STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK ...
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
HARSI PUSPITA RINI
K7406086
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2010
Oleh :
HARSI PUSPITA RINI
K7406086
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sunarto, M.M Dra. Dewi Kusuma W, M.SiNIP:1954 08 06 1980 03 1 002 NIP:1970 03 26 1998 02.2.001
PENGESAHAN
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 5 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi: Tanda Tangan
Ketua : Sudarno, S.Pd, M.Pd 1……
Sekertaris : Dra. Mintasih, I, M.Pd 2…….
Anggota I : Drs. Sunarto, MM 3……..
Anggota II : Dra. Dewi Kusuma W, M.Si 4…….
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 1960 07 27 1987 02 1 001
ABSTRACT
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Harsi Puspitarini. STRATEGY OF DEVELOPING CARICA HOME INDUSTRY TO INCREASE INCOME IN WONOSOBO REGENCY 2010.Thesis Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Januari 2011.
The aim of this research is :(1) To know the application strategy of developing
Carica home industry in Wonosobo regency in 2010. (2) To know the constraint
that faced by Carica home industry to increase the development home industry in
Wonosobo regency in 2010. (3) To know the influence of the development
strategy of Carica home industry to the producens’ income in Wonosobo regency.
The Research used qualitative descriptive method. The technique of getting
the sample was purposive sampling with snowball sampling. The techniques of
collecting the data were used interview, observation, and documentation
technique. The technique of analyzing the data was analysis SWOT which is
applicated by interactive method. The validity of the data that is used source
triangulation technique and triangulation method.
Based on the result of research can be concluded that : (1) By doing the
strategy of developing in Carica home industry, can give the advantages the
developing and increasing income Carica producen in Wonosobo regency. the
factors that can be developed, such as: capital, technology, management, market,
organization, business, miter business. (2) The contraints that’s faced by Carica
home industry as same as with the other home industries in general, such as lack
of capital, the use of traditional technology, less regulafior of management
process, and material problem. (3) The efforts that can done by producen, such as
using combination of strengths, weaknesses, opportunites and threats. That is
combination of strengths and opportunites, strengths and threats, weaknesses and
opportunites, weaknesses and threats.
ABSTRAK
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Harsi Puspitarini. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Januari 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk :. (1) Untuk mengetahui penerapan strategi
pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010. (2)
Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica
dalam meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010.
(3) Untuk mengetahui pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica
terhadap pendapatan pelaku industri carica (pengrajin) di Kabupaten Wonosobo
tahun 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan cara
snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan analisis SWOT yang diaplikasikan dalam metode
interaktif. Validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber
dan triangulasi metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Dengan
melakukan strategi pengembangan pada sentra industri kecil Carica, dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan pendapatan para
pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo. Faktor-faktor yang dapat
dikembangkan antara lain ialah modal, teknologi, manajemen, pasar,
kelembagaan, kewirausahaan dan kemitraan usaha. (2) Kendala-kendala yang
dialami oleh sentra industri kecil Carica sama halnya dengan industri kecil pada
umumnya, antara lain kekurangan modal, penggunaan teknologi sederhana, proses
manajemen yang kurang teratur, dan masalah bahan baku.(3)Upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh pengrajin antara lain yaitu dengan memanfaatkan kombinasi
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari kekuatan (strength) kelemahan (Weakness), peluang (opportunity) dan
ancaman (threats), yaitu kombinasi kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan
ancaman, kelemahan dengan peluang dan kelemahan dengan ancaman.
MOTTO
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemampuannya.”
( Q. S. Al Baqoroh : 286 )
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
( Q.S. Al Insyirah : 6 )
PERSEMBAHAN
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karya ini ku persembahkan teruntuk
Bapak Ibu tercinta (Suharto dan Titik Wulandari) atas do’a, semangat dan kasih
sayangnya
Keluarga kecil Kakak ku yang selalu mendukung
(mbak.sari, mas.andi, dedek faris)
Adi ku yang selalu menyayangiku (Puput Adi Irawan)
Andre Bastian Ariyadi yang selalu membantuku dan menyemangatiku
Sahabat-sahabat terhebat ku (, Deny, Eka, Restuti, Dian , Dyah, Kemi, Nia, Septi,
Lya, Inung, Nita, Riris, Hery, Handoko, Gozali) terimakasih untuk persahabatan
ini.
Kos Putri Agung ( Teteh, Ani, Mpeb, Ari, Tika, Defi, Yaya, Kisna, Isna, afa, nela,
ana, sita, ita, windi, nanda, anis, dan Tria,yanti) terimakasih untuk bantuan,
semangat dan kecerian kalian
Teman-teman seperjuangan nunggu dosen (Iwon, pak pik,,riky,ardi,ari s, mbak
ratna, nida, parwa,yani) tetap semangat ya
Teman-teman seperjuangan PTN”06, Kawan kita ukir kenangan terindah bersama
Almamater
KATA PENGANTAR
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Ekonomi
bidang Keahlian Pendidikan Tata Niaga pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK MENINGKATKAN
PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010
ini penulis mendapatkan bimbingan , petunjuk , dan dukungan yang
berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik dan
dari lubuk hati yang terdalam secara tulus penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna
penyusunan skripsi.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketau Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial,, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas
permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Sutaryadi, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan pengarahan dan ijin dalam penytusunan skripsi ini.
4. Sudarno, S.Pd selaku Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
pengarahan dan ijin penyusunan skripsi
5. Drs. Sunarto, M.M selaku pembimbing I yang telah memberikan
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
6. Dra. Dewi Kusuma W, M.Si selaku pembimbimg II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
7. Tim penguji skripsi, yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk
menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi
guna menyelesaikan bangku kuliah.
8. Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat
menunjang terselesaikannya skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan bantuan serta memperlancar penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun, yang sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat membuka khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. v
HALAMAN MOTTO....................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... ix
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 9
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 9
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian..................................................... 29
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Sumber Data................................................................................ 31
D. Teknik Sampling.......................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 33
F. Validitas Data.............................................................................. 36
G. Analisis Data................................................................................ 38
H. Prosedur Penelitian...................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................... 45
A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................... 45
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian.............................................. 48
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori............. 56
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN....................................... 72
A. Simpulan...................................................................................... 72
B. Implikasi ..................................................................................... 73
C. Saran ........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 75
LAMPIRAN..................................................................................................... 78
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Pemikiran..................................................................................... 28
2. Model Analisis Interaktif.............................................................................. 40
3. Prosedur Penelitian....................................................................................... 43
4. Gambar Matrik SWOT................................................................................. 67
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008 ....................... 3
1.2 Data UKM Pengolah Carica ..................................................................... 5
3 Matrik SWOT ........................................................................................... 42
4.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008......................... 46
4.2 Tingkat Pendidikan penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008........... 46
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi................................................... 78
2. Pedoman Wawancara.................................................................................... 79
3. Daftar Nama Informan................................................................................. 85
4. Field Note................................................................................................... 87
5. Triangilasi Sumber....................................................................................... 152
6. Triangulasi Metode ..................................................................................... 163
7. Dokumentasi................................................................................................ 166
8. Peta Produksi Carica................................................................................... 173
9. Lembar Observasi......................................................................................... 174
10 . Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi................................................. 175
11. Surat Permohonan Ijin Penelitian.............................................................. 176
12 : Surat Ijin Menyusun Skripsi...................................................................... 178
13: Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian…………........................ 179
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara Agraris yang sebagian penduduknya
bertempat tinggal di pedesaan, dan menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Namun akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat dan
penyebarannya yang tidak merata menyebabkan lahan pertanian semakin
menyempit. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan kesempatan di luar
sektor pertanian yang dapat menopang kelangsungan hidup mereka.
Bekerja pada sektor industri kecil, merupakan salah satu alternatif dalam
usaha mengembangkan kesempatan kerja dan menambah penghasilan bagi
masyarakat sekitar. Melalui sektor industri kecil dan menengah diharapkan dapat
menggerakkan perekonomian masyarakat.
Salah satu tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan pengembangan
ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah dengan melihat nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dengan adanya data tersebut dapat diketahui tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk.
Berikut laju pertumbuhan tiap sektor di kabupaten Wonosobo dari tahun 2005 –
2008.
Tabel : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008
No Sektor / tahun 2005 2006 2007 20081 Pertanian 3.14 3.34 3.31 3.362. Pertambangan dan Penggalian 3.14 3.34 3.31 3.363. Industri Pengolahan 1.89 2.77 2.70 2.554. Listrik, Gas dan Air Bersih 3.97 0.32 2.59 3.075. Bangunan 3.38 3.06 4.34 4.396. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.62 4.03 4.56 4.097. Angkutan dan Komunikasi 2.39 2.75 5.89 5.888. Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.14 2.68 3.98 4.179. Jasa-Jasa 3.22 3.14 2.89 3.18
PDRB / GRDP 3.19 3.24 3.58 3.69Sumber: BPS kabupaten Wonosobo tahun 2008
Berdasarkan data di atas PDRB kabupaten Wonosobo mengalami
peningkatan. Tahun 2005 sebesar 3.19 kemudian meningkat menjadi 3.24 di tahun
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2006 ,dan 3.58 pada tahun 2007 serta 3.69 pada tahun 2008. Meskipun tidak
semua sektor selalu mengalami kenaikan sebagai contoh sektor pertanian dari
tahun 2005 yaitu 3.14 meningkat 3.34 dan turun menjadi 3.32 dan pada tahun
2008 meningkat lagi menjadi 3.36, namun secara garis besar hal tersebut tidak
mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDRB kabupaten Wonosobo.
Dilihat dari komposisi PDRB kabupaten Wonosobo merupakan daerah
Agraris, hampir setengah dari PDRB daerah ini disumbang oleh sektor pertanian.
Selain sektor pertanian masih ada sektor lain antara lain peternakan dan
perdagangan, dimana terdapat beberapa komoditi yang telah berhasil menembus
pasar dunia antara lain kayu olahan, teh hitam, nata de coco dan makanan olahan
seperti Carica, keripik jamur, purwaceng, dan lain-lain.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting
dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.
Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya
56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi
kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta
mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas,
14/12/2001). Walaupun krisis ekonomi telah memporakporandakan kehidupan
bidang usaha besar dan menengah, ternyata usaha kecil tetap tegar dan berjalan
marak dikawasan kehidupan ekonomi tingkat bawah. Menurut tim bisnis UKM
(2001) ada beberapa alasan kenapa usaha kecil masih bisa bertahan dan cenderung
meningkat jumlahnya pada masa krisis antara lain:
1. Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumsi dan jasa-
jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah,
maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak
berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya
kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan.
2. Sebagian besar industri kecil tidak mendapatkan modal dari bank.
Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga,
tidak banyak mempengaruhi sektor ini.
3. Usaha kecil mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing.
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dampaknya usaha kecil mempunyai spesialisasi produk yang ketat.
Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk berpindah dari usaha
yang satu ke usaha yang lain.
4. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan
sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Para penganggur
tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang
umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat.
Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha kecil dapat
bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dengan demikian, usaha
kecil dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan datang dan harus didukung
dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalan-persoalan yang
menghambat usaha-usaha pemberdayaan usaha kecil yang harus dihilangkan.
Dalam Aloysius Gunadi Brata (2003) Setidaknya terdapat tiga alasan yang
mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan
UKM. Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam
hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari
dinamikanya UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi. Ketiga karena sering diyakini bahwa UKM
memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar (Berry, dkk,
2001). Kuncoro (2000) juga menyebutkan bahwa industri kecilt di Indonesia telah
memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah
unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.
Dihampir setiap daerah banyak tumbuh sentra-sentra industri rumah
tangga yang menjadi andalannya masing-masing. Seperti di kabupaten Wonosobo
yang mempunyai potensi alam yang tinggi mempunyai hasil bumi yang
beranekaragam. Salah satunya adalah buah pepaya merupakan buah yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sekarang ini ditemukan satu spesies buah
pepaya yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan diperkirakan akan
menjadi buah yang penting dalam perekonomian Indonesia. Buah tersebut dikenal
dengan nama pepaya Gunung atau pepaya kecil dan biasa disebut Carica (Carica
pubescens) (Hidayat, 2001). Nama latin buah Carica ini adalah Carica Pubescens
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau Carica Candamarcensis, atau kadang dikenal sebagai Mountain Papaya, atau
di antara penduduk setempat dikenal sebagai gandul Dieng. Bedanya, jika pepaya
biasa lebih dikenal sebagai tumbuhan tropis yang memerlukan banyak panas dan
matahari, maka Carica termasuk keluarga pepaya yang hanya bisa tumbuh di
tempat tinggi basah, 1.500-3.000 di atas permukaan laut, memerlukan temperatur
yang cukup dingin, dan banyak hujan. Kondisi tersebut sangat cocok dengan iklim
Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tinggi pohon Carica dapat mencapai 5 m
dengan 4-7 cabang. Buahnya berbentuk seperti granat dengan panjang 6-15 cm
dan lebar diameter 3-8 cm, dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung,
sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning atau jingga di saat masak.
Tanaman tersebut sebenarnya sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat
di dataran tinggi Dieng dan sudah diolah menjadi produk manisan dalam sirup,
akan tetapi keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya
maupun usaha pengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di
pasar lokal serta dengan pengolahan yang sederhana. Pengkajian lebih mendalam
tentang prospek buah tersebut sangat diperlukan terutama usaha pengolahan dan
budidaya buah tersebut.
Sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo ini awalnya hanya
membuat produk berupa manisan Carica, tetapi lambat laun produk yang
dihasilkan semakin beragam. Contoh produk yang diproduksi antara lain adalah
manisan Carica, sirup Carica , selai Carica,dan jus Carica.
Strategi pengembangan industri berpengaruh pada tingkat pendapatan
masyarakat di sekitar sentra industri. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut
disajikan data UKM Pengolah Carica yang dapat dijadikan referensi.
Tabel 1.2 Data UKM Pengolah Carica
NAMA PRODUSEN
(UKM)
KAP.PRODUKSI / BULAN NILAIRUPIAH/ BLN
NILAIRUPIAH / THN
SDM LANGSUNG
TON BOTOL CARTON
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BUAHYuasafood 16 40.0000 3.333 283.333.333 3.400.000.000 25Podang Mas 15 37.500 3.125 265.625.000 3.187.500.000 25Selera 12 30.000 2.500 212.500.000 2.550.000.000 12Marina 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4Tiara 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4Dian rasa 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4Telaga Mas 10 25.000 2.083 177.083.333 2.125.000.000 16Panorama 1 2.500 208 17.708.333 212.500.000 3Cendawan Mas
15 37.500 3.125 265.625.000 3.187.500.000 26
Candi Dieng 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6AA 8 20.000 1.667 141.666.667 1.700.000.000 6Golden 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4Sun Rise - - - - -Sukses 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 4Maju Makmur 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4Dianeka 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4Baried - - - - -Adelweis - - - - -Adib Putra - - - - -Trisakti 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6Amin 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6Dieng Plateau - - -Ciptoroso 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6Mandiri 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6Tiga Daun 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6
130 325.000 27.083 2.802.083.333
27.625.000.000
179
Sumber: Data Asosiasi Pengrajin Carica Tahun 2009
Berdasarkan data UKM Pengolah Carica di atas dapat dilihat bahwa
terdapat 25 UKM Carica di Wonosobo. Dimana setiap bulannya antara UKM
yang satu dengan UKM yang lainnya memiliki kebutuhan buah Carica yang
berbeda-beda, sebagai contoh Yuasafood tiap bulan membutuhkan 16 ton buah
Carica untuk produksi, sedangkan sunrise tidak memberikan data yang pasti
berapa ia membutuhkan buah Carica tiap bulan karena produksinya tidak
menentu. Dilihat dari data diatas petani tiap bulan minimal harus menyetok 130
ton Carica untuk 25 UKM.
Wilayah pemasaran Carica sendiri untuk lokal dan nasional baru digarap
sebesar 35% selain itu berpeluang juga untuk pasar ekspor. Sampai saat ini
permintaan dari konsumen belum dapat dipenuhi hal tersebut dikarenakan
beberapa sebab selain masalah kekurangan pasokan bahan baku terdapat
permasalahan faktor teknologi dan permodalan yang menjadi permasalahan para
pengrajin Carica. Kekurangan pasokan bahan baku dikarenakan selama ini
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembudayaan Carica masih belum maksimal. Selain itu sebagian besar para
pengrajin Carica masih banyak yang menggunakan teknologi sederhana dalam
proses produksi.
Melihat tingginya permintaan dan peluang pasar terhadap produk Carica,
dapat di katakan bahwa sentra industri kecil Carica bisa bertahan dan dapat
dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitarnya dan hal itu tidak lepas
dari faktor strategi pengembangan industri kecil Carica yang benar. Melihat
begitu pentingnya strategi pengembangan bagi sentra industri kecil Carica,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2010
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan strategi pengembangan industri kecil Carica di
Kabupaten Wonosobo tahun 2010?
2. Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica dalam
meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010?
3. Bagaimana pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica
terhadap pendapatan pengrajin industri Carica?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan strategi
pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten
Wonosobo tahun 2010.
2. Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang
dihadapi industri kecil Carica dalam meningkatkan
pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun
2010.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Untuk mengetahui pengaruh strategi pengembangan
industri kecil Carica terhadap pendapatan pengrajin
industri carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk Penulis
1) Memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang stategi usaha serta
menerapkan teori-teori strategi pengembangan dalam kondisi rill di
lapangan khususnya pada sentra industri Carica di kabupaten
Wonosobo.
2) Mengetahui secara lebih jelas bagaimana implikasi teori-teori yang
diperoleh dari bangku kuliah terhadap realita yang terjadi di lapangan
khususnya sentra industri Carica di kabupaten Wonosobo.
b. Untuk Pengrajin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pemasaran mengenai strategi
pengembangan industri kecil.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Penulis
1) Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
bangku perkuliahan berupa teori-teori terutama berkaitan dengan
strategi pengembangan industri kecil.
2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sarana untuk
membandingkan antara teori dengan praktek dan keadaan yang
sesungguhnya di lapangan.
b. Untuk Pengrajin
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Untuk memberikan sumbangsih pemikiran bagi para pengrajin
Carica di Kabupaten Wonosobo guna kelangsungan usahanya
terkait dengan strategi pengembangan yang digunakan.
2) Dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi pengrajin dan calon
pengrajin dalam mengembangkan dan melestarikan usaha kecil
Carica.
c. Untuk Pembaca
Menambah referensi bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentang
strategi pengembangan sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Industri Kecil
a. Pengertian Industri Kecil
Istilah industri sering diidentikan dengan semua kegiatan ekonomi
manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering
disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegitan manusia dalam
bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Definisi industri kecil
sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik
keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.
Industri kecil dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp
50.000.000,00.
Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa industri kecil skala
usahanya tergolong begitu besar dan masih memerlukan bantuan serta
pembinaan yang berkelanjutan
Biro Pusat Statistik mendefinisikan industri kecil sebagai berikut:
Usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah bahan dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang menjadi lebih nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja lebih sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Badan Pusat Statistik (1999:250) mengklasifikasikan industri menjadi
empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha yaitu:
1) Industri rumah tangga dengan pekerja sebanyak 1-4 orang
2) Industri kecil dengan pekerja sebanyak 5-19 orang
3) Industri kecil menengah dengan pekerja sebanyak 20-99 orang
4) Industri besar dengan pekerja sebanyak 100 orang
Menurut pembagian ini, yang dimaksud industri kecil adalah
perusahaan atau industri yang dapat mempekerjakan antara 5 sampai 19 orang.
b. Kategori Industri Kecil
Berdasarkan eksistensi dinamikanya industri kecil dan kerajinan
rumah tangga Indonesia dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1) Industri Lokal
Yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidup
kepada pasar setempat yang terbatas serta relatif terbesar dari segi
lokasinya. Skala usaha kategori ini umumnya sangat kecil dan
mencerminkan suatu pola pengusahaan yang bersifat subsistem dimana
pemasaran produksinya ditangani sendiri, jasa pedagang perantara boleh
dikata kurang menonjol.
2) Industri Sentral
Yaitu kategori industri yang segi satuan usaha mempunyai skala kecil
tetapi membentuk pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari
kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Ditinjau dari
target pemasarannya umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari
pada yang pertama, sehingga jasa pedagang perantara menjadi lebih
menonjol.
3) Industri Mandiri
Yaitu kategori industri yang mempunyai sifat-sifat industri kecil namun
telah berkemampuan beradaptasi teknologi yang cukup canggih.
Pemasaran hasil produksi relatif tidak tergantung pada peranan pedagang
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perantara.
c. Ciri-ciri Industri Kecil
Sedangkan ciri-ciri industri kecil menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.40/KMK.06/2003 ialah:
1) Jenis barang / komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun,
dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
4) Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai.
5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses lembaga keuangan non bank
7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
Sedangkan Menurut Tulus TH. Tambunan (2009) ciri-ciri industri
kecil ialah:
1) Biasanya beroperasi di sektor informal;usahanya tidak terdaftar
2) Dijalankan oleh pemilik; tidak menerapkan pembagian
tenaga kerja internal, manajemen dan struktur organisasi
formal, sistem pembukuan formal.
3) Kebanyakan menggunakan anggota-anggota keluarga tidak
dibayar.
4) Derajat mekanisme sangat rendah / umumnya manual;
tingkat teknologi sangat rendah
5) Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok
berpendapatan rendah
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Pendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin;motivasi
utama (survival)
7) Kebanyakan pakai bahan baku lokal dan uang sendiri
8) Kebanyakan tidak punya akses ke program-program
pemerintah dan tidak punya hubungan-hubungan bisnis
dengan Industri besar.
9) Rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha sangat
tinggi.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri industri kecil
yaitu:
1) Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah;
2) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-
pindah;
3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha;
6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
d. Peranan Industri Kecil
Menurut Tulus TH. Tambunan (2009) Industri Kecil memiliki beberapa
peranan penting antara lain membuka kesempatan kerja dan sumber
pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan
kemiskinan, dan juga sebagai pembangunan ekonomi pedesaan. Sedangkan
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menurut (Tiktik Sartika Parmoto dan Abd Rochman Soejoedono 2002)
industri kecil memiliki beberapa peranan yaitu:
1) Merupakan subjek diskusi dan menjadi perhatian pemerintah
karena industri kecil tersebut menyebar dimana-mana, dan
dapat memberi kesempatan kerja yang potensial.
2) Industri kecil menyumbang pembangunan dengan berbagai
jalan, menciptakan kesempatan kerja, untuk perluasan angkatan
kerja lagi urbanisasi, dan menyediakan fleksibilitas kebutuhan
serta inovasi dalam perekonomian secara keseluruhan.
Pentingnya peranan dan kedudukan sektor industri memang tidak bisa
dibantah, tidak hanya oleh masyarakat pedesaan saja tetapi juga pemerintah.
Industri kecil telah memegang peranan penting dalam mendukung program-
program pembangunan ekonomi, khususnya di dalam membantu menyerap
kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat (Mudrajat Kuncoro, 2000: 311) sebagai berikut:
Industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKRT) memiliki peranan yang cukup besar dalam industri manufaktur ditinjau dari sisi jumlah usaha dan daya serap tenaga kerja. Dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 1524 juta; ternyata 99,2 % merupakan unit usaha IKRT. IKRT dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 67,3 % dari kesempatan kerja total. Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa pentingnya peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan.
Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa industri kecil mempunyai
kedudukan yang penting baik dalam perekonomian negara maupun manfaat
(social benefits). Manfaat sosial industri kecil adalah bahwasanya industri
kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang
relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan
daya dukung permodalan dari pengusaha pada umumnya masih rendah.
Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi
tabungan domestik. Hal ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha sendiri, atau tabungan
keluarga dan kerabatnya. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer
terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk
yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri
besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah
menyebabkan biaya transportasi menjadi minim, sehingga memungkinkan
barang-barang hasil produksi dapat sampai ketangan konsumen secara cepat,
mudah dan murah.
Peningkatan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi
lemah merupakan jawaban terhadap ketidak selarasan dan berbagai
kesenjangan dalam struktur perekonomian. Butir-butir trilogi pembangunan
Indonesia yakni pemerataan, pertumbuhan dan stabilisasi yang secara tersirat
telah memberikan penekanan tersendiri mengenai peranan pengusaha kecil
dan golongan ekonomi lemah. Makna pemerataan tentu saja bukanlah sekedar
memperluas kesempatan kerja, namun lebih jauh lagi menyangkut juga
pemerataan kesempatan berusaha, distribusi pendapatan, serta keselarasan
pembangunan antar wilayah dan lingkungan.
2. Strategi Pengembangan Industri Kecil
Dengan memilih strategi pengembangan yang tepat dalam pengelolaan
industri kecil akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun
internasional. Atmadji dan Djoseno Ranupandoyo dalam Studi Perkembangan
Usaha dan Investasi Pengaruhnya pada Pendapatan Usaha Kecil Menengah
Indonesia menyatakan bahwa Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
melakukan beberapa upaya dalam menghadapi persaingan pasar bebas yaitu
dengan menggembangkan Usaha Kecil Menengah yang mengacu pada beberapa
hal antara lain:
a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
dan menyediakan lingkungan yang
mampu mendorong pengembangan
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UKM secara sistematik, mandiri dan
berkelanjutan.
b. Mempermudah perijinan pajak, dan
retribusi lainnya.
c. Mempermudah akses pada bahan baku,
teknologi, informasi.
d. Menyediakan bantuan teknis (pelatihan
penelitian) dan manajemen melalui
BDSP (Business Development Service
Program)
e. Mendorong BDSP untuk masing-masing
memiliki keahlian.
f. Menciptakan sistem penjamin kredit
(financial guarantee System) yang
terutama disponsori oleh pemerintah
pusat dan daerah.
Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996) ada beberapa aspek yang perlu di
tingkatkan untuk mengembangkan strategi yaitu antara lain:
a. Modal
Pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah
keseluruhan aktiva lancar. Perbedaan fungsional antara modal kerja dan
modal tetap menurut (Bambang Riyanto 1995) adalah:
1) Jumlah modal kerja adalah lebih fleksibel. Jumlah modal
kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil,
disesuaikan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap,
sekali diberi tidak mudah dikurangi atau diperkecil.
2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen
modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka
waktu tertentu, karena elemen-elemen dari modal tetap tidak
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
segera mengalami perubahan.
3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka
waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami
proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
membiayai operasinya sehari–hari, dimana uang atau dana yang telah
dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam
perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produksinya. Menurut (Bambang Riyanto, 1995: 57) “Beberapa konsep
pengertian modal kerja dibedakan menjadi tiga, yaitu konsep kuantitatif,
konsep kualitatif, dan konsep fungsional”. Dengan penjelasan sebagai
berikut:
1) Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva
lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
bruto (gross working capital).
2) Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar
yang benar–benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar (net working capital).
3) Konsep Fungsional
Dalam konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau
digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan.
b. Teknologi
Perkembangan teknologi sekarang ini memperlihatkan
perkembangan ke berbagai arah. Penggunaan teknologi dapat diterapkan di
berbagai bidang. Selain itu, perkembangan tidak selalu teratur. Adakalanya
perkembangan menemui jalan buntu dan gagal. Apabila terdapat
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perkembangan baru tidak jarang teknologi yang lama terhenti.
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi kegiatan pemasaran
karena dapat memberikan suatu akibat pada kehidupan konsumen, terutama
cara hidup dan pola konsumsinya. Misalnya, dengan diketemukannya alat
hitung menghitung berawal dari abacus ( cipoa ), diperbaiki yang langsung
dan tak langsung akan mempengaruhi kegiatan usaha yang ditekuninya.
Perkembangan teknologi menyebabkan tambahan produksi dengan sumber-
sumber yang sama ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input
yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang
punya kegunaan yang lebih banyak.
Menurut Irawan dan M.Suparmoko (2002) teknologi dalam
kehidupan sehari-hari ialah ” suatu perubahan dalam fungsi yang tampak
dalam teknik produksi yang ada”.
c. Manajeman
Dalam melaksanakan kegiatan produksi diperlukan
manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam
upaya mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya
dalam proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang
dialihbahasakan oleh (T. Hani Handoko, 2003:8) sebagai berikut:
“Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Fungsi Manajemen antara lain:
1) Forecasting: Kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi apabila sesuatu dikerjakan.
2) Planning: Penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
3) Organizing: Pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, termasuk
dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Staffing: Penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru,
latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas
memberi daya guna maksimal pada organisasi.
5) Directing:Usaha memberikan bimbingan saran-saran dan perintah dalam
pelaksanaan tugas masing-masing bawahan untuk dilaksanakan dengan
baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6) Leading: Pekerjaan manager untuk meminta orang lain agar bertindak
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
7) Coordinating: Menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi
kekacauan dan saling lempar tanggung jawab dengan jalan
menghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan.
