STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK...

187
STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK KOMODITAS KENTANG DI KABUPATEN BANDUNG Inggit Riszia Pernanda PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015M / 1436H

Transcript of STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK...

Page 1: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK KOMODITAS

KENTANG DI KABUPATEN BANDUNG

Inggit Riszia Pernanda

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015M / 1436H

Page 2: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK KOMODITAS

KENTANG DI KABUPATEN BANDUNG

Oleh

INGGIT RISZIA PERNANDA

1110092000036

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian Bidang Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Page 3: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai
Page 4: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA

SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA

ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, 2 April 2015

Inggit Riszia Pernanda

1110092000036

Page 5: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

IDENTITAS DIRI

RIWAYAT HIDUP

Nama : Inggit Riszia Pernanda

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Januari 1992

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kp. Cilalung Rt 001/05 No. 44,

Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15414

No. Telp : 083898185587

E-mail : [email protected]

IPK : 3,10

1998 – 2004 : SDN Jombang 4

2004 – 2007 : SMP Negeri 3 Ciputat

2007 – 2010 : SMA Negeri 4 Tangsel

2010 – 2015 : S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 : HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

2012 : HIMAKOTAS (Himpunan Mahasiswa Kota Tangerang Selatan)

2012 : Dewan Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

RIWAYAT PENDIDIKAN

PENGALAMAN ORGANISASI

Page 6: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

i

RINGKASAN

INGGIT RISZIA PERNANDA, Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Bandung. Dibawah bimbingan AKHMAD RIYADI WASTRA dan AKHMAD MAHBUBI MUFTI.

Melemahnya pasokan kentang khususnya dari daerah sentra kentang di

Kabupaten Bandung dapat diidentifikasi antara lain karena konversi lahan kentang, ketersediaan benih berkualitas terbatas, produktifitas kentang stagnan, sarana dan prasarana yang tidak memadai, lemahnya regulasi dan infrastruktur dan lain-lain, serta rantai pasok yang tidak terkendali akibat adanya kesenjangan informasi antara konsumen dan produsen menyebabkan distorsi pada aspek distribusi dan aksesibilitas kentang. Distorsi inilah memunculkan sejumlah persoalan tidak lancarnya pasokan kentang, tidak proporsionalnya pembagian risiko, nilai tambah dan keuntungan antar pelaku serta tidak efisiennya biaya sepanjang rantai pasok produk kentang. Terjadinya distorsi pada aspek distribusi kentang harus dikurangi dengan pengelolaan risiko disetiap tingkatan rantai pasok kentang.

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui diagram alur rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Bandung. (2) Mengidentifikasi risiko yang timbul dari rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Bandung. (3) Pengukuran risiko disetiap tingkatan rantai pasok. (4) Memetakan risiko yang terjadi. (5) pengelolaan risiko dari petani, pengumpul, dan distributor di Kabupaten Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode fish bone, Aproksimasi, Matriks Chart. Pada penelitian ini akan ditentukan pengelolaan risiko yaitu menghindari risiko, mengendalikan, mengalihkan, dan menerima risiko.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 20 risiko per kejadian pada tingkat petani, 7 risiko per kejadian pada tingkat pengumpul dan 10 risiko per kejadian pada tingkat distributor. Berdasarkan pengukuran dengan metode aproksimasi diketahui nilai tertinggi terdapat di tingkat petani, kemudian distributor, dan terendah terdapat pada pengumpul. Berdasarkan pemetaan tingkat petani dan distributor terletak di kuadran I, sedangkan tingkat pengumpul terletak di kuadran IV. Berdasarkan prioritas pengelolaan, dilakukan cara menghindari risiko (avoid), mengendalikan risiko (mitigate), mengalihkan risiko (transfer), dan menerima risiko (keep),dilakukan maka diketahui terdapat 26 aksi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi penyebab risiko tersebut.

Page 7: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan ridho, rahmat, taufik dan hidayah-Nya bagi kita semua. Shalawat

dan salam kepada junjungan dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia,

Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, kerabat, sahabat dan para

pengikutnya yang setia hingga yaumul qiyamah.

Alhamdulillah, setelah melewati berbagai rintangan dan hambatan dalam

pembuatannya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada program studi

Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi dengan baik dan tepat waktu. Selesainya

skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, do’a dan partisipasi dari

berbagi pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, MM selaku dosen pembimbing I

dan Bapak Akhmad Mahbubi Mufti, SP, MM selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan banyak waktu luang, dukungan, saran, nasihat dan

bimbingannya, serta motivasi untuk penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Elpawati, MP selaku dosen penguji I dan Ibu Rizki Adi Puspita

Sari, SP., MM selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk

Page 8: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

iii

menguji hasil penelitian penulis serta memberikan saran, dukungan dan

motivasi dalam perbaikan skripsi ini

3. Dr. Agus Salim, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Neeri Syarif Hidayatulah Jakarta

4. Dr. Elpawati, MP selaku ketua Program Studi Agribisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua penulis, Ibu Sri Lestari dan Bapak Wagimin yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan, nasihat, motivasi serta do’a yang

tidak henti-hentinya dipanjatkan dan bantuan secara moril maupun materil.

Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan kasih sayang-Nya

kepada Bapak dan Ibu serta selalu diberikan kesehatan, perlindungan dan

pahala yang berlimpah. Amin Ya Robbal Alamin

6. Adik penulis, Anggi yang selalu memberikan bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih de. Semoga Allah SWT

membalas kebaikan dan kasih sayang kamu. Amin Ya Robbal Alamin.

7. Bapak Hasan, Ketua Kelompok Tani Jawa Barat yang telah memberikan

izin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di

tempat bapak.

8. Feliyana Pramesti Amd. Keb., atas doa, dukungan, dan semangat disaat

penulis merasakan penurunan semangat dan motivasi. Tetap semangat dan

terus berjuang dengan target yang diinginkan.

9. Sahabat terbaik penulis, yaitu Adam, Bagus, Iqbal, Ishano, dan Julian.

Terima kasih telah memberikan dukungan, motivasi dan keceriaan serta

Page 9: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

iv

kenangan yang tidak akan penulis lupakan. Tetap semangat untuk

menggapai cita-cita. I love you so much!!

10. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2010 kelas A dan kelas B yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala

dukungan dan motivasi serta kenangannya yang tidak akan penulis

lupakan. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat tercapai dan kita semua

selalu dalam lindungan Allah SWT. Tetap semangat teman-teman!!

11. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa dan bantuannya.

Semoga Allah membalas jasa-jasa kalian. Amin Ya Robbal Alamin

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak

kesalahan-kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Aamin Ya Robbal Alamin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 3 April 2015

Inggit Riszia Pernanda

Page 10: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

v

DAFTAR ISI

RINGKASAN………………………………………………………………. i

KATAPENGANTAR………………………………………........................ ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….... v

DAFTAR TABEL……………………………………………………… .….. ix

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. x

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………….…. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 6

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 7

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………...... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diversifikasi Pangan ..................................................................... 9

2.2 Tanaman Kentang ......................................................................... 11

2.3 Risiko……………………………………………………………… 14

2.3.1 Risiko Dari Sudut Pandang Penyebab ................................... 16 2.3.2 Risiko Dari Sudut Pandang Akibat........................................ 17 2.3.3 Konsep Risiko ...................................................................... 18

2.4 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) ................. 19

2.4.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok ......................................... 24 2.4.2 Struktur Rantai Pasok ........................................................... 27 2.4.3 Mekanisme Rantai Pasok ...................................................... 29 2.4.4 Kelembagaan Rantai Pasok ................................................... 30 2.4.5 Tujuan Strategi Manajemen Rantai Pasok ............................. 32 2.4.6 Desain untuk Manajemen Rantai Pasok ................................ 34

2.5 Manajemen Risiko Rantai Pasok ................................................... 35

2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 36

Page 11: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

vi

2.7 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 40

3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 40

3.3 Teknik Penentuan Sampel ............................................................. 41

3.4 Teknik dan Analisis Data .............................................................. 43

3.4.1 Uji Validitas ......................................................................... 49 3.4.2 Uji Reliabelitas ..................................................................... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG

4.1 Letak Geografis dan Topografis .................................................... 50

4.2 Keadaan Penduduk ........................................................................ 51

4.2.1 Jumlah Penduduk.................................................................. 51 4.2.2 Menurut Umur ...................................................................... 52

4.3 Keadaan Ekonomi ......................................................................... 53

4.4 Keadaan Pertanian ......................................................................... 55

4.4.1 Tanaman Pangan .................................................................. 56 4.4.2 Peternakan ............................................................................ 56 4.4.3 Perikanan……………………………………………………. 57

4.5 Keadaan Kondisi Usahatani Kentang ............................................. 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Alur Rantai Pasok Komoditas Kentang Kabupaten Bandung ......... 59

5.2 Identifikasi Risiko Rantai Pasok .................................................... 62

5.2.1 Risiko Tingkat Petani ........................................................... 64

5.2.1.1 Risiko Konversi Lahan ............................................. 64 5.2.1.2 Risiko Sarana dan Prasaran ..................................... 65 5.2.1.3 Risiko Produktivitas ................................................. 68 5.2.1.4 Risiko Panen dan Pasca Panen ................................. 69

5.2.2 Risiko Tingkat Pengumpul.................................................... 70

5.2.2.1 Risiko Penyortiran.................................................... 71 5.2.2.2 Risiko Penyimpanan................................................. 72

5.2.3 Risiko Tingkat Distributor .................................................... 73

5.2.3.1 Risiko Pengemasan .................................................. 73

Page 12: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

vii

5.2.3.2 Risiko Pengangkutan ................................................ 74

5.3 Tingkat Status Risiko Rantai Pasok ............................................... 76

5.3.1 Pengukuran Risiko Tingkat Petani…………………………... 78 5.3.2 Pengukuran Risiko Tingkat Pengumpul ................................ 79 5.3.3 Pengukuran Risiko Tingkat Distributor ................................. 80

5.4 Pemetaan Risiko dan Pengelolaan Risiko ...................................... 81

5.4.1 Pemetaan Risiko (Risk Matriks Chart)..……………………. 81 5.4.2 Pengelolaan Risiko………………………………………........ 83

5.4.3 Pemetaan dan Pengelolaan Risiko Tingkat Petani……………. 85

5.4.3.1 Risiko Konversi Lahan ……………………………….. 86

5.4.3.1.1 Pemetaan…………………………………….. 86 5.4.3.1.2 Pengelolaan………………………………….. 87

5.4.3.2 Risiko Sarana dan Prasarana………………………….. 90

5.4.3.2.1 Pemetaan……………………………………. 90 5.4.3.2.2 Pengelolaan…………………………………. 92

5.4.3.3 Risiko Produktivitas ………………………………….. 97

5.4.3.3.1 Pemetaan……………………………………. 97 5.4.3.3.2 Pengelolaan…………………………………. 98

5.4.3.4 Risiko Panen dan Pasca Panen……………………….. 101

5.4.3.4.1 Pemetaan……………………………………. 101 5.4.3.4.2 Pengelolaan…………………………………. 102

5.4.4 Pemetaan dan Pengelolaan Risiko Tingkat Pengumpul…….. 105

5.4.4.1 Risiko Penyortiran …………………………………. 105

5.4.4.1.1 Pemetaan…………………………………… 105 5.4.4.1.2 Pengelolaan………………………………… 107

5.4.4.2 Risiko Penyimpanan ………………………………… 110

5.4.4.2.1 Pemetaan…………………………………… 110 5.4.4.2.2 Pengelolaan………………………………… 111

5.4.5 Pemetaan dan Pengelolaan Risiko Tingkat Distributor……… 114

5.4.5.1 Risiko Pengangkutan ………………………………... 114

5.4.5.1.1 Pemetaan…………………………………… 114 5.4.5.1.2 Pengelolaan………………………………… 116

5.4.5.2 Risiko Pengemasan ………………………………….. 120

5.4.5.2.1 Pemetaan…………………………………… 120 5.4.5.2.2 Pengelolaan………………………………… 121

Page 13: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan……………………………………………………….... 124

6.2 Saran ............................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 127

LAMPIRAN ............................................................................................... 129

Page 14: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

ix

DAFTAR TABEL

Tabel l. Kandungan gizi singkong, ubi jalar dan kentang (dalam 100 gram)… 2 Tabel 2. Produksi Kentang Menurut 5 Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat dari

Tahun 2008-2012…………………………………………………… 4 Tabel 3. Komposisi Penduduk Kabupaten Bandung Menurut Umur

Tahun 2013 ...................................................................................... 53 Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung untuk Tahun 2011 –

2013……………………………………………………............... ...... 54 Tabel 5. Risiko Konversi Lahan per Kejadian………………………………. 65 Tabel 6. Risiko Sarana dan Prasaran per Kejadian………………………….. 67 Tabel 7. Risiko Produktivitas per Kejadian .................................................. 69 Tabel 8. Risiko Panen dan Pasca Panen per Kejadian……………................ 70 Tabel 9. Risiko Penyortiran per Kejadian ..................................................... 71 Tabel 10. Risiko Penyimpanan per Kejadian ................................................ 73 Tabel 11. Risiko Pengemasan per Kejadian .................................................. 74 Tabel 12. Risiko Pengangkutan per Kejadian ............................................... 75 Tabel 13. Pengelolaan Risiko Konversi Lahan ............................................. 89 Tabel 14. Pengelolaan Risiko Sarana dan Prasarana ..................................... 94 Tabel 15. Pengelolaan Risiko Produktivitas ................................................. 100 Tabel 16. Pengelolaan Risiko Panen dan Pasca Panen .................................. 104 Tabel 17. Pengelolaan Risiko Penyortiran .................................................... 109 Tabel 18. Pengelolaan Risiko Penyimpanan ................................................ 113 Tabel 19. Pengelolaan Risiko Pengangkutan ................................................ 118 Tabel 20. Pengelolaan Risiko Pengemasan ................................................... 123

Page 15: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

x

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Produksi Kentang Tahun 2012 .................................................... 3 Gambar 2. Produksi Kentang di Jawa Barat tahun 2012 ............................... 4 Gambar 3. Pola Aliran Material ................................................................... 26 Gambar 4. Struktur Rantai Pasok Pertanian .................................................. 28 Gambar 5. Kerangka Pemikiran ................................................................... 39 Gambar 6. Identifikasi Risiko (Metode Fish Bone) ...................................... 44 Gambar 7. Diagram Pemetaan Risiko (Risk Matriks Chart).......................... 47 Gambar 8. Alur Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Bandung .. 62 Gambar 9. Identifikasi Risiko (Metode Fish Bone) ...................................... 63 Gambar 10. Status Risiko Tingkat Rantai Pasok ............................................... 77 Gambar 11. Status risiko Tingkat Petani ...................................................... 78 Gambar 12. Status Risiko Tingkat Pengumpul ............................................. 79 Gambar 13. Status Risiko Tingkat Distributor .............................................. 81 Gambar 14. Pemetaan Risiko Tingkat Rantai Pasok .............................................. 82 Gambar 15. Pemetaan Risiko Konversi lahan per Kejadian ................................... 87 Gambar 16. Pemetaan Risiko sarana dan Prasarana per Kejadian ................ 92 Gambar 17. Pemetaan Risiko Produktivitas Risiko per Kejadian ................. 98 Gambar 18. Pemetaan Risiko Panen dan Pasca Panen per Kejadian ............. 102 Gambar 19. Pemetaan Risiko Penyortiran per Kejadian ............................... 107 Gambar 20. Pemetaan Risiko Penyimpanan per Kejadian ............................ 111 Gambar 21. Pemetaan Risiko Pengangkutan per Kejadian............................ 116 Gambar 22. Pemetaan Risiko Pengemasan per Kejadian .............................. 121

Page 16: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung .................................... 129 Lampiran 2. Pengukuran Risiko (Metode Aproksimasi) ............................... 131 Lampiran 3. Matriks Pengambilan Data ....................................................... 132 Lampiran 4. Matriks Instrumen Penelitian ................................................... 133 Lampiran 5. Lampiran Kuesioner ................................................................. 136 Lampiran 6. Uji Validitas dan Realibelitas ................................................... 141 Lampiran 7. Jawaban Kuesioner .................................................................. 143 Lampiran 8. Data Uji Validitas .................................................................... 158 Lampiran 9. Data Responden ....................................................................... 160

Page 17: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi kelangsungan hidup manusia.

Di Indonesia permintaan pangan terus meningkat seiring peningkatan populasi

penduduk selama kurun setengah abad dari 95 Juta jiwa di tahun 1960 menjadi 241

Juta jiwa di tahun 2012 (sumber: BPS RI, 2014). Hal ini memerlukan peningkatan

produksi pangan yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut.

Peningkatan produksi pangan menyebabkan tekanan penggunaan sumberdaya alam

dan lingkungan hidup yang berimplikasi merosotnya produktivitas sumberdaya alam

dan rusaknya lingkungan sehingga dalam jangka panjang mengganggu ketersediaan

pangan.

Fenomena tersebut menempatkan ketahanan pangan sebagai isu utama yang

menjadi perhatian Indonesia sebagai salah satu negara terbanyak penduduknya nomor

empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Ketahanan pangan di

Indonesia diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 antara lain melalui diversifikasi

pangan, swasembada pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor,

stabilitasi harga dan kesejahteraan petani. Sedangkan diversifikasi pangan diatur

dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 Tahun 2009 antara lain, memasyarakatkan

Page 18: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

2

pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman serta mengurangi

konsumsi beras/kapita 1,5% per tahun.

Berbagai jenis tanaman di Indonesia berpotensial sebagai alternatif bahan

pangan, bahkan untuk sebagian masyarakat sudah secara turun temurun

mengkonsumsi seperti umbi-umbian yang menjadi makanan pokok masyarakat

papua. Jenis umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar dan kentang mengandung gizi

yang cukup tinggi. Kandungan gizi umbi-umbian dalam 100 gram menunjukan,

bahwa kandungan gizi kentang diantara jenis tanaman umbi-umbian lainnya, secara

rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa kentang memiliki

potensi dan prospek yang baik dalam rangka program diversifikasi pangan pengganti

beras.

Tabel 1. Kandungan gizi singkong, ubi jalar dan kentang (dalam 100 gram) Kandungan gizi Singkong Ubi jalar Kentang

Karbohidrat (gram) 7,49 20,12 38,49 Energi (kkal) 35 86 168 Lemak (gram) 0,41 0,05 0,17 Sodium (mili gram) 41 55 11 Kalium (mili gram) 48 337 888

Sumber; Fatscret Indonesia, 2014

Tren konsumsi kentang segar di Indonesia dalam kurun empat tahun terakhir

mengalami kenaikan sebesar 30% (Kementerian Pertanian, 2014). Pada tahun 2009

konsumsi kentang sebesar 1,46 kg/kapita/tahun menjadi 1,82 kg/kapita/tahun pada

tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan konsumsi per kapita per tahun kentang sama

dengan konsumsi jagung dari kelompok padi-padian, yaitu 101,4 kg/kapita/tahun

pada tahun 2009 menjadi 106,5 kg/kapita/tahun pada tahun 2012. Konsumsi kentang

Page 19: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

3

di Indonesia selain dikonsumsi berupa kentang rebus juga dikonsumsi berupa pangan

olahan, seperti kentang goreng (French fries) dan keripik.

Konsumsi kentang yang cenderung meningkat berbanding terbalik dengan

produksi kentang nasional. Pada tahun 2009 produksi kentang sebesar 1.176.304 ton

dan pada tahun 2012 produksi kentang mencapai 1.094.240 ton, mengalami

penurunan sebesar 28%. Secara rinci terlihat pada Gambar 1.

Sumber: BPS (2014) Gambar 1. Produksi Kentang Tahun 2012

Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penghasil kentang nasional, pada tahun

2009 menghasilkan produksi kentang sebesar 320.542 ton, pada tahun 2012 produksi

kentang mencapai 261.966 ton, atau mengalami penurunan sebesar 17%. Secara rinci

dapat dilihat pada gambar 2.

2.619.667ton (JB)

2.526.072ton (JTG)

1.620.385ton (JT)

1.289.645ton (SU)

2.886.551 ton (PL)

Produksi Kentang Nasional Tahun 2012

Jawa Barat (JB)

Jawa Tengah (JTG)

Jawa Timur (JT)

Sumatera Utara (SU)

Provinsi lain-lain (PL)

Page 20: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

4

Sumber: BPS (2014) Gambar 2. Produksi Kentang di Jawa Barat Tahun 2012.

Berdasarkan Tabel 2. Kabupaten penghasil kentang di Jawa Barat adalah

Kabupaten Bandung, yang menghasikan produksi 128.984 ton pada tahun 2008. Pada

tahun 2012 produksi kentang sebesar 131.876 ton, atau mengalami kenaikan sebesar

29%. Berdasarkan sisi ekosistem Kabupaten Bandung merupakan wilayah yang

paling sesuai untuk pengembangan tanaman kentang, karena memiliki lahan kering

dataran tinggi yang cukup luas.

Tabel 2. Kabupaten/Kota Penghasil Kentang Di Jawa Barat dari Tahun 2008-2012

(dalam satuan ton)

No. Kabupaten/ Tahun

Kota 2008 2009 2010 2011 2012 1 Bandung 128. 984 182. 858 114.754 105. 926 131.876 2 Garut 135. 910 118. 175 140. 029 94. 204 109.954 3 Majalengka 21. 640 14. 754 11. 864 9. 910 12. 664 4 Sumedang 1. 299 1. 099 1. 188 1. 076 991 5 Cianjur 675 1. 108 184 1.021 402

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2014

050000

100000150000200000250000300000350000

2009 2010 2011 2012

2009

2010

2011

2012

Page 21: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

5

Pasokan kentang selama lima tahun mengalami fluktuatif sesuai dengan

produksi kentang di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung. Hal ini

mengakibatkan pasokan ke pasar menjadi turun termasuk Kabupaten Bandung,

walaupun produksi kentang meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi belum dapat

memenuhi permintaan.

Pasokan yang mengalami fluktuatif dapat diidentifikasi antara lain karena

konversi lahan kentang, ketersediaan benih berkualitas terbatas, produktifitas kentang

stagnan, sarana dan prasarana yang tidak memadai, lemahnya regulasi dan

infrastruktur dan lain-lain, serta rantai pasok yang tidak terkendali akibat adanya

kesenjangan informasi antara konsumen dan produsen menyebabkan distorsi pada

aspek distribusi dan aksesibilitas kentang (Marimin dkk, 2011: 215). Distorsi ini

memunculkan sejumlah persoalan antara lain, tidak lancarnya pasokan kentang, tidak

proporsionalnya pembagian risiko, nilai tambah dan keuntungan antar pelaku serta

tidak efisiennya biaya sepanjang rantai pasok produk kentang. Petani, sebagai

penyedia bahan baku adalah pelaku utama yang menderita kerugian dalam distorsi

tersebut, yaitu menanggung porsi risiko yang lebih besar dalam menerima porsi

keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil (Arifin, et al., 2001: 216). Terjadinya

distorsi pada aspek distribusi kentang harus dikurangi dengan pengelolaan risiko

disetiap tingkatan rantai pasok.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan penelitian

tentang Strategi Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Komoditas Kentang Di Kabupaten

Bandung.

Page 22: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

6

1.2. Rumusan Masalah

Produksi kentang nasional pada tahun 2009-2012 cenderung mengalami

penurunan, demikian juga di Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan, sedangkan

konsumsi kentang dari tahun 2009-2012 semakin meningkat. Untuk memenuhi

ketersediaan pangan baik secara nasional maupun lokal di perlukan suatu manajemen

atau pengelolaan pasokan kentang yang baik, agar pasokan atau ketersediaan pangan

nasional mencukupi. Melalui pengelolaan risiko rantai pasok kentang, diupayakan

dapat mengurangi risiko ditingkat petani, pengumpul, dan distributor, sehingga

pemerataan distribusi kentang dapat berjalan dengan optimal.

Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dibuat dalam pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana alur rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Bandung?

2. Apa risiko setiap pelaku dalam rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten

Bandung?

3. Bagaimana status risiko rantai pasok komoditas kentang di kabupaten Bandung?

4. Bagaimana tingkat pemetaan risiko rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten

Bandung?

5. Bagaimana mengelola risiko rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten

Bandung?

Page 23: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

7

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui diagram alur rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Bandung.

2. Mengidentifikasi jenis risiko setiap pelaku dalam rantai pasok komoditas kentang

di Kabupaten Bandung.

3. Mengetahui nilai tingkat status risiko rantai pasok komoditas kentang di

Kabupaten Bandung.

4. Mengetahui penyusunan pemetaan risiko berdasarkan kelompok-kelompok

tetentu di Kabupaten Bandung.

5. Pengelolaan risiko komoditas kentang di Kabupaten Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan

dalam terwujudnya ketahanan pangan nasional.

2. Bagi lembaga pendidikan, memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam

rangka tercapainya ketahanan pangan nasional.

3. Bagi peneliti, meningkatnya pengetahuan mengenai analisis manajemen risiko

rantai pasok kentang di Bandung.

4. Sebagai acuan Kabupaten untuk penelitian selanjutnya.

Page 24: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan metode fish bone untuk mengidentifikasi risiko

berdasarkan Marimin dan Maghfiroh (2010), metode aproksimasi untuk

memperoleh nilai status risiko, dan metode risk matriks chart untuk memetakan

risiko berdasarkan probabilitas dan dampak.

2. Responden dalam penelitian ini mulai dari petani, pengumpul dan distributor,

dikarenakan rantai pasok yang berada di on farm perlu mendapatkan pengawasan

yang intesif, agar distribusi kentang ke tangan konsumen dapat berajalan dengan

lancar, dan ketersediaan kentang dapat terpenuhi, baik secara kualitas maupun

secara kuantitas.

3. Dalam penentuan pengamatan risiko yang dilakukan, hanya dibatasi untuk

tanaman kentang yang berada di Kecamatan Pangalengan, Kertasari dan

Cimenyan yang merupakan penghasil kentang terbesar di Kabupaten Bandung

Page 25: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diversifikasi Pangan

Menurut Suwono dan Suryana (2010: 10) suatu peningkatan diversifikasi atau

penganekaragaman pangan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan

pertanian sebagaimana tertuang dalam rencana Strategis Kementerian Pertanian

Tahun 2010-2014. Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan untuk

meningkatkan ketersedian dan konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang,

dan menghindari satu jenis pangan pokok seperti beras. Sementara keberagaman jenis

pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk

hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan

masyarakat Indonesia yang masih belum sesuai harapan tersebut, maka

penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan menjadi penting untuk

dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih berkualitas

dan berdaya saing. Menurut Roadmap Badan Ketahanan Pangan RI tahun 2011,

bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua

terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia (jagung,

sorghum, hotong, gadung dl), ubi-ubian (singkong, kentang, ubi jalar, talas, sagu,

ganyong, garut, gembili, gadung, dll) dan buah (sukun, pisang, labu kuning, buah

Page 26: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

10

bakau dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh subur di seluruh

Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan pokok maupun kudapan.

Menurut Arifin (2005: 35-37) upaya diversifikasi pangan tentunya akan

menghadapi berbagai tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus

disertai dengan ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis,

modernisasi dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi

masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi

pergeseran pola kunsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal seperti

masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam,

bergizi seimbang dan masih aman. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi

masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi tepat

guna baik untuk produksi maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal

non beras. Melalui teknologi tepat guna ditingkatkan nilai tambah dan nilai sosial dari

pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan akses terhadap teknologi

semacam itu diindikasikan relatif rendah. Menurut Hanafie (2010: 17) dengan

semakin disadarinya bahwa diversifikasi pangan merupakan suatu tuntutan yang

penting untuk dilaksanakan melalui gerakan percepatan diversifikasi konsumsi

pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar kebijakan di tingkat pusat lintas sektor

dan daerah serta dukungan partisipasi aktif pihak swasta dan masyarakat, yang

diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing

namun saling mendukung, termasuk pengembangan program-program percepatan

pengurangan kemiskinan.

Page 27: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

11

2.2. Tanaman Kentang

Kentang atau potato atau irish potatoes sudah lama dikenal dan ditananam di

berbagai negara. Menurut Samadi (2005: 3), tanaman kentang berasal dari Amerika

Selatan dan Amerika Tengah. Di Indonesia, kentang pertama kali ditemukan pada

tahun 1794 di daerah Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang ditanam di

Cisarua diduga berasal dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orang-orang Eropa.

Varietas kentang yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenheimer.

Pada tahun 1811 kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah, terutama di

pegunungan (dataran tinggi) Pacet, Lembang, Panggalengan (Jawa Barat),

Wonosobo, Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu, Tengger (Jawa Timur), Aceh, Tanah

Karo, Padang, Bengkulu, Sumatra Selatan, Minahasa, Bali, Flores

Kentang termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae, Famili Solanaceae, Genus Solonum, Spesies

Solanum tuberosum L. Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman

sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang

termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati.

Bagian-bagian atau organ-organ penting tanaman kentang adalah sebagai berikut:

(Permadi et. al, 1998: 5).

1. Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak daun berselang-seling

mengelilingi tanaman. Daun berbentuk oval sampai oval agak bulat dengan ujung

Page 28: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

12

meruncing dan tulang-tulang daun menyirip seperti duri ikan. Warna daun hijau

muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang dengan tangkai tidak

panjang.

2. Batang

Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu, namun agak keras apabila dipijat.

Batang kentang umumnya lemah sehingga mudah roboh bila kena angin kencang.

Warna batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu. Batang tanaman

bercabang-cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang rimbun.

Permukaan batang halus, pada ruas batang tempat tumbuhnya cabang mengalami

penebalan. Diameter batang kecil dengan panjang mancapai 1,2 meter.

3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang

dapat menebus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabutnya

umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal.

Akar tanaman berwarna keputih-putihan, dan halus berukuran sangat kecil. Di

antara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi

bakal umbi (stolon), yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.

4. Bunga

Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang tidak, tergantung pada

varietasnya. Warna bunga bervariasi, yakni kuning atau ungu. Kentang Varietas

Dasiree berbunga ungu. Pada Varietas Cipanas, Segunung dan Cosima, bunga

Page 29: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

13

atau benang sari berwarna kuning, putiknya putih. Pada tanaman kentang yang

berbunga, bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah tandan bunga juga

bervariasi sedikit sampai banyak. Kentang Varietas Cosima memiliki tandan

bunga sampai 11 buah, sedangkan Varietas Cipanas 7 buah. Bunga kentang

berjenis kelamin dua. Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan

menghasilkan buah dan biji-biji. Buah berbentuk buni dan di dalamnya berisi

banyak biji.

5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang sampai di antara akar-akar. Proses pembentukan

umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rhizome atau

stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak. Umbi berfungsi

menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,

dan air.

Menurut Setiadi (2009: 34) umbi kentang memiliki manfaat yang sama

dengan jenis-jenis sayuran lainnya. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram

bahan adalah energi 168 kkal, protein 0,3 gram, lemak 0,17 gram, karbohidrat 38,49

gram, calsium (Ca) 20 mg, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg, dan vitamin B 0,04

mg. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat.

Sebagai sumber utama karbohidrat, kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan

energi di dalam tubuh, sehingga manusia dapat bergerak, berpikir, dan melakukan

aktivitas-aktivitas lainnya. Di samping itu, karbohidrat sangat penting untuk

Page 30: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

14

meningkatkan proses metabolisme tubuh, seperti proses pencernaan, pernafasan, dan

lain-lain. Zat protein dalam tubuh manusia bermanfaat untuk pembangunan jaringan

tubuh, seperti otot-otot, daging, dan lain-lain. Sebagai sumber lemak juga dapat

meningkatkan energi. Kandungan gizi lainnya, seperti zat kalsium dan fosfor

bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi: zat besi (Fe) bermanfaat untuk

pembentukan sel darah merah (hemoglobin).

2.3. Risiko (Risk)

Menurut Dewi (2008: 2) risiko adalah peristiwa/kejadian-kejadian yang

potensi untuk terjadi yang mungkin dapat menimbulkan kerugian pada suatu

perusahaan. Risiko timbul karena adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang,

adanya penyimpangan, terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan, atau tidak terjadinya

sesuatu yang tidak harapkan. Risiko bersifat dinamis dan memiliki interdependensi

satu sama lain. Dengan demikian dinamisme sifat risiko itu harus diantisipasi sejak

awal.

Risiko yang dihadapi perusahaan memiliki karakteristik antara lain:

1. kejadian risiko akan terulang terus dan cenderung dapat diukur

2. Jenis-jenis risiko yang masih sangat baru sulit diukur

3. Sangat tergantung satu sama lain

Page 31: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

15

Menurut Darmawi (2010: 21) risiko dihubungkan dengan kemungkinan

terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga, dengan

kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian, ketidakpastian

itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan jika kita kaji lebih

lanjut “kondisi yang tidak pasti” itu timbul karena berbagai sebab, antara lain:

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.

Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

2. Keterbatasan tersediannya informasi yang diperlukan.

3. Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil keputusan.

Menurut Riyadi dan Mahbubi (2013: 6) sumber risiko, pada umumnya

disebabkan oleh adanya ketidakpastian, sehingga menimbulkan tertekannya

keuntungan (profitability), bahkan kerugian. Risiko sangat terkait dan banyak

digunakan dalam konteks pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai

peluang akan terjadinya suatu kejadian, makin tinggi tingkat ketidakpastian suatu

kejadian, makin tinggi pula risiko yang disebabkan oleh pengambilan keputusan itu.

Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses

pengambilan keputusan. Hal ini berarti risiko terkait dengan pengambil keputusan

individu atau pimpinan perusahaan atau organisasi.

Ada dua istilah yang mempunyai pengertian berbeda yaitu risk event dan risk

loss (Riyadi dan Mahbubi, 2013: 6). Istilah tersebut adalah:

Page 32: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

16

1. Risk event atau peristiwa yang member imbas pada datangnya risiko, adalah

terjadinya suatu kejadian yang dapat menimbulkan potential for loss (pendapatan

yang buruk).

2. Risk loss atau besaran kerugian yang terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian

tersebut adalah berapa kerugian-kerugian yang terjadi baik langsung ataupun

tidak langsung sebagai akibat dari adanya risk event.

2.3.1. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab

Sofiyan (2004: 24) menyebutkan faktor-faktor penyebab munculnya risiko itu

pada umumnya dari dua sumber, yakni sumber intern dan sumber ekstern. Sumber

intern umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah

intern itu umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber

ekstern umumnya jauh di luar kendali si pembuat keputusan, antara lain muncul dari

pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial

budaya suatu daerah atau negara, kondisi suplai atau pemasok, kondisi geografi dan

kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.

Page 33: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

17

2.3.2. Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Sofiyan (2004: 25) Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari

perkiraan (expectations) ke salah satu dari dua arah. Artinya, ada kemungkinan

penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan.

Jika kemungkinan itu ada, maka kita katakan risiko bersifat spekulatif. Lawan dari

risiko spekulatif adalah risiko murni yaitu yang hanya ada kemungkinan kerugian.

Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai

kemungkinan untung. Risiko ini disebut risiko murni.

Disimpulkan bahwa pentingnya penjenisan ini, karena setiap usaha ekonomi

itu penuh dengan adanya risiko, baik risiko spekulatif maupun risiko murni. Risiko

dapat diklasifikasikan. Apakah suatu risiko itu spekulatif atau murni, bergantung pada

pendekatan yang digunakan. Risiko spekulasi biasanya tidak dapat diasuransikan.

Hanya risiko murni yang dapat diasuransikan. Asuransi adalah alat utama bagi orang

yang terbuka terhadap kemungkinan risiko murni.

Menurut Riyadi dan Mahbubi (2013: 35) risiko murni yang dihadapi

seseorang, keluarga, perusahaan dan organisasi lain dapat digolongkan ke dalam

risiko pribadi, risiko harta, dan risiko pertanggung jawab. Risiko pribadi adalah

kemungkinan kerugian atas diri orang itu seperti kematian atau cacat. Risiko harta

adalah risiko kerugian atas harta seperti pencurian mobil. Risiko tanggung gugat

(risiko pertanggung jawab) adalah kemungkinan bertanggung jawab secara hukum

untuk bayar kerusakan terhadap orang atau barang lain.

Page 34: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

18

2.3.3 Konsep Risiko

Menurut Dewi (2008: 12-14) beberapa hal penting yang harus diperhatikan

dalam menilai suatu risiko, yaitu:

1. Exposure, suatu risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi

suatu kejadian terburuk. Makin besar nilai eksposur, maka akan semakin besar

kerugian yang timbul

2. Volatility, semakin bervariasi hasil yang akan terjadi pada masa yang akan datang,

maka semakin besar risikonya.

3. Probability, kemungkinan terwujudnya kejadian yang mengandung risiko.

Semakin besar probabilitas dari kejadian risiko, maka semakin besar risiko.

4. Severity, berbeda dengan eksposure yang menekankan kerugian maksimum,

severity menekankan pada kerugian yang sekiranya akan dialami. Severity erat

hubungannya dengan dengan probabilitas kejadian risiko

5. Time Horizon, semakin lama jangka waktu suatu investasi, maka tingkat risiko

semakin besar.

6. Correlaction, jika risiko yang dihadapi saling berhubungan, maka risiko yang

dihadapi perusahaan akan semakin besar

7. Capital, perusahaan menyimpan modal untuk dua alas an utama. Alasan pertama

adalah untuk memenuhi kebutuhan kas, misalnya untuk membayar beban. Alasan

kedua adalah untuk menutupi kerugian yang tidak diperkirakan sebelummya

akibat dari eksposur risiko.

Page 35: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

19

2.4. Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Menurut Pujawan (2005: 7) rantai pasok merupakan jaringan perusahaan-

perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan

menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Menurut Anatan dan Elitan (2008: 59) manajemen rantai pasok merupakan

strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian

lingkungan untuk mencapai keunggulan yang kompetitif melalui pengurangan biaya

operasi dan perbaikan pelayanan konsumen. Manajemen rantai pasok menawarkan

suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, meningkatkan produktivitas, dan

mengurangi biaya operasional perusahaan.

Menurut Pujawan (2005: 7) manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau

pendekatan pengelolaanya. Namun perlu ditekankan bahwa manajemen rantai pasok

menghendaki pendekatan atau metode yang terintergrasi dengan dasar semangat

kolaborasi. Ada beberapa definisi tentang manajemen rantai pasok. Misalnya, the

Council of Logistics Management memberikan difinisi sebagai berikut:

Supply Chain Management the systematic, strategic coordination of the traditional

business functions within a practicular company and across businesses within the

rantai pasok for the purpose of improving the long-term performance of the

individual company and the supply chain as a whole. Jadi, manajemen rantai pasok

tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga

Page 36: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

20

urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahan-perusahan partner

(Pujawan 2005: 8).

Selanjutnya, menurut Pujawan (2005: 10) prinsip manajemen rantai pasok

pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang terkait

dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar

organisasi. manajemen rantai pasok sederhana memiliki komponen-komponen yang

diebut channel yang terdiri atas pemasok, pengolah, distribution center, wholesaler,

dan pengecerer yang semuanya bekerja memenuhi konsumen akhir. Sebuah rantai

pasok bisa saja melibatkan sejumlah industri pengolah dalam suatu rantai hulu ke

hilir. Sebuah rantai pasokan tidak selamanya merupakan garis lurus.

Dalam kenyataannya, sebuah industri pengolah bisa memilki ratusan bahkan

ribuan pemasok, dan produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah industri

didistribusikan ke beberapa pusat yang melayani ratusan bahkan ribuan wholesaler,

pengecer, pedagang kecil, maupun konsumen. Setiap channel dalam suatu rantai

pasokan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung baik meliputi

perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi,

pengendalian persediaan, distribusi, transportasi, penyimpangan atau pergudangan,

dukungan pelayanan kepada pelanggan, dan proses pembayaran. Pengelolaan

manajemen rantai pasokan membutuhkan intervensi pihak-pihak yang terkait (Anatan

dan Elitan, 2008: 82).

Menurut Anatan dan Elitan (2008: 47) aplikasi manajemen rantai pasokan

pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama yaitu, penurunan biaya (cost reduction),

Page 37: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

21

penurunan modal (capital reduction), dan perbaikan pelayanan (service

improvement). Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik,

misalnya dengan memilih alat atau model transportasi, pergudangan, standar layanan

yang meminimalkan biaya, untuk mencapai penurunan modal yang diperlukan dalam

aktivitas bisnis, perusahaan harus mampu meminimalkan tingkat investasi dalam

bidang logistik. Sedangkan perbaikan pelayanan sangat penting dilakukan secara

proaktif karena pelayanan atau jasa logistik yang dilakukan perusahaan sangat

mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan. manajemen rantai pasok

pada hakekatnya mencakup lingkup pekerjaan dan tanggung jawab yang luas. Semua

kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi, dan uang di sepanjang rantai

pasokan adalah kegiatan-kegiatan dalam cakupan manajemen rantai pasokan.

Menurut Anatan dan Elitan (2008: 63) manajemen rantai pasok merupakan

wujud implementasi strategi sistem jejaring bisnis dalam membangun hubungan

antara perusahaan yang berbasis pada koordinasi. Konsep rantai pasokan

memperlihatkan proses ketergantungan antar berbagai pihak atau perusahaan yang

terkait dalam sebuah sistem jejaring bisnis yang biasa dikenal dengan konsep

kemitraan. Kemitraan merupakan suatu tipe hubungan dimana tanggung jawab dan

keuntungan potensial dibedakan dari satu bentuk koordinasi terkait dengan hubungan

penjual dan pembeli secara umum dan tingkat investasi spesifikasi secara khusus,

kemitraan bisnis juga menunjukan suatu mekanisme koordinasi untuk para pemasok

dan perusahaan dalam suatu penciptaan nilai jejaring bisnis. Penetapan strategi rantai

pasok mengarah pada perencanaan jangka panjang untuk menciptakan produk yang

Page 38: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

22

murah, berkualitas, tepat waktu, bervariasi, dan mendukung rantai pasokan untuk

mencapai tujuan-tujuan strategis yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan

tersebut perusahaan harus memiliki kemampuan untuk beroperasi secara efisien,

menciptakan kualitas produk yang tinggi, respon cepat terhadap kebutuhan

konsumen, fleksibel, dan inovatif dalam merespon perubahan yang terjadi (Anatan

dan Elitan, 2008: 72-73).

Menurut Pujawan (2005: 9) apabila mengacu pada sebuah perusahaan

pengolah, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi Manajemen Rantai

Pasok adalah:

1. Kegiatan merancang produk baru (Product development)

2. Kegiatan mendapatkan bahan baku ( Procurement, Purchasing, atau Supply)

3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (Planning & Control)

4. Kegiatan melakukan produksi (Production)

5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi (Distribution)

6. Kegiatan pengelolaan pengembalian produk/barang (Return)

Keenam klasifikasi tersebut biasanya tercermin dalam bentuk pembagian-

pembagian departemen atau devisi pada perusahaan pengolah. Pembagian tersebut

sering dinamakan functional division karena mereka dikelompokan sesuai dengan

fungsinya.

Anatan dan Elitan (2008: 82) suatu manajemen rantai pasok biasanya sangat

kompleksitas dan ketidakpastian yang melibatkan banyak pihak di dalam maupun di

Page 39: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

23

luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-

beda, bahkan tidak jarang bertentangan (Conflicting) antara yang satu dengan yang

lainnya. Didalam perusahaan perbedaan kepentingan ini sering muncul. Konflik

kepentingan juga sangat jelas terjadi antar perusahaan yang ada pada rantai pasok.

Pemasok menginginkan pembeli untuk memesan produk jauh-jauh hari sebelum

waktu pengiriman dan sependapat mungkin pesanan tersebut tidak berubah. Pemasok

juga semakin senang bila pengiriman bisa dilakukan segera setelah produksi selesai.

Disisi lain, perusahaan pembeli menghendaki fleksibilitas yang tinggi. Mereka akan

lebih mudah dalam kegiatan operasinya apabila pemasok memberikan keleluasaan

untuk mengubah jumlah, spesifikasi, maupun jadwal pengiriman bahan baku yang

dipesan. Pembeli juga menginginkan pemasok bisa mengirim tepat waktu dengan

kuantitas pengiriman kecil (mengikuti model just in time) sehingga pembeli tidak

perlu menumpuk persediaan dengan jumlah besar di gudang mereka. Kompleksitas

suatu rantai pasok juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu, dan budaya

antar satu perusahaan dengan perusahaan lain. Ketidakpastian merupakan sumber

utama kesulitan pengelolaan suatu rantai pasok. Ketidakpastian menimbulkan

ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan

sering menciptakan pengaman di sepanjang rantai pasok. Pengaman ini bisa berupa

persediaan (safety stock), waktu (safety time) maupun ketidakpastian produksi

maupun transformasi.

Menurut Pujawan (2005: 20) Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi

utama ketidakpastian pada rantai pasok. Pertama adalah ketidak pastian permintaan.

Page 40: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

24

Sebuah toko atau supermarket tidak akan pernah bisa memiliki informasi yang pasti

berapa suatu produk x akan terjual pada hari tertentu. Mereka hanya bisa meramalkan

dan sadar bahwa ramalan hampir semua tidak benar. Kedua adalah ketidakpastian

dari arah pemasok. Ini bisa berupa ketidakpastian pada lead time pengiriman, harga

bahan baku atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang

dikirim. Sedangkan sumber yang ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa

diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin tidak sempurna, ketidakpastian

tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi. Besarnya

ketidakpastian yang dihadapi tiap-tiap rantai pasok berbeda-beda. Pada kebanyakan

kasus permintaaan pelanggan dianggap mendominasi ketidakpastian pada rantai

pasok, namun tentu banyak juga kasus dimana ketidakpastian pasokan bahan baku

atau komponen menjadi isu yang lebih dominan. (Pujawan, 2005: 20)

2.4.1. Konsep Manajemen Rantai Pasok

Menurut Anatan dan Elitan (2008: 61) konsep manajemen rantai pasok

menekankan pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak

hanya sekedar menyediakan barang. Rantai pasok merupakan proses penciptaan nilai

tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektifitas dari persediaan,

aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam

pengelolaan rantai pasokan karena dengan adanya informasi maka pihak pemasok

dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan

Page 41: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

25

konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan.

Selanjutnya menurut Anatan dan Elitan (2008: 61) tujuan utama dalam

manajemen rantai pasok adalah untuk memperkuat hubungan baik antara pengolah

dengan pemasok dan saluran distribusinya. Artinya pengolah perlu menyertakan

mereka baik dalam resiko ataupun peluang bisnis dengan pembagian responbility

sebagai sesame produsen. Maka dengan manajemen rantai pasok perusahaan akan

lebih responsif dan kapabilitasnya memungkinkan untuk memenuhi permintaan

konsumen.

Fleksibilitas dan kapabilitas perusahaan untuk merespon permintaan

konsumen akan produk yang lebih bervariasi dapat dilakukan dengan menggunakan

sistem produksi masal, dengan menerapkan desain produk modul untuk mencapai

segmentasi pasar yang lebih luas. Perkembangan teknologi dan pertumbuhan

lingkungan pasar, serta siklus hidup produk yang semakin pendek juga mendorong

perusahaan untuk melempar produk yang berbeda dengan yang lainnya secara lebih

cepat. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan meningkatnya kompleksitas

dalam perencanaan rantai pasokan dan koordinasi proses (Pujawan, 2005: 57).

Seluruh elemen dalam manajemen rantai pasok tidak dapat berjalan secara

terpisah, tetapi harus merupakan satu kesatuan sehingga akan menghasilkan sinergi.

Dalam rantai pasokan yang terpenting adalah saling berbagi informasi, oleh karena

itu dalam aliran material, aliran kas dan aliran informasi merupakan keseluruhan

elemen dalam rantai pasok yang perlu diintegrasikan (Anatan dan Elitan, 2008: 72).

Page 42: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

26

Menurut Marimin (2010: 25) manajemen rantai pasok mewakili manajemen

keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi,

pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan

konsep rantai pasok terdapat tiga tahapan dalam aliran material. Bahan mentah

didistribusikan pada konsumen akhir membentuk sistem physical distribution. Aliran

material tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

I

Physical Supply Pengolahing Phisycal Distribution

Planning and control

DOMINANT FLOW OF PRODUCT AND SERVICE

DOMINANT FLOW OF DEMAND AND DESIGN INFORMATION

Gambar 3. Pola Aliran Material

Pola aliran material pada Gambar 3. menunjukan bahwa bahan mentah

didistribusikan kepada pemasok dan pengolah yang melakukan pengolahan, sehingga

menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kepada customer melalui distributor.

Aliran produk terjadi mulai dari pemasok hingga konsumen, sedangkan arus balik

aliran ini dalah aliran permintaan dan informasi. Permintaan dari pelanggan

diterjemahkan oleh distributor dan distributor menyampaikan pada pengolah,

selanjutnya pengolah menyalurkan informasi tersebut pada pemasok.

SUPLLIER COSTUMERDISTRIBUTION

SYSTEM MANUFACTUR

Page 43: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

27

2.4.2. Sruktur Rantai Pasok

Manurut Marimin (2010: 26) manajemen rantai pasok merupakan serangkaian

pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang,

dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan dapat

didistribusikan dengan kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil

biaya, serta memuaskan pelanggan. Ada beberapa pemain utama yang memiliki

kepentingan dalam manajemen rantai pasok, yaitu pemasok, pengolah, pendistribusi,

pengecer, dan pelanggan.

Manurut Indrajit dan Djokopranoto (2000) dalam Marimin (2010: 27)

Hubungan organisasi dalam rantai pasok adalah sebagai berikut:

1. Rantai 1 adalah Pemasok, merupakan sumber penyedia bahan pertama, mata

rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa berbentuk bahan

baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagang, dan suku cadang.

2. Rantai 1-2 adalah pemasok → pengolah, pengolah yang melakukan pekerjaan

membuat, mempabrikasi, meng-assembling, merakit, mengonversi, ataupun

menyelesaikan barang. Pada rantai pasok pertanian, pengolah adalah pengolah

komoditas produk pertanian yang memberikan nilai tambah untuk komoditas

tersebut.

3. Rantai 1-2-3 adalah pemasok → pengolah → distributor. Barang yang sudah jadi

dari pengolah disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk

Page 44: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

28

menyalurkan barang kepada pelanggan. Cara yang umum dilakukan adalah

melalui distributor dan biasanya ditempuh dengan rantai pasok.

4. Rantai 1-2-3-4 adalah pemasok → pengolah → distributor → pengecer, pedagang

besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa yang

lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke

pihak pengecer.

5. Rantai 1-2-3-4-5 adalah pemasok → pengolah → distributor → pengecer →

pelanggan, pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli.

Mata rantai pasok akan terhenti ketika barang tersebut tiba pada pemakai

langsung.

Struktur rantai pasok produk pertanian memiliki keunikan karena tidak terlalu

mengikuti urutan rantai di atas. Petani dapat menjual hasil pertaniannya ke pasar

selaku pengecer, sehingga telah memutus rantai pelaku tengkulak, pengolah, dan

distributor. Pengolah juga tidak harus memasok produk lewat pendiostribusi ke

pengecer, tapi bisa langsung ke pelanggan. Pelanggan disini biasanya adalah

pelanggan besar seperti restoran, rumah sakit, atau pun hotel. Pengolah juga banyak

menggunakan jasa eksportir selaku distributor untuk memasarkan produknya ke

pelanggan internasional. Struktur rantai pasok pertanian ditunjukan pada Gambar 4

(Marimin, 2010: 28).

Page 45: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

29

Gambar 4. Struktur Rantai Pasok Pertanian

2.4.3. Mekanisme Rantai Pasok

Menurut Marimin (2010: 29) mekanisme rantai pasok secara alami dibentuk

oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara sedang berkembang seperti

Indonesia, mekanisme rantai pasok dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan

komposisi pasar. Mekanisme rantai pasok dapat bersifat tradisional maupun modern.

Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat

tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar

swalayan. Keberadaan tengkulak sebagai perantara bisa dipandang sebagai sebuah

kemudahan atau kerugian untuk petani.

Selanjutnya menurut Marimin (2010: 29) mekanisme rantai pasok modern

terbentuk oleh beberapa hal, antara lain mekanisme mengatasi kelemahan

Pelanggan

Pemasok

Pengolah

Distributor

Pengecer

Page 46: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

30

karakteristik dari produk pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi

ekonomi dan sosial, meningkatkan permintaan kebutuhan pelanggan akan produk

yang berkualitas, dan memperluas pangsa pasar yang ada. Hal ini menyebabkan

bertambahnya para pelaku rantai pasok, seperti adanya pengolah yang mengolah

produk pertanian, sehingga memiliki nilai tambah. Pada rantai pasok modern, petani

sebagai produsen dan pemasok pertama membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian

atau kontrak dengan pengolah, eksportir, atau langsung dengan pasar atau pengecer,

sehingga petani memiliki posisi tawar yang baik. Mekanisme ini tidak hanya memacu

petani untuk terus meningkatkan mutu hasil pertaniannya, tapi juga memacu para

pelaku rantai pasok yang lain sepertipengolah, distributor, dan pengecer untuk

menjamin kualitas produk yang diinginkan oleh pasar, sehingga produk dapat

diterima oleh konsumen lokal maupun mancanegara.

