Studi Kasus Das Kali Tundo

download Studi Kasus Das Kali Tundo

of 4

description

ok

Transcript of Studi Kasus Das Kali Tundo

STUDI KASUS DAS KALI TUNDO, MALANG

Lokasi Penelitian berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Tundo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang bagian Selatan. Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa ningkai besi (monolith) ukuran 20 x 20 x 10 cm3, bingkai kayu ukuran 50 x 50 cm2, clinometer, jangka sorong, altimeter, kompas, meteran 30 m, cangkul, cetok, pisau, danring sampletanah utuh. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 6 petak s istem penggunaan lahan (SPL) yaitu 1. Hutan, 2. Kopi campuran (multistrata), 3. Kopi pisang, 4. Pisang, 5. Cengkeh, dan 6. Jagung. Pengambilan sample tanah pada setiap petak penggunaan lahan menggunakan cara modifikasi dari protokol yang ditetapkan ICRAF yaitu setiap petak penggunaan lahan yang terpilih dibuat petak transek berukuran 120 m x 5 m.Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji F pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5% serta regresi. Adapun karakteristik tanah yang diamati meliputi pengamatan utama fisik tanah terdiri atas bobot isi, porositas total, dan pori makro dan mikro, pengamatan pendukung terhadap kimia tanah adalah terhadap kandungan nitrogen tanah, pH H2O dan biologi tanah terdiri atas kandungan bahan organik.Penelitian dilakukan pada enam sistem penggunaan lahan yang saat ini mendominasi di wilayah DAS Kali Tundo yaitu sistem penggunaan lahan hutan, kopi campuran multi strata, kopi pisang, pisang, cengkeh, dan jagung. Pada mulanya keenam satuan penggunaan lahan tersebut adalah hutan. Lokasi penelitian memiliki pH tanah yang hampir sama yaitu pada tingkat netral dengan nilai berkisar dari pH 6 hingga 6,85. Lahan penelitian memiliki kemiringan lahan diatas 30% hingga 65%. Tekstur tanah lokasi penelitian bervariasi dari liat berpasir, lempung, liat berpasir dan lempung berpasir.Alih guna lahan secara nyata mempengaruhi total bahan organik tanah. Hal ini nampak pada tabel 2, secara nyata penggunaan lahan untuk tanaman monokultur jagung yang dikelola secara intensif memiliki kandungan bahan organik tanah yang terendah. Sementara itu, penggunaan lahan untuk hutan memiliki bahan organik tanah total yang secara nyata tertinggi dibandingkan dengan penggunaan tanah untuk kebun kopi campuran multistrara, kebun kopi pisang, kebun pisang, dan cengkeh.

Tabel 2. Karakteristik Bahan Organik Tanah Total, N total dan C/N pada Berbagai Penggunaan LahanPerlakuanBOT Total %N total %C/N

Hutan3,750,297,92

Kopi Campuran2,840,305,46

Kopi Pisang2,530,236,63

Pisang2,920,247,31

Cengkeh2,770,237,10

Jagung2,270,216,42

Pada penggunaan lahan untuk penanaman kopi pisang, pisang, dan cengkeh memiliki persentase kandungan bahan organik tanah total yang tidak berbeda nyata dengan penanaman jagung secara monokultur. Kondisi rendahnya bahan organik tanah pada lahan budidaya (pertanian) dibandingkan lahan hutan, terkait dengan keragaman dan jumlah vegetasi dan timbunan serasah di permukaan tanah dimana hutan akan memiliki keragaman dan jumlah vegetasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang digunakan untuk budidaya pertanian. Alih guna lahan menjadi lahan berbasis kopi campuran multistrata, serta bentuk lahan penggunaan tanaman lainnya secara bertahap akan menimbulkan penurunan bahan organik tanah (BOT), yang diukur dari kandungan total C-organik.Dinyatakan oleh Palm dan Sanchez, 1991 (dalam hairiah dkk, 2004), rendahnya jumlah dan diversitas vegetasi dalam suatu luasan pada lahan pertanian menyebabkan rendahnya keragaman kualitas masukan bahan organik dan tingkat penutupan permukaan tanah oleh lapisan serasah. Tingkat penutupan (tebal tipisnya) lapisan serasah pada permukaan tanah berhubungan erat dengan laju pelapukannya. Semakin lambat terdekomposisi maka keberadaannya di permukaan tanah menjadi lebih lama. Laju dekomposisi serasah ditentukan oleh kualitasnya yaitu nisbah C:N, kandungan lignin dan polifenol. Serasah dikategorikan berkualitas tinggi apabila nisbah C:N < 25, kandungan lignin < 15% dan polifenol < 3%, sehingga cepat lapuk.Tabel 2 juga menunjukkan bahwa karakteristik nitrogen total tanah pada berbagai penggunaan lahan cenderung tidak berbeda. Walaupun sumber nitrogen terbesar adalah dari bahan organik, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai penggunaan lahan akan memiliki kandungan nitrogen total yang sama atau tidak saling berbeda nyata. Hal ini diduga berhubungabn dengan kualitas bahan organik (rasio C:N bahan organik) dan kecepatan dekomposisi bahan organik. Kandungan N yang saling tidak berbeda nyata pada berbagai penggunaan lahan maka akan juga mempengaruhi rasio C:N tanah yang akhirnya juga memilki nilai sama pada berbagai penggunaan lahan.Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di DAS Kali Tundo untuk hutan memiliki total bahan organik tanah yang paling tinggi, demikian halnya bahan organik ukuran partikel serasah, juga memiliki tingkat tertinggi. Sementara itu, pada lahan untuk penanaman cengkeh memiliki bahan organik yang lebih rendah dibandingkan hutan, tetapi memilki tekstur tanah liat berpasir, serta memiliki serasah tertinggi. Tingkat serasah yang tinggi diduga karena pohon cengkeh merontokkan daun cukup banyak. Kondisi demikian menyebabkan lahan untuk peruntukan hutan dan cengkeh memiliki pori makro tetinggi. Selain adanya masukan bahan organik, aktivitas cacing tanah dan akar tanaman juga sangat berpengaruh dalam mempertahankan porositas tanah.

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan studi kasus pada DAS Kali Tundo dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan dengan sistem agroforestry akan mempengaruhi karakteristik fisik tanah terutama mengubah kandungan bahan organik tanah total. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di DAS Kali Tundo untuk hutan memiliki total bahan organik tanah yang paling tinggi, demikian halnya bahan organik ukuran partikel serasah, juga memiliki tingkat tertinggi. Sementara itu, pada lahan untuk penanaman cengkeh memiliki bahan organik yang lebih rendah dibandingkan hutan, tetapi memilki tekstur tanah liat berpasir, serta memiliki serasah tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Hairiah, Kurniatun, Didik Suprayogo, Widianto, Berlian, Erwin Suhara, Aris Mardiastuning, Rudy Harto Widodo, Cahyo Prayogo, dan Subekti Rahayu. 2004. Alih Guna Lahan Hutan menjadi Lahan Agroforestri Berbasis Kopi : Ketebalan Serasah, Populasi Cacing Tanah dan Makroporositas Tanah. Jurnal Pertanian Agrivita. Universitas Brawijaya, malang.Hairiah, Kurniatun, Sri Rahayu Utami, Betha Lusiana, dan Meine van Noordwijk. 2004. Neraca Hara dan Karbon dalam Sistem Agroforestri.www.worldagroforestry.org/sea/products/afmodels/.../lecturenote6.pdfSimanjuntak, Bistok Hasiholan. 2005. Studi Alih Fungsi Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian Terhadap Karakteristik Fisik Tanah (Studi Kasus DAS Kali Tundo, Malang).Jurnal AGRIC Vol. 18 No. 1 Juli 2005 : 85-101.