STRUKTUR BELANJA MODAL.docx

3
STRUKTUR BELANJA MODAL Standar akuntansi pemerintah daerah merekam belanja modal berdasarkan kelas aset (seperti tanah atau bangunan), tidak berdasarkan kategori fungsional (seperti pendidikan atau kesehatan). Laporan keuangan pemerintah daerah memungkinkan untuk rincian investasi publik menjadi lima kategori, yaitu: tanah; peralatan dan mesin; bangunan dan struktur lainnya; jalan, irigasi dan jaringan, dan lainnya (termasuk konstruksi dalam pengerjaan). Item Provinces Local Governments 2005 200 6 2007 2005 2006 2007 Tanah 26 21 28 22 27 6 Peralatan dan 16 11 16 7 14 17 Gedung dan 28 25 2 7 30 38 Jalan, irigasi, 33 38 38 28 30 44 Lainnya -3 5 16 6 -1 5 Total 100 100 100 100 10 0 100 Tabel menunjukkan bahwa prioritas pengeluaran modal pemerintah provinsi adalah pada sektor tanah, jalan, irigasi, dan jaringan, sedangkan pemerintah kabupaten/kota memprioritaskan belanja modal pada gedung dan bangunan (sekitar 30%). Penelitian Bank Dunia menyebutkan bahwa sebagian besar gedung dan bangunan tersebut merupakan gedung dan bangunan kantor pemerintah. Oleh karena itu, belanja infrastruktur pemerintah kabupaten/kota menjadi kurang efektif. RINGKASAN DAN SIMPULAN Dalam beberapa tahun terakhir, provinsi dan kabupaten / kota di Indonesia telah sekitar 20 dan 23 persen dan 17 dan 27 persen dari anggaran belanja masing-masing pada akuisisi aset non-keuangan Belanja modal pemerintah daerah sekitar 1,7 persen dari PDB, hampir sama dengan pemerintah pusat. Secara

description

STRUKTUR BELANJA MODA

Transcript of STRUKTUR BELANJA MODAL.docx

STRUKTUR BELANJA MODALStandar akuntansi pemerintah daerah merekam belanja modal berdasarkan kelas aset (seperti tanah atau bangunan), tidak berdasarkan kategori fungsional (seperti pendidikan atau kesehatan). Laporan keuangan pemerintah daerah memungkinkan untuk rincian investasi publik menjadi lima kategori, yaitu: tanah; peralatan dan mesin; bangunan dan struktur lainnya; jalan, irigasi dan jaringan, dan lainnya (termasuk konstruksi dalam pengerjaan).ItemProvincesLocal Governments

200520062007200520062007

Tanah26212822276

Peralatan dan Mesin16111671417

Gedung dan bangunan2825273038

Jalan, irigasi, dan jaringan333838283044

Lainnya-35166-15

Total100100100100100100

Tabel menunjukkan bahwa prioritas pengeluaran modal pemerintah provinsi adalah pada sektor tanah, jalan, irigasi, dan jaringan, sedangkan pemerintah kabupaten/kota memprioritaskan belanja modal pada gedung dan bangunan (sekitar 30%). Penelitian Bank Dunia menyebutkan bahwa sebagian besar gedung dan bangunan tersebut merupakan gedung dan bangunan kantor pemerintah. Oleh karena itu, belanja infrastruktur pemerintah kabupaten/kota menjadi kurang efektif.RINGKASAN DAN SIMPULANDalam beberapa tahun terakhir, provinsi dan kabupaten / kota di Indonesia telah sekitar 20 dan 23 persen dan 17 dan 27 persen dari anggaran belanja masing-masing pada akuisisi aset non-keuangan Belanja modal pemerintah daerah sekitar 1,7 persen dari PDB, hampir sama dengan pemerintah pusat. Secara total, belanja infrastruktur publik jatuh, namun, cukup untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada kecepatan yang wajar. Tampaknya pemerintah daerah Indonesia perlu belanja modal yang lebih banyak untuk mengkompensasi kemungkinan depresiasi aset dan merangsang pertumbuhan. Jika hal ini terjadi, tiga pertanyaan penting yang akan muncul: berapa banyak tambahan belanja modal pemerintah daerah, pada jenis infrastruktur apa, dan bagaimana seharusnya pengeluaran tersebut akan dibiayai? Dengan asumsi pengeluaran pemerintah pusat untuk infrastruktur tetap pada level saat ini dan target 5 persen dari PDB, maka pemerintah daerah perlu meningkatkan pengeluaran mereka pada aset setidaknya 1,5 persen dari PDB. Ini akan merupakan level multiplier efektif saat ini.Pemerintah Provinsi di Indonesia saat ini memfokuskan belanja modal di jalan-jalan, infrastruktur saluran irigasi dan tanah. Belanja modal pemerintah kabupaten/kota dialokasikan terutama untuk aset yang relatif tidak produktif seperti bangunan kantor pemerintah. Dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah (khususnya kabupaten/kota) sebaiknya mengurangi belanja pada ruang kantor pemerintah dan lebih pada infrastruktur yang berkaitan langsung dengan pelayanan. Selain itu infrastruktur air memerlukan perhatian khusus, di samping sektor kesehatan dan pendidikan. Sejumlah faktor membatasi peningkatan belanja modal daerah di Indonesia (Lewis dan Oosterman, 2009). Pertama, perencanaan modal pemerintah daerah berfokus pada investasi yang relatif kecil yang dapat dilakukan selama 1 tahun. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak diizinkan untuk rollover kontrak konstruksi ditenderkan dari 1 tahun ke depan. Ini bisa dengan mudah menjadi diubah dengan merevisi peraturan yang berlaku. Kedua, pemerintah daerah menyiapkan anggaran belanja pada tingkat yang sangat rinci. Virements tidak diperbolehkan selama eksekusi anggaran dan, sebagai hasilnya, satu-satunya cara untuk merevisi rencana pengeluaran adalah melalui amandemen formal untuk anggaran. Revisi anggaran memerlukan persetujuan dari DPRD; sehingga memakan waktu dan menyebabkan penundaan yang signifikan dalam pelaksanaan proyek-proyek modal. Ketiga, dan yang paling penting, adalah kendala sumber daya manusia di tingkat pemerintah daerah. Rendahnya pendidikan dan keterampilan teknis dalam perencanaan, desain, implementasi dan manajemen proyek modal membatasi hasil investasi yang tepat. Oleh karena itu, pemerintah pusat harus melipatgandakan upaya dalam proyek-proyek modal membantu pemerintah daerah untuk membuat perencanaaan, perancangan dan implementasi yang lebih baik untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Langkah Ini tidak akan mudah atau cepat, tetapi sangat penting untuk meningkatkan kualitas masyarakat pelayanan dan meningkatkan pembangunan ekonomi.