STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh...

41
PROPOSAL OPERASIONAL TA 2013 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno Budi Kartiwa PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Transcript of STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh...

Page 1: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

PROPOSAL OPERASIONAL TA 2013

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

(Tahun ke-2)

Oleh: Bambang Irawan

Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto

Supadi Valeriana Darwis

Nono Sutrisno Budi Kartiwa

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Page 2: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

1  

RINGKASAN

Bagi sebagian besar penduduk Indonesia beras merupakan bahan pangan pokok karena sekitar 55 persen konsumsi kalori dan 44 persen konsumsi protein berasal dari beras. Dengan pola konsumsi pangan seperti ini maka kelangkaan beras akan berpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional sebagian besar dipenuhi dari produksi dalam negeri dan hanya sebagian kecil yang dipenuhi lewat impor. Secara historis pulau Jawa merupakan sentra produksi padi dan sebagian besar produksi padi nasional di hasilkan di pulau Jawa. Namun dalam jangka panjang tampaknya pulau Jawa semakin sulit diandalkan untuk menopang kebutuhan beras nasional terutama karena terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian sehingga mengurangi kapasitas produksi padi sawah. Untuk mengimbangi pertumbuhan produksi padi yang semakin lambat di pulau Jawa maka perlu dilakukan akselerasi peningkatan produksi padi di luar Jawa. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi wilayah potensial untuk akselerasi peningkatan produksi padi di luar Jawa, (2) menganalisis peluang peningkatan produksi padi di luar Jawa, dan (3) mengidentifikasi masalah peningkatan produktivitas, peningkatan intensitas tanaman padi dan perluasan lahan sawah serta upaya antisipasi yang diperlukan. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut penelitian ini dilaksanakan selama dua tahun, yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2013. Pada tahun 2012 penelitian difokuskan untuk mencapai tujuan pertama, sedangkan pada tahun 2013 penelitian akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan kedua dan ketiga. Penelitian dilaksanakan di dua propinsi di Pulau Sulawesi yang merupakan sentra produksi padi, yaitu propinsi Sulawesi Tengah dan propinsi Sulawesi Selatan. Dasar pertimbangan dipilihnya Pulau Sulawesi adalah untuk mendukung pengembangan koridor ekonomi di wilayah Sulawesi yang antara lain diarahkan sebagai sentra produksi padi. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini terbagi atas tiga kategori, yaitu (1) narasumber/pakar tanaman padi sebagai sumber informasi tentang masalah peningkatan produktivitas, peningkatan IP padi dan masalah perluasan lahan sawah dan upaya antisipasi yang diperlukan, (2) aparat desa dan pengurus Gapoktan/Kelompok Tani sebagai sumber informasi tentang kondisi tanaman padi dan masalah yang dihadapi dalam peningkatan produktivitas padi, peningkatan IP padi dan perluasan lahan sawah pada tingkat lapangan, dan (3) pelaku kelembagaan pendukung agribisnis padi sebagai sumber informasi tentang permasalahan yang dihadapi dalam mendukung upaya peningkatan produktivitas padi dan peningkatan IP padi. Data sekunder dan data primer akan digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder lingkup kecamatan, kabupaten dan propinsi akan dikumpulkan dari BPS, Bakorsurtanal, BBSDLP, BPSDA dan instansi terkait lainnya. Data primer dikumpulkan melalui wawancara responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis-analisis yang akan dilakukan mencakup: (1) analisis senjang produktivitas padi, (2) analisis senjang luas tanam dan IP padi, (3) analisis ketersediaan air, (4) analisis lahan potensial sawah dan peluang perluasan sawah, (5) analisis peluang peningkatan produksi padi, (6) analisis peringkat prioritas kecamatan untuk pengembangan padi, dan (7) analisis masalah peningkatan produktivitas dan IP padi.

Page 3: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

2  

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sekitar 238 juta jiwa dan

menempati posisi ke 4 dunia setelah negara Cina, USA dan India. Dengan jumlah

penduduk yang besar tersebut maka penyediaan pangan yang sesuai dengan

kebutuhan penduduk Indonesia bukanlah pekerjaan mudah. Namun upaya penyediaan

pangan tetap harus dilakukan mengingat besarnya pengaruh ketersediaan pangan

terhadap pembangunan nasional. Penyediaan pangan tersebut dapat dipenuhi melalui

produksi didalam negeri dan/atau melalui impor.

Dari seluruh komoditas pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia beras

merupakan bahan pangan yang paling penting. Beras merupakan bahan pangan pokok

bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sekitar 55% konsumsi kalori dan 44%

konsumsi protein penduduk Indonesia berasal dari beras. Dengan pola konsumsi

pangan seperti ini maka kelangkaan beras akan berpengaruh besar terhadap kecukupan

gizi penduduk Indonesia.

Selama ini kebutuhan beras nasional sebagian besar dipenuhi dari produksi

dalam negeri meskipun sebagian kecil masih dipenuhi melalui impor. Akan tetapi laju

peningkatan produksi padi akhir-akhir ini semakin lambat sehingga dapat mengancam

kemandirian pangan. Simatupang (2001) mengungkapkan bahwa sebelum swasembada

beras tercapai pada tahun 1984 pertumbuhan produksi padi dapat mencapai 5.01

persen per tahun tetapi setelah swasembada pertumbuhan produksi padi tersebut

hanya sebesar 1.71 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan produksi padi

tersebut dapat mengancam kemandirian pangan di masa mendatang mengingat

kebutuhan beras nasional akan terus meningkat.

Salah satu konsekuensi yang dapat muncul akibat melambatnya laju

pertumbuhan produksi padi adalah meningkatnya ketergantungan pasokan beras

nasional terhadap beras impor. Ketergantungan penyediaan beras nasional terhadap

beras impor tidak menguntungkan bagi ketahanan pangan karena dua alasan utama

yaitu : Pertama, pasokan dan harga beras dunia tidak stabil sehingga instabilitas

Page 4: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

3  

pengadaan beras nasional akan meningkat jika proporsi beras impor terhadap total

penyediaan beras nasional semakin besar. Kedua, Indonesia merupakan salah satu

importir beras terbesar di dunia sehingga perubahan impor beras Indonesia akan

memiliki pengaruh signifikan terhadap harga beras di pasar dunia sehingga jika impor

beras Indonesia meningkat maka harga beras di pasar dunia akan semakin mahal dan

semakin banyak pula devisa yang harus dialokasikan untuk mengimpor beras.

Pada situasi seperti diuraikan diatas maka dalam rangka ketahanan pangan

nasional tidak ada pilihan lain yang lebih baik bagi Indonesia kecuali memenuhi

kebutuhan berasnya secara mandiri dan tidak tergantung pada beras impor. Dengan

kata lain peningkatan produksi beras nasional harus terus diupayakan dalam rangka

tercapainya swasembada beras berkelanjutan.

1.2. Dasar Pertimbangan

Secara historis pulau Jawa merupakan sentra produksi padi dan sebagian besar

produksi padi nasional dihasilkan di pulau Jawa. Selama tahun 1985-2005 sekitar 55%-

62% produksi padi nasional dihasilkan di pulau Jawa dan sekitar 95% produksi padi

tersebut dihasilkan dari lahan sawah dan sisanya dihasilkan dari lahan kering atau padi

ladang (Irawan, 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan produksi padi

nasional sangat tergantung pada perkembangan produksi padi yang dihasilkan di pulau

Jawa terutama dari lahan sawah.

Mengingat besarnya peranan lahan sawah di pulau Jawa terhadap produksi padi

nasional maka peningkatan produksi padi sawah di pulau Jawa merupakan upaya

penting untuk memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat. Akan tetapi laju

pertumbuhan produksi padi sawah di pulau Jawa akhir-akhir ini justru cenderung turun.

Selama tahun 1985-1995 produksi padi sawah di Jawa rata-rata meningkat 1.60 persen

per tahun tetapi pada tahun 1995-2005 laju peningkatan produksi padi tersebut hanya

sebesar 0.59 persen per tahun. Penurunan laju pertumbuhan produksi padi sawah

tersebut terutama disebabkan oleh penurunan laju pertumbuhan produktivitas dari 1.19

persen per tahun menjadi 0.19 persen per tahun sedangkan laju pertumbuhan luas

Page 5: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

4  

panen mengalami penurunan relatif kecil yaitu dari 0.41 persen per tahun menjadi 0.39

persen per tahun.

Dalam jangka panjang laju pertumbuhan produksi padi di Jawa diperkirakan

akan terus mengalami penurunan atau semakin lambat akibat beberapa faktor yaitu :

(1) Jaringan irigasi di pulau Jawa banyak yang tidak terpelihara atau rusak sementara

upaya peningkatan intensitas panen padi yang dapat dirangsang melalui pembangunan

dan rehabilitasi jaringan irigasi semakin sulit diwujudkan akibat keterbatasan anggaran

pemerintah, (2) Terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian

sehingga mengurangi kapasitas produksi padi sawah, (3) Peningkatan luas panen padi

yang dapat dirangsang melalui pencetakan sawah baru semakin sulit diwujudkan akibat

keterbatasan sumberdaya lahan yang dapat dijadikan sawah dan keterbatasan

anggaran pemerintah, (4) Upaya peningkatan produktivitas padi sawah semakin sulit

diwujudkan akibat adanya fenomena kelelahan lahan yang menyebabkan respon

produktivitas padi terhadap penggunaan input semakin kecil, dan (5) Adanya kebijakan

nasional jangka panjang yang tidak kondusif bagi keberlanjutan lahan sawah di pulau

Jawa. Hal ini tercerminkan pada Master Plan Percepatan Pertumbuhan dan Perluasan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) dimana pulau Jawa dipetakan sebagai pusat industri dan

jasa nasional dan dengan kebijakan tersebut maka konversi lahan sawah ke

penggunaan non pertanian di pulau Jawa diperkirakan meningkat sejalan dengan

tuntutan kebutuhan lahan untuk pembangunan industri dan perkantoran.

Uraian diatas mengungkapkan bahwa pulau Jawa tampaknya semakin sulit

diandalkan untuk menopang kebutuhan beras nasional. Untuk mengimbangi

pertumbuhan produksi padi yang semakin lambat di pulau Jawa maka perlu dilakukan

akselerasi peningkatan produksi padi di luar Jawa. Secara teknis upaya akselerasi

peningkatan produksi padi tersebut dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas

padi, peningkatan intensitas tanaman padi dan perluasan lahan sawah khususnya di

daerah yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk pengembangan tanaman padi.

