Studi Kasus Tambang Liar

download Studi Kasus Tambang Liar

of 25

Transcript of Studi Kasus Tambang Liar

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    1/25

     

    STUDI KASUS DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS LIAR

    TRADISIONAL DI KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA

    KELOMPOK 10

    M. Farid Fadillah 03121004

    Tony Redzza Saputra 03121005

    Krisna Suarna 03131001

    M. Setyo Utomo 04121005

    Hamid Rasyid 04121014

    Astrid Aldila 04121003

    Wiqaksono J. R 10131004 

    INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

    BALIKPAPAN2016

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    2/25

     

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….............. 1

    Latar Belakang………………………………………………………………………. 1

    Tujuan……………………………………………………………………………….. 1

    Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 2

    Sistematika Makalah………………………………………………………………… 2

    BAB II DASAR TEORI………………………………………………………………… 3

    Lokasi Kegiatan……………………………………………………………………… 3

    Merkuri, Pertambangan Emas Rakyat dan Pencemaran Lingkungan……………….. 3

    Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat…………………………. 4

    Dampak Penambangan Emas Liar…………………………………………………… 6

    Kadar Batas Aman Merkuri……………………………………………………......... 8

    Peraturan Perundang-Undangan……………………………………………………… 9

    BAB III HASIL DAN PEMULIHAN…………………………………………………... 10

    Prakiraan Dampak Lingkungan Tambang Emas Rakyat Di Sangon…………....... 10

      Upaya Pemulihan Lahan Bekas Tambang………………………………………… 15

    BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………… 20

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    3/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Usaha pertambangan, oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab

    kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan

    emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (Hg)

    digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya,

    maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini

    mungkin secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu

    dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkanakibat pengolahan dan pemurnian emas. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan

    upaya pendekatan melalui penanganan tailing atau limbah B3 yang berwawasan lingkungan

    dan sekaligus peningkatan efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan

    (recovery) logam emas.

    Beberapa logam berat, seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri sangat berbahaya

     bagi kesehatan manusia dan kelangsungan kehidupan di lingkungan. Pencemaran logam berat

    dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan,

    tanaman maupun lingkungan. Salah satu logam berat yang berbahaya adalah merkuri. Secara

    alamiah, pencemaran merkuri berasal dari kegiatan gunung berapi atau rembesan tanah yang

    melewati deposit merkuri. Keberadaan merkuri dari alam dan masuk ke suatu tatanan

    lingkungan tidak akan menimbulkan efek. 

    I.2 Tujuan

    Tujuan dari penulisan makalah mengenai dampak pertambangan emas liar ini adalah

    sebagai berikut:

    1.  Pendataan penyebaran merkuri di lingkungan usaha pertambangan emas rakyat

    dimaksudkan untuk mendata sebaran merkuri dan logam berat lainnya, yang dapat

    digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pencegahan penurunan kualitas

    lingkungan.

    2. 

    Mengetahui dampak penyebaran merkuri terhadap tanah, sumber daya air dan

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    4/25

    kesehatan masyarakat.

    3.  Mengetahui proses pemulihan lingkungan yang dapat dilakukan terhadap lahan bekas

    tambang emas

    I.3 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah pada kasus tambang emas liar ini adalah sebagai berikut:

    1.  Bagaimana penyebaran merkuri di lingkungan usaha pertambangan emas rakyat di

    Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta?

    2.  Bagaimana dampak penyebaran merkuri terhadap tanah, sumber daya air (SDA) dan

    kesehatan masyarakat?

    3.  Bagaimana proses pemulihan lingkungan yang dapat dilakukan terhadap lahan bekas

    tambang emas

    I.4 Sistematika Makalah

    Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan berisi mengenai Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah dan

    Sistematika Makalah.

    BAB II Dasar Teori berisi mengenai lokasi kegitan tambang liar, proses penambangan emas,

    dampak penambangan emas liar, undang-undang yang mengatur perizinan tambang emas, dan

    Kadar batas aman merkuri.

    BAB III Metode Pemulihan berisi mengenai metode yang digunakan untuk memulihkanlingkungan bekas lahan tambang emas liar.

    BAB IV Kesimpulan berisi mengenai simpulan dari contoh kasus.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    5/25

    BAB II

    !"#"$ &'($)

    II.1 Lokasi Kegiatan

    Kabupaten Kulon Progo terletak di bagian paling barat Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta, secara geografis terletak antara 7o 38’42”LS-7o  59’03” LS dan 110o  01’37” BT

    - 110o  16’ 26” BT. Kabupaten Kulon Progo berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul

    di sebelah Timur, Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) di sebelah utara, Kabupaten Purworejo

    (Jawa Tengah) di sebelah barat, serta Samudra Indonesia di sebelah selatan.

    Kulon Progo merupakan dataran pantai pada bagian selatan, perbukitan bergelombang

    di bagian tengah dan timur, serta perbukitan terjal dan pegunungan dibaguian barat dan utara

    (dikenal sebagai Perbukitan Menoreh). Di Kab. Kulon Progo terdapat 2 Daerah Aliran Sungai

    (DAS), yaitu DAS Progo dan DAS Serang. Sungai Serang dengan anak-anak sungainya

    memiliki daerah pengaliran seluas ± 3636 hektar dengan debit air minimum 0.03  "#/detik dan

    maksimum 153,6 "#/detik.

    II.2 Merkuri, Pertambangan Emas Rakyat dan Pencemaran Lingkungan

    Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti “perak cair”

    (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar,

     berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya

    memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.9

    $% dan mendidih pada temperatur 357 $%  (Stwertka, 1998). Dengan karakteristik demikian,

    merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti termometer, barometer,

    termostat, lampu fluorescent, obat-obatan, insektisida, dsb. Sifat penting merkuri lainnya

    adalah kemampuannya untuk melarutkan logam lain dan membentuk logam paduan (alloy)

    yang dikenal sebagai amalgam. Emas dan perak adalah logam yang dapat terlarut dengan

    merkuri, sehingga merkuri dipakai untuk mengikat emas dalam proses pengolahan bijih sulfida

    mengandung emas (proses amalgamasi). Amalgam merkuri-emas dipanaskan sehingga

    merkuri menguap meninggalkan logam emas dan campurannya.

    Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini dapat bercampur dengan

    enzyme didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzyme untuk bertindak

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    6/25

    sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat terserap kedalam

    tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka uap

    merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri

     bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh

    dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh

    senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan

    terganggunya sistem syaraf.

    Kegiatan penambangan emas tradisional di Indonesia dicirikan oleh penggunaan teknik

    eksplorasi dan eksploitasi yang sederhana dan murah. Untuk pekerjaan penambangan dipakai

     peralatan cangkul, linggis, ganco, palu dan beberapa alat sederhana lainnya. Batuan dan urat

    kuarsa mengandung emas atau bijih ditumbuk sampai berukuran 1-2 cm, selanjutnya digiling

    dengan alat gelundung (trommel, berukuran panjang 55-60 cm dan diameter 30 cm dengan alat

     penggiling 3-5 batang besi). Proses pengolahan emasnya biasanya menggunakan teknik

    amalgamasi, yaitu dengan mencampur bijih dengan merkuri untuk membentuk amalgam

    dengan media air. Selanjutnya emas dipisahkan dengan proses penggarangan sampai

    didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion). Produk akhir dijual dalam bentuk bullion

    dengan memperkirakan kandungan emas pada bullion tersebut.

    Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi

    tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan

    kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda

    asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat

     perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti

    semula (Susilo, 2003). Lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri dapat membahayakan

    kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Merkuri terakumulasi dalam mikro-

    organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses metabolisme. Bahan-bahan

    yang mengandung merkuri yang terbuang kedalam sungai atau laut dimakan oleh mikro-

    organisme tersebut dan secara kimiawi terubah menjadi senyawa methyl-merkuri. Mikro-

    organisme dimakan ikan sehingga methyl-merkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan.

    Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia.

    Berdasarkan penelitian, konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam tubuh ikan diperkirakan

    40-50 ribu kali lipat dibandingkan konsentrasi merkuri dalam air yang terkontaminasi

    (Stwertka, 1998). Oleh karenanya, usaha pengolahan emas dengan menggunakan merkuri

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    7/25

    seharusnya tidak membuang limbahnya (tailing) kedalam aliran sungai sehingga tidak terjadi

    kontaminasi merkuri pada lingkungan disekitarnya, dan tailing yang mengandung merkuri

    harus ditempatkan secara khusus dan ditangani secara hati-hati.

    II.3 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat

    Menurut Tim Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin ( PETI ) Departemen Energi dan

    Sumber Daya Mineral ( 2000 ), Faktor-faktor timbulnya kegiatan pertambangan rakyat

    diantaranya adalah kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta

    keterlibatan pihak lain yang bertindak sebagai pemodal. Salah satu usaha yang dilakukan oleh

    masyarakat untuk keluar dari kemiskinan dan memperoleh pendapatan yang layak adalah

    dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada, diantaranya adalah bahan galian (Bahan

    tambang ) dan mudah dijual dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, salah satunya adalah

     penambangan emas dan bahan galian lainnya seperti batu bara dan timah.

    II.3.1 Keterbatasan Lapangan Kerja

    Sebagai konsekwensi dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dalam dasa warsa tahun

    1960-an da 1970-an, terkonsentrasinya pemusatan pembangunan, kuatnya arus investasi antar

    tempat dan ruang serta bervariasinya laju pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan arusmobilisasi orang dan jasa menjadi semakin deras. Selanjutnya lapangan pekerjaan disuatu sisi

    tersedia seiring dengan semangkin besarnya “ derived demand “ terhadap tenaga kerja menurut

    keahlian dan spesifikasi bidang tertentu. Disisi lain, pencari kerja yang baru serta yang lama

    akumulasinya semangkin membesar. Tidak disangka bahwa dalam interaksi tersebut telah pula

    menghasilkan jenis lapangan kerja yang semangkin beragam dan kompleks, baik formal

    maupun tidak formal ( Elfindri, 2004 ).

    II.3.2 Adanya Pemodal

    Keberadaan pihak ketiga ( penyandang dana ) yang memanfaatkan kemiskinan masyarakat

    tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar merupakan salah satu faktor yang

    menyebabkan mangkin maraknya kegiatan pertambangn oleh rakyat yang sudah mengarah

    kepada kegiatan Pertambangan Tanpa Izin ( PETI ) sebagai mana disinyalir oleh tim

     penanggulangan masalah pertambangan tanpa izin Departemen Energi dan Sumberdaya

    Mineral dalam publikasi yang diterbitkan dalam tahun 2000. Pada umumnya masyarakat yang

    melakukan kegiatan penambangan rakyat adalah berasal dari keluarga miskin dan

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    8/25

     berpendidikan rendah. Para penambang ini sering kali menjadi korban atau sapi perahan dari

     penyandang dana dengan memberikan pinjaman modal terlebih dahulu dan dikembalikan

    dengan cara menjual hasil tambangnya kepada pemodal tersebut dengan harga yang sangat

    murah dibandingkan dengan harga dipasaran ( Tim Terpadu Penanggulangan Pertambangan

    Tanpa Izin, 2000 ).

    II.4 Dampak Penambangan Emas Liar

    II.4.1 Pencemaran Sungai oleh Merkuri (Hg)

    Merkuri dan turunannya telah lama diketahui sangat beracun sehingga kehadirannya di

    lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah

    larut dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran merkuri

    mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil

    dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan

    terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses bioakumulasi maupun

     biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan.

    Pada sedimen dasar perairan persenyawaan merkuri diakibatkan oleh adanya aktivitas

    kehidupan bakteri yang mengubah persenyawaan merkuri menjadi Hg2+  dan Hg0. Logam

    merkuri yang dihasilkan dari aktivitas bakteri ini karena dipengaruhi oleh faktor fisika dapat

    langsung menguap ke udara. Tetapi pada akhirnya merkuri yang telah menguap dan berada

    dalam tatanan udara akan masuk kembali kebadan perairan oleh hujan. Ion Hg2+ 

    yang

    dihasilkan dari perombakan persenyawaan merkuri pada endapan lumpur (sedimen), dengan

     bantuan bakteri akan berubah menjadi dimetil merkuri (CH3)2Hg, dan ion metil merkuri

    (CH3

    Hg+). Dimetil merkuri mudah menguap ke udara, dan oleh faktor fisika di udara senyawa

    dimetil merkuri akan terurai kembali menjadi metana CH4, etana C2H6 dan logam Hg0.

    Sementara itu ion metil merkuri mudah larut dalam air dan dimakan oleh biota perairan seiring

    dengan sistem rantai makanan ini adalah manusia yang akan mengkontaminasi baik ikan

    maupun burung-burung air yang telah terkontaminasi oleh senyawa merkuri.

    Merkuri yang terdapat di perairan di ubah menjadi metilmerkuri oleh bakteri tertentu.

    Hewan laut akan terkontaminasi metilmerkuri apabila laut tersebut tercemar oleh merkuri

    dengan cara meminum air tersebut atau dengan memakan hewan lain yang mengandung

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    9/25

    merkuri. Merkuri yang terdapat dalam tubuh hewan laut adalah dalam bentuk metil merkuri.

    Organisme kecil ini akan memangsa metilmerkuri dan membawanya ke organism lain dengan

    cara bila hewan pemangsanya memakan organisme kecil ini, mereka juga membawa metil

    merkuri dalam tubuh mereka. Proses ini dikenal sebagai bioakumulasi dan berlanjut terus

    dengan kadar merkuri yang semakin meningkat. Hewan pemangsa seperti ikan memiliki posisi

    yang tertinggi dalam mata rantai pembawa merkuri. Bila manusia mengkonsumsi ikan ini maka

    akan turut terpapar oleh merkuri.

    II.4.2 Pencemaran Tanah oleh Merkuri (Hg)

    Setelah raksa mencapai permukaan tanah dan bersenyawa dengan karbon membentuk

    senyawa Hg organik oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah maka akan terbentuk

    senyawa- senyawa baru seperti methyl mercury (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3), garam organik,

     partikel mercuric khlor (HgCl2), dan phenyl mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5).

    Akibatnya tanah yang terkontaminasi senyawa-senyawa ini pun akan menjadikan tanah yang

    memiliki kualitas rendah. Parameter dominan terjadinya penurunan kualitas tanah adalah

    menurunnya produktifitas tanah yang pada akhirnya mengganggu pertumbuhan tanaman.

    Tanah dikatakan memiliki kualitas yang rendah karena merkuri yang sudah bersenyawa dengan

    methyl yang sudah menyebar di tanah hasil penambangan emas jika terserap oleh tumbuhan

    dapat menghambat proses fotosintesis oleh kloroplas.

    II.4.3 Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia

    Dalam bidang kesehatan kerja, dikenal istilah keracunan akut dan keracunan kronis.

    Keracunan akut didefinisikan sebagai suatu bentuk keracunan yang terjadi dalam jangka waktu

    singkat atau sangat singkat. Peristiwa keracunan akut ini dapat terjadi apabila individu atau

     biota secara tidak sengaja menghirup atau menelan bahan beracun dalm dosis atau jumlah

     besar. Adapun keracunan kronis didefinisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun

    dalam dosis rendah tetapi dalam jangka waktu yang panjang. Keracunan kronis lebih sering

    diderita oleh para pekerja di tambang-tambang.

    Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat

     permanen. Sampai sekarang belum diketahui cara efektif untuk memperbaiki kerusakan fungsi-

    fungsi itu. Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang

    memang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Manifestasi klinis awal intoksikasi

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    10/25

    merkuri didapatkan gangguan tidur, perubahan mood (perasaan) yang dikenal sebagai

    “erethism”, kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan

     pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pada intoksikasi berat penderita

    menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan

    sempoyongan (ataxia) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi

    kerusakan pada jaringan otak kecil ( serebellum). Keracunan pada ibu hamil dapat

    menyebabkan terjadi mental retardasi pada bayi atau kebodohan, kekakuan ( spastik ), karena

    zat metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh perempuan hamil tersebut tidak hanya

    mencemari organ tubuhnya sendiri, tetapi juga janin yang dikandungnya melalui tali pusat,

    oleh karena itu merkuri sangat rentan terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan mereka yang

    menderita gangguan neurologis dan mental organik atau fungsional.

    Merkuri yang terhisap dapat lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan

    terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, hingga rusaknya paru- paru.

    Pada keracunan merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka

    terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala. Jika terjadi

    akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel-sel saraf di otak kecil

    II.5 Kadar Batas Aman Merkuri

    Kriteria World Health Organization menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah

     berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan

    dalam urine rata-ratan 4 µg/l. Menurut Swedish Export Group kadar normal merkuri dalam

    darah adalah 200 µg/l dan kadar normal merkuri dalam rambut adalah sepermpat dari kadar

    dalam darah yaitu 50 µg/g. International Committee of Occupatinal Medicine, kadar batas

    normal merkuri dalam darah untuk seseorang yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2 ppb,

    sedangkan untuk pengkonsumsi ikan antara 2 – 20 ppb. Konsetrasi aman merkuri dalam darahadalh 0.000005 mg/g,sedang di rambut konsentrasi normal aman adalah 0.01 mg/g, dengan

    maksimal konsentrasi adalah 0.0001 mg/g. Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S.

    Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB)

    kadar merkuri yang ada dalam air sungai, yaitu sebesar 0,005 ppm.

    Food and Drug Administration (FDA) mengestimasi pajanan merkuri dari ikan rata-

    rata 50 ng/kg/hari atau kira-kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa dengan berat badan rata-rata

    (70 kg). Secara alamiah kandungan merkuri di lingkungan adalah sebagai berikut: Kadar total

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    11/25

    Hg udara = 10 – 20 ng/m3 untuk udara outdoor di kota. Kadar total merkuri air permukaan =

    5 ppt = 5 ng/l dan kadar total Hg dalam tanah 20 – 625 ppb.

    Beberapa peraturan mengenai kadar Hg yang diperbolehkan di Indonesia tercantum pada tabel

    1.

    Tabel 1. Peraturan Kadar Hg Menurut Peraturan Di Indonesi

    II.6 Peraturan Perundang-Undangan

    Peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah penambangan emas liar dan

    dampaknya terhadap lingkungan telah diatur sebagai berikut:

    Undang-Undang

    1.  Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup

    2.  Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

    3.  Undang-Undang Republik indonesia No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral

    Dan Batubara.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    12/25

    Peraturan Pemerintah

    1. 

    Peraturan Pemerintah No 18. tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

    Berbahaya dan Beracun (B3).

    2. 

    Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan Pengendalian

    Pencemaran Air. 

    3.  Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

    4.  Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Penambangan

    Mineral dan Batubara.

    5.  Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Air Bersih.

    Keputusan Presiden 

    1.  Keputusan Presiden Republik Indonesia No 10 Tahun 2000 tentang Pengendalian

    Dampak Lingkungan.

    Keputusan Menteri.

    1.  Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/IX/1990 tentang Baku Mutu Air

    Bersih.

    2.  Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 22 Tahun 2008 tentang Pedoman

    Teknis Pencegahan Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat

    Pertambangan Emas Rakyat.

    Peraturan Daerah

    1.  Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Bersih.

    2.  Peraturan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo No 12 tahun 2008 tentang Pengawasan

    dan Pemeriksaan Kualitas Air.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    13/25

    BAB III

    HASIL DAN PEMULIHAN

    III.1 Prakiraan Dampak Lingkungan Tambang Emas Rakyat Di Sangon

    Pengolahan bijih emas dengan teknik amalgamasi di Daerah Sangon umumnya

    dilakukan di halaman rumah atau di pinggir sungai yang berdekatan dengan lokasi tambang

    dengan memakai gelundung. Satu lokasi pengolahan bijih menggunakan 1-10 gelundung dan

    setiap gelundung dapat mengolah 15-25 kg bijih dalam sehari. Bijih yang telah ditumbuk

    dimasukkan kedalam gelundung berisi potongan besi (rod), itambahkan air, merkuri dan

    semen, dan selanjutnya diputar selama 8 - 24 jam dengan tenaga listrik (generator) atau kadang-

    kadang dengan tenaga air jika kondisi sungai memungkinkan. Setelah proses amalgamasi

    selesai, amalgam dipisahkan dari tailingnya dengan cara diperas dengan kain parasit dan tailing

    dialirkan ke dalam bak penampungan tailing atau dibiarkan mengalir ke halaman rumah. Di

     beberapa lokasi, material tailing yang telah memenuhi kolam dijual dan dibawa keluar daerah

    Sangon untuk diproses ulang. Jika hal ini terjadi, maka kemungkinan kontaminasi merkuri di

    lokasi pengolahan di Sangon dapat berkurang. Tetapi kadang-kadang dalam kondisi bak

     penampungan yang telah penuh, proses pengolahan masih berlangsung sehingga tailing meluap

    dan mengalir ke sungai, terutama jika terjadi hujan, sehingga terjadi kontaminasi merkuri di

    lingkungan sekitarnya. Selain itu jika gelundung diletakkan di pinggir sungai, biasanya tailing

    dibuang langsung kedalam sungai sehingga kontaminasi merkuri di sungai akan terjadi secara

    langsung.

    Proses pemisahan emas dari amalgam dilakukan dengan cara penggarangan yang

    sederhana tanpa mempertimbangkan kualitas kesehatan dan lingkungan kerja. Amalgam

    dimasukkan kedalam mangkok keramik, ditambahkan boraks dan langsung dibakar pada suhu300-400 °C sampai menghasilkan bullion. Proses ini dilakukan di ruangan terbuka sehingga

    merkuri akan langsung menguap dan mengkontaminasi udara di sekitarnya.

    Pengambilan contoh sedimen sungai dan air dilakukan pada saat musim kemarau,

    dimana banyak sungai yang sifatnya intermiten memiliki debit air yang sangat kecil atau

     bahkan tidak berair. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa sedimentasi logam berat

    dalam endapan sungai berlangsung lambat dan penyebarannya bersifat lokal. Meskipun

    demikian pada saat musim hujan, sebagian sungai mengalami banjir dan dalam keadaan

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    14/25

    demikian memungkinkan penyebaran merkuri dan unsur logam lainnya lebih luas, sehingga

    kontaminasi merkuri dan unsur lainnya dalam air dan sedimen sungai akan membawa dampak

    lebih besar, terutama jika unsur-unsur berbahaya tersebut diserap oleh makhluk hidup sebagai

     bagian rantai makanan yang akhirnya menjadi konsumsi masyarakat.

    III.2 Merkuri dalam Sedimen Sungai

    Kontaminasi merkuri dalam sedimen sungai terjadi karena proses alamiah (pelapukan

     batuan termineralisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun

     proses industri yang menggunakan bahan baku mengandung merkuri. Untuk mengetahui

    sumbernya, kontaminasi merkuri ini perlu diperhatikan dengan cermat karena tidak adanya

    standar baku mutu untuk kadar merkuri dalam sedimen sungai. Berdasarkan PP No. 18 Tahun

    1999 baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk parameter merkuri adalah 0,01 mg/L atau

    10 ppb. Nilai ambang batas ini sangat rendah jika dipakai untuk mengevaluasi hasil analisa Hg

    dalam sedimen sungai. Sebagai contoh hasil pemantauan merkuri di pertambangan emas rakyat

    (PETI) di Daerah Pongkor menunjukkan kadar maksimum 2688 ppm. Dari 231 conto sedimen

    sungai, hanya 6 lokasi yang menunjukkan konsentrasi Hg dibawah 0,01 ppm (Gunradi, drr.,

    2000).

    Demikian juga hasil pemantauan merkuri di daerah tambang emas rakyat di Cineam,

    Tasikmalaya yang mana sebagian besar conto menunjukkan konsentrasi Hg lebih dari 0,01

     ppm. Oleh karenanya dalam kegiatan pendataan penyebaran merkuri di Daerah Sangon ini

     perlu dipertimbangkan untuk memakai referensi data kelimpahan atau dispersi unsur Hg dalam

    sedimen sungai yang sering dipakai sebagai petunjuk mineralisasi dalam kegiatan eksplorasi

    mineral logam. Konsentrasi Hg dalam sedimen sungai berkisar antara

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    15/25

     

    Gambar 1. Peta zonasi dan penyebaran nilai unsur merkuri (Hg) di Daerah Sangon, KulonProgo

    III.3 Merkuri Dalam Tanah

    Berdasarkan pengamatan lapangan, banyak proses pengolahan bijih emas dengan gelundung

    dilakukan di lokasi pemukiman, di halaman rumah atau kebun pemiliknya. Hal ini tentu

    menjadi perhatian, khususnya dalam melihat kemungkinan kontaminasi Hg di lingkungan

    tempat tinggal masyarakat, sehingga pengetahuan tentang konsentrasi merkuri dalam tanah

    menjadi cukup penting. Meskipun di beberapa tempat, limbah tailing yang diperkirakan masih

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    16/25

    mengandung emas dan merkuri diangkut dan dijual keluar desa, tetapi masih ada sisa tailing

    tercecer dan sebagian kolam tailing yang penuh, sehingga masih ada kemungkinan terjadinya

    kontaminasi merkuri di sekitar lokasi gelundung. Selain itu proses penggarangan yang

    dilakukan disamping rumah juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, karena uap

    merkuri yang bebas akan mengkontaminasi lahan di sekelilingnya. Seperti halnya dengan conto

    sedimen sungai, sampai saat ini belum tersedia standar nilai baku mutu Hg dalam tanah.

    Hasil analisis kimia 5 contoh tanah dari lokasi di sekitar tempat pengolahan emas

    (gelundung), semuanya menunjukkan kadar merkuri yang sangat tinggi. Empat conto tanah

    mengandung konsentrasi lebih dari 50 ppm Hg dan 1 conto tanah mengandung hampir 7 ppm

    Hg. Konsentrasi merkuri dalam tanah ini dianggap sangat tinggi jika dibandingkan dengan nilai

    kelimpahan unsur merkuri dalam tanah yang normalnya kurang dari 0,3 ppm. Dengan demikian

    dapat disimpulkan bahwa wilayah di sekitar tempat pengolahan emas rakyat telah mengalami

    kontaminasi merkuri yang signifikan. Hal ini dapat terjadi mengingat sebagian penambang

    emas yang mengolah bijih emas di sekitar pemukimannya sering mengalirkan lumpur

    tailingnya ke halaman rumah sebelum ditampung pada kolam buatan yang terbatas atau bahkan

    dialirkan ke sungai di sekitarnya.

    Hasil analisis kimia unsur Cu, Pb, Zn, As dan Cd juga menunjukan kenaikan kadar

    logam tersebut yang cukup tinggi dalam 3 conto tanah. Misalnya contoh tanah yang diambil

    dari lokasi di sekitar Gelundung Sarjan, menghasilkan 265 ppm Cu, 3661 ppm Pb, 1560 ppm

    Zn, 128 ppm As dan 4 ppm Cd. Kenaikan konsentrasi logam tersebut dapat terjadi karena

    lumpur tailing yang dikeluarkan dari gelundung masih mengandung logam berbahaya tersebut,

    seperti yang dapat dilihat pada hasil analisis kimia conto tailing dari lokasi yang sama.

    Tabel 2. Hasil analisis kimia conto sedimen sungai yang diambil dari lokasi disekitar daerah

     penambangan emas rakyat (dalam ppm)

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    17/25

    III.4 Upaya Pemulihan Lahan Bekas Tambang

    Dikarenakan lahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo, D.I.

    Yogyakarta masih aktif saat ini maka kami akan memberikan beberapa solusi pemulihan yang

    dapat dilakukan apabila nanti lahan tambang tersebut sudah tidak produktif lagi. Bentuk upaya

    yang dapat dilakukan antara lain adalah Reklamasi dan Remediasi.

    III.4.1 Reklamasi Lahan Tambang Emas

    Salah satu kegiatan pengakhiran tambang, yaitu reklamasi, yang merupakan upaya

     penataan kembali daerah bekas tambang agar bisa menjadi daerah bermanfaat dan

     berdayaguna. Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan

    kondisi rona awal. Sebuah lahan atau gunung yang dikupas untuk diambil isinya hingga

    kedalaman ratusan meter bahkan sampai seribu meter (Gambar 3), walaupun sistem gali

    timbun (back filling ) diterapkan tetap akan meninggalkan lubang besar seperti danau (Herlina,

    2004).

    Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang

    stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi

    tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk

    lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan dengan tataguna lahan pasca tambang.

    Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain

     potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi

    tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem

     bentang alam sekitarnya.

    Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam merehabilitasi/reklamasi

    lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah,

    revegetasi, pencegahan air asam tambang, pengaturan drainase, dan tataguna lahan pasca

    tambang.

    Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan. Hal ini

    dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang juga berakibat pada

    terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu, juga dapat mengakibatkan hilangnya

    keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada daerah aliran sungai, perubahan bentuk

    lahan, dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk ke lingkungan perairan.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    18/25

    Langkah-langkah Reklamasi Lahan Bekas Tambang

    1.  Pengamanan Topsoil

    Pembukaan lahan tambang di mulai dengan pembuangan tanah penutup atas (Topsoil)

    yang merupakan bagian tanah tempat tumbuhan dapat tumbuh, dengan adanya

     pengamanan topsoil akan dapat digunakan kembali pada lubang galian.

    2.  Penimbunan Kembali Bekas Galian

    Kolong bekas galian tambang di tutup kembali dengan tanah dan batuan agar kembali

    ke bentuk awalnya. Penutupan kembali dilakukan agar kondisi lahan mendekati seperti

    keadaan semula dan mengurangi kerusakan lingkungan lebih lanjut.

    3.  Perataan dan Perapihan Lahan

    Setelah penimbunan, perataan dan perapihan lahan perlu dilakukan agar tanah atas (

    topsoil ) tetap berada di posisinya untuk menghindari erosi lebih lanjut.

    4.  Penggemburan Tanah

    Penggemburan lahan diperlukan agar tanah menjadi lebih subur, pada penggemburan

    lahan lapisan atas tanah biasanya dilakukan penambahan pupuk baik organik maupun

     buatan, selain itu penambahan mikroorganisme juga sangat diperlukan untuk

    mengurangi kadar tanah yang terkontaminasi oleh logam-logam berat.

    5. 

    Pengairan (drainase) Bekas Lahan Tambang

    Pengairan pada lingkungan pasca tambang dikelola untuk menghindari efek pelarutan

    logam-logam berat dan bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan

    rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas drainase harus memperhitungkan iklim jangka panjang, curah hujan

    maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik. Arahaliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung sulfida logam, perlu

     pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untukmenghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam tambang

     periode waktu jangka panjang maupun pendek.

    6.  Revegetasi

    Menanam tumbuhan jenis ground cover seperti Rumput-rumputan Alang-alang, semak

    dan perdu. Tanaman ini berperan dalam menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif

    untuk perkecambahan biji dan pertumbuhannya lebih lanjut. "#$#%#$ &'$()(& 

    *'+,($-./ ($)(0 1

    •  Meningkatkan kesuburan dan kelembaban tanah

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    19/25

    •  Pengendali erosi

    •  Habitat awal fauna

    •  Tempat tumbuh tanaman lain yang bijinya terbawa oleh fauna/binatang

    Tumbuhan pioner merupakan tanaman perintis yang mampu hidup dan toleran terhadap

    kekurangan bahan organik selain itu tumbuhan pioner berfungsi untuk menambahkan

    kadar bahan organik.

    Seperti :  Acacia sp, Melaleuca sp, Paraserianthes falcataria,Santalum album,

    Swietenia macrophylla, Glyricidia sp, Acacia vylosa

    III.4.2 Remediasi Lahan Bekas Tambang

    1.  Bioremediasi

    Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat diartikan

    sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. “Bio” yang dimaksud adalah organisme

    hidup, terutama mikroorganisme yang digunakan dalam pemanfaatan pemecahan atau

    degradasi bahan pencemar lingkungan menjadi bentuk yang lebih sederhana dan aman

     bagi lingkungan tersebut. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang

     bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran atau polutan. Yang termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat,

     petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida,

    herbisida, dan lain-lain. Bioremediasi mempunyai potensi menjadi salah satu teknologi

    lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-

    masalah lingkungan.

    Bioremediasi diartikan sebagai proses pendegradasian bahan organik berbahaya

    secara biologis menjadi senyawa lain seperti karbondioksida (CO2), metan, dan air.

    Dalam arti lan bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif proses

     biodegradatif untuk menghilangkan atau mendetoksi polutan (biasanya kontaminan

    tanah, air dan sedimen) yang mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan

    masyarakat. Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi

    masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    20/25

    yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri yang

     berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme,

     bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki

    kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam

     perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair (misalnya

    menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan

    ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi. Jenis-jenis tanaman yang dapat

    melakukan remediasi disebut dengan tanaman hiperakumulator.

    Bioremediasi dilakukan menggunakan konsorsium dua jenis mikroorganisme,

    yakni: Pseudomonas sp. dan Klebsiella sp. yang telah diketahui potensinya untuk

    menurunkan kadar merkuri di lingkungan (Neneng, 2007). Metode lain yang dapat

    digunakan adalah menggunakan tumbuhan fitoremediator merkuri yang telah diketahui

    mampu menurunkan tingkat pencemaran Hg di tanah, yakni dari jenis Melastoma sp.

    (Neneng, 2009).

    2.  Fitoremediasi

    Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk

    meminimalisasi dan mendetoksifkasi polutan, karena tanaman mempunyai kemampuan

    menyerap logam dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fitochelator.

    Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah yang

    terkontaminasi polutan adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah.

    Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik dalam

     bentuk padat, cair, dan gas (Salt et al., 1998).

    Konsorsium bakteri yang digunakan untuk proses bioremediasi merkuri pada

    lahan pasca tambang emas, dalam penelitian ini adalah dari jenis Pseudomonas sp. dan

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    21/25

    Klebsiella sp. Bakteri Pseudomonas sp. Merupakan bakteri yang memiliki peranan

     penting dalam keseimbangan alam, dan bakteri Klebsiella sp. juga bakteri yang banyak

    tersebar di alam, baik di air maupun di tanam (Moore et al., 2006; Essa, et al., 2002).

    Kedua jenis bakteri ini memiliki kemampuan untuk mengeliminasi merkuri

     pada media cair dengan mekanisme yang berbeda. Kombinasi mekanisme kerja yang

    terjadi antara bakteri Pseudomonas sp. dan bakteri Klebsiella sp. adalah sebagai

     berikut: isolat Pseudomonas sp. menggunakan reaksi reduksi secara enzimatis dengan

    menggunakan bantuan enzim merkuri reduktase, untuk mengubah Hg2+  terlarut

    menjadi Hgo yang volatile (Wagner-Dbler et al., 2000), sedangkan bakteri Klebsiella

    sp. memiliki kemampuan untuk menghasilkan hydrogen sulfida (H2S) dibawah kondisi

    aerobik, yang dapat mengendapkan ion Hg2+ yang terlarut menjadi HgS yang tidak

    larut dalam air, sehingga dapat dengan mudah dipisahkan dari larutan (Essa, et al.,

    2002).

    Kombinasi mekanisme kerja ini yang menyebabkan proses reduksi merkuri

     pada kultur yang ditanam pada isolat campuran kedua jenis bakteri ini lebih besar

    dibandingkan dengan isolat tunggal. Jenis unsur hara yang diukur dalam penelitian ini

    meliputi: unsur hara makro dan unsur hara mikro, yang meliputi: unsur C, N, P, K, Na,

    Ca, Mg, Fe. Aplikasi reklamasi terpadu pada lahan pasca penambangan emas telah

    mampu meningkatkan unsur hara tanah.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    22/25

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Kesimpulan yang dapat diambil dari contoh kasus diatas diantaranya sebagai berikut:

    1.  Pertambangan emas rakyat di Sangon merupakan usaha sampingan penduduk setempat.

    Sebagian usaha pertambangan emas telah tidak aktif dan hanya beberapa penambang

    masih aktif bekerja. Penanganan tailing dilakukan secara sederhana dengan kolam

     penampungan yang sangat terbatas, tanpa disertai dengan pengelolaan yang baik,

    seperti misalnya tidak dilakukannya proses detoksifikasi, degradasi, maupun

     penjernihan, sehingga material halus merkuri, arsen dan logam dasar masih bercampur

    dalam tailing. Oleh karenanya disarankan untuk melakukan penanganan tailing dengan

    cara daur ulang dan dengan sistem kolam penampungan yang lebih memadai. Selain itu

     pengangkutan atau penjualan material tailing keluar daerah secara teratur dapat

    mengurangi pencemaran merkuri di daerah Sangon dan sekitarnya.

    2.  Pengolahan emas dengan teknik amalgamasi telah menyebabkan kontaminasi merkuri

     pada sedimen sungai di sekitarnya. Kadar merkuri dalam beberapa conto sedimen

    sungai telah menunjukkan nilai yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan

    dampak lingkungan yang negatif dan berbahaya bagi masyarakat di wilayah Kulon

    Progo. Kenaikan kadar Pb, Zn, As dan Cd yang tinggi dalam conto sedimen sungai di

    sekitar daerah tambang emas rakyat berhubungan langsung dengan proses pengolahan

    emas dengan cara amalgamasi dimana mineral sulfida logam, bersama dengan logam

    merkuri terbuang sebagai campuran halus material tailing.

    3. 

    Hasil analisis conto tanah menunjukkan kadar merkuri yang sangat tinggi; 4 conto

    mengandung >50 ppm Hg dan 1 conto mengandung 7 ppm Hg. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa wilayah di sekitar tempat pengolahan emas rakyat telah mengalami

    kontaminasi merkuri yang signifikan. Mengingat tingginya unsur merkuri dalam tanah,

    disarankan untuk melakukan studi geohidrologi untuk mengidentifikasi karakteristik air

    tanah dan kemungkinan pencemaran air tanah di sekitar lokasi tambang rakyat. Hal ini

    diperlukan mengingat sebagian besar penduduk memanfaatkan air sumur untuk

    keperluan hidup sehari-hari.

    4.  Penggunaan merkuri dalam proses penambangan emas rakyat mempunyai banyak

    dampak baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia untuk itu perlu dilakukan

     pengolahan terhadap merkuri sebelum dibuang ke lingkungan.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    23/25

    5.  Lahan bekas tambang emas rakyat harus dilakukan reklamasi dan remediasi untuk

    memulihkan kondisi lingkungan dan juga untuk mencegah penyebaran pencemaran

    yang lebih meluas.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    24/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Gunawan, Kuswandani, Fauzan, Sofyan, A., Setiawan, L., Subarna, Juju, Ariyadi, W.

    dan Suhendi, E., 2001.  Percontohan Penambangan Emas di Kecamatan Kokap,

     Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puslitbang Tekmira,Bandung.

    Setiabudi Bambang, 2006.  Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas Di

     Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Subdit Konservasi ESDM,

    Yogyakarta. 

    Juhaeti T, Syarif F, Hidayati N. 2005. Inventarisasi tumbuhan potensial untuk fitoremediasi

    lahan dan air terdegradasi penambangan emas. Biodiversitas 6 (1): 31-33.

     Neneng, L. 2009.  Eksplorasi Eksplorasi Mikroorganisme Rhizosfer Potensial untuk Bioremediasi Lahan Tercemar Merkuri (Hg) pada Areal Penambangan Emas di

     Kalimantan Tengah (Hibah Penelitian Strategis Nasional , 2009, Ketua).

    Salt, D.E., R.D. Smith and I. Raskin. 1998.  Annual Review Plant Physiology and Plant

     Molecular Biology : Phytoremediation. Annual Reviews. USA. 501 – 662.

    Kementerian Lingkungan Hidup. 2003.  Pengelolaan limbah minyak bumi secara  biologi . 

    Badan Pengendali Dampak Lingkungan, Jakarta.

    Gunalan. 1996.  Penerapan Bioremidiasi pada Pengolahan Limbah dan Pemulihan

     Lingkungan Tercemar Hidrokarbon Petroleum. Majalah Sriwijaya. UNSRI . Vol 32, No

    1.

    Widowati W, Sastiono A, R Jusuf Raymond.  Efek toksik logam “Pencegahan dan

     penanggulangan pencemaran. Penerbit Andi, Yogyakarta. 2008.

    World Health Organization. Enviromental Health Criteria: Methyl Mercury; IPCS. Geneva.

    1990.

    Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi , Fakultas

    Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

    Suprapto J, 2003. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan

    Galian, Pusat Sumber Daya Geologi, Jakarta.

  • 8/18/2019 Studi Kasus Tambang Liar

    25/25