Struktur novel

15
1 STRUKTUR NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE Eva Mareta, Totok Priyadi, Sesilia Seli Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak Email:[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat pada novel BBS karya Tere Liye. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif, bentuk kualitatif dan pendekatan struktural. Berdasarkan analisis data, maka disimpulkan hasil sebagai berikut:1) Tokoh utama dalam novel Bidadari- Bidadari Surga karya Tere Liye adalah Laisa, tokoh tambahan adalah Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. 2) Alur yang meliputi situation Mamak mengirim SMS kepada anak-anaknya tentang keadaan Laisa yang sakit parah, generating circumstances yaitu Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta beranjak dewasa, masa kecil terus membayangi mereka, climax yaitu Kak Laisa yang belum menikah harus dilintas oleh Dalimunte dan adik-adiknya, Denouement yaitu Dalimunte akhirnya menikah setelah dipaksa Kak Laisa. 3) Latar terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat yang terbagi tiga puluh satu latar, latar waktu yang terbagi dua puluh tujuh latar, dan latar sosial yaitu sebuah aib di Lembah Lahambay jika seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun. 4) Gaya Bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, dan penegasan. 5) Sudut Pandang orang ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema yaitu pengorbanan tulus seorang kakak demi masa depan adik-adiknya. 7) Amanat yaitu hidup ini harus dijalani dengan penuh keikhlasan dan dipenuhi rasa syukur atas semua yang diberikan Tuhan. Kata kunci: Struktur, Unsur Intrinsik, Novel Abstract: The aim of this research to describe the character and characterization, plot, setting, style of language, point of view, the theme and the message of the novel Bidadari-Bidadari Surga works Tere Liye. Method in this research is descriptive, qualitative form of and structural approaches. Based on data analysis, it was concluded the following results: 1) The main character in the novel BBS works Tere Liye is Laisa, additional character is Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, and Goughsky. 2) The flow that includes the situation Mamak send SMS to their children about the state Laisa terminally ill, generating cırcumstances is Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, and Yashinta growing up, childhood continues to haunt them, the climax Laisa unmarried

description

credit to owner.

Transcript of Struktur novel

Page 1: Struktur novel

1

STRUKTUR NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

KARYA TERE LIYE

Eva Mareta, Totok Priyadi, Sesilia SeliPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak

Email:[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat pada novel BBS karya Tere Liye. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif, bentuk kualitatif dan pendekatan struktural. Berdasarkan analisis data, maka disimpulkan hasil sebagai berikut:1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah Laisa, tokoh tambahan adalah Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. 2) Alur yang meliputi situation Mamak mengirim SMS kepada anak-anaknya tentang keadaan Laisa yang sakit parah, generating circumstances yaitu Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta beranjak dewasa, masa kecil terus membayangi mereka, climax yaitu Kak Laisa yang belum menikah harus dilintas oleh Dalimunte dan adik-adiknya, Denouement yaitu Dalimunte akhirnya menikah setelah dipaksa Kak Laisa. 3) Latar terdiri dari tiga bagian, yaitu latar tempat yang terbagi tiga puluh satu latar, latar waktu yang terbagi dua puluh tujuh latar, dan latar sosial yaitu sebuah aib di Lembah Lahambay jika seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun. 4) Gaya Bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, dan penegasan. 5) Sudut Pandang orang ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema yaitu pengorbanan tulus seorang kakak demi masa depan adik-adiknya. 7) Amanat yaitu hidup ini harus dijalani dengan penuh keikhlasan dan dipenuhi rasa syukur atas semua yang diberikan Tuhan.

Kata kunci: Struktur, Unsur Intrinsik, Novel

Abstract: The aim of this research to describe the character and characterization, plot, setting, style of language, point of view, the theme and the message of the novel Bidadari-Bidadari Surga works Tere Liye. Method in this research is descriptive, qualitative form of and structural approaches. Based on data analysis, it was concluded the following results: 1) The main character in the novel BBS works Tere Liye is Laisa, additional character is Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, and Goughsky. 2) The flow that includes the situation Mamak send SMS to their children about the state Laisa terminally ill, generating cırcumstances is Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, and Yashinta growing up, childhood continues to haunt them, the climax Laisa unmarried

Page 2: Struktur novel

2

should in across by Dalimunte and her sisters, the denouement Dalimunte finally married after a forced of Laisa. 3) Structure consists of three parts, that is setting a background divided into thirty-one, setting the divided time twenty-seven background, and social background are a disgrace in the Valley Lahambay if an unmarried girl at the age of twenty years. 4) the language style comparisons stylistic, conflict, and affirmation. 5) Viewpoint third person "he" omniscient and point of view "I" additional figures. 6) Theme is a genuine sacrifice for the sake of future brother-younger sister. 7) Mandate that life should be lived with sincerity and full of gratitude for all God-given.

Keyword: Structure, Intrinsic Elements, Novel

ovel merupakan satu di antara karya sastra yang dibentuk oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang

membangun sebuah karya sastra dari dalam secara intern. Unsur intrinsik ini terdiri atas tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar teks karya sastra yang berpengaruh terhadap teks itu sendiri. Unsur ekstrinsik ini terdiri atas psikologi, sosiologi, filsafat, dan biografi pengarang.

Penelitian ini mengkhususkan pada unsur intrinsik. Alasan penulis meneliti unsur intrinsik pada sebuah novel karena unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur cerita inilah yang akan dijumpai jika membaca sebuah novel. Unsur intrinsik yang dimaksud dalam sebuah karya sastra adalah tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat.

Alasan penulis meneliti novel sebagai objek penelitian karena di dalam sebuah novel selalu mengandung pengalaman yang berharga yang bisa menginspirasi dan memotivasi pembaca. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk karya sastra ini paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan.

Alasan penulis meneliti novel Bidadari-Bidadari Surga (BBS) karya Tere Liye sebagai objek penelitian ini adalah pertama, novel ini termasuk novel yang ada dalam jajaran best seller di Indonesia. Kedua, novel ini menceritakan tentang semangat, kedisplinan, kasih sayang antar sesama, pengorbanan yang tulus, kerja keras, serta pantang menyerah dalam meraih cita-cita. Dan ketiga, novel ini memberikan inspirasi dan membangkitkan semangat bagi para pembaca, terutama penulis.

Penelitian ini merujuk pada tiga penelitian sebelumnya yaitu pertama penelitian Sri Aprianti yang lulus pada tahun 2010 yang berjudul Tema, Plot/Alur dan Latar/ Setting dalam Novel Maryamah Karpop karya Andrea Hirata.

N

Page 3: Struktur novel

3

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu sama-sama meneliti tentang sastra dan meneliti tentang unsur intrinsik dalam sebuah novel. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif dan menggunakan pendekatan struktural. Hasil dari penelitian tersebut yaitu 1) tema yang berjudul perjuangan cinta Ikal yang mencari pujaan hatinya: A Ling. 2) alur yang dibagi menjadi lima bagian, meliputi situation (tahap penyituasian) yaitu ketika Ayah Ikal mendapat surat naik pangkat itu bukan ditujukan kepada Ayah Ikal. Generating Circumstances (tahap pemunculan konflik) yaitu ketika ia mendengar kabar burung di kampungnya yang menjadi petunjuk leberadaan A Ling. Rising Action (tahap peningkatan konflik) yaitu ketika Ikal dan kawan-kawan merapat di dermaga kayu Karimata untuk bertemu Tuk Bayan Tula dan Dayang Kaw. Climax (tahap klimaks) yaitu ketika Ikal dan kawan-kawan bertemu dengan Tambok dan melakukan transaksi agar dapat mencari A Ling di Kepulauan Batuan. Denouement (tahap penyelesaian) yaitu ketika Ikal menemukan A Ling dan membawanya pulang ke kampung halamannya. 3) latar yang dibedakan menjadi tiga bagian yaitu latar tempat (Wasrai, Sungai Linggang, Eropa, Poitiers di luar Paris, Bandara Soekarno Hatta, Tanjung Priok, Manggar, Batuan, Bedeng, Pulau Kuburan). Latar waktu (tiga puluh satu tahun, belasan tahun, empat generasi, sampai larut, melangkahi subuh, tahun lalu, lima belas tahun, sepanjang pagi). Latar suasana (rasa senang, rasa terkejut, rasa sedih).

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian tersebut hanya membahas tiga dari unsur intrinsik dalam novel, sedangkan penulis akan membahas tujuh unsur intrinsik. Hal lain yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian tersebut adalah novel yang akan digunakan oleh penulis.

Kedua penelitian Nindia Rini yang lulus pada tahun 2003 dengan judul Unsur Intrinsik Naskah Drama Prita Istri Kita Karya Arifin C. Noer. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu sama-sama meneliti sastra. Metode dan pendekatan yang digunakan juga sama yaitu metode deskriptif dan pendekatan struktural. Perbedaannya adalah judul dan objek yang diteliti. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1) Prita sebagai tokoh utama, berperan sebagai isteri Broto, Prita memiliki watak suka mengomel, mudah tersinggung, cepat emosi atau mudah marah, individualistis, mudah sedih dan kecewa, kritis dan bertanggung jawab. Sedangkan tokoh Broto, Beni, tetangga dan Juragan berperan sebagai tokoh pembantu. 2) Alur dalam naskah drama PIK karya Arifin. C. Noer adalah alur maju karena alur bergerak dari eksposisi sampai ke denouement (keputusan). 3) Latar dalam drama PIK ini antara lain: a) latar tempat: rumah, b) latar waktu: siang hari: c) latar material: radio, d) latar suasana: emosi, dan e) latar sosial budaya: masyarakat etnis Jawa. 4) Tema yang terdapat dalam naskah drama PIK karya Arifin. C. Noer yaitu “kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur dari segi materi”. 5) Amanat dalam drama PIK ini yaitu, bahwa hidup ini harus dijalani dengan menerima apa adanya, tidak perlu berlebihan, segala usaha yang dilakukan sepenuhnya kita serahkan kepada sang pencipta.

