Stress Dab Penyakit Diabetes

12
Stress dab Penyakit Diabetes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pasien Diabetes Mellitus ( DM ) tidak sadarkan diri yang di bawa oleh keluarga ke unit layanan kesehatan dalam kondisi distress. Distress dapat diakibatkan oleh proses penyakit atau infeksi dan stress sosial. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis sehingga setelah penderita mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tersebut, maka pasien cenderung mengalami distress. Distress yang berlebihan pada penderita Diabetes Mellitus ini dapat menyebabkan terjadi penurunan kesadaran. Namun bagaimana Distress dapat menyebabkan penurunan kesadaran pada pasien DM belum dapat dijelaskan. Prevalensi pasien DM yang datang ke layanan kesehatan dalam kondisi tidak sadar semakin meningkat. Hal ini Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi diabetes sebesar 14,7 % pada daerah urban dan 7,2 % pada daerah Hasil penelitian DEPKES yang dipublikasikan pada 2008 menunjukan angka prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,7% yang berarti lebih dari 12 juta penduduk Indonesia saat ini yang menderita DM. Penyakit diabetes disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup karena terdapat kerusakan pada sel pankreas atau biasa juga terjadi karena sel dalam tubuh tidak mampu berikatan dengan insulin, akibatnya kadar glukosa dalam darah semakin lama semakin

description

stress dm

Transcript of Stress Dab Penyakit Diabetes

Page 1: Stress Dab Penyakit Diabetes

Stress dab Penyakit Diabetes

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Banyak pasien Diabetes Mellitus ( DM ) tidak sadarkan diri yang di bawa oleh

keluarga ke unit layanan kesehatan dalam kondisi distress. Distress dapat diakibatkan oleh

proses penyakit atau infeksi dan stress sosial. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis

sehingga setelah penderita mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tersebut, maka

pasien cenderung mengalami distress. Distress yang berlebihan pada penderita Diabetes

Mellitus ini dapat menyebabkan terjadi penurunan kesadaran. Namun bagaimana Distress

dapat menyebabkan penurunan kesadaran pada pasien DM belum dapat dijelaskan.

Prevalensi pasien DM yang datang ke layanan kesehatan dalam kondisi tidak sadar

semakin meningkat. Hal ini Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun

2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa.

Dengan prevalensi diabetes sebesar 14,7 % pada daerah urban dan 7,2 % pada daerah Hasil

penelitian DEPKES yang dipublikasikan pada 2008 menunjukan angka prevalensi DM di

Indonesia sebesar 5,7% yang berarti lebih dari 12 juta penduduk Indonesia saat ini yang

menderita DM.

            Penyakit diabetes disebabkan karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam

jumlah yang cukup karena terdapat kerusakan pada sel pankreas atau biasa juga terjadi karena

sel dalam tubuh tidak mampu berikatan dengan insulin, akibatnya kadar glukosa dalam darah

semakin lama semakin meningkat (hiperglikemia) dan keadaan ini sangat membahayakan

setiap organ yang terkena (Corwin, 2001)

      Pasien DM  pada umumnya tahu tentang penyakit DM, apa yang harus dilakukan dan

bagaimana memelihara kesehatannya. Namun semakin banyak yang dimengerti membuat

pasien tertekan oleh  peraturan berupa pembatasan diet dan aktifitas. Pasien mengalami

kejenuhan sehingga timbul  dilema atau konflik yang  sulit dipecahkan. Masalah ini

menimbulkan sikap yang dapat merugikan pasien. Mereka mulai mencoba melanggar

pantangan dan mulai berprilaku salah, seperti  tidak mau  menjaga pola makan dan tidak bisa

mengendalikan emosi karena keadaan yang dialami sehingga terjadi distress.

Page 2: Stress Dab Penyakit Diabetes

Saat ini, telah berkembang ilmu yang menjelaskan tentang bagaimana distres dapat

mempengaruhi penurunan kesadaran. Konsep psikoneuroimunologis menyatakan bahwa

kondisi stress akan menyebabkan sakit atau merusak fungsi otak. Peyebab utamanya karena

kadar glukokortikoid naik. Pada pasien  yang mengalami distress, saraf otonom akan

distimulasi, khususnya saraf simpatis (Johnson at al., 1992). Aktivitas saraf simpatis akan

mensekresi katekolamin seperti adrenalin dan noradrenalin sehingga organ yang diatur oleh

saraf otonom akan bekerja sesuai dengan kadar hormon yang diproduksi. Katekolamin akan

menstimulasi  suprarenal untuk mengeluarkan kortisol. Kortisol berfungsi dalam metabolism,

protein, karbohidrat dan lemak. Kortisol yang tinggi akan menyebabkan peningkatan gula

darah. (Roy at al : 1993., Van Doornen and Orlbeke, 1990). Stres yang berkelanjutan

menyebabkan aktivitas aksis HPA meningkat, sehingga kadar kortisol meningkat yang

diiringi oleh peningkatan glukosa di sirkulasi. Dilain pihak kortisol juga mempengaruhi

fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah

tidak bisa diseimbangkan (Avgerinos et al., 1992).

1.2.       Rumusan masalah

1.      Mengapa terjadi  distress pada penderita DM.

2.      Bagaimana  distress dapat menyebabkan penderita DM tidak sadarkan diri.

1.3.      Tujuan

1.3.1.Tujuan  Umum :

Menjelaskan disstress yang  dapat menyebabkan pasien tidak sadarkan diri.

1.3.2.Tujuan Khusus

1.      Menjelaskan distress yang terjadi pada penderita DM.

2.      Menjelaskan distress dapat meningkatkan kadar gula darah.

3.      Menjelaskan peningkatan kadar gula darah mengakibatkan penurunan kesadaran

1.4.      Manfaat

1.      Memberikan pemahaman mengenai proses distress yang mengakibatkan penurunan

kesadaran pada penderita DM.

2.      Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengantisipasi terjadinya stress

3.      Digunakan sebagai bahan diskusi dengan klien atau petugas kesehatan lain dalam perencaaan

asuhan keperawatan pada penderita DM

Page 3: Stress Dab Penyakit Diabetes

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

2.1.1.      Distress

Distress adalah respon terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif

(bersifat merusak). Hal ini termasuk konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat

ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,

dan kematian.

Disstres adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya,

membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami

disstress orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan, bingung, dan  tidak dapat

berperforma secara maksimal (Walker.J, 2002).

2.1.2.      Diabetes Mellitus ( DM )

Menurut WHO, DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu

jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi

insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh adanya

peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia. Glukosa secara

Page 4: Stress Dab Penyakit Diabetes

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah yang dibentuk dari hati melalui

makanan yang dikonsumsi. Pada produksi dan penyimpanannya glukosa diatur oleh suatu

hormon yang diproduksi oleh pankreas yang disebut insulin. Insulin berfungsi untuk

mengendalikan kadar glukosa dalam darah (Smeltzer & Bare, 2001). Peningkatan kadar gula

darah pada penderita DM mengakibatkan tubuh tidak bisa memproduksi hormon insulin

secara baik atau bahkan sampai tidak bisa sama sekali. Jika kondisi ini terus berlanjut maka

proses metabolisme di dalam tubuh akan mengalami gangguan (Sudarmoko, 2010).

Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Penyakit Endokrin Nasional

Indonesia) seseorang bisa dikatakan menderita DM jika memiliki kadar gula darah puasa >

126 mg/dl dan pada tes sewaktu > 200 mg/dl. Kadar gula darah sepanjang hari bisa bervariasi

dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam, kadar gula

darah yang normal adalah pada pagi hari setelah malan sebelumnya berpuasa yaitu 70 – 110

mg/dl darah.

2.2.Fakor yang mempengaruhi DM antara lain:

2.2.1.      Kelainan genetik

Faktor keturunan sangat memungkinkan seseorang menderita diabetes mellitus karena

jika ada riwayat keluarga yang ada salah satu anggotanya menderita diabetes mellitus

dimungkinkan akan menurunkan kepada anaknya.

2.2.2.      Usia

Faktor usia memungkinkan pada orang dewasa yang berusia 45 tahun keatas atau

orang – orang yang berusia dibawah 45 tahun tetapi mengalami kegemukan

2.2.3.      Distress

Pasien yang mengalami distres akan terjadi peningkatan  sekresi kortisol yang

menyebabkan peningkatan gula darah.

2.2.4.      Pola makan yang salah

Pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan

bersifat manis akan cepat meningkatkan kadar gula darah seseorang sehingga pola makan

yang salah harus dikendalikan dengan cara mengendalikan mengkonsumsi makanan yang

bersifat manis.

