STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI...
-
Upload
duongkhanh -
Category
Documents
-
view
249 -
download
6
Transcript of STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI...
STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR
( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet )
Oleh :
ZULYAN FIRDAUS AFIF A14105630
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR
( Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet )
Oleh :
ZULYAN FIRDAUS AFIF A14105630
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN ZULYAN FIRDAUS AFIF. Strategi Mempertahankan Posisi Sebagai Pemimpin Pasar (Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet). Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.
Untuk dapat bersaing dan bertahan pada persaingan pasar, produsen produk minuman kesehatan harus dapat menyusun strategi bersaing yang tepat. Dengan kondisi lingkungan bisnis minuman berenergi di Indonesia yang berubah sangat cepat dan keberadaan pesaing yang mengancam. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk selalu berusaha melakukan mengkaji ulang secara berkala kondisi pasar yang terjadi, dengan harapan setelah melakukan pengkajian ulang terhadap lingkungan bisnis, perusahaan dapat mendesain ulang strategi berdasarkan perubahan yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi bisnis produsen
minuman berenergi di Indonesia dan merumuskan strategi Extra Joss dalam mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Desember 2007. Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode Marketing Audit 2000 oleh Hermawan kertajaya. Penelitian ini akan mengukur dua lingkungan bisnis, yaitu PT. Bintang Toedjoe (produk Extra joss) dan industri minuman berenergi. Untuk lingkungan perusahaan responden akan mengisi matriks CAP (Company Alighment Profile) yang bersifat penilaian manajemen, sedangkan untuk pengisian CSP (Competitive Setting Profile), dipilih dari lingkungan industri. Hasil penelitian menunjukkan tingginya tingkat persaingan. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya peluang masuk pendatang baru dalam industri dan permasalahan ini secara langsung berpengaruh pada menurunnya penjualan perusahaan. Sementara itu, strategi yang diterapkan perusahaan untuk menghadapi persaingan adalah dengan melakukan promosi yang gencar serta melakukan beberapa bentuk diversifikasi produk. penurunan penjualan produk Extra Joss kemasan sachet di Bogor. Penurunan penjualan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 10.11 persen, sementara itu pada tahun 2006 terjadi peningkatan penjualan yaitu sebesar Rp.927.040.000,00 atau sebesar 5,71 persen dari tahun sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan kondisi perusahaan berada pada level pemasaran yang sangat baik. Hasil audit diperoleh nilai indeks dari Competitive Setting Profile sebesar 3,09. Ini menunjukkan bahwa Extra Joss berada pada kondisi persaingan 3C (rumit). Karakteristik persaingan seperti ini, perusahaan
menganggap konsumen sebagai pelanggan, dengan kondisi persaingan pasar yang kuat dan perubahan pasar yang terjadi secara kontinyu.
Hasil audit Company Alignment Profile (CAP), menghasilkan nilai indeks sebesar 3,13. Ini menunjukkan bahwa tipe perusahaan saat ini adalah Marketing Oriented Company. Artinya perusahaan berorientasi pada penjualan produk dengan pemasaran yang efektif dengan menciptakan diferensiasi produk yang berkualitas dan selalu lebih baik dari para pesaing perusahaan.
Analisis kesenjangan (GAP) diperoleh sebesar 0,04. Kesenjangan positif menggambarkan bahwa strategi yang diterapkan perusahaan sudah lebih maju dibandingkan dengan perusahaan pesaing sebesar 0,04 dengan untuk skala 0-5. Marketing Effectiveness Review memperoleh nilai indeks (MEI) sebesar 23. Nilai tersebut termasuk kedalam kategori “sangat baik“. Artinya sumberdaya pemasaran perusahaan telah digunakan secara optimal, efisien dan efektif dalam mendukung kegiatan pemasaran perusahaan.
Dari proses audit pemasaran yang dilakukan, disarankan audit pemasaran dilakukan secara kontinyu agar keefektifan rencana strategi dapat terus dinilai sesuai dengan kondisi persaingan yang terjadi. Sehingga perusahaan mampu mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar. Selain itu, pihak manajemen diharapkan mampu menggali informasi tentang pasar baru, harga produk pesaing di pasar, keinginan konsumen, sehingga kinerja perusahaan pesaing dapat diawasi. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih baik jika manajemen ikut berpartisipasi tanpa menggantungkan pada tenaga penjualan saja. Dalam menghadapi persaingan, perusahaan harus meningkatkan promosi guna mempertahankan brand image produk perusahaan. Dalam hal ini peruasahaan harus menetapkan strategi yang tepat antara melakukan perlawanan atau mengikuti pola pesaing utama dalam hal promosi. Dimana pesaing utama menggunakan pendekatan sosial dan budaya dalam menpromosikan merek jual perusahaan. Perusahaan mempertahankan startegi diversifikasi produk, dengan tetap memperhatikan kualitas. Terutama kualitas penampilan dan rasa tanpa mengeyampingkan kualitas kandungan produk.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
”STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR
(KASUS PRODUK EXTRA JOSS KEMASAN SACHET)” BENAR-BENAR
MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU.
Bogor, Januari 2008
Zulyan Firdaus Afif NRP : A14105630
Judul : STRATEGI MEMPERTAHANKAN POSISI SEBAGAI PEMIMPIN PASAR
(Kasus Produk Extra Joss Kemasan Sachet) Nama : Zulyan Firdaus Afif NRP : A14105630 Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, PhD NIP. 132 158 758
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 18 Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui, Lampung Barat pada tanggal 04 Oktober 1983
dari Ayah Abdullah Afif dan Ibu Rosniar Djafilus. Penulis merupakan anak
keempat dari empat bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai di SDN 1 pada tahun 1989 dan lulus
pada tahun 1995. Pada tahun 1995 melanjutkan pendidikan pada SLTPN 1
Pesisir Tengah Krui, Lampung Barat dan lulus pada tahun 1998. Tahun 2001
penulis lulus dari SMUN 1 Krui, Lampung Barat. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pedidikan pada jenjang Diploma III Manajemen Agribisnis Fakultas
Pertanian IPB melalui jalur USMI, lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2005,
penulis melanjutkan studi S1 di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Strategi Mempertahankan Posisi Sebagai Pemimpin Pasar (Kasus Produk Extra
Joss Kemasan Sachet )”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi bisnis produsen
minuman berenergi di Indonesia dan merumuskan perusahaan dalam
mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar. Diharapkan hasil dari
penelitian ini berguna sebagai bahan rujukan bagi perusahaan serta seluruh
pihak yang berkepentingan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan
bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak lain yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Bapak Muhammad Firdaus, PhD. Selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan dan membimbingan penulis
hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Ir. Netty Tinaprilla, MM selaku selaku dosen evaluator kolokium yang telah
memberikan koreksi, saran dan masukan kepada penulis.
3. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc selaku dosen penguji sidang yang telah
memberikan koreksi, masukan dan saran bagi penulis.
4. Ibu Tintin, SP selaku dosen penguji sidang dari komisi pendidikan yang telah
memberikan koreksi, masukan dan saran bagi penulis.
5. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa
dan dukungan yang tiada hentinya.
6. Dang Ema-Dang Alvin, Engah- Bang Fadli, Dang Usup, dan Lala atas semua
do’a semangat dan dorongan yang telah diberikan.
7. Fristiana Merliza Siregar yang telah mendampingi penulis dengan penuh
kasih sayang dalam menjalani masa kuliah.
8. Endi Santoso yang telah bersedia menjadi pembahas seminar.
9. Bapak Engki Bocana serta Jajaran staf PT Bintang Toejoe yang bersedia
memberikan informasi yang sangat penulis butuhkan. 10. Staf promosi Kuku Bima “Ener G” dan Fit-Up Cabang Bogor. 11. Komunitas samiaji, Ganjar, Marwan, Budi, Faisal, Dodon, Alex, Fahrul,
Zulfikar, Delly, Wawan dan Agripa Bukit, atas kebersamaan kita selama ini. 12. Rekan-rekan Mahasiswa Manajemen Agribisnis 38 dan Mahasiswa Ekstensi
Manajemen Agribisnis 13. 13. Karyawan Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan
bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 14. Pihak-pihak lainnya yang belum saya sebutkan dan sangat membantu saya
dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. i DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iii I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 9 2.1 Definisi Minuman Berenergi ............................................................ 9 2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 13 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 13
3.1.1 Teori Manajemen Pemasaran ................................................... 13 3.1.2 Teori Persaingan Pasar ............................................................. 14 3.1.3 Teori Audit Pemasaran ............................................................. 18
3.1.3.1 Competitive Setting Profile (CSP) ............................... 21 1. Customer Demand .................................................. 21 2. Pesaing .................................................................... 22 3. change Driver .......................................................... 22 3.1.3.2 Company Alignment Profile ......................................... 22 1. Nilai (Value) ............................................................. 23 2. Strategi .................................................................... 23 3. Taktik ....................................................................... 24 3.1.3.3 Analisis Kesenjangan (GAP) ...................................... 25 3.1.3.4 Situasi Persaingan Bisnis ........................................... 25 3.1.3.5 Marketing Effectiveness Review Instrumen ................ 31
3.1.4 Konsep Manajemen Strategis .................................................. 33 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 35
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 37 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 37 4.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 37 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 39
4.3.1 Audit Pemasaran ..................................................................... 40 4.3.1.1 Competitive Setting Profile (CSP) .............................. 40 4.3.1.2 Company Alignment Profile (CAP) ............................. 44
4.3.2 Analisis Kesenjangan (GAP) ................................................... 47 4.3.3 Makerting Effectiveness Review Instrument (MER) ................ 48
V. HASIL AUDIT PEMASARAN .................................................................... 51 5.1 Competitive Setting Profile (CSP) ......................................................... 51
5.1.1. Permintaan Pelanggan (C1) ................................................... 52 5.1.2. Pesaing (C3) ........................................................................... 54 5.1.3. Perubahan (C4) ...................................................................... 56
5.2 Company Alighment Profile (CAP) ....................................................... 59 5.2.1 Strategi ..................................................................................... 60
5.2.1.1 Segmentasi .................................................................. 61 5.2.1.2 Penargetan ................................................................... 61 5.2.1.3 Posisioning ................................................................... 61
5.2.2 Taktik ........................................................................................ 62 5.2.2.1 Diferensiasi .................................................................. 62 5.2.2.2 Bauran Pemasaran ...................................................... 63 5.2.2.3 Penjualan ..................................................................... 63
5.2.3 Nilai ........................................................................................... 64 5.2.3.1 Merek ........................................................................... 64 5.2.3.2 Servis ........................................................................... 64 5.2.3.3 Proses .......................................................................... 65
5.3 Tipe Perusahaan .................................................................................. 66 5.4 Analisis kesenjangan (GAP) ................................................................. 67 5.5 Marketing Effectiveness Review Instrument (MER) ............................. 68
5.5.1 Filosofi Pelanggan (Costumer Philosophy) .............................. 69 5.5.2 Organisasi Pemasaran yang Terintegrasi (Integrated Marketing Organization) ........................................ 70 5.5.3 Informasi Pasar yang Memadai (Adequate Marketing Information) ............................................ 70 5.5.4 Orientasi Strategi (Strategyc Orientation) ................................. 71 5.5.5 Efisiensi Opersaional (Operational Efficiency) ......................... 71
VI. PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN HASIL AUDIT ............................................................... 73
6.1 Komponen Strategi Pemasaran ......................................................... 75 6.2 Komponen Taktik Pemasaran ............................................................ 76 6.3 Komponen Nilai Pemasaran .............................................................. 79
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 81
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 81 6.2 Saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83 LAMPIRAN ............................................................................................ 85
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Data Produk dan Produsen Minuman Berenergi
produksi Dalam Negeri di Indonesia Tahun 2006 ................................... 2
2. Data Produk Minuman Berenergi Produksi Luar Negeri (Impor) di Indonesia Tahun 2006 ........................................................................ 3
3. Komposisi Nilai Gizi yang Terkandung dalam Minuman Extra joss ........ 4
4. Perkembangan Penjualan Produk Extra Joss Kemasan Sachet di Bogor tahun 2003-2007 ....................................................................... 6
5. Data Paangsa Pasar produk Extra Joss dan Kuku Bima Ener G di Kota Bogor Tahun 2007 ..................................................................... 7
6. Situasi Persaingan Bisnis ........................................................................ 26
7. Evolusi bentuk Perusahaan .................................................................... 27
8. Panduan strategi dan Taktik Perusahaan ............................................... 29
9. Data Pemilihan Responden Penelitian .................................................... 38
10. Competitive Setting Profile (CSP) ........................................................... 41
11. Dimensi Customer Demand ( Permintaan Pelanggan – C1 ) ................. 41
12. Dimensi Competitive Situation ( persaingan – C3 ) ................................ 42
13. Dimensi Change Driven ( Perubahan – C4 ) ........................................... 42
14. Company Alignment Profile (CAP) .......................................................... 44
15. Pedoman Pengisian Company Alignment Profile ( CAP ) ....................... 46
16. Marketing Effectiveness Review (MER) .................................................. 49
17. Hasil Audit permintaan pelanggan (C1) .................................................. 52
18. Hasil Audit Situasi Persaingan (C3) ........................................................ 54
19. Hasil Audit Situasi Perubahan (C4) ......................................................... 56
20. Hasil Audit Competitive Setting Profile (CSP) ......................................... 58
21. Hasil Audit Company Alignment Profile (CAP) ........................................ 60
22. Hasil Audit Marketing Effectiveness Review Instrument (MER) .............. 69
23. Competitive Setting MarkPlus 2000 ........................................................ 73
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ...................................... 36
2. Hasil Audit Competitive Setting Profile (CSP) ............................................ 59
3. Hasil Audit Company Alignment Profile (CAP) ........................................... 66
4. Hasil Audit Marketing Effectiveness Review Instrument (MER) ................. 72
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuesioner penelitian CSP- Profil Permintaan Pelanggan C1 (form Konsumen) ....................................................................................... 85
2. Kuesioner penelitian CSP- Profil persaingan C3 (form Pedagang) ....................................................................................... 87
3. Kuesioner penelitian CSP- Profil Perubahan C4 (form Pesaing) .............. 90
4. Kuesioner penelitian CAP (form perusahaan) ........................................... 92
5. Kuesioner penelitian CSP- Profil Perubahan C4 (form Perusahaan) ........ 96
6. Kuesioner penelitian MER (form perusahaan) .......................................... 97
7. Penjelasan Pedoman Pengisian Dimensi Strategic pada Company Alignment Profile ( CAP ) ............................................................................ 101
8. Penjelasan Pedoman Pengisian Tactic Strategic pada Company Alignment Profile ( CAP ) ........................................................................... 103
9. Penjelasan Pedoman Pengisian Dimensi Value pada Company Alignment Profile ( CAP ) ........................................................................... 104
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan produsen minuman berenergi di Indonesia semakin
banyak bermunculan. Para produsen minuman berenergi menawarkan produk
dengan kepraktisan dalam penyajian dan diklaim mengandung zat gizi yang
mengindikasi ke arah pengobatan dan kesehatan. Diantaranya dapat
mengembalikan energi dan stamina yang terkuras setelah melakukan aktifitas.
Di Indonesia banyak perusahaan yang terjun dalam bisnis minuman
berenergi dengan berbagai macam merek yang menawarkan keunggulan dari
produknya masing-masing. Diantaranya ada Extra Joss, Kuku Bima “Ener G”,
Hemaviton, Enerjoss, M 150, Lipovitan Jreng, Kratingdaeng dan lain-lain. Selain
beberapa produk diatas, masih ada beberapa produk lain yang mengisi pasar
minuman berenergi di Indonesia. Dalam perkembangannya, Extra Joss
menciptakan inovasi produk dalam hal kemasan. Bentuk kemasan yang berupa
kemasan sachet dengan isi produk yang berupa serbuk atau disebut sebagai
biang jelas berbeda sekali dengan yang lain, yang dikemas dalam botol karena
cair. Inovasi yang dijalankan Extra Joss sukses sebagai pembeda dan mampu
menjadikan produk Extra Joss sebabai pemimpin pasar untuk kategori minumaan
bersuplemen kemasan sachet. Pembeda yang lain adalah strategi
komunikasinya yang mencitrakan bukan minuman kesehatan bagi mereka yang
bekerja keras, tapi mereka yang beda dengan prestasi bagi dunianya, yang
dikenal sebagai Generasi Biang.1 Pada Tabel 1, dapat dilihat beberapa produsen
yang menawarkan minuman kesehatan berenergi dengan merek dagang dari
masing-masing perusahaan.
1 www.republika.com
Tabel 1. Data Produk dan Produsen Minuman Berenergi produksi Dalam Negeri di Indonesia Tahun 2006
No. Produk Produsen
1 Extra Joss PT Bintang Toedjoe
2 Kuku Bima “Ener G” PT Sidomuncul
3 Hemaviton “Jreng” PT Tempo Scan Pacipic
4 Enerjoss PT Karunia Alam Segar
5 M 150 PT Heinz Indonesia
6 Lipovitan Jreng PT Taisho
7 Kratingdaeng TC Pharmaceutical Industries,Inc
8 Panther PT Kino Aid Indonesia
9 Fit Up PT Konimex Indonesia
10 X-tra Melek PT Nutrifood Indonesia
11 Bee Jelly PT Madu Nusantara
12 Supradyn PT Bayer Indonesia
13 Enervon-C PT Medifarma Laboratories,Inc
14 Ena-O PT Sinde Budi Sentosa
Sumber : www.acneilsen.com; www.gatra.com; www.kompas.com, 2007
Persaingan pasar minuman berenergi di Indonesia tidak hanya diisi oleh
para produk-produk dalam negeri saja, tetapi juga diisi oleh produk-produk luar
negeri (impor). Dengan banyaknya produsen yang bermain dalam industri
minuman kesehatan, secara langsung berdampak pada tingginya tingkat
persaingan dalam industri minuman berenergi di Indonesia. Produk minuman
berenergi sudah beredar di Indonesia sejak tahun 1989 dengan berbagai merek
yang didominasi oleh produk-produk impor. Adapun data produk minuman
kesehatan produksi luar negeri yang beredar dipasaran dalam negeri dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Produk Minuman Berenergi Produksi Luar Negeri (Impor) di Indonesia Tahun 2006
No. Nama Produk
1 Red Bull
2 Chew Chan Wan
3 Gejie Da Bu Wan
4 Ginseng Tonic Pill
5 Sea Horse
6 Lingching Royal Jelly
7 Peking Royal Jelly
8 Kangweiling Wan
9 Jianshenwang
10 Ginseng Tonic Pill
11 China Meng Nan
12 Alrodeer Pills
13 Royal Jelly
14 Renshenfengwangjiang-Ginseng
15 Supra Ginseng Kidney
16 Sea Dragon Ginseng
Sumber : www.acneilsen.com; www.gatra.com; www.kompas.com, 2007
PT Bintang Toedjoe dengan merek produk minuman berenergi Extra Joss
merupakan salah satu pelopor produsen minuman berenergi di Indonesia.
Produk ini menawarkan kepraktisan dalam memulihkan stamina yang menurun
akibat terkuras setelah melakukan aktivitas. Keunggulan yang ditawarkan
produsen tersebut diantaranya adalah kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh
dalam memulihkan stamina. Unsur taurin yang mendominasi kandungan produk
merupakan kandungan yang dapat memicu pengembalian stamina tubuh yang
etrkuras setelah beraktivitas. Adapun kandungan gizi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi yang Terkandung dalam Minuman Extra Joss
Kandungan Nilai Gizi (mg)
Taurine 1000 Ginseng 20 vitamin B1 1.2 vitamin B2 sodium phospat 52 vitamin B3 20 vitamin B5 5 vitamin B6 5 vitamin B12 1 Inositol 50 Trimethylxanthine 50 Royal Jelly, Aspartame, Acesulfame-K, Sod. Bicarbonate, Citrit Acit, Flavour.
-
Sumber : PT Bintang Toedjoe, 2007 Untuk dapat bersaing dan bertahan pada kategori produk sejenis,
produsen produk minuman kesehatan harus dapat menyusun strategi bersaing
yang tepat. Dilatarbelakangi oleh persaingan usaha yang semakin ketat,
diantaranya terlihat dari promosi dan persaingan antar produk yang semakin
gencar, baik melalui berbagai media informasi serta keterlibatan dari masing-
masing produk dalam satu kegiatan atau event- event tertentu. Perusahaan
harus mengetahui dengan pasti kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh
produknya. Selain itu, produsen juga harus mengetahui posisi merek yang
produk perusahaan diantara merek- merek lainnya. Hal ini penting dilakukan agar
perusahaan mampu bersaing dipasaran.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggraeni, 2005.
Penilaian image masyarakat terhadap minuman berenergi, produk yang disebut-
sebut sebagai market leader (produk pemimpin pasar) adalah Extra Joss.
Produsen minuman ini memiliki kantor cabang yang terletak dipusat Kota Bogor
yang menaungi pemasaran produk Extra Joss untuk wilayah Bogor, Cianjur dan
daerah Sukabumi.
1.2 Rumusan Masalah
Tingginya tiingkat perkembangan pasar produk minuman berenergi di
Indonesia, saat ini banyak beredar berbagai jenis minuman suplemen yang
diklaim sebagai minuman kesehatan (health drink), minuman berenergi tinggi
(energy drink), atau minuman olahragawan (sport drink). Tingginya permintaan
pasar akan produk ini memberikan dampak terhadap pesatnya perkembangan
dan bermunculannya produsen baru dipasaran.
PT Bintang Toedjoe merupakan perusahaan farmasi yang memproduksi
produk- produk kesehatan berkualitas tinggi, dan perusahaan ini juga sebagai
pemilik merek Minuman Energi Extra Joss, Extra Joss LG, Joss Kid dan Extra
Joss X-trem. Merek dagang perusahaan ini telah didaftarkan sejak tahun 1992
dan dipasarkan di seluruh Indonesia. Beroperasi di Indonesia sejak tahun 1949
dan telah menerima penghargaan dalam hal kualitas, diantaranya ISO 9001,
HACCP. CPOB, Bendera Emas K3, serta Sertifikat Halal dari MUI. Perusahaan
ini tetap optimis menghadapi persaingan yang kian meningkat, dengan berbagai
merek minuman energi baik dari dalam dan luar negeri.
PT Bintang Toedjoe dengan produk Extra Joss tetap berupaya
mempertahankan pangsa pasarnya dengan terus meningkatkan kualitas
produknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk yang
bermanfaat melalui proses produksi yang baik dan selalu mematuhi peraturan
pemerintah yang berlaku untuk kelangsungan usahanya 2.
Dengan harganya yang relatif lebih murah dibandingkan minuman sejenis
lain, Extra Joss yang tampil dalam berbagai kemasan yaitu kaleng, sachet dan
2 www.bintang7.com
tube, mampu memberikan harga yang terjangkau untuk berbagai kalangan.
Kondisi ini memberikan peluang produk Extra Joss mampu mempertahankan
pangsa pasarnya di tengah maraknya kemunculan produk-produk baru sejenis,
bahkan saat ini beberapa produsen menggunakan merek yang identik milik
produsen Extra Joss yang merupakan pemimpin pasar di Indonesia.
Lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat serta dengan semakin
banyaknya pendatang baru dalam industri minuman berenergi di Indonesia dinilai
akan menjadi ancaman bagi produsen minuman berenergi Extra Joss, kondisi ini
secara langsung berpengaruh negatif terhadap perusahaan, hal ini ditunjukkan
dengan terjadinya penurunan penjualan Extra Joss dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Penjualan Produk Extra Joss Kemasan Sachet di Bogor Tahun 2003-2007
Tahun Nilai Penjualan
Unit (Sachet)
Jumlah (Rp.000)
Persentase (%)
2003 1.696.800 1.018.080 --
2004 1.626.000 975.600 - 4,17
2005 1.461.600 876.960 - 10,11
2006 1.545.066 927.040 5,71
2007 1.521.368 912.821 -1,53 Sumber : PT Bintang Toedjoe, 2007
Dari Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2004 - 2005 terjadi
penurunan penjualan produk Extra Joss kemasan sachet di Bogor. Penurunan
penjualan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 10.11
persen, sementara itu pada tahun 2006 terjadi peningkatan penjualan yaitu
sebesar Rp.927.040.000,00 atau sebesar 5,71 persen dari tahun sebelumnya.
Peningkatan penjualan pada tahun 2006 sangat didukung dengan adanya event
olah raga sepak bola piala dunia, dimana Extra Joss yang merupakan salah satu
sponsor resmi acara tersebut memanfaatkannya dengan melakukan promosi
besar-besaran. Pada tahun 2007 perusahaan penjualan produk perusahaan
kembali terjadi penurunan sebesar 1,53 persen dengan nilai penjualan sebesar
Rp.912.821.000. Salah satu penebab penurunan penjualan ini adalah tingginya
tingkat persaingan yang dilakukan oleh pesaing pasar utama produk ini
dipasaran.
Produk Extra Joss menggunakan media promosi secara gencar, karena
promosi merupakan kekuatan perusahaan dalam menjaring konsumen. Setiap
hari berbagai merek minuman berenergi berlomba-lomba berpromosi di berbagai
media, baik di media cetak maupun media elektronik seperti televisi dan radio,
perusahaan bersaing dalam berpromosi baik dalam bentuk iklan, talkshow dan
termasuk membagi-bagikan hadiah, khususnya dalam acara-acara olah raga.
Sistem promosi yang aktif tersebut merupakan keunggulan Extra Joss, sehingga
perusahaan tersebut mengklaim mampu menguasai pangsa pasar minuman
berenergi sekitar 60 persen pada tahun 2003 3. Data tingkat penguasaan pasar
(pangsa pasar) pada Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pangsa Pasar Produk Extra Joss dan Kuku Bima “Ener G” Kemasan
sachet di Kota Bogor pada Tahun 2007
Nama Produk Nilai Penjualan
Unit (sachet)
Persentase(%)
Jumlah (Rp.000)
Persentase (%)
Extra Joss* 1.545.066 48.08 927.040 50,69Kuku Bima Ener G** 1.668.093 51,92 901.653 49,41Total 3.213.159 100 1.828.693 100
Sumber : Diolah, 2007 * PT Bintang toejoe
** PT Sidomuncul
3 www.bintang7.com
Dari Tabel 5, dapat dilihat kondisi pangsa pasar yang terjadi. Tingkat
persaingan penjualan sangat ketat antar kedua produk pada tahun 2007. Dari
segi nilai rupiah, Extra Joss lebih unggul sebesar 50,69 persen dengan nilai
Rp.927.000.000,00 dibandingkan dengan Kuku Bima dengan jumlah
Rp.901.653.000,00 atau sebesar 49,41 persen. Dari segi jumlah produk yang
dikeluarkan (kemasan sachet) produk Kuku Bima lebih unggul dengan nilai 51,92
persen atau sebesar 1.668.093 sachet dan Extra Joss sebesar 48,08 persen
atau sebesar Rp.1.545.066 sachet. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
harga dasar yang ditetapkan perusahaan untuk masing-masing produk.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan situasi bisnis
produsen minuman berenergi di Indonesia dan merumuskan strategi Extra Joss
dalam mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar.
1.4 Kegunaan penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh para pelaku
bisnis minuman berenergi, khususnya PT Bintang Toedjoe dengan produk
minuman berenergi Extra Joss. Bagi para produsen minuman berenergi lainnya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pemasaran
produknya.
Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana mengimplimentasikan ilmu dan
teori yang didapatkan selama kuliah dengan fakta yang terjadi dilapangan, serta
menambah wawasan dan pengalaman dalam menganalisis, mengkaji dan
memberikan alternatif pemecahan pada suatu permasalahan yang terjadi.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan analisis pemasaran perusahaan dengan
menggunakan metode Marketing Audit 2000 oleh Hermawan kertajaya. Dengan
batasan cakupan data berdasarkan data yang diperoleh dari PT Bintang Toedjoe
dengan produk minuman berenergi Extra Joss kemasan sachet di Cabang
Bogor, Jawa Barat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Minuman Berenergi
Minuman energi didefinisikan sebagai minuman yang mengandung
stimulan, vitamin, mineral, termasuk kafein, variasi bentuk ginseng, ginkgo
biloba. Beberapa minuman ini mengandung gula atau glukosa yang tinggi. Pasar
minuman ini adalah orang- orang muda, pelajar, orang- orang yang sedang
bepergian serta orang yang sedang berolah raga. Minuman ini mempunyai
flavour dan warna serupa soft drink. Produk ini berbeda dengan jenis minuman
lainnya, dimana produk ini ditambahkan zat- zat tertentu yang dapat
meningkatkan energi tubuh. Minuman energi mengandung bahan yang dapat
memicu metabolisme tubuh sehingga tubuh dapat menyediakan energi yang
dibutuhkan secara lebih cepat 4.
Menurut Dr. Gracia JMT Winaktu5 suplemen (food suplement)
didomoinasi oleh vitamin dan mineral yang diproduksi dalam bentuk kapsul,
tablet, serbuk, atau bentuk lain yang secara fungsional untuk menambah intake
gizi, khususnya vitamin dan mineral. Menurut Sudarisman (2003), pada dasarnya
fungsi suplemen adalah sebagai zat tambahan untuk memperbaiki dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Zat aktif yang dikandung suplemen hanya
mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh, tidak dapat mengobati atau mencegah
suatu penyakit.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM)
memberi batasan suplemen adalah produk yang digunakan untuk melengkapi
makanan yang mengandung satu atau lebih bahan-bahan sebagai berikut :
4 www.bintang7.com 5 www.bintang7.com
vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam
amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka kecukupan gizi, dalam
bentuk konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari bahan-
bahan sebelumnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas mengenai analisis strategi mempertahankan
posisi produsen sebagai pemimpin pasar (kasus minuman kesehatan Extra Joss)
belum pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di IPB. Tetapi,
sebelumnya telah ada beberapa penelitian mengenai minuman kesehatan
diantaranya yang pernah dilakukan oleh Anggraeni (2005) dengan judul Analisa
Perbandingan Merek Dan Penetapan Strategi Bersaing Produk Minuman Energi
(Energy Drink) di Kotamadya Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
dari Fakultas Teknologi Pertanian ini beberapa merek minuman kesehatan
industri kecil yang ada di Bogor ( Minuman energi temulawak).
Penelitian Krisnadi (2003) dengan judul Perilaku, Preferensi dan Image
Konsumen Terhadap Minuman Suplemen di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
minuman suplemen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis faktor dan uji Cochran. Dari hasil analisis faktor didapatkan lima
komponen utama yang mempengaruhi preferensi dan perilaku konsumen
terhadap minuman suplemen, yaitu faktor perbedaan individu dan bauran
pemasaran, faktor gaya hidup konsumen, faktor tingkat kesukaan, faktor
penampakan produk dan faktor ekonomi.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Dewandana (2006) dengan judul
Penerapan Audit Pemasaran dari Markplus 2000 pada Industri Sayur Organik di
Jabotabek, dengan studi kasus pada PT. Amani Mastra, Caman, Jatibening,
Bekasi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis Marketing
Plus 2000 oleh Hermawan Kertajaya. Dengan hasil analisis yang diperoleh
menggambarkan dan menunjukkan sejauh mana kondisi perusahaan
dibandingkan dengan pesaing. Hasil audit yang dilakukan menunjukkan terjadi
kesenjangan atau GAP sebesar negative 0,49. Indeks ini menunjukkan bahwa
strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan masih tertinggal dibandingkan
dengan pesaing. Sehingga perlu dilakukan perubahan-perubahan strategi
pemasaran untuk membawa perusahaan sesuai dengan tingkat persaingan lima
tahun kedepan.
Efrizal (2006) melakukan penelitian mengenai audit pemasaran dengan
judul Audit Pemasaran Produk Sayuran, Studi Kasus Pada PT Saung Mirwan
Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini
menerapkan metode analisis Marketing Plus 2000 oleh Hermawan Kertajaya.
Pada penelitian ini, hasil audit kesenjangan GAP yang diperoleh PT Saung
Mirwan adalah sebesar positif 0,7. Dimana kesenjangan positif terjadi apabila
nilai CAI lebih besar daripada CSI (CAI > CSI). Dengan nilai GAP yang diperoleh
tersebut, dapat diartikan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT
Saung Mirwan telah lebih baik jika dibandingkan dengan pesaing didaerah
Bogor.
Penelitian mengenai audit pemasaran juga pernah dilakukan oleh Satriani
(2005) dengan judul Audit Pemasaran Jasa Pembuatan Tanaman, Studi Kasus
pada Media Flora dan Putra Mekar Dipusat Penjualan Tanaman Hias dan
Kerajinan Dirgantara Asri, Jakarta Timur. Penelitian yang dilakukan mengkaji
dan membandingkan strategi pemasaran yang dilakukan oleh dua buah
perusahaan yang sama-sama bergerak dalam bidang tanaman hias di Jakarta
Timur. Dari audit yang dilakukan diperoleh kondisi persaingan dari masing-
masing perusahaan, sehingga penulis menyarankan kedua perusahaan dapat
saling berbagi dalam memperbaiki kekurangan masing-masing perusahaan
dalam menghadapi persaingan pasar tanaman hias.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian ini menganalisis tingkat persaingan antara industri minuman berenergi
yang sedang berkembang saat ini, dimana penelitian dengan judul Strategi
Mempertahankan Posisi Pasar pada PT Bintang Toejoe dengan produk Extra
Joss sebelumnya belum pernah dilakukan. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan Metode Audit Pemasaran Marketing
Plus 2000 oleh Hermawan Kertajaya. Penelitian terdahulu tentang minuman
kesehatan hanya mengacu pada preferensi konsumen minuman berenergi di
Kota Bogor, dengan menerapkan metode matrik IFE, EFE, analisis dan matrik
SWOT dan diakhiri dengan metode QSPM yang mengevaluasi alternatif strategi
secara objektif. Penelitian yang mengacu pada audit pemasaran menggunakan
Metode Audit Pemasaran Marketing Plus 2000 yang pernah dilakukan
sebelumnya hanya pada perusahaan-perusahaan dengan skala kecil.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kegiatan pemasaran harus dijalankan berdasarkan falsafah pemasaran
yang efisien, efektif dan bertanggung jawab sosial yang telah direncanakan
dengan perencanaan yang matang. Terdapat lima konsep yang dapat dipilih
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran diantaranya yaitu : 1)
konsep produksi, 2) konsep produk, 3) konsep menjual, 4) konsep pemasaran
dan 5) konsep pemasaran bersetiakawanan sosial. Konsep pemasaran adalah
suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa untuk meraih tujuan yang dicita-
citakan, dengan menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam memandu kegiatan
pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran. Konsep pemasaran memulai dengan pasar yang didefinisikan dengan
baik, memusatkan perhatian kepada pelanggan, memandu kegiatan yang akan
mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba melalui pemuasan pelanggan
(Kotler dan Amstrong, 1997).
Lingkungan bisnis minuman berenergi di Indonesia yang berubah sangat
cepat dengan keberadaan pesaing yang mengancam, memaksa perusahaan
untuk selalu berusaha melakukan mengkaji ulang secara berkala kondisi pasar
yang terjadi, dengan harapan setelah melakukan pengkajian ulang terhadap
lingkungan bisnis, perusahaan dapat mendesain ulang strategi berdasarkan
perubahan yang terjadi.
3.1.1 Teori Manajemen Pemasaran
Secara tradisional, pasar merupakan tempat fisik dimana terjadi
pertemuan antar penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran barang.
Sedangkan para ahli ekonomi menggambarkan pasar sebagai kumpulan pembeli
dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelompok produk
tertentu.
Menurut Kotler (2002) pemasaran merupakan suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawakan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Definisi pemasaran
menurut Kotler bersandar pada konsep inti sebagai berikut : 1). kebutuhan
(needs), keinginan (wants) dan permintaan (demand). 2). produk (barang, jasa
dan gagasan) 3). Nilai, biaya dan kepuasan 4). Pertukaran dan transaksi 5).
Hubungan dan jaringan 6). Pasar 7). Pemasaran dan prospek.
Untuk definisi manajerial, Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler
(2002) menawarkan definisi pemasaran merupakan proses perencanaan dan
pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan,
barang dan jasa untuk melakukan penukaran yang memenuhi sasaran individu
maupun organisasi.
3.1.2 Teori Persaingan Pasar
Mengetahui pesaing adalah sangat penting bagi perencanaan pemasaran
yang efektif. Perusahaan harus terus membandingkan produk, harga, dan
saluran promosinya dengan pesaing terdekatnya. Dengan cara inilah perusahaan
dapat menentukan bidang dimana perusahaan memiliki keuntungan dan
kelemahan kompetitif, perusahaan dapat menentukan dan menggunankan
serangan yang tepat terhadap pesaingnya dan juga menyiapkan pertahanan
yang tepat terhadap serangan pesaing.
Kita dapat memperoleh pengertian yang lebih jauh dengan
mengklasifikasikan peranan yang mereka mainkan dalam pasar sasaran,
diantara klasifikasi tersebut menurut Kotler (2002) diantaranya: pemimpin pasar
(market leader), penantang pasar (market chalengger), pengikut pasar (market
follower) dan pengisi relung pasar (market nicher).
1. Pemimpin Pasar (market leader),
Merupakan perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar
dipasar produk terkait, biasanya perusahaan ini memimpin perusahaan lain
dalam perubahan harga, perkenalan produk baru, cakupan distribusi dan
intensitas promosi. Untuk bertahan sebagai pemimpin pasar perusahaan
dituntut untuk melakukan tindakan di tiga bidan, yaitu :.
a. Perusahaan harus menemukan cara untuk memperbesar permintaan
pasar secara keseluruhan
b. Perusahaan harus melindungi pangsa pasar yang ada sekarang melalui
tindakan defensif dan ofensif yang tepat
c. Perusahaan harus meningkatkan pangsa pasarnya
2. Penantang Pasar (market chalengger)
Perusahaan yang menempati urutan kedua, ketiga dan seterusnya
disebut perusahaan runner-up atau pengikut. Biasanya pada kondisi seperti
ini perusahaan dihadapkan pada dua sikap, yaitu perusahaan dapat
menyerang pemimpin maupun pesaing pasar lain secara agresif untuk
mendapatkan pangsa pasar (Penantang pasar-market chalengger) atau
mereka mengikuti permainan dan tidak menimbulkan gejolak (Pengikut
pasar-market follower).
Dalam melakukan penyerangan pasar, seorang penantang pasar
harus mendefinisikan sasaran strategisnya. Penantang pasar harus
menentukan segmen mana yang akan diserang, apakah menyerang
pemimpin pasar, menyerang perusahaan seukuran yang tidak bekerja
dengan baik dan kekurangan uang atau menyerang perusahaan kecil lokal
dan regional.
3. Pengikut pasar (market follower)
Strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan pengikut pasar
mungkin sama dengan strategi inovasi pasar, dimana inovasi menanggung
biaya yang besar untuk mengembangkan produk baru, mendistribusikannya
dan menginformasikan serta mendidik pasar. Imbalan dan resiko dari usaha
tersebut biasanya langsung kepada pemimpin pasar, namun perusahaan
pengikut pasar dapat meniru dan berupaya memperbaiki produk baru
tersebut. Walaupun tidak akan mengambil alih kepemimpinan pasar,
perusahaan pengikut pasar dapat mencapai laba yang tinggi karena tidak
mengeluarkan biaya inovasi. Pengikut pasar harus mengetahui cara
mempertahankan pelanggan yang ada dan memenangkan pelanggan baru,
setiap pengikut mencoba menonjolkan keunggulan serta arah
pertumbuhannya. Ada empat strategi pertumbuhan pengikut pasar, yaitu :
a. Pemalsuan (counterfeiter)
Pemalsu meniru keseluruhan produk dan kemasan pemimpin serta
menjual di pasar gelap (ilegal) atau melalui penyalur yang memiliki
reputasi buruk.
b. Pengklon (cloner)
Pengklon berupaya menyamai atau melebihi produk, nama dan
pengemasan produk pemimpin dengan menambahkan variasi yang
ringan.
c. Peniru (imitator)
Peniru mencontek beberapa hal dari pemimpin, namun masih
mempertahankan differensiasi dalam bentuk kemasan, iklan, harga dan
lain-lain. Biasanya pemimpin tidak akan menyerang peniru asal peniru
tidak menyerang pemimpin secara agresif.
d. Pengadaptasi (adapter)
Pengadaptasi mengambil produk pemimpin dan mengadaptasi atau
memperbaikinya, pengadaptasi biasanya memilih untuk menjual ke
pasar-pasar yang berbeda, namun sering pengadaptasi menjadi pesaing
pemimpin dimasa yang akan datang.
4. Pengisi Relung / Celah Pasar (Market Nicher)
Alternatif untuk menjadi pengikut pasar besar adalah dengan menjadi
pemimpin di pasar kecil, perusahaan kecil pada umumnya menghindari
persaingann dengan perusahaan besar dengan mengincar pasar kecil yang
kurang atau tidak menarik bagi perusahaan besar.
Menurut Kotler (2002) perusahaan dapat membedakan empat tingkat
persaingan berdasarkan tingkat subsitusi produknya, diantaranya yaitu :
1. Persaingan Merek
Perusahaan dapat melihat pesaingnya sebagai perusahaan lain yang
menawarkan produk dan jasa sejenis kepada pelanggan yang sama
dengan harga yang sama. Karena itu, Extra Joss dapat menganggap
pesaing utamanya adalah Kuku Bima, Kratingdaeng, M 150, Hemaviton,
Enerjoss, Lipovitan Jreng dan beberapa produk minuman berenergi
lainnya. Extra Joss tidak akan menganggap Larutan Penyegar Cap Kaki
Tiga, Equil dan beberapa minuman penyegar lainnya sebagai pesaing
produknya.
2. Persaingan Industri
Perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan lebih luas sebagai
semua perusahaan yang membuat produk atau jenis produk yang sama.
Sebagai contoh, perusahaan air minum Aqua menganggap dirinya
bersaing dengan produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
3. Persaingan bentuk
Perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan lebih luas sebagai
semua produk manufaktur perusahaan yang memberikan jasa yang
sama. Dengan demikian, Aqua menganggap dirinya bersaing tidak hanya
terhadap produk air minum dalam kemasan tetapi juga terhadap minuman
ringan lainnya seperti Extra Joss, Coca-Cola, Teh serta minuman sari
buah-buahan.
4. Persaingan umum
Perusahaan dapat memandang pesaingnya dengan lebih luas sebagai
semua perusahaan yang bersaing untuk konsumsi rupiah yang sama.
Dengan demikian, dapat diartikan Extra Joss menganggap dirinya
bersaing dengan perusahaan yang memproduksi barang konsumsi,
industri rumah tangga dan perlengkapan dapur.
3.1.3 Teori Audit Pemasaran
Audit pemasaran yang merupakan kegiatan pemeriksaan tehadap suatu
perusahaan atau unit bisnis secara komprehensif, sistematis, independen, dan
berkala sangat penting untuk dilakukan dalam upaya untuk melihat masalah dan
kesempatan dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi dalam upaya untuk
meningkatkan kinerja suatu perusahaan maupun suatu unit bisnis sehingga
memberikan gambaran posisi suatu perusahaan serta merupakan suatu langkah
awal dari suatu perencanaan (Arafat 2005).
Menurut Rothe, Harvey, dan Jacson (1997) dalam Arafat (2005), suatu
perusahaaan sangat logis dalam melakukan suatu audit pemasaran, karena
dengan melakukan audit pemasaran maka strategic control mechanism
perusahaan akan berjalan dengan baik dan pada gilirannya akan meningkatkan
efektivitas dan kinerja pemasaran pada suatu perusahaan.
Ungkapan tersebut selaras pula dengan penjelasan Kotler (2000) yang
menjelaskan bahwa audit pemasaran akan memastikan tujuan-tujuan pemasaran
perusahaan, siasat-siasat dan sistem disesuaikan secara optimal dengan
lingkungan pemasaran pada saat ini maupun pada masa yang akan datang
sebagai strategy control dan sekaligus merupakan alat penilaian keberhasilan
perusahaan.
Arti penting suatu pelaksanaan audit pemasaran dapat dirasakan oleh
perusahaan ketika perusahaan tersebut memahami sejumlah manfaat yang akan
dipetik dengan melaksanakannya audit pemasaran secara baik. Menurut
Rosenpan (1997) dalam Arafat (2005), beberapa manfaat yang dapat dipetik
suatu perusahaan dari penerapan audit pemasaran, diantaranya adalah :
1. Memberikan suatu evaluasi yang independen dan tidak biasa dalam
program-program pemasaran, termasuk strategi, penawaran dan kreatifitas
suatu perusahaan.
2. Dapat mengidentifikasi area-area yang dibutuhkan dalam meningkatkan
dan menghasilkan saran serta ide-ide yang spesifik serta bagaimana
memperbaikinya.
3. Identifikasi tersebut termasuk beberapa cara untuk memperbaiki respon
pemasaran.
4. Memberikan ide-ide segar dan baru bagi perusahaan serta teknik-teknik
dan new direction pada masa yang akan datang.
Strategi bersaing atau competitive strategy merupakan suatu strategi
bisnis yang menggunakan pedoman analisa kompetitif. Mengembangkan strategi
bersaing adalah mengembangkan formula umum mengenai bagaimana bisnis
akan bersaing, apa yang menjadi tujuannya dan kebijakan apa yang menjadi
tujuan itu. Tetapi, menurut pendapat Bowell (2000) perbedaan antara strategi
bisnis dan strategi perusahaan bersifat semu karena keduanya saling berkaitan.
Manajemen puncak juga harus menggunakan analisa kompetitif untuk
mempertimbangkan apakah akan keluar atau masuk suatu bisnis. Dengan kata
lain, banyak perusahaan yang menetapkan strategi bersaing sebagai strategi
perusahaan yang disusun untuk memperjelas cara mencapai misi perusahaan.
Banyak hal yang tidak terduga yang terjadi selama implementasi rencana
pemasaran, maka departemen pemasaran harus menjalankan pengendalian
pemasaran secara konstan. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) pengendalian
pemasaran meliputi evaluasi hasil dari strategi dan rencana pemasaran serta
mengambil tindakan koreksi untuk memastikan bahwa tujuan telah tercapai.
Pengendalian strategi melibatkan pemantauan atau strategi dasar
perusahaan telah sesuai dengan peluang yang ada. Strategi dan program
pemasaran dapat segera menjadi usang dan tiap perusahaan harus secara
berkala menilai kembali seluruh pendekatannya terhadap pasar. Alat utama
untuk pengendalian strategis seperti itu adalah audit pemasaran.
Kotler dan Amstrong (2001), memberikan definisi audit pemasaran
sebagai berikut : “Audit pemasaran adalah pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan atau unit bisnis secara komprehensif, sistematis, independen, dan
berkala. Unsur-unsur yang dilibatkan dalam audit adalah lingkungan, obyek,
strategi dan aktivitas pemasaran untuk melihat masalah dan kesempatan dan
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja pemasaran dari
perusahaan atau unit bisnis“.
Model audit pemasaran yang akan digunakan sebagai alat analisis dalam
penelitian ini adalah competitive audit. Konsep kompetitif audit ini merupakan
salah satu bagian dari model strategi pemasaran yang dirumuskan MarkPlus &
Co yang telah dikenal sejak tahun 1994, Strategic Marketing Plus 2000.
Tujuan akhir dari kompetitif audit ini adalah untuk mendapatkan profil
faktor-faktor internal perusahaan dan profil lingkungan bisnis perusahaan. Dalam
profil Company (perusahaan) terdapat tiga komponen yang akan diaudit, yaitu :
strategi, taktik dan nilai. Profil ini disebut Company Alignment Profile (CAP).
Dalam profil lingkungan bisnis terdapat tiga variabel yang mempengaruhi
perusahaan terdiri dari : customer (pelanggan), competitor (pesaing) dan change
(perubahan). Profil ini dinamakan sebagai Competitive Setting Profile (CSP).
3.1.3.1 Competitive Setting Profile (CSP)
1. Customer Demand
Pelanggan merupakan variabel pertama yang akan diaudit untuk
mendapatkan profil lingkungan bisnis dari sebuah perusahaan. Strategi dan taktik
pemasaran dari suatu perusahaan yang ingin sukses harus memperhatikan
pelanggan, apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka.
Ketika pasar sudah keluar dari monopoli karena adanya pesaing yang
masuk, maka pelanggan tidak hanya mempunyai kebutuhan dan keinginan,
tetapi mereka sudah membangun harapan dalam benak mereka. Harapan
pelanggan bukan hanya dipengaruhi oleh kebutuhan atau personal need, tapi
juga komunikasi eksternal, baik dari perusahaan itu sendiri atau dari pesaing.
Keinginan dan harapan pelanggan dinamis dari waktu ke waktu. Tiga dimensi
yang akan diukur dalam kompetitif audit untuk melihat permintaan pelanggan ini
adalah enlightened, informationalized, dan emproved.
2. Pesaing
Faktor kedua dalam CSP ini adalah pesaing, analisis mengenai faktor ini
berdasarkan strategic marketing plus 2000, adalah untuk memeriksa tiga dimensi
dari pesaing yaitu general, aggresive dan capability.
Pengukuran dan observasi terhadap pesaing dengan melihat ketiga
dimensi ini didasari atas pergerakan tingkat persaingan suatu industri yang terdiri
dari tiga tahap yang tipikal, yaitu embrio-boundary-boundaryless.
3. Change Deriver
Faktor ketiga dalam audit lingkungan bisnis adalah change atau
perubahan yang juga terdiri dari tiga dimensi yaitu : teknologi, ekonomi,
market/sosial. Teknologi adalah change driver yang paling vital dalam
mempengaruhi perubahan terhadap permintaan pelanggan dan pesaing.
Selain dimensi teknologi, kompetitif audit ini juga melakukan audit
terhadap pengaruh perubahan ekonomi pada daya beli konsumen, seberapa
besar perbaikan krisis berpengaruh terdadap penjualan, globalisasi, perubahan
gaya hidup, publikasi kesehatan, dan kelas sosial.
3.1.3.2 Company Alignment Profile (CAP)
Kerangka kerja strategic marketing plus 2000 berprinsip bahwa
pemasaran pada dasarnya bukan merupakan suatu fungsi tetapi harus
merupakan jiwa atau filosofi suatu perusahaan. Karakteristik yang akan terlihat
dari suatu marketing company adalah kemampuan perusahaan untuk
memeberikan kepuasan yang berkesinambungan kepada tiga pihak yang paling
berkepentingan bagi perusahaan, yaitu pelanggan, karyawan dan pembeli
perusahaan. CAP terbentuk dari tiga elemen utama perusahaan yaitu nilai,
strategi dan taktik perusahaan.
1. Nilai (value)
Ada tiga nilai utama yang akan diaudit untuk kriteria nilai bagi perusahaan
yaitu merek, service dan proses. Nilai pertama bagi perusahaan adalah merek
yaitu persepsi dan tingkah laku perusahaan terhadap merek, mencakup segenap
prinsip-prinsip perusahaan dalam meningkatkan ekuitas dari merek tersebut.
Nilai yang terkandung dari merek ini akan semakin besar, bila suatu merek bukan
dianggap sebagai sekedar nama, tetapi dikenal oleh pelanggan, mempunyai
asosiasi yang positif dibenak pelanggan, dipersepsi mempunyai kualitas yang
baik dan akhirnya diloyali oleh pelanggan.
Nilai kedua bagi perusahaan adalah service, meliputi prinsip-prinsip yang
dimiliki perusahaan dalam meningkatkan kualitas service yang akan diberikan
pada pelanggan. Karakteristik dari service yang sangat mementingkan kualitas,
sebagai cara untuk memuaskan pelanggan dan sifat fleksibilitasnya, merupakan
suatu nilai tersendiri bagi perusahaan bila telah diyakini sepenuhnya oleh
manajemen dan seluruh karyawannya.
Nilai ketiga bagi perusahaan adalah proses, meliputi prinsip-prinsip yang
dimiliki perusahaan untuk mellibatkan setiap karyawan dalam proses pemuasan
pelanggan. Nilai yang terkandung dalam proses ini akan tercipta bila setiap orang
dalam perusahaan ikut terlibat, langsung atau tidak langsung dalam proses
pemuasan pelanggan.
2. Strategi
Batasan strategi pemasaran yang paling utama pada dasarnya adalah
Segmentation-Targeting-Positioning yang lebih dikenal dengan STP.
a) Segmentation, yaitu cara membagi pasar berdasarkan variabel-variabel
tertentu. Strategi segmentasi dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu :
geografi, demografi, psikografi, behavioral dan individual.
b) Targeting, yaitu memilih satu atau lebih segmen pasar yang dijadikan target
pasar. Strategi yang dilakukan perusahaan, untuk menentukan kepada siapa
saja produknya akan dijual, apakah itu ditujukan pada semua orang atau
hanya mengambil sekelompok orang pada pasar tertentu.
c) Positioning, yaitu posisi yang diinginkan ada dibenak konsumen. Strategi
segmentasi dan targeting harus diikuti dengan positioning strategi sebagai
upaya untuk mengkomunikasikan konsep produk yang ditawarkan
perusahaan agar masuk kedalam benak konsumen.
3. Taktik
Yang dimaksud dengan taktik pemasaran dalam kerangka kerja ini
meliputi differentiation, marketing mix dan selling.
a) Differentiation yaitu merealisasikan suatu strategi pemasaran dengan
memperhatikan seluruh aspek terkait di perusahaan yang membedakannya
dengan perusahaan lain. Kothler (2002) menyatakan ada empat sumber
utama suatu perusahaan dapat melakukan diferensiasi yaitu melalui product,
service, people dan image.
b) Marketing mix, yaitu menentukan kombinasi konsep produk, harga, saluran
distribusi serta promosi yang tetap atau sesuai dengan strategi pemasaran.
Konsep marketing mix yang biasa dikenal yaitu 4P : product, price, place dan
promotion.
c) Selling, selain diferensiasi dan marketing mix, dalam kerangka kerja ini,
selling juga termasuk salah satu elemen taktik pemasaran. Perusahaan bisa
saja menjual produknya tanpa merasa perlu melakukan promosi untuk
meyakinkan pembeli, dalam hal ini perusahaan cukup memberikan informasi
bahwa produknya sudah tersedia di pasar. Namun, ada juga perusahaan
yang melakukan penjualan dengan berinteraksi secara intensif dengan
pembelinya untuk kesuksesan bersama.
3.1.3.3 Analisis Kesenjangan atau GAP
Agar perusahaan mempunyai kinerja yang baik, maka strategi harus
diformulasikan sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis dimana perusahaan
atau suatu unit bisnis berada didalamnya. Oleh karena itu, dianjurkan
perusahaan untuk melakukan analisis kesenjangan antara lingkungan bisnis
dan strategi yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Atau dengan kata lain,
analisis kesenjangan adalah melihat nilai yang didapat dari audit profil strategi
perusahaan (company alignment index) dan nilai yang didapat dari audit profil
lingkungan bisnis (competitive setting index).
Kesenjangan pertama adalah kesenjangan positif, dimana strategi yang
diterapkan oleh perusahaan lebih agresif dibandingkan lingkungan bisnisnya
(CAI > CSI). Kedua kesenjangan negatif akan terjadi bila strategi tertinggal
atau strategi kurang agresif dibandingkan lingkungan bisnisnya (CAI < CSI).
Ketiga, kesenjangan nihil atau tidak terjadi kesenjangan, akan terjadi bila
antara strategi dan lingkungan bisninnya sesuai, Fit (CAI = CSI).
3.1.3.4 Situasi Persaingan Bisnis
Dari competitive setting index yang didapatkan, perusahaan dapat melihat
tingkat persaingan bisnis yang sedang dihadapinya. Adapun tingkat persaingan
yang dihadapi ini dapat dikategorikan menjadi lima jenis tingkatan yaitu stable,
interupted, complecated, shopisticated dan chaos.
Tabel 6. Situasi Persaingan Bisnis
Competitive Setting
Stable (2C)
Interrupted (2.5C)
Complicated (3C)
Sophisticated (3.5c)
Chaos (4C)
Costumer (C1)
BUYER CONSUMER CUSTOMER CLIENT PARTNER
Competitor
(C3) NONE MILD STRONG WILD INVISIBLE
Change (C4)
NONE GRADUAL CONTINUOUS DISCONTINUOUS SURPRISING
Sumber : Kertajaya, 2001
Pada Tabel 6 ditunjukkan situasi persaingan bisnis yang memiliki tingkat
persaingan minimum pada 2C dan tingkat maksimum pada 4C. Situasi yang
terjadi pada 2C menjelaskan bahwa sebuah perusahaan tidak memiliki pasaing
sama sekali dalam melayani pelanggan. Selain itu, pada situasi ini juga
digambarkan bahwa tidak ada perubahan lingkungan bisnis yang berarti. Dalam
kondisi seperti ini, pelanggan semata-mata diperlakukan sebagai pembeli (buyer)
dalam sebuah transaksi, dimana posisi pembeli sangat lemah, sehingga ia harus
menerima produk atau jasa apapun yang dihasilkan dalam perusahaan. Situasi
seperti ini disebut juga situasi “ekstrim kiri“ yang juga bersifat monopoli.
Sedangkan situasi 4C disebut juga situasi “ekstrim kanan“ pada kondisi
ini, persaingan dianggap tidak jelas (bersifat kacau), dimana persaingan semakin
tidak terlihat karena banyaknya persaingan baru yang dianggap pesaing tidak
langsung, dan tingginya persaingan ditingkat global (pesaing luar negeri) yang
semakin memberikan pilihan kepada pembeli melalui berbagai macam cara
seperti dengan menggunakan media telekomunikasi dan informasi yang canggih.
Pada situasi ini, perubahan yang tidak terduga dan seringkali tercerahkan
(enlightened), punya kekuatan (empowered), dan mempunyai informasi yang
cukup banyak (informationalized). Pelanggan pada situasi 4C diperlakukan
sebagai mitra.
Pada kenyataannya, situasi persaingan dapat terjadi ditingkat mana saja
diantara dua tingkat situasi ekstrim kanan (2C) dan ekstrim kiri (4C). Situasi
persaingan yang terganggu (2.5C) rumit (3C), dan canggih (3.5C) hanya
merupakan titik tumpuan diantara kedua situasi ekstrim tersebut. Situasi
persaingan yang dihadapi oleh perusahaan menentukan apa saja yang harus
dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan strategi dan taktik
pemasarannya.
Tabel 7. Evolusi bentuk Perusahaan
Company (C2) PRODUCER SELLER MARKETER SPECIALIST SERVICE
PROVIDER Type of
Company Production Oriented
Selling Oriented
Marketing oriented
Market Driven Costumer Driven
Key Succesful
Factor
Opertional efficiancy
Product standaritation
Mass distribution
Persuasive selling
Product featuring
Mass promotion
Market effectiveness
Product differentiation
Balance promotion
Niche selectivity
Product specialitation
Integration communication
Database accountibility
Product costumization
Interactive communication
Sumber : Kertajaya, 2001
Pada Tabel 7, dapat dilihat bentuk perusahaan yang berevolusi dari
Production Oriented, Selling Oriented, Marketing Oriented, Market Driven, hingga
Costumer Driven dengan masing-masing karakteristik dan faktor-faktor kunci
sukses yang berbeda pada tiap-tiap tahapan. Karakteristik dasar dan penekanan
pada bentuk perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Production Oriented Company (Perusahaan 2C)
Perusahaan yang menitikberatkan pada efisiensi operasional,
standarisasi produk, dan distribusi massal. Pada situasi persaingan ini
memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses, karena memang belum ada
pesaing dan belum ada perubahan lingkungan. Pembeli harus menerima
produk standar yang dibuat dan membelinya pada tempat yang telah
ditentukan.
2. Selling Oriented Company (Perusahaan 2.5C)
Perusahaan yang menitikberatkan pada cara penjualan yang persuatif,
perbaikan produk, dan promosi yang bersifat massal. Tingkat persaingan
masih rendah, kalaupun ada persaingan dinilai masih belum berarti.
Konsumen diyakinkan untuk membeli pada situasi yang dapat menempatkan
dirinya pada posisi menang atau kalah oleh tenaga penjual, dibujuk oleh
promosi dan periklanan massal yang terus menerus, yang menyatakan
bahwa produk tersebut lebih unggul dari produk pesaingnya.
3. Marketing Oriented Company (Perusahaan 3C)
Perusahaan pada posisi ini tidak menjual kepada seluruh pasar,
melainkan memilih segmen pasar yang paling efektif untuk dilayani. Selain
itu, perusahaan tidak hanya sekedar membuat produk yang lebih baik, tetapi
yang lebih penting, mampu mendiferensiasikan produknya dari produk-
produk lain sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Lebih jauh lagi, promosi
dilakukan secara seimbang baik pada pemakai langsung maupun pedagang
produk tersebut. Pada situasi persaingan 3C, pesaing sudah kuat, perubahan
lingkungan bisnis berlangsung kontinyu, dan pelanggan mempunyai banyak
pilihan karena informasi yang tersedia berlimpah dan transparan.
4. Market Driven Company (Perusahaan 3.5C)
Perusahaan ini menjadi spesialis untuk melayani suatu atau beberapa
fragmen pasar, karena itu kunci sukses dari perusahaan ini adalah
kemampuannnya menyediakan produk-produk khusus. Pada situasi ini,
pelanggan diperlakukan sebagai klien yang diperlakukan secara khusus. Bila
produk yang sama ingin dipasarkan pada beberapa pasar, maka ada
beberapa elemen pemasaran yang dibuat berbeda sesuai dengan masing-
masing fragmen pasar.
5. Costumer Driven Company (Perusahaan 4C)
Perusahaan jenis ini memberikan pelayanan khusus secara individual
lewat produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
individu. Database yang selalu diperbaharui merupakan alat penting untuk
melakukan relationship marketing seperti ini. Komunikasi dua arah yang
interaktif digunakan untuk saling informasi secara terus menerus. Hal ini
harus dilakukan oleh suatu perusahaan jika ingin sukses dalam situasi
persaingan bisnis yang kacau, dimana pesaing sering tidak kelihatan dan
perubahan sering kali mengejutkan. Bisnis apapun dalam persaingan
perusahaan 4C dianggap sebagai bisnis jasa. Karena itu perusahaan
menganggap dirinya sebai penyedia jasa yang melayani mitranya.
Tabel 8. Panduan strategi dan Taktik Perusahaan
WHAT (type of information)
2C Production Distribution
2.5C Production Promotion
3C Market Costumer competitor
3.5C Niche Expentation mix Sensitivity
4C Costumer Value Package Live Time Value
WHY (Type of Analisis)
Internal Variance
Cost Benefit
External Competitive
Market Response
Costumer Value
WHO (Quality Manajement)
OK QC QA TQM TQS Sumber : Kertajaya, 2001
Pada Tabel 8, menunjukkan apa saja yang harus dilakukan sebuah
perusahaan pada saat menjalankan strategi dan taktik pemasaran dalam situasi
persaingan tertentu, yaitu sebagai berikut :
1. Informasi
Pada perusahan 2C, perusahaan hanya mengolah data produksi dan
distribusi, pada tahapan berikutnya (2.5C) data yang diolah sudah mencakup
informasi tentang produk dan promosi, pada perusahaan 3C informasi yang
diolah mencakup informasi pelanggan, pesaing dan informasi pasar,
sedangkan pada perusahaan 3.5C perusahaan sudah mengumpulkan
informasi dan data tentang ekspektasi dari suatu ceruk pasar dan sejauh
mana sensitivitas ceruk pasar tersebut terhadap marketing mix yang
ditawarkan. Sedangkan bentuk perusahaan 4C sudah melakukan riset
tentang apa yang dibutuhkan konsumen dan seberapa besar nilai pembelian
yang diharapkan dari seorang pembeli seumur hidup. Pengumpulan data ini
tentunya dilakukan dengan menggunakan teknik - teknik riset pemasaran dan
konsep perilaku konsumen.
2. Analisis
Perusahaan 2C melakukan analisis hanya menggunakan metode variansi
internal saja, perusahaan 2.5C melakukan analisis untuk membandingkan
antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Perusahaan 3C
melakukan analisis dengan membandingkan dirinya dengan situasi eksternal.
Pada perusahaan 3.5C melakukan analisis dengan penekanan pada
pengukuran respon pasar. Sedangkan pada perusahaan 4C melakukan
analisis pada jenis-jenis value yang paling berharga bagi pelanggan.
3. Manajemen Kualitas
Sikap perusahaan terhadap manajemen kualitas mencerminkan sejauh
mana perusahaan peduli terhadap pelanggannya. Karena itu, terdapat
perbedaan yang cukup besar dalam hal tingkat kepedulian perusahaan
dalam menjalankan manajemen perusahaan.
Pada perusahaan 2C, beranggapan produk yang mereka tawarkan selalu
memuaskan pelanggan karena pelanggan tidak mempunyai alternatif lain.
Perusahaan 2.5C merasa perlu melakukan QC (Quality Control) karena pada
kondisi ini perusahaan mempunyai pesaing. Perusahaan 3C menjalankan
langkah yang lebih jauh dengan menjalankan QA (Quality Assurance),
sedangkan perusahaan 3.5C sudah melakukan manajemen secara total
untuk meningkatkan kualitas baik dalam hal Quality, Cost dan Delivery (QDC)
melalui penerapan Total Quality manajemen (TQM). Pada perusahaan 4C
melakukan manajemen kualitas yang lebih maju lagi, dimana perusahaan
memfokuskan pada penerapan TQS ( Total Quality Service) dengan mencari
tahu terlebih dahulu value yang diharapkan pelanggan, membuat strategi
pelayanan dan membuat semua karyawan sadar akan hal tersebut, meninjau
kembali proses pelayanan dan secara terus menerus memantau hasilnya.
3.1.3.5 Marketing Effectiveness Review Instrumen (MER)
Marketing Effectiveness Review Instrumen (MER) adalah suatu
instrumen atau alat ukur strategi kontrol atau pengendalian strategi yang
digunakan untuk mengetahui efektifitas seluruh potensi atau sumberdaya
pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendukung kinerja proses
pemasaran dalam menghadapi pesaing bisnis.
Marketing Effectiveness Review bersifat kualitatif, oleh karena itu harus
dilakukan proses pengkualitatifan. Dimana metode ini diterapkan dengan
memberikan bobot nilai yang mewakili dari masing-masing jawaban responden
pada lembar kuisioner. Dalam MER, terdapat lima komponen yang akan diaudit.
Jawaban tiap-tiap angka rata-rata ini akan menjadi index untuk setiap komponen.
Adapun lima komponen yang harus di review dalam instrument Marketing
Effectiveness Review (MER) dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Filosofi pelanggan(Costumer Philosophy )
a. Apakah manajemen menyadari pentingnya mendesain perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) dari target
pasar yang dipilih?
b. Apakah manajemen mengembangkan produk dan rencana pemasaran
yang berbeda untuk segmen pasar yang berbeda?
c. Apakah manajemen mempertimbangkan semua komponen sistem
pemasaran (pemasok, saluran distribusi, pesaing, pelanggan dan
lingkungan) dalam merencakan bisnisnya?
2. Organisasi pemasaran yang terintegrasi (Integrated Marketing Organization)
a. Apakah terdapat keterpaduan dan pengendalian terhadap fungsi-fungsi
utama pemasaran?
b. Apakah manajemen pemasaran mampu bekerja dengan baik dengan
manajemen penelitian, produksi, pembelian, logistik dan keuangan?
c. Seberapa baikkah pengelolaan proses pengembangan produk baru?
3. Informasi pasar yang memadai ( Adequate Marketing Information )
a. Kapan terakhir kali melakukan riset pemasaran mengenai pelanggan,
pengaruh pembelian, saluran distribusi dan pesaing baru?
b. Seberapa baikkah manajemen mengetahui potensi penjualan dan
profitabilitas dari segmen pasar, pelanggan, wilayah, produk, saluran
distribusi dan volume pembelian yang berbeda?
c. Seberapa besar usaha yang telah dilakukan untuk mengukur dan
meningkatkan efektifitas biaya dan pengeluaran perusahaan?
4. Orientasi strategi ( Strategyc Orientation )
a. Sejauh mana tingkat perencanaan pemasaran secara formal?
b. Seberapa mengesankan strategi pemasaran saat ini?
c. Seberapa majukah perencanaan kontingensi, yang merupakan
perencanaan yang menyiapkan skenario berdasarkan situasi yang
mungkin terjadi dimasa yang akan datang?
5. Efisiensi operasional (Operational Efficiency )
a. Seberapa baikkah strategi pemasaran yang ditetapkan,
dikomunikasikan, dan diimplementasikan?
b. Apakah manajemen melakukan tugas secara efektif dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pemasaran yang ada?
c. Apakah manajemen mampu bereaksi secara cepat dan efektif untuk
setiap perkembangan yang sedang berlangsung?
3.1.4 Konsep Manajemen Strategi
Menurut Pearce dan Robinson (1997) manajemen strategik didefinisikan
sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan-tindakan yang menghasilkan
perumusan formulasi dan pelaksanaan implementasi rencana-rencana yang
dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Sasaran-sasaran
perusahaan terdiri atas sembilan tugas penting :
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern
dan kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, baik pesaing maupun faktor-
faktor kontekstual umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber dayanya
dengan lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi apa yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi
setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand
strategi) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasi pilihan strategik dengan cara mengalokasikan sumber
daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM,
struktur, teknologi dan sistem imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
Seperti ditunjukkan oleh kesembilan tugas ini, manajemen strategi
meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan dengan
strategi. Strategi didefinisikan sebagai rencana yang disatukan, luas dan
terintegrasi yang mernghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan strategi yang tepat
oleh organisasi (Jauch dan William, 1996 dalam Okta 2004). Tiga bahan pokok
sangat penting bagi keberhasilan suatu strategi. Pertama, strategi harus
konsisten dengan kondisi lingkungan persaingan. Tegasnya, strategi harus
memanfaatkan peluang yang ada atau yang diperkirakan akan ada dan
meminimalkan dampak dari ancaman-ancaman besar. Kedua, strategi harus
realistik dalam hal kemampuan intern perusahaan. Dengan kata lain,
pemanfaatan peluang pasar haruslah didasarkan tidak hanya pada adanya
peluang itu sendiri melainkan juga pada kekuatan intern perusahaan. Ketiga,
strategi harus dilaksanakan secara cermat.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan yang dihadapi PT Bintang Toedjoe dengan merek jual
produk Extra Joss saat ini adalah tingginya tingkat persaingan yang terjadi di
pasar. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya pelungan masuk pendatang baru dalam
industri ini dan permasalahan ini secara langsung berpengaruh pada
menurunnya penjualan perusahaan. Sementara itu, strategi yang diterapkan
perusahaan untuk menghadapi persaingan adalah dengan melakukan promosi
yang gencar serta melakukan beberapa bentuk diversifikasi produk.
Audit pemasaran yang akan dilakukan pada PT. Bintang Toedjoe dengan
produk minuman berenergi Extra Joss ini, diharapkan mampu menjawab situasi
persaingan yang dihadapi perusahaan. Adapun proses audit yang akan
dijalankan dimulai dengan mengevaluasi apakah strategi pemasaran yang
dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan kondisi persaingan. Hasil dari
evaluasi ini berupa analisis kondisi kesenjangan perusahaan atau GAP. Dimana
kondisi ini dapat dilihat dengan membandingkan indeks yang diperoleh dari
variabel Competitive Setting Profile (CSP) dan Company Alignment profile
(CAP).
Langkah berikutnya adalah mengevaluasi efektifitas penggunaan
sumberdaya pemasaran perusahaan, evaluasi ini dilakukan dengan
menggunakan analisis Marketing Effectiveness Review (MER). Dari analisis MER
akan diperoleh indeks rata-rata yang menggambarkan sejauh mana efektivitas
sumberdaya yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam mendukung
kegiatan pemasaran.
Dari kedua proses audit tersebut, selanjutnya akan diperoleh hasil yaitu
situasi persaingan bisnis yang sedang terjadi saat ini. Situasi persaingan bisnis
diperoleh dengan membandingkan analisis kesenjangan atau GAP dengan
indeks yang diperoleh dari analisis Marketing Effectiveness Review (MER).
Sehingga dengan mengetahui situasi persaingan bisnis, kita dapat merumuskan
strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk menjawab permasalahn yang
dihadapi perusahaan. Kerangka alur pemikiran operasional dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Bintang Toedjoe yang beralamatkan di Jalan
Paledang No.16 Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Januari 2008.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive) dengan
mempertimbangkan kesediaan pihak perusahaan memberikan izin untuk
melakukan penelitian di perusahaannya. Selain itu, PT Bintang Toedjoe Cabang
Bogor dinilai cukup kompeten sebagai lokasi penelitian karena jangkauan
wilayah kerja yang cukup luas meliputi wilayah Bogor, Sukabumi dan Cianjur.
4.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer dalam audit pemasaran ini diperoleh dengan melibatkan
partisipasi dari pihak manajemen yang terlibat dalam perumusan atau
implementasi dari strategi atau taktik pemasaran.
Penelitian ini akan mengukur dua lingkungan bisnis, yaitu PT. Bintang
Toedjoe (produk Extra joss) dan industri minuman berenergi. Untuk lingkungan
perusahaan responden akan mengisi matriks CAP (Company Alighment Profile)
yang bersifat penilaian manajemen, sedangkan untuk pengisian CSP
(Competitive Setting Profile), dipilih dari lingkungan industri.
Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu hanya
memilih responden yang mempunyai kapabilitas untuk menjawab tentang kondisi
dua lingkungan tersebut di atas. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh
dari responden adalah data yang lebih objektif.
Untuk Pengumpulan data primer dari pihak perusahaan, dilakukan melalui
wawancara langsung dan pengisian kuisioner oleh lima orang responden dari
pihak manajemen yang terdiri dari : 1) Kepala Cabang 2) Manajer Promosi 3)
Manajer Pemasaran 4) Sekretaris cabang dan 5). Sales Force Suvervisor.
Untuk lingkungan industri, dipilih responden dari lingkungan pesaing dan
konsumen. Pesaing pasar diwakili oleh dua orang responden yang masing-
masing satu orang dari pesaing penantang pasar dan satu orang pesaing
pengikut pasar. Penantang pasar diwakili oleh manager promosi dari Kuku Bima
Cabang Bogor dan pengikut pasar diwakili responden dari Fit-Up Cabang Bogor
yang keduanya beralamatkan di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Responden dari pihak konsumen diwakili oleh 10 orang responden yang
terdiri dari lima orang konsumen langsung dan lima orang konsumen tidak
langsung. Responden tidak langsung dalam penelitian ini adalah
penjualan/pedagang produk Extra Joss dan produk bersuplemen lainnya.
Dengan demikian diharapkan mereka yang terlibat dalam audit pemasaran ini
mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendapat atau
penilaian. Adapun elemen- elemen yang akan dinilai oleh responden dalam
proses audit dikenal dengan istilah 4C (Customer, Competittor, Change, dan
Company). Secara rinci pemilihan responden dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Pemilihan Responden Penelitian
RESPONDEN KETERANGAN JUMLAH (orang)
Perusahaan
Kepala Cabang Manajer Promosi Manajer Pemasaran Sekretaris Cabang Sales Force Suvervisor
5
Pesaing Penantang Pasar Pengikut Pasar 2
Konsumen Konsumen Langsung 5 Konsumen Tidak Langsung (Penjual/Agen) 5
Total 17
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah
menggunakan metode deskriptif. Metode ini dilakukan untuk menjawab
permasalahan yang ada dan dilakukan dalam bentuk studi kasus, dimana
pengolahan dan analisis data menggunakan konsep audit pemasaran
(Competitive Audit). Konsep audit pemasaran yang akan digunakan adalah
berdasarkan kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 yang dikeluarkan oleh
MarkPlus & Co dan Konsep Strategi Kontrol (Strategic Control) yang dikeluarkan
oleh Kotler (2000).
Lembar CSP akan diisi oleh para instansi terkait. Oleh karena sifatnya
yang kualitatif, maka perlu menggunakan suatu skala untuk mentransformasikan
penilaian kualitatif menjadi kauntitatif. Transformasi ini dilakukan dengan
menggunakan skala satu sampai lima seperti yang terlihat pada Tabel 10.
Ketika responden diminta untuk mengisi lembar CSP, maka mereka
diminta untuk menganalisis situasi persaingan pada saat sekarang dalam hal
permintaan pelanggan, situasi persaingan, dan faktor-faktor peubah. Dari
Gambar 2 terlihat kesembilan dimensi yang membentuk CSP harus diisi dengan
memberikan skor 1 hingga 4. Skor satu dan skor empat memberikan indikasi
bahwa dimensi tersebut “sangat rendah” dan skor empat “sangat tinggi”.
Sebagai contoh, misalnya responden akan memberikan skor untuk
dimensi umum dari variabel pesaing , responden dapat memberikan skor satu
bila responden tersebut yakin bahwa jumlah pesaing sekarang relatif sangat
sedikit dan empat apabila responden yakin jika saat ini pesaing sangat banyak.
Untuk mengisi lembar CAP responden berasal dari manajemen PT.
Bintang toedjoe, diberikan pedoman untuk menentukan skor 1 hingga 5.
Pedomann yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 13.
4.3.1 Audit Pemasaran
Audit pemasaran dilakukan dengan melibatkan partisipasi dari pihak
manajemen yang terlibat dalam perumusan atau implementasi dan strategi atau
taktik pemasaran. Dalam melakukan audit pemasaran, mereka yang terlibat
harus mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendapat atau
penilaian terhadap elemen dan dimensi dari 4C (Customer, Competittor, Change,
dan Company). Tujuan akhir dari competitive audit ini adalah untuk mendapatkan
profil dari lingkungan bisnis yang mempengaruhi perusahaan dan profil dari
faktor- faktor internal yang terdiri dari strategy, taktic, dan value.
Untuk mendapatkan nilai pada Competitive Setting Profile (CSP),
kuesioner penelitian akan diisi oleh pihak manajemen, konsumen, distributor/
agen penjualan dan pesaing. Pengisian ditentukan secara proporsiional sesuai
dengan kebutuhan data penelitian. Sedangkan Company Alignment Profile (CAP)
akan diisi oleh pihak manajemen dengan menggunakan cara yang dikenal
dengan management judgment (pertimbangan manjemen). Oleh karena sifat dari
judgment yang kualitatif, maka perlu menggunakan suatu skala untuk
mentransformasikan penilaian kualitatif menjadi kuantitatif. Transformasi
dilakukan dengan menggunakan skala penilaian, adapun kondisi penilaian
Competitive Setting Profile (CSP) dapat dilihat pada Tabel 9 dan dan skala
penilaian Company Alignment Profile (CAP) Tabel 13.
4.3.1.1 Competitive Setting Profile (CSP)
Dalam mengisi form Competitive Setting Profile (CSP) ini, responden
diminta untuk membayangkan situasi persaingan bisnis untuk lima tahun
kedepan dalam hal customer demand, competition dan change driven. Pengisian
form CSP ini dipandu oleh dimensi-dimensi yang ada pada form, setiap dimensi
dibagi lagi menjadi tiga variabel. Dalam Tabel 10 terlihat bahwa kesembilan
dimensi yang membentuk CSP harus diisi dengan memberi skor 1 hingga 4. skor
satu menunjukan bahwa dimensi yang diukur adalah “sangat rendah“ dan skor
empat memberikan indikasi bahwa dimensi tersebut “sangat tinggi“.
Tabel 10. Tabel Competitive Setting Profile (CSP) Competitive Setting Profile
(CSP) 1 2 3 4 INDEX
C1 Customer Demand
Enlightened Informatinalized Empowered
C2 Competitive Situation
General Aggresivennes Capability
C3 Change Driven
Technologi Economic Market
Competitive Setting Index (CSI)
Sumber : Kertajaya, 2001
Audit pemasaran berdasarkan strategyc marketing plus 2000 akan
melihat permintaan pelanggan berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan kebutuhan, keinginan dan harapan dari pelanggan. Adapun tiga
dimensi yang diukur pada dimensi pelanggan adalah Enlightened,
Informatinalized, Empowered seperti dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Tabel Dimensi Customer Demand ( Permintaan Pelanggan – C1)
Dimensi Keterangan
Enlightened Seberapa tinggi tingkat pengetahuan serta seberapa besar konsumen mampu mempengaruhi konsumen lain. salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat pendidikan pelanggan
Informatinalized Pelanggan yang mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada. Hal ini terutama disebabkan oleh kemudaha dan cepatnya pelanggan untuk mendapatkan informasi
Empowered Kemampuan dari pelanggan untuk merealisasikan apa yang menjadi keputusannya.
Sumber : Arafat, 2005
Faktor C yang kedua dalam CSP adalah Competitor atau pesaing. Dalam
hal ini akan dilihat tiga dimensi dari persaingan yaitu General, Aggresivennes,
Capability. Adapun penjelasan singkat ketiga dimensi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Tabel Dimensi Competitive Situation ( persaingan – C3)
Dimensi Keterangan
General
Menggambarkan jumlah pesaing yang berada dalam suatu industri, disamping menggambarkan jumlah pesaing yang ada saat ini, dimensi general juga mencakup pesaing potensial pada masa-masa yang akan datang dan pesaing dari produk substitusi
Aggresivennes
Menggambarkan seberapa jauh pesaing menerapkan strategi secara kreatif dn efektif. Karena satu pesaing yang menerapkan strategi yang kreatif dan efektif akan lebih berbahaya dibandingkan dengan puluhan pesaing pasif.
Capability
Menggambarkan bagaiman usaha atau kemampuan perusahan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang diukur berdasarkan kondisi keuangan, karyawan dan aset-aset terukur terutama yang berhubungan dengan teknologi
Sumber : Arafat, 2005
Faktor yang ketiga adalah Change Driven, yang juga terdiri dari tiga
dimensi yaitu Technologi, Economic, Market/ sosial. Tekhnologi merupakan yang
paling vital mempengaruhi perubahan Change Driven terhadap permintaan
pelanggan dan pesaing, serta memiliki peranan yang besar dalam merubah
struktur industri. Dimensi Change Driven terangkum dalam Tabel 13 sebagai
berikut.
Tabel 13. Tabel Dimensi Change Driven (Perubahan – C4)
Dimensi Keterangan
Technologi Teknologi merupakan faktor pengubah yang paling dominan karena berkaitan dengan cara hidup manusia dan paling vital terhadap perubahan pasar.
Economic Sistem perekonomian sangat mempengaruhi situasi persaingan para pemain dalam suatu industri.
Market / Sosial
Pasar dan faktor sosial merupakan bagian dari perubahan ekonomi. Sistem ekonomi nasional yang berkembang sejalan dengan globalisasi dan liberalisasi perdagangan mempengaruhi market.
Sumber : Arafat, 2005
Sebagai contoh, misalkan untuk dimensi “general“ dari variabel
competitor. Responden yang berpartisipasi dalam competitive audit dapat
menberikan skor satu apabila responden tersebut yakin bila jumlah pesaing pada
lima tahun yang akan datang relatif sangat sedikit, dan responden memberikan
skor empat bila situasi adalah sebaliknya, yaitu pesaing sangat banyak.
Dalam pengisian kuesioner CSP, responden diminta menjawab
pertanyaan yang mengarah pada pedoman pengisian CSP menurut kertajaya
(2001). Dimensi yang akan dijabarkan meliputi permintaan pelanggan, situasi
persaingan dan situasi perubahan pasar. Adapun poin-poin yang ditanyakan
mencakup :
1. Bagaimana tingkat pengetahuan responden terhadap produk perusahaan
(Enlightened).
2. Bagaimana kemampuan responden dalam memperoleh dan mengevaluasi
informasi (Informatinalized).
3. Bagaimana tingkat kemampuan pelanggan dalam merealisasikan apa yang
menjadi keputusannya (Enpowered).
4. Bagaimana kemampuan responden menggambarkan situasi persaingan
(General).
5. Bagaimana tingkat keagresifan pesaing dalam menerapkan strategi
persaingan (Agresivennes).
6. Bagaimana kemampuan perusahaan mendapatkan keunggulan
kompetitive yang diukur berdasarkan aset-aset perusahaan, kondisi
keuangan, karyawan dan teknologi (Capabiility).
7. Bagaimana pengaruh perubahan teknologi (Technologi).
8. Bagaimana pengaruh perubahan situasi ekonomi (Economic).
9. Bagaimana pengaruh perubahan pasar dan faktor sosial (Market/Social).
Bila form telah diisi, selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata dari
setiap profil yang didapat dari responden. Hasil ini akan memberikan apa yang
dinamakan Competitive Setting Index (CSI). CSI mengindikasikan tingkat
persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan saat ini.
Indek yang diperoleh dari nilai CSI menunjukkan tingkat persaingan bisnis
yang dihadapi dan orientasi pasar yang sebaiknya dilakukan perusahaan.
Berdasarkan gambar pada hasil analisis, nilai CSI yang diperoleh dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Situasi persaingan 2C : Orientasi pemasaran Porduct Oriented
2 . Situasi persaingan 2,5 C : Orientasi pemasaran Selling Oriented
3. Situasi persaingan 3C : Orientasi pemasaran Marketing Oriented
4. Situasi persaingan 3.5C : Orientasi pemasaran Market Driven
5. Situasi persaingan 4c : Orientasi pemasaran Customer Driven
4.3.1.2 Company Alignment Profile (CAP)
Untuk pengisian form CAP, responden dihadapkan pada variabel-variabel
perusahaan yang terlihat pada Tabel 14. Namun dalam pengisian form CAP
berbeda dengan CSP, untuk mengisi form CAP responden diberikan pedoman
untuk menentukan skor 1 - 5. Pedoman pengisian dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tabel Company Alignment Profile (CAP)
Company Alignment Profile (CAP) 1 2 3 4 5 INDEX
C2
Strategy Segmentation Targeting Potitioning
Tactic Differentiation Marketing Mix Selling
Value Brand Service process
Company Alignment Index ( CAI ) Sumber : Kertajaya, 2001
Ketika responden diminta mengisi dimensi segmentation, responden
dapat mengevaluasi terhadap cara-cara segmentasi yang dilakukan oleh
perusahaannya. Bila responden merasa bahwa perusahaannya hanya
menggunakan geografi sebagai dasar penentuan segmentasi, maka responden
akan memberi skor 1, petunjuk pengisian tabel CAP dapat dilihat pada Tabel 14.
Dalam pengisian kuesioner CAP, responden diminta menjawab
pertanyaan yang mengarah pada pedoman pengisian CAP menurut kertajaya
(2001). Dimensi yang akan dijabarkan meliputi strategi, taktik dan nilai. Adapun
poin-poin yang ditanyakan mencakup :
1. Bagaimana penentuan segmgentasi pasar perusahaan (Segmentation).
2. Bagaimana penentuan target pasar perusahaan (Targeting).
3. Bagaimana perusahaan memposisikan produk perusahaan dimata
konsumen (Potitioning).
4. Apa yang menjadi pembeda antara produk perusahaan dengan produk
pesaing (Differentiational).
5. Bagaimana situasi bauran pemasaran perusahaan (Marketing Mix).
6. Bagaimana perusahaan memposisikan penjualan produk perusahaan
dipasaran (Selling).
7. Bagaimana perusahaan memposisikan merek perusahaan dimata
konsumen (Brand).
8. Bagaimana pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumennya
(Service).
9. Bagaimana proses yang dijalankan perusahaan dalam mengoptimalkan
kinerja perusahaan (Process).
Bila form telah diisi, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata
dari setiap profil yang didapat oleh setiap responden. Hasil akhir dari proses ini
akan memberikan apa yang dinamankan Company Alignment Index ( CAI ).
Tabel 15. Tabel Pedoman Pengisian Company Alignment Profile ( CAP ).
Type Of Marketing No Marketing Mass Marketing
Segmented Marketing Niche Marketing Individual
Marketing
Strategy
Segmentation Geografi Demografi Psychographi Behaviour Individualized
Targeting Every one Suitable one Chosen one A Few Good one Some one
Potitioning The Only one The Better one
One Statement Different one One to one
Tactic
Differentiation Good for company
Better than competitor
Preferred by costumer
Specialized for Niche
Costumized for individu
Marketing Mix
4A Assortment Affordable Availabel Announcement
4B Best Bergaining Buffer Stocking Bombarding
4P Product Price Plane Promotion
4V Variety Value Vanue Voice
4C Costumer Solution Cost Convenience Comunication
Selling Informating about product
Featuring selling Benefit selling Solution selling Interacting for
succes
Value
Brand Just-a-name Brand awareness
Brand association
Perceived Quality Brand loyalist
Service One Businnes Category
Value added business
Value-in-Use Business
Customer Satisfling Business
The Only Business Category
process System & Procedure Implementation
Interventional Team Work
Functional Streamling
Total Delivery Reengeneering
Extended value Chain
Score 1 2 3 4 5
Sumber : Conceptual frame work marketing plus 2000, Kertajaya (2001)
CAI mengidentifikasi orientasi pemasaran yang dilakukan perusahaan
saat ini, berdasarkan hasil perolehan rata-rata CAI dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Perusahaan adalah Producer dengan orientasi Porduct Oriented
2 . Perusahaan adalah seller dengan orientasi Selling Oriented
3 . Perusahaan adalah Marketer dengan orientasi Marketing Oriented
4 . Perusahaan adalah Specialyst dengan orientasi Market Driven
5 . Perusahaan adalah Service Provider dengan orientasi Customer Driven
Variable-variabel yang terdapat pada Tabel 15 tentang Pedoman
Pengisian Company Alignment Profile (CAP) dapat dijelaskan dengan detail pada
Lampiran 16, 17 dan 18.
4.3.2 Analisis Kesenjangan (GAP)
Dalam Kertajaya (2002), dikatakan agar perusahaan mempunyai kinerja
yang baik, maka strategi harus diformulasikan sesuai dengan kondisi lingkungan
bisnis dimana perusahaan berada didalamnya. Oleh karena itu, harus dilakukan
analisis kesenjangan antara lingkungan bisnis dengan strategi yang diterapkan
oleh perusahaan tersebut. Analisis kesenjangan yang dilakukan terhadap kedua
profil perusahaan dalam Competitive audit menginformasikan kondisi
perusahaan secara konseptual, yaitu kondisi orientasi pemasaran dan kondisi
pesaing bisnis yang akan datang. Sehingga dari informasi ini perusahaan dapat
mempelajari kesesuaian antara persaingan yang dihadapi dengan kondisi pasar
yang ada sekarang.
Analisis kesenjangan akan dilakukan dengan membandingkan kedua
variabel dari index CSI dan CAI, dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan
sebagai berikut :
Dari hasil penghitungan analisis GAP menggunakan rumusan diatas, akan terjadi
tiga kemungkinan kesenjangan yang terjadi yaitu :
1. CAI > CSI, adalah kesenjangan positif, dimana strategi yang diterapkan oleh
perusahaan sudah lebih maju jika dibanding dengan perusahaan pesaing,
2. CAI = CSI disebut dengan situasi “Par“ dimana startegi pemasaran yang
diterapkan perusahaan dinilai sudah menjawab permintaan pasar / tantangan
persaingan pada masa yang akan datang.
Analisis Kesenjangan / GAP = CAI - CSI
3. CAI < CSI adalah kesenjangan negatif, yaitu dapat diartikan bahwa
pemasaran yang dilakukan perusahaanan dinilai tertinggal atau kurang agresif
dibandingkan dengan peasiang.
4.3.3 Marketing Effectiveness Review Instrumen (MER)
Nilai efektivitas setiap komponen berkisar antar rentang 0 – 6. Dimana nol
untuk kategori tidak efektif dan enam untuk penilaian efektivitas yang sangat
tinggi. Selanjutnya, indeks dari kelima komponen MER tersebut dijumlahkan
sehingga akan diperoleh suatu nilai yang besarnya antar 0 – 30. Nilai inilah yang
disebut Marketing Effectiveness Index (MEI).
Dari indeks ini dapat diketahui sejauh mana efektivitas sumberdaya yang
dimiliki perusahaan yang digunakan dalam mendukung kegiatan pemasaran
yaitu dengan cara membandingkan MEI dengan Standar Efektivitas Pemasaran
dari Kotler (2002), dimana standarisasi tersebut adalah sebagai berikut :
00 – 05 = Tidak efektif 06 – 10 = Kurang 11 – 15 = Sedang 15 – 20 = Baik 21 – 25 = Sangat Baik 26 – 30 = Superior
Untuk memudahkan dalam pemahaman mengenai data kuantitatif yang
diperoleh dari MER, pada Tabel 19 disajikan tabel MER. Indeks 0 – 6
menunjukkan skala dari suatu komponen dalam mendukung kinerja
pemasarannya. Rangkuti (2002) mendefinisikan skala indeks 0 – 6 dari MER
adalah sebagai berikut :
00 – ≤1 = Tidak efektif >1– ≤2 = Kurang >2– ≤3 = Sedang >3– ≤4 = Baik >4– ≤5 = Sangat Baik >5– ≤6 = Superior
Tabel 16. Tabel Marketing Effectiveness Review (MER) Marketing Effectiveness Review
(MER) 1 2 3 4 5 6 INDEX
Costumer Philosophy
Integrated Marketing Organization
Adequate Marketing Information
Strategyc Orientation
Operational Efficiency
Marketing Effectiveness Index
Sumber : Kertajaya, 2001
Dari Tabel 16 dapat dijabarkan uraian yang harus di review dalam
instrument Marketing Effectiveness Review (MER) adalah sebagai berikut :
6. Filosofi pelanggan(Costumer Philosophy )
d. Apakah manajemen menyadari pentingnya mendesain perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) dari target
pasar yang dipilih?
e. Apakah manajemen mengembangkan produk dan rencana pemasaran
yang berbeda untuk segmen pasar yang berbeda?
f. Apakah manajemen mempertimbangkan semua komponen sistem
pemasaran (pemasok, saluran distribusi, pesaing, pelanggan dan
lingkungan) dalam merencakan bisnisnya?
7. Organisasi pemasaran yang terintegrasi (Integrated Marketing Organization)
d. Apakah terdapat keterpaduan dan pengendalian terhadap fungsi-fungsi
utama pemasaran?
e. Apakah manajemen pemasaran mampu bekerja dengan baik dengan
manajemen penelitian, produksi, pembelian, logistik dan keuangan?
f. Seberapa baikkah pengelolaan proses pengembangan produk baru?
8. Informasi pasar yang memadai ( Adequate Marketing Information )
d. Kapan terakhir kali melakukan riset pemasaran mengenai pelanggan,
pengaruh pembelian, saluran distribusai dan pesaing baru?
e. Seberapa baikkah manajemen mengetahui potensi penjualan dan
profitabilitas dari segmen pasar, pelanggan, wilayah, produk, saluran
distribusi dan volume pembelian yang berbeda?
f. Seberapa besar usaha yang telah dilakukan untuk mengukur dan
meningkatkan efektifitas biaya dan pengeluaran perusahaan?
9. Orientasi strategi ( Strategyc Orientation )
d. Sejauh mana tingkat perencanaan pemasaran secara formal?
e. Seberapa mengesankan strategi pemasaran saat ini?
f. Seberapa majukah perencanaan kontingensi yang merupakan
perencanaan yang menyiapkan skenario berdasarkan situasi yang
mungkin terjadi dimasa yang akan datang?
10. Efisiensi operasional (Operational Efficiency )
d. Seberapa baikkah strategi pemasaran yang ditetapkan,
dikomunikasikan, dan diimplementasikan?
e. Apakah manajemen melakukan tugas secara efektif dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pemasaran yang ada?
f. Apakah manajemen mampu bereaksi secara cepat dan efektif untuk
setiap perkembangan yang sedang berlangsung?
BAB V HASIL AUDIT PEMASARAN
Hasil dari audit pemasaran yang dilakukan dibagi menjadi dua profil, yaitu
Company Alighment Profile dan Competitive Setting Profile. Strategi, taktik dan
nilai pemasaran yang dilakukan PT Bintang Toejoe terangkum dalam Company
Alighment Profile. Sedangkan Competitive Setting Profile menggambarkan
kondisi pelanggan, persaingan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan
bisnis PT Bintang Toejoe.
Hasil yang didapat dari kedua profil tersebut menghasilkan analisis
kesenjangan yang terjadi yang dirangkum dalam Analisis Kesenjangan (GAP) .
Selain komponen-komponen di atas, analisis lain yang dilakukan adalah analisis
Marketing Effectiveness Review Instrument (MER), hasil perhitungan dari
komponen MER akan menunjukkan sejauh mana efektifitas potensi sumberdaya
pemasaran yang dimiliki PT Bintang Toejoe dalam mendukung strategi
pemasaran perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis.
5.6 Competitive Setting Profile (CSP)
Audit yang dilakukan dalam Competitive Setting Profile (CSP)
menggambarkan situasi dan tingkat persaingan dalam industri yang akan
dihadapi perusahaan. Skor yang diperoleh oleh setiap variabel menggambarkan
tingkat persaingan bisnis yang beracuan pada Tabel 4, yaitu tabel “situasi
persaingan bisnis”. Dalam aspek ini akan dibahas tiga dimensi, yaitu situasi
permintaan pelanggan (C1) form kuesioner akan diisi oleh konsumen langsung,
situasi pesaing (C3) form kuesioner akan diisi oleh distributor, dan situasi
perubahan (C4). Dalam pengisian CSP, form kuesioner akan diisi oleh
pedagang/distributor dan pihak pesaing dan manajemen dari perusahaan.
5.1.1 Permintaan Pelanggan (C1)
Pada dimensi permintaan pelanggan (C1) memiliki standar deviasi
sebesar 0,25. Hal ini menunjukkan kelima responden representatif dalam
menggambarkan kondisi persaingan yang dihadapi perusahaan dari aspek
permintaan pelanggan. Menurut responden, tingkat permintaan pelanggan
terhadap produk Extra Joss untuk lima tahun kedepan cukup besar. Hal ini
ditunjukkan dari nilai Indeks rata-rata permintaan pelanggan pada Tabel 17 yaitu
sebesar 3,11 (dalam skala 1-4). skor satu menunjukan bahwa dimensi yang
diukur adalah “sangat rendah“ dan skor empat memberikan indikasi bahwa
dimensi tersebut “sangat tinggi“. Perolehan nilai pada dimensi ini dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Audit permintaan pelanggan (C1)
Permintaan Pelanggan
(C1) Pertanyaan
Competitive Setting Profile (CSP)
R1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata St.Dev
Terc
erah
kan a. Variasi produk yang
ditawarkan 4 4 4 3 4 3,8 0,40
b. Informasi produk 3 3 2 3 3 3,4 0,40
Rata-rata 3,5 3,5 3,0 3,0 3,5 3,50 0,25
Tahu
Info
rmas
i
a. Kegunaan produk 3 3 2 3 2 2,6 0,49 b. Harga produk 3 3 2 2 2 2,4 0,49 c. Keragaman produk 4 4 3 4 4 3,8 0,40 d. Kualitas produk 3 3 3 3 2 3,4 0,40
e. Jenis merek lain (pesaing) 3 3 3 3 3 3,0 0,00
Rata-rata 3,2 3,2 2,6 3,0 2,6 3,04 0,15
Ber
kem
ampu
an
a. Pengaruh tingkat harga produk 3 3 2 2 2 2,4 0,49
b. Jumlah pembelian 2 4 3 3 2 2,8 0,75 c. Loyalitas merek 3 4 3 3 3 3,2 0,40
Rata-rata 2,7 3,7 2,7 2,7 2,3 2,80 0,47 Indeks rata-rata permintaan pelanggan (C1) 3,11 0,25
Kondisi pelanggan yang akan dihadapi perusahaan dalam lima tahun
mendatang memiliki tingkat ”pencerahan” yang cukup tinggi, hal ini ditunjukkan
dalam indeks profil ”tercerahkan” yang bernilai 3,5. Artinya pelanggan sudah
menyadari kualitas dan manfaat dari penggunaan produk Extra Joss, hal ini
didukung kemudahan konsumen dalam mendapatkan informasi mengenai
produk Extra Joss serta semakin banyak informasi yang diperoleh konsumen.
Dalam profil ini, variabel-variabel yang ditanyakan adalah bagaimana variasi
produk yang ditawarkan serta informasi kualitas produk.
Pada profil ”tahu informasi” diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,04. Artinya
tingkat informasi produk seputar kualitas, harga dan ragam promosi cukup
mudah diperoleh pelanggan, sehingga pelanggan mampu membandingkan dan
mengevaluasi perbedaan antara suatu produk dengan produk sejenis dari
perusahaan lain. Pada profil ini variabel-variabel yang ditanyakan meliputi
kegunaan, harga, kualitas, keragaman produk dan jenis dari merek lain.
Profil ketiga yang diukur adalah ”berkemampuan”. Rata-rata dari profil ini
adalah 2,8. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengaruh harga produk, loyalitas
merek, dan kemudahan mendapatkan produk dalam lima tahun kedepan masih
cukup baik. Harga produk bukanlah menjadi prioritas utama dalam pemilihan
produk karena konsumen lebih banyak membandingkan kualitas. Selain itu juga,
faktor lain yang mempengaruhi keputusan konsumen adalah sikap orang lain dan
lingkungan serta faktor-faktor yang tidak diharapkan seperti adanya pesaing yang
menjual produk dengan harga yang sangat rendah. Dalam hal ini variabel
pertanyaan yang diajukan terhadap responden adalah mengenai pengaruh
tingkat harga produk, jumlah pembelian serta mengenai loyalitas konsumen.
5.1.2 Pesaing (C3) Dari hasil wawancara terhadap lima responden diperoleh nilai standar
deviasi sebesar 0,24 yang menunjukkan bahwa data audit ini terpercaya
menggambarkan situasi persaingan yang dihadapi perusahaan dari aspek
pesaing. Ada tiga dimensi yang diukur dalam situasi persaingan. Diantaranya
yaitu 1) Umum, yang menggambarkan kondisi persaingan secara umum, 2)
Keagresifan, yaitu menggambarkan strategi pemasaran pesaing 3) Kapabilitas,
yaitu yang menggambarkan kapabilitas pesaing. Perolehan nilai pada dimensi ini
dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Hasil Audit Situasi Persaingan (C3)
Situasi Persaingan
(C3) Pertanyaan
Competitive Setting Profile (CSP)
R1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata St.Dev
Gen
eral
a. Jumlah pesaing dalam industri 4 4 4 4 4 4,0 0,00
b. Peringkat perusahaan dalam industri 4 3 4 4 4 3,8 3,40
Rata-rata 4,0 3,5 4,0 4,0 4,0 3,90 0,20
Agr
esifi
tas
a. Ragam variasi produk pesaing 3 2 2 3 3 2,6 0,49
b. Harga produk pesaing 3 3 3 3 3 3,0 0,00
c. Potongan harga pesaing 2 2 2 2 3 2,2 0,40
d. Inovasi produk pesaing 2 2 2 3 3 2,4 0,49
e. Frekuensi kunjungan sales pesaing 4 3 3 2 3 3,0 0,00
Rata-rata 2,8 2,4 2,4 2,6 3,0 2,64 0,23
Kap
abili
tas
a. Media pemesanan produk 2 2 2 2 2 2,0 0,00
b. Pelayanan sales pesaing 2 3 3 2 2 2,4 0,49
c. Waktu pengiriman barang pesaing 2 2 2 2 2 2,0 0,00
Rata-rata 2,0 2,3 2,3 2,0 2,0 2,12 0,30
Indeks rata-rata situasi persaingan (C3) 2,89 0,24
Menurut responden, tingkat persaingan pada industri minuman kesehatan
berenergi untuk lima tahun mendatang cukup besar yaitu sebesar 2,89 (pada
skala 1-4). Dari dimensi ”umum” diperoleh nilai sebesar 3,9. Hal ini dapat
diartikan besarnya peluang masuk perusahaan pendatang baru dalam industri
ini, perusahaan kedepannya akan menghadapi pesaing dari produk sejenis yang
semakin banyak jumlahnya. Selain menghadapai persaingan produk dari dalam
negeri, perusahaan juga perlu memperhatikan dan mewaspadai pesaing-pesaing
baru yang akan masuk dari luar negeri. Dimana pesaing luar negeri biasanya
menawarkan produk yang lebih beragam dengan kualitas yang lebih baik serta
dengan harga yang bersaing bahkan lebih rendah.
Tingkat keagresifan dalam industri ini dinilai cukup tinggi, hal ini terlihat
dari indeks profil ”keagresifan” pesaing yang didapat sebesar 2,64. Keagresifan
pesaing dalam industri minuman kesehatan berenergi dirasakan cukup
mempengaruhi kinerja perusahaan. Keagresifan pesaing nampak dalam hal
promosi produk perusahaan yang mengebu-gebu. Sebagai contoh, perebutan
bintang promosi (iklan televisi) yang sebelumnya menjadi icon produk Extra Joss
oleh perusahaan pesaing, hingga penggunaan kata ”Joss” pada produk pesaing.
Dari profil ”kapabilitas”, pesaing yang dihadapi extra Joss di daerah Bogor
memiliki tingkat kapabilitas sedang. Responden menilai dari sisi lini produk,
media pemesanan dan pengiriman, pelayanan sales pesaing, dan ketepatan
waktu dalam memenuhi pesanan dari pihak pesaing. Selain itu, perusahaan
yakin bahwa sumberdaya manusia yang dimiliki cukup handal dengan produk
perusahaan yang berkualitas tinggi mampu mempertahankan posisi produk Extra
Joss sebagai pemimpin pasar. Adapun indeks nilai yang diperoleh dari profil
kapabilitas adalah sebesar 2,12.
5.1.3 Perubahan (C4) Pada profil perubahan (C4), diperoleh standar deviasi sebesar 0,23. Angka
ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari responden dapat
dipertanggungjawabkan keakuratannya, atau dengan kata lain bahwa data yang
diberikan responden cukup representatif menggambarkan kondisi persaingan
yang dihadapi perusahaan dinilai dari aspek perubahan. Menurut Kertajaya
(2000), faktor peubah yang dianggap memenuhi kinerja perusahaan adalah
faktor teknologi, faktor sosial, ekonomi dan politik serta faktor pasar. Perolehan
nilai pada dimensi ini dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Audit Situasi Perubahan (C4)
Perubahan (C4) Pertanyaan
Competitive Setting Profile (CSP)
R1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata Total
Tekn
olog
i a. Media pemesanan barang 2 2 2 3 3 2,4 0,49
b. Media promosi 4 4 3 4 4 3,8 0,40
c. Frekuensi dalam meng- up date teknologi 4 4 4 4 3 3,8 0,40
Rata-rata 3,3 3,3 3,0 3,7 3,3 3,33 0,22
SO
SE
KP
OL a. Pengaruh inflasi
terhadap harga produk 2 2 3 3 2 2,4 0,49
b. Pengaruh kebijakan pemerintah 2 3 3 3 2 2,6 0,49
c. Pengaruh kondisi sosial 3 2 3 3 3 2,8 0,40
d. Perubahan masyarakat 3 3 2 3 3 2,8 0,40
Rata-rata 2,7 2,7 3,5 3,2 2,7 2,65 0,33
Pasa
r
a. Kemudahan masuknya pemain baru 4 4 4 4 4 4,0 0,0
b. Penguasaan pangsa pasar 4 4 4 3 3 3,6 0,49
c. Penambahan pangsa pasar baru 4 4 4 4 4 4,0 0,0
Rata-rata 4,0 4,0 4,0 3,7 3,7 3,87 0,15
Indeks rata-rata perubahan (C4) 3,28 0.23
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi dalam industri minuman
kesehatan berenergi ini, khususnya teknologi media pemesanan barang,
teknologi informasi, frekuensi dalam meng- up date serta media promosi yang
dirasakan cukup besar pengaruhnya dalam perubahan perusahaan. Hal ini
digambarkan dari hasil rata-rata yang diberikan responden sebesar 3,33 (pada
skala 1-4). Pada variabel pemesanan barang, responden kebanyakan memesan
lewat sales yang melakukan kunjungan, tetapi ada juga pedagang/agen yang
memesann produk perusahaan melalui telepon. Sementara untuk pertanyaan
mengenai media promosi para pedagang dan agen cukup puas dengan apa
yang diberikan perusahaan, hal ini dibuktikan dengan empat orang menjawab
sangat puas dan satu orang responden menjawab puas.
Untuk dimensi sosial, ekonomi dan politik (SOSEKPOL), responden
memberikan nilai rat-rat sebesar 2,65. Nilai ini pengaruh perubahan iklim sosial,
ekonomi dan politik dinilai tidak terlalu mempengaruhi kinerja perusahaan untuk
lima tahun kedepan. Tetapi, perusahaan harus mewaspadai apabila pemerintah
mulai memperhatikan kinerja industri minuman kesehatan berenergi, kebiajakan
yang dikeluarkan pemerintah bisa menguntungkan dan bisa juga justru
merugikan perusahaan.
Pengaruh pertumbuhan pasar dan minat pendatang baru sangatlah besar
untuk lima tahun kedepan, hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh pada
profil pasar sebesar 3,87 (dalam skala 1-4). Hal ini terbukti dalam tenggang
waktu 2004-2007 sudah banyak bermunculan produsen produk sejenis (Tabel
1dan Tabel 2). Dengan minat masyarakat yang semakin tinggi dalam hal-hal
yang instan dan siap saji, dinilai perusahaan sebagai peluang besar dalam
pengembangan industri ini.
Secara keseluruhan dari ketiga komponen diatas, yaitu pelanggan (C1),
Pesaing (C3) dan Perubahan (C4) disimpulkan dan disusun menjadi satu
kesatuan situasi persaingan yang sedang dihadapi perusahaan yang disebut
Competitive Setting Profile (CSP) untuk membantu memahami mengenai data
kuantitatif yang diperoleh dari audit CSP seperti yang terangkum dalam Tabel 20
dan gambar 2.
Tabel 20. Hasil Audit Competitive Setting Profile (CSP)
Keterangan Competitive Setting Profile (CSP)
R1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata Standar Deviasi
Permintaan Pelanggan (C1)
Tercerahkan 3,5 3,5 3,0 3,0 3,5 3,50 0,25 Tahu Informasi 3.2 3.2 2.6 3,0 2.6 3,04 0,15 Berkemampuan 2,7 3.7 2,7 2,7 2,3 2,80 0,47
3,11 0,25
Situasi Persaingan (C3)
Umum 4,0 3,5 4,0 4,0 4,0 3,90 0,20 Keagresifan 2,8 2,4 2,4 2,6 3,0 2,64 0,23 Kapabilitas 2,0 2,3 2,3 2,0 2,0 2,12 0,30
2,89 0,24
Faktor Peubah (C4)
Teknologi 3,3 3,3 3,0 3,7 3,3 3,33 0,22 SOSEKPOL 2,7 2,7 3,5 3,2 2,7 3,00 0,33 Pasar 4,0 4,0 4,0 3,7 3,7 3,87 0,15
3,28 0.23 Competitive Setting Index (CSI) 3,09 0,26
Dari ketiga komponen tersebut didapat rata rata indeks CSI sebesar :
Indeks rata-rata C1+C2+C3 = 3,11 + 2,89 + 3,28
3 3
= 3,09
Keterangan Competitive Setting Profile (CSP)
1 2 3 4 Rata-rata
Standar Deviasi
Permintaan Pelanggan (C1)
Tercerahkan 3,50 0,25
Tahu Informasi 3,04 0,15
Berkemampuan 2,80 0,47
Situasi Persaingan (C3)
Umum 3,90 0,20
Keagresifan 2,64 0,23
Kapabilitas 2,12 0,30
Faktor Peubah (C4)
Teknologi 3,33 0,22
SOSEKPOL 3,00 0,33
Pasar 3,87 0,15
Competitive Setting Index (CSI) 3,09 0,26
Gambar 2. Hasil Audit Competitive Setting Profile (CSP)
5.7 Company Alighment Profile (CAP)
Proses audit yang diterapkan pada CAP bertujuan untuk mengaudit profil
dari faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari strategi, taktik dan nilai.
Responden yang dipilih adalah orang-orang yang mempunyai memenuhi syarat
untuk berpartisipasi dalam audit Company Alighment Profile (CAP) dengan
kriteria karyawan perusahaan yang mempunyai peranan dalam pengambilan
keputusan dalam perusahaan. Responden yang dilibatkan tersebut adalah :
R1 : Kepala Cabang
R2 : Manager Promosi
R3 : Manager Pemasaran
R4 : Sekretaris Cabang
R5 : Sales Force Supervisor
Tabel 21. Hasil Audit Company Alignment Profile (CAP)
Keterangan
Company Alignment Profile (CAP)
R1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata
Standar
Deviasi
Strategi
Segmentasi 4 4 4 4 4 4,00 0,00 Penargetan 2 2 2 2 2 2,00 0,00 Posisioning 3 3 3 3 3 3,00 0,00
Taktik
Diferensiasi 2 2 2 3 3 2,40 0,49 Bauran Pemasaran 3 3 3 3 3 3,00 0,00 Penjualan 4 4 4 4 3 3,80 0,45
Nilai
Merek 4 4 4 4 4 4,00 0,00 Servis 4 4 4 4 4 4,00 0,00 Proses 2 2 2 2 2 2,00 0,00
Rata-rata 3.11 3.00 3.22 3.00 3.11 3.01 0.19
Company Alignment Index ( CAI ) 3.13 0.11
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dijawab oleh para responden
diperoleh hasil audit CAP yang terlihat pada Tabel 21. Hasil yang diperoleh dari
proses audit Company Alignment Profile (CAP) menghasilkan indeks sebesar
3,13 dengan standar deviasi 0,11. Nilai standar deviasi mendekati nol dan
dibawah 0,5 menunjukkan bahwa data audit dari responden terpercaya dan
representatif dalam menggambarkan kondisi pemasaran yang dijalankan
perusahaan. Angka atau nilai pada tabel diatas diperoleh berdasarkan jawaban
yang diberikan responden atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner.
Adapun penjabaraan dari masing-masing komponen pada hasil audit
Company Alignment Profile (CAP) adalah sebagai berikut :
5.2.1 Strategi
Dalam komponen strategi kita akan membahas secara rinci tentang tiga
dimensi yang di audit, yaitu segmentasi, penargetan dan positioning.
5.2.1.1 Segmentasi
Dari Tabel 21, didapatkan bahwa dimensi segmentasi menghasilkan
angka empat dengan standar deviasi nol yang menunjukkan bahwa seluruh
responden memberikan jawaban yang sama atas pertanyaan yang diajukan. Hal
ini berarti dalam melihat pasar Extra Joss memakai tipe segmentasi behaviour
(variabel perilaku), dimana segmentasi perilaku perusahaan mengelompokkan
konsumen berdasarkan tingkat pengetahuan konsumen terhadap produk, sikap
konsumen terhadap produk dan tingkat pemakaian atau tanggapan konsumen
terhadap suatu produk. Disamping itu, perusahaan dalam menerapkan
segmentasi perilaku ini mempunyai pertimbangan bahwa dalam penentuan
segmentasi pasar berdasarkan perilaku terdapat beberapa faktor yang sangat
menentukan, yaitu manfaat yang dicari, tingkat pemakaian, kesempatan
berbelanja / memperoleh produk, status pemakai, status kesetiaan dan sikap
terhadap produk.
5.2.1.2 Penargetan
Dimensi penargetan dari komponen strategi memperoleh skor dua
dengan tingkat kepercayaan responden 100 persen. Nilai ini menggambarkan
bahwa Extra Joss mempunyai sasaran konsumen orang-orang yang cocok
terhadap produk (suitable ones). Startegi ini diterapkan karena Extra Joss
merupakan produk yang ekskulsif, dimana penargetan produk ditujukan pada
konsumen orang- orang muda, pelajar, orang- orang yang sedang bepergian
serta orang yang sedang berolah raga.
5.2.1.3 Positioning
Rata-rata indeks yang diperoleh dari dimensi positioning menunjukkan
angka tiga dengan tingkat kepercayaan responden 100%. Pada dimensi ini arti
positioning yang diterapkan perusahaan adalah “satu pernyataan“ (One
Statement). Perusahaan juga meletakkan satu pernyataan dibenak konsumen,
yaitu “Extra Joss minuman para juara”, dengan slogan ini diharapkan akan
melekat dibenak konsumen bahwa produk ini merupakan produk dengan kualitas
terbaik.
Perusahaan memposisikan produk perusahaan lebih baik dari pada
pesaing yang ada di pasar karena perusahaan merupakan pemimpin pasar untuk
produk sejenis dengan banyak varian dan telah menerima penghargaan dalam
hal kwalitas, diantaranya ISO 9001, HACCP, CPOB, Bendera Emas K3, serta
Sertifikat Halal dari MUI. Dengan jaminan kualitas yang ditawarkan, konsumen
tidak merasa cemas untuk mengkonsumsi produk ini.
5.2.2 Taktik
Dalam komponen taktik akan membahas secara rinci tentang tiga dimensi
yang diaudit, yaitu Diferensiasi, Bauran Pemasaran dan Penjualan
5.2.2.1 Diferensiasi
Rata-rata indeks yang diperoleh pada dimensi taktik diferensiasi adalah
bernilai 2,4 dengan standar deviasi mencapai 0,49. Dengan demikian taktik
diferensiasi perusahaan dalam menghasilkan produk dinilai lebih baik dari produk
sejenis yang dihasilkan pesaing (Better Than Competitor). Perusahaan
menyadari tingginya tingkat persaingan yang dihadapi, oleh karena itu
perusahaan sangat menekankan pada kualitas produk dan promosi. Sedangkan
diferensiasi yang paling ditekankan perusahaan adalah menyediakan varian
produk dengan spesifikasi rasa dan kugunaan. Perusahaan berusaha
memanjakan konsumen dengan menyediakan berbagai pilihan rasa yang sesuai
dengan selera konsumen.
5.2.2.2 Bauran Pemasaran
Dimensi ini merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pemasaran
perusahaan. Berdasarkan CAP dimensi bauran pemasaran memperoleh nilai
tiga. Pada skor ini menggambarkan perusahaan menerapkan konsep 4P
(Produk, Price, Place, Promotion). Dalam penerapan bauran pemasaran produk,
perusahaan menawarkan produk yang berkualitas dengan berbagai macam
piliihan bentuk produk, rasa dan kemasan. Harga yang ditawarkan Extra Joss
relatif sama dengan produk sejenis.
Dalam memasarkan produknya perusahaan ini mempunyai sistem
pemasaran yang baik, dengan mengandalkan ujung tombak perusahaan (sales
man) yang dibagi per wilayah kerja diharapkan mampu mengoptimalkan saluran
distribusi yang ada saat ini. Sistem promosi merupakan senjata utama
perusahaan dalam mempromosikan dan menarik minat konsumen, promosi
massal paling efektif yang dilakukan perusahaan adalah melalui media massa
terutama iklan televisi dan radio. Dalam hal ini perusahaan menggandeng
sederetan artis terkenal, olahragawan berprestasi bahkan pemain bola tingkat
dunia pernah dijadikan bintang iklan produk ini.
5.2.2.3 Penjualan
PT Bintang Toejoe dalam melakukan penjualan produk Extra Joss
memiliki dimensi nilai sebesar 3,8 hal ini menggambarkan perusahaan
menerapkan konsep benefit selling menuju solution selling. Dimana disamping
perusahaan berorintasi pada keuntungan yang optimal, perusahaan juga
menawarkan produk yang memberikan solusi bagi para konsumennya.
Kecenderungan gaya hidup konsumen yang menginginkan kepraktisan,
membuat perusahaan memberikan solusi dengan menciptakan produk minuman
kesehatan berenergi yang praktis dikonsumsi dan mempunyai rasa yang enak.
5.2.3 Nilai
Dalam komponen nilai kita akan membahas secara rinci tentang tiga
dimensi yang diaudit, yaitu merek, servis dan proses.
5.2.3.1 Merek
Rata-rata indeks pada dimensi merek bernilai 4,0 berarti alasan
perusahaan dalam menciptakan merek dagang mengarah agar merek
perusahaan dapat dipersepsikan oleh para konsumennya atas seluruh kualitas
produk baik dalam bentuk kemasan, cita rasa dan keawetan produk Extra Joss
(Perceived Quality). Loyalitas merek dapat dibangun dengan dukungan
pelayanan yang diberikan perusahaan. Kebanyakan dari hasil responden
mengatakan bahwa konsumen akan terus menngkonsumsi minuman kesehatan
berenergi Extra Joss, hal tersebut dibuktikan dengan responden memberikan
nilai empat pada dimensi merek.
5.2.3.2 Servis
Pada dimensi servis, responden memberikan nilai rata-rata sebesar 4.0,
dengan standar deviasi dibawah 0,0 menunjukkan bahwa data audit memiliki
tingkat kepercayaan yang baik. Dari data CAI sebesar 4.0 tersebut
menggambarkan bahwa perusahaan berupaya memberikan pelayanan yang baik
untuk memuaskan konsumen (Customer Satisfling Business) dengan kata lain
pelayanan merupakan tujuan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
PT Bintang Toejoe menyediakan Sales Promotion Girl (SPG) Extra Joss
diberbagai pusat perbelanjaan untuk membantu dalam mempresentasikan
produknya, selain itu perusahaan memberikan contoh minuman yang dapat
dinikmati secara langsung oleh konsumen terutama untuk produk-produk baru
perusahaan, sehingga konsumen dapat mencoba dan menikmati produk Extra
Joss. Selain itu, perusahaan juga selalu berupaya memberikan pelayanan yang
terbaik kepada agen-agen dan toko penjualan eceran produk Extra Joss dengan
menyediakan berbagai macam alat promosi, alat display produk dan berbagai
macam perlengkapan promosi lainnya.
5.2.3.3 Proses
Dimensi proses bernilai dua, dengan nilai kepercayaan responden
sebesar 100 persen. Artinya perusahaan meningkatkan kerjasama antar fungsi
dalam perusahaan untuk menciptakan kelancaran proses yang lebih baik dalam
perusahaan. Pada dimensi proses ini, perusahaan berupaya meningkatkan
kerjasama antar fungsi supaya terjadi kelancaran proses yang lebih baik
(Interventional Team Work).
Dengan bentuk organisasi piramida fungsi-fungsi perusahaan bekerja
berdasarkan tugas dari masing-masing dan kerjasama antar fungsi digalakkan
supaya terjadi proses pelayanan yang baik. Dalam hal ini perusahaan
membentuk tim-tim yang bertanggungjawab dalam pemasaran produk pada
setiap segmen pasar, dimana dari tiap-tiap tim tersebut bertanggung jawab
langsung pada General Manager.
Secara keseluruhan, ketiga komponen Company Alighment Profile (CAP)
diatas yaitu Strategi, Taktik dan Nilai disusun menjadi satu profil pemasaran oleh
perusahaan. Untuk lebih memahami data kuantitatif yang diperoleh dari audit
CAP dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan Company Alignment Profile (CAP)
1 2 3 4 5 Rata-rata Standar Deviasi
Strategi
Segmentasi 4,00 0,00
Penargetan 2,00 0,00
Posisioning 2,40 0,49
Taktik
Diferensiasi 2,00 0,00 Bauran Pemasaran 3,00 0,00
Penjualan 3,80 0,45
Nilai
Merek 4,00 0,00
Servis 4,00 0,00
Proses 2,00 0,00
Company Alignment Index (CAI) 3.13 3.01
Gambar 3. Hasil Audit Company Alignment Profile (CAP)
Dari hasil CAI sebesar 3,13 menunjukkan bahwa orientasi pemasaran PT.
Bintang Toejoe dengan produk extra Joss sekarang ini berada pada posisi
marketing orinted. Perusahaan berusaha memfokuskan kegiatannya pada
mencari peluang pasar yang baru, peningkatan inovasi dan diferensiasi produk,
dan dengan bauran promosi yang efektif.
5.8 Tipe Perusahaan
Indeks yang diperoleh dari nilai CSI menunjukkan tingkat persaingan
bisnis yang dihadapi dan orientasi pasar yang sebaiknya dilakukan perusahaan.
Berdasarkan gambar pada hasil analisis, nilai CSI yang diperoleh dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1 situasi persaingan 2C , orientasi pemasaran Porduct Oriented
2 situasi persaingan 2.5 C , orientasi pemasaran Selling Oriented
3 situasi persaingan 3C , orientasi pemasaran Marketing Oriented
4 situasi persaingan 3.5C , orientasi pemasaran Market Driven
5 situasi persaingan 4C , orientasi pemasaran Customer Driven
Total nilai CSP sebesar 3,13 menggambarkan situasi persaingan 3C
dengan orientasi pemasaran (Marketing Oriented). Dalam situasi 3C ini
perusahaan berorientasi pada penjualan produk dengan pemasaran yang efektif
dengan menciptakan diferensiasi produk yang berkualitas dan selalu lebih baik
dari para pesaing perusahaan. Sebagian besar dana perusahaan dialokasikan
pada inovasi dan promosi. Kondisi ini menggambarkan PT Bintang Toedjoe
dengan produknya Extra Joss, untuk perusahaan yang beorientasi pada
pemasaran, Extra Joss menggunakan media promosi dan team sales marketing
yang solid sebagai ujung tombak pemasaran perusahaan.
5.9 Analisis kesenjangan (GAP)
Analisis kesenjangan (GAP) dilakukan dengan cara membandingkan
kedua profil yang diaudit, yaitu nilai yang didapat dari audit strategi perusahaan
(Company Alignment Profile) dengan nilai yang didapat dari audit profiil
lingkungan perusahaan (Competitive Setting Profile) dari hasil audit kedua profile
ini maka akan diperoleh nilai indeks dari masing-masing profil yaitu Company
Alignment Index (CAI) dan Competitive Setting Index (CSI).
Adapun nilai CAI yang diperoleh adalah sebesar 3,13 dan indeks CSI
sebesar 3,09 Analisis kesenjangan akan dilakukan dengan membandingkan
kedua variabel dari index CSI dan CAI, yaitu dapat dilakukan dengan
menggunakan rumusan sebagai berikut :
Analisis GAP = CAI - CSI = 3,13 - 3,09 = 0,04
Dengan membandingkan kedua indeks tersebut, didapat nilai
kesenjangan (GAP) sebesar positif 0,04. Kesenjangan positif menggambarkan
bahwa strategi yang diterapkan perusahaan sudah lebih maju dibandingkan
dengan perusahaan pesaing.
5.10 Marketing Effectiveness Review Instrument (MER)
Marketing Effectiveness Review dilakukan untuk mengukur efektivitas
penggunaan sumberdaya perusahaan secara menyeluruh apakah sudah optimal
dalam mendukung kinerja pemasaran dalam menghadapai persaing bisnis
perusahaan. Sumber daya pemasaran yang diaudit meliputi : 1) Filosofi
Pelanggan, 2) Organisasi Pemasaran yang Terintegrasi, 3) Informasi Pasar yang
Memadai, 4) Orientasi Strategi, dan 5) Efisiensi Opersaional. MER bersifat
kualitatif sehingga perlu dilakukan proses pengkuantitatifan untuk mempermudah
dalam penilaian. Metode kualitatif dilakukan dengan memberikan bobot nilai yang
mewakili dari masing-masing responden pada lembaran kuisoner. Adapun
penilaian responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.
Dari indeks ini dapat diketahui sejauh mana efektivitas sumberdaya yang
dimiliki perusahaan yang digunakan dalam mendukung kegiatan pemasaran
yaitu dengan cara membandingkan MEI dengan Standar Efektivitas Pemasaran
dari Kotler (2002), dimana standarisasi tersebut adalah sebagai berikut :
00 – 05 = Tidak efektif 15 – 20 = Baik
06 – 10 = Kurang 21 – 25 = Sangat Baik
11 – 15 = Sedang 26 – 30 = Superior
Dari hasil audit diperoleh nilai Marketing Effectiveness Index (MEI)
sebesar 22. Berdasarkan pedoman MER dari Kotler (2000) nilai tersebut
menunjukkan bahwa sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan “sangat
baik“ dalam mendukung kegiatan pemasaran perusahaan.
Tabel 22. Hasil Audit Marketing Effectiveness Review Instrument (MER)
Keterangan
Marketing Effectiveness Review Instrument (MER)
R1 R2 R3 R4 R5 Rata-rata Total
Filosofi Pelanggan a. 1 2 2 1 1 1,4
4,2 b. 1 1 2 1 1 1,2 c. 2 2 2 1 1 1,6
Organisasi Pemasaran yang Terintegrasi
a. 1 1 1 1 1 1,0 4,4 b. 1 2 1 1 2 1,4
c. 2 2 2 2 2 2,0
Informasi Pasar yang Memadai
a. 2 2 2 2 2 2,0 6,0 b. 2 2 2 2 2 2,0
c. 2 2 2 2 2 2,0
Orientasi Strategi a. 2 2 2 1 1 1,6
4,2 b. 2 2 2 2 2 2,0 c. 2 2 2 1 1 1,6
Efisiensi Opersaional
a. 2 1 1 2 1 1,4 4,2 b. 2 2 1 1 1 1,4
c. 2 1 2 1 1 1,4
Marketing Effectiveness Index (MEI) 23
Untuk memudahkan dalam pemahaman mengenai data kuantitatif diatas,
Rangkuti (2002) mendefinisikan skala indeks 0 – 6 dari MER adalah sebagai
berikut :
00 – ≤1 = Tidak efektif >3– ≤4 = Baik
>1– ≤2 = Kurang >4– ≤5 = Sangat Baik
>2– ≤3 = Sedang >5– ≤6 = Superior
5.5.1 Filosofi Pelanggan (Costumer Philosophy)
Pada variabel filosofi pelanggan ini diperoleh skor MER sebesar 4,2 yang
menunjukkan bahwa perusahaan memahami filosofi pelanggan dengan sangat
baik. Manajemen memahami pentingnya merancang perusahaan agar dapat
melayani kebutuhan dan keinginan pasar yang dipilih. Dalam pelaksanaannya,
manajemen melayani kebutuhan dan keinginan pasar secara menyeluruh
berdasarkan segmen pasar yang telah direncanakan, segmentasi pasar dipilih
berdasarkan pertumbuhan dan potensi laba jangka panjang.
Sistem pemasaran yang terlibat dalam mempertimbangkan perencanaan
bisnis terdiri dari promosi, saluran distribusi, pesaing, pelanggan dan lingkungan
pemasaran. Dalam pelaksanaannya, manajemen menyadari akan timbulnya
ancaman dan peluang yang akan diciptakan dengan mengubah bagian dalam
sistem tersebut.
5.5.2 Organisasi Pemasaran yang Terintegrasi (Integrated Marketing
Organization) Pada instrumen Organisasi Pemasaran yang Terintegrasi, MEI
menunjukkan angka 4,4. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh fungsi pemasaran
perusahaan bekerjasama dengan baik dan efektif. Kerjasama ini tidak hanya
dibagian pemasaran saja, tetapi juga harus ada kerjasama yang baik dengan
manajemen riset, produksi, pembelian, logistik dan keuangan. PT Bintang
Toejoe cabang Bogor saat ini memiliki tim-tim yang bekerjasama dengan baik
dalam mempromosikan produk Extra Joss, baik produk yang sudah ada
dipasaran maupun produk-produk baru perusahaan. Dalam kurun waktu satu
tahun ini, perusahaan sudah mengeluarkan beberapa produk baru, hal ini
membuktikan bahwa adanya kerjasama yang baik antara manajemen riset,
produksi maupun pemasaran.
5.5.3 Informasi Pasar yang Memadai (Adequate Marketing Information)
Informasi pasar yang memadai menduduki nilai tertinggi yang dicapai
dalam MER yaitu sebesar enam. Nilai ini menunjukkan bahwa PT Bintang Toejoe
telah melakukan riset pemasaran yang sangat baik guna mendapatkan informasi-
informasi pasar yang terjadi. Dalam mencari informasi pasar yang akurat,
perusahaan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, baik sumber
eksternal maupun internal. Informasi yang cukup penting bagi perkembangan
perusahaan adalah masukan dari costumer, masukan dan keluhan dari costumer
merupakan informasi penting bagi perusahaan dalam meningkatkan kuailitas dan
pelayanan terhadap costumer. Selain itu manajemen juga selalu memantau
perkembangan yang dilakukan pesaing, terutama strategi dan bauran pemasaran
yang diterapkan perusahaan.
5.5.4 Orientasi Strategi (Strategyc Orientation)
Komponen orientasi strategi pada MER memperoleh skor 4,2 yang
mengindikasikan perusahaan telah merencanakan dan menyusun strategi
pemasaran dengan sangat baik. Manajemen menyusun rencana pemasaran
tahunan secara formal berdasarkan informasi yang dimiliki dan sesuai dengan
kondisi pasar yang dihadapi perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dinilai telah
melakukan penerapan strategi yang jelas, inovatif berdasarkan data yang logis.
Selain itu, perusahaan juga telah menerapkan rencana kontingensi yang baik,
yaitu perencanaan yang menyiapkan skenario berdasarkan situasi yang akan
terjadi dimasa yang akan datang.
5.5.5 Efisiensi Operasional (Operational Efficiency)
Instrumen terakhir yang membentuk MER adalah efisiensi operasional,
MEI pada instrumen ini memperoleh nilai sebesar 4,2. Nilai ini menunjukkan
bahwa strategi pemasaran yang ditetapkan telah dikomunikasikan dan
diimplementasikan dengan baik dengan sumberdaya yang ada. Manajemen juga
mampu bereaksi dengan cepat dan efektif untuk setiap perkembangan yang
terjadi. Namun demikian, perusahaan tidak boleh terlalu berpuas diri karena
perkembangan dalam industri ini semakin cepat, sehingga perusahaan harus
terus melakukan perbaikan dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana
strategi pemasaran perusahaan. Hasil audit MER dapat dilihat pada Gambar 4.
Marketing Effectiveness
Review Instrument (MER)
1 2 3 4 5 6 Rata-rata
Filosofi Pelanggan 4,2
Organisasi Pemasaran yang Terintegrasi 4,4
Informasi Pasar yang Memadai 6,0
Orientasi Strategi 4,2
Efisiensi Opersaional 4,2
Marketing Effectiveness Index (MEI) 4,6
Gambar 4. Hasil Audit Marketing Effectiveness Review Instrument (MER)
BAB VI PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN
BERDASARKAN HASIL AUDIT
Dari hasil audit Competitive Setting profile (CSP) diperoleh indeks
sebesar 3,09. Dengan menggunakan kerangka kerja konseptual Markplus 2000,
nilai indeks tersebut akan masuk dalam kondisi persaingan 3C (rumit) seperti
terlihat pada Tabel 26. Selanjutnya, pembahasan tentang rekomendasi strategi
yang akan diterapkan pada PT Bintang Toedjoe dengan Produk Extra Joss akan
mengacu pada tabel tersebut (situasi ”rumit” - 3C).
Tabel 26. Tabel Competitive Setting MarkPlus 2000
Competitive Setting
STABIL (2C)
TERGANGGU (2.5C)
RUMIT (3C)
CANGGIH (3.5c)
KACAU (4C)
Pelanggan (C1) PEMBELI PEMAKAI PELANGGAN KLIEN PARTNER
Pesaing (C3) NONE SEDANG KUAT LIAR TAK TERLIHAT
Perubahan (C4) NONE BERTAHAP KONTINYU DISKONTINYU MENGEJUTKAN
Sumber : Kertajaya, 2001
Dalam setiap kondisi persaingan, perusahaan memiliki karakteristik
pelanggan, pesaing dan perubahan yang berbeda-beda. Dalam kasus ini, situasi
konsumen yang dihadapi perusahaan adalah karakteristik “pelanggan“. Dimana
pelanggan dibedakan daripada karakteristik pembeli dan pemakai, dimana
pembeli adalah hanya sekedar membeli tanpa ingin mengetahui karakteristik
produk dan menginginkan suatu yang lebih dari produk tersebut. Sedangkan
pemakai sudah memiliki tingkat keinginan dan harapan yang lebih tinggi. Jadi
dengan karakteristik pelanggan, perusahaan haruslah memberikan pelayanan
yang lebih tinggi untuk memuaskan kebutuhan, keinginan dan harapa terhadap
produk perusahaan.
Dari sisi pesaing, perusahaan memiliki tingkat persaingan pasar yang
kuat, dimana pesaing perusahaan memiliki tingkat keagresifan yang ”tinggi” dan
juga dengan tingkat perubahan kondisi lingkungan yang ”kontinyu”. Keagresifan
pesaing dapat di lihat dari varian produk yang ditawarkan, persaingan
penggunaan merek dagang, kemasan produk dan persaingan harga. Sehingga
perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan perbaikan dalam rencana
strategisnya.
Perusahaan tidak sekedar membuat produk yang lebih baik, tetapi yang
lebih penting perusahaan mampu mendeferensiasikan produknya dari produk-
produk pesaing. Selain itu, produk perusahaan harus disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan dan sumberdaya perusahaan. Dalam hal promosi,
perusahaan melakukan promosi secara seimbang pada setiap tingkatan, seperti
melalui media massa untuk keseluruhan, secara langsung pada toko-toko dan
kepada pengguna langsung. Hal seperti ini biasanya diterapkan dengan
menggunakan media promosi SPG perusahaan.
Dalam posisi situasi persaingan 3C (rumit) perusahaan tidak menjual
keseluruh pasar, melainkan memilih segmen pasar yang paling efektif untuk
dilayani, segmentasi yang efektif sangat dibutuhkan oleh perusahaan karena tiga
alasan utama yaitu : 1) Segmentasi memungkinkan perusahaan lebih fokus
dalam mengalokasikan sumberdaya. 2) Segmentasi merupakan simpul dari
penentuan keseluruhan strategi, taktik dan nilai perusahaan. 3) Segmentasi
dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan persaingan dengan melihat
pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari tiap pesaingnya.
Setelah mengetahui kondisi persaingan yang dihadapi perusahaan saat
ini, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan sembilan elemen perusahaan
yang berada pada komponen strategi, taktik dan nilai.
6.1 Komponen Strategi Pemasaran
PT Bintang Toedjoe dalam mensegmentasikan pasar yang dihadapi
berdasarkan variabel perilaku (behaviour). Dimana segmentasi perilaku
perusahaan mengelompokkan konsumen berdasarkan tingkat pengetahuan
konsumen terhadap produk, sikap konsumen terhadap produk dan tingkat
pemakaian atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk. Disamping itu,
perusahaan dalam menerapkan segmentasi perilaku mempunyai pertimbangan
bahwa dalam penentuan segmentasi terdapat beberapa faktor yang sangat
menentukan, yaitu manfaat yang dicari, tingkat pemakaian, kesempatan
berbelanja / memperoleh produk, status pemakai, status kesetiaan dan sikap
terhadap produk.
Konsumen yang mengorder produk Extra Joss terdiri dari distributur/agen,
pedagang/toko maupun pengecer. Sedangkan konsumen utama yang
mengkonsumsi produk ini adalah mereka yang membutuhkan kepraktisan dalam
memulihkan stamina yang menurun akibat terkuras setelah melakukan aktifitas.
Segmentasi pasar akan mengungkapkan pasar yang potensial bagi suatu
perusahaan. Perusahaan harus mengevaluasi berbagai macam segmen pasar
dan memutuskan segmen-segmen mana yang menjadi sasaran pasar. Target
pasar yang ditetapkan PT Extra Joss saat ini adalah untuk semua orang (every
ones) dan juga mereka yang merasa cocok dan diperkirakan dapat membeli
produk yang ditawarkan (suitable ones). Dalam hal ini perusahaan menganggap
tidak hanya mereka yang peduli terhadap kesehatan dan mampu membeli saja
yang cocok mengkonsumsi produk perusahaan tetapi juga menganggap produk
Extra Joss ini adalah produk umum (general) dan semua orang cocok
mengkonsumsinya.
Positioning yang diterapkan perusahaan adalah “yang lebih baik“ (The
Better One) dan “satu pernyataan“ (One Statement). Perusahaan memposisikan
produk perusahaan lebih baik dari pada pesaing yang ada di pasaran karena
perusahaan merupakan pemimpin pasar untuk produk sejenis dengan banyak
varian. Perusahaan juga telah menerima penghargaan dalam hal kwalitas,
diantaranya ISO 9001, HACCP. CPOB, Bendera Emas K3, serta Sertifikat Halal
dari MUI. Dengan jaminan kualitas yang ditawarkan, konsumen tidak merasa
cemas untuk mengkonsumsi produk ini.
Perusahaan juga meletakkan satu pernyataan dibenak konsumen, yaitu
“Extra Joss minuman para juara”. Dengan slogan ini diharapkan akan melekat
dibenak konsumen bahwa produk ini merupakan produk dengan kualitas terbaik.
Penerapan positioning harus dilakukan dengan hati-hati sebab positioning ibarat
janji, bisa saja konsumen terpengaruh, sehingga konsumen akan mulai percaya
dengan positioning yang ada. Tetapi jika kenyataan yang dia alami saat
mengkonsumsi produk perusahaan tersebut sangat berbeda, maka akan timbul
persepsi lain. Oleh karena itu, positioning saja tidaklah cukup tetapi harus
didukung dengan bukti dan kenyataan.
6.2 Komponen Taktik Pemasaran
Menurut Kertajaya (2000) perbedaan antara strategi dan taktik adalah
ibarat dalam suatu peperangan, strategi adalah cara memenangkan peperangan,
sedangkan taktik adalah cara memenangkan pertempuran. Karena peperangan
terdiri dari banyak pertempuran strategi sebagus apapun tanpa didukung taktik
yang membumi, tidak akan berhasil. Jadi dengan kata lain, taktik adalah bentuk
kongkrit dari strategi.
Jenis taktik pertama yang harus dijalankan perusahaan adalah
diferensiasi, yang merupakan taktik perusahaan untuk mengkongkritkan “janji”
dari positioning yang telah disusun perusahaan. Diferensiasi dapat berupa isi
(apa yang ditawarkan), dapat berupa konteks (bagaimana menawarkan), serta
harus didukung oleh insfrastruktur yang tepat seperti teknologi, sumberdaya
manusia, dan fasilitas yang memadai. Dalam hal ini, diferensiasi yang cocok
untuk PT Bintang Toedjoe untuk produk Extra Joss adalah diferensiasinya harus
“Better Than Competitor” yaitu perusahaan berusaha untuk menjadi yang terbaik
dari pada para pesaingnya.
untuk menjadi yang terbaik dipasaran, perusahaan dituntut mampu
memberikan produk dengan kualitas yang baik dan harga jual yang baik. Untuk
kualitas dan harga, responden yang berasal dari konsumen langsung menilai
harga produk Extra Joss sudah cukup baik. Tetapi, tanggapan dari responden
pedagang dan agen, harga produk Extra Joss lebih tinggi dibandingkan dengan
harga produk pesaing utamanya (Kuku Bima Ener G) dimana harga jual Extra
Joss Rp.36.000/bok dan Kuku Bima Ener G Rp.34.500.
Diferensiasi produk tidak hanya beda dari pesaing, tetapi haruslah unik
sehingga lebih melekat dalam ingatan konsumen dibandingkan pesaing. Oleh
karena itu ada beberapa alternatif diferensiasi yang dapat diterapkan dalam
perusahaan, diantaranya :
1. Dalam hal isi (apa yang ditawarkan)
Kemasan produk yang ditawarkan Extra Joss saat ini terdiri dari tiga jenis
kemasan, yaitu kemasan sachet (serbuk), tablet maupun kaleng. Dengan
berbagai varian rasa yang ditawarkan. Khususnya untuk kemasan sachet Extra
Joss menawarkan varian rasa diantaranya rasa original Extra Joss, rasa anggur,
rasa krimsoda dan rasa apel. Dalam hal kemasan, produk Extra Joss
menawarkan kemasan yang sudah cukup baik dengan desain grafis yang
menarik, dengan desain grafis yang didominasi warna kuning emas dengan
merek dan logo perusahaan yang sangat menarik.
Berdasarkan hasil survey dipasaran, produk Extra Joss kemasan sachet
dengan varian rasa original merupakan produk dengan penjualan tertinggi, serta
diversifikasi produk baru Extra Joss dengan berbagai varian rasa yang
ditawarkan diharapkan mampu meningkatkan penjualan perusahaan.
2. Diferensiasi Konteks (bagaimana menawarkan)
Dalam memasarkan produknya, perusahaan ini mempunyai sistem
pemasaran yang baik, dengan mengandalkan ujung tombak perusahaan (sales
man) yang dibagi per wilayah kerja diharapkan mampu mengoptimalkan saluran
distribusi yang ada saat ini.
Sistem promosi merupakan senjata utama perusahaan dalam
mempromosikan dan menarik minat konsumen, promosi massal paling efektif
yang dilakukan perusahaan adalah melalui media massa terutama iklan televisi
dan radio. Dalam hal ini perusahaan menggandeng sederetan artis terkenal,
olahragawan berprestasi bahkan pemain bola tingkat dunia pernah dijadikan
bintang iklan produk ini. Dimana penargetan produk ditujukan pada konsumen
orang- orang muda, pelajar, orang- orang yang sedang bepergian serta orang
yang sedang berolah raga.
3. Diferensiasi dalam hal insfrastruktur
Dalam hal insfrastruktur, perusahaan melakukan difersiasi dalam hal
teknologi, sumberdaya manusia dan fasilitas pendukung lainnya. PT Bintang
Toedjoe sangat peka terhadap teknologi, perusahaan selalu mengikuti
perkembangan teknologi yang ada, baik di bidang peralatan dan mesin pabrik
maupun dalam hal teknologi komunikasi dan promosi.
Dari sisi sumberdaya manusia khususnya tenaga penjualan, para
salesman disarankan untuk lebih banyak mengetahui pengetahuan tentang
produk perusahaan. Dalam segi penampilan, tenaga pemasaran disarankan
menggunakan seragam yang menarik dan khas, serta didukung oleh
armada/mobil maupun motor yang sudah dimodifikasi agar lebih menarik sebagai
sarana transportasi penjualan.
6.3 Komponen Nilai Pemasaran
Dalam audit pemasaran berdasarkan kerangka strategi Marketing Plus
2000 terdapat tiga hal utama yang di audit, yaitu merek, servis dan proses. Pada
kondisi ini perusahaan berupaya agar merek perusahaan dapat dipersepsikan
oleh para konsumennya atas seluruh kualitas produk baik dalam bentuk
kemasan, citarasa dan keawetan produk Extra Joss (Perceived Quality). Menurut
Al Riel dalam Kertajaya (2000), merek yang merekat kuat dalam benak
konsumen merupakan hal yang sangat kruasial dalam persaingan ketat dan
derasnya serbuan arus informasi menuju benak konsumen.
Perusahaan berupaya memberikan pelayanan yang baik untuk
memuaskan konsumen (Customer Satisfling Business). Dengan kata lain
pelayanan merupakan tujuan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
PT. Bintang Toejoe menyediakan Sales Promotion Girl (SPG) dalam
mempresentasikan produknya, selain itu perusahaan memberikan contoh
minuman yang dapat dinikmati secara langsung oleh konsumen terutama untuk
produk-produk baru perusahaan. Sehingga konsumen dapat mencoba dan
menikmati produk Extra Joss. Selain itu, perusahaan juga selalu berupaya
memberikan pelayanan yang terbaik kepada agen-agen dan toko penjualan
eceran produk Extra Joss dengan menyediakan berbagai macam alat promosi,
alat display produk dan berbagai macam perlengkapan promosi lainnya.
Pada dimensi proses, perusahaan berupaya meningkatkan kerjasama
antar fungsi supaya terjadi kelancaran proses yang lebih baik (Interventional
Team Work). Dengan bentuk organisasi piramida fungsi-fungsi perusahaan
bekerja berdasarkan tugas dari masing-masing dan kerjasama antar fungsi
digalakkan supaya terjadi proses pelayanan yang baik. Dalam hal ini perusahaan
membentuk tim-tim yang bertanggungjawab dalam pemasaran produk pada
setiap segmen pasar, dimana dari tiap-tiap tim tersebut bertanggungjawab
langsung pada General Manager. Bentuk organisasi seperti ini dinilai sangat
cocok untuk sebuah cabang perusahaan yang memiliki fokus (core) bisnis
pemasaran suatu produk.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil audit diperoleh nilai indeks dari Competitive Setting Profile
sebesar 3,09. Ini menunjukkan bahwa Extra Joss berada pada kondisi
persaingan 3C (rumit). Dengan karakteristik persaingan seperti ini, perusahaan
menganggap konsumen sebagai pelanggan, dengan kondisi persaingan pasar
yang kuat dan perubahan pasar yang terjadi secara kontinyu.
Hasil audit Company Alignment Profile (CAP) menunjukkan nilai indeks
sebesar 3,13. Ini berarti bahwa tipe perusahaan saat ini adalah Marketing
Oriented Company. Artinya perusahaan berorientasi pada penjualan produk
dengan pemasaran yang efektif dengan menciptakan diferensiasi produk yang
berkualitas dan selalu lebih baik dari para pesaing perusahaan.
Dari analisis kesenjangan (GAP) diperoleh sebesar 0,04. Kesenjangan
positif menggambarkan bahwa strategi yang diterapkan perusahaan sudah lebih
maju dibandingkan dengan perusahaan pesaing sebesar 0,04 dengan untuk
skala 0-5.
Marketing Effectiveness Review menunjukkan nilai indeks (MEI) sebesar
23. Nilai tersebut termasuk kedalam kategori “sangat baik“. Artinya sumberdaya
pemasaran perusahaan telah digunakan secara optimal, efisien dan efektif dalam
mendukung kegiatan pemasaran perusahaan.
7.2 Saran
Dari hasil audit yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa
poin yang dapat disarankan untuk kemajuan perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Audit pemasaran dilakukan secara kontinyu agar keefektifan rencana
strategi dapat terus dinilai sesuai dengan kondisi persaingan yang terjadi.
Sehingga perusahaan mampu mempertahankan posisi sebagai pemimpin
pasar.
2. Pihak manajemen diharapkan mampu menggali informasi tentang pasar
baru, harga produk pesaing di pasar, keinginan konsumen, sehingga kinerja
perusahaan pesaing dapat diawasi. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih
baik jika manajemen ikut berpartisipasi tanpa menggantungkan pada tenaga
penjualan saja.
3. Dalam menghadapi persaingan, perusahaan harus meningkatkan promosi
guna mempertahankan brand image produk perusahaan. Dalam hal ini
peruasahaan harus menetapkan strategi yang tepat antara melakukan
perlawanan atau mengikuti pola pesaing utama dalam hal promosi. Dimana
pesaing utama menggunakan pendekatan sosial dan budaya dalam
menpromosikan merek jual perusahaan.
4. Perusahaan mempertahankan startegi diversifikasi produk, dengan tetap
memperhatikan kualitas. Terutama kualitas penampilan dan rasa tanpa
mengeyampingkan kualitas kandungan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Nadia 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Preferensi Konsumen Air Minum Dalam Kemasan di Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Anggraeni, Elizabeth. 2005.Analisis Perbandingan Merek dan Penetapan Strategi
Bersaing produk Minuman Energi (Energi Drink) di Kotamadya Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Arafat, Wilson,2005. The Real Power Of Marketing Audit, Gramedia, Jakarta. Budiman, Imelda. 2004. Analisis Strategi Bersaing Obat Tradisional (Studi Kasus
di Taman Sringanis, Desa Cimanengah Cipaku Bogor Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Dewandana, Afif Maulana. 2006. Penerapan Audit Pemasaran dari Marketplus
2000 pada Industri Sayur Organik di Jabotabek, dengan studi kasus pada PT. Amani Mastra, Caman, Jatibening, Bekasi. Skripsi. Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Efrizal. 2006. Audit Pemasaran Produk Sayuran (studi kasus di PT Saung
Mirwan Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor). Skripsi. Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Kertajaya, Hermawan. 2001. Marketing Plus 2000 : Strategi Menghadapi
Persaingan Global. Gramedia. Jakarta Inarie, Yafke. 2007. Penerapan Audit Pemasaran Strategic Marketing plus 2000
pada PT. Zeelandia Indonesia (studi kasus pada penjualan produk Zeelandia di wilayah Bogor). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Kotler, Philips. 2002., Manajemen Pemasaran. Edisi milenium, Prenhalindo,
Jakarta. Krisnadi, Wibie. 2003. Perilaku, Preferensi dan Image Konsumen Terhadap
Minuman Suplemen di Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Markplus & Co. 2002 Markplus On Strategy : 12 tahun Perjalanan Markplus & Co
Membangun Strategi Perusahaan. Gramedia. Jakarta. Mc.Donald, Malcolm & Leppart,Jhon. 1991. The Marketing Audit:
TranslatingMarketing Theory Into Practice. Butterwort. Heinemann. London.
Okta, Dedy Wijaya. 2004. Analisis Formulasi Strategi Bersaing Minuman Sari
Buah Sirsak PT Minuman SAP Dalam Menghadapi Persaingan Industri Minuman Ringan. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Pearce dan Robinson, 1997, Manajemen Strategi ”Formulasi, Implementasi dan Pengendalian”, Binarupa Aksara, Jakarta.
Putra, Farhan. 2004. Audit Pemasaran Formula Pestisida Alami Neemba Oil
pada PT. Intara Indonesia Tahun 2004. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Satriani, Anandita. 2005. Audit Pemasaran Jasa Pembuatan Tanaman, Studi
Kasus pada Media Flora dan Putra Mekar Dipusat Penjualan Tanaman Hias dan Kerajinan Dirgantara Asri, Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Wiryastuti. 2002. Peningkatan Daya Saing Industri Gula di Jawa. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.