Peningkatan produktivitas dan intensitas tanam padi diperlukan untuk mendorong

peningkatan produksi padi dalam jangka pendek sedangkan perluasan lahan sawah

diperlukan untuk mendorong peningkatan produksi padi dalam jangka panjang.

Page 6: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

5  

Terkait dengan upaya akselerasi peningkatan produksi padi di luar Jawa terdapat

beberapa permasalahan yang perlu diklarifikasi yaitu : (1) daerah mana di luar Jawa

yang potensial untuk pengembangan tanaman padi dan perlu mendapat prioritas dalam

melaksanakan program peningkatan produksi padi di luar Jawa, (2) seberapa besar

peluang peningkatan produktivitas, intensitas tanam padi, produksi padi dan perluasan

lahan sawah di daerah tersebut, dan (3) apa kendala dan permasalahan yang dihadapi

dan strategi apa yang perlu diterapkan untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut.

Ketiga permasalahan tersebut perlu diklarifikasi agar upaya peningkatan produksi padi

di luar Jawa dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

1.3. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan akselerasi

pertumbuhan produksi padi di luar Jawa yang meliputi aspek lokasi, strategi operasional

dan kebijakan pendukung yang diperlukan. Secara rinci tujuan penelitian adalah :

1. Mengidentifikasi wilayah potensial untuk akselerasi peningkatan produksi padi di

luar Jawa.

2. Menganalisis peluang peningkatan produksi padi di luar Jawa.

3. Mengidentifikasi masalah peningkatan produktivitas, peningkatan intensitas

tanaman padi dan perluasan lahan sawah serta upaya antisipasi yang diperlukan.

Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut diatas penelitian ini dilaksanakan selama

2 tahun yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2013. Pada tahun 2012 penelitian difokuskan

untuk mencapai tujuan pertama sedangkan pada tahun 2013 penelitian akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan kedua dan ketiga.

1.4. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tahun 2012 :

Page 7: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

6  

1. Karakteristik kecamatan di luar Jawa (tipe agroekosistem, sebaran kecamatan

menurut kabupaten, kondisi wilayah, sumbangan produksi padi, struktur lahan

pertanian, ketersediaan sumber air, ketersediaan infrastruktur pendukung,

ketersediaan tenaga kerja dan lembaga pendukung agribisnis padi, kondisi sosek

petani).

2. Kecamatan dan kabupaten potensial untuk pengembangan padi di luar Jawa.

Tahun 2013 :

1. Peluang peningkatan produktivitas padi, intensitas tanam padi dan produksi padi

di luar Jawa beserta permasalahan yang dihadapi dan strategi yang diperlukan

untuk memanfaatkan peluang tersebut.

2. Peluang perluasan lahan sawah menurut kabupaten dan kecamatan di luar Jawa.

3. Rumusan kebijakan dan strategi akselerasi pertumbuhan produksi padi di luar

Jawa yang meliputi : prioritas lokasi, strategi operasional dan kebijakan

pendukung.

1.5. Manfaat dan Dampak

Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah : (1) dengan diketahuinya luas

wilayah potensial padi di luar Jawa maka dapat diketahui potensi produksi padi di luar

Jawa dalam rangka mendukung swasembada beras berkelanjutan, (2) data sebaran

kecamatan potensial padi dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi pemda kabupaten

dalam menetapkan lokasi kawasan pangan berkelanjutan sesuai dengan UU 41 tahun

2009 tentang pencadangan kawasan pangan berkelanjutan, (3) pengenalan masalah

dan strategi pengembangan padi menurut tipe agroekosistem padi dapat dimanfaatkan

untuk merumuskan program pengembangan padi di luar Jawa secara lebih efektif, (4)

data potensi pengembangan padi menurut kabupaten dan kecamatan dapat

dimanfaatkan sebagai masukan dalam menetapkan prioritas lokasi pengembangan padi

di luar Jawa, (5) data peluang peningkatan luas tanam, indeks pertanaman dan

produktivitas padi dapat dimanfaatkan untuk mengetahui peluang peningkatan produksi

Page 8: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

7  

di luar Jawa dalam jangka pendek/menengah. Pemanfaatan seluruh informasi tersebut

diharapkan akan berdampak pada meningkatnya efektifitas dan efisiensi upaya

peningkatan produksi padi di luar Jawa dalam rangka swasembada beras berkelanjutan.

Page 9: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

8  

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tantangan Pengembangan Padi Di Luar Jawa

Ada beberapa tantangan dalam rangka pengembangan padi di Luar Jawa, yaitu

(a) kesuburan tanah yang relatif rendah, (b) ketersediaan sumberdaya air yang relatif

terbatas, dan (c) rendahnya penerapan paket teknologi yang telah direkomendasikan

(Adiningsih et.al, 2004).

Kesuburan Tanah yang Relatif Rendah

Tanah-tanah di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua

sebagian besar termasuk ordo Ultisol, Inceptisol dan Oxisol. (Adiningsih et.al, 2004:

Sukarman dan Las, 2006). Ketiga ordo tanah ini umumnya mempunyai tingkat

kesuburan yang rendah yang dicirikan dengan rendahnya kandungan hara terutama

fosfat dan kation-kation dapat tukar seperti Ca, Mg, K dan Na, rendahnya kandungan

bahan organik, bersifat masam, kandungan Al dan Fe yang tinggi sampai sangat tinggi,

Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan kejenuhan basa yang rendah sampai sangat rendah.

Mengingat sifat-sifat tanah seperti ini, maka peningkatan produktivitas padi di Luar

Jawa akan sulit dicapai tanpa adanya masukan pupuk yang cukup tinggi. Selain

tentunya perbaikan faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam budidaya padi sawah

seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah, pengairan, dan pemberantasan

hama penyakit tanaman.

Ketersediaan Sumberdaya Air Relatif Terbatas

Areal sawah yang terjamin irigasinya sepanjang tahun karena dilayani oleh sistim

waduk hanya sekitar 10 persen, sedangkan sisanya sangat tergantung kepada kondisi

iklim dan kelestarian fungsi hidrologi wilayah DAS (Dirjen PLA, 2006). Fasilitas waduk

di Luar Jawa relatif terbatas. Oleh karena itu untuk perencanaan sistem usahatani

tanaman semusim di lahan kering harus didasarkan kepada analisis neraca air yang

mempertimbangkan faktor tanah secara akurat dan analisis peluang curah hujan dalam

berbagai skenario keragaman iklim. Sementara itu sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk, kebutuhan air untuk berbagai keperluan juga meningkat sementara

Page 10: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

9  

ketersediaannya relatif tetap bahkan cenderung terus menurun, sehingga hal ini sering

menjadi pemicu terjadinya konflik perebutan air. Kompetisi penggunaan air oleh

berbagai sektor juga semakin meningkat eskalasinya, dan sektor pertanian seringkali

berada pada pihak yang lemah terutama menghadapi pihak atau investor yang memiliki

modal kuat.

Rendahnya Penerapan Paket Teknologi yang Telah Direkomendasikan

Menurut Adiningsih et.al (2004), sudah saatnya Luar Jawa menjadi tulang

punggung penghasil beras untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Namun

disadari bahwa banyak sekali kendala yang harus dihadapi antara lain tingkat

kesuburan tanahnya yang rendah, sistem irigasi yang masih sangat sederhana, dan

adopsi teknologi budidaya yang relatif rendah. Telah disebutkan diatas bahwa karena

tingkat kesuburan tanahnya yang relatif rendah maka peningkatan produktivitas padi di

Luar Jawa membutuhkan masukan pupuk yang relatif tinggi. Namun penggunaan

pupuk untuk tanaman pangan di Luar Jawa yang tanahnya relatif kurang subur hanya

sekitar 30 persen dari total pupuk yang direkomenasikan. Berdasarkan data ini maka

potensi untuk meningkatkan produktivitas padi di Luar Jawa masih cukup besar.

2.2. Peluang Peningkatan Produksi Padi

Peningkatan produksi padi dalam suatu wilayah secara garis besar dapat

ditempuh melalui dua upaya, yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi (Puslitbangtan, 1991).

Ekstensifikasi adalah upaya peningkatan produksi padi melalui perluasan areal tanam

sedangkan intensifikasi adalah upaya peningkatan produksi padi melalui peningkatan

produksi per satuan luas lahan atau melalui peningkatan produktivitas.

Perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dapat ditempuh melalui peningkatan

intensitas panen atau indeks pertanaman (IP) padi, pengembangan tanaman padi pada

lahan-lahan potensial padi tetapi belum dimanfaatkan untuk tanaman padi, dan

pencetakan sawah. Peningkatan intensitas panen padi dapat dirangsang melalui

pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan perubahan pola tanam dengan

memanfaatkan varitas padi berumur pendek. Sedangkan pemanfaatan lahan-lahan

Page 11: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

10  

potensial padi misalnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan perkebunan yang

dikembangkan dengan pola tanam tumpangsari padi, pemanfaatan lahan rawa/pasang

surut atau pemanfaatan lahan kering yang secara agroekologi sesuai untuk

pengembangan tanaman padi.

Salah satu upaya yang perlu ditempuh untuk meningkatkan produksi tanaman

pangan adalah memanfaatkan lahan tidur yang sebagian besar terletak di Luar Jawa.

Menurut Sukarman dan Las (2006), dari lahan tidur seluas 18,825 juta hektar yang

sesuai untuk tanaman padi sawah, seluas 9,994 juta diantaranya dapat digunakan

untuk areal pengembangan. Lahan-lahan tersebut sebagian besar terdapat di propinsi

Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Papua. Namun demikian sebagian besar lahan

tersebut masih berupa hutan atau belukar dengan sarana dan prasarana yang masih

sangat terbatas.

