STUDI ANALISA PASAR PARIWISATA UNTUK MENGETAHUI … · Pariwisata adalah industri yang memiliki...
Transcript of STUDI ANALISA PASAR PARIWISATA UNTUK MENGETAHUI … · Pariwisata adalah industri yang memiliki...
STUDI ANALISA PASAR PARIWISATA UNTUK MENGETAHUI
MOTIVASI DAN KARAKTERISTIK WISATAWAN DI MUSEUM
KERETA API AMBARAWA
Disusu Oleh
Nama : Ery Sutrianto
NIM : 732014010
Disusun sebagai Laporan Tugas AkhirProgram Studi Destinasi Pariwisata
PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
I. PENDAHULUAN
Pariwisata adalah industri yang memiliki dampak besar terhadap ekonomi, sosial dan
budaya suatu daerah. Oleh karena itu, sekarang ini Indonesia sedang gencar-gencarnya
menggali potensi-potensi pariwisata yang ada di daerah. Peran berbagai pihak dalam
membuat sebuah destinasi wisata sangat dibutuhkan agar tercipta standar yang baik bagi
wisatawan lokal maupun internasional. Wilayah Indonesia sangatlah luas, potensi
wisatanya pun sangat lengkap, negara dengan kekayaan alam dan budaya yang banyak
ini menjadikan Indonesia sebagai kunjungan wisatawan dari berbagai kalangan, tak hanya
alam dan budaya bangunan-bangunan bersejarah dan situs-situs kuno menjadi daya tarik
yang membuat wisatawan tinggal lebih lama di Indonesia (BPS, 2016).
Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang
dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki
kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap
dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan MaschinenfabrikEsslingen, serta B
5112 buatan Hannoversche Maschinenbau AG, sampai sekarang masih dapat
menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata.
Museum ini melayani kereta wisata Ambarawa-Bedono pp, Ambarawa-Tuntang pp
dan lori wisata Ambarawa-Tuntang pp. Kereta wisata Ambarawa-Bedono pp atau lebih
dikenal sebagai Ambarawa Railway Mountain Tour ini beroperasi dari museum ini
menuju Stasiun Bedono yang jaraknya 35 km dan ditempuh 1 jam untuk sampai stasiun
itu. Kereta ini melewati rel bergerigi yang hanya ada di sini dan di Sawahlunto. Panorama
keindahan alam seperti lembah yang hijau antara Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu
dapat disaksikan sepanjang perjalanan.
Pada umumnya pemasaran pariwisata merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok/individu untuk memberikan informasi, mengkomunikasikan dan
memperkenalkan produk/atraksi kepada khalayak umum. Dalam hal ini PT KAI bekerja
sama dengan Pemkab dan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang mempromosikan
Museum Kereta Api Ambarawa melalui media sosial dan majalah pariwisata. Pada
kenyataannya, keberadaan Museum Kereta Api Ambarawa sebagai rancangan museum
internasional belum mendapatkan tempat di benak calon pengunjung, banyak orang yang
bahkan belum mengetahui keberadaan museum atau mereka kurang mengetahui tentang
keterangan apa itu museum Ambarawa. Museum kereta api Ambarawa hingga sekarang
melalui perubahan yang besar, sempat ditutup dan dibuka kembali pada bulan Oktober
2014. Hingga saat ini museum telah dibuka kembali dan masih mengalami proses
renovasi. Akibat sudah lama tidak dibuka seperti ini, untuk menggalakan peningkatan
atau pengunjung dibutuhkan analisa pasar untuk mendukung pemasaran dan promosi.
