STRUKTUR KOMUNITAS EPIFITON PADA TUMBUHAN …
Transcript of STRUKTUR KOMUNITAS EPIFITON PADA TUMBUHAN …
STRUKTUR KOMUNITAS EPIFITON PADA TUMBUHAN IPOMOEA AQUATICA F. DI LIMA SITU UNIVERSITAS
INDONESIA, DEPOK, JAWA BARAT
Mohammad Zulkarnain1, Wisnu Wardhana1
1. Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
E-mail: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur komunitas epifiton pada tumbuhan Ipomoea aquatica F. di lima situ Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Ditemukan 34 marga dengan kepadatan 983 ind/cm2. Situ Agathis memiliki epifiton dengan kepadatan 320 ind/cm2, Situ Mahoni sebesar 296 ind/cm2, Situ Puspa sebesar 136 ind/cm2, Situ Ulin sebesar 48 ind/cm2, Situ Salam sebesar 183 ind/cm2. Situ Agathis di dominasi oleh Crucigeniella (12%), Situ Mahoni di dominasi oleh Navicula (26%), Situ Puspa di dominasi oleh Navicula (50%), Situ Salam di dominasi oleh Diatom1 (74%), Situ Ulin di dominasi oleh Euglena (33,5%). Perairan di sekitar epifton di Ipomoea aquatica F. memiliki intensitas cahaya berkisar antara 0,26 m--0,40 m; suhu 26--29,5oC; pH 5--6,5; DO 5,9--8,64 ppm; BOD 1,5--2,7 ppm. Indeks keanekaan epifiton berkisar antara 0,15--0,365. Indeks kemerataan penyebaran epifiton berkisar antara 0,09--0,19. Indeks kesamaan menurut Hierarchical cluster dengan menggunakan program PAST v3 memiliki tingkat kesamaan epifiton di lima situ UI berkisar antara 24,34--47,44 yang berarti kesamaan di setiap situ tidak berbeda jauh.
Community Structure of Epiphyton on Ipomoea aquatica F. in five situ University of Indonesia, Depok, West Java
Abstract
This research is aimed to know the epiphyton structure on Ipomoea aquatica F. in five situ at University of Indonesia, Depok, West Java. 34 genus have been found in those situ with density of 983 Ind/cm2. Situ Agathis, Situ Mahoni, Situ Puspa, Situ Ulin, and Situ Salam had epiphyton density 320 ind/cm2, 296 ind/cm2, 136 ind/cm2, 48 ind/cm2, 183 ind/cm2 respectively. Domination of Crucigeniella at Situ Agathis was 12%. Domination of Navicula at Situ Mahoni was 26%. Domination of Navicula at Situ Puspa was 50%. Domination of Diatom 1 at Situ Salam was 74%. Domination of Euglena at Situ Ulin was 33,5%. Brightness of light at around epiphyton in Ipomoea aquatica F.depht ranges 0,26 m--0,40 m. Temperature range from 26--29,5oC; pH: 5--6,5; DO: 5,9--8,64 ppm; BOD: 1,5--2,7 ppm. Epiphyton diversity index ranged 0,15--0,36. Epiphyton Evennes index ranged from 0,09--0,19. Similarity index in hierarchical cluster with program
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
PAST v3 have level similarity on five situ range is 24,34--47,44 it meant similarity on five situ not significant diffirence Keyword : Community of Epiphyton, Ipomoea aquatica F., Situ, University of
Indonesia
Pendahuluan
Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat memiliki enam situ yang
merupakan bagian dari ekosistem perairan tawar. Situ juga merupakan habitat
bagi berbagai macam komunitas organisme perairan., terutama komunitas
epifiton. Epifiton atau epifilik merupakan salah satu kelompok perifiton yang
hidup di permukaan tumbuhan (Darley 1982: 77--82). Tumbuhan air merupakan
salah satu substrat yang umum digunakan oleh epifiton untuk tumbuh dan
berkembang. Ipomoea aquatica F. atau yang umum disebut kangkung air
merupakan salah satu tanaman jenis herbaceous yang merambat di dekat
permukaan air juga merupakan habitat untuk epifiton. Ipomoea aquatica F.
memiliki akar yang mengapung di dalam air (Backer & Bakhuizen van den Brink
Jr. 1965: 496; Pancho & Sorjani 1978: 45).
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Ipomoea aquatica F. merupakan
tumbuhan yang paling umum ditemukan di situ Universitas Indonesia. Tumbuhan
tersebut ditemukan hampir di semua situ di Universitas Indonesia, kecuali di Situ
Kenanga. Situ Kenanga merupakan situ semi tertutup yang selalu dijaga
kebersihannya dari sampah dan tumbuhan air.
Informasi mengenai keberadaan epifiton tumbuhan Ipomoea aquatica F. di
seluruh situ Universitas Indonesia sampai saat ini belum dibahas secara rinci.