2.4.4. Kelembagaan Rantai Pasok

Menurut Marimin (2010: 30) kelembagaan rantai pasok merupakan hubungan

manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung di antara

beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Kelembagaan tersebut

mencapai satu atau lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam

dan di luar kelembagaan tersebut. Bentuk-bentuk kelembagaan rantai pasok makin

mengalami keragaman dengan keberadaan pasar tradisional dan modern seperti mini

market, super market, hyper market, dan departement store serta keberadaan

Page 47: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

31

konsumen institusional seperti hotel, restoran, rumah sakit, dan keberadaan industri

pengolahan. Kedinamikaan bentuk kelembagaan rantai pasok akan menimbulkan

persaingan, namun persaingan tersebut tidak selalu dipandang negatif, persaingan

dapat membawa hasil yang positif selama persaingan tersebut dipandang sebagai

tantangan bagi pelaku rantai pasok.

Menurut Marimin (2010: 30) dalam perkembangannya, bentuk kelembagaan

rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum dan pola

kemitraan. Pola perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tata niaga yang

umum ditemukan dibanyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau

kelompok dan pedagang, baik yang berada di sentra produksi atau pedagang besar

yang berada di pusat kota. Pola kemitraan rantai pasok yang umum dilakukan oleh

petani, antara lain kemitaan dengan KUD atau asosiasi tani dan petani dengan

pengolah atau pengolah. Gambaran kesepakatan kemitraan rantai pasok yang

umumnya terjadi adalah antara petani secara individu dengan KUD atau asosiasi tani.

Pola kemitraan petani dengan pengolah tidak jauh berbeda dengan kemitraan

antara petani dengan KUD/asosiasi tani, namun terdapat beberapa tambahan

kesepakatan, antara lain kesepakatan dalam penentuan luas area penanaman

komoditas atau produk pada masing-masing petani, kesepakatan tentang jenis atau

varietas komoditas yang akan ditanam, pengaturan tentang jadwal tanam dan panen

antar petani dan area, serta pengadaan sarana produksi. Kemitraan juga terjadi antara

pengolah dengan distributor atau asosiasi tani dengan distributor. Distributor disini

selaku pemasok untuk pengecer modern seperti super market, pemasok untuk

Page 48: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

32

konsumen institusional seperti hotel, restoran, rumah sakit, pemasok untuk konsumen

luar negeri atau pemasok untuk industri pengolahan (Marimin, 2010: 30).

Keberhasilan kelembagaan rantai psok komoditas pertanian tergantung sejauh

mana pihak-pihak yang terlibat mampu menerapkan kunci sukses (key success factor)

yang melandasi setiap aktivitas di dalam kelembagaan tersebut. Kunci sukses ini

teridentifikasi melalui penelusuran yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai

pasok. Kunci sukses tersebut adalah: (Marimin, 2010: 32).

1. Membangun kepercayaan

2. Koordinasi dan kerja sama

3. Kemudahan akses pembiayaan

4. Dukungan pemerintah

2.4.5. Tujuan Strategi Manajemen Rantai pasok

Menurut Pujawan (2005: 31) strategi tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka

panjang. Tujuan inilah yang diharapkan akan tercapai. Keputusan-keputusan jangka

pendek dan di lingkungan lokal mestinya harus mendukung organisasi atau rantai

pasok kearah tujuan-tujuan yang strategis tersebut. Strategi tersebut perlu dicapai

untuk membuat rantai pasok menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan

pasar. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka rantai pasok harus

menyediakan produk yang:

Page 49: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

33

1. Murah

2. Berkualitas

3. Tepat waktu

4. Bervariasi

Selanjutnya menurut Pujawan (2005: 31) keempat tujuan strategis tersebut

sangat penting dimata pelanggan. Namun perlu disadari bahwa tingkat kepentingan

untuk masing-masing tujuan di atas berbeda-beda untuk tiap jenis produk dan segmen

pelanggan. Ada produk yang dibeli oleh pelanggan dengan mempertimbangan utama

harga yang murah, sedangkan ada pelanggan yang membeli dengan kualitas sebagai

pertimbangan utama. Ada jenis produk yang bisa unggul di pasar karena mampu

menciptakan variasi produk yang beragam, ada juga karena mudah atau cepat.bisa

diperoleh untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka rantai pasok harus bisa

menterjemahkan tujuan-tujan di atas ke dalam kemampuan sumber daya yang

dimiliki. Dalam konteks operasi rantai pasok, tujuan-tujuan di atas dapat memiliki

kemampuan untuk:

1. Beroperasi secara efisien

2. Menciptakan kualitas

3. Cepat

4. Fleksibel

5. Inovatif

Page 50: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

34

Masing-masing aspirasi pelanggan tersebut bisa didukung oleh satu atau

beberapa kemampuan strategis suatu rantai pasok. Dalam konteks operasi,

kemampuan menciptakan kualitas tidak selalu diasosiasikan dengan produk, tetapi

juga dengan proses. Singkatnya, kualitas proses yang dijaga dengan baik akan banyak

memberikan penghematan sehingga rantai pasok juga mampu menawarkan produk

dengan harga yang lebih murah. Demikian juga, kemampuan rantai pasok untuk

menciptakan kualitas juga berpengaruh pada tujuan untuk menyediakan produk tepat

waktu bagi pelanggan. Kesalahan proses yang mengakibatkan penolakan dan

mengerjakan kembali tentu mengakibatkan waktu produksi lebih lama sehingga

mengurangi kemampuan rantai pasok untuk menyediakan praduk tepat waktu

(Pujawan, 2005: 32).

2.4.6. Desain untuk Manajemen Rantai Pasok

Menurut Pujawan (2005: 59) ongkos transportasi dan persediaan merupakan

rantai pasok cost drivers (pemicu biaya rantai pasok) yang besar porsinya. Oleh

karena itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang produk baru

semestinya bukan hanya masalah kemudahan untuk produksi, kelayakan jual, biaya,

dan waktu pengembangan dalam rancangan tersebut. Namun juga hal-hal lain seperti

aspek lingkungan dan aspek-aspek manajemen rantai pasok. Rancangan produk yang

mempertimbangkan manajemen rantai pasok dinamakan desain untuk manajemen

Page 51: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

35

rantai pasok. Secara umum desain untuk manajemen rantai pasok mempertimbangkan

hal-hal seperti:

1. Kemudahan untuk menyimpan, mengirim, dan mengembalikan produk tersebut

2. Fleksibilitas rancangan terhadap perubahan permintaan pelanggan

3. Modularity: banyaknya komponen atau modul yang sama yang bisa digunakan

untuk membuat produk akhir yang berbeda

4. Aspek lokalisasi: rancangan yang memperhatikan bisa tidaknya sebagian kegiatan

perakitan akhir (finalisasi) dilakukan di area pemasaran

5. Reuseability dari rancangan

6. Rancangan yang mendukung mass customization

2.5. Manajemen Risiko Rantai Pasok

Menurut Marimin (2010: 196) risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai

kerugian yang dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya, sisi kemungkinan

penyebabnya, dan sisi akibatnya dalam sebuah perusahaan dan lingkungannya. Dalam

suatu rantai pasok, jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok, maka

akan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam

jaringan pasokannya. Begitupun dengan risiko akibat dari permasalahan tersebut,

sehingga terjadi interaksi antar risiko yang menyebabkan kerugian secara menyeluruh

dalam jaringan pasokan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian risiko rantai

Page 52: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

36

pasok agar dapat terhindar dari akibat berkelanjutan yang terjadi pada setiap titik

dalam jaringan pasokan dengan cara melakukan analisis risiko.

Analisis risiko rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok

yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan bisnis

dalam kondisi yang penuh dengan ketidak pastian. Menurut Schoenher dalam

Marimin (2010: 196) kategori risiko rantai pasok, terbagi menjadi tujuh belas macam,

yaitu risiko komplain standarisasi, risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko

biaya persaingan, risiko permintaan, risiko pemenuhan pasokan, risiko

penggudangan, risiko ketepatan waktu kirim, risiko ketepatan budget pengiriman,

risiko pemenuhan pemesanan, risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko

manajemen pemasok, risiko rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana

serta produk asing (Marimin, 2010: 197).

2.6. Penelitian Terdahulu

Badariah et al., (2010) melakukan penelitian tentang Analisa Supply Chain

Risk Management Berdasarkan Metode Failure and Effects Analysis (FMEA). Hasil

penelitiannya mengidentifikasi risiko dan pencaritahuan akan faktor tertinggi

berdasarkan hasil perhitungan Risk Priority Number. Khususnya pada proses

receiving (penerimaan) bahan baku pada saat kapal tangker tidak bersandar di

darmaga, proses strorage (penyimpanan) ketika pipa penyalur bahan baku mengalami

kebocoran, dan berdasarkan perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN) dari

Page 53: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

37

proses receiving (penerimaan) dan strorage (penyimpanan), faktor kebocoran pipa

yang terjadi pada sambungan pipa dengan tengker. Faktor ini yang paling

mempengaruhi proses produksi.

Parenrengi, et al., (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Risiko

Manajemen Rantai Pasok Dalam Membangun Ketangguhan Perusahaan Dengan

Metode Failure and Effects Analysis (FMEA). Potensi risiko yang timbul dalam

setiap aktivitas bisnis departemen manajemen rantai pasok dapat menjadi risiko yang

berdampak terhadap aktivitas perusahaan jika tidak mendapat perhatian dalam proses

pengelolaanya. Selain itu diperoleh bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

timbulnya risiko antara lain kurangnya perencanaa, kolaborasi, kontrol, dan

peningkatan kapabilitas karyawan dalam departemen SCM. Upaya untuk membangun

ketangguhan perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan secara

kolaboratif dan berkesinambungan terhadap faktor-fakor yang berkontribusi terhadap

timbulnya risiko tersebut. Upaya lain adalah dengan penerapan Bussines Continuity

Management (BCM) / BCP untuk manajemen rantai pasok yang juga mampu

memberikan solusi menyeluruh terhadap pengelolaan rantai pasok.

Fendi dan Yuliawati (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi

Mitigasi Risiko Pada Rantai Pasok PT. PAL. INDONESIA (PERSERO) . Hasil

penelitiannya bahwa identifikasi risiko yang terjadi dalam aktivitas rantai pasok di

peroleh 41 kejadian dan 29 agen risiko yang teridentifikasi, pengurutan nilai RPI dan

pemetaan kejadian risiko dalam risk map memperlihatkan bahwa 6 kejadian risiko

yang berada dalam area merah yang berarti menunjukan perlu dilakukan corrective

Page 54: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

38

action dan 14 kejadian risiko di orange yang berarti juga sangat

direkomendasikannya corrective action agar tidak terjadi gangguan pada sistem rantai

pasok perusahaan, strategi mitigasi untuk agen risiko yang terpilih yaitu, dengan

menerapkan strategi proaktif supply. Strategi yang digunakan meliputi strategy stock,

coordination, dan multi route.

2.7 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilandasi dengan kerangka pikir model pengelolaan risiko rantai

pasok produk pertanian tanaman pangan, yaitu komoditas kentang. untuk membuat,

pengukuran risiko rantai pasok tersebut akan digunakan model-model yang sudah

dikembangkan oleh Neureuther dalam Marimin (2010). Tahap penelitian ini dengan

Mengidentifikasi Risiko (Metode Fish Bond), Pengukuran risiko (Metode

Aproksimasi), Pemetaan Risiko (Risk Matriks Chart), dan Pengelolaan Risiko. Kajian

tahapan penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 5.

Page 55: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

39

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Ketahanan Pangan

Diversifikasi

Analisis

Produksi

Analisis

Konsumsi

Alur Rantai Pasok

Identifikasi Risiko Rantai Pasok

Pemetaan

Mengukur Risiko

Pengelolaan

Risiko

Menghindari

Risiko (Avoid)

Mengendalikan

Risiko

(Mitigate)

Mengalihkan

Risiko

(Transfer)

Menerima

Risiko

(Keep)

Strategi Pengelolaan Risiko Rantai

Pasok Komoditas Kentang

Fish bone Metode Aproksimasi Risk Matrik Chart

Page 56: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, yaitu dari bulan Agustus 2014-

Desember 2014, bertempat di Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung merupakan

salah satu daerah penghasil atau sentra kentang di Provinsi Jawa Barat.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber

dari: (1) para petani kentang (2) para pengumpul yang mengumpulkan hasil panen

kentang dari kelompok tani maupun langsung dari petani. (3) distributor yang

menyalurkan hasil panen ke pasar induk atau ke konsumen. Beberapa data sekunder

yang dipergunakan untuk membantu memperoleh data yang bersumber dari: (1)

Badan Pusat Statistik yang banyak menerbitkan data tahunan. (2) Fatscrat Indonesia

yang menerbitkan kandungan gizi umbi-umbian. (3) Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Provinsi Jawa barat, untuk beberapa data produksi kentang tahunan. (4) Dinas

Pertanian RI, untuk beberapa data konsumsi kentang tahunan.

Page 57: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

41

3.3. Teknik Penentuan Sampel

Sampel yang dijadikan responden atau informan penelitian ditentukan secara

Multi Stage Area Sampling. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengambilan contoh

yaitu:

Kabupaten Bandung terdiri dari 31 kecamatan, namun ada 3 kecamatan

penghasil kentang, yaitu Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, dan

Kecamatan Cimenyan.

1. Ketiga kecamatan ini merupakan Kecamatan terpilih dalam penelitian ini.

2. Kemudian dari 3 kecamatan terpilih tersebut dipilih 3 daerah sentra dengan

menggunakan random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak.

3. Dari setiap daerah diambil 13 petani kentang beserta rantai pasok yang terlibat

dengan menggunakan metode snow ball sehingga total responden 121.

Penentuan jumlah sampel dengan populasi tidak terhingga menurut

J. Sarwono (2002: 42) adalah sebagai berikut:

Z2 a/2 X p (1-p)

no =--------------------------------

e2

Page 58: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

42

Dimana :

Z = tingkat kepercayaan dugaan (1-α)

P = proporsi sampel

e = kesalahan dugaan (sampling eror)

no = jumlah sampel awal

Pada penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 120 responden

dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan berikut ini :

1. Z = 90% (tingkat kepercayaan 90%)

2. P = 50% (proporsi sampel 50%)

3. e = 7,5% (sampling error 7,5%)

perhitungan : 1,6452 x 0,5 (1-0,5) no =-------------------------------- 0,0752 no = 120, 2678

Kemudian untuk tingkat pengumpul dan distributor penentuan sampel ini

dilakukan dengan secara sengaja (Purposive sampling), dimana dengan jumlah 15

pengumpul dan 4 distributor dengan pertimbangan bahwa pengumpul dan distributor

di 3 Kecamatan ini merupakan pengumpul dan distributor yang cukup berkembang

dan maju, seperti bertahan ≥ 5 tahun.

Page 59: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

43

3.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan

cara:

1. Pengumpulan data kuantitatif dengan teknik wawancara terbimbing dengan

menggunakan pedoman wawancara (kuesioner). Di samping itu, pada tahap ini

juga dilakukan studi dokumentasi dengan cara dicatat di pedoman pencatatan

dokumen.

2. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan cara: (1) Observasi, dilakukan

dengan cara peneliti mengamati kegiatan secara langsung. (2) wawancara

mendalam (indeepth interview), dilakukan sebagai tidak lanjut dari temuan

observasi, dilakukan dengan cara menemui langsung para informan dengan

menggunakan pedoman wawancara, untuk mendapatkan data lebih lengkap dalam

hal-hal tertentu direkam melalui tape recorder dan foto kamera.

3. Melakukan lembar penilaian (assessment sheet) kepada responden untuk dinilai

probabilitas (P) dan dampak (D) risiko. Responden yang dipilih adalah tingkat

petani, pengumpul dan distributor. Lembar penilaian ini berisiko berisi kumpulan

identifikasi risiko per kejadian pada setiap tingkat rantai pasok yang dibuat dalam

bentuk skala dan bobot probabilitas dan dampak pada per kejadian pada setiap

tingkat rantai pasok.

Ada 4 teknik menganalisis data yakni: Tahap pertama, identifikasi risiko

dengan menggunakan metode fish bone, merupakan aktivitas awal yang bertujuan

Page 60: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

44

untuk mengidentifikasi seluruh risiko yang melekat pada seluruh aktivitas di setiap

tingkat rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Bandung yang akan

menghasilkan output daftar risiko dari setiap tingkat rantai pasok. Menurut Mulyadi

(2007: 114) metode fish bone dalam identifikasi risiko meliputi analisis data historis,

pengamatan, survey baik dengan kuisioner atau wawancara.

Gambar 6. Identifikasi Risiko (Metode Fish Bone)

Tahap kedua, Pengukuran dan Perkiraan Risiko, Metode Pengukuran Risiko

(Metode Aproksimasi) dapat dilakukan secara kuantitatif atau kualitatif. Pengukuran

risiko selalu mengacu paling tidak pada dua ukuran yaitu ukurun pertama adalah

probabilitas, dan juga digunakan untuk kemungkinan (likelihood). Kesemuanya

tersebut mengacu kepada seberapa besar probabilitas (P) risiko tersebut terjadi atau

akan terjadi. Ukuran kedua adalah dampak (D) atau akibat, atau ukuran kuantitas

Cause 2

Problem

Cause 3 Cause 1

Page 61: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

45

risiko, yaitu ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-

benar terjadi.

Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui

probabilitas (P) dan dampak (D) risiko, metode ini dilakukan dengan menanyakan

kira-kira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada

orang lain. Disebut aproksimasi karena informasi yang diperoleh merupakan

perkiraan atau aproksimasi. Pemilihan ini karena tidak memiliki data historis

mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak risiko yang ada. Pengumpulan

informasi pada metode aproksimasi dilakukan dengan cara Expert Opinion (Kountur,

2008: 28). Cara ini adalah salah satu cara pengumpulan informasi dimana seorang

yang dianggap mengetahui keadaan lapangan diwawancarai untuk mendapatkan

informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan seberapa besar

dampak yang terjadi dari suatu risiko. Menurut Kountur (2008: 30) hal yang bisa

dilakukan untuk mengurangi bias adalah jawaban dari probabilitas dan dampak yang

ditanya dibuatkan dalam bentuk skala dengan bobotnya masing-masing :

Skala Bobot Sangat Besar 5 Besar 4 Sedang 3 Kecil 2 Sangat Kecil 1

Page 62: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

46

Penetapan tingkat dampak risiko adalah dengan mempertimbangkan apakah

risiko tersebut akan berdampak pada penutupan bisnis atau bisnis tetap hidup.

Dampak risiko dapat di kategorikan menjadi dampak besar dan kecil.

Penetapan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada

dimana hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Perhitungan status risiko

diperlukan untuk mengetahui posisi sebenarnya suatu risiko. Status risiko diperoleh

dari perkalian antara kemungkinan (probabilitas) dan dampak (Sumber: Kountur, 2008:

30)

Status risiko = probabilitas x dampak

Tahap ketiga adalah pemetaan, pemetaan merupakan kelanjutan dari tahap

pengukukuran risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga dapat

mengidentifikasi karakter dari setiap risiko dan menetapkan tindakan masing-masing

risiko (Hanafi, 2009: 31). Teknik ini merupakan teknik yang cukup sederhana (tidak

melibatkan kuantitatif yang rumit). Risiko dapat dikelompokan berdasarkan dua

dimensi yaitu frekuensi dan dampak. Pengukuran kuntitatif ini dapat digunakan

menggunakan risk matriks chart. Matriks chart digunakan untuk memilah risiko-

risiko yang berdampak tinggi dari risiko-risiko yang berdampak rendah. Risk matriks

chart dapat dilihat pada Gambar 7.

Hasil penelitian yang terkait dengan dua dimensi risiko, yaitu probabilitas dan

dampak digunakan pada pemetaan. Dua dimensi tersebut kemudian dimasukan ke

dalam diagram pemetaan risiko (Risk Matriks Chart) untuk melihat prioritas risiko

(Gambar 7). Empat kategori arti masing-masing kuadran risk matriks chart, yaitu:

Page 63: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

47

1. Kuadran I, risiko mengancam pencapaian tujuan bisnis

2. Kuadran II, risiko berbahaya yang jarang terjadi

3. Kuadran III, risiko yang terjadi secara rutin namun dampak rendah

4. Kuadran IV, risiko tidak berbahaya

5

Dampak 3

1 1 3 5

Probabilitas

Sumber: Kountur, 2008: 45 Gambar 7. Diagram Pemetaan Risiko (Risk Matriks Chart)

Kuadran I, merupakan area dengan tingkat probabiltas besar. Risiko yang

terdapat pada kuadaran ini termasuk ke dalam prioritas I atau prioritas utama.

Kuadran II, merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri

risiko dalam kuadran II adalah memiliki tingkat probabilitas kejadian kecil, namun

dampaknya bila risiko tersebut menjadi kenyataan menjadi besar. Kuadran III,

memiliki tingkat kejadian yang besar namun dampaknya rendah. Kadang-kadang

mengganggu apabila risiko yang bersangkutan muncul menjadi kenyataan. Terakhir,

pada kuadran IV, risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang

Kuadran II

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran III

Page 64: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

48

rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target

perusahaan.

Tahap keempat, strategi pengelolaan risiko, berdasarkan strategi yang

dilakukan dalam mencegah suatu risiko, tiap rantai pasok dapat melakukan strategi

pengurangan risiko, atau seberapa besar risiko yang dapat ditoleransi atau diterima

sesuai dengan ukuran minimum sesuai yang diterapkan, antara lain

1. Menghindari risiko (Avoid), yaitu risiko dihindari karena dampaknya terlalu besar

bagi perusahaan, atau menghindari risiko tertentu dengan mengusahakan agar

perusahaan tidak memilih atau melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

sumber datangnya risiko

2. Mengalihkan risiko (Transfer), yaitu membagi risiko kepada pihak ketiga, melalui

hedging, outsourching, diversifikasi, sub-kontrak, tunda jual dan kontrak masa

depan atau asuransi.

3. Mengendalikan (Mitigate), yaitu mengurangi, memperingankan, mengantisipasi

pengaruh yang ditimbulkan oleh kemungkinan terjadinya risiko dengan cara

melakukan kegiatan pencegahan dan meningkatkan pengawasan yang lebih ketat

4. Menerima (Keep), yaitu menghadapi risiko tersebut apa adanya atau risiko

diterima sejauh dalam batas-batas toleransi yang diberikan atau ditetapkan oleh

perusahaan (risk appetite), tetapi dengan tetap melakukan langkah-langkah

antisipasi semaksimal mungkin agar tetap melakukan langkah-langkah antisipasi

semaksimal mungkin agar diperoleh nilai bagi perusahaan.

Page 65: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

49

3.4.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji sah atau validnya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk

mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali,

2005: 43). Didalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,

biasanya dilakukan uji signifikan koefisien korelasi pada batasan minimal korelasi

0,30, artinya suatu item dianggap valid jika skor total lebih besar dari 0.30 (Priyanto,

2010: 62)

3.4.2 Uji Reliabelitas

Uji reliabilitas adalah digunakan untuk menguji apakah hasil pengukuran

suatu kuesioner dapat dipercaya atau diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan

reliabilitas apabila jawaban seorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau tidak

berubah dari waktu ke waktu. Uji reliabelitas dalam penelitian ini menggunakan

angka cronbach yaitu suatu pertanyaan dalam kuesioner akan reliabel jika cronbach

alpha > 0,6 (Ghozali, 2005: 47)

Page 66: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

50

BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG

4.1. Letak Geografis dan Topografi

Kabupaten Bandung merupakan salah satu Kabupaten Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Secara Geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6˚,41’ sampai

dengan 7˚,19’ Lintang Selatan dan diantara 107˚,22’ sampai dengan 108˚,5’ Bujur

Timur. Luas wilayah keseluruhan sebesar 1.762,39 Km2 dengan batas-batas wilayah

administratif sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan

Kabupaten Sumedang

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat

5. Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bandung dan Kota Cimahi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung merupakan wilayah pegunungan

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara terdapat Gunung Bukit Tunggul (2.200 m), Gunung Tangkuban

Perahu (2.076 m), diperbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. (keduanya kini

menjadi Kabupaten Bandung Barat)

Page 67: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

51

2. Sebelah Selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m),

serta Gunung Papandayan (2.2.62 m), dan Gunung Guntur (2.249 m), kedua-

duanya diperbatasan dengan Kabupaten Garut

Dengan iklim tropis dan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan

4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 12˚C sampai 24˚C dengan

kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Luas

wilayah Kabupaten Bandung tercatat seluas 176.238,67 Ha, dibagi beberapa kategori

diantaranya luas lahan pertanian sawah (berpengairan teknis, berpengairan non teknis

dan tidak berpengairan), luas lahan pertanian bukan sawah dan luas lahan non

pertanian. Kecamatan dengan luas lahan pertanian sawah pengairan teknis terluas

adalah Kecamatan Ciparay, sementara area sawah dengan pengairan non teknis

terluas terletak di Kecamatan Rancaekek dengan masing luas 2.425,40 Ha dan

3.035,10 Ha.

4.2. Keadaan Penduduk

4.2.1. Jumlah Penduduk

Kabupaten Bandung merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi

kedua di Provinsi Jawa Barat setelah Kabupaten Bogor. Menurut hasil Survey Sosial

dan Ekonomi Daerah (SUSEDA), pada tahun 2009 Kabupaten bandung tercatat

memiliki kepadatan penduduk sekitar 3.127.008 jiwa, naik sekitar 7,38% di tahun

2013 sebesar 3.351.048 jiwa. Meninjau perkembangan junlah penduduk Kabupaten

Page 68: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

52

Bandung dalam lima tahun terakhir, tren perkembangan menunjukan bahwa jumlah

penduduk Kabupaten Bandung terus mengalami peningkatan dengan rata-rata

pertumbuhan sekitar 1,6% - 2,3% per tahun. Pertumbuhan penduduk dalam lima

tahun terakhir dapat dilihat pada lampiran 1.

Jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang terdapat pada lampiran 1, dalam

persebarannya cenderung tidak tersebar dengan merata disetiap kecamatan-

kecamatan. Kecamatan yang memiliki lokasi berdekatan dengan Kota Bandung

cenderung lebih padat. Sebagai contoh, Kecamatan Margahayu memiliki kepadatan

penduduk sebesar 114..670 pada tahun 2013 dan Kecamatan Deyeuhkolot memilki

kepadatan penduduk sebesar 108.884 pada tahun 2013.