8) Motivating: Pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada
bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara
sukarela.
9) Controling: Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10) Reporting: Penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.
d. Pasar
Pada saat sekarang peranan pasar masa kini sangatlah penting.
Untuk menekan harga pokok, perusahaan industri menghasilkan barang
secara massal karena dalam proses produksinya menggunakan mesin- mesin
sehingga dapat menghasilkan barang dalam jumlah banyak yang mungkin
lebih banyak dari yang dibutuhkan dengan waktu yang relatif singkat.
Adanya pasar bagi barang-barang hasil produksinya sangatlah berkaitan
dengan kelangsungan hidup perusahaan. Pada pasar tersebut produsen dan
konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar produsen
mengajukan penawaran (supply) atas produknya dan melalui mekanisme
pasar pula konsumen mengajukan permintaan (demand). Adanya tindakan
penawaran dan permintaan akan dapat menimbulkan harga dan kesesuaian
harga akan menimbulkan jual beli. Transaksi jual beli akan menimbulkan
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keuntungan yang akan dapat menutupi biaya produksi serta menambah
modal perusahaan.
Pasar adalah salah satu dari berbagai system, institusi, prosedur,
hubungan social dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan
tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (Suyadi
Prawirosentono 2002: 21) menyatakan bahwa “secara umum pasar
merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang atau jasa yang
dijadikan objek jual beli, pasar demikian disebut pasar dalam arti sempit.
Pasar dalam arti yang luas, yakni merupakan tempat konsumen potensial
berada”.
Dalam dunia usaha tanpa adanya persaingan maka tidak akan
mengalami perkembangan sampai sejauh yang kita terima saat ini.
Persaingan merupakan gejala sosial yang terjadi masyarakat yang selalu
menimbulkan segala kontroversi. Sehingga persaingan menjadi suatu hal
yang wajib terjadi di dalam dunia usaha. Dalam berdagang atau menjalankan
usaha, juga terjadi persaingan antara para pedagang di dalam pasar. Seperti
Pasar persaingan sempurna yang merupakan pasar yang terdapat banyak
penjual dan pembeli yang menjual barang yang sama, sehingga tidak ada
pihak yang bisa mempengaruhi harga pasar. Akibatnya, penjual tidak bisa
seenaknya menentukan harga. Karena ketidak mampuan menentukan harga
pasar, kedua belah pihak disebut sebagai penerima harga (price taker).
Pasar memiliki beberapa fungsi antara lain:
1) Fungsi Pokok
Sebagai sarana pelayanan dan penyediaan kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat, juga sebagi sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari
jasa pelayanan dan perpasaran serta merupakan sarana distribusi
perekonomian yang dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang
jasa dan pencipta kesempatan kerja.
2) Fungsi pada skala kecil
Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling memenuhi
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebutuhannya masing-masing baik kebutuhan yang bersifat konsumtif
maupun untuk bidang jasa.
e. Kewirausahaan
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut
atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Menurut Robert D. Hisrich, Michael P.Peters dan Dean A.
Shepherd (10: 2008) menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah “Proses
penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya
yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko social
yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta
kepuasan dan kebebasan pribadi”. Masih menurut Robert D. Hisrich,
Michael P.Peters dan Dean A. Shepherd tindakan kewirausahaan mengacu
pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan
pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk
mendapatkan keuntungan.
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil yaitu:
1) Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk
menebak kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat
diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
2) Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih
dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai
kegiatan.
3) Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar
prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian
utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu
dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus
dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam
bentuk uang maupun waktu.
5) Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit
untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan
kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja
kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.
6) Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7) Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang
teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu
memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana
direalisasikan.
8) Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang
dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan,
antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta
masyarakat luas. (Kasmir,2007)
f. Kelembagaan
Menurut Sudaryanto dalam Hermanto R (2010) kelembagaan
adalah sebagai pranata dapat dikenali melalui unsure-unsurnya seperti aturan
main, hak dan kewajiban, batas yuridiksi atau ikatan dan sangsi, dan juga
terdapat struktur organisasi, tujuan yang jelas, mempunyai partisipan dan
mempunyai teknologi serta sumber daya.
Unsur-unsur kelembagaan
1) Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial
masyarakat.
2) Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai
tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur.
3) Peraturan dan penegakan aturan/hukum.
4) Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama
dengan dukungan tingkah laku, hak dan kewajiban anggota.
5) Kode etik.
6) Kontrak.
7) Pasar.
8) Hak milik (property rights)
9) Organisasi.
10) Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan.
g. Kemitraan usaha
Pola kemitraan di Indonesia hingga detik ini dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu: pola keterkaitan langsung dan keterkaitan
tidak langsung. Pola keterkaitan langsung meliputi: Pertama, Pola PIR
(Perkebunan Inti Rakyat), di mana Bapak Angkat (baca:usaha besar) sebagai
inti sedang petani kecil sebagai plasma. Kedua, pola dagang, dimana bapak
angkat bertindak sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra
usahanya. Ketiga, pola vendor, di mana produk yang dihasilkan oleh anak
angkat tidak memiliki hubungan kaitan ke depan maupun ke belakang
dengan produk yang dihasilkan oleh bapak angkatnya. Pola keterkaitan tidak
langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola ini tidak ada
hubungan bisnis langsung antara "Pak Bina" dengan mitra usaha.
Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar
(Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan
memperkuat.
Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997
tentang Kemitraan ialah kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam
hal ini antara UKM dan UB (Usaha Besar) yang memperhatikan prinsip
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan,
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama
dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan
merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon
mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, mulai
membangun strategi, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi sampai
target tercapai. Pola kemitraan antara UKM dan UB di Indonesia yang telah
dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No.
44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :
1) Inti Plasma,
Adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.
2) Subkontrak,
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan
mitra; dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan
oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.
3) Dagang Umum,
Adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok
mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra.
4) Keagenan,
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan
mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang
dan jasa usaha pengusaha mitra.
5) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan
mitra,dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk
mengusahakan atau budidaya pertanian.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan
kemitraan diantaranya adalah:
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) meningkatkatnya produktivitas,
2) efisiensi,
3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas,
4) menurunkan resiko kerugian,
5) memberikan social benefit yang cukup tinggi, dan
6) meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
3. Bahan Baku
Menurut Freddy Rangkuti (1997) menyatakan bahwa Setiap
industri pasti memerlukan persediaan tanpa adanya persedian, para
pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaanya pada suatu
waktu tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Masih menurut Freddy
Rangkuti persediaan adalah ”sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang
disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan
untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan
untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu”.
Persediaan memiliki beberapa manfaat antara lain:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau
bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3) Untuk mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara
musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada
dalam pasaran.
4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
5) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-
baiknya.
Setiap pengusaha harus menjaga persediaan yang cukup agar
kegiatan operasi produksinya dapat lancar dan efisien, yang perlu
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperhatikan adalah agar bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup
tersedia sehingga dapat menjamin kelancaran produksi. Hendaknya jumlah
persediaan itu jangan terlalu besar, sehingga modal yang tertanam dan
biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan juga tidak besar.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:60) “persediaan
dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas operasi
perusahaan”. Adapu empat fungsi persediaan adalah:
1) untuk Men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian proses
produksi.
2) untuk Men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan
menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan
bagi pelanggan.
3) Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam
jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman
barang.
4) Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
Masih menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:61) terdapat
empat jenis persediaan yaitu:
1) Persediaan Bahan baku
Persediaan yang hanya untuk dibeli namun tidak diproses.
2) Persediaan barang setengah jadi
Ialah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa
perubahan tetapi belum selesai.
3) Persediaan pemeliharaan/perbaikan / operasi
Ialah persediaan yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan
proses produkasi tetap produktif.
4) Persediaan barang jadi
Ialah proses yang sudah selesai dan menunggu pengiriman.
4. Pendapatan
Setiap pengusaha pasti mengharapkan reward atau timbal balik dari
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan usaha yang telah dilakukannya berupa pendapatan. Timbal balik yang
diperoleh berupa pendapatan atau penghasilan dalam bentuk uang maupun barang.
Tingkat pendapatan seseorang akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas
kebutuhan.
Pendapatan adalah tingkat hidup seseorang individu atau keluarga yang
didasarkan atas penghasilan mereka dari sumber-sumber pendapatan lainnya.
Pendapatan menurut UU RI no.10 tahun 1994 pasal 14 ayat (1) adalah sebagai
berikut:
Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan atau penghasilan yang diterima dapat berupa uang dan dapat pula berupa barang atau jasa yang ditaksir atau dinilai dengan uang.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku standart
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah “Arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal”.
Dalam buku Teori Akuntansi yang berjudul Accounting Principle Board
yang dikutip oleh (Theodorus Tuanakotta,1984:153) pengertian pendapatan
adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan sebagai akibat
penjualan barang dan jasa”.
Patton dan Littleton mengemukakan bahwa pengertian pendapatan dapat
ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Hal ini juga dikemukakan Suwardjono
(1984:167) dalam buku teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan bahwa
dari aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik
dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa
pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan
operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendapatan tersebut dapat diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan
sampingan yang diterima pada waktu tertentu, misalnya satu bulan sekali,
penerimaan ini tergantung dari jenis dan macam sumber yang mendatangkan
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendapatan tersebut.
Menurut Sadono Sukirno (2005:132) menyatakan bahwa ” dalam kegiatan
pertanian perubahan permintaan lebih mempengaruhi pendapatan daripada
kesempatan kerja”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan para petani maupun
pengolah akan meningkat.
Keputusan output yang relevan bagi perusahaan yang ingin
memaksimumkan labanya adalah penerimaan yang diperoleh dari penjualan 1 unit
terakhir barang yang dihasilkan. Bila perusahaan dapat menjual semua barang
yang dihasilkan sesuka hati tanpa menyebabkan terjadinya efek dalam harga
pasar, maka harga dianggap sebagai pendapatan marginal. (Walter Nicholson,
2002).
B. Kerangka Berfikir
Secara garis besar masalah-masalah yang akan diteliti, dituangkan dalam
bentuk suatu kerangka pemikiran untuk memperjelas dan mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Kerangka pemikiran
ini menggambarkan bahwa suatu perusahaan dalam hal ini adalah industri Carica,
harus mempunyai strategi pengembangan agar dalam pencapaian tujuan dapat
tercapai secara maksimal. Strategi pengembangan usaha meliputi modal,
teknologi, manajemen, pasar, kewirausahaan, kelembagaan, dan kemitraan usaha
Sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo memulai usahanya karena
ada kesempatan pasar yang baik. Bagi seorang pemasar, kesempatan pemasaran
merupakan kebutuhan pasar yang masih ada dan pemasar bertugas mengubah
sumber-sumber menjadi produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Tidak
lepas dari adanya kesempatan pasar yang baik masih ada kelemahan, ancaman
maupun peluang yang muncul maka dari itu perlu dilakukan suatu analisis yaitu
analisis SWOT dimana didalamnya dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang ada dalam sentra industri Carica tersebut.
Dengan melakukan analisis SWOT ditemukan beberapa kendala yang
dihadapi oleh sentra industri kecil Carica sehingga diperlukan solusi untuk
memecahkan kendala yang dihadapi. Solusi pemecahan masalah itu dapat
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Profil Sentra industri kecil Carica Kabupaten WonosoboAnalisis SWOT Solusi mengatasi kendalaKendala yang dihadapi industri kecil Carica Strategi Pengembangan Usaha
Peningkatan pendapatan pengrajin usaha Carica kabupaten Wonosobo
dilakukan dengan menggunakan strategi pengembangan usaha yang telah
ditemukan.
Diharapkan dengan menerapkan strategi pengambangan usaha dapat
menimbulkan keberhasilan pengrajin Carica di kabupaten Wonosobo dalam hal
peningkatan pendapatan pengrajin.
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.1: Kerangka Berfikir
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa sentra industri kecil Carica yang
berada di daerah Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi
ini dikarenakan mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan selain itu
pengarajin sentra industri kecil Carica hanya bisa ditemukan di kabupaten
Wonosobo.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan
penelitian. Penelitian ini di mulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan
terselesaikannya laporan ini.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Untuk mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan
suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk
penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang
disajikan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun ciri-
ciri penelitian kualitatif menurut (Moleong, 2006:9) adalah sebagai berikut:
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila dihadapkan pada kenyataan jamak.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi.
Lebih lanjut Moleong (2004:34) mengemukakan bahwa ” Penelitian
kualitatif itu cenderung untuk mencari, menemukan dan menyimpulkan hipotesis;
hipotesis dilihat sebagai sesuatu yang tentatif, berkembang dan didasarkan pada
sesuatu studi tertentu”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan ciri-ciri penelitian kualitatif di atas, maka bentuk kualitatif
dipilih karena berasumsi bahwa dengan pendekatan penelitian ini maka
permasalahan yang akan diteliti dapat diungkapkan secara detail dan mendalam,
selain itu juga karena dalam penelitian ini tidak menguji hipotesis.
Hadari Nawari (1996:73) mendefinisikan bahwa ”Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan yang diselidiki, dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Metode deskriptif memusatkan
perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan
sebenarnya. Data yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari objek penelitian dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan sebagaimana mestinya.
Penelitian kualitatif juga menghendaki ditetapkannya batasan dalam
penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, batas menentukan kenyataan
ganda yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan fokus dapat lebih
dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus. Dengan kata lain,
bagaimanapun penetapan fokus sebagai masalah penelitian penting artinya dalam
usaha menemukan batas penelitian.
2. Strategi Penelitian
Dalam metode deskriptif kualitatif ini, data yang diperoleh berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka, yang merupakan gambaran dari keadaan
yang sebenarnya. Dalam penelitian ini kegiatan mengumpulkan data bersifat
tunggal terpancang. Pengumpulan data tertarah pada tujuan yang ingin dicapai
sehingga sering disebut studi kasus atau riset terpancang (embedded reseach).
Hal ini sesuai dengan pendapat (H.B Sutopo, 2002:112) ”Bahwa pada penelitian
terpancang, peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan
variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan”. Tunggal
dalam arti hanya satu ruang lingkup lokasi penelitian yaitu sentra industri kecil
Carica. Sedangkan terpancang pada tujuan penelitian maksudnya bahwa apa yang
harus diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian lapangan. Dalam penelitian ini terpancang pada tujuan untuk
mengetahui bagaimana strategi pengembangan sentra industri kecil Carica dan
pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan pelaku industri Carica di
Kabupaten Wonosobo.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber dimana data dapat diperoleh. Data tidak
akan dapat diperoleh tanpa adanya sumber data. Data memiliki sumber data,
peneliti harus benar-benar berfikir mengenai kemungkinan kelengkapan informasi
yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya. Menurut (H.B Sutopo, 2002:49)
”Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis
sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang
diperoleh”. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan
Informan adalah seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan
yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi
kepada peneliti yang berupa kata-kata yang nantinya dianalisis dan ditarik
kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Agar mendapatkan
data yang lebih valid dilakukan pengecekan antarinforman yang satu dengan
informan yang lain.
