STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

12
127 JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009 Naskah diterima : 9 April 2008 Revisi terakhir : 8 April 2009 STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANALISIS ANOMALI GAYA BERAT DAN MAGNET DA. Nainggolan Pusat Survei Geologi Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122 SARI Hasil pengukuran gaya berat di daerah penelitian, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan vulkanik mempunyai besaran anomali antara -15 sampai +45 mgal. Penafsiran kuantitatif anomali Bouguer dan magnet total menghasilkan bentuk geometri penampang bawah permukaan yang mencerminkan proses geologi dan aktifitas tektonik. Hasil analisis kualitatif anomali Bouguer dan anomali magnet total menunjukkan bahwa sesar yang berkembang di daerah penelitian pada umumnya berarah barat - timur dan utara - selatan. Hasil analisis kuantitatif tiga buah model penampang bawah permukaan menunjukkan suatu struktur terban (graben ) sekitar daerah Subah arah tenggara kota Batang. Kata kunci : gaya berat, magnet, sesar, terban, geologi struktur, daerah Pekalongan ABSTRACT The result of gravity measurement in the studied area, which is mainly covered by volcanic rocks, has an anomaly value ranging from -11 to 45 mgal. Quantitative interpretation of Bouguer anomaly and magnet shows a subsurface profile depicting the geological processes and tectonic activities. The qualitative analysis results of residual and Bouguer anomalies indicate faults mainly have east - west and north - south directions. Meanwhile, the quantitative analyses of three subsurface model profiles show the graben structure in the Subah area to the south east of Batang city. Keywords : gravity, magnet, faults, graben, structural geology, Pekalongan area PENDAHULUAN Informasi gaya berat (gravity) banyak digunakan dalam bidang geofisika, geologi, dan geodesi. Dalam bidang geofisika, informasi spasial gaya berat dipakai sebagai salah satu cara untuk memprediksi struktur geologi dan densitas batuan penyusun kerak bumi. Data anomali Bouguer merupakan salah satu data dasar kebumian yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan, eksplorasi energi dan sumberdaya mineral, dan untuk keperluan penelitian ilmiah kebumian lainnya. Pengukuran gaya berat di daerah penelitian dilakukan pada tahun 1978 dan diterbitkan dalam bentuk peta publikasi oleh Dibyantoro, drr. (1977). Dalam makalah ini, penulis membahas dan menganalisis anomali Bouguer secara kualitatif dan kuantitatif untuk mempelajari aspek-aspek geologi, seperti jenis batuan dasar, rapat massa batuan dasar, struktur geologi. Anomali magnet total juga di analisis secara kualitatif untuk melengkapi hasil-hasil interpretasi gaya berat. Data tersebut diambil dari basis data kelompok Geofisika, Program Pemetaan Dasar, Pusat Survei Geologi Bandung, sedangkan data magnet merupakan data magnet udara (airborne magnetic), yang dilakukan oleh Pertamina. LOKASI DAN KONDISI DAERAH PENELITIAN Secara administratif, daerah penelitian termasuk Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Kendal (Provinsi Jawa Tengah). Secara geografis, lokasi tersebut terletak dalam selang koordinat : 109°30’ - 110°00’BT dan 06°45’ - 07°10’ LS (Gambar 1). Secara umum, lokasi penelitian terletak di sekitar pantai utara Jawa Tengah. Lokasi dapat ditempuh dengan mudah menggunakan transportasi darat, dengan waktu sekitar 7-8 jam dari Bandung. Geo-Sciences J G S M

Transcript of STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

Page 1: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

127JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Naskah diterima : 9 April 2008

Revisi terakhir : 8 April 2009

STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANALISIS ANOMALI GAYA BERAT DAN MAGNET

DA. Nainggolan

Pusat Survei Geologi

Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122

SARI

Hasil pengukuran gaya berat di daerah penelitian, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan vulkanik

mempunyai besaran anomali antara -15 sampai +45 mgal. Penafsiran kuantitatif anomali Bouguer dan magnet total

menghasilkan bentuk geometri penampang bawah permukaan yang mencerminkan proses geologi dan aktifitas tektonik.

Hasil analisis kualitatif anomali Bouguer dan anomali magnet total menunjukkan bahwa sesar yang berkembang di daerah

penelitian pada umumnya berarah barat - timur dan utara - selatan. Hasil analisis kuantitatif tiga buah model penampang

bawah permukaan menunjukkan suatu struktur terban (graben ) sekitar daerah Subah arah tenggara kota Batang.

Kata kunci : gaya berat, magnet, sesar, terban, geologi struktur, daerah Pekalongan

ABSTRACT

The result of gravity measurement in the studied area, which is mainly covered by volcanic rocks, has an anomaly value

ranging from -11 to 45 mgal. Quantitative interpretation of Bouguer anomaly and magnet shows a subsurface profile

depicting the geological processes and tectonic activities. The qualitative analysis results of residual and Bouguer

anomalies indicate faults mainly have east - west and north - south directions. Meanwhile, the quantitative analyses of

three subsurface model profiles show the graben structure in the Subah area to the south east of Batang city.

Keywords : gravity, magnet, faults, graben, structural geology, Pekalongan area

PENDAHULUAN

Informasi gaya berat (gravity) banyak digunakan

dalam bidang geofisika, geologi, dan geodesi. Dalam

bidang geofisika, informasi spasial gaya berat dipakai

sebagai salah satu cara untuk memprediksi struktur

geologi dan densitas batuan penyusun kerak bumi.

Data anomali Bouguer merupakan salah satu data

dasar kebumian yang diperlukan untuk perencanaan

pembangunan, eksplorasi energi dan sumberdaya

mineral, dan untuk keperluan penelitian ilmiah

kebumian lainnya.