Penelitian terakhir dilakukan oleh Yuniarto (1992) yang membahas epifiton pada
Ipomoea aquatica F. di Situ Agathis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui struktur komunitas epifiton pada Ipomoea aquatica F. di situ
Universitas Indonesia.
Penelitian yang akan dilakukan bertujuan mengetahui struktur komunitas
epifiton yang terdapat pada Ipomoea aquatica F. di lima situ Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat. Struktur komunitas epifiton yang akan diteliti
antara lain keanekaragaman marga epifiton, tingkat kepadatan marga epifiton,
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
sebaran marga epifiton, dan faktor fisika dan kimia pada masing-masing situ
tersebut.
Tinjauan Teoritis Situ adalah ekosistem perairan darat tergenang dengan luas dan kedalaman
rendah serta terbentuk secara alami maupun buatan dengan tujuan tertentu
(Sulastri 2003: 47). Situ merupakan habitat yang penting untuk mempelajari
interaksi antar organisme, atau interaksi antar organisme dan lingkungan (Lampert
& Sommers 2007: v). Situ memilki bentuk morfometri yang bervariasi, mulai
dari berbentuk melingkar, segi empat, atau berbentuk seperti tapal kuda.
Keragaman morfometri situ berhubungan dengan tujuan proses pembentukan situ,
antara lain untuk keperluan irigasi atau pembuatan resapan air tanah (Sulastri
2003: 48). Keragaman morfometri situ dapat memengaruhi variasi distribusi dan
produktivitas tumbuhan air, mikrobiota, dan partikel-partikel detritus pada setiap
situ cukup besar.
Situ yang terdapat di kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat
berjumlah enam buah dan seluruhnya merupakan situ buatan. Situ-situ tersebut
adalah Situ Kenanga, Situ Agathis, Situ Mahoni, Situ Puspa, Situ Ulin, dan Situ
Salam (Rosmairini 2002: 5). Situ di Universitas Indonesia selain sebagai jaringan
ekosistem, juga berperan sebagai suatu habitat yang dibentuk oleh struktur utama
atau morfometri dari suatu organisme (Widianto 2008: 15).
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di situ Universitas Indonesia
memperlihatkan hanya lima dari enam situ yang memiliki tumbuhan air.
Tumbuhan akuatik yang umum ditemukandi Situ Universitas Indonesia
berdasarkan pengamatan penulis adalah Kangkung (Ipomoea aquatica F.), Genjer
(Limnocharis flava), dan Bengkok (Monchoria vaginalis).
Epifiton adalahkelompok dari berbagai organisme yang tumbuh dan menempel
pada permukaan tumbuhan (Erniati 1993: 45). Air merupakan faktor utama yang
memengaruhi pertumbuhan epifiton. Faktor lingkungan perairan yang
memengaruhi epifiton dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: faktor fisik,
unsur hara, dan faktor biotik (Jeffries & Mills 1990: 83--85). Faktor fisika
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
perairan di antaranya adalah kekeruhan, suhu, dan warna permukaan air. Faktor
kimia di antaranya adalah pH, DO, dan BOD. Faktor unsur hara antara lain fosfat
dan nitrogen. Fator biotik di antaranya adalah jaring-jaring makanan.
Keanekaan biota merupakan salah satu aspek penting dalam komunitas.
Keanekaan merupakan suatu cara untuk mengetahui keragaman biota yang
berlainan jenis dalam suatu habitat, komunitas, atau ekosistem tertentu.
Keanekaan spesies biota secara umum dipelajari melalui indeks keanekaan
(Washington 1984: 653). Keanekaan dalam suatu komunitas ditentukan untuk
mengetahui hubungan keanekaan tersebut dengan kondisi lingkungan,
produktifitas, dan struktur habitat.
Kangkung air (Ipomoea aquatica F.) adalah tanaman herba yang tumbuh
dekat dengan sumber air. Morfologi Kangkung air, yaitu Bentuk batang panjang,
berongga, berair, menjalar, berbentuk pipih dengan diameter 3--7 mm, dan dapat
tumbuh sampai 3 m (bahkan pernah tercatat satu tanaman kangkung air sepanjang
27 m). Batang kangkung air terdiri atas lapisan spons sehingga dapat mengapung
dipermukaan air. Panjang akar bervariasi antara 1,4--46 cm. Akar tanaman
tersebut terbenam dalam tanah. Bentuk daun berganti-ganti dari menjorong
(cordatus), bulat telur (ovatus), elips, triangular, atau lanset (lanceolatus). Panjang
daun dapat mencapai 20 cm (Lethtonen 1993: 1--2). Daerah sebaran kangkung air
meliputi wiayah asia tenggara dan india. Kangkung air juga menyebar ke
beberapa wilayah di afrika (contohnya: Zaire, Mozambik, Sri Lanka, Nigeria,
Sudan, Tanzania), Amerika utara (contohnya Amerika serikat), Amerika tengah
(contohnya: Kosta Rika), Asia (contohnya korea dan Taiwan) dan Amerika
Selatan (contohnya Argentina) (Lethtonen 1993: 4). Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel komunitas epifiton diambil di tanaman ipomoea aquatica F. di
lima danau Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, yaitu Situ Salam, Situ Ulin,
Situ Puspa, Situ Mahoni, dan Situ Agathis. Pada bulan Juni sampai bulan Juli
2014 Analisis marga komunitas epifiton dilakukan di labolatorium Taksonomi
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Hewan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Pengambilan sampel di setiap
situ dengan mempertimbangkan penyebaran tumbuhan Ipomoea aquatica F.
