strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

31
1 MAKALAH STRATEGI PEMBEAJARAN INDIVIDUAL PADA ANAK TUNAGRAHITA Disusun O l e h Muliana, S,Pd.I NIM : 1308202 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG KELAS JAUH BANDA ACEH TAHUN 2015

Transcript of strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

Page 1: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

1

MAKALAH

STRATEGI PEMBEAJARAN INDIVIDUAL PADA ANAK

TUNAGRAHITA

Disusun

O

l

e

h

Muliana, S,Pd.I

NIM : 1308202

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)

BANDUNG KELAS JAUH BANDA ACEH

TAHUN 2015

Page 2: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran dibutuhkan strategi untuk memperoleh

kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan,

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan

yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Inilah

yang dikatakan sebagai strategi pembelajaran.

Menurut Sanjaya Wina (2007) istilah strategi dipakai dalam banyak

konteks dengan banyak makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks belajar

mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru peserta didik di dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, maka konsep strategi

dalam hal ini menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru

peserta didik dalam peristiwa belajar mengajar.

Pada prinsipnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan pendidikan

pada umumnya. Pada hakekatnya strategi pembelajaran tersebut harus

memperhatikan karakteristik murid, tujuan belajar, dan ketersediaan sumber.

Strategi pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai metode atau teknik

meenyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar tujuan belajar tercapai.

Sedangkan menurut Arief S. Sadiman (1984:28) menjabarkan , “Strategi

pembelajaran dalam arti luas dapat mencakup metode , pendekatan , pemilihan

sumber, dan media , pengelompokan siswa dan penilaian keberhasilannya”.

Sehingga pada pengertian sebelumnya dapat ditambahkan bahwa strategi

pembelajaran adalah juga pendekatan umum dan rangkaian tindakan yang akan

Page 3: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

3

diambil untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai. Jadi strategi ini

merupakan kaidah-kaidah preskriptif untuk merancang peristiwa- peristiwa

pembelajaran yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang diperlukan untuk

mencapai berbagai tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan. Strategi

pembelajaran yang menekankan pada partisipaso aktif siswa, misalnya akan lebih

mengutamakan penggunaan metode diskusi atau seminar atau kerja kelompok

daripada metode ceramah . Jadi strategi pembelajaran itu ternyata juga mengait

pada model dan metode pembelajaran. Pendidikan khusus sebagai salah satu

bentuk pendidikan yang khusus di peruntukan bagi mereka yang mengalami

hambatan dalam belajarnya, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan

pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya.

Menyadari bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah individu

yang unik. Keunikan ini mengandung pengertian bahwa ABK mempunyai sifat-

sifat khusus atau karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang

lainnya, baik dalam segi kemampuan, bakat, minat maupun gaya belajarnya.

Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik siswa di

sekolah umum. Yang perlu dipahami oleh pendidik yang memiliki siswa

tunagrahita antara adalah guru harus mehami karakter anak tunagrahita yang

memiliki keunikan tersendiri yaitu bersifat pelupa, susah memahami perintah

yang kompleks, perhatian mudah terganggu, dan susah memahami hal-hal yang

kompleks. Oleh karena itu guru siswa tunagrahita harus sabar, penyayang,

mengajar dengan kata-kata sederhana dan gambar yang nyata.

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal

dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.

Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally

Page 4: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

4

Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa

yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal.

Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari

hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk

mengembangkan potensinya secara optimal.

Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau

keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga

mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial,

dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus. Pada prinsipnya tidak jauh

berbeda penerapannya dengan pendidikan pada umumnya. Pada hakekatnya

strategi pembelajaran tersebut harus memperhatikan karakteristik murid, tujuan

belajar, dan ketersediaan sumber. Pada anak tunagrahita ringan dan sedang

mungkin lebih efektif menggunakan strategi pembelajaran yang menekankan

latihan. Yang tidak terlalu banyak menuntut kemampuan berfikir yang kompleks.

Meskipun demikian strategi yang menekankan pada latihan yang diulang-ulang

itu memang kurang sesuai dan sangat membosankan bagi anak-anak yang

memiliki kemampuan intelektual tinggi.

Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan yang belajar bersama

anak normal disekolah umum akan berbeda dengan strategi pembelajaran bagi

mereka yang belajar dalam satu kelompok anak tunagrahita di Sekolah Luar

Biasa anak tunagrahita (SLB-C). Pendidikan merupakan suatu usaha untuk

membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan

akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam

lingkungan sekitarnya. Melalui pendidikan anak bisa berkembang dengan lebih

baik dan lebih optimal. Varitas progresivitas perkembangan anak sangat

Page 5: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

5

individual. Setiap individu berkembang sesuai dengan irama perkembangannya.

Pendidikan yang diberikanpun sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.

Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-

anak pada umumnya, memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan

sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka memiliki hambatan intelektual tapi

mereka juga masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan

kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh

karena itu maka layanan pendidikan yang diberikan kepada mereka diupayakan

dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal sesuai dengan kebutuhan

mereka. Pemahaman terhadap mereka baik secara tesori maupun praktis sangat

diperlukan supaya para professional dapat memberikan layanan pendidikan yang

dapat memenuhi kebutuhan mereka.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan anak tunagrahita dalam belajar?

2. Sejauh mana strategi pembelajaran individual bagi anak tunagrahita

3. Hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi dalam pelaksanaan

pembelajaran individual pada anak tunagrahita?

4. Upaya apa yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran individual?

C. Tujuan dan Mamfaat Pembahasan

1. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan pembahasan makalah ini

adalah :

a) Mengetahui kemampuan anak tunagrahita dalam belajar.

Page 6: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

6

b) Mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran individual bagi anak

tunagrahita.

c) Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi dalam

pelaksanaan pembelajaran individual pada anak tunagrahita.

d) Mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran

individual.

2. Mamfaat Penulisan Makalah

Adapun yang menjadi mamfaat pembahasan pada makalah ini adalah sebagai

berikut :

a) Memahami kemampuan anak tunagrahita dalam belajar.

b) Memahami sejauh mana strategi pembelajaran individual bagi anak

tunagrahita.

c) Memahami hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi dalam

pelaksanaan pembelajaran individual pada anak tunagrahita.

d) Memahami upaya apa yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran

individual.

Page 7: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

7

BAB II

STRATEGI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL ANAK TUNAGRAHITA

A. Strategi Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran individual dan pembelajaran

kelompok merupakan suatu strategi pembelajaran. Sedangkan strategi

pembelajaran menurut J.R. David (1976) dalam Sanjaya (2006:126) dalam dunia

pendidikan strategi dapat didefinisikan sebagai “a plan method, or series of

activities designed to achieves a particular aducational goal.”. Strategi dapat

didefinisikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Wina Sanjaya (2008 : 3) dari pengertian diatas terdapat dua hal

yang harus kita cermati, pertama strategi pembelajaran merupakan rencana

tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan

berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Kedua strategi disusun

untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008 : 3) Strategi pembelajaran

adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan

belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan tersebut

dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar,

kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran tertentu.

Kemp (1995) dalam Sanjaya (2006:126) menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru

dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Page 8: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

8

Sementara itu Dick and Carey (1985) dalam Sanjaya (2006:126) menjelaskan

bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran

yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada

siswa.

Memperhatikan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

strategi pembelajaran merupakan rencana yang berisi tentang prosedur, langkah-

langkah yang didesain sedemikian rupa oleh seorang pengajar untuk

menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik

menerima dan memahami materi pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

Definisi di atas menjelaskan pula kepada kita bahwa pembelajaran tidak

dapat dilakukan secara sembarangan, pembelajaran memerlukan ketelitian,

ketepatan dan kecerdikan seorang pengajar dalam memutuskan rencana-rencana

apakah yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Hasil akhir yang hendak dicapai dari penggunaan strategi pembelajaran

adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan demikian

strategi apapun yang akan digunakan dalam pembelajaran, tentunya dipakai

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

B. Konsep Pembelajaran Individual

Pembelajaran individual merupakan suatu strategi pembelajaran, hal ini

dijelaskan oleh Rowntree (1974) dalam Sanjaya (2008 : 128) membagi strategi

pembelajaran ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-

discovery leraning strategy dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi

pembelajaran individual atau groups-individual learning strategy.

Page 9: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

9

Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran individual

dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberrhasilan

pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang

bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain

untuk belajar sendiri.

C. Strategi Pembelajaran Indvidual

Pada strategi pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar

secara mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain. Sisi positif

penggunaan strategi ini adalah terbangunya rasa percaya diri siswa, siswa

menjadi mandiri dalam melaksanakan pembelajaran, siswa tidak memiliki

ketergantungan pada orang lain. Namun di sisi lain terdapat kelemahan strategi

pembelajaran ini, diantaranya jika siswa menemukan kendala dalam

pembelajaran, minat dan perhatian siswa justru dikhawatirkan berkurang karena

kurangnya komunikasi belajar antar siswa, sementara enggan beratanya kepada

guru, tidak membiasakan siswa bekerjasama dalam sebuah team.

Sedangkan menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual

merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat

belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.

Menurut Sudjana, Perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari :

1. Perkembangan intelektual

2. Kemampuan berbahasa

3. Latar belakang pengalaman

4. Gaya belajar

5. Bakat dan minat

6. Kepribadian

Page 10: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

10

Pembelajaran individual adalah pelatihan yang bersifat individual karena

pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan diantara para peserta didik. Metode

ini sangat sesuai digunakan dalam 'one-to-one situation', seperti pelatihan

terhadap pejabat pengganti atau anggota tim di tempat kerja. Tidak seperti

pembelajaran yang difasilitasi dimana instruktur memiliki peran yang lebih

bersifat pasif, pada pembelajaran individual instruktur perlu mempertimbangkan

dan memenuhi kebutuhan masing-masing peserta, sebagai contoh:

1. Tingkat belajar dan gaya belajar

2. Sikap

3. Kedewasaan

4. Minat yang mempengaruhi tingkat belajar

5. Motivasi

6. Lingkungan belajar

Ini tidak selalu berarti bahwa para peserta berada di rumah, mereka dapat

berada di ruang kelas namun tetap mengerjakan semuanya sesuai tahapannya

masing-masing. Pembelajaran individual memberi kesempatan kepada siswa

untuk menentukan sendiri tempat, waktu dan kapan dirinya merasa siap untuk

menempuh ulangan atau ujian. Pembelajaran individual mempunyai beberapa

ciri, antara lain :

1. Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, tidak pada

kelasnya

2. Siswa belajar secara tuntas, karena siswa akan ujian jika telah merasa siap

3. Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas

4. Keberhasilan siswa diukur berdasarkan sistem nilai mutlak. Ia berkompetisi

dengan angka bukan dengan temannya

Page 11: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

11

Jenis utama dari pembelajaran individual adalah :

1. Distance learning (pembelajaran jarak jauh)

2. Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)

3. Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)

4. Directed private study (belajar secara privat langsung)

Dalam pembelajaran individual terdapat beberapa keuntungan-

keuntungan dan kelemahan-kelemahan. Keuntungan-keuntungan pembelajaran

individual yaitu:

1. Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan

2. Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu

yang dapat mereka sesuaikan

3. Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi

4. Hemat untuk peserta dalam jumlah besar

5. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang

mereka pelajari

6. Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif

Kelemahan-kelemahan pembelajaran individual yaitu:

1. Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan

2. Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan

3. Peran instruktur perlu berubah

Salah satu model pembelajaran individual yang sangat populer di kita

beberapa waktu yang lalu adalah pembelajaran dengan modul. Modul adalah

suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang

dapat dipelajari oleh siswa sendiri (self instruction). (Modular Instruction) Modul

merupakan suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu

Page 12: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

12

yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh

peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang

jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana

melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.

2. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk

melibatkan sebanyak mungkin

D. Konsep Tunagrahita

1. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita disebut juga intellectual disability atau retardasi mental,

yang dapat diartikan lemah mental, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental

atau terbelakang mental.Tunagrahita ringan disebut juga dengan istilah debil

dan mampu didik. Pada umumnya penampilan anak tunagrahita ringan tidak

berbeda dengan anak normal sebayanya, tetapi dapat diketahui setelah

menempuh pembelajaran yang bersifat akademik dengan

ketidakmampuannnya mengikuti pembelajaran tersebut. Muljon

Abdurachman dan Sudjadi (1994 :26) mengatakan, “Tunagrahita ringan atau

mampu didik (educable mentally retarded) mempunyai IQ 50-70 atau 75.

Mumpuniarti (2007 : 15) mengatakan bahwa “Anak Tunagrahita

Ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak

normal, tetapi motoriknya lebih rendah dibanding anak normal”. Sedangkan

menurut The New American Webster dalam Moh Amin, (1994 : 37) bahwa

dalam kecerdasan berpikir anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan

kecerdasan anak normal yang berusia 12 tahun.

Page 13: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

13

Mumpuniarti (2007 : 24) mengatakan: “Dalam tes WISC, pada sub

tes Simbol, ternyata rata-rata anak dengan hambatan mental mampu

mengerjakan sub tes tersebut, tetapi lamban atau sangat lamban. Gerakan

motoriknya lambat dan kurang terkoordinir dengan baik, demikian juga anak

hambatan mental mempunyai problem di bidang proses mengingat, yang

meliputi aspek menangkap pesan, menyampaikan dan merefleksikan

kembali”.

Berdasar beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah anak

normal sebayanya, anak tunagrahita juga mempunyai hambatan-hambatan

dalam bahasa, motorik, emosi dan sosialnya. Karena kemampuan berpikirnya

terbatas sehingga mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajari

merawat dirinya. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan perlu diberi

pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi agar mempunyai

kemandirian untuk merawat dirinya seoptimal mungkin.

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga

dengan anak tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya,

pengelompokkan anak tunagrahita sangat diperlukan. Pengelompokkan itu

berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak tungrahita dapat

dikelompokkan.

a) Tuna Grahita Ringan

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi

fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai

IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu

Page 14: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

14

didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan

berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan

pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

b) Tunagrahita Sedang atau Imbesi

Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau

kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita

yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30

s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD

Umum.

c) Tunagrahita Berat (Idiot)

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak

mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat

termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah.

Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

3. Sebab-sebab Ketunagrahitaan

a) Faktor Penyebab Ketunagrahitaan

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi

tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor-faktor

penyebab menjdi beberapa kelompok. Straus mengelompokkan faktor-

faktor tersebut menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Suatu

faktor dimasukkan kedalam gugus endogen apabila letaknya pada sel

keturunan, faktor ini diturunkan. Sedangkan yang termasuk ked alam

faktor eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya : infeksi dan

virus yang menyerang otak, benturan, radiasi dan sebagainya; faktor ini

Page 15: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

15

tidak diturunkan. Kalangan lain membagi faktor-faktor penyebab ini atas

faktor lingkungan dan faktor individu.

Kalangan ini biasanya tidak sama dalam mengelompokkan faktor-

faktor tersbut, mereka yang bekerja pada lapangan Sosiologi biasanya

memasukkan hal-hal yang terjadi sesudah lahir sebagai faktor

lingkunngan; yang terjadi sebelum lahir dimasukkannya sebagai faktor

individu. Sedangkan mereka yang bekerja di lapangan Biologi cenderung

memasukkan semua hal yang terjadi di kuar sel bibit benih (gene) sebagai

faktor lingkungan; adapaun yang mereka masukkan ke dalam faktor

individu hanyalah faktor-faktor yang terdapat pada sel benih. Cara lain

yang juga sering digunakan dalam pengelompokkan faktor-faktor

penyebab ketunagrahitaan dalah membaginya dalam 3 (tiga) gugus, yang

jika disusun secara kronologis adalah : (1) faktor-faktor yang tejadi

sebelum anak lahir (prenatal), (2) faktor-faktor yang terjadi saat

dilahirkan (natal atau perinatal), dan (3) faktor-faktor yang terjadi

sesudah dilahirkan (postnatal). Perlu diingat bahwa istilah prenatal, natal

atau perinatal, dan postnatal, bukanlah penyebab melainkan hanya waktu

teradinya penyebab terjadinya ketunagrahitaan. Pada gugus prenatal

tercakup hal-hal yang terjadi pada faktor keturunan dan yang tidak terjadi

pada faktor keturunan akan tetapi anak masih dalam kandungan. Berikut

ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering

ditemukan baik berasal dari faktor keturunan, maupun yang berasal dari

faktor lingkungan.

1) Penyebab Ketunagrahitaan Berdasarkan Kelahiran

Pendapat lain tentang penyebab ketunagrahitaan adalah :

Page 16: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

16

(a) Prenatal (sebelum lahir)

Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan,

penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga

ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan

juga perokok berat.

(b) Natal (Waktu Lahir)

Proses melahirkan yang sudah, terlalu lama, dapat mengakibatkan

kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang

terlalu kecil. Dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan

pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang

menggunakan alat bantu (penjepit, tang).

(c) Pos Natal (sesudah lahir)

Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung

lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan,

radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak

menjadi ketunaan (tunagrahita).

2) Karakteristik Anak Tunagrahita

(a) Fisik (Penampilan)

(1) Hampir sama dengan anak normal

(2) Kematangan motorik lambat

(3) Koordinasi gerak lambat

(4) Anak tunagrahita berat dapat kelihatan

(b) Inteletual

(1) Sulit mempelajari hal-hal akademik.

Page 17: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

17

(2) Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi

setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.

(3) Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi

setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50

(4) Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak

normal usia 3-4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.

(c) Sosial dan Emosi

(1) Bergaul dengan anak yang muda

(2) Suka menyendiri

(3) Mudah dipengaruhi

(4) Kurang dinamis

(5) Kurang pertimbangan/kontrol diri

(6) Kurang konsentrasi

(7) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

(d) Masa Bayi

Para ahli mengemukakan bahwa tunagrahita adalah tampak

mengantuk saja , apatis tidak pernah sadar, jarang menangis, kalau

menangis terus menerus, terlambat duduk, bicara dan berjalan.

(e) Masa Kanak-kanak

Ciri ciri klinis seperti mongoloid, kepala besar, dan kepala kecil.

Tetapi anak tunagrahita ringan ( yang lambat ) memperlihatkan

ciri-ciri sukar mulai dengan sesuatu. Mengerjakan sesuatu dengan

berulang-ulang tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya

kosong, melamun, ekspresi muka tanpa ada pengertian.

Page 18: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

18

(f) Masa Puber

Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan

remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi

perkembangan berfikir dan kepribadian berada di bawah usianya.

Akibatnya ia mengalami kesulitan dalam pergaulan dan

mengendalikan diri

(g) Hakekat Anak Tunagrahita

Dalam dunia pendidikan ditemukan anak-anak yang memiliki

kecerdasan di atas rata-rata anak pada umumnya dan cepat dalam

belajar. disamping itu ada juga anak-anak yang memiliki

kecerdasan di bawah rata-rata pada umumnya, Anak-anak yang

memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya

disebut anak dengan hambatan intelektual (intellectual disability) ,

DitPLB (2007) mengististilahkan anak-anak yang memiliki

kecerdasan di bawah rata-rata dengan sebutan Anak Tunagrahita

Page 19: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

19

BAB III

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Hambatan Belajar pada Anak Tunagrahita

DitPLB (2007) mengutarakan klasifikasi tunagrahita antaralain sebagai

berikut:

1. Tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55

2. Tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40

3. Tunagrahita berat memiliki IQ 40-25

4. Tunagrahita berat sekali memiliki IQ <25

Hambatan Intelektual seringkali juga terjadi pada individu-individu

dengan permasalahan klinis, diantaranya

1. Down Syndrome (Mongoloid). Sindrom ini disebut demikian karena mereka

memiliki raut muka menyerupai orang Mongol dengan mata sipit dan miring,

lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi

kurang baik.

2. Kretin (Cebol). Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan

pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput,

rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal,

pertumbuhan gigi terlambat.

3. Hydrocephal. Anak ini memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil,

pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.

4. Microcephal. Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.

5. Macrocephal. Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.

Page 20: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

20

B. Pelayanan Pendidikan bagi Anak Tunagrahita

Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi mental dapat

diberikan pada:

1. Kelas Transisi

Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus

termasuk anak tunagrahita. Kelas tansisi sedapat mungkin berada disekolah

regler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak

lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran

dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.

2. Sekolah Khusus

Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada

Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan

pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama

keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh

di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C,

sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1.

3. Pendidikan Terpadu

Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah

reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas

yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk mata pelajaran tertentu,

jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat

bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB

terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar

di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang

termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-

Page 21: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

21

kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban

belajar (Slow Learner).

4. Program Sekolah Dirumah

Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu

mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya:

sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB

(GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua,

sekolah, dan masyarakat.

5. Pendidikan Inklusif

Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak

berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan

Inklusi. Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan

labelisasi anak dengan prinsip “Education for All”. Layanan pendidikan

inklusi diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar

bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang

sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) oarang guru, satu

guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan

bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai kesulitan di

dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban

yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusi masih dalam tahap

rintisan.

6. Panti (Griya) Rehabilitasi

Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang

mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya

memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik.

Page 22: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

22

Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti

ini terbatas dalam hal:

a) Pengenalan diri

b) Sensori motor dan persepsi

c) Motorik kasar dan ambulasi (pindak dari satu tempat ke tempat lain)

d) Kemampuan berbahasa dan komunikasi

e) Bina diri dan kemampuan sosial

C. Cara mendidik Anak Tuna Grahita di Sekolah

Keterbatasan kecerdasan yang di miliki anak tunagrahuta menjadi

kendala utama dalam belajar. Mereka tidak mampu berkompetisi dalam belajar

dengan temannya yang normal sehingga mereka seringkali menjadi bahan olok-

olok sebagai anak yang bodoh di kelas.

Materi pembelajaran bagi anak tunagrahita harus di rinci dan sedapat

mungkin di mulai dari hal-hal konkrit, mengingat mereka mengalami

keterbatasan dalam berfikir abstrak. Walaupun demikian materi yang bersifat

akademik tetap di berikan sampai mereka memperlihatkan ketidak mampuannya.

Sebaliknya materi pelajaran keterampilan memiliki bobot yang tinggi karena

melalui materi ini di harapkan mereka dapat memiliki suatu keterampilan sebagai

bekal hidupnya. Selanjutnya materi pelajaran bina diri bagi anak tunagrahita

harus diprogamkan secara rinci dan mendapat bobot yang tinggi pula karena

tidak dapat mempelajari hal itu hanya melalui pengamatan seperti yang di

lakukan anak normal.

Strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak

tunagrahita adalah strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dimana

mereka belajar bersama-sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan

Page 23: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

23

materi, pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda di sesuaikan dengan

kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Namun demikian dapat pula

menggunakan strategi lainnya seperti strategi kooperatif, dan strategi modifikasi

tingkah laku. Metode mengajar hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan

melakukan karena dengan praktek rangsangan yang di peroleh melalui motorik

akan cepat di pusat berpikir dan tidak mudah di lupakan.

Alat/media yang di gunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita harus

memperhatikan beberapa criteria, seperti : anak memiliki tanggapan tentang yang

di pelajarinya, tidak mudah rusak, tidak berbahaya, tidak abstrak, dapat di

gunakan anak, dan mudah di peroleh.

Evaluasi belajar dalam pembelajaran anak tunagrahita harus dilakukan

setelah mempelajari salah satu bagian kecil dalam materi pembelajarannya, dan

setelah itu barulah kita pindah pada materi berikutnya. Alat evaluasi sebaiknya

berbentuk kinerja dan hasilnya pun diolah secara kualitatif. Sedangkan penilaian

kuantitatif di buat apabila dibutuhkan namun didampingi dengan uraian singkat

(bersifat deskriptif )

D. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Tunagrahita

Pada prinsipnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan pendidikan

pada umumnya. Pada hakekatnya strategi pembelajaran tersebut harus

memperhatikan karakteristik murid, tujuan belajar, dan ketersediaan sumber.

Pada anak tunagrahita ringan dan sedang mungkin lebih efektif

menggunakan strategi pembelajaran yang menekankan latihan. Yang tidak terlalu

banyak menuntut kemampuan berfikir yang kompleks. Meskipun demikian

strategi yang menekankan pada latihan yang diulang-ulang itu memang kurang

Page 24: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

24

sesuai dan sangat membosankan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan

intelektual tinggi.

Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan yang belajar bersama

anak normal disekolah umum akan berbeda dengan strategi pembelajaran bagi

mereka yang belajar dalam satu kelompok anak tunagrahita di Sekolah Luar

Biasa anak tunagrahita (SLB-C).

E. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Penerapan strategi pembelajaran kooperatif paling efektif pada kelompok

murid yang memiliki kemampuan heterogen. Dalam pendidikan yang

mengintegrasikan anak tunagrahita belajar bersama anak normal, misalnya.

Strategi pembelajaran ini akan lebih relevan dengan kebutuhan anak tunagrahita

yang kecepatan belajarnya tertinggal dengan anak normal. Strategi pembelajaran

ini bertitik tolak dari semangat kerja saja, dimana mereka yang lebih pandai

dapat membantu temannya yang masih mengalami kesulitan dalam suasana

keakraban dan kekeluargaan. Strategi ini sangat diperlukan dalam pendidikan

integratif antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal, karena strategi ini

banyak memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan strategi pembelajaran

kompetitif maupun individualistik. Keunggulan tersebut meliputi :

1. Membantu meningkatkan prestasi

2. Merangsang peningkatan daya ingat

3. Dapat menumbuhkan prestasi belajar

4. Meningkatkan sosialisasi antara anak tunagrahita dan anak normal

5. Menumbuhkan penghargaan dn sikap positif pada anak normal terhadap

prestasi belajar anak tunagrahita.

6. Meningkatkan harga diri anak tunagrahita, dan

Page 25: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

25

7. Memberikan kesempatan pada anak tunagrahita ringan untuk

mengembangkan potensinya seoptimal mungkin

Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif menurut peran guru yang

berbeda dari strategi pembelajaran yang lain. Guru harus mampu merumuskan

tujuan pembelajaran, baik tujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan

akademik akademik maupun keterampilan bekerja sama. Kemampuan guru

dalam mengatur tempat duduk anak, penempatan anak dalam kelompok , dan

besarnya anggota anggota kelompok belajarnya juga ikut menunjang kelancaran

pelaksanaan strategi kooperatif. Selain itu efisiensi dan efektivitas penerapan

strategi pembelajaran kooperatif dalam pendidikan integrasi anak tunagrahita

ringan dengan anak normal akan tercapai.

Johnson, D.W & Johnson, R.T (1984:84)

“Guru mampu merancang bahan pelajaran dan peran tiap anak yang

dapat menunjang saling ketergantungan positif antara anak tunagrahita ringan

dan anak normal dalam kelompok belajar. Di samping itu guru juga mampu

memberi bantuan kepaada anak tunagrahita ringan dalam menyelesaikan tugas

serta mengevaluasi kualitas dan kuantitas belajarnya”.

F. Strategi Pembelajaran Kompetitif

Pada hakikatnya setiap individu memiliki kebutuhan untuk mencapai

prestasi dan mendapat penghargaan. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka

tumbuhlah motivasi belajar anak untuk meraihnya. Salah satu upaya yang bisa

dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran

kompetitif.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan

strategi pembelajaran kompetitif adalah :

Page 26: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

26

1. Kompetisi diadakan untuk memvariasi kegiatan belajar supaya tidak monoton

dan pasif.

2. Kompetisi harus dilakukan antar individu atau antar kelompok yang

berkemampuan seimbang.

Strategi pembelajaran kompetitif sebenarnya terlalu sulit untuk

diterapkan dalam pengajaran anak tunagrahita ringan karena adanya keterbatasan

dalam kemampuan intelektual, dan mereka dalam belajar memerlukan waktu

yang lebih lama daripada anak lain pada umumnya serta memiliki karakteristik

yang sangat individual. Dengan kata lain, hambatan hambatan yang ada pada

anak tunagrahita ringan menyebabkan tidak dapat diwujudkannya sesuatu

kompetisi antar individu atau antar kelompok yang berkemampuan seimbang

atau sama.

G. Strategi Pembelajaran Individual atau Individualisasi Pengajaran

Pengajaran Individual adalah pengajaran yang diberikan kepada murid-

murid seorang demi seorang atau secara terpisah. Individualisasi pengajaran

adalah pengajaran yang diberikan oleh guru kepada masing-masing anak,

meskipun mereka belajar bersama dan berada bersama-sama di dalam satu kelas

atau kelompok. Jadi individualisasi pengajaran ialah suatu proses

mengembangkan dan memelihara individualitas, caranya adalah dengan

mengatur kelas sedemikian rupa sehingga memberikan pengalaman belajar yang

efektif adan efisien kepada setiap anggota kelas. Komponen yang penting bagi

individualisasi pegajaran adalah : pengelompokan murid-murid menjadi

beberapa kelompok belajar . Dengan pengelompokan ini murid dapat belajar

berinteraksi, bekerja sama, dan bekerja selaku anggota kelompok serta

Page 27: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

27

mengalami keterikatan pada berbagai kelompok lainnya dan tidak hanya menjadi

anggota tetap suatu kelompok.

Pendidikan anak tunagrahita pada umumnya memerlukan sistem

pengajaran individual di samping pengajaran klasikal. Yang penting bukan

individual atau klasikalnya, melainkan individualisasi pengajaran, artinya dalam

pelaksanaannya boleh individual , kelompok dan boleh klasikal.

Individualisasi pengajaran nampak dari hal hal sebagai berikut :

1. Kegiatan kegiatan yang beranekaragam dan beranekawarna alat yang

menciptakan lingkungan belajar.

2. Sesuainya aktivitas – aktivitas yang dilakukan dengan keadaan anak.

3. Ikut tidaknya anak didik menetapkan apa yang dipelajarinya.

4. Interaksi guru dan murid berdasarkan proses belajar.

5. Barang-barang yang disimpan

Ruangan belajar juga perlu sekali dirancang dengan nsebaik-baiknya.

Setiap bagian ruang hendaknya membuka kemungkinan bagi anak untuk

mendapatkan pengalaman dan memberikan kesempatan melakukan penemuan.

Dalam menilai baik tidaknya pengaturan lingkungan untuk individualisasi

pengajaran, hal – hal yang patut mendapat perhatian adalah :

1. Adakah keseimbangan antara bagian-bagian yang harus sunyi dan gaduh

dengan pekerjaannya?

2. Tersediakah tempat untuk melakukan independent study (belajar mandiri)

dan untuk group interuction (interaksi kelompok)?

3. Adakah tanda-tanda dan petunjuk-petunjuk lain tentang penggunaan tiap

bagian ?

Page 28: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

28

4. Apakah tempat-tempat teratur sedemikian rupa sehingga anak mudah

menjangkau atau mengambil yang diperlukan ?

5. Adakah pengaturan tentang bagaimana mendapat bantuan dari orang yang

dibutuhkan dan bantual material ?

6. Salah satu cara untuk melakukan individualisasi pengajaran ialah

mengadakan pusat belajar (learning center). Dengan adanya learning center,

anak terlepas dari situasi belajar mengajar atas pilihan sendiri. Karena itu

ruangan perlu dibagi menjadi beberapa learning center guna memungkinkan

anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.

Page 29: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

29

BAB IV

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak

supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi

sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

pendidikan anak bisa berkembang dengan lebih baik dan lebih optimal. Varitas

progresivitas perkembangan anak sangat individual. Setiap individu berkembang

sesuai dengan irama perkembangannya. Pendidikan yang diberikanpun sesuai

dengan kebutuhan perkembangan anak. Anak tunagrahita merupakan individu

yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-anak pada umumnya, memiliki hak

untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Mereka memiliki hambatan intelektual tapi mereka juga masih memiliki potensi

yang dapat dikembangkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka

dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu maka layanan pendidikan

yang diberikan kepada mereka diupayakan dapat mengembangkan potensi

mereka secara optimal sesuai dengan kebutuhan mereka. Pemahaman terhadap

mereka baik secara teori maupun praktis sangat diperlukan supaya para

professional dapat memberikan layanan pendidikan yang dapat memenuhi

kebutuhan mereka.

Dalam dunia pendidikan ditemukan anak-anak yang memiliki kecerdasan

di atas rata-rata anak pada umumnya dan cepat dalam belajar. disamping itu ada

juga anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata pada umumnya,

Anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya

Page 30: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

30

disebut anak dengan hambatan intelektual (intellectual disability) , DitPLB

(2007) mengististilahkan anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata

dengan sebutan Anak Tunagrahita.

B. Saran

1. Umum

Untuk melaksanakan model penemuan konsep memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan konsep dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Guru

Untuk melaksanakan pembelajaran pada anak tunagrahita memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau

strategi pembelajatan yang benar-benar bisa diterapkan dengan baik pada

anak tunagrahita dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil

yang optimal.

3. Penulis

Untuk lebih memahami tentang penulisan sebuah karya tulis, dengan banyak

membaca dan bimbingan ahli. Agar tercipta sebuah karya tulis yang lebih

sempurna dan disukai banyak pembaca.

C. Penutup

Demikianlah makalah singkat ini penulis paparkan dengan harapan isi

makalah ini dapat berguna bagi yang lainnya. Makalah ini sangat tidak sempurna,

oleh karena itu Kritik dan saran dari pihak manapun yang bersifat membangun

sangat penulis harapan demi kesempurnaan makalah ini.

Page 31: strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita

31

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,1995. Strategi Belajar Mengajar dalam Pendidikan Luar BiasA,Jakarta: Depdikbud.

Amin, Moh. 1995, Ortopedagogik Anak Tunagrahita , Jakarta: Depdikbud.

Ingalls, RP. 1978, Mental Retardation The Changing Outlook, USA: John Willey &Sonss.Inc

Krech, D. & Crutchfield, R.S. &Ballachey,E.L. 1962, Individual in Society, Japan:McGraw-Hill Book Company

Kirk Samuel A and Gallangher James J,1986, Pendidikan Luar Biasa, alih bahasaoleh Moh. Amin, 1990, Benica , Jakarta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia PelatihanPenulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.Universitas Negeri Surabaya.

Wina Sanjaya (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta, Kencana

Wina Sanjaya (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta, Kencana

Kokom Komalasari (2010), Pembelajaran Kontekstual,Bandung, Refika Aditama

Hamzah B. Uno (2008), Model Pembelajaran,Jakarta, Bumi Aksara

Nana Sudjana (2009), Teknologi Pengajaran, Bandung, Sinar Baru

Muhammad Ali (2000), Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru