STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR...

73
i STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TAHUN 2002 TENTANG WAKAF UANG SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM HUKUM ISLAM Oleh: LATIF ALI ROMADHONI 11380030 PEMBIMBING: ZUSIANA ELLY TRIANTINI, SHI., M.SI. 19820314 200912 2 003 JURUSAN MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

Transcript of STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR...

Page 1: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

i

STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

TAHUN 2002 TENTANG WAKAF UANG

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM HUKUM ISLAM

Oleh:

LATIF ALI ROMADHONI

11380030

PEMBIMBING:

ZUSIANA ELLY TRIANTINI, SHI., M.SI.

19820314 200912 2 003

JURUSAN MUAMALAT

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

ii

ABSTRAK

Wakaf uang merupakan wacana baru dalam perwakafan di Indonesia.

Perkembangan wakaf uang di Indonesia tergolong lamban. Namun demikian

untuk mendorong perwakafan uang di Indonesia telah dikeluarkan Fatwa

Majelis Ulama Indonesia tentang wakaf uang di tahun 2002. Fatwa MUI

tentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat,

dimana masyarakat maju menginginkan bentuk baru wakaf yang sesuai dengan

kondisi kekinian, akan tetapi keinginan tersebut tidak didukung oleh legalitas

formal perundang-undangan yang ada.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan ( library

research), yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah data yang

diperoleh dari sumber kepustakaan seperti: buku-buku, makalah, artikel dan

lain sebagainya yang relevan dengan tema kajian. Pendekatan penelitian yang

digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan normatif, yaitu penyusun

mencoba mendekati permasalahan yang ada berdasarkan norma-norma hukum

yang berlaku, kemudian dianalisis sesuai dengan kerangka teori yang

digunakan. Sifat Penelitian ini adalah deskriptip-analitik, yaitu meggambarkan

dan menguraikan istinbāṭ hukum yang digunakan fatwa MUI tentang wakaf

uang.

Setelah dilakukan penelitian, menunjukan bahwa hukum wakaf uang

setelah ditinjau dari berbagai aspek, maka wakaf uang hukumnya boleh

(jawaz). Hal ini didasarkan kepada subtansi ajaran wakaf yang tidak semata-

mata terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tetapi yang jauh lebih

penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut. Selain itu, Bila dianalisa dari

maksud dan tujuan wakaf, salah satunya adalah agar harta yang diwakafkan

bermanfaat bagi kepentingan orang banyak secara terus menerus, sehingga

pahalanya mengalir secara terus menerus pula. Berdasar hal tersebut, maka

wakaf uang memiliki unsur manfaat. Hanya saja, manfaat uang baru akan

terwujud bersamaan dengan lenyapnya zat uang secara fisik. Meski secara

fisik zatnya lenyap, tetapi nilai uang yang diwakafkan tetap terpelihara

kekekalannya.

Metodologi istinbāṭ hukum yang digunakan Komisi Fatwa Majelis

Ulama Indonesia dalam pengambilan keputusan fatwa didasarkan pada al-

Qur‟an, sunnah, ijma’ dan qiyās. Sebelum fatwa ditetapkan, ditinjau terlebih

dahulu secara seksama pendapat para imam mazhab tentang masalah yang

difatwakan tersebut berikut dalil-dalilnya. Akan tetapi Komisi Fatwa Majelis

Ulama Indonesia tidak konsisten dalam menerapkan metode istinbāṭ hukum

tersebut. Hal ini terlihat pada fatwa wakaf uang tidak dicantumkannya qiyās

dan kaidah-kaidah us}ūl fiqh sebagai pertimbangan penetapan hukum.

Page 3: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat
Page 4: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat
Page 5: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat
Page 6: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan

05936/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا

Ba‟ B Be ب

Ta‟ T Te ت

Ṡa‟ Ṡ es (dengan titik di atas) ث

Jim J Je ج

Ḥa‟ Ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

Kha‟ Kh ka dan ha خ

Dal D De د

Żal Ż zet (dengan titik di atas) ذ

Ra‟ R Er ر

Za‟ Z Zet ز

Page 7: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

vii

Sin S Es س

Syin Sy es dan ye ش

Ṣad Ṣ es (dengan titik di bawah) ص

Ḍad Ḍ de (dengan titik di bawah) ض

Ṭa‟ Ṭ te (dengan titik di bawah) ط

Ẓa‟ Ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain „ koma terbalik di atas„ ع

Gain G Ge غ

Fa‟ F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L „El ل

Mim M Em م

Nun N „En ن

Waw W W و

Ha‟ H Ha ه

Hamzah „ Apostrof ء

Page 8: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

viii

Ya‟ Y Ye ي

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis muta’addidah متعددة

Ditulis ‘iddah عدة

C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

a. Bila dimatikan/sukunkan ditulis “h”

Ditulis Ḥikmah حكمة

Ditulis Jizyah جزية

b. Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis h

’Ditulis Karāmah al-auliyā كرامة الولياء

c. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat fathah, kasrah, dan

dammah ditulis t

Ditulis Zakāh al-fiţri زكاةالفطر

D. Vokal Pendek

--- --- Fathah Ditulis A

Page 9: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

ix

--- --- Kasrah Ditulis I

--- --- Dammah Ditulis U

E. Vokal Panjang

1 Fathah diikuti Alif Tak berharkat جاهلية Ditulis Jāhiliyyah

2 Fathah diikuti Ya‟ Sukun (Alif

layyinah) Ditulis Tansā تنسى

3 Kasrah diikuti Ya‟ Sukun كرمي Ditulis Karīm

4 Dammah diikuti Wawu Sukun فروض Ditulis Furūḍ

F. Vokal Rangkap

1 Fathah diikuti Ya‟ Mati Ditulis Ai

Ditulis Bainakum بينكم

2 Fathah diikuti Wawu Mati Ditulis Au

Ditulis Qaul قول 3

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan

Apostrof

Ditulis a’antum اانتم

Ditulis ‘u’iddat أعدت

Ditulis la’in syakartum لئن شكرمت

Page 10: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

x

H. Kata Sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qomariyah

Ditulis al-Qur’ān القران

سالقيا Ditulis al-Qiyās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf „l’ (el) nya.

’Ditulis as-Samā السماء

Ditulis asy-Syams الشمس

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis Żawī al-furūḍ ذوي الفروض

Ditulis Ahl as-Sunnah اهل السنة

Page 11: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xi

MOTTO

في اتعثو الو أشياءهم الناس واتبخس الو ينمفسد ضاألر

“Dan janganlah kamu merugikan manusia

pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan”

(Qs. Asy syu’ArAA’ [26] : 183)

Page 12: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ilahi rabbi

Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu

mendoakan kesuksesanku

untuk seorang yang senantiasa memberi

semangat dan pelipurku

para sahabat seperjuangan dalam menuntut

ilmu

Dan untuk almamter UIN sunana kalijaga

kebanggaanku

Page 13: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xiii

KATA PENGANTAR

بسن هللا الرحوي الرحين

ب العالويي و الصالة والسالم على أشرف األبياء والورسليي وعلى آله الحودهلل ر

له و أشهد أى هحود حده ال شر يكأشهد أى ال آله إال ا هلل وو أصحابه أجوعيي.

عبده ورسىله

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmah, hidayah dan inayah-Nya sehingga atas ridho-Nya penyusun dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Studi Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah

atas baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman

kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.

Penyusun menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Studi Analisis

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang” ini jauh

dari kata sempurna. Harapan penyusun semoga skripsi ini memiliki nilai

manfaat bagi yang membaca. Ucapan terima kasih juga penyusun haturkan

kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan

skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, secara materil maupun

moril. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Musa Asy‟arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D. selaku Dekan

Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Abdul Mujib, S.Ag, M.Ag. selaku Ketua Prodi Muamalat.

Page 14: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xiv

4. Ibu Zusiana Elly Triantini, S.H.I., M.Si. selaku dosen pembimbing

dalam penyusunan skripsi ini yang selalu memberikan masukan yang

selalu membuat penyusun lebih komprehensif terhadap keilmuan

yang dipelajari.

5. Bapak Dr. Moh. Tomtowi, M.Ag. selaku penguji skripsi dan

pembimbing skripsi pasca sidang munaqosyah yang selalu

memberikan masukan yang selalu membuat penyusun lebih

komprehensif terhadap keilmuan yang dipelajari.

6. Ayahanda H. M. Masruri (alm.) dan Ibunda Ny. Salamah yang

senantiasa memberikan doa‟, nasihat, semangat, motivasi, dan semua

pengorbanannya tanpa mengenal kata lelah untuk senantiasa

memberikan yang terbaik bagi kami, putra-putrinya.

7. Sahabat-sahabatku Bro Rahman, Kang Suryanto, Mbah Abror dan si

Kuntet Fahrurozi. Terimakasih atas do‟a dan dukungannya. Do‟aku

untuk kalian semoga kalian segera mendapat pasangan hidup &

jangan lama-lama jomblo. Sukses selalu untuk masa depan kalian.

Amin.

8. Seorang sahabat yang jauh di sana, Mas Aden. Terimakasih atas do‟a

dan dukungannya & semoga persahabatan kita akan selalu terjaga.

9. Teman-teman Abu Nawas Krapyak, khususnya untuk Bro Raul,

Hakim, Kakak Opal dan Dul Robin. Terimakasih atas do‟a dan

dukungannya.

Page 15: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xv

10. Teman-teman Muamalat angkatan 2011 (MUTAN 2011), dan temen-

temen yang lain yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu,

yang telah menjadi keluarga penysusun selama di Yogyakarta.

Semoga persahabatan kita akan selalu terjaga.

Semoga semua yang telah mereka berikan kepada penyusun dapat

menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang bermanfaat dari Allah

SWT. Akhir kata, penyusun hanya berharap, semoga skripsi ini dapat

memberikan kemanfaatan bagi penyusun dan kepada seluruh pembaca.

Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Yogyakarta, 3 November 2014 M

10 Muharram 1436 H

Penyusun,

Latif Ali Romadhoni

NIM. 11380030

Page 16: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................................ ii

HALAMAN SURAT PERYATAAN KEASLIAN ................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. v

HALAMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN ..................................................... vi

HALAMAN MOTO ................................................................................................. xi

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. xii

KATA PENGATAR ................................................................................................. xiii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pokok Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 7

D. Telaah Pustaka .................................................................................. 7

E. Kerangka Teori.................................................................................. 10

F. Metode Penelitian.............................................................................. 15

G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 17

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF UANG DAN FATWA .. 19

A. Pengertian Wakaf Uang ................................................................... 19

1. Pengertian Wakaf Secara Umum ................................................ 19

Page 17: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xvii

2. Pengertian Wakaf Uang ............................................................. 22

B. Dasar Hukum Wakaf ........................................................................ 24

C. Rukun dan Syarat Wakaf Uang ........................................................ 31

D. Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang .................................................... 32

E. Pandangan Ulama Mazhab Terhadap Wakaf Uang ......................... 34

1. Pendapat yang Membolehkan Wakaf Uang ............................... 34

2. Pendapat yang Melarang Wakaf Uang ....................................... 36

F. Pengertian dan Syarat-syarat Fatwa .................................................. 39

1. Pengertian Fatwa ......................................................................... 39

2. Syarat-syarat Mufti...................................................................... 41

BAB III FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG WAKAF

UANG ..................................................................................................... 43

A. Sejarah Majelis Ulama Indonesia...................................................... 43

B. Peran dan Fungsi Majelis Ulama Indonesia ...................................... 49

C. Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa Majelis Ulama

Indonesia ........................................................................................... 51

D. Metode Istinbat Hukum Majelis Ulama Indonesia .......................... 54

E. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang .................. 57

BAB IV ANALISIS TERHADAP FATWA MAJELIS ULAMA

INDONESIA TENTANG WAKAF UANG ........................................ 62

A. Analisis Terhadap Hukum Wakaf Uang Menurut Syari„ah Islam ... 62

Page 18: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

xviii

B. Analisis Istinbat Hukum yang Digunakan MUI dalam Menetapkan

Hukum Wakaf Uang ....................................................................... 66

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 75

A. Kesimpulan ....................................................................................... 75

B. Saran-saran ........................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... I

Lampiran 1 : Daftar Terjemahan ................................................................................ I

Lampiran 2 : Fatwa MUI Tahun 2002 Tentang Wakaf Uang ................................... IV

Lampiran 3 : Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf......................... X

Lampiran 4 : Curriculum Vitae .................................................................................. XI

Page 19: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf merupakan salah satu tuntutan ajaran Islam yang menyangkut

kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima’iyah (ibadah sosial).1 Wakaf

adalah salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan

oleh kaum muslimin, karena wakaf itu akan selalu mengalirkan pahala bagi

muwakif walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Hal ini

sebagaimana diyatakan dalam sebuah hadis yang sangat terkenal dikalangan kaum

muslimin riwayat Imam Muslim.2

: ارا مبد اثه لبق ى ى هللا ع س ن رسل هللاأ ثى ررح رضى هللا عىأعه

ذعل ىبلح أع ىزفع ث ا لذ عم اال مه ثالس ىذقخ جبرخ عطادم اوق

3)راي مس (

Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memerankan peran yang sangat

penting dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan

kebudayaan masyarakat Islam. Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa

Rasulullah SAW. Wakaf disyariatkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah

pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang dikalangan

1 Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan (Yogyakarta: Pilar Indonesia,

2004), hlm. 1.

2 Juhaya S. Praja, Pengantar Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya (Bandung: Yayasan Piara, 1995), hlm. 9.

3 Imam Muslim, Sahih Muslim Kitab Wasiyat Bab Wusul al-Sawabi al-Ṣadaqati (Beirut:

Dār al-Fikr, 1972), jilid XI, hlm. 84, riwayat Muslim dari Abu Hurairah.

1

Page 20: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

2

fuqaha’ tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut

sebagian pendapat (kaum anshar), mengatakan bahwa yang pertama kali

melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW. Beliau Rasulullah SAW

mewakafkan tanahnya untuk dibangun sebuah masjid.4 Sedangkan menurut

pendapat yang ke dua (kaum muhajirin), mengatakan bahwa yang pertama kali

melaksanakan syariat wakaf adalah Umar bin Khatab. Pendapat ini berdasarkan

hadis yang di riwayatkan Ibnu Umar ra.

أىبة عمر أرضب ثخجر فأرى الىج ى ى ل بر رضى هللا عىمب قعه اثه عم

ل أرضب ثخجر رسل هللا اوى أىجذ هللا ع س سزأمري فب فقبل ب

أىت مبال قط أوفس عىذي مى فمب رأمر ث, فقبل ل رسل هللا ى ى هللا ع

ال جبع ر أوفزصذق ثبعم قبل س إن سئذ حجسذ أى ب رصذقذ ثب

فى الفقراء فى القرثى فى الرقبة قبل رصذق ثب ال ت ال رس

مىب أن أكل مه لب سجل هللا اثه السجل الضف ال جىبح ع ى فى

ل 5ثبلمعرف طع غر مزم

Sedangkan di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh

umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Setelah Islam datang,

perwakafan di Indonesia lebih menunjukan eksistensinya. Praktek perwakafan

4Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006),

hlm. 4.

5 Pembahasan wakaf dalam shahih Muslim terdapat dalam kitab wasiat bab al-Waqf,

hadis 1632-1633 (Muslim: Juz 3, hlm. 1255), dalam Jāmi’ at-Turmuzi pembahasan wakaf ini

terdapat dalam kitab Ahkām bab al-Waqf, hadis ke 1431-1432 (Turmuzi: Juz 5, hlm. 389) dan

dalam Sunan Abu Dawud dalam kitab al-Waṣāya hadis 2882 (Sunan Abu Dawud, Juz 8, hlm. 459-

461)

Page 21: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

3

ini telah diatur oleh hukum adat yang sifatnya tidak tertulis, dengan

berlandaskan ajaran yang bersumber pada nilai-nilai Islam.6

Dalam Islam, wakaf tidak terbatas pada tempat-tempat ibadah saja,

tetapi diperbolehkannya dalam semua macam ṣhadaqah. Semua ṣhadaqah

pada kaum fakir dan orang-orang yang membutuhkannya.7 Perwakafan yang

dipraktekan di Indonesia selama ini hanya dalam bentuk tanah, tidak dalam

bentuk lain (benda bergerak) dan masih terfokus pada pembangunan fisik

tempat ibadah, padahal wakaf itu sangat efektif untuk menignkatkan

kesejahteraan umat dengan cara pemberdayaan dan pengelolaan secara

produktif.

Di antara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan

adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan

dengan wakaf tunai, namun kalau melihat objek wakafnya yaitu uang, lebih

tepat kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang. Wakaf tunai adalah

wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan

hukum dalam bentuk uang tunai. Hukum wakaf tunai telah menjadi perhatian

para fuqaha’ (juris Islam).8

Wakaf tunai (cash waqf) pertama kali dipakai pada masa Utsman di

Mesir, di akhir abad ke-16 (1555-1823 M). Pada era Utsmani di Mesir,

6 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia (Jakarta:

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2004), hlm. 12.

7 Ahmad Rofik, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.

438.

8 Kementrian Agama RI, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan Pemberdayaan Wakaf, 2013), hlm. 1.

Page 22: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

4

berkembang pemakaian fiqih Hanafi dalam menjalankan aktivitas binis dan

sosialnya. Imam Muhammad asy-Syaibani menjelaskan bahwa sekalipun tidak

ada dukungan hadis yang kuat, penggunaan harta bergerak sebagai wakaf

dibolehkan, jika memang hal itu sudah menjadi kebiasaan umum pada daerah

tertentu.9

Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf tunai. Imam

Bukhari (w. 2526 H) mengungkapkan bahwa Iman az-Zuhri (w. 124 H)

berpendapat dinar dan dirham (keduanya mata uang yang berlaku di Timur

Tengah) boleh diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan dinar dan

dirham itu sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan

keuntungannya sebagai wakaf. Wahbah az-Zuhaili juga mengungkapkan

bahwa mazhab Hanafi membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas

dasar Istihsan bi al-‘Urfi, karena sudah banyak dilakukan masyarakat. Mazhab

Hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan ‘urf

(adat kebiasaan) mempunyai kekuatan yang sama dengan hukum yang

ditetapkan berdasarkan nas}.10 Cara melakukan wakaf tunai (mewakafkan uang),

menurut mazhab Hanafi, ialah dengan menjadikannya modal usaha dengan

cara muḍārabah atau mubadha’ah. Sedang keuntungannya disedekahkan

kepada pihak wakaf. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i tidak membolehkan

9 Jurnal Ekonomi Islam, La-Riba, vol. IV Tahun 2010, hlm. 93.

10 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islāmi wa Adilatuhu (Damaskus: Dār al-Fikr, 2007),

hlm. 162.

Page 23: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

5

wakaf tunai, karena dirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan sehingga

tidak ada lagi wujudnya.11

Perbedaan pendapat di atas, bahwa alasan boleh dan tidak bolehnya

wakaf tunai berkisar pada wujud uang. Apakah wujud uang itu setelah

digunakan atau dibayarkan, masih ada seperti semula, terpelihara, dan dapat

menghasilkan keuntungan lagi pada waktu yang lama. Namun kalau melihat

perkembangan sistem perekonomian yang berkembang sekarang, sangat

mungkin untuk melaksanakan wakaf tunai. Misalnya uang yang diwakafkan itu

dijadikan modal usaha seperti yang dikatakan oleh mazhab Hanafi. Bisa juga

diinvestasikan dalam wujud saham di perusahaan yang bonafide atau di

depositokan di perbankan syari‟ah, dan keuntunganya dapat disalurkan sebagai

hasil wakaf. Wakaf tunai yang diinvestasikan dalam wujud saham atau

deposito, wujud atau lebih tepatnya nilai uang tetap terpelihara dan

menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.12

Secara ekonomi, wakaf tunai sangat potensial untuk dikembangkan

di Indonesia. Karena dengan model wakaf ini, daya jangkaunya akan jauh

lebih merata kepada sebagian anggota masyarakat, jika dibandingkan dengan

model wakaf-wakaf tradisional-konvensional, yaitu dalam bentuk harta fisik

yang biasanya dilakukan oleh keluarga yang terbilang relatif mampu (kaya).13

11

Kementrian Agama RI, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai, hlm. 3.

12 Ibid., hlm. 4.

13 Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Di Indonesia (Jakarta:

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2006 ), hlm. 9.

Page 24: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

6

Wakaf tunai14

bagi umat Islam Indonesia memang masih relatif baru.

Hal ini bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya. Majelis Ulama

Indonesia (MUI) memandang perlu menetapkan fatwa tentang hukum wakaf

uang untuk dijadikan pedoman oleh masyarakat. Dengan melihat bahwa

wakaf uang itu memiliki fleksibilitas (keluwesan) dan kemaslahatan besar

yang tidak dimiliki oleh benda lain. Keputusan penetapan fatwa yang

dilakukan MUI ini merupakan respon terhadap fenomena terkini yang

muncul pada era akhir-akhir ini. Berdasarkan latar belakang tersebut,

penyusun merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh kedudukan wakaf uang

dalam Islam, serta mengkaji metode istinbāṭ hukum yang dipakai Komisi

Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam menetapkan hukum wakaf uang.

B. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,

penyusun merumuskan permasalahan skripsi ini pada pokok permasalahan.

Ada beberapa pokok masalah yang menjadi fokus dan titik pembahasan

pada skripsi ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan hukum wakaf uang menurut syari„ah Islam?

2. Bagaimana istinbāṭ hukum yang digunakan oleh Majelis Ulama

Indonesia dalam menetapkan hukum wakaf uang?

14

Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang dan lembaga

atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Lihat Kementrian Agama RI, Panduan Pengelolaan

Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), hlm. 1.

Page 25: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

7

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Pengkajian hukum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisa

permasalahan-permasalahan hukum yang berhubungan dengan wakaf uang.

penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui mengenai

metode istinbāṭ hukum yang dipakai Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

dalam menetapkan hukum wakaf uang, serta menjelaskan legalitas dari dalil

istinbāṭ hukum yang dipakai Komisi Fatwa MUI dalam menetapkan hukum

wakaf uang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis: memberikan kontribusi pemikiran ilmiah, penjelasan

serta pemahaman dan sebagai bahan informasi akademis dalam usaha

mengembangkan keilmuan mengenai status hukum wakaf uang yang

difatwakan oleh MUI.

b. Secara praktis: untuk menjelaskan dan memberikan manfaat bagi

masyarakat untuk menjawab permasalahan mengenai status hukum

wakaf uang dan juga sebagai bahan informasi penelitian lebih lanjut.

D. Telaah Pustaka

Untuk lebih mendalami kajian tentang permasalahan wakaf uang

(wakaf tunai), yang pada umumnya kebanyakan masyarakat hanya mengetahui

bahwasanya harta yang boleh diwakafkan itu hanya berupa benda tidak bergerak.

Padahal sesungguhnya harta yang diwakafkan itu bisa berupa benda bergerak,

Page 26: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

8

seperti uang, saham dan lain sebagainya. Sebelum menganalisa lebih lanjut,

penyusun akan menelaah dan menghadirkan referensi sebelumnya yang

bersangkutan atau ada keterkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui posisi penilitian ini di tengah ragamnya penelitian sebelumnya

yang membahas permasalahan seputar wakaf uang. Berikut adalah review studi

terdahulu yang masih ada keterkaitan dengan penelitian ini yang meliputi disertasi,

tesis dan skripsi, beberapa diantaranya yaitu:

Buku yang berjudul Wakaf Uang Prespektif Fiqih, Hukum Positif, dan

Manajemen, karya Sudirman Hasan, menjelaskan mengenai wakaf uang dalam

tinjauan fiqih dan hukum positif. Buku ini memaparkan berbagai pendapat para

ulama besar dan para imam mazhab mengenai kedudukan wakaf uang dalam

posisi hukum Islam.15

Salah satu tesis yang membahas wakaf uang adalah tesis yang berjudul

“Pelaksanaan Wakaf Uang dalam Prespektif Hukum Islam Setelah Berlakunya

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kota Semarang”,

karya Sri Handayani. Dalam tesis ini, pelaksanaan wakaf uang ditinjau dari

hukum Islam adalah diperbolehkan asal uang itu diinvestasikan dalam usaha bagi

hasil (muḍārabah), kemudian keuntungannya disalurkan sesuai dengan tujuan

wakaf. Sehingga uang yang diwakafkan tetap, sedangkan yang disampaikan

kepada mauquf ‘alaih adalah hasil pengembangan wakaf uang tersebut.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

bahwa pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf khususnya wakaf tunai

15

Sudirman Hasan, Wakaf Uang Prespektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen

(Malang: UIN-Maliki Press, 2011)

Page 27: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

9

dilakukan dengan prinsip syariah. Antara lain dapat dilakukan melalui

pembiayaan muḍārabah, murabahah, musharakah, atau ijarah.16

Salah satu skripsi yang membahas tentang wakaf uang adalah skripsi

yang berjudul “Wakaf Uang (Studi Komparasi Antara Hukum Islam Dengan

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf)”, karya Rima Melati.

Dalam skripsinya, dikupas tentang wakaf uang dalam prespektif hukum Islam dan

Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Skripsi ini juga memaparkan

perbendaan dan persamaan wakaf uang dari sudut pandang hukum Islam dan

Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf .17

Salah satu skripsi yang membahas tentang wakaf uang adalah skripsi

yang berjudul “Wakaf Uang Dalam Prespektif Hukum Islam”, karya Helmi

Juniawan Fauzi. Dalam skripsinya, dikupas tetang wakaf uang menurut empat

mazhab fiqih beserta dalil-dalil yang digunakannya. Dalam skripsi tersebut

menyimpulkan bahwa masalah wakaf dikalangan empat imam mazhab banyak

disandarkan pada ijtihād ulama‟ yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tradisi

masyarakat Islam dimana mereka bertempat tinggal.18

Salah satu skripsi yang membahas tentang wakaf saham adalah skripsi

yang berjudul “Wakaf Saham Prespektif Hukum Islam”, karya Arif Muttaqin.

16

Sri Handayani, “Pelaksanaan Wakaf Uang dalam Prespektif Hukum Islam Setelah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kota Semarang”, Tesis

Universitas Diponegoro, 2008.

17 Rima Melati, “Wakaf Uang (Studi Komparasi Antara Hukum Islam Dengan Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf)”, Skripsi Fakultas Syari‟ah, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2007.

18 Helmi Juniawan Fauzi, “Wakaf Uang Dalam Prespektif Hukum Islam”, Skripsi

Fakultas Syari‟ah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.

Page 28: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

10

Dalam skripsinya diulas tentang saham pada cara ini apakah bisa dijadikan harta

wakaf dari tinjauan hukum Islam. Dari analisisnya, penyusun berkesimpulan

bahwa saham merupakan benda bergerak yang dapat memberikan keuntungan.

Keuntungan tersebut dapat disalurkan guna memenuhi tujuan wakaf, sehingga

saham dapat dikategorikan sebagai harta wakaf.19

E. Kerangka Teori

Fatwa keagamaan secara kebahasan adalah suatu jawaban dalam suatu

kejadian (memberikan jawaban yang tegas terhadap segala peristiwa yang terjadi

dalam masyarakat). Secara istilah fatwa adalah suatu penjelasan hukum syara’

dalam menjawab suatu perkara yang diajukan oleh penanya, baik penjelasan itu

jelas/terang atau tidak jelas (ragu-ragu) dan penjelasan tersebut mengarah pada

dua kepentingan yakni kepentingan pribadi atau masyarakat banyak. 20

Sasaran utama syari‟ah Islam adalah tercapainya dan terwujudnya

kebaikan (maslahah) bagi manusia. Hukum Islam yang lahir dari teks-teks al-

Qur‟an ajaran Tuhan menghendaki keadilan dan kemaslahatan manusia, sehingga

menghendaki pemeliharaan sampai kapanpun.21

Hal ini merupakan konsekuensi

logis dari sifat dasar Islam yang universal yang kemudian dipahami sebagai nilai

ajaran yang mencakup segala aspek kehidupan.

19

Arif Muttaqin, “Wakaf Saham Dalam Prespektif Hukum Islam”, Skripsi Fakultas

Syari‟ah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998.

20 Rohadi Abdul Fatah, Analisa Fatwa Keagamaan Dalam Fiqih Islam (Jakarta:

Paragonatama Jaya, 1993), hlm. 7.

21 Muhammad Muslehuddin, Philoshopy of Islamic Law and The Orientalist: A

Comparative Study of Islamic Legal Syistem (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hlm. 97.

Page 29: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

11

Setelah Islam berkembang, hukum Islampun ikut menghadapi tantangan-

tantangan berupa perubahan dan keragaman sosial. Untuk menjaga agar

kemaslahatan dan terjaganya tujuan syari‟at pada praktek selanjutnya dilakukan

ahli-ahli hukum dengan berijtihad yang merespon dinamika dan perubahan sosial

tersebut. Maka perubahan sosial inilah yang menjadikan hukum Islam yang

berkarakter responsif, adaptis, dan dinamis.22

Mengkaji fatwa keagamaan cenderung terkait dengan pembahasan

mengenai ijtihād dengan segala perangkatnya, sebab fatwa keagamaan yang

dikeluarkan kepada masyarakat setelah memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam

mengkaji sebuah permasalahan untuk menetapkan sebuah fatwa, ada beberapa

metode ijtihād yang dapat digunakan. Dalam penetapan hukum Islam, dikenal

dengan metode-metode ijtihād yang diantara metodenya adalah ijma’, qiyās,

istihsan, al-maslahah al-mursalah, istislab, ‘urf, sad az-zari’ah dan lain

sebagainya. Sebagai metodologi penetapan hukum dengan tetap memegang teguh

ajaran bahwa tujuan hukum Islam adalah mendatangkan kemaslahatan dan

menghilangkan mafsadat.

Konsep maslahat merupakan salah satu metodologi istinbāt} hukum Islam

yang sering digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan kekinian

ketika tidak ditemukan jawabannya dalam nas }. Metode istinbāt} hukum Islam

yang menekankan maslahat/kebaikan yang terbagi dalam beberapa poin yaitu:

22

Fathurahman Jamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.

49-50.

Page 30: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

12

1) Maslahat Mu’tabarah yaitu maslahat yang didukung oleh dalil untuk

memeliharanya. Maslahat tipe ini mempunyai tiga tingkatan yaitu

mas}ālaih } d}aru>riyyah, hajjiyah dan tah }si>niyah.

2) Maslahat Mulghat} yaitu maslahat yang diabaikan dengan tujuan adanya

maslahat yang dianggap lebih besar daripada maslahat sebelumnya yang

dianggap lebih kecil, sehingga maslahat tersbut diabaikan.

3) Maslahat Mursalah yaitu sesuatu yang tidak disandarkan pada ayat nas }

tertentu, baik yang bersifat global maupun partikular.

Menurut Yusuf Qardawi ijtihād dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu

ijtihād intiqā’i> dan ijtihād insyā’i >. Pembagian ini bila diteliti lebih bersifat

melengkapi terhadap pemikiran yang sebelumnya. Ijtihād intiqā’i > yaitu memilih

satu pendapat dari beberapa pendapat terkuat di kalangan mazhab. Ijtihād yang

dimaksud di sini meliputi pengadaan studi komparatif terhadap pendapat-pendapat

para ulama, meneliti kembali dalil-dalil yang dijadikan pedoman yang paling

sesuai dengan kemaslahatan dan sesuai dengan tuntunan zaman. Pada akhirnya

dapat dipilih pendapat yang terkuat sesuai dengan kaidah tarjih. Dalam hal ini ada

banyak kaidah tarjih, di antaranya:23

1) Hendaknya pendapat itu mempunyai relevansi dengan kehidupan pada

zaman sekarang;

2) Hendaknya pendapat itu mencerminkan kelemah lembutan dan kasih

sayang kepada manusia;

23

Yusuf al-Qardawi, al-Ijtihād fi> al-Syari’at al-Islāmiyyat ma’a nazharatin Tahliliyyat fi> al- Ijtihād al-Mu’ashir (Kuwait: Dār al-Qalam, 1985), hlm. 115-120.

Page 31: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

13

3) Hendaknya pendapat itu lebih mendekati kemudahan yang ditetapkan

oleh hukum Islam;

4) Hendaknya pendapat itu lebih memprioritaskan untuk merealisasikan

maksud-maksud syara‟, kemaslahatan manusia, dan menolak marabahaya

dari mereka.

Sedangkan ijtihād insyā’i > yaitu pengembalian konklusif hukum baru dari

suatu persoalan yang belum pernah dikemukakan oleh ulama terdahulu. Atau cara

seorang mujtahid kontemporer untuk memiliki pendapat baru dalam masalah itu

yang belum diperoleh dalam pendapat ulama-ulama salaf, baik itu persoalan lama

atau persoalan baru. Adanya permasalahan ijtihād yang menyebabkan perselisihan

di kalangan para pakar fiqih terdahulu atas dua pendapat, maka boleh seorang

mujtahid kontemporer memunculkan pendapat ketiga. Apabila mereka berselisih

pendapat atas tiga pendapat, maka ia boleh menampilkan pendapat keempat, dan

seterusnya. Permasalahan tentang perselisihan ini menunjukkan bahwa masalah

tersebut menerima berbagai macam interpretasi dan pandangan serta perbedaan

pendapat.24

Sebagian besar ijtihād insyā’i> ini terjadi pada masalah-masalah baru

yang belum dikenal dan diketahui oleh ulama-ulama terdahulu dan belum pernah

terjadi pada masa mereka. Terhadap ijtihād ini yang paling tepat adalah dilakukan

secara kolektif dengan mengumpulkan berbagai macam orang ahli sesuai dengan

kebutuhan masalah.

24

Yusuf al-Qardawi, al-Ijtihād al-Mu’asir baina al-Indlibāt} wa al-Infirātsh, alih bahasa

Abu Barzani, Ijtihad kontemporer Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan (Surabaya: Risalah

Gusti, 1985), hlm. 43.

Page 32: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

14

Aktifitas ijtihād dalam Islam haruslah memenuhi prosedur-prosedur yang

telah ditetapkan para ulama berdasakan nas } ijtihād, tentunya yang berlandaskan

disiplin keilmuan dalam meneliti metode penetapan suatu hukum yang dikenal

dengan ilmu us}hu>l fiqh, karena disiplin ilmu tersebut merupakan pijakan

metodologi bagi seseorang yang hendak meneliti sifat hukum Islam.

Hukum-hukum yang dicapai dengan ijtihād ulama bersifat dinamis dan

elastis, karena berubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu. Disamping itu,

karena kemaslahatan umat manusia itu menjadi tujuan pokok hukum Islam, maka

wajar kiranya jika terjadi perubahan hukum disebabkan karena berubahnya zaman

dan keadaan serta pengaruh dari gejala-gejala kemasyarakatan setempat, sehingga

dalam penerapan hukum Islam terhadap situasi yang beraneka ragam perlu adanya

fleksibilitas hukum Islam itu sendiri. Ibnu Qoyim dalam teorinya menyebutkan

ada lima faktor perubah dalam hukum Islam yaitu: (1) faktor waktu, (2)

tempat, (3) keadaan, (4) tujuan dan (5) tradisi.25

Dapat dipahami bahwa produk hukum Islam hasil ijtihād itu dapat

berbeda dan berubah seiring dengan perkembangan tingkat peradaban yang

terus mengalami perubahan, serta terus bergeraknya waktu, zaman dan

berpindahnya kondisi satu ke kondisi lainnya.26

25

Ibnu Qoyim al-Jauziyah, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbi al-‘Alamin (Beirut: Dār al-

Jail, 1991), hlm. 3.

26 Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar ibn al-Khattab (Jakarta: Rajawali Press, 1991), hlm.

168.

Page 33: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

15

F. Metode Penelitian

Menentukan metode dalam penelitian ilmiah merupakan bagian yang

sangat penting, sebab metode penelitian membantu dan mempermudah dalam

memperoleh data tentang objek yang akan dikaji atau diteliti dan sangat

menentukan hasil penelitian. Agar skripsi ini memenuhi kriteria karya tulis ilmiah

yang bermutu dan mengarah pada objek kajian serta sesuai dengan metode

pendekatan dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan sumber data

dan analisis data sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

research), yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah data yang

diperoleh dari sumber kepustakaan seperti: buku-buku, makalah, artikel dan

lain sebagainya yang relevan dengan tema kajian.27

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptip-analitik,28

deskriptif adalah penelitian

yang dapat menghasilakan gambaran dengan menguraikan fakta-fakta.

Sedangkan analitik bersifat fakta-fakta kondisional dari suatu peristiwa. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti secara

gamblang dan terfokus. Peneliti berupaya memaparkan dengan jelas

27

Hadi Sutrisno, Metodologi Reasearch (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 9.

28 Deskripti anallitik yaitu suatu penelitian yang meliputi proses pengumpulan data,

penyusunan dan menjelaskan atas data. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan

diinterpretasi sehingga metode ini sering disebut dengan metode analitik. Ciri yang mendasar dari

metode ini adalah bahwa ia lebih memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah aktual. Lihat

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah: Metode, Teknik (Bandung: Tarsito,

1994), hlm. 139.

Page 34: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

16

bagaimana metode istinbāṭ hukum yang dipakai Fatwa Majelis Ulama

Indonesia (MUI) dalam menetapkan hukum jawaz pada wakaf uang dengan

berlandaskan atas nas }, ketetapan ulama dan kaidah-kaidah fiqhiyyah.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data

primer, penulis ambil dari buku reverensi yang dijadikan objek dalam

penelitian ini yaitu yang berjudul Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

dalam Prespektif Hukum dan Perundang-Undangan dan buku karya

Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi yang berjudul Ahkām al-Waqf fi> al-

Syari’ah al-Islāmi>yah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku

atau tulisan-tulisan lain yang ada relevansinya dengan kajian penelitian ini.

4. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

pendekatan normatif, yaitu penyusun mencoba mendekati permasalahan yang

ada berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku, kemudian dianalisis

sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.29

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data guna mendapatkan kesimpulan yang valid,

penyusun menggunakan analisa kualitatif dengan metode induksi dan deduksi

dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Metode Induksi, yaitu metode yang dipakai untuk menganalisa data yang

bersifat khusus dan memiliki unsur kesamaan sehingga dapat

29

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang:

Bayumedia Publishing, 2006), hlm. 57.

Page 35: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

17

digeneralisasikan menjadi kesimpulan yang bersifat khusus.30

Dalam

penelitian ini, metode tersebut digunakan untuk menganalisa tentang

kaidah fikhiyah secara umum dalam hukum Islam, kemudian dikaitkan

dengan wakaf uang atau wakaf tunai.

b. Metode Deduksi, yaitu metode penelitian dengan pola pikir yang

berangkat dari penalaran yang bersifat umum kemudian ditarik pada

kesimpulan yang bersifat khusus.31

Dalam penelitian ini, metode tersebut

digunakan untuk menganalisa sejauhmana validitas maslaḥah yang

digunakan dalam penetapan fatwa MUI tentang wakaf uang.

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi dan pembahasannya lebih terarah, maka disini

perlu disusun sistematika pembahasan yang dibagi menjadi lima bab, yang

sistematika pembahasannya sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangaka

teoretik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, merupakan kajian teoritis tetang wakaf uang dan fatwa

yang mencakaup pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat wakaf uang serta

pandangan para ulama mengenai wakaf uang serta memaparkan sekilas

mengenai fatwa dan ketentuannya.

30

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, hlm. 36.

31 Ibid., hlm. 42.

Page 36: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

18

Bab ketiga, menjelaskan tentang Majelis Ulama Indonesia beserta

fatwa-fatwanya, terutama tentang fatwa wakaf uang, pembahasan tentang

pengertian fatwa secara umum dan proses penetapan fatwa.

Bab keempat, merupakan pokok dari pembahasan skripsi ini yang

mencakup tentang analisis terhadap kedudukan hukum wakaf uang dalam

Islam, dan analisis terhadap istinbāṭ hukum yang dipakai MUI dalam

menetapkan fatwa wakaf uang.

Bab kelima, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan

saran-saran, yang sekaligus merupakan penutup seluruh rangkaian

pembahasan.

Page 37: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penyusun melakukan penelitian dan pengkajian serta

menganalisis terhadap Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang wakaf uang, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hukum wakaf uang setelah ditinjau dari berbagai aspek, maka wakaf uang

hukumnya boleh (jawaz). Hal ini didasarkan kepada subtansi ajaran wakaf

yang tidak semata-mata terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tetapi

yang jauh lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut. Selain itu,

Bila dianalisa dari maksud dan tujuan wakaf, salah satunya adalah agar harta

yang diwakafkan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak secara terus

menerus, sehingga pahalanya mengalir secara terus menerus pula. Berdasar

hal tersebut, maka wakaf uang memiliki unsur manfaat. Hanya saja, manfaat

uang baru akan terwujud bersamaan dengan lenyapnya zat uang secara fisik.

Meski secara fisik zatnya lenyap, tetapi nilai uang yang diwakafkan tetap

terpelihara kekekalannya.

2. Metodologi istinbāṭ hukum yang digunakan Komisi Fatwa Majelis Ulama

Indonesia dalam pengambilan keputusan fatwa didasarkan pada al-Qur’an,

Sunnah, Ijma’ dan Qiyās. Sebelum fatwa ditetapkan, ditinjau terlebih dahulu

secara seksama pendapat para imam mazhab tentang masalah yang

difatwakan tersebut berikut dalil-dalilnya. Akan tetapi Komisi Fatwa Majelis

75

Page 38: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

76

Ulama Indonesia tidak konsisten dalam menerapkan metode Istinbāṭ hukum

tersebut. Hal ini terlihat pada fatwa wakaf uang tidak dicantumkannya qiyās

dan kaidah-kaidah us}ūl fiqh sebagai pertimbangan penetapan hukum.

Page 39: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

77

B. Saran-saran

Untuk melengkapi keseluruhan bagian skripsi ini, dengan keterbatasan

pengetahuan dan referensi yang penyusun dapat dan miliki. Maka dari itu,

penyusun hanya dapat menyarankan sebagai berikut:

1. Kepada segenap umat khususnya umat Islam, hendaklah diri kita terpacu

untuk melihat kondisi umat Islam secara keseluruhan, dimana umat sangat

memerlukan perhatian dalam memenuhi kebutuhannya. Sisihkanlah sebagian

dari harta kita untuk mencapai kebahagiaan di akhirat dengan ibadah

shadaqah seperti wakaf dan lainnya.

2. Perlunya kita sebagai umat Islam dan maysarakat Indonesia pada umumnya

untuk mendukung dan melaksanakan serta mensosialisasikan karya

perwakafan, terutama wakaf uang ini agar seluruh lapisan masyarakat dapat

mengetahuinya dengan benar.

3. Harus ada partisipasi dari semua pihak, baik itu pemerintah, Bank Indonesia,

nadzir, Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) dan masyarakat terutama umat

Islam, agar dapat memajukan perwakafan di Indonesia pada masa yang akan

datang.

4. Perlunya pemerintah memberikan pelatihan kepada masyarakat khsusnya

pada nadzir tentang tata cara pengelolaan harta wakaf secara profesional,

khususnya wakaf uang.

5. Perlunya mengoptimalkan penggunaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004 tentang Wakaf.

Page 40: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

78

DAFTAR PUSTAKA

A. Kelompok al-Qur’an dan Tafsir

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989.

Zuḥailī, Wahbah az-, Tafsir al-Munir fī al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj,

Beirut: Dār al-Fikr al-Mu’ashir, 1991.

B. Kelompok Hadis

Anas, Malik Ibnu, al-Mudawwanah al-Kubrā, Bairut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

t.t.

At-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dār al-Fikr, 1967.

Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail al-, Sahih al-Bukhari, Beirut: al-Khariyah,

t.t.

Daruqutni, Ali bin Umar al-, Sunan al-Daruqutni, Beirut: Dār al-Fikr, t.t.

Dawud, Abu, Sunan Abi Dawud, Kairo: Muṣtafa al-Babi al-Halabi, 1952.

Imam Muslim, Sahih Muslim, Beirut: Dār al-Fikr, 1972.

Syaukanie, Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-, Nail al-Auṭar, Musṭofa al-

Babi al-Halabai, t.tp., t.t.

C. Kelompok Fiqh dan Usul Fiqh

Abdulrrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf

di Negara Kita, Bandung: Citra Aditiya Bakti, 1995.

Abidin, Muhammad Amin Ibnu, Radd al-Mukhtar ‘alā ad-Dur al-Mukhtar, Bairut:

Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994.

78

Page 41: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

79

Amin, Ma’ruf, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta: LeSAS, 2008.

Anshori, Abdul Ghofur, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia,

Yogyakarta: Pilar Media, 2005.

Anshori, Abdul Ghofur, Hukum dan Praktik Perwakafan, Yogyakarta: Pilar

Indonesia, 2004.

Barzani, Abu, Ijtihad kontemporer Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan,

Surabaya: Risalah Gusti, 1985.

Dasuqi, Syams al-Din al-Syaikh Muhammad al-, Ḥasyiyah al-Dasuqi ‘ala al-

Syarh al-Kabir, Beirut: Dār al-Fikr, t.t.

Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf,

2006.

_________, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat

Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005.

_________, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta: Ditjen

Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004.

_________, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia, Jakarta: Direktorat

Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2004.

_________, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006.

Din, al-‘Amidi Sayf al-, al-Ihkam fī Uṣhūl al-Ahkam, Bairut: Dār al-Kutub al-

Islamiyyah, 1983.

Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih, Jakarta: Kencana, 2011.

Page 42: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

80

Djunaidi, Achmad, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007.

Fatah, Rohadi Abdul Analisa Fatwa Keagamaan Dalam Fiqih Islam Jakarta:

Paragonatama Jaya, 1993.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Prespektif Hukum dan Perundang-

Undangan, Jakarta: Puslitbang Keagamaan Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2012.

Ghazzāli, Abu Hamid Muhammad al-, al-Mustashfa min ‘Ilmi al- Uṣhūl, Kairo:

Sayyid al-Husain, t.t.

Hanafi, Ibnu al-Humam al-, Syarh Fath al-Qodir, Beirut: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1995.

Hasan, Sudirman, Wakaf Uang Prespektif Fiqih, Hukum Positif dan Manajemen,

Malang: UIN-Maliki Press, 2011.

Jauziyah, Ibnu Qoyim al-, I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbi al-‘Alamin, Beirut: Dār

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1991.

Kabisi, Muhammad Abid Abdullah al-, Ahkām al-Waqf fi al-Syari’ah al-

Islāmiyah, alih bahasa Ahrul Sani Faturrahman dkk., Jakarta: IIMan

Press, 2004.

Kementrian Agama RI, Panduan Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, 2013.

_________, Wakaf For Beginers, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2011.

Maqdisiy, Ibnu Qudmah al-, al-Mughnī wa al-Syarh al-Kabir, Beirut: Dār al-

Kutub al-‘Arabi, 1972.

Page 43: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

81

Musbikin, Imam, Qawa’id al-Fiqhiyah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Muzarie, Mukhlisin, Hukum Perwakafan dan Implikasinya Terhadap

Kesejahteraan Masarakat (Implementasi Wakaf di Pondok Pesantren

Modern Darussalam Gontor), Jakarta: Kemenag RI, 2010.

Nasution, Mustafa E. dan Hasanah, Uswatun (ed.), Wakaf Tunai, Inovasi

Financial Islam Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan

Kesejahteraan Umat, Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam

Universitas Indonesia, 2006.

Nuruddin, Amiur, Ijtihad Umar ibn al-Khattab, Jakarta: Rajawali Press, 1991.

Praja, Juhaya S., Pengantar Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran,

Hukum dan Perkembangannya Bandung: Yayasan Piara, 1995.

Qahaf, Mundzir, al-Waqf al-Islamī, Damaskus: Dār al-Fikr, 2000.

Qardawi, Yusuf al-, al-Ijtihād fi> al-Syari’at al-Islāmiyyat ma’a nazharatin

Tahliliyyat fi> al- Ijtihād al-Mu’ashir, Kuwait: Dār al-Qalam, 1985.

Ramlī, Ibnu Syihabuddin al-, Niḥayat al-Muhtaj, Beirut: Dār al-Fikr, 1985.

Rofik, Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Usman, Rahmadi, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Wajdy, Farid dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007.

Zaḥrah, Muhammad Abū, Muhadharat fī al-Waqf, Beirut: Ma’had al-Dirasat al-

Arabiyah al-‘Aliyah, 1971.

_________, Uṣhūl al-Fiqh, alih bahasa Saifullah Ma’sum dkk., Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2000.

Page 44: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

82

Zuḥailī, Wahbah az-, al-Fiqh Asy-Syāfi’ī al-Muyassar, Beirut: Darul Fikr, 2008.

_________, al-Fiqh al-Islāmi wa Adillatuhu, Damaskus: Dār al-Fikr, 2007.

D. Lain-lain

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1992.

Dahlan, Abdul Aziz dan Efendi, Satria, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar

Baru Van Houve, 1997.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2003.

Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara, Jakarta: Paramadina, 1998.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

1998.

Ichtijanto, Pengembangan Teori berlakunya hukum Islam di Indonesia, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1994.

Jamil, Fathurahman, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Jumantoro, Totok dan Amin, Samsul Munir, Kamus Ilmu Uṣhūl Fikih, Jakarta:

Sinar Grafika, 2005.

Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, 2006.

Kartodirdjo, Sartono, Gerakan Protes dan Ketidakpuasan dalam Masyarakat

Tradisional, Jakarta: LP3ES, 1997.

Kementrian Agama RI, Proses Lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

Tentang Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006.

Page 45: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

83

Keputusan MUI Nomor U-596/MUI/X/1997 Tentang Pedoman Penetapan

Fatwa MUI.

Keputusan MUI Nomor U-634/MUI/X/1997 Tentang Mekanisme Kerja

Komisi Fatwa MUI.

Mahfud MD, Moh., Politik Hukum Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1998.

Majelis Ulama Indonesia, Buku Panduan MUI, Jakarta: Sekretariat MUI, 2002.

_________, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, Jakarta:

Erlangga, 2011.

Mannan, Muhammad Abdul, Economic Development and Social Peace Islam,

Lahore: Sh. Mohammad Ashraf, 1970.

Moesa, Ali Maschan, Kiai Politik Dalam Wacana Civil Society, Surabaya:

LEPKISS, 1999.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia al-Munawwir, cet. XIV

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Muslehuddin, Muhammad, Philoshopy of Islamic Law and The Orientalist: A

Comparative Study of Islamic Legal Syistem,Yogyakarta: Tiara Wacana,

1991.

Nafis, M. Cholil, Teori Hukum Ekonomi Syari’ah, Jakarta: UI-Press, 2011.

Nasution, Khoerudin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Tazzafa, 2004.

Noer, Deliar, Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1983.

Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI dalam Himpunan Fatwa MUI,

Jakarta: Sekretariat MUI, 2011.

Page 46: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

84

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah: Metode, Teknik,

Bandung: Tarsito, 1994.

Tim Penulis Majelis Ulama Indonesia, 10 Tahun Majelis Ulama Indoensia¸

Jakarta: Sekretariat MUI, 1990.

_________, 15 Tahun Majelis Ulama Indonesia: Wadah Musyawarah Para

Ulama Zu’ama dan Cendekiawan Muslim, Jakarta: Sekretariat MUI,

1990.

_________, Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia

bekerja sama dengan Yayasan Purtaka Umat, 2003.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

Widyawati, Filantropi Islam Dan Kebijakan Negara PascaOrde Baru: Studi

Tentang Undang-Undang Zakat dan Undang-Undang Wakaf, Bandung:

Arsad Press, 2011.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, 1973.

E. Literatur Internet

Hendra Kholid, Wakaf Uang Perspektif Hukum dan Ekonomi Islam,

http://bwi.or.id/, akses 13 September 2014.

http://mui.or.id/, akses 17 Juli 2014.

Page 47: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

I

DAFTAR TERJEMAHAN

BAB I

No. Hal. Alinea Terjemahan

1 1 1 Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap

bendanya, dengan tidak melakukan tindakan hukum

terhadap benda tersebut disalurkan pada sesuatu yang

mubah (tidak haram) yang ada.

2 2 1 Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra bahwa Umar bin al-

Khaththab ra. memperoleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu

ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta petunjuk

mengenai tanah tersebut. Ia berkata, “Wahai Rasulullah,

saya memperoleh tanah di Khaibar; yang belum pernah

saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah

tersebut; apa perintah engkau (kepadaku) mengenainya?

Nabi SAW menjawab: “Jika mau, kamu tahan pokoknya

dan kamu sedekahkan (hasil)-nya”.

BAB II

3 25 1 Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta

yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,

maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

4 26 2 Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah

kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,

supaya kamu mendapat kemenangan.

5 27 1 Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-

Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua

orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-

orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,

teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

6 27 2 Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam

perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

(hartamu) secara boros.

7 28 2 Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat

itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu

ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-

malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta

yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan

pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan

menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati

Lampiran I

Page 48: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

II

janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar

dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan

mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

8 29 2 Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia,

terputuslah (pahala) amal perbuatannya kecuali dari tiga

hal yaitu kecuali dari sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang

dimanfaatkan, atau anak shaleh yang mendo‟akannya”.

9 30 1 Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa Umar bin al-

Khaththab ra. memperoleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu

ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta petunjuk

mengenai tanah tersebut. Ia berkata, “Wahai Rasulullah,

saya memperoleh tanah di Khaibar; yang belum pernah

saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah

tersebut; apa perintah engkau (kepadaku) mengenainya?

Nabi SAW menjawab: “Jika mau, kamu tahan pokoknya

dan kamu sedekahkan (hasil)-nya”.

BAB III

10 58 2 Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap

bendanya, dengan tidak melakukan tindakan hukum

terhadap benda tersebut disalurkan pada sesuatu yang

mubah (tidak haram) yang ada.

11 59 1 Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta

yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,

maka sesungguhnya Allah mengetahuinya

12 59 2 Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah

SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia,

terputuslah (pahala) amal perbuatannya kecuali dari tiga

hal yaitu kecuali dari sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang

dimanfaatkan, atau anak shaleh yang mendo‟akannya”.

13 59 3 Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa Umar bin al-

Khaththab ra. memperoleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu

ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta petunjuk

mengenai tanah tersebut. Ia berkata, “Wahai Rasulullah,

saya memperoleh tanah di Khaibar; yang belum pernah

saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah

tersebut; apa perintah engkau (kepadaku) mengenainya ?

Nabi SAW menjawab: “Jika mau, kamu tahan pokoknya

dan kamu sedekahkan (hasil)-nya.

14 60 1 Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra.; ia berkata, Umar ra.

berkata kepada Nabi SAW, “Saya mempunyai seratus

saham (tanah, kebun) di Khaibar, belum pernah saya

mendapatkan harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah

Page 49: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

III

itu; saya bermaksud menyedekahkannya.” Nabi SAW

berkata, “Tahanlah pokoknya dan sedekahkan buahnya

pada sabilillah”.

15 60 3 Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka dalam

pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang

buruk oleh kaum muslimin maka dalam pandangan Allah

pun buruk.

16 60 4 Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam al-Syafi‟i tentang

kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang).

17 61 2 Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap

bendanya, dengan tidak melakukan tindakan hukum

terhadap benda tersebut disalurkan pada sesuatu yang

mubah (tidak haram) yang ada.

Page 50: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

IV

KEPUTUSAN FATWA

KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Tentang

WAKAF UANG

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah

MENIMBANG :

A. Bahwa bagi mayoritas umat Islam Indonesia, pengertia wakaf yang belum

diketahui, antara lain, adalah:

عه سقدصف تنصصشفيع خقثء ع خقطع فثع ختإلص ك يثل ددس

يصشف يدثح يدد )تنشيه تنششخ(

yakni “menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya, dengan

tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut disalurkan pada

sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada”, (al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila

Syarh al-Minhaj, (Dār al-Fikr, 1984), juz V, h. 357; al Khatib al-Syarbani, Mughni al-

Muhjat, (Dār al-Fikr, t.th), juz 11, h. 376)

atau “Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan

hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya guna kepentingan ibadat

atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam” dan “benda wakaf

adalah segala benda, baik bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan

yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam” (kompilasi

Hukum Islam di Indonesia, Buku III, Bab I, Pasal 215, (1) dan (4)).

sehingga atas dasar pengertian tersebut, bagi mereka bukan wakaf uang (waqf al-

nuqud, cash wakaf) adalah tidak sah.

B. bahwa wakaf uang memiliki fleksibilitas (keluwesan) dan kemaslahatan besar

yang tidak dimiliki oleh benda lain.

C. Bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia memandang perlu

menerapkan fatwa tentang hukum wakaf uang untuk dijadikan pedoman oleh

masyarakat.

Lampiran II

Page 51: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

V

MENINGAT :

1. Firman Allah SWT :

ىعه خ فإ للا يث شفقت ي شء ت يث شذدقدص شف شدن شثنت تن

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum

kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu

nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS. Al-Imran (3): 92)

2. Firman Allah SWT :

كم سدهر سثخم ف فق أيتنى ف سدم للا كثم ددر أدصس سدع يثم تنز

نى ف سدم تأي تنز فق. شثء للا تسع عهى يثبر ددر للا ضثعف ن

ال أر نى أجشى عذ سخى ال خف عهى ال ث صدع يث أفقت يال للا ثى

ذض. ى

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan

tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)

bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha

Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian

mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut

pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka

memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap

mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-Baqarah (2): 261-262)

3. Hadis Nabi SAW :

: ترت لثت سسل للا صه للا عه سهى ق ششذ سض للا ع تخ ع

صفع خ ت نذ عه تال ي ثالض صذقر جثسر أ عهى تقطعيثز تخ تدو

صثنخ ذعتن )ست يسهى(

Page 52: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

VI

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila

manusia meninggal dunia, terputuslah (pahala) amal perbuatannya kecuali dari

tiga hal yaitu kecuali dari sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang dimanfaatkan, atau

anak shaleh yang mendo‟akannya.” (H.R. Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa‟i, dan

Abu Daud).

4. Hadis Nabi SAW :

أصثج عش أسضث خخدش فأش تند صه ل ثع تخ عش سض للا عث ق

نى خدشأسضث خ سسل للا ت أصدس للا عه سهى سصأيش فث فقثل ث

أصح يثال قط أفس عذ ي فث شأيش خ, فقثل ن سسل للا صه للا عه

ال دثع فصصذق خثعش أ قثل سهى إ سةس ددسس أصهث شصذقس خث

ف تنفقشتء ف تنقشخ ف تنشقثج قثل شصذق خث ال ح ال سض

يث أ أكم ي نث ال جثح عه سدم للا تخ تنسدم تنضف ف

ل قثل فذذثس خ تخ سش فقثل: غش يصأثم يثال خثنعشف طعى غش يص

)ست تندخثس(

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa Umar bin al-Khaththab ra.

memperoleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk

meminta petunjuk mengenai tanah tersebut. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya

memperoleh tanah di Khaibar; yang belum pernah saya peroleh harta yang lebih

baik bagiku melebihi tanah tersebut; apa perintah engkau (kepadaku)

mengenainya ? Nabi SAW menjawab: “Jika mau, kamu tahan pokoknya dan kamu

sedekahkan (hasil)-nya.”

Ibnu Umar berkata, “Maka, Umar menyedekahkan tanah tersebut, (dengan

mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak

diwariskan. Ia menyedekahkan (hasil)-nya kepada fuqara, kerabat, riqab (hamba

sahaya, orang tertindas), sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Tidak berdosa atas

orang yang mengelolanya untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma‟ruf

Page 53: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

VII

(wajar) dan memberi makan (kepada orang lain) tanpa menjadikannya sebagai

harta hak milik.”