Berdasarkan sumber data di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
memilih beberapa pengrajin Carica.
2. Tempat Penelitian
Tempat dan lokasi penelitian merupakan salah satu jenis sumber data yang
harus dimanfaatkan oleh peneliti. Tempat penelitian yang digunakan untuk
penelitian ini adalah beberapa sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo.
3. Arsip dan Dokumen
Menurut HB. Sutopo (2002:54) menyatakan bahwa ”Dokumen adalah
bahan tertulis dan benda yang bergayut dengan suatu peristiwa atau aktivitas
tertentu, sedangkan arsip merupakan catatan rekaman yang sifatnya lebih formal
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terencana”. Dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang digunakan adalah segala
bentuk arsip dan dokumen yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dan
tujuan penelitian.
Dokumen yang digunkan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi
internal dan dokumen lain yang mendukung seperti jurnal dan artikel. Dokumen
resmi berupa berapa jumlah sentra industri kecil Carica yang ada di Kabupaten
Wonosobo, data jumlah pekerja, data tingkat pendidikan serta data penjualan
Carica. Serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini
maupun buku-buku literatur.
D. Teknik Sampling
Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan atau
sampling yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan
konsep teoritis yang digunakan. Dengan kata lain teknik sampling adalah teknik
yang digunakan untuk menyeleksi atau menfokuskan permasalahan agar
pemilihan sample lebih mengarah pada tujuan penelitian. Penelitian tidak
menentukan jumlah sample, tetapi peneliti menentukan sejumlah informan untuk
diwawancarai guna memperoleh informasi tentang permasalahan yang sedang di
teliti. Peneliti berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari berbagai
sumber.
Menurut Suharsimi Arikunto (2005:95) terdapat beberapa teknik
pengambilan sample yaitu sebagai berikut:
Pengambilan sample (sampling techniques) yang biasa dikenal antara lain adalah: sampling acak (random sampling), sampling kelompok (cluster sampling), sampling berstrata (stratified sampling), sampling bertujuan (purposive sampling), sampling daerah atau sampling wilayah (area sampling), sampling kembar (double sampling), dan sampling berimbang (proposional sampling).
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teknik Purposive Sampling (sampling bertujuan). Sample dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini populasi adalah jumlah
keseluruhan industri Carica di Kabupaten Wonosobo adalah 25 sentra industri,
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai sample diambil perajin yang
memiliki informasi lengkap sesuai dengan topik penelitian.
Jumlah sample akan berkembang (Snow Ball) yaitu dari satu informan ke
informan lain sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi. Hal ini dikarenakan
agar data yang diperoleh bisa mendalam, sehingga diperlukan informasi yang
benar-benar mengetahui dan memahami permasalahan yang sedang diteliti. Pada
dasarnya teknik bola salju tidak melakukan seleksi dalam menentukan sample,
sehingga peneliti tidak membatasi jumlah informan. Peneliti memiliki informan
kemudian informan tersebut dimintai menunjuk informan berikutnya yang
dianggap lebih mengetahui dan memahami permasalahan yang diteliti. Dengan
begitu data yang diperoleh akan mendalam dan benar-benar mendukung hasil
penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
mendapat data yang diperlukan dengan menggunakan alat tertentu. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga macam
teknik yaitu: metode observasi, metode interview, dan metode dokumentasi.
1. Metode Observasi
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2002 : 128) ” Observasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan penyerap”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa observasi merupakan hal yang dapat dilakukan
secara langsung terhadap obyek penelitian, mencatat fenomena yang diselidiki
melalui penglihatan dan pendengaran.
Teknik observasi dalam penelitian ini dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung seperti ungkapan Spardley yang dikutip (H.B Sutopo,
2002:65) menjelaskan “Peran dalam observasi dapat dibagi menjadi (1) tidak
berperan sama sekali (2) berperan yang terdiri dari berperan pasif dan berperan
aktif dan (3) berperan penuh”.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penjelasan dari uraian diatas dapat dilihat sebagai berikut:
a. Tidak berperan sama sekali, peneliti sama sekali kehadirannya untuk
melakukan observasi tidak diketahui oleh subyek yang diamati
b. Berperan pasif, peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak
berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.
c. Berperan aktif, merupakan cara khusus dan peneliti tidak berperan pasif
sebagai pengamat, tetapi memainkan peran dalam penelitian, tidak
mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya dan bisa dimanfaatkan bagi
pengumpulan data.
d. Observasi berperan penuh, bahwa peneliti memang memiliki peran dalam
lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang
ditelitinya.
Dalam penelitian ini peneliti tergolong dalam kategori ketiga yaitu
observasi dengan berperan aktif dalam pengamatan dilokasi penelitian.
2. Metode Interview
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk
percakapan. Menurut (Moleong, 2006:186) menyatakan bahwa “Wawancara
merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
Adapun jenis wawancara menurut Plato, seperti yang dikutip oleh (Moleong,
2005 : 187) adalah sebagai berikut:
a. Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara
itu sendiri, jadi tergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan
kepada yang diwawancarai.
b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk
Umum Wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan
garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Wawancara Baku Terbuka
Adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan
pertanyaan, kata-katanya dan penyajianpun sama untuk semua informan.
Jenis wawancara yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan wawancara
diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1) Perencanaan Wawancara
Dalam perencanaan ini tahap pertama adalah menentukan orang
yang akan diwawancarai. Langkah kedua mencari tahu bagaimana cara
yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan mereka, langkah ketiga
mengadakan persiapan yang matang seperti memperkenalkan diri dan
memberikan ikhtisar singkat tentang penelitian.
2) Pelaksanaan Wawancara
Pelaksanaan menyangkut pewawancara dengan yang diwawancarai
yang meliputi mengatur strategi dan teknik berwawancara serta melakukan
pencatatan data wawancara.
3) Kegiatan Sesudah Wawancara
Sesudah kegiatan wawancara berakhir hendaknya menggunakan
waktu untuk mengecek kualitas datanya dan membuat catatan lapangan
serta mengorganisasikan kualitas datanya agar siap dijadikan bahan
analisis.
Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dari sumbernya sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya. Data
yang dikumpulkan dengan wawancara merupakan data penguat bagi
penemuan data yang dikumpulkan untuk mendukung penjelasan tentang
permasalahan penelitian.
Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara
pembicaraan informal karena peneliti ingin mendapatkan informasi yang rinci
sejujurnya, dan lebih mendalam dalam suasana biasa, wajar, sedangkan
pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam
penelitian kualitatif. Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis
sederhana sampai yang lebih lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda
lainnya sebagai peninggalan masa lampau.
Menurut Moleong (2004 :216) mendefinisikan “Dokumen adalah setiap
bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data yang dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramal” Teknik ini
juga digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Dokumen merupakan sumber data
yang sangat penting dalam penelitian
data kualitatif, karena digunakan
untuk menguji, menafsirkan, serta
meramalkan.
b. Dokumen digunakan sebagai sumber
data sebab datanya stabil dan kaya
akan informasi.
c. Lebih murah dan mudah didapatkan.
d. Lebih mudah dalam kajian ini karena
tidak bersifat reaktif.
e. Berguna sebagai bukti kebenaran
dalam suatu pengujian.
F. Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari kancah
penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil
penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena validitas data
menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang
telah dikumpulkan, diolah dan diuji kesahihannya melalui pemeriksaan tertentu.
Menurut H. B Sutopo (2002:78) “Membedakan empat macam triangulasi
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai teknik pemeriksaan data, yaitu trianggulasi data (trianggulasi sumber),
trianggulasi metode, trianggulasi penelitian, trianggulasi teori”. Penjelasan macam
trianggulasi tersebut sebagai berikut:
1. Trianggulasi Sumber (Triangulasi Data)
Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data peneliti wajib
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai sumber
data yang berbeda. Pada teknik ini tekanannya pada perbedaan sumber data,
bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain.
2. Trianggulasi Metode
Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda. Dalam teknik trianggulasi metode,
ditekankan pada pengunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan
bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya. Dengan menggunakan metode yang
berbeda untuk suatu informasi yang sama, peneliti dapat menarik kesimpulan
atas data yang digali secara lebih mantap.
3. Trianggulasi Peneliti
Melalui cara ini hasil peneliti baik data ataupun kesimpulan mengenai bagian
tentang atau keseluruhannya bisa diuji validitas dari beberapa peneliti.
Berdasarkan pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti
terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan berupa
catatan, diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa
lebih memantapkan hasil penelitian.
4. Trianggulasi Teori
Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji, dari beberapa
perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap tidak
hanya sepihak, sehingga bisa dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh
dan menyeluruh. Dalam hal ini peneliti bisa membahas dari teori-teori dari
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disiplin yang berbeda, atau bisa juga dengan teori yang berbeda tetapi masih
dalam satu disiplin.
Jenis trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas data dalam
penelitian ini adalah trianggulasi sumber yang berupa informan yang terdiri dari
pengrajin Carica dan masyarakat sekitar sedangkan triangulasi metode yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Alasan penggunaan triangulasi ini
karena dengan menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik
pengumpulan data yang berbeda itupun data sejenis bisa teruji kemantapan dan
kebenarannya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses urut-urutan data dengan mengorganisir data
kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Moleong (2004:280)
mengatakan ”Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti disarankan oleh data”. Proses analisis dalam proses
penelitian kualitatif sering merupakan bagian yang paling sulit bagi para peneliti
awal. Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip (Moeleong, 2005: 248)
mendefinisikan “Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain”.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola
penelitian induktif. Seperti yang dikemukakan oleh (Moleong, 2004:`10) bahwa:
Analisis induktif digunakan karena beberapa alasan: pertama, proses induksi lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak, sebagai yang terdapat dalam data; kedua, analisi induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel; ketiga, analisi demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya; keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan; kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interactive. Model analisis interactive yaitu meliputi pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi sebagai suatu yang jalin-
menjalin pada saat sebelum dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang
sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.
Miles dan Huberman dalam Sutopo (2002 :91) menyatakan bahwa ”Tiga
komponen untuk menganalisis data adalah reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi”. Untuk lebih jelasnya komponen tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama data yang dibutuhkan belum
memadai, dan akan dihentikan apabila data-data yang diperlukan telah
memadai untuk mengambil keputusan. Data kualitatif terutama terdiri dari
kata-kata, bukan angka-angka. Data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi maupun dokumentasi tersebut dikumpulkan menjadi satu untuk
diproses lebih lanjut.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau
laporan yang terperinci. Laporan tersebut perlu direduksi, dirangkum, dan
dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
pola atau temanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan yang disingkatkan,
direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting,
sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran
yang lebih tajam, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data
yang diperoleh bila diperlukan.
3. Penyajian Data
Data yang tertumpuk, akan sukar untuk ditangani, sukar mencari
hubungan antara data yang satu dengan data yang lain dan sukar pula melihat
gambaran keseluruhan untuk melihat kesimpulan. Oleh karena itu, agar dapat
melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengumpulan Data SajianData
ReduksiData
Penarikan Simpulan(Verifikasi)
penelitian perlu dibuat penyajian data.
4. Menarikan
Kesimpulan atau
Verifikasi
Sejak semula peneliti berusaha mencari data yang dikumpulkan,
kemudian mencari pola, tema hubungan, persamaan hal-hal yang sering
muncul dan sebagainya. Jadi dari data yang diperoleh kemudian dibuat suatu
kesimpulan. Kesimpulan ini mula-mula bersifat tentatif, kabur, diragukan,
akan tetapi dengan bertambahnya data, kesimpulan itu akan lebih grounded.
Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Untuk lebih jelasnya berikut ini peneliti sajikan skema model analisis
interaktif:
Gambar 3.1: Model Analisis Interaktif
Sumber: Sutopo (2002:96)
Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor strategi dan mengetahui
kekuatan dan kelemahan perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi
dalam penelitian ini peneliti menggunakan pola analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses,Oportunities,and Threats). Dimana analisis SWOT menurut Freeddy
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rangkuti (2001:18) didefinisikan sebagai berikut:
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses), dan ancaman (Threat).
Dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Sebagai langkah awal
penulis akan mengumpulkan data di lapangan. Data yang berhasil dikumpulkan
kemudian dilakukan analisis menggunakan tabulasi, diolah dan disusun secara
sistematis sehingga mempermudah analisis.
SWOT adalah akronim untuk kata-kata “Strengths” (kekuatan),
“Weaknesses” (kelemahan), “Oportunities”(peluang) “Threats” (ancaman).
Analisis SWOT digunakan untuk menganalis kondisi internal pada sentra industri
Carica di Kabupaten Wonosobo yang berupa kekuatan dan kelemahan (Strengths
dan Weaknesses) para pekerja di sentra industri Carica tersebut, dan juga
menentukan peluang yang dimiliki serta ancaman yang dihadapi. Analisis
tersebut akan mengidentifikasi atribut-atribut dari SWOT yaitu atribut kekuatan,
atribut kelemahan, atribut peluang, atribut ancaman.
Atribut kekuatan (Strengths) berguna untuk melindungi bisnis dari
kekuatan kompetitor dengan membangun penghalang mobilitas. Sedangkan
atribut kelemahan (Weaknesses) merupakan atribut yang membuat bisnis terbuka
terhadap kekuatan kompetitor usaha. Sedangkan peluang (Oportunities)
merupakan situasi yang dapat dimanfaatkan bisnis untuk melindungi dan
memperbaiki kedudukan kompetitor dalam suatu perusahaan. Ancaman (Threats)
situasi yang dapat mengurangi kemampuan bisnis untuk melindungi dan
memperbaiki kedudukan kompetitor dalam industrinya.
