Struktur, Komposisi, Dan Interaksi Di Dalam Komunitas Hewan

13
STRUKTUR, KOMPOSISI DAN INTERAKSI DALAM KOMUNITAS HEWAN MAKALAH untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi yang dibimbing oleh Dr. Fatchur Rohman, M.Si. dan Dra. Hj.Hawa Tuarita, M.S. Kelompok 11 Offering B Anggota: Imroatun Hasana 130341614818 Novi Wulandari 130341614786 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Ekologi

Transcript of Struktur, Komposisi, Dan Interaksi Di Dalam Komunitas Hewan

STRUKTUR, KOMPOSISI DAN INTERAKSI DALAM KOMUNITAS HEWAN

MAKALAHuntuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi

yang dibimbing oleh Dr. Fatchur Rohman, M.Si. dan Dra. Hj.Hawa Tuarita, M.S.

Kelompok 11Offering BAnggota:

Imroatun Hasana 130341614818Novi Wulandari 130341614786

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGIFebruari 2015

A. Struktur Komunitas Hewan1. Definisi Komunitas

Komunitas adalaha. Kumpulan dari berbagai kelompok individu yang masing-masing kelompok memiliki karakter

spesifik, di dalamnya terjadi interdependensi yang dinamis pada skala ruang dan waktu tertentu (Dharmawan, 2005).

b. Berbagai jenis organisme yang merupakan bagian dari suatu unit ekologis tertentu yang disebut ekosistem. Unit ekologis yang dimaksud disini adalah suatu satuan lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup (tumbuhan dan hewan), yang antar sesama makhluk hidup dan antara mskhluk hidup dengsn lingkungan sekitarnya (lingkungan benda tak hidup) membentuk hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi (Susanto, 2000)

c. Kelompok populasi makhluk hidup dalam suatu daerah atau habitat tertentu (Soetjipta, 1993)d. Sekumpulan populasi yang saling berinteraski secara langsung maupun tidak langsung (Smith

dan Smith, 2006). e. Kelompok organisme yang terjadi atas sejumlah jenis yang berbeda, yang secara bersama-

sama menempati habitat atau area yang sama dan waktu secara bersama serta terjadi interksi melalui hubungan trofik dan spasial (Purnomo, 2005).

Menurut Odum (1998) konsep komunitas biotik, yaitu sekumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup di suatu daerah. Komunitas tidak hanya mempunyai kesatuan fungsional tetentu dengan struktur trofik dan pola aliran energi yang khas, tetapi juga mempunyai kesatuan komposisional dimana terdapat peluang jenis tertentu tetap ada atau hidup berdampingan. Suatu komunitas dapat dikenali dari keberadaan suatu spesies atau lebih yang mendominasi secara biomassa atau menyumbang ciri fisik suatu spesies. Komunitas terdiri atas atas sekumpulan spesies yang kelimpahannya berkorelasi secara positif atau negatif dengan waktu atau tepat (Husamah, 2014). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa komunitas berarti kesatuan dinamik dari hubungan fungsional saling mempengaruhi diantara populasi, di mana anggotanya berperan pada posisinya masing-masing, menyebar dalam ruang dan tipe habitatnya (Husamah, 2014).

Konsep komunitas menjadi sangat penting dalam mempelajari ekologi, karena pada tingkat komunitas inilah dikaji keberadaan beranekaragam jenis organisme yang hidup bersama dengan cara yang beraturan, tidak tersebar begitu saja tanpa ada saling ketergantungan (interaksi). Menurut Darmawan et al. (2005), kajian komunitas berusaha mengetahui keseimbangan yang tergambarkan dalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya. Kajian komunitas juga berusaha mengetahui pola sebaran dan perubahan sebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja dalam komunitas tersebut.

Komunitas sebagai suatu organisasi kehidupan tersusun dari beberapa komponen yang masing-masing komponen memiliki dinamikanya masing-masing dan dikenal sebagai struktur komunitas yaitu keanekaragaman jenis, interaksi jenis, dan organisasi fungsional. (Husamah, 2014). Masing-masing pendekatan memberikan informasi sangat berguna dan pemilihan pendekatan yang akan digunakan tergantung pada tujuan dan pertimbangan praktisnya (Husamah, 2014).

Struktur dalam komunitas sering berubah, karena sebagian besar dapat diganti dalam waktu dan ruang sehingga fungsional komunitas yang serupa dapat memiliki komposisi jenis yang berbeda. Komposisi komunitas adalah daftar jenis dan jumlah individu yang menyusun suatu komunitas di suatu tempat . struktur komunitas memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh setiap jenis sebagai komponen penyusunnya (Husamah, 2014).

2. Macam KomunitasKomunitas yang berbeda akan dapat diamati dalam setiap habitat yang berbeda dan

satuan lingkungan yang lebih besar yang berbeda. Kenyataannya komposisi dan sifat komunitas merupakan indikator paling baik untuk komunitas yang ada di sana. Komunitas dapat dibedakan menjadi komunitas mayor dan komunitas minor. Komunitas major adalah komunitas yang bersama dengan habitatnya kurang lebih merupakan satuan yang dapat melengkapi dan

melestarikan komunitas itu sendiri, kecuali untuk energi matahari sebagai masukan yang harus ada. Komunitas minor, sering disebut sosietas, ialah kelompok sekunder dalam komunitas major, jadi bukan satuan bebas sepenuhnya mengenai sirkulasi energi (Soetjipta, 1993).

3. Struktur KomunitasStruktur komunitas dapat dibedakan menjadi struktur fisik dan struktur biologik. Struktur

fisik merupakan struktur yang tampak pada komunitas itu, bila mana komunitas itu diamati atau dikunjungi. Misalnya jika dikunjungi suatu hutan deciduosa, akan tampak suatu struktur primer secara musiman, dan suatu struktur sekunder berupa pepohonan kecil-kecil dan perdu dan semak di lantai hutan. Tanah hutan tersebut merupakan matrix interaksi perakaran semua tumbuhan, dan hewan-hewan hidup dalam struktur komunitas yang dibatasi oleh tumbuhan dan tanah. Sedangkan aspek struktur biologik meliputi komposisi spesies, perubahan temporal dalam komunitas dan hubungan antara spesies dalam suatu komunitas. Struktur biologik sebagian tergantung pada struktur fisik komunitas. Kedua aspek struktur komunitas berpengaruh kuat pada fungsi suatu komunitas. Yang dimaksudkan fungsi komunitas adalah kerja suatu komunitas sebagai suatu pemroses energi dan zat hara. Komunitas berfungsi dengan jaringan yang rumit interaksi spesies (Soetjipta, 1993).

Salah satu dasar klasifikasi spesies adalah Fidelitas. Fidelitas adalah derajad keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu. Spesies dengan fidelitas tinggi ialah spesies dengan preferensi yang kuat untuk komunitas tertentu atau terbatas pada komunitas tertentu tersebut. Berdasarkan fidelitasnya, spesies yang menyusun pada suatu komunitas dapat dibedakan sebagai berikut (Soetjipta, 1993).a. Eksklusif, yakni jika suatu spesies itu hanya ada disuatu daerah tunggal atau komunitas

tunggal. Spesies yang eksklusif sering bersifat langka ditemukan serta tidak penting dalam dinamika komunitas, tetapi spesies tersebut dapat dijadikan sebagai spesies indikator yang berguna untuk mengidentifikasi dan mengenali satuan komunitas.

b. Karakteristik (selektif atau preferensial), yakni jika spesies tersebut melimpah dalam suatu daerah namun juga terdapat didaerah lain dalam jumlah kecil. Suatu spesies dikatakan karakteristik untuk suatu tipe vegetasi jika spesies itu paling sedikit tiga kali lebih melimpah dibanding dalam tipe vegetasi yang lain.

c. Ubiquitos, yakni jika suatu spesies penyebarannya sama dalam berbagai komunitas.d. Predominant, jika jumlah individu suatu spesies lebih besar atau sama dengan 10% dari

jumlah individu keseluruhan spesies yang ada dalam komunitas tersebut.

B. Komposisi Komunitas HewanAda lima karakteristik komunitas hewan yang umumnya diukur dan dikaji yaitu bentuk dan

struktur pertumbuhan, dominasi, kelimpahan relatif, struktur trofik, dan keanekaragaman atau diversitas jenis (Husamah, 2014). Leksono (2007) membatasi bahwa parameter komunitas bersifat kuantitatif seperti kekayaan jenis, keanekaragaman dan kelimpahan relatif. Parameter struktur komunitas yaitu:1. Keanekaragaman jenis (spesies)

Keanekaragaman atau diversitas adalah suatu keragaman atau perbedaan diantara suatu anggota-anggota suatu kelompok, yang umumnya mengarah pada keanekaragaman jenis (McNaughton dan Wolf, 1998). Keragaman jenis merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman jenis juga dapat digunakan untuk menentukan struktur komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya (Ardhana, 2012). Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menentukan struktur komunitas. Semakin banyak jumlah jenis dengan tingkat jumlah individu yang sama atau mendekati sama, semakin tinggi tingkat heterogenitasnya. Sebaliknya jika jumlah jenis sangat sedikit dan terdapat perbedaan jumlah individu yang besar antar jenis, maka semakin rendahlah heterogenitas suatu komunitas. Keanekaragaman yang rendah mencerminkan adanya dominasi suatu jenis (Leksono, 2011). Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi jenis terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.

Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik yang unik dalam tingkat organisasi biologi yang diekspresikan melalui struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah individu masing-masing relatif merata. Keanekaragaman dimaksud adalah keanekaragaman jenis bukan untuk mencari kedudukan jenis dalam takson, melainkan ditekankan pada dasar artrofik atau tingkatan fungsional organisme (Satino, 2011).

2. Kemerataan Kemerataan didefinisikan sebagai tingkat sebaran individu antara jenis-jenis (Leksono,

2011). Menurut Suheriyanto (2008), pada dua komunitas yang masing-masing mempunyai 10 jenis dengan jumlah individu 100, akan mempunyai kemerataan yang berbeda, tergantung pembagian dari 100 individu tadi diantara 10 jenis. Misalnya, 91-1-1-1-1-1-1-1-1-1 pada suatu komunitas yang ekstrim (kemerataan minimum) da 10 individu per jenis pada komunitas yang lain (kemerataan sempurna).

3. Kelimpahan relatif (Relative Abudance)Diversitas jenis ditentukan tidak hanya oleh jumlah jenis di dalam komunitas, tetapi juga

oleh kelimpahan relatif individu (relative abudance) dalam komunitas. Kelimpahan jenis merupakan jumlah individu per jenis dan kelimpahan relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu diantara jenis dalam satu komunitas. Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam jenis, tetapi berbeda dalamkelimpahan relatif. Contohnya adalah 2 komunitas mungkin masing-masing mengandung 10 spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang pertama semua jenis sama-sama umum (misalnya 50 individu tiap jenis). Sementara pada komunitas kedua satu jenis secara signifikan jumlahnya lebih banyak dari pada empat jenis lain. Komunitas pertama dikatakan memiliki kelimpahan relatif lebih tinggi dari pada yang kedua (Husamah, 2014).

4. Kesamaan KomunitasApabila terdapat perubahan sruktur komunitas dalam suatu wilayah, maka spesies yang

ditemukan dari suatu tempat ke tempat lain akan berbeda. Membandingkan antar komunitas berdasarkan perbedaan komposisi jenisnya sangat penting untuk memahami proses yang mengendalikan struktur komunitas dan dalam rangka melindungi kelestarian komunitas alami (Suheriyanto, 2008).

5. DominasiKomunitas alami dikendalikan oleh kondisi fisik atau abiotik yaitu kelembaban,

temperatur atau suhu, dan oleh beberapa mekanisme biologi. Komunitas yang tidak terkendali secara biologi sering dipengaruhi oleh suatu jenis tunggal atau satu kelompok jenis yang mendominasi lingkungan dan organisme ini biasanya disebut dominan. Dominasi komunitas yang tinggi menunjukkan keanekaragaman yang rendah (Odum, 1998). Menurut Suheriyanto (2008), didalam kondisi yang beragam, suatu jenis tidak dapat menjadi lebih dominan dari pada yang lain, sedangkan di dalam komunitas yang kurang beragam, maka satu atau dua jenis dapat mencapai kepadatan yang lebih besar dari pada yang lain. Dominasi merupakan perbandingan antara jumlah individu dalam suatu jenis dengan jumlah total individu dalam seluruh jenis.

C. Interaksi dalam Komunitas HewanHubungan timbal balik (interaksi) dibedakan menjadi hubungan intraspesifik dan

interspesifik. Hubungan intraspesifik adalah hubungan antara dua individu dalam satu jenis organisme, sedangkan hubungan interspesifik adalh hubungan antar dua individu yang berbeda jenis. Interaksi tersebut sebagai berikut (Dharmawan, 2005).1. Simbiosis

Hubungan interspesifik ada yang bersifat simbiosis dan nonsimbiosis.a. Hubungan simbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua jenis organisme yang

keduanya selalu bersama-sama. Misalnya hewan flagelata yang hidup dalam usus rayap dengan inangnya. Hewan flagellata itu mencerna selulose kayu yang dimakan oleh rayap. Dengan demikian rayap dapat menyerap zat karbohidrat yang berasal dari selulosa.

b. Hubungan nonsimbiosis adalah hubungan antara individu yang hidup secara terpisah, dan hubungan terjadi hanya jika keduanya berdekatan, misalnya antara kupu dengan tanaman bunga. Pada waktu hinggap di sebuah pohon tanaman bunga kupu menghisap madu dari bunga

dan serbuksari bunga itu terbawa oleh kupu pada kakinya. Serbuk sari itu terbawa ke bunga lain dan bisa menempel pada putiknya jika kupu tersebut hinggap pada bunga lain. Dengan demikian kupu dapat membantu penyerbukan tumbuhan bunga. Jika kupu tidak hinggap pada bunga dalam rangka mencari madu, hubungan antara kupu dan tumbuhan bunga tidak ada.

Gambar Simbiosis antara Kupu-Kupu dengan Bunga

1. KompetisiKompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macam

sumberdaya, sehingga hubungan tersebut bersifat merugikan bagi salah satu pihak. Sumber daya yang diperebutkan dapat berupa makanan, energi, dan tempat tinggal. Kompetisi dapat terjadi antar individu dalam satu populasi dan individu dari populasi yang berbeda. Sebagai contoh, ayam yang dipelihara dalam satu kandang saling memperebutkan makanan jika makanannya diberikan dalam satu tempat; persaingannya tampak jika salah satu ayam mematuk yang lain pada saat makan bersama. Persaingan dalam hal sumber daya ruang atau tempat terjadi jika terjadi ledakan populasi sehingga hewan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisi seperti ini hewan yang kuat biasanya mengusir hewan lemah untuk pindah dari kelompoknya atau meninggalkan tempatnya.

Gambar Kompetisi Memperebutkan Makanan pada Anak Ayam

2. Pemisahan kegiatan hidupHubungan kompetitif antara satu hewan dengan hewan lain dapat berkembang menjadi

pemisahan kegiatan hidup (partition). Dalam hubungan ini hewan yang hidup di satu habitat mengadakan spesialisasi dalam hal jenis makanan atau dalam metode dan tempat memperoleh makanannya. Contohnya burung yang hidup di pantai yang landai dan basah (wetland) mempunyai spesialisasi dalam jenis dan tempat mengambil makanan. Burung Flamingo mengambil makanan berupa organisme kecil di tempat berlumpur di tempat yang airnya dalam. Burung Ruddy turnstone mencari invertebrata kecil di balik rumah kerang dan batu di tepi pantai.

A B

Gambar Burung Ruddy turnstone Mencari Invertebrata Kecil di Balik Rumah Kerang (A) dan Burung Flamingo Mencari Organisme Kecil di Tempat Berlumpur

3. KanibalismeKanibalisme adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh individu lain

dalam satu jenis organisme. Contoh, belalang sembah betina membunuh belalang jantan setelah melakukan perkawinan.

Gambar Kanibalisme Belalang Sembah Betina Terhadap Belalang Sembah Jantan

4. AmensalismeAmensalisme adalah hubungan antara dua jenis organisme, yang satu menghambat atau

merugikan yang lain, tetapi dirinya tidak mendapat pengaruh apa-apa dari kehadiran jenis organisme yang dihambat atau dirugikannya. Amensalisme juga disebut kompetisi asimetris. Contoh hubungan seperti itu sulit dicari pada komunitas hewan. Jakson (1979, dalam Begon, 1990) menemukan hubungan amensalisme ini pada jenis Bryozoa yang hidup di bawah karang di pantai Jamaica. Ia menemukan bahwa di antara 7 jenis dari kelompok Bryozoa yang saling bersaing persentase kemenangan berkisar antara 50% (kompetisi simetri) sampai 100% (bersifat amensalisme).

Gambar Bryozoa

5. KomensalismeKomensalisme adalah hubungan antara dua jenis organisme, yang satu memberikan

kondisi yang menguntungkan bagi yang lain itu. Contoh, hubungan antara satu jenis organisme ikan laut (clownfish) dengan anemon laut. Ikan itu biasanya berada di anatara tentakel dari anemon laut, yang pada umumnya beracun terhadap ikan lain. Dengan tingggal di antara tentakel itu ikan clownfish terlindung dari serangan musuh dan mendapat makanan berupa detritus yang keluar dari tubuh anemon. Anemon tidak dirugikan tetapi juga tidak diuntungkan oleh ikan tersebut.

Gambar Interaksi antara Anemon dengan Ikan Badut

6. MutualismeMutualisme adalah hubungan anatara dua jenis organisme atau individu yang saling

menguntungkan, tanpa ada yang mengalami kerugian. Dalam hubungan mutualisme dua individu yang berhubungan ada yang selalu hidup bersama, dan ada yang tidak selalu bersama. Atas dasar kebersamaan itu, Smith (1992) menyebutkan beberapa macam mutualisme. a. Mutualisme obligat

Dalam hubungan ini kedua individu yang berhubungan selalu hidup bersama, tidak pernah terpisahkan. Contoh, hubungan antara bakteri Rhizobium dengan tumbuhan golongan Leguminosae.

Gambar Interaksi antara Bakteri Rhizobium dengan Tumbuhan Golongan Leguminosae.

a. Mutualisme nonsimbiotikDalam mutualisme nonsimbiotik dua individu yang berhubungan hidup terpisah,

tetapi pasangannya spesifik atau tidak berubah. Contohnya adalah hubungan antara sejenis lebah penyengat dengan sejenis tumbuhan Ficus.

b. Mutualisme fakultatifKedua individu yang berhubungan tidak hidup bersama, dan pasangannya tidak

tergantung pada jenis organisme tertentu. Contoh, hubungan antara kerbau dengan burung jalak. Burung jalak mendapat makanan secara bebas berupa kutu parasit yang hidup pada kulit kerbau. Kerbau mendapat keuntungan berupa hilangnya parasit. Burung jalak tidak hanya tergantung pada kerbau, tetapi dapat juga hinggap di punggung badak. Burung yang hinggap di punggung kerbau bukan hanya jalak, melainkan juga burung lain pemakan kutu.

AGambar Interaksi antara burung Jalak dengan Badak (A) dan Interaksi antara burung Jalak

dengan Kerbau (B).

7. ParasitismeParasitisme adalah hubungan antara dua individu, yang satu hidup atas tanggungan

yang lain, sehingga yang satu mendapat keuntungan sementara yang lain dirugikan. Hewan yang hidup menumpang pada hewan lain disebut parasit. Parasitisme ada yang bersifat simbiotik, non simbiotik, obligat dan fakultatif. Parasatisme obligat, contohnya adalah hubungan anatara cacing pita dengan sapi. Parasit obligat ini banyak yang bersifat patogen, terutama jika populasi parasit meningkat. Pada parasitisme nonsimbiotik, pasangan antara parasit dengan inangnya bersifat tetap, dan parasitnya hidup terpidah dari hospes. Parasit fakultatif adalah parasit yang hidup terpisah dari hewan inang, dan tidak mengkhususkan diri pada satu jenis organisme inang. Misalnya, lintah adalah parasit pada hewan mamalia.

Gambar Cacing Pita pada Sapi

8. PredatorismePredator adalah hewan yang memburu dan membunuh hewan lain untuk dijadikan

makanannya. Hewan yang diburu dan dimakan disebut mangsa. Hubungan antara predator dan mangsa berbeda dengan pola hubungan intraspesifik atau intersesifik yang lain. Satu individu mangsa hanya berhubungan dengan satu individu predator hanya satu kali, karena individu mangsa langsung mati ketika diserang oleh predator.

Daftar PustakaArdhana, I.P.G. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Udayana University Press. Darmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang.Darmawan, A., Ibrohim, H. Tuarita, H. Suwono, dan Susanto. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press.Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: P2LPTK.Husamah. 2014. Ekologi Hewan. Malang: Insan Cita.McNaughton, S.J. dan Wolf, L.L. 1998. Ekologi Umum Edisi kedua Cetakan ketiga. Yogyakarta: UGM

Press.Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press.Purnomo, H. 2005. Petunjuk Praktikum Pengetahuan Lingkungan. Semarang: FMIPA IKIP PGRI

Semarang.Satino. 2011. Handout Ekologi. Yogyakarta: FMIPA UNY.Smith, T.M. dan Smith, R.L. 2006. Element of Ecology. India: Rakesh K. Rastogi for Rastogi Publication,

Meerut.Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.Suheriyanto. D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN-Malang Press. Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembnagan Guru Sekolah

Menengah.