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Letak setiap stasiun sampel (a) Situ Agathis, (b) Situ Mahoni, (c) Situ Puspa, (d)
Situ Ulin, (e) Situ Salam [Sumber: Google Maps (telah diolah kembali)
]
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 2
Stasiun 1
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 1
Stasiun 2
U skala: 1: 20000
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Alat Peralatan yang digunakan antara lain plastik zip lock tongkat pengambil,
pH indicator paper [Merck], secchi disc (∅ 20 cm), DO meter, Termometer
batang, pensil, buku catatan, papan jalan, pipet tetes, mikroskop [NIXON SE] tipe
102, cover glass, silet [Gillete], kaca obyek, kamera digital [Sony]. Buku
identifikasi yang digunakan adalah Mizuno (1970), Vuuren dkk. (2006), dan
Bellinger & Sigee (2010).
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa sampel epifiton diambil
dari batang Ipomoea aqutica F., sampel air diambil langsung dari lima situ di
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Air tawar, Larutan formalin 4%, dan
larutan alkohol 70%.
Cara Kerja Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi dilakukan secara acak berdasarkan keberadaan tumbuhan
Ipomoea aquatica F. di setiap situ di Universitas Indonesia.
Pengambilan Sampel
Sampel epifiton diambil pada bagian tumbuhan kangkung air yang
terendam dan dipotong sepanjang 10 cm pada bagian batang kangkung air.
Sampel epifiton diperoleh dengan cara pengerikan menggunakan silet dan
memasukkannya ke dalam plastik sampel yang telah berisi air tawar, dan
campuran larutan alkohol 70% dan larutan formalin 4%.
Identifikasi Sampel yang telah dipreservasi kemudian dibawa ke labolatorium untuk
dilakukan identifikasi. Identifikasi dan penghitungan epifiton dilakukan dengan
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
metode subsampel. Identifikasi epifiton dilakukan dengan menggunakan buku
Mizuno (1970), Vuuren dkk. (2006), dan Bellinger & Sigee (2010). Epifiton
yang sudah ditemukan dan didokumentasikan menggunakan mikroskop yang
dilengkapi kamera untuk menunjang proses identifikasi.
Pengukuran Pearameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan diukur di setiap stasiun sebanyak tiga
kali ulangan. Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu, pH, intensitas
cahaya, DO, dan BOD. Suhu diukur dengan termometer batang yang dicelupkan
ke dalam air danau. Pengukuran kadar pH dilakukan dengan pH paper indicator
yang ditetesi sampel air danau, kemudian perubahan warna disesuaikan dengan
warna standar. Kecerahan diukur dengan menggunakan sechi disc yang
dimasukkan ke dalam badan air. Pengukuran DO dilakukan dengan alat DO
meter, yaitu dengan cara memasukkan ujung kabel elektroda ke dalam air
kemudian angka yang menunjukkan hasil pengukuran kadar DO akan muncul
pada layar digital dalam satuan ppm. Pengukuran BOD dilakukan dengan cara
hasil pengukuran DO dikurangi hasil DO tiga hari kemudian.
Analisis Data 3. 4. 5. 1. Menghitung kepadatan komunitas epifiton
Jumlah kepadatan sampel epifiton masing-masing dalam satuan individu
per cm2 dapat diketahui dengan persamaan (Michael 1994: 227--228).
N = nx100;n = axc
L
L= 2πrt
Keterangan:
N = Kepadatan epifiton (individu/cm2);
n = Jumlah marga epifiton (Individu/cm2);
a = Jumlah individu dalam subsampel (indvidu/0,04ml);
c = volume 10 ml.;
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
L = Luas batang kangkung (cm2)
3. 4. 5. 2. Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
Perhitungan indeks keanekaragaman dilakukan pada kelima danau dan
setiap stasiun pada masing-masing danau. Indeks keanekaragaman dapat diketahui
dari analisis terhadap data jumlah marga dan kepadatan tiap marga
epifiton.Perhitungan indeks keanekaragaman tersebut menggunakan rumus
Shannon-Wiener (Magurran 1988: 146).
H’= -∑ pi ln pi
Keterangan:
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi = ni/N
ni = jumlah epifiton marga ke-i
N = jumlah total epifiton semua marga dalam komunitas epifiton
Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener di lima situ dilakukan uji-t (Magurran 1988: 149), yaitu:
t = H’1-H’2
(var H’1 + var H’2)1/2
df = (var H’1 + var H’2)
[(var H’1)2 + (var H’2)2]
N1 N2
3. 4. 5. 3. Indeks kemerataan
Indeks kemerataan epifiton digunakan untuk mengetahui kemerataan
jumlah individu per marga di kelima danau. Indeks kemerataan tersebut diperoleh
berdasarkan rumus menurut Magurran (1988: 148).
E = H’
ln S
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Keterangan:
E = indeks kemerataan
H’ = indeks kenekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah marga yang diperoleh
3. 4. 5. 4. Indeks kesamaan Sorensen
Indeks kesamaan Sorensen digunakan untuk mengetahui kesamaan
komunitas epifiton antara kelima danau di Universitas Indonesia, Depok, Jawa
Barat (Mueller-Dombois & Ellenberg 1974: 214--215).
IS = 2c x 100%
a + b
Keterangan:
IS = indeks keragaman Sorensen
a = jumlah marga epifiton di komunitas a
b = jumlah marga epifiton di komunitas b
c = jumlah marga epifiton yang dapat ditemukan pada kedua komunitas
tersebut.
Setelah perhitungan dengan menggunakan indeks kesamaan Sorensen, dilakukan
pembuatan dendogram dengan software PAST v3.0.
Hasil Kondisi Lingkungan Perairan Lima Situ Universitas Indonesia
Parameter Fisika-Kimia Lima Situ Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Situ Kecerahan (m) Suhu (oC) pH DO (ppm) BOD (ppm) per
3 hari
Situ Agathis 0,38 29,5 5 6,55 2,45
Situ Mahoni 0,37 28 6,5 8,64 2,55
Situ Puspa 0,26 26 6 5,9 1,5
Situ Ulin 0,36 30 6 6,3 2,7
Situ Salam 0,40 29 6 6,63 1,5
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Komposisi dan Distribusi Marga Epifiton
Kepadatan dan penyebaran epifiton pada tumbuhan Ipomoea aquatica F. di lima
situ Universitas Indonesia
Divisi/ Marga Jumlah Individu per cm2
Situ
Agathis
Situ
Mahoni
Situ
Puspa
Situ
Salam
Situ Ulin
I. Bacillariophyta
Cyclotella 16 8 0 0 0
Pinularia 32 0 8 0 0
Navicula 32 80 72 0 0
Diploneis 8 0 0 0 0
Cocconeis 0 8 8 0 0
Cymbella 0 64 0 0 0
Amphipleura 0 24 0 0 0
Gomphonema 0 8 0 0 0
Amphora 0 0 8 0 0
Tabellaria 0 0 16 0 0
Diatom 1 0 40 0 0 0
Diatom 2 0 0 0 135 0
II. Chlorophyta
Crucigeniella 40 0 0 0 0
Stigeoclonium 16 0 0 0 0
Pandorina 8 0 0 0 0
Clamysdosmonas 24 0 0 0 0
Cosmarium 0 0 0 0 8
Elakathotrix 0 0 0 0 8
Ankistrodesmus 8 0 0 0 0
Spaerocytis 8 0 0 0 0
Oocytis 8 0 0 0 0
Ulothrix 0 0 8 0 0
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Hyalodiscus 0 0 0 8 0
III. Cyanophyta
Anabaena 0 8 0 0 0
Microcytis 0 8 0 0 0
IV. Euglenophyta
Euglena 32 0 8 8 16
Phacus 8 0 8 16 0
Chroomonas 0 0 0 0 8
V. Dinophyta
Peridinium 0 0 0 16 0
VI. Protozoa
Paramecium 32 40 0 0 0
Amphileptus 32 0 0 0 0
Loxophyllum 0 8 0 0 0
VII. Crustacea
Cypris 0 0 0 0 8
VIII. Trochelminthes
Brachionus 16 0 0 0 0
Total individu 320 296 136 183 48
Indeks Keanekaan, Kemerataan, dan Kesamaan Epifiton
Nilai Indeks Keanekaan dan Indeks Kemerataan
SITUSitu INDEKS KEANEKAAN
INDEKS KEMERATAAN
SITU AGATHIS 0,365 0,13 SITU MAHONI 0,36 0,15
SITU PUSPA 0,28 0,13 SITU SALAM 0,31 0,19
SITU ULIN 0,15 0,09
Nilai matrik similaritas antarsitu berdasarkan marga epifiton
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Situ situ agathis situ mahoni situ puspa situ salam situ ulin situ agathis 0 34.72 47.44 24.19 33.03 situ mahoni 0 35.13 23.53 16.16 situ puspa 0 34.34 38.63 situ salam 0 24.34 situ ulin 0
Dendogram berdasarkan marga epifiton Pembahasan Kondisi Lingkungan Perairan Lima Situ Universitas Indonesia
Kecerahan Nilai transparasi cahaya rata-rata di sekitar tumbuhan Ipomoea aquatica F.
pada masing-masing lima situ di Universitas Indonesia berkisar antara 0,26 m--
0,40 m. Arthington (1980: 18), membagi kondisi perairan berdasarkan kecerahan
di perairan, dibagi menjadi: Perairan keruh (0,25--1,00 m), perairan sedikit keruh
(1,00--5,00m), dan perairan jernih (>5,00m). Berdasarkan hal tersebut, intensitas
cahaya di masing-masing lima situ di Universitas Indonesia termasuk ke dalam
kategori periaran keruh karena berada di kisaran antara 0,25--1,00m. Berdasarkan
pengamatan penulis, lima situ di Universitas Indonesia banyak disebabkan oleh
lumpur dan limbah berupa sampah organik dan anorganik yang menutupi
permukaan situ di Universitas Indonesia. Penyebab rendahnya nilai kecerahan di
suatu perairan ialah keberadaan lumpur yang tersuspensi dalam air dan juga
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
terdapat banyak organisme yang terdapat di dalam perairan masing-masing situ
tersebut (Boney 1975: 20; Hillary dkk. 1970: 5; Sulastri 2003: 49; Wetzel
1983:57--59).
Suhu
Suhu air disekitar tumbuhan Ipomoea aquatica F. pada lima situ di
Universitas Indonesia berkisar antara 26--29,5oC. Kisaran suhu tersebut dapat
mendukung pertumbuhan epifiton di lima situ Universitas Indonesia. Epifiton
yang tergolong ke dalam kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan
Cyanophyceae dapat hidup pada perairan yang bersuhu 26--30oC (Obeng-Asamoa
dkk. 1980:194--197).
pH (Derajat Keasaman)
Nilai pH perairan disekitar tumbuhan Ipomoea aquatica F. pada lima situ
Universitas Indonesia berkisar antara 5--6,5. Nilai pH tersebut mengindikasikan
bahwa perairan situ di Universitas Indonesia disekitar tumbuhan Ipomoea
aquatica F. bersifat sedikit asam. Berdasarkan water quality criteria (1972 lihat
Hillary 1979: 7) pH untuk kehidupan biota akuatik air tawar berkisar antara 6,5--
8,0. Berdasarkan hal tersebut sebagian besar situ di Universitas Indonesia
memiliki pH berada di bawah batas normal untuk kehidupan biota akuatik. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh tingginya kadar karbondioksida (CO2) dan
senyawa humus pada perairan kolam tersebut (Brown 1973: 36).
DO (Oksigen Terlarut) dan BOD ( kebutuhan Oksigen Biokimia) Oksigen terlarut (DO) pada perairan sekitar tumbuhan Ipomoea aquatica
F. di lima situ Universitas Indonesia berkisar antara 5,9--8,64 ppm (Tabel 4.1).
Nilai rata-rata DO pada setiap situ berturut-turut, yaitu Situ Agathis: 6,55 ppm;
Situ Mahoni: 8,64 ppm; Situ Puspa: 5,9 ppm; Situ Ulin: 6,3 ppm; Situ Salam: 6,63
ppm.
Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi oleh kesuburan suatu kolam, suhu
dan aktivitas mikrobiota. Kandungan oksigen dalam perairan dipengaruhi oleh
proses aerasi, fotosintesis, dan penguraian bahan organik (Moerwani 1984: 4;
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Kartamihardja 1992: 3). Kadar DO optimum untuk menunjang kehidupan
organisme perairan adalah kurang dari 14 ppm (Kemker 2013: 1). Berdasarkan
hal tersebut, DO kelima situ di Universitas Indonesia masih mendukung
kehidupan perairan.
BOD selama tiga hari pada lima situ di Universitas Indonesia berkisar
antara 1,5--2,7 ppm (Tabel 4.1). Menurut Sugiharto (1987: 179) Konsentrasi
BOD yang mendukung kehidupan perairan yang masih diperbolehkan yaitu
maksimal 5 ppm. Berdasarkan hal tersebut, BOD di lima situ Universitas
Indonesia masih mendukung kehidupan perairan. BOD di lima situ Universitas
Indonesia masih mendukung kehidupan perairan kemungkinan juga disebabkan
oleh proses eutrofikasi sehingga proses dekomposisi oleh mikroorganisme cukup
banyak. Nilai BOD di lima situ Universitas Indonesia juga menunjukkan bahwa
jumlah mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air karena
tersedianya bahan organik dalam jumlah besar (Tatangindatu dkk. 2013: 17).