Penelitian ini belum pernah dilkukan sebelumnya sehingga penulis tertarik untuk
meneliti di destinasi ini untuk mengetahui determinan dan motivasi wisatawan dalam
mendukung pemasaran destinasi. Analisis ini penting dilakukan untuk keberlanjutan
pariwisata di Museum ini karena peneliti mengetahui bahwa sumber daya manusia yang
ada belum mampu untuk mengembangkan destinasi ini menjadi sebuah destinasi ikonik
kota Ambarawa. Untuk itu, analisisi akan dibuat sesuai fakta dilapangan sehingga
diharapkan para pengelola mendapatkan gambaran tentang bagaimana cara
mempromosikan destinasi ini berdasarkan analisa pasar pariwisata.
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian terdahulu
Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah ada beberapa peneliti lain yang mengambil
topik penelitian yang menyerupai topik penelitian ini, misalnya penelitian yang dilakukan
oleh (Purwanto et. al, 2016) yang berjudul Analisis Perilaku Wisatawan Tiongkok Di
Luar Negeri: Sebuah Studi Literatur. Penelitian ini membahas tentang motivasi wisata
outbound merupakan faktor permintaan, pasokan, dan sumber daya yang semakin baik.
Dapat dilihat terutama dalam pemenuhan permintaan pariwisata secara nasional,
pengembangan pariwisata inbound yang lebih baik, mempromosikan pertukaran
wisatawan antara negara, mengurangi friksi perdagangan, memperlambat tekanan
apresiasi Yuan Tiongkok dan faktor lainnya yang diharapkan dapat membantu
menstabilkan masyarakat secara psikologis, ekonomi dan meletakkan dasar untuk pasar
wisata outbound. Dalam penelitian ini juga dijelaskan mengenai perilaku dan dinamika
pasar wisata di Tiongkok. Dalam dinamikanya wisatawan Tiongkok lebih suka
melakukan perjalanan wisata secara berkelompok dengan alasan untuk kenyamanan dan
harga yang wajar serta perilaku konsumtif mereka yang di pengaruhi melalu pengemasan
barang yang menarik dan barang yang mereka anggap akan mengangkat status sosial
mereka. Jadi, semakin mewah barang yang ditawarkan akan mempengaruhi tingkat
konsumtif mereka.
Penelitian yang berjudul Analisis Segmentasi Pasar Wisatawan Mancanegara Yang
Berkunjung Ke Bali Dari Aspek Sosio-Ekonomi Demografi, Psikografi, dan Perilaku
membahas mengenai pengelompokan wisatawan yang berdasarkan pada usia, gender dan
pendidikan. Penelitian ini membandingkan antara wisatawan yang berasal dari China dan
Eropa yang nantinya akan mempengaruhi aspek perilaku sosial budaya dan ekonomi.
Perbandingan dari faktor individu adalah wisatawan dari Cina senang berkunjung dengan
berkelompok karena mereka lebih nyaman dan aman sedangkan wisatawan Eropa lebih
senang berwisata sendiri. Perbandingan dari faktor gender wisatawan Cina lebih banyak
perempuan dibandingkan dengan wisatawan Eropa. Perbandingan dari fator usia
wisatawan Cina pada umumnya lebih banyak yang berusia antara 30-60th sedangkan
wisatawan Eropa rata-rata berusia 20-50 tahun. Dalam hal ini peneliti ingin
menggarisbawahi bahwa dalam perbandingan tersebut akan mempengaruhi perilaku dan
kebutuhan wisatawan yang berkunjung misalnya, wisatawan Cina lebih suka
mengunjungin tempat-tempat yang menghibur dan berbelanja barang-barang mewah
sedangkan wisatawan Eropa lebih suka mempelajari dan mengamati budaya dan
mengikuti adat yang ada di Bali. (Ginting et. al, 2015)
Penelitian lain yang berjudul Analisis Motivasi Berkunjung Wisatawan dan Tingkat
Pengetahuan Wisatawan Tentang Produk Industri Kreatif Sektor Kerajinan (Studi pada
Wisatawan Domestik di Kota Batu, Jawa Timur) membahas menganai faktor dominan
motivasi wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu adalah istirahat dan relaksasi.
