Studi Kelayakan Bisnis

15
STUDI KELAYAKAN BISNIS (MIE LEVEL MEDAN) I. PENDAHULUAN Berdasarkan kebutuhan manusia yang paling mendasar yakni kebutuhan untuk makan, dan besarnya minat kaula muda keluar serta nongkrong di tempat makan, membuat usaha kuliner tumbuh semakin pesat, dan hal ini juga terjadi di kota Medan. Usaha kuliner sendiri memiliki dampak bagi warga medan. Dikalangan kaula muda khususnya, Baik dari segi positif yakni meningkatnya tingkat pendapatan warga medan, semakin banyak tempat wisata dan banyaknya lapangan pekerjaan yang muncul. Namun segi negatif dengan meningkatnya usaha kuliner, banyak pengusaha kuliner yang melakukan kecurangan dan ketidakperdulian terhadap apa yang akan mereka jual dan dampaknya sendiri akan dirasakan oleh konsumen ataupun warga sekitar. Pengusaha juga banyak yang tidak melakukan pencatatan transaksi mereka untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan mereka. Berdasarkan hal yang disebutkan seperti diatas, maka penulis melakukan penelitian studi kelayakan bisnis di “Mie Level Medan”. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat usaha tersebut, karena tempat tersebut banyak menarik peminat untuk mencoba makanannya dengan keunikan ide cita rasa pedas yang 1

description

studi Kelayakan terhadap Mie Level Medan

Transcript of Studi Kelayakan Bisnis

STUDI KELAYAKAN BISNIS(MIE LEVEL MEDAN)

I. PENDAHULUANBerdasarkan kebutuhan manusia yang paling mendasar yakni kebutuhan untuk makan, dan besarnya minat kaula muda keluar serta nongkrong di tempat makan, membuat usaha kuliner tumbuh semakin pesat, dan hal ini juga terjadi di kota Medan. Usaha kuliner sendiri memiliki dampak bagi warga medan. Dikalangan kaula muda khususnya, Baik dari segi positif yakni meningkatnya tingkat pendapatan warga medan, semakin banyak tempat wisata dan banyaknya lapangan pekerjaan yang muncul. Namun segi negatif dengan meningkatnya usaha kuliner, banyak pengusaha kuliner yang melakukan kecurangan dan ketidakperdulian terhadap apa yang akan mereka jual dan dampaknya sendiri akan dirasakan oleh konsumen ataupun warga sekitar. Pengusaha juga banyak yang tidak melakukan pencatatan transaksi mereka untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan mereka.Berdasarkan hal yang disebutkan seperti diatas, maka penulis melakukan penelitian studi kelayakan bisnis di Mie Level Medan. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat usaha tersebut, karena tempat tersebut banyak menarik peminat untuk mencoba makanannya dengan keunikan ide cita rasa pedas yang memiliki tingkat - tingkatan, dan memiliki jumlah pengunjung yang banyak setiap harinya dan terlihatmemiliki prospek yang baik untuk kedepannya.II. PEMBAHASAN

II.A. PROFIL USAHA MIE LEVEL MEDANMie Level berdiri di bulan Februari 2012 yang dirintis oleh seorang mahasiswa bernama Racmadsyah Dana yang akrab disapa Dana. Mengingat kecintaan Dana terhadap rasa pedas, beliau membuka usaha ini dengan alasan karena tidak adanya ruang untuk pencinta rasa pedas dalam kuliner yang ada saat itu, dan berpendapat sangat kurangnya rasa pedas dalam setiap makanan yang disajikan dalam beberapa usaha kuliner. Diawali dengan minat membuka usaha namun tidak memiliki pengetahuan akan resep suatu masakan, Dana mengajak kakaknya bernama Nurul Annisa untuk bergabung. Awalnya usaha mie level ini berada di Jalan Mesjid dengan kios yang kecil dan hanya buka di malam hari. Mie level sendiri memiliki visi Menjadikan lifestyle doyan pedas di kota Medan dan dengan misi Menyediakan ruang pecinta pedas di kota Medan. Dalam melakukan perkembangan usahanya Dana melakukan kerjasama dengan M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda dengan memindahkan usahanya ke Jalan Ismaliyah pada pertengahan Agustus 2014.Pembagian manajemen dilakukan mereka dengan Dana sebagai manajer, Nurul Annisa sebagai pengelola pembelian dan pemasokan bahan baku untuk mie dan sayuran, sementara M.Iqbal dan Ricky bagian minuman. Mie level memiliki 17 orang karyawan, dengan pembagian pelayanan waiters, koki, asisten koki, dan masing masing pembagian pelayanan memiliki kepala pelayanan. II.B. ASPEK PASAR DAN PEMASARANDari segi pasar, mie level memiki konsumen utama yakni mahasiwa yang berada di kota medan. Mie level sendiri berada pada posisi yang dekat dengan keramaian, seperti Stadion Teladan Medan, titik tengah beberapa Universitas dan sekolah yang ada di kota Medan.Pemasaran mie level dilakukan di media sosial seperti twitter dan instagram. Mie level sendiri mengadakan lomba foto selfie pedas di instagram dengan hastag #MieLevel yang diupload dan di tag ke akun mie level @mielevel. Pemenang lomba foto selfie tersebut akan diberi gratis dua porsi mie level. Dengan banyaknya pengguna akun instagram dan maraknya foto selfie, tentu cara pemasaran tersebut menarik banyak khalayak. Dan mie level pun hangat menjadi perbincangan di media social, dan dari mulut ke mulut. Berdasarkan hasil dari wawancara yang kami kami lakukan dengan pemilik Mie Level, bahkan pengusaha dari aceh dan riau meminta kepada pemilik Mie Level agar diperbolehkan membuka cabang di Riau dan Aceh. Dari keterangan ini, terlihat bahwa prospek Mie Level baik untuk ke depannya dengan syarat selalu mengadakan inovasi dan evaluasi untuk perbaikan usaha. Menurut kami, inovasi dan evaluasi bagi Mie Level sangat diperlukan. Karena dari wawancara yang kami lakukan dengan bebrapa konsumen, mereka berkunjung dan makan di Mie Level karena rasa penasaran. Yakni penasaran akan rasa pedas yang ditawarkan, karena telah memboomingnya Mie Level di kalangan para pemuda Medan. Namun banyak konsumen berpendapat mereka tidak merindukan rasa dari Mie Level, mereka berkunjung hanya karena penasaran dan ingin tahu.Sejauh ini, permintaan pelanggan akan Mie Level sangat tinggi. Dapat dibuktikan dengan ramainya pengunjung Mie Level. Bahkan pelanggan rela antri lama dan duduk rapat-rapat demi menikmati Mie Level. Jika kita berkunjung ke Mie Level saat menjelang maghrib hingga malam hari, kita akan melihat antrean pengunjung yang menunggu untuk makan ditempat maupun yang menunggu pesanan untuk dibawa pulang, dan kita akan melihat ramainya pengunjung yang menikmati makananan.Mengenai perkembangan pasar, pemilik Mie Level sendiri telah memiliki rencana untuk membangun cabang Mie Level di Medan. Dalam pernyataannya, beliau mengatakan ingin ada dua Mie Level di kota Medan, sisanya jika memungkinakan, ingin membangunnya di luar kota. Dengan mengamati pasar, pemilik mengaku sejuah ini ingin membangun cabang Mie Level di Krakatau.Sama seperti bisnis pada umumnya, banyak pebisnis meniru bisnis yang telah berhasil. Begitu pula dengan Mie Level. Di Medan sendiri mulai banyak tumbuh usaha dengan judul level, yakni memberikan sensasi pedas dengan berlevel atau bertingkat-tingkat. Melihat masalah ini, pemilik Mie Level mengakui tidak masalah dengan hadirnya pesaing. Beliau hanya akan terus menjaga kualitas produk agar pelanggan tidak lari ke tempat lain. Dan cara mengatasinya, Mie Level saat ini tengah mengurus mengenai izin usaha dan trademark Mie Level. Karena, pemilik Mie Level ini adalah pencetus asli ide dari Mie Level.Keunggulan dari Mie Level ini adalah konsistennya mereka terhadap kualitas bahan baku dan kesenangan pelanggan. Pemilik Mie Level sendiri mengakui menutup Mie Level dalam sehari, apabila dalam hari itu, mereka tidak mendapatkan cabai yang sesuai dengan kualitas yang mereka inginkan. Bahkan mereka berani menggratiskan makanan pelanggan apabila terdapat keluhan dari pelanggan tentang makanan, dan pelanggan tersebut enggan untuk membayar makanan tersebut.Kelemahan dari Mie Level menurut kami, rasanya yang terlalu pedas tidak cocok untuk banyak orang. Level 1 dari Mie Level yang disajikan saja, bahkan rasanya sangat pedas dan membuat panas. Sehingga banyak dari konsumen tidak merindukan rasa dari Mie Level dan ingin balik lagi. Banyak dari pelanggan datang karena rasa penasaran mencicipi makanan ekstrem pedas yang dikenal sebagai Mie Level ini.II.C. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIPemilihan Lokasi usaha Mie level ini cukup strategis dikarenakan di daerah tersebut dekat dengan keramaian, dimana di daerah itu dekat dengan Stadion Teladan Medan, Universitas dan sekolah, selain itu lokasi ini merupakan lokasi yang biasanya ramai dikunjungi para pemuda-pemudi untuk sekedar bersantai, berbelanja, atau nogkrong bersama temannya. Respon masyarakat sekitar atas kehadiran mie level ini sangat baik, karena menambah satu lagi warung kuliner di daerah itu, kemudian setiap bulannya mie level juga mengadakan kegiatan seperti pengajian dan makan bersama warga sekitar, dengan begitu tidak ada warga yang merasa dirugikan atas kehadiran mie level.Dalam mengelola bahan baku, mie level membagi bahan baku kedalam dua bagian, yaitu bahan baku yang tidak tahan lama dan bahan baku yang tahan lama, untuk bahan baku yang tidak tahan lama,seperti sayuran ( termasuk cabe, bawang, timun, tomat, sawi, ceker ayam, dll) dalam pembelian bahan baku yang tidak tahan lama, pemilik membuat kriteria tertentu dab sampai dengan pengolahan dijamin kebersihan dan kesegarannya, karena pemilik berbelanja setiap harinya untuk membeli bahan baku tersebut. Sedangkan untuk bahan baku yang tahan lama, mie level selalu membeli dalam jumlah yang besar dengan tujuan mendapat harga yang lebih murah dibandingkan dengan membeli secara eceran, selain itu, mie level juga menyediakan sebuah gudang yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan bahan baku seperti mie instan, beras, telur, minyak goreng dll. Mesin dan Peralatan yang digunakan dalam mengolah bahan baku, masih dilakukan secara sederhana seperti kebanyakan usaha kuliner lainnya.Untuk pembuangan limbah dari sisa makanan tidak dibuang sembarangan, untuk bahan baku yang mudah busuk, dimanfaatkan oleh warga yang membutuhkan untuk makanan ternaknya, sedangkan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan oleh warga, limbah tersebut dikumpulkan dan diambil oleh petugas kebersihan setiap harinya.Aspek teknologi yang terkandung dalam usaha mie level ini adalah penggunaan media sosial untuk pemasaran, dimana media sosial dimanfaatkan dengan baik sebagai wadah mempromosikan Mie Level.