Ketiga penelitian Farida yang lulus pada tahun 2002 yang berjudul Tokoh dan Penokohan dalam Novel Sekayu Karya Nh. Dini. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama

Page 4: Struktur novel

4

meneliti tentang struktur yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan menggunakan metode dan pendekatan yang sama. Perbedaannya adalah pada penelitian tersebut dikhususkan pada penokohan yang terdapat dalam sebuah novel, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan penulis adalah unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah novel. Hasil dari penelitian tersebut ialah 1) Peran tokoh dalam novel Sekayu karya Nh. Dini: Tokoh utama: Dini, Tokoh tambahan: Bapak, Ibu, Heratih, Nugroho, Maryam, Teguh, Utono, Paman Sarosa, Pak Samdu, Bu Dwijo, Pak Yanto, Pak Puspo, Mbah Lurah, Mas Nur, Pak Kusni, Mbak Warti, Marso, Dirga, Pak Purnomo, Rusli, Pung, Susi, Pak Ramuno, Asminah, Pak Marsudi, Yul, dan Anak haji. 2) Watak tokoh dalam novel Sekayu karya Nh. Dini adalah Dini (mudah sedih dan kecewa, selalu ingin tahu, menyukai alam, suka termenung atau melamun, belajar dari pengalaman), Bapak (perhatian), Ibu (selalu khawatir), Heratih (suka membantu), Nugroho (gampang marah, memikirkan diri sendiri), Maryam (suka membantu, selalu memberikan saran dan pendapatnya), Teguh (suka meniru orang lain), Utono (baik dan mau membantu), Paman Sarosa (perhatian dan penyayang), Pak Samdu (baik, terbuka, mau mendengarkan pendapat orang lain), Bu Dwijo (perhatian), Pak Yanto (suka menolong orang lain, suka memberikan nasihat), Pak Puspo (peduli terhadapa orang lain), Mbah Lurah (penyayang, perhatian), Mas Nur(perhatian, suka menolong), Pak Kusni (penyayang), Mbak Warti (baik), Marso (mudah percaya kepada orang lain, mudah mengakui kekurangan dirinya), Dirga (baik dan menghormati orang lain, mengakui kekurangan dirinya), Pak Purnomo (rajin dan pandai), Rusli (baik), Pung (penuh semangat), Susi (baik dan perhatian, menghormati orang lain), Pak Ramuno (teliti), Asminah (baik dan suka menolong, gampang marah), Pak Marsudi (mampu meyakinkan orang lain), Yul (jahat), dan Anak haji (baik dan sopan).

Pada saat ini kedudukan sastra semakin penting. Bukan saja sastra diapresiasi masyarakat untuk memperhalus budi pekerti dan memerkaya spiritual serta hiburan. Karya sastra juga dapat dipelajari di sekolah yaitu pada kelas XII semester I pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami pembacaan novel, serta kompetensi dasarnya menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel.

Menurut Wellek dan Warren (1995:3), sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni yang mengungkapkan kepribadian manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dengan melukiskan keadaan dan kehidupan sosial masyarakat, serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula (Sumardjo dan Saini, 1997:29).

Suatu karya fiksi terwujud karena disusun dengan meramukan berbagai unsur, seperti unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari fiksi. Pengorganisasian berbagai unsur sastra menjadi suatu kebulatan utuh dan mencerminkan

Page 5: Struktur novel

5

kepribadian karya sastra yang menarik dan bermakna disebut struktur fiksi (Zulfahnur dkk, 1996:24).

Menurut Nurgiyantoro (2010:165), tokoh cerita adalah orang- (orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Aminuddin (2002:79), peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu digambarkan oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu.

Menurut Sumardjo dan Saini (1997:139), alur adalah rangkaian cerita dari awal sampai akhir yang merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan hubungan kausalitas. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa kedua mengakibatkan terjadinya peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya sehingga pada dasarnya peristiwa terakhir oleh peristiwa pertama.

Menurut Abrams dalam Nurgiantoro (2010:216), latar mengacu pada pengertian tempat, hubugan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Setting dalam fiksi bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Sebuah cerpen atau novel memang harus terjadi di suatu tempat dan dalam satu waktu. Harus ada tempat dan ruang kejadian (Sumardjo dan Saini, 1997:75).

