Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

21

Click here to load reader

description

Peternakan Itik

Transcript of Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

Page 1: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

BAB II. TINJUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

(Pramono, 2011) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi

Pengembangan Usaha Peternakan itik Kelompok Tani Sumber Mukti

Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Berdasarkan matriks IFE,

beberapa faktor yang termasuk kekuatan mayor adalah keunggulan biaya

produksi sebesar 0,556 dan kondisi lokasi usaha yang ategis sebesar 0,511,

sedangkan beberapa faktor yang merupakan kelemahan mayor adalah

perencanaan dan pengorganisasian kelompok tidak sistematis dan tulis sebesar

0,139 dan sistem informasi manajemen yang belum rapi sebesar 28. Matriks

EFE menunjukkan peluang yang memiliki pengaruh sangat kuat yaitu faktor

Kabupaten Bekasi sebagai pusat industri dengan skor 0,545, dangkan

ancaman yang harus diwaspadai dan memiliki pengaruh sangat kuat adalah

kemudahan untuk memasuki industri peternakan itik dengan skor 0,509.

Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan matriks SWOT, diperoleh

tujuh alternatif strategi pengembangan usaha bagi Kelompok Tani Sumber

Mukti. Strategi-strategi tersebut yaitu : 1) peningkatan populasi itik di Kelompok

Tani Sumber Mukti, 2) penambahan jaringan distribusi untuk memperluaas

jangkauan dasar, 3) melaksanakan usaha karkas, 4) perbaikan fungsi dan sistem

informasi manajemen kelompok, 5) melengkapi sarana dan prasarana produksi, 6)

menjaga pelaksanaan proses budidaya itik yang baik dan benar, 7) menjalin

kemitraan dengan pemilik modal dan aliansi peternak itik dalam mengembangkan

6

Page 2: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

7

usaha peternakan itik.

(Meysiana, 2010) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi

pengembangan industri kecil tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan

pendapatan industri kecil tahu, mengetahui faktor internal dan eksternal

yang dapat mempengaruhi pengembangan industri kecil tahu di Kabupaten

Sragen, mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam

mengembangkan industri kecil tahu di Kabupaten Sragen, dan mengetahui

prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tahu

di Kabupaten Sragen.

Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis usaha untuk

mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usaha, (2) analisis

SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha, (3)

matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha, dan

(4) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pengembangan usaha. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa : Kekuatan utama dalam mengembangkan

industri kecil tahu tahu yaitu bantuan permodalan dan penyuluhan tentang

limbah tahu. Sedangkan kelemahan utamanya yaitu kurangnya subsidi kedelai

dan belum ada standarisasi produk tahu. Peluang dalam mengembangkan industri

kecil tahu yaitu kualitas bahan baku dan kepercayaan konsumen. Sedangkan

ancamannya yaitu kenaikan harga sembako dan kurangnya pasokan sekam

sebagai bahan bakar; Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam

Page 3: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

8

mengembangkan industri kecil tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen

yaitu Memanfaatkan bantuan modal, peralatan, pengawasan kualitas kedelai

untuk menambah kepercayaan konsumen melalui teknologi yang ada, Perbaikan

kebijakan serta kualitas penyuluhan sesuai kebutuhan pengusaha tahu dan

Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia melalui kegiatan

pembinaan untuk memaksimalkan potensi industri kecil tahu; Prioritas strategi

yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tahu di

Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen adalah Memanfaatkan bantuan modal,

peralatan, pengawasan kualitas kedelai untuk menambah kepercayaan konsumen

melalui teknologi yang ada.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Strategi

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) perencanaan strategi adalah proses

mengembangkan dan mempertahankan kecocokan strategi antara tujuan dan

kemampuan perusahaan serta peluang pemasaran yang sedang berubah.

Perencanaan strategi menentukan tahap perencanaan berikutnya dalam

perusahaan. Perusahaan biasanya menyiapkan rencana tahunan dan jangka

panjang, dan rencana strategi. Rencana tahunan dan jangka panjang berhubungan

dengan bisnis perusahaan saat ini dan cara mempertahankan kelangsungannya.

Sebaliknya, rencana strategi melibatkan penyesuaian perusahaan untuk

mengambil keuntungan peluang dalam lingkungan yang terus berubah.Untuk

merencanakan strategi pemasaran efektif, perusahaan memcari tahu tentang

pesaing. Perusahaan harus terus membandingkan strategi pemasaran, produk,

Page 4: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

Mengidentifikasi pesaing perusahaan

Menilai tujuan, strategi, kekuatan, dan kelemahan pesaing, dan pola reaksi

Memilih pesaing yang akan diserang atau dihindari

9

saluran dan promosi dengan pesaing terdekat. Dengan cara ini perusahaan dapat

menemukan keunggulan dan kelemahan kompetitif. Seperti dapat di perhatiakan

pada gambar 1.

