strokenonhemorrhogic
Transcript of strokenonhemorrhogic
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
1/30
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir
semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan beban
ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan
perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama
di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini
diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi,dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi
keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke
tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah
mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di
Indonesia.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
2/30
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.1
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi Stroke perdarahan atau strok hemoragik
dan Stroke iskemik atau juga dikenal sebagai stroke non hemoragik.
Pembedaan menjadi 2 macam stroke tersebut karena antara keduanya memang terdapat
perbedaan dalam hal patologi, faktor resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya.3
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara patologis,
sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat.8
ANATOMI PERDARAHAN OTAK
Vaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan dengan tingkat kegiatan metabolisme pada
bagian tertentu dan ini berkaitan dengan banyak sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah
tersebut.
Pembuluh darah utama yang mendarahi otak ialah sepasang arteria karotis interna dan
sepasang arteria vertebralis. Dari kedua sumber pendarah itu akan berhubungan membentuk
kolateral yang disebut sirkulus Willisi. Sistem kolateral juga dijumpai pada pembuluh-
pembuluh yang berada di dalam jaringan otak. Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem
vena yang akan bermuara ke dalam sinus duramatris.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk anastomosis yang cukup, sedangkan
anastomosis di dalam jaringan otak lebih sedikit. Pembuluh darah dari arteri permukaan yang
menembus/memasuki jarigan otak, secara fungsional dapat dianggap sebagaiendartery.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
3/30
3
SISTEM KAROTIS
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang mempercabangkan selain arteria karotis
eksterna juga arteri karotis interna yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial
terutama dalam hal ini ialah hemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria karotis interna
adalah: a. oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal anterior, a. serebri anterior, a.
komunikans anterior, a. serebri media.3
SISTEM VERTEBROBASILER
Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu menjadi arteri basilaris, akan
mendarahi batang otak dan serebellum dengan tiga kelompok arteri yakni: median,
paramedian, dan arteri sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang a.
serebriposterior.1,3
INSIDEN
Di pusat-pusat pelayanan neurologi di indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah
otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap. Trombosis
lebih sering pada umur 50-an hingga 70-an. GPDO pada anak muda banyak dijumpai akibatinfark karena emboli, yaitu mulai dari usia di bawah 20 tahun dan meningkat pada dekade ke-
4 hingga ke-6 dari usia, lalu menurun dan jarang dijumpai pada usia yang lebihtua.1
ETIOLOGI1,6,7,8
1.Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit, fibrin, sel
eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal
disebutembolus.
2.Emboli
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi didapatkan
bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik otak, apakah yang permanen atau yang
transien, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
4/30
4
pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung.
Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara
,tumor, metastase, bakteri, benda asing
PATOFISIOLOGI1,2,3
Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan berbagai macam sel yang
terdapat di dalamnya. Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang mengalir ke otak ialah
50-60 ml/100 gram otak/menit atau 700-840 ml/menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ADO dibagi dalam:
A. Faktor Ekstrinsik
* Tekanan Darah Sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik turunnya TDS tidak
mempengaruhi ADO karena adanya autoregulasi.
* Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi pada pembuluh darah
terkecil. Bila lumen menyempit 70%, maka akan mengganggu ADO.
* Kualitas darah
o Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah akan meningktya pula,
resistensi serebrovaskuler juga naik sehingga ADO menurun.
o Eritrosit, terjadi peningkatan agregasi eritrosit dan penurunan deformabilitas eritrosit.
o Platelet
B. Faktor intrinsik
* Autoregulasi
Yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk mempertahankan ADO meskipun
terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak. Autoregulasi akan berfungsi dengan baik, bila
tekanan sistolik 60-200 mmHg dan tekanan diastolik 60-120 mmHg.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
5/30
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
6/30
6
Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium pada substansia
grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan natrium pada
substansia alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan intrakranial.
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang diperdarahi oleh pembuluh
darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark.
INFARK OTAK3
Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan merokok merupakan faktor terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri merupakan kombinasi dari perubahan tunika intima
dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium dan disertai pula
perubahan pada tunika media di pembuluh darah besar yang menyebabkan permukaan
menjadi tidak rata. Pada saat aliran darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan
(trombosis). Untuk pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis
yang dapat mengakibatkan mikroinfark.
Ada 3 jalur terjadinya trombus yaitu :
a. Melalu asam arakidonat
b. Melalui ADP
c. Melalui faktor aktivasi platelet (PAF)
Emboli berasal dari trombus yang rapuh atau kristal kolesterol dalam a. karotis dan a.
vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli
arteri intrakranium, yang akhirnya menyebabkan iskemia otak. Adanya kelainan katup
jantung baik kogenital maupun karena infeksi, atrial fibrilasi merupakan faktor resiko
terjadinya embolisasi.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
7/30
7
GEJALA KLINIK3
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
Gejala utama GPDO iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologik
secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun. Pada pungsi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang
dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan
infark/iskmik dan edema.
GPDO akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, mendadak dan pada waktu
aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai tempat yakni kelainan jantung atau ateroma yang
terlepas. Kesadaran dapat menurun bila embolus cukup besar. Likuor serebrospinalis adalah
normal.
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasilar.
Gangguan pada sistem karotis menyebabkan:
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Ganguan sensorik
Gangguan pada sistem vertebrobasilar menyebabkan :
1. Ganguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital
2. Gangguan nervi kranialais bila mengenai batang otak
3. Gangguan motorik
4. Gnggguan koordinasi
5. Drop attack
6. Gangguan sensorik
7. Gangguan kesadaran
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
8/30
8
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan sensorik kortikal,
muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh., eye deviation, hemipareses yang
disertai kejang.3
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai sama berat
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka lengan dan
tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna.3
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-tanda serebelar,
nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan, deviasi
lidah.3
Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan sensoris dan keringat
sesuai tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi.3
DIAGNOSIS1
Ditetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan neurologis dimana didapatkan gejala-gejala yang
sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai dengan
daerah pendarahan pembuluh darah otak tertentu. Dimana menurut perjalanan penyakitnya
terdiri dari :4
1. Serangan iskemia sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak yang
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/ Reversible Ishemic Neurological Deficit (RIND).
Gejala neurologik yeng timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
9/30
9
3. Stroke progresif (Progressive stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent stroke)
Gejala klinis sudah menetap.
PENGOBATAN UMUM3
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik. Pengobatan
dengan oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat
dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan
funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yag timbul dapat
diberikan Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
3. Blood
Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah
iskemik lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak.
Pemberian infus glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah
infark yang ini akan mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
10/30
10
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila pelu diberikan nasogastric tube.
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urinae.
PENGOBATAN KHUSUS3
Pada fase akut pengobatan ditujukan untuk membatasi kerusakan otak semaksimal mungkin.
Untuk daerah yang mengalami infark kita tidak bisa berbuat banyak. Yang penting adalah
menyelamatkan daerah disekitar infark yang disebut daerah penumbra.
Neuron-neuron di daerah penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan tetapi tidak dapat
berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus diselamatkan
agar dapat berfungsi kembali.
Viskositas darah dipengaruhi oleh :
1. Hematokrit
2. Plasma fibrinogen
3. Rigiditas eritrosit
4. Agregasi trombosit
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
11/30
11
REHABILITASI3
Tujuan rehabilitasi ialah :
Memperbaiki fungsi motoris, bicara, dan fungsi lain yang terganggu
Adaptasi mental; sosial dari penderita strke, sehingga hubungan interpersonal menjadi
normal.
Sedapat mungkin harus dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Prinsip dasar rehabilitasi
* Mulailah sedini mungkin
* Sistematis
* Ditingkatkan secara bertahap
* Rehabilitasi yang spesifik sesuai dengan defisit yang ada
PROGNOSIS
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran status neurologiknya
stelah dirawat. Sebagian disebabkan edema otak dan maturasi iskemi otak. Infark luas yang
menimbulkan hemiplegi dan penurunan kesadaran 30-40 %.3 Sekitar 10 % pasien dengan
stroke iskemik membaik dengan fungsi normal. 5 Juga dipermasalahkan apakah seseorang
akan mengalami stroke ulang. Prognosis lebih buruk pada pasien dengan kegagalan jantung
kongestif dan penyakit jantung koroner. Penyebab utama kematian setelah jangka panjang
adalah penyakit jantung.3
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
12/30
12
BAB III
STATUS PEMERIKSAAN
I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. Abdul Sulkhan
Jenis Kelamin : Laki- laki
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Slawi Kulon
Pekerjaan : PNS
No Rekam Medis : -
Tgl Masuk Rumah Sakit : 24 Januari 2011, pukul 10:50 WIB
Ruang : Cendrawasih G
II. SUBJEKTIFANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis dengan isteri pasien pada tanggal 25
Januari 2011 pada pukul 14.00 WIB.
1. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan Utama : Tangan dan kaki kiri lemah.
Onset : 5 jam SMRS.
Lokasi : Anggota gerak kiri.
Kualitas : Tangan dan kaki lemas tetapi masih dapat digerakkan
Faktor yang memperberat : Hipertensi dan merokok.
Faktor yang meringankan : Os dibawa ke Poli Saraf RSUD Dr.Soeselo Slawi dan
ditempatkan di ruangan rawat inap untuk tatalaksana lanjut.
Gejala penyerta : Kepala pusing.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
13/30
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
14/30
14
III. OBJEKTIFPEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 25 Januari 2011, pukul 14.00 WIB
1. Tanda VitalKesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
TB : tidak dinilai
BB : tidak dinilai
Tekanan Darah : 160/ 90 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Suhu : 36,5 CPernafasan : 20 x/menit
2. Status GeneralisKepala : Normocephali, alis simetris
Mata : Pupil bulat isokor , CA (-/-) , SI (-/-), RCL (+/+
), RCTL ( +/+ )
Hidung : Simetris , septum deviasi (-), deformitas (-),
sekret (-/-)
Telinga : Normotia , nyeri tekan tragus dan mastoid (-),
sekret(-/-)
Tenggorokan : Normal, tidak hiperemis.
Mulut : Sudut bibir kiri turun, kering (-), sianosis (-),
lidah mencong ke kiri.
Leher : Trakea ditengah, leher tidak kaku, KGB
dan kelenjar thyroid tidak teraba membesar
Thoraks
ParuInspeksi : Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis,
retraksi sela iga (-), deformitas (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
15/30
15
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-
)
JantungInspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II regular , mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, turgor normal
Perkusi : Timpany
Auskultasi : Bising usus (+ ) normal
Ekstremitas
Atas : akral hangat, oedem (-/-) , sianosis (-/-),
petechiae (-/-)
Bawah : akral hangat, oedem (-/-), sianosis (-/-),
petechiae (-/-)
3. Status NeurologisKesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada
Leher : Sikap baik, gerak bebas, kelainan vertebra (-)
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
16/30
16
Kanan Kiri
RANGSANG MENINGEAL
Kaku kuduk - -
Laseque - -Kernig - -
Brudzinsky I - -
Brudzinsky II - -
NERVI CRANIALES
N.I (Olfactorius)
Subjektif Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Objektif Tidak Dilakukan Tidak DilakukanN.II (Opticus)
Visus Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Kampus visi Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III,IV,VI (Oculomotorius, Trochlearis,Abduscens)
Kedudukan bulbus Di tengah Di tengah
Nistagmus - -
Ptosis - -
Enopthalmus - -
Pupil :
Bentuk Bulat Bulat Ukuran 3 mm 3 mm Isokor / Anisokor Isokor Isokor Refleks cahaya langsung + + Refleks cahaya tidak langsung + +
Gerak bola mata :
Atas Baik Baik Bawah Baik Baik
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
17/30
17
Lateral Baik Baik Medial Baik Baik Atas lateral Baik Baik
Atas medial Baik Baik Bawah lateral Baik Baik Bawah medial Baik Baik
N.V (Trigeminus)
Motorik Baik Baik
Sensibilitas :
Ramus Opthalmicus Ramus Maksilaris Ramus Mandibularis
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
N.VII (Facialis)
Sikap mulut saat istirahat Membuka
Angkat dahi Dapat dilakukan
Tutup mata dengan kuat Baik Baik
Kembung pipi Baik Baik
Menyeringai Baik Baik
Bersiul Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan involunter - -
Indra pengecap (perasat lidah 2/3 anterior)
Asam Asin Pahit Manis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Chovstek reflex - -
N.VIII (Vestibulocochlearis)
Mendengar suara bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uji garpu tala Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uji garpu tala Scwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uji garpu tala Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
18/30
18
Perasat lidah (1/3 anterior)
Asam Asin Pahit Manis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Disfagi -
Disfoni
Disartria
-
-
Posisi uvula Simetris
Posisi arcus pharyngeus Simetris
Palatum mole Baik
Refleks muntah Tidak dilakukan
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu Baik Baik
Memalingkan wajah Baik Baik
N.XII (Hipoglossus)
Tremor lidah - -
Atrofi lidah - -
Fasikulasi - -
Ujung lidah saat istirahat Tidak deviasi Tidak deviasi
Ujung lidah waktu dijulurkan Tidak deviasi Tidak deviasi
EKSTREMITAS SUPERIOR
Simetris Simetris Simetris
Trofik Normotrofi Normotrofi
Tonus Hipotonus Hipotonus
Kekuatan 5555 5555
Sensibilitas
Raba Nyeri Suhu Gerak
+
+
Tidak dilakukan
+
+
+
Tidak dilakukan
+
Refleks biseps + +
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
19/30
19
Refleks triseps + +
Reflleks Hoffmann-Tromner - -
EKSTREMITAS INFERIOR
Simetris Simetris SimetrisTrofik Normotrofi Normotrofi
Tonus Normotonus Normotonus
Kekuatan 5555 5555
Sensibilitas :
Raba Nyeri Suhu Gerak
+
+
Tidak dilakukan
+
+
+
Tidak dilakukan
+
Refleks lutut (Knee patella reflex) + +
Refleks achilles (Achiles pees reflex) + +
Refleks patologis (Babinsky) + +
BADAN
Refleks abdomen atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks abdomen bawah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks anus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KOORDINASI
Uji telunjuk-hidung Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Uji hidung-telunjuk-hidung Tidak dilakukan Tidak dilakukan
GERAK INVOLUNTER
Tremor - -
Khorea - -
Ballismus - -
SUSUSUNAN SARAF OTONOM
Inkontinensia -
Hipersekresi keringat -
FUNGSI LUHUR
Memori Baik
Bahasa Baik
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
20/30
20
Afek dan emosi Baik
Kognitif Baik
4. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 25 Januari 2011
HASIL SATUAN NILAI NORMAL
WBC 9,32 103/ L M : 4,8-10,8 F : 4,8-10,8
RBC 5,12 106/ L M : 4,7-6,1 F : 4,2-5,4
HGB 15,7 g/dL M : 14-18 F : 12-16
HCT 42,5 % M : 42-52 F : 37-47
MCV 83,0 fL 79-99MCH 30,7 Pg 27-31
MCHC 36,9 g/dL 33-37
PLT 300 103/ L 150-450
RDW-CV 13,2 % 11,5-14,5
RDW-SD 39,3 fL 35-47
PDW 11,0 fL 9-13
MPV 9,7 fL 7,2-11,1P-LCR 22,8 % 15-25
Diff.Count
Neutrofil 5,99 103/ L 1,88
Limfosit 2,12 103/ L 0,9 - 5,2
Monosit 0,88 103/ L 0,161
Eosinofil 0,26 103/ L 0,045 - 0,44
Basofil 0,07 103/ L 0
LED 31 Mm / jam M : 0 - 15
F : 020
Kimia Darah
Glukosa sewaktu 108 mg / dL 60-100
Ureum 18,0 mg / dL 17,1 - 42,8
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
21/30
21
Creatinin 0,9 mg / dL 0,4 - 1,1
Asam Urat 7,0 mg / dL 2,5 - 7,0
Total kolesterol 197 mg / dL 150200
Trigliserid 249 mg / dL 35150
Bilirubin total 1,10 mg / dL 0,2 - 1,3
Billirubin direk 0,02 mg / dL 0,1 - 0,3
Bilirubin indirek 1,08 mg / dL 00,75
Protein total 8,0 g / L 6,78
Albumin 3,9 g / L 3,8 - 5,3
Globulin 4,1 g / L 1,33,1
SGOT 19 U / L 13- 33
SGPT 25 U / L 6 -30
HbsAg Non reaktif
Algoritma Stroke Gadjah MadaPenurunan Kesadaran : -
Nyeri kepala : +
Refleks Babinsky : -/-
Klasifikasi stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada : Stroke iskemik akut
atau stroke infark
Siriraj Hospital Score= (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x tekanan darah
diastolik)(3 x atheroma)12
= (2,5 x 0 ) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 100)(3 x 0)12 = 0
Klasifikasi stroke berdasarkan Siriraj Hospital Score merupakan ekuivokal atau
borderline. Maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan CT Scan Kepala.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
22/30
22
CT Scan Kepala Tanggal 24 Januari 2011
Hasil : - Tampak lesi hipodens pada caput nucleus caudatus sinistra.
- Giry dan sulcy normal.- Sistema ventrikel tidak menyempit.- Struktur mediana tidak ada deviasi.
Kesan: - Infark cerebri daerah caput nucleus caudatus sinistra.
DIAGNOSA KERJA
Stroke non hemoragik dengan hemiparesis sinistra Hipertensi maligna
DIAGNOSA BANDING
Stroke hemoragik
VI. PENATALAKSANAAN
1. O2 3 L/menit2. IVFD 2A + Neurosanbe 5000 20tts/menit /RL3. Neurotam 3 x 3 gr iv4. Citicholin 2 x 250 mg iv5. Ranitidin 2 x 1 amp iv6. Cefotaxime 2 x 1 gr iv7. Lapibal 1 x 1 iv8. Konsul Penyakit Dalam untuk Hipertensi maligna9. Pro CT scan kepala
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
23/30
23
VII. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
25 Januari
2011
-Tangan dan kaki
kiri masih agak
lemah.
-Sedikit pusing
-Compos Mentis / Sakit
Sedang
TD: 160/90 mmHg
N: 88x / menit
S: 36,7 C
P: 20x / menit
GCS: E4V5M6
Pupil bulat isokor
Kaku kuduk (-)
RF
+ +
+ +
RP
- -
- -
Motorik
5 5
5 5
Lateralisasi ke kiri
SNH -O2 3L/menit
-IVFD RL:N5 1:1
20 tetes/menit
-Citicholin 2 x 1
-Ranitidin
-Cefotaxime 2 x 1
gr
-Neurotam 3 x 3 gr
Lapibal 1 x 1
26 Januari - Sudah ada -Compos Mentis / Sakit SNH -O2 3L/menit
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
24/30
24
2011 perbaikan klinis
pada anggota
gerak kiri
- Pusing sudah
berkurang
ringan
TD: 170/100 mmHg
N: 88x / menit
S: 36,5 C
P: 20x / menit
GCS: E4V5M6
Pupil bulat isokor
Kaku kuduk (-)
RF
+ +
+ +
RP
- -
- -
Motorik
5 5
5 5
Lateralisasi ke kiri
-IVFD RL:N5 1:1
20 tetes/menit
-Citicholin 2 x 1
-Ranitidin
-Cefotaxime 2 x 1
gr
-Neurotam 3 x 3 gr
Lapibal 1 x 1
27 Januari
2011
- Sudah ada
perbaikan klinis
pada anggota
gerak kiri
-Compos Mentis / Sakit
ringan
TD: 160/90 mmHg
SNH -O2 3L/menit
-IVFD RL:N5 1:1
20 tetes/menit
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
25/30
25
- Pusing sudah
berkurang
N: 88x / menit
S: 36,5 C
P: 20x / menit
GCS: E4V5M6
Pupil bulat isokor
Kaku kuduk (-)
RF
+ +
+ +
RP
- -
- -
Motorik
5 5
5 5
Lateralisasi ke kiri
-Citicholin 2 x 1
-Ranitidin
-Cefotaxime 2 x 1
gr
-Neurotam 3 x 3 gr
Lapibal 1 x 1
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
26/30
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan tangan kiri dan kaki kiri terasa lemah secara tiba-tiba
sewaktu bangun dari tidur pagi hari. Gejala tersebut menetap dan tidak bertambah berat atau
ringan dengan keadaan apa pun. Pasien juga mengeluh adanya gejala sakit kepala dari
beberapa hari sebelumnya. Keluhan lain seperti kesemutan, gangguan bicara, sulit menelan,
demam, mual, muntah, gangguan penglihatan dan penurunan kesadaran disangkal pasien.
Pasien mengaku pernah menderita sakit yang sama yaitu stroke 5 tahun dahulu dan
dirawat di RSUD Dr. Soeselo, Slawi dan dibenarkan pulang setelah gejala membaik. Pasien
mengaku sudah punya riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan mengaku jarang
kontrol untuk hipertensi tersebut. Riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus, asma dan
alergi disangkal pasien.