Gaya bahasa adalah cara yang digunakan pengarang dalam memaparkan gagasan sesuai tujuan yang ingin dicapainya. Menurut Aminuddin (2002:72), dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

Sudut pandang adalah pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya. Sudut pandang dapat disamakan artinya dan bahkan dapat memperjelas dengan istilah pusat pengisahan (Nurgiyantoro, 2010:248).

Menurut Nurgiyantoro (2010:68), tema merupakan dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu, sedangkan menurut Aminuddin (2002:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi ciptaannya.

Amanat merupakan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita (Zulfahnur dkk, 1996:26). Amanat adalah pesan atau gagasan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca yang dituangkan dalam karyanya (Kamus Istilah Sastra dalam Supratman, 1996:541).

Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur

Page 6: Struktur novel

6

yang terkait satu sama lain (Endraswara, 2003:49). Sedangkan menurut Faruk (2012:173), strukturalime adalah sebuah paham, sebuah keyakinan, bahwa segala sesuatu yang ada dalam dunia ini mempunyai struktur, bekerja secara struktural.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yaitu 1) Pendeskripsian tokoh dan penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2) Pendeskripsian alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 3) Pendeskripsian latar dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4) Pendeskripsian gaya bahasa dalam novel BBS karya Tere Liye. 5) Pendeskripsian sudut pandang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 6) Pendeskripsian tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 7) Pendeskripsian amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.

METODEPenelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk

memberikan gambaran mengenai hasil analisis data. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif.

Menurut Moleong (2001:6) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya”. Penelitian kualitatif akan menghasilkandata deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan pemahaman, data analisis, dan diuraikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Sehingga laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan ini bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya (Semi, 2012:84). Penelitian ini lebih ditekankan pada unsur intrinsik yaitu tokoh, latar, alur, gaya bahasa, sudut pandang, tema dan amanat.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bidadari-Bidadari Surga yaituTere Liye atau Darwis. Novel ini terbitkan oleh Republika pada tahun 2010 setebal 367 halaman. Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, frasa, klausa atau kalimat yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, yakni kutipan-kutipan yang terdapat dalam Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liyeyang merupakan unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumentertidak langsung karena penulis tidak langsung bertemu dengan pengarang. Teknik ini digunakan oleh peneliti karena peneliti meneliti dokumen yaitu Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.

Alat pengumpul data yang digunakan adalah manusia dan kartu pencatat data. Manusia yang dimaksud adalah penulis sendiri sebagai instrumen kunci,

Page 7: Struktur novel

7

sedangkan kartu adalah lembaran kertas kosong yang akan diisi dengan catatan-catatan hasil pengamatan. Dengan demikian, penulis sendiri disebut alat pengumpul data utama atau sebagai instrumen kunci. Kartu pencatat data merupakan instrumen pendukung yang berfungsi sebagai alat bantu dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan analisis, maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data untuk mempermudah analisis data. Adapun langkah-langkah pengumpulan data ialah 1)Membaca secara intensif, yaitu penulis membaca dengan sungguh-sungguh supaya dapat memahami isi novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2) Mengidentifikasi data, yaitu penulis mencari dan menemukan data yang termasuk unsur intrinsik yaitu tokoh, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surgakarya Tere Liye. 3) Mengklasifikasi data, yaitu penulis menyusun atau menggolongkan data sesuai masalah yaitu unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4) Mencatat data tentang seluruh unsur intrinsik yang sudah diklasifikasi ke kartu data.

Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik, yaitu 1) Membaca secara intensif data yang telah diklasifikasikan dan siap dianalisis. 2) Menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surgakarya Tere Liye, yakni a) menganalisis tokoh dan penokohan, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang tokoh dan penokohan yang sudah diklasifikasikan. b) menganalisis alur, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang alur yang sudah diklasifikasikan. c) menganalisis latar, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang latar yang sudah diklasifikasikan. d) menganalisis gaya bahasa, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang gaya bahasa yang sudah diklasifikasikan. e) menganalisis sudut pandang, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang sudut pandang yang sudah diklasifikasikan. f) menganalisis tema, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang tema yang sudah diklasifikasikan. g) menganalisis amanat, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data berupa kutipan tentang amanat yang sudah diklasifikasikan. 3) Mendiskusikan hasil analisis kepada teman sejawat dan dosen pembimbing melalui triangulasi dan pemeriksaan teman sejawat. 4) Menyimpulkan hasil analisis.