Pengukuran gaya berat di daerah penelitian

dilakukan pada tahun 1978 dan diterbitkan dalam

bentuk peta publikasi oleh Dibyantoro, drr. (1977).

Dalam makalah ini, penulis membahas dan

menganalisis anomali Bouguer secara kualitatif dan

kuantitatif untuk mempelajari aspek-aspek geologi,

seperti jenis batuan dasar, rapat massa batuan dasar,

struktur geologi.

Anomali magnet total juga di analisis secara kualitatif

untuk melengkapi hasil-hasil interpretasi gaya berat.

Data tersebut diambil dari basis data kelompok

Geofisika, Program Pemetaan Dasar, Pusat Survei

Geologi Bandung, sedangkan data magnet

merupakan data magnet udara (airborne magnetic),

yang dilakukan oleh Pertamina.

LOKASI DAN KONDISI DAERAH PENELITIAN

Secara administratif, daerah penelitian termasuk

Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten

Batang, dan Kabupaten Kendal (Provinsi Jawa

Tengah). Secara geografis, lokasi tersebut terletak

dalam selang koordinat : 109°30’ - 110°00’BT dan

06°45’ - 07°10’ LS (Gambar 1).

Secara umum, lokasi penelitian terletak di sekitar

pantai utara Jawa Tengah. Lokasi dapat ditempuh

dengan mudah menggunakan transportasi darat,

dengan waktu sekitar 7-8 jam dari Bandung.

Geo-Sciences

J G S M

Page 2: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

128

Sebagian besar bagian utara daerah penelitian

merupakan wilayah yang terbuka yang digunakan

untuk pertanian, sedangkan daerah bagian selatan,

yang merupakan kaki-kaki Gunung Dieng masih

tertutup oleh hutan.

METODE PENELITIAN

Pengukuran gaya berat bersistem dilakukan dengan

interval jarak pengukuran antartitik kurang lebih

sekitar 3-5 km. Data gaya berat direduksi

menggunakan rapatmasa rata-rata batuan sebesar 32,67 gr/cm . Gaya berat normal dihitung dengan

acuan elipsoid GRS (Geodetic Reference System)

1967.

Untuk mendapatkan anomali Bouguer lengkap,

maka pengolahan data menggunakan rumus

(formula) berikut:

AB = G - G + KG + KMO N

Keterangan :

AB = Anomali Bouguer

G = Nilai gaya berat pengamatan.O

G = Gaya berat normal yang mengacu pada N

elipsoid GRS 1967 (Dobrin, 1988., Parasnis,

1986).

KG = Koreksi gabungan, dan

KM = Koreksi Medan

Penggambaran kontur dilakukan dengan perangkat

lunak komputer Surfer, versi 8. Pengolahan data

dikerjakan secara bertahap, yaitu pengolahan

sementara dikerjakan di lapangan, sedangkan

pengolahan lengkap dikerjakan di kantor, termasuk

pekerjaan laboratorium.

Pengolahan data sementara adalah melakukan

perhitungan anomali sederhana, yaitu hitungan

anomali Bouguer tanpa memberikan koreksi medan.

Semua pekerjaan ini dikerjakan di lapangan,

sehingga anomali sederhana dapat langsung

digambarkan. Dengan demikian, bila terdapat

kesalahan pengukuran, dapat langsung diketahui di

lapangan untuk kemudian dilakukan pengukuran

ulang di tempat tersebut. sementara untuk

pengolahan data lengkap dikerjakan di kantor, yaitu

mencakup pekerjaan hitungan koreksi medan,

hitungan anomali Bouguer lengkap, penggambaran

kontur, dan penafsiran pola anomali baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

TATAAN GEOLOGI

Fisiografi dan morfologi

Daerah penelitian dapat digolongkan kedalam tiga

satuan morfologi, yaitu dataran rendah, perbukitan,

dan daerah pegunungan (Condon drr., 1975).

Daerah dataran rendah menempati bagian utara

lembar, memanjang pada arah barat - timur, dan

mempunyai lebar (utara - selatan) yang luas di bagian

barat (batas lembar peta) menerus ke timur sampai

Pekalongan dan Batang. Dari Batang ke timur, lebar

dataran rendah ini menyempit menjadi hanya sekitar

1 sampai 3 km. (Gambar 2)

Daerah perbukitan merupakan kaki-kaki Kelompok

Pegunungan Dieng, mempunyai ketinggian dari 50

sampai 300 m di atas permukaan laut. Daerah

perbukitan ini terutama menempati bagian selatan

Batang, yang menerus ke timur, dan biasanya di

tumbuhi oleh pepohonan jati.

Daerah pegunungan menempati bagian selatan

lembar, dengan ketinggian melebihi 300 m dari

permukaan laut yang dicirikan oleh beberapa kerucut

puncak gunung seperti : G. Gundul, G. Siranda, G.

Lumping, dan G. Perbata (merupakan puncak

tertinggi ̃ 1556 m). Biasanya daerah pegunungan ini

ditutupi oleh hutan tropis yang lebat. Penyaliran di

daerah ini berpola hampir sejajar dan lembahnya

berlereng terjal.

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian.

JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Geo-Sciences

J G S M

Page 3: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

STRATIGRAFI

Tataan stratigrafi di daerah penelitian berupa batuan

sedimen, batuan gunung api, dan batuan terobosan,

yang berumur mulai dari Miosen Akhir hingga

Holosen (Condon drr, 1975).

Formasi Rambatan merupakan satuan tertua

berumur Miosen Awal sampai Tengah yang terdapat

di daerah penelitian, terdiri atas serpih, napal dan

batu lempung gampingan. Berikutnya adalah

Formasi Halang yang terdiri atas batu pasir tufan,

batu lempung, napal, dan konglomerat, umurnya

diperkirakan Miosen Akhir sampai Pliosen. Formasi

Damar terdiri atas batu lempung tufan, konglomerat,

tufa, dan breksi gunung api andesit muda yang

diperkirakan berumur Pliosen Akhir sampai Plistosen

Awal. Formasi ini terutama menempati daerah

morfologi perbukitan, sebelah timur Kota Batang.

Formasi Kaligetas terdiri atas lava andesit dan batuan

dan klastika gunung api dari Pegunungan

Jembangan, menempati bagian tenggara lembar peta

yang menerus ke arah timur Lembar Semarang

(Thanden drr., 1996). Satuan Gunung Api

Jembangan, menempati hampir setengah daerah

penelitian bagian selatan.

Satuan aluvium yang terdiri atas endapan sungai dan

pantai serta danau tersebar di bagian utara lembar,

terutama bagian barat Kota Batang dan Pekalongan

dan meluas jauh ke selatan, yang secara morfologi

merupakan satuan pedataran rendah.

UD D

U UDD

U

DU

DU

DU

UD

UD

DU

DU

UD

UD

UD

U

D

UD

UD

Tpds

QTd Tpds

TpdsQTd

QTd

Qa

Qa

Qa

Qa

Tmph

Ojo

Ojo

Qt

QfQf

Qf

QTd

QTd

QTd

QTd

QTd

QTd

Ojya

Ojma

Ojo

Qla

QTd

QlaQjya

Qf

QTd

Qa

Qpkg

Qf

Qdm Qdm

Ojo

Qjmt

QjyfQjmf

Tmd

Tmd

QTlb

Qjmf

Qjmf

Tmv

Qf

QfQf

Qf

QTd

PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik

Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

6°45'109°30'

7°00'

7°10'

109°45' 110°00'

Qa Aluvium

Batuan Gunungapi Dieng

Kipas Aluvium

Endapan Danau dan Aluvium

Batuan gunungapi Jembangan

Endapan Undak

Formasi Kaligetas

Anggota breksi Formasi Ligung

Formasi Damar

Anggota batupasir Formasi Damar

Formasi Halang

Formasi RambatanQd

Qf

Qla

Qjmf

Qt

Qpkg

QTlb

QTd

Tpd

Tmph

Tmv

KETERANGAN :

0 50 km

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEX

Lokasi Penelitian

Sesar

Antiklin

Sinklin

U

TB

S

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Condon drr., 1976).

129JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Geo-Sciences

J G S M

Page 4: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

Struktur dan Tektonik

Kegiatan tektonik di daerah ini diawali pada masa

Tersier Awal yang ditandai dengan pengangkatan

dan erosi. Hasil erosi ini membentuk sedimen

Formasi Rambatan, yang selanjutnya diikuti oleh

pengendapan Formasi Halang di lingkungan laut

dalam dan pengisian cekungan Formasi Damar

dilingkungan transisi sampai batial.

Selanjutnya, kegiatan tektonik Plio-Plistosen

mengaktifkan kembali hasil pencenanggaan Tersier

Awal dan membentuk lipatan-lipatan tak setangkup

yang diikuti oleh sesar naik berarah relatif barat -

timur, sesar geser yang berarah timurlaut-baratdaya

dan barat laut - tenggara dan sesar normal. Rekahan-

rekahan yang terjadi berupa bidang lemah tempat

batuan gunung api Kuarter Muda ke permukaan.

Sumber Daya Mineral dan Energi

Sumber daya mineral dan energi di lembar ini terdiri

atas pasir, lanau, lempung, batugamping, bongkah-

bongkah andesit, dan perlit. Bongkah-bongkah

andesit dan pasir hasil endapan sungai di Kali

Tuntang dapat digunakan untuk bahan bangunan

atau fondasi jalan, sedangkan lanau dan lempung

untuk bahan industri batubara.

HASIL DAN BAHASAN

Penelitian ini menghasilkan anomali Bouguer daerah

Pekalongan dan sekitarnya, yang di sajikan dalam

bentuk peta anomali Bouguer dengan skala

1:100.000 (Gambar 3). Peta anomali Bouguer ini

mempunyai nilai anomali berkisar antara -15 sampai

45 mgal, dengan pola umum berbentuk melingkar

terutup dan terbuka dengan nilai negatif dan positif,

tersebar acak di beberapa tempat.

Pola anomali tersebut memberikan gambaran

tentang struktur geologi bawah permukaan yang

terdapat di lokasi penelitian ini. Pola anomali

melingkar dengan nilai hingga +45 mgal terdapat di

daerah selatan lembar yang ditempati oleh batuan

terobosan Tersier (batuan andesit), sedangkan pola

anomali melingkar dengan nilai -11 mgal yang

terdapat di bagian utara daerah penelitian, ditempati

oleh batuan sedimen dan batuan gunung api (tuf,

breksi dan batupasir tufan).

ANALISIS KUALITATIF

Anomali Bouguer

Anomali Bouguer didapatkan dengan menyusutkan

data gaya berat lapangan terhadap gaya berat normal

berdasarkan rumus (GRS 1967), dengan beberapa

koreksi (koreksi Bouguer, koreksi medan). Tolok

rapatmasa yang digunakan dalam penyusutan data -3adalah rapatmasa kerak rata-rata 2.67 gr/cm .

Anomali Bouguer di daerah penelitian mempunyai

nilai dari - 11 mgal sampai +45 mgal. Secara umum,

daerah penelitian bisa di bagi menjadi dua bagian,

yaitu :

Daerah anomali tinggi mempunyai nilai = 10 mgal,

menempati bagian selatan daerah penelitian,

melebar di bagian barat daya dan menyempit ke arah

utara sampai timur Batang (pantai utara). Daerah ini

ditempati oleh Kelompok G. Siranda, G. Gundul, G.