Berdasarkan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan neurologis pada tanggal 25 Januari
2011 didapatkan kesadaran pasien Compos Mentis dengan GCS E4V5M6. Tekanan darah
160/90 mmHg, nadi 88x/ menit, suhu 36,5C, pernafasan 20x/menit. Status generalis dan
neurologis lainnya dalam batas normal. Kekuatan motorik didapatkan
5555 5555
5555 5555
Berdasarkan Gajah Mada Score didapatkan 2 tanda negatif yaitu tidak ditemukan
tanda penurunan kesadaran dan reflex patologis. Dari hasil tersebut didapatkan kesan pasien
menderita stroke iskemik. Berdasarkan Sirijaj Hospital Score didapatkan hasil 0 yang
menunjukkan bahawa diagnosis stroke tidak pasti (borderline) maka dilakukan pemeriksaan
CT Scan kepala. Pada pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan kesan infark cerebri daerah
caput nucleus caudatus sinistra.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan diagnosis stroke iskemik
ialah diberikan O2 3L/menit untuk membantu kelancaran oksigen ke otak. Infus diberikan
larutan RL (isotonis) mengingatkan bahawa larutan hipotonis bisa memperberat oedem.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
27/30
27
Seterusnya diberikan juga Citicholine (Brainact) sebagai neuroprotektan dengan kerja
memperhambat kerusakan membran dan mengurangi pembentukan radikal bebas dengan
menambah jumlah phosphatidylcholine. Peningkatan phosphatidylcholine ini bertujuan
memproteksi neuron dan menstabilkan dinding sel serta membantu penyembuhan dari
iskemia. Maka penggunaan Citicholine ini bersifat sebagai stabilisator membran sel yang
memiliki sifat neuroprotektif dan neurorestoratif.
Juga diberikan Neurotam yang bertindak sebagai neuroprotektan yaitu memodulasi
neurotransmisi otak, meningkatkan kondisi metabolik untuk plastisitas neural dan
meningkatkan mikrosirkulasi tanpa efek vasodilatasi.
Pada pasien turut diberikan antibiotika broad spectrum (Cefotaxime) dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial dengan pertimbangan pasien berbaring dalam
jangka waktu yang lama sehingga beresiko untuk terjadi infeksi saluran nafas.
Ranitidin juga turut diberikan pada pasien sebagai antagonis H2 untuk mencegah
terjadinya stress ulcer. Untuk roboransia diberikan Lapibal (mecobalamin) yaitu vitamin B12
aktif yang penting untuk metabolisme intrasel, dalam hal ini untuk mencegah kerusakan
selubbung mielin sel saraf.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
28/30
28
BAB V
KESIMPULAN
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:
1/3> bisa pulih kembali, 1/3> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang, 1/3 sisanya > mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita
terus menerus di kasur.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya
mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang
ditimbulkan setelah diserang stroke.
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi
dengan obat penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator(RTPA)
ataustreptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam
setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah
tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan
menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan
(misalnyaheparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
29/30
29
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya
tidak dilakukan pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan
atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang
akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita
stroke akut, biasanya diberikanmanitolataukortikosteroid. Penderita stroke yang sangat
berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan
pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandungkemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena
penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan
darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan
suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
-
8/2/2019 strokenonhemorrhogic
30/30
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam:
Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003:79-102
2. Fisher M. The Pathophysiology of Ischemic Sroke. In: Cerebrovascular Disorders. Mosby-
Year bokk Europe, England, 1994:8-16
3. Hadinoto S, Setiawan, Soetedjo. Stroke Non hemoragis. Dalam: Pengelolaan Mutakhir
Stroke, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1992: 1-46
4. Hacke W, Hennerici M, Gelmers HJ, Kramer G. Epidemiology and Classification of
Strokes. In: Ischemia. Springer-Verlag, Berlin Heidelberg, Germany, 1991:40-8
5. Ischemic Stroke. Available From : www.merck.com. Accessed February 2011: 1-3
6. Ischemic Stroke. Available From : www.strokecenter.com. Accessed February 2011: 1-2
7. Ischemic Stroke. Available From : www.strokeandserebrovascularcenter.com Accessed
February 2011: 1
8. Lumbantobing, SM. Stroke. Dalam: Neurogeriatri. FKUI, Jakarta, 2001:93-101
9. Leys D, Vehier FM. Stroke Prevention. In: Cerebrovascular Disease, Current Medicine,
Philadelphia, 1996: 13-5
10.Stroke Available from : www.yastroki.or.id. Accessed February 2011: 1-3
11. Stroke: Warning and Tips for Prevention. Available from: www.familydoctor.org.
Accessed February 2011 1-2