STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

10
STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN IRIGASI DI KABUPATEN PASURUAN Moh. Solichin 1 , Anggara WWS 1 , Anindia Bestari 2 1 Dosen Jurusan Teknik Pengairan 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan email : [email protected] ABSTRAK Kabupaten Pasuruan mempunyai dua gugusan pegunungan Arjuno dan Bromo merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber daya airtanah yang sangat melimpah. Potensi sumber daya airtanah tersebut dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan separuh populasi penduduk Kabupaten Pasuruan. Meningkatnya jumlah penduduk mendorong pemenuhan jumlah air yang semakin banyak sedangkan jumlah airtanah semakin menurun. Pada beberapa dekade terakhir ini pemanfaatan airtanah di Kabupaten Pasuruan menunjukkan angka yang memprihatinkan. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna sumur airtanah meningkat, tapi jumlah produksi airnya cenderung menurun. Studi ini terletak di Desa Watestani, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui debit optimum yang terdapat pada sumur SDPS 093, sehingga dengan diketahuinya kebutuhan air irigasi di daerah irigasi tersebut berdasarkan rencana pola tata tanam, debit optimum sumur dapat dikembangkan untuk hasil produksi pertanian. Dari hasil perhitungan uji sumur, didapat debit optimum sumur SDPS 093 sebesar 28 l/dt dan kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,640 lt/dt/ha dengan luas tanam 47 Ha dengan sistem pemberian air dengan rotasi 4 blok tanpa mengesampingkan kelestarian sumur. Kata kunci : Ketersediaan airtanah, debit optimum, pengembangan irigasi ABSTRACT Pasuruan Regency had two clusters, Arjuno Mountain area and Bromo Mountain area which one of them were having big groundwater potential. The groundwater potential was able to sufficient almost half of population in Pasuruan Regency. Population kept increasing and it made water fulfillment bigger while groundwater kept discreasing. On this last several decades, groundwater utilizations in Pasuruan Regency indicated the value of groundwater was worrying. Year to year, the well users kept increasing but the production of the well kept discreasing. This research was done in Watestani Village, Nguling Subdistrict, Pasuruan Regency. The purpose of the study were to get the optimum discharge and the maximum irrigation water requirement based on planed the pattern of planting, and the optimum discharge could be developed to optimize the area planted and agricultural production. From the resulted of well test, were obtained the optimum discharge and the maximum irrigation water requirement were 0,28 m 3 /dt and 1,640 lt/dt/ha with total area was 47 Ha, those could be optimized and we could give some production advantages to the farmers with provision of water system with four blocks rotation without forgot about the well preservation. Key words : Groundwater availability, optimum discharge, irrigation development 1. PENDAHULUAN Airtanah pada masa lalu merupakan barang bebas (free goods) yang dapat dipakai secara bebas tanpa batas dan belum memerlukan pengawasan pemanfaatan, tetapi pada era pembangunan saat ini yang disertai dengan peningkatan kebutuhan airtanah yang sangat pesat telah merubah nilai airtanah menjadi barang ekonomis (economic goods), artinya airtanah diperdagangkan seperti komoditi yang lain, bahkan di beberapa tempat airtanah mempunyai peran yang cukup strategis. Mengingat peran airtanah semakin penting, maka pemanfaatan airtanah harus didasarkan pada keseimbangan dan kelestarian airtanah itu sendiri, dengan istilah

Transcript of STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

Page 1: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN IRIGASI DI

KABUPATEN PASURUAN

Moh. Solichin1, Anggara WWS

1, Anindia Bestari

2

1Dosen Jurusan Teknik Pengairan

2Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan

email : [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Pasuruan mempunyai dua gugusan pegunungan Arjuno dan Bromo merupakan salah satu

daerah yang memiliki potensi sumber daya airtanah yang sangat melimpah. Potensi sumber daya airtanah

tersebut dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan separuh populasi penduduk Kabupaten Pasuruan.

Meningkatnya jumlah penduduk mendorong pemenuhan jumlah air yang semakin banyak sedangkan jumlah

airtanah semakin menurun. Pada beberapa dekade terakhir ini pemanfaatan airtanah di Kabupaten Pasuruan

menunjukkan angka yang memprihatinkan. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna sumur airtanah meningkat,

tapi jumlah produksi airnya cenderung menurun.

Studi ini terletak di Desa Watestani, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Tujuan studi ini adalah

untuk mengetahui debit optimum yang terdapat pada sumur SDPS – 093, sehingga dengan diketahuinya

kebutuhan air irigasi di daerah irigasi tersebut berdasarkan rencana pola tata tanam, debit optimum sumur dapat

dikembangkan untuk hasil produksi pertanian.

Dari hasil perhitungan uji sumur, didapat debit optimum sumur SDPS – 093 sebesar 28 l/dt dan

kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,640 lt/dt/ha dengan luas tanam 47 Ha dengan sistem pemberian air

dengan rotasi 4 blok tanpa mengesampingkan kelestarian sumur.

Kata kunci : Ketersediaan airtanah, debit optimum, pengembangan irigasi

ABSTRACT

Pasuruan Regency had two clusters, Arjuno Mountain area and Bromo Mountain area which one of

them were having big groundwater potential. The groundwater potential was able to sufficient almost half of

population in Pasuruan Regency. Population kept increasing and it made water fulfillment bigger while

groundwater kept discreasing. On this last several decades, groundwater utilizations in Pasuruan Regency

indicated the value of groundwater was worrying. Year to year, the well users kept increasing but the production

of the well kept discreasing.

This research was done in Watestani Village, Nguling Subdistrict, Pasuruan Regency. The purpose of

the study were to get the optimum discharge and the maximum irrigation water requirement based on planed the

pattern of planting, and the optimum discharge could be developed to optimize the area planted and agricultural

production.

From the resulted of well test, were obtained the optimum discharge and the maximum irrigation water

requirement were 0,28 m3/dt and 1,640 lt/dt/ha with total area was 47 Ha, those could be optimized and we

could give some production advantages to the farmers with provision of water system with four blocks rotation

without forgot about the well preservation.

Key words : Groundwater availability, optimum discharge, irrigation development

1. PENDAHULUAN

Airtanah pada masa lalu merupakan

barang bebas (free goods) yang dapat dipakai

secara bebas tanpa batas dan belum

memerlukan pengawasan pemanfaatan, tetapi

pada era pembangunan saat ini yang disertai

dengan peningkatan kebutuhan airtanah yang

sangat pesat telah merubah nilai airtanah

menjadi barang ekonomis (economic goods),

artinya airtanah diperdagangkan seperti

komoditi yang lain, bahkan di beberapa

tempat airtanah mempunyai peran yang

cukup strategis. Mengingat peran airtanah

semakin penting, maka pemanfaatan airtanah

harus didasarkan pada keseimbangan dan

kelestarian airtanah itu sendiri, dengan istilah

Page 2: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

lain pemanfaatan airtanah harus berwawasan

lingkungan. Di Desa Watestani, Kecamatan

Nguling, Kabupaten Pasuruan pemenuhan

kebutuhan air irigasi masih kurang, sehingga

upaya perbaikan prasarana dan sarana irigasi

menjadi sangat penting untuk terus dilakukan

untuk menjamin efesiensi penggunaan

sumber air. Berdasarkan hal tersebut maka,

tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui

debit optimum yang terdapat pada sumur

SDPS – 093, sehingga dengan diketahuinya

kebutuhan air irigasi di daerah irigasi

tersebut berdasarkan rencana pola tata tanam,

debit optimum sumur dapat dikembangkan

untuk hasil produksi pertanian di Desa

Watestani, Kecamatan Nguling, Kabupaten

Pasuruan.diperlukan optimalisasi sumur

untuk pengembangan sistem pertanian di

masa yang akan datang dengan

mengoptimalkan luas lahan dan debit yang

tersedia. Dengan adanya pengembangan

irigasi ini diharapkan dapat memaksimalkan

keuntungan produksi pertanian.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. DEBIT OPTIMUM SUMUR

Untuk mengetahui debit optimum

sumur menggunakan metode Step

Drawdown Test dengan rumus :

15/....2 5,0KDrQ wmaks

2

maksmaksmaks CQBQSw

Dimana:

Qmaks = Debit maksimum sumur

rw = Jari – jari sumur

D = Ketebalan akuifer

K = Koefisien kelulusan air

Swmaks = Penurunan muka air maksimal di

dalam sumur yang dipompa (m)

B = Koefisien akuifer loss (dt/m2)

C = Koefisien well loss (dt2/m5)

Nilai Qmaks dan Swmaks diplot dan

ditarik garisperpotongan antara kedua garis

hasil ploting , maka akan diperoleh nilai

Qoptimum dan Swoptimum

B. CURAH HUJAN EFEKTIF

Besarnya curah hujan hujan efektif

untuk tanaman padi ditentukan dengan 70%

dari curah hujan merata sepuluh harian

dengan kemungkinan kegagalan 20% atau

curah hujan R20. Curah hujan efektif

diperoleh dari 70% nilai R80 per periode

waktu pengamatan dengan persamaan

berikut :

Rpadi = R80 x 70%/10 (2-24)

dengan :

Rpadi = curah hujan untuk tanaman padi

sawah (mm/hari)

R80 = tingkat hujan yang terjadi dengan

tingkat kepercayaan 80% (mm) = curah hujan untuk tanaman padi sawah (mm/har80 = tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 80% (mm).

Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman

palawija dipengaruhi oleh besarnya tingkat

evapotranspirasi dan curah hujan bulanan

rerata dari daerah yang bersangkutan. Curah

hujan efektif diperoleh dari R50 per periode

waktu pengamatan dengan persamaan di

bawah ini :

Reff = R50

C. PERKOLASI

Laju perkolasi sangat bergantung

kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah

lempung berat dengan karakteristik

pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat

mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah

yang lebih ringan laju perkolasi bisa lebih

tinggi.

D. KEBUTUHAN AIR UNTUK

PENYIAPAN LAHAN

Untuk tanah bertekstur berat tanpa

retak-retak, kebutuhan air untuk penyiapan

lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air

untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.

Pada permulaan transplantasi tidak akan ada

lapisan yang tersisa di sawah. Setelah

transplantasi selesai, lapisan air di sawah

akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan,

ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan

menjadi 250 mm untuk penyiapan lahan dan

untuk lapisan air awal setelah transplantasi

selesai.

Bila lahan dibiarkan bero selama

jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau

lebih), maka lapisan air yang diperlukan

Page 3: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

untuk penyiapan lahan diambil 300 mm,

termasuk yang 50 mm untuk penggenangan

transplantasi.

E. KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Irigasi merupakan penyaluran air

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman ke tanah yang diolah dan

mendistribusikannya secara sistematis.

Perancangan irigasi disusun berdasarkan

kondisi-kondisi meteorologi di daerah

bersangkutan dan kadar air yang diperlukan

untuk pertumbuhan tanaman. Pada studi ini

digunakan Metode Kriteria Perencanaan PU

yang mana menggunakan rumus dibawah ini

:

a. Kebutuhan air di sawah :

NFR = IR + Etc + P - Reff + WLR

dimana :

NFR = Kebutuhan air bersih di sawah

(mm/hr)

IR = Kebutuhan air untuk penyiapan

lahan

Etc = Perkolasi (mm/hr)

Reff = Curah hujan efektif

WLR = Pergantian lapisan air

b. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman

padi

IR = eff

NFR

dimana :

eff = efisiensi irigasi

c. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman

palawija

IR = eff

ffET Re

dimana : ET = kebutuhan air tanaman (mm/hr)

Reff = Curah hujan efektif (mm/hr)

eff = efisiensi irigasi

F. ANALISA NERACA AIR

Dalam perhitungan neraca air,

kebutuhan air irigasi yang dihasilkan untuk

pola tata tanam yang dipakai akan

dibandingkan dengan debit air yang tersedia.

Apabila debit yang tersedia melimpah, maka

luas daerah irigasi akan terpenuhi

kebutuhanya terhadap air. Bila debit yang

tersedia tidak berlimpah dan kadang –

kadang terjadi kekurangan debit, maka ada 3

pilihan yang harus dipertimbangkan:

o Luas daerah irigasi dikurangi

Pengurangan terhadap luas layanan irigasi

yang akan dialiri oleh sumur.

o Melakukan modifikasi dalam pola tata

tanam

Dapat diadakan perubahan dalam

pemilihan tanaman atau tanggal

dimulainya tanam untuk mengurangi

kebutuhan air irigasi di sawah, agar ada

kemungkinan untuk mengairi areal yang

lebih luas dengan debit yang tersedia.

o Rotasi teknis atau golongan

Melakukan pembagian air secara rotasi

atau golongan terhadap daerah layanan

irigasi.

G. SISTEM PEMBERIAN AIR EMPAT

BLOK ROTASI

Metode pembagian air pada petak

tersier yang dibagi atas empat blok rotasi

adalah petak tersier dibagi menjadi empat

blok rotasi dimana tiap blok diusahakan agar

luasnya hampir sama.

1. Rotasi I (satu blok tidak diairi , tiga blok

lainnya diairi) dilakukan bila Q = 60% -

80% Qmax.

2. Rotasi II (dua Blok tidak diairi, dua blok

lainnya diairi) dilakukan bila Q = 40% -

60% Qmax.

3. Rotasi III (Tiga Blok tidak diairi, satu

blok lainnya diairi) dilakukan bila Q =

40% Qmax.

3. LANGKAH-LANGKAH

PENELITIAN

A. ANALISA DEBIT OPTIMUM

Langkah – langkah :

a. Plot nilai Sw dari masing-masing tahap

sebagai sumbu y, dan nilai Q sebagai

sumbu x.

b. Menghitung nilai Q maksimum dengan

menggunakan persamaan :

15/....2 5,0KDrQmaks w

c. Menghitung nilai Sw maksimum dengan

menggunakan persamaan :

Page 4: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

2

maksmaksmaks CQBQSw

d. Nilai Qmaks dan Swmaks diplot dan ditarik

garis perpotongan antara kedua garis hasil

ploting, maka akan diperoleh nilai

Qoptimum dan Swoptimum

e. Besarnya Qoptimum inilah yang digunakan

sebagai dasar dalam memanfaatkan debit

airtanah. Artinya pemanfaatan debit

airtanah tidak boleh lebih dari debit

optimum (Qoptimum) untuk menjaga

kelestariannya.

B. ANALISA KEBUTUHAN AIR

IRIGASI

Langkah – langkah :

a. Pengolahan data hujan

Mengurutkan data curah hujan selama 10

tahun dari nilai terkecil sampai terbesar,

kemudian menetapkan R80 dan R50 sebagai

tahun dasar perencanaan untuk menentukan

curah hujan efektif (Re)

b. Analisa kebutuhan air tanaman

- Evapotranspirasi

Menghitung evapotranspirasi potensial

dengan metode Penman Modifikasi (Eto)

berdasarkan data klimatologi yang telah

ada.

- Koefisien tanaman

Menetapkan koefisien tanaman

berdasarkan jenis tanaman dan usia

tanaman pada penggambaran pola tata

tanam.

- Penggunaan air konsumtif

Nilai penggunaan air konsumtif didapat

dari perhitungan rerata koefisien tanaman

dan evapotranspirasi potensial.

- Perkolasi

Menentukan besarnya nilai perkolasi

berdasarkan jenis tanah.

- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan

Berdasarkan nilai dari evapotranspirasi

potensial dan perkolasi, dapat dihitung

nilai kebutuhan air untuk penyiapan

lahan.

- Rencana pola tata tanam

Menentukan pola tata tanam dan

menghitung besarnya kebutuhan air

irigasi berdasarkan hasil perhitungan

evapotranspirasi potensial (Eto) dan curah

hujan efektif (Re).

C. ANALISA NERACA AIR

Dalam perhitungan neraca air ini,

kebutuhan air irigasi yang dihasilkan untuk

pola tata tanam yang dipakai akan

dibandingkan dengan debit optimum yang

didapat dari hasil uji sumur, sehingga dari

grafik neraca air dapat dilihat kebutuhan air

irigasi sudah tercukupi oleh debit optimum

sumur atau belum .

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERHITUNGAN DEBIT OPTIMUM

Tabel 1. Tabel Step Drawdown Test Sumur

SDPS 093

No. Tahap

Uji

Sw Q Q/S S/Q

(meter) (lt/dtk) (m2/dt) (dt/m2)

1 I 8,88 25,32 0,002851 350,7109

2 II 11,16 30,49 0,002732 366,0216

3 III 14,88 35,36 0,002376 420,8145

4 IV 17,12 40,04 0,002339 427,5724

5 V 20,58 45,3 0,002201 454,3046

6 VI 23,26 50,01 0,00215 465,107

Membuat grafik normal (Step

Dradown Test) dengan absis Sw/Q untuk

mendapatkan nilai B dan C sehingga dapat

dihitung nilai kehilangan tekanan pada

akuifer (Aquifer loss/BQ) dan kehilangan

tekanan pada sumur (well loss/CQ2).

Kemudian menghitung nilai Fd (faktor

development) untuk mengetahui kondisi

sumur.

Gambar 1. Grafik hubungan Q dan Sw/Q

Berdasarkan hasil faktor development

(Fd) sumur SDPS – 093 merupakan sumur

dengan kondisi yang sangat baik dan

mempunyai produktifitas yang tinggi.

Page 5: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

Langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam uji sumur ini adalah sebagai

berikut :

a. Perhitungan dilakukan dengan membuat

kurva hubungan antara Q dan S dibuat

pada skala normal. Kemudian Melakukan

regresi polinomial orde 2 sehingga

diperoleh persamaan y = 1105,4 x2 + 510

x ( X = Q dan Y = S).

b. Selanjutnya menghitung debit maksimum

(Qmaks) sumur dengan persamaan

Huisman sebagai berikut:

Qmaks = 2π x rw x D x ( )

= 2 x 3,14 x 0,2032 x 42 x

(15

0001,0)

= 0,0463 m3/dt

c. Dari persamaan regresi maka diperoleh:

Smaks = 1105 Qmaks2 + 510 Qmaks

= 1105 (0,0463)2 + 510 (0,0463)

= 25 m

d. Kemudan nilai S maks dihubungkan

dengan Q maks maka dari grafik

diperoleh Q optimum 0,028 m3/dt dan Sw

optimum 10 m. Secara grafis

penyelesaiannya dapat dilihat pada grafik

berikut :

Gambar 2. Grafik Step Drawdown Test Sumur

SDPS 093

B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR

IRIGASI

Pada studi ini dibuat 3 alternatif pola

tanam agar mendapatkan keuntungan hasil

produksi yang maksimal.

A. Pola tanam alternatif 1

- Tanaman yang ditanam adalah padi, padi,

dan jagung.

- Tanaman padi I (100%) berumur 90 hari

- Tanaman padi II (50%) berumur 90 hari

- Tanaman jagung I (50%) berumur 90 hari

- Tanaman jagung II (100%) berumur 90

hari

Page 6: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

Tabel 2. Kebutuhan Air Irigasi Alternatif I

Bulan Periode Kebutuhan Air Irigasi

(lt/dt/ha)

I 1,640

II 1,378

III 1,117

I 0,778

II 0,632

III 0,526

I 0,770

II 0,650

III 0,352

I 0,164

II 1,017

III 1,232

I 0,679

II 0,603

III 0,645

I 0,379

II 0,524

III 0,710

I 0,574

II 0,569

III 0,514

I 0,391

II 0,217

III 0,036

I 0,021

II 0,081

III 0,162

I 0,296

II 0,363

III 0,408

I 0,607

II 0,568

III 0,497

I 0,679

II 1,098

III 1,551

November

Desember

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Sumber: Perhitungan

Dari hasil kebutuhan irigasi alternatif

I dijadikan grafik dengan absis kebutuhan air

irigasi dan curah hujan efektif (grafik dapat

dilihat pada gambar 3).

B. Pola Tanam Alternatif II

- Tanaman yang ditanam adalah padi, padi,

dan jagung.

- Tanaman padi I (100%) berumur 90 hari

- Tanaman padi II (75%) berumur 90 hari

- Tanaman jagung I (25%) berumur 90 hari

- Tanaman jagung II (100%) berumur 90

hari

Tabel 3. Kebutuhan Air Irigasi Alternatif II

Bulan Periode Kebutuhan Air Irigasi

(lt/dt/ha)

I 1,640

II 1,378

III 1,117

I 0,778

II 0,632

III 0,526

I 0,770

II 0,650

III 0,352

I 0,164

II 1,017

III 1,232

I 0,679

II 0,603

III 0,645

I 0,379

II 0,524

III 0,710

I 0,574

II 0,569

III 0,514

I 0,391

II 0,217

III 0,036

I 0,021

II 0,081

III 0,162

I 0,296

II 0,363

III 0,408

I 0,607

II 0,568

III 0,497

I 0,679

II 1,098

III 1,551

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Dari hasil kebutuhan irigasi alternatif

II dijadikan grafik dengan absis kebutuhan

air irigasi dan curah hujan efektif efektif

(grafik dapat dilihat pada gambar 4).

C. Pola Tanam Alternatif III

- Tanaman yang ditanam adalah padi, padi,

jagung.

- Tanaman padi I (100%) berumur 90 hari

- Tanaman padi II (100%) berumur 90 hari

- Tanaman jagung I (100%) berumur 90

hari

Page 7: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

Tabel 4. Kebutuhan Air Irigasi Alternatif III

Bulan Periode Kebutuhan Air Irigasi

(lt/dt/ha)

I 1,640

II 1,378

III 1,117

I 0,778

II 0,632

III 0,526

I 0,770

II 0,650

III 0,352

I 0,173

II 1,046

III 1,281

I 0,878

II 0,764

III 0,796

I 0,540

II 0,702

III 0,832

I 0,696

II 0,677

III 0,601

I 0,473

II 0,284

III 0,039

I 0,021

II 0,081

III 0,162

I 0,296

II 0,363

III 0,408

I 0,607

II 0,568

III 0,497

I 0,679

II 1,098

III 1,551

Oktober

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

November

Desember

Januari

Februari

Maret

Dari hasil kebutuhan irigasi alternatif

III dijadikan grafik dengan absis kebutuhan

air irigasi dan curah hujan efektif efektif

(grafik dapat dilihat pada gambar 5).

.

C. ANALISA NERACA AIR

Analisa neraca air dilakukan untuk

melihat apakah debit optimum sumur cukup

untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Dari

perhitungan sebelumnya diketahui debit

optimum sumur adalah 28 lt/dt dan luas

daerah irigasi sebesar 47 ha. Perhitungan

neraca air dibagi menjadi 3 alternatif sesuai

dengan rencana pola tanam dan akan didapat

grafik sebagai berikut :

Dari grafik tiga alternatif (grafik

dapat dilihat pada gambar 6,7 dan 8) analisa

neraca air dapat dilihat bahwa dengan debit

optimum sumur, kebutuhan air irigasi masih

belum mencukupi pada beberapa periode dan

pemberian air secara rotasi 3 blok juga

belum dapat memenuhi sehingga digunakan

sistem pemberian air rotasi 4 blok agar ebit

optimum dapat memenuhi kebutuhan air

irigasi dan dapat memberikan keuntungan

yang maksimal dari segi produksi pada para

petani.

D. ANALISA KEUNTUNGAN HASIL

PRODUKSI

Dari hasil perhitungan tiga alternatif

pola tanam dapat diketahui keuntungan hasil

produksi per tahun yaitu :

Tabel 5. Rekap Hasil Keuntungan Produksi

Musim

Tanam

Keuntungan Produksi (juta)

PTT

Eksisting

PTT

Alternatif

I

PTT

Alternatif

II

PTT

Alternatif

III

I 5.076 5.076 5.076 5.076

II 2.526 3.801 4.439 5.076

III 2.526 2.526 2.526 2.526

TOTAL 10.129 11.403 12.041 12.678

Dari perhitungan keuntungan

produksi tersebut PTT Alternatif III bisa

memberikan keuntungan yang lebih dari sisi

ekonomi dan juga dengan pola tanam

alternatif III yaitu padi-padi-palawija para

petani bisa memberikan cukup air dengan

sistem pemberian air rotasi 4 blok tanpa

merusak kondisi sumur dan mendapatkan

keuntungan produksi yang maksimal.

Sehingga alternatif III dipilih karena lebih

efektif dan efisien dan juga dapat

meningkatkan hasil produksi dan dapat

memberikan keuntungan dari segi ekonomi

terhadap para petani.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini,

maka diapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Besar debit optimum Sumur SDPS – 093

di Desa Watestani, Kecamatan Nguling,

Kabupaten Pasuruan adalah 28 l/dtk.

Debit tersebut didapat dari hasil

perhitungan pengujian sumur dan

selanjutnya debit optimum sumur

digunakan pada analisa selanjutnya.

Page 8: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

2. Perhitungan nilai kebutuhan air irigasi di

sawah (NFR) menggunakan tiga alternatif

pola tata tanam dengan metode kriteria

perencanaan PU didapat nilai kebutuhan

air irigasi yang sama yaitu 1,640 lt/dt/ha.

3. Dengan luas layanan sumur 47 ha dan

debit optimum 28 l/dtk, perencanaan

sistem pemberian air yang sesuai

didasarkan pada hasil analisa neraca air

adalah sistem pemberian air rotasi atau

giliran dengan pembagian blok tersier

menjadi 4 blok.

4. Pola tata tanam di daerah layanan irigasi

dapat dikembangkan menjadi padi-padi-

palawija. Dan dari hasil pengembangan

pola tanam tersebut didapatkan

keuntungan pada hasil produksi. Dengan

keuntungan hasil produksi per tahun :

Eksisting = Rp 10.128.500.000 ,-

Alternatif 1= Rp 11.403.375.000,-

Alternatif 2= Rp 12.040.812.500,-

Alternatif 3= Rp 12.678.250.000,-

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Richard G. 1998. Crop

Evapotranspiration – Guidelines For

Computing Crop Water Requirements.

Amerika: Food And Agriculture

Organization (FAO).

Anonim, 1986. Buku Petunjuk Perencanaan

Irigasi, Bagian Penunjang Untuk

Standar Perencanaan Irigasi.

Bandung: C.V. Galang Persada.

Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi,

Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan

Irigasi KP-01. Bandung: C.V. Galang

Persada.

Bentley. 2007. User Guide WaterCAD ver 8

XM Edition. Watertown CT, USA.

Bisri, Mohammad. 1991. Aliran Air Tanah.

Malang: Bagian Penerbitan Fakultas

Teknik Universitas Brawijaya.

Giatman. 2005. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Linsley, Ray K. Max A. Kohler dan Joseph

L. H. Paulhus. 1996. Hidrologi Untuk

Insinyur. Edisi ketiga, terjemahan Ir.

Yandi Hermawan. Jakarta: Erlangga.

Sari, Santi. 2007. Studi Perencanaan Irigasi

Tetes Pada Lahan Kering

Menggunakan Tanaman Cabai Rawit

(Capsicum Frutescens L.). Skripsi

tidak dipublikasikan. Malang: Fakultas

Teknik Universitas Brawijaya.

Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik.

Surabaya: Usaha Nasional.

Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda.

1983. Hidrologi Untuk Pengairan.

Jakarta: Pradyna Paramita.

Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman.

Malang: Institut Teknologi Nasional.

Page 9: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

Gambar 3. Grafik Kebutuhan Air Irigasi Alternatif I

Gambar 4. Grafik Kebutuhan Air Irigasi Alternatif II

Gambar 5. Grafik Kebutuhan Air Irigasi Alternatif III

PADI I (100%) PADI II (50%) JAGUNG II (100%)

PADI I (100%) PADI II (75%) JAGUNG II (100%)

PADI I (100%) PADI II (100%) JAGUNG II (100%)

ALTERNATIF I

ALTERNATIF II

ALTERNATIF III

Page 10: STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN ...

Gambar 6. Grafik Analisa Neraca Air Alternatif I

Gambar 7. Grafik Analisa Neraca Air Alternatif II

Gambar 8. Grafik Analisa Neraca Air Alternatif III

JAGUNG (50%) JAGUNG 100%

JAGUNG 100%

ALTERNATIF I

ALTERNATIF II

ALTERNATIF III