STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA...

86
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana program strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah Oleh : Nur Khasan NIM : 3101291 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2006

Transcript of STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA...

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF

PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana program strata 1

dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh : Nur Khasan

NIM : 3101291

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2006

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamt : Jl. Raya Ngalian (kampus II) Telp/fex : 024-7601295 Semarang, 50185

PENGESAHAN Skripsi Saudara : Nur Khasan

Nomor Induk : 3101291

Judul Skripsi : STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK.

telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat

cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 29 Juli 2006.

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun

akademik 2005 / 2006.

Semarang, 29 Juli 2006.

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Shodiq Abdullah, M. Ag Ismail SM, M. Ag. NIP.150 267 030 NIP. 150 282 135

Penguji I Penguji II

Lif. Anis Ma’sumah, M. Ag. Drs. Jasuri, M. Si NIP. 150 279 718 NIP. 150 267 135

Pembimbing

Nasirudin, M. Ag. NIP. 150277510

MOTTO

Syauqi Bek berkata dalam sebuah Sya’ir yang dikutip oleh Rahmat Jatnika

dalam bukunya yang berjudul System Etika Islami, (Akhlak Mulia) :

انمااالمم االخال ق ما بقيت

فإن هم ذهبت اخال قهم ذهبوا

Sesungguhnya, bagsa itu jaya selagi mereka masih mempunyai akhlak yang mulia;

maka apabila (akhlak yang baik) telah hilang maka hancurlah bangsa itu.1

1 Rahmat Jatnika, System Etika Islami, (Akhlak Mulia), ( Jakarta : Pustaka Panjimas,

1996 ), Cet. II, hlm. 15.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini di persembahkan kepada yang terhormat dan tercinta :

1. Kedua orang tua yang selalu mengiringi dengan Do’a.

2. Seseorang yang akan menjadi pendamping hidup.

3. Teman-teman yang ikut membantu.

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji dan syukur di panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya

dengan karunia nikmat dan hidayah-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan. yang

merpakan tugas dan syarat yang wajib di penuhi guna memperoleh gelar

kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Demikian juga

shalawat serta salam mudah-mudahan tetap sampai pada Nabi Muhammad SAW,

serta para sahabat dan pewaris risalah-Nya.

Suatu kebahagiaan tersendiri, jika suatu tugas telah diselesaikan dengan

usaha yang maksimal, karena penulisan skripsi merupakan suatu tugas yang tidak

ringan. tentunya dalam penulisannya banyak hambatan yang selalu menghadang,

dan akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan walaupun dengan bantuan beberapa

fihak.

Untuk itulah kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini, maka ucapan terima kasih tak terhingga kepada

mereka:

1. Drs. H. Mustaqim, M. Pd. ( Dekan Fakultas Tarbiyah ).

2. Drs. H. Raharjo, M. Ed. ( Pembantu Dekan I ).

3. Nasirudin, M.Ag. ( Dosen Pembimbing ).

4. K.H. Munif Muhamad Zuhri ( Pengasuh Pondok-pesantren Girikesumo).

5. Muzni Husnan, S.Ag. ( Kepala Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren

Girikesumo ).

6. Abdul Rahman ( Fasilitator ).

7. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang

akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah kelak di kemudian hari.

Akhirnya berharap semoga skripsi ini bermanfaat, amin ya rabal alamin.

Semarang, 14 Juli 2006.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ……………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN …………..………………………………… iii

HALAMAN MOTTO ….………………………………………………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………….………………….. v

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI .……………………………………………………………… viii

HALAMAN DEKLARASI………………………………………………… xi

HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………... xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah ……………………………...... 1

B. Alasan Pemilihan Judul ……………………………….. 3

C. Penegasan Istilah …………………………………….... 4

D. Rumusan Masalah …………………………………….. 7

E. Tujuan Penelitian ……………………………………… 8

F. Manfaat Penelitian …………………………………….. 8

G. Kajian Pustaka ………………………………………... 8

H. Metode Penelitian …………………………………….. 9

BAB II : PENDIDIKAN AKHLAK DAN PESANTREN

A. Pendidikan Akhlak ……………………………………. 12

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ……………………... 12

2. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak …………………… 18

3. Tujuan Pendidikan Akhlak ………………………… 20

4. Metode Pendidikan Akhlak ………………………… 21

5. Pendekatan Pendidikan Akhlak ………………………. 26

B. Gambaran Umum Pesantren …………………………….. 27

BAB III : GAMBARAN UMUM SEKOLAH ISLAM SALAF

PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO

A. PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH

ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO

1. Letak Geografis ……...……………………………… 30

2. Sejarah dan Perkembangan Sekolah Islam Salaf

Girikesumo ………….…………………..………….. 31

3. Visi dan Misi ………...……………………………… 37

4. Struktur Organisasi ……...………………………….. 38

5. Kurikulum Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren

Girikesumo ………………..………………………... 39

6. Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Islam Salaf

Pondok-Pesantren Girikesumo..…….………............ 40

B. PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH

ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO

1. Tujuan Pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf Pondok-

Pesantren Girikesumo……...………………………... . 45

2. Metode dan Pendekatan Pendidikan Akhlak di

Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo.. 47

3. Metode pendidikan akhlak …………………………… 47

4. Pendekatan pendidikan akhlak ……………………….. 54

BAB IV : ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI

SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN

GIRIKESUMO

A. Analisis tujuan pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf

Pondok-pesantren Girikesumo ………………………. 58

B. Analisis metode pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo………………………... 59

C. Analisis pendekatan pendidikan akhlak di sekolah Islam

salaf pondok-pesantren Girikesumo…………………. 65

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………… 68

B. Saran-Saran …………………………………………… 69

C. Penutup ……………………………………………….. 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah di tulis oleh orang lain atau

diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang 14 Mei 2006 Deklarator

Nur Khasan 3101291

ABSTRAK

Nur Khasan ( NIM : 3101291). Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak

Pada Santri Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma

Mranggen Demak. Skripsi. Semarang ; Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : ( 1 ) Tujuan pendidikan akhlak

yang diterapkan di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo. ( 2 ) Untuk

mengetahui metode dan pendekatan yang di terapkan dalam pendidikan akhlak di

sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo.

Penelitian ini menggunakan metode field research dengan tekhnik analisis

deskriptif kualitatif. setelah dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif telah di

ketahui ada tiga tujuan yaitu ; a) Santri dapat bersikap sopan santun, b) Santri

dapat menghargai dan menghormati dengan orang lain, c) Berperilaku, berbicara,

dan berpakaian dengan sopan.

Kemudian enam metode pendidikan akhlak, Pertama Metode keteladanan,

yaitu dengan memberi contoh-contoh terhadap santri, oleh kiai atau ustadz.

Kedua; Metode latihan dan pembiasaan, yaitu mendidik dengan cara memberikan

latihan-latihan terhadap santri. Ketiga ; Metode Ibrah yaitu santri mengambil

pelajaran dari peristiwa. Keempat ; Metode Mauizhah yang pada penerapannya

meliputi ; a) Uraian yang mencakup kebaikan dan kejelekan. b) Motivasi agar

santri dapat melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. c) Peringatan

tentang bahaya yang akan muncul bagi orang yang melakukan kejelekan (dosa).

Kelima yaitu Metode Targhib wa Ta’zhib ; yaitu memberikan janji-janji yang

disertai bujukan agar santri tertarik untuk melakukan kebaikan dan menjauhi

kejahatan. serta ancaman untuk menakut-nakuti anak santri yang berbuat tidak

benar. dan yang terkhir adalah Metode Kedisiplinan yaitu upaya untuk melatih

santri agar dapat memanfaatkan waktunya dengan baik.

Selanjutnya ada dua pendekatan pendidikan akhlak, a) Ta’limi yaitu

pendekatan yang bersifat teoritis, penekanannya pada aspek kognitif. b).

Pendekatan Irsyadi ; yaitu lebih bersifat spiritual, penekanannya bersifat langsung

seperti amalan-amalan dari guru, dan penekanan tidak langsung terfokus pada

afektif dan psikomotorik.

Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi

mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang

membutuhkannya, agar lebih berhati-hati.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam,

posisi ini terlihat dari kedudukan Al Qar’an sebagai referensi paling penting

tentang akhlak bagi kaum muslimin, individu, kelurga, masyarakat, dan umat.2

Artinya bahwa pendidikan akhlak merupakan alat kontrol bagi

mereka, karena tanpa pendidikan akhlak manusia akan hidup seperti

kumpulan binatang.

Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul berprinsip berpegang

pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran,

berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan utama pendidikan Islam

yaitu ketaqwan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah.3

Masih berkaitan dengan pendidikan akhlak dalam Islam, disamping

pendidikan akhlak berupaya untuk membentuk manusia yang bertakwa,

tunduk dan beribadah kepada Allah. Pendidikan akhlak dalam Islam pertama-

tama keikhlasan niat kepada Allah. Penekanan dimaksudkan agar akhlak

benar-benar berakar bukan artifisial yang bisa berubah mengikuti perubahan

situasi dan kondisi serta lingkungan pergaulan.4

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

2 Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islm, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Cet.II,

hlm. 89. 3 Ibid., hlm. 90. 4 Ibid., hlm. 91. 5 UU RI NO. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional ), ( Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003 ), hlm. 6.

Aktualisasi tujuan pendidikan diatas, supaya diimplementasi kedalam

berbagai model dan bentuk pendidikan di Indonesia tanpa memandang kelas

sosial. Salah satu yang harus dan tetap dipertahankan serta dilaksanakan yaitu

pendidikan akhlak sebagai alat untuk menata kehidupan bangsa agar berbudi

pekerti yang luhur.

Kemajuan ilmu dan teknologi yang makin canggih dewasa ini telah

menimbulkan berbagai macam perubahan dalam kehidupan manusia,

termasuk perubahan dalam tatanan sosial dan moral yang dahulu masih sangat

dijunjung tinggi, sekarang nampaknya meluncur pada kurang dipindahkan.

Kehidupan manusia makin bertambah mudah dengan penemuan berbagai ilmu

dan teknologi, sehingga jarak antara kedua tempat yang selama ini dianggap

sangat jauh terasa dekat. Ruang dan waktu seakan-akan bukan faktor

penghalang bagi kegiatan manusia untuk melakukan aktifitas tertentu.

Namun dibalik kemajuan yang pesat itu, mulai terasa pengaruh yang

kurang menggembirakan, yaitu mulai tampak dan terasa nilai-nilai yang

selama ini sangat diagungkan bangsa Indonesia mulai menurun, bahkan

kadang kala diabaikan, karena ingin meraih kesuksesan dalam karir dan

kehidupan. 6

Merosotnya moralitas bangsa semata-mata karena kurangnya

penekanan akhlak terhadap generasi muda, sehingga akan mengakibatkan

tingkah laku yang mencemaskan terutama bagi anak yang terlibat dalam

perkelahian, masalah narkotik, dan pergaulan bebas.

Munculnya gagasan tentang pendidikan akhlak harus diakui kaitannya

erat dengan semakin berkembangnya pandangan dalam masyarakat luas,

bahwa pendidikan nasional dalam berbagai jenjangnya, khususnya jenjang

menengah dan tinggi telah gagal dalam membentuk peserta didik yang memiki

akhlak, moral dan budi pekerti yang baik.7

6 Fuad ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet. I, hlm.

146. 7 Azumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta : Kompas Media

Nusantara, 2002), Cet. I, hlm. 178.

Pondok-pesantren sebagai lembaga islam tertua nampaknya masih

tetap mempertahankan pendidikan akhlak, sehingga eksistensi pesantren

dapat berfungsi sebagai sarana membenahi anak didik.

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, bahwa pondok-pesentren

pengaruhnya sangat besar terhadap penekanan akhlak santri, hal itu dapat

berimplikasi terhadap wali santri yang semakin tertarik untuk menitipkan

anaknya dipesantren.

Berdsarkan pemaparan diatas penulis sangat tertarik untuk mengkaji

lebih lanjut tentang Pendidikan Akhlak Pada Santri Sekolah Islam Salaf

Pondok-Pesantren Girikesumo Girikusuma Mranggen Demak. Dalam sebuah

skripsi yang berjudul : STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN

AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-

PESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK.

B. Alasan Pemilihan Judul

Ada beberapa alasan yang mendasari penulis memilih judul :

“Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak Pada Santri Sekolah Islam

Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo Girikusuma Mranggen Demak”,

diantaranya :

1. Dengan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang telah hadir di

tengah-tengah masyarakat kita, pengaruhnya terhadap generasi muda

terutama anak didik, nampaknya kurang menggembirakan bagi kalangan

masyarakat’

2. Upaya orang tua untuk menitipkan anaknya kepondok-pesantren dengan

alasan agar anaknya dapat berubah menjadi lebih baik nampaknya

semakin diperkuat dengan eksistensi pondok-pesantren di tengah-tengah

masyarkat.

3. Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma adalah

salah satu lembaga pendidikan agama islam dari beberapa lembaga

pesantren di jawa pada khususnya, dan salah satu lembaga pesanten

tergolong tua dijawa tengah yang masih mempertahankan pendidikan

akhlak.

C. Penegasan Istilah

Untuk mengantisipasi kesalah pahaman dan penafsiran terhadap

istilah-istilah dalam judul “Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak Pada

Santri Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo Girikusuma

Mranggen Demak” yang penulis ajukan, maka penulis akan memberi

penegasan arti dan isi penulisan tersebut.

1. Studi Deskriptif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia studi diartikan sebagai

kajian, telaah, penelitian, dan penyelidikan ilmiah.8 Kemudian deskriptif

adalah pemaparan/penggambaran dengan kata-kata secra jelas dan terinci.9

Selanjutnya yang dimaksud dengan studi deskriptif dapat di artikan

sebagai kajian atau penelitian yang menggambarkan pereistiwa dilapangan

secara faktual.

2. Pendidikan Akhlak

Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut the proses of training

end developing the knowledge, skills, mind, character, atc., especially, by

formal schooling.

Artinya bahwa pendidikan merupakan proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pikiran, perilaku, dan lain-lain terutama oleh sekolah formal.10

Kemudian pendidikan ditinjau dari aspek terminologi, beberapa

pakar mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

8 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet., III, hlm. 860. 9 Ibid. hlm. 201. 10 A. Qodri A. Azizi, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Social, (Semarang :

Aneka Ilmu, 2003), hlm. 18.

Mustafa Al Gholayani berpendapat bahwa pengertian pendidikan

adalah :

التربية هي غرس األخال ق الفاضلة ىف نفوس الناشئني وسقيها مباء اإلرشاد والنصيحة حىت تصبح ملكة من ملكات النفس مث تكون مثراا الفضيلة واخلري

11.وحب العمل لنفع الوطن

“Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anak-anak dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat hingga (didikan yang mereka terima) menjadi malakhah (hal yang meresap) dalam jiwa, kemudian malakhah itu membuahkan kemuliaan, kebaikan, serta cinta beramal untuk kepentingan Negara.” Kihajar dewantara mengatakan bahwa pendidikan umumnya

berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti

(kekuatan batin, karakter), pikiran dan tubuh anak.12

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.13

Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari bahasa

arab, jama’ dari kata khuluqun, yang menurut logat diartikan budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabiat.14

Dalam bahasa inggris, kata akhlak disamakan dengan moral atau

ethic yang sama-sama dari bahasa yunani, mores dan ethicos yang berarti

adat kebiasaan.15

11 Mustafa Al Gholayani, Izhotunnasyiin, ( Berut : Pustaka Al Asriyah, 1953), hlm. 185. 12 Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet. I, hlm. 5. 13 UU RI NO. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional),

(Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003), hlm. 3. 14 Zahrudin AR, dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja

Ngrafindo Persada, 2004), Cet. I, hlm. 1. 15 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001), hlm.39.

Akhlak menurut Al Ghazali :

اخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من غريحاجة إىل فكر وروية فإن كانت اهليئة حبيث تصدر عنها األفعال اجلميلة

ان الصادر عنها احملمودة عقال وشرعا مسيت تلك اهليئة خلقا حسنا وإن ك 16.األفعال القبيحة مسيت اهليئة الىت هى املصدر خلقا سيئا

“Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak memerlukan pertimbangan pemikiran, apabila sifat itu dapat memunculkan perbuatan yang baik serta terpuji baik menurut akal maupun syara’ maka sifat itu dinamakan akhlak yang baik, dan apabila sesuatu yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka sifat itu dinamakan akhlak yang jelek”.

Akhmad Amin mendefinisikan akhlak menurut pandangannya

adalah :

“Akhlak adalah kehendak yang di biasakan, maksudnya jika

kehendak tersebut membiasakan sesuatu maka kebiasaan tersebut disebut

akhlak”.17

Dari beberapa definisi diatas, yang penulis maksudkan dengan

pendidikan akhlak adalah suatu proses penanaman nilai terhadap peserta

didik yang bersifat materi, kemudian diaplikasikan kedalam perilaku anak

didik agar dapat berakhlak mulia.

3. Santri

Istilah santri yang mula-mula dan biasanya memang dipakai untuk

menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam merupakan perubahan

bentuk dari kata India Shantri yang berarti oang-orang yang tahu kitab-

kitab suci (hindu), seseorang ahli kitab suci, adapun kata shantri

16 Imam Al Ghozali, Ihya Ulumidin, Jilid III, ( Darul Kutub al Islami), ttp., tt. 52. 17 Tamyiz Burhanudin, Op.Cit., hlm. 40.

diturunkan dari kata shastra yang berarti kitab suci atau karya keagamaan

atau karya ilmiah.18

Satu istilah lain untuk santri sebagai lazimnya digunakan oleh

orang jawa ialah kata putihan, yang diturunkan dari pangkal kata putih

dengan akhiran an. Istilah ini agaknya dipakai karena pakaian putih yang

mereka kenakan waktu shalat. Para putihan biasanya memakai kopyah

yang terbuat dari bludru hitam serupa fez, sehelai kemeja putih dan sarung

putih. (terutama bila mereka ikut shalat dalam masjid).19

Dalam hubungan ini kata jawa pesantren yang di turunkan dari kata

santri dengan di bubuhi awalan pe-dan akhiran-en, berarti sebuah pusat

pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok-pesantren atau para

siswa muslim sebagai model siswa sekolah agama Islam di jawa.20

4. Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo

Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo merupakan

pondok-pesantren tradisional dengan sistem klasikal yang menggunakan

metode bandongan dan sorogan, adalah salah satu pesantren dari beberapa

pondok-pesantren di jawa khususnya di jawa tengah, yang menekankan

pendidikan akhlak.

Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma,

adalah salah satu lembaga pesantren yang berada dibawah yayasan Ky

Ageng Giri Girikusuma Mranggen Demak.

D. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini lebih spesifik,

maka penulis memandang perlu mengangkat permasalahan dari judul diatas

sebagai berikut :

18 Zaini Mukhtarom, Islam di Jawa Dalam Perspektif Santri dan Abangan, (Jakarta :

Salemba Diniah, 2002), hlm. 12. 19 Ibid., hlm. 13. 20 Ibid., hlm. 12.

1. Apa tujuan pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren

Girikesumo Girikusuma ?

2. Metode dan pendekatan apakah yang diterapkan dalam pendidikan akhlak

pada santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma ?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai penulis :

1. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren

Girikesumo Girikusuma.

2. Untuk mengetahui Metode dan pendekatan yang diterapkan dalam

pendidikan akhlak pada santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren

Girikesumo Girikusuma.

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang pendidikan

akhlak di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, penulis menjadi

tahu tentang tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo, serta mengetahui metode pendidikan akhlak

yang di terapkan oleh sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo.

G. Kajian Pustaka

Secara umum bahwa karya ilmiah yang mengkaji tentang akhlak sudah

bnyak termasuk skripsi yang berjudul Metode Pendidikan Akhlak Pada Fase

Perkembangan Keagamaan Anak di TPQ Bustanul Hikmah Semarang. Oleh

Sodiqno, selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Layinatun Ni’mah yang

berjudul Studi Korelasi Sikap Keagamaan Orang Tua Dengan Akhlak Anak

didesa Bakal Rejo Kec. Dukuhseti Kab. Pati. dan selanjutnya adalah skripsi

yang ditulis oleh Imam Bukhori yang berjudul Pendidikan Akhlak Di

Pesantren Al Ittihad Jungpasir Wedung Demak. Tetapi semua karya ilmiah

yang telah dikaji nampaknya kurang spesifik, kemudian karya ilmiah yang

ditulis oleh Imam Bukhori sudah spesifik, akan tetapi karya tersebut lebih

menekankan pada materi akhlak dipesantren, sedangkan karya ilmiah yang

akan dikaji oleh penulis masih dalam ruanglingkup akhlak secara spesifik,

akan tetapi lebih ditekankan pada perilaku santri, sedangkan yang dikaji

meliputi tujuan pendidikan akhlak, metode dan pendekatan yang di terapkan

pada santri sekolah Islam salaf Girikesumo sehari-hari.

Sedangkan dalam skripsi yang telah dikaji oleh Sodikno, Layinnatun

Nikmah, dan Imam Bukhori belum menyinggung tentang tujuan, metode dan

pendekatan pendidikan akhlak di pesantren.

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik :

1. Tekhik Pengumpulan Data.

Yaitu dengan menggunakan beberapa metode penelitian :

a. Metode Interview/Wawancara

Interview/Wawancara adalah suatu percakapan, Tanya jawab lisan

antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan

diarahkan pada suatu masalah tertentu.21 Jenis Interview yang

digunakan bebas tetapi terstruktur. Artinya, Interview dengan

menggunakan beberapa kerangka pertanyaan, akan tetapi tidak tetap

pada lingkup pertanyaan yang telah disiapkan, artinya pertanyaan suatu

saat bisa bertambah yang masih berhubungan dengan permasalahan

yang dibahas. Proses Interview secara demikian dapat berfungsi untuk

mengantisipasi terjadinya pembicaraan yang kaku dan kurang terarah.

Metode ini dapat difungsikan untuk menggali data dan metode yang

dipakai dalam penerapan pendidikan akhlak di Sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo.

21 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, (Bandung : Mandar

Maju,1990),Cet. VI. Hlm.187.

b. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah, mencari data mengenahi hal- hal atau

fariabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasati, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.22 Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumenter,

misalkan data tentang tujuan pendidikan, metode yang diterapkan

dalam pendidikan sekolah islam salaf. Metode dokumentasi jauh lebih

mudah bila dibandingkan dengan metode lain karena datanya masih

tetap sehingga sangat kecil kemungkinan terjadi kekeliruan data.

c. Metode Observasi

Metode Observasi adalah, studi yang di sengaja dan sistematis tentang

fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan

pencatatan.23 Tujuan pengamatan dalam metode ini adalah untuk

memperoleh data yang sesuai. Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang lokasi sekolah Islam salaf pondok-

pesantren, bentuk perilaku anak santri pada waktu beraktivitas, dan

dapat berfungsi untuk mengecek data yang diperoleh melalui interview

dan dokumentasi, sehingga metode tersebut dapat berfungsi sebagai

pelengkap metode yang lain.

2. Tekhnik Analisis Data

Setelah data terkumpul secara keseluruhan melalui beberapa

tekhnik pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah data diseleksi

selanjutnya data tersebut dianalisis.

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Bina

Aksara, 1987), hlm. 188. 23 Karini Kartono, op. cit. hlm. 157.

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, penulis akan

menganalisis dengan analisis non statistik, yaitu mengunakan analisis

deskriptif.24

24 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998),

Cet. II, hlm. 85.

BAB II

PENDIDIKAN AKHLAK DAN PESANTREN

A. Pendidikan Akhlak.

1. Pengertian Pendidikan akhlak

Kata pendidikan akhlak berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan

akhlak, masing-masing perkataan tersebut dapat didefinisikan sebagi

berikut :

a. Pengertian pendidikan

Menurut UU RI NO. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat.25

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.26

Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan

usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya,

pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda

sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik

jasmaniah maupun rohaniah 27

25 UU RI NO. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional),

(Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003), hlm. 2 26 Ahmad D. Marimba, Pegantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : Alma’arif, 1980

), cet. IV, hal. 19 27 Soegarda Poerbakawatja, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, ( Jakarta : Gunung Agung,

1982 ) hlm. 257.

Frederick J. McDonald, mengatakan bahwa pendidikan

adalah:“Education is a process or an activity which is directed at

producing desirable changes in the behavior of human beings”.28

“Pendidikan adalah sebuah proses/aktivitas yang di jelaskan pada usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang dapat diinginkan dalam tingkah laku manusia”.

M. Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan dalam Ruh Al-Tarbiyah wa

Al-Ta’lim:

التربية ذيب القوى الطبيعية للطفل كى يكون قادرا على ان يقود حياة خلقية 29.صحية سعيدة

“Pendidikan adalah membentuk tabiat kepada anak agar ia mampu mencapai kehidupan manusia yang sehat dan bahagia.” Menurut pendapat Mustafa Al Gholayani bahwa pendidikan dapat

diartikan sebagai berikut :

التربية هي غرس األخالق الفاضلة ىف نفوس الناشئني وسقيها مباء اإلرشاد والنصيحة حىت تصبح ملكة من ملكات النفس مث تكون مثراا الفضيلة واخلري

30.وحب العمل لنفع الوطن

Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anak-anak dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat hingga (didikan yang mereka terima) menjadi malakhah (hal yang meresap) dalam jiwa, kemudian malakhah itu membuahkan kemuliaan, kebaikan, serta cinta beramal untuk kepentingan negara. Chabib Thoha mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses

pemindahan pengetahuan atau pengembangan potensi-potensi yang

dimilikinya untuk mencapai perkembangan secara optimal serta

28 Frederick J. McDonald, Educational Psychology, (San Fransisco : Wadsworth

publishing company, 1959), hlm. 4. 29 M. Athiyah Al-Abrasyi, Ruh Al-Tarbiyah wa Al-Ta’lim, ( mesir : Isa Al-Ababil Al

Halal wa Syirkah, 1950), hlm. 6. 30 Mustafa Al Gholayani, Izhotunnasyiin, ( Berut : Pustaka Al Asriyah, 1953), hlm. 185.

membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang

utama.31

Beberapa definisi pendidikan yang di utarakan oleh para pakar

diatas tidak mengarah pada perselisihan pendapat, karna pada intinya

mereka dalam berpendapat mempunyai tujuan yang sama, yaitu

terbentuknya manusia yang sempurna, disamping itu pada hakikatnya

pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian, perilaku,

pengembangan potensi pada peserta didik.

Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan

dalam pengertian pendidikan yaitu : Ta’lim, Tarbiyah, Tah’zhib. Namun

menurut ahli pendidikan terdapat perbedaan antara ketiga istilah itu : -

Ta’lim : Berarti pengajaran, jadi lebih sempit dari pada pendidikan

sedangkan kata tarbiyah yang sering digunakan di negara-negara berbahasa

arab terlalu luas sebab kata tarbiyah juga digunakan untuk binatang,

tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara atau menggembala atau

menternak. Sementara pendidikan yang diambil dari kata education hanya

untuk manusia saja.32 Sedangkan kata tah’zhib menurut al Athas lebih tepat,

sebab tidak terlalu sempit, sekedar mengajar saja dan tidak meliputi

makhluk-makhluk selain manusia. Tah’zhib sudah meliputi ta’lim dan

tarbiyah. Selain itu kata tah’zhib erat hubungnnya dengan kondisi ilmu

dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan.33

b. Pengertian akhlak.

Kata akhlak secara etimologi berasal dari arab akhlaq bentuk jamak

dari mufradnya khuluq, yang berarti budi pekerti.34

31 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 99. 32 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka Al Husna, 1992),

hlm. 4-5. 33 Muhaimin, dkk., Kontroversi Pemikiran Fazrur Rahman, Studi Kritis Pembaharuan

Pendidikan Islam, (Cirebon : Pustaka Dinamika, 1999), hlm. 4. 34 Rahmat Jatnika, System Etika Islami, (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panjimas,

1996), Cet. II, hlm. 26.

Dalam istilah sehari-hari ditemukan pula kata etika atau moral yang

diartikan sama dengan akhlak :

Etika.

Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat

kebiasaan.35

Moral.

Perkataan moral berasal dari bahasa latin yang mengandung arti

laku, perbuatan lahiriah.36

Sedangkan kata akhlak secara terminologi ;

Ahmad Amin mendefinisikan akhlak adalah kebiasaan kehendak,

yaitu apabila suatu kehendak sudah terbiasa maka menjadilah adat, dan

kebiasaan itu disebut akhlak.37

Akhlak menurut Al Ghazali :

اخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من ن كانت اهليئة حبيث تصدر عنها األفعال اجلميلة غري حاجة إىل فكر وروية فإ

احملمودة عقال وشرعا مسيت تلك اهليئة خلقا حسنا وإن كان الصادر عنها 38.األفعال القبيحة مسيت اهليئة الىت هى املصدر خلقا سيئا

“Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak memerlukan pertimbangan pemikiran, maka apabila sifat itu dapat memunculkan perbuatan yang baik serta terpuji baik menurut akal maupun syara maka sifat itu dinamakan akhlak yang baik, dan apabila sesuatu yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka sifat itu dinamakan akhlak yang jelek”.

Ia juga mendefinisikan dalam bukunya Rahmat Jatnika yang

berjudul Sistem Etika Islami bahwa :

اخللق عادة اإلرادة

35 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), hlm. 12. 36 Nasarudin Rozak, Dinul Islam, (Bandung : Al Ma’arif, 1973), hlm. 49. 37 Akhmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), hlm. 62. 38 Imam Al Ghozali, Ihya Ulumidin, Jilid III, ( Darul Kutub al Islami), ttp., tt. 52.

“Huluk adalah menbiasakan kehendak”.39

Dalam pengertian yang terakhir ini perlu dijelaskan apa yang

dimaksud dengan ‘adah dan apa yang dimaksud dengan ‘iradah.

Yang dimaksud dengan kata ‘adah adalah bahwa perbuatan itu selalu

diulang-ulang sedangkan mengerjakannya dengan syarat :

Pertama : Ada kecenderungan hati kepadanya.

Kedua : Ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah

mengerjakannya tanpa memerlukan pikiran lagi.40

Kata akhlak dalam kamus besar bahasa Indonesia dimaksudkan

sebagai suatu hal yang berkaitan dengan perilaku dan sifat-sifat manusia

dalam berinteraksi dengan dirinya dan sasaranya serta makhluk-makhluk

lain dan dengan tuhannya.41

Beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh para pakar diatas dapat

penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan

kepribadian peserta didik agar menjadi lebih sempurna, sedangkan akhlak

diartikan sebagai prilaku, perangai atau budi pekerti. Jadi pendidikan akhlak

adalah proses pembentukan perilaku anak kearah yang lebih baik.

Menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Rahmat Jatnika dalam

bukunya yang berjudul Sistem Etika Islami, kata akhlak berbeda dengan

ilmu akhlak, kata akhlak itu berkaitan dengan sikap sedangkan ilmu akhlak

adalah :

علم يوضح معىن الخيروالشر ويبين معاملة النا س بعضهم بعضا، ويشرح الغاية غيبنا يل ممل لعبيالس نيبيو ، ا لهمما فى اعهدقصان ي غيبنالتى ي.

Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, serta menerangkan sebagian apa yang harus dilaksanakan oleh sebagian manusia terghadap sebagian yang lain, menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menjelaskan jalan yang lurus yang harus diperbuat.42

39 Rahmat Jatnika, System Etika Islami, (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panjimas,

1996), Cet. II, hlm. 27. 40 Ibid. 41 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994) hlm. 17. 42 Rahmat Jatnika, Op. cit., hlm. 30.

Masalah ahklak mempunyai peranan penting dalam perjalanan hidup

manusia, sebab ahlak memberikan norma-norma baik dan buruk, dan dapat

mementingkan sesuatu itu baik atau buruk, tidak selalu tercapai persesuaian

antara seseorang dengan orang lain. Atara satu kelompok dengan kelompok

lain.43

Artinya bahwa dengan akhlak kesesuaian antara satu orang dengan

orang lain, kesesuaian antara satu kelompok dengan kelompok lain itu akan

di temukan. Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik

dan melarang kepada manusia untuk berbuat jelek, sebagaimana firman

Allah dalam Q.S.An-Nahl: 90

إن اهللا يأمر بالعدل واإلحسان وايتآئ ذي القرىب وينهى عن الفحشآء واملنكر )90: النحل ( والبغي يعظكم لعلكم تذكرون

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.44

Pembagian akhlak ada dua :

1. Berdasarkan sifatnya.

Berdasarkan sifatnya akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu :

a. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah

(akhlak yang mulia).

b. Akhlak mazhmumah (akhlak tecela) atau akhlak sayyiah

(akhlak yang jelek).

Yang dimaksud akhlak karimah (akhlak terpuji) ialah : ridha

kepada Allah, cinta dan beriman kepadanya, beriman kepada

43 Ahmad Azar basir, dkk, Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas

Hokum Universitas Islam Indonesia, 1995), hlm. 35. 44 Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung : Lubuk Agung,1989 ),

hlm. 415.

malaikat, kitab, Rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah,

selalu menepati janji, melaksanakn amanah, berlaku sopan

dalam ucapan dan perbuatan, konaah, tawakal, sabar, syukur,

tawadu dan segala perbuatan yang baik menurut agama

Islam.

Yang temasuk akhlak mazhmumah adalah kufur, syirik,

murtad, fasik, riya’, takabur, mengadu domba dan semua

perbuatan yang tercela.

2. Berdasarkan objeknya

Berdasarkan objeknya akhlak dibedakan menjadi dua :

a. Akhlak kepada Kholiq

Ada dua kewajiban sang makhluk terhadap kholiknya yaitu:

1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusrikan-Nya kepada

sesuatu apapun.

2. Beribadah kepada-Nya.45

b. Akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi lima :

1 Akhlak terhadap Rasul.

2 Akhlak terhadap keluarga.

3 Akhlak terhadap diri sendiri.

4 Akhlak terhadap semua orang.

5 Akhlak terhadap lingkungan alam.46

2. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak

Dasar-dasar pendidikan akhlak adalah Al Qur’an dan Al Hadis, Al

Qur’an dapat dijadikan landasan yang paling utama dalam pendidikan

akhlak, karena Al Qur’an merupakan kitab yang dapat dijadikan penunjuk

dari kegelapan menuju penerangan sebagaimana firman-Nya :

45 Rahmat Jatnika, Op. cit., hlm.176. 46 Manan Abdul Djalil, ed., Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, (Bndung : Pustaka Setia,

1999), Cet.I, hlm. 78.

يهدي به اهللا من اتبع رضوانه سبل السالم ويخرجهم من الظلمات الى النور )16: املا ئدة . ( ىل صراط مستقيم باذنه ويهديهم ا

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridoan-Nya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita menuju cahya yang terang benderang dengan seizing-Nya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus”. (Al Maa-idah : 16)47

Selain itu akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran

islam, sedangkan Hadis dapat dijadikan sebagai landasan yang kedua

setelah Al Qur’an sebagai penguat wahyu tuhan, karena hadis termasuk

penjelas dari Al Qur’an, maka dari itulah Hadis dapat diterima sebagai

landasan sebagaimana firman-Nya :

)7: احلشر (.ومآ اتاكم الرسول فخذوه وما نهكم عنه فانتهوا

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Al hasyr: 7).48

Beberapa ayat yang berkaitan dengan akhlak dalam Al Qur’an telah

disebutkan sebagai berikut :

)2 1:االحزاب ( .لقد كان لكم في رسول اهللا أسوة حسنة

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu”. (Al Ahzab : 12).49

Hal senada juga telah disebutkan dalam ayat lain :

)4: القلم (.وإنك لعلى خلق عظيم

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al Qalam : 4).50

47 Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, op. cit., hlm. 161. 48 Ibid. hlm. 916. 49 Ibid. hlm. 670. 50 Ibid. hlm. 960.

Berdasarkan ayat tersebut juga telah diperkuat dengan hadis nabi

sebagai berikut :

انما : قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : عنه قالعن ابي هريرة رضي اهللا 51)رواه البخارى . ( بعثت ألتمم صالح األ خال ق

“Dari Abi Hurairota RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda sesungguhnya aku diutus hanya untuk memperbaiki kebaikan akhlak”.( HR bukhori ).

Ada sebagian sahabat yang bertanya pada Siti Aisyah yang sebagai

istri Rasul, dan tentunya Siti Aisyah lebih tahu tentang akhlak Rasul sehari-

hari, maka jawab Siti Aisyah :

52. نفإن خلق نبى اهللا صلى اهللا عليه وسلم القرا

“Sesungguhnya akhlak Rasulullah SAW itu Al Qur’an”. Maksud dari hadis tersebut adalah bahwa akhlak Rasulullah itu

ialah mempraktekkan Al Qur’an, tentang perintah larangan janji dan ancaman yang kesemuanya itu didasari Al Qur’an. Al Qur’anlah sebagai norma akhlak Islamiyah yang di praktekkan Rasulullah.53

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Dalam bukunya Manan Abdul Djalil disebutkan bahwa tujuan

pendidikan akhlak itu ada tiga :

a. Mendapat ridha Allah.

Artinya orang yang melaksanakan perbuatan karena mengharap ridha

Allah berarti ia telah ikhlas atas segala amal perbuatannya. Ridha Allah

inilah yang melandasi ibadah seseorang.

b. Membentuk kepribadian muslim

Maksudnya ialah segala perilaku baik ucapan, perbuatan, pikiran dan

kata hatinya mencerminkan sikap ajaran islam.

51 Jalaludin Aburrahman, Jami’ As-Shoghir, Juz I (Indo. Tth. : Dar Al-Ihya, ), hlm. 103. 52 Jalaludin As Suyuti, Sunan Nasa’i Jilid III, ( Bairut Libanon : Darul Ma’arif, 1991),

hlm. 222. 53 Rahmat Djatnika, System Etika Islam, (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panjimas,

1996), Cet.II,hlm. 21.

c. Mewujudkan perbuatan yang mulia dan terhindarnya perbuatan yang

tercela

Dengan bimbingan hati yang di ridhai Allah dengan keikhlasan, maka

akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara

kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.54

Menurut Al Gholayani pendidikan akhlak bertujuan membentuk

jiwa anak didik menjadi bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras,

bercita-cita besar, tahu akan arti kewajiban, dan pelaksanaanya,

menghormati hak-hak orang lain, tahu membedakan mana yang baik dan

mana yang buruk, memiliki keutamaan karena cinta keutamaan,

menghindari suatu perbuatan yang tercela karena memang hal itu tercela

dan selalu ingat kepada Allah setiap melakukan pekerjaan.55

Sedangkan menurut barmami umar tujuan pendidikan akhlak adalah

sebagai berikut :

a. Untuk memperoleh Irsyad, yaitu dapat membedakan antara amal yang

baik dan buruk.

b. Untuk mendapatkan Taufiq, sehingga perbuatannya sesuai dengan

tuntunan Rasulullah dan akal yang sehat.

c. Untuk mendapatkan Hidayah, artinya melakukan perbuatan baik dan

terpuji serta menghindari perbuatan yang buruk.56

4. Metode Pendidikan Akhlak

Istilah metode berasal dari bahasa yunani ‘metha’ dan ‘hodos’,

metha artinya melalui atau melewati, sedangkan hodos bererti jalan atau

cara. Dari dua gabungan diatas, maksud metode yaitu cara yang harus

dilalui untuk mencapai tujuan tertentu57

54 Manan Abdul Djalil, ed., Op. cit., hlm. 76-77. 55 Abdul Kholik, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 1999),

hlm. 121. 56 Barmami Umar, Materia Akhlak, (Solo : Ramadani, 1995), hlm. 3. 57 Zuhairini et.al, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), hlm. 66.

Kemudian menurut M. Kuthb, ada beberapa metode pendidikan

akhlak yang dapat dipakai dalam mendidik anak sebagai berikut :

Metode pendidikan akhlak yang dapat dipakai adalah ; metode

teladan, metode nasihat, metode hukuman, metode cerita, metode kebiasaan,

metode penyaluran kekuatan, metode mengisi kekosongan, metode hikmah

atau peristiwa.58

Pendapat M. Qutb tersebut diatas dapat dipaparkan dalam penjelasan

pendidikan akhlak yang perlu di terapkan dalam mendidik akhlak anak

sebagai berikut ;

a. Metode Teladan

Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberikan

contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan lain lain.

Banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan

merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam

belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang kongkrit

dari pada yang abstrak.

Abdullah Ulwan umpamanya, mengatakan bahwa pendidik barangkali

akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun,

anak merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila ia meliat

pendidiknya tidak memberikan contoh tentang pesan yang

disampaikan.59

Metode teladan sangat evektif untuk diterapkan terhadap peserta didik,

mengingat peserta didik sangat kritis terhadap permasalahan yang ia

hadapi, metode teladan diterapkan terhadap peserta didik yang bertujuan

agar peserta didik dapat mengikuti ajaran akhlak yang diterapkan,

sebagaimana firman Allah :

)21: األحزاب (.لقد كان لكم في رسول اهللا أسوة حسنة

58 M. Quthb, System Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung, Al Ma’arif, 1988),

hlm. 325. 59 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), cet. II, hlm. 178.

“Sesunguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suritoladan yang baik bagi kalian”.(Al Ahzab : 21).60

Berdasarkan surat Al Ahzab ayat 21 bahwa keteladanan termasuk hal

terpenting dalam pendidikan akhlak, karena pada waktu itu Allah telah

menjadikan nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah atau suritoladan

yang baik bagi umatnya.

b. Metode Kisah.

Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur

dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh

ketulusan hati yang mendalam.61 Dalam realitas kehidupan sehari-hari,

banyak kisah-kisah yang memiliki kedudukan sangat penting dalam

kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu tiap bangsa dan negara

mempunyai kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat

dipakai dalam mendidik para anak cucu atau generasi mudanya.

Demikian pula dalam Islam, banyak kisah tentang keteladanan ataupun

akhlak para nabi dan rasul, terutama akhlak nabi Muhammad SAW.

Tetapi semua itu paling tidak dapat dijadikan sebagai pelajaran,

sebagaimana ayat yang telah disebutkan oleh Allah dalam sebuah Al

Qur’an sebagai berikut :

)111: يوسف (.لبا ب لقد كان في قصصهم عبرة ألولى األ ”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (Yusuf :111).62

Berdasarkan ayat tesebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

manusia sebagi mahluk ciptaan Allah yang diberi akal tentunya dapat

belajar dari kisah-kisah atau cerita.

60 Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung : Lubuk Agung,1989 ),

hlm. 670. 61 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : PT.

Intermasa, 2002), Cet. I, hlm. 31. 62 Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, Op. cit., hlm. 366.

c. Metode Nasihat

Nasihat merupakan metode yang paling evektif dalam usaha

pembentukan keimanan, menanamkan nilai-nilai moral, spiritual dan

sosial, karena nasihat dapat membukakan mata hati anak akan hakikat

sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya

dengan akhlak yang mulia.

Secara keseluruhan Al Qur’an berisi nasihat bagi umat Islam, sebagai

contoh, diantaranya ketika Luqman Hakim mengajarkan larangan

menyekutukan Allah pada anaknya. Sebagaimana dipaparkan dalam

ayatnya :

مظيع لظلم كرباهللا ان الش ركشال ت ينعظه يبي وهنه والب إذ قال لقمنو. )13: لقمان (

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diw aktu ia memberi pelajaran kepadanya :“hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezholiman yang besar”.(Lukman : 13).63

d. Metode Hukuman

Metode hukuman itu perlu di terapkan karena mengingat manusia tidak

sama selamanya, dan tentu saja metode hukuman tidak dijadikan

sebagai tindakan yang pertama kali, metode hukuman di terapkan

setelah dengan nasihat dan teladan tidak mempan.64

Metode hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi

tertentu harus digunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang

hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman :

1. Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk

memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan

memelihara peserta didik lainnya, bukan untuk balas dendam.

63 Ibid. hlm. 654. 64 Muhamad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, ( Bandung : Al Ma’arif, 1993 ), cet. III

hlm.341.

2. Hukuman baru digunakan apabila metode lain, seperti nasihat dan

peringatan tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik.

3. Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dulu

diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

4. Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat

dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak

mengulanginya.

5. Hukuman psikis lebih baik ketimbang hukuman fisik.

6. Hukuman hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang

kondisi peserta didik.

7. Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis,

yaitu hukuman disesuaikan dengan jenis kasalahan.

8. Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang

tidak mungkin dilakukan.65

e. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan sangat evektif jika penerapanya dilakukan terhadap

peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman“ ingatan

yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga

mereka terlarut dalam kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh

karena itu sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan

merupakan cara yang sangat evektif dalam menanamkan nilai-nilai

moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini

kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia

mulai melangkah keusia remaja dan dewasa.66

f. Metode Penyaluran Kekuatan.

Artinya bahwa kekuatan yang dikandung oleh eksistensi manusia, dan

dihimpun oleh Islam, adalah kekuatan energik dan “netral” yang bisa

65 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), cet. II, hal. 202 66 Ibid., hlm. 110.

baik dan bisa saja buruk, bisa untuk membangun dan bisa saja untuk

menghancurkan, serta bisa pula habis percuma tanpa tujuan dan arah.

Maka Islam berusaha menyalurkan kekuatan itu kearah yang benar

untuk kebaikan.67

g. Metode Mengisi Kekosongan.

Kekosongan pada dasarnya dapat merusak jiwa, karena kerusakan utama

yang timbul oleh jiwa manusia adalah kurang mampu mengisi

kekosongan itu sendiri. Selanjutnya orang itu akan terbiasa pada sikap

buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu.68

Oleh karena itulah kekosongan harus di isi dengan hal-hal yang

bermanfaat misalkan kegiatan yang berkaitan dengan ibadat, zdikir

dengan menyebut nama Allah, dan atau duduk bersandar untuk

beristirahat di tengah hari.69

h. Metode hikmah atau Peristiwa.

Metode ini mempunyai keistimewaan tersendiri dari pada metode yang

lain, karena peristiwa itu dapat menimbulkan suatu situasi yang khas

dalam perasaan, artinya peristiwa akan sangat membekas pada perasaan

yang akan mengakibatkan luluhnya perasaan itu sendiri.70

5. Pendekatan Pendidikan Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia di sebutkan bahwa pendekatan

adalah proses, perbuatan, cara mendekati, atau usaha dalam rangka aktifitas

penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti.71

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat di ketahui bahwa pendekatan

67 M. Quthb, System Pendidikan Islam, terj. Salman Haryun, (Bandung, Al Ma’arif,

1988), hlm. 369. 68 Ibid. hlm. 371. 69 Ibid. 70 Ibid. 374. 71 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994) hlm.

218.

merupakan proses yang terjadi setelah pendidikan tersebut belum

mengalami keberhasilan.

Pendekatan pendidikan akhlak dapat di jelaskan sebagai berikut :

Pertama pendekatan normatif, yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu

ukuran atau ketentuan yang berlaku.

Kedua pendekatan rasional, yaitu pendekatan rasio yang cocok dengan akal

pikiran. Ketiga pendekatan praktis atau keteladanan, yaitu pendekatan

berdasarkan kenyataan dalam praktek yang dapat ditauladani.72

B. Gambaran Umum Pesantren

Kata Pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat imbuhan

awalan “pe” dan akhiran “en” yang menunjukan tempat, maka artinya adalah

tempat para santri. terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan dari

kata “santri” ( manusia baik ) dengan suku kata “tra” (suka menolong) sehingga

kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik.73

Sedangkan perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa

cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana

guru ini pergi menetap. tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya

mengenahi suatu keahlian.74

Devinisi yang telah di paparkan diatas dapat di pahami bahwa pesantren

merupakan tempat yang di fungsikan untuk tinggal para santri yang ingin

menempuh pendidikan agama Islam di pondok-pesantren.

Pesantren adalah lembaga pendidikan yang ciri-cirinya di pengaruhi dan

ditentukan oleh pribadi para pendiri dan pimpinannya, dan cenderung untuk

tidak mengikuti suatu pola jenis tertentu. 75

72 Nasrun Rusli, Aqidah Akhlak I, ( Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1993 ), hlm. 4. 73 Ahmad Fathullah Zarkasyi, Pondok-pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan

Dakwah dalam Adi Sasono. et. al. Solusi Islam Atas Problematika Umat ( Ekonomi Pendidikan dan Dakwah ), ( Jakarta : Gema Risalah Press, 1998 ), hlm. 106.

74 Nurcholis Majid, Bilik-Biik Pesantren Sebuah Otet Perjalanan, ( Paramadina : 1997 ), cet. I, hlm. 20.

75 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Social, (Jakarta : Temprint, 1986), hlm. 97.

Zamahsari Dofier mengemukakan bahwa lembaga-lembaga pendidikan

pesantren memiliki beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari

pesantren itu sendiri, elemen itu adalah :

a. Pondok atau asrama.

b. Tempat belajar mengajar, biasanya berbentuk masjid dan bisa

berbentuk lain.

c. Santri.

d. Pengajaran kitab-kitab agama, bentuknya adalah kitab-kitab yang

berbahasa arab dan klasik atau lebih dikenal dengan kitab kuning.

e. Kyai dan Ustadz.76

Bentuk pesantren yang tersebar luas di Indonesia dewasa ini

mengandung unsur-unsur berikut sebagai cirinya : kiai sebagai pendiri,

pelaksana dan guru, pelajar (santri) yang secara pribadi langsung diajar

berdasarkan naskah-naskah arab klasik tentang pengajaran, faham dan akidah

keislaman. Disini santri dan kiai tinggal bersama-sama untuk masa yang lama,

yaitu pesantren bersifat asrama (tempat pendidikan dengan pemondokan dan

makan).

Sarana fisik sebuah pesantren biasanya terdiri dari unsur-unsur dasar

sebagai berikut : dipusatnya ada sebuah masjid atau langgar, surau, yang

dikelilingi bangunan tempat tinggal kiai, asrama untuk pelajar serta ruangan-

ruangan untuk belajar. Pesantren sering berada dibatas pedesaan dan terpisah,

dibatasi dengan pagar. Mereka kebanyakan menguasai lahan pertanian sendiri

yang sering dihibahkan oleh penduduk desa untuk tujuan-tujuan agama

(wakaf).77

Secara organisatoris pondok-pesantren mempunya organisasi yang

democratic dalam bentuk sebagai berikut :

1. Kiai dan pembantunya (badalnya), sebagai sentral core (inti

pusat).

76 Zamahsari Dofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, ( Jakarta :

LP3S, 1982), hlm. 44. 77 Ibid. hlm. 101.

2. Lurah pondok yang dipilih oleh santri dalam jangka waktu

tertentu.

3. Pengurus dari masing-masing grup santri yang tinggal dalam satu

sub kompleks yang biasanya disebut komisariat dan sebagainya.78

Selanjutnya ada dua ciri pesantren yang dapat membedakan antara

pesantren satu dengan pesantren lainnya, yaitu :

Pertama ; Pesantren tradisional (pesantren salaf) yaitu pesantren yang

pengajarannya masih menggunakan system sorogan atau bandongan tanpa

kelas dan batas umur.79 Atau pesantren yang masih mempertahankan system

pengajaran tradisional, dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik atau sering

disebutkan dengan kitab kuning.80

Kedua ; Pesantren modern (pesantren kholaf) yaitu pesantren yang

system pengajarannya sudah menggunakan system kelas, kurikulum dan batas

umur.81

Kedua model pesantren tersebut mengalami perbedaan, terutama

dibidang sistem yang di terapkan pada masing-masing pesantren, akan tetapi

dalam perkembangan pesantren tradisional, sudah menerapkan system

pengajaran kelas yang terbatas pada madrasah atau sekolah yang dibangun

dalam lingkungan pesanhtren. Sementara sistem lama tetap diterapkan dalam

pembelajaran dan pengajaran dipesantren (bukan disekolah atau madrasahnya).

78 H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara,

1995), Cet. 3, hlm. 244. 79 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana

Ilmu, 2001), Cet. 1, hlm. 159. 80 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta : LkiS, 1995), hlm. 156. 81 Husni Rahim, Op. cit., hlm. 159.

BAB III

PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF

PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO

A. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK

PESANTREN GIRIKESUMO

1. Letak Geografis

Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo, terletak di

dusun Girikusuma desa Banyumeneng kec. Mranggen kab. Demak.

Dilingkup kepesantrenan dan kekiyaian nama Sekolah Islam Salaf

pondok-pesantren Girikesumo tergolong “sepuh” atau jajaran “atas“, sebab

dari sudut historis pesantren, pondok-pesantren Girikesumo tergolong

sesepuh bagi beberapa pesantren (terutama pesantren thoriqoh) di jawa

tengah. Sehinga terjadi hubungan emosional dengan keluarga kyai di

Girikusuma, baik karena tinggal di lingkungan dekat pesantren atau karena

hubungan darah, perguruan atau bahkan karena pernah nyantri pada tahun-

tahun silam.

Secara geografis, wilayah pedukuahan Girikusuma dibatasi oleh :

a. Desa Kebon Batur disebelah utara.

b. Desa Kewengen disebelah selatan.

c. Desa Sumberejo disebelah timur dan

d. Desa Rowosari disebelah barat.

Pondok-pesantren yang terletak di pinggir hutan jati ini,

nampaknya sangat setrategis untuk kegiatan belajar mengajar, karena

disamping kenyamanan, Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren

Girikesumo ini jauh dari kota, sehingga dalam proses pembelajaran santri

tidak mengalami banyak gangguan.

Asrama atau tempat tinggal santri di pondok-pesantren Girikesumo

terbagi menjadi dua komplek yang disesuaikan dengan program kegiatan

santri, yaitu bagi santri yang mengikuti kegiatan sekolah formal dan santri

yang mengikuti program Sekolah Islam Salaf. Kondisi tempat tinggal bagi

para santri sangat sederhana yaitu dengan jumplah 14 kamar bagi santri

putra dan 13 kamar bagi santri putri.

Komplek Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo,

luasnya sekitar 300 meter persegi, dibatasi dengan sungai pada sebelah

barat, dibatasi dengan saluran irigasi pada sebelah utara, dibatasi dengan

rumah kyai pada sebelah timur dan sebelah selatan dibatasi dengan jalan

yang menuju kearah mranggen. Letak pesantren berada disebelah utara

bangunan masjid untuk asrama putra, berada disebelah selatan masjid

untuk rumah kyai dan dibelakangnya asrama santri putri dan gedung SMU

serta TK Ky Ageng Giri, berada di sebelah barat masjid gedung SMP Ky

Ageng Giri serta koperasi Ky Ageng Giri berdampingan dengan poliklinik

dibelakangnya, dan di sebelah timur masjid gedung madrasah Sekolah

Islam Salaf beserta kantor yayasan Ky Ageng Giri.

Secara fisik asrama putra dan asrama putri dibangun dengan

menggunakan kayu jati, begitu juga bangunan masjid yang berada di

tengah-tengah komplek pesantren juga dibangun dengan menggunakan

kayu jati pilihan.

Pondok-pesantren Girikesumo yang berada di dukuh Girikusuma

terletak sejauh sekitar 25 km ke tenggara dari arah kota Semarang, dan 15

km dari arah kota Demak.

2. Sejarah dan Perkembangan Sekolah Islam Salaf Girikesumo.

Sebelum berdirinya Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren

Girikesumo, diduga bahwa perkembangan kondisi masyarakat yang kental

dengan Islam tradisional, sebagaimana nampak dalam lembaga-lembaga

peribadatan dan pendidikan diatas, tidak lepas dari peranan K.H. M. Abdul

Hadi, sebagai sesepuh desa tersebut yang merupakan pembuka pertama

kali desa tersebut. Girikusuma pada saat kedatangan K.H. M. Abdul Hadi

masih kawasan tidak dikenal yang saat itu merupakan kawasan hutan.

K.H. M. Abdul Hadi adalah tokoh yang melakukan babat alas

kawasan Girikusuma, yang semula merupakan kawasan yang sangat

angker dengan penghuni utama makhluk halus dan jin.82 Atas perintah

gurunya, beliau membuka tempat untuk pendidikan, hingga pada akhirnya

menyebabkan lahirnya komunitas masyarakat baru. Demikian pula sarana

peribadatan berupa masjid yang dibangun sebagai pusat kegiatan

keagamaan dan sosial, yang peninggalanya masih bisa disaksikan sampai

sekarang. Jadilah wilayah Girikusuma dengan pesantrennya.

Dengan peran K.H. M. Abdul Hadi tersebut, maka sampai

sekarang keluarga atau dzurriyyah K.H. M. Abdul Hadi tetap menjadi

sentral bagi masyarakat desa tersebut. Peran yang dimiliki oleh K.H. M.

Abdul Hadi secara otomatis diwarisi oleh anak keturunannya sampai saat

ini, dengan tampilan pondok-pesantren salaf dan berkembang hingga

menjadi yayasan Ky Ageng Giri pada tahun 1997 dilengkapi dengan

lembaga pendidikan berasrama sejak TK/RA hingga Aliah/SMU dalam

kepengasuhan K.H. Munif Muhamad Zuhri bin K.H. M. Zuhri bin K.H.

Zahid bin K.H. M. Abdul Hadi.

Berdirinya yayasan Ky Ageng Giri mempunyai tiga tujuan penting

yang dapat di paparkan sebagai berikut :

a. Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia dilingkungan umat

Islam serta untuk mencapai izul Islam walmuslimin di tengah-

tengah kehidupan masyarakat dan negara kesatuan republik

Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar

45.

b. Menyelenggarakan, mengembangkan dan mengusahakan lembaga

pendidikan dan pengajaran menurut paham ahlusunah wal jamaah

dengan menganut salah satu mazhab empat : Hanafi, Maliki,

Syafi’i dan Hambali.

82 Informasi Mbah Juariah umur 105 Th. warga setempat.

c. Menyelenggarakan dan mengusahakan berbagai kegiatan

keagamaan, tempat atau sarana ibadah dan usaha-usaha sosial

dalam wadah dan nafas Islam.83

Pondok-pesantren tersebut semula hanya merupakan pondok-

pesantren thoriqoh Kholidiyah Naksabandiyah yang didirikan pada tahun

1288 H/1868 M, dengan bangunan awal sebuah masjid yang dibangun

ditepi hutan jati, yang kini pengelolaannya ditangani oleh perum perhutani

unit 1 jawa tengah. Konon masjid tersebut dibangun hanya dalam waktu 4

jam.84 Sehingga dari segi usia, pondok-pesantren Girikesumo sejajar

dengan pesantren-pesantren lainnya, yang umumnya muncul antara tahun

1800-an.

Pendidikan pondok pada awalnya dimaksudkan sebagai institusi

yang menangani pendidikan akhlak dan ilmu-ilmu agama di tengah-tengah

masyarakat yang melingkupinya.85 Sebagai langkah awal pendidikan

akhlak dilaksanakan dengan mengadakan pengajian thoriqoh Kholidiyah,

dan untuk memajukan pendidikan umat, diadakan pengajian kitab-kitab

kuning dengan menggunakan sistem bandongan dan sorogan yang dikenal

dengan sistem salaf.

Pendidikan akhlak dimulai dari bangunan masjid tersebut, yang

setiap hari diasuh oleh K.H. M. Abdul Hadi yang semakin lama semakin

banyak pengikutnya. Lokasi yang berada dibawah perbukitan yang dikenal

dengan “Gunung Ibrahim” tersebut semakin menarik bagi kalangan luar

untuk nyantri, dan hingga pada akhirnya dibuatlah kamar-kamar dikanan

dan kiri masjid dan berkembang menjadi komplek pesantren.

83 Muzni Husnan, Selayang pandang Sekolah Islam Salaf, Pondok-pesantren Girikesumo. hlm. 18.

84 Lihat Papan diatas pintu tengah msjid Girikusuma yang di tulis dengan huruf arab pegon berbunyi “Iki lah penget masjid dukuh Girikusuma tahun ba Hijriah Nabi SAW 1288 H wulan Robi’ul akhir tanggal ping nem belas awit jam songo dalu, jam satunggal dalu rampung yasane kyai muhamad Giri ugi serto sekabehe wong ahli mu’min kang hadhir taqobalallahu taala amin”. Jika di alih bahasakan kebasa Indonesia dalam terjemahan bebas kurang lebih akan berbunyi “Ini adalah pengingat masjid Girikusuma yang didirikan pada tanggal 16 Rabiul Akhir tahun ba Hijriah Nabi Muhamad SAW 1288 H. dibangun dari pukul 9 malam sampai pukul satu malam (dini hari), hasil karya kyai Muhamad Giri dan semua orang mukmin yang hadir semoga diterima Allah taala amin.”

85 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Op. cit. hlm. 2.

K.H. M. Abdul Hadi diberi usia yang cukup panjang oleh Allah,

yakni 110 tahun, sehingga memungkinkan beliau untuk menyiapkan

kader-kader penerus untuk kemudian hari. Dan memang program

regenerasi ini menjadi perhatian utama dari mbah Hadi, sehingga ketika

beliau wafat pada tahun 1931 suksesi kepemimpinan pondok-pesantren

berjalan normal, dengan diteruskan oleh putranya yaitu KH. Zahid.

Selama K.H. M. Abdul Hadi menempuh perjuangannya, beliau

mendapat banyak rintangan, disamping rintangan alam serta lingkungan

hutan yang disebut angker oleh kalangan masyarakat, ternyata beliau juga

mendapat halangan serius dari pemerintahan belanda. Sehingga beliau

pernah dijebloskan kedalam penjara mlaten semarang karena sikapnya

yang anti terhadap pemerintahan belanda, dan sifat ini juga ditanamkan

pada santri dan masyarakatnya. Hanya saja karena beliau mempunyai

kharisma yang cukup karena keshalehannya, sehingga walaupun dipenjara,

beliau tetap mendapatkan kebebasan untuk keluar ruang tahanan untuk

menjadi imam shalat berjamaah lima waktu di masjid pekojan semarang.86

Sepeninggal K.H. M. Abdul Hadi, pondok-pesantren Girikesumo

berkemabang pesat dibawah kepengasukan KH Zahid, dimana para santri

makin berkembang dari seluruh pelosok nusantara. Hal ini disebabkan

karena disamping sistem pendidikan pesantren salaf sebagaimana

lazimnya, pesntren Girikesumo memiliki ciri khas pengajian thoriqohnya

(Kholidiyah).

KH Zahid memegang tampuk kepengasuhan pondok-pesantren

selama 30 tahun, dan pada tahun 1961 estafet kepemimpinan dipegang

oleh putra tertua KH Zahid yaitu KH Muhamad Zuhri, yang oleh para

santri dan masyarakat disebut dengan nama mbah Muh. Sementara itu

kondisi kesehatan mbah Zahid makin menurun hingga wafatnya pada

tahun 1967, setelah mengasuh pondok-pesantren selama 30 tahun.

Pada masa mbah Muh, sistem pendidikan pondok-pesantren

semakin dikembangkan dengan melengkapi sistem bandongan dan sistem

86 Informasi Ibu Hjh. Rofi’ah, Ibu dari KH. Munif Muhamad Zuhri.

klasikal. Sistem ini ternyata setelah dicoba lebih efektif dalam membantu

santri untuk memahami dan menguasai materi kitab-kitab yang dikaji,

disamping penyajiannya lebih sistematis.

Mbah Muh wafat pada tahun 1980, dan kepemimpinan pondok-

pesantren diteruskan oleh generasi ke empat yaitu KH. Munif Muhamad

yang pada saat itu usianya belum genap 30 tahun.87

Dalam kepemimpinannya, pendidikan dengan sistem klasikal

mendapatkan perhatian serius disamping tetap mempertahankan pola salaf

dan tetap menekankan pendidikan akhlak bagi para santrinya.

Pada tahun 1985, putra ketiga KH Muhamad Zuhri, kakak KH.

Munif Muhamad, yakni KH. Nazhif Zuhri telah pulang dari

pengembaraanya mencari ilmu di Universitas Islam Madinah.

Kehadirannya semakin mempertajam sistem klasikal dan membawa angin

segar bagi pesatnya kemajuan pondok-pesantren Girikusuma.

Madrasah yang sudah ditata secara klasikal, lalu semakin

dipertajam dengan materi penyajian dan pelajarannya dengan mendirikan

Sekolah Islam Salaf (SIS) pada tahun 1986.

Setiap santri baru yang datang ke Sekolah Islam Salaf pondok-

pesantren Girikesumo untuk menuntut ilmu harus melewati seleksi terlebih

dahulu, seleksi tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman

anak terhadap agama, sehingga berdasarkan seleksi atau tes tersebut dapat

diketahui bahwa calon santri yang terlalu minim pengetahuannya tentang

agama harus dimasukan kejenjang persiapan (I’dad) tanpa memandang

umur mereka.

Tidak sedikit dari wali santri yang sengaja menitipkan anaknya ke

pondok-pesantren dengan tujuan agar anaknya dapat menjadi anak yang

shalih, mau berbakti kepada orang tua dan dapat berguna bagi agama. Bagi

wali santri prilaku anak akan menjadi sorotan tersendiri, sehingga tidak

heran jika orang tua santri menitipkan anaknya agar dapat berprilaku baik.

87 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Op. cit. hlm. 6.

Sedangkan keadaan santri pondok-pesantren Girikesumo hingga

saat ini secara keseluruhan meliputi santri yang mengikuti program

Sekolah Islam Salaf tercatat 250 santri terdiri dari santri putra 180 orang

dan santri putri 70 orang.

Santri yang mengikuti program sekolah formal dan madin

berjumplah 300 santri terdiri dari 150 santri putra dan 150 santri putri.

Jumplah santri yang telah selesai belajar dan sekarang mengabdikan diri

pada pondok-pesantren berjumplah 50 orang. Jadi jumplah santri Sekolah

Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo secara keseluruhan 250 + 300 +

50 = 600.88

Sarana pendidikan di sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo meliputi asrama putra dan putri, auditorium, gedung sekolah

Islam salaf, perpustakaan, leb komputer.

Sarana olah raga meliputi ; lapangan minton, lapangan foli, padepokan

untuk beladiri, dan tenes meja.

Sementara itu, sarana kesejahteraan pondok-pesantren meliputi :

koperasi, kantin, wartel yang semua itu di kelola oleh anak santri pondok-

pesantren Girikesumo.

Untuk mempertegas dan menambah kiprahnya dalam dunia

pendidikan dan keagamaan Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren

Girikusuma, pada tahun 1997 dibentuklah “Yayasan Ky Ageng Giri”

dengan akta Notaris nomor 1 Tanggal 2 Januari 1997, sebagai badan

hukum.

Dengan yayasan inilah kemudian berdiri SMP Ky Ageng Giri,

SMU Ky Ageng Giri serta beberapa lembaga lainnya atas bimbingan KH

Abdurrahman Wahid (Mantan ketua PBNU) yang menjadi penasehat

yayasan tersebut, hingga pada akhirnya yayasan tersebut dalam

perkembangannya telah memiliki 2 buah madrasah Diniah, 4 buah

88 Muzni Husnan, LPJ Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren GirikesumoTh 1427H.

hlm. 4.

Roudhotul Atfal/TK, satu buah madrasah Ibtidaiyah, 1 SMP, 1 buah SMU,

dan dua buah pondok-pesantren

Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo yang pada

awalnya memang ditangani sendiri oleh KH Nazhif Zuhri, sejak tahun

1999 setelah KH. Nazhif Zuhri wafat, kepengasuhan Sekolah Islam Salaf

pondok-pesantren dan keseluruhan lembaga secara otomatis dibawah

yayasan Ky Ageng Giri yang dibawah kepengasuhan KH. Munif

Muhamad. Namun hal itu tidak menghalangi perkembangan pondok-

pesantren Girikesumo hingga saat ini.

Keberadaan santri yang selalu dalam pengawasan pengasuh

pondok-pesantren itu sendiri, menambah kemantapan bagi masyarakat

yang menitipkan anaknya di pondok-pesantren, karena dengan

pengawasan santri secara ketat perilaku santri akan mudah di kontrol,

sehingga santri yang ketahuan melanggar akan diarahkan secepatnya

dengan jalan atau cara yang telah menjadi ketentuan pondok-pesantren.

3. Visi dan Misi

Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo sebagai

lembaga non formal juga mempunyai fisi dan misi, karena fisi dan misi

merupakan pokok tepenting dalam pendidikan.

Visi Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo adalah

upaya meningkatkan mutu pendidikan non formal di lingkup pondok-

pesantren, sebagai lembaga yang betul-betul mendidik santri yang

berakhlak dan dapat diterima dimasyarakat.

Misi Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo adalah

menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadis

dan Ijma’ para Ulama dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.89

89 Wawancara dengan Bpk. Muzni Husnan, ( kepala Sekolah Islam Salaf pondok-

pesantren Girikesumo), hari sabtu 18 Pebruari, Jam 10.00. WIB.

4. Struktur Organisasi

Sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo dalam

menggerakan organisasinya dilengkapi dengan susunan kepengurusan.

Struktur kepengurusan sekolah Islam salaf secara rinci sebagi berikut :

Struktur organisasi sekolah Islam salaf terdiri dari :

Pengasuh : KH. Munif Muhamad Zuhri

Ketua Umum : Muzni Khusnan, S.Ag.

Sekretaris : Shodik Yusuf

Ketua Pondok Putra : Zamakhsyari Hasim

Sekretaris : Khoiruman

Bendahara : Umar Wasdaan

Bidang-bidang :

- Hubungan masyarakat : Ahmad Munawar

M.Amin

Abdul Razak

- Keamanan dan ketertiban : Asrori

Ahmad Saad

Hanafi Madhan

- Sarana dan prasarana : M. Soni

A. Aziz

- Kebersihan : Nur Aly

Al Mubarok

Ketua Pondok putri : Sunatun Mahmudah

Sekretaris : Eva Rosiana

Bendahara : Dwi Yuniasih

Bidang-bidang :

- Hubungan masyarakat : Nur Ainah

Sakinah

- Keamanan dan ketertiban : Sri Utari

Dwi Yuniasih

- Kebersihan : Qurotul Aini

Zakiyah Khamidah

5. Kurikulum Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo

Kurikulum Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo

disetarakan dengan kurikulum pendidikan formal, yaitu pelajaran yang

diberikan dan disusun berdasarkan kurikulum tetap yang berlaku untuk

semua santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo, akan

tetapi kurikulum yang di rumuskan dengan ketetapan pesantren.

Secara umum, karena memang kurikulum pondok-pesantren itu

berbeda-beda, maka jangan heran jika kurikulum sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo tidak sama dengan kurikulum pondok-

pesantren yang lain terutama dalam merumuskannya.

Dalam kurikulum yang ditetapkan, untuk kurikulum lama meliputi

tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus pada setiap

bab dan sub bab.

Kemudian untuk komposisi jam setiap mata pelajaran adalah 34X

45 menit dalam satu semester.90

Dan sekarang sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo

sudah mulai menerapkan kurikulum baru yang disetarakan dengan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dengan ketentuan pesantren dan

berlaku untuk semua santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo.

Tujuan dirumuskannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

adalah karena mengingat tujuan pondok-pesantren Girikesumo yang

memang harus terjun kemasarakat setelah mereka pulang kekampung

halamannya masing-masing, maka kurikulum baru harus disesuaikan

dengan kebutuhan masarakat, dalam arti sekolah Islam salaf pondok-

90 Muzni Husnan, Khoiruman Afwan, GBPP Sekolah Islam Salaf Th.1423 H.

pesantren Girikesumo harus sudah saatnya menerapkan Kurikulum

Berbasis Kompetensi secara mandiri.

Materi yang diajarkan di sekolah Islam salaf secara keseluruhan

meliputi berbagai jenjang sebagai berikut :

NO I’DAD MUTAWASIT TSANAWI

1 Al Qur’an Al Qur’an Al Qur’an

2 Hadis Hadis Hadis

3 Tauhid Tauhid Tauhid

4 Fiqh Fiqh Fiqh

5 Qowa’id Qiro’ah Qowa’id

6 Safahi Nusus Tafsir

7 Qiroah Nahwu Ulumul Qur’an

8 Tahriri Akhlak Ulumul Hadis

9 Nusus Safahi Usul Fiqh

10 Akhlak Tahriri Qowa’id Al-Fiqh

11 Khot impla’ Tafsir Faro’id

12 Nahwu Khot dan impla Tsaqofah

13 Sorof Sorof Siroh

14 Siroh Manahijul bahs

15 Balaghoh

16 Turuqu attadris

17 Tarikh tasyri’

6. Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren

Girikesumo.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo meliputi :

a. Pembelajaran bagi santri salaf.

Santri salaf yaitu santri yang mengikuti program Sekolah Islam

Salaf secara keseluruhan baik intra maupun ekstra kurikuler.

Program pembelajaran di sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo itu terbagi menjadi dua, yaitu intra kurikuler dan ekstra

kurikuler.

Masing-masing program pembelajaran dapat di jelaskan sebagai

berikut :

' Intra Kurikuler

Intra kurikuler sekolah Islam salaf pondok-pesantrn Girikesumo

berupa sekolah non formal dengan menggunakan sistem klasikal,

dengan alokasi waktu jam 7 pagi hingga jam 11. 30. siang.

Program ini diikuti oleh semua santri salaf yang nyatri di pondok-

pesantren Girikesumo, yang meliputi empat jenjang pendidikan sebagai

berikut :

a. I’dad yaitu sekolah persiapan bagi santri baru yang belum punya

bekal ilmu agama sama sekali, sekolah I’dad ditempuh selama

satu tahun.

b. Mutawasit sederajat dengan tingkat Tsanawi ditempuh selama tiga

tahun.

c. Tsanawi sederajat dengan tingkat Aliyah ditempuh selama tiga

tahun.

d. Sekolah Tinggi (Ma’had Aly), ditempuh sekurang-kurangnya dua

tahun.

Metode merupakan komponen proses belajar mengajar yang

sangat penting. Yang dimaksud dengan metode megajar ialah cara yang

dipergunakan guru (ustadz) dalam mengadakan hubungan dengan siswa

(santri) dan pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian

metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena

metode berperan sebagai alat mencapai tujuan pendidikan, maka

seorang pendidik diharapkan dapat memilih metode yang tepat agar

materi pelajaran yang disampaikan dapat difahami oleh santri.

Metode pengajaran yang diterapkan di sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo, menggunakan metode pengajaran

sebagai berikut :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu memberikan pengertian dan uraian suatu

masalah/materi, metode ini diterapkan oleh guru pada saat guru

menyampaikan mata pelajaran fiqih, tauhid, tafsir, dan semua

materi yang perlu menggunakan metode ceramah.

b. Metode Hafalan.

Metode hapalan yaitu guru memerintahkan siswanya untuk

menghafalkan salah satu materi, metode ini diterapkan oleh guru

pada saat guru sedang menyampaikan mata pelajaran Hadis dan Al

Qur’an. Caranya santri disuruh untuk menghapalkan Hadis dan Al

Qur’an dihadapan guru.

c. Metode Tanya Jawab.

Metode Tanya jawab yaitu terjadinya komunikasi dua arah antara

guru dan siswa, metode ini di terapkan untuk mengantisipasi

apabila santri merasa jenuh, mengantuk dan bermain sendiri.

d. Metode Demonstrasi.

Metode demonstrasi yaitu menggunakan peraga untuk memperjelas

atau menunjukan sebuah masalah/menyampaikan materi.

diterapkan oleh guru agar santri lebih mudah dalam memahami

pelajaran.

e. Metode Cerita.

Metode cerita yaitu guru saat menyampaikan materinya dengan

menggunakan cerita, metode ini di terapkan oleh guru dengan

tujuan agar santri dapat meresapi inti dari cerita tersebut, sehingga

santri dapat mengambil hikmahnya dan dapat mengaplikasikannya

kedalam perilaku kehidupannya.91

Materi pelajaran yang diajarkan meliputi tiga bidang yaitu :

Pertama ; bidang agama meliputi Al Qur’an, Al Hadist, fiqh,

tauhid, perbandingan agama, tasawuf dan akhlak.

Kedua ; bidang bahasa dan gramatika yang materinya meliputi

bahasa arab dan inggris.

Ketiga ; bidang sosiologi Islam yang materinya meliputi sejarah

nabi, sejarah Islam, tsaqofah Islamiah, dan siasah.92

' Ekstra Kurikuler

Ekstra kurikuler sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo meliputi aspek ilmiah, kesenian dan olah raga.

a. Aspek Ilmiah meliputi :

1. Pengajian Tahfid Qur’an.

Pengajian ini dilaksanakan dengan dua program, yaitu program

Binnadhor dan program Bilgho’ib dengan alokasi waktu setelah

ashar.93

2. Mengaji Kitab

Mengaji kitab ini dilaksanakan dengan sistem bandongan atau

sorogan yang disesuaikan dengan tingkatannya masing-masing.

Adapun materi yang dikaji meliputi fiqh, hadist, tafsir, tasawuf

dan akhlak.94

Metode yang diterapkan dalam penyampaiannya, adalah :

a. Metode Bandongan.

Pengajian dengan menggunakan metode bandongan yaitu

dilakukan oleh santri-santri senior, kiai memberikan

pengajaran kitab-kitab klasik dengan membacakan dan

91 Wawancara, Op. cit 92 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Opcit. hlm. 10. 93 Muzni Husnan, LPJ Sekolah Islam Salaf, Pondok-Pesantren Girikesumo , hlm. 3. 94 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Opcit. hlm. 16.

menerangkan didepan para santri, pengajian dengan metode

ini dilakukan bersama-sama secara klasikal.

b. Metode Sorogan.

Metode sorogan ini di gunakan dalam pengajian kitab-kittab

klasik yang di berikan pada santri pemula. Caranya santri

membacakan kitab didepan ustazh secara individual, atau

ustazh membacakan kitab yang dibawa oleh masing-masing

santri kemudian di ikuti oleh santri sampai ia mengerti dan

faham apa yang telah disampaikan dan diajarkan oleh ustazh.

Apabila ada kesalahan maka ustazh biasanya langsung

membetulkan dan menjelaskannya kembali.

c. Metode Halaqoh.

Metode halaqoh adalah santri disuruh diskusi untuk

memahami maksud atau isi kitab bukan untuk

mempertanyakan salah dan benarnya isi kitab.

d. Metode Musyawarah.

Metode musyawarah di gunakan untuk mengingatkan santri,

apabila ada pembahasan yang telah lampau yang tidak dapat

diingat dan atau mengalami kesulitan dalam menganalisis

maksud dari isi kitab.

3. Muzhakaroh.

Muzhakaroh difungsikan oleh para santri untuk mengingat

pelajaran sekolah yang telah lampau dengan alokasi waku jam

08.00 malam (setelah isya’) sampai jam 10.30.

Pada saat muzhakaroh, santri dipimpin oleh santri senior sesuai

dengan kelas masing-msing. Dan tugas santri senior bekerja

mengarahkan para santri zunior bila terdapat kesalah pahaman,

atau ditemui pemahaman yang kurang lurus.

b. Aspek kesenian meliputi latihan drumbend.

c. Aspek olah raga meliputi latihan sepak bola, bola voli, tenes meja,

sepak takrao, bela diri.95

b. Pembelajaran bagi santri non salaf.

Santri non salaf yaitu santri yang mengikuti program sekolah

formal di luar sekolah Islam salaf sehingga mereka harus mengikuti

program sekolah Islam salaf diluar jam non formal sekolah Islam salaf

yang meliputi ; Fashalatan, Arba’u al-Rasa’il, Mukhtar al-Ahadits,

Risalatu al-Mahith, Fatkhu al-Karib, dan Bulughu al-Maram.96

Masing-masing materi pengajian tersebut diatas disesuaikan

dengan tingkatan kelas masing-masing. Pembelajaran bagi santri non

salaf juga diikuti oleh santri kalong, karena santri kalong pada

umumnya berdomisili di rumah dekat pesantren, sehingga mereka lebih

suka mendatangi pesantren pada saat kegiatan mengaji saja. Sedangkan

diluar jam belajar mereka ( santri kalong ) mengisi kegiatannya dengan

membantu orang tua mereka.

B. PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF

PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO

a. Tujuan Pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren

Girikesumo

Ada empat tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh sekolah Islam

salaf pondok-pesantren Girikesumo yaitu :

1. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh umat.

2. Mendidik para santri agar berpegang teguh pada ajaran Islam,

dengan berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang membuat

mereka mampu berdakwah serta mampu memecahkan

95 Ibid. hlm. 12. 96 Muzni Husnan, LPJ, Opcit. hlm. 3.

problematika umat menurut petunjuk Al Qur’an, Hadis dan Ijma

para ulama.

3. Menanamkan semangat memiliki Islam dengan memberikan

latihan-latihan praktis baik dalam kehidupan individu maupun

sosial.

4. Membentuk santri yang berakhlak mulia.97

Berdasarkan data yang telah dipaparkan oleh penulis diatas, tujuan

pendidikan sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo yang

keempat adalah membentuk santri yang berakhlak mulia. Ini tentunya

mempunyai tujuan tersendiri yaitu :

a. Santri dapat bersikap sopan santun.

b. Santri dapat menghargai dan menghormati dengan orang lain

c. Berperilaku, berbicara, dan berpakaian dengan sopan.

Beberapa indikator yang diharapkan oleh Sekolah Islam Salaf

pondok pesantren Girikesumo dalam pendidikan akhlak pada santri adalah

sebagai berikut :

1. Indikator pada santri.

a. Secara psikologis santri dapat bersikap sopan santun.

b. Giat melakukan ajaran Islam.

c. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.

2. Indikator pada keluarga.

a. Santri lebih menghormati pada kedua orang tua.

b. Senang membantu kesulitan orang tua.

3. Indikator pada masyarakat.

a. Menghormati dan menghargai masyarakat.

b. Dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.

c. Dapat di jadikan sebagai suri toladan yang baik.98

97 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren

Girikesumo, hlm. 14. 98 Wawancara , dengan Bpk Muzni Husnan ( Kepala Sekolah Islam Salaf ), pada hari

minggu tanggal 19 Februari 2006, Jam. 09. 00.

b. Metode dan Pendekatan Pendidikan Akhlak di Sekolah Islam Salaf

Pondok-Pesantren Girikesumo

1. Metode Pendidikan Akhlak.

Ada enam metode pendidikan akhlak yang diterapkan di Sekolah

Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo yakni :

a. Metode Keteladanan

Keteladanan yang dimaksud adalah dengan memberi contoh-

contoh yang baik terhadap santri, oleh sang kiai atau ustadz dan

paling tidak orang yang lebih besar dari para santri, pemberian

contoh ini dilakukan untuk semua aktivitas di pesantren yang

berkaitan dengan ibadah-ibadah ritual, misalkan shalat berjamaah,

shalat tahajud, shalat duha, shalat sunah rawatib, berpuasa setiap

senin dan kamis, dan ibadah lain yang berhubungan dengan

keagamaan. Selain itu kiai atau ustadz juga memberikan contoh

dalam pergaulan yang baik dengan teman-temanya, dan contoh cara

belajar yang evektif.

b. Metode Latihan dan Pembiasaan.

Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik

dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma,

kemudian santri membiasakannya untuk melakukan.

Metode ini di gunakan oleh sang kiai atau ustadz untuk

melatih santri, agar para santri tidak merasa keberatan dalam

mengamalkan nilai-nilai keagamaan, terutama dalam melakukan

ibadah, dan membiasakan perilaku yang sopan.

c. Metode Ibrah (Mengambil pelajaran)

Ibrah secara sederhana dapat diartikan sebagai renungan dan

memikirkan, kemudian secara umum ibrah dapat diartikan

mengambil pelajaran dari peristiwa, artinya santri setelah mengalami

peristiwa-peristiwa yang belum pernah ia jumpai agar diambil

hikmahnya.

d. Metode Mauizhah (Nasihat)

Dalam metode ini meliputi tiga pokok :

1. Uraian yang mencakup kebaikan yang harus dilakukan dan

kejelekan yang harus ditinggalkan, dalam hal ini misalkan

keharusan berjamaah, kerajinan dalam berpakaian, sopan santun

terhadap lingkungan, dan sopan santun terhadap sang pencipta

(Allah).

Kejelekan yang harus ditinggalkan meliputi semua perbuatan

yang bertentangan dengan norma keagamaan (kemaksiatan),

misalkan mencuri, berbohong, melangar shalat lima waktu, dan

lain sebagainya.

2. Motivasi agar santri dapat melakukan kebaikan dan

meninggalkan kejelekan.

3. Peringatan tentang bahaya yang akan muncul bagi orang yang

melakukan kejelekan (dosa).

e. Metode Tanghib wa Ta’zhib

Metode bujukan, caranya pendidik memberikan janji-janji

yang disertai bujukan agar santri tertarik untuk melakukan kebaikan

dan menjauhi kejahatan.

Metode ancaman, caranya seorang pendidik menakut-nakuti

bagi anak santri yang berbuat tidak benar. Metode ini bertujuan agar

santri merasa takut untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran.99

f. Metode Kedisiplinan

Metode ini hampir sama dengan metode pemberian hukuman

atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran dan

kedisiplinan pada jiwa santri.

Dengan metode ini maka memerlukan ketegasan dan

kebijaksanaan. Yang dimaksud ketegasan disini santri senior

mengambil tindakan bagi anak yang melanggar, sedangkan

99 Ibid.

kebijaksanaan yang dimaksud pengurus harus adil dan arif dalam

memberikan sangsi, artinya tidak terbawa emosi.

Untuk mengantisipasi perilaku santri yang tidak baik ada

beberapa aturan yang diterapkan dalam pendidikan akhlak oleh

Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo, melalui beberapa

tata tertib pondok-pesantren sebagai berikut :

a. Tertib Waktu.

Tertib waktu merupakan upaya pondok-pesantren untuk

membentuk kedisiplinan santri, terutama berkaitan dengan

aktifitas pesantren, santri yang sudah terbiasa disiplin dengan

memperhatikan waktu tentunya mereka akan selalu

memanfaatkan waktunya dengan baik, artinya mereka tidak akan

membuang-buang waktu dengan kegiatan yang tidak ada

manfaatnya misalkan bermain. Tertib waktu ini meliputi :

1. Santri wajib mengikuti kegiatan pondok-pesantren dan sekolah

tepat pada waktunya.

2. Santri dilarang meninggalkan pondok-pesantren kecuali atas

izin rais al am atau pengurus yang berwenang.

3. Santri diperbolehkan pulang pada saat liburan semester atau

hari raya kecuali karena berhalangan.

4. Santri wajib mengikuti jamaah shalat setelah azhan

berkumandang.

5. Santri wajib membayar SPP paling lambat tanggal 10 pada

setiap bulan.

b. Tertib Kegiatan.

Tertib kegiatan ini juga dapat melatih santri untuk

membiasakan pererbuatan kebaikan, dengan kebiasaan yang

dilakukan oleh santri, kegiatan tersebut akan menjadi hal yang

biasa dan lumprah, sehingga kegiatan yang sudah tertata ini tidak

memberatkan bagi santri.

Tertib kegiatan ini meliputi :

1. Santri wajib mengikuti shalat berjamaah di masjid.

2. Santri harus mengikuti istighosah setiap malam kamis.

3. Santri putra dianjurkan mengikuti ziarah kubur setiap hari

kamis.

4. Santri harus mengikuti yasinan malam jum’at.

5. Santri harus mengikuti acara maulid atau dibaan setiap malam

jum’at.

6. Santri harus mengikuti tadarusan setelah shalat lima waktu

terutama setelah shalat maghrib.

Semua kegiatan diatas merupakan kegiatan yang bersifat

ta’limi atau mendidik para santri agar terbiasa.

c. Tertib Diri.

Tertib diri ini yang dimaksud santri dapat berpenampilan

dengan wajar dengan penampilan yang Islami, Tertib diri ini

bertujuan agar santri terbiasa mengatur penampilanya serta mau

menjaga etika santri. Tertib diri ini meliputi :

1. Santri harus berpakaian sopan sesuai dengan etika santri.

2. Santri harus berpakaian peci, baju, sarung, untuk putra, dan

berjilbab untuk putrid ketika keluar pondok-pesantren.

3. Santri dilarang berpakaian ketat atau berlebihan.

4. Santri harus berpenampilan rapi.

d. Tertib Pergaulan.

Pergaulan itu biasanya menjadikan perhatian husus dari

masyarakat, sehingga santri memang harus berhati-hati dalam

masalah pergaulan. Tertib pergaulan ini bertujuan agar santri

terbiasa bergaul dengan baik dan tidak mudah terpengaruh oleh

lingkungan luar ( Non pesatren ). Tertib pergaulan ini meliputi :

1. Santri harus menghormati yang lebih besar dan mengasihi

yang lebih kecil.

2. Santri harus bertutur dan bersikap sopan terhadap semua

orang.

3. Santri harus mengucap salam ketika masuk kamar dan

bertemu dengan temannya dijalan.

4. Santri dilarang membuat perskongkolan yang tidak baik.

5. Sanhtri dilarang mengunakan milik orang lain tanpa seizing

yang punya.

6. Santri harus menjaga almamater pondok.

e. Tertib Lingkungan.

Yang dimaksud dengan tertib lingkungan adalah agar

santri terbiasa hidup teratur dan dapat dijadikan contoh bagi yang

lain. Tertib lingkungan ini meliputi :

1. Santri harus menjaga kebersihan lingkungan.

2. Santri harus memelihara fasilitas pondok.

3. Santri dilarang corat-coret ditembok terutama lingkungan

pesantren.

4. Santri dilarang tidur di luar pondok.

5. Santri harus minta izin jika akan keluar kawasan pondok.100

Agar peraturan tersebut bisa berjalan dengan wajar maka, Sekolah

Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo memberikan beberapa sangsi

bagi santri yang melanggar peraturan tersebut sesuai dengan tingkat

kesalahan yang mereka lakukan.

Deskripsi sangsi dan pelanggaran tata tertib santri pondok-

pesantren Girikesumo dapat di jelaskan sebagai berikut :

Jenis No Pelanggaran Skor Sangsi

1 Terlambat kegiatan

3X

1

2 Berpakaian tidak

sopan

1

Sangsi pelanggaran menurut

jumplah skor, pelanggaran dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Peringatan 1

100Muzni Husnan, dkk., Panduan Pondok-pesantren Girikesumo, hlm. 6.

3 Tidak tertib kegiatan 1

4 Keluar kegiatan

sebelum waktunya

5 Rambut, kuku

panjang, botak.

1

6 Penampilan

berlebihan

1

7 Tidur pada tempat

yang dilarang

1

8 Membuat keributan 2

9 Tidak piket

kebersihan

2

10 Menggunakan alat

elektronik

2

11 Merokok

dilingkungan

terlarang

2

12 Melanggar aturan

kebersihan

2

R

I

N

G

A

N

13 Membawa,

menyimpan benda

berbahaya

2

1 Membnyikan radio 3

2 Nonton TV 3

3 Berkata dan berbuat

tidak sopan

3

4 Merusak prasarana 3

5 Tidak masuk

kegiatan tanpa nizin

4

S

E

D

A

N 6 Keluar pondok tanpa 5

2. Peringatan 2

3. Peringatan 3

4. Menulis basmalah 115 X

5. Menulis shalawat 313 X

6. Menulis surat Al Fatihah 115

X

7. Membaca Al Qur’an 5 juz

8. Di jemur sambil membaca

nazhom alfiah

9. Lari keliling komplek

pondok 100X

10. Membersihkan komplek

masjid dan kamar kecil/WC

11. Membersihkan pondok dan

halamannya

12. Menguras dan

membersihkan WC

13. Percikan air kewajah oleh

semua santri

14. Disiram air di depan umum

oleh semua santri

15. Penyoretan wajah dengan

arang oleh semua santri

16. Diam di WC selama sehari

17. Gundul

18. Pemanggilan orang tua

19. Pemanggilan orang tua dan

skor 1 minggu

20. Pemanggilan orang tua untuk

peringatan terakhir

izin G

7 Membawa,

membaca buku

porno

5

1 Membuat izin palsu 6

2 Menemui santri

putrid atau

sebaliknya tanpa

izin

6

3 Pulang tanpa izin 7

4 Membawa

mengkonsumsi

narkoba

10

5 Pacaran 10

6 Mencuri 10

B

E

R

A

T

7 Berkelahi 10

21. Pulang

Catatan :

Setiap pelanggaran maka skor akan

ditambah dengan sangsi yang telah

ditentukan.

Semua tata-tertib yang di terapkan diatas merupakan upaya yang di

terapkan oleh pesantren agar santri dapat berprilaku sebagaimana layaknya

seorang santri yang mempunyai sopan santun terhadap sesama serta ramah

terhadap lingkungan, dan pada akhirnya akan tercipta suasana yang tenang

dan damai.

Ada dua cara yang di gunakan oleh pondok-pesantren Girikesumo dalam

mengawasi para santrinya ;

1. Mengawasi perilaku santri secara langsung.

Yang dimaksud mengawasi perilaku santri secara langsung adalah

santri di tempatkan dalam sebuah asrama, dan secara otomatis

mereka akan berada dalam pengawasan pengasuh atau pengurus

pondok-pesantren baik dalam berbicara, berpakaian, bergaul dan

semua perilaku yang berkaitan norma Islam.

2. Mengawasi perilaku santri secara tidak langsung.

Yang dimaksud mengawasi perilaku santri secara tidak langsung

adalah pada saat santri berada di rumah pengurus pondok-pesantren

berhubungan atau bekerjasama dengan wali santri agar mengawasi

perilaku dan perkembangan anak mereka diluar pesantren.

Dengan cara seperti ini akan sangat efektif bagi pengurus pondok

pesantren untuk mengawasi para santrinya.101

2. Pendekatan Pendidikan Akhlak

Ada dua pendekatan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam

salaf pondok-pesantren Girikesumo, yaitu :

a. Pendekatan Ta’limi.

Pendekatan ta’limi merupakan pendekatan yang bersifat

teoritis, pendekatan tersebut lebih ditekankan pada aspek kognitif.

Pendekatan ta’limi di pondok-pesantren Girikesumo itu berhubungan

dengan pengajaran yang meliputi kurikuler dan ekstra kurikuler.

Kurikuler meliputi sekolah formal dilingkup pesantren yang

dipenuhi dengan beberapa mata pelajaran dengan alokasi waktu pagi

jam 7 sampai siang jam 11.30. Sedangkan ekstra kurikuler meliputi

pengajian kitab-kitab klasik dengan menggunakan metode

bandongan dan sorogan, muzhakarah, dan tahfizd al Qur’an.

Pendekatan tersebut bertujuan untuk membentuk karakter

santri secara zhahiriah, sehingga santri merasa terbekali dengan

pendekatan ta’limi yang diterapkan oleh sekolah Islam salaf setelah

mendapatkan bekal yang cukup, santri dapat mengamalkannya

sesuai dengan yang diajarkan.

Dampak pendekatan ta’limi lebih terfokus pada aspek

jasmaniah, karena pendekatan tersebut berkaitan dengan sesuatu

yang bersifat teoritis, sehingga sasaranya adalah afektif dan

psikomotorik, misalkan dalam pola berbicara, berpakaian, bergaul

101 Wawancara dengan Bpk. Mukhlas ( Ustazd ), pada hari sabtu 18 Februari 2006 Jam

20.00.

dan semua yang berhubungan dengan perilaku santri, harus di sertai

dengan akhlak yang mulia.

Adapun hikmah pendekatan ta’limi bagi santri adalah, secara

kognitif santri dapat mengetahui semua aspek pengajaran yang di

berikan oleh sekolah Islam salaf baik ekstra maupun intra kurikuler

yang meliputi beberapa mata pelajaran. Selain itu santri dapat

mengetahui dan mempraktekan ajaran tersebut dalam prilaku sehari-

hari.102

b. Pendekatan Irsyadi.

Pendekatan irsyadi merupakan pendekatan yang bersifat

spiritual, pendekatan tersebut penekanannya meliputi penekanan

langsung dan penekanan yang tidak langsung. Yang di maksud

dengan penekanan langsung adalah sesuatu yang berkaitan dengan

praktek amalan-amalan dari guru seperti Mujahadah, Istighosah dan

Yasinan.

Sedangkan penekanan yang tidak langsung lebih terfokus

pada aspek afektif dan psikomotorik.

Penekanan langsung ini sudah terjadwal secara teratur dengan

penentuan jadwal dan waktu yang sudah di sesuakan oleh pihak

pesantren.

Acara Mujahadah dan Istighosah para santri membaca

auradan yang dilaksanakan setiap satu minggu satu kali yaitu pada

malam kamis setelah shalat maghrib, acara tersebut di hadiri oleh

semua santri baik santri senior maupun santri yunior. Sedangkan

pembacaan dalam acara tersebut adalah pembacaan ; Basmalah 115,

Shalawat 313, Yahayu yaa kayyum 313 disertai Birahmatika

nastaghits satu kali, dan membaca Yaa fattahu yaa fattahu 115.

selanjutnya membaca surat al Fatihah, al Ihlas, al Falak, al Nas

dilanjutkan dengan bacaan tahlil 100 kali kemudian membaca do’a

dan setelah do’a membaca lafal sebagai berikut :

102 Wawancara, Op.cit.

#الرحمن يبشرنا ان ما بعد الضيق اال الفرج

# صلوات اهللا على املهدي اهلاد الناس اىل النهج

#يارب به وباله x .103 2عجل بالنصروبالفرج

Auradan yang di baca setiap ahad wage adalah Ratibu al-

Atas. Ratibu al Atas merupakan bentuk amalan yang diberikan oleh

habib Ali al Atas dari pekalongan.104 selanjutnya aurad yang dibaca

setelah shalat maghrib adalah Al Qur’an surat Al Ma’un, Al Ihlas, Al

Fatihah, dan Do’a.105 Dan auradan yang di baca setiap setelah shalat

maghrib dan subuh adalah syahadat.106 Dan yang terahir adalah

membaca Al Qur’an surat yasin setiap malam jum’at setelah

maghrib.

Tujuan pendekatan irsyadi adalah untuk membentuk karakter

santri melalui batiniah, karna orang yang suci hatinya akan mudah

untuk menerima Nur atau cahaya dari Allah, dan ia akan mudah

untuk menerima ilmu agama yang diberikan melalui pendekatan

ta’limi, sehingga dengan kerjasama antara pendekatan ta’limi dan

pendekatan irsyadi, masing-masing kedua pendekatan tersebut dapat

membentuk karakter santri yang baik dengan mudah. Dan berbagai

corak kemaksiatan akan mengalami kesulitan, karena kedua

pendekatan tersebut sudah menyatu dalam jiwa santri sama-sama

membentuk karakter.

103 Muzni Husnan, Khoiruman Afwan, Majmu’at al Aurad, ( Ma’had Girikesumo,

1425 H. ), hlm. 1-3. 104 Ibid. hlm. 4. 105 Ibid. hlm. 20-23. 106 Ibid. hlm. 24.

Dampak pendekatan irsyadi terfokus pada dua aspek yaitu

ruhani dan jasmani, dampak pada ruhani terbentuk dalam penyucian,

penyejukan dan penenang hati. Sedangkan dampak pada jasmani

adalah adanya upaya untuk menahan dari perbuatan-perbuatan

kemaksiatan.107

Adapun hikmah pendekatan irsyadi adalah, secara spiritual

santri dapat merasakan ketenagan hati, jiwa dan pikiran, karena

dengan rasa ketenagan yang sudah menyatu dalam jiwa mereka

maka terbentuklah suatu karakter yang baik.108

107 Wawancara dengan Bpk. Muzni Husnan (Kepala Sekolah Islam Salaf ), pada hari selasa 21 Februari 2006, Jam 08.00.

108 Wawancara. Ibid.

BAB IV

ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM

SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO

Semua teori yang telah di gunakan oleh penulis diatas untuk

mengumpulkan data dilapangan, pada akhirnya akan menghasilkan sebuah

analisis dengan tekhnik analisis yang di gunakan oleh penulis yaitu

analisis non statistik dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis

ini akan dibahas melalui dua sub sebagai berikut :

A. Analisis Tujuan Pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf Pondok-

Pesantren Girikesumo

Dalam bab dua telah di sebutkan bahwa tujuan itu merupakan

sasaran yang akan di capai oleh pendidik setelah melewati beberapa proses

pendidikan, padahal setiap pendidikan pasti mempunyai tujuan, oleh

karena itulah tujuan pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondok-

pesantren Girikesumo, merupakan inti dari sebuah proses pendidikan yang

di terapkan oleh pondok-pesantren itu sendiri.

Tujuan pendidikan itu di samping sebagai motifasi juga dapat

berfungsi sebagai tolok ukur sebuah pendidikan, karena tanpa adanya

tujuan yang pasti, pendidikan menjadi tidak jelas, selanjutnya apabila

pendidikan tidak jelas maka tidak akan mendapatkan sasaran yang pasti.

Sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo memiliki empat

tujuan pendidikan yang salah satunya adalah membentuk santri yang ber

akhlak mulia, ini menunjukan bahwa betapa pentingnya pendidikan akhlak

dalam sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo.

Pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondok-

pesantren Girikesumo memang di jadikan sebagai tujuan utama, karena

tujuan tersebut adalah tujuan yang dapat mewarnai pendidikan Islam di

pesantren, sehingga realisasinya paling tidak santri dapat terhindar dari

perbuatan tercela, dan itupun melalui banyak proses termasuk dengan

menggunakan metode dan pendekatan dalam pendidikan akhlak yang

harus di terapkan.

B. Analisis Metode dan pendekatan pendidikan akhlak di Sekolah Islam

Salaf pondok-pesantren Girikesumo.

1. Analisis Metode pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondok-

pesantren Girikesumo.

Secara metodologis enam Metode pendidikan akhlak yang

diterapkan di Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo telah

memberikan banyak perubahan bagi perilaku santri, dengan tingkat

perkembangan pendidikan akhlak yang di terapkan pada santri sekolah

Islam salaf tersebut.

Perjalanan yang di tempuh oleh pesantren dalam pendidikan

akhlak dapat dianalisis oleh penulis pada masing-masing metode

sebagai berikut :

1. Metode Teladan

Metode Teladan yang di terapkan oleh kiai atau ustazh di

sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, lebih di tekankan

pada pembentukan perilaku yang berhubungan dengan keteladanan

terhadap tuhannya, hal ini mengacu pada ketaatan dalam melakukan

ibadah seperti shalat, puasa, dan ibadah yang lain yang melibatkan

hamba dengan tuhannya, dalam metode ini memang sudah menjadi

kewajiban mereka memberikan contoh-contoh yang baik terhadap

para santri agar di tiru, contoh-contoh praktis seperti berpakaian,

berbicara, bergaul dan lain sebagainya yang diberikan kepada santri

merupakan contoh yang sangat sederhana, akan tetapi tanpa

menggunakan contoh-contoh seperti ini proses pendidikan akhlak di

sekolah Islam salaf pondok-pesantren juga belum bisa dianggap

berhasil.

Perilaku yang dapat di jadikan sebagai ukuran keberhasilan

pendidikan akhlak di pondok-pesantren adalah, munculnya etika

anak santri yang sudah sesuai dengan ajaran Islam, artinya apabila

ada perilaku santri yang tidak sesuai dengan ajaran Islam berarti

pendidikan akhlak belum bisa dikatakan berhasil.

Pada umumnya pondok-pesantren yang menggunakan metode

teladan itu mengalami keberhasilan, seperti apa yang telah di katakan

oleh ahli pendidikan dalam bab dua bahwa pendidikan dengan

metode teladan itu paling berhasil, karena anak pada umumnya akan

merasa mudah dalam menerima contoh-contoh keteladanan

dibanding contoh secara lisan.

Penerapan metode teladan dalam pendidikan akhlak itu sangat

efektif, karena mengingat kondisi anak yang sangat kritis terhadap

permasalahan yang dihadapi, sehingga anak tidak akan mudah

menurut dengan perkataan semata, akan tetapi anak lebih cenderung

untuk meniru perbuatan pendidik. Sehingga pendidik yang

berperilaku jelek atau tidak layak untuk di tiru, nasihatnya tidak akan

didengarkan oleh anak.

2. Metode Latihan atau Pembiasaan

Metode latihan atau pembiasaan yang diterapkan pada santri

dapat dikatakan lebih efektif, karena dengan metode tersebut santri

dapat melakukan kebaikan-kebaikan tanpa ada unsur paksaan, artinya

dengan kebiasaan yang dialaminya akan menjadikan kemudahan

secara sepontan. Makanya banyak para peserta didik yang tidak

merasakan beban yang memberatkan dengan penerapan metode

tersebut.

Penerapan metode latihan dan pembiasaan ini sebenarnya

untuk mendukung metode keteladanan, karena tanpa adanya

kebiasaan atau latihan, metode keteladanan akan terasa berat untuk

di terapkan, santri akan menjadi taat kepada Allah dengan mudah apa

bila sudah terbiasa, misalkan melakukan shalat dan puasa yang

merupakan bentuk dari anjuran Islam, hal ini kalau tidak di sertai

dengan latihan dan pembiasaan juga akan terasa berat. Oleh karena

itulah metode latihan dan pembiasaan sangat diperlukan.

Seperti apa yang telah dipaparkan dalam bab dua bahwa

metode pembiasaan lebih efektif diterapkan pada anak-anak kecil,

karena anak kecil itu lebih mudah di bina dengan menggunakan

metode pembiasaan, disamping itu metode tersebut juga akan

meringankan anak, sehingga tanpa terasa anak sudah terbiasa

melakukan perilaku baik tanpa merasakan beban.

Sedangkan di pondok-pesantren terdapat banyak sekali anak

kecil yang masih dalam tahap belajar ilmu agama, akan tetapi tidak

menutup kemungkinan metode tersebut di terapkan pada anak yang

sudah besar, artinya sekalipun metode tersebut diterapkan pada anak

yang sudah besar tidak menyebabkan kendala, karena pada dasarnya

semua orang yang belum pernah mempraktekan sesuatu, apabila

dalam prakteknya melalui pembiasaan tidak akan mengalami beban.

3. Metode Ibrah

Metode ibrah atau mengambil pelajaran, merupakan metode

yang dapat melengkapi proses pendidikan akhlak, karena dengan

metode ibrah anak akan meresapi atau menghayati peristiwa yang

telah menimpa dirinya. Pada umumnya metode ibrah atau mengambil

pelajaran merupakan cara yang sangat efektif, karena metode ibrah

atau mengambil pelajaran dapat menyentuh jiwa dengan mudah,

sehingga dalam proses pembentukan perilaku anak metode ini cukup

mengesankan.

Selain itu dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh

manusia sebenarnya banyak peristiwa-peristiwa yang sangat menarik

dan menyentuh hati, sehingga tidak mudah untuk dilupakan, dengan

sentuhan-sentuhan tersebut maka perilaku manusia sedikit demi

sedikit akan berubah. Dengan peristiwa itu juga manusia akan

memulai belajar untuk merubah dirinya menjadi lebih baik, karena

manusia tersebut sudah mengetahui akibat yang telah menimpanya.

Tanpa mengetahui akibat dari peristiwa yang telah menimpanya

manusia tidak akan mengetahui, sehingga perubahan perilaku belum

bisa terlaksana. Oleh karena itulah betapa pentingnya penerapan

metode ibrah.

Perlu dicermati bahwa peristiwa itu sangat membekas pada

perasaan anak, sehinga dengan peristiwa tersebut akan menyebabkan

trauma yang tidak dapat terlupakan bagi anak, berdasarkan

pengalaman yang dialami oleh anak tersebut maka, perasaan mereka

akan menjadi luluh, ini merupakan akibat dari peristiwa yang mereka

alami.

4. Metode Nasihat

Metode nasihat yang cenderung memberikan ungkapan yang

bersifat memotifasi agar santri dapat berperilaku lebih baik, tentunya

ini akan menjadi bahan renungan bagi para santri untuk

meninggalkan perilaku yang tidak terpuji, maka dari itulah metode

nasihat sangat di perlukan untuk membentuk perilaku santri, karena

tanpa metode nasihat anak akan merasa selalu dalam posisi benar,

sehingga sekalipun mereka berperilaku salah akan mengalami

kesulitan, metode ibrah memang perlu tetapi kalau tidak didukung

dengan metode nasihat anak menjadi tidak terarah, karena fungsi

metode nasihat bukan hanya sekedar menenangkan akan tetapi juga

mengarahkan. Berdasarkan arahan-arahan inilah maka fungsi metode

nasihat dapat di ketahui.

Metode nasihat yang diterapkan pada santri sekolah Islam

salaf pondok-pesantren Girikesumo sudah dapat di terapkan dengan

baik, hal itu dapat di buktikan dengan praktek yang sudah biasa

dilakukan oleh kiai pada saat menasehati para santrinya.

Cara dalam menasehati anak yang di gunakan hendaknya anak

diarahkan pada upaya pembentukan keimanan, menanamkan nilai-

nilai moral, dan spiritual, karena nasihat dapat membukakan mata

hati anak, dengan cara inilah maka anak akan sadar terhadap

perbuatannya.

5. Metode Targhib wa Ta’zhib

Bujukan apabila tidak disertai dengan janji-janji yang dapat

diharapkan oleh santri tidak akan menarik mereka untuk melakukan

kebaikan, oleh karena itulah kenapa janji itu di perlukan, karena janji

bisa dijadikan sebagai alasan agar santri dapat tertarik.

Selanjutnya ancaman yang disertai hukuman bagi santri

memang sudah lazim dilakukan di berbagai pesantren, tetapi pondok-

pesantren Girikesumo mempunyai ciri tersendiri, selain itu dengan

metode tersebut setidaknya santri dapat berfikir terlebih dahulu

untuk mengulangi kesalahanya,

6. Metode Kedisiplinan

Kedisiplinan bagi santri itu sangat di perlukan karena dengan

kedisiplinan tersebut akan melatih anak agar dapat mengatur

waktunya dengan baik, tanpa kedisiplinan anak tidak akan

mendapatkan apa-apa, disisi lain belajar kedisiplinan juga dapat

membentuk karakter santri yang bertanggung jawab.

Metode kedisiplinan juga dapat dijadikan sebagai pendorong

program sekolah Islam salaf, karena dengan metode kedisiplinan

santri juga akan menjadi terbiasa memanfaatkan waktuanya dengan

baik, termasuk kegiatan belajar mengajar di pondok-pesantren

Girikesumo apabila tidak dibarengi dengan kedisiplinan juga tidak

akan menghasilkan apa-apa.

Munculnya kedisiplinan di sekolah Islam salaf pondok-

pesantren itu akan merubah tatanan menjadi lebih baik, karena semua

aktifitas akan tertata rapi sehingga akan terasa teratur, padahal kalau

semua program sudah tertata rapi dan teratur keberhasilan

pendidikan akan dapat tercapai dengan sempurna.

Pada umumnya santri dapat menerima pendidikan akhlak

dengan mudah, karena metode yang di berikan oleh pesantren

memang tidak memberatkan bagi para santri, misalkan dengan

Metode keteladanan untuk melatih santri dengan memberi beberapa

contoh agar supaya ditiru, pendidikan akhlak dengan metodenya

yang di jadikan sasaran utama untuk merubah perilaku santri di

pesantren, akan menambah kesempurnaan di bidang spiritual.

Santri yang pada umumnya mendapatkan pengawasan penuh

dari pihak lembaga, secara psikologis mereka akan terlatih dan

terbiasa berperilaku baik tanpa mengalami proses kesulitan. Dan

melalui pembiasaan ini mereka tidak mudah untuk terbawa oleh arus

di luar lingkungan pesantren, karena secara geografis pesantren lebih

tertutup dan upaya pengawasan kiai terhadap santri juga lebih ketat

dibanding lembaga non pesantren.

Sosialisasi metode pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo secara garis besar tidak mengalami

kesulitan, hanya saja ketika metode tersebut di terapkan pada santri

baru yang belum kenal lingkungan pondok-pesantren akan

mengejutkan bagi mereka, ini terjadi karena mereka belum terbiasa

dan secara psikologis mereka belum siap untuk menerima metode

tersebut secara keseluruhan. Tetapi ini hanya bersifat sementara dan

permasalahannya karena mereka belum terbiasa saja, sehingga

wajarlah kalau metode ini agak memberatkan mereka ( santri baru ).

Secara umum santri yang sedang menempuh pendidikan di

sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo dapat bergaul

dengan temannya secara baik, terutama pada saat mereka sedang

bertatap muka pada saat-saat tertentu, cara pembicaraan mereka

dengan temannya juga baik, dan cara berpakaian yang mereka

kenakan juga sesuai dengan norma agama.

Penerapan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf

berupaya untuk meningkatkan santri dalam berbicara, berpakaian,

bergaul dan berperilaku secara baik. Upaya tersebut di awali dengan

kepedulian kiai atau ustazh yang telah mencurahkan seluruh

kemampuannya untuk lebih memperhatikan perilaku santri terutama

dalam pergaulan mereka yang cenderung di jadikan sorotan bagi

masyarakat kelak setelah pulang kekampung halamannya masing-

masing. Hal ini menjadi perhatian fokus karena selain itu pendidikan

akhlak juga merupakan bagian dari pendidikan Islam.

Enam metode tersebut diatas merupakan metode yang sangat

sederhana, karena metode-metode tersebut dalam penerapannya

sangat mudah untuk di terima oleh para santri, maka jangan heran

apabila di pondok-pesantren Girikesumo dengan metode pendidikan

akhlaknya yang khas tersebut dapat membentuk karakter santri yang

bertanggung jawab dan dapat di jadikan sebagai suri toladan yang

baik bagi masyarakat, artinya bahwa setelah pondok-pesantren

menerapkan metode tersebut pondok-pesantren dalam pendidikan

akhlaknya mengalami keberhasilan.

2. Analisis Pendekatan pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondok-

pesantren Girikesumo.

Berdasarkan data yang telah penulis paparkan dalam bab tiga

dapat penulis gambarkan bahwa, pendekatan ta’limi secara materil

dapat di fungsikan sebagai alat untuk menunjukan anak secara teoritis,

karena di dalamnya terkandung beberapa ajaran Islam dan termasuk

didalamnya cara-cara bergaul secara Islami yang harus dilakukan oleh

seorang santri.

Pendekatan ta’limi dapat berfungsi sebagai arahan bagi santri

secara zhahiriah, karena penekananya pada aspek kognitif, dimana anak

harus menguasai bidang materi. Dan ini akan mengalami kemudahan

dalam merealisasikan pendidikan akhlak karena lingkup pesantren lebih

tertutup, hal ini bila di bandingkan dengan lingkungan non pesantren,

yang cenderung tidak berhasil dalam pendidikan akhlak.

Berarti keberhasilan pendekatan ta’limi juga didukung dengan

sarana yang memadai serta dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan

yang akan terjadi, misalkan merosotnya akhlak santri setelah ada

pembekalan secara materi, dan contoh tersebut ada kemungkinan terjadi

apabila tidak di barengi dengan upaya pengontrolan terhadap santri.

Pendekatan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf

pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma Mranggen Demak,

merupakan pendekatan yang sangat efektif bagi santri karena

pendekatan tersebut nampaknya lebih memberikan solusi yang tepat,

terutama dalam pendekatan irsyadi yang telah di tekankan pada santri.

Pendekatan irsyadi dapat dijadikan sebagai pendekatan yang

dapat membantu proses pendekatan ta’limi melalui sepiritual, karena

hanya dengan menggunakan pendekatan ta’limi pada kenyataannya

belum bisa mencukupi, sehingga perlu adanya pendekatan lain yang

harus di terapkan yaitu pendekatan irsyadi sebagai pendekatan yang

dapat membantu melalui spiritual.

Secara spiritual pendekatan irsyadi sebenarnya lebih mudah di

terapkan, karena pendekatan tersebut lebih terfokus pada aspek rahani,

berbeda dengan pendekatan ta’limi yang penekanannya lebih bersifat

zhahiri dalam arti materi, sering anak tidak menghiraukan perilakunya

yang sudah melenceng dari norma agama, sekalipun secara materil anak

sudah terbekali dengan ilmu agama, itukan semata-mata karena

pendekatan spiritualnya tidak ada sehingga anak akan melakukan sesuai

dengan lingkungan dan model yang ia kehendaki, tanpa menghiraukan

apakah itu melanggar tatanan Islam atau tidak. Oleh karena itulah

betapa pentingnya pendekatan irsyadi yang penekanannya lebih bersifat

spiritual.

Oleh karena itulah pendekatan pendidikan akhlak yang di

terapkan pada santri mengacu pada pendekatan pendidikan akhlak

sufiah, hal itu dapat diidentifikasi dengan pendekatan irsyadi yang

menekankan pada amalan-amalan dari guru dengan bentuk mujahadah,

dan istighosah.

Pendekatan tersebut merupakan pendekatan yang dijadikan

sebagai ciri khas pondok-pesantren Girikesumo. penulis dapat

mengatakan sebagai pendekatan yang sudah menjadi khas di pondok-

pesantren Girikesumo, karena pendekatan tersebut tidak di temui di

pondok-pesantren lain selain Girikesumo. Sehingga dengan pendekatan

tersebut yang cendrung pada kesufian menjadikan sangat menarik,

karena dengan keberhasilannya yang sudah di peroleh cukup

memuaskan. dalam pendekatan tersebut nampaknya tidak mengalami

kendala karena pendekatan tesbut merupakan isi dari bentuk amalan-

amalan dari guru yang cukup ringan dan praktis untuk dilakukan oleh

para santri.

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis menguraikan seluruh uraian isi skripsi yang membahas

tentang pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo secara deskriptif, maka akhirnya penulis ingin menyimpulkan serta

memberikan saran-saran seperlunya yang dirangkai dengan kata penutup akhir

penulisan skripsi ini.

I. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan dan membahas skripsi ini, maka kiranya

dapat diambil kesimpulan dari seluruh isi yang terkandung didalamnya

sebagai berikut :

Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh peneliti berkaitan dengan

tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh sekolah Islam salaf pondok-

pesantren Girikesumo, maka dapat disimpulkan ada tiga tujuan pendidikan

akhlak pada santri sekolah Islam salaf yaitu ; a) Santri dapat bersikap sopan

santun, b) Santri dapat menghargai dan menghormati dengan orang lain, c)

Berperilaku, berbicara, dan berpakaian dengan sopan.

Kemudian mengenai metode pendidikan akhlak yang di terapkan

dapat di simpulkan ada enam metode pendidikan akhlak yang diterapkan di

Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo yakni ; Pertama ; Metode

keteladanan, yaitu dengan memberi contoh-contoh terhadap santri, oleh sang

kiai atau ustadz dan paling tidak orang yang lebih besar dari para santri.

Kedua ; Metode latihan dan pembiasaan, yaitu mendidik dengan cara

memberikan latihan-latihan terhadap santri, agar santri terbiasa untuk

melakukan kebaikan. Ketiga ; Metode Ibrah ( Mengambil pelajaran ), yaitu

mengambil pelajaran dari peristiwa, artinya santri setelah mengalami

peristiwa-peristiwa yang belum atau pernah ia jumpai agar diambil

hikmahnya. Keempat ; Metode Mauizhah ( Nasihat ) yang pada penerapannya

meliputi ; a) Uraian yang mencakup kebaikan dan kejelekan. b) Motivasi agar

santri dapat melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. c) Peringatan

tentang bahaya yang akan muncul bagi orang yang melakukan kejelekan

(dosa).

Selanjutnya adalah metode yang Kelima yaitu Metode Targhib wa

Tahzhib ; yaitu memberikan janji-janji yang disertai bujukan agar santri

tertarik untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. serta ancaman

untuk menakut-nakuti anak santri yang berbuat tidak benar. dan yang terkhir

adalah Metode Kedisiplinan yaitu upaya untuk melatih santri agar dapat

memanfaatkan waktunya dengan baik.

Kemudian mengenai pendekatan, berdasarkan data yang sudah

berhasil dikumpulkan oleh penulis maka, dapat disimpulkan ada dua

pendekatan yang digunakan dalam penerapan pendidikan akhlak pada santri

sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo yaitu : a) Pendekatan

Ta’limi yaitu sebagai pendekatan yang bersifat teoritis, yang mana

pendekatan tersebut lebih ditekankan pada aspek kognitif. Pendekatan ta’limi

di pondok-pesantren Girikesumo itu berhubungan dengan pengajaran yang

meliputi kurikuler dan ekstra kurikuler. kurikuler meliputi pengajian kitab-

kitab klasik dengan menggunakan metode bandongan dan sorogan,

muzhakarah, dan tahfizd al Qur’an. b) Pendekatan Irsyadi ; yaitu lebih

bersifat spiritual, pendekatan tersebut ditekankan pada penekanan langsung

dan penekanan yang tidak langsung, penekanan langsung berupa praktek

amalan-amalan dari guru seperti Mujahadah, Istighosah dan Yasinan.

Sedangkan penekanan yang tidak langsung lebih terfokus pada aspek afektif

dan psikomotorik. Termasuk realisasi dari pendekatan ta’limi.

II. Saran-saran

1. Kepada semua santri yang ada di Girikusuma agar terus meningkatkan

belajarnya, agar dapat menghadapi tantangan zaman, dapat

menyelesaikan problematika yang dihadapi oleh masyarakat dan

tetaplah jadi santri yang beraklak mulia, dan hormatilah orang lain,

karena penghormatan akan didapat setelah menghormati Allah sebagai

sang pencipta, orang lain sebagai sesama makhluk dan menghormati

diri sendiri yaitu dengan menjaga jasmani dan rohani.

2. Kepada semua jajaran pengurus sekolah Islam salaf pondok-pesantren

Girikesumo agar tetap semangat dalam pengabdiannya pada agama,

karena eksistensi Islam itu harus selalu didukung dengan disebar

luaskannya ajaran tersebut.

3. Kepada masarakat, ingatlah bahwa anak merupakan titipan tuhan, maka

ajarilah mereka dengan akhlak yang mulia, agar pada akhirnya akan

mengangkat derajat orang tua.

4. Kepada seluruh elemen bangsa, ingatlah bahwa tinggi rendahnya

derajat bangsa tergantung pada baik dan buruknya akhlak mereka, jika

akhlak mereka baik maka derajat negara akan menjadi tinggi, dan

sebaliknya bila akhlak mereka jelek maka negara akan menjadi rendah

derajatnya.

III. Penutup

Dengan curahan rasa syukur Alhamdulillahi Rabil ‘Alamin, penulis

haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini.

Dengan menyadari kekurangan, kelemahan, serta kesederhanaan

skripsi ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari

semua pihak demi kesempurnaan dan kelengkapan penulisan selanjutnya,

karena ini merupakan batas kemampuan yang dimiliki oleh penulis sebagai

seorang biasa yang penuh dengan kekurangan.

Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan perbaikan

konstruktif khususnya bagi lembaga yang bersangkutan atau bagi

pengembangan keilmuan dan harapan penulis mudah-mudahan dapat

bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis secara pribadi.

Akhirnya, kepada Allahlah penulis memohon ampunan dan bimbingan

dari segala kesalahan dan kekhilafan dari penulisan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalil Manan, ed., Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, Bandung : Pustaka Setia, 1999.

Abrasyi Al M. Athiyah, Prisip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Bandung :

Pustaka Setia, 2003. ---------------, Ruh Al-Tarbiyah wa Al-Ta’lim, Mesir : Isa Al-Ababil Al Halal wa

Syirkah, 1950.

Abdurrahman Jalaludin, Jami’ As-Shoghir, Juz I, Indo. Tth. : Dar Al-Ihya.

Ali Lukman, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994.

Amin Akhmad, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta : Bulan Bintang, 1975.

AR Zahrudin, dan Sinaga Hasanudin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : Raja

Ngrafindo Persada, 2004. Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : PT.

Intermasa, 2002. Arifin H.M., Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta : Bumi

Aksara, 1995.

Arifin M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

Bina Aksara, 1987. Azar Basir Ahmad, dkk, Pendidikan Agama Islam Yogyakarta, Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Islam Indobesia, 1995. Azizi, Qodri A., Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Social, Semarang :

Aneka Ilmu, 2003. Azra Azumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Kompas Media

Nusantara, 2002.

Burhanudin Tamyiz, Akhlak Pesantren, Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001.

Dasuki Hafizh, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, Bandung : Lubuk

Agung,1989. Djatnika Rahmat, System Etika Islam, (Akhlak Mulia), Jakarta : Pustaka Panjimas,

1996. Dofier Zamahsari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta : LP3S, 1982. Gholayani Al Mustafa, Izhotunnasyiin, Berut : Pustaka Al Asriyah, 1953.

Ghozali Al Imam , Ihya Ulumidin, ttp., Darul Kutub al Islami, tt.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : LkiS, 1995.

Husnan Muzni, Afwan Khoiruman, GBPP Sekolah Islam Salaf Th.1423 H.

----------------, Majmu’at al Aurad, ( Ma’had Girikesumo,

Husnan Muzni, dkk., Panduan Pondok-pesantren Girikesumo.

-----------------, LPJ Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren GirikesumoTh 1427H. ----------------, Selayang pandang Sekolah Islam Salaf, Pondok-pesantren

Girikesumo.

Ikhsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Riset Social, Bandung : Mandar

Maju,1990. Kholik Abdul, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Jogjakarta : Pustaka Pelajar,

1999. Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka Al Husna,

1992.

Majid Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Paramadina : cet. I, 1997.

McDonald Frederick J, Educational Psychology, San Fransisco : Wadsworth Publishing Company, 1959. Mukhtarom Zaini , Islam di Jawa Dalam Perspektif Santri dan Abangan, Jakarta :

Salemba Diniah, 2002. Nata Abudin, Pemikiran para Tokoh Pemikiran Pendidikan Islam, Jogjakrta :

Raja Grafindo Persada, 2001.

Noer Aly Hery , Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1999.

------------------, Watak Pendidikan Islam, Jakarta : Friska Agung Insani, 2003.

Poerbakawatja Soegarda, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung

Agung, 1982. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1985.

Quthb Muhamad, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, Bandung : Al

Ma’arif, 1993. Rahim Husni, Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : Logos Wacana

Ilmu, 2001. Rozak Nasarudin, Dinul Islam, Bandung : Al Ma’arif, 1973.

Rusli Nasrun, Aqidah Akhlak I, Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1993.

SM Ismail, dkk., eds., Dinamika Pesantren Dan Madrasah, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar Offset, 2002. Suryabrata Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1998. Suyuti As Jalaludin, Sunan Nasa’i Jilid III, Bairut Libanon : Darul Ma’arif,

1991. Tafsir A., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Rosda Karya,

1994. Thoha HM Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 1996.

Umar Barmami, Materia Akhlak, Solo : Ramadani, 1995.

Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), Jakarta: Sinar Baru

Grafika, 2003.

Ya’qub Hamzah, Etika Islam, Bandung : Diponegoro, 1993.

Zarkasyi Ahmad Fathullah, Pondok-pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan

Dakwah dalam Adi Sasono. et. al. Solusi Islam Atas Problematika Umat ( Ekonomi Pendidikan dan Dakwah ), Jakarta : Gema Risalah Press, 1998

Ziemek Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Social, Jakarta : Temprint, 1986.

Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Rhamadani, 1993.