STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada...

26
ix ABSTRAK STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP STABILITAS INFLASI PADA KORIDOR EKONOMI DI INDONESIA Penurunan kegiatan pasar keuangan internasional dapat mempengaruhi kinerja pasar keuangan di Indonesia. Kegagalan dalam mencapai sasaran ekonomi makro pada periode waktu tetentu untuk keluar dari krisis ekonomi, selain mengandalkan kebijakan moneter dan fiskal, tetapi harus menata struktur dari financial system dari pasar keuangan (International Monetary Fund, 2012). Data tentang kinerja makro ekonomi di koridor Jawa dan Koridor Bali Nusra menunjukkan adanya dinamika yang berbeda dalam daya serap pasar keuangan, sehingga diperlukan kajian tentang kebijakan moneter yang berdimensi regional. Penelitian ini berfokus kepada dampak kebijakan moneter terhadap kinerja makro ekonomi di koridor Indonesia. Studi ini merujuk dari Carlino dan Defina (1998) sebagai penggagas awal monetary policy berbasis kepada regional dimension, Cortes dan Kong (2007) menyatakan bahwa kebijakan moneter memiliki dampak yang berbeda pada tingkat regional di China. Dow dan Montagnoli (2010) lebih memfokuskan regional dimension dari kebijakan moneter berdasarkan kinerja pasar keuangan, sehingga dapat diketahui dinamika struktur pasar keuangan di berbagai daerah sebagai indikator yang menentukan monetary shock yang bertransmisi dari fleksibilitas sektor keuangan menuju sektor riil termasuk perluasan investasi dan perdagangan ekspor daerah. Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian ini melakukan pengelompokkan koridor Jawa dan koridor Bali Nusra. Berdasarkan pengembangan model VAR dan TSLS didapatkan adanya perbedaan potensi wilayah koridor berkaitan dengan kinerja pasar keuangan, pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan inflasi daerah wilayah koridor. Hasil analisis ini membuktikan bahwa kebijakan moneter di Indonesia sudah saatnya memperhatikan adanya perbedaan sumber daya alam, kondisi pasar keuangan serta dukungan sumber daya manusia yang ternyata sangat berbeda dengan koridor Jawa yang tidak saja sebagai pusat pertumbuhan industri dan perdagangan, tetapi juga sebagai pusat keuangan. Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya mengembangkan stance kebijakan moneter berbasis regional dimension, sehingga dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang semakin merata di Indonesia. Kata kunci: Regional monetary dimension, financial deepening dan kinerja ekonomi koridor di Indonesia.

Transcript of STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada...

Page 1: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

ix

ABSTRAK

STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA

TERHADAP STABILITAS INFLASI PADA KORIDOR EKONOMI

DI INDONESIA

Penurunan kegiatan pasar keuangan internasional dapat mempengaruhi kinerja

pasar keuangan di Indonesia. Kegagalan dalam mencapai sasaran ekonomi makro pada

periode waktu tetentu untuk keluar dari krisis ekonomi, selain mengandalkan kebijakan

moneter dan fiskal, tetapi harus menata struktur dari financial system dari pasar keuangan

(International Monetary Fund, 2012). Data tentang kinerja makro ekonomi di koridor

Jawa dan Koridor Bali Nusra menunjukkan adanya dinamika yang berbeda dalam daya

serap pasar keuangan, sehingga diperlukan kajian tentang kebijakan moneter yang

berdimensi regional. Penelitian ini berfokus kepada dampak kebijakan moneter terhadap

kinerja makro ekonomi di koridor Indonesia.

Studi ini merujuk dari Carlino dan Defina (1998) sebagai penggagas awal

monetary policy berbasis kepada regional dimension, Cortes dan Kong (2007)

menyatakan bahwa kebijakan moneter memiliki dampak yang berbeda pada tingkat

regional di China. Dow dan Montagnoli (2010) lebih memfokuskan regional dimension

dari kebijakan moneter berdasarkan kinerja pasar keuangan, sehingga dapat diketahui

dinamika struktur pasar keuangan di berbagai daerah sebagai indikator yang menentukan

monetary shock yang bertransmisi dari fleksibilitas sektor keuangan menuju sektor riil

termasuk perluasan investasi dan perdagangan ekspor daerah.

Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di

Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian ini melakukan

pengelompokkan koridor Jawa dan koridor Bali Nusra. Berdasarkan pengembangan

model VAR dan TSLS didapatkan adanya perbedaan potensi wilayah koridor berkaitan

dengan kinerja pasar keuangan, pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional dan

inflasi daerah wilayah koridor. Hasil analisis ini membuktikan bahwa kebijakan moneter

di Indonesia sudah saatnya memperhatikan adanya perbedaan sumber daya alam, kondisi

pasar keuangan serta dukungan sumber daya manusia yang ternyata sangat berbeda

dengan koridor Jawa yang tidak saja sebagai pusat pertumbuhan industri dan

perdagangan, tetapi juga sebagai pusat keuangan. Hasil penelitian ini merekomendasikan

pentingnya mengembangkan stance kebijakan moneter berbasis regional dimension,

sehingga dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang semakin merata di Indonesia.

Kata kunci: Regional monetary dimension, financial deepening dan kinerja ekonomi

koridor di Indonesia.

Page 2: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

x

ABSTRACT

STUDY OF MONETARY POLICY IMPACT AND INFLATION STABILITY

IN THE ECONOMIC CORRIDOR OF INDONESIA

The slow-down of international financial markets performance have strightly

affect to the domestic financial sector growth in Indonesia. To be extended, some

macroeconomic targets might be difficult tobe be realized. On the other hands, Indonesia

still faced the problems of financial development process that needs to be more

liberalized to adjust with the structure of the international financial system (International

Monetary Fund, 2012). According to macroeconomic data available based on regional

performance in the corridors Jawa and Bali Nusra of Indonesia showed the different

dynamics in the financial market absorption, so that its needs a study on regional

dimension of monetary policy.