Perbata dan G. Lumping. Daerah anomali tinggi ini

dihasilkan oleh suatu massa batuan yang mempunyai -3rapat massa yang lebih besar (>2,67 gr/cm ), yaitu

batuan andesitik (Condon drr, 1975).

Daerah anomali rendah mempunyai nilai = 10 mgal,

dan menempati lebih dari setengah daerah penelitian

di bagian utara. Di daerah Batang terdapat suatu

tinggian yang membagi cekungan ini menjadi dua

bagian berarah hampir utara - selatan. Bagian barat

ditempati oleh batuan aluvium, dan bagian timur

ditempati batuan sedimen Formasi Damar

(Gambar 2).

Anomali Sisa

Anomali sisa diperoleh dengan menerapkan trend

surface analysis pada data set terkisi. Anomali sisa ini

diperlukan untuk mengetahui dan memperjelas

keberadaan struktur dangkal (shallow effect).

Anomali sisa daerah penelitian mempunyai nilai dari -

10 sampai dengan +15 mgal, dengan pola kelurusan

kontur anomali berarah barat daya - timur laut, utara

- selatan dan barat - timur (Gambar 4). Seperti pada

anomali Bouguer, daerah penelitian dibagi menjadi

dua bagian, yaitu : Daerah anomali tinggi (dengan

nilai = -2 mgal) dan Daerah anomali rendah (dengan

nilai = -2 mgal ).

130 JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Geo-Sciences

J G S M

Page 5: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

UD D

U UDD

U

DU

DU

DU

UD

UD

DU

DU

UD

UD

UD

U

D

UD

UD

5

0

-5

-10

-5

-10

-15

-5

0

5

0

5

10

15

2025

303540

45

0

5

PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik

Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

5°45'109°30'

6°00'

6°10'

109°45' 110°00'

KETERANGAN :

0 50 km

Selang kontur anomali Bouguertiap 1 mGal

Kota

-20

-17-14

-11

-8

-5

-21

4

7

10

1316

19

22

25

2831

34

37

4043

46

49

A

A’

B’

B

C

C,

Sungai

Jalan raya

Rel Kereta Api

Gambar 3. Peta anomali Bouguer daerah Pekalongan dan sekitarnya.

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEX

Lokasi Penelitian

131JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

UD D

U UDD

U

DU

DU

DU

UD

UD

DU

DU

UD

UD

UD

U

D

UD

UD

0

0

0

00

-5

-10

-10

-50

5

0

-5

-5

0

-5

-50

5

10

0

-5

-5

-5

-5PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik

Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

5°45'109°30'

6°00'

6°10'

109°45' 110°00'

KETERANGAN :

0 50 km

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEXSelang kontur anomali Sisatiap 1 mGal

Kota

Sungai

Jalan raya

Rel Kereta Api

Lokasi Penelitian

A

A’

B’

B

C

C’

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

Mgal

Rendahan

Tinggian

Gambar 4. Peta anomali sisa daerah Pekalongan dan sekitarnya.

Geo-Sciences

J G S M

Page 6: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

132 JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Pada peta anomali sisa ini ditunjukkan bahwa hanya

Gunung Siranda, Gunung Gundul dan Gunung

Lumping yang mempunyai kelompok anomali

tinggi dengan pola seperti bentuk tinggian, berarah

hampir barat daya - timur laut, pada kedalaman yang

dangkal (Gambar 4). Gunung Perbata sendiri

menunjukkan kurva anomali rendah dengan bentuk

rendahan berarah hampir utara -selatan.

Dari struktur tinggian/rendahan, daerah penelitian

bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Bagian timur, bentuk tinggian/rendahannya

mempunyai arah sumbu hampir barat - timur dan

menerus kearah timur (Lembar Semarang).

2. Bagian tengah, merupakan daerah paling luas,

bentuk tinggian/rendahannya mempunyai arah

barat daya - timur laut dan utara -selatan.

3. Bagian barat, bagian ini tidak terlalu jelas

menunjukkan adanya bentuk tinggian/rendah,

dan mayoritas di tempati oleh satuan aluvium

(Condon drr,1976).

berimigrasi ke arah utara (Widianto, 2008).

Bentukan - bentukan antiklin di utara cekungan ini

diduga berpotensi sebagai cebakan hidrokarbon.

Anomali Regional

Anomali Bouguer Regional ini dihasilkan melalui

pengurangan anomali Bouguer terhadap anomali

sisa. Berdasarkan penampakan anomali regional

(Gambar 5), permukaan batuan dasar tidak

mempunyai topografi yang rata. Permukaan batuan

dasar di selatan lebih dangkal daripada di utara dan

masih dipengaruhi oleh batuan andesitik/basaltik.

Pada anomali regional ini (Gambar 5) terdapat suatu

sesar geser yang berarah hampir barat laut - tenggara

yang diduga masih aktif sampai sekarang. Menurut

Sidarto drr. (2008) sesar ini adalah sesar

Karangasem yang mengalami pensesaran yang

cukup dalam (=4000 m).

10

5

0

-5

-10

0

5

10

15

20

25

30

35

40

PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik

Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

5°45'109°30'

6°00'

6°10'

109°45' 110°00'

KETERANGAN :

0 50 km

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEX

Lokasi Penelitian

Selang kontur anomali Regionaltiap 1 mGal

Kota

Sungai

Jalan raya

Sesar geser yang diperkirakanmasih aktif.

Gambar 5. Peta anomali regional daerah Pekalongan dan sekitarnya.

Dalam rangkaian - rangkaian struktur

tinggian maupun rendahan tersebut

masih terdapat juga struktur

tinggian/rendahan dengan skala yang

lebih kecil yang tentunya dihasilkan

oleh tektonik yang berkembang

kemudian di daerah tersebut.