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam menganalisis pesaing

2.2.2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu

organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang

strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor

kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal

mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths). Analisis Swot

(Strength, Weakness, Opportunity, Threaths) biasa digunakan untuk

mengevaluasi kesempatan dan tantangan di lingkungan bisnis maupun pada

lingkungan internal perusahaan. Dalam melaksanakan analisis swot diperlukan

matrik swot. Matriks Swot akan mempermudah merumuskan berbagai strategi

yang akan dijalankan.

Pada dasarnya alternative strategi yang di ambil harus di arahkan pada

usaha-usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan,

memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta mengantisipasi ancaman. Sehingga

dari matriks Swot akan di peroleh empat kelompok alternative strategi yang

disebut dengan strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. (Kuncoro

2005).

Page 5: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

KelemahanKekuatan

Ancaman

Peluang

3. Mendukung Strategi Turnaround

4. Mendukung Strategi Defensif

1. Mendukung Strategi Growth

2. Mendukung Strategi Dersivikasi

10

Gambar 2.2Diagram Analisis Swot

Sumber : Rangkuti, ( 2009)

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatanuntuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara

strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis

pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi

perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih.

Page 6: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

11

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.2.3 Analisis Likert

Skala likert merupakan skala yang sudah memiliki tingkatan namun

jarak antar tingkatan belum pasti. Skala likert yang digunakan adalah skala

likert dengan lima kategori yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 =

netral, 4 = setuju, 5= sangat setuju.

2.2.4. Ternak Itik

Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya

berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard.

Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara

sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik). Beternak itik bagi sebagian

orang terasa lebih menjanjikan daripada beternak unggas jenis lainnya. Pertama,

produk yang dihasilkan yaitu telur terasa lebih dihargai sebab penjualannya

dihitung bijian bukan kiloan sebagaimana halnya telur ayam ras. Kedua, cara

pemeliharaan dan perawatan yang relatif mudah serta lebih tahan terhadap

penyakit. Ketiga jumlah permintaan telur yang terus naik dari tahun ke tahun. dan

Keempat yaitu permintaan akan daging konsumsi juga tinggi (Rasyaf, 1993).

Usaha peternakan itik memiliki prospek usaha yang cukup potensial untuk

dikembangkan maupun untuk dipasarkan, baik usaha pokok maupun sebagai

usaha sampingan. Sehingga sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan

dan taraf hidup masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang nilai ekonomis dan kurangnya perhatian masyarakat untuk

Page 7: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

12

membudidayakan itik dengan cara pemeliharaan yang baik sehingga berdampak

pada kualitas produk itik yang dihasilkan. Saat ini berkembang bisnis ternak itik

untuk pemenuhan kebutuhan daging dan untuk kebutuhan telur yang sudah ada

sebelumnya (Rusli, 2009).

2.2.5. Pengembangan Usaha Ternak Itik

Di Indonesia, pengelolaan ternak itik terutama ditujukan untuk

menghasilkan telur, berbeda dengan di luar negeri yang lebih berorientasi

menghasilkan daging. Pemeliharan ternak itik secara tradisional telah lama

dilakukan masyarakat pedesaan, yakni dengan memelihara itik lokal dari jumlah

puluhan sampai ribuan ekor, digembalakan secara berpindah-pindah dari satu desa

ke desa lain di sawah lepas panen. Pengelolaan ternak yang diintegrasikan dengan

kolam ikan telah dimulai peternak, namun masih perlu dilakukan kajian secara

menyeluruh terhadap seluruh aspek, baik aspek biologis, fisiologis dan ekonomis

(Anonim, 2010).

Potensi produksi ternak itik yang mampu bertelur 200-240 butir telur per

ekor per tahun. Telur itik sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan

merupakan usaha baru yang prospektif, disamping sebagai sumber protein hewani

keluarga petani. Telur itik cukup disukai oleh konsumen, baik untuk dimakan

sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya

seperti kue. Kandungan protein telur itik cukup tinggi, yakni sekitar 13,3%. Selain

itu, Itik merupakan ternak penghasil daging yang cukup gurih dan banyak

diminati oleh masyarakat. Kandungan protein daging itik sebesar 21,4%, lebih

tinggi dari kandungan protein daging ayam, sapi dan domba (Rasyaf, 1993).