II.D. ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMENDalam urusan manajemen, usaha mie level ini dimiliki oleh Rachmadsyah Dana dan kakak perempuannya yang bernama Nurul Annisa. Pengelolaan manajemen usaha, perhitungan laba, pembagian kerja para pekerja, dilakukan oleh Rachmadsyah Dana. Di lain sisi, pengelolaan bahan baku,bumbu, dan pembelanjaan di pasar setiap harinya, dilakukan oleh Nurul Annisa. Kemudian pada pertengahan Agustus 2014, Mie Level yang awalnya berada di jalan Masjid, memutuskan untuk pindah ke jalan Ismailiyah. Tempat usaha yang digunakan di Ismailiyah adalah milik M. Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, Mie Level dimiliki oleh dua orang yakni Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Namun, pelaksanaan bisnis Mie Level yang berada di Jln. Ismailiyah dijalankan oleh empat orang yakni Rachmadsyah Dana, Nurul Annisa, M. Iqbal Tarigan, dan Ricky Akhiranda.

II.E. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGANMie Level dirintis di jalan Masjid dengan modal awal Rp 800.000,- yang berasal dari uang pribadi milik pemilik yaitu Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Tempat usaha yang digunakan di jalan Masjid berada di emperan toko dan merupakan bekas tempat usaha milik keluarga pemilik Mie Level, sehingga mereka tidak perlu membayar uang sewa.Modal awal disetorkan Rp400.000,- dari Rachmadsyah Dana dan Rp 400.000,- dari Nurul Annisa. Mereka bersepakat mengalokasikan laba dengan 30% ditambahkan ke modal usaha, 35% untuk Rachmadsyah Dana, dan 35% untuk Nurul Annisa.Saat memutuskan pindah tempat usaha ke jalan Ismailiyah, pemilik menambahkan investasi sejumlah Rp 8.000.000,- untuk menambah peralatan seperti bangku dan meja. Semakin berkembangnya Mie Level, dulu hanya menggunakan dua kompor, sekarang mereka menggunakan empat kompor.Sumber pembiayaan Mie Level berasal dari uang pemilik pribadi. Pemilik mengatakan, selama keuangan pribadi masih mampu untuk menambah investasi, mereka tidak melakukan pinjaman ke bank. Sejak berdirinya usaha di tahun 2012, pemilik baru sekali melakukan pinjaman ke bank. Yakni meminjam ke Bank Sumut sebesar Rp 10.000.000,- sewaktu pindah tempat usaha dari jalan Masjid ke jalan Ismailiyah.Pada awal di rintis, Mie Level memperoleh laba bersih Rp 1.310.200,-, namun sekarang mereka memproleh laba bersih mencapai 30 hingga 60 juta rupiah. Pemilik menyatakan dalam sehari mereka mengeluarkan biaya bahan baku sebsar Rp 2.000.000,- , dan akan mencapai break event point dengan penjualan 150 porsi Mie Level.Mie Level tidak menggunakan jasa akuntan. Mereka melakukan pencatatan secara sederhana. Namun terlihat jelas banyak penjualan, laba, dan biaya. Pencatatn laba dan biaya dapat dilihat perhari, perminggu, dan perbulan. Pemilik menyatakan melakukan klasifikasi harian, mingguan, dan bulanan untuk memudahkan pemilik melihat naik dan turunnya penjualan secara terperinci sesuai kebutuhan.Dengan tidak menggunakan jasa akuntan, pemilik sendiri yang melakukan pencatatn, beliau mengakui tidak mengerti dan tidak tahu pentingnya perhitungan biaya dan akumulasi penyusutan aktiva tetap. Selain itu, biaya utilities yakni biaya air, listrik dan telepon berkisar lebih kurang Rp 800.000,-. Dan biaya ini dibagi dua dengan M. Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda selaku pemilik tempat dan penjual minum di usaha Mie Level.Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa hanya menjual makanan, sedangkan minuman dijual oleh Ricky Akhiranda dan M.Iqbal Tarigan. Laba dan bon pesanan antara makanan dan minuman juga dipisahkan.

II.F. ASPEK HUKUMPada awal di rintis, usaha Mie Level ini dimiliki oleh dua orang, yaitu Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Rachmadsyah Dana adalah pencetus ide juga sebagai pengelola manajemen usaha, sedangkan Nurul Annisa yang membuat resep dan mengatur pembelanjaan di pasar setiap harinya. Sekitar enam bulan yang lalu, Dana dan Nurul sebagai pemilik Mie Level memutuskan pindah tempat usaha dan memperbesar usahanya. Untuk keputusan itu, mereka menambahkan dua orang untuk bergabung sebagai pemilik, yakni M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda.Izin usaha Mie Level sendiri sedang dalam tahap proses pengurusan. Dimana dalam proses pengurusan legalitas ini, tidak hanya izin usaha, namun juga di urus, trade mark, logo, dan npwp. Dalam izin usaha yang sedang di urus, pemilik Mie Level akan dinyatakan ada dua orang yakni Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Kemudian pemilik menjelaskan setelah surat izin ini selesai, mereka akan membuat surat keterangan bekerjasama dengan M.Iqbal Tarigan dan Ricky akhiranda. Sehingga M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda bukanlah pemilik Mie Level. Mereka hanya ikut bergabung bekerja sama menjual minum di Mie Level dengan memberikan tempat usaha tanpa uang sewa.II.G. ASPEK PRODUKSIDalam aspek produksi mengenai bahan baku, Mie level bekerja sama dengan Indofood mengenai bahan baku mie. Mie Level mengambil mie dari Indofood 100 kotak setiap kali ambil, dan melakukan pembayaran dua minggu setelah pengambilan barang. Dengan kerja sama ini, Mie Level mendapat potongan sebesar 3% dari pihak Indofood.Sedangkan dalam hal cabai, Mie level dapat menggunakan cabai rawit 10-30 Kg per harinya. Pihak Mie Level sendiri memiliki kualifikasi dan spesifikais khusus untuk cabai rawit yang digukaan. Mereka tidak akan menggunakan cabai apabila tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan pemilik Mie Level berani menutup usahanya dalam sehari apabila tidak mendapatkan cabai yang sesuai seperti yang diinginkan.Saat pertama di rintis, Mie Level hanya menjual 16 porsi mie dalam sehari. Namun sekarang, Mie Level dapat menjual hingga 200 porsi mie dalam sehari.Proses produksi mie level dilakukan dengan kerja sama yang baik. Proses pencucian piring dilakukan oleh dua orang pekerja. Pencucian sayur juga dilakukan dengan baik. Setalah dicuci, sayuran dipotong untuk kemudian di bawa ke dapur. Penempatan lokasi pencucian, pemotongan, penyeluran mie, dan dapur juga memiliki alur yang baik. Pesanan dimasak oleh koki dengan menggunakan empat kompor. Setiap koki standar nya memegang 4 bon. Jika keadaan sedang sangat ramai, setiap koki emmegang maksimal 3 bon pesanan makanan. Untuk minuman sendiri. Dimiliki oleh M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda yang juga merupakan pemilik tempat lokasi usaha di jalan Ismailiyah.II.H. ASPEK SOSIAL DAN RELIGIUSDalam urusan aspek sosial dan religius, Mie Level selalu menyisihkan sebahagian dari labanya untuk mengadakan doa bersama dan makan bersama dengan anak-anak yatim. Acara ini diselenggarakan sekali dalam sebulan, dan dilaksanakan pada hari Jumat. Di tempat usaha Mie Level ini, tidak dibangun mushollah. Namun disediakan tempat sholat di dalam rumah lengkap dengan sajadah dan mukenah.Sesuai dengan keadaan yang kami amati, tidak banyak karyawan maupun pengunjung yang melaksanakan ibadah sholat. Namun terlepas daripada itu, kita ketahui bahwa keimanan dan pelaksanaan ibadah seorang umat, adalah urusan dan tanggung jawab umat itu sendiri terhadap Tuhannya. Selain itu Mie Level sendiri sudah menyiapkan tempat dan perlengkapan sholat dan tidak melarang karyawannya dalam menunaikan ibadah sholat. Hal ini kami lihat saat ada beberapa karyawan yang melaksanakan ibadah sholat dan menghentikan pekerjaannya untuk sementara waktu.

II.I ASPEK KEBERSIHANKebersihan yang ditunjukkan oleh Mie Level, sangat baik. Kami sendiri telah melakukan pengecekan kebersihan dari tempat makan, dapur, hingga kamar mandi. Jika di banyak ditempat makan lain biasanya kita melihat tisu-tisu berserakan di meja dan di lantai, kita tidak akan menemukan pemandangan serupa disini. Di Mie Level, lantai, meja, dna kursi bersih dari tisu-tisu kotor.Kebersihan makanan dan dapur juga dapat kami pastikan baik. Kami sendiri telah melakukan pengecekan di tempat pencucian piring, bagaimana pemotongan sayur, dan bagaimana proses pamasakan. Sayur-sayur yang telah dicuci dan dibersihkan terlihat bersih dan segar. Kita tidak menemukan timun yang jelek maupun selada yang layu.Namun seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna. Kebersihan kamar mandi Mie Level tidak sebaik kebersihan mereka terhadap bagian yang lainnya. Kamar mandi terasa agak licin dan kotor kekuning-kuningan. Alangkah baiknya jika kamar mandi yang mereka sediakan juga sama bersihnya dengan tempat-tempat lainnya, maka akan sangat baik kebersihan di Mie Level ini.III. PENUTUPDengan hasil observasi yang kami lakukan pada usaha Mie Level, kami menyimpulkan bahwa Mie Level layak dari berbagai aspek. Mie level juga memiliki prospek yang bagus karena minat pengunjung yang cukup tinggi.III.A. KESIMPULANMie level merupakan usaha kuliner yang memiliki keunggulan dalam menciptakan ruang untuk pecinta pedas. Mie level juga merupakan usaha yang tidak hanya mementingkan aspek laba yang dihasilkan, namun juga memikirkan bagaimana aspek sosial dijalankan seperti dalam sebulan sekali mie level melakukan makan bersama anak yatim. Mie level juga telah melakukan hal yang baik dalam pengelolaan karyawan, yakni dengan memberikan ruang kepada karyawan melakukan ibadah sholat dan memberikan reward kepada karyawannya. Dalam pengelolaan bahan baku, mie level juga telah melakukan dengan baik, yakni dengan menjaga kebersihan dalam proses produksi dan memiliki kriteria tertentu dalam pemilihan bahan baku. III.B. SARANSaran kami untuk usaha Mie Level adalah agar melakukan pencatatan keuangan yang lebih jelas, agar laba yang dihasilkan dapat lebih jelas dan terperinci. Mie level juga sebaiknya melakukan inovasi yang lebih lagi, hal ini disebabkan dengan adanya beberapa komentar pengunjung yang mengatakan bahwa datang ke mie level hanya karena penasaran. Ada baiknya jika mie level melakukan inovasi dalam rasa, sebaiknya mie level dapat menciptakan rasa yang membuat pengunjung kangen atau ingin kembali berkunjung ke mie level.Mie level juga sebaiknya menjaga kebersihan kamar mandi, karena kamar mandi yang digunakan tidak cukup bersih dan sebaiknya mie level juga menambah lahan parkir karena kurangnya lahan parkir yang ada.10