Menurut peneliti, menggunakan analisis SWOT dengan model Matrik
Tows atau matrik SWOT adalah keputusan yang tepat. Alasan kenapa peneliti
lebih memilih menggunakan model matrik Tows atau Matrik SWOT adalah
karena alat ini dapat dipakai untuk menyusun dan menggambarkan kondisi pada
industri kecil Carica di kabupaten Wonosobo yang meliputi kekuatan dan
kelemahan para pengolah Carica di daerah tersebut, juga peluang dan ancaman
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dihadapi para pengolah di industri kecil Carica di kabupaten Wonosobo.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat matrik SWOT seperti digambarkan
Rangkuti (2001:31) di bawah ini:
IFAS
EFAS
STRENGTS (S)
• Tentukan 5-10 faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
• Tentukan 5-10 faktor
kelemahan internalOPPORTUNITIES (O)
• Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T)
• Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk menghindari
ancamanTabel 3 : Matriks SWOT
Berdasarkan tabel matriks SWOT, yang dimaksud dengan faktor-faktor
kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis di
dalamnya antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemili kan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran.
Sebaliknya yang dimaksud dengan kelemahan atau Weaknesses adalah sebuah
kekurangan yang berasal dari dalam suatu usaha. Oleh sebab itu kekuatan
(Threats) atau kelemahan (weaknesess) sering disebut sebagai faktor internal.
Peluang (Oportunities) adalah berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Sebaliknya ancaman (Threats) adalah
kendala yang berasal dari luar (faktor eksternal) suatu usaha dan dapat
berpengaruh terhadap kemajuan suatu usaha.
Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan dan penerapan strategi
pemasaran yang dilakukan kemudian akan dilakukan analisis data. Analisis ini
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembuatan Laporan
Penarikan kesimpulan
Analisis data akhirPembuatan proposal penelitian dan perijinan
Analisis data awalPengumpulan dataPersiapan penelitian
menggunakan metode analisis SWOT dengan menggunakan pendekatan matrik
SWOT. Setelah dilakukan reduksi data dan pendekatan matrik SWOT maka akan
ditemukan suatu pendekatan strategi pemasaran yang meliputi strategi SO, strategi
ST, strategi WO, strategi WT. Dengan alat ini peneliti akan mendapatkan hasil
reduksi data yang lebih efektif, teliti dan terstruktur.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap dalam penelitian dari awal
sampai akhir. Dalam kegiatan ini sejak pembuatan proposal, mengurus perijinan,
pelaksanaan penelitian di lapangan, analisi data dan pembuatan. Kegiatan analisis
data dimulai dengan analisis awal kemudian dilanjutkan analisis data akhir dan
penarikan kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian ini dapat dibuat dalam sebuah
bagan sebagai berikut:
Gambar 3.2: Prosedur Penelitian
Sumber: H.B Sutopo 2002:1
Penjelasan mengenai tahapan penelitian tersebut adalah:
1. Tahap Persiapan
Penelitian
Tahap ini kegiatannya adalah merencanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan penelitian meliputi: pembuatan proposal penelitian dan
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perijinan.
2. Tahap Pengumpulan
Data
Dalam tahap ini peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Awal
Digunakan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan tersebut sesuai
dengan yang diharapkan dan yang tidak diharapkan.
4. Tahap Analisis Data
Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam
pengumpulan data merupakan data yang sangat mendukung tujuan penelitian.
5. Tahap Penarikan
Kesimpulan
Setelah semua data dianalisis yang sesuai dengan penelitian kualitatif, tahap
selanjutnya adalah menarik kesimpulan / verifikasi dari apa yang dihasilkan
dalam analisis data tersebut. Penarikan kesimpulan didasarkan pada tujuan
peneliti dengan didukung oleh data yang valid sehingga data penelitian
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tahap Pembuatan
Laporan
Semua kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan hasil yang dicapai,
ditulis dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan bentuk
laporan harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Sentra industri kecil Carica terletak di Kabupaten Wonosobo 120
kilometer dari ibukota provinsi Jawa Tengah. Bila dilihat dari garis bujur dan
garis lintang, Kabupaten Wonosobo terletak antara 109o53 Bujur timur 7o21
Lintang selatan. Wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar adalah daerah
pegunungan. Bagian timur terdapat dua gunung berapi yaitu Gunung Sindoro
(3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan
bagian dari dataran tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter).
Di sebelah selatan, terdapat Waduk Wadaslintang.
Secara administratif, Kabupaten Wonosobo memiliki batas-batas sebagai
berikut:
1) sebelah utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang
2) sebelah timur : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang
3) sebelah selatan : Kabupaten Kebumen dan Kabupaten
Purworejo
4) sebelah barat : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen
Kabupaten Wonosobo terdiri dari 15 kecamatan yang meliputi kecamatan
Garung, Kalibawang, Kalikajar, Kaliwiro, Kejajar, Kepil, Kertek, Leksono,
Mojotengah, Sapuran, Selomerto, Sukoharjo, Wadaslintang, Watumalang,
Wonosobo. Selain itu, Kabupaten Wonosobo memiliki 265 desa / kelurahan.
Pohon Carica hanya bisa tumbuh di kecamatan Kejajar dengan luas lahan
5.761,919 ha tepatnya di sekitar dataran tinggi Dieng. Secara greografis dataran
tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi di daerah Kabupaten
Wonosobo dan dataran tertinggi kedua didunia setelah Nepal, dan yang terluas di
Pulau Jawa. dataran tinggi Dieng berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m
dpl. Suhu udara rata-rata 15o C, pada bulan Juli-Agustus, suhu turun sampai
dibawah 0o C. Secara administratif kawasan Dieng terbagi menjadi dua kawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu, Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di Kabupaten
Banjarnegara dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak di wilayah
Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kejajar khususnya
Dieng adalah satu-satunya daerah yang bisa menghasilkan buah Carica.
2. Keadaan Demografis
Penduduk sangat penting artinya sebagai modal pembangunan, sebab
penduduk mempunyai peran utama dan pelaksana serta sumber daya utama dalam
pembangunan. Keadaan penduduk suatu daerah dapat dianalisis dengan
mengetahui komposisi penduduk. Secara umum komposisi penduduk dibedakan
menurut umur, mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Jumlah penduduk
Kabupaten Wonosobo sebanyak 773.967 dengan komposisi umur sebagai
berikut:
Tabel 4.1: Komposisi Penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008
Umur Jumlah Prosentase7-12 98.963 12,7913-15 47.036 6,0816-18 45.174 5,84>19 582.794 75.29
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2008
Angkatan kerja penduduk kabupaten Wonosobo sebanyak 496.931 dengan
kriteria sebanyak 467.160 orang bekerja dan sebanyak 29.771 mencari pekerjaan.
Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan penduduk dapat dirinci sebagai
berikut:
Tabel 4.2: Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008
Keterangan Jumlah Prosentasetidak/belum pernah sekolah 110.899 14,33tidak/belum tamat SD 97.963 12,66tamat SD 336.223 43,44tamat SMP 77.307 9.99tamat SMA 40.746 5,26tamat SMK 11.736 1,5tamat Diploma I dan II 3.510 0,45tamat Diploma III/Sarmud 3.507 0,45tamat Sarjana 3.513 0,45tidak terjawab 88.563 11.47
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2008
3. Sejarah Singkat Industri Carica di Kabupaten Wonosobo
Cikal bakal berdirinya industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo
bermula dari bangkrutnya PT.Dieng Jaya. PT. Dieng Jaya adalah sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang industri pengalengan buah-buahan agro
(hortikultura) dan jamur merang (champignon), dengan jumlah pegawai antara
3200-3500 orang. Dengan produksi sekitar 1,5 juta ton jamur segar per tahun, PT.
Dieng Jaya waktu itu merupakan produsen jamur terbesar di dunia. Akan tetapi
karena terus menerus mengalami defisit sejak tahun 1995, akhirnya PT. Dieng
Jaya berhenti beroperasi pada tahun 2003. Pengaruh penutupan PT. Dieng Jaya
tidak hanya berpengaruh pada lebih dari 3200 keluarga karyawan yang mendadak
kehilangan pekerjaan, tetapi juga pada sekitar 700 keluarga petani plasma yang
bekerja sama dengan perusahaan ini menggunakan pola inti rakyat (PIR)
Kesulitan pasokan Carica yang dialami oleh toko, agen maupun penjual
akibat berhentinya produksi PT.Dieng Jaya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
Kabupaten Wonosobo untuk membuat Carica guna memenuhi permintaan
konsumen Carica. Saat ini diketahui ada sekitar 25 produsen buah Carica di
Kabupaten Wonosobo. Sedangkan jumlah petani sulit diketahui secara pasti
karena setiap petani di Pegunungan Dieng pasti memiliki pohon Carica. Ini
disebabkan karena pohon Carica sangat mudah ditanam, berselang-seling dengan
tanaman-tanaman lain seperti kentang, kacang-kacangan, dan lain sebagainya.
4. Kesempatan Pasar Sentra Industri Kecil Carica di Kabupaten
Wonosobo
Kesempatan pasar sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo ini
dilihat dari adanya kebutuhan pasar yang belum maksimal terpenuhi, bahan baku
yang mudah dibudidayakan, mudah dalam memasuki pasar, sumber daya manusia
yang cukup terampil, serta proses pengolahan yang sederhana. Kebutuhan pasar
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang belum terpenuhi ini bisa dilihat dari jumlah permintaan yang lebih besar
daripada jumlah penawarannya. Sedangkan untuk bahan baku sangat mudah di
tanam dan dibudidayakan khususnya di daerah dataran tinggi Dieng. Sumber daya
manusia yang cukup terampil merupakan kesempatan yang menarik bagi produsen
untuk menciptakan produk yang berkualitas sehingga mampu merebut pasar, serta
proses pengolahan yang mudah menyebabkan banyak pengrajin-pengrajin baru
yang dengan mudah dapat ikut bersaing.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Strategi Pengembangan Sentra Industri Kecil Carica di
Kabupaten Wonosobo
Strategi Pengembangan Sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo
menganalisa faktor-faktor yang perlu ditingkatkan oleh sentra industri Carica
antara lain modal, teknologi, manajemen, pasar, kewirausahaan, kelembagaan dan
kemitraan usaha.
a. Modal
Dalam suatu usaha modal memegang peranan penting, dengan
kelancaran modal usaha maka proses produksi bisa berjalan dengan benar,
sebaliknya apabila faktor modal mengalami kendala maka kegiatan
produksipun akan mengalami kendala. Para pengrajin sentra industri kecil
Carica di Kabupaten Wonosobo sebagian besar memulai usahanya dengan
menggunakan modal sendiri (informan 1,2,4,7) adapula yang menggunakan
modal sendiri di tambah modal pinjaman (informan 3,5,8) selain itu adapula
informan yang modalnya berasal dari modal pinjaman (informan 6).
Modal awal pengrajin Carica berkisar dari Rp 500.000,00 – Rp
50.000.000,00. Dalam perjalanan usaha selalu terjadi pasang surut permodalan
dan sebagian besar pengrajin Carica menyatakan bahwa modal menjadi
kendala utama dalam produksi (Informan 1,2,3,4,5,6.7.8), namun usaha
mereka masih tetap bisa bertahan. Beberapa cara dilakukan pengrajin untuk
tetap bisa berproduksi meskipun dengan keadaan modal yang pasang surut
antara lain dengan cara berusaha mencari pinjaman baik dari lembaga
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keuangan maupun nonkeuangan (informan 1,3,6), adapula yang menggunakan
cara berproduksi semampunya saja, yaitu berproduksi sebesar modal yang ada
(Informan 2,4,5,7,8). Peminjaman uang pada lembaga keuangan menurut
pengrajin yang melakukan peminjaman sejauh ini tidak begitu sulit
permasalahannya hanya pada agunan saja (informan 1,3,6). Bisa disimpulkan
bahwa permasalahan modal bukan dikarenakan kesulitan dalam peminjaman
di lembaga keuangan maupun bukan lembaga keuangan namun kesulitan ada
pada agunan bank yang terlalu berat untuk para pengrajin, sehingga sebagian
besar pengrajin tidak mau meminjam uang mereka lebih memilih untuk
mensiasati modal yang ada agar dapat terus berputar.
b. Teknologi
Teknologi diciptakan bertujuan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan
faktor-faktor produksi. Sejauh ini proses pengolahan Carica sebagian besar
pengrajin masih menggunakan cara sederhana atau manual ( informan
2,3,4,6,7,8) dan hanya beberapa saja yang menggunakan cara semi mekanik
( informan 1 dan 5). Selain dikarenakan harga mesin yang mahal para
pengrajin masih menganggap proses produksi dengan cara manual jauh lebih
bagus daripada penggunaan mesin teknologi canggih. Pengolahan Carica
sebagian besar masih menggunakan cara lama dari pendahulunya, dan bisa
dikatakan bahwa proses pengolahan Carica sederhana mulai dari pengupasan
buah, pemisahan biji dengan daging buah, pemotongan buah, pemasakan dan
pengemasan saja, tidak ada proses yang begitu rumit (informan
1,2,3,4,5,6,7,8). Namun apabila dikaitkan dengan kuantitas, dengan
penggunaan teknologi dapat meningkatkan jumlah produksi Carica yang jauh
lebih banyak. Menurut pengrajin yang menggunakan cara semi mekanik hal
itu dikarenakan prosesnya yang belum bisa sepenuhnya dilakukan oleh mesin
sebagai contoh untuk pemilihan dan pengupasan Carica harus dilakukan satu-
persatu dan juga proses pemisahan daging buah dan biji juga menggunakan
tangan, baru proses selanjutnya sampai pada pengemasan bisa dilakukan
dengan mesin. Dengan proses produksi menggunakan mesin produk Carica
dapat bertahan selama 2 tahun jauh lebih lama dibandingkan dengan
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan cara sederhana yang dapat bertahan selama 1 tahun.
c. Manajemen
Dengan penerapan manajemen yang baik maka keputusan-keputusan
untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya
dalam proses produksi dapat tercapai. Kegiatan produksipun akan berjalan
secara efektif dan efisien, sehingga apabila terjadi resiko usaha maka dapat
seminimal mungkin. Hampir semua pengrajin sudah menerapkan manajemen
dalam usaha mereka (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) meskipun penerapan itu belum
dilakukan secara maksimal.
Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan banyaknya bahan baku produksi
hal itu dilakukan untuk mengefisienkan pengeluaran gaji pegawai dan
mengefektifkan tenaga kerja. Jumlah tenaga sentra usaha Carica Kabupaten
Wonosobo berkisar antara 4-25 orang, di mana tiap orang memiliki tugasnya
masing-masing, antara lain mengupas dan memisahan buah dan biji,
pemotongan, pemasakan, pengemasan dan pengepakan/packing. Pembagian
kerja pada sentra industri kecil Carica yang jumlah tenaga kerjanya kurang
dari 10 untuk mempercepat proses produksi maka pertama-pertama semua
tenaga kerja melakukan proses pengupasan dan pemisahan biji dan buah serta
pemotongan baru nanti mulai dari proses pemasakan dan pengemasan hanya
beberapa tenaga kerja saja (Informan 2, 3,6,7).
Dalam berproduksi pemilihan bahan baku selalu dilakukan oleh pengrajin
Carica hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil produk yang memuaskan
(Informan 1,2,3,4,5,6,7,8) mulai dari aroma buah yang harum, warna buah
yang kuning serta daging buah yang tebal. Pemilihan buah juga harus benar-
benar tepat karena tidak boleh mentah dan tidak boleh terlalu matang. Buah
yang terlalu matang akan sulit di proses karena daging buahnya yang sudah
empuk dan buah yang terlalu muda rasa buahnya masih pahit.
d. Pasar
Suyadi Prawirosentono (2002: 21) menyatakan bahwa “secara umum pasar
merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang atau jasa yang dijadikan
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
objek jual beli, pasar demikian disebut pasar dalam arti sempit. Pasar dalam
arti yang luas, yakni merupakan tempat konsumen potensial berada”.
Segmentasi produk Carica tidak terfokus pada segmen tertentu saja namun
semua segmen (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) kecuali orang dengan penyakit gula
(berdasarkan informan 1) karena kandungan gula produk Carica yang diolah
menjadi manisan tinggi.
Lokasi pemasaran sentra industri Carica mengincar tempat wisata dan
toko oleh-oleh (informan 2,3,6,7,8) selain mengincar tempat-tempat tersebut
adapula yang melakukan tes market dulu sebelum menentukan lokasi
pemasaran produknya (informan 1,5) namun adapula yang sama sekali tidak
menentukan lokasi pemasarannya karena produknya sudah habis terjual
sebelum keluar dari pabrik (informan 4). Sejauh ini penerimaan pasar terhadap
produk Carica bisa dikatakan positif, permintaan konsumen dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan bahkan pada saat-saat tertentu banyak sentra
industri yang tidak mampu memenuhi permintaan konsumen
(informan1,2,3,4,5,6,7,8).
Agar produksinya dapat dikenal oleh masyarakat maka para pengrajin
melakukan beberapa upaya atau strategi untuk memperkenalkan produknya
antara lain dengan jalan promosi baik melalui lisan maupun media ( informan
1,2,3,4,5,6,7,8) selain dengan promosi beberapa sentra melakukan cara lain
antara lain dengan menyesuaikan kemasan Carica dengan tingkat daya beli
masyarakat (informan 1, 5) adapula yang berani memberikan harga yang
miring dibandingkan dengan pengrajin lainnya (informan 4 dan 7).
Pemasaran produk Carica oleh pengrajin sebagian besar masih berkisar di
lokal daerah Kabupaten Wonosobo saja (informan 2,3,4,6,7) dan adapula yang
sudah keluar daerah antara lain Jawa, Bali ( informan 1,5,8) sedangkan untuk
pasar luar negeri hal itu masih menjadi peluang namun belum adanya pasokan
produk yang cukup untuk dikirim ke luar negeri.
Pesaing dalam usaha sentra industri kecil Carica ini masih merupakan
kompetitor daerah, secara tidak langsung antara sentra satu dengan yang lain
adalah pesaing namun tiap pengrajin memiliki mitra usahanya sendiri-sendiri.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Tingkat permintaan dan penawaran terjadi
ketidakseimbangan, permintaan lebih banyak daripada penawaran produk
yang ada apalagi pada waktu-waktu tertentu produk sama sekali tidak ada
(informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Hal ini dikarenakan stok produk yang kurang serta
buah Carica yang sulit di dapat pada musim kemarau. Kendala-kendala
pengrajin ketika memasuki pasar sangatlah beragam persaingan harga antara
pengrajin yang satu dengan yang lain menjadi salah satu kendala (informan
1,2,7,8) selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa kendala ada pada sistem
pembayaran mitra usaha dengan cara pembayaran di belakang atau konsinyasi
(informan 3,5,6) kurangnya stok produk Carica pun menjadi kendala
tersendiri (informan 4).
e. Kewirausahaan
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri
dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18). Para pengrajin Carica adalah
para wirausahawan yang tangguh mereka terbukti sampai sekarang masih
tetap bisa bertahan dalam kondisi yang naik turun. Sebagian besar sudah
memulai usaha ini bertahun-tahun mulai dari 1-10 tahun, dan bahkan mereka
berani menjadikan Carica sebagai mata pencaharian utama (informan
1,2,3,4,5,6,7,8) bahkan adapula yang meninggalkan pekerjaannya yang lama
dan berwirausaha pada produk Carica (informan 2,3,4,6).
Selama berwirausaha tidak jarang melakukan inovasi-inovasi produk
meskipun hanya pada kemasan produk dan hanya memproduksi Carica dalam
satu produk yaitu manisan Carica (informan 2,3,4,5,6,7,8,9) adapula pengrajin
yang berani melakukan inovasi pada Carica antara lain dengan membuat
sirup, selai, cocktail dan dodol (informan 1). Kendala-kendala yang dihadapi
pengrajin Carica ketika menjalankan usahanya sangat beragam sebagian besar
ada pada kurangnya bahan baku, permodalan, harga bahan pendukungnya
yang mengalami kenaikan ( informan 1,2, 3,4,6,8) adapula yang mengalami
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesulitan pada mahalnya harga teknologi tinggi yang seharusnya bisa
dibeli(informan 5 dan 7).
f. Kelembagaan
Kelembagaan dibentuk dengan tujuan agar antaranggotanya dapat saling
membantu dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau
berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang
diinginkan. Pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo telah membentuk
sebuah Asosiasi Pengrajin Carica atau lebih dikenal dengan sebutan APC.
APC didirikan berdasarkan latar belakang belum adanya komunikasi yang
baik antara pengrajin yang satu dan yang lain, serta belum terbentuknya
informasi yang positif dari tiap-tiap pengrajin selain itu pengrajin Carica
masih berjalan sendiri-sendiri. APC didirikan sejak tahun 2008 dan sampai
sekarang sudah memiliki anggota sebanyak 25 sentra usaha kecil. Di mana
sebagian besar sudah ikut tergabung selama 2 tahun (informan 1,2,4,5,6,7,8)
adapula sentra usaha yang belum tergabung (informan 3).
Setiap organisasi ataupun asosiasi pasti memiliki visi dan misi masing-
masing. Visi dan misi Asosiasi Pengrajin Carica ini adalah membangun usaha
yang solid antarsesama sentra industri Carica, dengan harapan pengrajin
usaha besar bisa membantu pengrajin usaha yang kecil sehingga usaha Carica
dapat besar bersama-sama.
Dalam perjalanannya pertemuan-pertemuan antar pengrajin dilakukan
ketika ada even-even tertentu, dan komunikasi dilakukan lewat media telepon.
Dengan berdirinya APC memberikan beberapa manfaat bagi para anggotanya
antara lain memperoleh informasi yang berkaitan dengan usaha Carica baik
dari pemerintah pusat maupun daerah, kemudahan akses perijinan dari
pemerintah daerah ketika berhubungan dengan kepentingan Carica (informan
2,4,6,) adapula yang menambah relasi bisnis, bantuan peralatan ( informan
1dan 8) selain itu adanya penyeragaman harga jual dan harga beli yang standar
(informan 5 dan 7).
Asosiasi Pengrajin Carica menjadi jembatan penghubung antara pengrajin
dengan pemerintah pusat dan daerah. Lewat APC pemerintah daerah dapat
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan mudah melakukan pelatihan-pelatihan kepada pengrajin antara lain
pelatihan tentang standarisasi pangan, pengemasan yang baik. Selain itu
pemerintah juga memberikan dukungan dalam hal kemudahan peminjaman
modal, menjadikan Carica sebagai ikon Kabupaten Wonosobo, serta menjaga
stabilitas keamanan daerah.
g. Kemitraan usaha.
Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar
(Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan
memperkuat.
Kerjasama dengan mitra usaha dilakukan oleh hampir semua sentra
industri kecil Carica (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) mitra usaha yang tergabung
antara lain toko-toko ataupun agen-agen penjualan baik di daerah Kabupaten
Wonosobo (informan 2,3,4,6,7) maupun luar kota (informan 1,5,8). Kerjasama
juga dilakukan antar sesama sentra industri (informan 1,5,6,8).
Bentuk kerjasama dengan sesama sentra usaha Carica sebagian besar
kualitas yang diinginkan tidak sama dengan yang diharapkan (informan
1,5,6,8) namun hal itu tetap dilakukan karena permintaan konsumen yang
banyak sedangkan sentra industri tidak memiliki stok yang cukup untuk
memenuhi pesanan konsumen. Selama ini loyalitas mitra usaha terhadap
sentra industri kecil Carica bisa dikatakan positif karena sampai sekarang
mereka masih setia terhadap sentra industri kecil Carica (informan
1,2,3,4,5,6,7,8) Permintaan dari mitra usahapun dari waktu ke waktu
mengalami kenaikan dan bergerak naik ( informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Dalam
melakukan kerjasama dengan mitra usaha selama ini sebagian besar penjual
dan agen langsung datang ke sentra usaha kecil Carica (informan 2,3,4,7,8)
Selain itu ada pula sentra industri yang menawarkan produknya ke mitra usaha
baru (informan 1,5,6).
2. Bahan Baku
Bahan baku sangat diperlukan dalam satu proses produksi dan ditambah
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan bahan pembantu atau penolongnya. Bahan baku Carica ialah papaya
gunung yang dikenal dengan nama Carica. Bahan baku Carica dipasok langsung
dari petani atau pengepul didataran tinggi Dieng (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) karena
hanya di daerah Dieng saja pohon Carica dapat berbuah (informan
1,2,3,4,5,6,7).Berdasarkan keterangan dari kepada bagian perkebunan Disperindag
Kabupaten Wonosobo, pembudidayaan Carica juga pernah diusahakan di tempat
lain tepatnya di kecamatan Kalikajar namun tidak berhasil, pohon Carica tumbuh
tapi tidak bisa berbuah.
Setiap pengrajin memiliki pemasok tetap untuk Carica berkisar antara 1-
22 pengepul maupun petani (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) di mana masing-masing
petani maupun pengepul memiliki jadwal sendiri-sendiri sesuai kesepakatan
dengan pengrajin. Beberapa pengrajin menghendaki pengepul itu datang
seminggu sekali (informan 2,3,7), adapula yang 3 x seminggu (informan 5), 2x
seminggu (informan 6 dan 8) bahkan adapula pengrajin yang menghendaki setiap
hari petani datang (informan 1 dan 4).
Kebutuhan bahan baku antara sentra industri kecil Carica yang satu
dengan yang lain berbeda. Beberapa sentra industri kecil Carica membutuhkan
kurang lebih 3 ton perbulanya (informan 2,3,4,6) adapula yang membutuhkan
kurang lebih 5 ton perbulan (informan 7,8), bahkan adapula yang membutuhkan
lebih dari 10 ton (informan 1 dan 5).
Bahan baku Carica masih sulit didapat apalagi pada musim kemarau
karena pohon Carica tidak berbuah sebanyak pada musim panen raya. Para
pengrajin pun mengatakan kesulitan memperoleh buah Carica (informan
1,2,3,4,5,6,7,8) apalagi pada waktu pesanan semakin banyak. Untuk mengatasi hal
itu maka pengrajin Carica melakukan persedian untuk memenuhi permintaan
konsumen dengan cara persediaan stok (informan 1,2,3,4,5,6,7) jadi pada waktu
panen raya produksi Carica meningkat dan dijadikan stok untuk mengantisipasi
permintaan konsumen pada waktu bahan baku Carica sulit diproduksi (informan
1,2,3,4,5,6,7,8).
C. Temuan Strategi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fokus permasalahan pada laporan ini adalah tentang strategi pengembangan
sentra indusrti kecil Carica di Kabupaten Wonosobo. Temuan studi yang
merupakan hasil penelitian apabila dihubungkan dengan kajian teori yang telah
disusun maka dapat diketahui bahwa apa yang telah ditemukan dalam penelitian
memang ada kaitannya dengan kajian-kajian teori yang ada. Keterkaitan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Strategi Pengembangan Sentra Industri Kecil Carica di
Kabupaten Wonosobo
a. Modal
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai
operasinya sehari–hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka
waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Pada sentra usaha
kecil Carica modal kerja yang telah dikeluarkan telah dapat kembali lagi
dalam waktu kurang lebih 2 tahun, dan hasil keuntungan dari produksinya pun
dapat digunakan untuk kebutuhan produksi maupun untuk kehidupan sehari-
hari.
Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu kurang lebih
2 tahun, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka
waktu yang panjang, sebagian besar para pengrajin sudah bertahan lebih dari 5
tahun. Para pengrajin menggunakan modal kerja untuk membiayai proses
produksi dan biaya tenaga kerja, sedangkan sisa modal kerja digunakan untuk
tambahan modal tetap.
b. Teknologi
Perkembangan teknologi sekarang ini memperlihatkan perkembangan ke
berbagai arah. Penggunaan teknologi dapat diterapkan di berbagai bidang.
Pada sentra industri kecil Carica yang proses produksinya sudah
menggunakan teknologi tinggi maka proses produksi bisa lebih baik,hal ini
bisa terlihat pada waktu kadaluwarsa produk yang bisa mencapai waktu 2
tahun, sedangkan dengan teknologi sederhana waktu kadaluwarsa produk
hanya mencapai waktu 1 tahun. Jumlah produksipun jauh lebih banyak
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibandingkan dengan proses produksi manual. Hanya saja sebagian besar
pengrajin belum bisa menggunakan teknologi tinggi tersebut, hal ini
dikarenakan harga mesin produksinya yang mahal yang belum bisa dijangkau
oleh pengrajin Carica.
c. Manajemen
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
pengunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan pada sentra industri kecil Carica
proses perencanaan sudah dilakukan mulai dari banyaknya bahan baku yang
mau diproses hingga jumlah tenaga kerja, pengorganisasian juga sudah
dilakukan sebagai contoh setiap pekerja sudah memiliki tugas masing-masing.
Pengarahan pun dilakukan pada saat sebelum mulai proses produksi agar
pekerjaan yang dilakukan dapat tepat dan tidak terjadi kesalahan dalam proses
produksi. Pengawasanpun dilakukan selama proses produksi dilakukan sampai
pada proses akhir hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk agar tetap
bagus dan tidak rusak, serta menjaga agar pekerja melakukan tugasnya dengan
benar, dengan melakukan semua itu maka tujuan perusahaan yaitu
menghasilkan produk yang berkualitas dapat tercapai dan nantinya
mendatangkan keuntungan.
Proses Pembukuan perusahaan di hampir semua sentra industri kecil
belum dilakukan dengan baik. Pembukuan sebagian besar hanya dilakukan
dengan sangat sederhana, belum terperinci sampai hal-hal kecil, hanya pada
pendapatan perusahaan saja, yang terpenting bagi pengrajin adalah perusahaan
masih bisa berproduksi dan bisa membayar gaji karyawan.
d. Pasar
Pasar adalah suatu mekanisme yang mempertemukan pembeli (konsumen)
dengan penjual (produsen) sehingga berinteraksi untuk membentuk suatu
kesepakatan harga jual. Adanya tindakan penawaran dan permintaan akan
dapat menimbulkan harga dan kesesuaian harga akan menimbulkan jual beli.
Transaksi jual beli akan menimbulkan keuntungan yang akan dapat menutupi
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
biaya produksi serta menambah modal perusahaan. Produk Carica merambah
pasar lokal, regional hingga ke pasar interlokal. Beberapa Pengrajin ada yang
hanya melayani permintaan lokal Kabupaten Wonosobo,namun ada beberapa
pengrajin Carica yang sudah melayani konsumen regional bahkan ke pasar
interlokal antara lain di pulau Bali, Sumatera dan Kalimantan.
Dalam dunia usaha tanpa adanya persaingan maka tidak akan mengalami
perkembangan sampai sejauh yang kita terima saat ini. Persaingan merupakan
gejala sosial yang terjadi masyarakat yang selalu menimbulkan segala
kontroversi. Sehingga persaingan menjadi suatu hal yang wajib terjadi di
dalam dunia usaha
Persaingan pada sentra industri kecil Carica diikuti oleh para pengrajin
lokal saja karena para pengrajin Carica hanya ada di sekitar Kabupaten
Wonosobo. Persaingan biasanya ada pada harga produk Carica, beberapa
pengrajin berani memberikan harga lebih murah dibandingkan dengan
pengrajin yang lain.
Pasar memiliki beberapa fungsi:
1) Fungsi Pokok
Sarana pelayanan masyarakat juga sebagi sumber pendapatan daerah yang
dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang jasa dan pencipta
kesempatan kerja, dengan adanya sentra-sentra usaha kecil Carica maka
dapat menyerap tenaga kerja yang nantinya dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.
2) Fungsi pada skala kecil
Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling memenuhi
kebutuhannya masing-masing baik kebutuhan yang bersifat konsumtif
maupun untuk bidang jasa. Penjual Carica membutuhkan pasar untuk
memasarkan produknya sedangkan pembeli membutuhkannya untuk
memenuhi kebutuhan konsumtifnya selain itu untuk memperoleh
tambahan penghasilan dengan menjualnya lagi kepada konsumen
berikutnya.
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Kewirausahaan
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri
dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun
dalam kondisi tidak pasti. Para pengrajin Carica adalah para wirausahawan
yang tangguh mereka berani mengampil resiko dan mau terus bersemangat
mengembangkan usaha mereka bekerja keras dan pantang putus asa selama
menjalani usaha ini. Mereka juga bisa membaca peluang dimasa yang akan
datang dengan memproduksi Carica, dimana Carica memiliki keunggulan
tersendiri karena tidak ditemukannya buah ini di tempat lain dan merupakan
buah spesifik dari Kabupaten Wonosobo , sehingga pesaingnyapun masih
terbatas pada pengrajin lokal dan pasar pun masih sangat luas terbuka.
Beberapa ciri-ciri wirausahawanpun bisa ditemukan pada pengrajin
Carica yang ada di Kabupaten Wonosobo mulai dari visi dan tujuan yang
jelas, inisiatif dan selalu proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil
risiko, kerja keras, bertanggungjawab, komitmen, mengembangkan dan
memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.
f. Kelembagaan
Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau
organisasi yang menfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu
mereka dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau
berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang
diinginkan. Sentra industri Kecil Carica telah membentuk kelembagaan yang
diberi nama Asosiasi Pengrajin Carica (APC) pada tahun 2008 dan
anggotanya adalah para sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo
sebanyak 25 orang. Tujuan dibentuknya Asosiasi ini ialah agar para pengrajin
Carica yang ada di Kabupaten Wonosobo setidaknya dapat berhubungan
secara positif yang nantinya dapat mendatangkan keuntungan bersama.
Dengan adanya lembaga APC ini para pengrajin sudah dapat mendapatkan
manfaat antara lain kemudahan akses dari pemerintah daerah ketika
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyelesaikan kepentingan sehubungan dengan Carica. Tujuan didirikannya
APC yaitu agar sentra industri kecil Carica dapat berkembang besar secara
bersama-sama sehingga nantinya dapat menjadi komoditas unggulan
Kabupaten Wonosobo.
g. Kemitraan usaha.
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama
dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Pola kemitraan
antara UKM dan UB di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9
Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang
kemitraan antara lain ialah keagenan adalah hubungan kemitraan antar
kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus
untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra. Para pengrajin
Carica biasanya memasok produk Carica ke beberapa agen yang nantinya
para agen diberi kebebasan untuk memasarkan produk Carica.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan
kemitraan diantaranya adalah:
1) meningkatnya produktivitas, dengan adanya kemitraan maka produk
Carica yang ia buat pasti akan habis karena nantinya akan diambil oleh
mitra usaha yang membutuhkan, sehingga nantinya sentra industri kecil
akan menambah jumlah produksinya.
2) efisiensi, dapat terlihat pada kemitraan antara sentra yang satu dengan yang
lain, dengan adanya kemitraan sentra industri satu bisa mengambil produk
dari sentra industri kecil mitranya ketika dia membutuhkan stok dalam
jumlah besar yang tidak bisa ia penuhi.
3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, meskipun jaminan kualitas
setiap sentra industri itu beda namun setiap sentra memiliki kualitas yang
ia pertahankan. Dengan adanya mitra usaha maka sentra usaha dapat
menyediakan pesanan dalam waktu yang kontinyu khususnya untuk
pasokan luar daerah karena dia akan mengambil pasokan dari mitranya
apabila stok yang ia butuhkan kurang.
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) menurunkan resiko kerugian, dengan adanya kerjasama dengan mitra maka
pelanggan setia akan tetap bertahan karena sentra usaha masih bisa tetap
memenuhi pesanan mekipun tidak selalu maksimal.
5) memberikan social benefit yang cukup tinggi, keuntungan akan dapat
bertambah ketika dia bisa menjual produk yang jauh lebih banyak, baik itu
dengan cara dijual sendiri ataupun melalui mitra usaha
6) meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional, dengan kondisi ekonomi
yang stabil dan sedikitnya tingkat pengangguran karena telah terserap pada
sentra-sentra industri yang akan memberikan ketahanan ekonomi di
daerah-daerah yang nantinya akan berdampak pada ketahanan nasional.
2. Bahan Baku
Setiap industri pasti memerlukan persediaan tanpa adanya persedian, para
pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaanya pada suatu waktu
tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Pengrajin Carica juga melakukan
persediaan guna memenuhi permintaan pelanggan ketika produksi Carica
mengalami penurunan karena sedikitnya bahan baku Carica pada musim
kemarau. Persediaan Carica oleh para pengrajin dalam bentuk stok Carica, jadi
pada waktu panen raya Carica diproduksi secara besar-besaran dan menyiapkan
stok sebanyak mungkin karena jumlah Carica yang melimpah dan harga Carica
yang cenderung murah.
3. Analisis SWOT
Dalam analisis SWOT terdapat dua analisis yang digunakan yaitu analisis
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Masing-masing strategi yang
terdapat dalam matriks SWOT tersebut memiliki karakteristik tersendiri dan
hendaknya dalam implementasi strategi selanjutnya dilaksanakan secara bersama-
sama sehingga dapat saling mendukung satu sama lain.
a. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor internal yang berada di dalam perusahaan yang
mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Faktor-faktor internal itu ialah
faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan yang dimaksud adalah
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
beberapa keunggulan yang dimiliki perusahaan sehingga memiliki posisi pasar
yang kuat dan kinerja yang baik. Sedangkan kelemahan disini adalah segala
kekurangan-kekurangan yang dimiliki perusahaan yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat memperlemah kinerja perusahaan dan dapat pula
membuat perusahaan menjadi gulung tikar.
1) Kekuatan (strength)
Kekuatan yang berpengaruh cukup besar bagi para pengrajin
adalah kemampuan mencapai target dan segmen pasar. Kemampuan para
pengrajin Carica dalam mengelompokkan konsumen merupakan usaha
untuk meningkatkan pendapatan dan memperluas jaringan pasar. Dari
hasil pengelompokan tersebut akan muncul sikap konsumen untuk setia
terhadap produk Carica, sehingga perlahan-lahan akan menjadi pelanggan
setia.
Sumber daya manusia dan sumber daya alam merupakan faktor
penting dalam kegiatan dan proses produksi terutama dalam pembuatan
produk Carica. Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak di Kabupaten
Wonosobo dijadikan sebagai kekuatan di industri kecil Carica. Keahlian
dan ketrampilan para karyawan harus tinggi sehingga produk yang
dihasilkan mempunyai kualitas bagus. Proses produksi Carica yang
sederhana menjadi kekuatan pengrajin Carica karena dapat dimasuki oleh
calon pengrajin baru yang juga tertarik berproduksi Carica. Biaya
produksi rendah merupakan faktor kekuatan yang dimiliki oleh
perusahaan, sehingga mampu untuk mencapai keuntungan yang inginkan.
Perajin Carica memilih bahan baku Carica yang didatangkan
langsung dari dataran tinggi Dieng sebagai tempat tersedianya pohon
Carica, sehingga produk yang dihasilkan juga berkualitas. Perajin Carica
juga melakukan kerjasama dengan perusahaan Carica sejenis yang ada di
Kabupaten Wonosobo dalam hal pemasaran produknya, sehingga mampu
memenuhi permintaan konsumen, hal ini dijadikan kekuatan bagi
pengrajin Carica Kabupaten Wonosobo.
Para pengrajin Carica dapat membaca peluang pasar Carica
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan baik, akibat bangkrutnya PT.Dieng Jaya sebagai pemasok utama
Carica menyebabkan para penjual dan agen-agen kesulitan dalam
memperoleh produk Carica oleh para pengrajin peluang ini dijadikan
lahan dia untuk menproduksi Carica dan memasarkan ke penjual ataupun
agen-agen tersebut. Persaingan usaha sentra industri kecil Carica masih
terjadi pada kalangan pengrajin lokal saja sehingga menjadi faktor
kekuatan pengrajin Carica Kabupaten Wonosobo karena jumlahnya yang
masih sedikit dan tingkat persaingannya pun masih wajar pada faktor
harga produk.
2) Kelemahan (Weakness)
Kelemahan yang ada pada industri Carica Kabupaten Wonosobo
adalah adanya keterbatasan bahan baku Carica yang ada. Keadaan ini
karena pasokan buah Carica dari petani yang memang kurang karena
jumlah pohon Carica yang masih sedikit dan cara penanaman pohon
Carica yang hanya dijadikan tanaman simpang sedangkan Carica hanya
bisa tumbuh di dataran tinggi Dieng saja.
Teknologi menjadi salah satu kendala dalam sentra industri kecil
Carica, hal ini dikarenakan sebagian besar para pengrajin masih
menggunakan cara manual dalam memproses Carica. Hal ini dikarenakan
mahalnya harga teknologi tinggi tersebut yang tidak mampu dibeli oleh
para pengrajin Carica . Padahal apabila menggunakan teknologi yang
tinggi maka proses produksi akan lebih cepat dan kuantitas yang
dihasilkan akan jauh lebih banyak sehingga nantinya dapat untuk
memenuhi permintaan konsumen. Dengan sifat buah Carica yang
termasuk tumbuhan musiman maka pada musim-musim tertentu buah
Carica akan sulit didapat dan pada musim panen raya yaitu pada saat
musim penghujan pohon Carica akan menghasilkan buah yang sangat
banyak, pada saat itulah para pengrajin melakukan proses produksi Carica
secara besar-besaran yang nantinya produk Carica akan dijadikan stok
produk ketika buah Carica tidak berbuah. Jadi konsumen dapat
mendapatkannya sepanjang tahun mesti jumlahnya terbatas.
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kekurangan modal menjadi salah satu kelemahan di sentra industri
kecil Carica, hal ini dikarenakan sebagian besar sistem pembayaran
dilakukan dengan cara bayar di belakang maupun adanya konsinyasi yang
menyebabkan modal tidak cepat kembali, sehingga para pengrajin harus
menyediakan modal dobel untuk dapat tetap berproduksi selain itu para
pengrajin hanya dapat memproduksi semampunya.
b. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor eksternal yang berada di luar perusahaan yang
mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Faktor-faktor eksternal tersebut
faktor peluang dan faktor ancaman. Faktor peluang (opportunity), merupakan
keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan terutama
kesempatan-kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan. Sedangkan faktor ancaman (threats)
adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan yang sekiranya dapat
mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
1) peluang (opportunity)
Peluang-peluang yang terdapat pada sentra industri kecil Carica
Kabupaten Wonosobo adalah bahan baku Carica yang hanya tersedia di
Kabupaten Wonosobo tepatnya di dataran tinggi Dieng dan tidak
ditemukan di daerah lain, dengan demikian maka peluang pasar untuk
produk Carica besar selain dekat dengan bahan baku pesaingpun hanya
para pengrajin lokal saja.
Belum tergarapnya Carica secara maksimal, masih sedikitnya
bahan baku inovasi produnyanyapun masih jarang dilakukan sebagian
besar masih memproduksi Carica dalam bentuk manisan Carica saja.
Permintaan konsumen yang tinggi terhadap produk Carica menjadi
salah satu peluang bagi para pengrajin Carica, sehingga dengan jumlah
yang terbatas dan jumlah produk yang sedikit maka harga produk Carica
di pasaran tinggi.
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dijadikannya Carica sebagai makanan khas Kabupaten Wonosobo
oleh pemerintah daerah menjadi peluang tersendiri untuk para pengrajin
selain perhatian pemerintah pada para pengrajin Carica dengan
memberikan pelatihan-pelatihan sehubungan dengan Carica maupun
kemudahan dalam mengurus kepentingan sehubungan dengan Carica.
Resiko rendah dapat dijadikan peluang oleh para pengrajin karena
dengan permintaan yang tinggi dan pasokan Carica yang masih terbatas
maka resiko kerugian dari para pengrajin Carica rendah.
2) ancaman (threats)
Ancaman sentra industri kecil Carica Kabupaten Wonosobo dapat
berasal dari faktor alam maupun pesaing. Untuk faktor alam, karakteristik
dataran tinggi Dieng yang berupa pegunungan yang semuanya hampir
dijadikan lahan kentang dapat memicu terjadinya longsor yang
mengancam matinya pohon Carica, hal ini dapat mengancam
keberlangsungan sentra industri karena pasokan bahan baku utama tidak
bisa di dapatkan di tempat lain. Pesaing dapat dijadikan ancaman untuk
para pengrajin sentra industri kecil Carica Kabupaten Wonosobo ketika
ada investor yang menanamkan modalnya dalam jumlah besar dan
mendirikan Perusahaan Carica di Kabupaten Wonosobo. Dengan adanya
perusahaan maka Carica dapat diproduksi dalam jumlah besar-besaran
yang nantinya akan menurunkan harga jual Carica.
Ancaman yang lain bisa datang pada pohon Carica itu sendiri,
ditakutkan suatu saat pohon Carica terkena wabah penyakit yang nantinya
dapat mematikan pohon-pohon Carica yang ada, selain itu perubahan
selera konsumen juga menjadi ancaman tersendiri, konsumen akan jenuh
atau bosan dengan produk Carica yang belum begitu berkembang.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti serta wawancara
dengan beberapa pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo maka dapat dianalisis
faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada
sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut:
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Kekuatan
a) Proses Produksi mudah
b) Mampu membaca peluang pasar
c) Bekerjasama dengan sesama produsen atau pengrajin sejenis
d) Jumlah tenaga kerja yang melimpah
e) Mempunyai kualitas produk yang baik
f) Persaingan dengan pengrajin lokal
2) Kelemahan
a) Keterbatasan bahan baku yang tersedia
b) Mahalnya harga teknologi tinggi
c) Hambatan pada saat musim kemarau
d) Adanya modal macet
e) Adanya sistem pembayaran di belakang ataupun konsinyasi
f) Kenaikan harga barang pembantu
g) Pengiriman barang yang terhambat
h) Pesaingan harga antar pengrajin
i) Inovasi masih jarang dilakukan
j) Manajemen belum dilakukan secara maksimal
3) Peluang
a) Carica merupakan tanaman khas Kabupaten Wonosobo
b) Permintaan konsumen yang tinggi
c) Carica belum tergarap secara maksimal
d) Harga jual Carica yang tinggi
e) Resiko yang rendah
f) Perhatian Pemerintah Daerah terhadap sentra industri kecil Carica
4) Ancaman
a) Pohon Carica terkena wabah penyakit
b) Bencana Longsor di dataran tinggi Dieng
c) Berubahnya selera konsumen
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sentra industri kecil
Carica sekaligus adanya peluang dan ancaman yang ada, kemudian dilakukan
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengkombinasian antara kekuatan dengan kelemahan, kekuatan dengan peluang,
kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang, kelemahan dengan
ancaman serta peluang dan ancaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan matriks SWOT berikut ini:
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (strength)
• Proses Produksi
mudah
• Mampu membaca
peluang pasar
• Bekerjasama dengan
sesama produsen atau
pengrajin sejenis
• Jumlah tenaga kerja
yang melimpah
• Mempunyai kualitas
produk yang baik
• Persaingan dengan
pengrajin lokal
Kelemahan (weakness)
• Keterbatasan
bahan baku yang
tersedia
• Mahalnya harga
teknologi tinggi
• Hambatan pada
saat musim
kemarau
• Adanya modal
macet
• Adanya sistem
pembayaran di
belakang ataupun
konsinyasi
• Kenaikan harga
barang pembantu
• Pengiriman
barang yang
terhambat
• Pesaingan harga
antar pengrajin
• Inovasi masih
jarang dilakukan
• Manajemen
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belum dilakukan
secara maksimalPeluang
(Opportunity)
• Carica
merupakan
tanaman
khas
Kabupaten
Wonosobo
• Permintaan
konsumen
yang tinggi
• Carica
belum
tergarap
secara
maksimal
• Harga jual
Carica yang
tinggi
• Resiko yang
rendah
• Perhatian
Pemerintah
Daerah
terhadap
sentra
industri
kecil Carica
Strategi SO
• Memanfaatkan peluang
pasar yang ada dengan
memproduksi Carica
yang merupakan
tanaman khas
Kabupaten Wonosobo
• Memanfaatkan proses
produksi yang mudah
dan jumlah tenaga kerja
yang melimpah untuk
dapat memaksimalkan
produksi Carica
• Memanfaatkan
kerjasama dengan
sesama produsen atau
pengrajin sejenis untuk
memenuhi permintaan
konsumen yang tinggi
• Memanfaatkan
perhatian pemerintah
daerah yang
menjadikan Carica
sebagai icon Kabupaten
Wonosobo untuk dapat
mengembangkan serta
meningkatkan produk
Carica
Strategi WO
• Melakukan
persediaan dalam
bentuk stok barang
untuk mengatasi
masalah ketika
kekurangan bahan
baku
• Perbaikan
manajemen produksi
• Melakukan
penjualan secara
langsung (membuka
toko) untuk
mengatasi modal
yang macet.
• Pada saat musim
kemarau produksi
Carica dipindahkan
ke produksi
makanan olahan
lainnya seperti
kacang dieng, jamur
dieng, purwaceng,
dll yang menjadi
komoditas
Kabupaten
Wonosobo lainnya.
• Memanfaatkan
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
media teknologi
(internet) untuk
mempromosikan
Carica.
• Harga jual carica
yang tinggi dapat
menolong harga
bahan penolong
ketika mengalami
kenaikan harga di
pasaran.
Melakukan inovasi produk pada carica untuk menaikan permintaan dari konsumen.
Ancaman
(Threats)
• Pohon
Carica
terkena
wabah
penyakit
• Bencana
Longsor
di
dataran
tinggi
Dieng
• Berubah
nya
selera
konsum
Strategi ST
• Antisipasi bencana
alam khususnya tanah
longsor yaitu dengan
melakukan
penyuluhan pada
masyarakat sekitar
dataran tinggi Dieng
agar lebih peduli
pada lingkungan.
• Melakukan inovasi
produk yang dapat
meningkatkan selera
konsumen
• Melakukan
penelitian-penelitian
berkaitan dengan
Strategi WT
• Riset pemasaran
terkait dengan
kondisi
perekonomian
Negara melalui
jasa konsultan
pemasaran yang
dilakukan oleh
lembaga APC dan
di Bantu oleh
Pemerintah
Daerah
Wonosobo
• Ancaman tanah
longsor dapat
ditanggulangi
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
en pohon Carica untuk
dapat menemukan
kemungkinan wabah
penyakit yang dapat
menyerang pohon
Carica
dengan
memperbanyak
tanaman Carica
setidaknya dapat
lebih banyak
menyerap air
dibandingkan
tanaman kentang.
• Inovasi perlu
dilakukan untuk
menangulangi
kebosanan
konsumen
terhadap produksi
carica.Sumber: Hasil Penelitian tahun 2009/2010
Keterangan: S= strength, W= weakness, O= Opportunity, T= Threats
5. Perumusan Strategi Pengembangan
Berdasarkan hasil Matriks SWOT tersebut diperoleh berbagai macam
strategi baru hasil kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
a. Hasil kombinasi kekuatan dan peluang menghasilkan strategi antara lain:
1) Memanfaatkan peluang pasar yang ada dengan memproduksi Carica yang
merupakan tanaman khas Kabupaten Wonosobo
2) Memanfaatkan proses produksi yang mudah dan jumlah tenaga kerja yang
melimpah untuk dapat memaksimalkan produksi Carica
3) Memanfaatkan kerjasama dengan sesama produsen atau pengrajin sejenis
untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi
4) Memanfaatkan perhatian pemerintah daerah yang menjadikan Carica
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai icon Kabupaten Wonosobo untuk dapat mengembangkan serta
meningkatkan produk Carica
b. Hasil kombinasi kekuatan dengan ancaman menghasilkan strategi antara
lain:
1) Antisipasi bencana alam khususnya tanah longsor yaitu dengan melakukan
penyuluhan pada masyarakat sekitar dataran tinggi Dieng agar lebih peduli
pada lingkungan.
2) Melakukan inovasi produk yang dapat meningkatkan selera konsumen
3) Melakukan penelitian-penelitian berkaitan dengan pohon Carica untuk
dapat menemukan kemungkinan wabah penyakit yang dapat menyerang
pohon Carica
c. Hasil kombinasi kelemahan dengan peluang menghasilkan strategi antara
lain:
1) Melakukan persediaan dalam bentuk stok barang untuk mengatasi masalah
ketika kekurangan bahan baku
2) Perbaikan manajemen produksi
3) Melakukan penjualan secara langsung (membuka toko) untuk mengatasi
modal yang macet.
4) Pada saat musim kemarau produksi Carica dipindahkan ke produksi
makanan olahan lainnya seperti kacang dieng, jamur dieng, purwaceng, dll
yang menjadi komoditas Kabupaten Wonosobo lainnya.
5) Memanfaatkan media teknologi (internet) untuk mempromosikan Carica.
6) Harga jual carica yang tinggi dapat menolong harga bahan penolong
ketika mengalami kenaikan harga di pasaran.
7) Melakukan inovasi produk pada carica untuk menaikan permintaan dari
konsumen.
d. Hasil kombinasi kelemahan dengan ancaman menghasilkan strategi antara
lain:
1) Riset pemasaran terkait dengan kondisi perekonomian Negara melalui jasa
konsultan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga APC dan di Bantu oleh
Pemerintah Daerah Wonosobo
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Ancaman tanah longsor dapat ditanggulangi dengan memperbanyak
tanaman Carica setidaknya dapat lebih banyak menyerap air dibandingkan
tanaman kentang.
3) Inovasi perlu dilakukan untuk menangulangi kebosanan konsumen
terhadap produksi carica.
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Pada bab terakhir ini peneliti akan mengemukakan suatu simpulan,
implikasi dan saran berdasarkan penelitian.
A. Kesimpulan
Dengan melakukan strategi pengembangan pada sentra industri kecil
Carica, dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan
pendapatan para pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo. Faktor-faktor yang
dapat dikembangkan antara lain ialah modal, teknologi, manajemen, pasar,
kelembagaan, kewirausahaan dan kemitraan usaha. Sama halnya dengan industri
kecil pada umumnya, sentra industri kecil Carica juga mengalami beberapa
kendala yang dialami oleh sebagian besar industri kecil antara lain kekurangan
modal, penggunaan teknologi sederhana, proses manajemen yang kurang teratur,
dan masalah bahan baku.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan analisis SWOT
(kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang) dalam penentuan strategi
pengembangan pada industri kecil Carica Kabupaten Wonosobo maka dapat
dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan kekurangan bahan baku
sehingga bisa dijadikan kekuatan serta meminimalkan ancaman datangnya
investor asing sehingga dapat dijadikan peluang oleh industri kecil Carica
Kabupaten Wonosobo. Beberapa strategi tersebut dapat digunakan oleh para
pengrajin Carica untuk mengembangkan industri kecil mereka, sehingga
pendapatan yang diperolehnya akan naik.
Dengan adanya strategi pengembangan yang ditemukan dapat
menyelesaikan atau setidaknya meminimalkan kendala yang dialami oleh para
pengrajin Carica Kabupaten Wonosobo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
1. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan penelitian, implikasi yang dapat disimpulkan adalah
terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan perajin Carica yaitu dengan
memanfaatkan kombinasi dari kekuatan (strength) kelemahan (Weakness),
peluang (opportunity) dan ancaman (threats), yaitu kombinasi kekuatan dengan
peluang, kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang dan kelemahan
dengan ancaman.
2. Implikasi Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penelitian dalam hal
pengembangan UKM.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan bagi para
pengrajin Carica dalam mengembangkan
industri kecil Carica sehingga dapat
meningkatkan pendapatan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan analisis data tersebut diatas maka
saran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Saran untuk Pengrajin Carica
a. Memaksimalkan kekuatan yang ada
untuk memanfaatkan peluang yang
sebesar-besarnya dengan memanfaatkan
media internet sebagai sarana promosi
yaitu membuat web bersama dari semua
pengrajin Carica sehingga produk
Carica dapat dikenal di seluruh penjuru
di Indonesia.
b. Meminimalkan kelemahan yang ada
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk menghadapi ancaman dengan cara
perbaikan mutu SDM melalui training
bagi pekerja baru.
c. Pembenahan manajemen kerja
diantaranya dengan membuat
pembukuan sederhana dan secara teratur.
d. Peningkatan kualitas SDM diantaranya,
melakukan pelatihan pengembangan
produk dan pelatihan penggunaan
jaringan internet.
2. Saran untuk Pemerintah Daerah
a. Pemerintah Daerah diharapkan lebih
sering mengadakan pendampingan dan
pelatihan kepada Pengrajin Carica agar
lebih maksimal dalam kegiatan produksi
dan pemasaran produk Carica.
b. Memaksimalkan Web kabupaten
Wonosobo dengan memasukkan produk
Carica serta segala sesuatu yang
berkaitan dengan Carica di
wonosobokab.go.id
c. Diharapkan pemerintah daerah dapat
memberikan bantuan berupa teknologi
tinggi kepada para pengrajin Carica.
d. Pemerintah diharapkan lebih sering
melakukan penyuluhan-penyuluhan
kepada masyarakat Dieng agar mau
membudidayakan Carica, serta
memberikan penyuluhan untuk
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengantisipasi bencana alam di dataran
tinggi Dieng.
e. Menyediakan Fasilitas dalam promosi,
sebagai contoh adanya poster, baliho
maupun gambar-gambar tentang Carica
di tempat-tempat yang strategis
sehingga banyak orang akan mengenal
Carica.
f. Pemerintah diharapkan dapat
memberikan bantuan bibit Carica yang
unggul kepada para petani.
g. Pemerintah daerah diharapkan dapat
memberikan bantuan obat untuk petani
carica yang dapat merangsang buah
sehingga nantinya carica tidak hanya
berbuah pada musim penghujan saja.
3. Saran untuk Peneliti selanjutnya
a. Peneliti sebaiknya lebih tajam menyoroti
permasalahan yang ada sehingga nantinya dapat
mendapatkan informasi yang lebih banyak.
b. Menambah jumlah informan untuk mendapatkan
informasi yang lengkap.
c. Variabel yang diteliti sebaiknya ditambahkan lagi.
d. Atas keberhasilan penelitian ini diharapkan untuk
peneliti selanjutnya dapat menemukan strategi yang
lebih spesifik untuk kemajuan industri kecil Carica.
75