

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012

jam 08.00, yaitu mengobservasi keadaan pasien dengan respon subyektif

Page 28: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

15��

klien mengatakan masih seseg, respon obyektif klien tampak lemas. Jam

08.30, yaitu berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai

program dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon

obyektif klien memberi infus aminovel dan nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg

atrofent. Jam 09.15, yaitu mengobservasi status pernapasan dan

kedalaman pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih

sesak nafas, respon obyektif pernapasan 24 kali per menit. Jam 09.30,

yaitu memberikan oksigenasi yang adekuat dengan respon subyektif klien

mengatakan seseg agak berkurang, respon obyektif klien tampak nyaman

dengan pemberian oksigenasi 3 liter per menit.

Jam 11.45, yaitu memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum

dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien

tampak lemas, tekanan darah 110/90 mmHg, pernapasan 24 kali per menit,

nadi 96 kali per menit, suhu 36o C. Jam 12.10, yaitu mengauskultasi bunyi

nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan dengan respon subyektif

klien bersedia, respon obyektif terdengar suara tambahan pleural friction-

rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Jam 12.30,

yaitu modifikasi lingkungan yang nyaman dengan respon subyektif klien

mengatakan tidak dapat beristirahat, respon obyektif meminta keluarga

untuk memodifikasi lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan

menghidupkan kipas angin dan tenang. Keluarga klien meminta pulang

atas permintaan sendiri karena ada suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan.

Page 29: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

16��

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

pada tanggal 3 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode

SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan sesak nafas,

obyektif klien tampak lemah dan pucat, nafas dalam dan tidak teratur,

pernapasan 30 kali per menit. Hasil analisa, masalah pola nafas tidak

efektif belum teratasi karena kriteria hasil yang ditentukan dalam tujuan

sama sekali belum tercapai. Rencana selanjutnya, kaji keluhan utama,

observasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan, berikan oksigenasi

yang adekuat, monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan,

suhu) dan keadaan umum.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

pada tanggal 4 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode

SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan sesak nafas

dan tidak dapat beristirahat, data obyektif klien tampak lemah dan pucat,

nafas dalam dan tidak teratur, pernapasan 20 kali per menit. Hasil analisa

masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi karena masih ada beberapa

kriteria hasil yang belum tercapai. Rencana selanjutnya, observasi status

pernapasan dan kedalaman pernapasan, beri posisi semi fowler untuk

memudahkan ekspansi paru, anjurkan kepada klien untuk bernafas secara

efektif, monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan

dokter memberikan terapi sesuai program, auskultasi bunyi nafas dan catat

adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.

Page 30: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

17��

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan

pada tanggal 5 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode

SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan masih seseg,

data obyektif klien tampak lemah dan berbaring di tempat tidur,

pernapasan 24 kali per menit. Hasil analisa masalah pola nafas tidak

efektif belum teratasi karena masih ada beberapa kriteria hasil yang belum

tercapai. Rencana selanjutnya, observasi keadaan klien, observasi status

pernapasan dan kedalaman pernapasan, monitor tanda-tanda vital dan

keadaan umum, kolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai

program, berikan oksigenasi yang adekuat, auskultasi bunyi nafas dan

catat adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.

Page 31: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

18��

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada

Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang

Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini

dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri

dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Efusi pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak

diantara permukaan viseral dan parietal, adalah proses penyakit primer

yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil

cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan

permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Brunner and Suddart,

2002).

1. Pengkajian

Pengkajian pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Pengkajian dilakukan dengan metode auto dan allo

anamnese, dimulai dari biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola

18

Page 32: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

19��

kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan

penunjang.

Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian

keluhan utama adalah sesak nafas dalam (hiperventilasi). Dispnea

(kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah

gejala umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung, terutama jika

terdapat peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Sesak

napas mungkin merupakan suatu tanda klinis yang signifikan. Secara

umum, penyakit paru- paru mengakibatkan tingkat dispnea yang lebih

parah dibanding penyakit kronis. Efusi pleura yang luas akan

menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan atau

menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali

menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi (Smeltzer & Bare,

2002). Cairan di rongga pleura dapat menyebabkan sesak napas dan

kemampuan fisik yang menurun bergantung pada jumlah cairan serta

kecepatan timbulnya cairan. Makin banyak cairan, makin jelas sesaknya

dan makin cepat terbentuknya cairan, makin cepat dan jelas pula

timbulnya keluhan (R. Sjamsuhidajat, 2005).

Riwayat penyakit sekarang Ny. S batuk sejak 3 bulan dengan

dahak putih dan susah keluar, 2 minggu sebelumnya dahak kekuningan

dan terkadang disertai bercak darah. Klien yang batuk cukup lama

hampir selalu membentuk sputum. Batuk hebat, berulang, atau tidak

terkontrol yang tidak produktif akan sangat melelahkan dan berpotensi

Page 33: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

20��

membahayakan. Pembentukan sputum adalah reaksi paru- paru

terhadap setiap iritan yang kambuh secara konstan. Batuk tersebut juga

dapat berkaitan dengan rabas nasal. Jumlah sputum purulen yang sangat

banyak (kental dan kuning atau hijau) atau perubahan warna sputum

kemungkinan menandakan infeksi bakteri (Smeltzer & Bare, 2002).

Pengkajian riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum

pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, klien tidak

mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun

kondisi lingkungan/ cuaca. Beberapa penelitian menyebutkan efusi

pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain

(Smeltzer & Bare, 2002). Pada riwayat kesehatan lingkungan tidak

ditemukan riwayat paparan radiasi yang mendukung penegakkan

diagnosa.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. S, yaitu tekanan darah

150/90 mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit,

suhu 37,6 ºC. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti

yang terjadi pada kasus pneumonia berpengaruh pada perubahan tanda

vital meliputi peningkatan frekuensi nadi dan peningkatan frekuensi

dan kedalaman pernapasan. Selama tahap awal hipoksia, tekanan darah

meningkat, kecuali jika kondisi tersebut disebabkan syok. Peningkatan

aktivitas metabolisme tubuh menyebabkan peningkatan kebutuhan

oksigen. Saat sistem tubuh tidak mampu memenuhi peningkatan tubuh

Page 34: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

21��

ini, maka kadar oksigenasi menurun. Kerja pernapasan klien meningkat

dan pada akhirnya klien akan memperlihatkan tanda dan gejala

hipoksemia. Klien yang mengalami penyakit paru ini beresiko tinggi

mengalami hipoksemia dan hiperkapnea. Dari hasil pengkajian

diperoleh data-data, frekuensi dan kedalaman pernapasan yang

meningkat, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, bernapas

dengan mulut, dan penurunan toleransi aktivitas (Potter & Perry, 2006).

Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak

simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), vokal

fremitus pada paru kanan dan kiri tidak sama. Terkesan pada paru

kanan lebih redup karena terdapat cairan dan massa tumor. Saat

dilakukan perkusi pada lapang paru kiri sonor, dan pada lapang paru

kanan adalah redup (terasa kurang bergetar). Pada pemeriksaan fisik

didapatkan inspeksi gerak dada pada saat bernafas tampak adanya

dinding dada kanan tertinggal pada saat bernafas. Palpasi gerak dinding

dada saat bernapas juga tampak adanya dinding dada kanan tertinggal

pada saat bernapas, vocal fremitus terasa kurang bergetar. Perkusi redup

pada intra costa ke 4 dan sonor pada lapang paru kiri. Pada inspeksi ada

hemitoraks kanan yang tertinggal, pada palpasi vocal fremitus melemah

di basal paru kanan, pada perkusi didapatkan redup serta melemahnya

suara dasar vesikuler pada paru kanan menunjukkan kemungkinan

adanya penumpukan cairan pada kavum pleura yang disebut dengan

efusi pleura (Sylvia A. & Wilson, 2005). Ada suara tambahan pleural

Page 35: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

22��

friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu).

Kelainan pada pemeriksaan klinis yang berhubungan dengan efusi

pleura didapati jika volume melebihi 500 ml. Hal ini termasuk suara

pernapasan yang menghilang, pekak pada perkusi, vokal fremitus yang

melemah, dan pleural friction-rub (Aziz, 2006).

Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien, data penunjang

dari pemeriksaan radiologi tanggal 30 Maret 2012, yaitu pemeriksaan

multi Slice CT- Scan pada toraks didapatkan hasil pemeriksaan yang

menyatakan kesan efusi pleura bilateral. Pemeriksaan Radiografi dada

merupakan sarana diagnostik digunakan untuk mendapatkan gambaran

kasar anatomis paru dan jaringan sekitarnya. Rontgen paru dapat

memberi informasi tentang seberapa besar masalah yang terjadi jika

terdapat gejala yang berat (Tamsuri, 2008).

Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratorium

didapatkan pada hemoglobin 11,6 g/dl (normal : 12,0-15,6) menurun,

pH 7,450 (normal :7,310-7.426) meningkat, be -3,3 mmol/L (normal :

-2-+3) menurun, PCO2 30,0 mmHg (normal : 27,0-41,0) normal, PO2

80,0 mmHg (normal : 60,0-100) normal, HCO3 20,1 mmol/L (normal :

21,0-28,0) menurun. Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan

PaCO2 dan penurunan konsentrasi ion hidrogen (peningkatan pH),

diakibatkan oleh penghembusan karbondioksida yang berlebihan (pada

waktu napas) atau oleh hiperventilasi (Potter & Perry, 2006).

Interpretasi hasil elektrokardiograf (EKG) adalah sinus takikardi.

Page 36: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

23��

Mempunyai konsekuensi hemodinamika pada klien yang mengalami

kerusakan jantung karena tidak mampu mempertahankan beban kerja

yang meningkat (peningkatan konsumsi oksigen miokard) yang dibawa

oleh peningkatan denyut jantung yang persisten (Potter & Perry, 2006).

2. Perumusan Masalah Keperawatan

Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis

adalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan hiperventilasi yang ditunjukkan dengan data yang

menunjang yaitu data subyektif klien mengatakan sesak nafas, dada

terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas

dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Data

obyektif, pada pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang

tidak simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit),

palpasi vokal fremitus redup (kurang bergetar), auskultasi suara napas

pleural friction-rub (suara terdengar kering), pernapasan 30 kali per

menit hasil radiologi efusi pleura bilateral, yang telah disesuaikan

dengan diagnosa keperawatan NANDA. Pola nafas tidak efektif adalah

ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak

adekuat. Batasan karakteristik : penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi,

penurunan ventilasi per menit, dispnea, napas pursed-lip (dengan bibir),

timing rasio, penyimpangan dada (NANDA, 2005).

Penulis memprioritaskan diagnosa gangguan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

Page 37: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

24��

hiperventilasi dengan alasan mengacu pada indikator ketidakefektifan

pola napas yaitu memiliki frekuensi pernapasan dalam batas normal

dibandingkan nilai dasar (8-24 kali per menit), mengekspresikan

membaiknya perasaan sesak napas (Wahit, 2007).

3. Intervensi

Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan

masalah oksigenasi adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan

kenyamanan dan kemudahan saat bernapas, mempertahankan dan

meningkatkan ventilasi dan oksigenasi paru, meningkatkan kemampuan

untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, serta mencegah berbagai

risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi (misal : kerusakan

jaringan, gangguan keseimbangan asam-basa) (Mubarak, 2007).

Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan

kebutuhan dan respon klien, sehingga rencana tindakan dapat

dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur),

acceptance, rasional dan timing. Di dalam buku Rencana Asuhan

Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes tahun 2000 pembahasan

dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu

pada diagnosa pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola napas tidak

efektif berhubungan dengan hiperventilasi mempunyai tujuan yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan

pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang

Page 38: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

25��

normal dan paru jelas/bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/ perilaku

meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-24),

suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi yang dibuat sesuai dengan

teori pada buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh

Doengoes mengacu pada pola pernapasan tidak efektif adalah kaji

frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada, auskultasi bunyi

napas dan catat adanya bunyi napas tambahan, tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi, observasi pola batuk dan karakter sekret,

dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan batuk efektif, berikan

oksigen tambahan, berikan humidifikasi tambahan misal nebuliser.

Intervensi untuk pola pernapasan tidak efektif khususnya monitor

tanda-tanda vital dan keadaan umum, modifikasi lingkungan yang

nyaman tidak ada dalam teori tetapi penulis menambahkan intervensi

tersebut karena didasarkan pada kebutuhan dasar klien. Monitor tanda-

tanda vital dan keadaan umum untuk indikator keadekuatan volume

sirkulasi (Doengoes, 2000). Modifikasi lingkungan yang nyaman untuk

memberikan kenyamanan pada klien (Doengoes, 2000). Namun dalam

kasus ini penulis tidak mencantumkan kriteria hasil pola napas belum

dapat diukur karena memiliki manfaat klinis yang terbatas, yaitu pada

situasi ketika perawat secara pasti dapat mengatasi masalah (Tamsuri,

2008). Sedangkan penentuan waktu pencapaian selama tiga hari

mungkin terlalu singkat untuk dapat dicapai, mengingat pola nafas tidak

efektif mungkin tidak akan hilang sepenuhnya dalam kurun waktu

Page 39: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

26��

tersebut. Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya

sesuai dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan

klien. Intervensi untuk pola pernapasan tidak efektif khususnya

observasi pola batuk dan karakter sekret, dorong/ bantu pasien dalam

napas dalam dan batuk efektif terdapat dalam teori tetapi penulis tidak

menambahkan intervensi tersebut karena pada saat penulis melakukan

pengkajian pada klien tidak ditemukannya pola batuk dan karakter

sekret.

4. Implementasi

Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang

telah disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan tersebut adalah

mengkaji keluhan utama untuk mengobservasi keadaan klien

(Doengoes, 2000). Mengobservasi status pernapasan dan kedalaman

pernapasan untuk mengetahui peningkatan dan kedalaman kerja napas.

Tindakan yang dilakukan diperlukan untuk mengetahui adanya

frekuensi atau pola pernapasan dari kriteria standar/dasar dan adanya

perubahan frekuensi nadi dari nilai standar/dasar (Tamsuri, 2008).

Memberikan oksigenasi yang adekuat untuk memaksimalkan bernapas

dan menurunkan kerja napas. Memberikan oksigen secara kontinu

dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrasi 24% - 44%, aliran

lebih dari 6 liter per menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan

mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap,

2005).

Page 40: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

27��

Memberi posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru,

anjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif untuk memudahkan

pernapasan. Diperlukan untuk memberikan kenyamanan dan membantu

mempertahankan stabilitas kerja jantung, sedangkan pemantauan

terhadap aliran oksigen merupakan hal yang penting karena

peningkatan aktivitas metabolisme tubuh menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen. Saat sistem tubuh tidak mampu memenuhi

peningkatan tubuh ini, maka kadar oksigenasi menurun, sehingga

pemberian oksigen yang adekuat perlu dipertahankan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut (Doengoes, 2000).

Memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum untuk indikator

keadekuatan volume sirkulasi. Peningkatan pada tekanan darah sistem

vaskular paru, keadaan ini sering dijumpai pada penyakit

kardiovaskuler atau pernapasan yang serius (Wolff, 2005).

Berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program (ISO,

2010). Pemasukan cairan salah satunya adalah pemberian infus ringer

laktat (RL) adalah isotonik yang berfungsi untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Terapi yang didapatkan untuk

pemasukan cairan infus aminovel adalah vitamin dan elektrolit yang

berfungsi pada gangguan saluran gastrointestinal, anorexia dan

gangguan saluran gastrointestinal berat, peningkatan kebutuhan

metabolik (ISO, 2010).

Page 41: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

28��

Terapi nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent adalah larutan

inhalasi yang berfungsi untuk mengobati obstruksi kronis saluran napas

yang reversibe, terutama bronkitis kronis disertai atau tidak emfisema

paru (Mim’s, 2009).