Sedangkan, faktor dominan motivasi wisatawan berdasarkan faktor penarik untuk datang
ke Kota Batu adalah fasilitas wisata yang meliputi wahana di wisata buatan, hotel,
transportasi. Motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Batu terutama mengunjungi
objek wisata alam dan buatan (man-made) tidak terlepas dari informasi yang didapatkan
mengenai destinasi (Kota Batu) dan produk-produk unggulan wisata yang ada di Kota
Batu. Dalam penelitian ini juga menjelaskan tingkat pengetahuan wisatawan tentang
produk industri kreatif sektor kerajinan di Kota Batu terbukti masih rendah. Hal ini
membuktikan produk industri kreatif sektor kerajinan masih minim promosi, sehingga
pelaku usaha di Kota Batu hanya memasarkan produk kerajinan ke pelanggan tetap.
Rendahnya tingkat pengetahuan wisatawan tentang produk industri kreatif sektor
kerajinan selaras dengan minimnya informasi tentang produk industri industri kreatif
sektor kerajinan di Kota Batu yang didapatkan oleh wisatawan. Peran pemerintah dan
pelaku usaha disektor kerajinan sendiri yang masih minim. Pemerintah masih terfokus
pada promosi objek wisata buatan (man-made), sedangkan pelaku usaha hanya menjual
produk kerajinan ke pelanggan tetap seperti kios kerajinan dan distributor, belum ada
upaya untuk menarik wisatawan untuk datang. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
melihat bagaimana pengelolaan pengunjung dapat meningkatkan kualitas pengalaman
pengunjung dengan melihat apa yang diinginkan masing-masing jenis wisatawan.
Sehingga penelitian yang dilakukan dapat melengkapi penelitian sebelumnya. (Sahara, et.
Al, 2016)
2.2 Landasan Teori
A. Analisa Pasar Pariwisata
Analisa pasar pariwisata dapat diartikan sebagai gambaran tentang adanya
permintaan dari konsumen (wisatawan) dan adanya penawaran dari produsen (penyedia
jasa) dengan memperhatikan beberapa hal seperti demografi, psikologi dan geografis.
• Permintaan
Seperti pada teori teori secara umum tentang pasar, permintaan adalah hal yang
paling menentukan adanya pasar. Dalam hal ini permintaan dalam pasar
pariwisata adalah keamanan, ketertiban, keramahan, keindahan, kebersihan,
kenyamanan, dan kenangan.
• Penawaran
Setelah mengatahui permintaan dari konsumen, produsen akan mulai
menganalisa target pasar yang akan mereka tuju dengan memperhatikan usia,
gender, pendidikan, gaya hidup dan tempat asal.
Dilihat dari fungsi dan tujuannya analisa pasar pariwisata merupakan sebuah rancangan
awal untuk mendukung terciptanya pemasaran yang terarahdan sesuai dengan apa yang
di harapkan oleh konsumen dan produsen dalam pemenuhan kebutuhan.
B. Motivasi Wisatawan
Motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar
melakukan yang kita inginkan. Dengan kata lain adalah dorongan dari luar terhadap
seseorang agar mau melakukan sesuatu (Martoyo, 2000). Dalam industri pariwisata
motivasi penting untuk diketahui agar penyedia layanan pariwisata dapat mengetahui
tujuan yang jelas dari wisatawan. Motivasi dapat dikelompokan menjadi 6 kelompok
besar yaitu sebagai berikut (McIntosh 1977) & (Murphy 1985) :
• Physical or physiological motivation ( motivasi yang bersifat fisik atau
fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartsipasi
dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.
• Cultural motivation (motivasi budaya) adalah keinginan untuk mengetahui
budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan
berbagai objek tinggalan budaya (bangunan bersejarah)
• Social motivation atau Personal motivation (motivasi yang bersifat sosial, seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, , melakukan ziarah,
pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya
• Fantasy motivation atau Emotional (motivasi yang berdasarkan pada emosi atau
angan-angan), bahwa di daerah lain seseorang bisa lepas dari rutinitas keseharian
yang menjemukan ataupun ingin bernostalgia, berpetualang, dan sebagainya.
• Status motivation( motivasi karena status sosial) adalah melakukan hal yang
dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise)
• Personal development motivatian( motivasi untuk mengetahui sesuatu untuk
tujuan pengembangan diri) contohnya sepertibelajar tari dan musik daerah lain,
hidup dan berintraksi dengan masyarakat daerah lain selama beberapa hari.
Gambar 4.1 A Typology of motivators in tourism ( Swarbrooke, 2007 )
C. Determinan Wisatawan
STATUS
• Exclusivity
• Fashionablility
• Obtaining a good
deal
• Ostetantius spending
oppoetunities PERSONAL DEVELOPMENT
• Increasing knowledge
• Learning a new skill
PERSONAL
• Visiting friends and relatives
• Make new friends
• Need to satisfy others
• Search for economic if on
very limited income
PHYSICAL
• Relaxation
• Suntan
• Exercise and Healt
• Sex
EMOTIONAL
• Nostalgia
• Romance
• Adventuring
• Escaping
• Fantasy
• Spiritual fulfilment
CULTURAL
• Sightseeing
• Experiencing New Cultures
TOURIST
Determinan adalah faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan
wisata ke suatu tempat yang asing baginya atau suatu tempat yang tidak sama dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Seorang wisatawan cenderung bosan dengan
lingkungan sekitarnya dan mulai jenuh dengan rutinitas sehari-hari. Oleh sebab itulah
determinan dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu internal dan eksternal.
Gambar 5.1 Personal determinants of tourist behaviour ( Swarbrooke, 2007 )
a. Faktor internal
Dilihat dari figure 3 determinan seorang wisatawan dapat dibagi menjadi 4
kelompok yang menyebabkan wisatawan ingin melakukan perjalanan wisata
antara lain :
• Circumstances ( Keadaan ) dimana seorang wisatawan yang memiliki
biaya yang cukup, transportasi pribadi yang baik, waktu yang senggang,
dan untuk kembali bekerja setelah melakukan perjalanan wisata.
Experimence of :
• Types of holidays
• Defferent destinations
• The products offered by
different tourism organizations
• Taking a trip with particular
individuals or groups
• Attempting to find discounted
prices
Attitudes and Perceptions :
• Perception of destinations and
tourism organizations
• Political views
• Preferences for particular
countries and cultures
• Fear of certain modes of travel
• How far in advance they like to
plan and book a trip
• Ideas on what constitude value for
money
• Their attitudes to standards of
behaviour as a tourist
Knowledge of :
• Destinations
• The availablelity of different
tourism products
• Price differences between
competitor organizations
Circumstances
• Health
• Disposable income Available
• Leisure times
• Work Comitments
• Family Comitmens
• Car Ownership
• Knowledge ( Pengetahuan ) seseorang dengan memiliki pemahaman
tentang sebuah destinasi yang akan dituju, perbedaan produk dari tempat
asalnya, dan persaingan harga.
• Attitudes and perseption ( Sikap dan persepsi ) bagaimana kempuan
seseorang dalam melihat keadaan sekitarnya sebelum melakukan
perjalanan seperti politik, aturan-aturan sebagai turis di suatu daerah,
pengetahuan tentang organisasi dan merencanakan perjalanan serta
mempertimbangkan resiko pada saat akan melakukan perjalan wisata.
• Experience ( Pengalaman) pencarian terhadap lingkungan yang baru
melalui perjalanan wisata yang telah direncanakan sebelumnya mengenai
jadwal, jenis kegiatan, jumlah orang dan biaya untuk menciptakan sebuah
pengalaman baru yang berkesan.
b. Faktor External
• View friends and relatives, mengunjungi saudara, teman dan keluarga yang
jauh memungkinan seseorang untuk melakukan perjalanan.
• The influence ofmedia, brosur, agensi jasa wisata, promosi lewat tv, koran
dan majalah pariwisata.
• National, society-widepolitical, economic social and technological factor,
di jaman globalisasi sekarang ini orang dapat mudahnya memperoleh
informasi-informasi destinasi yang sekiranya cocok dengan kemauannya
seperti keadaan politik, ekonomi, kebijakan suatu daerah dan akses.
• Global, political, economic social and technological factors, kondisi
keamanan daerah, inflasi, politik, interaksi masyarakat dan teknolgi.
Gambar 5.2 External determinants of tourist behaviour (Swarbrooke, 2007)
D. Perilaku Wisatawan
Perilaku wisatawan adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari,
memilih menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Morrisan 2007:64). Dalam hal analisa
pasar pariwisata perlunya mengetahui perilaku wisatwan agar dapat mengetahui
kebutuhan, standar, dan kemauan wisatawan. Perilaku wisatawan merupakan suatu
proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu.
a) Tahap perolehan (acquisition), mencari (searching) dan membeli (purchasing).
b) Tahap konsumsi (consumption) yang berupa menggunakan (using) dan
mengevaluasi (evaluating).
c) Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) yang berupa tindakan wisatawan.
d) Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi unit-unit pengambil keputusan
(decision unit) menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari, wisatawan
sendiri yang membentuk pasar wisatawan (touristmarket) dan wisatawan
organisasional yang membentuk pasar bisnis (businessmarket). Adapun konsep
personal tourist dalam definisi perilaku wisatawan dapat lebih dijelaskan bahwa
personal wisatawan merupakan individu yang membeli barang dan jasa untuk
dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan hadiah untuk orang
lain sehingga personal wisatawan merupakan pengguna terakhir.
Bab III
Sesuai dengan topik penelitian, maka penelitian ini dilakukan di Museum Kereta Api
Ambarawa yang melibatkan 96 responden dari total pengunjung dan dipilih secara acak.
Penelitian ini menggunakan metode campuran ( mix method ) yaitu untuk memperoleh
suatu gambaran tentang perilaku wisatawan dengan melalukan pengamatan ( observasi )
dan untuk mengetahui ( explore ) hal-hal baru di lokasi penelitian. Untuk mengetahui
pendapat dari responden, peneliti mengajukan kuesioner kepada responen dan melakukan
wawancara.
Teknik pengambilan sampel Purposive Sampling. Teknik pengumpulan sample
sumber data dengan pertimbangan tertentu. ( Sugiyono, 2013:218-219 ). Rata- rata
kunjungan wisatawan di Museum Kereta Api bulan Maret adalah 2.630 wisatawan, data
diperoleh dari hasil wawancara dengan petugas tiketing sehingga di dapat sample dengan
jumlah 96.
Total sample didapat dengan menggunakan rumus (Sumbernya dari survey monkey)
Sample Size =
Population Size = N | Margin of error = e | z-score = z
e is percentage, put into decimal form
Kuesioner dibuat terkait dengan motivasi, determinan dan perilaku wisatawan di
Museum Kereta Api Ambarawa. Untuk memperoleh data atau tanggapan dari wisatawan,
penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan menggunakan skala likert untuk
mengukur pendapat atau presepsi wisatawan. Dengan perhitungan skala sebagai berikut;
sangat berpengaruh, berpengaruh, tidak berpengaruh mengenai motivasi dan perilaku
wisatawan di Museum Kereta Api Ambarawa.
Bab IV
PEMBAHASAN
4.1 Demografi dan Profesi Wisatawan
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang
melibatkan 96 responden dari total seluruh pengunjung obyek wisata Museum Kereta Api
Ambarawa yang menurut penuturan salah satu petugas tiket yang telah peneliti
wawancarai terdapat 2630 orang pengunjung dalam bulan Maret 2018. Selain itu alasan
peneliti menggunakan kuesioner adalah untuk mengetahui karakteristik wisatawan untuk
selanjutnya agar dapat diteruskan sebagai data analisa pasar yang tepat.