Rawi berkata, “Saya menceritakan hadits tersebut kepada Ibnu Sirin, lalu berkata

„ghaira muta‟tsilin makan (tanpa menyimpannya sebagai harta hak milik)” (H.R.

al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, dan al-Nasa‟i).

5. Hadis Nabi SAW :

أصثج عش أسضث خخدش فأش تند صه لثع تخ عش سض للا عث ق

خخدشنى أصح للا ت أصدس أسضث للا عه سهى سصأيش فث فقثل ثسسل

عه تشصذق خث فقثل تند صه للا يثال قط تعجح تن يث قذ تسدز ت

ثئ( ث )ست تنسشثش سهى تددس تصهث سدم

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra ; ia berkata, Umar ra berkata kepada Nabi SAW,

“Saya mempunyai seratus saham (tanah, kebun) di Khaibar, belum pernah saya

mendapatkan harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu; saya bermaksud

menyedekahkannya.” Nabi SAW berkata, “Tahanlah pokoknya dan sedekahkan

buahnya pada sabilillah.” (H.R. al-Nasa‟i)

6. Jibril r.a. berkata :

ال قفإ يقذسذللا صه للا عه سهى ن سسل تصذثجي يث خق تدذ

( 757-8 , در تنض ده:367-3قفث ) تنذطح تنشش خ:

“Tak ada seorang sahabat Rasul pun yang memiliki kemampuan kecuali

berwakaf.” (lihat Wahbah az-Zuḥailī, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, [Damsyik:

Dār al-Fikr, 1985], juz VIII, h.157; al-Khatib al-Syarbaini, Mughni al-Muhtaj,

[Beirut: Dār al-Fikr, t.th] , juz II, h. 376)

MEMPERHATIKAN:

1. Pendapat Imam al-Zuhri (w. 124 II.) bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh,

dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian

Page 54: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

VIII

keuntungannya disalurkan pada mauquf „alaih. (Abu Su‟ud Muhammad, Risalah

fi Jawazi Waqf al-Nuqud, [Beirut: Dār Ibn Hazm, 1997], h. 20-21).

2. Mutaqaddimin dari ulama mazhab Hanafi (lihat Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-

Islami wa Adillatuhu, [Damsyiq: Dār al-Fikr, 1985], juz VIII, h. 162)

membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar

Istihsan bi al-„Urfi, berdasarkan atsar Abdullah bin Mas‟ud ra :

سا للا ث ف عذسأت سة دس يث للا دسث ف عذ تنسه فث سأ

)يسذ أدذ خ ددم(

“Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka dalam pandangan Allah

adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin maka dalam

pandangan Allah pun buruk.”

3. Pendapat sebagian ulama mazhab al-Syafi‟i :

تنذثش تنذستى س تخ ثس ع تنشثفع جتص قفث ت

“Abu Tsaur meriwayatkan dari Imam al-Syafi‟I tentang kebolehan wakaf dinar

dan dirham (uang)”. (al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, tahqiq Dr. Mahmud Mathraji,

[Beirut: Dār al-Fikr, 1994], juz IX, h.379).

4. Pandangan dan pandangan rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Sabtu, tanggal 23

Maret 2002, antara lain tentang perlunya dilakukan peninjauan dan

penyempurnaan (pengembangan) definisi wakaf yang telah umum diketahui

dengan memperhatikan maksud hadits, antara lain riwayat dari Ibnu Uar (lihat

konsideran mengingat nomor 4 dan 3 di atas: ددس أصهث سدم شششث

5. Pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada Sabtu, tanggal 11 Mei 2002 tentang

rumusan definisi wakaf sebagai berikut:

ف خقطع تنصصشف أ أصه عتإلصفثع خ يع خقثءك يثل ددس

نشيه تنششخ(سقدص عه يصشف يدثح يدد )ت

yakni "menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau

pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut

(menjual, memberikan atau mewariskannnya), untuk disalurkan (hasilnya) pada

sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada".

Page 55: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

IX

6. Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Depag, (terakhir) nomor

Dt.I.III/5/BA.03.2/2772/2002 tanggal 26 April 2002.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : FATWA TENTANG WAKAF UANG

Pertama : 1. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf

yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau

badan hukum dalam bentuk uang tunai.

2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat

berharga.

3. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf

yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau

badan hukum dalam bentuk uang tunai.

4. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).

5. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak

boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

Kedua : Fatwa ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan jika di

kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan

disempurnakan sebagaimana mestinya.

MAJELIS ULAMA INDONESIA

KOMISI FATWA

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 28 Shafar 1423 H

11 Mei 2002 M

Ketua,

ttd

K.H. MA‟RUF

AMIN

Sekretaris,

ttd

Drs. HASANUDDIN, M.Ag

Page 56: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

X

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 41 TAHUN 2004

TENTANG

WAKAF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang

memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara

efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk

memajukan kesejahteraan umum;

b. bahwa wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama

hidup dan dilaksanakan dalam masyarakat, yang

pengaturannya belum lengkap serta masih tersebar dalam

berbagai peraturan perundang-undangan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan huruf b, dipandang perlu membentuk Undang-

Undang tentang Wakaf;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 29, dan Pasal 33 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUPLIK INDONESIA

Dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG WAKAF.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau

menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya

atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Lampiran III

Page 57: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XI

2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan

dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.

4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk

dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

5. Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama

dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut

syariah yang diwakafkan oleh Wakif.

6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah

pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat akta ikrar

wakaf.

7. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan

perwakafan di Indonesia.

8. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

terdiri atas Presiden beserta para menteri.

9. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang agama.

BAB II

DASAR-DASAR WAKAF

Bagian Pertama

Umum

Pasal 2

Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut syariah.

Pasal 3

Wakaf yang telah diikrarkan tidak dapat dibatalkan

Bagian Kedua

Tujuan dan Fungsi Wakaf

Pasal 4

Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.

Pasal 5

Wakaf berfungsi mewujudkanpotensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf

untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Bagian Ketiga

Unsur Wakaf

Pasal 6

Wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf sebagai berikut:

Page 58: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XII

a. Wakif;

b. Nazhir;

c. Harta Benda Wakaf;

d. Ikrar Wakaf;

e. Peruntukan harta benda wakaf;

f. Jangka waktu wakaf.

Bagian Kempat

Wakif

Pasal 7

Wakif meliputi:

a. perseorangan;

b. organisasi;

c. badan hukum.

Pasal 8

(1) Wakif perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a hanya

dapat melakukanwakaf apabila memenuhi persyaratan:

a. dewasa;

b. berakal sehat;

c. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan

d. pemlik sah harta benda wakaf.

(2) Wakif organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b hanya dapat

melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan

harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi

yang bersangkutan.

(3) Wakif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c hanya

dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk

mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran

dasar badan hukum yang bersangkutan.

Bagian Kelima

Nazhir

Pasal 9

Nazhir meliputi:

a. perseorangan;

b. organisasi; atau

c. badan hukum.

Page 59: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XIII

Pasal 10

(1) Perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a hanya dapat

menjadi Nazhir apabila memenuhi persyaratan:

a. warga negara Indonesia;

b. beragama Islam;

c. dewasa;

d. amanah;

e. mampu secara jasmani dan rohani; dan

f. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

(2) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dapat

menjadi Nazhir apabila memenuhi persyaratan:

a. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir

perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan

b. organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan,

dan/atau keagamaan Islam.

(3) Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c hanya dapat

menjadi Nazhir apabila memenuhi persyaratan :

a. pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir

perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan

b. badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan

c. badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

Pasal 11

Nazhir mempunyai tugas :

a. melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;

b. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,

fungsi, dan peruntukannya;

c. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;

d. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Nazhir dapat

menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta

benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).

Pasal 13

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Nazhir

memperoleh pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.

Page 60: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XIV

Pasal 14

(1) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Nazhir

harus terdaftar pada Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal

9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13, diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Bagia Keenam

Harta Benda Wakaf

Pasal 15

Harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh

Wakif secara sah.

Pasal 16

(1) Harta benda wakaf terdiri dari :

a. benda tidak bergerak; dan

b. benda bergerak.

(2) Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;

b. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana

dimaksud pada huruf a;

c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan yang berlaku;

e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan

perundangundangan yang berlaku.

(3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah harta

benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi :

a. uang;

b. logam mulia;

c. surat berharga;

d. kendaraan;

e. hak atas kekayaan intelektual;

f. hak sewa; dan

g. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan

perundangundangan yang berlaku.

Page 61: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XV

Bagian Ketujuh

Ikrar Wakaf

Pasal 17

(1) Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan PPAIW

dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.

(2) Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara lisan

dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.

Pasal 18

Dalam hal Wakif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat

hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh hukum,

Wakif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua)

orang saksi.

Pasal 19

Untuk dapat melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau kuasanya menyerahkan surat

dan/atau bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada PPAIW.

Pasal 20

Saksi dalam ikrar wakaf harus memenuhi persyaratan:

a. dewasa;

b. beragama Islam;

c. berakal sehat;

d. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

Pasal 21

(1) Ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf.

(2) Akta ikrar wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat :

a. nama dan identitas Wakif;

b. nama dan identitas Nazhir;

c. data dan keterangan harta benda wakaf;

d. peruntukan harta benda wakaf;

e. jangka waktu wakaf.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai akta ikrar wakaf sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedelapan

Peruntukan Harta Benda Wakaf

Pasal 22

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat

diperuntukan bagi:

Page 62: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XVI

a. sarana dan kegiatan ibadah;

b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;

c. bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa;

d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau

e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan

syariah dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Penetapan peruntukan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 dilakukan oleh Wakif pada pelaksanaan ikrar wakaf.

(2) Dalam hal Wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf, Nazhir

dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai

dengan tujuan dan fungsi wakaf.

Bagian Kesembilan

Wakaf dengan Wasiat

Pasal 24

Wakaf dengan wasiat baik secara lisan maupun secara tertulis hanya dapat

dilakukan apabila disaksikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi yang

memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.