Terapi oksigen berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di

seluruh bagian tubuh. Klien mengalami nafas dalam dan dangkal

menunjukan terjadinya asidosis atau pH darah menurun (asam). Terjadi

peningkatan kadar PCO2 dalam darah sedangkan kadar oksigen (O2)

menurun dalam darah. Klien akan bernafas dengan cepat yang berguna

untuk kompensasi untuk mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dalam

darah. Terapi oksigen dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar

oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) dalam darah (Andry H, 2008).

Mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas

tambahan untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas/kegagalan

pernapasan. Terdengar suara tambahan pleural friction-rub (suara

terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Mengetahui bahwa

pleural friction-rub terjadi karena peradangan pleura, terdengar

sepanjang fase pernapasan (inspirasi sepenuhnya) (Aziz, 2006).

Memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk memberikan

kenyamanan pada klien. Meminta keluarga untuk memodifikasi

lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan menghidupkan

kipas angin dan tenang (Doengoes, 2000).

Page 42: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

29��

5. Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah

dilakukan secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan

Keperawatan (Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim

kesehatan lainnya didapatkan data hasil evaluasi keadaan klien dengan

kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi : pola napas tidak efektif pada Ny.S belum teratasi.

B. Simpulan

Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura sebagai berikut:

1. Pengkajian didapatkan Ny. S mengatakan sesak nafas, dada terasa

ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas

dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas.

Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi

110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu badan 37,8º.

Pola aktivitas dan latihan, klien merasa sesak nafas pada saat

beraktivitas dan memerlukan tambahan oksigen, aktivitas klien

dibantu oleh orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, klien

mengatakan mengalami gangguan tidur akibat sesak nafas.

Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak

simetris, palpasi vokal fremitus redup, auskultasi suara napas pleural

friction-rub, pernapasan 30 kali per menit, hasil radiologi efusi

pleura bilateral.

Page 43: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

30��

2. Diagnosa keperawatan pada Ny. S yaitu pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan hiperventilasi.

3. Tujuan dilakukan intervensi keperawatan pada Ny. S adalah setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan sesak

nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan pola

nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal

dan paru jelas/ bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku

meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-

24), suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi keperawatan yang

dilakukan yaitu mengkaji keluhan utama, observasi status

pernapasan dan kedalaman pernapasan, berikan oksigenasi yang

adekuat, beri posisi semi fowler, anjurkan kepada klien untuk

bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan, monitor

tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan dokter

memberikan terapi sesuai program, auskultasi bunyi nafas dan catat

adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.

4. Implementasi keperawatan pada Ny. S pada tanggal 3-5 April 2012

yang dilakukan penulis adalah mengkaji keluhan utama,

mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan,

memberikan oksigenasi yang adekuat, memberi posisi semi fowler,

menganjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif, memonitor

tanda-tanda vital dan keadaan umum, berkolaborasi dengan dokter

memberikan terapi sesuai program, mengauskultasi bunyi nafas dan

Page 44: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

31��

catat adanya bunyi nafas tambahan, memodifikasi lingkungan yang

nyaman.

5. Evaluasi pada tanggal 3-5 April 2012 terhadap keberhasilan yang

dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif

dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan (Doengoes, 2000) serta

telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil

evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka

masalah pola nafas tidak efektif pada Ny. S dengan efusi pleura

belum teratasi.

6. Tanda dan gejala yang muncul pada Ny.S adalah klien mengatakan

sesak nafas, dada terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan

dengan ventilasi nafas dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan

badan terasa lemas. Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada

yang tidak simetris, palpasi vokal fremitus redup, auskultasi suara

napas pleural friction-rub, pernapasan 30 kali per menit, hasil

radiologi efusi pleura bilateral. Diagnosa medis pola napas tidak

efektif pada Ny. S dengan efusi pleura dapat dipastikan karena tanda

dan gejala yang ada pada Ny.S sesuai dengan konsep teori dan

didukung dengan pemeriksaan rontgen dimana hasilnya terdapat

efusi pleura bilateral.

Page 45: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

32��

C. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

Efusi Pleura, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Pendidikan

Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan

oksigenasi dapat dijadikan referensi dan daftar kepustakaan. Dapat

meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas

dan professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan

secara menyeluruh dan secara komprehensif berdasarkan kode etik

keperawatan.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu

dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada klien dengan efusi

pleura yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan.