Dilihat dari demogafi dan pekerjaan pada tabel 1 bahwa kompisisi responden
terbanyak adalah mereka yang berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa yang berusia
rata – rata 17 – 24 tahun.
Tabel 1 Distribusi Responden Pengunjung Museum Kereta Api Ambarawa Menurut
Kelompok Demografi dan Profesi
Sumber : Data Questioner Pengunjung (diolah)
4.2 Motivasi Wisatawan
Grafik 4.2 : Motivasi Wisatawan
0102030405060708090
100
Motivasi Wisatawan
Wisatawan Karakteristik
Pengunjung Hasil Survey
Kelompok Umur
3-12 th 14%
12-17 th 38%
17-25 th 26%
25-35 th 22%
35-50 th 8%
>50 th 2%
Jenis Kelamin
Laki - laki 70%
Perempuan 30%
Jenis Pekerjaan
Pelajar 42%
Mahasiswa 10%
Wiraswasta 26%
Ibu Rumah Tangga 10%
Pegawai 10%
Pensiunan 2%
Setelah melakukan pengolahan data peneliti menyimpulkan hal-hal yang
mempengaruhi wisatawan berkunjung ke obyek wisata Museum Kereta Api Ambarawa
adalah sebagai berikut :
• Melihat Pemandangan
Sebanyak 88% wisatawan menyatakan bahwa motivasi terbesar untuk berkunjung
ke obyek wisata ini adalah sightseeing karena banyak dari wisatawan merasa
penasaran dengan bagaimana bentuk peralatan pengoperasian stasiun tertua di
Indonesia ini. Selain itu, penataan kereta api tua yang rapi menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan terutama bagi pelajar dan anak-anak.
• Relaksasi
Relaksasi dirasa tidak berpengaruh terhadap motivasi pengunjung. Berdasarkan
data yang diperoleh peneliti hanya 12% menyatakan berkunjung untuk
berelaksasi.
• Petualangan
Bagi para wisatawan yang memiliki waktu panjang berpetualang akan
berpengaruh sebagai motivasi utama karena keinginan mereka untuk menjelajahi
wisata di sekitar kabupaten Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
sebanyak 31% wisatawan menyatakan berpetualang menjadi motivasi utama
terutama untuk mahasiswa.
• Bertemu Dengan Orang Baru
Bertemu dengan orang baru merupakan motivasi yang kurang berpengaruh di
obyek wisata ini. Berdasarkan data yang diperoleh motivasi untuk bertemu orang
baru sebesar 9%.
• Menyenangkan Teman, Saudara Atau Keluarga
Sebesar 40% pengunjung obyek wisata Museum Kereta Api Ambarawa
menyatakan mereka berwisata untuk menyenangkan teman atau keluarga. Dapat
dilihat dari kunjungan wisatawan yang datang dengan kelompok-kelompok kecil.
• Menambah Pengetahuan
Hampir seluruh responden memiliki motivasi ini sebagai alasan mereka
mengunjungi obyek wisata Museum Kereta Api Ambarawa. Karena pada
dasarnya sebanyak 91% responden ingin mengetahui sejarah yang ada di obyek
wisata ini.
4.3 Determinan internal Wisatawan
Grafik 4.3 : Determinan internal Wisatawan
Determinan internal yang pengaruhi kunjungan wisatawan di obyek wisata Museum
Kereta Api Ambarawa adalah sebagai berikut :
• Kesehatan
Sebanyak 5% dari seluruh responden yang menyatakan kesehatan merupakan
faktor penting dalam mempengaruhi kunjungan wisata di obyek wisata ini.