Pasal 25

Harta benda wakaf yang diwakafkan dengan wasiat paling banyak 1/3 (satu

pertiga) dari jumlah harta warisan setelah dikurangi dengan utang pewasiat,

kecuali dengan persetujuan seluruh ahli waris.

Pasal 26

(1) Wakaf dengan wasiat dilaksanakan oleh penerima wasiat setelah pewasiat

yang bersangkutan meninggal dunia.

(2) Penerima wasiat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertindak sebagai

kuasa wakif.

(3) Wakaf dengan wasiat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan tata cara perwakafan yang diatur dalam Undang-

Undang ini.

Pasal 27

Dalam hal wakaf dengan wasiat tidak dilaksanakan oleh penerima wasiat, atas

permintaan pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat memerintahkan

penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat.

Page 63: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XVII

Bagian Kesepuluh

Wakaf Benda Bergerak Berupa Uang

Pasal 28

Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan

syariah yang ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 29

(1) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28

dilaksanakan oleh Wakif dengan pernyataan kehendak Wakif yang dilakukan

secara tertulis.

(2) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.

(3) Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dan

disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada Wakif dan Nazhir

sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.

Pasal 30

Lembaga keuangan syariah atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf

berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak

diterbitkannya Sertifikat Wakaf Uang.

Pasal 31

Ketentuan lebih lanjut mengenai wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

BAB III

PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN HARTA BENDA WAKAF

Pasal 32

PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi yang

berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.

Pasal 33

Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32,

PPAIW menyerahkan:

a. salinan akta ikrar wakaf;

b. surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya.

Page 64: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XVIII

Pasal 34

Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf.

Pasal 35

Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

disampaikan oleh PPAIW kepada Nazhir.

Pasal 36

Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, Nazhir melalui

PPAIW mendaftarkan kembali kepada Instansi yang berwenang dan Badan Wakaf

Indonesia atas harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda

wakaf.

Pasal 37

Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan pendaftaran harta

benda wakaf.

Pasal 38

Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengumumkan kepada masyarakat harta

benda wakaf yang telah terdaftar.

Pasal 39

Ketentuan lebih lanjut mengenai PPAIW, tata cara pendaftaran dan pengumuman

harta benda wakaf diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV

PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF

Pasal 40

Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:

1. dijadikan jaminan;

2. disita;

3. dihibahkan;

4. dijual;

5. diwariskan;

6. ditukar; atau

7. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Page 65: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XIX

Pasal 41

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan

apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk

kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR)

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak

bertentangan dengan syariah.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat

dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan

Badan Wakaf Indonesia.

(3) Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan

pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta

benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta

benda wakaf semula.

(4) Ketentuan mengenai perubahan status harta benda wakaf sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

BAB IV

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF

Pasal 42

Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan

tujuan, fungsi, dan peruntukannya.

Pasal 43

(1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.

(2) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan secara produktif.

(3) Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud

pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin

syariah.

Pasal 44

(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir dilarang

melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin

tertulis dari Badan Wakaf Indonesia.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan apabila harta

benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan

yang dinyatakan dalam ikrar wakaf.

Page 66: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XX

Pasal 45

(1) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir

diberhentikan dan diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang

bersangkutan :

a. meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan;

b. bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan hukum;

c. atas permintaan sendiri; tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir

dan/atau melanggar ketentuan larangan dalam pengelolaan dan

engembangan harta benda wakaf sesuai dengan ketentuanperaturan

perundang-undangan yang berlaku;

d. dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap.

(2) Pemberhentian dan penggantian Nazhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh

Nazhir lain karena pemberhentian dan penggantian Nazhir, dilakukan dengan

tetap memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan

tujuan serta fungsi wakaf.

Pasal 46

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan dan pengembangan harta benda

wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 45

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI

BADAN WAKAF INDONESIA

Bagian Pertama

Kedudukan dan Tugas

Pasal 47

(1) Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional,

dibentuk Badan Wakaf Indonesia.

(2) Badan Wakaf Indonesia merupakan lembaga independen dalam

melaksanakan tugasnya.

Pasal 48

Badan Wakaf Indonesia berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/ atau Kabupaten/Kota

sesuai dengan kebutuhan.

Page 67: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXI

Pasal 49

(1) Badan Wakaf Indonesia mempunyai tugas dan wewenang:

a. melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf;

b. melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala

nasional dan internasional;

c. memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan

status harta benda wakaf;

d. memberhentikan dan mengganti Nazhir;

e. memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf;

f. memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam

penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Badan

Wakaf Indonesia dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat

maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan

pihak lain yang dipandang perlu.

Pasal 50

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Badan Wakaf

Indonesia memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama

Indonesia.

Bagian Kedua

Organisasi

Pasal 51

(1) Badan Wakaf Indonesia terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan

Pertimbangan.

(2) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unsur

pelaksana tugas Badan Wakaf Indonesia.

(3) Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan unsur

pengawas pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 52

(1) Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan Badan Wakaf Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51, masing-masing dipimpin oleh 1 (satu)

orang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para

anggota.

(2) Susunan keanggotaan masing-masing Badan Pelaksana dan Dewan

Pertimbangan Badan Wakaf Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh para anggota.

Page 68: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXII

Bagian Ketiga

Anggota

Pasal 53

Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh)

orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat.

Pasal 54

(1) Untuk dapat diangkat menjadi anggota Badan Wakaf Indonesia, setiap calon

anggota harus memenuhi persyaratan :

a. warga negara Indonesia;

b. beragama Islam;

c. dewasa;

d. amanah;

e. mampu secara jasmani dan rohani;

f. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum;

g. memiliki pengetahuan, kemampuan, dan/atau pengalaman di bidang

perwakafan dan/atau ekonomi, khususnya di bidang ekonomi syariah; dan

h. mempunyai komitmen yang tinggi untuk mengembangkan perwakafan

nasional.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketentuan mengenai

persyaratan lain untuk menjadi anggota Badan Wakaf Indonesia ditetapkan

oleh Badan Wakaf Indonesia.

Bagian Keempat

Pengangkatan dan Pemberhentian

Pasal 55

(1) Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden.

(2) Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan

diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian

anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan

peraturan Badan Wakaf Indonesia.

Pasal 56

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga)

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 57

(1) Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia

diusulkan kepada Presiden oleh Menteri.

Page 69: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXIII

(2) Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada

Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan calon keanggotaan Badan Wakaf

Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Badan Wakaf

Indonesia, yang pelaksanaannya terbuka untuk umum.

Pasal 58

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia yang berhenti sebelum berakhirnya masa

jabatan diatur oleh Badan Wakaf Indonesia.

Bagian Kelima

Pembiayaan

Pasal 59

Dalam rangka pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia, Pemerintah wajib

membantu biaya operasional.

Bagian Keenam

Ketentuan Pelaksaan

Pasal 60

Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, fungsi, persyaratan,

dan tata cara pemilihan anggota serta susunan keanggotaan dan tata kerja Badan

Wakaf Indonesia diatur oleh Badan Wakaf Indonesia.

Bagian Ketujuh

Pertanggungjawaban

Pasal 61

(1) Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Badan Wakaf Indonesia dilakukan

melalui laporan tahunan yang diaudit oleh lembaga audit independen dan

disampaikan kepada Menteri.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada

masyarakat.

BAB VII

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 62

(1) Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk

mencapai mufakat.

Page 70: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXIV

(2) Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau

pengadilan.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 63

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

wakaf untuk mewujudkan tujuan dan fungsi wakaf.

(2) Khusus mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri

mengikutsertakan Badan Wakaf Indonesia.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilakukan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan Majelis Ulama

Indonesia.

Pasal 64

Dalam rangka pembinaan, Menteri dan Badan Wakaf Indonesia dapat melakukan

kerja sama dengan organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan

pihak lain yang dipandang perlu.

Pasal 65

Dalam pelaksanaan pengawasan, Menteri dapat menggunakan akuntan publik.

Pasal 66

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk pembinaan dan pengawasan oleh Menteri

dan Badan Wakaf Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63, Pasal 64, dan

Pasal 65 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF

Bagian Pertama

Ketentuan Pidana

Pasal 67

(1) Setiap orang yang dengan sengaja menjaminkan, menghibahkan, menjual,

mewariskan, mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya harta benda

wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 atau

tanpa izin menukar harta benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

Page 71: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXV

(lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja mengubah peruntukan harta benda wakaf

tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas

hasil pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah

yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Bagian Kedua

Sanksi Administratif

Pasal 68

(1) Menteri dapat mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran tidak

didaftarkannya harta benda wakaf oleh lembaga keuangan syariah dan

PPAIW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 32.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang wakaf

bagi lembaga keuangan syariah;

c. penghentian sementara dari jabatan atau penghentian dari jabatan PPAIW.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

Dengan berlakunya Undang-Undang ini, wakaf yang dilakukan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum diundangkannya

Undang-Undang ini, dinyatakan sah sebagai wakaf menurut Undang-Undang ini.

Pasal 70

Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perwakafan

masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan

peraturan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

Page 72: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXVI

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

(1) Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 27 Oktober 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG

YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 27 Oktober 2004

MENTRI SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR

159

Page 73: STUDI ANALISIS FATWA MAJELIS ULAMA …digilib.uin-suka.ac.id/16016/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdftentang wakaf uang merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana masyarakat

XXVII

CURRICULUM VITAE

Nama : Latif Ali Romadhoni

Tempat/ Tanggal Lahir : Banyumas, 6 Maret 1993

Fakultas/ Jurusan : Syari‟ah dan Hukum/ Muamalat

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Klapagading Kulon, Kec. Wangon

Nama Orang Tua

Ayah : H. M. Masruri

Ibu : Ny. Salamah

Alamat : Klapagading Kulon, Kec. Wangon

Riwayat Pendidikan

- SD N 2 Ranjingan : Tahun 2001 – 2006

- MTs MANUSA : Tahun 2006 – 2008

- SMA N Jatilawang : Tahun 2008 – 2011

- UIN Sunan Kalijaga : Tahun 2011 – 2015

Lampiran IV

XI