streptomyces (1)

12
Potensi Bakteri Streptomyces sp. Sebagai Agens Pengendali Hayati (APH) I. Pendahuluan Pengendalian hayati termasuk dalam komponen Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT) yang salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri antagonis. Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis membuktikan bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agens hayati. Bakteri antagonis tersebut selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor, juga dapat berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri antagonis dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan. Agens pengendali hayati secara umum memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui antibiotik yang dihasilkannya, kompetisi terhadap nutrisi, atau parasitisme langsung terhadap patogen. APH tidak memberi peluang pada patogen untuk mencapai populasi yang cukup tinggi hingga dapat menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang tinggi (Agrios, 2005). Mikroorganisme baru yang diintroduksi ke tanah (lahan), terkadang tidak dapat berkompetisi dengan mikroflora yang telah ada sebelumnya serta tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilan pengendalian hayati akan memberikan pengaruh yang baik dengan pembuatan formula dari antagonis. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna dari antagonis yaitu dengan memanipulasi unsur hara dalam memproduksi formula mikroba. Formula yang akan digunakan harus tersusun oleh bahan yang sesuai, terutama fungsinya terhadap APH. Streptomyces sp. merupakan salah satu kelompok mikroorganisme antagonis yang berpotensi digunakan sebagai agens pengendali hayati patogen penyebab penyakit tanaman. Beberapa peneliti melaporkan kemampuan Streptomyces sp. sebagai agen pengendali patogen tanaman. Kim, Moon dan Hwang (1999) melaporkan, bahwa antibiotik As1A yang dihasilkan oleh Streptomyces libani dapat menghambat pertumbuhan miselia dari Botrytis cinerea, Cladosporium cumeris, Colletotricum lagenarium, Cylindrocarpon destructans, Magnaporthe grisea dan Phytopthora capsici pada uji antagonis di laboratorium. Penggunaan antibiotik As1A yang dihasilkan oleh Streptomyces libani pada tanaman cabai di percobaan

description

PendahuluanIstilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang berarti dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara maknafiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (Effendy,1994).Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beropreasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya.Pengertian Pers yaitu, suatu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang menjalankan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Dimana pers saat ini tidak hanya terbatas pada media cetak maupun media elektronik tetapi juga telah merambah ke berbagai medium infromasi seperti internet.Pers juga merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang kegiatannya melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani manusia selaku makhluk sosial dalam kehidupannya sehari-hari sehingga dalam organisasinya pers akan menyangkut segi isi dan akibat dari proses komunikasi yang melibatkannya.Ditinjau dari sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tetapi dilain pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probabilistik berarti hasilnya tidak dapat diduga secara pasti. Situasi seperti itu berbeda dengan sistem tertutup yang deterministik.II. Fungsi dan Peranan Pers di IndonesiaA. Fungsi1. Pers sebagai Media InformasiMedia informasi merupakan bagian dari fungsi pers dari dimensi idealisme. Informasi yang disajikan pers merupakan berita-berita yang telah diseleksi dari berbagai berita yang masuk ke meja redaksi, dari berbagai sumber yang dikumpulkan oleh para reporter di lapangan. Menurut Pembinaan Idiil Pers, pers mengemban fungsi positif dalam mendukung mendukung kemajuan masyarakat, mempunyai tanggung jawab menyebarluaskan informasi tentang kemajuan dan keberhasilan pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Dengan demikian, diharapkan para pembaca pers akan tergugah dalam kemajuan dan keberhasilan itu.2. Pers sebagai Media PendidikanDalam Pembinaan Idiil Pers disebutkan bahwa pers harus dapat membantu pembinaan swadaya, merangsang prakarsa sehingga pelaksanaan demokrasi Pancasila, peningkatan kehidupan spiritual dan kehidupan material benar-benar dapat terwujud. Untuk memberikan informasi yang mendidik itu, pers harus menyeimbangkan arus informasi, menyampaikan fakta di lapangan secara objektif dan selektif. Objektif artinya fakta disampaikan apa adanya tanpa dirubah sedikit pun oleh wartawan dan selektif maksudnya hanya berita yang layak dan pantas saja yang disampaikan. Ada hal-hal yang tidak layak diekspose ke masyarakat luas.3. Pers sebagai Media EntertainmentDalam UU No. 40 Tahun 1999 pasal 3 ayat 1disebutkan bahwa salah satu fungsi pers adalah sebagai hiburan. Hiburan yang diberikan pers semestinya tidak keluar dari koridor-koridor yang boleh dan tidak boleh dilampaui. Hiburan yang sifatnya mendidik atau netral jelas diperbolehkan tetapi yang melanggar nilai-nilai agama, moralitas, hak asasi seseorang, atau peraturan tidak diperbolehkan. Hiburan yang diberikan pers kepada masyarakat yang dapat mendatangkan dampak negatif, terutama apabila hiburan itu mengandung unsur-unsur terlarang seperti pornografi dan sebagainya seharusnya dihindari.4. Pers sebagai Media Kontrol SosialMaksudnya pers sebagai alat kontrol sosial adalah pers memaparkan peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya dan yang menyalahi aturan, supaya peristiwa itu tidak terulang lagi dan kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan semakin tinggi. Makanya, pers sebagai alat kontrol sosial bisa disebut “penyampai berita buruk”.5. Pers sebagai Le

Transcript of streptomyces (1)

Page 1: streptomyces (1)

Potensi Bakteri Streptomyces sp. Sebagai Agens Pengendali Hayati (APH)

I. Pendahuluan

Pengendalian hayati termasuk dalam komponen Pengelolaan Hama dan Penyakit

Terpadu (PHPT) yang salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri

antagonis. Berbagai penelitian tentang bakteri antagonis membuktikan bahwa beberapa jenis

bakteri potensial digunakan sebagai agens hayati. Bakteri antagonis tersebut selain dapat

menghasilkan antibiotik dan siderofor, juga dapat berperan sebagai kompetitor terhadap unsur

hara bagi patogen tanaman. Pemanfaatan bakteri antagonis dimasa depan akan menjadi

salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga

kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan. Agens pengendali

hayati secara umum memiliki mekanisme penghambatan terhadap patogen melalui antibiotik

yang dihasilkannya, kompetisi terhadap nutrisi, atau parasitisme langsung terhadap patogen.

APH tidak memberi peluang pada patogen untuk mencapai populasi yang cukup tinggi

hingga dapat menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang tinggi (Agrios, 2005).

Mikroorganisme baru yang diintroduksi ke tanah (lahan), terkadang tidak dapat berkompetisi

dengan mikroflora yang telah ada sebelumnya serta tidak dapat bertahan dalam jangka waktu

yang lama. Keberhasilan pengendalian hayati akan memberikan pengaruh yang baik dengan

pembuatan formula dari antagonis. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna dari

antagonis yaitu dengan memanipulasi unsur hara dalam memproduksi formula mikroba.

Formula yang akan digunakan harus tersusun oleh bahan yang sesuai, terutama fungsinya

terhadap APH.

Streptomyces sp. merupakan salah satu kelompok mikroorganisme antagonis yang

berpotensi digunakan sebagai agens pengendali hayati patogen penyebab penyakit tanaman.

Beberapa peneliti melaporkan kemampuan Streptomyces sp. sebagai agen pengendali

patogen tanaman. Kim, Moon dan Hwang (1999) melaporkan, bahwa antibiotik As1A yang

dihasilkan oleh Streptomyces libani dapat menghambat pertumbuhan miselia dari Botrytis

cinerea, Cladosporium cumeris, Colletotricum lagenarium, Cylindrocarpon destructans,

Magnaporthe grisea dan Phytopthora capsici pada uji antagonis di laboratorium. Penggunaan

antibiotik As1A yang dihasilkan oleh Streptomyces libani pada tanaman cabai di percobaan

Page 2: streptomyces (1)

rumah kaca juga dapat mengurangi penyakit layu yang disebabkan oleh P. capsici dan

antraknosa yang disebabkan oleh C. lagenarium.

Streptomyces mempunyai peranan penting dalam proses penguraian bahan organik

terutama dalam hal pengomposan. Beberapa spesies dari Streptomyces terlibat dalam

sebuah hubungan simbiotik dengan genus attini ants. Attini ants merupakan bakteri yang

berfungsi sebagai perkembangbiakan jamur dengan bakteri ini maka akan mempermudah

untuk mengembiakan jamur. Sedangkan fungsi dari streptomyces adalah untuk memproduksi

toxin yang digunkan untuk memelihara agar jamur tesebut tidak ditumbuhi rumput (Alia, M.N.,

2009).

II. Mengenal Bakteri Streptomyces sp.

Streptomyces merupakan salah satu genus dari kelas Actinomycetes yang biasanya

terdapat di tanah. Actinomycetes adalah prokariot yang menghasilkan substansi penting

untuk kesehatan seperti antibiotik, enzim, dan immunomodulator (Moncheva et al., 2000

dalam Puryatiningsih, 2009) dan salah satu organisme tanah yang memiliki sifat-sifat umum

yang dimiliki oleh bakteri dan jamur tetapi juga memiliki ciri khas yang cukup berbeda yang

membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda (Rao, 1994 dalam Puryatiningsih,

2009). Banyak anggota dari Actinomycetes tumbuh seperti filamen-filamen yang tipis seperti

kapang daripada sel tunggal sehingga Actinomycetes dianggap sebagai fungi atau

cendawan.

Meskipun ada persamaan dalam hal pola pertumbuhannya, fungi itu eukariota

sedangkan Actinomycetes adalah prokariota (Kimball, 1999 dalam Puryatiningsih, 2009).

Pada lempeng agar Actinomycetes dapat dibedakan dengan mudah dari bakteri yang

sebenarnya tidak seperti koloni bakteri yang jelas berlendir dan tumbuh dengan cepat. Koloni

Actinomycetes muncul perlahan, menunjukkan konsistensi berbubuk dan melekat erat pada

permukaan agar (Rao, 1994 dalam Puryatiningsih, 2009). Streptomyces menghasilkan

antibiotik di mana lebih dari setengahnya merupakan antibiotik yang efektif melawan bakteri,

misalnya streptomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.

Isolasi Streptomyces menghasilkan koloni-koloni kecil (berdiameter 1-10 mm), terpisah-

pisah seperti liken, dan seperti kulit atau butirus (mempunyai konsistensi seperti mentega),

mula-mula permukaannya relatif licin tetapi kemudian membentuk semacam tenunan

miselium udara yang dapat menampakkan granularnya, seperti bubuk, seperti beludru, atau

flokos, menghasilkan berbagai macam pigmen yang menimbulkan warna pada miselium

vegetatif, miselium udara, dan substrat (Pelczar dan Chan, 1988 dalam Puryatiningsih,

Page 3: streptomyces (1)

2009). Streptomyces mempunyai misel yang baunya sangat kuat, berkembang dan

mengandung hifa udara (sporofor), dari bentuk ini terjadi konstruksi lurus, bergelombang,

mirip spiral, dapat mengurai selulosa, khitin dan zat-zat lain sukar dipecah. Streptomyces

umumnya memproduksi antibiotik yang dipakai manusia dalam bidang kedokteran dan

pertanian, juga sebagai agen antiparasit, herbisida, metabolisme aktif, farmakologi, dan

beberapa enzim penting dalam makanan dan industri lain (Schlegel, 1994 dalam

Puryatiningsih, 2009).

Streptomyces spp. termasuk ke dalam kelompok bakteri gram positif. Ditinjau dari segi

morfologinya, Streptomyces sp. memiliki hifa ramping yang bercabang tanpa sekat

melintang, dengan diameter antara 0,5-2 μm. Ciri inilah yang membuat Streptomyces sp.

mudah dibedakan dari genus bakteri lain karena miseliumnya bercabang banyak dan

berkembang dengan baik dalam rangkaian konidia yang menggulung (Agrios, 2005).

Menurut Agrios (2005), Streptomyces sp. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Prokaryotae

Divisi : Firmicutes

Kelas : Thallobacteria

Genus : Streptomyces

Spesies : Streptomyces spp.

Genus Streptomyces terdapat dalam jumlah spesies yang sangat besar dan beragam

diantara famili Actinomycetaceae lainnya. Genus tersebut memiliki keragaman dalam

morfologi, fisiologi, dan aktivitas biokimia yang menghasilkan berbagai antibiotik (Taddei,

2005). Streptomyces sp, telah dikenal memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan

berbagai senyawa bioaktif yang potential untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen

tular tanah (Lestari, 2007). Antibiotik dari jenis Streptomyces yaitu bleomisin, eritromisin,

josamisin, kanamisin, neomisin, tetrasiklin, dan lain-lain (Hasim, 2003 dalam Listari, 2009

dalam Anonim, 2012).

Streptomyces sp. merupakan salah satu mikroorganisme pendegradasi khitin terbanyak

dari ordo actinomycetes. Kemampuan khitinolitik Streptomyces sp. banyak mendapat

perhatian peneliti, karena Streptomyces sp. adalah ordo actinomycetes dengan jumlah

terbanyak di tanah yang mampu memanfaatkan khitin sebagai sumber karbon dan

nitrogennya (Yurnaliza, 2002). Streptomyces sp. non patogen sangat potensial dalam

menghambat mikroba patogen tular tanah karena Streptomyces sp. merupakan agens hayati

yang mampu bekerja efektif baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan

mikroorganisme prokariotik lainnya (Cook dan Baker, 1983 dalam Anonim¹, 2012).

Page 4: streptomyces (1)

III. Streptomyces sp. Sebagai Agens Pengendali Hayati (APH)

1. Streptomyces sp. berpotensi membentuk senyawa anti mikroba

Streptomyces diketahui mampu menghasilkan lebih dari 500 senyawa anti

mikroba yang telah diketahui senyawa penyusunnya. Senyawa anti mikroba ini dalam

bidang pertanian dimanfaatkan sebagai pestisida hayati. Mekanisme penghambatan

Streptomyces sp. terhadap fungi dapat terjadi karena kemampuannya dalam

menghasilkan antibiotik dan senyawa Hidrolitik seperti Glukanase, kitinase yang mampu

mendegradasi dinding sel fungi (Prapagdee et al, 2008 dalam J. Ulya, 2009)

Aktivitas penghambatan senyawa anti mikroba secara umum dapat dilakukan

dengan berbagai mekanisme, diantaranya adalah :

1. Merusak dinding sel dengan cara menghambat pembentukan maupun merubah setelah

terbentuk.

2. Perubahan permeabilitas sel, kerusakan pada membran ini berakibat terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel, karena membran bertujuan untuk memelihara

integritas komponen-komponen seluler.

3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

4. Penghambatan kerja enzim yang mengakibatkan terganggunya metabolisme sel atau

matinya sel.

5. Penghambatan sintesa asam nukleat dan protein yang berakibat terganggunya

Aktivitas metabolisme karena DNA, RNA dan protein memegang peranan penting

dalam mekanisme sel secara normal (Pelczar dan Chan, 2005 dalam J. Ulya, 2009).

2. Potensi Streptomyces sp. Sebagai Agen Biokontrol Mikroba Patogen Tular Tanah

Streptomyces sp. dapat bersifat saprofit, mampu mendekomposisi bahan organik

seperti lignoselulosa, patin dan kitin. Streptomyces sp. Di-994 dapat mengendalikan

bakteri Rhizoctonia solani, Hwang et al, (2001), meyatakan bahwa senyaw bioaktif asam

fenil asetat dan sodium fenil asetat yang dihasilkan oleh Streptomyces humidus mampu

melawan P. capsici, R. solanacearum, F. oxysporum, F. moniliforme, B. subtilis, R. solani.

Menurut Lestari (2007) dalam Anonim², (2012), Streptomyces sp. yang berperan

sebagai bakteri antagonis memiliki kemampuan menghasilkan senyawa anti mikroba.

Soesanto (2008) menyatakan bahwa mekanisme penghambatan agens pengendali hayati

adalah cara kerja agens pengendali hayati di dalam mengendalikan patogen tanaman.

Cara kerja yang dilakukan oleh agens tersebut biasanya menggunakan hasil metabolisme

Page 5: streptomyces (1)

sekunder, baik berupa antibiotika, toksin, enzim, atau hormon, serta tanpa melibatkan

hasil metabolisme tersebut.

Menurut Shimizu et al. (2000) dalam Anonim², (2012), beberapa antibiotika yang

dihasilkan Streptomyces sp. adalah metabolit sekunder (alnumisin, Phythoxazolin A dan

B-D), antibiotika polyene, vinilamisin, dan geldamisin. Selain menghasilkan antibiotika

tersebut, Streptomyces sp. juga mampu memproduksi auksin indole-3-acetid acid (IAA)

yang berperan menstimulasi pertumbuhan tanaman (Tuomi et al., 1994 dalam Aryantha et

al., 2004). IAA merupakan auksin yang dihasilkan mikroba berguna dalam tanah yang

diperkirakan menjadi salah satu mekanisme dalam Plant Growth Promoting

Rhizobacteria (PGPR) (Soesanto, 2008 dalam Anonim², (2012).

Streptomyces sp. S4 adalah bakteri dari rizosfer terung yang memiliki

kemampuan antagonis cukup baik terhadap R. solanacearum secara in vitro dengan cara

antibiosis dan mekanisme penghambatan secara bakteriostatik. Bakteri ini mempunyai

kemampuan yang baik dalam memanfaatkan beberapa senyawa karbon (glukosa,

fruktosa, maltosa, selobiosa, sukrosa, dan trehalosa), nitrogen (histidin, prolin, dan

sistein), mendegradasi makromolekul (gelatin, pati, tween 80, eskulin, dan reaksi kuning

telur), mampu tumbuh pada berbagai suhu (4-45 oC) dan kandungan garam, serta dapat

tumbuh pada medium yang mengandung kitin dan pektin (Djatmiko et al., 2007) (Anonim²,

2012).

Page 6: streptomyces (1)

DAFTAR PUSTAKA

Alia M. N., 2009, Bakteri Streptomyces Griseus, dikutip dari http://unalea.blogspot.com/2009/03/bakteri-streptomyces-griseus.html , diakses pada tanggal 10 Oktober 2012. ini Anonim¹, 2010, Biobakterisida Streptomyces spp. S4, dikutip dari http://z47d.wordpress.com/2010/04/18/biobakterisida-streptomyces-spp-s4/ , diakses pada tanggal 9 Oktober 2012. Anonim², 2012, Agens Pengendali Hayati, dikutip dari

http://blog.ub.ac.id/noviadwirani/2012/06/16/agens-pengendali-hayati-aph/ , diakses

pada tanggal 9 Oktober 2012.

J. Ulya, 2009, Kemampuan Penghambatan Streptomyces spp. terhadap Mikroba Patogen Tular Tanah Pada Beberapa Kondisi Pertumbuhan : Jenis media, Waktu Produksi, pH dan Suhu, dikutip dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4626/Tinjauan%20Pustaka_2009j ul-3.pdf?sequence=9, diakses pada tanggal 15 Oktober 2012. Puryatiningsih, R. A., 2009, Isolasi Streptomyces Dari Rizosfer Familia Poaceae Yang Berpotensi Menghasilkan Antibiotik Terhadap Escherichia Coli, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Oleh: Asri Maria Widiastuti, SP

POPT Ahli Pertama

Page 7: streptomyces (1)

ISOLASI STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli

RETNO AYU PURYANTININGSIH K 100050004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009

Anonym, 2012

http://blog.ub.ac.id/noviadwirani/2012/06/16/agens-pengendali-hayati-aph/

Diposkan oleh Muna Noor Alia di 20:47

http://unalea.blogspot.com/2009/03/bakteri-streptomyces-griseus.html

II. Mengenal Bakteri Streptomyces sp.

Agen pengendali hayati golongan bakteri dalam mengendalikan patogen pada dasarnya

memiliki 3 mekanisme yaitu:

1. Hiperparasitisme: terjadi apabila organisme antagonis memparasit organisme parasit

(patogen tumbuhan)

2. Kompetisi ruang dan hara: terjadi persaingan dalam mendapatkan ruang hidup dan hara,

Page 8: streptomyces (1)

seperti karbohidrat, Nitrogen, ZPT dan vitamin.

3. Antibiosis: terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh senyawa

metabolik yang diproduksi oleh organisme lain (Anonim, 2009). Salah satu agen pengendali

hayati dari golongan bakteri adalah bakteri Pseudomonas

aeruginosa. Bakteri ini termasuk dalam bakteri perakaran (rhizosfer) yang dikenal sebagai

plant growth promoting rhizobacteria (PGPR).

http://tanimulya.blog.com/2010/06/13/agens-hayati/

Jun 13

http://blog.ub.ac.id/noviadwirani/2012/06/16/agens-pengendali-hayati-aph/

Agens Pengendali Hayati (APH)

C. Bakteri Antagonis Streptomyces spp.

Streptomyces spp. termasuk ke dalam kelompok bakteri gram positif. Ditinjau dari

segi morfologinya, Streptomyces spp. memiliki hifa ramping yang bercabang tanpa

sekat melintang, dengan diameter antara 0,5-2 μm. Ciri inilah yang membuat

Streptomyces spp. mudah dibedakan dari genus bakteri lain karena miseliumnya

bercabang banyak dan berkembang dengan baik dalam rangkaian konidia yang

menggulung (Agrios, 2005).

Menurut Agrios (2005), Streptomyces spp. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Prokaryotae

Page 9: streptomyces (1)

Divisi : Firmicutes

Kelas : Thallobacteria

Genus : Streptomyces

Spesies : Streptomyces spp.

Genus Streptomyces terdapat dalam jumlah spesies yang sangat besar dan beragam

diantara famili Actinomycetaceae lainnya. Genus tersebut memiliki keragaman dalam

morfologi, fisiologi, dan aktivitas biokimia yang menghasilkan berbagai antibiotik

(Taddei, 2005). Streptomyces spp, telah dikenal memiliki kemampuan yang tinggi

dalam menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang potential untuk menghambat

pertumbuhan mikroba patogen tular tanah (Lestari, 2007). Antibiotik dari jenis

Streptomyces yaitu bleomisin, eritromisin, josamisin, kanamisin, neomisin, tetrasiklin,

dan lain-lain (Hasim, 2003 dalam Listari, 2009).

Streptomyces spp. merupakan salah satu mikroorganisme pendegradasi khitin

terbanyak dari ordo actinomycetes. Kemampuan khitinolitik Streptomyces spp.

banyak mendapat perhatian peneliti, karena Streptomyces spp. adalah ordo

actinomycetes dengan jumlah terbanyak di tanah yang mampu memanfaatkan khitin

sebagai sumber karbon dan nitrogennya (Yurnaliza, 2002). Streptomyces spp. non

patogen sangat potensial dalam menghambat mikroba patogen tular tanah karena

Streptomyces spp. merupakan agens hayati yang mampu bekerja efektif baik secara

tunggal maupun dikombinasikan dengan mikroorganisme prokariotik lainnya (Cook

dan Baker, 1983).

http://z47d.wordpress.com/2010/04/18/biobakterisida-streptomyces-spp-s4/

Biobakterisida Streptomyces spp. S4

Biobakterisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri dan

virus serta memiliki sifat patogenik terhadap bakteri patogen. Pemanfaatan

biobakterisida merupakan salah satu alternatif dalam pengendalian patogen. Selain

ramah terhadap lingkungan, biobakterisida juga dapat menutupi kekurangan suplai

bahan aktif pestisida dan meningkatkan daya saing ekspor produk pertanian

(Yulifianti, 2008). Beberapa bakteri yang telah banyak dikembangkan dan

dimanfaatkan sebagai pengendali bakteri patogen tanaman

adalah Bacillus sp., Pseudomonas fluorescens, dan Streptomyces spp. Selain sebagai

agens pengendali hayati, bakteri ini juga dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan

tanaman (Plant Growth Promoting Rhizocacteria / PGPR) (Desmawati, 2006).

Streptomyces spp. merupakan genus paling besar dari ordo Actinomycetales yang

termasuk gram positif (Tyo, 2008). Genus ini kebanyakan dapat ditemukan di tanah

Page 10: streptomyces (1)

dan tumbuhan yang membusuk. Streptomyces spp. memiliki bau khas yang dihasilkan

dari metabolisme dan geosmin yang menguap (Agrios, 2005). Streptomyces spp.

merupakan bakteri penghuni tanah yang membentuk miselium bercabang-cabang

dengan ukuran antara 0,5-2,0 µm dan membentuk rantai spora pada ujung hifa udara

dengan diameter 0,5-2,0 µm. Streptomyces spp. bersifat aerobik, oksidatif, dan sedikit

asam yang diakumulasi dalam medium (Goto, 1992).

Menurut Agrios (2005), klasifikasi bakteri ini adalah:

Kingdom : Procaryotae

Divisi : Firmicutes

Kelas : Thallobacteria

Genus : Streptomyces

Spesies : Streptomyces spp.

Kinkel et al. (2008) menyatakan bahwa Streptomyces spp. non-patogenik yang

diisolasi dari tanah tertindas menghasilkan antibiotika yang dapat

membunuh S. scabies dan beberapa jenis jamur secara in vitro. Aplikasi

isolat Streptomyces spp. terhadap patogen kudis kentang di ladang yang berlokasi di

Minnesota dan Wisconsin menghasilkan pengurangan yang nyata pada penyakit kudis

kentang. Streptomyces spp. antagonis tersebut dapat mengurangi populasi patogen S.

scabies kurang lebih 50%.

Menurut Lestari (2007), Streptomyces spp. yang berperan sebagai bakteri antagonis

memiliki kemampuan menghasilkan senyawa anti mikroba. Soesanto (2008)

menyatakan bahwa mekanisme penghambatan agens pengendali hayati adalah cara

kerja agens pengendali hayati di dalam mengendalikan patogen tanaman. Cara kerja

yang dilakukan oleh agens tersebut biasanya menggunakan hasil metabolisme

sekunder, baik berupa antibiotika, toksin, enzim, atau hormon, serta tanpa melibatkan

hasil metabolisme tersebut.

Menurut Shimizu et al. (2000), beberapa antibiotika yang

dihasilkan Streptomyces spp. adalah metabolit sekunder (alnumisin, Phythoxazolin A

dan B-D), antibiotika polyene, vinilamisin, dan geldamisin. Selain menghasilkan

antibiotika tersebut, Streptomyces spp. juga mampu memproduksi auksin indole-3-

acetid acid (IAA) yang berperan menstimulasi pertumbuhan tanaman (Tuomi et al.,

1994 dalam Aryantha et al., 2004). IAA merupakan auksin yang dihasilkan mikroba

Page 11: streptomyces (1)

berguna dalam tanah yang diperkirakan menjadi salah satu mekanisme dalam Plant

Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) (Soesanto, 2008).

Streptomyces spp. S4 adalah bakteri dari rizosfer terung yang memiliki kemampuan

antagonis cukup baik terhadap R. solanacearum secara in vitro dengan cara antibiosis

dan mekanisme penghambatan secara bakteriostatik. Bakteri ini mempunyai

kemampuan yang baik dalam memanfaatkan beberapa senyawa karbon (glukosa,

fruktosa, maltosa, selobiosa, sukrosa, dan trehalosa), nitrogen (histidin, prolin, dan

sistein), mendegradasi makromolekul (gelatin, pati, tween 80, eskulin, dan reaksi

kuning telur), mampu tumbuh pada berbagai suhu (4-45 oC) dan kandungan garam,

serta dapat tumbuh pada medium yang mengandung kitin dan pektin (Djatmiko et al.,

2007).

http://id.wikipedia.org/wiki/Streptomyces

Streptomyces

Streptomyces adalah bakteri gram positif yang menghasilkan spora yang dapat ditemukan

di tanah.[1]

Bakteri ini nonmotil dan berfilamen.[1]

Selain ditemukan pada tanah, bakteri ini juga dapat

ditemukan pada tumbuhan yang membusuk.[1]

Streptomyces dikenal juga karena memproduksi

senyawa volatil yaitu Geosmin yang memiliki bau khas pada tanah.[1]

Streptomyces termasuk ke dalam

golongan Actinomycesyaitu bakteri yang memiliki struktur hifa bercabang menyerupai fungi dan dapat

menghasilkan spora.[2]

Karakteristik

Karateristik Streptomyces yang lain adalah koloni mereka yang keras, berbulu dan tidak/jarang

berpigmen.[3]

Streptomyces adalah organismekemoheteroorganotrof yaitu organisme yang mampu

menggunakan materi organik yang kompleks sebagai sumber karbon dan energi.[3]

Materi yang mereka

dapatkan berasal dari degradasi molekul ini di dalam tanah.[3]

Karena sifat ini bakteri ini penting untuk

menjaga tekstur dan kesuburan tanah.[3]

Bakteri ini memiliki suhu optimal untuk pertumbuhan pada 25oC

dan pH 8-9.[3]

Streptomyces jarang bersifat patogen, tetapi beberapa spesies seperti S. somaliensis dan S.

sudanensis dapat menyebabkan mycetoma serta dapat menyebabkan

penyakit scabies pada tanaman disebabkan oleh S. caviscabies dan S. Scabies.[4][5]

Manfaat

Page 12: streptomyces (1)

Diketahui pula bahwa Streptomyces adalah sumber utama senyawa antibiotik dewasa ini.[6]

Saat

ini, Streptomyces memproduksi lebih dari dua pertiga antibiotik alami yang berguna secara

klinis.[6]

Streptomycin adalah salah satu contoh antibiotik terkenal yang berasal

dari Streptomyces.[6]

Antibiotik primer tersebut dapat diaplikasikan pada manusia (sebagai obat

antikanker,immunoregulator) atau digunakan sebagai herbisida, agen anti-parasit, dan penghasil

beberapa enzim penting untuk industri makanan dan industri lainnya.[6]

Streptomyces dikenal karena

kemampuannya untuk mensintesis senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain,

antara lain Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Vibrio

cholerae, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Shigella dysenteriae.[7]

Antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces sangat banyak, antara lain neomisin dan

kloramfenikol.[8]

Selain itu antibiotik streptomisin juga dinamakan berdasarkan bakteri penghasilnya,

yaituStreptomyces griseus.[9]

Antibiotik yang dihasilkan oleh genus ini antara lain nystatin dari S. noursei,

amphotericin B dari S. nodosus, natamycin dari S. natalensis, erythromycin dari S. erythreus, neomycin

dari S. fradiae, streptomycin dari S. griseus, tetrasiklin dari S. rimosus, vancomycin dari S. orientalis,

rifamycin dari S. mediterranei, chloramphenicol dari S. venezuelae, puromycin dari S. alboniger dan

lincomycin dari S. lincolnensis.[10]