• Menabung Untuk Melakukan Kegiatan Wisata
Sebagian responden menyatakan tidak perlu menyisihkan uang mereka untuk
melakukan kunjungan wisata di Museum Kereta Api Ambarawa dan sebagian dari
responden terutama untuk yang berdomisili jauh dari obyek wisata ini meyatakan
perlu menyisihkan uang untuk mengunjungi obyek wisata ini.
• Mengisi Waktu Luang
Semua responden menyatakan mengunjungi obyek wisata Museum Kereta Api
Ambarawa untuk bersenang-senang diwaktu senggang dan mengisi waktu luang
saat tidak ada rutinitas.
• Kendaraan Pribadi
Dalam hal ini peneliti menyamaratakan responden yang menggunakan kendaraan
pribadi seperti motor dan mobil. Hampir semua responden yang berkunjung
menyatakan menggunakan kendaraan pribadi mereka masing-masing karena
akses dan lalu lintas menuju obyek wisata ini belum terlalu ramai.
• Pengetahuan Tentang Destinasi
0
20
40
60
80
100
120
Kesehatan Menabunguntuk
melakukankegiatanwisata
Mengisi WaktuLuang
KendaraanPribadi
Pengetahuantentang
Destinasi
Pengalamanmengunjungiobyek wisata
lain
Determinan Wisatawan
Sebanyak 67% responden mengetahui tentang obyek wisata ini melalui teman,
keluarga, media sosial dan baliho yang terpasang di sekitas kabupaten Semarang.
• Pengalaman Mengunjungi Obyek Wisata Lain
Responden yang mengunjungi obyek wisata Museum Kereta Api Ambarawa
sebanyak 92% pernah mengunjungi man-made tourism dan nature-based tourism.
Hal ini juga sangat mempengaruhi kunjungan mereka ke obyek wisata ini karena
jika obyek wisata ini termasuk dalam daftar wisata unggulan di kabupaten
Semarang.
4.4 Determinan eksternal Wisatawan
Grafik 4.4 : Determinan eksternal Wisatawan
Determinan eksternal yang pengaruhi kunjungan wisatawan di obyek wisata
Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebagai berikut :
• Saran Dari Teman/Saudara
90% Responden menyatakan banyak dari mereka yang mendapatkan sugesti/saran
dari teman/keluarga untuk mengunjungi obyek wisata museum Kereta Api
Ambarawa.
• Pengaruh Media Sosial
Hampir seluruh responden terutama untuk wisatawan yang masih berusia remaja
datang berkunjung ke Museum Kereta Api untuk mencari spot foto yang
kemudian di upload di media sosial.
0
20
40
60
80
100
120
Saran dari Teman Pengaruh Media Sosial Mengunjungi Teman atausaudara
Determinan eksternal Wisatawan
• Mengunjungi Teman, Saudara/Keluarga
Wisatawan yang berkunjung rata-rata berasal dari luar kota Ambarawa, jadi untuk
wisatawan yang bertujuan untuk mengunjungi sanak saudara/keluarga sangat
sedikit sekitar 4%
4.5 Hambatan – hambatan yang dihadapi
Dalam mengumpulkan informasi menggunakan kuesioner tentu terjadi hambatan
yang menjadi tantangan bagi peneliti. Hambatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perizinan
Dalam proses pengambilan data peneliti memerlukan waktu 3 hari untuk bertemu
dengan orang yang bertanggung jawab di obyek wisata Museum Kereta Api
Ambarawa.
b. Dana
Peneliti memerlukan dana lebih untuk mendukung proses pengambilan data
seperti membeli bolpen sebanyak 100 buah untuk tiap kuesioner yang telah dibuat
serta pembelian tiket masuk untuk setiap kali pengambilan data.
c. Responden yang kooperatif
Peneliti menemukan beberapa responden dalam kelompok pelajar yang tidak
mengerti bagaiamana cara mengisi responden dan juga sulitnya menemukan
responden yang mau di mintai wawancara singkat setelah mengisi kuesioner.
Bab V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Obyek wisata ini dapat dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat sejenak dari
rutinitas dengan biaya yang murah dan akses yang mudah. Pemandangan alam yang indah
dengan menggunakan jasa perjalanan lori dan keingininan wisatawan untuk menambah
wawasan tentang sejarah Museum juga menjadi motivasi tersendiri bagi banyak
wisatawan. Wisatawan yang berkunjung di dominasi oleh mahasiswa dan pelajar antara
usia 13-25 tahun yang memilih menggunakan transportasi kendaraan pribadi untuk
mengisi waktu luang mereka. Banyak responden yang menyatakan ingin berkunjung
kembali bersama teman, keluarga atau saudara karena ingin berwisata sambil
mempelajari sejarah serta mendukung pariwisata yang ada di kabupaten Semarang.
5.2 Saran
Pihak pengelola perlu memiliki kuesioner sendiri untuk mengetahui analisa pasar dan
trend yang ada agar Museum Kereta Api Ambarawa dapat lebih bersaing dalam hal
promosi. Dengan begitu wisatawan akan merasa ikut berkontribusi dalam pengembangan
kegiatan wisata di obyek wisata.
Disisi lain, fasilitas seperti penambahan titik-titik visual seperti pemutaran film sejarah
museum Kereta Api Ambarawa juga diperlukan untuk meningkatkan kunjungan
khususnya untuk wisatawan yang ingin mengetahui tentang obyek wisata ini serta
penambahan ruang teduh diluar bangunan dan bangku taman untuk tempat singgah
wisatawan juga perlu ditambakan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2016, January 10). Beranda Pariwisata. Dipetik March 22, 2018, dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Semarang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang
Br. Ginting, May. S., Negara, I Nyoman K.&Sudiarta, I Made. ( 2015 ). Analisis
Segmentasi Pasar Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Bali dari Aspek
Sosio-Ekonomi, Demografi, Psikografi, Dan Perilaku. Vol. 3, No. 2, UNUD. Bali.
Martoyo. Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jogjakarta: PT BPFE-
Jogjakarta
McIntosh. 1977. Karakteristik Wisatawan. Yogyakarta. Andi
Morissan. Alexander. 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. ( 69 ).
Jakarta: Ramdina Prakarsa
Murphy. 1985. Pengembangan Potensi Pariwisata. Bandung. Alfabeta
Perpusda. (2017). Dipetik Maret 21, 2018, dari Tempat wisata Jawa Tengah:
http://perpusdajawatengah.id
Purwanto, Supriadi&Wang Ling. ( 2016 ). Sebuah Studi Literatur: Analisis Perilaku
Wisatawan Tiongkok di Luar Negeri. vol. 20, no. 1. Donghua University.
Sample Size. https://www.surveymonkey.com/mp/sample-size-calculator/ ( diakses 1
Mei 2018 ).
Sahara, Fiki N. A., M. Iqbal dan B. Sanawiri. Jurnal Administrasi Bisnis: Analisis
Motivasi Berkunjung Wisatawan dan Tingkat Pengetahuan Wisatawan Tentang
Produk Industri Kreatif Sektor Kerajinan (Studi pada Wisatawan Domestik di
Kota Batu, Jawa Timur). Vol. 35 no. 2. Juni 2016. Universitas Brawijaya. Malang
Sugiono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pariwisata. ( 190 ) Jilid I. Edisi ke 13 Jakarta:
Erlangga
Sugiono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. 218-219. Bandung; Alfabeta
Swarbrooke, John and Susan Honer. ( 2007 ). Consumer Behaviour in Tourism Second
edition. Netherlands: Elsevier.
Widagdyo, K. G. ( 2015 ). The Journal of Tauhidinomics : Analisa Pasar Pariwisata Halal
Indonesia. vol. 1, no. 2, 73-80. Universitas Sahid. Jakarta.