Teknik penguji keabsahan data dilakukan melalui pengecekan terhadap keabsahan data perlu dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar objektif sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan menggunakan empat teknikyaitu ketekunan peneliti, kecukupan referensi, triangulasi, pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi. 1) Ketekunan peneliti dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara berulang-ulang terhadap fenomena yang berhubungan dengan masalah penelitian, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini yang diamati adalah tema, alur, latar, tokoh, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2) Kecukupan referensi dilakukan dengan cara membaca dan menelaah

Page 8: Struktur novel

8

sumber-sumber data sebagai pusat yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar diperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencukupi. 3) Teknik triangulasi yang akan dilakukan yakni dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya secara teoritik seperti dosen pembimbing (Dr. A. Totok Priyadi, M.Pd. dan Dra. Sesilia Seli, M.Pd.). Hal ini dilakukan untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4) Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan cara menampilkan hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini memberikan keuntungan, yaitu pertama, supaya penulis memiliki sikap terbuka dan tetap mempertahankan kejujuran selama proses pengujian data tersebut; kedua, melalui hasil-hasil pemikiran rekan sejawat dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penulis untuk menguji kebenaran data, serta melalui diskusi ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji analisis data yang muncul dari pikiran penulis. Teknik pemeriksaan sejawat melalui diskusi akan dilakukan dengan beberapa teman sejawat Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, yakni Anita dan Dayang Atika.

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis DataPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat

dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 1) Pendeskripsian tokoh dan penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2) Pendeskripsian alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 3) Pendeskripsian latar dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 4) Pendeskripsian gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 5) Pendeskripsian sudut pandang dalam novel Bidadari-Bidadari Surgakarya Tere Liye. 6) Pendeskripsian tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surgakarya Tere Liye. 7) Pendeskripsian amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surgakarya Tere Liye. Hasil dari analisis data yaitu 1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye: Laisa, Tokoh tambahan: Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Penokohan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye: Laisa (menyimpan penderitaan sendiri, jarang tersenyum, pengalah, selalu melakukan yang terbaik untuk adik-adiknya, galak, teladan yang baik, takut kehilangan, khawatir, penyayang, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, suka bekerja keras, tidak pernah mengeluh, tulus, tidak pernah menangis di depan adik-adiknya, pantang menyerah, belajar dari kesalahan, selalu ingin tahu, tidak mudah tersinggung, selalu bersyukur, ikhlas dan rela berkorban), Mamak (tidak suka marah, lebih banyak berdiam diri, dan selalu memikirkan pendidikan anak-anaknya), Babak (baik dan sabar), Dalimunte (pintar, rajin membantu, mudah sedih dan menangis, pengertian, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak mudah menyerah, tidak mau menyinggung perasaan orang lain), Ikanuri (nakal,suka menipu, jahil, suka mencuri, berani melawan kakaknya, sulit menyembunyikan perasaan dan keras kepala), Wibisana (bijaksana, suka bercanda, nakal, jahil, suka mencuri, perhatian dan keras kepala), Yashinta

Page 9: Struktur novel

9

(mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah, sangat mencintai alam, pintar, cerdas, mudah menangis, takut kehilangan, penurut dan keras kepala), Wak Burhan (tegas, suka berbagi, dan bijaksana), Cie Hui (baik, ramah, mudah akrab, sabar menunggu, sedih dan kecewa) Wulan dan Jasmine (menyenangkan), dan Goughsky (menyenangkan, ramah, suka bergurau, dan sabar). 2) Alur yang dibagi menjadi lima bagian, meliputi situation yaitu ketika Mamak mengirim SMS kepada anak-anaknya yang berisi tentang keadaan Laisa yang sakitnya semakin parah. Generating circumstances, yaitu ketika Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta dalam perjalan pulang ke Lembah Lahambay. Rising action yaitu ketika Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta beranjak dewasa, masa kecil juga terus membayangi mereka, silih berganti. Climax (tahap klimaks) yaitu ketika Kak Laisa yang belum menikah harus dilintas oleh Dalimunte dan adik-adiknya. Denouemen yaitu ketika Dalimunte akhirnya mau menikah dengan Cie Hui (melintas Kak Laisa). 3) Latar yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat (Lembah, perkebunan strawberry, ruangan besar, Bandara Roma, Puncak gunung Semeru, Tengah hutan, Lembah Lahambay, tepi sungai, kota Roma, kota kecamatan, balai kampong, rumah panggung, Pegunungan Alpen, Swiss, Bandara kota provinsi, di bawah pohon mangga, Hutan rimba, Gunung Kendeng, Kampung atas, Paris International Airport,Tepi ladang, Gedung serba guna universitas kota provinsi, Kebun strawberry, Amerika, Ruang wisuda, Eropa, Bandara Internasional Singapore, Kuala Lumpur, Kepulauan Kaimana, Papua, Rumah sakit, Kota kabupaten). Latar waktu (dua puluh lima tahun silam, sebulan lalu, minggu lalu, delapan tahun silam, ratusan tahun silam, tujuh puluh tahun, sepuluh tahun silam, enam tahun silam, minggu depan, delapan bulan berlalu, tahun depan, empat bulan berlalu, satu tahun berlalu, dua puluh tahun silam, tiga tahun berlalu, tujuh tahun berlalu, enam bulan berlalu, enam bulan kemudian, delapan belas tahun silam, lima belas tahun, lima tahun silam, satu jam berlalu, setahun, tiga hari kemudian, dua hari lalu, seminggu, lima menit kemudian). Latar sosial yaitu kehidupan masyarakat di Lembah Lahambay yang rata-rata bermatapencaharian sebagai petani dan pekerjaan sampingan mencari apa saja yang ada di hutan untuk dijual, pendidikan yang sangat rendah (jarang sekali mereka sekolah sampai kelas enam SD), merupakan sebuah aib jika seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun, hal yang tabu di Lembah Lahambay adalah seorang adik tidak boleh menikah sebelum saudaranya yang lebih tua menikah. 4) Gaya Bahasa, yang terdiri dari gaya bahasa perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia, pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas penegasa: pleonasme.5) Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema, yaitu pengorbanan yang tulus seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya. 7) Amanat yang terkandung dalam novel Bidadari-Bidadari Surga adalah a) Anak lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak menghabiskan seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang baik, seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang

Page 10: Struktur novel

10

untuk membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk hidup yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik berada diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan hati. Menjaga nama baik dan harga diri keluarga itu lebih penting dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit, dan berbuat baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Tidak boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya.f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh dunia dan isinya. g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik, seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik, hendaknya kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu bersyukur, berbuat baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi bidadari-bidadari surga.

PembahasanBerdasarkan hasil analisis data di atas maka diperlukan penjelasan tentang

bagaimana hasil tersebut dapat dihasilkan. Berikut ini pembahasan hasil analisis data di atas.

Struktur yang dikhususkan pada unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye .

Novel Bidadari-Bidadari Surga merupakan sebuah novel yang mengisahkan tentang pengorbanan yang tulus dari seorang kakak kepada adik-adiknya. Cerita ini diawali dengan sebaris SMS pendek. Hanya 203 karakter. SMS ini hendak dikirimkan seorang Ibu yang sedang gelisah, karena anaknya sedang mengidap penyakit parah. Setelah meminta persetujuan anaknya, sebaris pesan itu dikirim menuju empat penerima, yang entah di mana berada.

Penerima pertama, seorang profesor muda dan pakar Fisika yang bernama Dalimunte. Saat ia sedang mempresentasikan penemuan barunya tentang Bulan Pernah Terbelah dan Badai Elektro Magnetik Antar Galaksi pada Hari Kiamat, bunyi SMS dari handphone khusus untuk nomor keluarganya berdering. HP ini khusus untuk 6 anggota keluarganya. Setelah membaca SMS tersebut, ia terkejut. Tak peduli dengan presentasinya yang belum selesai, Dalimunte memutuskan untuk pulang saat itu juga.

Penerima kedua, yang ternyata masih berada di pesawat. Ikanuri dan Wibisana adalah kakak beradik yang bukan kembar, tapi serupa kembar. Mereka sedang menuju Roma untuk menyelesaikan sebuah bisnis. Ketika turun dari pesawat dan menyalakan HP, SMS masuk ke HP khusus keluarga milik mereka masing-masing. Seketika mereka bingung, kemudian berbalik arah kembali ke pesawat dan bertanya kepada pramugari. Mereka harus kembali ke Indonesia.

Page 11: Struktur novel

11

Penerima ketiga, satu-satunya perempuan dalam keluarga ini. Yashinta sedang mengadakan penelitian burung Peregrin di Gunung Semeru. Saat mengintai burung di balik celah dan berusaha memotret, SMS dari HP satelit untuk keluarganya berbunyi. Setelah membaca SMS tersebut, Yashinta juga terkejut, dan sejurus kemudian berbalik arah. Dia harus pulang. Semua ekspresi keterkejutan itu tidak lepas dari seseorang. Laisa, seorang yang telah mengorbankan hidupnya untuk semua adik-adiknya ini, walaupun dia bukan kakak kandungnya.

Novel ini disajikan dengan alur campuran. Sangat menarik, apalagi ketika terjadi konflik antara Ikanuri dan Wibisana, kecerdasan Dalimunte dan keras kepalanya Yashinta. Tapi, Laisa sebagai kakak yang baik, sama sekali tidak pernah mengecewakan mereka. Bahkan ketika harus melawan tiga ekor harimau di hutan demi Ikanuri dan Wibisana, Laisa tak gentar sedikit pun. Ciri khas Tere Liye, yaitu mengangkat tema sederhana tetapi memikat. Novel ini memberikan banyak pelajaran, yaitu: pengorbanan yang tulus, kerja keras, sikap pantang menyerah, keikhlasan menerima keterbatasan yang ada pada diri sendiri, kasih sayang, dan menghargai satu sama lain.

1) Tokoh adalah orang yang menggambarkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita yang diperankan dan setiap tokoh memiliki watak-watak tertentu. Tokoh dibagi menjadi dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan (pembantu). Hasil analasis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah Laisa, sedangkan tokoh tambahan yaitu Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Laisa memiliki watak suka menyimpan masalahnya sendirian, tidak mau menyusahkan orang lain, jarang tersenyum, selalu mengalah demi adik-adiknya, sangat menyayangi adik-adiknya, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, pekerja keras, tidak pernah mengeluh, selalu ingin terlihat baik-baik saja meski sedang sakit, selalu belajar dari kesalahan, selalu ingin tahu, tidak mudah tersinggung, selalu bersyukur, dan ikhlas dengan keterbatasan dan takdir hidupnya. Mamak memiliki watak perhatian dan selalu memikirkan pendidikan anak-anaknya. Babak memiliki watak seorang lelaki yang baik, sabar dan penyayang. Dalimunte memiliki watak perhatian, baik, pintar, rajin membantu, mudah sedih dan menangis, pengertian, tidak mau menyusahkan orang lain, menghargai orang lain, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak mudah menyerah, tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Ikanuri memiliki watak nakal, suka menipu, suka mencuri, suka melawan, sulit menyembunyikan perasaan sedihnya, menyesali perbuatannya dan keras kepala. Wibisana memiliki watak bijaksana, suka bergurau, jahil, nakal, suka mencuri, keras kepala, dan perhatian. Yashinta memiliki watak penasaran, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah, mencintai alam, cerdas, mudah menangis, penurut, dan keras kepala. Wak Burhan memiliki watak tegas, suka berbagi, dan bijaksana. Cie Hui memiliki watak baik, ramah, sabar dan kecewa. Wulan memiliki watak menyenangkan. Jasmine memiliki watak menyenangkan. Goughsky memiliki watak menyenangkan, ramah dengan penduduk di lokasi basecamp, suka bergurau, sabar, dan sholeh.

Page 12: Struktur novel

12

2) Alur merupakan jalan cerita yang dibentuk pengarang melalui tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjadi suatu cerita. Alur terdiri dari alur maju, alur mundur dan alur campuran. Hasil analisis alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah pengarang menggunakan alur campuran karena pengarang memulai cerita dengan suatu keadaan dan diakhiri dengan penyelesaian. Alur dibagi menjadi lima tahapan, yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian.

3) Latar terbagi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan latar sosial. Latar tempat merupakan tempat kejadian suatu peristiwa yang terjadi dalam cerita. Latar waktu merupakan kapan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita, latar sosial merupakan kehidupan sosial masyarakat yang ditimbulkan pengarang dalam sebuah cerita. Hasil analisis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye a) latar tempat yang meliputi 31 latar. b) latar waktu yang terdiri dari 27 latar. c) latar sosial yaitu akan menjadi sebuah aib jika seorang gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun.

4) Gaya bahasa atau majas adalah cara khas pengungkapan seseorang pengarang, sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda. Hasil analisis gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye terdiri dari gaya bahasa perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia, pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas penegasan: pleonasme.

5) Sudut pandang adalah visi pengarang, dalam arti sudut pandang yang dipilih dan digunakan oleh pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang terbagi atas sudut pandang orang pertama(aku), sudut pandang orang ketiga (dia) dan sudut padang campuran. Hasil analisis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah sudut pandang orang ketiga ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan.

6) Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi ciptaannya. Hasil analisis tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah pengorbanan yang tulus seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya.

7) Amanat merupakan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Hasil analisis amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah a) Anak lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak menghabiskan seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang baik, seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk hidup yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik berada diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan hati. Menjaga nama baik dan harga diri keluarga itu lebih penting dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit, dan berbuat

Page 13: Struktur novel

13

baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Tidak boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya.f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh dunia dan isinya. g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik, seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik, hendaknya kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu bersyukur, berbuat baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi bidadari-bidadari surga.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan kajian teori dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat

ditarik simpulan yaitu : 1) Tokoh utama dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah Laisa, sedangkan tokoh tambahan yaitu Mamak, Babak, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta, Wak Burhan, Cie Hui, Wulan, Jasmine, dan Goughsky. Laisa memiliki watak suka menyimpan masalahnya sendirian, tidak mau menyusahkan orang lain, jarang tersenyum, selalu mengalah demi adik-adiknya, sangat menyayangi adik-adiknya, selalu menepati janji, pemaaf, disiplin, pekerja keras, tidak pernah mengeluh, selalu ingin terlihat baik-baik saja meski sedang sakit, selalu belajar dari kesalahan, selalu ingin tahu, tidak mudah tersinggung, selalu bersyukur, dan ikhlas dengan keterbatasan dan takdir hidupnya. Mamak memiliki watak perhatian dan selalu memikirkan pendidikan anak-anaknya. Babak memiliki watak seorang lelaki yang baik, sabar dan penyayang. Dalimunte memiliki watak perhatian, baik, pintar, rajin membantu, mudah sedih dan menangis, pengertian, tidak mau menyusahkan orang lain, menghargai orang lain, keras kepala, tidak mudah mengambil keputusan, tidak mudah menyerah, tidak mudah menyinggung perasaan orang lain. Ikanuri memiliki watak nakal, suka menipu, suka mencuri, suka melawan, sulit menyembunyikan perasaan sedihnya, menyesali perbuatannya dan keras kepala. Wibisana memiliki watak bijaksana, suka bergurau, jahil, nakal, suka mencuri, keras kepala, dan perhatian. Yashinta memiliki watak penasaran, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tidak sabar, suka merajuk, perhatian, pemarah, mencintai alam, cerdas, mudah menangis, penurut, dan keras kepala. Wak Burhan memiliki watak tegas, suka berbagi, dan bijaksana. Cie Hui memiliki watak baik, ramah, sabar dan kecewa. Wulan memiliki watak menyenangkan. Jasmine memiliki watak menyenangkan. Goughsky memiliki watak menyenangkan, ramah dengan penduduk di lokasi basecamp, suka bergurau, sabar, dan sholeh. 2) Alur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah alur campuran karena pengarang memulai cerita dengan suatu keadaan dan diakhiri dengan penyelesaian. 3) Latar yaitu latar tempat yang meliputi 31 latar, latar waktu yang terdiri dari 27 latar dan latar sosial yaitu akan menjadi sebuah aib jika seorang

Page 14: Struktur novel

14

gadis yang belum menikah di usia di atas dua puluh tahun. 4) Gaya bahasa dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye terdiri dari gaya bahasa perbandingan: metafora, simile, personifikasi, hiperbola, antonomasia, metonimia, pars pro toto; gaya bahasa pertentangan: paradoks, antitesis; gaya bahas penegasan: pleonasme. 5) Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah sudut pandang orang ketiga ketiga “dia” mahatahu dan sudut pandang “aku” tokoh tambahan. 6) Tema dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah pengorbanan yang tulus seorang kakak untuk masa depan yang lebih baik bagi adik-adiknya. 7) Amanat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah a) Anak lelaki harus sekolah agar mempunyai masa depan yang lebih baik, tidak menghabiskan seluruh masa depan hanya di kampung saja. b) Sebagai anak yang baik, seharusnya mengikuti semua keinginan orang tua. Karena orang tua bersusah payah mencari rejeki dan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya. c) Segala keinginan untuk hidup yang lebih baik akan terwujud dengan bekerja keras. d) Dalam mencari pasangan hidup, bukanlah kecantikan fisik yang merupakan kriteria utama. Kecantikan fisik berada diurutan keempat. Yang terpenting adalah kecantikan hati. Menjaga nama baik dan harga diri keluarga itu lebih penting dibandingkan soal kalian keturunan siapa. Berlaku jujur meski dalam keadaan sulit, dan berbuat baik dengan siapa saja. e) Selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Tidak boleh mengeluh dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Menerima dengan ikhlas dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang sudah ditentukan olehNya. f) Shalat malam, jika bisa diukur dengan timbangan, maka akan seharga seluruh dunia dan isinya.g) Dalam mendidik anak untuk melakukan hal-hal yang baik, seharusnya dengan teladan yang baik. Anak tersebut akan meniru teladan yang ada di depan matanya tanpa dipaksa. h) Kita seharusnya mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah kepada kita. Walaupun kita diberikan keterbatasan fisik, hendaknya kita menerima dengan hati yang ikhlas. i) Wanita shalehah yang belum menikah hingga usia tiga puluh atau lebih dari itu karena keterbatasan fisik dan selalu bersyukur, berbuat baik, dan gemar berbagi, yakinlah kelak di akhirat akan menjadi bidadari-bidadari surga.

Saran Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka saran-saran yang

dapat dikemukakan dalam penelitian struktur dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye adalah 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh guru bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan materi apresiasi sastra karena di dalam KTSP Bahasa dan Sastra Indonesia pada kelas XII semester I pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami pembacaan novel, serta kompetensi dasarnya menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. 2) Penelitian pada novel ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian berikutnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda dan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda.

Page 15: Struktur novel

15

DAFTAR RUJUKANAminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Aprianti, Sri. 2010. Tema, Plot/ Alur, dan Latar/Setting dalam Novel Maryamah Karpop Karya Andrea Hirata. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Farida. 2002. Tokoh dan Penokohan dalam Novel Sekayu Karya Nh. Dini. (Skripsi). Pontianak : FKIP Untan

Liye, Tere. 2010. Bidadari-Bidadari Surga. Jakarta: Republika.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: University Gajah Mada Press.

Rini, Nindia. 2003. Unsur Intrinsik Naskah Drama Prita Istri Kita Karya Arifin C. Noer. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sumarjo, Jacob dan dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zaidan dkk, 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

Zulfahnur Z. F, dkk. 1996. Teori Sastra, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.