4.2.2. Menurut Umur

Badan Statistik Kabupaten Bandung membagi komposisi penduduk menurut

umur dalam dua golongan yaitu golongan umur non produktif dan golongan umur

produktif. Golongan non produktif adalah golongan umur 0-14 tahun dan golongan

umur lebih dari 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah 15-64 tahun.

Komposisi penduduk Kabupaten Bandung berdasarkan umur dapat dilihat pada

Tabel. 3 dibawah ini:

Page 69: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

53

Tabel 3. Komposisi Penduduk Kabupaten Bandung Menurut Kelompok dan Jumlah

Jiwa Umur Tahun 2013

No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) 1 0-14 998.622 2 15-64 2.202.776 3 ≥ 65 149.65 Jumlah 3.351.048

Sumber: Statistik Kabupaten Bandung Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa komposisi penduduk menurut umur

pada tahun 2013 di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 adalah golongan non

produktif (kelompok 0-14 tahun) adalah sebesar 998.622 jiwa dan kelompok ≥ 65

tahun sebesar 149.650 jiwa, dan golongan produktif kelompok (15-64 tahun) adalah

sebesar 2.202.776 jiwa. Jumlah golongan produktif lebih tinggi dibandingkan jumlah

golongan non produktif, penduduk dalam umur golongan yang produktif dalam usaha

tani kentang masih memungkinkan untuk meningkatkan keterampilan dan menambah

pengetahuan dalam mengelola usahatani serta penyerapan teknologi baru untuk

memajukan usahataninya, sehingga upaya pengembangan usahatani kentang di

Kabupaten Bandung dapat berjalan dengan lebih baik.

4.3. Keadaan Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran

tingkat keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk

menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional. PDRB

Page 70: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

54

Kabupaten Bandung menggambarkan pertumbuhan ekonomi, secara umum kondisi

makro ekonomi di Kabupaten Bandung, meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, hal itu tidak lepas dari kondisi makro yang mempengaruhi seperti

stabilitas politik dan demokrasi, Kondisi ekonomi nasional yang positif ini berimbas

pada perekonomian Kabupaten bandung untuk tahun 2013, pertumbuhan Kabupaten

Bandung tercatat meningkat, dengan pertumbuhan mencapai 5,88 persen, sedangkan

untuk tahun 2012 berkisar sekitar 4,34 persen.

Sektor yang membuat kenaikan secara signifikan diperoleh dari sektor

industri. Namun tercatat juga terjadi penurunan dari sektor-sektor ekonomi lainnya,

yaitu pertambangan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Untuk tahun 2013,

PDRB Kabubapetn Bandung mengalami peningkatan dibanding dengankan dengan

PDRB tahun 2012 dan tahun sebelum-sebelumnya. Baik PDRB atas harga berlaku

maupun PDRB atas pasar kostanta. Untuk tahun 2013, PDRB atas dasar harga

berlaku mengalami peningkatan sebesar Rp 4,89 triliun, sedangkan untuk PDRB atas

dasar harga konstanta mengalami kenaikan sebesar Rp 1,2 triliun. Pertumbuhan

PDRB Kabupaten Bandung per tahun dapat dilihat pada Tabel. 4 berikut:

Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung untuk tahun 2011 – 2013.

Tahun

PDRB ADH

Berlaku

PDRB ADH Konstanta

Pertumbuhan ADH Berlaku

Pertumbuhan PDRB ADH

Konstan 2011 38.282.269.450.000 19.674.494.5550.000 14,89 % 5,30% 2012 41.201.900.670.000 20.527.539.560.000 7,63% 4,34% 2013 46.092.238.720.000 21.734.661.190.000 11,87% 5,88%

Data Produk Domestik Bruto Semesteran Kabupaten Bandung 2013

Page 71: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

55

Secara umum pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung selalu mengalami

peningkatan, baik itu dilihat dari PDRB ADH Konstan maupun PDRB ADH berlaku,

namum pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung tahun 2011 mengalami penurunan

itu disebabkan karena dampak krisis global yang mengalami dunia yang berimbas

pada PDRB Kabupaten Bandung. Memasuki tahun 2013 PDRB Kabupaten Bandung

kembali menunjukan kondisi pertumbuhan yang normal. Kondisi ini tidak terlepas

dari adanya pertumbuhan pada bagian semua sektor lapangan Nilai PDRB tak lepas

dari nilai-nilai PDRB persektor yang menjadi pembentuk PDRB secara umum.

4.4. Keadaan Pertanian

Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang merupakan

daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 7,36 persen dari total Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung, Dari luas wilayah Kabupaten

Bandung yang tercatat 176.238,67 Ha, dan 21,01% merupakan tanah sawah.

Melihat potensi yang ada maka sektor pertanian merupakan sektor yang patut

mendapat perhatian lebih, baik dari pihak pemerintah daerah maupun masyarakat

pertanian sendiri.

Page 72: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

56

4.4.1. Tanaman Pangan

Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Bandung,

antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi

terbanyak adalah padi sawah sebanyak 2.467.580,10 kwintal dengan luas panen

seluas 31.271 Ha sehingga didapatkan produktivitas tahun 2013 sebesar 98,91 kw/Ha.

Perlu diperhatikan produktivitas belom menghitung sawah yang ditanam lebih dari

satu kali musim. Keadaan ini dapat dipahami karena luas areal untuk tanaman padi

cukup luas jika dibandingkan dengan luas areal yang ditanami tanaman lainnya.

Disamping itu tanaman pangan Kabupaten Bandung memiliki tanaman hortikultura

unggulan seperti kentang, kubis, cabe merah, dan bawang merah. Juga tanaman

perkebunan seperti teh, kelapa hibrida, cengkeh, jambu mete, dan kopi juga

diusahakan di Kabupaten Bandung.

4.4.2. Peternakan

Berdasarkan jenisnya peternakan dibedakan atas ternak besar, ternak kecil dan

ternak unggas. Jenis ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Bandung adalah

sapi sebanyak 28.109 ekor (termasuk sapi perah), kuda 2.338 ekor dan kerbau

sebanyak 2.332 ekor. Sementara ternak kecil yang cukup dominan adalah domba

sebanyak 118.158 ekor, kemudian kambing sebanyak 18.869 ekor. Sedangkan jenis

Page 73: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

57

ternak unggas terbesar adalah ternak ayam, dimana mencapai 255.126.575 ekor dan

itik sebanyak 390.104 ekor.

4.4.3 Perikanan

Prospek perikanan di Kabupaten Bandung memperlihatkan angka yang cukup

menjanjikan. Pada tahun 2013 luas kolam air tenang sebesar 1.230 Ha dengan total

produksi ikan sebesar 7.354 ton, sedangkan luas mina padi meningkat sebesar 4.481

Ha dengan produksi ikan sebesar 2.499 ton, dan luas kolam air deras sebesar 1.025

petak dengan produksi ikan 429 ton.

4.4. Keadaan Kondisi Usahatani Kentang

Komoditas kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di

Kabupaten Bandung. Jenis yang banyak diusahakan petani adalah kentang Granola.

Kentang granola merupakan kentang konsumsi, yaitu kentang yang digunakan

sebagai bahan pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari, yaitu sebagai sayuran

maupun bahan olahan lain untuk di konsumsi. Sentra produksi kentang di Kabupaten

Bandung berada di Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, dan Kecamatan

Cimenyan. Meskipun merupakan komoditi andalan, upaya pengembangan usahatani

kentang di Kabupaten Bandung bukan tanpa kendala. Salah satu indikator adanya

kendala dalam pengembangan usahatani kentang adalah terjadinya konversi lahan.

Page 74: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

58

Adapun jumlah produksi kentang di Kabupaten Bandung dalam kurun 5 tahun

mengalami ketidak stabilan, yaitu pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar

182.858/ton, terus mengalami penurunan produksi pada tahun 2010 sebesar

114.754/ton dan tahun 2011 sebesar 105.926/ton, namun pada tahun 2012 produksi

kentang di Kabupaten Bandung kembali mengalami peningkatan produksi sebesar

131.876/ton.

Page 75: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

59

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Alur Rantai Pasok Komoditas Kentang Kabupaten Bandung

Berdasarkan Fatimah (2011: 23) dan penelitian di lapangan, bahwa

komoditas kentang di Kabupaten Bandung memiliki enam alur rantai pasok untuk

menuju ke konsumen akhir, yang bermula dari petani/produsen sebagai sumber

penyedia bahan baku sampai di distributor sebagai penyalur kentang. Enam alur

tersebut secara rinci sebagai berikut:

Pertama

Petani menjual hasil produksi kentang ke pedagang pengumpul, di tingkat

pengumpul kentang disortir berdasarkan kualitas dan kuantitas sehingga mendapatkan

nilai tambah, selanjutnya dijual ke distributor, di tingkat distributor kentang di

timbang berdasarkan pesanan dan di kemas agar kentang tidak mengalami kerusakan

selama perjalanan menuju pasar induk, setelah di pasar induk kentang dijual ke

pengecer dengan harga yang bervariasi berdasarkan kualiatas dan kuantitas, di

pengecer konsumen baru dapat membeli kentang dengan harga yang bervariasi

berdasarkan kualitas dan kuantitas.

Page 76: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

60

Kedua

Petani dapat menjual kentang langsung menuju distributor, biasanya

distributor bermitra dengan petani dengan mengadakan perjanjian yang

menguntungkan kedua belah pihak, setelah sampai di distributor kentang ditimbang

dan di kemas agar kentang tidak mengalami kerusakan selama perjalanan menuju

pasar induk, setelah di pasar induk kentang kembali dijual ke pengecer dengan harga

yang bervariasi berdasarkan kualiatas dan kuantitas, di pengecer konsumen baru

dapat membeli kentang dengan harga yang bervariasi pula berdasarkan kualitas dan

kuantitas.

Ketiga

Petani sebagai penyedia bahan baku menjual kentang ke pengumpul,

pengumpul menyortir berdasarkan kualitas dan kuantitas, pada alur rantai pasok ini

pengumpul bermitra dengan industri makanan, di industri makanan kentang dijadikan

berbagai jenis makanan olahan yang dapat menghasilkan nilai tambah yang sangat

tinggi, dari industri ini konsumen dapat membeli berbagai jenis kentang olahan.

Keempat

Petani sebagai penyedia bahan baku makanan langsung menjual kentang ke

industri makanan. Industri makanan menjadikan kentang dijadikan berbagai jenis

makanan olahan yang dapat menghasilkan nilai tambah yang sangat tinggi, kemudian

hasil olahan kentang dijual ke pengecer dengan harga yang bervariasi berdasarkan

jenis olahan kentang, di pengecer konsumen baru dapat membeli olahan kentang

dengan harga yang bervariasi pula.

Page 77: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

61

Kelima

Petani sebagai penyedia bahan baku menjual kentang ke pengumpul, di

tingkat pengumpul kentang disortir berdasarkan kualitas dan kuantitas sehingga

mendapatkan nilai tambah, kemudian dijual kembali ke distributor, ditingkat ini

distributor bermitra dengan industri makanan, kentang ditimbang dan dikemas

berdasarkan pesanan agar kentang tidak mengalami kerusakan selama perjalanan

menuju industri makanan, di industri makanan kentang dijadikan berbagai jenis

makanan olahan yang dapat menghasilkan nilai tambah yang sangat tinggi, kemudian

hasil olahan kentang dijual ke pengecer dengan harga yang bervariasi berdasarkan

jenis olahan kentang, di pengecer konsumen baru dapat membeli olahan kentang

dengan harga yang bervariasi pula.

Keenam

Petani sebagai penyedia bahan baku menjual kentang langsung ke pengecer di

daerah setempat. Hal ini dilakukan karena kentang sudah mulai rusak, oleh karena itu

petani memutuskan untuk langsung menjual ke pengecer dengan harga yang sangat

rendah, di pengecer konsumen baru dapat membeli kentang dengan harga yang

rendah berdasarkan kualitas yang kurang baik. Lebih lengkapnya alur rantai pasok

komoditas kentang di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 78: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

62

IV

I II

III

V

VI

Keterangan: (Batasan Alur Rantai Pasok yang di Teliti)

Gambar 8. Alur Rantai Pasok Komoditas Kentang di Kabupaten Bandung

5.2. Identifikasi Risiko Rantai Pasok

Langkah pertama dalam risiko agribisnis adalah mengidentifikasi risiko-risiko

yang terjadi dalam setiap tingkat rantai pasok. Pengidentifikasian dilakukan untuk

memperoleh sekumpulan informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian

risiko yang mengakibatkan kerugian.

Pengecer

Konsumen

Pasar Induk

Pedagang Besar

(Distributor)

Pedagang Pengumpul

(Bandar)

Industri Makanan

Petani/Produsen

Page 79: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

63

Risiko krusial sering terjadi di sub sektor on farm, yaitu di tingkat petani,

pengumpul, dan distributor. Kemunculan risiko di tingkat on farm memiliki frekuensi

yang sering terjadi dan berdampak besar.

Risiko krusial di tingkat petani yang diidentifikasi, yaitu risiko konversi lahan,

risiko sarana dan prasarana, risiko produktivitas, dan risiko panen dan pasca panen.

Risiko krusial pada tingkat pengumpul yaitu risiko penyortiran dan risiko

penyimpanan. Risiko krusial pada tingkat distributor yaitu risiko pengemasan dan

pengangkutan. Beberapa risiko krusial tersebut dapat menyebabkan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan

kerugian pada tiap tingkat rantai pasok. Identifikasi risiko pada setiap tingkatan rantai

pasok dapat menggunakan metode tulang ikan (fish bone), seperti Gambar 9.

Gambar 9. Identifikasi Risiko (Metode Fish Bone)

Konversi Lahan

Sarana dan Prasarana

Panen dan Pasca Panen Produktivitas

Pengumpul

Penyortiran Penyimpanan

Pengemasan

Problem

Pengangkutan

Distributor Petani

Page 80: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

64

5.2.1. Risiko Tingkat Petani

Umumnya petani di Kabupaten Bandung merupakan petani yang mengolah

sawah atau tanah untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dari bercocok tanam petani

dapat menghasilkan uang untuk bertahan hidup, namun dari tahun ke tahun hingga

saat ini permasalahan di tingkat petani tidak kunjung selesai.

Berdasarkan penelitian di lapangan risiko yang sering muncul di tingkat

petani yaitu, risiko konversi lahan yang setiap tahun mengangalami pengurangan

jumlah lahan produktif, risiko sarana dan prasarana yang tidak memadai, risiko

produktivitas yang selalu menurun akibat kurangnya pengetahuan petani maupun dari

alam, dan adanya risiko panen dan pasca panen yang kurang tepat karena masih

banyaknya menggunakan cara yang konvensional.

5.2.1.1. Risiko Konversi Lahan

Faktor utama dalam bertani adalah adanya ketersediaan lahan yang layak dan

produktif sebagai media tanam komoditas kentang, namun yang terjadi saat ini lahan

tersebut berubah fungsi sebagian atau seluruhnya, perubahan kawasan dari yang

berfungsi semula sebagai kawasan pertanian menjadi kawasan bukan untuk pertanian

(konversi lahan) (Arsyad dan Ernan, 2008: 66). Alih fungsi ini berdampak negatif

kepada produksi kentang dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Berdasarkan

penelitian di lapangan dapat dilihat risiko konversi lahan per kejadian sebagai berikut:

mayoritas petani memilih risiko tinggi merubah lahan tanaman kentang menjadi

Page 81: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

65

komoditas non kentang dengan persentase 96,7% (29 orang), seperti banyaknya

perawatan kentang lebih intesif karena banyaknya hama yang menyerang kentang dan

dari segi harga jual kentang sering terjadi fluktuatif; 96,7% (29 orang) memilih risiko

tinggi lahan kentang yang di ambil oleh pihak BUMN, seperti sengketa kepemilikan

lahan kentang yang terjadi saat petani membuka lahan baru di lahan milik BUMN;

90% (27 orang) memilih lahan kentang disewa ke pihak swasta, seperti banyaknya

lahan kentang yang dijadikan industri minimarket, dan villa; 96,7% (29 orang)

memilih risiko tinggi banyaknya pembangunan perumahan, seperti banyaknya angka

kelahiran dibanding angka kematian yang berimplikasi kepada membangun

perumahan penduduk diatas lahan kentang. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Risiko Konversi Lahan per Kejadian Kode Risiko Konversi Lahan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

R1 Alih komoditas non kentang 29 96%

R2 Banyak lahan kentang milik pribadi yang diambil oleh pihak BUMN 29 96%

R3 Banyak lahan yang disewa ke pihak swasta 27 90%

R4 Banyaknya pembangunan perumahan 29 96%

5.2.1.2. Risiko Sarana dan Prasarana

Menurut Rita (2010: 31) sarana dan prasarana dalam pertanian sebagai input

atau faktor produksi merupakan penunjang utama untuk memproduksi kentang,

sehingga produktivitasnya tercapai, namun apabila sarana dan prasarana pertanian

Page 82: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

66

tersebut tidak atau belum tersedia akan berdampak berkurangnya produktivitas

kentang. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa risiko sarana dan prasarana

per kejadian, sebagi berikut: mayoritas petani memilih risiko tinggi dengan persentase

86,7% (26 orang) memilih risiko tinggi harga sewa traktor yang mahal, untuk

mengolah sawah petani harus mengeluarkan biaya Rp 800.000 – Rp 1.000.000/ha, hal

ini terjadi karena agen sewa teraktor masih terbilang sedikit, sehingga banyak petani

yang meninggalkan traktor dan kembali menggunakan alat manual; 7,3% (22 orang)

memilih risiko tinggi harga bahan bakar traktor yang mahal, seperti untuk

menjalankan traktor diperlukan bahan bakar solar rata-rata sebesar Rp 60.000/ha,

bagi petani harga bahan bakar masih terbilang mahal, oleh karena itu banyak petani

yang menggunakan cara konvesional meskipun tidak efisien; 96,7% (29 orang)

memilih risiko tinggi harga pupuk yang mahal, seperti 18.000kg pupuk digunakan

untuk mengolah lahan satu hektar menghabiskan biaya Rp 5.980.000, hal ini

menunjukan harga pupuk masih terbilang mahal, karena sampai saat ini belum

adanya subsidi pupuk organik dari pemerintah; 96,7% (29 orang) memilih risiko

tinggi keterbatasan ketersediaan pupuk, petani memesan pupuk organik kepada

pengusaha pupuk sebanyak 4.000kg, namun yang terjadi petani hanya dikirimkan

2.500kg, hal ini mengakibatkan banyak petani yang menutupi kekurangan

penggunaan pupuk organik dengan pupuk kimia; 96, 7% (29 orang) memilih risiko

tinggi keterbatasan ketersediaan bibit, satu hektar lahan kentang membutuhkan bibit

8.000kg umbi siap tanam, namun yang terjadi hanya 4.000kg umbi kentang, hal ini

terjadi karena masih terbatasnya agen pemasok kentang; 93,3% (28 orang) memilih

Page 83: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

67

risiko tinggi harga bibit yang mahal, seperti dalam satu hektar lahan memerlukan

bibit 4.000kg dengan harga berkisar Rp15.000.000 – Rp18.000.000, hal ini

menujukan harga bibit kentang yang masih terlampau mahal; 93,3% (28 orang)

memilih risiko tinggi banyak aneka merek bibit yang tidak bersertifikat, agen

pemasok kentang yang tidak mendapatkan izin dari Balai Pembibitan Kentang,

sehingga banyaknya petani yang merasa kecewa karena produksi kentang jauh dari

yang diharapkan; 93,3% (28 orang) memilih risiko tinggi banyak alat pertanian yang

tidak sesuai ketentuan, seperti masih banyak menggunakan alat yang tradisional,

sehingga kurang optimalnya dalam mengelola produksi kentang. Lebih lengkap dapat

dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Risiko Sarana dan Prasaran per Kejadian Kode Risiko Sarana dan Prasarana Frekuensi (Orang) Persentase (%)

R1 Harga sewa traktor yang mahal 26 86,7

R2 Harga bahan bakar traktor yang mahal 22 73,3

R3 Harga pupuk yang mahal 29 96,7 R4 Keterbatasan ketersediaan pupuk 29 96,7 R5 Keterbatasan ketersediaan bibit 29 96,7 R6 Harga bibit yang mahal 28 93,3

R7 Banyak aneka merek bibit yang tidak memiliki sertifikat 28 93,3

R8 Banyak alat pertanian yang tidak sesuai ketentuan 28 93,3

Page 84: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

68

5.2.1.3. Risiko Produktivitas

Menurut Y. Sukoco (2008: 231) risiko produktivitas merupakan risiko yang

disebabkan oleh kesalahan dalam aktivitas maupun alam yang berkaitan dengan hasil

atau tingkat produktivitas yang diharapkan dalam pertanian. Banyaknya pelaku

pertanian di Kabupaten Bandung yang mengeluh karena rendahnya produktivitas

kentang, namun juga jarang diantara mereka yang mau melakukan evaluasi atau

introspeksi lebih jauh. Petani rata-rata melakukan aktivitas pengolahan kentang masih

mengikuti cara-cara yang konvensional. Berdasarkan penelitian di lapangan yang

terdapat dalam risiko produktivitas per kejadian sebagai berikut: 96,7% (29 orang)

memilih risiko tinggi banyaknya mutu benih yang tidak sesuai standar, banyak yang

beredar di pasaran benih kentang yang memiliki turunan G3 dan G4, sehingga banyak

petani yang mengeluh karena produksi kentang tidak maksimal; 96,7% (29 orang)

memilih risiko tinggi banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang, petani

untuk mengendalikan hama dan penyakit masih menggunakan bahan kimia,

banyaknya menggunakan bahan kimia yang tidak sesuai dosis yang dianjurkan; 90%

(27 orang) memilih risiko tinggi musim tanam yang kurang tepat, banyak petani yang

menanam kentang pada musim kemarau dan musim hujan, dan 93,3% (28 orang)

memilih risiko tinggi iklim yang tidak menentu, seperti adanya pemanasan global

akibat polusi udara yang sudah berlebihan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel

7.

Page 85: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

69

Tabel 7. Risiko Produktivitas per Kejadian Kode Risiko Produktivitas Frekuensi (Orang) Persentase (%)

R1 Banyaknya mutu benih tidak sesuai standar 29 96,7

R2 Banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang 29 96,7

R3 Musim tanam yang kurang tepat 27 90 R4 Iklim yang tidak menentu 28 93,3

5.2.1.4. Risiko Panen dan Pasca Panen

Panen dan pasca panen merupakan tahap akhir dalam proses bertani, dalam

tahap ini petani kentang di Kabupaten Bandung beranggapan bahwa proses ini adalah

proses yang mudah dan tidak dilakukan dengan dengan sungguh-sungguh, hal ini

terlihat dari pengelolaan panen dan pasca panen, namun karena dilakukan secara

konvensional sehingga banyak kentang yang terbuang dengan percuma karena rusak

dan menajadi busuk (Setiadi, 2008: 93). Berdasarkan penelitian di lapangan risiko

panen dan pasca panen per kejadian sebagai berikut: 96,7% (29 orang) memilih risiko

tinggi panen tidak sesuai dengan hari setelah tanam, banyaknya petani kentang panen

tidak menghitung hari setelah tanam, umur panen sekitar 100-110 hari, sehingga

panen melewati umur berakibat kentang tumbuh akar; 93,3% (28 orang) mimilih

risiko tinggi panen tidak berpengaruh dengan cuaca, panen kentang pada saat hujan,

berakibat kentang menjadi basah sehingga umbi cepat busuk saat kentang disimpan;

86,7% (26 orang) memilih risiko tinggi setelah panen tidak melakukan pengeringan

kentang ± 1-2 jam, banyaknya petani setelah panen tidak mengeringkan kentang, hal

Page 86: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

70

ini berakibat kentang mudah berjamur, karena 30% kentang mengandung air; 90%

(27 orang) memilih menggunakan alat tradisional, banyak ditemukan petani yang

belum paham mengoperasikan alat modern sehingga kembali menggunakan alat yang

tradisional, hal ini mengakibatkan tidak efisien terhadap proses panen dan pasca

panen. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8. Risiko Panen dan Pasca Panen per Kejadian Kode Risiko Panen dan Pasca Panen Frekuensi (orang) Persentase (%)

R1 Panen tidak sesuai dengan hari setelah tanam 29 96,7

R2 Penen tidak berpengaruh dengan cuaca 28 93,3

R3 Setelah panen tidak melakukan pengeringan kentang ± 1-2 jam 26 86,7

R4 Masih menggunakan alat tradisional saat panen dan pasca panen

27 90

5.2.2. Risiko Tingkat Pengumpul

Umumya dalam rantai pasok peran pengumpul sangatlah penting untuk

memudahkan petani menjual hasil produksi kentang. Pengumpul dapat memperoleh

keuntungan yang besar karena menjual hasil kentang berdasarkan kualitas dan

kuantitas ke distributor maupun langsung ke pasar, namun tingkat pengumpul tidak

lepas dari risiko yang krusial, berdasarkan penelitian di lapangan risiko yang sering

terjadi ditingkat pengumpul yaitu risiko penyortiran yang kurang baik karena masih

menggunakan cara-cara yang konvensional dan risiko penyimpanan yang kurang

memadai yang berimplikasi banyaknya kentang yang mudah busuk dan berjamur.

Page 87: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

71

5.2.2.1. Risiko Penyortiran

Menurut Hendro (2007: 91) penyortiran merupakan kegiatan untuk

menyeleksi kentang setelah tahap panen dan pasca panen, penyortiran ini bertujuan

mendapatkan keseragaman ukuran kentang sehingga dapat menentukan nilai jual

berdasarkan ukuran dan kualitas. Selain itu penyortiran berfungsi untuk menentukan

marketing yang akan dituju oleh para pelaku pengumpul, didalam penyortiran per

kejadian ada beberapa risiko yang terjadi di lapangan sebagai berikut: pemisahan

kentang yang layak jual ke pasar tradisional dan swalayan tidak tepat; seperti

banyaknya kentang yang dibeli dari petani memiliki kualitas yang relatif sama bahkan

memiliki kualitas yang kurang baik; pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak

dilakukan dengan baik, seperti banyaknya pedagang pengumpul yang belum memiliki

pengetahuan cara pemisahan kentang yang benar, hal ini berakibat harga jual kentang

yang memiliki kualitas yang baik disama rata dengan harga kentang yang memilki

kualitas rendah; belum adanya mesin grader kentang, saat ini penyortiran kentang

dilakukan manual, hal ini akan mengakibatkan biaya tambahan untuk membayar upah

buruh. Lebih lengkapnya yang dapat di lihat pada Tabel. 9

Tabel 9. Risiko Penyortiran per Kejadian Kode Risiko Penyortiran

R1 Pemisahan kentang yang layak jual ke pasar tradisional dan swalayan tidak tepat

R2 Pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik R3 Belum adanya mesin penggreding kentang

Page 88: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

72

5.2.2.2. Risiko Penyimpanan

Menurut Samadi (2007: 96) penyimpanan pada komoditas kentang sangat

berperan penting dalam mempertahankan kualitas hasil pertanian. Pengaturan

kelembaban dan temperatur ruangan penyimpanan dibutuhkan untuk memperlambat

penurunan kualitas, dan dapat dilakukan dengan alami maupun mekanisasi. Namun

apabila penyimpanan ini buruk akan berdampak kepada penyusutan. Berdasarkan

penelitian di lapangan terdapat beberapa risiko penyimpanan per kejadian sebagai

berikut: tidak ada upaya sanitasi dalam gudang penyimpanan, seperti di gudang

penyimpanan masih terlihat kotor, hal ini akan berakibat kentang akan mudah terkena

jamur; penataan keranjang kentang yang buruk, seperti banyak keranjang kenjang

yang tidak disusun sesuai hari setelah panen, sehingga banyak kentang yang sudah

lama disimpan menjadi rusak/busuk karena kelalaian karyawan; didalam gudang

kentang belum terdapat SOP, seperti masih banyaknya pedagang pengumpul yang

tidak melakukan pengecekan waktu dan tanggal keluar masuknya kentang dan tidak

melakukan sistem FIFO; lamanya kentang didalam gudang lebih dari 6-7 bulan,

seperti masih banyak pengumpul yang menimbun kentangnya saat harga jual kentang

rendah, sehingga banyak kentang yang kualitasnya menurun akibat terlalu lamanya

disimpan di dalam gudang. Lebih lengkapnya yang dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 89: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

73

Tabel 10. Risiko Penyimpanan per Kejadian Kode Risiko Penyimpanan

R1 Tidak ada upaya dalam sanitasi dalam gudang penyimpanan R2 Penataan keranjang kentang yang buruk R3 Didalam gudang penyimpanan belum terdapat SOP R4 Lamanya kentang di dalam gudang lebih dari 6-7 bulan

5.2.3. Risiko Tingkat Distributor

Distributor merupakan pedagang yang membeli atau mendapatkan produk

kentang dari petani maupun dari pengumpul, selain itu peran distributor

mendistribusikan kentang menuju ke pasar maupun konsumen, namun banyaknya

risiko yang dialami, tentu akan menghambat pendistribusian kentang yang kurang

optimal. Berdasarkan penelitian di lapangan, risiko yang dialami tingkat pengumpul,

yaitu risiko pengemasan yang masih buruk, dan risiko pengangkutan yang belum

sesuai, sehingga banyak kentang yang rusak dan mengalami penyusutan dalam

perjalanan menuju ke pasar maupun konsumen.

5.2.3.1. Risiko Pengemasan

Menurut Hendarto (2007: 73) pengemasan merupakan suatu cara atau

perlakuan pengamanan terhadap bahan pangan, agar bahan pangan baik belum diolah

maupun yang telah diolah, dapat sampai ke tangan konsumen dengan selamat secara

kuantitas maupun kualitas. Pengemasan juga berguna untuk menjaga kesehatan bahan

pangan dan dapat mempermudah distribusi bahan pangan. Adapun beberapa risiko

Page 90: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

74

yang terjadi pada pengemasan per kejadian para pelaku distributor sebagai berikut:

kesalahan dalam pengemasan, seperti masih banyak karyawan yang melakukan

kesalahan dalam mengemas kentang sehingga banyak kentang yang menjadi rusak

akibat terserang bakteri; kesalahan penimbangan sebelum pengemasan, banyaknya

konsumen yang komplain akibat berat kentang yang dipesan tidak sesuai, banyaknya

bahan pengemasan yang rusak, bahan pengemasan kentang yang dikirim dari

pemasok bahan kemas terdapat banyak mengalami kerusakan, sehingga menimbulkan

biaya-biaya tambahan; alat pengemasan yang minim, seperti sering terjadinya

keterlambatan dalam pengiriman barang yang disebabkan minimnya alat

pengemasan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Risiko Pengemasan per Kejadian Kode Risiko Pengemasan

R1 Kesalahan dalam pengemasan R2 Kesalahan penimbangan sebelum pengemasan R3 Banyak bahan pengemasan yang rusak R4 Alat pngemasan yang minim

5.2.3.2. Risiko Pengangkutan

Menurut Hendro (2007: 63) pengangkutan merupakan proses terakhir dalam

pendistribusian sebelum kentang sampai di pasar atau ke tangan konsumen, dalam

pengangkutan harus banyak memperhatikan keamanan dan mempertahankan kualitas

dan kuantitas. Apabila dalam pengangkutan belum memenuhi standar akan

berdampak kepada penyusutan dan akan mempengaruhi nilai jual. Berdasarkan

Page 91: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

75

penelitian di lapangan, risiko yang terdapat dalam risiko pengangkutan per kejadian

sebagai berikut: pengangkutan kentang tidak dengan hati-hati, seperti mengangkut

kentang kedalam truck dengan cara dilempar, sehingga banyak kentang yang

mengalami kerusakan; rute pengiriman menuju pasar sangat terjal, tanaman kentang

yang berada dilereng gunung, sehingga dalam pengiriman sering terjadi kecelakaan

yang tidak terduga; kurang optimal dalam memilih rute menuju pasar, supir truck

kurang dapat memprediksi kemacetan dan menghindari dari kecelakaan yang tidak

terduga; truk pengangkut tidak sesuai, saat pengangkutan tidak adanya penutup

kentang yang berbahan terpal, sehingga banyak kentang yang mengalami jamuran

dan penyusutan selama pengiriman menuju pasar; waktu pengangkutan tidak pada

waktu pagi/malam hari, sering pendistribusian ke pasar pada waktu siang hari, hal ini

membuat kualitas kentang menjadi berkurang akibat penyusutan; keterlambatan

pengangkutan saat cuaca kurang baik, banyak karyawan yang sakit, berhenti bekerja

dan tidak melaksanakan tugas dengan baik yang berakibat keterlambatan

pengangkutan kentang akibat cuaca kurang baik. Lebih lengkapnya dapat dilihat

dalam Tabel. 12

Tabel 12. Risiko Pengangkutan per Kejadian Kode Risiko Pengangkutan

R1 Pengangkutan kentang tidak dengan hati-hati R2 Rute pengiriman menuju pasar yang sangat terjal R3 Kurang optimal dalam memilih rute menuju kepasar R4 Truck pengangkut tidak sesuai R5 Waktu pengangkutam tidak pada waktu pagi/malam hari R6 Keterlambatan pengangkutan pada saat cuaca kurang baik

Page 92: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

76

5.3. Tingkat Status Risiko Rantai Pasok

Metode aproksimasi digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan

dampak terjadinya risiko. Penilaian risiko dengan metode ini diperoleh dari hasil

pengisian kuesioner oleh 121 petani, 15 pengumpul, dan 4 distributor. Responden

tersebut sebagai representasi untuk mengetahui kemungkinan (probabilitas) terjadinya

risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut.

Menurut hasil penilaian, didapatkan probabilitas terjadinya risiko tertentu

dengan nilai dampaknya. Penilaian berdasarkan bobot dan skala untuk setiap tingkat

rantai pasok komoditas kentang, dan hasilnya seperti pada Lampiran 2.

Berdasarkan perhitungan dengan metode aproksimasi, diperoleh nilai status

risiko, untuk tingkat petani dengan nilai 11.18, tingkat pengumpul 8.36, dan tingkat

distributor dengan nilai 10.95. Nilai status risiko disetiap tingkat rantai pasok seperti

pada Gambar 10. Hal ini menunjukan bahwa nilai status risiko rantai pasok pada

setiap tingkatan tersebut, nilai tertinggi ada pada tingkat petani, dan terendah pada

tingkat pengumpul.

Tingkat petani lebih banyak mengalami risiko karena masih minimnya

informasi mengenai cara-cara yang efektif mengenai peningkatan hasil produksi

dalam budidaya kentang karena selama ini masih banyak sekali petani kentang yang

masih mengikuti cara-cara konvensional. Masih kurangnya tingkat intervensi positif

dari pihak penyuluh pertanian juga berpengaruh penting pada tingginya nilai status

risiko pada tingkat petani.

Page 93: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

77

Tingkat pengumpul memiliki nilai status risiko paling rendah diantara setiap

tingkatan rantai pasok, hal ini menunjukan bahwa peran dari pengumpul hanya

membeli hasil dari petani dalam jumlah banyak, kemudian disimpan di gudang

dengan berbagai perawatan sebelum di jual kembali ke pihak ketiga.

Tingkat distributor memiliki nilai status risiko dengan urutan kedua setelah

petani, karena distributor sendiri memiliki banyak risiko yang krusial. Peran

distributor berusaha memperlancar/mempermudah dan menjaga penyampaian produk

kentang sampai pasar/konsumen dengan keadaan yang aman, sehingga jenis dan

jumlah yang dipesan sesuai.

Gambar 10. Status Risiko Tingkat Rantai Pasok

0

2

4

6

8

10

12

Petani Pengumpul Distributor

Petani

Pengumpul

Distributor

Page 94: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

78

5.3.1. Pengukuran Risiko Tingkat Petani

Pengukuran risiko di tingkat petani, menunjukan nilai status risiko yang di

tingkat petani yaitu; risiko konversi lahan yang memiliki risiko yang paling besar

dengan nilai status risiko sebesar 13.41, berdasarkan penelitian di lapangan bahwa

alih fungsi lahan (konversi lahan) dari tahun ke tahun hingga saat ini mengalami

peningkatan, sehingga lahan produktif untuk menanam kentang menurun; risiko

sarana dan prasarana dengan nilai status risiko sebesar 11.52, hal ini menunjukan

bahwa penunjang utama untuk memproduksi kentang masih kurang baik; risiko

produktivitas dengan nilai status risiko sebesar 10.81, hal ini menunjukan bahwa

input yang dalam usaha kentang lebih besar dari produktivitas kentang; risiko yang

terendah terdapat pada risiko panen dan pasca panen dengan nilai status risiko sebesar

8.97, kegiatan panen dan pasca panen merupakan kegiatan yang paling penting dalam

menunjang keberhasilan penanaman kentang, penanganan yang kurang baik akan

berdampak kepada penurunan mutu dari segi kualitas maupun kuantitas. Nilai status

risiko tingkat petani dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Status Risiko Tingkat Petani

0

5

10

15 Risiko Konversilahan

Risiko Sarana danPrasarana

Produktivitas

Panen dan Pascapanen

Page 95: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

79

5.3.2. Pengukuran Risiko Tingkat Pengumpul

Pengukuran risiko di tingkat pengumpul, menunjukan bahwa nilai status

risiko penyortiran yang memiliki nilai status risiko yang paling besar dengan nilai

status risiko sebesar 10.78, hal ini menunjukan bahwa penyortiran untuk

mendapatkan keseragaman masih kurang baik, hal ini disebabkan masih banyaknya

hasil produksi kentang yang dijual petani memiliki kualitas yang rendah, dan dari

segi ekonomi akan menurunkan tingkat finansial secara menyeluruh, bahkan akan

mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis; risiko penyimpanan memiliki risiko

paling rendah dengan nilai status risiko sebesar 8.36. Berdasarkan penelitian di

lapangan menunjukan bahwa penyimpanan kentang sangat berperan penting dalam

mempertahankan kualitas dan kuantitas, apabila dalam penyimpanan kentang tidak

dilakukan dengan baik, maka kentang akan cepat berubah warna hijau menunjukan

kentang mengandung racun solamin dan timbul jamur, sehingga dapat menurunkan

kualitas dan kuantitas. Nilai status risiko tingkat petani dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Status Risiko Tingkat Pengumpul

0

2

4

6

8

10

Risiko penyortiran RisikoPenyimpanan

Risiko penyortiran

Risiko Penyimpanan

Page 96: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

80

5.2.3. Pengukuran Risiko Tingkat Distributor

Pengukuran risiko di tingkat distributor, menunjukan bahwa nilai status risiko

paling tinggi yang terdapat dalam risiko pengangkutan dengan nilai status risiko

sebesar 11.37, hal ini menunjukan bahwa pengangkutan kentang tidak

memperhatikan segi keamanan produk, kualitas dan kuantitas, serta tidak dikerjakan

dengan penuh tanggung jawab, sehingga banyak konsumen yang komplain karena

kentang banyak mengalami kerusakan, dan selanjutnya risiko yang memiliki nilai

status risiko yang paling rendah yaitu risiko pengemasan dengan nilai status risiko

sebesar 10.47. berdasarkan penelitian di lapangan pengemasan berperan sebagai

pengawetan hasil pertanian, adanya pengemasan dapat membantu mencegah atau

mengurangi kerusakan, dan memudahkan dalam pengangkutan, namun yang terjadi

banyak karyawan yang mengemas kentang tidak dilakukan dengan benar, dan masih

ditemukan banyaknya bahan kemas yang mudah rusak sehingga kentang sering

mengalami pembusukan dalam perjalanan menuju ke pasar atau konsumen. Nilai

status risiko tingkat petani dapat dilihat pada Gambar 13.

Page 97: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

81

Gambar 13. Status Risiko Tingkat Distributor

5.4. Pemetaan Risiko dan Pengelolaan Risiko

5.4.1. Pemetaan Risiko (Risk Matriks Chart)

Pemetaan merupakan kelanjutan dari tahap pengukuran risiko. Pemetaan

risiko pada dasarnya adalah penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok

tertentu. Setelah prioritas diketahui, diperlukan penyusunan alternatif penanganan

berdasarkan dimensi dampak (D) dan kemungkinan (K). Semakin tinggi nilai status

risiko, maka semakin perlu mendapatkan perhatian, ini diperlukan bagi risiko

terbesar. Sebaliknya, semakin rendah nilai status risiko, semakin rendah pula

kepentingan bagi perusahaan untuk memberi perhatian kepada risiko tersebut.

Prioritas penanganan risiko dalam perusahaan dapat diketahui dari penilaian

status risiko, selanjutnya digunakan teknik pemetaan untuk mengetahui strategi

penanganan risko-risiko yang ada. Pemetaan risiko dikelompokan untuk tiap-tiap

tingkat rantai pasok. Tiap tingkat rantai pasok yang akan diteliti berada dalam suatu

0

2

4

6

8

10

12

14

RisikoPengemasan

RisikoPengangkutan

Risiko Pengemasan

RisikoPengangkutan

Page 98: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

82

kuadran yang menggambarkan alternatif pengelolaan risiko dengan tingkat risiko

yang dimilikinya berdasarkan perhitungan status risiko.

Nilai status rata-rata risiko secara keseluruhan jika dipetakan berdasarkan di

setiap tingkat rantai pasok yaitu: tingkat petani dan tingkat distributor terletak di

kuadaran I, hal ini berarti bahwa tingkat probabilitas sangat tinggi dengan dampak

yang ditimbulkan besar yang akan berakibat meruginya petani dan distributor dalam

usaha kentang; tingkat pengumpul yang berada dikuadran IV, berarti memiliki tingkat

probabilitas yang rendah dan dampak yang kecil yang tidak berakibat terhadap

kerugian pengumpul. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.

5

4 Dampak 3

2

1 1 2 3 4 5

Probabilitas

Keterangan: Petani (3.27; 3,4) Pengumpul (2.91; 2.9) Distributor (3.2; 3.4) Gambar 14. Pemetaan Risiko Tingkat Rantai Pasok

Kuadran II

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran III

Page 99: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

83

5.4.2. Pengelolaan Risiko

Berdasarkan penelitian di lapangan, tingkat rantai pasok di Kabupaten

Bandung belum menerapkan sistem manajemen risiko didalam tiap usahanya.

Pengelolaan risiko yang selama ini dilakukan hanyalah memperkecil risiko

berdasarkan pengalaman dan menyelesaikan masalah yang ada. Pengelolaan risiko

dapat dilakukan untuk semua risiko yang berada didalam tiap tingkat rantai pasok di

Kabupaten Bandung yang teridentifikasi dan terpetakan, baik risiko yang secara

keseluruhan maupun risiko berdasarkan per kejadian.

Jika risiko-risiko per kejadian yang berada ditingkat rantai pasok terjadi, harus

diminimalisasi hingga dampak yang ditimbulkan dapat berkurang dengan cara,

menghindari (avoid), mengalihkan (transfer), mengendalikan (mitigate) dan

menerima (keep).

Risiko yang berada pada kuadran I, dimana mempunyai probabilitas yang

besar dan dampak yang besar, risiko pada kuadran ini bisa berakibat kerugian dan

kebangkrutan, karena itu risiko ini sudah tidak relevan lagi apabila situasi semacam

ini terjadi ditingkat rantai pasok, oleh karena itu pengelolaan pada kuadran I

menggunakan tiga cara untuk meminimalisasi, yaitu dengan cara menghindari,

mengalihkan dan mengendalikan. Tindakan menghindari (avoid), berfungsi untuk

menghindari risiko karena dampaknya terlalu besar bagi tingkat rantai pasok, atau

menghindari risiko tertentu dengan tidak memilih atau melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan datangnya risiko. Tindakan mengendalikan (mitigate) berfungsi

Page 100: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

84

untuk mengurangi, memperingankan, mengantisipasi pengaruh negatif yang timbul

oleh kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko yang ditimbulkan dengan

melakukan kegiatan pencegahan dan meningkatkan pengawasan yang lebih ketat.

Tindakan mengalihkan (transfer), berfungsi mengalihkan risiko ke pada pihak yang

memiliki risiko yang kecil.

Risiko yang berada dikuadran II, mempunyai dampak yang besar, juga dapat

mengakibatkan kerugian, namun risiko ini jarang terjadi dan tidak mudah ditemui

oleh tingkat rantai pasok, oleh karena itu risiko tipe ini paling sulit dipahami

karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya. Pengelolaan yang tepat untuk

kuadran II, sebaiknya dilakukan dengan cara mengendalikan (migate), yang berfungsi

untuk mengurangi, memperingankan, mengantisipasi pengaruh negatif yang timbul

oleh kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko.

Risiko yang berada dikuadran III, dimana mempunyai dampak yang kecil,

namun memiliki probabilitas yang besar, untuk tingkat rantai pasok di kuadran ini,

dapat memonitor risiko-risiko tersebut yang masih berada diwilayah normal agar

wilayah yang normal tersebut tidak berubah menjadi dampak yang besar. Pengelolaan

risiko yang tepat untuk kuadran III, sebaiknya dengan cara mengalihkan (transfer),

yang berfungsi mengalihkan risiko ke pada pihak yang memiliki risiko yang kecil.

Risiko yang berada dikuadran IV memiliki risiko yang tidak berbahaya.

Risiko dalam kuadran ini memiliki probabilitas yang sangat kecil, walaupun terjadi,

dampak yang ditimbulkan juga sangat kecil bagi pencapaian dan target ditingkat

rantai pasok. Pengelolaan yang tepat bagi risiko yang terdapat dikuadran IV,

Page 101: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

85

sebaiknya dengan cara menerima (keep), yang berfungsi hanya menerima risiko yang

ada, meskipun didalam kuadaran ini tergolong memiliki risiko yang tidak berbahaya,

namun tidak luput dari detect and monitor. Detect berfungsi untuk mendeteksi

kegiatan, orang, alat, atau penyebab yang dapat memunculkan kejadian yang

merugikan ditingkat rantai pasok, sedangkan Monitor berfungsi melakukan

pengawasan terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko tersebut.

5.4.3. Pemetaan dan Pengelolaan Risiko Tingkat Petani

Berdasarkan pemetaan tingkat rantai pasok di tingkat petani, nilai rata-rata

risiko tingkat petani berada di kuadran I, yang berarti risiko tersebut termasuk sangat

berbahaya yang sering terjadi di tingkat petani. Risiko pada kuadran ini bisa

mengakibatkan kerugian yang sangat besar, dan juga risiko ini sering ditemui karena

dapat mengancam tujuan setiap tingkat rantai pasok. Untuk memperjelas risiko

tingkat petani, dibuat pemetaan risiko berdasarkan identifikasi tingkat petani per

kejadian yaitu: risiko konversi lahan, risiko sarana dan prasarana, risiko

produktivitas, dan panen dan pasca panen.

Page 102: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

86

5.4.3.1. Risiko Konversi Lahan

5.4.3.1.1. Pemetaan

Berdasarkan peta risiko konversi lahan per kejadian, bahwa risiko yang

dipetakan per kejadian hanya terdapat dikuadran I, risiko yang memiliki tingkat risiko

yang sering terjadi dan dampak yang paling besar dikuadran I sebagai berikut: (R1)

risiko alih komoditas non kentang, banyaknya peluang lahan kentang yang digunakan

untuk menanam hortikultura selain kentang, seperti sawi, cabai,wortel, kubis, dan

lain-lain, dampak yang terjadi saat permintaan kentang sedang tinggi, produksi

kentang menurun; (R4) banyaknya pembangunan perumahan, banyaknya peluang

lahan kentang yang dijadikan rumah penduduk, dampak yang terjadi, terbatasnya

lahan kentang; (R3) banyaknya lahan yang disewa ke pihak swasta, seperti peluang

disewanya lahan kentang untuk dijadikan industri, minimarket, dan villa/hotel,

dampak yang terjadi berkurangnya lahan kentang dan menurunnya produksi kentang;

(R2) banyak lahan kentang milik pribadi yang diambil oleh pihak BUMN, seperti

peluang sengketa kepemilikan lahan kentang yang terjadi saat petani membuka lahan

baru di lahan milik BUMN, dampak yang terjadi, berkurangnya lahan kentang. Lebih

lengkapanya dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 103: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

87

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Alih komoditas non kentang (4.5; 4.1) R2 = Banyak lahan kentang milik pribadi yang diambil oleh pihak BUMN

(3.1; 3.6) R3 = Banyak lahan yang disewa ke pihak swasta (3.3; 3.4) R4 = Banyaknya pembangunan perumahan (4,5; 4,1)

Gambar 15. Pemetaan Risiko Konversi lahan per Kejadian

5.4.3.1.2 Pengelolaan

Pengelolaan risiko konversi lahan per kejadian seperti di jelaskan pada

pemetaan risiko terdiri dari: risiko alih komoditas non kentang, banyaknya

pembangungan perumahan, banyaknya lahan yang disewa ke pihak swasta, dan

Kuadran II

Kuadran I

R1 R2 R4

R3

Kuadran IV

Kuadran III

Page 104: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

88

banyak lahan kentang milik pribadi diambil oleh pihak BUMN. Pengelolaan risiko

konversi lahan untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 13, menunjukan bahwa risiko alih komoditas non kentang

memiliki nilai status risiko paling tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya, hal

tersebut dikarenakan tingginya probabilitas lahan kentang yang digunakan untuk

menanam hortikultura selain kentang, seperti sawi, cabai,wortel, kubis, dan lain-lain,

dan menimbulkan dampak yang tinggi, seperti saat permintaan kentang sedang tinggi,

namun produksi kentang menurun.

Page 105: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

89

Tabel 13. Pengelolaan Risiko Konversi Lahan

Risiko konver lahan Pengelolaan No. Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Alih komoditas non

kentang

Menghindari pemakaian pupuk kimia dalam waktu panjang dan pemakaian dosis yang berlebihan, sehingga merusak struktur fisik tanah.

Mengurangi jumlah penanaman komoditas non kentang dan melakukan struktur fisik tanah

Mengalihkan penggunaan pupuk kimia dengan menggunakan pupuk organik secara bertahap.

2

Banyanya

pembangunan perumahan

Menghindari membangun perumahan di lahan kentang yang produktif

Pemerintah mengeluarkan kebijakan tata ruang terhadap wilayah perumahan dan lahan pertanian kentang

Mengalihkan pelaksanaan pembangunan perumahan di lahan yang tidak produktiv, atau tidak di lahan kentang

3

Banyaknya lahan

kentang yang diambil pihak BUMN

Menghindari lahan kentang diatas lahan kepemilikan BUMN tanpa seizin, sehingga banyank terjadinya sengketa kepemilikan lahan

Disarankan BUMN bermitra dengan petani kentang sehingga pihak petani dan pihak BUMN saling memberikan keuntungan satu sama lainnya

Mengalihkan untuk menanam kentang di lahan BUMN yang masih tersedia dengan seizin dari pihak BUMN

4

Banyaknya lahan

kentang yang disewa ke pihak swasta

Menghindari bertambahnya lahan kentang yang disewa dengan harga murah

Pemerintah mengeluarkan kebijakan kepada petani yang menyewakan lahan kentang

Mengalihkan untuk membuka lahan yang belum memiliki hak guna lahan

Page 106: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

90

5.4.3.2. Risiko sarana dan Prasarana

5.4.3.2.1. Pemetaan

Berdasarkan pemetaan risiko sarana dan prasarana per kejadian, risiko yang

dipetakan menyebar ke dalam empat kuadran, risiko yang memiliki tingkat risiko

yang sering terjadi dan dampak yang paling besar berada dikuadran I, yaitu:

(R5) risiko keterbatasan ketersediaan bibit, seperti sering terjadi terbatasnya pemasok

bibit kentang, sehingga dampak yang ditimbulkan petani kesulitan mendapatkan

kentang didaerah setempat, dampak yang terjadi proses produksi kentang terhambat

akibat kekurangan pasokan bibit kentang; (R3) harga pupuk yang mahal, seperti

peluang terjadi kenaikan pupuk masih tinggi, yaitu sebesar 3.500/kg, dampak yang

terjadi banyak petani yang menggunakan pupuk kimia yang harganya terjangkau;

(R4) keterbatasan ketersediaan pupuk, seperti terbatasnya pemasok pupuk kentang di

daerah setempat, dampak yang ditimbulkan banyak petani yang menggunakan pupuk

kimia sebagai pengganti pupuk organik.

Risiko yang berada di kuadran II memiliki peluang terjadi yang rendah,

namun dampaknya tinggi yaitu: (R2) harga bahan bakar traktor yang mahal, seperti

dampak yang terjadi apabila bahan bakar traktor mahal, maka banyak petani yang

beralih kembali memakai alat tradisional; (R7) banyak aneka bibit yang tidak

memiliki sertifikat, seperti dampak yang terjadi banyak petani yang menanam bibit

kentang merasa kecewa karena produksi kentang jauh dari yang diharapkan.

Page 107: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

91

Risiko yang berada di kuadran III memiliki peluang terjadi yang tinggi,

namun dampak yang rendah yaitu: (R6) risiko harga bibit yang mahal, seperti peluang

terjadi kenaikan bibit masih tinggi yaitu sebesar 4.500/kg; (R1) harga sewa traktor

yang mahal, seperti banyaknya terbatasnya agen sewa traktor.

Risiko dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat kecil dan

dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya risiko,

harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari timbulnya

risiko, risiko yang terdapat dikuadaran IV yaitu: (R8) risiko banyak alat yang tidak

sesuai ketentuan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 16.

Page 108: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

92

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Harga sewa traktor yang mahal (3.2; 3) R2 = Harga bahan bakar traktor yang mahal (2.9; 4) R3 = Harga pupuk yang mahal (3.5; 3.7) R4 = Keterbatasan ketersediaan pupuk (3.5; 3.3) R5 = Keterbatasan ketersediaan bibit (4.5; 3.5) R6 = Harga bibit yang mahal (3.4; 3) R7 = Banyak aneka merek bibit yang tidak memiliki sertifikat

(2.8; 3.6) R8 = Banyak alat pertanian yang tidak sesuai ketentuan (3,3)

Gambar 16. Pemetaan Risiko Sarana dan Prasaran per Kejadian

5.4.3.2.2 Pengelolaan

Pengelolaan risiko sarana dan prasaran seperti di jelaskan pada pemetaan

risiko terdiri dari: risiko keterbatasan ketersediaan bibit, harga pupuk yang mahal,

keterbatasan ketersediaan pupuk, harga bahan bakar yang mahal, banyak aneka merek

Kuadran II R2 R7

Kuadran I

R3 R4 R5

Kuadran IV

Kuadran III

Page 109: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

93

bibit yang tidak memiliki sertifikat, harga bibit yang mahal, harga sewa traktor yang

mahal, dan banyak alat pertanian yang tidak sesuai ketentuan. Pengelolaan risiko

sarana dan prasarana untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan Tabel 14, menunjukan bahwa risiko risiko keterbatasan

ketersediaan bibit memiliki nilai status risiko paling tinggi dibandingkan dengan

risiko lainnya, hal tersebut dikarenakan tingginya probabilitas terbatasnya pemasok

bibit kentang, dampak yang terjadi proses produksi kentang terhambat akibat

kurangnya pasokan bibit kentang.

Page 110: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

94

Tabel 14. Pengelolaan Risiko Sarana dan Prasaran

No.

Risiko Sarana dan Prasarana

Pengelolaan

Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Keterbatasan

ketersediaan bibit

Menghindari pembelian bibit hanya dari dalam kota/daerah,disarankan membeli bibit, seperti di Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Cianjur.

Disarankan pemerintah membuat suatu penelitian untuk menciptakan bibit yang berkualitas dalam waktu yang relatif lebih singkat, sehingga kebutuhan untuk memproduksi kentang lebih optimal

Mengalihkan melalui hedging yang dilakukan di tahun sebelumnya dengan harga yang sudah disepakatkan, namun dengan risiko apabila harga beli bibit kentang pada tahun sekarang turun kerugian ditanggung oleh petani kentang

2

Harga pupuk yang mahal

Menghindari ketergantungan membeli pupuk dari pemasok.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan kepada petani untuk memberikan subsidi pupuk organik yang terlampau mahal

Mengalihkan dengan membuat pupuk sendiri dengan berbahan organik

Page 111: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

95

Lanjutan Tabel 14.

No.

Risiko Sarana dan Prasarana

Pengelolaan

Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

3

Keterbatasan ketersediaan pupuk

Menghindari bermitra dengan satu agen pemasok pupuk

Diberikan penyuluhan agar menjadikan petani yang mandiri, dengan membuat pupuk organik sendiri dan tidak tergantung terhadap pemasok pupuk.

Mengalihkan pembelian pupuk dari satu daerah dan membeli dari luar daerah Kabupaten Bandung.

4

Bahan bakar traktor yang mahal

Pemerintah memberikan subsidi harga bahan bakar untuk penggunaan traktor, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambah

5 Banyak aneka merek bibit yang tidak

memiliki sertifikat

Pemerintah mengeluarkan kebijakan kepada lembaga yang tidak memiliki perizinan.

Page 112: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

96

Lanjutan Tabel 14.

No.

Risiko Sarana dan Prasarana

Pengelolaan

Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

6

Harga bibit kentang yang mahal

Membeli bibit kentang yang memilki harga relatif murah dari pemasok, walaupun memiliki risiko dari segi jarak tempuh yang lebih jauh

7

Sewa traktor yang mahal

Kembali menggunakan alat yang tradisonal seperti dengan cangkul, meskipun memiliki risiko tidak efisiennya dalam pengerjaan

8

Banyaknya alat yang tidak sesuai ketentuan

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 113: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

97

5.4.3.3. Risiko Produktivitas

5.4.3.3.1. Pemetaan

Berdasarkan pemetaan risiko produktivitas per kejadian, menyatakan bahwa

yang paling berisiko yang terdapat di kuadran I memiliki satu risiko, yaitu: (R4) iklim

yang tidak menentu, seperti, global warming, memiliki dampak bagi penurunan

produktifitas kentang.

Risiko dikuadran III memiliki peluang terjadi yang tinggi, namun dampak

yang rendah yaitu: (R2) risiko banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang,

seperti banyak peluang kentang terkena penyakit dimusim hujan, dan hama dimusim

kemarau; (R3) musim tanam yang kurang tepat, seperti banyak petani yang menanam

pada awal musim kemarau, dan awal musim hujan.

Risiko dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat kecil dan

dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya risiko,

harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari timbulnya

risiko yang terdapat dikuadaran IV yaitu: (R1) risiko banyak banyaknya mutu benih

yang tidak sesuai. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 17.

Page 114: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

98

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Banyaknya mutu benih tidak sesuai standar (2.8; 3) R2 = Banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang (3.5; 3) R3 = Musim tanam yang kurang tepat (3.4; 3) R4 = Iklim yang tidak menentu (3.4; 4)

Gambar 17. Pemetaan Risiko Produktivitas per Kejadian

5.4.3.3.2. Pengelolaan

Pengelolaan risiko sarana dan prasaran seperti di jelaskan pada pemetaan

risiko terdiri dari: risiko iklim yang tidak menentu, banyaknya hama dan penyakit

pada tanaman kentang, musim tanam yang kurang tepat, dan banyaknya mutu benih

Kuadran II

Kuadran I

R4

Kuadran IV

Kuadran III

Page 115: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

99

tidak sesuai standar. Pengelolaan risiko untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel

15.

Berdasarkan Tabel 15, menunjukan bahwa risiko iklim yang tidak menentu

memiliki nilai status risiko paling tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya, hal

tersebut dikarenakan tingginya probabilitas global warming, dampak yang

ditimbulkan menurunnya produktifitas kentang.

Page 116: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

100

Tabel 15. Pengelolaan Risiko Produktivitas

Risiko Produktivitas Pengelolaan No. Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Iklim yang tidak

menentu

Menghindari penanaman kentang pada saat cuaca ekstrim, hal tersebut menghindari dari ancaman gagal panen.

Mengurangi penggunaan emisi gas, penyerapan gas rumah kaca

Mengalihkan penanaman kentang di masa iklim yang sedang ekstrim ke masa iklim yang cerah

2

Banyak hama dan penyakit pada

kentang

Mengalihkan pemberian pestida berbahan kimia dalam jangka waktu panjang, mengganti dengan berbahan organik

3 Musim tanam yang kurang tepat

Mengalihkan untuk menanam pada akhir musim hujan dan awal musim kemarau

4

Banyaknya mutu benih tidak sesuai

standar

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 117: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

101

5.4.3.4. Risiko Panen dan Pasca Penen

5.4.3.4.1. Pemetaan

Berdasarkan pemetaan risiko panen dan pasca penen bahwa risiko yang

dipetakan per kejadian menyebar ke dalam dua kuadran yang berbeda. Untuk yang

berada dikuadaran II memiliki peluang terjadi rendah, namun dampak besar yaitu:

(R1) panen tidak sesuai dengan hari setelah tanam, seperti banyak kentang yang

sudah busuk dan tumbuh akar baru, sehingga memiliki dampak kentang tersebut tidak

layak untuk dipanen.

Risiko dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat kecil dan

dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya risiko,

harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari timbulnya

risiko, risiko yang terdapat dikuadaran IV yaitu: (R3) risiko setelah panen tidak

melakukan pengeringan kentang ± 1-2 jam; (R2) panen tidak berpengaruh dengan

cuaca; (R4) masih menggunakan alat tradisional. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada

Gambar 18.

Page 118: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

102

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Panen tidak sesuai dengan hari setelah tanam (2.8; 3.6) R2 = Penen tidak berpengaruh dengan cuaca (3; 3) R3 = Setelah panen tidak melakukan pengeringan kentang ± 1-2 jam (2.9; 3) R4 = Masih menggunakan alat tradisional saat panen dan pasca panen

(27; 2.8) Gambar 18. Pemetaan Risiko Panen dan Pasca Panen per Kejadian

5.4.3.4.2 Pengelolaan

Pengelolaan risiko panen dan pasca panen seperti di jelaskan pada pemetaan

risiko terdiri dari: panen tidak sesuai dengan hari setelah tanam, setelah panen tidak

melakukan pengeringan kentang ± 1-2 jam, panen tidak berpengaruh dengan cuaca,

Kuadran II R1

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran III

Page 119: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

103

masih menggunakan alat tradisional saat panen dan pasca panen. Pengelolaan risiko

panen dan pasca panen untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 16.

Berdasarkan Tabel 16, menunjukan bahwa risiko setelah Panen tidak sesuai

dengan hari setelah tanam memiliki nilai status risiko paling tinggi dibandingkan

dengan risiko lainnya, walaupun memiliki peluang terjadi rendah, namun dampak

yang ditimbulkan dapat menurunkan produktifitas kentang.

Page 120: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

104

Tabel 16. Pengelolaan Risiko Panen dan Pasca Panen

Risiko Produktivitas Pengelolaan No. Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Panen tidak sesuai dengan hari setelah

tanam

Memberikan penyuluhan kepada petani untuk mengubah pola pikir dengan memanen 100-110 setelah tanam

2

Tidak melakukan

pengeringan kentang ± 1-2 jam hanya menggunakan

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

3

Panen tidak

berpengaruh dengan cuaca

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

4

Masih menggunakan alat tradisional pada saat panen dan pasca

panen

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 121: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

105

5.4.4. Pemetaan dan Pengelolaan Risiko Tingkat Pengumpul

Berdasarkan pemetaan pada rantai pasok nilai rata-rata risiko tingkat

pengumpul berada di kuadran IV, yang berarti risiko tersebut tidak berbahaya bagi

tingkat pengumpul. risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian

yang rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target

perusahaan. Untuk mengantisipasi timbulnya risiko yang cukup besar ditingkat

pengumpul, dibuat pemetaan risiko berdasarkan identifikasi tingkat pengumpul per

kejadian, yaitu risiko penyortiran dan risiko penyimpanan.

5.4.4.1. Risiko Penyortiran

5.4.4.1.1. Pemetaan

Berdasarkan pemetaan risiko penyortiran per kejadian, bahwa risiko yang

dipetakan per kejadian menyebar ke dalam tiga kuadran, risiko yang memiliki tingkat

risiko yang sering terjadi dan dampak yang paling besar berada dikuadran I yaitu:

(R2) pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik,

banyaknya pedagang pengumpul yang belum memiliki pengetahuan cara pemisahan

kentang yang benar, hal ini berakibat harga jual kentang yang memiliki kualitas yang

baik disama ratakan dengan harga kentang yang memilki kualitas rendah, dampak

yang ditimbulkan, yaitu banyak pengumpul yang mengalami kerugian karena

Page 122: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

106

kurangnya pengetahuan/informasi tentang pemisahan kentang berdasarkan kualitas

yang baik.

Risiko yang terletak dikuadran III memiliki peluang terjadi yang tinggi,

namun dampak yang rendah yaitu: (R3) risiko belum adanya mesin penggreding

kentang, seperti banyaknya seperti masih banyak untuk menggreding kentang dengan

manual atau dengan melihat secara fisik.

Risiko yang terletak dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat

kecil dan dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya

risiko, harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari

timbulnya risiko, risiko yang terdapat dikuadaran IV yaitu: (R1) risiko pemisahan

kentang yang layak jual ke pasar tradisional dan swalayan tidak tepat. Lebih

lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19.

Page 123: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

107

5

4

Dampak 3

2

1 1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Pemisahan kentang yang layak jual ke pasar tradisional dan swalayan

tidak tepat (3; 3) R2 = Pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik

(3.4; 3.6) R3 = Belum adanya mesin penggreding kentang (3; 2.9)

Gambar 19. Pemetaan Risiko Penyortiran per Kejadian

5.4.4.1.2. Pengelolaan

Pengelolaan risiko penyortiran seperti di jelaskan pada pemetaan risiko terdiri

dari: risiko pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik,

belum adanya mesin greding kentang, dan pemisahan kentang yang layak jual

kepasar tradisional dan swalayan tidak tepat. Pengelolaan risiko untuk lebih lengkap

dapat dilihat pada Tabel 17.

Kuadran II

Kuadran I

R2

Kuadran IV

Kuadran III

Page 124: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

108

Berdasarkan Tabel 17, menunjukan bahwa risiko pemisahan kentang

berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik memiliki nilai status risiko paling

tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya, hal tersebut dikarenakan tingginya

probabilitas banyaknya pedagang pengumpul yang belum memiliki pengetahuan cara

pemisahan kentang yang benar, sehingga dampak yang ditimbulkan banyak

pengumpul yang mengalami kerugian.

Page 125: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

109

Tabel 17. Pengelolaan Risiko Penyortiran

Risiko Penyortiran Pengelolaan No. Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Pemisahan kentang berdasarkan kualitas

tidak dilakukan dengan baik

Menghindari pembelian kentang dari petani yang memiliki kualitas yang rendah, sehingga pengumpul dapat menentukan harga jual kentang berdasarkan kualitas.

Disarankan agar pengumpul diberikan penyuluhan cara pemilihan kentang berdasarkan mutu yang baik.

Mengalihkan pembelian kentang dari petani yang memiliki mutu yang buruk

2

Belum adanya mesin greding kentang

Mengalihkannya dengan membayar buruh untuk greding kentang, karena harga mesin greding kentang memiliki harga yang cukup mahal

3 Pemisahan kentang yang layak jual

kepasar tradisional dan swalayan tidak

tepat

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 126: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

110

5.4.4.2. Risiko Penyimpanan

5.4.4.2.1. Pemetaan

Berdasarkan pemetaan penyimpanan per kejadian, dinyatakan bahwa risiko

yang dipetakan per kejadian menyebar ke dalam dua kuadran, risiko yang memiliki

tingkat risiko yang sering terjadi dan dampak yang rendah terletak dikuadran III

yaitu: (R1) risiko tidak ada upaya sanitasi dalam gudang penyimpanan, sering

terdapat gudang penyimpanan terlihat kotor dan tidak ada upaya pembersihan;

(R3) didalam gudang penyimpanan belum terdapat SOP, seperti sering terjadinya

pedagang pengumpul yang tidak melakukan pengecekan waktu dan tanggal keluar

masuknya kentang tidak, dan melakukan sistem FIFO.

Risiko yang terletak dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat

kecil dan dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya

risiko, harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari

timbulnya risiko, risiko yang terdapat dikuadaran IV yaitu: (R4) risiko lamanya

kentang di dalam penyimpanan lebih dari 6-7 bulan; (R2) penataan keranjang kentang

yang buruk. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 20.

Page 127: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

111

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Tidak ada upaya dalam sanitasi dalam gudang penyimpanan (3.3; 2.8) R2 = Penataan keranjang kentang yang buruk (2.9; 3) R3 = Didalam gudang penyimpanan belum terdapat SOP (2.7; 3.5) R4 = Lamanya kentang di dalam gudang lebih dari 6-7 bulan (2.9; 3)

Gambar 20. Pemetaan Risiko Penyimpanan per Kejadian

5.4.4.2.2. Pengelolaan

Pengelolaan risiko penyimpanan seperti di jelaskan pada pemetaan risiko

terdiri dari: risiko tidak ada upaya sanitasi dalam gudang penyimpanan, didalam

gudang belum terdapat SOP, lamanya kentang lebih dari 6-7 bulan, penataan

keranjang yang buruk. Pengelolaan risiko untuk lebih lengkap dapat dilihat pada

Tabel 18.

Kuadran II

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran III

R3

Page 128: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

112

Berdasarkan Tabel 18, menunjukan bahwa risiko tidak ada upaya sanitasi

dalam gudang penyimpanan memiliki nilai status risiko paling tinggi dibandingkan

dengan risiko lainnya, hal tersebut dikarenakan tingginya probabilitas terdapat

gudang penyimpanan terlihat kotor, namun dampak yang ditimbulkan kecil dan tidak

berbahaya.

Page 129: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

113

Tabel 18. Pengelolaan Risiko Penyimpanan

Risiko Penyimpanan Pengelolaan No. Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Tidak ada upaya sanitasi dalam

gudang penyimpanan

Mengalihkan untuk membuat penyimpanan kentang yang baru yang terjaga dari segi sanitasi, dan melakukan upaya sanitasi terhadap gudang penyimpanan yang lama

2

Didalam gudang belum terdapat SOP

Mengalihkan dengan membuat jadwal untuk mengontrol keluar masuk keluarnya barang dengan optimal.

3

Lamanya kentang di dalam penyimpanan lebih dari 6-7 bulan

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 130: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

114

5.4.5. Pemetaan dan Pengelolaan Tingkat Distributor

Berdasarkan pemetaan tingkat rantai pasok, nilai rata-rata risiko tingkat

distributori berada di kuadran I, yang berarti risiko tersebut termasuk sengat

berbahaya yang sering terjadi ditingkat petani. Risiko pada kuadran ini bisa

mengakibatkan kerugian yang sangat besar, dan juga risiko ini sering ditemui karena

dapat mengancam tujuan setiap tingkat rantai pasok. Untuk memperjelas risiko

tingkat distributor dibuat pemetaan risiko berdasarkan identifikasi tingkat distributor

per kejadian, yaitu berdasarkan risiko pengangkutan, dan pengemasan.

5.4.5.1. Risiko Pengangkutan

5.4.5.1.1. Pemetaan

Berdasarkan pemetaan risiko pengangkutan per kejadian, bahwa risiko yang

dipetakan per kejadian menyebar ke dalam tiga kuadran, risiko yang memiliki tingkat

risiko yang sering terjadi dan dampak yang paling besar berada dikuadran I yaitu:

(R3) risiko kurang optimal dalam memilih rute menuju kepasar, seperti banyaknya

supir truck yang kurang pandai memprediksi kemacetan dan menghindari dari

kecelakaan yang tidak terduga, sehingga dampak yang ditimbulkan banyak kentang

yang menuju kepasar terlambat dan banyak kentang yang sudah rusak; (R5) waktu

pengangkutan tidak pada waktu malam/pagi, seperti sering mendistribusikan kepasar

pada waktu siang hari, mengakibatkan kualitas kentang menjadi berkurang akibat

penyusutan.

Page 131: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

115

Risiko yang terletak dikuadran III memiliki peluang terjadi yang tinggi,

namun dampak yang rendah yaitu: (R1) pengangkutan kentang yang tidak hati-hati,

seperti banyaknya yang mengangkut kentang kedalam truck dengan cara dilempar.

Risiko yang terletak dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat

kecil dan dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya

risiko, harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari

timbulnya risiko, risiko yang terletak dikuadaran IV yaitu: (R2) risiko rute

pengiriman menuju pasar terjal; (R4) truck pengangkutan tidak sesuai;

(R6) keterlambatan pengangkutan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 21.

Page 132: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

116

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Pengangkutan kentang tidak dengan hati-hati (2; 4) R2 = Rute pengiriman menuju pasar yang sangat terjal (2.8; 3) R3 = Kurang optimal dalam memilih rute menuju ke pasar (4; 4.5) R4 = Truck pengangkut tidak sesuai (2.9; 2.7) R5 = Waktu pengangkutam tidak pada waktu pagi/malam hari (3.8; 4.5) R6 = Keterlambatan pengangkutan pada saat cuaca kurang baik (2.8; 2.5)

Gambar 21. Pemetaan Risiko Pengangkutan per Kejadian

5.4.5.4. Pengelolaan

Pengelolaan risiko penyimpanan seperti di jelaskan pada pemetaan risiko

terdiri dari: risiko kurang optimal dalam memilih rute menuju pasar, waktu

pengangkutan tidak pada waktu pagi/malam hari, pengangkutan kentang tidak dengan

hati-hati, rute pengiriman menuju pasar yang sangat terjal, truck pengangkut tidak

Kuadran II RI

Kuadran I

R5

Kuadran IV R4

Kuadran III

Page 133: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

117

sesuai, keterlambatan pengangkutan pada saat cuaca kurang baik. Pengelolaan risiko

untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 19.

Berdasarkan Tabel 19, menunjukan bahwa risiko kurang optimal dalam

memilih rute menuju pasar, waktu pengangkutan tidak pada waktu pagi/malam hari

memiliki nilai status risiko paling tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya, hal

tersebut dikarenakan tingginya probabilitas supir truck yang kurang pandai

meprediksi kemacetan dan menghindari dari kecelakaan yang tidak terduga, dampak

yang ditimbulkan banyak kentang yang menuju kepasar terlambat dan banyak

kentang yang sudah rusak.

Page 134: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

118

Tabel 19. Pengelolaan Risiko Pengangkutan

No

Risiko Pengangkutan

Pengelolaan

Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima 1

Kurang optimal

dalam memilih rute menuju kepasar

Menghindari rute yang memiliki kemungkinan terjadi kemacetan dan kecelakaan dalam pengiriman menuju pasar

Disarankan agar supir truck lebih pandai dalam memprediksi dari kemacetan dan berpotensi kecelakan

Mengalihkan memilih rute yang berjarak jauh dan potensi kecelakaan lebih kecil

2

Waktu pengangkutan

tidak pada waktu pagi/malam hari

Menghindari perjalanan siang hari karena mengakibatkan penyusutan

Memberi sanksi yang tegas terhadap supir truck melanggar aturan perusahaan.

Mengalihkan pengangkutan pada malam/dini hari, hal ini mencegah terjadinya penyusutan kentang

3

Pengangkutan ke dalam truck kentang

tidak dengan hati-hati

Disarankan mengangkut kentang dengan menggunakan katrol, sehingga kentang tetap terjamin keamananannya dari segi kualitas dan kuantitas

Page 135: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

119

Tabel 19. Lanjutan

No

Risiko Pengangkutan

Pengelolaan

Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima 4

Rute pengiriman menuju pasar yang

sangat terjal

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

5

Truck pengangkut tidak sesuai

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

6

Keterlambatan

pengangkutan pada saat cuaca kurang

baik

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 136: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

120

5.4.5.2. Risiko Pengemasan

5.4.5.2.1 Pemetaan

Berdasarkan pemetaan risiko pengemasan per kejadian, dinyatakan bahwa

risiko tersebut tersebar dalam tiga kuadran. Risiko yang teletak dikuadran II terdapat

hanya satu risiko yaitu: alat pengemasan yang minim, seperti dampak yang

diditimbulkan banyak keterlambatan dalam pengiriman kentang,

Risiko yang terletak dikuadran III memiliki peluang terjadi yang tinggi,

namun dampak yang rendah yaitu: (R1) risiko kesalahan dalam pengemasan seperti,

sering terjadi karyawan yang lalai, kurang tanggung jawab dalam mengemas kentang;

(R3) bahan pengemasan yang rusak, seperti sering terjadi bahan kemas kentang yang

dikirim dari agen pemasok bahaan kemas terdapat banyak mengalami kerusakan

Risiko yang terletak dikuadran IV memiliki kejadian terhadap risiko sangat

kecil dan dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya, untuk mengantisipasi timbulnya

risiko, harus diadakan pendeteksian dan monitoring sejak dini untuk menghindari

timbulnya risiko, risiko yang terdapat dikuadaran IV terdapat (R2) risiko kesalahan

dalam penimbangan sebelum pengemasan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada

Gambar 22.

Page 137: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

121

5

4

Dampak 3

2

1

1 2 3 4 5 Probabilitas

Keterangan: R1 = Kesalahan dalam pengemasan (4; 3) R2 = Kesalahan penimbangan sebelum pengemasan (3; 2.8) R3 = Banyak bahan pengemasan yang rusak (3.8; 3) R4 = Alat pngemasan yang minim (2.5; 3.8)

Gambar 22. Pemetaan Risiko Pengemasan per Kejadian

5.4.5.2.2. Pengelolaan

Pengelolaan risiko penyimpanan seperti di jelaskan pada pemetaan risiko

terdiri dari: risiko alat pengemasan yang minim, kesalahan dalam pengemasan,

banyak bahan pengemas yang rusak, dan kesalahan penimbangan sebelum

pengemasan. Pengelolaan risiko untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 20.

Kuadran II R4

Kuadran I

Kuadran IV

Kuadran III

Page 138: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

122

Berdasarkan Tabel 20, risiko alat pengemasan yang minim memiliki nilai

status risiko paling tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya, walaupun memiliki

peluang terjadi rendah, namun dampak yang terjadi dapat menimbulkan

keterlambatan dalam pengiriman.

Page 139: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

123

Tabel 20. Pengelolaan Risiko Pengemasan

Risiko Pengemasan Pengelolaan No. Per kejadian Menghindari Mengendalikan Mengalihkan Menerima

1

Alat pengemasan yang minim

Disarankan membeli alat pengemasan kentang sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak ada lagi pengiriman kentang menuju pasar yang terlambat

2

Kesalahan dalam

pengemasan

Mengalihkan karyawan lalai dan tidak bertanggung jawab ke bidang yang memiliki risiko rendah

3

Banyaknya bahan

pengemasan

Mengalihkan pembelian bahan pengemas kentang yang memiliki kualitas baik

4

Kesalahan

penimbangan sebelum pengemasan

Menerima risiko yang ada, namun tidak luput dari detect and monitor terhadap faktor-faktor yang dapat memunculkan risiko

Page 140: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

124

Page 141: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

124

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu:

1. Model rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Bandung menunjukan

bahwa pendistribusian kentang menuju konsumen akhir memiliki enam alir rantai

pasok, yang bermula dari petani/produsen sebagai sumber penyedia bahan baku

2. Risiko-risiko yang teridentifikasi pada tiap tingkat petani yaitu risiko konversi

lahan, sarana dan prasarana, produktivitas, dan penanganan panen dan pasca

panen. Tingkat pengumpul teridentifikasi memiliki risiko, yaitu risiko

penyortiran, dan penyimpanan. Dan tingkat distributor teridentifikasi memiliki

risiko pengemasan dan pengangkutan.

3. Berdasarkan pengukuran risiko, tingkat petani memiliki nilai status risiko yang

paling tinggi yaitu sebesar 11.18, disusul tingkat distributor memilki nilai status

risiko yaitu sebesar 10.95 dan tingkat pengumpul memiliki nilai status risiko yaitu

sebesar 8.36.

4. Berdasarkan pemetaan risiko, tingkat petani dan tingkat distributor terdapat di

kuadran I, yang berarti risiko tersebut tergolong sering terjadi dan sangat

berbahaya. Tingkat petani memiliki probabilitas sebesar 3.27 dan dampak sebesar

Page 142: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

125

3.4, disusul tingkat distributor memilki probabilitas sebesar 3.21 dan dampak

sebesar 3.4. Untuk tingkat pengumpul terdapat dikuadran IV, yang berarti risiko

tersebut tidak berbahaya, karena memiliki probabilitas sebesar 2.91 dan dampak

sebesar 2.9.

5. Berdasarkan pengelolaan risiko, dibuat prioritas pengelolaan berdasarkan

pemetaan dan status risiko yang paling besar. Tingkat petani dapat diminimalisasi

berdasarkan risiko per kejadian, yaitu terdapat risiko konversi lahan sebesar

13.41, risiko sarana dan prasaran sebesar 11.52, risiko produktivitas sebesar 10.81

dan risiko panen dan pasca panen sebesar 8.97. Tingkat pengumpul dapat

diminimalisasi berdasarkan per kejadian, yaitu terdapat risiko penyortiran sebesar

10.78 dan risiko penyimpanan sebesar 6,24. Tingkat distribiutor dapat

diminimalisasi berdasarkan per kejadian, yaitu risiko pengangkutan sebesar 11.36

dan terdapat risiko pengemasan sebesar 10.47, selanjutnya dilakukan pengelolaan

berdasarkan pemetaan dan nilai status risiko, yaitu dengan pengelolaan menerima

risiko (avoid), mengendalikan (mitigate) dan mengalihkan (transfer) yang terjadi

pada kuadran I, untuk yang berada di kuadran II menggunakan strategi

mengendalikan (mitigate), untuk yang berada di kuadran III dapat menggunakan

mengalihkan (transfer) dan untuk yang berada di kuadran IV hanya menerima

risiko (keep).

Page 143: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

126

6.2. Saran

1. Dalam pengelolaan risiko, baik dengan cara menghindari (avoid), mengendalikan

(mitigate), mengalihkan (transfer) maupun dengan cara menerima (keep), sangat

penting untuk diingat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan risiko

harus lebih kecil dari dampak yang ditimbulkan

2. Untuk sumber daya manusia yang menjadi pelaku rantai pasok perlu dilakukan

pelatihan untuk mengurangi risiko yang terdapat dalam tiap tingkat rantai pasok

3. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan studi literatur untuk

menghitung nilai keuntungan dan nilai kerugian yang diharapkan dari risiko-

risiko tiap rantai pasok, sehingga dapat dibandingkan antara keuntungan dan

kerugian yang diharapkan dari risiko suatu kegiatan.

Page 144: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

127

DAFTAR PUSTAKA

Anatan, Lina, dan Ellitan, Lina. Supply Chain Manajemen Teori Dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung. 2008.

Arifin, B. Pembangunan Pertanian. PT. GRASINDO. Jakarta. 2005.

Arsyad, S, dan Rustiandi, E. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Badariah, Nurlaila. dkk. Analisa Supply Chain Risk Management Berdasarkan Failure Metode And Effect Analysis (FMEA). Jurnal Teknik Industri, ISSN : 14411-6340. 2010.

Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2010.

Fendi, Ari, dan Yuliawati, Evi. Analisis Strategi Mitigasi Risiko Pada Supply Chain PT. PAL. Indonesia (PERSERO). Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III, ISSN : 1979-911X. November 2012.

Ghozali, Imam. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.

Hanafi, MM. Manajemen Risiko. UPP STIM YKPN. Yogyakarta, 2006.

Hanafie, R. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi Offset. Yogyakarta, 2010.

Hanggraeni, Dewi. Pengelolaan Risiko Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. 2008.

Kountur, R. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. PPM. Jakarta,2008.

Kuswanto, Hedarto. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Jakarta. 2007.

Marimin, dan Maghfiroh, Nurul. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor. 2010.

Mulyadi. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Salemba Empat. Yogyakarta. 2007

Parenrengi, Syarifudin M. dkk. Analisis Risiko Supply Chain Management Dalam Membangun Ketangguhan Perusahaan Dengan Metode Failure and Effects Analysis (FMEA). Hasil Penelitian Fakultas Teknik Vol 5. Desember 2011.

Page 145: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

128

Priyanto, Dwi. Mari Belajar SPP. Mediakom. Yogyakarta, 2008.

Pujawan, I., N. Suplly Chain Management. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 2005.

Samadi, B. Usaha Tani Kentang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 2005.

Samadi, B. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. 2007.

Sarwono, J. Mixed Methods. PT Gramedia. Jakarta. 2002.

Setiadi. Budi Daya Kentang. Penebar Swadaya. Bogor. 2009.

Sofyan, I. Manajemen Risiko. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2004.

Suharjito. Dkk. Identifikasi dan Evaluasi Risiko Manajemen Rantai Pasok Komoditas jagung dengan Pendekatan Logika Fuzzy. Jurnal Manajemen dan Organisasi. Vol 1. No. 2. 2010.

Suharjito. Dkk. Pemodelan Optimasi Mitigasi Risiko Rantai Pasok/Komoditas Jagung. Jurnal Agritech. Vol. 31. 2011

Sukoco, Y. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta. 2008.

Sunarjono, Hendro. Petunjuk Praktis Budi Daya Kentang. PT Agromedia Pustaka. Tangerang. 2007

Suswono, dan Suryana, Acmad. Roadmap Diversifikasi Pangan Tahun 2011 – 2015. Kementerian Pertanian. Jakarta. 2012.

Trangjiwani, Wungkir. Manajemen Risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Hasil Penelitian Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 2008

Wastra, Riyadi Akhmad dan Mahbubi, Akhmad. Risiko agribisnis. UIN Jakarta Press. Jakarta. 2013.

www.perpuskita.com/budidaya-kentang/307/. Diakses pada tanggal 5 April 2014.

Page 146: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

129

Lampiran

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung

No Kecamatan Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung

(Jiwa) 2009 2010 2011 2012 2013

1 Ciwidey 80.407 81.863 73.026 74.260 74.772 2 Rancabali 52.206 52.709 47.700 48.449 48.731 3 Pasirjambu 81.914 82.766 79.958 81.297 81.858 4 Cimaung 74.610 75.743 73.010 74.502 75.749 5 Pangalengan 143.357 146.234 138.843 141.285 142.317 6 Kertasari 70.399 70.927 65.714 66.659 66.995 7 Pacet 104.701 105.797 101.116 102.970 103.821 8 Ibun 75.920 76.709 75.776 77.321 77.910 9 Paseh 117.993 119.727 119.570 122.206 123.371

10 Cikancung 78.485 79.186 82.222 84.455 86.031 11 Cicalengka 108.063 110.312 109.111 111.374 112.412 12 Nagreg 48.822 49.652 47.865 48.980 49.478 13 Rancaekek 164.612 167.183 166.460 170.325 171.929 14 Majalaya 159.350 162.282 151.555 154.161 155.317 15 Solokanjeruk 80.508 81.394 77.557 78.978 79.807 16 Ciparay 150.813 152.643 151.011 154.072 155.594 17 Baleendah 189.533 192.480 224.324 233.336 239.623 18 Arjasari 92.306 93.850 91.033 92.888 94.027 19 Banjaran 112.388 113.243 114.475 117.016 118.247 20 Cangkuang 60.429 60.994 64.963 67.507 69.201 21 Pameungpeuk 66.559 67.140 69.566 71.276 72.520 22 Katapang 96.305 98.275 109.739 114.054 117.113 23 Soreang 102.690 104.746 104.388 107.198 108.890 24 Kutawaringin 87.160 89.190 89.544 92.036 93.197 25 Margaasih 127.560 130.161 134.410 138.871 141.876 26 Margahayu 122.886 124.290 120.375 122.335 123.176 27 Dayeuhkolot 120.251 121.224 113.334 114.577 114.670 28 Bojongsoang 83.950 85.293 103.976 108.884 112.990 29 Cileunyi 132.969 134.323 164.095 173.114 180.290 30 Cilengkrang 42.941 43.598 46.620 48.247 49.302 31 Cimenyan 96.921 98.926 104.212 107.355 109.834 Total 3.127.008 3.172.860 3.215.548 3.299.988 3.351.048

Page 147: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

130

Lampiran 2. Pengukuran Risiko (Metode Aproksimasi)

Petani

N0. Risiko Konversi Lahan Kentang Status

P D Risiko

1 Alih fungsi lahan menjadi komoditas non kentang 4.5 4.1 18.45 2 Banyak lahan kentang milik pribadi yang diambil oleh pihak BUMN 3.1 3.6 11.16 3 Banyak lahan yang disewa ke pihak swasta 3.3 3.4 11.22 4 Banyaknya pembangunan perumahan 3.5 3.8 13.3 Total 14.4 14.9 214.56

Rata-rata risiko Konversi lahan 3.6 3.7 13.41 Risiko Sarana dan Prasarana

5 Harga sewa traktor yang mahal 3.2 3 9.6 6 Harga bahan bakar traktor yang mahal 2.9 4 11.6 7 Harga pupuk yang mahal 3.5 3.7 12.95 8 keterbatasan ketersediaan pupuk 3.5 3.3 11.55 9 Keterbatasan ketersediaan bibit 4.5 3.5 15.75

10 Harga bibit yang mahal 3.4 3 10.88 11 Banyak aneka merek bibit yang yang memiliki sertifikat 2.8 3.6 10.08 12 Banyak alat pertanian yang tidak sesuai ketentuan 3 3 9.6 Total 26.8 27.5 737 Rata-rata Risiko Sarana dan Prasarana 3.35 3.4 11.52

Risiko Produktivitas 13 Banyaknya mutu benih tidak sesuai standar 2.8 3 8.4 14 Banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang 3.5 3 10.5 15 Musim tanam yang kurang tepat 3.4 3 10.2 16 Iklim yang tidak menentu 3.4 4 13.6 Total 13.1 13 172.92 Rata-rata Risiko Produktivitas 3.28 3.3 10.81

Panen dan Pasca panen 17 Panen tidak sesuai dengan hari setelah tanam 2.8 3.6 10.08 18 Penen tidak berpengaruh dengan cuaca 3 3 9 19 Setelah panen tidak melakukan pengeringan kentang ± 1-2 jam 2.9 3 8.7 20 Masih menggunakan alat tradisional saat panen dan pasca panen 2.7 2.8 7.56 Total 11.4 13 143.64

Rata-rata Risiko Panen dan Pasca panen 2.85 3.2 8.978 Rata-rata Risiko di tingkat petani 3.27 3.4 11.18

Page 148: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

131

Lampiran 2, Pengukuran Risiko (Metode Aproksimasi), Lanjutan

Pengumpul

N0. Kentang Status Risiko Penyortiran P D Risiko

21 Pemisahan kentang yang layak jual ke pasar tradisional dan swalayan tidak tepat 3 3 9

22 Pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik 3.4 3.6 12.24

23 Belum adanya mesin penggreding kentang 3.5 2.9 10.15 Total 9.9 9.8 97.02

Rata-rata Risiko Penyortiran 3.3 3.3 10.78 Risko Penyimpanan

24 Tidak ada upaya sanitasi dalam gudang penyimpanan 3.3 2.8 9.24 25 Penataan Keranjang kentang yang buruk 2.9 3 8.7 27 Didalam gudang penyimpanan belum terdapat SOP 3.5 2.7 9.45 28 Lamanya kentang di dalam kentang lebih dari 6-7 bulan 2.5 2.7 6.75 Total 12.6 12.4 156.24

Rata-rata Risiko Penyimpanan 2.52 2.5 6.2496 Rata-rata Risiko pengumpul 2.91 2.9 8.3614 Distributor Risiko Pengemasan

29 Kesalahan dalam pengemasan 4 3 12 30 Kesalahan penimbangan sebelum pengemasan 3 2.8 8.4 31 Banyak bahan pengemasan yang rusak 3.8 3 11.4 32 Alat pngemasan yang minim 2.5 3.8 9.5 Total 13.3 12.6 167.58 Rata-rata risiko Pengemasan 3.325 3.2 10.47375

Risiko Pengangkutan 33 Pengangkutan kentang tidak dengan hati-hati 2 4 8 34 Rute pengiriman menuju pasar yang sangat terjal 2.8 3 8.4 35 kurang optimal dalam memilih rute menuju kepasar 4 4.5 18 36 Truck pengangkut tidak sesuai SOP 2.9 2.7 7.83 37 Waktu pengangkutam tidak pada waktu pagi/malam hari 3.8 4.5 17.1 38 Keterlambatan pengangkutan pada saat cuaca kurang baik 2.8 2.5 7 Total 18.6 22 409.2

Rata-rata Risiko Pengangkutan 3.1 3.7 11.36667 Rata-rata Risiko Distributor 3.2125 3.4 10.94927

Page 149: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

132

Lampiran 3. Matriks Pengambilan Data No. Tujuan Rumusan Data Sumber data Instrumen

1 Mengetahui rantai pasok kentang

Kabupaten Bandung

Literatur, petani kentang, pengumpul dan distributor

Wawancara/Interview

2 Mengidentifikasi jenis risiko setiap pelaku rantai pasok

Apa saja risiko setiap pelaku dalam rantai pasok komoditas kentang

Kabupaten Bandung

Petani kentang, pengumpul dan distributor

Wawancara/Interview

Fish bone

3 Mengetahui tingkat risiko setiap pelaku rantai pasok kentang

Bagaimana tingkat risiko rantai pasok komoditas kentang

Kabupaten Bandung

Petani kentang, pengumpul dan distributor

Kuesioner Skala likert, Metode Aproksimasi, dan Risk Matriks Chart

4 Mengetahui tingkat

Bagaimana pengelolaan risiko rantai pasok

Kabupaten Bandung

Kuesioner Menghindari Risiko, mengendalikan risiko, mengalihkan risiko, dan menerima risiko

Page 150: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

133

Lampiran 4. Matrik Instrumen Penelitian Tingkat Petani

Variabel Dimensi Indikator Butir

Pernyataan

Konversi lahan

Lahan tidak Produktif

Alih fungsi lahan 1

non kentang Pembuatan pabrik/ 2 Industry

Hak milik lahan Lahan diambil pihak 3 BUMN Sewa lahan 4

Kepadatan penduduk Banyak pembangunan 5

Perumahan

Traktor

Sewa traktor yang 6 Mahal Bahan bakar traktor 7 yang mahal Pupuk Harga pupuk mahal 8 Keterbatasan pupuk 9

Sarana dan

Bibit

ketersediaan bibit 10 Prasaran Harga bibit mahal 11

Aneka merek bibit 12

yang tidak ada sertifikat

Irigasi

Perawatan irigasi yang 13

Mahal Sulit mendapatkan air 14 Pestisida

Banyak pestisida yang 15

tidak original Alat pertanian Alat pertanian yang 16

tidak sesuai standar

Produktivitas Mutu benih

Mutu benih tidak sesuai 17

Hama dan Penyakit Banyaknya hama dan 18 penyakit pada kentang

Page 151: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

134

Tingkat Petani, (Lanjutan) Variabel Dimensi Indikator Butir Pernyataan

Produktivitas Musim tanam

Musim tanam yang 19

kurang tepat

Iklim Iklim yang tidak

20 Menentu

Waktu panen

Tidak sesuai HST 21 Tidak berpengaruh 22

Panen dan dengan cuaca Pasca Panen Tidak diwajibkan

23 melakukan pengeringan

1-2 jam Alat panen Masih menggunakan 24 alat tradisional

Page 152: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

135

Lampiran 4. Matrik Instrumen Penelitian (Lanjutan) Tingkat Pengumpul

Variabel Dimensi Indikator Butir Pernyataan

Penyortiran

Marketable Pemisahan yang layak pasar 1 tradisional dan swalayan

Grading Pemilihan berdasarkan

2 Kualitas belum ada mesin grading 3

Penyimpanan Gudang

Tidak adanya sanitasi 4 Penataan buruk 5 Terkena matahari 6 Tidak ada SOP 7

Waktu penyimpanan Lama kentang di dalam gudang 8

Lampiran 4. Matrik Instrumen Penelitian (Lanjutan) Tingkat Distributor

Variabel Dimensi Indikator Butir Pernyataan

Pengemasan Standarisasi

Kesalahan pengemasan 1 Kesalahan penimbangan 2 Bahan pengemas rusak 3 Alat kemas minim 4

Pengangkutan

Standarisasi Ketidak hati-hatian 5 Rute menuju pasar 6 sangat terjal

Rute Kurang optimal dalam pengambilan rute 7 Pendistribusian

Transportasi Tidak sesuai 8

Waktu pengangkutan

Waktu pengangkutan tidak 9 pada pagi/malam hari

Cuaca Cuaca yang tidak menentu 10

Page 153: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

136

Lampiran 5. Kuesioner

Tingkat Petani

Identitas Responden

1. Nama : 3. Pekerjaan :

2. Umur : 4. Alamat :

Screening

1. Sudah berapa lama anda menanam kentang?

a. < 1 tahun b. 1-3 tahun c. > 3 tahun

2. Apakah anda tergabung dalam sebuah kelompok tani?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah status pemilikan lahan yang anda garap?

a. Pribadi b. Sewa

4. Jenis kentang apa yang anda tanam?

a. c.

b. d.

Penilaian Kejadian Risiko

Dibawah ini tercantum kemungkinan kejadian risiko yang terjadi pada tingkat petani. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian 1 sampai 5 pada setiap kejadian risiko dengan kriteria sebagai berikut :

Peringkat Kriteria Kulaititatif Nilai Sebutan Kode Sangat Rendah

SR Nilai kerugian dianggap tidak berarti 1

Rendah R Nilai kerugian kecil 2 Sedang S Nilai kerugian sedang 3 Tinggi T Nilai kerugian besar berpengaruh kepada

laba/rugi petani 4

Sangat Tinggi

ST Nilai kerugian sangat besar berpengaruh kepada penurunan produksi kentang

5

Page 154: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

137

Pernyataan Untuk Mengukur Variabel Konversi lahan, Sarana dan prasarana, Produktivitas, dan Panen Pasca panen

No. Pernyataan Jawaban ST T S R SR

1 Alih fungsi lahan menjadi menjadi komoditas non kentang 2 Banyaknya lahan kentang yang dijadikan pembuatan pabrik/industry 3 Banyaknya lahan kentang milik pribadi yang diambil oleh pihak BUMN 4 Banyaknya lahan yang disewa dari pihak Swasta 5 Banyaknya pembangunan perumahan karena bertambahnya penduduk 6 Harga sewa traktor yang mahal 7 Harga bahan bakar traktor yang mahal 8 Harga pupuk yang mahal 9 Keterbatasan ketersediaan pupuk 10 Keterbatasan ketersediaan bibit 11 Harga bibit yang mahal 12 Banyaknya aneka merek bibit yang tidak memiliki sertifikat

13 Perawatan irigasi yang mahal 14 Sulitnya mendapatkan air 15 Banyaknya pestisida yang tidak original

16 Banyaknya alat pertanian yang tidak sesuai ketentuan

17 Banyaknya mutu benih tidak sesuai standar

18 Banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang

19 Musim tanam yang kurang tepat 20 Iklim yang tidak menentu 21 Panen tidak sesuai dengan hari setelah panen

22 Panen tidak berpengaruh dengan cuaca

23 Setelah panen tidak diwajibkan melakukan

pengeringan tanaman kentang 1-2 jam

Page 155: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

138

24 Masih menggunakan alat tradisional saat panen dan pasca panen

No. Pernyataan Kentang

P D 1 Alih fungsi lahan menjadi menjadi komoditas non kentang 2 Banyaknya lahan kentang milik pribadi yang diambil oleh pihak BUMN

3 Banyaknya lahan yang disewa dari pihak

Swasta 4 Banyaknya pembangunan perumahan karena bertambahnya penduduk 5 Harga sewa traktor yang mahal 6 Harga bahan bakar traktor yang mahal 7 Harga pupuk yang mahal 8 Keterbatasan ketersediaan pupuk 9 Keterbatasan ketersediaan bibit

10 Harga bibit yang mahal

11 Banyaknya aneka merek bibit yang tidak

memiliki sertifikat

12 Banyaknya alat pertanian yang tidak sesuai ketentuan

13 Banyaknya mutu benih tidak sesuai standar

14 Banyaknya hama dan penyakit pada tanaman kentang

15 Musim tanam yang kurang tepat 16 Iklim yang tidak menentu 17 Panen tidak sesuai dengan hari setelah panen

18 Panen tidak berpengaruh dengan cuaca

19 Setelah panen tidak diwajibkan melakukan

pengeringan tanaman kentang 1-2 jam 20 Masih menggunakan alat

Page 156: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

139

Lampiran 5. Kuesioner (Lanjutan)

Tingkat Pengumpul

Identitas Responden

Nama :

Alamat :

Penilaian Kejadian Risiko

Dibawah ini tercantum kemungkinan kejadian risiko yang terjadi pada tingkat pengumpul. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian 1 sampai 5 pada setiap kejadian risiko dengan kriteria sebagai berikut :

Peringkat Kriteria Kulaititatif Nilai Sebutan Kode Sangat Rendah

SR Nilai kerugian dianggap tidak berarti 1

Rendah R Nilai kerugian kecil 2 Sedang S Nilai kerugian sedang 3 Tinggi T Nilai kerugian besar berpengaruh kepada

laba/rugi pengumpul 4

Sangat Tinggi

ST Nilai kerugian sangat besar berpengaruh dalam penyusutan kentang

5

Pernyataan Untuk Mengukur Variabel Penyortiran dan Penyimpanan

No. Pernyataan Kentang P D

1 Pemisahan kentang yang layak jual ke pasar tradisional dan swalayan tidak tepat

2 Pemisahan kentang berdasarkan kualitas tidak dilakukan dengan baik

3 Belum adanya mesin penggreding kentang

4 Tidak ada upaya sanitasi dalam gudang penyimpanan

5 Penataan Keranjang kentang yang buruk

6 Didalam gudang penyimpanan belum terdapat SOP

7 Lamanya kentang di dalam penyimpanan akan berdampak mengalami pembusukan

Page 157: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

140

Lampiran 5. Kuesioner (Lanjutan)

Tingkat Distributor

Identitas Responden

Nama : Alamat :

Penilaian Kejadian Risiko

Dibawah ini tercantum kemungkinan kejadian risiko yang terjadi pada tingkat distributor. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian 1 sampai 5 pada setiap kejadian risiko dengan kriteria sebagai berikut :

Peringkat Kriteria Kulaititatif Nilai Sebutan Kode Sangat Rendah

SR Nilai kerugian dianggap tidak berarti 1

Rendah R Nilai kerugian kecil 2 Sedang S Nilai kerugian sedang 3 Tinggi T Nilai kerugian besar berpengaruh kepada

laba/rugi distributor 4

Sangat Tinggi

ST Nilai kerugian sangat besar berpengaruh kepada asset perusahan

5

Pernyataan Untuk Mengukur Variabel Pengemasan dan pengangkutan

No. Pernyataan Jawaban P D

1 Kesalahan dalam pengemasan 2 Kesalahan penimbangan sebelum pengemasan 3 Banyak bahan pengemas yang rusak 4 Alat pengemasan yang minim 5 Pengangkutan kentang yang tidak hati-hati 6 Rute pengiriman menuju pasar yang terjal 7 Kurang optimal dalam memilih rute menuju kepasar 8 Truk pengangkut tidak sesuai SOP

9 Waktu pengangkutan tidak pada waktu pagi/malam hari

10 Keterlambatan pengangkutan pada saat cuaca kurang baik

Page 158: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

141

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0 Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables

in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.930 24

Item Statistics Mean Std. Deviation N

Q1 4.6667 .66089 30 Q2 4.3333 .66089 30 Q3 4.5333 .57135 30 Q4 4.4000 .67466 30 Q5 4.2667 .52083 30 Q6 4.5333 .81931 30 Q7 3.8667 .81931 30 Q8 4.4333 .56832 30 Q9 4.8000 .48423 30 Q10 4.4333 .62606 30 Q11 4.3333 .60648 30 Q12 4.5333 .62881 30 Q13 4.5667 .56832 30 Q14 4.5333 .57135 30 Q15 4.2000 .55086 30 Q16 4.3667 .61495 30 Q17 4.4000 .56324 30 Q18 4.6000 .56324 30 Q19 4.0667 .63968 30 Q20 4.3000 .70221 30 Q21 4.1667 .59209 30 Q22 4.3000 .70221 30 Q23 4.1667 .74664 30 Q24 4.2333 .62606 30

Page 159: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

142

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation

N of Items

105.0333 88.792 9.42295 24

Lampiran 6. Uji validitas dan Reliabilitas (Lanjutan)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted Q1 100.3667 79.068 .790 .924 Q2 100.7000 81.183 .227 .927 Q3 100.5000 84.810 .442 .931 Q4 100.6333 81.551 .557 .928 Q5 100.7667 84.461 .424 .929 Q6 100.5000 77.431 .741 .924 Q7 101.1667 80.489 .519 .929 Q8 100.6000 83.007 .527 .928 Q9 100.2333 81.013 .866 .924

Q10 100.6000 82.593 .510 .928 Q11 100.7000 82.907 .500 .929 Q12 100.5000 81.638 .595 .927 Q13 100.4667 85.085 .323 .931 Q14 100.5000 84.328 .259 .930 Q15 100.8333 82.075 .356 .926 Q16 100.6667 81.747 .600 .927 Q17 100.6333 83.964 .437 .929 Q18 100.4333 83.357 .498 .928 Q19 100.9667 79.551 .774 .924 Q20 100.7333 79.168 .731 .925 Q21 100.8667 82.120 .589 .927 Q22 100.7333 79.099 .737 .925 Q23 100.8667 79.154 .683 .925 Q24 100.8000 83.269 .449 .929

Page 160: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

143

Lampiran 7. Jawaban Kuesioner Tingkat Petani

Page 161: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

144

Page 162: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

145

Page 163: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

146

Page 164: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

147

Page 165: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

148

Page 166: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

149

Page 167: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

150

Page 168: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

151

Lampiran 7. Jawaban Kuesioner (Lanjutan)

Tingkat Pengunpul

Page 169: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

152

Page 170: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

153

Page 171: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

154

Lampiran 7. Jawaban Kuesioner (Lanjutan)

Tingkat Distributor

Page 172: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

155

Page 173: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

156

Page 174: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

157

Lampiran 9. Data Validitas

Page 175: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

158

Lampiran 8. Data Uji Validitas

P Q 1

Q 2

Q 3

Q 4

Q 5

Q 6

Q 7

Q 8

Q 9

Q 10

Q 11

Q 12

Q 13

Q 14

Q 15

Q 16

Q 17

Q 18

Q 19

Q 20

Q 21

Q 22

Q 23

Q 24

1 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 2 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 6 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 5 4 5 5 7 4 4 5 4 4 5 3 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 8 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 9 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5

10 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 11 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 12 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 13 5 4 5 5 4 4 3 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 14 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 15 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 16 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 17 5 4 5 5 4 4 3 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 18 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 19 4 4 4 3 5 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 20 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 21 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 22 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 23 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 24 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4

Page 176: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

159

P Q 1

Q 2

Q 3

Q 4

Q 5

Q 6

Q 7

Q 8

Q 9

Q 10

Q 11

Q 12

Q 13

Q 14

Q 15

Q 16

Q 17

Q 18

Q 19

Q 20

Q 21

Q 22

Q 23

Q 24

25 5 4 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 26 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 27 4 4 5 3 4 3 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 28 5 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 4 3 29 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 30 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4

Page 177: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

160

Lampiran 9. Data Responden

Tingkat Petani

N0. Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Q 6 Q 7 Q 8 Q 9 Q 10 P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D

P 1 5 4 5 3 4 3 3 4 2 5 4 5 3 3 5 4 5 5 4 3 P 2 3 5 5 5 5 3 3 4 3 3 5 5 3 3 4 3 4 2 5 4 P 3 3 5 2 5 2 5 5 5 2 3 4 4 3 4 5 3 4 3 3 5 P 4 4 3 4 4 3 3 5 4 3 1 4 4 4 3 4 2 5 4 4 4 P 5 4 3 4 5 3 3 5 5 3 3 3 5 4 4 4 3 4 3 3 4 P 6 3 4 3 4 3 5 4 5 4 2 2 4 5 3 3 4 5 4 5 2 P 7 5 4 3 5 3 3 4 5 3 1 3 4 5 4 4 5 5 4 5 2 P 8 4 3 2 4 5 5 4 5 2 2 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 P 9 5 4 3 3 3 4 4 5 3 2 4 3 3 4 4 3 5 2 4 5

P 10 5 5 4 5 3 4 5 4 3 2 5 4 4 5 3 2 5 2 3 4 P 11 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 3 3 5 4 4 1 5 3 5 3 P 12 5 5 4 4 3 5 4 5 2 3 2 4 4 4 5 2 5 3 3 3 P 13 4 4 3 3 5 3 4 5 4 3 2 3 3 3 2 2 4 4 4 3 P 14 3 4 3 4 4 2 4 4 1 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 P 15 5 4 3 4 4 1 3 5 1 3 4 5 5 4 4 3 4 5 4 5 P 16 5 5 3 4 3 2 4 5 4 5 4 5 5 5 5 2 4 4 4 4 P 17 4 5 2 5 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 5 4 4 P 18 5 5 3 5 2 3 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 3 3 P 19 5 4 3 3 4 1 4 5 4 3 2 4 2 4 5 3 4 4 3 4 P 20 4 5 4 4 4 2 5 4 5 3 3 5 4 5 4 4 4 4 3 4 P 21 5 4 5 4 3 2 5 5 4 3 4 4 4 4 3 3 5 3 4 2 P 22 4 3 4 5 4 2 4 4 4 2 1 3 3 5 3 4 5 3 4 2 P 23 5 4 3 5 4 3 5 5 4 2 3 3 4 4 2 4 5 2 4 4

Page 178: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

161

P 24 5 5 3 4 3 1 5 5 4 1 3 4 4 5 3 4 4 3 4 5 P 25 4 4 4 5 2 3 5 3 3 4 5 3 5 4 4 3 5 2 4 4 P 26 5 4 5 3 3 2 5 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 P 27 5 5 2 3 5 1 5 5 5 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 4 P 28 5 4 4 5 4 3 2 4 5 2 3 3 2 4 2 3 4 3 3 5 P 29 5 5 3 4 1 3 3 5 4 2 3 3 1 4 3 4 4 4 4 5 P 30 5 5 3 4 2 1 2 5 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 P 31 5 5 2 5 3 2 2 4 3 2 2 4 2 5 3 1 4 5 5 4 P 32 5 2 4 5 4 3 3 5 4 2 2 3 2 5 4 3 3 4 4 4 P 33 5 5 1 3 4 3 1 5 4 3 2 4 3 5 2 3 4 5 5 5 P 34 5 5 3 4 5 4 2 5 3 3 3 5 2 5 2 4 4 4 3 4 P 35 4 3 3 3 3 1 2 4 4 4 2 5 2 5 3 3 4 4 3 4 P 36 4 4 4 4 4 5 3 3 4 1 3 4 3 4 4 3 5 4 3 3 P 37 5 4 5 2 3 4 3 3 5 2 2 4 4 4 3 3 5 3 3 3 P 38 5 4 2 2 3 3 2 5 2 3 2 3 4 3 2 4 5 3 3 4 P 39 4 4 3 5 3 3 2 3 3 1 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 P 40 5 5 3 3 4 2 1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 5 5 4 1 P 41 4 4 3 4 5 1 4 5 3 2 3 3 2 3 4 4 5 4 4 1 P 42 5 5 3 5 4 2 3 5 4 2 5 4 5 3 3 4 5 4 3 2 P 43 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 2 2 5 5 3 4 5 5 3 3 P 44 5 4 3 4 3 1 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 5 5 4 P 45 4 5 4 2 3 1 3 5 5 2 2 2 4 4 3 3 5 5 4 4 P 46 4 4 4 4 5 2 3 3 5 1 2 4 3 5 3 1 5 4 3 3 P 47 5 4 2 5 5 2 2 3 4 1 3 4 3 5 3 1 5 3 3 3 P 48 4 4 4 5 3 2 3 4 3 2 3 4 2 4 4 2 3 2 4 2 P 49 4 5 4 5 3 2 3 4 4 3 1 5 2 3 3 2 4 2 4 4 P 50 4 5 1 4 5 2 3 4 5 2 2 4 3 3 4 3 4 3 5 4 P 51 5 5 4 2 4 3 1 5 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 5 P 52 4 4 4 2 3 3 2 4 5 3 3 4 4 3 4 4 5 4 5 3 P 53 4 5 4 5 5 5 2 5 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2

Page 179: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

162

P 54 5 4 4 5 3 3 4 4 5 2 3 5 5 4 3 5 4 5 4 4 P 55 4 4 5 2 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 P 56 5 4 2 3 3 3 5 3 5 3 2 4 2 4 4 3 4 3 3 5 P 57 4 5 3 2 3 4 1 3 5 1 3 4 4 3 3 2 5 2 3 4 P 58 5 4 2 5 3 4 2 4 1 4 3 2 3 3 3 1 5 2 4 3 P 59 5 4 3 5 3 4 3 3 4 3 3 3 5 2 3 1 5 3 5 3 P 60 5 5 3 5 2 4 3 5 4 5 2 5 4 2 4 1 5 4 4 1 P 61 4 4 4 4 3 3 3 2 2 3 1 4 2 3 3 1 5 4 4 2 P 62 4 4 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 3 4 2 5 4 5 5 2 P 63 5 4 2 4 5 5 3 1 5 3 2 4 5 3 4 4 5 5 5 3 P 64 4 5 5 2 4 5 5 2 2 3 3 5 1 2 4 3 4 5 5 4 P 65 5 4 2 2 3 2 5 3 2 2 4 4 3 2 4 2 5 1 1 3 P 66 5 4 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 4 5 4 3 4 3 2 3 P 67 5 5 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 5 4 4 4 3 2 P 68 5 4 5 4 3 4 4 2 2 3 2 4 2 4 5 4 5 4 3 3 P 69 4 5 2 4 3 5 5 3 1 4 4 4 5 5 5 5 5 4 1 4 P 70 5 5 2 3 2 3 1 3 3 4 3 5 4 4 3 4 5 4 1 3 P 71 5 5 4 5 4 4 3 4 2 4 5 5 3 4 3 4 4 3 3 2 P 72 4 4 2 4 1 3 3 2 3 4 4 4 2 2 4 3 4 2 2 2 P 73 4 3 2 4 3 3 3 4 1 4 2 4 4 4 5 2 5 5 2 5 P 74 5 4 5 3 3 3 4 3 1 5 3 3 5 5 3 1 4 5 3 2 P 75 4 3 2 4 4 3 5 3 3 4 3 3 2 5 3 2 5 3 4 3 P 76 4 3 5 3 5 4 5 5 3 4 2 4 4 5 3 4 3 3 4 1 P 77 4 4 2 4 2 3 4 2 1 4 2 5 3 2 4 4 5 5 4 4 P 78 5 5 3 4 3 3 5 3 1 4 3 5 4 2 3 4 5 4 3 1 P 79 5 2 2 2 3 5 5 4 3 4 5 5 5 3 2 4 5 3 2 1 P 80 5 4 5 4 3 4 5 3 2 4 3 5 5 4 2 4 5 3 2 3 P 81 3 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 4 5 5 1 3 4 P 82 5 3 5 1 5 5 3 5 3 4 2 4 4 3 4 5 5 1 4 4 P 83 5 2 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 5 5 4 3 4 5

Page 180: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

163

P 84 5 4 3 4 3 5 5 2 4 3 2 4 2 1 4 5 4 4 3 1 P 85 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 2 3 4 3 3 4 5 4 3 4 P 86 5 3 3 4 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 5 4 3 2 P 87 4 3 3 5 4 3 5 3 3 3 4 4 5 4 5 3 5 4 4 3 P 88 5 4 4 2 3 5 5 1 2 3 4 3 4 5 5 2 5 4 5 1 P 89 5 5 2 3 3 2 4 3 2 4 4 4 4 4 4 2 5 5 5 1 P 90 4 4 3 2 3 4 4 4 2 5 3 4 5 3 3 4 5 2 5 5 P 91 5 4 2 3 3 4 5 4 3 2 3 5 5 4 3 4 5 3 3 4 P 92 5 3 4 3 3 5 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 5 3 2 5 P 93 5 3 1 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 5 5 4 2 3 P 94 5 3 2 4 3 4 5 3 2 5 3 4 2 3 4 5 5 4 4 3 P 95 5 5 2 2 3 3 5 5 4 4 3 3 3 2 4 4 5 5 5 5 P 96 5 3 1 5 4 5 3 3 2 4 2 4 4 2 5 4 5 4 4 5 P 97 5 3 4 2 4 3 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 5 3 4 3 P 98 4 5 3 3 2 4 3 2 4 5 1 5 4 4 3 2 5 2 3 4 P 99 4 3 3 2 5 5 3 4 2 2 4 4 3 3 2 3 5 2 3 3

P 100 5 5 2 4 2 4 5 4 5 4 4 4 3 3 3 3 5 3 5 2 P 101 4 4 2 5 3 4 5 4 3 2 4 4 2 4 4 4 5 2 4 2 P 102 4 4 3 2 2 5 3 3 2 1 5 4 3 4 5 4 4 2 3 1 P 103 4 3 3 3 2 4 5 5 3 1 4 5 5 3 4 4 5 2 3 1 P 104 4 5 1 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 3 5 3 5 4 2 1 P 105 4 2 2 3 3 5 4 3 3 4 2 5 4 4 4 5 5 5 2 3 P 106 5 4 2 4 2 5 5 5 2 3 2 4 3 3 3 2 4 5 3 2 P 107 4 5 5 4 3 4 5 3 2 4 2 3 3 4 2 2 5 4 3 3 P 108 4 5 5 4 4 3 3 2 3 4 1 4 5 5 3 4 4 5 3 2 P 109 4 4 3 2 4 4 3 5 3 3 1 4 4 5 2 5 5 4 1 5 P 110 4 4 1 2 3 3 4 5 3 3 1 3 3 5 3 5 4 3 1 4 P 111 4 5 4 3 2 5 5 4 4 4 2 5 4 4 4 5 3 3 1 3 P 112 4 5 4 3 1 4 2 5 4 2 2 4 3 4 4 5 4 3 1 3 P 113 4 5 3 4 2 4 3 5 2 4 5 4 4 4 5 4 4 3 2 3

Page 181: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

164

P 114 4 4 2 4 1 4 2 4 3 2 5 5 4 5 4 3 5 3 3 2 P 115 5 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 P 116 5 3 3 3 5 4 1 3 3 4 3 4 4 4 2 2 4 3 4 4 P 117 5 3 5 3 4 4 3 2 2 5 2 5 4 4 4 2 3 4 3 3 P 118 4 5 3 3 4 3 3 4 4 5 2 5 5 3 4 2 4 3 3 3 P 119 3 4 2 3 3 4 2 3 2 5 2 4 5 3 4 2 5 4 2 2 P 120 4 5 2 2 3 5 2 5 4 3 3 5 4 3 3 4 4 4 3 3 P 121 4 3 4 3 3 3 5 5 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 Total 542 496 381 441 405 407 429 459 386 367 354 480 428 443 429 396 544 427 411 386

Rata-rata 4.5 4.1 3.1 3.6 3.3 3.4 3.5 3.8 3.2 3 2.9 4 3.5 3.7 3.5 3.3 4.5 3.5 3.4 3

N0. Q 11 Q 12 Q 13 Q 14 Q 15 Q 16 Q 17 Q 18 Q 19 Q 20 P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D

P 1 2 5 4 2 5 4 5 3 3 2 5 4 3 4 5 4 3 3 3 4 P 2 2 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 P 3 4 4 3 2 4 4 3 3 5 2 3 5 3 3 3 4 5 3 3 3 P 4 5 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 5 2 3 3 3 4 4 2 2 P 5 3 5 2 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 P 6 4 4 2 4 2 4 3 3 3 5 3 5 3 3 3 5 5 2 3 4 P 7 3 4 2 3 2 5 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 P 8 4 4 3 4 3 5 4 3 5 3 5 4 4 4 3 2 3 4 1 3 P 9 3 5 2 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3 5 4 4 3 2 3

P 10 4 4 2 5 3 5 3 2 1 3 3 4 4 3 4 5 5 4 3 3 P 11 4 5 1 4 2 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3 4 3 P 12 3 5 1 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 3 3 2 2 2 P 13 3 5 2 3 4 5 5 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 3 3 4 P 14 4 3 2 4 3 4 4 2 4 3 3 3 2 4 4 5 3 4 3 3 P 15 5 3 3 5 4 3 4 2 4 1 3 5 2 3 2 2 4 4 1 3 P 16 2 3 3 5 3 2 3 3 1 5 4 5 3 4 3 3 5 5 1 1

Page 182: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

165

P 17 2 4 3 4 2 3 2 4 4 3 3 4 2 5 3 3 4 5 2 3 P 18 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 5 4 3 3 P 19 1 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 2 5 5 5 2 3 4 1 P 20 5 4 4 3 3 5 3 5 4 2 4 4 1 5 4 2 3 4 2 2 P 21 4 3 3 3 4 5 4 2 3 1 5 4 2 5 4 3 3 4 2 1 P 22 3 3 3 4 3 5 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 3 1 P 23 3 3 2 4 1 4 3 2 5 4 3 3 4 5 4 3 3 2 3 3 P 24 4 3 3 5 2 4 3 2 5 3 5 3 3 4 5 4 2 3 2 2 P 25 3 3 4 4 2 3 3 3 4 2 3 3 4 5 4 3 3 3 3 4 P 26 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 P 27 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 2 5 3 2 4 4 4 3 P 28 2 4 2 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 5 3 P 29 2 3 3 2 5 3 5 3 3 2 4 4 4 3 3 3 2 2 4 2 P 30 4 4 2 2 5 4 4 4 1 3 3 4 3 3 3 4 3 1 2 3 P 31 2 4 1 2 4 4 3 3 4 3 3 4 2 4 4 5 4 2 3 3 P 32 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 2 5 3 5 3 3 5 3 4 2 P 33 3 2 2 4 3 2 2 2 4 3 3 5 4 4 4 3 4 4 2 3 P 34 4 2 3 4 2 2 4 2 2 3 3 3 3 5 4 3 4 4 4 3 P 35 2 2 3 5 1 3 4 3 3 4 3 5 2 4 3 4 3 3 3 2 P 36 2 2 4 5 1 4 3 4 4 2 4 5 4 5 3 5 3 2 2 3 P 37 2 3 3 4 1 5 3 3 5 4 4 3 2 4 2 4 4 1 2 1 P 38 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 2 5 1 2 2 1 2 2 P 39 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 5 4 3 3 2 3 3 2 3 4 P 40 3 5 2 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 2 2 2 4 3 2 3 P 41 3 3 2 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 5 2 3 3 2 P 42 2 3 2 3 4 4 3 2 3 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 P 43 1 4 3 3 4 5 3 3 4 4 3 4 2 3 2 5 3 5 4 2 P 44 2 3 3 3 5 4 4 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 4 2 4 P 45 2 2 4 3 5 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 P 46 3 5 3 5 6 3 4 3 3 4 4 4 3 5 3 3 1 3 2 1

Page 183: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

166

P 47 2 4 2 5 5 2 3 3 4 3 4 5 1 4 2 4 2 2 3 2 P 48 3 4 3 5 4 2 3 5 4 2 4 4 3 3 3 5 2 2 3 1 P 49 3 3 4 4 4 3 4 3 5 1 3 4 4 3 3 2 1 3 3 2 P 50 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 5 1 2 4 1 1 3 4 3 P 51 3 4 3 2 2 4 4 3 5 3 3 3 4 3 3 2 2 4 2 3 P 52 3 4 2 1 2 5 3 3 5 4 1 5 3 4 4 2 3 5 3 2 P 53 2 3 3 1 1 4 4 3 5 5 3 3 2 5 3 2 2 2 3 3 P 54 2 3 2 1 1 4 3 2 4 3 3 5 3 4 3 3 2 2 3 3 P 55 3 3 2 1 2 3 3 2 3 4 3 4 4 3 2 3 3 2 3 4 P 56 2 4 4 4 3 2 3 3 1 3 4 3 4 2 2 2 4 3 4 3 P 57 3 2 3 3 4 3 4 3 3 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 P 58 2 3 2 3 5 3 3 2 4 2 4 3 2 2 4 2 2 4 4 2 P 59 2 3 2 2 4 4 4 3 3 2 4 4 3 2 5 2 2 3 3 3 P 60 1 3 3 1 4 4 5 3 4 3 4 5 4 2 4 3 3 3 3 3 P 61 3 4 4 1 3 3 4 4 4 4 5 3 4 3 3 3 4 4 3 4 P 62 2 4 4 4 2 3 3 1 3 3 3 4 2 4 2 3 4 3 2 1 P 63 3 3 5 2 1 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 5 3 1 3 2 P 64 2 3 4 2 2 2 4 3 4 2 2 4 3 4 4 2 3 2 2 1 P 65 3 5 3 2 1 2 4 3 4 1 5 5 3 5 5 3 2 1 3 2 P 66 2 3 4 1 1 3 3 5 3 2 3 4 2 4 4 2 2 3 3 3 P 67 3 3 3 5 1 3 3 4 5 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 P 68 4 4 3 4 2 4 4 2 4 3 4 4 2 4 2 3 3 3 2 2 P 69 5 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 4 1 3 P 70 4 2 4 3 4 3 4 4 2 4 2 4 3 5 2 4 4 5 3 3 P 71 3 4 4 2 4 2 2 3 2 4 2 4 2 4 3 3 3 4 4 2 P 72 2 4 3 2 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 5 3 3 3 P 73 4 3 4 3 3 2 3 3 3 5 3 4 4 3 5 3 4 2 3 2 P 74 5 5 5 4 1 3 3 2 4 4 4 4 5 4 4 3 3 2 3 2 P 75 3 5 4 4 1 3 3 3 5 3 4 4 2 3 4 2 2 3 1 3 P 76 3 4 4 4 1 4 3 3 3 3 5 5 3 4 3 3 1 4 3 3

Page 184: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

167

P 77 2 4 3 1 1 4 4 2 3 3 4 5 1 5 2 3 2 3 2 4 P 78 3 2 3 2 2 5 2 3 3 2 3 3 4 5 3 4 3 4 4 3 P 79 3 5 5 4 2 4 3 3 2 3 3 4 5 4 4 4 2 3 3 2 P 80 2 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 5 4 3 1 3 3 3 3 2 P 81 3 4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2 3 P 82 2 3 4 3 3 2 5 3 4 3 5 4 2 3 3 2 1 2 3 2 P 83 2 3 3 4 2 2 5 4 3 2 3 4 2 4 2 3 2 3 3 3 P 84 2 4 3 4 1 2 3 4 4 3 3 4 5 3 1 4 1 4 2 3 P 85 4 5 1 3 1 3 4 3 4 4 3 5 2 4 2 3 3 3 3 3 P 86 4 4 1 2 2 3 4 3 5 5 5 4 1 3 3 4 2 2 4 2 P 87 4 3 3 2 3 3 3 2 5 4 5 3 4 3 2 5 2 2 3 2 P 88 2 3 3 3 3 4 4 3 5 3 3 4 3 4 3 3 5 3 2 3 P 89 3 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 5 4 2 5 4 4 5 P 90 4 4 4 4 1 4 5 3 3 2 4 4 3 4 3 1 4 3 2 2 P 91 3 4 3 3 1 4 5 2 4 2 4 5 3 3 2 2 3 3 3 5 P 92 3 4 3 3 1 3 5 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4 4 1 3 P 93 1 3 2 4 2 3 3 3 5 3 4 4 2 3 3 4 2 5 1 3 P 94 4 3 3 5 3 2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 5 3 3 3 3 P 95 3 5 4 4 4 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 1 2 3 2 P 96 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 1 3 4 3 3 2 2 3 P 97 1 3 3 2 3 2 4 4 2 4 3 3 3 3 2 1 2 1 4 3 P 98 4 5 3 1 3 2 4 3 2 5 2 5 2 4 5 2 2 4 2 3 P 99 2 5 4 1 2 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3

P 100 3 3 4 1 1 3 3 3 4 3 4 5 3 5 3 4 1 4 1 2 P 101 2 4 3 1 1 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 5 4 4 2 5 P 102 2 4 3 4 2 4 4 5 3 2 3 4 4 3 3 4 1 4 3 4 P 103 1 5 3 4 3 5 3 3 3 3 2 3 2 4 1 3 3 3 3 2 P 104 2 3 3 4 4 4 5 3 2 4 3 4 3 3 2 4 2 2 2 3 P 105 3 3 4 3 3 2 4 4 4 2 4 5 2 4 3 5 3 2 3 3 P 106 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 1 2 3

Page 185: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

168

P 107 3 2 3 3 2 2 3 3 2 4 2 5 4 2 3 2 3 3 3 4 P 108 2 5 4 4 2 1 4 3 3 5 2 3 5 3 2 1 2 3 3 4 P 109 1 4 3 4 3 1 3 3 2 3 3 4 3 3 2 5 3 3 2 4 P 110 2 4 2 4 3 1 3 3 3 3 3 5 2 3 2 3 2 3 3 4 P 111 2 3 3 3 4 1 3 3 4 1 4 5 2 4 3 5 3 4 2 4 P 112 2 5 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 1 3 P 113 3 3 2 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 2 3 2 3 P 114 2 3 3 4 5 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 P 115 1 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 4 3 3 4 3 2 2 3 3 P 116 1 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 2 1 4 P 117 2 2 4 2 4 3 5 3 3 3 2 5 3 3 2 4 3 4 3 4 P 118 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 2 5 P 119 3 5 4 1 4 4 3 3 3 3 4 4 2 4 4 2 2 5 3 4 P 120 2 3 3 2 3 5 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 P 121 3 3 2 4 2 4 3 4 3 2 4 4 2 4 2 2 3 3 2 3 Total 335 433 359 383 343 392 419 368 406 367 407 478 344 438 369 382 350 367 329 341

Rata-rata 2.8 3.6 3 3 2.8 3 3.5 3 3.4 3 3.4 4 2.8 3.6 3 3 2.9 3 2.7 2.8

Page 186: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

169

Lampiran 10. Data Responden (Lanjutan)

Tingkat Pengumpul

N0. Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Q 7 Q 8 P D P D P D P D P D P D P D

P 1 5 4 4 4 3 3 5 2 2 3 4 5 3 5 P 2 4 3 3 5 3 4 3 4 3 3 4 5 2 4 P 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 2 P 4 5 3 3 4 5 5 4 2 3 4 4 4 1 3 P 5 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 5 3 4 4 P 6 2 3 4 4 4 3 5 2 3 2 3 2 2 2 P 7 3 3 2 2 3 2 5 3 2 3 2 2 3 3 P 8 2 3 2 3 4 3 3 4 2 4 3 2 3 2 P 9 2 4 4 5 3 3 4 4 2 5 4 3 2 2

P 10 5 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 1 P 11 2 3 5 4 2 3 4 4 3 2 3 4 3 3 P 12 1 3 3 4 4 3 3 5 4 4 3 3 2 2 P 13 2 5 5 3 3 2 4 4 3 2 4 2 1 1 P 14 2 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 P 15 3 4 4 4 5 1 5 3 2 3 2 3 4 3 Total 45 50 51 54 53 43 58 50 44 48 50 48 38 40

Rata-rata 3 3 3.4 3.6 3.5 2.9 3.3 2.8 2.9 3 3.5 2.7 2.5 2.7

Page 187: STRATEGI PENGELOLAAN RISIKO RANTAI PASOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44015/1/INGGIT... · distribusi dan aksesibilitas kentang. ... 2.4 Manajemen Rantai

170

Lampiran 10. Data Responden (Lanjutan)

Tingkat Distributor

N0. Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Q 6 Q 7 Q 8 Q 9 Q 10 P D P D P D P D P D P D P D P D P D P D

P 1 4 3 5 2 5 4 3 3 2 5 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 P 2 5 2 3 4 3 2 2 4 3 4 3 3 4 5 3 2 4 5 5 3 P 3 4 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 4 5 3 2 4 4 2 4 P 4 3 4 2 3 4 3 2 4 1 4 3 3 5 4 2 3 4 5 2 3

Total 16 12 12 11 15 12 10 15 8 16 11 12 16 18 12 10 15 18 12 13 Rata-rata 4 3 3 2.8 3.8 3 2.5 3.8 2 4 2.8 3 4 4.5 2.9 2.7 3.8 4.5 2.8 2.5