Rangkaian bagian barat ini termasuk

dalam daerah anomali tinggi

walaupun ditutupi oleh endapan

aluvium, ini menunjukkan bahwa di

bawah aluvium tersebut terdapat

suatu tubuh batuan dengan densitas -3yang lebih besar dari 2,67 gr cm ,

yang diduga sebagai batuan andesitik

atau basaltik seperti hasil analisis

kuantitatif pada Gambar 8.

Bentukan sinklin (cekungan) yang

terdapat di daerah ini adalah

rangkaian cekungan yang menerus ke

arah timur (Lembar Semarang) dan ke

arah barat (Lembar Pemalang), dan

merupakan dapur pembentukan

endapan hidrokarbon karena proses

tektonik yang berkembang cenderung

Geo-Sciences

J G S M

Page 7: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

133JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

ANALISIS KUANTITATIF

Dalam analisis kuantitatif ini, dibuat tiga buah model

penampang geologi berdasarkan analisis anomali

bouguer dan anomali sisa, yaitu : Penampang A-A'

dari batas peta di selatan (dengan koordinat

109°50'30” BT dan 6°10' LS) sampai ke pantai

utara dengan koordinat 109°50'30” BT dan 5°54'50”

LS. Penampang B-B' dari selatan batas peta, dengan

koordinat 109°41' BT dan 6°10' LS sampai pantai

utara, dengan koordinat 109°41' BT dan 5°51'30”

LS. Penampang C - C' dari barat batas peta dengan

koordinat 109°30' BT dan 5°57'30” LS sampai batas

peta sebelah timur, dengan koordinat 110°00' BT dan

6°05'30” LS.

Untuk kendali pemodelan digunakan semua

informasi geologi seperti keberadaan sesar,

Kedalaman sesar digunakan untuk mengurangi sifat

ketidakunikan analisis kualitatif ini, sehingga hasil

yang didapat lebih mendekati keadaan yang

sebenarnya. Model penampang anomali sisa

digunakan untuk mengetahui kedalaman lapisan

paling atas dan struktur dangkal. Hasil pemodelan ini

dipakai dalam interpretasi arah sebaran batuan dan

arah sesar.

Penampang A - A'

Penampang A-A' anomali bouguer (Gambar 6a) ini

mempunyai panjang kira-kira 28 km dengan arah

penampang utara - selatan. Penampang anomali

Bouguer mempunyai nilai dari -11 mgal sampai 8

mgal. Dari awal penampang sampai KM 9 anomali

mempunyai nilai antara 8 sampai -6 mgal dengan

landaian sekitar 1,5 mgal/km. Dari KM 9 sampai KM

16 nilai anomali tetap sekitar 6 mgal, dan dari sini

sampai KM 22 anomali membentuk suatu cekungan

dengan nilai minimum sekitar -11 mgal pada KM 19.

Dari KM 19 nilai anomali naik dengan perlahan

hingga mencapai nilai + 6 mgal pada ujung

penampang. Berdasarkan penampang terdapat

empat jenis batuan yang menyusun model ini, yaitu -3batuan sedimen dengan rapat massa 2,35 grcm ,

-3kerak benua dengan rapat massa 2,67 grcm , batuan -3andesitik dengan rapat massa 2,78 grcm , dan

-3kerak samudra dengan rapat massa 3,10 grcm .

Anomali sisa pada penampang ini (Gambar 6b)

mempunyai kurun nilai dari -8,5 mgal sampai 3

mgal. Pada awal penampang nilai anomali sekitar 2

mgal, kemudian naik menjadi 3 mgal pada KM 2.

Dari sini kurva anomali turun dengan landaian yang

cukup tajam (sekitar -2 mgal/km), hingga mencapai -

5 mgal pada KM 8. Kemudian kurva anomali naik

dengan landaian sekitar 2 mgal/km hingga mencapai

nilai 1 mgal pada KM 15, dan cenderung membentuk

suatu cekungan(rendahan). Dari sini anomali turun

dengan landaian yang sangat tajam (± 2,5 mgal/km)

hingga mencapai nilai - 8,5 mgal pada KM 19. Dari

KM 19 kurva anomali naik menjadi -6 mgal pada KM

22, kemudian menurun sampai -8 mgal pada KM 24.

Dari sini kurva anomali cenderung rata sampai

ujung penampang. Antara KM 17 dan KM 22

diinterpretasi adanya suatu struktur graben (graben)

yang dihasilkan dari suatu sistem sesar dan

kedalaman graben tersebut mencapai 5 km lebih. KM

17 ini adalah merupakan batas Formasi Damar dan

batuan Gunung Api Jembangan (Gambar 2).

-32

-24

-20

-16

-12

-12

-8

-8

-4

-4

0

0

-28

4

8

0 4 8 12 16 20 24 28J a r a k ( K m )

Ked

alam

an (

Km

)M

gal

A

A’

2,67

2,78

3,10

2,35

= Hasil perhitungan dari model= Hasil perhitungan lapangan

Gambar 6a. Model geologi dari penampang A-A’, anomali Bouguer.

0 4 8 12 16 20 24 28( K m )J a r a k

-5.50

-4.50

-3.50

-2.50

-1.50

-.50

.50

1.50

Ked

alam

an (

Km

)

-9.00

-7.00

-5.00

-3.00

-1.00

1.00

3.00

m G

a l

A

A’

2,35

2,67

2,78

KETERANGAN :

32.35 g/cm Batuan Sedimen

32,05 g/cm Batuan Rombakan32.67 g/cm Kerak kontinen

32.78 g/cm Batuan Andesitik

33.05 g/cm Kerak samudra

Sesar

.

2.05

= Hasil perhitungan dari model= Hasil perhitungan lapangan

Gambar 6b. Model geologi dari penampang A-A’, anomali sisa.

0 4 8 12 16 20 24 28( K m )J a r a k

-5.50

-4.50

-3.50

-2.50

-1.50

-.50

.50

1.50

Ked

alam

an (

Km

)

KETERANGAN :

AlluviumZona batuan hancuranBatu pasirBatu napal

Batu gampinganBatu lempunganZona alterasi

Kerak kontinen

Batuan Andesitik

Sesar

Gambar 6c. Model geologi dari penampang A-A’, anomali sisa dan geologi.

Geo-Sciences

J G S M

Page 8: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

134 JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Penampang B - B'

Penampang B-B' anomali Bouguer (Gambar 7a) ini

mempunyai panjang kira-kira 35 km dan arah

penampang hampir utara - selatan, dengan bentuk

kurva anomali yang sederhana. Penampang anomali

Bouguer mempunyai kurun nilai dari -2 mgal sampai

45 mgal. Dari awal penampang sampai KM 4 nilai

anomali mempunyai besaran antara 37 sampai 45

mgal, dan membentuk tinggian. Dari KM 4 sampai

ujung penampang kurva anomali cenderung

membentuk rendahan yang tidak simetris. Model ini

tersusun dari empat jenis batuan yaitu batuan -3sedimen dengan rapat massa 2,35 grcm , kerak

-3benua dengan rapat massa 2,67 grcm , batuan

-3andesitik dengan rapat massa 2,78 grcm , dan kerak

-3samudra dengan rapat massa 3,10 grcm .

Penampang anomali sisa (Gambar 7b) mempunyai nilai dari -10 mgal sampai 8 mgal, dengan bentuk kurva yang sederhana seperti anomali Bouguer. Dari awal penampang sampai KM 7, kurva anomali membentuk suatu tinggian dengan landaian yang cukup tajam (sekitar ± 3 mgal/ km), yang diduga dihasilkan oleh suatu batuan andesitik. Kemudian dari KM 7 sampai ujung penampang, kurva anomali juga membentuk suatu punggungan, yang diduga dihasilkan oleh penebalan dan penipisan batuan sedimen.

Penampang C - C'

Penampang C-C', anomali Bouguer (Gambar 8a)

mempunyai panjang kira-kira 57 km dan arah

penampang hampir barat laut - tenggara, dengan

bentuk kurva anomali yang bervariasi, dengan nilai

dari -17 mgal sampai 6 mgal. Pada awal nilai

anomali mempunyai besaran sekitar -3 mgal,

kemudian naik dengan perlahan hingga mencapai

nilai sekitar -2 mgal pada KM 23. Dari KM 23 sampai

KM 34 kurva anomali membentuk suatu tinggian,

yang di hasilkan oleh keberadaan batuan andesitik

antara KM 25 - 35. Dari KM 34 sampai KM 42 kurva

anomali cenderung mendatar, kemudian menurun

dengan tajam (dengan landaian sekitar 1,5 mgal/km)

hingga mencapai nilai anomali -17 mgal pada KM

50. Dari sini kurva anomali naik menjadi -15 mgal

pada KM 52,5 dan menerus sampai ujung

penampang dengan nilai sekitar -13 mgal. Tataan

model ini mempunyai empat jenis batuan, yaitu -3batuan sedimen dengan rapat massa 2,35 grcm ,

-3kerak benua dengan rapat massa 2,67 grcm , dan -3andesitik dengan rapat massa 2,78 grcm .

0 5 10 15 20 25 30 35

-32

-28

-24

-20

-16

-12

-8

-4

0

-55

15

25

35

45

Ked

alam

an (

Km

)

J a r a k ( K m )

mga

l

B

B’

2,67

2,78

3,10

2,35

= Hasil perhitungan dari model= Hasil perhitungan lapangan

Gambar 7a. Model geologi dari penampang B-B’, anomali Bouguer.

Gambar 7b. Model geologi dari penampang B-B’, anomali sisa

Gambar 7c. Model geologi dari penampang B-B’, dari anomali sisa dan geologi.

Penampang anomali sisa (Gambar 8b) mempunyai

nilai dari -5 mgal sampai 1,5 mgal, bentuk kurvanya

sangat berbeda dengan anomali Bouguer. Pada

penampang anomali sisa ini kurvanya membentuk

tiga buah bentukan tinggian/rendahan. Bentukan

tinggian ini di hasilkan oleh batuan andesitik seperti

terlihat antara: KM 7 dan 20, antara KM 27 dan 35,

antara KM 37 dan 47 dan antara KM 52 sampai

ujung penampang. Sementara kurva anomali yang

berupa bentukan-bentukan rendahan yang di

0

0

5 10 15 20 25 30 35

-3,5

-2,5

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,5

1,0

Ked

alam

an (K

m)

2,35

J a r a k ( K m )

KETERANGAN :

BreksiBatu pasirBatu napal

Batu gampinganAlluviumBatu lempunganZona alterasi

Kerak kontinenBatuan Andesitik

Sesar

0

0

0

5

-4

-8

-12

4

10 15 20 25 30 35

-3,5

-2,5

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,5

1,0

Ked

alam

an (K

m)

= Hasil perhitungan dari model= Hasil perhitungan lapangan

mgal

2,35

2,67

B

B’

J a r a k ( K m )

KETERANGAN :

32.35 g/cm Batuan Sedimen 32.67 g/cm Kerak kontinen

32.78 g/cm Batuan Andesitik33.05 g/cm Kerak samudra

Sesar.