Komposisi dan Distribusi Marga Epifiton Jumlah marga epifiton yang ditemukan pada batang Ipomoea aquatica F.
pada lima situ Universitas Indonesia sebanyak 34 marga. Komposisi marga
epifiton tersebut antara lain Situ Agathis sebanyak 16 marga, terdiri atas 4 marga
Bacillariophyta, 7 marga Chlorophyta, 2 marga Euglenophyta, 2 marga Protozoa,
1 marga Trochelminthes. Situ Mahoni ditemukan 11 marga epifiton yang terdiri
atas 7 marga Bacillariophyta, 2 marga Cyanophyta, dan 2 marga Protozoa. Situ
Puspa ditemukan 8 marga epifiton yang terdiri atas 5 marga Bacillariophyta, 2
marga Euglenophyta, dan 1 marga Chlorophyta. Situ Ulin ditemukan 5 marga
epifiton yang terdiri atas 2 marga Euglenophyta, 2 marga Chlorophyta, dan 1
marga Crutacean. Situ Salam ditemukan 5 marga epifiton yang terdiri atas 1
marga Dinophyta, 2 marga Euglenophyta, 1 marga Bacillariophyta, dan 1 marga
Chlorophyta.
Lima situ Universitas Indonesia mempunyai komposisi yang berbeda. Hal
tersebut diduga disebabkan oleh faktor lingkunga di lima situ di Universitas
Indonesia juga berbeda. Kebiasaan masyarakat di sekitar Universitas Indonesia
membuang limbah ke wilayah perairan yang akan terakumulasi di lima situ
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Universitas Indonesia turut berperan dalam memengaruhi kondisi lingkungan dan
dapat mempengaruhi pertumbuhan epifiton. Beberapa situ di Universitas
Indonesia, seperti Situ Agathis, Situ Mahoni, Situ, dan Situ Ulin, mendapatkan
masukan sumber air dari wilayah di sekitar Universitas Indonesia. Nofdianto
(1994: 59) menyebutkan bahwa aktivitas di sekitar perairan dapat memengaruhi
komposisi dan distribusi epifiton di perairan.
Kepadatan Marga Epifiton Kepadatan marga epifiton pada batang Ipomoea aquatica F. di seluruh
lima situ Universitas Indonesia berjumlah 983 ind/cm2. Jumlah kepadatan
tersebut tersebar pada batang Ipomoea aquatica F. antara lain di Situ Agathis
berjumlah 320 ind/cm2, Situ Mahoni berjumlah 296 ind/cm2, Situ Puspa
berjumlah 136 ind/cm2, Situ Ulin berjumlah 48 ind/cm2, dan Situ Salam
berjumlah 183 ind/cm2 (Tabel 4.2). Situ Agathis di dominasi oleh epifiton dari
marga Crucigeniella (12%). Situ Mahoni di dominasi oleh epifiton dari marga
Navicula (26%). Situ Puspa di dominasi oleh epifiton dari marga Navicula (50%).
Situ Salam di dominasi oleh epifiton dari marga Diatom 1 (74%). Situ Ulin di
dominasi oleh epifiton dari marga Euglena (33,5%). Ruttner (1983: 186)
menyatakan bahwa eksistensi epifiton ditentukan oleh kemampuan menempel
pada substrat yang dimiliki epifiton sehingga dapat bertahan terhadap pencucian
arus dan gelombang air.
Epifiton marga Crucigeniella yang mendominasi 12% dari keseluruhan
epifiton di Situ Agathis, termasuk dalam kelompok Chlorophyta. Crucigeniella
dapat tumbuh subur karena dapat menggunakan bahan organik perairan (Palmer
1962: 39). Situ Mahoni dan Situ Puspa di dominasi oleh epifiton marga
Navicula,yaitu sebesar 26% dan 50% dari keseluruhan epifiton di Situ Mahoni
dan Situ Puspa. Navicula dapat tumbuh dengan baik disebabkan oleh pH dan
suhu perairan yang cukup mendukung untuk pertumbuhan Navicula. Navicula
dapat berkembang dengan cepat pada suhu 26--30oC dan pH 6,8--7,2 (Obeng-
Asamoa 1980:195--196). Situ Salam di dominasi oleh epifiton marga Diatom 2.
Diatom diketahui memiliki tipe heteromorphy, yaitu perbedaan morfologi dalam
satu spesies akibat respon terhadap perubahan lingkungan. Perubahan kondisi
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
lingkungan akan mendorong perubahan bentuk morfologi diatom, terutama
perubahan morfologi valve (Hastle dkk. 1997 dalam Fitri 2011: 1). Perubahan
morfologi tersebut diduga dapat menyebabkan Diatom dapat lebih adaptif di
lingkungan tempatnya hidup. Situ Ulin di dominasi oleh epifiton dari marga
Euglena sebesar 33,5%. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kondisi
perairan yang cukup tenang dan kemungkinan kandungan bahan organik di
perairan Situ Salam cukup tinggi.