Page 8: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

13

Menurut Gautama (Dalam Yunus 2012), ada beberapa pilihan dalam

menentukan langkah memulai pengembangan usaha peternakan itik. Adapun

pilihan dalam pengembangan usaha ternak itik yaitu :

1. Mengkhususkan usaha untuk menghasilkan telur tetas. Untuk menghasilkan

telur tetas yang baik ratio jantan dan betina adalah 3-5 pejantan untuk 50-100 ekor

itik betina. Memberikan kolam di dalam kandang untuk aktifitas berenang itik

agar terjadi proses kawin secara alami. Telur itik yang sudah terkumpul di

tetaskan dengan bantuan mesin penetas karena naluri mengeram itik sangat rendah

atau bahkan tidak ada. Bisa juga dengan bantuan jasa menthok, akan tetapi hal ini

akan menambah biaya lagi untuk pemeliharannya. Lama penetasan baik dengan

mesin penetas atau menthok ± 28 hari. Lama penyimpanan telur tetas yang baik

adalah kurang dari 7 hari.

2. Usaha penetasan, yaitu menetaskan telur itik menjadi DOD (Day Old Duck). 

Hal yang penting dalam memulai usaha penetasan yaitu bagaimana cara

mendapatkan telur tetas yang baik dan memilih mesin penetas. Keuntungan dalam

usaha ini akan berlipat apabila begitu DOD menetas langsung dapat terjual, kalau

tidak maka perlu biaya tambahan untuk memelihara DOD untuk beberapa jangka

waktu beberapa hari.

3. Pembesaran DOD untuk dijadikan pedaging. Usaha Pembesaran DOD untuk

dijadikan pedaging sudah banyak mendapat perhatian dari para investor. Pada

umumnya DOD yang dijadikan sebagai pedaging adalah DOD jantan. Selain

harga bibitnya lebih murah juga kelebihan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan tubuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan betina. Masa

Page 9: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

14

pemeliharaan yang relatif singkat yaitu sekitar 2 – 3 bulan juga menjadi daya tarik

tersendiri sehingga harus memperhatikan perhitungan pakan karena fluktuasi

harga yang gampang berubah.

4. Usaha pembesaran DOD sampai menjelang bertelur (bayah). Bayah adalah

sebuatan itik betina siap bertelur yang berumur kira-kira 4-5 bulan. Biasanya

sistem pemeliharaan bayah lebih banyak digembalakan karena di samping untuk

lebih menekan biaya pakan juga untuk memberi kesempatan itik untuk berburu

pakan alami kesenangannya seperti cacing, ikan-ikan kecil dan juga sebagai

sarana agar tubuh tidak kegemukan sehingga dapat menghambat produksi. Setelah

itik sudah menandakan tanda-tanda akan bertelur maka itik bisa ditawarkan

kepada calon pembeli. Ada satu trik saat menjual bayah yaitu usahakan menjual

bayah ketika itik sudah mulai bertelur dan itu akan membawa ke harga jual yang

lebih yang tinggi yaitu Rp. 500,- per ekor. 

5. Usaha beternak itik untuk diambil telurnya. Usaha tersebut sudah banyak

dikenal oleh masyarakat. Peternak bisa memeliharanya dari semenjak DOD atau

langsung membeli itik siap bertelur (bayah). Keuntungan memelihara sejak DOD

adalah tingkah laku ternak yang dipelihara sehingga dapat mengetahui kondisi

ternak dan dapat menghasilkan dalam waktu yang dekat. Akan tetapi ada juga sisi

kelemahannya yaitu butuh kesabaran waktu dan modal karena kita terus

mengeluarkan uang sejak DOD sampai itik-itik tersebut mulai bertelur serta

kesiapan mental untuk menghadapi stress yang tinggi karena perpindahan lokasi

dan juga perbedaan penanganan ternak

.

Page 10: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

10

15

2.2.6. Praktek Budidaya dan Produktivitas Ternak Itik

2.2.6.1. Perkandangan

Menurut Rasyaf (1986), kandang merupakan tempat kediaman ternak, dan dari

kandang tersebut ternak memperoleh manfaat. Unttuk mengetahui kandang

tersebut memberikan manfaat yang optimal dan menguntungkan, hendaknya

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) harus memberikan kenyamanan

terhadap ternak itik, (2) memberikan kesehatan terhadap itik yang ada di

dalamnya, (3) harus memberikan hasil bagi peternak, (4) tidak menggangu ternak,

dan (5) memenuhi syarat ekonomis. Selanjuntnya Rasyaf (1986), menambahkan

bahwa pemilihan tempat peternakan menjadi hal yang utama dalam usaha.

Tempat yang dipilih hendaknya memiliki persyaratan sebagai berikut : (1) dekat

dengan sumber air, (2) dekat dengan daerah pemasaran, (3) dekat dengan sumber

bahan baku, (4) tidak menggangu lingkungan sekitar, dan (5) tidak menggangu

peternak.

2.2.6.2. Pakan

Makanan itik yang dipelihara secara konvensional tidak diperhatikan ara

benar, sebab itik dilepas saja untuk mencari makanan sendiri. Itik mendapat kan

dari sisa panen yang didapatnya di sawah, dan protein hewani diperoleh dari

remis, cacing, belalang (Harahap et.al 1978).

Rasyaf (1986) menjelaskan bahwa bahan-bahan makanan yang bisa

dipakai sebagai campuran ransum adalah jagung kuning, dedak lunteh, bungkil-

bungkilan, ubi kayu, daun lamtoro, daun petai cina, kulit kerang, garam

dapur, minyak atau lemak, dan tepung darah. Batas maksimum pemakaian bahan

Page 11: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

EFE

Peternakan Itik

IFE

SO, WT, ST, WO

Strategi PengembanganSWOT

16

makan tersebut dipengaruhi oleh kualitas bahan dan harga bahan makanan

tersebut.

Suharno dan Amri (2002) menyarankan untuk pakan yang dibeli dari

pabrik (ransum komersial) hanya digunakan pada saat pemeliharaan itik periode

awal, sementara untuk itik dara mulai dari umur tujuh minggu dan seterusnya

menggunakan makanan yang diramu sendiri dengan bahan-bahan yang diperoleh

disekitar lokasi usaha.

2.2.6.3. Bibit

Penyediaan bibit bagi para peternak itik di Indonesia diperoleh melalui

kawinan terhadap itik penghasil bibit (breeder) antar kelompok ternaknya

sendiri. Perbandingan pejantan dan kelompok betina yang dianjurkan adalah satu

banding enam sampai delapan (Samosir, 1983).

2.3.4. Kerangka Pemikiran

Page 12: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

17

Dalam upaya pengoptimalisasian sumber daya peternakan perlu adanya

strategi pengembangan dalam suatu usaha seperti halnya usaha peternakan itik

yang ada di Desa Gunggung Kecamatan Batuan. Desa Gunggung memiliki

potensi dalam mengembangkan usaha peternakan itik, karena usaha peternakan

itik memiliki potensi yang cukup besar bila dibandingkan dengan peternakan

unggas lainnya. Salah satu kelebihan dari usaha peternakan itik yaitu permintaan

daging dan telur itik yang semakin meningkat.

Tahap-tahap di dalam merumuskan strategi pengembangan peternakan

itik di Desa Gunggung Kecamatan Batuan adalah sebagai berikut :

1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Proses perumusan strategi dirancang untuk mengarahkan para pelaku industri,

khususnya pengusaha dalam mencapai tujuan. Penentuan strategi yang cocok

atau tepat harus dimulai dengan mengidentifikasi, menganalisis dan

mendiagnosa kesempatan-kesempatan dan resiko-resiko yang ada dalam

lingkungan. Ini penting agar pengusaha mampu menghadapi situasi dan

kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah dimana industri tersebut

dilakukan. Suatu perubahan lingkungan dapat merupakan suatu peluang bagi

peningkatan industri maupun ancaman bila pengusaha tidak mampu

menyesuaikan kegiatan industrinya. Oleh sebab itu pengusaha dituntut untuk

selalu bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungan.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada lingkungan antara

lain meliputi komitmen kebijakan, sumber daya manusia, fasilitasi

Page 13: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

18

pemerintah, penyuluhan dan koordinasi antar sektoral. Faktor eksternal adalah

faktor-faktor di luar pemerintah, antara lain kondisi perekonomian, sosial

budaya, teknologi, pemasok dan konsumen.

Tujuan dari analisis faktor internal adalah untuk mengidentifikasi faktor-

faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam

pengembangan industri. Analisis faktor eksternal bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan

ancaman bagi pengembangan industri.

Dalam analisis SWOT, kedua faktor tersebut (faktor internal dan faktor

eksternal) harus dipertimbangkan. Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris

dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah metode

perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi

bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi

bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang

mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT

berusaha mengkombinasikan antara peluang dan ancaman dari faktor

eksternal dengan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal.

2. Alternatif Strategi

Untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam

mengembangkan usaha peternakan itik di desa Gunggung kecamatan Batuan

digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT adalah alat yang dipakai

untuk menyusun faktor-faktor strategis industri. Matriks SWOT

Page 14: Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II

19

menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal dapat

dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal sehingga

dihasilkan rumusan strategi pengembangan industri. Rumusan strategi ini akan

menghasilkan empat alternatif strategi yaitu strategi SO (Strength-

Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-

Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat).