Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

16
Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA (Hasil Kajian Terhadap Teori Reduksi Didaktis dan Pedagogi Materi Subyek), Edusains 1(1), Juni 2008 ISSN 1979-7281. Halaman 26-38. STRATEGI BARU DALAM PENGOLAHAN BAHAN AJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (Hasil Kajian Terhadap Teori Reduksi Didaktik Dan Pedagogi Materi Subyek) Oleh Yanti Herlanti (Staf Pengajar Pendidikan Biologi, FTIK UIN Syarif Hidaytulloh Jakarta, Penerima beasiswa IISEP 2003-2006) Nuryani Y. Rustaman (Staf pengajar Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia) Wawan Setiawan (Staf pengajar Jurusan Ilmu Komputer, Universitas PendidikanIndonesia) Abstract This study due to analyze and accommodate two theories of arranging subject matter. These theories are Reduction Deduction and Subject Matter Pedagogy. Accommodating of these theories resulted in new steps of arranging subject matter. These steps are Selection I, Structurization, Selection II, and Reduction. These steps implemented in arranging Heredity topic in Biology that learn at SMP. This implementation resulted in a historical technique to arrange heredity topic. Keywords: Reduction Deduction, Subject Matter Pedagogy, Historical Technique Pendahuluan Proses belajar mengajar senantiasa melibat tiga unsur, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan materi subyek (bahan ajar). Materi subyek menjadi bahan rujukan baik oleh pembelajar maupun pengajar. Pengajar merujuknya untuk mengorganisasi dan mempresentasi pelajaran. Pembelajar merujuknya untuk memahami dan mengembangkan strategi belajar tertentu. Sebelum dipresentasikan pada pembelajar, materi subyek harus diolah terlebih dahulu. Unsur pertama yang harus dipertimbangkan dalam pengolahan materi subyek adalah hakekat dari ilmu pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai hakekat tertentu, pada materi subyek ilmu pengetahuan alam (IPA), hakekat yang harus dipertimbangkan adalah hakekat IPA itu sendiri dan hakekat pembelajaran IPA.

description

Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

Transcript of Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

Page 1: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA (Hasil Kajian Terhadap Teori Reduksi Didaktis dan Pedagogi Materi Subyek), Edusains 1(1), Juni 2008 ISSN 1979-7281. Halaman 26-38.

STRATEGI BARU DALAM PENGOLAHAN BAHAN AJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM

(Hasil Kajian Terhadap Teori Reduksi Didaktik Dan Pedagogi Materi Subyek)

Oleh

Yanti Herlanti (Staf Pengajar Pendidikan Biologi,

FTIK UIN Syarif Hidaytulloh Jakarta,

Penerima beasiswa IISEP 2003-2006)

Nuryani Y. Rustaman (Staf pengajar Program Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia)

Wawan Setiawan (Staf pengajar Jurusan Ilmu Komputer,

Universitas PendidikanIndonesia)

Abstract This study due to analyze and accommodate two theories of arranging subject matter. These theories are Reduction Deduction and Subject Matter Pedagogy. Accommodating of these theories resulted in new steps of arranging subject matter. These steps are Selection I, Structurization, Selection II, and Reduction. These steps implemented in arranging Heredity topic in Biology that learn at SMP. This implementation resulted in a historical technique to arrange heredity topic.

Keywords:

Reduction Deduction, Subject Matter Pedagogy, Historical Technique

Pendahuluan

Proses belajar mengajar senantiasa melibat tiga unsur, yaitu pengajar (guru),

pembelajar (siswa), dan materi subyek (bahan ajar). Materi subyek menjadi bahan

rujukan baik oleh pembelajar maupun pengajar. Pengajar merujuknya untuk

mengorganisasi dan mempresentasi pelajaran. Pembelajar merujuknya untuk

memahami dan mengembangkan strategi belajar tertentu.

Sebelum dipresentasikan pada pembelajar, materi subyek harus diolah terlebih

dahulu. Unsur pertama yang harus dipertimbangkan dalam pengolahan materi subyek

adalah hakekat dari ilmu pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai hakekat

tertentu, pada materi subyek ilmu pengetahuan alam (IPA), hakekat yang harus

dipertimbangkan adalah hakekat IPA itu sendiri dan hakekat pembelajaran IPA.

Page 2: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

2

Hakekat ilmu IPA menurut Frank1 adalah membangun sistem sederhana prinsip-prinsip

keilmuan, yang dari padanya fakta-fakta yang terobservasi dapat dijabarkan secara

matematis. Ilmuwan IPA lah yang berperan dalam mengembangkan penelitian

sehingga diperoleh konsep, teori, prinsip, atau hukum yang dikenal dengan produk IPA.

Proses dan produk IPA biasanya dikemukan oleh ilmuwan menggunakan eksplansi

ilmiah. Adapun hakekat pembelajaran IPA adalah mengembangkan ekplanasi

pedagogi dari ekplanasi ilmiah yang dikemukan oleh ilmuwan. Kekhasan hakekat IPA

dan pembelajaran IPA, menjadikan pengolahan materi subyek IPA pun memiliki

kekhasan tertentu. Pengolahan materi subyek bidang studi IPA harus

mempertimbangkan sains sebagai metode ilmiah (proses) dan pengetahuan

argumentatif. Melalui metode ilmiah ilmuwan menghasilkan produk IPA, dan melalui

pengetahuan argumentatif ilmuwan mempertimbangkan suatu teori itu salah atau benar.

Unsur kedua yang harus dipertimbangkan dalam pengolahan materi subyek

adalah kemudahan materi subyek untuk diajarkan guru (teachable) dan dipahami siswa

(accesible). Dua buah teori dalam pengolahan materi subyek dengan senantaiasa

mempertimbangkan kedua unsur tersebut adalah Teori Reduksi Didaktik yang

dikembangkan oleh Anwar2 dan teori Pedagogi Materi Subyek yang dikembangkan oleh

Nelson Siregar3. Studi ini betujuan untuk menelaah dua teori tersebut. Kedua teori

tersebut diakomodasi dan ditelaah, sehingga dihasilkan strategi baru dalam pengolahan

materi subyek. Selanjutnya strategi baru ini diterapkan untuk mengolah bahan ajar pada

mata pelajaran IPA dengan topik Hereditas di Kelas III SMP/MTs.

Pustaka

A. Materi Subyek dalam Pandangan PMS

Pandangan teori Pedagogi Materi Subyek menyebutkan “Proses Belajar

Mengajar (PBM) senantiasa melibatkan tiga unsur yaitu pembelajar, pengajar, dan

materi subyek. Interaksi yang terjadi pada ketiga unsur PBM adalah ketergantungan

yang saling menguntungkan dalam rangka mengkontruksi pengetahuan. Materi subyek

merupakan rujukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan. Pengajar merujuknya

1 H.A. Soeparmo, Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam, (Surabaya: Airlangga

University Press, 1984), h.13. 2 Saeful Anwar, “Untersuchungen zur Didaktischen Reduktion-Bedeutung, Moeglichkeit und

Grenze-dargestellt an Ausgewaelten Beispielein fuer de naturwissenschaftlichen Unterricht”, Dissertasi, (Dortmund: University Dortmund, 1994).

3 Nelson Siregar, “Pedagogi Materi Subyek: Dasar-dasar Pengembangan PBM”, Bahan

Perkuliahan Pedagogi Materi Subyek. (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 1999).

Page 3: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

3

untuk mengorganisasi dan mempresentasi pelajaran. Pembelajar merujuknya untuk

memahami dan mengembangkan strategi belajar tertentu. Interaksi antara ketiga unsur

digambarkan dalam model trilogue PBM seperti Gambar 1”4

Mekanisme interaksi dimulai ketika pengajar sebagai narasumber memulai

proses belajar mengajar dengan menginformasikan (informing), mengembangkan

(elicting), dan mengarahkan (directing). Peran ini sejalan dengan upaya memudahkan

pembelajar untuk mengakses materi subyek agar dipahami sebagai pengetahuan

deklaratif (intelligible), dipahami sebagai pengetahuan prosedural (plausible), dan

dipahami sebagai keterampilan intelektual (fruitfull)5. Akses terhadap materi subyek

sejalan dengan kompleksitas yang dikandung materi subyek, yaitu sebagai konten,

substansial, dan sintaktikal. Konten berfungsi sebagai unit dasar pengetahuan.

Substansial berfungsi sebagai bangunan dari pengetahuan. Sintaktikal adalah

keterampilan intelektual, yang berperan dalam membangun pengetahuan menggunakan

hukum, aturan, teori, dan lain-lain untuk menjamin agar bangunan yang dihasilkan

mempunyai dasar dan menjamin bangunan tersebut tidak terbantahkan.

Kualitas suatu materi subyek sebagai konten, substansi, dan sintaktikal dapat

dikaji dengan menggunakan analisis wacana. Analisis wacana didefinisikan sebagai

“kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan”6. Analisis wacana digunakan untuk mengetahui

kedalaman dan keluasan materi subyek. Hasil analisis wacana ini adalah tampilan

4 Ibid., h.13

5 Ibid., h.15

6 Benyamin Arifin dan Abdul Rani. Prinsip-prinsip Analisis Wacana. (Jakarta: Depdiknas,

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, 2000), h.3.

pembelajar pengajar

Materi subyek

1. Intelligible 2. Plausible 3. Fruitfull

1. Informing 2. Eliciting 3. Directing

1. Konten 2. Substansial 3. Sintaktikal

Gambar 1. Hubungan antara Materi Subyek,

Pembelajar, dan Pengajar

Page 4: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

4

berupa model representasi suatu teks. Model representasi teks menampilkan struktur

makro teks. Struktur makro sebenarnya mirip dengan outline, tetapi bentuknya lebih

rinci karena melibatkan proposisi. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam

membuat struktur makro tersebut adalah “...proposisi sebagai dasar unit informasi dan

penerapan argumen”7

Van Dijk dan Kintsch8 menyebutkan proposisi sebagai unit wacana yang

bertugas untuk mengkonstruksi ilmu. “Proposisi adalah sebagai unit dasar informasi

dalam sistem pemrosesan informasi manusia. Proposisi dapat disamakan dengan

gagasan”9. Suatu proposisi selalu terdiri atas dua unsur, yaitu suatu hubungan dan

sekumpulan argumen. Hubungan dari suatu proposisi dapat berupa kata sifat, kata

kerja, dan kata keterangan. Argumen merupakan topik dari proposisi yang dapat berupa

kata benda, kata ganti (kadang-kadang juga berupa kata kerja dan sifat). Contoh sebuah

proposisi, “Ruli mengukur suhu dengan termometer”. Mengukur adalah hubungan,

adapun Ruli, suhu, termometer adalah argumen. Ciri terpenting proposisi adalah suatu

unit informasi yang satu akan terkait dengan unit informasi yang lain, dari contoh

kalimat di atas memberikan informasi hubungan antara ketiga argumen (Ruli, suhu,

termometer) ialah tentang mengukur.

Argumentasi secara terpadu diperlukan untuk menunjukkan keabsahan suatu

materi subyek. Model Toulmin dapat digunakan untuk memperlihatkan keterpaduan

argumentasi. Model tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2. Dalam konteks PMS,

Chambliss10

mengganti D dengan konten, W dengan Sintatikal, dan C dengan

substansial. Model representasi teks merupakan suatu argumentasi Toulmin, yang

secara eksplisit menjelaskan fenomena untuk mendukung klaim. Chambliss

menyatakan bahwa pembaca mempunyai kemampuan mengenal struktur argumen teks.

Pernyataan ini bermakna kompenen klaim terbentuk dari struktur makro dan mikro

suatu wacana.

7 Nelson Siregar, PBM sebagai Wacana Membangun Pengetahuan: Acuan Lapangan untuk

Pengembangan Kurikulum. Makalah pada penataran guru di UPI, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia), h.13.

8 Ibid

9 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.36.

10 Nelson Siregar, Pedagogi Materi subyek: Memapankan Pengetahuan Praktis Mengajar.

Makalah Lokakarya MGMP Kimia Propinsi Jawa Barat, (Bandung: Sanggar IPA SMUN 8), h.13.

Page 5: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

5

Gambar 2. Model Argumentasi Toulmin

Keterangan: D = Data, apa yang diperlukan untuk membangun eksplanasi W = Penjamin (Warrant) K = Kesimpulan (Claim)

Representasi teks merupakan interaksi aspek sintatikal dan aspek substansial,

yang dinyatakan dengan proposisi dan dihubungkan garis progresi dari atas ke bawah,

sedangkan garis elaborasi dari kanan ke kiri yang mengatur struktur organisasi makro

atau organisasi mikro. Model representasi teks dapat dilihat pada Gambar 311

.

Gambar 3. Model Representasi Teks

Keterangan: P-N = Proposisi utama S-n = Proposisi mikro

11

Ibid., h., 14.

Topik P-I

S-1 P-II

S-2

S-4 S-3

P-III S-5

S-7

S-10

S-6

S-8

P-IV S-9

S-12 S-11

Elaborasi

Pro

gresi

Data,

D

Disimpulkan,

C

Karena, W

Page 6: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

6

B. Materi Subyek dalam pandangan RD

Materi subyek harus memiliki kriteria mudah dipahami siswa dan mudah

diajarkan guru. Penyederhanaan diperlukan agar materi subyek mudah dipahami siswa.

Penyederhanaan adalah upaya mengubah suatu eksplanasi ilmiah menjadi eksplanasi

pedagogi. Penyederhanaan ini disebut reduksi didaktik.

Menurut Saeful Anwar12

istilah reduksi didaktik berasal dari bahasa Jerman

“Didaktische Reduktion” dan pertama kali dipopulerkan oleh Gustav Gruner pada tahun

1967. Arti reduksi adalah pengurangan, sedangkan didaktik dalam arti sempit diartikan

sebagai ilmu pengajaran. Reduksi Didaktik (RD) bermakna proses transformasi dengan

cara mereduksi tingkat kesulitan materi subyek baik dari sisi kualitas maupun kuantitas,

sehingga menjadi materi subyek yang lebih mudah dipahami siswa.

Keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep yang diajarkan oleh guru,

sangat ditentukan oleh keberhasilan siswa menyimpan abstraksi konsep-konsep tersebut

dalam struktur kognitifnya. Oleh karena itu “...reduksi dilakukan secara didaktis-

psikologis, artinya materi subyek tersebut diolah sesuai dengan tingkat dan kemampuan

berfikir siswa”13

.

Gustav Gruner14

membagi dua proses reduksi didaktik, yaitu reduksi secara

vertikal dan horizontal. Reduksi didaktik secara vertikal adalah peralihan suatu

pernyataan sains menjadi pernyataan yang mempunyai gǘiltigkeitsumfang (tingkat

cakupan ilmiah) yang lebih kecil, pernyataan-pernyataan menjadi lebih sederhana.

Peralihan ini merupakan suatu pemilihan bagian-bagian tertentu dari pernyataan utama.

Reduksi didaktik secara horizontal adalah peralihan suatu pernyataan sains yang abstrak

menjadi pernyataan yang konkret, pernyataan tersebut lebih mudah dan sederhana

sementara gǘiltigkeitsumfang (tingkat cakupan ilmiah) tetap. Proses reduksi seperti ini

biasanya menggunakan simbol, sketsa, contoh, percobaan, dan analogi. Anwar15

memperkenalkan delapan cara mereduksi bahan ajar secara didaktik. Cara yang relevan

dengan topik penelitian ini adalah kembali kepada tahapan kualitas, pengabaian,

penggunaan penjelasan berupa gambar (visual) dan simbol, penggunaan analogi, dan

penggunaan tingkat perkembangan sejarah (teknik historis). Contoh cara reduksi

tersebut terlihat pada Tabel 1.

12

Saeful Anwar, Bahan Kuliah Pengolahan Bahan Ajar. Makalah Kuliah (Bandung: PPS UPI, 1994), h.6.

13 Ibid., h.7.

14 Ibid., h.9.

15 Ibid., h.14.

Page 7: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

7

Tabel 1. Contoh Cara Reduksi

NO Cara reduksi Karakteristik Contoh 1. Kembali ke

tahapan kualitas

Ekplanasi berbentuk kuantitas (angka) pada sebuah tabel, atau diagram terlihat lebih kompleks dan sulit. Jika ekplanasi tersebut disajikan dalam bentuk kata-kata sederhana, maka akan lebih mudah memahami ekplanasi tersebut.

Data kecepatan suatu reaksi yang disajikan dalam bentuk tabel, memerlukan pengamatan dan interpretasi data untuk memahami arti data. Jika data dalam tabel itu disajikan dalam bentuk kata-kata yang sederhana, maka orang akan lebih mudah mengerti.

2. Pengabaian Penyederhanaan bahasa dari bahasa yang kompleks dan rumit, menjadi bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami

Dalton mengatakan bahwa “atom berbentuk seperti bola pejal” merupakan hasil reduksi dari temuannya yang sangat kompleks dan rumit

3. Penggunaan simbol dan gambar

Gambar berguna untuk mewakili benda sebenarnya, yang tidak dapat memperlihatkan. Simbol berguna untuk mempersingkat sebuah penjelasan.

Proses hibridasasi yang dilakukan Mendel dapat dipahami, dengan melihat gambar berikut:

Pada pembelajaran genetika, Simbol berupa huruf digunakan untuk menggambarkan sifat tertentu.

4. Penggunaan analogi

Analogi adalah menyamakan suatu konsep yang abstrak dengan sesuatu yang lebih nyata dialami oleh siswa.

Proses fotosintesa dalam daun dianalogikan dengan proses pengolahan makanan di dapur.

5. Penggunaan

tingkat perkembangan sejarah

Penggunaan urutan waktu penemuan suatu konsep.

Contoh penggunaan tingkat perkembangan sejarah adalah ketika Wayan Bawa

16 atau S.L. Wolfe

17

(1985:1) membahas perkembangan teori sel.

Sel pertamakali digambarkan oleh Robert Hooke (1665). Pada tahun 1830-

an, 1840-an, 1850-an Karl Scheider, Theodore Schwann, dan Rudolf Virchow

adalah ilmuwan yang selanjutnya memunculkan teori sel....

16

Wayan Bawa, Dasar-dasar Biologi Sel. (Jakarta: Dikti, Depdikbud, 1988), h.4-8. 17

S.L. Wolfe, Cell Ultrastructure. (Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1985), h.1.

Page 8: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

8

C. Kesamaan Pandangan Pengolahan Materi Subyek antara Teori RD dan PMS Pada teori RD pengolahan materi subyek dimulai dari tahapan seleksi,

strukturisasi didaktik, dan reduksi. Seleksi diperlukan untuk menyortir materi-materi

yang esensial bagi pembelajar, sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan

kognitif pembelajar. Strukturisasi menjamin agar tidak terjadi belajar secara parsial dari

satu konsep ke konsep lainnya. Strukturisasi membantu siswa dalam menghubungkan

satu konsep dengan konsep lainnya, serta mengetahui posisi konsep tersebut dengan

benar pada bangunan struktur keilmuannya. Reduksi diartikan sebagai pengurangan

tingkat kesulitan materi subyek. Pereduksian dilakukan dengan mempertimbangkan

aspek pedagogis, sehingga materi subyek yang telah mengalami reduksi ini dapat

dengan mudah dipahami dan diajarkan.

Pada teori PMS dikenal analisis wacana yang didefinisikan sebagai instrumen

konseptual untuk memadukan pandangan psikologi, pedagogi, dan logika disiplin

keilmuan yang secara terpisah memusatkan diri pada pembelajar, pengajar dan materi

subyek. Pandangan psikologi mengisyaratkan agar materi subyek disesuaikan dengan

pengetahuan dan kemampuan pembelajar atau tingkat perkembangan anak.

Transformasi materi subyek ke dalam berbagai bentuk representasi secara psikologis

diperlukan agar mudah diajarkan dan mudah dijangkau. Pandangan logika keilmuan

menginginkan agar struktur ilmu dan logika keilmuan yang diperankan oleh materi

subyek dapat mendasari setiap eksplanasi terutama oleh pengajar.

Jika dilakukan akomodasi terhadap kedua teori tersebut, maka teori PMS yang

menyebutkan “...pandangan psikologi mengisyaratkan agar materi subyek disesuaikan

dengan pengetahuan dan kemampuan pembelajar atau tingkat perkembangan anak...”

bersinergi dengan tahap seleksi yang dikemukakan oleh teori RD, yang menyebutkan

bahwa “...proses seleksi diperlukan karena kemampuan otak dan waktu yang dimiliki

manusia terbatas sedangkan ilmu pengetahuan berjalan dan bertambah, oleh karena itu

orang yang belajar ilmu perlu memilah dan menseleksi ilmu mana yang relevan dengan

kebutuhannya...”.

Teori PMS yang menyebutkan “...transformasi materi subyek ke dalam

berbagai bentuk representasi secara psikologis diperlukan agar mudah diajarkan dan

Page 9: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

9

mudah dijangkau...” bersinergi dengan tahapan reduksi pada teori RD, yang

menyebutkan, “....reduksi dengan mempertimbangkan aspek psikologis dan keilmuan,

diperlukan agar pembelajar mudah memahaminya...”.

Teori PMS juga menggunakan analisis wacana untuk menganalisis kedalaman

dan keluasan materi subyek, yang hasil dari analisis wacana ini adalah tampilan berupa

struktur makro dari suatu teks. Analisis wacana seperti ini dalam teori RD dapat

dikatagorikan sebagai strukturisasi didaktik. Baik teori PMS maupun RD memandang

pentingnya strukturisasi guna menjaga keilmuan yang dipresentasikan sesuai dengan

karakteristik bangunan keilmuan masing-masing, sehingga tidak terjadi pembelajaran

secara parsial dari konsep ke konsep lainnya. Strukturisasi berguna agar siswa

mengetahui benar bagaimana hubungan satu konsep dengan konsep lainnya, serta

mengetahui posisi konsep tersebut dengan benar pada bangunan struktur ilmunya.

Kedua teori pengolahan materi subyek, memandang pentingnya strukturisasi untuk

menggambarkan hirarki bangunan ilmu pengetahuan, dan memberikan kesesuaian

dengan tingkat kebutuhan siswa, membuat proses strukturisasi tidak boleh hanya dilihat

dari pandangan eksplanasi pedagogis tetapi juga dari pandangan eksplanasi ilmiah.

Metodologi

Penelitian ini bersifat kajian teoritis. Teori pengolahan bahan ajar yang dikaji

pada penelitan ini adalah teori Reduksi Didaktik (RD) yang dikembangkan oleh Anwar

(1994) dan teori Pedagogi Materi Subyek (PMS) yang dikembangkan oleh Siregar

(1999).

Teori RD memandang bahwa penyederhanaan sebuah materi ajar sangat

diperlukan untuk memudahkan siswa memahami materi tersebut. Penyederhanaan

sebuah bahan ajar dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu seleksi, strukturisasi, dan

reduksi. Seleksi merupakan upaya memilah-milah materi yang sesuai dengan

kebutuhan siswa. Strukturisasi adalah proses pembuatan kerangka konsep dari suatu

materi. Reduksi adalah upaya penyederhanaan materi sehingga mudah dipahami.

Penyederhanaan materi dilakukan dengan cara visualisasi, simbolisasi, analogisasi,

reduksasi, dan historisasi.

Teori PMS memandang pentingnya analisis wacana terhadap suatu materi

subyek. Analisis wacana menghasilkan sebuah struktur makro materi subyek.

Kejelasan struktur makro materi membuat materi mudah diajarkan dan mudah

dipahami.

Page 10: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

10

Hasil dan Pembahasan

A. “Berpetualang Bersama Mendel” dengan menggunakan Teknik Historis adalah Hasil Kajian terhadap Teori RD dan PMS

Kajian terhadap teori RD dan PMS menghasilkan sebuah strategi baru dalam

pengolahan bahan ajar. Strategi tersebut digambarkan pada Bagan 1.

Bagan 1. Tahapan Pengolahan Materi Subyek

Hal yang membedakan tahapan pengolahan materi subyek yang baru dengan

tahapan pengolahan bahan ajar yang dikemukan Anwar adalah kuantitas seleksi. Anwar

menempatkan seleksi hanya satu kali pada awal tahapan pengolahan bahan ajar, seleksi

ini sifatnya adalah seleksi materi-materi yang relevan dengan kebutuhan dan

kemampuan intelektual siswa. Pada tahapan baru pengolahan materi subyek dilakukan

seleksi sebanyak dua kali. Seleksi pertama merupakan seleksi buku yang mewakili

eksplanasi ilmiah, sedangkan seleksi dua serupa dengan Anwar yaitu seleksi materi

yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Seleksi pertama sangat penting dilakukan, karena

Seleksi I

Memilih sebuah buku yang akan menjadi acuan dengan pertimbangan isi materi, tingkat kesulitan, metodologi instruksional, dan integritas keilmuan penulis.

Strukturisasi Analisis wacana terhadap buku hasil seleksi I

Seleksi II Memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa (kurikulum)

Reduksi Melakukan penyederhanaan bahasa, analogisasi, visualisasi, simbolisasi, dan

pengunaan teknik pemaparan yang tepat.

Page 11: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

11

seleksi pertama merupakan seleksi terhadap buku yang mewakili pandangan seorang

ilmuwan. Pandangan seorang ilmuwan ini penting untuk dipertimbangkan karena

pengetahuannya tentang karakteristik bangunan suatu konsep.

Strategi baru ini digunakan untuk mengolah materi subyek pada mata pelajaran

biologi kelas 3 SMP/MTs, topik pewarisan sifat (hereditas). Pada tahapan seleksi I

terpilih buku Biology Concept and Connections18

. Buku ini terpilih karena

pertimbangan integritas keilmuan para penulisnya dan isi materi. Campbell et al

adalah para pakar Biologi yang juga berprofesi sebagai pendidik. Hasil penelitian L. H.

Pridi19

menunjukkan keunggulan isi materi buku karya Campbell et al dari pada buku

modul Pelatihan Penataran Guru (PPG) tertulis yang biasa dijadikan acuan oleh guru-

guru SMP.

Strukturisasi dengan melakukan analisis wacana terhadap buku Biology Concept

and Connections pada topik Pattern of Inheritance diketahui topik tersebut memuat 172

proposisi makro dan 332 proposisi mikro, dan dari stuktur makro yang dapat diturunkan

dari makro I ada 2320

. Hasil strukturisasi menggambar bahwa materi ini teachable bagi

pengajar.

Seleksi II dilakukan dengan mengambil secara utuh proposisi makro dari materi-

materi yang relevan digunakan di tingkat SMP. Point 9.2 sampai dengan 9.5 pada

pekerjaan L.H. Pridi dianggap sesuai dengan kebutuhan siswa kelas III SMP.

Reduksi adalah transformasi dari ekplanasi ilmiah yang dikemukakan oleh

Campbell et al (1994) menjadi ekplanasi pedagogi yang disesuaikan dengan tahapan

berpikir siswa SMP. Hasil kajian terhadap cara reduksi yang digunakan pada buku

Biology Concepts and Connection, ditemukan gaya penyajian Campbell et al.

Campbell et al menggunakan alur penyajian secara bertahap mengikuti jalan pikiran

Mendel dan perkembangan sains. Contohnya Mendel melakukan penelitian persilangan

monohibrid, pembaca diarahkan untuk memahami pemikiran Mendel pada abad 19

yang mana istilah gen dan alela belum dimunculkan. Mendel membahasakan gen

dengan “sesuatu” dan alela dengan “faktor”. Penggunaan huruf-huruf yang

18

N.A. Campbell, Biology Concepts and Connections. (California: Addison Wesley Longman, 1994).

19

L.H. Pridi, Kajian atas Wacana Penurunan Sifat pada Modul Penataran Tertulis Guru SLTP Bidang Studi IPA di Pusat Pengembangan Penataran Tertulis Bandung. Tesis Magister (Bandung: PPS UPI,2002)

20

Ibid

Page 12: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

12

menandakan genotip dari suatu sifat dikenalkan oleh ahli genetika pada abad ke-20,

dikemukakan oleh Campbell et al setelah dipaparkan penelitian Mendel dan hipotesa-

hipotesa Mendel. Proses reduksi seperti ini diistilahkan dengan teknik historis. Gaya

penyajian Campbell digunakan kembali dalam menyajikan materi hereditas untuk

tingkat SMP, karena dengan gaya penyajian seperti ini bahan ajar memenuhi kriteria

accessible. Hasil pengolahan materi subyek dengan strategi baru pada topik hereditas

menghasilkan gaya pemaparan dengan teknik historis seperti yang terlihat pada Bagan

2. Materi subyek dengan gaya pemaparan menggunakan teknik historis untuk

selanjutnya diistilahkan dengan “Berpetualang Bersama Mendel”.

4

Intermediet

Peristiwa dominan tidak penuh pada snapdragon

Pada bentuk panca indera manusia Contoh sifat unggul pada padi

Mengapa kambing berkulit belang bertotol dapat lahir dari induk kambing yang dua-duanya berwarna hitam ?

Penelitian Mendel pada monohibrid

Jawaban kejadian Yakub

Kejadian Yakub Penelitian Mendel pada dihibrid

2

2 3

pada bentuk panca indra manusia Pada penyakit turunan

Monohibrid

Dihibrid

4

Mendel mengawinkan dua sifat beda

Mendel mengemukakan dugaan-dugaannya

Mendel menemukan prinsip pengelompokan bebas (asortasi=Prinsif Mendel II )

Penerapan penelitian Mendel

3

Mendel memilih kacang ercis Mendel melakukan Hibridisasi Mendel Menemukan “DOMINASI” Mendel menemukan Gen dan Alela Penggunaan huruf oleh ahli genetika akan mempermudah memahami temuan Mendel

Fenotip

Genotip Alela pada saat pembentukan gamet Mendel menemukan pemisahan alela dari pasangannya (Segregasi=Prinsif Mendel I)

1

HEREDITAS

Bagan 2. Outline materi Berpetualang Bersama Mendel

untuk siswa SMP

Page 13: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

13

B. Urgensi Seleksi I dan Reduksi pada Strategi Baru Pengolahan Materi Subyek

Hal yang membedakan tahapan pengolahan materi subyek yang baru dengan

tahapan pengolahan bahan ajar yang dikemukan Anwar adalah kuantitas seleksi. Anwar

(1994) menempatkan seleksi hanya satu kali pada awal tahapan pengolahan bahan ajar,

seleksi ini sifatnya adalah seleksi materi-materi yang relevan dengan kebutuhan dan

kemampuan intelektual siswa. Pada tahapan baru pengolahan materi subyek dilakukan

seleksi sebanyak dua kali. Seleksi pertama merupakan seleksi buku yang mewakili

eksplanasi ilmiah, sedangkan seleksi dua serupa dengan Anwar (1994) yaitu seleksi

materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Seleksi pertama sangat penting dilakukan, karena seleksi pertama merupakan

seleksi terhadap buku yang mewakili pandangan seorang ilmuwan. Pandangan seorang

ilmuwan ini penting untuk dipertimbangkan karena pengetahuannya tentang

karakteristik bangunan suatu konsep. Dari hasil kajian terhadap buku Campbell et al

(1994) ditemukan bagaimana seorang ilmuwan seperti Campbell et al menyajikan

penemuan-penemuan Mendel sebagai sebuah rangkaian proses yang panjang yang

dimulai dari ketertarikan Mendel terhadap kacang ercis; kemudian Mendel menemukan

dominasi satu sifat terhadap sifat lainnya ketika melakukan persilangan; gen, alela, dan

prinsip segregasi ditemukan Mendel pada penelitian persilangan satu sifat beda

(monohibrid); prinsip asortasi ditemukan Mendel dari penelitian terhadap dua sifat beda

(dihibrid). Campbell et al menjelaskan penelitian Mendel ini sebagai sebuah proses

bukan sekedar informasi. Pemaparan yang diberikan Campbell et al memberikan

sebuah kerangka berpikir bukan sekedar menghapal materi. Kerangka berpikir ini bisa

diberikan oleh Campbell kepada para pembaca karena Campbell memahami

karakteristik bangunan ilmu untuk konsep hereditas ini.

Jika tahapan seleksi I ini diabaikan, dan pengolahan bahan ajar langsung masuk

pada seleksi materi sesuai dengan kebutuhan siswa, maka dikhawatirkan penyajian

materi subyek hanya akan bersifat informatif dan tidak menyajikan sebuah bangunan

keilmuan. Dengan demikian kerangka berpikir pembelajar tidak akan terbentuk dalam

struktur kognitif siswa, karena materi yang disajikan disusun berdasarkan kebutuhan

siswa tanpa melihat bangunan keilmuannya. Bagan 3 menyajikan contoh outline

sebuah buku yang mengabaikan seleksi I dan hanya mempertimbangkan materi yang

sesuai kebutuhan siswa (kurikulum 2004).

Page 14: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

14

HEREDITAS

Satu keluarga tidak ada yang sama persis

Pendahuluan

Ada persamaan dan perbedaan pada makhluk hidup yang terjadi pada sifat-sifat yang tampak dan tidak tampak.

Ada sifat menurun pada makhluk hidup yang diwariskan dari induk ke keturunannya.

Ilmu genetika mempelajari bagaimana sifat atau ciri induk diwarikan pada keturunannya.

Mendel adalah ilmuwan peletak prinsip-prinsip hereditas.

Kromosom dan Gen sebagai Faktor Pembawa Sifat

Dominan, Resesif, dan Dominan Parsial (Intermediat)

Genotip dan Fenotip

Percobaan Mendel

Alasan Mendel memilih kacang ercis.

Pengamatan mendel sebelum ekperimen menemukan tujuh sifat beda yang mencolok.

Sebelum melakukan percobaan Mendel mencoba mendapatkan galur murni dengan cara penyerbukan sendiri secara berulang-ulang.

Mendel menyilangkan tanaman berbatang panjang dan pendek. Keturunan pertama (F1) semua berbatang panjang.

Mendel menyilangkan antar keturunan pertama (F1) untuk mengetahui mengapa ada sifat yang tidak muncul.

Sifat resesif muncul kembali pada keturunan kedua (F2).

Mendel menyusun lima buah hipotesis.

Berdasarkan hipotesis Mendel mengemukakan hukum Mendel

I (segregasi) dan Hukum Mendel II (asortasi).

Contoh soal

Persilangan dua individu dengan satu sifat beda (Monohibrid)

Persilangan monohibrid dominan penuh

Persilangan monohibrid dominan parsial

Persilangan dua individu dengan tiga sifat beda (Trihibrid)

Persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid)

Gambar 3. Outline Materi Hereditas untuk Siswa SMP

(Saktiyono, 2003:93-107)

Page 15: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

15

Outline pada Bagan 3 menyajikan konsep hereditas sebagai sebuah informasi,

berbeda dengan outline pada Bagan 2 yang menyajikan konsep hereditas sebagai sebuah

proses. Pada Bagan 3 tampak bahwa istilah-istilah gen, dominan, resesesif, genotip, dan

fenotip disajikan sebagai sebuah informasi, begitu pula percobaan Mendel yang

menghasilkan prinsip segregasi dan asortasi disajikan sebatas informasi. Berbeda

dengan Bagan 2, istilah gen, dominan, genotip, dan fenotip, merupakan istilah yang

muncul dari sebuah proses penelitian Mendel pada Monohibrid.

Pada Bagan 3 Prinsip Mendel tentang segregasi dan asortasi dikemukan sebagai

informasi, sedangkan pada Bagan 2 prinsip-prinsip ini ditemukan lewat sebuah proses.

Pada Bagan 3, untuk sub konsep percobaan Mendel, hukum I dan II Mendel seakan-

akan muncul begitu saja setelah dugaan-dugaan yang dikemukakan Mendel. Berbeda

dengan Bagan 2, Prinsip Mendel I dan II digambarkan sebagai sebuah proses, Mendel

menemukan Prinsip Mendel I pada saat meneliti persilangan dengan satu sifat beda

(monohibrid). Prinsip Mendel II ditemukan pada penelitian persilangan dua sifat beda

(dihibrid).

Kesimpulan

Teori Reduksi Didaktik (RD) dan Pedagogi Materi Subyek (PMS) dapat

dipadukan, hasilnya adalah sebuah strategi baru dalam pengolahan materi subyek.

Strategi baru ini terdiri dari empat tahapan dalam pengolahan materi subyek, yang

meliputi seleksi I, Strukturisasi, Seleksi II, dan Reduksi. Implementasi strategi baru ini

dalam mengolah bahan ajar dengan topik hereditas pada kelas 3 SMP/MTs

menghasilkan sebuah bahan ajar yang disajikan dengan teknik historis.

Referensi

Anwar, Saeful, Bahan Kuliah Pengolahan Bahan Ajar, Makalah Kuliah, (Bandung: PPS UPI, 1994).

Arifin, B, & Rani, A, Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Jakarta: Depdiknas,

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, 2000). Bawa, Wayan, Dasar-dasar Biologi Sel, (Jakarta: Dikti, Depdikbud, 1988). Campbell, N.A., et al, Biology Concepts and Connections, (California: Addison

Wesley Longman, 1994).

Page 16: Strategi Pengolahan Bahan Ajar IPA Hasil

16

Dahar, R.W, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996). Pridi, L.H, Kajian atas Wacana Penurunan Sifat pada Modul Penataran Tertulis Guru

SLTP Bidang Studi IPA di Pusat Pengembangan Penataran Tertulis Bandung. Tesis Magister, (Bandung: PPS UPI, 2002).

Saktiyono, IPA: Biologi untuk Kelas 3 SLTP. (Jakarta: Erlangga, 2003).

Siregar, N, Pedagogi Materi-Subyek: Dasar-dasar Pengembangan PBM. Bahan Kuliah Pedagogi Materi Subyek, (Bandung : PPS UPI, 1999).

_________, Pedagogi Materi subyek: Memapankan Pengetahuan Praktis Mengajar, Makalah Lokakarya MGMP Kimia Propinsi Jawa Barat, (Bandung: Sanggar IPA SMUN 8, 1999).

__________, PBM sebagai Wacana Membangun Pengetahuan: Acuan Lapangan untuk Pengembangan Kurikulum. Makalah pada penataran guru, (Bandung: UPI, 2000).

Wolfe, S.L, Cell Ultrastructure, Belmont: (Wadsworth Publishing Company, 1985).