Peningkatan produktivitas padi (upaya intensifikasi) dapat ditempuh melalui

beberapa cara yaitu : (a) memperkecil instabilitas hasil per hektar yang disebabkan oleh

faktor iklim, gangguan hama dan penyakit, (b) memperkecil senjang antara

produktivitas potensial dan produktivitas aktual yang dicapai petani, dan (c)

memperkecil kehilangan hasil yang terjadi selama proses panen dan pasca panen

(Puslitbangtan, 1991). Peningkatan produktivitas terkait dengan pengembangan

varietas-varietas baru yang memiliki produktivitas potensial relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan produktivitas potensial varietas-varietas yang sedang diadopsi

oleh petani. Peningkatan stabilitas hasil dapat ditempuh dengan menekan cekaman

lingkungan biologi dan iklim yang antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan

varitas padi yang sesuai dengan kondisi agroklimat setempat dan meningkatkan upaya

pengendalian hama dan penyakit utama yang berkembang di lokasi setempat.

Terjadinya senjang hasil antara produktivitas aktual di tingkat petani dengan

produktivitas potensial di tingkat lembaga penelitian secara umum lebih banyak

disebabkan oleh kendala biofisik dan sosial ekonomi dalam proses alih teknologi.

Berdasarkan hal tersebut maka upaya memperkecil senjang produktivitas padi antara

lain dapat ditempuh dengan mempercepat proses alih teknologi spesifik lokasi yang

Page 12: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

11  

sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani. Sedangkan kehilangan hasil

pada saat panen dan pascapanen dapat disebabkan oleh waktu panen kurang tepat,

alat dan sistem panen masih tradisional, perontokan padi tidak menggunakan alat

perontok, dan sistem prosesing hasil kurang memadai. Oleh karena itu untuk

memperkecil kehilangan hasil selama proses panen dan pasca panen diperlukan

perbaikan teknologi panen dan pasca panen yang lebih efektif.

Terkait dengan upaya peningkatan produktivitas secara agronomis dapat

ditempuh melalui dua pendekatan yaitu : (1) meningkatkan penggunaan varitas padi

yang berdaya produksi lebih tinggi, dan (2) meningkatkan kualitas budidaya yang

dilakukan petani seperti cara pengolahan tanah, cara penanaman, cara pemupukan dan

sebagainya. Penggunaan varitas padi berdaya produksi lebih tinggi akan meningkatkan

produktivitas potensial atau potensi produktivitas yang dapat dieksploitasi petani.

Sedangkan peningkatan kualitas budidaya akan meningkatkan kemampuan petani

untuk mengeksploitasi potensi produktivitas yang melekat pada setiap varitas padi

yang digunakan dan diwujudkan menjadi produktivitas aktual atau produktivitas yang

dicapai petani. Berdasarkan hal tersebut maka peningkatan produktivitas potensial yang

dapat dirangsang melalui penggunaan varitas yang berdaya produksi lebih tinggi belum

tentu secara langsung meningkatkan produktivitas yang dicapai petani jika hal itu tidak

diikuti dengan perbaikan mutu usahatani padi.

2.3. Konsepsi Senjang Produktivitas Padi

Secara agronomis produktivitas usahatani padi yang dihasilkan petani merupakan

resultante dari pengaruh tiga faktor yaitu (De Datta et al. 1987; Dey and Hossain.

1995) : (1) Faktor lingkungan agroekologi di lokasi kegiatan produksi seperti kondisi

iklim, temperatur, kelembaban, curah hujan, kedalaman solum tanah, kesuburan tanah,

dst, (2) Produktivitas potensial varitas padi yang digunakan, dan (3) Mutu usahatani

atau kualitas cara bercocok tanam seperti cara pengolahan tanah, cara penanaman,

cara pemupukan, cara pengendalian hama dan seterusnya. Faktor lingkungan

agroekologi relatif tetap dalam jangka panjang karena faktor tersebut sangat jarang

mengalami perubahan dan sulit dimanipulasi. Produktivitas potensial varitas padi dapat

Page 13: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

12  

ditingkatkan melalui rekayasa genetik yang menghasilkan varitas padi yang memiliki

potensi produktivitas lebih tinggi. Begitu pula mutu usahatani yang dilakukan petani

dapat semakin baik atau semakin mendekati kebutuhan fisiologis tanaman sejalan

dengan meningkatnya kemampuan teknis dan kemampuan finansial petani.

Pada kondisi faktor lingkungan agroekologi tertentu produktivitas padi di suatu

wilayah ditentukan oleh : (1) jenis varitas yang digunakan dan (2) mutu usahatani atau

kualitas cara bercocok tanam padi. Jenis varitas yang digunakan sangat menentukan

produktivitas maksimal yang dapat dicapai, sesuai dengan daya produksi varitas yang

bersangkutan. Produktivitas maksimal tersebut pada dasarnya merupakan potensi

produktivtas yang dapat digali untuk diwujudkan menjadi produktivitas aktual yang

dicapai petani. Dalam hal ini kualitas budidaya yang diterapkan akan sangat

mempengaruhi tingkat pencapaian potensi produkivitas yang tersedia. Jika cara

bercocok tanam atau kualitas budidaya yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan

fisiologis varitas yang ditanam maka produktivitas yang dicapai akan sama besarnya

dengan produktivitas maksimal yang dapat dicapai, dengan kata lain sesuai dengan

daya produksi varitas yang ditanam.

Pada tingkat penelitian laboratorium potensi produktivitas yang terdapat pada

setiap jenis varitas umumnya dapat dieksploitasi secara maksimal karena seluruh faktor

penentu produktivitas (faktor lingkungan fisik dan cara bercocok tanam) dapat dikontrol

sesuai dengan kebutuhan fisiologis tanaman. Namun pada tingkat lapangan faktor

penentu produktivitas tersebut tidak selalu dapat dikendalikan dan disesuaikan dengan

kebutuhan tanaman, sehingga produktivitas yang dicapai pada tingkat lapangan akan

lebih rendah dibanding produktivitas yang dihasilkan dari penelitian laboratorium.

Dengan kata lain, untuk setiap jenis varitas padi yang dipergunakan akan selalu terjadi

senjang produktivitas antara produktivitas hasil penelitian laboratorium dengan

produktivitas di tingkat lapangan.

Gambar 1 mengilustrasikan konsep senjang produktivitas antara produktivitas di

tingkat penelitian laboratorium (P1) dengan produktivitas di tingkat lapangan (P2 dan

P3). Produktivitas di tingkat lapangan dibedakan atas produktivitas hasil penelitian

lapangan (P2) dan produktivitas yang dicapai petani (P3). Ketiga nilai produktivitas

Page 14: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

13  

Produktivitas

Gambar 1. Konsep Senjang Produktivitas Antara Produktivitas Hasil Penelitian dan

Produktivitas di Tingkat Petani.

tersebut dapat berbeda akibat perbedaan jenis varitas yang digunakan. Namun pada

penggunaan jenis varitas yang sama tetap akan terjadi perbedaan produktivitas atau

senjang produktivitas (S1 dan S2) yang disebabkan oleh faktor yang berlainan (De

Datta et al, 1987). Senjang produktivitas S1 atau (P1-P2) dapat disebabkan oleh tidak

terkontrolnya seluruh faktor lingkungan fisik (temperatur, kelembaban, nutrisi tanah,

dst) pada penelitian lapangan, walaupun cara bercocok tanam pada penelitian lapangan

dapat disamakan dengan yang dilakukan pada penelitian laboratorium, yang sudah

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan senjang produktivitas S2 atau (P2-

P3) dapat terjadi karena petani tidak mampu melakukan cara bercocok tanam seperti

yang dilakukan pada penelitian lapangan akibat berbagai kendala teknis, ekonomi dan

sosial walaupun faktor lingkungan fisik yang dihadapi petani dan peneliti lapangan

relatif sama.

Pada penggunaan jenis varitas yang sama antara petani dan penelitian lapangan,

produktivitas P2 merupakan produktivitas maksimal yang dapat dicapai petani. Dengan

P1  P2  P3 

Senjang 1 (S1)

Senjang 2 (S2) Perbedaan cara bercocok tanam (pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama penyakit dst) akibat kendala teknis, ekonomi dan sosial petani.

Produktivitas hasil penelitian laboratorium

Produktivitas hasil percoba-an lapangan

Produktivitas aktual di tingkat petani

Perbedaan faktor agroekologi : iklim (CH, temperatur, kelembaban), karakteristik tanah (solum, hara, kesuburan, dst), karakteristik lahan (ketinggian, kemiringan, dst)

Page 15: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

14  

kata lain, produktivitas P2 merupakan produktivitas potensial atau merupakan potensi

produktivitas yang dapat dieksploitasi petani. Untuk dapat mengeksploitasi potensi

produktivitas yang tersedia secara maksimal, atau mencapai tingkat produktivitas P2,

maka petani harus mampu melakukan cara bercocok tanam yang relatif sama dengan

yang dilakukan oleh peneliti lapangan. Namun akibat berbagai kendala yang dihadapi

petani maka cara bercocok tanam atau kualitas budidaya yang dilakukan petani

biasanya lebih rendah dibandingkan dengan yang dilakukan pada penelitian lapangan.

Besarnya perbedaan kualitas budidaya tersebut secara tidak langsung ditunjukkan oleh

besarnya senjang produktivitas S2. Jika kualitas budidaya yang dilakukan petani relatif

sama dengan yang dilakukan peneliti lapangan maka produktivitas P1 akan sama

dengan P2, atau S2 = 0.

Uraian diatas menjelaskan bahwa pada pengunaan jenis varitas tertentu,

tingkatan kualitas budidaya yang dilakukan petani pada dasarnya dapat diukur dari

besarnya senjang produktivitas S2. Nilai S2 yang sangat besar mencerminkan kualitas

budidaya yang diterapkan petani sangat rendah, dengan kata lain, cara bercocok tanam

yang dilakukan petani sangat jauh dengan kebutuhan fisiologis tanaman yang

diusahakan. Sebaliknya, nilai S2 yang sangat kecil menunjukkan bahwa kualitas

budidaya yang dilakukan petani relatif tinggi sehingga produktivitas yang dicapai petani

(P1) relatif sama dengan produktivitas yang diperoleh pada penelitian lapangan (P2).

Pada kondisi demikian peluang untuk meningkatkan produktivitas petani melalui

peningkatan kualitas budidaya dapat dikatakan sangat terbatas karena cara bercocok

tanam yang dilakukan petani dapat dikatakan sudah sesuai dengan kebutuhan fisiologis

tanaman.

Pada tingkat lapangan dengan kondisi agroklimat yang sama, besarnya

produktivitas P2 akan bervariasi menurut daya produksi varitas yang digunakan.

Semakin tinggi daya produksi varitas yang digunakan maka nilai P2 akan semakin tinggi

pula, artinya, produktivitas potensial atau potensi produktivitas yang dapat dieksploitasi

oleh petani akan semakin besar. Oleh karena itulah introduksi varitas unggul yang

berdaya produksi lebih tinggi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas petani.

Namun, penggunaan varitas unggul tersebut belum tentu secara langsung akan

Page 16: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

15  

meningkatkan produktivitas yang dicapai petani jika kualitas budidaya yang diterapkan

petani relatif rendah, dengan kata lain, belum sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Page 17: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

16  

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Berkembangnya tanaman padi di suatu wilayah pada umumnya dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu : (1) kondisi iklim dan tanah, (2) karakteristik sumberdaya lahan,

(3) ketersediaan teknologi padi, (4) ketersediaan sarana/prasarana pendukung

pengembangan padi, (5) ketersediaan lembaga pendukung, (6) kondisi sosial ekonomi,

dan (7) karakteristik petani. Seluruh faktor tersebut secara simultan mempengaruhi luas

tanam, intensitas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas padi. Produksi padi

yang dihasilkan selanjutnya akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh

petani. Tingkat pendapatan petani lebih lanjut akan mempengaruhi luas tanam padi

pada siklus produksi padi selanjutnya melalui besarnya investasi yang dilakukan petani

pada tanaman padi. Mekanisme bekerjanya seluruh faktor tersebut secara ringkas

diperlihatkan dalam Bagan 1.

Bagan 1 menunjukkan bahwa potensi pengembangan padi di suatu wilayah

dipengaruhi oleh ketujuh faktor tersebut diatas. Semakin sesuai kondisi iklim dan tanah

di suatu wilayah dengan kebutuhan tanaman padi semakin besar potensi

pengembangan padi di wilayah tersebut. Semakin sesuai karakteristik sumberdaya

lahan yang tersedia untuk usahatani padi semakin besar potensi pengembangan padi di

wilayah tersebut. Begitu pula semakin tersedia infrastruktur dan lembaga pendukung

usahatani padi semakin besar potensi pengembangan padi di suatu wilayah melalui

pengaruhnya terhadap kemudahan petani dalam melakukan kegiatan usahatani padi.

Faktor kondisi iklim dan tanah merupakan faktor yang relatif tetap dalam jangka

panjang. Faktor tersebut dapat meliputi berbagai variabel iklim dan tanah seperti curah

hujan, kelembaban, suhu, kedalaman solum, PH tanah, kandungan unsur hara, dst.

Seluruh variabel tersebut akan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan padi di suatu daerah, cekaman lingkungan (OPT, banjir, kekeringan)

dan akan mempengaruhi keputusan petani untuk mengusahakan tanaman padi.

Dengan asumsi petani bersifat rasional maka petani tidak mungkin mengusahakan

Page 18: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

17  

                          

            

Bagan 1. Faktor Penentu Potensi Pengembangan Tanaman Padi di Suatu Wilayah.

IKLIM DAN TANAH Karakteristik iklim (curah hujan tahunan,

jumlah bulan basah/ kering, temperatur, kelembaban).

Karakteristik tanah (kedalaman solum, PH tanah, kandungan unsur hara, salinitas tanah).

SARANA/PRASARANA PENDUKUNG Budidaya tanaman padi (jaringan irigasi,

traktor). Panen/pasca panen, pengolahan dan

pemasaran (alsin perontok, penggilingan padi, transportasi)

SOSIAL EKONOMI Pasar komoditas dan pasar input (harga,

stabilitas harga, kuantitas, kualitas). Kebijakan pemerintah (subsidi harga input,

harga output, kredit usahatani, asuransi). Pasar tenaga kerja (buruh tani, buruh non

pertanian )

KARAKTERISTIK PETANI Penguasaan sumberdaya (luas lahan,

kualitas lahan, tenaga kerja, modal). Penguasaan teknologi (budidaya tanaman,

panen dan pasca panen).

LUAS TANAM / INTENSITAS TANAM

Cekaman lingkungan : OPT Banjir Kekeringan

LUAS PANEN

PRODUKSI / PRODUKTIVITAS

PENDAPATAN

KONSUMSI & INVESTASI

LEMBAGA PENDUKUNG Penyuluh teknologi Pedagang benih, pupuk, pestisida,

pedagang padi Permodalan.

SUMBERDAYA LAHAN Tipe lahan (sawah, lahan kering, rawa /

pasang surut) Kondisi fisik lahan (ketinggian, kemiringan,

topografi).

TEKNOLOGI Budidaya (pola tanam, penggunaan

varitas, pemupukan, pengairan, dst) Panen dan pasca panen (cara panen, alat

panen, waktu panen, dst).

Page 19: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

18  

tanaman padi secara intensif di suatu daerah yang memiliki kondisi iklim dan tanah

yang kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman padi dan sebaliknya.

Karakteristik sumberdaya lahan pertanian di suatu wilayah juga relatif tetap

dalam jangka panjang. Karakteristik sumberdaya lahan pertanian mencerminkan tipe

lahan pertanian (lahan sawah, lahan rawa/pasang surut, lahan kering) dan kondisi fisik

lahan (ketinggian lahan, kemiringan, topografi/relief, dst). Karakteristik sumberdaya

lahan di suatu wilayah akan mempengaruhi keputusan petani untuk mengusahakan

tanaman padi melalui pengaruhnya terhadap tingkat kesulitan yang dihadapi dalam

memanfaatkan sumberdaya lahan yang tersedia untuk mengusahakan tanaman padi.

Faktor tersebut juga dapat mempengaruhi keputusan petani untuk mengembangkan

tanaman padi melalui pengaruhnya terhadap kemudahan petani untuk mendapatkan

teknologi budidaya padi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya lahan yang tersedia.

Pada umumnya lahan sawah lebih potensial untuk pengembangan tanaman padi karena

lahannya relatif datar dan teknologi budidaya padi di lahan sawah lebih tersedia.

Faktor teknologi dapat meliputi metoda, peralatan, mesin dan produk/bahan

sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani, penanganan pasca panen,

pengolahan dan pemasaran produk pertanian yang dihasilkan petani. Fungsi utama dari

penerapan teknologi adalah untuk meningkatkan efisiensi teknis, efisiensi ekonomik,

produktivitas tanaman dan keuntungan usahatani yang diperoleh. Pada tahap kegiatan

usahatani faktor teknologi dapat meliputi : penggunaan varitas unggul, pengaturan pola

tanam, pergiliran varitas antar musim, teknik pengendalian hama terpadu, teknik

pemupukan berimbang, teknik pengaturan pengairan, dst. Pada petani tanaman

pangan yang umumnya memiliki lahan garapan relatif sempit penerapan teknologi yang

sesuai dengan kebutuhan tanaman memiliki peranan penting untuk meningkatkan

efisiensi usahatani dan kesejahteraan petani. Pengalaman pada masa “Revolusi Hijau”

telah membuktikan hal tersebut dimana meningkatnya produktivitas padi dan

meningkatnya kesejahteraan petani padi secara signifikan pada masa tersebut tidak

terlepas dari penerapan “Panca Usaha Tani Padi” yang meliputi : penggunaan benih

padi varitas unggul, penggunaan pupuk anorganik, penggunaan insektisida, pengolahan

tanah sempurna dan pengaturan irigasi.

Page 20: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

19  

Ketersediaan infrastruktur atau sarana dan prasarana pendukung merupakan

faktor yang berada diluar jangkauan individu petani tetapi akan mempengaruhi

keputusan petani di suatu wilayah untuk mengusahakan tanaman padi. Faktor tersebut

relatif dinamis dan dapat berubah dalam jangka relatif pendek akibat investasi yang

dilakukan pemerintah, pihak swasta maupun petani terutama petani kaya. Infrastruktur

pendukung dapat dibedakan atas infrastruktur pendukung budidaya tanaman padi

(jaringan irigasi, traktor pengolah tanah), infrastruktur panen/pasca panen, pengolahan

hasil dan pemasaran padi yang dihasilkan petani (alsin perontok padi, penggilingan

padi) dan infrastruktur transportasi (angkutan umum, kondisi jalan). Faktor tersebut

akan mempengaruhi keputusan petani dalam mengusahakan tanaman padi melalui

pengaruhnya terhadap kemudahan mendapatkan air irigasi yang kebutuhannya relatif

tinggi pada tanaman padi, kemudahan dalam melakukan pengolahan tanah,

kemudahan dalam melakukan pengolahan padi dan memasarkan padi yang dihasilkan

petani.

Ketersediaan lembaga pendukung juga merupakan faktor yang berada diluar

jangkauan individu petani tetapi akan mempengaruhi keputusan petani di suatu wilayah

dalam mengusahakan tanaman padi. Faktor tersebut relatif dinamis akibat investasi

yang dilakukan pemerintah, pihak swasta maupun petani terutama petani kaya.

Lembaga pendukung dapat meliputi lembaga penyuluhan yang berperan dalam

menyampaikan informasi teknologi kepada petani, pedagang sarana produksi yang

berperan dalam menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan petani, pedagang padi

yang berperan dalam memasarkan hasil padi yang dihasilkan petani, dan lembaga

permodalan yang berperan dalam menyediakan pinjaman modal yang dibutuhkan

petani. Ketersediaan keempat lembaga pendukung tersebut akan mempengaruhi

keputusan petani dalam mengusahakan tanaman padi melalui pengaruhnya terhadap

kemudahan mendapatkan informasi teknologi padi, mendapatkan sarana produksi yang

dibutuhkan (benih, pupuk, pestisida/insektisida), memasarkan padi yang dihasilkan dan

mendapatkan modal yang dibutuhkan petani.

Faktor sosial ekonomi relatif dinamis dan dapat berubah dalam jangka pendek.

Faktor tersebut dapat meliputi : (1) ketersediaan pasar komoditas dan pasar input

Page 21: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

20  

dalam kuantitas, kualitas dan harga, (2) kebijakan pemerintah seperti subsidi harga

input, subsidi harga padi, subsidi kredit usahatani, pengaturan tata niaga padi dan

alokasi anggaran pemerintah untuk pengembangan tanaman padi, dan (3) pasar

tenaga kerja. Seluruh komponen faktor tersebut akan mempengaruhi keputusan petani

untuk mengusahakan tanaman padi melalui pengaruhnya terhadap kemudahan petani

untuk mendapatkan tenaga kerja yang kebutuhannya relatif intensif pada tanaman

padi, besarnya biaya usahatani yang harus disediakan petani, dan keuntungan

usahatani yang diperoleh.

Seluruh faktor iklim dan tanah, karakteristik sumberdaya lahan pertanian,

ketersediaan infrastruktur pendukung, ketersediaan lembaga pendukung, ketersediaan

teknologi padi dan kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi keputusan petani dalam

memanfaatkan lahan garapannya untuk berbagai komoditas pertanian termasuk padi.

Akan tetapi besarnya pengaruh tersebut bervariasi menurut petani. Dalam kaitan ini

faktor karakteristik petani memiliki peranan. Faktor karakteristik petani dapat meliputi :

penguasaan sumberdaya lahan dalam kuantitas dan kualitas, ketersediaan tenaga kerja

keluarga, kemampuan modal petani, penguasaan teknologi usahatani padi dan berbagai

variabel lain yang terkait seperti tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani padi,

dst.

Uraian diatas menjelaskan bahwa keputusan petani di suatu wilayah untuk

mengembangkan tanaman padi akan dipengaruhi oleh : (1) kondisi iklim dan tanah di

wilayah tersebut, (2) karakteristik sumberdaya lahan, (3) ketersediaan infrastruktur

pendukung, (4) ketersediaan lembaga pendukung, (5) kondisi sosial ekonomi, (6)

ketersediaan teknologi yang memadai, dan (7) karakteristik petani. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa berkembangnya suatu komoditas pertanian tertentu di suatu

daerah pada dasarnya merupakan suatu proses adaptasi yang dilakukan petani

terhadap kondisi seluruh faktor tersebut, baik yang merupakan faktor internal petani

(karakteristik petani) maupun faktor eksternal petani (iklim dan tanah, karakteristik

sumberdaya lahan, infrastruktur pendukung, lembaga pendukung, kondisi sosial

ekonomi). Petani di suatu daerah akan mengembangkan tanaman padi secara luas

apabila seluruh faktor tersebut cukup kondusif untuk pengembangan tanaman padi

Page 22: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

21  

(misalnya : kondisi iklim dan tanah sesuai untuk tanaman padi, mudah mendapatkan

benih padi, tenaga kerja keluarga tersedia, harga padi menguntungkan, dst).

Sebaliknya petani di suatu daerah akan mengembangkan secara luas tanaman selain

padi apabila seluruh faktor tersebut tidak kondusif untuk tanaman padi.

Pada lingkup wilayah (kabupaten/kecamatan/desa) kondisi faktor-faktor tersebut

diatas sangat bervariasi. Dengan demikian potensi pengembangan tanaman padi juga

akan bervariasi menurut wilayah dan tergantung kepada kondisi seluruh faktor

tersebut, apakah cukup kondusif untuk pengembangan tanaman padi atau tidak.

Tanaman padi sangat potensial untuk dikembangkan di suatu wilayah dan akan

dominan dibanding tanaman lainnya apabila seluruh faktor tersebut sangat kondusif

untuk tanaman padi dan sebaliknya tanaman padi akan inferior apabila faktor-faktor

tersebut tidak kondusif untuk pengembangan tanaman padi. Dengan kata lain, suatu

wilayah sangat potensial untuk pengembangan padi apabila kondisi seluruh faktor di

wilayah tersebut sangat kondusif untuk pengembangan padi dan sebaliknya.

Dalam rangka memacu pertumbuhan produksi padi di luar Jawa pemahaman

tentang wilayah (kabupaten/kecamatan) potensial padi merupakan keharusan agar

upaya peningkatan produksi padi di luar Jawa dapat dilakukan secara efektif. Upaya

peningkatan produksi padi yang dilaksanakan pada wilayah yang kurang potensial

untuk tanaman padi dapat menyebabkan kegagalan dan tidak akan efektif. Namun

demikian, informasi tersebut belum cukup memadai untuk dimanfaatkan sebagai acuan

dalam menetapkan prioritas lokasi pengembangan padi karena hanya mencerminkan

potensi yang tersedia. Dalam kaitan tersebut, informasi tentang potensi pengembangan

padi menurut wilayah perlu dilengkapi dengan pemahaman sejauh mana produksi padi

di wilayah potensial tersebut dapat ditingkatkan lebih lanjut. Dengan kata lain perlu

dipahami pula sejauh mana peluang peningkatan produksi padi di wilayah tersebut.

Secara agronomis peningkatan produksi padi dapat ditempuh melalui tiga

strategi yaitu : peningkatan produktivitas padi, peningkatan Indeks Pertanaman (IP)

padi dan perluasan lahan sawah. Peningkatan IP padi lebih merupakan upaya

peningkatan luas tanam padi dalam jangka pendek sedangkan perluasan lahan sawah

merupakan upaya peningkatan tanaman padi dalam jangka panjang. Pengalaman pada

Page 23: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

22  

masa Revolusi Hijau telah membuktikan keunggulan ketiga strategi tersebut dalam

mendorong produksi padi nasional. Akan tetapi ketiga strategi tersebut tidak selalu

dapat diterapkan di setiap wialayah dan sangat ditentukan oleh potensi yang tersedia di

setiap wilayah. Upaya peningkatan produktivitas akan dibatasi oleh besarnya senjang

produktivitas yang terjadi pada saat ini dan semakin kecil senjang produktivitas semakin

kecil peluang peningkatan produktivitas yang dapat dicapai. Upaya peningkatan IP padi

akan dibatasi oleh ketersediaan air irigasi karena untuk meningkatkan IP padi

dibutuhkan pasokan air yang memadai. Sedangkan upaya perluasan lahan sawah akan

dibatasi oleh kondisi iklim, tanah dan ketersediaan lahan yang sesuai untuk tanaman

padi serta ketersediaan air untuk mengairi lahan sawah tersebut.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 dan tahun 2013. Sesuai dengan

tujuan penelitian dan kerangka pemikiran maka terdapat beberapa analisis yang

dilakukan seperti yang diperlihatkan pada Bagan 2. Secara ringkas analisis yang akan

dilakukan pada tahun 2013 dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Analisis senjang produktivitas padi. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk

meningkatkan produksi padi dalam jangka pendek adalah melalui peningkatan

produkstivitas padi. Akan tetapi besarnya peluang peningkatan produktivitas

tersebut akan dibatasi oleh potensi produktivitas yang dapat dicapai di setiap

kecamatan. Semakin besar kesenjangan antara produktivitas yang telah dicapai saat

ini dibanding potensi produktivitas padi di suatu kecamatan menunjukkan semakin

besar peluang peningkatan produktivitas di kecamatan tersebut. Analisis ini

ditujukan untuk memahami seberapa besar peluang peningkatan produktivitas padi

yang masih tersedia pada setiap tipe kecamatan.

(2) Analisis senjang IP padi. Strategi lain yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

produksi padi dalam jangka pendek adalah melalui peningkatan IP padi. Analisis ini

Page 24: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

23  

(3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)    (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20)  (21)  (22)  (23)  (24)  (25)  (26)  (27)  (28)  (29)  (30)  (31)  (32)  (33)  (34)  (35)  (36)  (37)  (38)  (39)  (40)  (41)  (42)  (43)  (44)

Bagan 2. Kerangka Analisis Kebijakan Akselerasi Pertumbuhan Produksi Padi di Luar Jawa.

TAHUN 2012

Kecamatan potensial untuk pengembangan padi

Analisis peranan produksi padi : Sentra padi Non sentra padi

Analisis karakteristik sumberdaya lahan : Lahan pertanian dominan Ketinggian lahan

Analisis karakteristik kecamatan

Tipologi kecamatan Lahan pertanian dominan (sawah/lahan kering) Ketinggian lahan (daerah tinggi/rendah) Peranan produksi padi (sentra/non sentra padi)

Analisis bobot faktor penentu potensi pengembangan padi

Skoring potensi kecamatan untuk pengembangan padi

TAHUN 2013

Analisis neraca air

Analisis potensi lahan sawah

Analisis senjang produktivitas padi

Analisis senjang luas tanam dan IP padi

Peluang peningkatan

produktivitas padi

Peluang peningkatan luas tanam dan IP

padi

Peluang perluasan lahan sawah

Peluang peningkatan produksi padi

Analisis masalah dan strategi peningkatan produksi padi : Peningkatan produktivitas Peningkatan IP padi Peningkatan luas tanam

Rumusan Kebijakan Akselerasi Pertumbuhan Produksi Padi di Luar Jawa : Prioritas kecamatan, kabupaten dan tipe agroekosistem Strategi peningkatan produksi padi (teknis, sosial ekonomi, kelembagaan) Kebijakan pendukung

Page 25: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

24  

ditujukan untuk memahami sejauh mana peluang peningkatan IP padi pada setiap

tipe kecamatan.

(3) Analisis ketersediaan air. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan upaya peningkatan luas tanaman padi dan IP padi karena IP padi yang

rendah umumnya disebabkan oleh keterbatasan pasokan air irigasi. Berdasarkan hal

tersebut maka IP padi yang relatif kecil di suatu kecamatan belum tentu dapat

ditingkatkan lebih lanjut apabila ketersediaan air di kecamatan tersebut sangat

terbatas. Untuk memahami peluang peningkatan IP padi maka perlu dipahami pula

sejauh mana ketersediaan air pada setiap tipe kecamatan, apakah masih mengalami

surplus air atau defisit. Analisis ketersediaan air juga diperlukan untuk memahami

peluang perluasan lahan sawah mengingat pencetakan lahan sawah untuk tanaman

padi perlu didukung dengan pasokan air irigasi yang memadai.

(4) Analisis lahan potensial sawah dan peluang perluasan lahan sawah. Dalam jangka

panjang upaya peningkatan produksi padi dapat ditempuh melalui pencetakan lahan

sawah. Akan tetapi tidak semua kecamatan memiliki peluang untuk melakukan

pencetakan sawah baru dan tergantung pada luas lahan potensial yang dapat

dijadikan sawah. Analisis ini ditujukan untuk memahami berapa luas lahan yang

potensial untuk dijadikan sawah dan sejauh mana peluang peningkatan luas sawah

pada setiap tipe kecamatan.

(5) Analisis peluang peningkatan produksi padi. Seperti yang telah diuraikan dalam

kerangka pemikiran penentuan kecamatan prioritas untuk peningkatan produksi padi

perlu dirumuskan berdasarkan peluang peningkatan produksi padi yang dapat

ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan IP padi. Analisis ini

merupakan analisis jangka pendek dan ditujukan untuk memahami berapa besar

peluang peningkatan produksi padi pada setiap tipe kecamatan. Hasil analisis

selanjutnya akan digunakan sebagai salah satu kriteria dalam menentukan

kecamatan prioritas untuk peningkatan produksi padi.

(6) Analisis peringkat kecamatan prioritas untuk peningkatan produksi padi. Dalam

rangka peningkatan produksi padi sebagai tahap awal perlu diidentifikasi kecamatan

yang layak dijadikan lokasi kegiatan agar upaya peningkatan produksi dapat

Page 26: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

25  

dilaksanakan secara efektif dan efisien. Terkait dengan hal tersebut maka perlu

diidentifikasi kecamatan mana yang harus mendapat prioritas. Pada prinsipnya

kecamatan yang harus mendapat prioritas memiliki tiga ciri yaitu : (1) kecamatan

tersebut cukup potensial untuk pengembangan padi, (2) peluang peningkatan

produksi padi di kecamatan tersebut relatif besar, dan (3) peluang perluasan lahan

sawah relatif besar agar upaya peningkatan produksi padi dapat dilaksanakan dalam

jangka panjang. Analisis ini bertujuan untuk mengindentifikasi kecamatan yang

memiliki ketiga ciri tersebut.

(7) Analisis masalah, strategi dan kebijakan pendukung peningkatan produksi padi.

Upaya peningkatan produksi padi perlu dilaksanakan dengan strategi yang memadai

agar upaya tersebut efektif dan efisien. Pada intinya suatu strategi diterapkan untuk

mengantisipasi masalah yang dihadapi dan peluang yang tersedia dalam rangka

pencapaian tujuan tertentu. Dalam upaya peningkatan produksi padi maka perlu

dipahami permasalahan yang dihadapi untuk meningkatkan produktivitas dan

meningkatkan IP padi. Permasalahan yang dihadapi dapat meliputi aspek

kelembagaan petani, kelembagaan irigasi, ketersediaan sarana dan prasarana,

ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan teknologi budidaya yang sesuai dan

berbagai masalah teknis lainnya. Dari analisis masalah akan dapat diidentifikasi

saran kebijakan pendukung dalam rangka mengatasi masalah-masalah tersebut.

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan

Dalam rangka perluasan dan percepatan pertumbuhan ekonomi nasional telah

ditetapkan 6 koridor ekonomi dengan tema pembangunan yang berbeda. Sejalan

dengan tema pembangunan ekonomi di masing-masing wilayah Kementerian Pertanian

telah menetapkan tema pembangunan pertanian sebagai berikut : (1) koridor ekonomi

Sumatera sebagai sentra produksi kelapa sawit dan karet, (2) koridor ekonomi Jawa

sebagai sentra pengembangan industri makanan, (3) koridor ekonomi Kalimantan

sebagai sentra produksi kelapa sawit dan karet, (4) koridor ekonomi Sulawesi sebagai

Page 27: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

26  

sentra produksi beras, jagung dan kakao, (5) koridor ekonomi Bali-NTB-NTT sebagai

sentra produksi jagung dan kedelai, dan (6) koridor ekonomi Papua sebagai sentra

produksi pangan, perkebunan dan peternakan. Penelitian ini dilaksanakan untuk

mendukung pengembangan koridor ekonomi di wilayah Sulawesi yang antara lain

diarahkan sebagai sentra produksi padi.

3.3.2. Lokasi dan Responden

Dalam rangka perluasan dan percepatan pertumbuhan ekonomi nasional telah

ditetapkan 6 koridor ekonomi dengan tema pembangunan yang berbeda. Sejalan

dengan tema pembangunan ekonomi di masing-masing wilayah Kementerian Pertanian

telah menetapkan tema pembangunan pertanian sebagai berikut : (1) koridor ekonomi

Sumatera sebagai sentra produksi kelapa sawit dan karet, (2) koridor ekonomi Jawa

sebagai sentra pengembangan industri makanan, (3) koridor ekonomi Kalimantan

sebagai sentra produksi kelapa sawit dan karet, (4) koridor ekonomi Sulawesi sebagai

sentra produksi beras, jagung dan kakao, (5) koridor ekonomi Bali-NTB-NTT sebagai

sentra produksi jagung dan kedelai, dan (6) koridor ekonomi Papua sebagai sentra

produksi pangan, perkebunan dan peternakan. Penelitian ini dilaksanakan untuk

mendukung pengembangan koridor ekonomi di wilayah Sulawesi yang antara lain

diarahkan sebagai sentra produksi padi.

Penelitian dilaksanakan di 2 propinsi di Pulau Sulawesi yang merupakan sentra

produksi padi yaitu propinsi Sulawesi Selatan dan propinsi Sulawesi Tengah. Pada

masing-masing propinsi akan dipilih 2 kabupaten contoh yang merupakan kabupaten

sentra produksi padi. Untuk memahami masalah peningkatan IP padi, peningkatan

produktivitas padi dan perluasan lahan sawah maka di setiap kabupaten contoh dipilih 2

kecamatan contoh yang memenuhi 5 kriteria yaitu : (1) merupakan kecamatan

potensial padi, (2) senjang IP padi relatif tinggi, (3) senjang produktivitas padi relatif

tinggi, (4) peluang perluasan lahan sawah relatif tinggi, dan (5) luas lahan sawah relatif

tinggi. Pada setiap kecamatan contoh lebih lanjut dipilih 2 desa contoh untuk lebih

mendalami permasalahan tersebut pada tingkat lapangan.

Page 28: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

27  

Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini terbagi atas 3 kategori yaitu :

(1) Narasumber/pakar tanaman padi sebagai sumber informasi tentang masalah

peningkatan produktivitas, masalah peningkatan IP padi, masalah perluasan lahan

sawah dan upaya antisipasi yang diperlukan. Responden pakar padi terdiri atas 4

kategori yaitu :

a. Responden pakar pengambil kebijakan peningkatan produksi padi

(peningkatan produktivitas, peningkatan IP dan perluasan tanaman padi,

perluasan lahan sawah) di tingkat pusat yang meliputi : 2 pejabat Dirjen

Tanaman Pangan, 2 pejabat Dirjen Sarana dan Prasarana, dan 2 Pejabat

Dirjen Pengairan Kementerian PU.

b. Responden pakar pengambil kebijakan daerah dan pelaksana program

peningkatan produksi padi (program pusat dan program daerah) yang

meliputi : 2 pejabat Dinas Pertanian Kabupaten, 2 pejabat Dinas Pengairan

PU kabupaten dan 2 pejabat Badan Penyuluhan Kabupaten di setiap

kabupaten contoh.

c. Responden pakar pelaksana program peningkatan produksi padi di tingkat

kecamatan yang meliputi : 2 PPL senior (Kepala BPP dan Koordinator PPL), 2

petugas UPTD/KCD, dan 2 petugas pengairan PU di setiap kecamatan contoh.

d. Responden pakar ilmuwan padi yang meliputi masing-masing 2-3 peneliti

senior Puslibangtan, peneliti senior BBPadi, peneliti senior BBSDL, peneliti

senior BPTP Sulsel dan BPTP Sulteng.

(2) Aparat desa dan pengurus Gapoktan/Kelompok Tani sebagai sumber informasi

tentang kondisi tanaman padi (produktivitas, IP padi, luas tanam padi) dan masalah

yang dihadapi dalam peningkatan produktivitas padi, peningkatan IP padi dan

perluasan lahan sawah pada tingkat lapangan. Sebanyak 3-4 responden aparat

desa dan pengurus Gapoktan/Poktan dipilih di setiap desa contoh.

(3) Pelaku kelembagaan pendukung agribisnis padi sebagai sumber informasi tentang

permasalahan yang dihadapi dalam mendukung upaya peningkatan produktivitas

padi dan peningkatan IP padi. Responden pelaku kelembagaan pendukung

agribisnis padi meliputi pemilik traktor, pemilik mesin panen, pemilik penggilingan

Page 29: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

28  

padi, kelompok P3A, penangkar/pedagang benih padi, kelompok buruh tanam dan

kelompok buruh panen. Pelaku kelembagaan pendukung dipilih di 3-4 kecamatan

contoh.

3.4. Data dan Metoda Analisis

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

Data sekunder dan data primer akan digunakan dalam penelitian ini. Data

sekunder lingkup kecamatan, kabupaten dan propinsi akan dikumpulkan dari BPS,

Bakorsurtanal, BBSDLP, BPSDA dan instansi terkait lainnya. Data primer dikumpulkan

melalui wawancara responden dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Metoda Analisis

3.4.2.1. Analisis Senjang Produktivitas Padi.

Pada intinya senjang produktivitas padi menunjukkan perbedaan antara potensi

produktivitas padi yang dapat dicapai dibanding produktivitas padi yang telah dicapai.

Semakin besar senjang produktivitas padi di suatu kecamatan menunjukkan semakin

besar peluang peningkatan produktivitas padi di kecamatan tersebut.

Potensi produktivitas padi di setiap kecamatan diukur dari produktivitas padi

yang dicapai pada kegiatan LL (Laboratorium Lapang) dalam rangka pelaksanaan SL-

PTT padi di setiap Kabupaten tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari BPTP yang

mendampingi pelaksanaan SL-PTT padi dan Dinas Pertanian Kabupaten. Sedangkan

data produktivitas padi per kecamatan tahun 2010 diharapkan dapt diperoleh dari Buku

Statistik Kabupaten dan Dinas Pertanian Kabupaten.

Persamaan yang digunakan pada analisis senjang produktivitas padi adalah

sebagai berikut :

SPk = (YPk– Yk) / YPk x 100 SPk = Senjang produktivitas padi di kecamatan k (%) YPk = Potensi produktivitas padi yang diukur dari produktivitas padi pada

pelaksanaan LL (Laboratorium Lapangan) di kecamatan k (ton GKP/ha) Yk = Produktivitas padi di kecamatan k (ton GKP/ha)

Page 30: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

29  

3.4.2.2. Analisis Senjang Luas Tanam dan IP Padi.

Pada intinya senjang luas tanam padi dan senjang IP padi menunjukkan

perbedaan antara potensi luas tanam padi dan potensi IP padi yang dapat dicapai

dibanding potensi luas tanam padi dan IP padi yang telah dicapai. Semakin besar

senjang luas tanam padi dan IP padi di suatu kecamatan menunjukkan semakin besar

peluang peningkatan luas tanam padi dan IP padi di kecamatan tersebut.

Potensi luas tanam padi dan potensi IP padi diukur dengan menggunakan data

luas sawah per kecamatan yang diterbitkan oleh BPS tahun 2010. Pada data tersebut

luas lahan sawah dirinci atas luas sawah yang dapat ditanami padi sebanyak 3 kali per

tahun, 2 kali per tahun dan 1 kali per tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung

potensi luas sawah yang dapat ditanami padi dan potensi IP padi dalam setahun dan

menurut musim tanam MH (Musim Hujan) dan MK (Musim Kemarau). Sedangkan

pendugaan luas tanam padi menurut musim tanam dilakukan dengan menggunakan

data luas tanam padi per bulan tahun 2010 di setiap kecamatan yang diterbitkan oleh

BPS.

Persamaan yang digunakan pada analisis senjang luas tanam dan senjang IP

padi adalah sebagai berikut :

(1) Senjang luas tanam padi dalam setahun

SLtk = (LPtk– Ltk)

LPtk = Li. i SLtk = Senjang luas tanam padi dalam setahun di kecamatan k (ha) LPtk = Potensi luas tanam padi dalam setahun di kecamatan k (ha) Li = Luas sawah yang dapat ditanami padi sebanyak i kali dalam setahun (i

=1….3) di kecamatan k (ha)

Ltk = Luas tanam padi dalam setahun di kecamatan k (ha)

(2) Senjang luas tanam padi pada musim tanam MH dan MK

SLmk = (LPmk– Lmk)

LPmk = Li. i

Page 31: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

30  

SLmk = Senjang luas tanam padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (ha)

LPmk = Potensi luas tanam padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (ha)

Li.i = Luas sawah yang dapat ditanami padi pada MH atau MK di kecamatan k (ha).

Pada MH nilai tersebut setara dengan L1+L2+L3 sedangkan pada MK setara dengan L2+2L3.

Lmk = Luas tanam padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (ha)

(3) Senjang IP padi dalam setahun

SIPtk = (IPPtk– IPtk)

IPPtk = Li. i / Li x 100 IPtk = Ltk / Li x 100 SIPtk = Senjang IP padi dalam setahun di kecamatan k (%) IPPtk = Potensi IP padi dalam setahun di kecamatan k (%) IPtk = IP padi dalam setahun di kecamatan k (%) Li = Luas sawah yang dapat ditanami padi sebanyak i kali dalam setahun (i

=1….3) di kecamatan k (ha) Ltk = Luas tanam padi dalam setahun di kecamatan k (ha)

(4) Senjang IP padi pada musim tanam MH dan MK

SIPmk = (IPPmk– IPmk)

IPPmk = ( Li. i / Li) x 100 IPmk = (Lmk / Li) x 100 SIPmk = Senjang IP padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (%) IPPmk = Potensi IP padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (%) IPmk = IP padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (%) Li.i = Luas sawah yang dapat ditanami padi pada MH atau MK di kecamatan k

(ha). Pada MH nilai tersebut setara dengan L1+L2+L3 sedangkan pada MK

setara dengan L2+2L3. Lmk = Luas tanam padi pada musim tanam MH atau MK di kecamatan k (ha)

Page 32: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

31  

3.4.2.3. Analisis Ketersediaan Air.

Analisis ini bertujuan untuk melihat status ketersediaan air atau neraca antara

ketersediaan air dan kebutuhan air di setiap kecamatan, apakah masih mengalami

surplus. Informasi tersebut diperlukan untuk pendugaan peluang peningkatan IP padi

dan peluang perluasan lahan sawah. Pada intinya, peningkatan IP padi dan perluasan

lahan sawah di suatu kecamatan hanya mungkin dilakukan apabila neraca ketersediaan

air pada kecamatan tersebut masih mengalami surplus.

Secara umum persamaan neraca ketersediaan air adalah sebagai berikut :

STAk = PAk - KPk - KRTk - KSIk STAk = Status ketersediaan air di kecamatan k (surplus atau defisit) PAk = Pasokan atau ketersediaan air dalam setahun di kecamatan

k (mm/tahun) KPk = Kebutuhan air untuk tanaman padi, palawija dan sayuran dalam

setahun di kecamatan k (mm/tahun) KRTk = Kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga di kecamatan

k (mm/tahun) KSIk = Kebutuhan air untuk sektor industri dan perikanan di kecamatan

k (mm/tahun)

Kebutuhan air untuk tanaman padi dihitung berdasarkan standar kebutuhan air

pada tanaman padi yang digunakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum yaitu : 7867

m3/ha pada musim tanam MH, 8556 m3/ha pada musim tanam MK1 dan 8603 m3/ha

pada musim tanam MK2. Begitu pula pendugaan kebutuhan air untuk keperluan rumah

tangga dan sektor industri dilakukan dengan memanfaatkan standar kebutuhan air

yang digunakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

Pendugaan ketersediaan air didekati melalui analisis potensi air permukaan yang

direpresentasikan oleh curah hujan, aliran sungai serta debit bendung irigasi. Potensi

air permukaan dari curah hujan dianalisis berdasarkan data pengamatan stasiun hujan

yang tersedia di dekat lokasi penelitian sedangkan potensi air pemukaan dari sumber

sungai dan bendung irigasi diidentifikasi dari data debit sungai yang terekam oleh

stasiun pengukur debit serta data bendung irigasi. Ketersediaan air yang dapat

Page 33: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

32  

dimanfaatkan adalah aliran mantap yaitu jumlah air yang diperkirakan terus menerus

tersedia dengan jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu (Notodihardjo, 1982

dalam Kartiwa, 2011).

Analisis potensi air permukaan dilakukan dengan menggunakan prinsip

keseimbangan neraca air yaitu :

P = Ea + R + S atau S = P - Ea + R

P = Presipitasi Ea = Evapotranspirasi R = Runoff

S = Cadangan air permukaan dan air bawah permukaan yang mencerminkan ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pertanian.

Evapotranspirasi aktual tahunan dihitung dengan menggunakan rumus Turc-

Langbein sebagai berikut :

2

2

9,0Eo

P

PEa

Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/tahun) Eo = Evapotranspirasi permukaan air bebas (mm/tahun) P = Presipitasi (mm/tahun)

Berdasarkan rumus Langbein dapat dihitung besarnya evaporasi permukaan air

bebas tahunan (Eo) sebagai berikut :

Eo = 325 + 21t + 0,9t2 Eo = Evaporasi permukaan air bebas (mm/tahun)

t = Suhu rata-rata tahunan (oC)

3.4.2.4. Analisis Lahan Potensial Sawah dan Peluang Perluasan Lahan Sawah.

Luas lahan potensial untuk dijadikan sawah di setiap kecamatan dianalisis

dengan melakukan overlay peta Zona Agro Ekologi (ZAE) yang dibuat oleh BBSDLP

Page 34: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

33  

dengan peta wilayah administrasi kecamatan. Komponen utama ZAE meliputi variabel

iklim (suhu dan kelembaban), variabel fisiografi lahan (bentuk wilayah dan kemiringan),

dan variabel karakteristik tanah (tekstur, kemasaman dan drainase). Diasumsikan

bahwa lahan yang potensial untuk lahan sawah adalah lahan dengan kemiringan lereng

< 8% dan memiliki karakteristik tanah serta karakteristik iklim yang sesuai untuk

tanaman padi.

Pada intinya peluang perluasan lahan sawah di setiap kecamatan ditunjukkan

oleh besarnya perbedaan antara luas potensi lahan sawah dibanding luas sawah yang

tersedia. Akan tetapi indikator tersebut belum mencukupi karena perluasan lahan

sawah harus didukung dengan ketersediaan air yang memadai agar lahan sawah yang

dibangun dapat berfungsi secara optimal. Berdasarkan hal tersebut maka peluang

perluasan lahan sawah di setiap kecamatan harus dibatasi pada kecamatan yang masih

memiliki surplus air relatif besar. Diasumsikan bahwa hanya kecamatan yang memiliki

surplus air > 50% yang dapat melakukan perluasan lahan sawah.

Peluang perluasan lahan sawah pada kecamatan yang memiliki surplus air >

50% dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PSk = LSPk– LSk

PSk = Peluang perluasan lahan sawah di kecamatan k (ha) LSPk = Luas lahan potensial sawah di kecamatan k (ha) LSk = Luas sawah saat ini di kecamatan k (ha)

3.4.2.5. Analisis Peluang Peningkatan Produksi Padi. Peluang peningkatan produksi padi di setiap kecamatan pada intinya ditunjukkan

oleh besarnya nilai selisih antara potensi produksi padi yang dapat dicapai dibanding

produksi padi yang telah dicapai pada saat ini. Pada luas tanaman padi yang sama

potensi produksi padi di suatu kecamatan dapat ditingkatkan melalui peningkatan

produktivitas padi. Sebaliknya, pada tingkat produktivitas padi yang sama potensi

produksi padi dapat ditingkatkan melalui peningkatan luas tanam dan IP padi. Namun

demikian, tidak seluruh kecamatan memiliki peluang peningkatan produksi melalui

Page 35: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

34  

peningkatan produktivitas apabila produktivitas padi saat ini sangat mendekati potensi

produktivitas yang dapat dicapai, dengan kata lain senjang produktivitas padinya sangat

kecil. Begitu pula tidak seluruh kecamatan memiliki peluang peningkatan produksi

melalui peningkatan luas tanam dan IP padi apabila luas tanaman padi saat ini sangat

mendekati potensi luas tanam dan potensi IP padi di kecamatan tersebut dan

ketersediaan air irigasi cukup terbatas.

(1) Peluang peningkatan produksi padi melalui peningkatan produktivitas

Pada pelaksanaan SL-PTT padi di suatu kecamatan besarnya produktivitas padi

yang dicapai pada kegiatan LL (Laboratorium Lapang) dapat dianggap sebagai potensi

produktivitas padi di kecamatan tersebut. Hal ini karena seluruh kegiatan budidaya

tanaman padi yang dilakukan pada kegiatan LL tersebut (yang dilaksanakan pada luas

lahan 1 hektar) dapat dikatakan telah dilakukan dengan menggunakan teknologi

budidaya padi yang paling sesuai dengan kondisi setempat. Akan tetapi teknologi

budidaya padi tersebut tidak seluruhnya akan dapat diterapkan pada hamparan lahan

yang lebih luas atau diterapkan oleh seluruh petani pada tingkat desa atau tingkat

kecamatan akibat kendala sosial ekonomi petani secara umum. Konsekuensinya adalah

potensi produktivitas pada agregat desa atau agregat kecamatan akan lebih lebih

rendah dibanding produktivitas padi yang dicapai pada kegiatan LL.

Diasumsikan potensi produktivitas padi pada agregat kecamatan 5% lebih

rendah dibanding produktvitas padi pada kegiatan LL yang dilaksanakan di setiap

kecamatan. Berdasarkan asumsi tersebut maka peluang peningkatan produksi padi

melalui peningkatan produktivitas di setiap kecamatan dapat diekspresikan dalam

persamaan sebagai berikut :

PYk = (0.95 YPk– Yk) x Ltk

PYk = Peluang peningkatan produksi padi melalui peningkatan produktivitas

padi di kecamatan k (ton GKP/tahun) YPk = Potensi produktivitas padi yang diukur dari produktivitas padi pada

pelaksanaan LL (Laboratorium Lapangan) di kecamatan k (ton GKP/ha) Yk = Produktivitas padi di kecamatan k (ton GKP/ha) Ltk = Luas tanam padi dalam setahun di kecamatan k (ha/tahun)

Page 36: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

35  

(2) Peluang peningkatan produksi padi melalui peningkatan luas tanam dan

IP padi

Adanya senjang luas tanam dan senjang IP padi di suatu kecamatan

menunjukkan adanya peluang peningkatan luas tanam dan peningkatan IP padi di

kecamatan tersebut. Akan tetapi peluang tersebut belum tentu dapat dimanfaatkan

apabila ketersediaan air di kecamatan tersebut cukup terbatas. Hal ini karena

keterbatasan air irigasi seringkali menjadi faktor penghambat bagi petani untuk

meningkatkan luas tanam padi dan meningkatkan IP padi. Pada tingkat petani hal ini

dicerminkan oleh adanya kecenderungan petani untuk menanam padi jika pasokan air

irigasi mencukupi dan pada kondisi pasokan air irigasi yang terbatas petani cenderung

mengusahakan tanaman palawija yang kebutuhan airnya relatif kecil dibanding

tanaman padi.

Untuk meningkatkan luas tanam dan IP padi di suatu kecamatan maka salah

satu syarat yang harus dipenuhi adalah neraca ketersediaan air di kecamatan tersebut

masih surplus atau berlebih. Dalam nilai relatif besarnya surplus air tersebut harus lebih

besar dibanding besarnya senjang IP padi agar upaya peningkatan IP padi dapat

didukung dengan peningkatan pasokan air yang memadai. Diasumsikan bahwa hanya

kecamatan yang memiliki surplus air > 50% yang memiliki peluang peningkatan IP

padi. Berdasarkan asumsi tersebut maka besarnya peluang peningkatan produksi padi

melalui peningkatan IP padi pada kecamatan yang memiliki surplus air > 50% adalah

sebagai berikut :

PIPk = SIPtk /100 x Li x Yk PIPk = Peluang peningkatan produksi padi melalui peningkatan IP padi

di kecamatan k (ton GKP/tahun) SIPtk = Senjang IP padi dalam setahun (%) Li = Luas sawah yang dapat ditanami padi sebanyak i kali dalam setahun (i

=1….3) di kecamatan k (ha)

Yk = Produktivitas padi di kecamatan k (ton GKP/ha)

Page 37: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

36  

3.4.2.6. Analisis Peringkat Prioritas Kecamatan Untuk Pengembangan Padi

Peringkat prioritas kecamatan untuk peningkatan produksi padi disusun

berdasarkan 3 kriteria yaitu : (1) potensi pengembangan padi di setiap kecamatan, (2)

peluang peningkatan produksi padi, dan (3) peluang perluasan lahan sawah. Penilaian

ketiga kriteria tersebut dilakukan melalui skoring yang dibagi atas tiga kategori : tinggi,

sedang dan rendah. Peringkat kecamatan prioritas disusun berdasarkan nilai total skor

dari ketiga variabel tersebut.

3.4.2.7. Analisis Masalah Peningkatan Produktivitas dan IP Padi.

Terjadinya senjang produktivitas padi yang relatif besar mencerminkan adanya

permasalahan yang dihadapi petani untuk mendapatkan produktivitas potensial yang

dapat dicapai. Begitu pula senjang luas tanam dan senjang IP padi menunjukkan

adanya permasalahan yang dihadapi petani untuk memanfaatkan potensi yang tersedia.

Permasalahan tersebut dapat meliputi masalah teknis, masalah kelembagaan dan sosial

ekonomi yang dihadapi petani. Analisis permasalahan tersebut akan dilakukan secara

deskriptif melalui diskusi yang melibatkan narasumber di daerah.

Page 38: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

37  

IV. ANALISIS RISIKO

Dalam melakukan penelitian sosial ekonomi, risiko yang mungkin dihadapi dalam

melaksanakan penelitian mulai dari penyusunan proposal, penyusunan kuesioner,

pengumpulan data, pengolahan data, validasi data, analisa data dan penulisan laporan

akhir dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Daftar Risiko Yang Mungkin Dihadapi Untuk Mencapai Tujuan Penelitian

No. Risiko Penyebab Dampak Solusi 1 Sulitnya melakukan

koordinasi internal anggota tim

Tim melibatkan peneliti dari lembaga penelitian lain yang memiliki kesibukan dan jadwal kegiatan sendiri.

Sinkronisasi pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat

Mengintensifkan komunikasi agar tercapai kompromi dalam pelaksanaan kegiatan

2 Proses penyelesaian entry data dan pengolahan data tidak tepat waktu

Keterbatasan jumlah tenaga operator dan khususnya programer komputer di PSEKP

Pembuatan tabel analisis, analisa data dan sekaligus penulisan laporan menjadi terlambat

Penambahan khususnya jumlah programer komputer

3 Data kuantitatif (variabel) yang tersedia di unit kerja daerah tidak lengkap dalam arti tidak sesuai dengan data kuantitatif (variabel) yang dibutuhkan

Data kuantitatif (variabel) yang dimaksud belum tersedia di unit kerja daerah

Analisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan padi berikut besarnya peranan dari masing-masing faktor tersebut secara lengkap sulit dilakukan.

Data yang digunakan untuk analisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan padi berikut besarnya peranan dari masing-masing faktor tersebut dibatasi pada data yang tersedia.

4 Ketidakkonsistenan narasumber dalam membandingkan besarnya peranan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan padi di suatu wilayah

Narasumber hanya menguasai bidang (disiplin) tertentu berkenaan dengan tanaman padi

Besarnya peranan masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan padi di suatu wilayah menjadi kurang akurat

Tim peneliti harus melakukan pelatihan pengisian kuesioner kepada narasumber agar narasumber dalam membandingkan besarnya peranan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan padi dapat konsisten

Page 39: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

38  

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN 5.1. Susunan Organisasi Peneliti

Tim penelitian in dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Susunan Tim terdiri atas ketua Tim dan Anggota Tim

seperti tabel berikut:

No N a m a Gol. Jabatan

Fungsional/Bidang Keahlian

Kedudukan Dalam Tim

1. Dr. Bambang Irawan IV/e Ahli Peneliti Utama Penanggung Jawab/ Anggota

2. Dr. Gatoet Sroe Hardono IV/a Peneliti Madya Anggota

3. Ir. Adreng Purwoto, MS IV/b Peneliti Madya Anggota

4. Ir. Supadi IV/b Peneliti Madya Anggota

5. Valeriana, SE.,MM IV/a Peneliti Madya Anggota

6. Dr. Nono Sutrisno IV/b Peneliti Madya Anggota

7. Dr. Budi Kartiwa IV/a Peneliti Madya Anggota

5.2. Jadwal Palang

Kegiatan penelitian pada tahap ini dilaksanakan untuk jangka waktu satu tahun

kalender yang dimulai dari bulan Januari hingga selesai pada bulan Desember (12

bulan). Rincian kegiatan pada masing-masing bulan dapat disimak pada jadwal palang

berikut.

Page 40: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

39  

Tabel. Jadwal Palang Kegiatan Penelitian Tahun 2013

Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan

- Studi pustaka

- Penyusunan dan seminar proposal

- Pembuatan kuesioner

2. Pengumpulan data

3. Pengolahan / analisis data

4. Penulisan Laporan Tengah Tahun

5. Penulisan Laporan Akhir

6. Seminar Laporan Akhir

7. Perbaikan Laporan Akhir

8. Penggandaan Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, J.S, A. Sofyan dan D. Nursyamsi. 2004. Lahan Sawah dan Pengelolaannya

dalam Prosiding Sumberdaya Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

De Datta S.K, Gomez K.A, Herdt R.W and Barker R. 1987. A Handbook on the

Methodology for an Integrated Experiment-Survey on Rice Yield Constraints. The International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines.

Dey M.M and Hossain M. 1995. Yield potentials and modern rice varieties : an assessment of technological constraints to increase rice production. In : Proceedings of the Final Workshop of the Projections and Policy Implications of Medium and Long-term Rice Supply and Demand Project. Beijing, China, 23-26 April 1995.

Dirjen PLA. 2006. Arah dan Strategi PengeloLaan Lahan dan Air Mendukung Revitalisasi

Pertanian dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Irawan B. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya Dan

Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi vol 23 no.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Page 41: STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_01.pdfberpengaruh besar terhadap kecukupan gizi penduduk Indonesia. Selama ini kebutuhan beras nasional

40  

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1991. Sumber Pertumbuhan Produksi Padi dan Kedelai: Potensi dan Tantangan. Bogor.

Simatupang P. 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya

Mengatasinya. Makalah Seminar Nasional Persepktif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Kedepan. Bogor, 9-10 November 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Sukarman dan I. Las. 2006. Arah dan Strategi Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Mendukung Revitalisasi Pertanian dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.