STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMU TRADISIONAL ( …

101
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMU TRADISIONAL ( STUDI KASUS : KELURAHAN MABAR HILIR, KECAMATAN MEDAN DELI, KOTA MEDAN) SKRIPSI Oleh: FEMMY RAFNI NPM : 1504300035 Program Studi : AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMU TRADISIONAL ( …

SKRIPSI
Oleh:
Kasus : Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Kota Medan). Dibimbing oleh :
Mailina Harahap, S.P., M.Si. sebagai ketua komisi pembimbing dan Akbar Habib,
S.P., M.P. sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pendapatan, analisis
kelayakan, dan merumuskan strategi pengembangan usaha jamu tradisional di
Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus. Metode penentuan
sempel yang digunakan dalam penelitian ini menurut Arikunto yaitu
menggunakan sampel 30% dari populasi, jumlah populasinya 106 orang maka
106 x 30% = 31, jadi sampelnya yaitu 31 penjual jamu tradisional. Teknik
pengambilan sampelnya menggunakan sampel acak sederhana (simple random
sampling). Data yang digunakan adalah data primer dan data sekundur. Analisis
data meliputi pendapatan, kelayakan dan perumusan strategi pengembangan
dengan analisis SWOT.
Kelurahan Mabar Hilir sebesar Rp. 2.307.524,14 per bulan. Dengan kelayakan
usahanya R/C sebesar 2,13 dan B/C sebesar 1,13. Nilai EFAS dan IFAS dengan
skor kekuatan 2,212, kelemahan skor 0,894, peluang skornya 2,001 dan ancaman
skornya 1,062.
tradisional
SUMMARY
Femmy Rafni "Strategy for Developing Traditional Herbal Business
(Case Study: Mabar Village, Medan Deli District, Medan City). Supervised by:
Mailina Harahap, S.P., M.Sc. as chair of the supervising commission and Akbar
Habib, S.P., M.P. as a member of the supervising commission.
This study aims to determine the income analysis, feasibility analysis,
and formulate a strategy for developing traditional herbal medicine business in
Mabar Hilir Village, Medan Deli District, Medan City. The method used in this
research is a case study. The sampling method used in this study according to
Arikunto is using a sample of 30% of the population, the population is 106 people
then 106 x 30% = 31, so the sample is 31 traditional herbal medicine sellers. The
sampling technique uses simple random sampling. The data used are primary data
and backward data. Data analysis includes revenue, feasibility and formulation of
development strategies with SWOT analysis.
Based on the results of the study, the analysis of traditional herbal
medicine business revenue in Mabar Hilir Village is Rp. 2,307,524.14 per month.
With the feasibility of its business R / C of 2.13 and B / C of 1.13. EFAS and
IFAS scores with a strength score of 2.212, weakness score of 0.894, chance score
of 2.001 and threat score of 1.062.
Keywords: Development Strategy, Income, Feasibility, Traditional herbal medicine
business
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Femmy Rafni lahir di Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan pada Tanggal
09 November 1996, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
Azhar Caniago S.E. dan Ibunda Erni Tanjung.
Pendidikan yang telah ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Tahun 2009 menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Swasta
Muhammadiyah Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Pulau Nias.
2. Tahun 2012 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Pulau Nias.
3. Tahun 2015 meyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 1 Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Pulau Nias.
4. Tahun 2015 melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di program studi Agribisnis
di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Kegiatan yang pernah diikuti selama menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
1. Pada tahun 2015 mengikuti Perkenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa/i Baru
(PKKMB) dan Masa Ta’aruf (MASTA) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Pada tahun 2016 Mengikuti Kajian Intensif Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (KIAM) yang diselenggarakan oleh pusat studi Al-Islam
Kemuhammadiyahan (PSIM) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Pada tahun 2018 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. SOCFIN
INDONESIA (SOCFINDO) Kebun Mata Pao, Kecamatan Teluk Mengkudu,
Kabupaten Serdang Bedagai.
melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,
Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Asritanarni Munar, M.P., Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Dafni Mawar Tarigan, S.P., M.Si., Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Muhammad Thamrin, S.P., M.P., Selaku Wakil Dekan III Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Ibu Khairunnisa Rangkuti, S.P, M, Si., Selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Ibu Mailina Harahap, S.P, M, Si., Selaku Ketua Komisi Pembimbing.
6. Bapak Akbar Habib, S.P., M.P., Selaku Anggota Komisi Pembimbing.
7. Ayahanda Azhar Caniago, S.E. dan Ibunda Erni Tanjung yang selalu
memberikan dukungannya baik moral maupun materil
8. Seluruh Dosen Pengajar, Karyawan dan Civitas Akademika Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
9. Buat kakak dan adek saya Fildzah Rayhana Sadidah dan M. Afzalurrahman
yang telah banyak membantu dan mensupport penulis dalam menyelesaikan
skripsi
10. Sahabat - sahabat terbaik penulis Fahmi Idris, Ika Apriani, Dian Purnama
Sari, Zahrianur, Hafsah Pohan dan teman teman kelas Agribisnis 1. Terima
kasih atas semangat dan dukungannya selama ini.
11. Kosh abu-abu No.01, Anggun Laila Sari, Ayu Juliyanti Panggabran, Fitri
Handayani, Khairunnisa Pratika dan Rosdiana Nasution yang telah
mendengarkan curhatan penulis selama membuat skripsi.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
agar nantinya skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Medan, Oktober 2019
Letak Geografis dan Luas Lahan .................................................. 28
Keadaan Penduduk........................................................................ 28
Karakteristik Sampel ..................................................................... 30
Analisis SWOT ............................................................................. 37
Tahap Analisis Data Matriks SWOT ............................................ 43
Tahap Pengambilan Keputusan..................................................... 44
3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Kelurahan Mabar Hilir Tahun 2019 .............................................. 29
4. Sarana dan Prasarana Umum ....................................................... 29
5. Karakteristik Usia Responden Jamu Tradisional .......................... 30
6. Tingkat Pendidikan Responden .................................................... 31
7. Jumlah Tanggungan Responden .................................................. 31
8. Lama Usaha Responden ................................................................ 32
9. Biaya Tetap Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir .. 33
10. Biaya Variabel Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar
Hilir ............................................................................................... 34
11. Total Biaya Penjual Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir. 35
12. Penerimaan Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir .. 35
13. Pendapatan Usaha Jamu Tradisional Per Bulan ............................ 36
14. Maktriks Faktor Strategi Internal Usaha Jamu Tradisional .......... 39
15. Matriks Faktor Eksternal Usaha Jamu Tradisional ....................... 40
16. Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal-Eksternal Usaha Jamu
Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir ........................................... 41
17. Matriks SWOT Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir 43
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
3. Bahan Bakar (Kedua) .................................................................... 55
4. Biaya Bahan Baku (Ketiga) .......................................................... 57
5. Biaya Bahan Baku (Keempat) ...................................................... 59
6. Biaya Penggilingan Beras dalam Kurun Waktu 1 Bulan .............. 61
7. Biaya Bahan Bakar Gas ................................................................ 62
8. Biaya Bahan Bakar Trasportasi .................................................... 63
9. Biaya Pembelian Botol Sirup ........................................................ 64
10. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Kompor Gas ........................ 65
11. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Gelas ................................... 66
12. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Sendok................................. 67
13. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Panci .................................... 68
14. Biaya penggunaan dan Penyusutan Jerigen 2L ............................ 69
15. Biaya Penggunaan dan Penyusutan Grobak ................................. 70
16. Penerimaan Usaha Jamu Tradisional ............................................ 71
17. Matriks Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Usaha Jamu
Tradisional Penelitian ................................................................... 72
Tradisional Penelitian ................................................................... 73
PENDAHULUAN
tradisionalnya. Karna kekayaan itulah tidak sedikit dari masyarakat Indonesia
yang mampu mengolah rempah-rempah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat
untuk kesehatan baik itu digunakan untuk pencegahan maupun untuk pengobatan.
(Angrani, 2015). Rempah-rempah tersebut diolah sehingga menghasilkan obat
tradisional.
dari jamu tradisional diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan usaha yang berdampak pada kegiatan perekonomian dan
penyerapan tenaga kerja. Setiap usaha berbeda dalam hal skala usaha, modal,
tenaga kerja, manajemen dan biaya produksi agar dapat diperoleh produk yang
memberikan nilai tambah dan keuntungan yang berpengaruh terhadap pendapatan
yang diterima berbeda-beda untuk setiap unit usaha(Ulfa, 2017).
Jamu merupakan minuman tradisional yang masih diminati oleh banyak
orang dan memiliki target pasar yang luas. Dengan terangkatnya minuman jamu
tradisional sehingga kebutuhan hidup sehat konsumen membuat para pelaku usaha
jamu khususnya penjual jamu tradisional memiliki prospek ekonomi yang bagus
dan untuk menjalankan usaha jamu tidak membutuhkan modal yang besar.
Sehingga, dengan meningkatnya gaya hidup sehat manusia mendorong
perkembangan usaha jamu tradisional yang dijajak dengan ciri khas wanita
penjual jamu gendong dengan berjalan kaki menjadi salah satu pilihan kuliner
yang disediakan oleh warung modren seperti cafe. Tetapi jamu tradisional yang
dijual keliling juga mengalami perkembangan dengan adanya penggunaan
transportasi seperti sepeda motor yang didesain lengkap dengan gerobak jamu.
Kelurahan Mabar Hilir merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Medan Deli yang memiliki potensi dibidang penjualan jamu. Usaha jamu
tradisional sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat kelurahan Mabar Hilir.
Menurut para masyarakat sekitar usaha penjualan jamu tradisional adalah warisan
dari nenek moyang yang ditularkan secara turun-temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
atau strategi yang dilakukan para penjual jamu tradisional. Bertahannya jamu
tradisional karna harganya yang relatif murah dan terjangkau, penjualan yang
dilakukan secara door to door atau berkeliling dari satu tempat ke tempat lain
sehingga jamu tradisional bisa bertahan dan ramuannya yang masih alami
membuat para konsumen yakin akan mutu dan kualitasnya.