2,78

Geo-Sciences

J G S M

Page 9: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

135JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

hasilkan dari penurunan batuan alas disebabkan

oleh sesar. Hasil analisis kualitatif maupun analisis

kuantitatif digabungkan menjadi peta penyebaran

struktur pada Gambar 11.

ANOMALI MAGNET

Data anomali magnet total daerah penelitian

diperoleh dari basis data hasil survei magnet udara

(airborne magnetic) yang dilakukan Pertamina.

Anomali magnet total daerah ini berkisar dari sekitar

50 s/d 190 nanoTesla (nT). Seperti pada anomali

Bouguer, anomali magnet total (Gambar 9) ini dibagi

menjadi dua bagian, yaitu :

1. Daerah anomali tinggi dengan nilai = 125 nT

menempati daerah pantai utara, dengan pola

kelurusan kontur hampir sejajar dengan garis

pantai, tetapi di timur Batang (daerah Tulis di

bagian barat dan daerah Subah di bagian timur)

membelok ke arah hampir utara - selatan.

Kemudian, dari sini berbelok lagi ke arah barat

dengan membentuk bulatan anomali tinggi di

antara Gunung Lumping dan Daerah Kajen.

2. Daerah anomali rendah dengan nilai = 125 nT

menempati daerah - daerah di luar daerah

anomali tinggi tersebut di atas. Daerah ini

ditempati oleh batuan - batuan yang bersifat non

magnetic, seperti batuan basal dan batu

gamping.

Anomali magnet sisa (Gambar 10) di daerah

penelitian mempunyai nilai dari -95 s/d 115 nT, dan

memberikan gambaran sebagai berikut : Daerah

anomali tinggi (dengan nilai ≥ 25 nT), menempati

daerah Kajen, barat daya lembar peta, daerah Blado

dan Subah di bagian timur. Pada permukaan yang

lebih dangkal, daerah - daerah tersebut ditempati

oleh batuan yang bersifat magnetik. Daerah anomali

rendah menempati daerah - daerah di luar daerah

anomali tinggi tersebut di atas.

Seperti anomali Bouguer sisa, anomali magnet sisa

daerah penelitian juga terbagi menjadi tiga

rangkaian, yaitu rangkaian bagian timur, tengah dan

barat, walaupun tidak sejelas pada anomali Bouguer

sisa. Antara anomali gaya berat dan anomali magnet

terdapat beberapa hal yang menarik, seperti:

1. Daerah anomali tinggi (anomali gaya berat sisa)

di selatan Kalibenik dan selatan Tulis, merupakan

0 10 20 30 40 50

-28

-24

-20

-16

-18-14

-10-6

-22

6

-12

-8

-32

-4

0J a r a k ( K m )

Mga

lK

edal

aman

(K

m)

C

C’

2,67

3,05

2,35

2,78

= Hasil perhitungan dari model= Hasil perhitungan lapangan

1,50

0,50

-0,50

-1,50

-2,50

-3,50

-4,50

-5,50

Mga

l

0 10 20 30 40 50J a r a k ( K m )

C

C’

-3,00

-2,60

-2,20

-1,80

-1,40

-1,00

-0,60

-0,20

0,20

0,60

Ked

alam

an (

Km

)

2,67

2,35

2,78 2,78 2,78 2,78

KETERANGAN :32.35 g/cm Batuan Sedimen

32.67 g/cm Kerak kontinen32.78 g/cm Batuan Andesitik

33.05 g/cm Kerak samudraSesar.

= Hasil perhitungan dari model= Hasil perhitungan lapangan

0 10 20 30 40 50J a r a k ( K m )

-3,00

-2,60

-2,20

-1,80

-1,40

-1,00

-0,60

-0,20

0,20

0,60

Ked

alam

an (

Km

)2,35

KETERANGAN :AlluviumBreksi

Batu pasir

Batu napalBatu gampinganBatu lempungan

Kerak kontinen

Batuan AndesitikSesar

Gambar 8a. Model geologi dari penampang C-C’, anomali Bouguer.

Gambar 8b. Model geologi dari penampang C-C’, anomali sisa.

Gambar 8c. Model geologi dari penampang C-C’, dari anomali sisa dan geologi.

daerah anomali rendah anomali magnet sisa,

sehingga diduga di daerah tersebut terdapat suatu

intrusi batuan yang mempunyai densitas besar -3(>2,67 grcm ), tapi tidak mempunyai sifat

kemagnetan (basaltic ?). Menurut Condon drr.

(1975) batuan yang terdapat disana adalah

batuan Gunung Api Jembangan, Aluvium dan

Formasi Damar. Kipas aluvium yang terdapat

disana mengandung unsur besi yang cukup

signifikan.

Geo-Sciences

J G S M

Page 10: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

136 JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

2. Daerah anomali tinggi (anomali gaya berat sisa)

di selatan Kalongganga, selatan Gunung Gundul,

dan sebelah timurnya (Gambar 4) merupakan

daerah anomali rendah nomali magnet sisa,

sehingga diduga disana terdapat suatu intrusi

batuan yang mempunyai densitas besar (>2,67 -3

grcm ), tapi tidak mempunyai sifat kemagnetan

(basaltic ?). Menurut Condon drr. (1975) batuan

yang terdapat disana hanya batuan Gunung Api

Jembangan.

3. Daerah anomali tinggi (anomali gaya berat sisa)

di Kajen sampai pantai utara dan di sudut batas

lembar peta di selatan Kajen (Gambar 4)

merupakan daerah anomali tinggi anomali

magnet sisa, sehingga diduga disana terdapat

suatu intrusi batuan yang mempunyai densitas -3besar (>2,67 grcm ) dan mempunyai sifat

kemagnetan (andesitic ?). Menurut Condon drr.

(1975) batuan yang terdapat disana hanya

batuan aluvium (Gambar 2).

4. Daerah anomali rendah (anomali gaya berat sisa)

di daerah Subah dan Blado merupakan daerah

anomali tinggi anomali magnet sisa. Dari peta

geologi (Condon drr., 1975) batuan yang terdapat

disana adalah satuan batu pasir Formasi Damar

(Gambar 2) dan merupakan lokasi terban/sembul

hasil pemodelan Gambar 6, sehingga diduga

satuan batupasir tersebut mengandung unsur besi

yang cukup tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis kualitatif maupun kuantitatif

anomali Bouguer dan analisis kualitatif anomali

magnet diduga ada dua jenis intrusi pada daerah

penelitian, yaitu : batuan yang mempunyai

kemagnetan (andesitic?) dan yang non magnetik

(basaltic ?).

UD D

U UDD

U

DU

DU

DU

UD

UD

DU

DU

UD

UD

UD

U

D

UD

UD

PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik

Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

6°45'109°30'

7°00'

7°10'

109°45' 110°00'

KETERANGAN :

0 50 km

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEX

Lokasi Penelitian

Selang kontur anomali Magnettiap 5 nT

Kota

Sungai

Jalan raya

Rel Kereta Api

50

65

80

95

105

120

135

150

165

190

205

NT

Gambar 9. Peta anomali magnet udara daerah Pekalongan dan sekitarnya.

Geo-Sciences

J G S M

Page 11: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

137JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

UD D

U UDD

U

DU

DU

DU

UD

UD

DU

DU

UD

UD

UD

U

D

UD

UD

PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

5°45'109°30'

6°00'

6°10'

109°45' 110°00'

KETERANGAN :

0 50 km

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEX

Lokasi Penelitian

Selang kontur anomali Bouguertiap 1 mGal

Kota

Sungai

Jalan raya

Rel Kereta Api

-120

-60

0

60

120

NT

Gambar 10. Peta anomali magnet sisa daerah Pekalongan dan sekitarnya.

Gambar 11. Pola struktur hasil analisis kualitatif daerah Pekalongan dan sekitarnya.

PEKALONGAN

Comal

Krairan

KajenKaranganyar

Kedungwuni

Wiradesa

BATANG

Tulis

SubahKalibenik

Surodadi

Blado

Kalongganga

G. LUMPING+1327

G. GUNDUL+ 1054

G. SIRANDA+ 1132

G. PERBATA+ 1556

L A U T J A W A

5°45'109°30'

6°00'

6°10'

109°45' 110°00'

KETERANGAN :

0 50 km

SEMARANG

YOGJAKARTA

SURABAYA

Surakarta

Pati Tuban

Cirebon

TegalPekalongan

Purwokerto

Cilacap

Purworejo

Kebumen

MagelangBanjarnegara

Malang

Banyuwangi

BlitarPacitan

Cepu P. MADURA

P. BALI

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

PETA INDEX

Lokasi Penelitian

Tinggiananomali

Tinggiananomali

Rendahananomali

Rendahananomali

Sesar Sesar

Magnet :Gaya berat :

Geo-Sciences

J G S M

Page 12: STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN ...

138 JSDG Vol. 19 No. 2 April 2009

Hasil analisis kuantitatif anomali Bouguer dan sisa

menunjukkan adanya struktur terban dan sembul di

sekitar Subah, yang ketebalan terbannya mencapai

4000 m lebih.

Saran

Hasil interpretasi data gaya berat dan magnet ini

dapat digunakan untuk mengetahui adanya cebakan

hidrokarbon merupakan suatu indikasi awal karena

selang pengukuran titik pengamatan gaya berat

masih cukup besar, yaitu sekitar 3 sampai 5 km.

Untuk membuat interpretasi yang lebih definitif

ACUAN

Adkins J., Sukardi S., Said H., and Untung M., 1978. A Regional Gravity Base Station Network for Indonesia,

Publikasi Teknik Seri Geofisika No. 6, Direktorat Geologi Bandung.

Condon, W. H., Pardyanto. L., dan Ketner. K. B., 1976. Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan,

Jawa, skala 1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung.

Dobrin M.B. and Savit C.H., 1988. Introduction to Geophysical Prospecting, Fourth Edition, McGraw-Hil Book

Cpmpany, New York

Dibyantoro. H., dan Sutisna. T., 1977. Peta Anomali Bouguer Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa,

skala 1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung, Bandung.

Parasnis. D.S., 1986. Principles of Applied Geophysics. Fourth Edition. Chapman and Hall. 29 west 35th

Street. New York, NY 10001, USA.

Sidarto., Santoso., dan Jamal., 2008. Penelitian Struktur Geologi Daerah Pekalongan Selatan, Jawa Tengah.

Pusat Survei Geologi, Bandung. Tidak diterbitkan.

Thanden, R. E., Sumadirdja, H., Richards.P.W., Sutisna. K., dan Amin. T. C., 1996. Peta Geologi Lembar

Semarangdan Magelang, Jawa, skala 1:100.000. Puslitbang Geologi, Bandung

Widianto. E., 2008. Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis Cekungan dengan Data Gaya Berat

serta Implikasinya pada Target Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa. Disertasi Untuk

memperoleh gelar Doktor. Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung. Tidak

diterbitkan.

masih diperlukan survei gaya berat yang lebih detail

dengan jarak pengukuran antara 50 sampai 200 m,

dan kemudian dilanjutkan survei geofisika yang lain

seperti dengan metode seismik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala

Pusat Survei Geologi, Koordinator Program Program

Pemetaan dan Penelitian Dasar (P2D) dan semua

yang terlibat dalam penerbitan makalah ini. Penulis

juga menghargai semua rekan yang terlibat dalam

pengukuran dan pengambilan data lapangan.

Geo-Sciences

J G S M