2.3.      Hubungan  Disstres dan peningkatan gula darah

Page 5: Stress Dab Penyakit Diabetes

      Disstress psikologis dapat menimbulkan perubahan menjadi distress biologis yang

pada proses lanjut dapat mengganggu kesehatan.Kepribadian seseorang berperan penting dalam merespon suatu stressor. Ini akan berdampak pada respon biologik  yaitu pada sistim endokrin dan imunitas (Scheier,1995, Cohen, 1998)

Perubahan biomolekuler terhadap stressor akut berbeda dengan yang kronis. Pada

stressor akut (menit – jam), sistim simpatis (terutama noradrenergik) akan mengalami

aktivasi. Kondisi demikian terjadi pada stress psikologis ringan atau selama  latihan fisik

tertentu. Sebaliknya  pada stress psikologis berat dan terpapar stressor fisik berat maka akan

mengaktivasi aksis HPA yang selanjutnya mengakibatkan gangguan pada system imunologis

dan proses plastisitas  (Dhabhar,1997).

Suatu rangsangan atau stressor akan mengaktifkan aksis HPA, yang dicerminkan oleh

pelepasan corticotrophin-releasing hormone (CRH) dan Vasopresin  (AVP) oleh nucleus

paraventrikuler dari hipotalamus, kemudian akan merangsang  produksi dari

adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitary anterior. ACTH akan memicu

pelepasan kortisol yang akan  mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas,

produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan (Avgerinos et al.,

1992).

2.4.      Hubungan peningkatan gula  darah dengan penurunan kesadaran

Komplikasi DM antara lain hiperglikemi dan diabetik ketoasidosis, hiperglikemi terjadi saat

glukosa tidak dapat pergi ke dalam sel karena jumlah insulin yang tidak mencukupi. Tanpa tersedianya

karbohidrat/gula di dalam sel tubuh, maka hati akan aktif mengkonversi kembali glikogen menjadi glukosa

dengan proses glikogenolisis selain itu juga akan meningkatkan pembentukan glukosa baru lewat

proses glukoneogenesis. Pada DM tipe 1 kurangnya glukosa dalam sel tubuh akan dikompensasi dengan

mengaktifkan cadangan lemak pada jaringan adiposa sebagai sumber energi, metabolisme lemak ini

menghasilkan badan-badan keton yang semakin banyak jumlahnya dalam darah seiring dengan

peningkatan metabolisme lemak itu sendiri. Badan-badan keton yang semakin banyak akhirnya

diekskresikan bersama urine dan menjadi ketonuria, namun kompensasi ini ternyata tidak menurunkan

kadar keton di dalam darah dan menyebabkan darah menjadi bersuasana asam (pH menurun) akibat

banyak keton asetoasetat dan beta-hidroksibutirat. Kondisi inilah yang disebut diabetik ketoasidosis, bila

asidosis ini menjadi semakin parah maka klien akan mengalami penurunan tingkat kesadaran dan pada

akhirnya sampai pada kondisi yang disebut koma diabetes.

2.5.      Cara Mengatasi disstres

Page 6: Stress Dab Penyakit Diabetes

Diabetes melitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan

mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet, aktifitas fisik,stress fisik serta emosional

dapat mempengaruhi pengendalian DM, maka pasien harus belajar untuk mengatur

keseimbangan diri untuk berpikir positif agar tidak stres. Penting bagi penderita diabetes

untuk tahu bagaimana caranya menjaga tingkat stresnya dengan melakukan olahraga secara

teratur karena dengan  olahraga teratur bagi penderita diabetes tidak hanya untuk mengontrol

kadar glukosa, tapi juga membuat seseorang memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Beberapa

hal juga bisa efektif mengatasi dan mencegah stres yaitu istirahat yang cukup, mengonsumsi

makanan yang seimbang, serta memiliki sikap hidup yang positif seperti meluangkan waktu

untuk diri sendiri dan belajar memahami dirinya sendiri.

2.6.      Faktor pendukung yang dapat membantu mengatasi distress :

2.6.1.      Tempat ibadah:

Ketersediaan tempat ibadah  akan membantu seseorang yang mengalami berbagai

persoalan untuk mendapatkan tempat yang tenang yang dapat membantu seseorang  tersebut

menenangkan diri dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Tempat tersebut bisa berupa ibadah

seperti masjid, gereja, wihara dll.

2.6.2.      Dukungan Keluarga:

Keluarga dan orang terdekat sangat diperlukan bagi individu dalam rangka mengatasi

berbagai persoalan, keluarga bisa menjadi tempat untuk mengungkapkan segala

permasalahan yang ada sehingga manajemen stres dapat dilaksanakan. Keluarga harus bisa

dan selalu berusaha untuk memberi dukungan pada anggota keluarga yang menderita

Diabetes Melitus agar tidak mengalami distress. Dukungan keluarga sangat membantu

anggota keluarga tersebut untuk menerima keadaannya. 

BAB 3

PEMBAHASAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh adanya

peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia. Diabetes Mellitus

atau penyakit gula ini merupakan penyakit kelainan metabolis yang disebabkan oleh beberapa

factor diantaranya factor keturunan, usia, pola makan yang salah dan stress. Penyakit ini

memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Dibutuhkan

Page 7: Stress Dab Penyakit Diabetes

pengontrolan dan monitor secara berkala terhadap kadar gula darah, aktifitas fisik, dan

riwayat kesehatan lainnya.

Penderita DM umumnya telah mengetahui mengenai penyakit ini. Dengan banyak

informasi yang diperoleh terutama mengenai gejala, penyebab dan cara penanganannya

terkadang bisa mengakibatkan stress tersendiri. Penanganan mandiri seumur hidup inilah

yang menjadikan penderita mengalami stress baik stres fisik maupun emosional.

Setiap individu mempunyai presepsi dan respon yang berbeda terhadap suatu

rangsangan atau stressor. Stress tanpa penanganan koping yang positif mengakibatkan

distress yang dapat membahayakan diri sendiri. Dalam hal ini penderita berprilaku salah

seperti tidak menjaga pola makan dan tidak bisa mengendalikan emosi. Prilaku salah tersebut

dapat meningkatkan kadar glukosa darah yang mengakibatkan penurunan kesadaran.

Gaya hidup  di masyarakat ( merokok, alcohol, traveling) serta lingkungan

merupakan factor penghambat kesehatan individu karena dapat mempengaruhi peningkatan

kadar gula darah dalam tubuh. Prilaku individu tercermin dalam pola sosial yang terdapat

dalam lingkungan tersebut. Gaya hidup dalam masyarakat seperti ini dapat mengubah prilaku

sehat. Sehingga individu yang menderita DM mudah berprilaku salah seperi minum alcohol,

makan-makanan yang manis dalam jumlah banyak, merokok dan lain sebagainya.

Lingkungan yang tidak kondusif juga dapat menambah stress pada penderita DM.

Untuk mengatasi kendala ini, perlu adanya dukungan sosial terutama dari orang

terdekat atau keluarga. Pendekatan diri kepada Tuhan YME juga dapat membantu penderita

DM dalam menanggulangi stress yang dialami baik stress secara psikologis ataupun stress

biologis.

Dalam hal ini terdapat kesesuaian antara teori dan fenomena yang ada dalam

masyarakat bahwasannya stress yang dialami tidak lepas dari prilaku dalam masyarakat atau

individu itu sendiri, dan penanggulangan stress juga dapat membantu penderita DM agar

tidak jatuh dalam kondisi parah atau katuh dalam kondisi penurunan kesadaran.

BAB 4

PENUTUP

4.1. SIMPULAN

Page 8: Stress Dab Penyakit Diabetes

1.      Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh adanya peningkatan

kadar glukosa dalam darah atau yang disebut hiperglikemia.

2.      Gaya hidup  di masyarakat ( merokok, alcohol, traveling) serta lingkungan  merupakan factor

penghambat kesehatan individu karena dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah

dalam tubuh.Stress yang dialami penderita DM tidak lepas dari prilaku dalam masyarakat

atau individu itu sendiri

3.      Kepribadian  seseorang berperan penting dalam merespon suatu stressor yang  akan

berdampak pada respon biologik  yaitu pada sistim endokrin dan imunitas.

4.      Distress dapat mengaktivasi hipotalamus yang mengakibatkan peningkatan kadar gula dalam

darah dan dapat mengakibatkan penurunan kesadaran

4.2.SARAN

               1.         Pemahaman mengenai pengaruh stress terhadap penurunan kesadaran perlu ditingkatkan

oleh petugas kesehatan sebagai upaya pencegahan terhadap penderita DM agar tidak

mengalami penurunan kesadaran

               2.         Penderita DM hendaknya harus belajar mematuhi diet, aktifitas fisik, dan mampu

memanagemen stress baik fisik maupun emosional dengan berpikir positif agar tidak terjadi

distress. Selain itu juga mau mendekatkan diri pada Tuhan sehingga terjadi  keseimbangan

diri.

               3.         Dukungan keluarga dan orang terdekat sangat diperlukan bagi pasien DM dalam rangka

mengatasi berbagai persoalan dan  bisa menjadi tempat untuk mengungkapkan segala

permasalahan yang ada sehingga manajemen stress dapat dilaksanakan.

Page 9: Stress Dab Penyakit Diabetes

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC.

Ikram, Ainal. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI.

Kushariyadi.(2010).Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Luecknote, Annette Geisler (1997). Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC.

Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

Taat Putro, Soehartono. (2011). Psikoneuroimunologi Kedokteran Edisi 2. Surabaya : AUP.