This study focuses on the impact of monetary policy on macroeconomic

performance in the regional contexs, i.e the corridors of Indonesia territory. This study

refers to Carlino and Defina (1998) as the pioneer in monetary policy based on the

regional dimension, Cortes and Kong (2007) states that monetary policy has a different

impact on the regional level in China. Dow and Montagnoli (2010) focuses on regional

dimension of monetary policy based on the performance of the financial markets, so that

its can be seen the dynamics of the structure of financial markets in different regions as

an indicator of the monetary shock variable that transmissed the flexibility of the financial

sector to the real sector, including the expansion of investment and export trade area.

The study of monetary policy and its impact on the regional dimension in

Indonesia has been discussed by Ridwan et al. (2011). This researchis grouping the

corridors of Java and Bali Nusra corridor. Based on VAR model development and TSLS

obtained their potential differences corridor area related to the performance of financial

markets, economic growth, trade of the international regional and inflation. The results of

this analysis shows that the study of Carlino and Defina (1998), Cortes and Kong (2007),

Ridwan et al. (2011) as well as the Dow and Montagnoli (2010) can be proven and in line

with the results of this study, namely that monetary policy in Indonesia it was time to pay

attention to the differences in natural resources, financial market conditions and human

resources support that was very different from the corridor Java not only as a center of

industrial and trade growth, but also as a financial center. The results of this study

recommend the importance of developing the monetary policy stance based regional

dimension, in order to achieve more equitable economic growth in Indonesia.

Key words: Regional monetary dimension , financial deepening and economic

performance corridors in Indonesia

Page 3: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 17

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 17

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 19

2.1 Kebijakan Moneter di Indonesia .......................................... 19

2.1.1 Independensi Bank Sentral ......................................... 23

2.1.2 Kebijakan Moneter Berbasis Single Anchor Suku

Bunga ......................................................................... 26

2.1.3 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter dan

Target Inflasi .............................................................. 27

2.2 Financial Deepening dan Pertumbuhan Ekonomi ................ 29

2.2.1 Reformasi Pasar Keuangan dan Pertumbuhan

Ekonomi ..................................................................... 31

2.2.2 Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ................................. 32

2.2.3 Output Gap Perekonomian Indonesia ....................... 38

2.2.4 Teori Pertumbuhan Schumpeter ................................. . 40

2.2.5 Teori Milton Friendman ............................................. 43

2.2.6 Teori IS-LM ............................................................... 45

2.2.7 Intermediasi Industri Perbankan ................................. 45

2.3 Kebijakan Moneter Berdimensi Regional .............................. 47

2.3.1 Hubungan Suku Bunga dengan Pertumbuhan

Ekonomi ..................................................................... 49

2.3.2 Hubungan Pasar Keuangan dengan Pertumbuhan

Ekonomi ..................................................................... 52

2.3.3 Hubungan Trade Open dengan Pertumbuhan

Ekonomi ..................................................................... 57

2.3.4 Hubungan Nilai Tukar terhadap Perdagangan

Internasional ............................................................... 63

2.4 Inflasi Daerah ......................................................................... 67

Page 4: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

xii

2.4.1 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Inflasi ..... 72

2.4.2 Hubungan Trade Open dengan Inflasi ....................... 74

2.4.3 Hubungan Nilai Tukar dengan Inflasi ........................ 76

2.5 Instrumen Kebijakan Moneter................................................ 79

2.5.1 Instrumen Moneter Suku Bunga ................................ 98

2.6 Penelitian Sebelumnya ........................................................... 100

2.6.1 Monetary Policy Regional Dimension ....................... 100

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ............. 103

3.1 Kerangka Berpikir .................................................................. 103

3.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 109

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................... 112

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 114

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................ 114

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 114

4.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 116

4.4 Variabel Penelitian ................................................................ 116

4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................... 116

4.4.2 Definisi Operasional Variabel .................................... 116

4.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 119

4.5.1 Teknik Dokumen ....................................................... 119

4.6 Prosedur Penelitian ............................................................... 119

4.7 Teknis Analisis Data ............................................................. 120

4.8 Metode Analisis ..................................................................... 124

4.8.1 Uji Kelayakan Data Time-series ................................ 124

4.8.2 Pendekatan Metode Vector Auto Regression (VAR) . 125

4.8.3 Metode Ekonometrik Simultan 2SLS ....................... 136

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 141

5.1 Gambaran Umum Kinerja Daerah Penelitian ....................... 141

5.1.1 Koridor Jawa Pusat Perdagangan dan Industri .......... 142

5.1.2 Koridor Bali dan Nusa Tenggara ............................... 143

5.2 Analisis Koridor Koridor Jawa dan Koridor Bali Nusra ........ 144

5.2.1 Uji Normalitas Data Series ........................................ 144

5.2.2 Uji Stasioneritas Koridor ............................................ 146

5.3 Pengujian Hipotesis ............................................................... 148

5.3.1 Estimasi Dampak Kebijakan Moneter pada Koridor

Jawa dan Koridor Bali Nusra ..................................... 149

Page 5: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

xiii

5.4 Impulse Response Kebijakan Moneter Koridor Ekonomi ...... 167

5.4.1 Impulse Respon Blok Pertumbuhan Ekonomi

Koridor Jawa dan Koridor Bali Nusra ....................... 167

5.4.2 Impulse Respon Blok Perdagangan Internasional

Koridor Jawa dan Koridor Bali Nusra ....................... 172

5.4.3 Impulse Respon Blok Inflasi Koridor Jawa dan

Koridor Bali Nusra ..................................................... 175

5.5 Analisis Variance Decomposition Wilayah Koridor ............. 177

5.5.1 Variance Decomposition Blok Pertumbuhan Koridor

Jawa dan Koridor Bali Nusra ..................................... 177

5.5.2 Variance Decomposition Blok Perdagangan

Internasional Koridor Jawa dan Koridor Bali Nusra .. 179

5.5.3 Variance Decomposition Blok Inflasi Koridor Jawa

dan Koridor Bali Nusra .............................................. 181

5.6 Dinamika Kebijakan Moneter Regional Dimension

(Keterbaharuan Disertasi) ...................................................... 186

5.6.1 Koridor Jawa dan Koridor Bali Nusra ........................ 187

BAB VI PENUTUP .................................................................................... 191

6.1 Simpulan ............................................................................... 191

6.2 Temuan Studi ......................................................................... 193

6.3 Implikasi Penelitian ................................................................ 194

6.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 197

6.5 Saran Studi Mendatang ......................................................... 197

6.6 Rekomendasi ......................................................................... 198

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 199

LAMPIRAN .................................................................................................... 214

Page 6: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Hasil Uji Jarque Bera Koridor ................................................................ 145

5.2 Hasil Uji Engle-Ganger Koridor ............................................................. 147

5.3 Hasil Estimasi VAR Pengaruh Suku Bunga, Financial Saving,

Financial Credit dan Trade Open terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Koridor Jawa ........................................................................................... 150

5.4 Hasil Estimasi VAR Pengaruh Suku Bunga, Financial Saving,

Financial Credit terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Koridor Jawa ...... 152

5.5 Hasil Estimasi VAR Pengaruh nilai tukar terhadap Trade Open di

Koridor Bali Nusra ................................................................................. 158

5.6 Hasil Estimasi VAR Pengaruh Nilai Tukar terhadap Trade Open di

Koridor Jawa ........................................................................................... 159

5.7 Hasil Estimasi VAR Pengaruh Output Gap, Trade Open dan Nilai

Tukar terhadap Inflasi di Koridor Bali Nusra ........................................ 161

5.8 Hasil Estimasi VAR Pengaruh Output Gap, Trade Open dan Nilai

Tukar terhadap Inflasi di Koridor Jawa ................................................. 163

5.9 Hasil Impulse Response Function Blok Pertumbuhan Koridor Bali

Nusra ....................................................................................................... 168

5.10 Hasil Impulse Response Function Blok Pertumbuhan Koridor Jawa ..... 169

5.11 Hasil Impulse Response Function Blok Perdagangan Internasional

Koridor Bali Nusra ................................................................................. 174

5.12 Hasil Impulse Response Function Blok Inflasi Koridor Bali Nusra ....... 175

5.13 Variance Decomposition Blok Pertumbuhan Ekonomi Koridor-Output

Gap ........................................................................................................ 177

5.14 Variance Decomposition Blok Perdagangan Internasional-Trade

Open ....................................................................................................... 179

5.15 Variance Decomposition Blok Perdagangan Internasional-Nilai Tukar 180

5.19 Hasil Variance Decomposition Blok Inflasi Koridor ............................. 181

5.20 Hasil Variance Decomposition Blok Output Gap Koridor .................... 182

5.21 Hasil Variance Decomposition Blok Trade Open Koridor .................... 183

5.22 Hasil Variance Decomposition Blok Nilai Tukar Koridor ..................... 185

5.23 Kinerja Pasar Keuangan di Koridor Koridor Jawa dan Koridor Bali

Nusra ....................................................................................................... 187

Page 7: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Perkembangan Financial Deepening (%) di Indonesia Periode 1988-

2013 ....................................................................................................... 6

1.2 Perbandingan Data PDRB 6 Koridor di Indonesia ................................ 10

1.3 Perbandingan Data Inflasi 6 Koridor di Indonesia ................................ 11

2.1 Kurve LM ............................................................................................... 20

2.2 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ............................................ 28

2.3 Model Pertumbuhan Solow .................................................................... 35

2.4 Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan Pada Tingkat

Tabungan ............................................................................................... 36

2.5 Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan Pada Pertumbuhan

Penduduk ................................................................................................ 37

2.6 Fungsi Mediasi Industri Perbankan ....................................................... 46

2.7 Struktur Inflasi Menurut Penyebabnya ................................................... 68

2.8 Mekanisme Transmisi Saluran Suku Bunga .......................................... 99

3.1 Variabel Makro Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah .............. 106

3.2 Target Makro Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................. 108

3.3 Model Operasional Penelitian ............................................................... 111

4.1 Koridor Ekonomi Indonesia .................................................................. 115

5.1 Perkembangan Output Gap Koridor Jawa ............................................. 143

5.2 Perkembangan Output Gap Koridor Bali Nusra ..................................... 144

Page 8: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Sekunder ........................................................................................ 215

2. Uji Normalitas ........................................................................................ 217

3. Uji Kointegrasi ....................................................................................... 220

4. Hasil Analisis Vector Auto Regression (VAR) Koridor Jawa .............. 224

5. Hasil Analisis Vector Auto Regression (VAR) Koridor Bali Nusra ...... 242

Page 9: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan ekonomi dunia yang terjadi pada tahun 1997 telah

berdampak pada perekonomian sejumlah Negara di ASIA termasuk Indonesia,

yang menjadi pelajaran penting bagi Negara di kawasan ASIA dan menjadi

perhatian bagi perumus kebijakan moneter di banyak Negara kawasan ASIA

untuk memperhatikan peranan struktur financial pasar keuangan dalam rangka

memicu pertumbuhan ekonomi. Ketertinggalan dalam menata pasar keuangan

secara tak memadai dapat menjadi faktor penyebab tidak berjalannya secara

efektif kebijakan moneter Bank Sentral. Ketertinggalan penataan itu terlihat dari

intermediasi perbankan yang lemah, akses keuangan yang terbatas, serta

kelambanan mobilitas jasa keuangan dalam mendukung kegiatan produksi dan

investasi (Marcelin dan Mathur, 2013).

Penurunan kegiatan pasar keuangan internasional dapat mempengaruhi

kinerja pasar keuangan di Indonesia serta semakin mengecilnya pilihan kebijakan

yang dapat dilakukan pemerintah dan Bank Sentral dalam memadukan kebijakan

moneter dan fiskal untuk mencapai stabilitas ekonomi nasional dengan tetap dapat

memberikan ruang gerak pertumbuhan ekonomi. Kegagalan dalam mencapai

sasaran ekonomi makro pada periode waktu tetentu untuk keluar dari krisis

ekonomi secepatnya, pada umumnya tidak memadai hanya mengandalkan

kebijakan fiskal dan moneter semata, tetapi Negara bersangkutan harus kembali

Page 10: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

2

menata struktur dari financial system dari pasar keuangan pada Negara

bersangkutan (International Monetary Fund, 2012).

Gagasan IMF untuk merekomendasikan penataan kembali struktur

financial sebenarnya bukanlah gagasan baru, melainkan telah diteorikan

sebelumnya oleh Schumpeter (1911) serta Gurley dan Shaw (1960), tentang peran

strategis pasar keuangan atau financial market dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Inovasi sebagai bagian penting dari pendukung

pertumbuhan ekonomi tentunya akan diperankan oleh wirausaha atau

entrepreneur dan para investor yang memerlukan akses pasar keuangan yang

efektif dan efisien.

Keterkaitan sektor financial dengan pertumbuhan ekonomi telah mendapat

perhatian sejak tahun 1970-an, yaitu ketika gagasan tentang financial

liberalization diperkenalkan oleh McKinnon dan Shaw (1973), mendorong

perhatian banyak negara untuk lebih memperhatikan secara sungguh-sungguh

reformasi pasar keuangan. Banyak negara berkembang memberikan perhatian

kepada perencanaan makro ekonomi dengan upaya deregulasi kebijakan

penetapan suku bunga yang lebih memberikan ruang gerak kepada pasar

keuangan, serta pada saat bersamaan juga dilakukan pelonggaran terhadap kredit

perbankan. Pelonggaran juga diberikan kebebasan lebih leluasa kepada mobilitas

modal internasional. Fnancial model yang dibangun dalam penelitian ini adalah

peranan suku bunga BI rate sebagai instrument moneter Bank Sentral berdampak

kuat terhadap proses financial deepening yang mendorong percepatan

pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah di Indonesia, serta stabilitas inflasi

Page 11: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

3

sebagai pencerminan tidak saja pertumbuhan ekonomi tetapi juga peluang bagi

pertumbuhan angkatan kerja daerah.

Berdasarkan McKinnon dan Shaw (1973), konsep teori yang

ditawarkannya adalah bahwa perekonomian suatu negara akan berkembang

apabila didukung oleh financial system dalam pasar keuangan yang efisien yang

dapat menggerakkan mobilitas modal secara efektif dan efisien dalam mendorong

kinerja ekonomi makro secara optimal. Pasar keuangan yang terkekang oleh

regulasi pemerintah secara ketat dinyatakan sebagai faktor yang menghambat

tumbuh kembangnya pasar keuangan secara efisien, sehingga financial repression

menjadi kendala dalam mendorong pertumbuhan tabungan domestik dan

perluasan investasi nasional.

Levine dan Zervos (1996), berdasarkan studi cross-sectional antar negara

menemukan adanya keterkaitan yang sangat kuat antara financial development

dengan pertumbuhan ekonomi. Levine (2000), menyajikan data historis dan kajian

ekonometrik memberikan gambaran dan bukti empirical bahwa struktur pasar

keuangan yang efisien adalah prasyarat yang diperlukan dalam memicu

percepatan pertumbuhan ekonomi suatu Negara atau wilayah tertentu. Levine

(2000), melakukan penelitian pada lima negara ASEAN, dengan membangun

pemodelan PDB riil sebagai fungsi dari financial deepening, yaitu dinamika

mobilisasi tabungan masyarakat oleh perbankan dan menyalurkannya kembali

kepada pengusaha yang bergerak di sektor riil.

Gordon dan Winton (2001), menyatakan bahwa reformasi struktur pasar

keuangan di sejumlah Negara berkembang yang telah dilaksanakan sejak tahun

Page 12: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

4

1970-an, termasuk dalam deregulasi suku bunga perbankan yang memungkinkan

dapat diarahkan menjadi pendukung dalam pembiayaan kegiatan produksi dan

investasi dengan birokrasi yang lebih singkat serta dengan akses yang semakin

terbuka, pelayanan dengan inovasi produk jasa keuangan serta pada akhirnya

adalah peranan perbankan dalam melaksanakan financial intermediasi adalah

semakin nyata memberikan kontribusi dalam menggerakkan pertumbuhan

ekonomi. Suatu perkonomian yang sehat dan dinamis membutuhkan system

keuangan yang mampu menyalurkan dana secara efisien dari masyarakat yang

memiliki dana lebih (Financial Saving) ke masyarakat yang memiliki peluang-

peluang investasi produktif (Financial Credit).

Financial Saving adalah rasio perbandingan dari jumlah tabungan

masyarakat dibandingkan dengan PDRB pada koridor bersangkutan, apabila

pertumbuhan jumlah tabungan lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan

PDRB pada koridor bersangkutan maka dapat dikatakan telah terjadi pendalaman

financial saving. Sebaliknya apabila pertumbuhan tabungan masyarakat lebih

lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB koridor maka dinyatakan

koridor bersangkutan telah terjadi pendangkalan financial (financial shallow).

Financial Credit merupakan perbandingan antara jumlah realisasi kredit

dengan PDRB koridor bersangkutan. Apabila pertumbuhan kredit lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB pada koridor bersangkutan maka

dinyatakan kondisi pasar keuangan pada koridor bersangkutan adalah pendalaman

financial kredit. Sebaliknya apabila pertumbuhan kredit lebih lambat

Page 13: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

5

dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB koridor bersangkutan maka dinyatakan

telah terjadi pendangkalan financial kredit.

Kedua parameter financial saving maupun financial credit adalah variabel

yang membentuk dinamika financial deepening dan transmisi kebijakan moneter

pada koridor yang bersangkutan. Mobilisasi tabungan masyarakat adalah sumber

permodalan domestic berasal dari masyarakat yang diperlukan dalam

pembangunan sehingga semakin besar pertumbuhan tabungan masyarakat akan

menunjukkan semakin mandirinya koridor ekonomi yang bersangkutan dalam

mengelola pembangunan. Hal yang sama juga dicerminkan dari financial credit

bahwa peningkatan pertumbuhan kredit mencerminkan kemampuan perbankan

daerah dalam menyediakan akses permodalan bagi sektor riil. Semakin besar

realisasi kredit yang dapat diberikan maka semakin tinggi peluang pertumbuhan

sector riil itu sendiri.

Pendalaman sektor keuangan berdasarkan penelitian ditunjukkan oleh

semakin besarnya rasio antara jumlah uang beredar (M2) dengan Produk

Domestik Bruto (PDB). Penggunaan rasio M2 terhadap PDB sebagai indikator

financial deepening direkomendasikan oleh King dan Levine (1993). Suatu

Negara dinyatakan berada pada kondisi struktur pasar keuangan yang dangkal

apabila rasio M2 terhadap PDB dinyatakan lebih kecil dari 20 persen (Aizenman

dan Crichton, 2006). Berikut ini data Financial Deepening di Indonesia seperti

disajikan pada

Page 14: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

6

Gambar 1.1

Perkembangan Financial Deepening (%) di Indonesia

Periode 1988-2013

Sumber : Bank Indonesia dan World Bank (data diolah)

Berdasarkan data pada Gambar 1.1, perkembangan financial deepening

di Indonesia selama periode tahun 1988-2013 menunjukkan pola yang

berfluktuasi. Sejak reformasi keuangan pada tahun 1980-an yang diawali dari

Deregulasi Perbankan bulan Juni 1983 kemudian Deregulasi Perbankan bulan

Oktober 1988. Perkembangan financial deepening justru terjadi pada saat krisis

ekonomi dan moneter pada tahun 1997/1998. Hal ini terjadi karena adanya

berbagai insentif yang diberikan oleh otoritas moneter kepada masyarakat dalam

menjalankan aktifitas ekonominya. Bank Sentral memberikan KLBI (Kredit

Likuiditas Bank Indonesia) kepada masyarakat melalui perantara Bank Umum.

Perkembangan sektor keuangan yang cukup baik nyatanya tidak didukung oleh

membaiknya peranan penyedia dana tersebut terhadap perekonomian. Hal ini

tercermin dari penurunan rasio M2/PDB selama beberapa tahun setelah krisis

1997/1998. Rasio M2/PDB menunjukkan besarnya rasio kewajiban likuid sistem

keuangan, sekaligus menggambarkan kondisi sistem keuangan suatu negara. Pada

Page 15: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

7

1998, rasio M2/PDB nasional masih 60,43 persen persen menurun menjadi 38,21

persen pada 2009. Menurunnya rasio M2/PDB disebabkan oleh krisis keuangan

global 2008 yang berpengaruh pada sektor keuangan domestik. Akan tetapi, awal

tahun 2010-2013 Indonesia mulai bisa bangkit dengan peningkatan rasio ini di

tengah krisis keuangan Eropa yang melanda.

Keterbatasan data ekonomi moneter yang selama ini menjadi kendala bagi

pengembangan permodelan makro ekonomi regional yaitu tidak tersedianya data

tentang jumlah uang beredar (JUB) di tingkat provinsi, sehingga tidak

memungkinkan dapat dilakukan penelusuran efektifitas kebijakan moneter pada

tingkat koridor melalui pendekatan variabel JUB. Dalam rangka pengembangan

studi tentang dampak kebijakan moneter bagi kawasan regional/koridor di

Indonesia, tulisan ini melakukan penelusuran melalui financial deepening model,

sehingga dapat diketahui peranan intermediasi perbankan dalam memacu

pertumbuhan ekonomi pada koridor ekonomi di Indonesia.

Alejandro (1985) dan Gregio (1999), mengemukakan bahwa pendalaman

sistem keuangan (financial deepening) suatu negara dapat berfungsi

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disebabkan oleh struktur keuangan yang

dalam (financial deep) memiliki kemampuan dalam mengalokasikan dana secara

efektif ke sektor-sektor yang potensial, meminimalkan resiko dengan diversifikasi

produk keuangan, meningkatnya jumlah faktor produksi atau meningkatnya

efisiensi dari pengguna faktor produksi tersebut, dan meningkatnya tingkat

investasi atau marginal produktifitas akumulasi modal dengan penggunaan yang

semakin efisien.

Page 16: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

8

Kegiatan perekonomian dinyatakan sehat dan dinamis, apabila sistem

keuangan yang tersedia mampu menyalurkan dana secara efisien dari masyarakat

yang memiliki dana lebih ke masyarakat yang memiliki peluang-peluang investasi

produktif. Reformasi struktur keuangan yang sangat drastis dengan menempatkan

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independen telah ditetapkan

melalui regulasi perundangan Bank Sentral No. 23 tahun 1999 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2004 dan terakhir dengan Undang-

Undang No. 6 tahun 2009 Tentang Bank Indonesia, dengan tugas pokok

memelihara stabilitas nilai rupiah dalam perekonomian nasional. Reformasi sektor

pasar keuangan di Singapura sebagaimana dilaporkan Yong dan Nah (2012),

menunjukkan bahwa instrumen suku bunga bukan menjadi instrumen penentu

dalam mendorong pertumbuhan pasar keuangan.

Ang (2005), menyajikan laporan tentang liberalisasi pasar keuangan di

Malaysia menyajikan bukti empirikal bahwa financial deepening menjadi pemicu

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Studi Ang memfokuskan kepada

kinerja tabungan dalam negeri, Trade Opened dan real interest rate yang ternyata

berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Malaysia. Fulfold (2013),

melaporkan bahwa reformasi keuangan untuk Negara India berhasil menekan

pertumbuhan kemiskinan di pedesaan, melalui pola perubahan pola konsumsi

sebagai akibat dari kemajuan pada struktur pasar keuangan yang berdampak pada

sektor produktif.

Agrawal (2001), melakukan studi pada sejumlah negara di ASIA Tenggara

meliputi Korea Selatan, Malaysia, Indonesia dan Thailand, dinyatakan bahwa

Page 17: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

9

kecuali Malaysia, kebijakan untuk menetapkan suku bunga domestik relatif tinggi

menyebabkan capital inflows disertai dengan depresiasi mata uang domestik,

ternyata menjadi kunci penyelesaian kekurangan devisa untuk membiayai

percepatan pembangunan kawasan ekonomi ASIA tenggara tersebut, tetapi

dilaksanakan dengan biaya mahal. Agrawal (2001), merekomendasikan perlunya

penyehatan ekonomi domestik dengan memberikan ruang lebih banyak kepada

langkah liberalisasi pasar keuangan menjadi lebih efektif dan efisien. Liberalisasi

pasar keuangan di Taiwan sebagaimana dilaporkan oleh Chang dan Wu (2011),

membuktikan bahwa financial deepening tampak menjadi fundamental ekonomi

yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Negara tersebut.

Studi yang dikembangkan Aduda (2014), untuk negara Kenya

menunjukkan bahwa, capital market merupakan kendala yang menghambat

pertumbuhan ekonomi, sehingga diperlukan langkah nyata pemerintah untuk

mendorong perlunya capital deepening dalam rangka menyediakan alternative

pasar keuangan diluar perbankan dalam meningkatan kinerja pertumbuhan

ekonomi. Selanjutnya Ang (2007), menyatakan bahwa financial deepening untuk

Negara Malaysia terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi Negara tersebut

melalui dua jalur yaitu private capital stock dan potensi sumber daya pekerja

sebagai kombinasi yang menentukan prestasi pertumbuhan ekonomi Malaysia

dalam lima tahun terakhir.

Sejumlah penelitian sebagaimana telah disampaikan di atas, sebagian besar

meneliti aspek financial deepening sebagaimana terpolakan sebagai rekomendasi

teori yang dibangun oleh McKinnon dan Shaw (1973), bahwa deregulasi pasar

Page 18: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

10

keuangan akan memberikan peluang bagi proses financial deepening untuk

bekerja menghasilkan pertumbuhan ekonomi, terbukti telah berhasil mencapai

sasaran pertumbuhan ekonomi pada sejumah Negara di ASIA dan sejmlah

Negara di Afrika.

Perekonomian Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kinerja ekonomi

daerah, yaitu enam wilayah koridor Indonesia yang memiliki lingkungan

produksi, sumber daya alam dan perkembangan pasar keuangan yang berbeda,

seperti tampak pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2

Perbandingan Data PDRB di Koridor Indonesia

Sumber : BPS, Jakarta, 2015

Berdasarkan data pada Gambar 1.2 di atas tampak bahwa koridor Jawa

memiliki jumlah PDRB tertinggi, disusul oleh koridor Sumatra, koridor

Kalimantan dan berikutnya koridor Sulampua Bali Nusra. Potensi PDRB yang

Page 19: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

11

berbeda tersebut juga akan menggambarkan fenomena moneter jumlah uang

beredar, transaksi antar pelaku ekonomi serta perkembangan pasar keuangan.

Gambar 1.3

Perbandingan Data Inflasi Enam di Koridor Indonesia

Sumber : BPS, Jakarta, 2015

Berdasarkan Gambar 1.3 ternyata perbedaan kondisi ekonomi antar

koridor semakin dipertajam oleh tingkat inflasi. Koridor Jawa memiliki inflasi

terendah, Koridor Sulampua-Bali Nusra memiliki angka inflasi tertinggi disusul

oleh Koridor Kalimantan serta Koridor Sumatra.

Berdasarkan pada Gambar 1.1 bahwa perkembangan financial deepening

di Indonesia tidak memberikan gambaran yang stabil, yang dapat disebabkan oleh

bervariasinya potensi dan sumber daya ekonomi pada wilayah koridor satu dengan

lainnya berbeda. Data yang telah disajikan pada Gambar 1.2 dan Gambar 1.3

tentang kinerja makro ekonomi di enam koridor menunjukkan adanya dinamika

Page 20: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

12

yang berbeda dalam daya serap pasar keuangan, sehingga diperlukan kajian

tentang kebijakan moneter yang berdimensi regional.

Berdasarkan fenomena kinerja makro ekonomi kawasan regional pada

enam koridor tersebut, maka research problems penelitian ini merumuskan upaya

pembangunan ekonomi yang lebih merata di Indonesia, stabilitas inflasi yang

lebih rendah dan stabil pada koridor ekonomi Jawa dan Sumatra. Perbedaan dalam

jumlah PDRB yang dapat dicapai, menunjukkan masih adanya kesenjangan,

sehingga diperlukan langkah kebijakan moneter yang lebih merangsang kepada

wilayah koridor yang masih tertinggal dalam pertumbuhan ekonomi.

Keterbaharuan studi tentang kebijakan moneter yang disusun dalam

penelitian ini adalah fokus kepada dampak kebijakan moneter terhadap kinerja

makro ekonomi di koridor Jawa dan Koridor Bali. Keterbaharuan studi ini

merujuk kepada Carlino dan Defina (1998) sebagai penggagas awal monetary

policy berbasis kepada regional dimension yang menemukan bahwa dampak atas

kebijakan moneter terhadap real income pada tingkat regional berbeda satu sama

lainnya.

Francis et al. (2011), menemukan fakta empirik bahwa dampak atas

monetary shock ternyata berpengaruh secara berbeda ditingkat wilayah regional di

Inggris. Perbedaan dampak atas kebijakan moneter ternyata pada wilayah regional

di Inggris ditentukan oleh perbedaan tingkat kepadatan penduduk, serta besarnya

aktivitas pemerintahan pada wilayah regional bersangkutan. Pengaruh kebijakan

moneter menjadi dampak menguat kepada credit channel dan dampaknya pada

perluasan lapangan kerja.

Page 21: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

13

Cortes dan Kong (2007), menyatakan bahwa kebijakan moneter memiliki

dampak yang berbeda pada tingkat regional di China. Perbedaan atas dampak

kebijakan moneter ditanggapi dengan respon yang lebih cepat di wilayah regional

kawasan dataran rendah, sedangkan kawasan dataran tinggi menerima respon

lebih lambat atas terjadinya monetary shock. Jioang dan Chen (2009), menyatakan

bahwa dataran rendah di China memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi

dibandingan dengan wilayah China pegunungan.

Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension

di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Hasil analisis dari kebijakan

moneter dan dampaknya terhadap berbagai daerah di Indonesia, adalah bahwa

struktur ekonomi berbagai daerah di Indonesia menjadi penentu bagi percepatan

respon kebijakan moneter. Struktur perekonomian daerah yang berbasis industri

relatif lebih sensitif terhadap monetary shock dibandingkan dengan wilayah yang

non manufacturing. Kesimpulan lain yang disajikan adalah peranan sektor

perbankan dan keterkaitannya dengan usaha kecil sebagai lokomotif ekonomi

daerah.

Dow dan Montagnoli (2010), lebih memfokuskan regional dimension dari

kebijakan moneter berdasarkan kinerja pasar keuangan, sehingga dapat diketahui

dinamika struktur pasar keuangan di berbagai daerah sebagai indikator yang

menentukan monetary shock yang bertransmisi dari fleksibilitas sektor keuangan

menuju sektor riil termasuk perluasan investasi dan perdagangan ekspor daerah.

Penelitian ini dengan merujuk kepada Dow dan Montagnoli, bahwa

kebijakan moneter dengan instrument suku bunga BI rate akan berpengaruh

Page 22: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

14

secara berbeda dari satu wilayah koridor ekonomi Indonesia dengan koridor

lainnya, hal mana akan sangat tergantung kepada kondisi struktur pasar keuangan

wilayah bersangkutan yang akan berdampak kepada sektor riil, pertumbuhan

pendapatan yang pada saat bersamaan juga akan menentukan stabilitas inflasi

pada daerah bersangkutan.

Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini adalah menempatkan

instrumen moneter suku bunga dan nilai tukar sebagai variabel eksogen, yang

akan ditelusuri peranannya melalui proses transmisi ke financial deepening, untuk

kemudian menjadi penentu bagi kinerja makro ekonomi daerah yang mencakup

sasaran akhir yaitu stabilitas inflasi koridor.

Berdasarkan regional dimension dari kebijakan moneter sebagaimana

digagas oleh Carlino dan Defina (1998), Dow dan Montagnoli (2010) serta

Ridhwan et al. (2011), yang dikombinasikan dengan model financial deepening

dari McKinnon dan Shaw (1973), sehingga keterbaharuan model ekonomi makro

yang dikembangkan penelitian ini dapat memberian jawaban atas financial

intermediary sebagai proses kebijakan transmisi moneter (Beck, 2014).

Peneliti lain yang juga memberikan keterbaharuan pada penyusunan model

makro moneter yang berdimensi regional merujuk kepada Neyapti (2003), tentang

studi fiscal decentralization dan Independensi Bank Sentral dalam merumuskan

kebijakan moneter dalam menargetkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

inflasi. Dampak atas monetary shocks dapat dilihat efektivitasnya ketika

perpajakan merupakan instrumen fiscal yang sangat efektif dilaksanakan pada

Page 23: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

15

wilayah regional, sehingga pengendalian penerimaan daerah dapat menjadi

penentu pembentukan inflasi (King dan Ma, 2001).

Dinamika financial deepening di kawasan regional dan proses transmisi

kebijakan moneter selain ditentukan kinerjanya melalui perubahan suku bunga BI

rate, maka monetary shock juga akan terjadi sebagai akibat dari dinamika nilai

tukar. Depresiasi atau apresiasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata

uang asing dapat menjadi sebab dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi,

pemerataan pendapatan dan stabilitas inflasi (Meza dan Uruttia, 2011).

Ductor dan Grechyana (2015), menyatakan bahwa financial deepening

dapat menjadi penentu bagi efektivitas kebijakan moneter dalam mendorong

kinerja sektor riil dan pertumbuhan ekonomi. Pada sisi lain, Bittencourt (2010),

menyatakan bahwa financial deepening dapat berfungsi dengan baik sebagai

pengendali pertumbuhan inflasi.

Uddin et al. (2013), menyatakan bahwa financial deepening yang berhasil

memberikan dukungan bagi efektivitas kebijakan moneter dapat difungsikan

sebagai upaya mengurangi kesenjangan pendapatan. Hamori dan Hashiguchi

(2012), menyatakan bahwa financial intermediary yang efektif akan membantu

menyelesaikan ketimpangan pendapatan, setidaknya dapat dicapai melalui

perbaikan kinerja sektor riil yang akan memperluas kesempatan kerja.

Permasalahan dinamika ekonomi regional yang juga menjadi fokus untuk

ditelusuri prilakunya adalah peranan Trade Opened yaitu ratio antara jumlah

ekspor ditambah dengan import yang dicapai masing-masing wilayah regional

kemudian dibagi dengan produk domestik bruto regional juga merupakan variabel

Page 24: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

16

makro ekonomi yang dipandang relevan disertakan dalam rangka mengetahui

kinerja ekonomi makro daerah berdasarkan arah kebijakan moneter Bank Sentral.

Studi tentang financial deepening dan peranan investasi luar negeri untuk

perekonomian India disampaikan oleh Pradan (2010), serta kajian financial

deepening dalam kaitannya dengan investasi asing untuk perekonomian Malaysia

disampaikan oleh Anwar dan Sun (2011). Kajian yang sama tetapi untuk negara

Jerman dilaporkan oleh Lessmann (2013).

Berdasarkan pendekatan regional dimension atas kebijakan moneter Bank

Indonesia, maka penelitian ini mengandalkan instrument kebijakan prioritas

dengan menempatkan suku bunga BI rate sebagai jangkar tunggal (single anchor).

Sedangkan nilai tukar sebagai jangkar kebijakan moneter pasif, yang hanya akan

dipergunakan apabila tidak tersedia pilihan lain, dan cadangan devisa memberi

kemungkinan untuk memanfaatkan nilai tukar sebagai pendamping instrument

suku bunga BI rate.

Keterbatasan studi ini yaitu bahwa masih terdapat cukup banyak variabel

yang seharusnya dapat disertakan untuk menjadikan model ekonometrik menjadi

lebih real time, tetapi memperbesar model menjadi lebih luas akan menyulitkan

pengendalian model yang akan dibangun, sehingga dapat menyebabkan

dis-efisiensi dalam mencapai hasil analisis secara optimal.

Page 25: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

17

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dijabarkan rumusan pokok masalah

penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana pengaruh suku bunga Bank Indonesia, kinerja financial saving,

financial credit dan Trade Open terhadap output gap pada Koridor Ekonomi

di Indonesia ?

2) Bagaimana pengaruh dinamika nilai tukar terhadap Trade Open regional pada

koridor ekonomi di Indonesia ?

3) Bagaimana pengaruh output gap koridor ekonomi Indonesia, Trade Open dan

nilai tukar terhadap inflasi pada koridor ekonomi di Indonesia ?

4) Bagaimana pengaruh kebijakan moneter suku bunga Bank Indonesia dan

dinamika pasar keuangan dalam membentuk keseimbangan sasaran akhir

pembentukan output gap dan stabilitas inflasi pada koridor ekonomi

Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menguji pengaruh kinerja financial saving terhadap output gap,

pengaruh suku bunga Bank Indonesia terhadap output gap, pengaruh financial

credit terhadap output gap dan pengaruh Trade Open terhadap output gap

pada koridor ekonomi di Indonesia.

2) Untuk menguji pengaruh dinamika nilai tukar terhadap Trade Open regional

pada koridor ekonomi di Indonesia.

Page 26: STUDI KEBIJAKAN MONETER SERTA DAMPAKNYA ......Studi tentang kebijakan moneter dan dampaknya pada regional dimension di Indonesia telah dirintis oleh Ridhwan et al. (2011). Penelitian

18

3) Untuk menguji pengaruh output gap terhadap inflasi, pengaruh Trade Open

terhadap inflasi dan pengaruh nilai tukar terhadap inflasi pada koridor

ekonomi di Indonesia.

4) Untuk menguji pengaruh kebijakan moneter suku bunga dan dinamika pasar

keuangan terhadap output gap pada koridor ekonomi di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka manfaat

penelitian, sebagai berikut.

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan dengan memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa

Kebijakan moneter meskipun dilaksanakan secara terpusat melalui

kewenangan Bank Indonesia, tetapi di masa depan perlu dipetakan kebijakan

moneter yang berorientasi kepada kepentingan koridor ekonomi di Indonesia.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi dunia

pendidikan dan para peneliti yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama

dalam bidang moneter yang berdimensi koridor, khususnya proses transmisi

kebijakan moneter melalui pendalaman pasar keuangan.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh Bank Indonesia

sebagai Otoritas Moneter dalam menganalisis secara empiris pelaksanaan

kebijakan moneter melalui instrumen-instrumen moneter yang ditetapkan

Bank Indonesia dalam pelaksanaan dan pencapaian pengendalian stabilitas

Sistem Moneter.