3. Bagi Rumah Sakit

Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit

khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan

pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik

antara tim kesehatan dengan klien yang ditujukan untuk

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal

pada umumnya dan klien efusi pleura pada khususnya.

Page 46: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Official Journal of The Indonesian Society of Respirology, Volume

30, No. 3, Jurnal Respirologi Indonesia Majalah resmi perhimpunan Dokter

Paru Indonesia. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/Jtptunimus-gdl-

handayaning-5251-3-bab3.pdf. Diakses tanggal 16 April.

Ariyanti, Tatik. 2003. Karakteristik dan penyebab Efusi Pleura pada penderita yang

dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Karyadi Semarang.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/efusi%20pleura%20maligna.pdf. Diakses

tanggal 16 April 2012.

Aziz, M. Farid, Andrijono, Abdul Bari Saifuddin, 2006. Onkologi ginekologi : Buku

acuan nasional/editor, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Hartono Andry. 2008. Rawat Ginjal, Cegah Cuci Darah, Penerbit Kanisius,

Yogjakarta, Hal. 34.

Harahap, Ikhsanuddin Ahmad. 2005. Oksigenasi dalam suatu Asuhan Keperawatan,

Volume 1, Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30756/4/chapter%20II.pdf.

Diakses tanggal 18 April 2012.

ISO. 2010. ISO Informasi Spesialis Obat-obat Indonesia, Penerbit Ikatan Apoteker

Indonesia, Jakarta.

NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

MIMS. 2008/2009. Petunjuk Konsultasi, Penerbit PT. InfoMaster lisensi dari CMP

Medica, Jakarta.

Page 47: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

Mubarak, Wahid. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi

dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 205-219.

Pemerintah provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan. 2006. Profil kesehatan provinsi

Jawa Tengah.

Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, (2005), Fundamental of Nursing : Concepts,

Process, and Practice, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Price, Sylvia A dan Lorrine M. Wilson, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Jika Tidak

Dikendalikan 26 Juta Orang Di Dunia Menderita Kanker,

[email protected],[email protected],[email protected]

pkes.go.id. Diakses 6 April 2012.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzzane C., Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth’s Textbook of

Medical Nursing, Vol. 2, 8th

Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tamsuri, Anas, S.Kp.,Ns. 2008. Klien gangguan pernapasan : seri asuhan

keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wolff, Hans P., (2005), Speaking of High Blood Pressure, Penerjemah Liliy Endang

J., Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

World Health Organization. 2009. Organisation Mondiale de la Sante : Departement

of Measurement and Health Information.

Wilkinson, Judith M., (2007), Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions

and NOC Outcomes, 7th

Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep., M. Kes., dkk,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Page 48: STUDI KASUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-septiaputr... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Septia Putri Wahyuningtyas

Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 24 September 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Perum Bumi Kencana Indah, Rt 01/ XVI, Colomadu,

Karanganyar

Riwayat Pendidikan : - TK : TK Aishiyah, Ngabeyan, Kartasura (tahun 1996)

� SD : SD Negeri Pucangan 04 (tahun 2003)

� SMP : SMP Negeri 1 Kartasura (tahun 2006)

� SMA : SMA Negeri 1 Kartasura (tahun 2009)

Riwayat Pekerjaan : -

Riwayat Organisasi : - Tahun2007: OSIS SMA Negeri 1 Kartasura (Sekretaris 2)

� Tahun 2007 : Dewan Ambalan (Pembina SMP)

� Tahun 2008 : ROHIS SMA Negeri 1 Kartasura (Bid.Humas)

� Tahun 2008 : KAPA Anti Narkoba (Ka.2)

� Tahun 2010 : IKM Kusuma Husada Surakarta (Bid. Pend)

� Tahun 2010 : FORMAKEP Jawa Tengah (Bid. Pendidikan)

� Tahun 2011 : KSR PMI Surakarta (Bidang Humas)

� Tahun 2011 : BEM STIKES Kusuma Husada (Sekretaris 2)

Publikasi : -