Indeks Keanekaan, Kemerataan, dan Kesamaan Epifiton Indeks keanekaan Shannon-Wiener di setiap situ sebagai berikut: Situ
Agathis adalah 0,365; Situ Mahoni adalah 0,36; Situ Puspa adalah 0,28; Situ
Salam adalah 0,31; dan Situ Ulin adalah 0,15. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
perairan lima situ Universitas Indonesia sudah tercemar. Wilhm & Dorris
(1968:780) menyatakan bahwa perairan yang memiliki nilai indeks keanekaan <1
merupakan perairan yang tercemar. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
buangan limbah organik dan anorganik dari pemukiman di sekitar Universitas
Indonesia yang mengalir ke situ-situ di Universitas Indonesia sehingga
menyebabkan lima situ Universitas Indonesia tercemar.
Keanekaan komunitas epifiton di lima situ di Universitas Indonesia ,
sebagai berikut: Situ Agathis adalah 0,13; Situ Mahoni adalah 0,15; Situ Puspa
adalah 0,13; Situ Salam adalah 0,19; dan Situ Ulin adalah 0,09. Berdasarkan data
tersebut dapat terlihat kalau kemerataan setiap situ tidak merata, yaitu berada
dikisaran 0--0,25 (Pielou 1975: 308). Hal tersebut diduga disebabkan terjadinya
persaingan terhadap kebutuhan hidup epifiton di suatu perairan.
Hasil analisis hierarchical cluster menggunakan program PAST v3 berupa
nilai matrik similaritas antar situ menunjukkan bahwa situ yang memiliki matrik
similaritas terbesar, yaitu Situ Agathis dengan Situ Puspa dengan nilai 47,44 dan
yang terkecil Situ Mahoni dengan Situ Ulin, yaitu sebesar 16,16. Semakin besar
nilai matrik similaritas semakin dekat tingkat kemiripan marga epifiton dan
sebaliknya. Hasil analisis hierarchical cluster menggunakan program PAST v3
berupa dendogram menggambarkan kemiripan marga epifiton kelima situ dalam
empat cluster utama. Cluster pertama antara Situ Ulin dengan Situ Mahoni.
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Cluster kedua antara Situ Ulin-Mahoni dengan Situ Salam. Cluster ketiga antara
Situ Ulin-Mahoni-Salam dengan Situ Agathis. Cluster keempat antara Situ Ulin-
Mahoni-Salam-Agathis dengan Situ Puspa. Hasil analisis hierarchical cluster
berdasarkan marga epifiton diduga dipengaruhi kondisi lingkungan perairan di
setiap situ cukup berbeda. Menurut Pratiwi (2003:2--3) variasi marga epifiton
berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain disebabkan oleh kondisi
perairan yang berbeda.
Kesimpulan
1. Kondisi lingkungan ima situ di Universitas Indonesia memiliki kecerahan
berkisar antara 0,26 m--0,40 m; suhu 26--29,5oC; pH 5--6,5; DO 5,9--8,64
ppm; BOD 1,5--2,7 ppm dan memiliki komposisi marga epifiton yang
ditemukan pada batang Ipomoea aquatica F. pada lima situ Universitas
Indonesia sebanyak 34 marga, dengan kepadatan 983 ind/cm2 sehingga cukup
mendukung untuk pertumbuhan epifiton.
2. Nilai indeks keanekaan epifiton pada batang Ipomoea aquatica F. di lima situ
Universitas Indonesiaberkisar antara 0,05--0,365 dan indeks kemerataan
epifiton pada batang Ipomoea aquatica F. di lima situ Universitas Indonesia
berkisar antara 0,09--0,19.
4. Similaritas marga epifiton pada batang Ipomoea aquatica F. di lima situ
Universitas Indonesia berbeda antara satu dengan yang lain.
5. 2. Saran
1. Penelitian yang sama perlu dilakukan pada bulan-bulan yang berbeda, sehingga
dapat diketahui pengaruh terhadap perkembangan epifiton.
2. Perlu dilakukan penelitian unsur hara,terutama nitrogen dan fosfor,untuk
mengetahui nilai unsur hara di lima situ Universitas Indonesia.
3. Perlu dilakukan identifikasi sampai tingkat spesies untuk mengetahui secara
terperinci epifiton yang hidup pada batang Ipomoea aquatica F di lima situ
Universitas Indonesia.
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Daftar Referensi
Arthington, A. 1980. The freshwater environment. Kelvin College, Queenland: vii
+ 154 hlm.
Backer, C.A. 1936. Verklarend woordenboek: van weteschappelijke
plantennamen. P. Noordhoff. N. V. Gronigen, Batavia: vii + 664 hlm.
Bellinger, E. G. & D. C. Sigee. 2010. Freshwater algae: identification and use as
bioindicators. John Wiley and Sons, Ltd. New York: 137--254 hlm.
Boney, D. D. 1975. Phytoplankton. The Phitman Presss, London: vii + 116 hlm.
Brown, A. L. 1973. Ecology of freshwater. Harvard University Press, Cambridge:
xi + 129 hlm.
Darley, W. M. 1982. Algal biology. Physiological approarch. Blackwell,
Scientific pub., London: viii + 168 hlm.
Erniati, L. 1993. Komunitas ditomae sebagai perifiton di hipolimnion situ rawa
kalong bogor yang di aerasi dengan reactor injeksi limnotek 3,2. Skripsi
S1 Universitas Nasional, Jakarta: v + 75 hlm.
Fitri, W. E. 2011. Jenis-jenis dan variasi morfologi diatom pada duakawasan
mangrove (Sungai Pisang, Kota Padang dan Air Bangis, Pasaman Barat,
Sumatera Barat). Padang: 15 hlm.
Greenberg, A. E., J. J. Connors & D. Jenkins (eds. ). 1981. Standart methods for
the examination of water wastewater 15th ed. American Public Health
Association, Washington: Xlvii + 1134 hlm.
Hillary, R. P., O. B. Lan, Sudarmadji & M. Taufik. 1979. Ekologi dari situ
lengkong panjalu Ciamis, jabar. Departemen Biologi, FMIPA-ITB,
Bandung: 16.
Jeffries, M.,& D. Mills. 1990. Freshwater ecologyprinciples and application. 2nd
ed. Ed. Belhaven Press, London: vi + 285 hlm.
Kemker, Christine. 2013. Dissolved Oxygen: Fundamentasl of Environmental
Measurements. Foundriest Environmental, Inc. 8 Juli 2015, pk. 15.00
WIB. www. fondriest.com/environmental-
measurements/parameters/water-quality/dissolved-oxygen/>.
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Lampert, W. & U. Sommers. 2007. Limnoecology. Oxford University Press, New
York: x + 324 hlm.
Lehtonen, P. 1993. Pest risk assessment on Chinese water spinach. Hyattsville: 24
hlm.
Mizuno, T. 1970. Illustration of freshwater plankton of japan. Hoikusha
Publishing Co., Ltd., Japan: viii + 351 hlm.
Nofdianto.1994. Komposisi dan distribusi perifiton pada sungai cisiih dan sungai
cimadur di banten selatan. Limnotek. 2(2): 57—62.
Obeng-Asamoa, E. K., D. M. John & H. N. appler. 1980. Periphyton in the Volta
lake: seasonal change on the trunks of flooded trees. Hydrobiologia 76:
151--200.
Palmer, C. M. 1962. Algae in water supplies. U. S. Departement of Health
Education & Welfare Public Health Service, Washington: vi + 87 hlm.
Pancho, J. V. & M. Soerjani.19778. Aquatic weeds of Southeast Asia: A
systematic account of common Southeast Asia aquatic weed. University of
Phillipines, Los Banos: x + 130 hlm.
Pielou, E. G. 1975. Ecological diversity. John Wiley & Sons, New York: viii +
165 hlm.
Pratiwi, N. T. M. 2003. Peran Plankton dalam mengevaluasi kualitas air. Pusat
Penelitian Biologi-LIPI, Bogor: 9 hlm.
Rosmairini. 2002. Kelimpahan dan sebaran temporal makrobentos di Situ Mahoni
Kampus UI Depok, Jawa Barat. Skripsi S1 BIologi FMIPA-UI, Depok: vii
+ 61 hlm.
Sulastri. 2003. Karakteristik ekosistem perairan danau dangkal. Pusat Penelitian
Biologi-LIPI, Bogor: 12 hlm.
Vuuren, S. J., J. Taylor, C. Ginkel & A. Gerber. 2006. Easy identification of most
common freshwater algae: a guide for the identification of microscopic
algae in South African freshwater. North-West University and
Departement of Water Affairs and Forestry Press, Potchestroom: 210 hlm.
Washington, H. G. 1984. Diversity, biotic, and similarity indices. A review with
special reference to aquatic ecosystem. Water Reseacrh. 18 (16): 653--
694.
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015
Wetzel, R. G. 1983. Perifitonof freshwater ecosystems. Dr. W. Junk Publisher,
Boston: vii + 243 hlm.
Widianto, I. N. 2008. Kajian pola pertumbuhan dan ciri morfometrik-meristik
beberapa spesies ikan layur (Superfamily Trichiuroidea) di perairan
Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi S1 Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor: xx + 92 hlm.
Wilhm, J. L. & T. C. Dorris. 1968. Biological parameters for water quality
criteria. Bio Science. 18(6): 477--480.
Yuniarto. 1992. Kepadatan marga epifitik pada batang kangkung (Ipomoea
aquatica F.), Genjer (Limnocharis flava), dan Bengok (Monochoris
vaginalis). Tugas Akhir D-III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Jurusan Biologi Universitas Indonesia, Depok: vii + 29 hlm.
Struktur komunitas..., Mohammad Zulkarnain, FMIPA UI, 2015