Manajemen strategi merupakan sejumlah keputusan dan tindakan yang
mengarah pada penyusunan suatu strategiatau sejumlah strategi yang efektif untuk
membantu mencapai sasaran perusahaan. Salah satu metode untuk merumuskan
strategi yang efekti adalah metode SWOT karna dapat menggambarkan kondisi
internal dan eksternal perusahaan dilanjut dengan QSPM (quantitative strategic
planning matrik) untuk menentukan proritas strategi berdasarkan tingkat
kepentingan faktor internal dan eksternal (Munica, 2017).
Dengan adanya perencanaan strategi diperlukan untuk usaha-usaha jamu
di kelurahan Mabar Hilir sebagai upaya menghindari adanya penurunan jumlah
produksi dan jumlah usaha jamu di kelurahan Mabar Hilir. Tujuan dari aktivitas
suatu usaha adalah untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Akan tetapi, ketika
besarnya jumlah pendapatan yang diperoleh belum sesuai dengan yang
diharapkan. Pendapatan yang diperoleh belum dapat memberikan jaminan layak
atau tidak layaknya suatu usaha. Oleh karna itu, sangat penting untuk mengetahui
tingkat pendapatan dan kelayakan suatu kegiatan usaha.
Dari latar belakang dan masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMU
TRADISIONAL.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu :
1. Bagaimana pendapatan usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
Kecamatan Medan Deli Kota Medan ?
2. Bagaimana kelayakan usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
Kecamatan Medan Deli Kota Medan ?
3. Bagaimana strategi pengembangan usaha jamu tradisional di Kelurahan
Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan?
Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pendapatan usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar
Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan.
2. Untuk menganalisis usaha jamu tradisional layak untuk dikembangkan secara
bisnis.
Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang
berkaitan dengan topik penelitian.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
3. Sebagai bahan informasi bagi yang memasarkan usaha jamu tersebut.
4. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak - pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Jamu Tradisional
Jamu adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sampai saat ini
masih bertahan dan terus dilestarikan. Minuman sehat racikan asli Indonesia ini
masih jadi pilihan masyarakat tradisional walaupun produk obat-obatan modern
sudah muncul di pasaran. Pelaku usaha jamu keliling umumnya adalah
perempuan. Mereka meracik sekaligus menjajakannya dari kampung ke kampung
secara perseorangan. Meskipun demikian, tak jarang pula para penjual jamu
keliling tersebut berkelompok dalam sebuah paguyuban untuk lebih
mengembangkan usahanya (Wulandari dan Azrianingsih, 2014).
Sejarah jamu memang tidak diketahui secara pasti, adajuga yang
menghubungkan dengan kebiasaan pada kerajaan Hindu Mataram. Catatan lain
pada kebiasaan putri - putri keraton untuk menjaga kesehatan dan kecantikan diri
di depan suami, mereka menggunakan jamu dan kosmetik herbal. “Acaraki”
misalnya, adalah sebutan bagi orang yang membuat jamu dan resep ramuan itu
terangkum dalam kitab Madhawapura’s.Rumphius, seorang botanis yang hidup
pada masapemerintahan Belanda di Indonesia yaitu tahun 1775 Masehi telah
melakukan penelitian tentang jamu di Indonesia(Aditama, 2014).
Obat-obatan yang diolah secara tradisional turun-temurun berdasarkan resep
nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat
magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya cukup
gencar dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa
dicerna oleh tubuh. Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau
dimanfaatkan di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.
Seperti misalnya akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun panas. Rimpang
temulawak dan rimpang kunyitbanyak dipergunakan untuk obat hepatitis. Batang kina
dipergunakan untuk obat malaria. Kulit batang kayu manis banyak dipergunakan
untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu banyak dipergunakan untuk obat
kanker. Buah belimbing banyak dipergunakan untuk 10 obat tekanan darah tinggi.
Daun bluntasuntuk obat menghilangkan bau badan. Bunga belimbing Wuluh untuk
obat batuk.
Pengobatan tradisional awalnya dikenal dengan ramuan jamu-jamuan,
hingga saat ini jamu masih diyakini sebagai obat mujarab untuk mengobati
berbagai penyakit bahkan telah dikembangkan dalam industri modern.
Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik berbeda-bedapada
suatu wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya merupakanwarisan secara turun-
temurun. Hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui jenis-jenis tumbuhan
obat (Nurrani, 2013).
Menurut (BPS, 2000) tanaman obat didefenisikan sebagai tanaman yang
bermanfaat sebagai obat-obatan yang dikonsumsi dari berbagai tanaman berupa
daun, bunga, buah umbi (rimpang) atau akar. Sementara itu didefinisikan tanaman
obat Indonesia menurut Departemen Kesehatan RI dalam (Siswanto, 2004),
tercantum dalam SK Menkes NO. 149/Menkes/IV/1978 sebagai berikut :
a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu.
b. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula
bahan baku.
c. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat.
pada dasarnya setiap keputusan manajerial memerlukan perbandingan antara
biaya dan manfaat, keputusan untuk memperluas aktiva modal memerlukan
perbandingan antara pendapatan yang diharahapkan dari investasi tersebut dan
biaya yang diperlukannya (Soekartawi, 2006).
Biaya yang tidak bervariasi dengan keluaran disebut biaya tetap termasuk
didalamnya bunga atau modal yang dipinjam, biaya sewa atas pabrik dan
peralatan yang disewa, sedangkan biaya variabel bervariasi dengan perbubahan
dan keluaran, biaya ini adalah fungsi dari tingkat keluaran termasuk didalamnya
adalah biaya-biaya seperti bahan baku, penyusutan yang dikaitkan kerja dalam
jangka panjang semua biaya dengan variabel (Soekartawi, 2006).
Penerimaan
Penerimaan adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu,
baik untuk dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan dinilai
berdasarkan atas perkalian antara total produksi dengan harga yang berlaku.
Sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana
produksi dan lain-lainnya yang dibebankan pada produk yang bersangkutan
(Soekartawi, 2006).
Menurut (Sukirno, 2006). Menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil
berupa uang atau hasil material lainnya yang berasal dari pemakaian kekayaan
atau jasa-jasa manusia yang bebas. Pendapatan umumnya adalah penerimaan-
penerimaan individu atau perusahaan.
1. Pendapatan kotor (grossnincome) adalah penerimaan seseorang atau
suatu bahan usaha selama periode tertentu sebelum dikurangi dengan
pengeluaran-pengeluaran usaha.
2. Pendapatan bersih (Net income) adalah sisa penghasilan dan laba
setelah dikurangi biaya, pengeluaran dan penyisihan untuk depresiasi
serta kerugian-kerugian yang bisa timbul.
Kelayakan Usaha
manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil
analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan,
apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam
penelitian ini adalah kemungkinan dari suatu gagasan usaha yangakan
dilaksanakan apakah telah layak.
membayar bunga modal, alat-alat, upah tenaga kerja, serta sarana produksi
diperhitungkan sebagai biaya demikian pula pendapatan. Sementara evaluasi
kelayakan usaha dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Ratio antara penerimaan dan biaya (R/C Ratio)
R/C Ratio =
Nilai R/C < 1, maka usaha jamu tradisional tidak layak
2. Ratio antara keuntungan dan biaya ( B/C Ratio )
Rumus untuk mencari B/C Ratio yaitu :
B/C =
Dimana :
Nilai B/C < 1, maka usaha jamu tradisional tidak layak
Analisis SWOT
memuaskan strategi perusahaan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Sebelum melakukan analisis,
maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiriatas tiga model yaitu :
1. Matriks Faktor Strategi Internal
Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, ada beberapa langkah
penentuan dalam membuat tabel IFAS. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Membuat 1 kolom faktor-faktor internal ( kekuatan dan kelemahan).
2. Membuat ranting untuk masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar
kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4
(sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik), dan nilai 1 (tidak baik)
terhadap kekuatan nilai “ranting” terhadap kelemahan bersifat negatif,
kebalikannya.
3. Beri bobot dari setiap faktor dari 0 sampai 1 pada kolom bobot (kolom 3).
Bobot ditentukan secara subyektif, berdasar pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategis perusahaan.
4. Kalikan ranting pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk
memperoleh skoring pada kolom 4.
5. Jumlah skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana
perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi
Internal (IFAS) untuk dijumlahkan kemudian di perbandingkan antara total skor
kekuatan dan kelemahan.
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, ada beberapa langkah
penentuan dalam membuat tabel EFAS. Adapun langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Membuat 1 kolom faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).
2. Membuat ranting untuk masing-masing faktor strategi eksternal, meluai dari
nilai 4, nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik), dan nilai 1 (tidak baik) terhadap
kekuatan nilai “rating” terhadap kelemahan bersifat negatif, kebalikannya.
3. Beri bobot dari setiap faktor dari 0 sampai 1 pada kolom bobot (kolom 3).
Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
4. Kalikan ranting pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk
memperoleh skoring pada kolom 4.
5. Jumlah skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana
perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi
Internal (IFAS) untuk dijumlahkan kemudian di perbandingkan antara total skor
kekuatan dan kelemahan.
3. Matriks Posisi
Hasil analisi pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi
eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan kekuatan sebagai berikut :
a. Sumbu horizontal (x) menunjukan kekuatan dan kelemahan, sedangkan
sumbuh vertikal (y) menunjukan peluang dan ancaman.
b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :
- Jika peluang lebih besar dari ancaman maka nilai y>0 dan jika kalau
ancaman lebih besar dari pada peluang maka nilainya y<0.
- Jika kekuatan lebih besar dari pada kelemahan maka nilai x>0 dan
sebalikanya kalau kelemahan lebih besar dari pada kekuatan maka
nilainya x<0 (Rangkuti, 2015).
Penelitian Terdahulu
Pengembangan Industri Jamu Tradisional di Kabupaten Bangkalan”. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini dengan cara kuisoner, wawancara, observasi
dan diskusi. Metode penentuan sample yang digunakan peneliti adalah non
probability sampling yaitu dengan menggunakan metode purposive sempling.
Responden penelitian ini berjumlah 8 orang. Dengan tujuan untuk mengetahui
alternatif strategi serta prioritas strategi yang dapat digunakan sebagai upaya
pengembangan industri-industri jamu di Kabupaten Bangkalan. Berdasarkan hasil
penelitian, faktor internal industri jamu di Kabupaten Bangkalan meliputi
manajemen perusahaan, pemasaran, keuangan, produksi, dan sumberdaya
manusia. Faktor eksternal industri jamu di Kabupaten Bangkalan meliputi
ekonomi, kondisi sosial, budaya demografi, pemerintah, teknologi dan
kompetitor. Strategi yang dapat diterapkan sebagai upaya pengembangan industri
jamu di Kabupaten Bangkalan meliputi yaitu strategi pertahanan dan kualitas
produk, mempertahankan citra/imege perusahaan, meningkatkan kegiatan promosi
dan memperluas daerah pemasaran, mengembangkan kerjasama dengan industri
lain diluar wilayah dan meningkatkan hubungan dengan pemerintah dan lembaga
lain.
Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar” penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi peta sebaran, mengidentifikasi peta sebaran,
mengidentifikasi potensi tingkat kecamatan, mengidentifikasi di tingkat
kabupaten, merumuskan strategi pengembangan, dan mengidentifikasi peta rantai
nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyer.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data meliputi
pemetaan, identifikasi potensi tingkat Kecamatan dengan metode perbandingan
ekspotensial, identifikasi potensi tingkat Kabupaten dengan metode borda,
perumusan strategi pengembangan dengan analisis SWOT serta identifikasi value
chain map pada agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan
hasil penelitian, alternatif strategi pengembangan antara lain adalah meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk, memperkuat serta mengembangkan kelembagaan
(klaster biofarnaka), pengkuatan modal dan adopsi teknologi modren, membuat
lisensi atau ijin dari badan POM dan membuat kemasan yang menarik,
peningkatan kemampuan produsen dalam inovasi , peningkatan akses bahan baku
lokal yang berkualitas, meningkatkan kualitas pengusaha untuk memaksimalkan
daya saing, dan meningkatkan promosi untuk meningkatkan pemasaran produk
jamu instan.
Kebupaten Sukoharjo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekeuatan,
kelemahan, peluang, ancaman pemasaran, merumuskan alternatif strategi
pemasaran, dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam
pemasaran produk agroindustri jamu UD. GATUTKACA. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis. Metode analisis data
menggunakan analisis matriks Internal External (IE), matriks Strenght, Weakness,
Opportunity, and Threat (SWOT), dan matriks Quantitative Strategic Planning
(QSP). Bardasarkan hasil penelitian menunjukan pemasaran produk agroindustri
jamu UD. GATUTKACA perolehan total nilai tertimbang pada matriks IFE EFE
memiliki kekuatan terbesar pada pemilik mempunyai usaha lain yang dapat
membantu usaha agroindustri jamu UD. GATUTKACA dengan skor 0,360,
kelemahan terbesar terdapat pada belum ada tenaga kerja kusus di bidang
pemasaran dan jumlah pedagang perantara yang masih terbatas dengan skor
masing-masing 0,168, sedangkan peluang terbesar adalah adanya dukungan
pemerintah dengan skor 0,432, dan ancaman terbesar adalah berkembangnya
industri jamu nasional dengan skor 0,170. Berdasarkan matriks IE maka diketahui
agroindustri jamu UD. GATUTKACA berada pada sel V yaitu “menjaga dan
mempertahankan” dangan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk yang dapat direkomendasikan terdiri dari meningkatkan loyalitas
konsumen, meningkatkan kepercayaan konsumen, melalui sertifikasi produk,
melakukan perbaikan pada manajemen tenaga kerja, malakukan kegiatan menarik
seperti promo potongan harga, pemberian bonus, pemberian bonus, dan tester bagi
konsumen, melakukan perencanaan produksi yang baikuntuk efesiensi biaya dan
menambah tenaga profesional di bagian pemasaran untuk membantu penetrasidan
pengembangan pasar. Dengan demikian, diketahui prioritas strategi yang dapat
dilakukan oleh agroindustri jamu UD. GATUTKACA adalah strategi menambah
tenaga profesional dibagian pemasaran untuk membantu penetrasi dan
pengembangan pasar yang lebih luas dengan perolehan total nilai daya tarik dalam
matriks QSPM sebesar 5,302.
menggunakan kendaraan sepeda maupun sepeda motor.
Produksi adalah hasil pendapatan dari usaha jamu tradisional di
Kecamatan Mabar Hilir. Biaya terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variabel cost).
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan
jumlah output setiap periode, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
besarnya tergantung pada besarnya produksi.
Penerimaan usaha jamu adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Pendapatan kotor usaha jamu di defenisikan nilai produk total
usaha dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran total usaha jamu didefenisikan
nilai semua masukan yang habis terpakai dalam produksi. Selisih dari pendapatan
kotor usaha dan pengeluaran total usaha disebut pendapatan bersih usaha jamu.
Pendapatan dalam bahan pembuatan jamu adalah total penerimaan,
dimana hasil produksi dikali dengan harga jual dikurangi dengan total biaya yang
di kueluakan dalam satu kali produksi.
Pendapatan usaha jamu tersebut dapat dianalisis kelayakan usahanya,
apakah usaha jamu tradisional yang dilakukan di Kelurahan Mabar Hilirlayak
diusahakan atau tidak berdasarkan kriteria kelayakan usaha R/C Rasio. Apakah
dalam jangka panjang usaha tersebut layak kemudian akan dikaji bagaimana
strategi pengembangan usaha jamu tradisional berdasarkan kekuatan,peluang,
kelemahan, dan ancaman dari jamu tradisional menggunakan Analisis SWOT.
Dari penjelasan diatas, maka dapat digambarkan skema rangkaian
pemikiran penelitian sebagai berikut :
Usaha Agribisnis Pada
Penjual Jamu Tradisional
Layak Tidak Layak
(kekeuatan, peluang, kelemahan, ancaman)
Penelitian ini menggunakan studi kasus (case study) yaitu studi kasus
merupakan metode yang menjelaskan penelitian mengenai suatu objek tertentu,
atau suatu fenomena yang di tentukan pada suatu tempat yang belum tentu sama
dengan daerah lain.
pemasaran jamu tradisional.
Metode Penarikan Sempel
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh penelitian untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian adalah penjual jamu
tradisional keliling yang berdomisili di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan
Deli yang berjumlah 106 orang.
Sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Dengan demikian sempel yaitu sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan
populasinya sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi. Menurut Arikunto
(2013) apabila jumlah subyeknya kurang dari 100, maka sebaiknya diambil
semua, selanjutnya jika subyeknya besar maka dapat di ambil 10-15% atau
20-25% atau lebih. Adapun penelitian ini menggunakan sampel 30% dari populasi
yang ada, jumlah populasi melebihi 100 yaitu 106 penjual jamu tradisional.
Berarti 106 X 30% = 31, jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 31 penjual jamu tradisional.
Teknik atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sempel acak sederhana (simple random sampling) ialah suatu sampel yang
diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari suatu populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Metode Penggumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan
pemilik usaha. Data sekunder diperoleh dari laporan yang telah dipublikasikan
yang bersumber dari instansi yang terkait dengan permasalahan seperti Badan
Pusat Statistik (BPS), kantor kepala dikelurahan Mabar Hilir, Perpustakaan
UMSU, Media Masa, Jurnal, Artikel, Buku-buku, Internet serta Literatur yang
terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Metode Analisis Data
pendapatan usaha jamu tradisional digunakan rumus :
Pd = TR – TC
Untuk masalah yang kedua yaitu menganalisis kelayakan usaha jamu
tradisional. Metode analisis data suatu kelayakan usaha menggunakan R/C dengan
rumus sebagai berikut :
R/C Ratio =
Nilai R/C = 1, maka usaha jamu tradisional impas
Nilai R/C > 1, maka usaha jamu tradisional layak
Nilai R/C < 1, maka usaha jamu tradisional tidak layak (Suratiyah, 2015).
2. Ratio antara keuntungan dan biaya ( B/C Ratio )
Rumus untuk mencari B/C Ratio yaitu :
B/C =
Dimana :
Nilai B/C = 1, maka usaha jamu tradisional impas
Nilai B/C > 1, maka usaha jamu tradisional layak
Nilai B/C < 1, maka usaha jamu tradisional tidak layak (Suratiyah, 2015).
Untuk menyelesaikan masalah ketiga tentang strategi penembangan usaha
jamu tradisional di lakukan dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Oppotunities, Threat) dengan mengindentifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi suatu usaha (strategi SO,ST,WO dan WT). Analisis
ini didasarkan terhadap logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenght)
dan peluang (opprtunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan ( weakness) dan ancaman (threat).
Gambar 2. Diagram Analisi SWOT
Kuadrat 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth Oriented Strategy).
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadrat 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-
masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik.
Kuadrat 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Tabel 1. Matriks SWOT
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-sebesarnya.
untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defenisif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2015).
Sebelum dilakukan analisi data seperti diatas maka terlebih dahulu
dilakukan pengumpulan data dengam menggunakan metode matriks faktor
strategi internal dan eksternal seperti pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Matriks Faktor Strategi Internal/Eksternal
Faktor Strategi
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan untuk IFAS
(Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan menjadi peluang dan
ancaman EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) dalam
kolom 1 (5 sampai dengan 10 faktor IFAS dan EFAS).
b. Bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak, penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap strategi perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung ranting (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengam
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan
(pool)berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai ranting untuk faktor kekuatan dan faktor
peluang bersifat positif. Pemberian nilai ranting untuk faktor kelemahan dan
faktor ancaman adalah negative/kebalikannya. Jika ranting sangat besar,
rantingnya dalah skala mulai dari 1 (outstanding) sampai dengan 4 (pool).
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dan ranting pada kolom 3,untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding).
Sampai dengan 1,0 (pool).
Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan
bagaimana perusahaan tertentu bereksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.
Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan
perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Berdasarkan Matriks SWOT diatas didapatkan langkah strategi yaitu
sebagai berikut :
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi ST
untuk menghindari atau menggurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan
untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu
para manajer mengembangkan 4 tipe strategi.
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan untuk
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan menjadi peluang
dan ancaman EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary)
dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 faktor IFAS dan EFAS).
b. Bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak, penting), berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap strategi perusahaan (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung ranting (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1
(pool)berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Pemberian nilai ranting untuk faktor kekuatan dan
faktor peluang bersifat positif (sangat besar diberi ranting +4, tetapi jika
kecil diberi ranting +1). Pemberian nilai ranting faktor kelemahan dan
faktor ancaman adalah kebalikannya. Jika ranting sangat besar, rantingnya
adalah +1. Sebaliknya, jika nilai kecil rantingnya adalah -4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dan ranting pada kolom 3,untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan
untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
(outstanding). Sampai dengan 1,0 (pool).
e. Jumlahnya skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukan bagaimana perusahaan tersebut bereaksi terhadap faktor-
faktor strategi internalnya.
Defenisi dan Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mabar Hilir, Kecamatan Madan Deli,
Kota Medan.
2. Jamu tradisional adalah jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami. Seperti
dari tumbuh-tumbuhan yang diracik menjadi serbuk jamu dan minuman jamu.
3. Sampel dalam penelitian ini adalah hanya penjual jamu tradisional.
4. Strategi pengembangan adalah usaha-usaha yang dilakukan guna
pengembangan jamu tradisional.
5. Biaya produksi (Cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani
selama proses produksi masih berlangsung dengan satuan Rupiah (Rp).
6. Pendapatan (revenue) adalah peningkatan kotor ekuitas seorang pemilik yang
berasal dari aktivitas bisnis yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
laba. Pada umumnya pendapatan berasal dari penjualan barang dagangan,
pemberian jasa, penyewaan property, dan pemberian punjaman uang.
Pendapatan biasanya akan menyebabkan kenaikan aset.
7. Analisis kelayakan (R/C) dan (B/C) adalah kegiatan untuk menilai sejauh
mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan
usaha. Hasil analisi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan
usaha.
8. SWOT merupakan salah satu alat analisis manajemen yang digunakan untuk
mensistematisasikan masalah dan menyusun pilihan-pilihan strategi.
DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN
Kecamata Medan Deli merupakan salah satu Kecamatan dari 21
Kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Deli terdiri dari 6
Kelurahan dimana salah satu Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Mabar Hilir.
Kelurahan Mabar Hilir merupakan salah satu dari Kelurahan yang berada di
Pemerintahan Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Adapun mengenai batas adtministratif Kelurahan Mabar Hilir adalah sebagai
berikut.
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Saentis Kabupaten Deli Serdang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mabar
3. Sebelah Barat berbatasan dengan PT. KIM
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
Luas wilayah Kelurahan Mabar Hilir adalah 318,9 Ha yang terdiri dari 12
lingkungan.
Jumlah penduduk Kelurahan Mabar Hilir pada tahun 2019 sebanyak
28,238 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.692 KK yang terdiri dari
penduduk dengan jenis kelamin Laki-laki dan Perempuan. Secara terperinci
keterangan mengenai penduduk di Kelurahan Mabar Hilir dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan
Mabar Hilir Tahun 2019
1 Laki-Laki 12.637 44,75
2 Perempuan 15.600 55,25
Dari Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan
Mabar Hilir menurut jenis kelamin pada tahun 2019 sebesar 28.237 jiwa, meliputi
12.637 jiwa laki-laki dan 15.600 jiwa perempuan. Jumlah penduduk berjenis
kelamin perempuan lebih tinggi dibanding dengan penduduk berjenis kelamin
laki-laki.
masyarakat sehari-hari. Adapun fasilitas umum yang terdapat di Kelurahan Mabar
Hilir antara lain, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana kesehatan dan sarana
olahraga. Berikut adalah data sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Mabar
Hilir.
No Sarana dan Prasarana Unit
1. Sarana Pendidikan
4. Sarana Lapangan Olahraga
Karakteristik Sampel
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjual jamu
tradisional di Kelurahan Mabar Hilir. Total pelaku penjual pada penelitian ini
berjumlah 31 penjual. Karakteristik sampel dalam penelitian ini yaitu:
a. Usia Responden
Kelompok Usia Responden Persentase (%)
30-40 tahun 14 45,16
41-50 tahun 7 22,58
51-60 tahun 8 25,81
61-70 tahun 2 6,45
Dari tabel 5 menunjukan bahwa pengelompokan usia responden dalam
penelitian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu kelompok usia 30 hingga 40
tahun sebanyak 14 orang (35,48%), kelompok usia 41 hingga 50 tahun sebanyak 7
orang (22,58%), kelompok usia 51 hingga 60 tahun sebayak 8 orang (25,80%),
kelompok usia 61 hingga 70 tahun sebanyak 2 orang (6,45%). Berdasarkan data di
atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pelaku usaha jamu tradisional di
Kelurahan Mabar Hilir berusia 30-40 tahun sebanyak 14 orang (35,48%).
b. Tingkat Pendidikan Responden
petani dalam menerima informasi untuk mengoptimalkan usahanya.
Berikut ini adalah tabel tingkat pendidikan responden :
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan Responden Persentase (%)
Dari tabel 6 menunjukan bahwa dari keseluruhan responden pernah
mendapatkan pendidikan formal. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar pelaku usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
berpendidikan SD sebanyak 17 orang (54,84%).
c. Jumlah Tanggungan Responden
Tabel 7. Jumlah Tanggungan Responden
Jumlah Tanggungan
Dari tabel 7 di atas menunjukan bahwa responden menurut jumlah
tanggungan antara 0-1 sebanyak 9 orang (29,03%), jumlah tanggungan antara 2-3
sebanyak 19 orang (61,29%) dan jumlah tanggungan antara 4-5 sebanyak 3 orang
(9,63%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui lebih banyak jumlah
tanggungan responden penjual jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir dengan
jumlah tanggungan antara 2-3 sebanyak 19 orang (61,29%).
d. Berdasarkan Lama Usaha
No Lama Usaha
Data dari tabel 8 menunjukan bahwa penjual jamu tradisional menurut
lama usaha antara 1-10 tahun sebanyak 10 orang (32,26%), lama usaha antara
11-20 tahun sebanyak 8 orang (25,81%), lama usaha 21-30 tahun sebanyak 8
orang (25,81%), lama usaha 31-40 tahun sebayak 4 orang (12,90%), lama usaha
41-50 tidak ada dan lama usaha antara 51-60 tahun sebanyak 1 orang (3,23%).
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa rata-rata penjual jamu tradisional
di Kelurahan Mabar Hilir telah melakukan usahanya selama 1-10 tahun yaitu
sebanyak 10 orang (32,26%).
Dalam menjalankan usaha jamu tradisional perlu memperhatikan berbagai
pengeluaran usaha jamu tradisional atau disebut biaya usaha selain itu juga perlu
memperhatikan pendapatan usaha jamu tradisional. Biaya produksi yaitu
mencakup komponen biaya variabel dan biaya tetap. Penerimaan usaha jamu
tradisional adalah jumlah produksi dikali dengan harga jual sedangkan pendapatan
usaha jamu tradisional merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya.
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan usaha jamu tradisional
yaitu biaya kompor gas, gelas, sendok dll. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh
usaha jamu tradisional dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Biaya Tetap Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
No Biaya Tetap Biaya Penyusutan
1 Kompor Gas 3.663,58
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa Biaya tetap adalah biaya kompor gas,
gelas, sendok, panci, jerigen 2l dan gerobak yang dikeluarkan dalam satu bulan
sebesar Rp.8.539,17.
Biaya Variabel
bertambah atau berkurangnya produksi. Dalam usaha jamu tradisional ini yang
termasuk kedalam biaya variabel meliputi biaya penggunaan bahan baku, biaya
penggilingan beras, biaya bahan bakar dan biaya transportasi/bensin. Biaya
variabel tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 10. Biaya Variabel Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
No Komponen Total Biaya
4 Biaya Transportasi 160.000,00
Total Biaya Variabel 2.031.806,61
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Pada tabel diatas biaya yang dikeluarkan untuk biaya bahan baku yaitu
Rp 1.713.974,35per bulan. Bahan baku yang digunakan dalam usaha jamu
tradisional yaitu kencur, beras, jahe, kunyit, temulawak, gula merah, gula pasir,
daun sirih, merica, asam jawa dan telur. Pembelian bahan baku yang digunakan
dibeli di warung-warung sekitar rumah mereka. Sementara biaya untuk
penggilingan beras sebesar Rp129.445,16 per bulan, biaya bahan bakar Rp
22.000,00 per bulan, biaya untuk transportasi sebesar Rp 160.000,00 per bulan
dan biaya pembelian botol sirup sebesar Rp 6.387,10 per botol maka dari itu
keseluruhan biaya variabel perbulan untuk usaha jamu tradisional sebesarRp
2.031.806,61.
Total Biaya
Total biaya merupakan hasil dari penjumlahan antara biaya tetap dan biaya
variabel. Analisis ini digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan
oleh penjual jamu tradisional selama menjalankan usaha jamu tradisional dalam 1
bulan.
Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh penjual jamu tradisional
selama 1 bulan adalah Rp 2.040.345,78. untuk lebih jelasnya mengenai biaya total
pada usaha jamu tradisional dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Total Biaya Penjual Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
Keterangan Total Selisih (Rp)
Total Biaya Tetap 8.539,17
Total Biaya Variabel 2.031.806,61
Penerimaan Usaha Jamu Tradisional
Penerimaan adalah perkalian antara total jamu tradisional yang diproduksi
dengan harga jamu tradisional per gelasnya. Harga jual jamu tradisional di
Kelurahan Mabar Hilir menjual jamunya dengan gelas kecil dimana setiap harga
jamu tradisional bermacam-macam ada yang dicampuran dengan kunyit asam,
temulawak,beras kencur dan ada juga jamu tradisional yang di campur dengan
menggunakan telur tergantuk dari permintaan konsumen.
Tabel 12. Penerimaan Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
No Uraian Rataan
3 Rata-rata Penjualan Jamu Tradisional+Telur Gelas/Hari 19
4 Rata-rata Harga Jamu Tradisional+Telur/Gelas Rp 8000
Total Penerimaan Perhari Rp 271.741,87
Total Penerimaan Perbulan Rp 4.347.869,92
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Berdasarkan survey di lapangan, penjual jamu memasarkan ke daerah
KIM, Medan Helvetia, Karya dan sekitar rumah mereka. Penjual jamu tradisional
memasarkan jamunya hanya empat hari dalam seminggu yaitu hari senin, rabu,
kamis dan jumat dengan jam kerja penjual jamu tradisional dari jam 07.00 wib –
10.00 wib dan di lanjut jam 15.00 wib – 18.00 wib.
Pendapatan Usaha Jamu Tradisional
usaha itu sendiri. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya
produksi yang dikeluarkan oleh penjual jamu tradisional. Besarnya pendapatan
usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir per bulannya dapat dilihat pada
Tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Pendapatan Usaha Jamu Tradisional Per Bulan
Uraian Jumlah (Rp)
Total Penerimaan 4.347.869,92
Total Biaya 2.040.345,78
Total Pendapatan 2.307,524,14
Berdasarkan tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa total penerimaan
rata-rata adalah Rp. 4.347.869,92 sedangkan total rata-rata biaya produksi adalah
Rp. 2.040.345,78dan total pendapatan rata-rata pada usaha jamu tradisional di
Kelurahan Mabar Hilir per bulan adalah sebesar Rp. 2.307,524,14.
Kelayakan Usaha Jamu Tradisional
keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Dengan manajemen yang baik maka
suatu usaha itu akan dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Demikian
juga untuk usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan
Deli Kota Medan sangat dibutuhkan manajemen yang baik untuk melaksanakan
pengelolaan usahanya. Untuk mengetahui apakah usaha jamu tradisional di
Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan sudah layak atau
tidak, maka dapat dianalisis dengan menggunakan analisis Cost Ratio (R/C) Ratio
dan (B/C) Ratio yaitu :
R/C Ratio =
=2,13
Dari hasil perhitungan diatas dapat dinilai R/C sebesar 2,13. Nilai 2,13>1,
sehingga usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir layak untuk
diusahakan, artinya jika setiap biaya yang dikorbankan sebesar Rp 1 maka penjual
jamu tradisional akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2,13.
2. Ratio Antara Keuntungan Dengan Biaya (B/C Ratio)
B/C Ratio =
=1,13
Dari hasil perhitungan diatas dapat dinilai B/C sebesar 1,13. Nilai 1,13>1,
sehingga usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir layak untuk
diusahakan.
Analisis Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal
(Peluang dan Ancaman) pada usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
Kecamatan Medan Deli Kota Medan.
Berdasarkan peninjauan ke lapangan dan sesuai dengan beberapa metode
yang digunakan, untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada usaha jamu tradisional. Tahap
pertama yang harus dilakukan adalah “Tahap Pengumpulan Data”. Melalui tahap
ini maka diketahui faktor internal dan eksternal sebagai berikut :
Beberapa kekuatan pada usaha jamu tradisional
1. Harganya yang terjangkau
2. Memiliki pelanggan tetap
4. Bahan baku mudah di dapat
5. Jamu tradisional mengandung berbagai manfaat
Beberapa kelemahan pada usaha jamu tradisional
1. Keterbatasan daya tahan jamu tradisional
2. Belum terbentuknya sebuah kelompok usaha
3. Efek konsumsi jamu tradisional terhadap penyakit cenderung lebih lambat
4. Jamu tradisional yang diproduksi belum ada setifikat halal
5. Tidak mempunyai izin kesehatan dari BPOM
Beberapa peluang pada usaha jamu tradisional
1. Gaya hidup sehat konsumen
2. Tidak mempunyai efek samping seperti obat kimia
3. Potensi pasar jamu tradisional yang masih luas
4. Jamu tradisional bayak disukai dari berbagai kalangan
5. Teknologi yang canggih untuk mendukung proses pemasaran jamu
tradisional
Beberapa ancaman pada usaha jamu tradisional
1. Ketika persediaan bahan di pasar mulai menipis maka harga bahan baku
akan naik
3. Pesaing jamu yang berbahan komia obat (BKO) semakin bertambah.
4. faktor iklim mempengaruhi dalam memasarkan jamu tradisional
5. Harga BBM terlalu mahal bagi penjual jamu tradisional
Analisis Matriks IFAS dan EFAS Usaha Jamu Tradisional
Faktor analisis dengan matriks IFAS ini adalah faktor-faktor strategi
internal perusahaan. Faktor-faktor strategi ini merupakan faktor-faktor yang
menjadi faktor kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan
dan kelemahan dimasukan sebagai faktor-faktor strategi internal, kemudian diberi
bobot dan ranting, sehingga diperoleh hasil identifikasi. Sedangkan matriks EFAS
merupakan hasil identifikasi peluang dan ancaman dimasukan sebagai
faktor-faktor strategi eksternal, kemudian diberi bobot dan ranting, sehingga
diperoleh hasil identifikasi seperti tabel dibawah ini :
Tabel 14. Maktriks Faktor Strategi Internal Usaha Jamu Tradisional
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Ranting Scoring
Bobot x Ranting
4. Bahan baku mudah di dapat
5. Jamu tradisional mengandung
tradisional
usaha
terhadap penyakit cenderung lebih
sertifikat halal
dari BPOM
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Dari tabel diatas dapat di ketahui hasil perhitungan matriks IFAS (Internal
Analysis Summary) menunjukan bahwa total nilai internal sebesar 3,106. Hal ini
menunjukan bahwa posisi internal usaha jamu tradisional berada diatas rata-rata
dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan internalnya.
Tabel 15. Matriks Faktor Eksternal Usaha Jamu Tradisional
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Ranting Scoring
Bobot x Ranting
2. Tidak mempunyai efek samping
seperti obat kimia
yang masih luas
dari berbagai kalangan
mendukung proses pemasaran
mulai menipis maka harga bahan
baku akan naik
stabil
obat (BKO) semakin bertambah.
memasarkan jamu tradisional
penjual jamu tradisional
Dari tabel diatas dapat diketahui hasil perhitungan matriks EFAS
menunjukan bahwa total nilai faktor eksternal sebesar 3,063. Hal ini menunjukan
bahwa posisi eksternal usaha jamu tradisional berada diatas rata-rata dalam
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya.
Tabel 16. Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal-Eksternal Usaha Jamu
Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
Faktor dan Elemen Strategi Bobot Ranting Skoring
(Bobot x Ranting)
4. Bahan baku mudah di dapat
5. Jamu tradisional mengandung
Kelemahan :
tradisional
usaha
terhadap penyakit cenderung lebih
memerlukan keahlian yang tinggi
dari BPOM
Selisih Kekuatan - Kelemahan 1,318
seperti obat kimia
masih luas
berbagai kalangan
mendukung proses pemasaran
Ancaman :
mulai menipis maka harga bahan
baku akan naik
stabil
obat (BKO) semakin bertambah.
memasarkan jamu tradisional
penjual jamu tradisional
Total Skor Ancaman 0,418 13 1.062 Selisih Peluang – Ancaman 0,939
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Setelah melakukan perhitungan bobot dari masing-masing faktor internal
maupun eksternal kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks posisi.
Matriks ini digunakan untuk melihat posisi strategi pengembangan usaha jamu
tradisional di Kelurahan Mabar Hilir. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai
X > 0 yaitu 0,93 dan nilai Y > 0 yaitu 1,31. Posisi titik koordinatnya dapat dilihat
pada Koordinat Cartesius berikut ini :
1,31
0,93
Dari hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor
pembobotan pada usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir adalah untuk
EKSTERNAL FAKTOR
StrategiDiversifikasi
internal, bernilai 1,31 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara kekuatan dan
kelemahan dimana kekuatan lebih besar dibandingkan dengan kelemahan. Untuk
faktor eksternal, bernilai 0,93 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara
peluang dan ancaman dimana ternyata nilai peluang lebih besar dari pada
ancaman.
Hasil ini menunjuakan bagaimana usaha jamu tradisional ini berada pada
daerah I (Strategi Agresif). Situasi pada daerah I ini merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Usaha tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
Oriented Strategy). Strategi agresif ini lebih fokus kepada SO (Strenght –
Opportunities), yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada.
Tahap Analisis Data Matriks SWOT
Tabel 17. Matriks SWOT Usaha Jamu Tradisional di Kelurahan Mabar Hilir
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
- Harganya yang
- Perlu adanya penyuluhan
Tahap Pengambilan Keputusan
bertujuan untuk menyusun strategi yang telah digambarkan oleh matriks SWOT,
sehingga starategi yang muncul dapat dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan
startegi pengembangan usaha jamu tradisional di daerah penelitian. Adapun
strategi yang dimaksut adalah :
Strategi SO
1. Menciptakan inovasi baru untuk meningkatkan nilai jual jamu tradisional (S1
dan O3).
Strategi (Membuat jamu instan, mengemas menjadi minuman soft drink atau
bisa menambahkan aneka macam toping seperti meses seres, krim atau bisa
juga dengan berinovasi mengolah ice cream dengan toping berbahan baku
jamu tradisional ada rasa jahe, beras kencur, asam kental dan sesuai selera
atau keinginan konsumen).
2. Melakukan promosi dengan menggunakan suara tanda yang unik untuk
menarik perhatian konsumen (S2 dan O3).
Strategi (Mempunyai kreatifitas untuk menarik atau mempromosikan jamu
tradisional dengan adanya suara unik seperti musik ataupun cara unik lainnya
yang akan membuat konsumen tertarik untuk membeli, contohnya yaitu sari
roti, es walls dan lainnya).
3. Pemasaran jamu diperluas disamping pelanggan tetap dengan memanfaatkan
media sosial untuk promosi seperti facebook, instagram, twitter atau
whatsapp (S2 dan O5).
Strategi (Media sosial memegang peranan penting dalam proses promosi dan
penjualan suatu produk, seperti dengan bisnis jamu tradisional. Penggunaan
status dan tweet dimana merupakan cara promosi yang paling sederhana
caranya yaitu membuat promo menggunakan status dan mengunggah foto-
foto yang menarik seperti harga ataupun khasiat dari jamu tradisional. Selain
dengan penggunaan status pembuatan komonitas atau grup juga akan menjadi
sasaran bagi pelaku usaha jamu tradisional dimana mereka bisa melakukan
promosi dengan baik. Hadirnya grup tempat yang paling maksimal dalam
menggarap semua pembaca iklan karna yang berada di dalam grup tersebut
adalah orang-orang yang mempunyai kesamaan atau minat dalam minum
jamu tradisional).
Strategi WO
1. Membuat kemasan yang unik atau menarik dan mudah di bawa kemana aja
(W1 dan O4).
Strategi (Menciptakan jamu tradisional dengan desain praktis yang mudah di
nikmati berbagai kalangan dan mudah di bawa kemana-mana serta bisa
bertahan selama seminggu lebih di lemari es).
2. Mengeringkan bahan baku jamu tradisional serta di haluskan (W2 dan O1)
Strategi (Bahan baku yang tidak tahan lama sebaiknya di keringkan dan di
haluskan untuk menghasilkan bubuk jamu tradisional cara mengkonsumsinya
yaitu dimasak atau dengan cara di seduh menggunakan air panas)
3. Menyediakan saran delivery dengan melakukan pengiriman pesan antar ojek
online (W4 dan O5)
ojek online untuk mengirim pesanan ke konsumen. Caranya yaitu dengan
mengisi formulir pendaftaran yang di sediakan oleh gojek kemudin download
aplikasi go biz dan ikuti syarat selanjutnya).
4. Membentuk kelompok usaha sehingga membantu pelaku usaha jamu
tradisional dalam hal permodalan dan kepemilikan sertifikat halal dari BPOM
(W5 dan O5).
Strategi (Dengan cara memiliki anggota kepengurusan atau panitia yang akan
mengelolah kegiatan usaha yang direncanakan, terdiri dari 1 ketua, 1
bendahara dan yang lain sebagai anggota)
Strategi ST
pengaruhi oleh kondisi cuaca (S2 dan T1).
Strategi (Dengan cara penjual jamu tradisional memanfaatkan perkarangan
rumah untuk menanam tanaman rempah-rempah sendiri, bagi yang
perkarangan rumahnya sempit bisa menggunakan pot untuk menanam
rempah-rempah jamunya).
2. Membuka gerai jamu tradisional kekinian dengan mencari tempat yang
strategis (S2 dan T4).
Strategi (Dengan membuka gerai jamu tradisional ala modren dan desain
tempat yang kekinian akan menarik minat konsumen dan disaat kondisi cuaca
yang kurang bagus konsumen akan tertarik untuk nongkrong di gerai jamu
tradisional sambil menunggu hujan).
3. Menciptakan merek pada jamu tradisional serta memberikan komposisi pada
kemasan jamu tradisional (S5 dan T3).
Strategi (Membuat merek jamu tradisional agar konsumen mudah mengenal
dan di cantumkan komposis jamu tradisional dan tanggal kadaluarsa supaya
konsumen tahu apakah produk aman serta layak di konsumsi).
Strategi WT
1. Menyiasati modal dengan harga bahan baku yang tidak stabil (W2 dan T2)
Strategi (Ketika bahan baku naik harus diantisipasi dari strategi harga jual,
sehingga pada periode kenaikan harga bahan baku di harapkan melakukan
cross subsidi dengan jenis jamu tradisional lainnya yang masih bermargin
lumayan serta aspek rasa dan selera selalu menjadi andalan yang bisa
menutupi lonjakan harga bahan baku atau menaikan harga yang tidak terlalu
mahal contohnya seperti yang awalnya harga jamu tradisional Rp 4000
menjadi Rp 5000 )
2. Perlu adanya penyuluhan dari instansi pemerintah terkait pembuatan jamu
tradisional dalam bentuk serbuk kimia (BKO) semakin bertambah (W2 dan
T1)
Strategi (Dengan adanya penyuluhan jamu sebagai obat tradisional yang di
datangi oleh kantor kelurahan mabar hilir, dinas perindustrian dan perdangan
yang berkerjasama dengan BPOM untuk melakukan penyuluhan tentang jamu
tradisional).
1. Dalam usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir mendapatkan
penerimaan sebesar Rp 4.347.869,92dengan total biaya penjualan sebesar Rp
2.040.345,78dan dapat di hitung pendapatan rata-rata penjualan jamu
tradisional sebesar Rp. 2.307.524,14 per bulan.
2. Di daerah penelitian usaha jamu tradisional mendapat R/C sebesar 2,13
sehingga R/C 2,13 > 1 maka usaha jamu tradisional layak untuk diusahakan
dan B/C sebesar 1,13 sehingga B/C 1,13< 1 maka usaha jamu tradisional di
Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Kota Medan layak untuk
diusahakan.
3. Strategi pengembangan yang harus dilakukan penjual usaha jamu tradisional
adalah strategi SO (Strength – Opportunities), yaitu Menciptakan inovasi
baru untuk meningkatkan nilai jual jamu tradisional (S1 dan O3), melakukan
promosi dengan menggunakan suara tanda yang unik untuk menarik
perhatian konsumen (S2 dan O3) dan pemasaran jamu diperluas disamping
pelanggan tetap dengan memanfaatkan media sosial untuk promosi seperti
facebook, instagram, twitter atau whatsapp (S2 dan O5).
Saran
memelihara kesehatan tanpa harus menggunakan obat-obat kimia yang
mengandung banyak efek samping.
2. Kepada penjual jamu tradisional agar tetap melestarikan jamu tradisional
karna jamu tradisional ini merupakan warisan dari nenek moyang.
3. Pemerintah sebaiknya dapat memberikan bentuk perhatian dan kepeduliannya
terhadap usaha jamu tradisional agar pengobatan tradisional ini semakin
berkembang sehingga dapat membantu masyarakat meningkatkan hasil
usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Prof dr ,T, Y, M, 2014. Jamu dan Kesehatan. Badan Litbang Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2014. Lembaga Penerbit Balitbangkes (LPB).
Jakarta ISBN 978-602-0936-18-5.
Angrani, Anggie, 2015. Kehidupan Pedagang Jamu Gendong. Studi Kasus di Kota
Pekanbaru. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau. JOM FISIP Vol. 2, No. 2, Oktober 2015.
Nurrani, L 2013. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh
Masyarakat di Sekitar Cagar Alam Tangale. Balai Penelitian Kehutanan
Manado. Info BPK Manado Vol. 3, No.1, Juni 2013.
Munica, D. Ulya, M dan Fakhry M, 2017. Analisis Strategi Pengembangan
Industri Jamu Tradisioanal di Kabupaten Bangkalan. Program Studi
Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Madura. Agrointek Vol. 11, No. 2, Agustus 2017.
Rangkuti, 2015. Analisis SWOT. Teknik Membeda Kasus Bisnis.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Teori dan Aplikasinya. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
_________, 2006. Analisi Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. UI-Press.
Jakarta.
Sukirno, 2006. Teori Pengantar Ekonomi Makro. PT Rajawali Grafindo Persada.
Jakarta
Sujarweni, V. Wiratna dan Endrayanto, P. 2012. Statistik untuk Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Ulfa, M. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Jamu “Lada Sikai” di Desa Blang Asam
Kecamatan Peusangka Kabupaten Bireuen. Jurnal S. Pertanian 1 (10) : 837–
847 (2017) ISSN : 2088-0111.
Wulandari, R, A. dan Azrianingsih, R, 2014. Etnobotani Jamu Gendong
Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong Di DesaKarangrejo,
Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.
Jurnal Biotropika Vol. 2 No.4 2014.
LAMPIRAN
5. Bibit L 61 6 - 40
6. Mariana P 38 9 2 13
7. Yatemi P 60 6 - 57
8. Sumono L 61 6 - 35
9. Kasni P 48 6 2 25
10 Paijem P 50 6 1 19
11. Jumiati P 38 12 2 8
12. Tugiem P 39 6 2 9
13. Juariah P 30 9 3 1
14. Ngadiem P 59 6 2 28
15. Ponisah P 54 6 1 23
16. Butet P 55 6 - 25
17. Warse P 55 6 - 33
18. Pujo L 56 6 3 33
19. Madik L 50 6 3 18
20. Mes P 35 9 3 9
21. Ria P 33 12 2 8
22. Warini P 32 12 3 7
23. Muliani P 47 6 2 23
24. Manem P 51 6 - 23
25. Boinem P 55 6 - 25
26. Siguk P 35 12 3 12
27. Pariah P 48 12 2 25
28. Rita P 35 12 4 14
29. Marni P 45 6 2 20
30. Tatil P 30 9 3 8
31. Susi P 39 12 5 17
Jumlah - 1381 255 62 601
Rataan - 44,548 8,226 2,583 19,387
Sumber : Data Primer Diolah, 2019.
Keterangan :
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
1 0,25 50000 12500 200000 0,25 10000 2500 40000 0,25 20000 5000 80000
2 0,25 50000 12500 200000 0,25 15000 3750 60000 0,1 25000 2500 40000
3 0,2 48000 9600 153600 0,25 15000 3750 60000 0,1 25000 2500 40000
4 0,5 50000 25000 400000 0,5 15000 7500 120000 0,5 25000 12500 200000
5 0,5 50000 25000 400000 0,5 15000 7500 120000 0,5 25000 12500 200000
6 0,2 50000 10000 160000 0,2 10000 2000 32000 0,2 25000 5000 80000
7 0,5 45000 22500 360000 1 10000 10000 160000 1 20000 20000 320000
8 0,3 50000 14000 240000 0,5 15000 7500 120000 1 23000 23000 368000
9 0,5 50000 25000 400000 1 10000 10000 160000 1 23000 23000 368000
10 0,25 50000 12500 200000 0,25 15000 3750 60000 0,25 22000 5500 88000
11 0,5 53000 26500 424000 0,25 10000 2500 40000 0,25 25000 6250 100000
12 0,25 52000 13000 208000 0,25 10000 2500 40000 0,25 25000 6250 100000
13 0,3 50000 15000 240000 0,25 15000 3750 60000 0,1 25000 2500 40000
14 0,2 50000 10000 160000 0,25 10000 2500 40000 0,2 25000 5000 80000
15 0,2 50000 10000 160000 0,2 10000 2000 32000 0,2 25000 5000 80000
16 0,2 50000 10000 160000 0,25 15000 3750 60000 0,1 25000 2500 40000
17 0,25 52000 13000 208000 0,2 15000 3000 48000 0,2 25000 5000 80000
18 0,5 50000 25000 400000 0,5 15000 7500 120000 0,5 25000 12500 200000
19 0,5 45000 22500 360000 0,2 10000 2000 32000 0,5 20000 10000 160000
20 0,25 50000 12500 200000 0,25 10000 2500 40000 1 20000 20000 320000
21 0,25 50000 12500 200000 0,25 10000 2500 40000 0,25 25000 6250 100000
22 0,25 50000 12500 200000 0,25 10000 2500 40000 1 25000 25000 400000
23 0,25 45000 11250 180000 0,25 10000 2500 40000 0,5 22000 11000 176000
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
24 0,2 50000 10000 160000 0,5 15000 7500 120000 0,1 25000 2500 40000
25 0,2 50000 10000 160000 0,5 15000 7500 120000 0,1 25000 2500 40000
26 0,3 47000 14100 225600 0,25 10000 2500 40000 0,7 25000 17500 280000
27 0,25 50000 12500 200000 0,25 10000 2500 40000 0,25 20000 5000 80000
28 0,25 50000 12500 200000 0,25 15000 3750 60000 0,1 25000 2500 40000
29 0,2 50000 10000 160000 0,25 10000 2500 40000 0,1 25000 2500 40000
30 0,25 45000 11250 180000 0,25 10000 2500 40000 0,25 25000 6250 100000
31 0,25 50000 12500 200000 0,25 10000 2500 40000 0,25 25000 6250 100000
Total 9,25 1532000 455200 7299200 10,55 375000 129000 2064000 11,8 740000 273750 4380000
Rataan 0,298 49419,35 14683,87 235458,06 0,34 12096,77 4161,29 66580,65 0,38 23870,97 8830,65 141290,32
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 3. Biaya Bahan Baku (Kedua)
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
1 0,5 15000 7500 120000 0,5 16000 8000 128000 0,25 19000 4750 76000 2 0,5 15000 7500 120000 - - - - 0,25 19000 4750 76000 3 0,25 15000 3750 60000 0,1 16000 1600 25600 0,25 17000 4250 68000 4 0,5 15000 7500 120000 - - - - 0,5 19000 9500 152000 5 0,5 15000 7500 120000 - - - - 0,5 19000 9500 152000 6 0,5 15000 7500 120000 - - - - 0,1 19000 1900 30400 7 1 12000 12000 192000 1 16000 16000 256000 1 20000 20000 320000 8 1 12000 12000 192000 0,5 16000 8000 128000 0,25 17000 4250 68000 9 1 12000 12000 192000 1 16000 16000 256000 2 17000 34000 544000 10 0,25 15000 3750 60000 0,25 16000 4000 64000 0,25 19000 4750 76000 11 1 10000 10000 160000 0,25 16000 4000 64000 0,25 19000 4750 76000 12 0,5 15000 7500 120000 - - - - 0,25 19000 4750 76000 13 0,8 15000 12000 192000 0,5 16000 8000 128000 0,25 19000 4750 76000 14 0,5 12000 6000 96000 0,1 16000 1600 25600 0,5 19000 9500 152000 15 0,5 15000 7500 120000 0,1 16000 1600 25600 0,5 19000 9500 152000 16 0,25 15000 3750 60000 1 17000 17000 272000 0,25 19000 4750 76000 17 0,5 15000 7500 120000 0,5 16000 8000 128000 0,5 19000 9500 152000 18 0,25 15000 3750 60000 0,5 16000 8000 128000 1 20000 20000 320000 19 0,5 12000 6000 96000 1 16000 16000 256000 0,5 19000 9500 152000 20 0,25 15000 3750 60000 0,25 16000 4000 64000 1 19000 19000 304000 21 0,5 12000 6000 96000 0,25 16000 4000 64000 0,5 19000 9500 152000 22 0,25 10000 2500 40000 0,25 16000 4000 64000 1 20000 20000 320000 23 0,25 15000 3750 60000 0,25 16000 4000 64000 1 18000 18000 288000
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
24 0,5 15000 7500 120000 0,1 16000 1600 25600 0,25 19000 4750 76000
25 0,5 15000 7500 120000 1 20000 20000 320000 0,25 19000 4750 76000
26 1 12000 12000 192000 1,5 17000 25500 408000 1 17000 17000 272000
27 0,5 15000 7500 120000 0,5 16000 8000 128000 0,25 19000 4750 76000
28 0,5 10000 5000 80000 - - - - 0,25 19000 4750 76000
29 0,25 15000 3750 60000 0,5 20000 10000 160000 1,5 19000 28500 456000
30 0,5 15000 7500 120000 0,5 16000 8000 128000 1 17000 17000 272000
31 0,5 15000 7500 120000 0,5 16000 8000 128000 0,5 19000 9500 152000
Total 16,3 429000 219250 3508000 12,9 410000 214900 3438400 17,85 581000 332150 5314400
Rataan 0,53 13838,71 7072,58 113161,29 0,52 16400,00 8596,00 137536,00 0,58 18741,94 10714,52 171432,26
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 4. Biaya Bahan Baku (Ketiga)
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Satuan
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Ikat)
Harga
Rp/Ikat
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
1 0,25 13000 3250 52000 1 3000 3000 48000 0,5 28000 14000 224000 2 0,3 13000 3900 62400 - - - - 0,1 32000 3200 51200 3 0,25 13000 3250 52000 - - - - 0,1 32000 3200 51200 4 2 12500 25000 400000 1 2000 2000 32000 0,1 32000 3200 51200 5 0,3 13000 3900 62400 1 2000 2000 32000 0,1 32000 3200 51200 6 0,25 13000 3250 52000 1 3000 3000 48000 0,1 32000 3200 51200 7 1 13000 13000 208000 1 5000 5000 80000 0,5 32000 16000 256000 8 0,3 13000 3900 62400 1 3000 3000 48000 0,1 32000 3200 51200 9 1 13000 13000 208000 1 5000 5000 80000 0,25 30000 7500 120000 10 0,25 13000 3250 52000 1 5000 5000 80000 0,25 32000 8000 128000 11 1 13000 13000 208000 2 2000 4000 64000 0,25 32000 8000 128000 12 1 13000 13000 208000 1 2500 2500 40000 0,1 35000 3500 56000 13 0,25 12500 3125 50000 1 2500 2500 40000 0,25 32000 8000 128000 14 0,25 13000 3250 52000 1 1000 1000 16000 0,2 32000 6400 102400 15 0,25 13000 3250 52000 1 2000 2000 32000 0,2 32000 6400 102400 16 0,25 13000 3250 52000 1 3000 3000 48000 0,1 32000 3200 51200 17 0,5 13000 6500 104000 1 4000 4000 64000 0,2 32000 6400 102400 18 0,5 13000 6500 104000 1 3000 3000 48000 0,1 32000 3200 51200 19 1 13000 13000 208000 1 2500 2500 40000 0,5 28000 14000 224000
20 1 12500 12500 200000 2 8000 16000 256000 0,5 32000 16000 256000 21 0,5 13000 6500 104000 1 8000 8000 128000 0,5 32000 16000 256000 22 1 13000 13000 208000 1 5000 5000 80000 0,5 32000 16000 256000 23 1 13000 13000 208000 1 2500 2500 40000 0,5 32000 16000 256000
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Satuan
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Ikat)
Harga
Rp/Ikat
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
24 0,25 13000 3250 52000 1 3000 3000 48000 0,1 32000 3200 51200 25 0,25 13000 3250 52000 1 3000 3000 48000 0,1 32000 3200 51200 26 1 13000 13000 208000 1 2500 2500 40000 0,25 30000 7500 120000 27 0,25 13000 3250 52000 1 3000 3000 48000 0,2 32000 6400 102400 28 1 12500 12500 200000 1 2500 2500 40000 0,1 32000 3200 51200 29 1 13000 13000 208000 1 2000 2000 32000 0,1 35000 3500 56000 30 1 13000 13000 208000 1 5000 5000 80000 0,2 32000 6400 102400 31 0,5 13000 6500 104000 1 2000 2000 32000 0,2 32000 6400 102400
Total 19,65 401000 253325 4053200 31 97000 107000 1712000 7,25 986000 227600 3417600
Rataan 0,63 12935,48 8171,77 130748,39 1,07 3344,83 3689,66 59034,48 0,23 31806,45 7341,94 113920,00
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 5. Biaya Bahan Baku (Keempat)
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Bungkus)
Harga
Rp/Bungkus
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Biji)
Harga
Rp/Biji
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
1 0,25 16000 4000 64000 2 1000 2000 32000 19 1500 28500 342000
2 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 15 1500 22500 270000
3 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 25 1500 37500 450000
4 0,5 16000 8000 128000 3 1000 3000 48000 20 2000 40000 480000
5 0,5 16000 8000 128000 2 1000 2000 32000 15 2000 30000 360000
6 0,3 15000 4500 72000 1 1000 1000 16000 25 2000 50000 600000
7 0,25 15000 3750 60000 0,5 1000 500 8000 30 2000 60000 720000
8 0,5 16000 8000 128000 2 1000 2000 32000 15 1500 22500 270000
9 0,3 12000 3600 57600 2 1000 2000 32000 20 1500 30000 360000
10 0,3 12000 3600 57600 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000
11 0,3 16000 4800 76800 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000
12 1 16000 16000 256000 1 1000 1000 16000 20 2000 40000 480000
13 0,5 16000 8000 128000 1 1000 1000 16000 15 2200 33000 396000
14 1 16000 16000 256000 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000 15 1 16000 16000 256000 1 1000 1000 16000 30 1500 45000 540000 16 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 20 2000 40000 480000 17 0,5 15000 7500 120000 1 1000 1000 16000 20 2000 40000 480000 18 0,3 12000 3600 57600 1 1000 1000 16000 25 2000 50000 600000 19 1 16000 16000 256000 2 1000 2000 32000 10 2000 20000 240000 20 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000 21 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 20 2000 40000 480000 22 0,3 16000 4800 76800 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000 23 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 25 2000 50000 600000
No
Sampel
Jumlah
(Kg)
Harga
Rp/Kg
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Bungkus)
Harga
Rp/Bungkus
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
Jumlah
(Biji)
Harga
Rp/Biji
Total
Rp/Hari
Total
Rp/Bulan
24 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 20 1500 30000 360000
25 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 10 2000 20000 240000
26 0,25 15000 3750 60000 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000
27 0,25 15000 3750 60000 1 1000 1000 16000 15 2000 30000 360000
28 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 25 2000 50000 600000
29 0,25 16000 4000 64000 0,5 1000 500 8000 20 2000 40000 480000
30 0,3 16000 4800 76800 1 1000 1000 16000 25 2000 50000 600000
31 0,25 16000 4000 64000 1 1000 1000 16000 15 1500 22500 270000 Total 12,35 479000 192450 3079200 37 31000 37000 592000 589 58200 1101500 13218000
Rataan 0,40 15451,61 6208,06 99329,03 1,19 1000,00 1193,55 19096,77 19,00 1877,42 35532,26 426387,10
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 6. Biaya Penggilingan Beras
No
Sampel
Lampiran 7. Biaya Bahan Bakar Gas
No
Sampel
Jumlah
(Buah)
Harga
Rp/Buah
Total
Rp/Buah
Lampiran 8. Biaya Bahan Bakar Trasnportasi (Bensin)
No
Sampel
Jumlah
Lampiran 9. Biaya Pembelian Botol Sirup
No
1 6 1000 6000
2 5 1000 5000
3 3 1000 3000
4 5 1000 5000
5 5 1000 5000
6 7 1000 7000
7 10 1000 10000
8 5 1000 5000
9 12 1000 12000
10 3 1000 3000
11 6 1000 6000
12 6 1000 6000
13 4 1000 4000
14 3 1000 3000
15 3 1000 3000
16 7 1000 7000
17 9 1000 9000
18 7 1000 7000
19 6 1000 6000
20 5 1000 5000
21 8 1000 8000
22 9 1000 9000
23 9 1000 9000
24 6 1000 6000
25 6 1000 6000
26 6 1000 6000
27 6 1000 6000
28 7 1000 7000
29 7 1000 7000
30 9 1000 9000
31 8 1000 8000
Jumlah 198 31000 198000
Rataan 6,38710 1000 6387,10
Lampiran 10. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Kompor Gas
No
Sampel
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 11. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Gelas
No
Sampel
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 12. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Sendok
No
Sampel
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 13. Biaya Penggunaan Dan Penyusutan Panci
No
Sampel
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 14. Biaya penggunaan dan Penyusutan Jerigen 2L
No
Sampel
Jumlah
Umur
Ekonomis
(Tahun)
Biaya
Penyusutan
(Rp)/Bulan
1 4 5.000 20.000 5 333,33 2 2 5.000 10.000 5 166,67 3 2 4.500 9.000 6 125,00 4 6 5.000 30.000 6 416,67 5 4 5.000 20.000 6 277,78
6 2 5.000 10.000 5 166,67
7 0 0 0 0 0
8 5 5.000 25.000 5 416,67
9 9 5.000 45.000 4 937,50
10 5 5.000 25.000 5 416,67
11 4 4.500 18.000 7 214,29
12 4 4.500 18.000 5 300,00
13 2 4.500 9.000 5 150,00
14 1 5.000 5.000 4 104,17
15 1 5.000 5.000 5 83,33
16 3 4.500 13.500 6 187,50
17 4 5.000 20.000 4 416,67
18 2 4.500 9.000 6 125,00
19 2 5.000 10.000 5 166,67
20 2 5.000 10.000 5 166,67
21 3 4.500 13.500 5 225,00
22 2 4.500 9.000 7 107,14
23 3 4.500 13.500 5 225,00
24 2 4.500 9.000 3 250,00
25 4 5.000 20.000 5 333,33
26 3 5.000 15.000 3 416,67
27 2 5.000 10.000 2 416,67
28 2 5.000 10.000 3 277,78
29 2 4.500 9.000 5 150,00
30 3 4.500 13.500 4 281,25
31 1 4.500 4.500 4 93,75
Jumlah 91 143.500 438.500 145 6210,32
Rataan 2,9355 4629,03 14145,2 4,67742 282,29
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 15. Biaya Penggunaan dan Penyusutan Grobak
No
Sampel
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 16. Penerimaan Usaha Jamu Tradisional
No
Sampel
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 17. Matriks Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Usaha Jamu
Tradisional
T
O
T
A
L
S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5
1 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3
2 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3
3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2
4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4
5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3
6 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8 3 3 3 4 4 3 3 3 4 1
9 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3
10 4 3 4 4 4 3 3 3 2 1
11 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
12 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
13 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3
14 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2
15 4 4 4 4 4 3 3 4 2 2
16 4 4 3 4 4 3 4 3 1 2
17 4 3 4 4 4 4 3 3 2 2
18 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3
20 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3
21 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3
22 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2
23 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
24 4 4 3 3 4 3 4 3 2 2
25 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
26 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3
27 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3
28 3 2 2 3 4 3 2 2 3 3
29 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2
30 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2
31 4 3 4 4 4 3 4 4 1 4
Jumlah 117 112 111 115 118 97 98 99 86 83 1036
Rataan 3,77 3,61 3,58 3,71 3,81 3,13 3,16 3,19 2,77 2,68 3,34
Nilai 0,113 0,108 0,107 0,111 0,114 0,094 0,095 0,095 0,083 0,080 1
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 18. Matriks Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Usaha
Jamu Tradisional
T
O
T
A
L
O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2 T3 T4 T5
1 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2
2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3
3 4 4 4 2 4 2 3 3 2 4
4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 2
5 4 4 4 4 3 3 2 2 4 2
6 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2
7 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3
8 3 3 3 3 2 1 1 1 1 2
9 4 4 4 4 3 3 2 3 3 2
10 4 3 3 3 2 2 2 2 3 1
11 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3
12 4 4 4 4 3 3 2 2 3 2
13 4 4 4 3 3 4 2 2 3 2
14 4 4 3 4 3 2 2 1 2 2
15 4 4 4 4 2 4 2 2 3 2
16 3 4 3 3 2 1 1 1 2 2
17 4 4 3 3 1 2 2 1 3 3
18 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2
19 4 4 3 4 3 2 2 2 2 1
20 4 3 4 3 2 3 2 1 3 2
21 3 4 3 3 2 3 1 2 3 2
22 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2
23 4 2 4 3 2 3 2 2 3 2
24 4 4 3 3 2 2 2 2 3 2
25 3 3 3 4 2 4 2 2 3 2
26 4 4 3 3 2 3 2 2 3 2
27 3 4 3 3 1 2 3 2 3 2
28 3 2 2 4 3 4 3 4 4 4
29 4 3 4 3 4 2 2 4 4 4
30 3 3 3 3 2 2 2 1 3 2
31 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4
Jumlah 117 110 105 104 82 82 65 64 89 72 890
Rataan 3,77 3,55 3,39 3,35 2,65 2,65 2,10 2,06 2,87 2,32 28,71
Nilai 0,131 0,124 0,118 0,117 0,092 0,092 0,073 0,072 0,100 0,081 1
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 19. Nilai Ranting Dari Setiap Faktor Internal
Sampel Strength (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)
T
O
T
A
L
S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5
1 3 4 4 4 3 3 2 2 1 2
2 4 4 3 4 4 2 2 2 1 2
3 4 3 3 4 3 2 2 1 1 3
4 4 3 3 3 4 2 2 2 2 1
5 3 4 4 4 4 2 2 2 1 2
6 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2
7 4 4 4 3 4 1 1 1 1 1
8 3 3 3 4 4 2 2 2 1 2
9 4 4 4 3 4 2 2 1 1 2
10 4 3 4 4 4 2 2 2 3 4
11 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2
12 4 4 3 4 4 1 1 1 2 2
13 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2
14 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3
15 4 4 4 4 4 2 2 1 3 3
16 3 4 3 4 4 2 1 2 4 3
17 4 3 4 4 4 1 2 2 3 3
18 3 4 3 4 4 2 2 1 2 2
19 4 3 4 3 3 2 2 2 3 2
20 4 4 3 4 3 2 2 2 3 2
21 3 3 4 4 4 1 2 2 3 2
22 4 4 4 3 3 1 2 1 3 3
23 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2
24 4 4 3 4 4 2 1 2 3 3
25 3 4 3 4 3 2 2 2 2 2
26 4 3 3 3 3 2 2 1 3 2
27 3 4 4 3 3 3 2 2 1 2
28 3 2 2 3 4 2 3 3 2 2
29 4 4 4 4 4 2 1 2 1 3
30 4 4 4 4 4 1 2 2 3 3
31 4 3 4 4 4 2 1 1 4 1
Rataan 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 30
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Lampiran 20. Nilai Ranting Dari Setiap Faktor Eksternal
Sampel Strength (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)
T
O
T
A
L
S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5
1 3 4 4 4 3 3 2 3 2 3
2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2
3 4 4 4 2 4 3 2 2 3 1
4 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3
5 3 4 4 4 3 2 3 3 1 3
6 3 4 4 4 3 3 2 3 2 3
7 4 4 4 4 4 1 3 3 3 2
8 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3
9 4 4 4 4 3 2 3 2 2 3
10 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4
11 4 3 3 3