STRATEGI KOMUNIKASI BKKBN PROVINSI BANTEN DALAM …
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI BKKBN PROVINSI BANTEN DALAM …
1
STRATEGI KOMUNIKASI BKKBN PROVINSI BANTEN
DALAM PROSES PEMBENTUKAN KESADARAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S-1)
Pada Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Disusun Oleh :
Farah Airin
082090
KONSENTRASI ILMU HUBUNGAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2012
2
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Farah Airin
NIM : 6662082090
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Desember 1991
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI KOMUNIKSI BKKBN
PROVINSI BANTEN DALAM PROSES PEMBENTUKAN KESADARAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA adalah hasil karya saya sendiri, dan
seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar.
Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka
gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, 26 Juni 2012
Farah Airin
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Farah Airin
NIM : 6662082090
Judul Skripsi : Strategi Komunikasi BKKBN Provinsi Banten
Dalam Proses Pembentukann Kesadaran Program
Keluarga Berencana.
Serang, Juni 2012
Skripsi ini telah siap untuk diujikan
Menyetujui,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si
NIP : 197108242005011002
Pembimbing I
Nina Yuliana, S.Sos., M.Si.
NIP : 198106082005012001
Pembimbing II
Andin Nesia, S.Ik., M.Ik.
NIP : 198206062006042001
4
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : FARAH AIRIN
NIM : 082090
Judul Skripsi : STRATEGI KOMUNIKASI BKKBN PROVINSI BANTEN
DALAM PROSES PEMBENTUKAN KESADARAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang. tanggal 16 bulan
Juli Tahun 2012 dan dinyatakan LULUS,
Serang, 16 Juli 2012
Mengetahui,
Ketua Penguji :
Idi Dimyati, S.I.Kom,. M.I.Kom
NIP. 197810152005011001
……………………………….
Anggota :
Andin Nesia, S.IK,. M.I.Kom
NIP. 198206062006042001
……………………………….
Anggota :
Uliviana Restu H, S.Sos,. M.I.Kom
NIP. 1981077172006042003
……………………………….
Dekan FISIP UNTIRA
Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si.
NIP : 197108242005011002
Ketua Program Studi
Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si.
NIP. 197708112005122003
5
“Tuhan tidak suka dengan kebohongan, karena sekali berbohong akan
ada kebohongan selanjutnya, dan selanjutnya”(Farah Airin)
Skripsi ini kupersembahkan untuk Papah dan Mamah tercinta yang tidak pernah
berhenti sedetik pun untuk mencintai dan menyayangiku.
dan untuk pria terbaik setelah Papah yang berada disurga, abangku tercinta,
terimakasih telah mendoakan atas segalanya, aku yakin kau akan tersenyum diatas sana
melihat adik mu saat ini.
Serta untuk seluruh keluarga di Indonesia yang telah mengikuti program keluarga
berencana, semoga selalu menggunakan program ini dengan baik untuk lebih
menciptakan keluarga yang sejahtera.
iv
6
ABSTRAK
Kepadatan penduduk yang semakin hari semakin meningkat menimbulkan
masalah yang sangat besar, tetapi saat ini masih banyak masyarakat yang kurang
sadar akan program keluarga berencana yang digulirkan oleh BKKBN Provinsi
Banten. Program tersebut menjadi salah satu solusi untuk mengurangi kepadatan
penduduk, itulah sebabnya BKKBN Provinsi Banten membentuk kesadaran
masyarakat agar mengikuti program KB. Terkait dengan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk meneliti bagaimana strategi analisis khalayak, menyusun pesan,
metode, seleksi dan media yang dilakukan BKKBN Provinsi Banten dengan
menggunakan teori kategori sosial dan metode deskriptif kualitatif. Narasumber,
melalui snowball sampling sebagai tehnik pemilihan informan dalam BKKBN
Provinsi Banten adalah Kasubbag umum dan humas, Kasubbid Advokasi dan
KIE, Kasubid Kerjasama Kepengendalian Kependudukan.
Hasil dari penelitian ini adalah strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten
dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana dilakukan
melalui beberapa tahapan strategi, (1) BKKBN melakukan analisis khalayak
dengan melalui survey terlebih dahulu sebelum menyusun pesan dan memberikan
pesan, (2) BKKBN menyusun pesan secara deduktif, induktif, kronologis dan
topical, (3) BKKBN menyampaikan komunikasi dengan metode informatif,
edukasi, persuasif dan pengulangan (4) BKKBN melakukan seleksi terhadap
beberapa media berdasarkan khalayaknya, media yang digunakannya media cetak,
elektronik, dan online.
v
7
ABSTRACT
Population density is increasingly rising pose a huge problem, but now many
people are less aware of family planning programs are rolled out by the BKKBN
Province of Banten. Program into one of the solutions to reduce population
density, which is why the BKKBN Province of Banten form of public awareness in
order to follow the family planning program. Researcher interested to know how
audience analysis strategies, composing messages, methods, and media selection
are made BKKBN Banten of province using the theory of social categories and
qualitative descriptive methods. Source, through a snowball sampling as a
technique of selection of informants in Banten Province are head of sub-section
BKKBN general and public relations, head of the sub-area advocacy and KIE,
Head of Cooperation population control.
The results of this research is the communication strategy of BKKBN Province of
Banten in the process of establishing awareness of family planning programs is
done through several stages of the strategy, (1) BKKBN audience analysis
through surveys before composing messages and deliver messages, (2) BKKBN
composing messages deductively , inductive, chronological and topical, (3)
BKKBN deliver informative method of communication, education, persuasion and
repetition (4) BKKBN undertake a selection of some of the media on its audiences,
the media used in print, electronic, and online.
vi
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kekhadirat yang maha Agung pemilik alam
semesta yang menggenggam jiwa raga semua mahluk-Nya, Allah SWT, karena
atas segala ridho-Nya telah memberikan inspirasi dan dibukakan pikirannya dalam
mengerjakan skripsi ini tiada daya dan upaya tanpa-Nya. Tak lupa Salawat serta
salam semoga tersampaikan kepada sang revolusioner dunia, nabi Muhammad
SAW. Serta para sahabat dan pengikutnya sampai pada saat ini.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan
strata satu (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan
Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI BKKBN PROVINSI
BANTEN DALAM PROSES PEMBENTUKAN KESADARAN PROGRAM
KELUARGA BERENCANA”
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu peneliti sangat mengharapakan kritik dan saran yang akan membantu
perbaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan
ucapan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan serta bantuan dan
bimbingannya dalam proses penelitian dalam penyusunan skripsi ini kepada :
vii
9
1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas
Sultang Ageng Tirtayasa
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultang Ageng Tirtayasa
3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
4. Ibu Nina Yuliana., S.Sos. M.Si. selaku dosen pembimbing I skripsi
yang sangat membantu dalam memberikan dukungan, arahan serta
masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Andin Nesia., S.IK. M.IK. selaku dosen pembimbing II yang
sangat membantu dalam memberikan dukungan, arahan serta masukan
untuk menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak Idi Dimiyati M.Ikom selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan dukungan dan waktunya dalam setiap pergantian
semester.
7. Bapak / Ibu Dosen beserta staf Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti ucapkan terima kasih atas
ilmu yang telah dibagikan selama perkuliahan di Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Ade Anwar (Kasubbid Advokasi dan KIE), Bapak Agus
Rakhmat (Kasubbag umum dan humas), Bapak Napis (Kasubid
Kerjasama Kepengendalian Kependudukan) dan seluruh bagian yang
berada di BKKBN Provinsi Banten, Terima kasih atas bantuan dan
kerjasama yang sangat hangat yang telah diberikan.
9. Terimakasih yang sangat luar biasa kepada Papah Iman Separianto dan
Mamah Siti Jumroh, yang selalu memberikan inspirasi, ketenangan,
serta kasih dan cintamu tidak akan pernah terbalas sampai kapanpun
olehku, Nothing more precious than both of you.
viii
10
10. Pria yang terbaik setelah papah, terimakasih abangku Jamzuri yugo
ramarianto, aku yakin kau selalu ada disampingku sampai pada saat ini
kita telah mempunyai alam yang berbeda.
11. Wanita tercantik setelah Mamah, Yuli Ramarianti dan Mila Azizah
terimakasih yang tak pernah lelah dan selalu mempunyai cara untuk
dapat terus mendukung untuk berlari mengejar cita-citaku, serta
terimakasih pada lelaki hebat yang bertanggung jawab atas istri dan
anaknya Agi Prasetyo, Johan Edris dan kedua pahlawan kecilku Rizky
Azzam Prasetyo, Maulana Abdul Aziz.
12. Babygirls Fitriani Fazriah, Retno Yuniar, Kinanthi Dyah Arini, Desta
Yessavioleta dan Yona Dian Puspita. Kalian wanita hebat dan perkasa!
Terimakasih atas doa, waktu, perhatian, dan dorongan yang sangat
hangat serta kasih sayang selama ini yang tak akan terlupa. Kalian
yang terbaik !
13. Sahabat-sahabatku Rona Galuh Sekardini, Erin Sabrina, Sarah Sherida,
Achi Pradipta, Debby Putri Saldi, Agry Dafira. Terimakasih atas
kesetiaan, perhatian dan kasih sayang kalian selama ini. serta teman –
teman SMAN 7 Tangerang lainnya.
14. Virly Andika yang selalu setia menemaniku dan selalu memberikan
semangat selama bertahun-tahun. Takan ada habisnya ucapan
terimakasihku padamu, pengorbananmu takan pernah terkalahkan.
15. Teman-teman yang hebat , Hizaz Juliyadi, Nugra Ahdilan, Ayah Adi,
Adis, A Eko, Patrick , Viqih, Adi “Geboy”, Andrianto dan kawan-
kawan Futsal serta teman-teman Kovikita, kalian sealalu membuat
ketenangan dan kebahagiaan.
16. Para penghuni kantin belakang, Iqbal, Rizky Pernando, Bangkit,
Teguh perdana, Siddqi, Petol, Isank “Ayung”, Aji Sisyil, Harry, Ajenk,
Detya, Nadia, Vella, Resty, Julinda, Rizky Ilhami serta keluarga
buatan atau terencana, Remorris, Irvan Yusuf, Alldila Putra
Pamungkas, Ignatius Daru, Anjas Wibowo, Terimaksih atas doa dan
semangatnya selama ini.
ix
11
17. Bapak Ridwan Edi selaku Senior Manager CSR dan PKBL PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. Bapak Sasi Gunawan selaku pembimbing
lapangan Job Training dan staf CSR dan PKBL lainnya ( Bapak Adi
Pribadi, Bapak Ahmad Fadila dan Bapak Samson) dan juga seluruh
staf Corporate Communication PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
18. Keluarga Besar Abah dan Mama Jumi, Keluarga Besar Bapak Yoyok
dan Mama Sri, Ayah Trie dan Mama Budi, Ayah Dede dan Ibu Yesse
serta Papa Kuswandi dan Mama Nining, terima kasih atas doa serta
mengingatkan untuk selalu mengerjakan skripsi ini, semoga Allah
membalas kebaikan keluarga-keluarga keduaku yang mulia ini.
19. Harmony suara terindah yang pernahku dengar serta membuatku selalu
semangat dan tenang setiap kali mendengarkannya. Terima kasih telah
menciptakan rasa ini.
20. Teman-teman Humas dan Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi
2008. Terima kasih, kebersamaan dan pertemanan yang luar biasa
selama ini.
21. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari
Allah, terima kasih untuk segalanya. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua, khusunya bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan.
Serang, Juli 2012
Peneliti
x
12
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ..... xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. ..... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
..........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
1.5.1 Manfaat Penelitian Akademis ........................................................ 7
1.5.2 Manfaat Penelitian Praktis ............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi .............................................................................. 9
2.2 Komunikasi Publik ..................................................................................... 13
2.3 Strategi Komunikasi ................................................................................... 15
2.3.1 Peranan Komunikator Dalam Strategi Komunikasi ..................... 22
2.4 BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana) ............................. 24
2.5 Keluarga Berencana ................................................................................... 25
2.6 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 28
xi
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian....................................................................................... 31
3.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32
3.3 Key Informan ............................................................................................. 33
3.4 Analisis Data .............................................................................................. 35
3.5 Fokus Penelitian ......................................................................................... 38
3.6 Lokasi Penelitian dan Waktu ..................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................... 40
..........................................................................................................................
4.1.1 Visi dan Misi BKKBN Provinsi Banten ..................................... 42
..............................................................................................................
4.1.2 Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Banten ............................ 43
4.2 Deskripsi Data ............................................................................................ 44
4.3 Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
4.3.1 Analisisi Khalayak yang dilakukan oleh BKKBN
Provinsi Banten .......................................................................... 51
4.3.2 Strategi Pesan yang dilakukan oleh BKKBN
Provinsi Banten ........................................................................... 57
4.3.3 Strategi Penggunaan Metode yang dilakukan
oleh BKKBN Provinsi Banten .................................................... 63
4.3.4 Strategi Seleksi dan Penggunaan Media yang dilakukan
oleh BKKBN Provinsi Banten .................................................... 68
4.4 Pembahasan ................................................................................................ 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 90
5.2 Saran ........................................................................................................... 92
5.2.1 Saran Teoritis ........................................................................... 92
5.2.2 Saran Praktis............................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94
LAMPIRAN .................................................................................................... 96
xii
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 30
Gambar 4.1 Bagan Analisis Khalayak ............................................................. 56
Gambar 4.2 Bagan Strategi Pesan .................................................................... 61 Gambar 4.3 Bagan Penggunaan Metode .......................................................... 66
Gambar 4.4 Seleksi Penggunaan Media........................................................... 71
Gambar 4.4.1 Logo BKKBN ........................................................................... 82
Gambar 4.4.2 Majalah BKKBN Provinsi Banten ............................................ 88
Gambar 4.4.3 Katalog BKKBN Provinsi Banten............................................. 88
Gambar 4.4.4 Stiker BKKBN Provinsi Banten ................................................ 89
Gambar 4.4.5 Iklan BKKBN………..………………………………………... 89
xiii
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA.................96
Lampiran 2 : Surat telah melakukan penelitian dari BKKBN Provinsi
Banten .......................................................................................97
Lampiran 3 : Kartu Bimbingan.......................................................................98
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara ...............................................................100
Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Kasubbag umum dan humas
BKKBN Provinsi Banten ......................................................101
Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Kasubbid Advokasi dan KIE
BKKBN Provinsi Banten .......................................................107
Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Kerjasama Kepengendalian
Kependudukan BKKBN Provinsi Banten. ...............................117
Lampiran 8 : Uraian pekerjaan Kasubbag umum dan humas BKKBN
Provinsi Banten ......................................................................125
Lampiran 9 : Uraian pekerjaan Kasubbid Advokasi dan KIE BKKBN
Provinsi Banten ......................................................................134
Lampiran 10 : Uraian pekerjaan Kasubbid Kerjasama Kepengendalian
Kependudukan KIE BKKBN Provinsi Banten ..................... 143
Lampiran 11 : Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Banten .........................146
Lampiran 12 : Curriculum vitae ......................................................................147
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepadatan penduduk saat ini menjadi sebuah masalah yang sangat
penting, dengan semakin banyaknya penduduk, maka dapat menyebabkan
tidak tersedianya ruang yang cukup bagi semua orang untuk menyambung
hidup. Seperti, di desa tanah pertanian semakin menyempit karena harus
dibagi-bagi dengan saudara yang selalu bertambah jumlahnya. Dan akhirnya,
ketika pada generasi baru dan tanah sudah tak tercukupi lagi, orang di desa
pun pergi ke kota, sedangkan di kota mereka pun harus bersaing dengan
penduduk asli kota tersebut ataupun orang dari berbagai wilayah lainnya, Hal
tersebut menjadi bertambah padatnya penduduk di kota. Persaingan tersebut
tidak hanya untuk tempat tinggal, melainkan bersanging untuk mendapatkan
bahan makanan maupun bersaing untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.
Saat ini sebagian besar orang pada umumnya sudah tidak keberatan lagi
dengan program mengontrol kelahiran atau program keluarga berencana
yang menjadi salah satu soslusi mengurangi kepadatan penduduk ini, tetapi
sayangnya masih kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya dan
dianggap tidak penting. Dasar pemikiran lahirnya program keluarga
berencana (KB) di Indonesia ini dengan adanya permasalahan kependudukan
2
tersebut. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan seperti, Jumlah
besarnya penduduk, Jumlah pertumbuhan penduduk, Jumlah kematian
penduduk, Jumlah kelahiran penduduk, dan Jumlah perpindahan penduduk,
Yang menurut Malthus Dalam “Essay on Population”, Malthus beranggapan
bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup, nafsu manusia tak
dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan
makanan.Seharusnya, apabila masyarakat mau menyadari masalah
kependudukan dari dulu masalah ini sangat penting dan tidak kalahnya
pentingnya dengan masalah ekonomi, hukum, dan norma agama, mungkin
saat ini tidak akan terjadinya ledakan penduduk seperti saat ini.
Berdasarkan data yang dipublikasikan pada www.penduduk
Indonesia.com Jumlah penduduk Indonesia menurut kelompok umur, jenis
kelamin pada tahun 2005, mulai dari kelompok umur 4 tahun sampai 75
tahun keatas untuk laki-laki adalah 109.613.519 jiwa, sedangkan untuk
perempuan berjumlah 108.472.769 jiwa, dan total semuanya adalah
218.086.288 jiwa.1 Mengacu pada hasil sensus penduduk 2010 jumlah di
Povinsi Banten 10.632.166 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,78%.2
Kurangnya kesadaran masyarakat ini menjadi salah satu pemicu
kepadatan penduduk dan Program Keluarga Berencana sangat membantu
1 Bahan Makalah Keluarga Berencana 2010, Yang Diselenggarakan Oleh Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 1998 : 1.
2 Rakerda BKKBN Provinsi Banten tahun 2011
3
masyarakat dengan membatasi jumlah anak dalam berkeluarga. Menurut
Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai
Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan
keluarga sejahtera, Tingkat kelahiran penduduk Indonesia lebih besar dari
tingkat kematian tingkat kelahiran atau fertilitas.
Namun, kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia untuk
“Keluarga Berencana” Progam (Family Planning) ini tidak bisa sepenuhnya
dijadikan sebab population explosion. Lihat juga bagaimana dengan para
pemilik kebijakan yaitu pemerintah daerah atau lebih khususnya BKKBN
(Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional yang mempunyai
otoritas progam KB ini belum bisa secara maksimal mengemban amanat
betapa pentingnya progam KB, seperti tidak ada keutuhan lembaga atau
sistem dalam mengurusi progam KB. pemerintah). Memang kesadaran dari
masyarakat akan pentingnya KB umumnya sudah banyak yang tahu, tapi
hanya sebatas sekelompok orang tertentu (perkotaan) tetapi tidak untuk
masyarakat bawah (desa) apalagi dengan masyarakat miskin.
Dengan adanya otonomi daerah (otda) yang berisi kewenangan dari
Pusat yang sepenuhnya dilimpahkan pada satiap daerah termasuk otoritas
dalam progam KB seharusnya dapat mendukung sosialisasi yang
dilaksanakan di pedesaan dan juga di masyarakat miskin yang mempunyai
angka kesadaran yang lebih rendah untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Padahal jumlah penduduk yang terus meledak akan menjadi ancaman serius
4
jika tidak diimbangi ketersediaan pangan dan lapangan kerja. Kendala yang
menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam ber-KB ini karena
masyarakat mempunyai persepsi bahwa anak merupakan sumber investasi
dimasa depan, masyarakat belum menyadari bahwa pentingnya mengikuti
keluarga berencana, keengganan masyarakat miskin untuk menjangkau
tempat pelayanan KB dan tenaga lapangan yang masih minim.
Berdasarkan hal tersebut program keluarga berencana yang menjadi
salah satu solusi untuk mengurangi kepadatan penduduk diharapkan dapat
membuat masyarakat menyadari akan pentingnya program ini dan
tujuannya. Untuk mendukung gagasan mulia ini, BKKBN sebagai lembaga
yang bertanggung jawab secara langsung untuk melaksankannya tentu saja
harus memilki strategi-strategi yang dapat menunjang tercapainya tujuan
tersebut yang dengan hal ini menggunakan strategi komunikasi agar dapat
terwujud efektif dan efisien.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul Dimensi-
dimensi Komunikasi menyatakan bahwa strategi komunikasi merupakan
panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung dari situasi dan kondisi.3
Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku „Strategi Komunikasi‟
menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan
3 Onong Uchjana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung, Alumni, 1981 : 84.
5
keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna
mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan
yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas.
Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara
memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri
khalayak dengan mudah dan cepat.4
Adapun tujuan dari srategi komunikasi Menurut R.Wayne Pace,
Brent D. Peterson Dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques For
Effective Communication, Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian
dalam berkomunikasi (To secure understanding) , bagaimana cara
penerimaan itu terus dibina dengan baik (To establish acceptance),
penggiatan untuk memotivasi (To motive action), bagaimana mencapai
tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi
tersebut (The goals which the communicator sought to achieve).5
Maka, apabila strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten
berjalan secara efektif dan dapat memanfaatkan otonomi daerah yang sudah
ditetapkan, dimana pemerintahan daerah jauh lebih tahu keadaan rakyatnya
dibanding pemerintahan pusat, pasti program KB jauh akan lebih maksimal
hasilnya. Selain memperbaiki pengelolaan dari pihak penyelenggara,
masyarakat juga tetap harus ikut berpartisipasi untuk membantu terciptanya
segala strategi baru yang akan diterapkan oleh pemrintah/lembaga yang
mengurusi progam KB untuk daerahnya.
4 Onong Uchjana Effendy.,M.A 1984:10.
5 Rosady Ruslan,Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations,Raja Grafindo
Persada,Jakarta,2002:37.
6
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut : “ bagaimana strategi komunikasi BKKBN dalam pembentukan
kesadaran program keluarga berencana ? “
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana identifikasi khalayak yang dilakukan oleh BKKBN Provinsi
Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
berencana?
2. Bagaimana menyusun pesan yang dibuat oleh BKKBN Provinsi Banten
dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana?
3. Bagaimana menentukan metode BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana?
4. Bagaimana seleksi dan penggunaan media yang dipilih oleh BKKBN
Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
berencana?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
7
1. Khalayak yang dilakukan oleh BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana
2. Menyusun pesan yang dibuat oleh BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana
3. Menentukan metode yang dipilih BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana
4. Seleksi dan penggunaan media yang dipilih oleh BKKBN Provinsi Banten
dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Dari hasil penelitian ini peneliti berusaha untuk memahami bagaimana
penerapan dari berbagai teori-teori komunikasi yang pernah peneliti dapatkan di
bangku kuliah, juga menunjukan relevansi penelitian dengan disiplin ilmu yang
lebih luas. Peneliti mencoba menghubungkan objek penelitian yang dianalisis
dengan suatu kerangka pemikiran. Sehingga melalui hasil akhir dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pembuktian secara ilmiah mengenai strategi
komunikasi yang dilakukan BKKBN untuk membentuk kesadaran masyarakan
akan pentingnya keluarga berencana.
8
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan
yang berguna bagi para praktisi BKKBN dalam membuat strategi komunikasi
untuk kesadaran masyarakat dalam program Keluarga Berencana dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dan diharapkan penelitian tersebut dapat
bermanfaat bagi lembaga BKKBN.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi
Pada mulanya, komunikasi yang tetap hanya terdapat pada masyarakat
kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit politik.
Tetapi sekarang, akibat dari kecepatan media informasi dan kompleksnya
berbagai macam hubungan, maka komunikasi menjadi hubungan semua orang.
Manusia sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial, memiliki dorongan
ingin tahu, ingin maju, dan berkembang, maka salah satu sasarannya adalah
berkomunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi
kehidupan manusia. Dalam pepatah asing berbunyi : “Nature gave us two ears
and only mounth, so that we could listen twice as much as we speak”.6
Dalam kata lain pepatah tersebut mengajak kita lebih banyak mendengar
dari pada berbicara (komunikasi). Berbicara itu mudah, tetapi berkomunikasi
dengan baik tidak mungkin demikian halnya. Berbicara saja belum dapat
menjamin apa yang dibicarakan itu dapat sampai kepada yang akan diharapkan
memperolehnya. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan
kontak tertentu atau dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi
6 Widjaja, Komunikasi (Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat), Bumi Aksara, Jakarta, 2008 : 5.
10
terjadi dan berlangsung tetapi kadang-kadang tidak tercapai kepada sasaran
tentang apa yang dikomunikasikan itu. Dimungkinkan adanya komunikasi yang
baik antara pemberi pesan dan penerima pesan apabila terjalin persesuaian
diantara keduanya.
Komunikasi juga diartikan sebagai sebuah proses pengalihan pesan
(message) secara timbal balik dari seseorang komunikator kepada seorang
komunikan. Kata komunikasi atau communications dalam bahasa inggris berasal
dari kata latin communis yang berarti “sama” , communico, comminicatio, atau
communicare, yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama
(communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau seuatu pesan
dianut secara sama.7
Menurut, Evertt M. Rogers “ komunikasi adalah proses dimana seatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.” Sedangkan menurut Bernard barelson dan gary
A. Steiner, “ komunikasi adalah transmisi, informasi, gagasan, emosi,
keterlampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata,
gambar, figure, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang
biasanya disebut komunikasi.” Selain itu menurut Gerald R. Miller “komunikasi
7 . Deddy Mulyana, ilmu komunikasi suatu pengantar, remaja rosda karya, bandung,2000:41
11
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mempengaruhi perilaku penerima.8
Dalam istilah yang sederhana komunikasi adalah proses penyampaian
pengertian antar individu. Semua masyarakat manusia dilandasi kapasitas manusia
untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pada pokoknya, komunikasi
adalah pusat minat dari situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan
suatu pesan kepada seseorang penerima dengan tujuan mempengaruhi perilaku si
penerima.9
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk konsep diri, akulturasi – diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kalangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi
yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan oranglain. Melalui
komunikasi kita berkerjasama dengan anggota masyarakat ( keluarga, kelompok
belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan Negara keseluruhan) untuk
mencapai tuan bersama.10
Dalam berkomunikasi ada tujuannya seperti yang dikatakan oleh onong
uchjana adalah untuk menimbulkan :
8 Evertt M.Rogers, Bernard Barelson dan Gary A. Steiner, Geralnd R. Miller, dalam deddy mulyana, ibid hal,62
9 H. Frazier Moore,hubungan masyarakat,remaja rosda karya,bandung,1981:78.
10 Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Remaja Rosda Karya,Bandung,2000:5.
12
1. Perubahan pendapat (opinion change)
2. Perubahan sosial (social change)
3. Perubahan perilaku (behavior change)
4. Perubahan sikap (attitude change)
Selain tujuan ada fungsi komunikasi yang harus kita ingat yaitu :
1. Menyampaikan informasi (to infrom)
2. Mendidik (to educated)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence).11
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpukan bahwa komunikasi dapat
mengubah atau mempengaruhi orang lain dan juga mengubah perilaku mereka
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Oleh karena itu semakin
banyak kesamaan persepsi khalayak dengan komunikatornya, maka komunikasi
yang dilakukan dapat dikatakan efektif dan apabila dari kesamaan persepsi
tersebut dapat menimbulkan perubahan sikap sesuai dengan keinginan
komunikatornya itu dapat menjadi indikator bahwa komunikasi yang dilakukan
sudah mencapai keberhasilan. Dengan adanya komunikasi yang efektif hal
tersebut dapat mengubah masyarakat untuk mempunyai kesadaran mereka akan
pentingnya keluarga berencana.
Peneliti beranggapan bahwa penelitian strategi komunikasi BKKBN
Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
11 onong uchajana effendi., ilmu komunikasi dan praktek, remaja rosda karya,bandung,2003:8
13
berencana sangat relevan dengan pengertian serta tujuan dan fungsi komunikasi.
Dalam penelitian ini peneliti berupaya meneliti bagaimana perubahan pendapat,
sosial, perilaku, sikap masyarakat dan bagaimana BKKBN Provinsi Banten
menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, mempengaruhi, serta strategi
komunikasi yang digunakan BKKBN Provinsi Banten dalam proses pembentukan
kesadaran program keluarga berencana.
2.2. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang
berbeda dalam organisasi atau yang diluar organisasi, secara tatap muka atau
melalui media. Tujuan dari komunikasi publik untuk memberikan informasi
kepada sejumlah besar orang mengenai organisasi dan untuk menjalin hubungan
antara organisasi dengan masyarakat diluar organisasi seperti pemakai jasa
organisasi, pemakai hasil produksi organisasi dan masyarakat umumnya.
Pemberian informasi kepada publik bertujuan untuk mengubah sikap
publik terhadap informasi yang diberikan misalnya bertambah kepercayaan orang
atau kesan baik orang terhadap organisasi tersebut.12
Adapun organisasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah BKKBN sebagai instansi yang bertugas
untuk melaksanakan program keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
Komunikasi Publik dapat diakukan oleh siapa pun, dapat pula dilakukan
oleh seorang komunikator publik profesional. Mereka yang termasuk
12 Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2008 :197-198
14
Komunikator Publik Profesional antara lain, manager dan staf PR/Humas,
wartawan, penyiar radio, presenter, penyaji ramalan cuaca, dan sebagainya.13
Komunikasi Publik adalah penyampaian pesan (message), berupa ide atau
gagasa, informasi, ajakan, dan sebagainya kepada orang banyak. Sarananya, bisa
media massa, bisa pula melalui orasi pada rapat umum atau aksi demonstrasi,
blog, situs jejaring sosial, kolom komentar di website/blog, e-mail, milis, SMS,
surat, surat pembaca, reklame, spanduk, atau apa pun yang bisa menjangkau
publik. Yang pasti, Komunikasi Publik memerlukan keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
Komunikasi publik juga dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan
seperti adanya kelompok - kelompok didalam masyarakat yang bersifat primer
dan sekunder menjadi wadah orang-orang untuk saling berinteraksi dan menukar
informasi serta dapat mengubah perilaku seseorang didalamnya.
Kelompok primer Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi
sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam
kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan
sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi
dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung
(bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan
sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain. Kelompok sekunder Jika interaksi
13 http://romeltea.com/komunikasi-publik-public-communication di akses pada hari Senin,
tanggal 20 februari 2012, pukul 03.00 wib
15
sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan.
Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv. Misalnya: partai politik,
perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.14
Sebagai mana yang telah di uraikan diatas, berkaitan dengan penelitian ini
peneliti menganggap bahwa komunikasi yang dilakukan oleh BKKBN untuk
memberikan informasi kepada public tidak hanya langsung tetapi juga melalui
kelompok-kelompok yang bersifat primebhr dan sekunder.
2.3. Strategi Komunikasi
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan.15
Perencanaan merupakan awal dari
suatu kegiatan, bagaimana tidak tanpa perencanaan lebih dulu kegiatan
komunikasi, seseorang komunikator perlu merencanakan terlebih dahulu
mengenai pesan komunikasi yang akan ditujukan kepada sasaran komunikan.
Sebagai seorang komunikator sebelum melakukan kegiatan komunikasi perlu
adanya pemahaman terlebih dahulu mengenai bagaimana proses komunikasi
berlangsung.16
Berdasarkan pengertian diatas strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajeman komunikasi
(cummonucation management) untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan yang
14 Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajagrafindo, Jakarta, 1982 : 102
15 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : Rosda, 2001:74.
16 Ibid, hal 33
16
juga tidak kalah pentingnya yang perlu memperoleh perhatian agar komunikasi
yang dilancarkan sesuai sasaran yang ingin dicapai adalah menentukan siapa yang
akan menjadi komunikator. Pesan komunikasi akan memperoleh perhatian dan
dapat dan mempengaruhi komunikan apabila informasi yang disampaikan
komunikator terdapat menarik dan terdapat kesamaan-kesamaan. Begitu juga
kepercayaan komunikan akan terbentuk apabila komunikator mempunyai
kredibilitas terhadap apa yang dikomunikasikan. Jadi jelas bahwa daya tarik
seseorang komunikator dan komunikaktor kredibilitas memegang peranan penting
dalam melancarkan komunikasi. Yang dalam penelitian ini BKKBN menjadi
komunikator dan masyarakat menjadi komunikannya.
Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa strategi komunikasi
mempunyai fungsi untuk menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat
informatif, persuasif, dan instruktif, secara sistematis kepada sasaran untuk
memperoleh hasil yang optimal dan menjembatani kesenjangan budaya akibat
kemudahan diperolehnya dan dioperasionalkannya media massa yang begitu
ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai – nilai budaya.17
Beliau juga
mengemukakan beberapa komponen dalam strategi komunikasi, antara lain18
:
17 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) Bandung : Remaja Rosda karya.
1992. Hal 27
18 Ibid hal : 35
17
1. Mengenali sasaran komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi perlu dipelajari siapa saja yang akan
menjadi sasaran komunikasi. Mengenali sasaran komunikasi bergantung
pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar
mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan
tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif).
2. Pemilihan media komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi komunikator harus dapat memilih
salah satu atau gabungan dari beberapa media komunikasi, tergantung
pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik
yang akan digunakan. Pemilihan media komunikasi di sini yang digunakan
dalam berkomunikasi berupa bahasa.
3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi
Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang
harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik
instruksi. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan
komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang digunakan bisa bermacam-
macam. Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi pesan
adalah bahasa, gambar, warna dan lain – lain. Pesan dalam bahasa yang
disampaikan ini bisa berupa pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan
yang berbentuk verbal ini berupa pesan yang dapat diuraikan dalam bentuk
18
kata–kata yang biasa diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Sedangkan pesan yang berupa non verbal ini berbentuk gerak tubuh,
ekspresi wajah, tekanan suara, bau dan lainnya.
Dalam bukunya strategi komunikasi, sebuah pengantar ringkas Arifin
menawarkan strategi-strategi komunikasi sebagai berikut:19
1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak haruslah langkah pertama bagi komunikator dalam
usaha komunikasi yang efektif . sebagaimana telah dijelaskan bahwa
dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan
aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi
saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Artinya khalayak
dapat dipengaruhi, oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat
dipengaruhi oleh komunikan atau khalayak.
Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak
mempunyai kepentingan yang sama. Tanpa persamaan kepentingan,
komunikasi tak mungkin berlangsung. Justru itu, untuk berlangsungnya
suatu komunikasi dan kemudian tercapainya hasil yang positif, maka
komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak
terutama dalam pesan, metode, dan media. Menurut Schoenfeld
sebagaimana dikutip oleh Arifin mengemukakan klasifikasi khalayak
sebagai berikut:20
19 Anwar Arifin. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung : Armico 1994. hal : 64
20 Ibid hal : 29
19
Inovator ataupun penemu ide adalah orang-orang yang kaya akan
akan ide baru, dan karenanya mudah atau sukar menerima ide baru
orang lain.
Early adopters atau barang yang cepat bersedia untuk mencoba apa
yang dianjurkan kepadanya.
Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima
ide-ide baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.
Mayority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima
atau menolak ide baru, terbatas pada suatu daerah.
Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima ide
baru dan mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang
semula.
Mengenal pengaruh kelompok dan nilai-nilai kelompok, memang
merupakan hal yang harus dikenal dan diteliti oleh komunikator untuk
menciptakan komunikasi yang efektif, sebab manusia hidup dari kelompok
dan pengenalan manusia adalah hal yang sangat penting karena manusia
merupakan unsure yang paling penting dalam proses komunikasi.
2. Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya
dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema
dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan
tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian, sebagaimana yang telah
dijelaskan bahwa manusia dalam saat yang bersamaan terkadang
dirangsanng oleh banyak pesan dari berbagai sumber, tetapi tidaklah
semua rangsangan itu dapat mempengaruhi khalayak, maka haruslah
melalui pintu perhatian terlebih dahulu untuk dapat mencapai efektifitas
20
dari pesan tersebut. Adapun cara-cara pengorganisasian pesan antara lain
adalah sebagai berikut:21
a. Deduksi : Inti pokok pesan kita sampaikan terlebih dahulu baru
kemudian penjelasan-penjelasan serta perincian-perincian
menyusul diberikan.
b. Induksi : Kebalikan dari deduksi. Yang disampaikan pertama kali
adalah uraian-uraian, detil-detil dari suatu gagasan yang
susunannya mengarah pada suatu kesimpulan yang diberikan pada
akhir kegiatan komunikasi.
c. Kronologis : Pesan komunikasi disampaikan menurut urutan waktu
terjadinya peristiwa.
d. Spasial : Pesan komunikasi disampaikan menurut urutan tempat.
e. Topikal : Pesan komunikasi disampaikan menurut urutan prioritas
tertentu. Dari yang penting ke kurang penting, dari yang tidak
menarik ke menarik, dari konsep / pengertian yang sudah dikenal
ke yang asing. Dapat berlaku pula sebaliknya.
f. Kausal : Disini pesan komunikasi disajikan dengan urutan ”sebab”
kemudian ”akibat” atau sebaliknya.
3. Menetapan metode
Seperti telah disinggung, bahwa mencapai efektivitas dari suatu
komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan yang di
selaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan
turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaian pesan. Strategi
menetapkan metode berguna untuk membantu mengefektifkan sebuah
strategi sebelumnya menjadi lebih efektif. Arifin menawarkan
beberapa metode komunikasi, yaitu:22
21 Nina Winangsih Syam. Dadang Sugiana. Perencanaan pesan dan media. Jakarta : Pusat
penerbitan Universitas Terbuka. 2004. Hal : 1.22
22 Ibid Anwar Arifin. hal : 84
21
a. Redundancy (Repetition)
Adalah mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang
pesan kepada khalayak. Manfaat lainnya, ialah bahwa khalayak
tidak akan mudah melupakan hal yang penting yang disampaikan
berulang-ulang itu.
b. Canalizing
Proses canalizing ialah memahami dan meneliti pengaruh
kelompok terhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya
komunikasi ini, maka haruslah dimulai dari memenuhi nilai-nilai
dan standar kelompok dan mayarakat dan secara berangsur-angsur
merubahnya ke arah yang dikehendaki.
c. Informatif
Dalam dunia komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan
yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang
bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode)
memberikan penerangan.
d. Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam
hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama
perasaanya.
e. Edukatif
Metode edukatif, sebagai salah satu cara mempengaruhi khalayak
dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan
dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta
dan pengalaman-pengalaman.
f. Kursif
Kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa.
Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berfikir lebih banyak
lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dilontarkan. Oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi
pendapat-pendapat juga berisi ancaman-ancaman.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Penggunaan media sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut
perhatian masyarakat pada abad ini, adalah suatu keharusan. Sebab
selain media massa dapat menjangkau jumlah besar khalayak, juga
dewasa ini rasanya kita tak dapat lagi hidup tanpa surat kabar, radio,
film, televisi bahkan internet. Dan agaknya alat-alat tersebut kini betul-
betul telah muncul sebagai alat komunikasi massa yang sejati yang
22
selain berfungsi sebagai alat penyalur, juga mempunyai fungsi sosial
yang kompleks.
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin
dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan
kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media
pun, harus demikian pula. Kapan harus menggunakan media
konvensional dan kapan harus menggunakan media baru Hal ini karena
masing-masing media tersebut mempunyai kemampuan dan
kelemahan-kelemahan tersendiri sebagai alat.
Seperti telah diuraikan sebelumnya dan sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui secara seksama bagaimana strategi
komunikasi yang dilakukan oleh BKKBN Provinsi Banten untuk dapat
membentuk kesadaran masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana
dengan mencari jawaban melalui penjelasan yang telah diungkapkan Effendy dan
Arifin.
2.3.1 Peranan Komunikator Dalam Strategi Komunikasi
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Strategi
komunikasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai
pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang
mempengaruhi. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen
media atau komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung
tercapai.
23
Para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam
melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut
A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure.
A-A Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang
disingkat AIDDA. Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire (Hasrat),
Decision (Keputusan), Action (Kegiatan). Terkait pada objek penelitian ini
sebagai berikut :
A - attention = Menarik perhatian masyarakat akan program
keluarga berencana BKKBN.
I - interest = Membangkitkan minat masyarakat akan
pentingnya keluarga berencana.
D - desire = Menumbuhkan hasrat masyarakat untuk
mengikuti program keluarga berencana.
D - decision = Membuat keputusan untuk melakukan
program keluarga berencana.
A - action = Melakukan penggiatan program keluarga
berencana BKKBN.
Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi
hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini
komunikator harus menimbulkan daya tarik23
.
23 Onong, Uchjana Effendi. 2000, Ilmu, Teori, Dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti,
Bandung. Hal 303-304
24
Hal tersebut membuat kefektifan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan berkomunikasi, tetapi juga ditentukan oleh komunikator yaitu
BKKBN Provinsi Banten karena ialah pengutara pikiran dan perasaanya dalam
membentuk pesan untuk membuat masyarakat sebagai komunikan menjadi tahu
atau berubah sikap, pendapat, serta perilakunya.
2.4. BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana)
Secara singkat BKKBN dimulai dari suatu organisasi yang murni berstatus
swasta pada tahun 1957, kemudian berkembang menjadi organisasi semi
pemerintahaan pada tahun 1968 dan pada tahun 1970 menjadi organisasi resmi
pemerintah sebagai pelaksana dan pengelola program KB nasional sampai dengan
era baru saat ini. Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional ,disingkat
BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera.
Menurut Bpk.Ade Anwar “Di Provinsi banten sendiri BKKBN (Badan
Kependudukan Keluarga Berencana) merupakan kepanjangan tangan dari
BKKBN Pusat. Artinya, walaupun merupakan organisasi pemerintah, BKKBN
Provinsi banten bukan merupakan organisasi yang berada di bawah naungan
pemeritahan provinsi banten secara langsung karena baik program maupun
anggaran kegiatan BKKBN provinsi banten tidak berasal dari APBD maupun
APBN provinsi banten”.24
2.5. Keluarga Berencana
24 Hasil wawancara dengan Kabag. advokasi dan KIE di BKKBN Provinsi Banten
25
Tahun 1960-an banyak pihak yang khawatir tentang dampak negative dari
angka pertumbukhan penduduk dan akibat tingginya fertilitas di Negara-negara
berkembang termaksud Indonesia. Berbagai survey menunjukan bahwa banyak
perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak ingin mamakai alat
kontrasepsi lagi. Dengan ditemukannya alat dan obat kontrasepsi yang murah dan
dapat menjangkau kebutuhan sebagian besar Negara yang sedang berkembang,
maka keluarga berencana adalah cara terbaik untuk menjawab permasalahan
pertumbuhan penduduk.
Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar suka- rela serta tidak
bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian
maka bimbingan, pendidikan serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat
dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola keluarga kecil
sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh
karena itu pelaksa-naan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut
masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi penting lainnya
dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.25
Keluarga Berencana adalah salah satu program yang digalakkan
pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Hal ini
disebabkan jumlah penduduk Indonesia menduduki posisi nomor empat terbanyak
di dunia. Jika tidak dikendalikan, maka ledakan penduduk ini akan menjadi
sebuah masalah sosial yang bisa mengganggu pembangunan bangsa. Program
25 www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7082/
26
Keluarga Berencana ini merupakan sebuah program yang berada di bawah
pengawasan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Lembaga tersebutlah yang mengelola dan mengatur pelaksanaan program
Keluarga Berencana bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan
mengkampanyekan program Keluarga Berencana atau KB. Masyarakat diajak
untuk mengikuti program KB, agar jumlah keluarga bisa dikendalikan. Macam-
macam alat KB diperkenalkan dan masyarakat diberikan keleluasaan untuk
memilih alat kontrasepsi mana yang sesuai dengan pilihan mereka.
Beberapa macam alat kontrasepsi dalam program keluarga berencana ini di
antaranya adalah pil KB, Spiral, vasektomi, suntik, IUD dan juga Kondom.
Sasaran penggunaan alat KB ini adalah para pasangan muda dan ibu yang baru
melahirkan. Kepada mereka, program keluarga dikenalkan sejak dini dengan
harapan mereka bisa ikut mensukseskan program tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas keluarga yang memiliki balita dilaksanakan
juga program Bina Keluarga Balita (BKB). Program BKB yang telah dicanangkan
sejak tahun 1980-an merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak
secara optimal melalui interaksi orangtua dan anak. Bila di Posyandu terdapat
Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk melihat pertumbuhan anak, maka dalam BKB
terdapat Kartu Kembang Anak (KKA) melihat perkembangan keterampilan dan
kecerdasan anak.
27
Untuk keluarga yang memiliki remaja usia 6-21 tahun (belum menikah)
dapat disediakan program kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR). BKR adalah
kegiatan yang dilakukan keluarga,khusunya orangtua atau keluarga lainnya untuk
meningkatkan pembinaan tumbuh kembang remaja secara baik dan terarah dalam
rangka pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Pada kegiatan ini
yang terpenting adalah bagaimana orangtua dapat mengasuh anak yang
mengalami masa puber.
Dan bagi keluarga yang mempunyai Lansia dapat mengikuti program Bina
Keluarga Lansia (BKL). BKL adalah wadah kegiatan yang dilakukan oleh
keluarga yang memiliki lansia untuk mengetahui, memahami, dan mampu
membina kondisi dan masalah lanjut usia dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia.26
Sesuai dengan perjalanan paradigma program pembangunan secara umum,
program keluarga berencana diarahkan pada beberapa tujuan pembangunan
sebagai berikut:
1. Menurunkan angka pertumbuhan penduduk melalui penurunan angka
kelahiran agar meningkatkan strandar kehidupan masyarakat.
2. Meningkatakan kesehatan dan kualitas hidup perempuan dengan
membantu mereka mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan
aborsi.
26 http://banten.bkkbn.go.id
28
3. Memajukan hak-hak pasangan dan perempuan (kesetaraan gender)
untuk membantu keluarga sesuai dengan kebebasan dan tanggung
jawab yang dituangkan dalam hak-hak reproduksi dan sosial.27
2.6. Kerangka Berpikir
BKKBN adalah Badan Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia
yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan
keluarga sejahtera.
BKKBN mempunyai program KB yang merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar utama dari wanita. Program ini sangat
membantu masyarakat dengan membatasi jumlah anak dalam berkeluarga dari
tingkat kelahiran suatu penduduk yang sekarang lebih besar dari tingkat kematian.
Program KB ini juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi kepadatan
penduduk yang menjadi masalah penting bagi setiap orang pada saat ini.
Dan untuk mengubah pola pikir masyarakat dari keluarga besar yang
kurang terurus, kepada keluarga kecil yang sejahterah. Dengan demikian mereka
mau mengatur dan membatasi jumlah kelahiran anak yang pada akhirnya dapat
menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang nasional.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengubah pola pikir
masyarakat dan perilaku lainnya BKKBN Provinsi Banten menggunakan strategi
27 Agus joko piyoto dan pande mate kutanegara, keluarga berencana dan kesehartan reproduksi,
pustaka pelajar, 2010 : 24.
29
– strategi komunikasinya yang sebagai mana dijelaskan pada Arifin Anwar,
pendekatan strategi tersebut terdiri dari analisis khalayak, strategi pesan, strategi
penentuan metode komunikasi serta strategi seleksi dan penggunaan media.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
KEPADATAN PENDUDUK
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode penelitian
BKKBN
KELUARGA BERENCANA
STRATEGI
KOMUNIKASI
Analisis
khalayak Strategi pesan
Strategi
penggunaan
metode
Strategi
seleksi dan
penggunaan
media
Bagaimanan BKKBN
menentukan siapa saja
yang menjadi
khalayak BKKBN
Provinsi Banten
dalam proses
pembentukan program
keluarga berencana
Bagaimana pesan
komunikasi yang
dibuat oleh
BKKBN dalam
proses
pembentukan
program keluarga
berencana
Metode yang di
gunakan BKKBN
Provinsi Banten
dalam proses
pembentukan
kesadaran
program keluarga
berencana
Media yang
digunakan
BKKBN dalam
proses
pembentukan
kesadaran
program keluarga
berencana
31
Metode penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
dapat dilakukan dengan wawancara langsung dan mendalam menggali berbagai
data dan informasi yang tidak bisa dijangkau dengan pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner.28
Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atas peristiwa.
Penelitian ini tidak hanya mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi.
Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada
masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian,metode
penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai
teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisis,
dan mengklasifikasi ; penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik
interview, angket, observasi, atau dengan teknik test ; studi kasus, studi
komperatif, studi waktu dan gerak, analisis kualitatif, studi kooperatif atau
operasional.29
Penelitian deskriptif ditujukan untuk :
1. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada.
28 Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, 1995: 258
29 Winarno, Surakhmad, Pengantar Penellitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, 1982 : 139.
31
32
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan dating.30
3.2. Tehnik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan
penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Data primer
Untuk mendapatkan data yang diinginkan, dalam penelitian ini penulis
melakukan wawancara mendalam ( indepth interview) terhadap orang yang
berkompeten dilingkungan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) yaitu Kasubbag Umum dan Humas Kasubbid, Advokasi dan KIE,
Kerjasama Kepengendalian Kependudukan. Sehingga dapat diperoleh data-data
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu analisis dalam penelitian ini.
2. Data sekunder
30 Jalaludin, Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000 :25.
33
Merupakan pengumpulan data yang diperlukan dalam bentuk yang sudah berupa
publikasi, dalam ini penulis mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dengan
cara :
a. Studi kepustakaan, berupa buku, arsip, dan dokumen lainnya yang terikat
dengan pembentukan kesadaran akan keluarga berencana dari BKKBN
Provinsi Banten guna kelengkapan data dalam penelitian ini.
3.3. Key Informan
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen, yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas(activity) yang
berinteraksi secara sinergis31
. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai
obyek penelitian yang ingin diketahui apa yang akan terjadi didalamnya.
Pada istilah kualitatif juga tidak menggunakan istilah sampel. Sampel pada
penelitian kualitatif disebut sebagai informan atau objek penelitian, yaitu orang-
orang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan penelitian.
Namun dalam penelitian kali ini peneliti menyebutnya sebagai informan.
Informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting
tentang suatu objek32
.
Adapun key informan dalam penelitian ini adalah :
31 Sugiono.2008.Metode PenelitianKuantitatif, KualitatifdanR&D.Jakarta :Alfabet. Hal 215
32 Rachmat Kriyantono.2008.Teknis PraktisRisetKomunikasi.Jakarta :KencanaPrenada hal 296
34
1. Drs. Agus Rahmat, selaku Kasubbag Umum dan Humas di BKKBN Provinsi
Banten.
2. Drs. Ade Anwar, Karena beliau selaku Kasubbid, Advokasi dan KIE.
3. Nafis, selaku Kasubid, Kerjasama Kepengendalian Kependudukan.
Adapun alasan peneliti memilih ketiga informan tersebut karena ketiganya
dianggap memahami dan memliki informasi terkait strategi komunikasi BKKBN
Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga. (1)
Karena beliau yang membuat, menjalankan, serta menginformasikan program
Keluarga Berencana kepada masyarakat. (2) Beliau yang memberikan penerangan
kepada masyarakat tentang keluarga berencana dan juga memberikan pelayanan
KIE (komunikasi, informasi, edukasi) kepada masyarakat. (3) salah satu informan
yang mengerti tentang kepadatan penduduk di Provinsi Banten.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik snowball sampling. Teknik ini merupakan teknik penentuan subjek yang
awalnya berjumlah kecil kemudian berkembang semakin banyak. Orang yang
dijadikan informan pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk
dijadikan informan lagi, begitu seterusnya.33
Jadi awalnya peneliti hanya memilih
satu informan yang kemudian dimintai saran untuk mengarahkann informan
selanjutnya.
3.4. Analisis Data
33 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif.Kualitatif, Bandung : R&D Alfabeta. 2008. Hal 157
35
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis akan mendeskripsikan dengan
menganalisisnya secara kualitatif, artinya penelitian mengenai kualitas suatu
informasi disini adalah mengenai strategi BKKBN dalam proses pembentukan
kesadaran keluarga berencana. Analisis data adalah proses penyederhanaan data
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan.34
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan model Milles and Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh35
Aktifitas analisis
data,yaitu :
a. Data reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal – hal yang penting dicari tema dan
polanya.
b. Data display ( penyajian data )
34 Sofian Effendi & Christ Manning Dalam Masri Singrimbun, Metode Penelitian Survey LP3ES,
Jakarta, 1989 : 263
35 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif. Bandung : R&D Alfabeta. 2008. hal. 220
36
Setelah data direduksi ,maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat ,bagan,hubungan
antar kategori dan lainnya. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Penyajian data merupakan upaya
penyusunaan, pengumpulan informasi ke dalam suatu matrik
atau konfigurasi yang mudah dipahami. Konfigurasi semacam
ini akan memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Kecenderungan kognitif manusia adalah
penyederhanaan informasi yang komplek ke dalam suatu
bentuk yang dapat dipahami secara gamblang. Penyajian data
yang sederhana dan mudah dipahami adalah cara utama untuk
menganalisis data deskriptif kualitatif yang valid. Penyajian ini
bisa dalam bentuk matrik, grafik atau bagan yang dirancang
untuk menghubungkan informasi. Penyajian data yang peneliti
lakukan adalah mengenai strategi komunikasi BKKBN
Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran program
keluarga berencana.
c. Conclusion drawing / verification
37
Dalam hal ini setelah dilakukan reduksi data,da menyajikan
data yang didapat dari lapangan maka langkah terakhir adalah
penarikan kesimpulan verifikasi terhadap data – data yang ada.
,Data inilah yang kemudian disusun ke dalam satuan-satuan,
kemudian dikategorikan sesuai dengan masalah-masalahnya.
Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama
lain sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
sikap permasalahan yang ada.36
Kesimpulan yang ingin peneliti
sampaikan adalah mengenai strategi komunikasi BKKBN
Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran program
keluarga berencana.
Dalam penelitian kualitatif ini adapun analisa data yaitu Triangulasi dilakukan
secara bersamaan dengan pengumpulan data, dengan prosedur penelitian sebagai
berikut37
:
a. Analisa data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data,
interprestasi data dan membuat narasi laporan.
b. Analisa dan kualitatif selalu didasarkan kepada upaya-upaya
“mengurangi” data dan menginterprestasikannya.
c. Menyajikan kembali data dalam bentuk tabel.
36 Matthew B. Milles, A Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjejep Rohendi
Rosidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1992 . Hal 25
37 Umar, Husein, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Gramedia, Jakarta, 2002 :50.
38
d. Mengidentifikasi proses pengkatagorian data.
Prosedur penelitian dilakukan agar hasil yang didapat memiliki kualitas yang
memenuhi syarat reabilitas, yaitu mendapatkan hasil yang tetap sama dari
pengumpulan data yang dilakukan pada waktu berbeda dan validitas, yaitu
ketepatan dalam mengukur konsep teori yang dianut dan bukan konsep lain.38
3.5. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Identifikasi khalayak yang dilakukan oleh BKKBN Provinsi
Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
berencana.
2. Menyusun pesan yang dibuat oleh BKKBN Provinsi Banten dalam
proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana.
3. Menentukan metode BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana.
4. Seleksi dan penggunaan media yang dipilih oleh BKKBN Provinsi
Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
berencana.
3.6. Lokasi Penelitian dan Waktu
38 Jamiludin, Ritongn, Riset Kehumasan, Grafindo, Jakarta, 2004 : 29.
39
Penelitian ini dilakukan di lembaga/instansi BKKBN yang terletak di
Serang Jl. Raya palima pakupatan No.2 Provinsi Banten – 42171. Dengan tujuan
untuk menggambarkan strategi komunikasi yang dilakukan BKKBN Provinsi
Banten dalam membentuk kesadaran masyarakat akan Program Keluarga
Berencana. Adapun rencana prlaksanaan penelitian ini akan berlangsung selama
kurang lebih 30 hari.
BAB IV
40
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Pada tahun 1957 BKKBN dimulai dari suatu organisasi yang murni
berstatus swasta kemudian berkembang menjadi organisasi semi pemerintahaan
pada tahun 1968 dan pada tahun 1970 menjadi organisasi resmi pemerintah
sebagai pelaksana dan pengelola program KB nasional sampai dengan era baru
saat ini. Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional ,disingkat BKKBN,
adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera.
Kini di Provinsi banten BKKBN berubah nama menjadi “Badan
Kependudukan Keluarga Berencana” yang menangani tentang kependudukan di
Provinsi Banten sendiri. BKKBN juga merupakan kepanjangan tangan dari
BKKBN Pusat. Artinya, walaupun merupakan organisasi pemerintah, BKKBN
Provinsi banten bukan merupakan organisasi yang berada di bawah naungan
pemeritahan provinsi banten secara langsung karena baik program maupun
anggaran kegiatan BKKBN provinsi banten tidak berasal dari APBD maupun
APBN provinsi banten.
Adapun tujuan dan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari
BKKBN Provinsi banten antara lain:
A. Tugas Pokok
40
41
Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana
dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
B. Fungsi
Adapun fungsi dari BKKBN Provinsi Banten ini antara lain
adalah sebagai berikut :
Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera.
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN.
Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah,
swasta, LSOM dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum
dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum,
persandian, perlengkapan dan rumah tangga
C. Kewenangan
Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.
Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung
pembangunan secara makro.
Perumusan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan
angka kematian ibu, bayi dan anak.
42
Penetapan sistem informasi dibidangnya.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yaitu :
o Perumusan dan pelaksanaan kegiatan tertentu dibidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
o Perumusan pedoman pengembangan kualitas keluarga
4.1.1. Visi Misi
Visi
Visi program keluarga berencana pada era baru di tetapkan menjadi
“Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Visi ini di maksudkan untuk
menekan laju pertumbuhan yang semakin meningkat di Provinsi Banten serta
mewujudkan keluarga yang sejahtera dan memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, tanggung jawab dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Misi
Adapun Misi dari BKKBN Provinsi Banten yaitu “Mewujudkan
Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera” BKKBN Provinsi Banten yakin akan mewujudkan
misi bersebut dari program keluarga berencana yang di gulirkan oleh instansi
ini yang membuat keluarga kecil sejahtera dibandingkan dengan keluarga
besar yang kurang terurus. Dengan demikian masyarakat juga akan
43
mempunyai wawasan yang lebih luas lagi untuk Provinsi Banten yang
berkaitan dengan kependudukannya sendiri.
4.1.2 Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Banten
- Kepala BKKBN Provinsi Banten, membawahi :
Sekretaris Utama, membawahi :
1. Subbagian perencanaan
2. Subbagian Umum dan Humas
3. Subbagian Keuangan dan BMN
4. Subbagian Kepegawaian dan Hukum
5. Subbagian Administrasi dan pengawasan
Bidang pengendalian penduduk, membawahi :
1. Subbagian Penetapan Paramenter Kependudukan
2. Subbagian Pendidikan Kependudukan
3. Subbagian Analisis Dampak Kependudukan
Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, membawahi :
1. Subbidang Kesertaan KB Jalur Pemerintah dan Swasta
2. Subbidang Bina Wilayah Kesertaan KB Jalur dan Sasaran Khusus
3. Subbidang Kesehatan Reproduksi
Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,membawahi:
1. Subbidang Bina Keluarga Balita Anak dan Ketahannan Keluarga
Lansia
2. Subbidang Bina Ketahanan Remaja
3. Subbidang Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
44
Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi, membawahi :
1. Subbidang Advokasi dan KIE
2. Subbidang Hubungan Antar Lembaga dan Bina Lini Lapangan
3. Subbidang Data dan Informasi
Bidang Pelatihan dan Pengembangan, membawahi :
1. Subbidang Tata Operasional
2. Subbidang Program dan Kerjasama
3. Subbidang Penyelenggaraan dan Evaluasi
4.2 Deskripsi Data
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi
BKKBN Provisi Banten dalam proses kesadaran Program Keluarga Berencana.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
dengan cara peneliti datang langsung dan menanyakan tentang strategi
komunikasi BKKBN Provinsi Banten dalam proses kesadaran Program Keluarga
Berencana, mencangkup bagaimana analisis khalayak, strategi penyusunan pesan,
penggunaan metode komunikasi, serta strategi seleksi dan penggunaan media
yang dilakukan. Serta menggunakan studi kepustakaan, berupa arsip, dan
dokumen yang terikat dengan pembentukan kesadaran akan keluarga berencana
dari BKKBN Provinsi Banten guna kelengkapan data dalam penelitian ini.
Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara mendalam pada
tanggal 25 April 2012 dan 10 mei 2012. Peneliti melakukan wawancara dengan
Kasubid.Advokasi dan KIE, Kasubag.Umum dan Humas, serta
45
Kasubid.Kerjasama Kepengendalian Kependudukan. Dalam wawancara tersebut,
peneliti mendapatkan data atau informasi berupa bagaimana strategi komunikasi
BKKBN dalam proses pembentukan kesadaran program Keluarga berencana.
Pada wawancara tersebut, peneliti menyiapkan sejumlah pertanyaan. Merekam
jawaban atau informasi yang didapatkan dari informan dan menulis hal-hal yang
penting. Daftar pertanyaan dan jawaban dari narasumber dapat dilihat di lembar
lampiran.
Hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan dengan key informan
merupakan data primer dan data sekunder. Data-data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada informan dan hasil dokumentasi, serta study
documenter dikategorisasikan sesuai dengan identifikasi masalah. Data mana saja
yang termasuk kedalam analisis khalayak, strategi menyusun pesan,
distribusi/metode penyampaian pesan dan strategi seleksi dan pemilihan media.
Lalu data tersebut dijabarkan secara jelas dan terbuka sehingga dengan demikian
dapat disimpulkan hasil dari penelitian mengenai strategi BKKBN Provinsi
Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana.
4.3 Hasil Penelitian
Peneliti akan menguraikan hasil penelitian pada bab ini, yaitu mengenai
strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten dalam proses pembentukan
46
kesadaran program keluarga berencana. Adapun hasil penelitian ini berdasarkan
wawancara mendalam, study documenter dan dokumentasi. Berikut ini adalah
profil key informan dalam penelitian ini :
1. Ade Anwar
Beliau merupakan kepala Bagian Advokasi dan KIE BKKBN Provinsi
Banten. Yang berkelahiran di bandung, 5 desember 1965. Dan kini
mempunyai tempat tinggal di Serang tepatnya di Taman Graha Asri
Blok i 5 No.8. Beliau mempunyai tugas di BKKBN Provinsi Banten
yaitu memberikan pelayanan KIE kepada masyarakat yang terkait
dengan Program Keluarga Berencana. Adapun kontak yang dapat
dihubungi :
Office : (0254) 7038650
Mobile : +6287771343209
Email : ade_an [email protected]
2. Agus Rakhmat
Beliau dilahirkan di kuningan, pada tanggal 23 Agustus 1960. Alamat
yang ditinggalkan saat ini kemang pusri – Serang Banten. Beliau
berkerja di BKKBN Provinsi Banten dan mempunyai jabatan sebagai
Kasubag. Umum dan Humas. Tugas beliau di BKKBN Provinsi
Banten yaitu, melakukan pelayanan kepada umum administrasi,
47
perkantoran, terhadap pegawai, lingkungan, dll. Serta memberikan
penerangan kepada masyarakat tentang program keluarga berencana.
Office : (0254) 7038650
Mobile : +6287871271947
Email : [email protected]
3. Napis
Didalam bidang kepengendalian kependudukan BKKBN Provinsi
Banten Beliau mempunyai jabatan didalamnya sebagai Kasubid.
Kerjasama Kepengendalian Kependudukan. Yang bertugas melakukan
penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi
pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemantauan dan evaluasi di bidang kerjasama pendidikan
kependudukan. Beliau lahir diSerang, 15 desember 1965.
Office : (0254) 7038650
Mobile : -
Email : [email protected]
Kepadatan penduduk yang semakin meningkat di Provinsi Banten setiap
tahunnya membuat masyarakat menjadi cemas akan terjadinya ledakan penduduk
Provinsi ini tetapi tidak semua masyarakat yang mempedulikan ledakan penduduk
ini bahkan mereka menganggap masalah ini adalah masalah pemerintah bukan
masalah mereka, inilah yang menjadi permasalahan Negara ini kurangnya
kesadaran dan informasi masyarakat tentang kepadatan penduduk yang dialami
Negara Indonesia.
48
Saat ini, seharusnya masyarakat menyadari bahwa dengan adanya ledakan
penduduk ini, mereka harus menyiapkan dana lebih untuk biaya pendidikan, biaya
kesehatan dan belum lagi semakin tingginya angka pengangguran dan angka
kriminalitas yang kian membumbung. Hal tersebut sesuai dengan peryataan Napis
selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan. dalam wawancara
dengan peneliti :
“Di masyarakat ini masih banyak masyarakat yang tidak
memperdulikan kependudukan dapat menjadi masalah, banyak
masyarakat kita menganggap ledakan penduduk,
pengangguran, dll. bukan masalah mereka tetapi masalah
pemerintah, dan yang di salahkan pemerintah. Jadi kesadaran
masyarakat yang seharusnya mengetahui betul tentang
kepadatan penduduk dengan jumlah penduduk yang besar itu
konsekuensinya biaya pendidikan harus di sediakan, biaya
kesehatan, lapangan kerja, itu semua perlu di pikirkan oleh
mereka.Yang bisa menjadi kriminalitas dengan latar
belakangnya ekonomi.”39
Begitu pula dengan pernyataan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan
Humas yang menyatakan bahwa :
“Kesadaran masyarakat terutama di desa masih relatif rendah.
Berbeda dengan orang yang hidup di perkotaan, mereka lebih
peka terhadap informasi dan memiliki pemikiran yang lebih
terbuka dan ditunjang juga dengan tingkat ekononi dan
pendidikan yang lebih tinggi tidak seperti orang di pedesaan
yang masih berpikir kolot dan juga memiliki latarbelakang
pendidikan yang kurang serta tingkat perekonomian keluarga
yang rendah.”40
Ade anwar juga menambahkan :
39 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
40 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada tanggal 25 April 2012
49
“Kami sadar bahwa masyarakat pedesaan acapkali tidak ingin
menggunakan alat kontrasepsi atau bergabung dengan program
KB dikarenakan terhambat biaya serta kurangnya informasi
yang mereka dapatkan, tidak seperti masyarakaat perkotaan
yang dapat mengakses informasi dengan cepat dan dimana
saja.”41
Untuk memperkuat pernyataan sebelumnya, Napis selaku Kasubid.
Kerjasama Kepengendalian Kependudukan menyatakan :
“Pada tahun 2000 penduduknya itu 8,1 juta. Kemudian pada
tahun 2010 menjadi 10,644,30 juta, jadi laju pertumbuhannya
78%, per tahun, luas banten 9.18,864 KM, jadi kepadatan
penduduknya 1.180 orang/KM, jadi itu semua sudah padat
apalagi tangerang. LPP terbesar ada di kota tangerang 4,24%.
Dan terendah si kota pandeglang 1,26, bayangkan saja
penduduknya di tangereng saja 4,24 penduduk dan setiap
tahunnya bertambah sekian juta.”42
Tentu saja angka ini bukanlah angka yang kecil dan tidak dapat terus
dibiarkan karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi daerah dan
juga ekonomi Negara. Untuk itulah BKKBN sebagai lembaga yang memiliki
tanggung jawab untuk membentuk kesadaran masyarakat mengenai Program KB
sebagai salah satu langkah mengatasi ledakan penduduk. Uraian di atas juga
memperlihatkan bahwa masalah kesadaran penduduk akan adanya ledakan
penduduk ini memang masih cukup rendah dan mereka belum benar-benar
menyadari dampak negatif yang ditimbulkan oleh ledakan penduduk ini.
41 Ibid Ade Anwar 42 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
50
BKKBN menyadari hal ini dengan baik dan percaya bahwa strategi
komunikasi dapat menjadi alat untuk membentuk kesadaran masyarakat akan
pentingnya program KB. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ade
Anwar selaku Kasubid Advokasi dan KIE BKKBN Provinsi Banten :
“Strategi komunikasi merupakan salah satu “jembatan” kami
dalam melakukan setiap kegiatan dan mensukseskan program
KB dalam rangka menekan angka ledakan penduduk
khususnya di Provinsi Banten. Kami menyadari bahwa kami
membutuhkan sebuah alat untuk dapat mengkomunikasikan
dan mengakomodir setiap informasi agar dapat membangun
kesadaran masyarakat tentang pentingnya program KB,
karena itulah kami membutuhkan strategi komunikasi yang
baik untuk mencapai tujuan tersebut. Kami percaya, semakin
baik pengelolaan strategi yang kami lakukan, maka hasil yang
kami akan dapakan juga akan berbanding lurus dengan hal
tersebut.”43
Senada dengan pernyataan Ade Anwar, Kabag Humas BKKBN Provinsi
Banten, Agus Rakhmat menyatakan :
“Strategi komunikasi memiliki peran yang penting dalam
proses pembentukan kesadaran program KB karena strategi
komunikasi dapat menjadi senjata dalam mencapai tujuan
yang telah dirumuskan BKKBN sebelumnya. Strategi
komunikasi dapat menentukan kemana arah setiap program
yang akan dijalankan.”44
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bagaimana pentingnya strategi
komunikasi dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana
kepada masyarakat yang menjadi salah satu solusi untuk mengurangi kepadatan
43 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
44 Ibid Ade Anwar
51
penduduk di Provinsi Banten khususnya. Mengacu pada konsep yang ditemukan
oleh Arifin Anwar maka strategi komunikasi dapat ditelaah berdasarkan analisis
khalayak, Strategi penyusunan pesan, strategi penentuan metode komunikasi dan
strategi seleksi dan pemilihan media.
4.3.1. Analisis Khalayak Yang Dilakukan Oleh BKKBN Provinsi
Banten
Sebelum komunikasi berlangsung, salah satu hal yang harus
dilakukan adalah mempelajari siapa saja yang akan menjadi sasaran
komunikasi (khalayak). Mengenali sasaran tergantung dengan tujuan
komunikasi apa yang ingin dicapai. Dalam proses pembentukan kesadaran
program Keluarga Berencana, melakukan analisis khalayak itu sangat
penting. Dari analisis khalayak kita dapat mengetahui bagaimana cara
yang harus dilakukan BKKBN untuk berkomunikasi atau memberikan
informasi mengenai program Keluarga Berencana kepada khalayak
banyak atau pun sedikit. Hal ini sesuai dengan peryataan Ade Anwar :
“… pentingnya mengetahui khalayak ini agar pesan-pesan
yang kita berikan bisa dapat di terima oleh masyarakat
sekitarnya dan bisa dimengerti”45
Ade Anwar juga menambahkan :
“khalayak itu sangat penting untuk kita ketahui terlebih
dahulu sebelum mensosialisasikan program KB ini, jadi
yang kami lakukan sebelum sosialisasi kami lakukan survey
terlebih dahulu. Survey ini dilakukan dengan cara
berkoordinasi dengan BKKBN yang ada di tingkat
Kabupaten dan Kota yang meruapkan wilayah dari
45 Ibid Ade Anwar
52
Provinsi Banten. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
data awal, setelah itu BKKBN Provinsi Banten melalui tim
survey akan melakukan peninjauan langsung ke daerah-
daerah yang dijadikan sasaran program KB.”46
Hal ini senada dengan pernyataan yang di berikan oleh Napis
selaku bagian pengendalian kependudukan di Provinsi Banten juga
menyatakan bahwa :
“Analisis khalayak disini tergantung dengan segmentasi
sasarannya. Segmentasi khalayak itu harus diketahui
terlebih dahulu.”47
Berdasarkan peryataan diatas, bahwa BKKBN Provinsi banten
sebelum mengenal khalayak mereka melakukan survey terlebih dahulu
sebelum mensosialisasikan program keluarga berencana kepada
masyarakat. Dan sangat jelas bahwa mereka sangat mementingkan untuk
melakukan analisis khalayak sebagai langkah pertama mereka untuk
melaksanakan program tersebut.
Dalam melakukan survey, seperti pernyataan Ade Anwar di atas,
BKKBN melakukannya melalui koordinasi dengan BKKBN Kabupaten
serta Kota yang ada di Provinsi Banten, diantaranya : Kab. Serang, Kota
Serang, Kab. Pandeglang, Kab. Tangerang, Kota Tangerang dan Kota
Cilegon. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk lebih mudah mendapatkan
data dan juga lebih mudah untuk melakukan pendekatan melalui petugas
BKKBN yang ada di Kabupaten dan Kota.
46 Ibid Ade Anwar
47 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
53
Dengan adanya survey tersebut juga, lembaga ini menjadi tahu
bagaimana khalayaknya dan bagaimana cara atau melalui apa informasi
tersebut dapat tersampaikan. Contohnya seperti, di Serang yang umumnya
bersifat agamis maka BKKBN melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui pemuka agama dan tokoh masyarakat karena masyarakat yang
agamis akan lebih mendengarkan atau lebih mempercayai tokoh
masyarakat atau tokoh agama sendiri. Hal tersebut sesuai dengan
peryataan Ade anwar yaitu :
“Apabila masyarakatnya agamis seperti di Serang ini kita
melakukan pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh
masyarakat disini agar mereka dapat membantu
mensosialisasikan program KB ini dan memberikan
pengertian tentang pentingnya mengikuti program
keluarga berencana dalam perkumpulannya seperti sedang
ber dakhwa, ceramah, dll. Dari tokoh agama dan tokoh
masyarakat ini cendrung di dengarkan oleh masyarakat di
sekitar serang ini dan lebih dipercayai oleh mereka yang
terkait dengan program keluarga berencana”48
Hal sama diungkapkan oleh Agus Rakhmat selaku bagian Umum
dan Humas BKKBN Provinsi Banten yang menyatakan bahwa :
“Dibanten ini kental dengan darah yang agamis, tentu
kami mendekati ulama untuk sasaran khalayak. Didinas
kamipun sering ada pertemuan dengan tokoh agama dan
tokoh masyarakat. Kami sering mengadakan pertemuan
dengan mereka, jadi kami dengan mereka mengharapkan
48 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
54
menyampaikan program KB tersebut dalam pengajian,
majelis ta’lim, ceramah khotbah, dan pada kegiatan2
muslimah ada NU, FATAYAI, IMTIA, dll. seperti itu
pendekaatan yang kami lakukan kepada masyarakat di
Banten khususnya di serang”49
Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat itu bersifat
heterogen, seperti di serang bersifart agamis namun di kota lain bersifat
praktis maka BKKBN dalam membentuk kesadaran masyarakatnya sangat
penting melihat bagaimana segmentasi khalayaknya dan mempunyai cara
yang berbeda untuk menyampaikan informasinya sesuai dengan
khalayaknya. Berikut penjelasan dari Ade Anwar :
“Masyarakat pada dasarnya bersifat heterogen. Oleh
karena itu kami melihat bagaimana segmentasi sasaran
kami terlebih dahulu. Seperti masyarakat di desa dan di
kota ini sangat berbeda oleh karena itu kami melakukan
survey terlebih dahulu. Dan kami bedakan
penyampaiannya walaupun tetap satu informasi.”
Adapun klasifikasi khalayak BKKBN Provinsi Banten terbagi
menjadi dua, yaitu khalayak primer dan khalayak sekunder dimana
khalayak primer BKKBN sesuai dengan program – program yang
berkaitan dengan program Keluarga Berencana seperti BKB (bina
keluarga balita) untuk orang tua dan anak balitanya, BKR (bina keluarga
remaja) untuk remaja, BKL (bina keluarga lansia) untuk keluarga lansia.
Dan khalayak sekundernya adalah masyarakat umum mulai dari pelajar,
49 Wawancara dengan Agus Rakhmat selaku bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten
pada tanggal 30 April 2012
55
mahasiswa, sampai berkeluarga, baik wanita maupun pria. Berikut adalah
penjelasan dari Agus Rakhmat mengenai hal tersebut :
“khalayak BKKBN disini itu untuk semua orang yang
menginginkan mengikuti program Keluarga Berencana,
Apabila di kasifikasikan di sekolah2 ada pic remaja dan
mahsiswa seperti pendekatan2 tersebut dan dengan
sendirinya mereka mengetahu apa itu program KB itu
bagian dari sekunder khalayak kami. Dan primernya
seperti dengan kami ada BKR (Bina keluarga remaja),
BKB (Bina Keluarga Balita), BKL (Bina Keluarga Lansia).
Dan saat ini masyarakat sudah mengetahui program KB
karena semakin berkembangnya pengetahuan setiap
orang”50
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa analisis
khalayak bagi BKKBN Provinsi Banten ini sangat penting, langkah awal
yang dilakukan oleh BKKBN dalam mensosialisasikan program keluarga
berencana yaitu dengan cara menganalisis sasarannya atau khalayaknya
melalui survey terlebih dahulu agar dapat mengenal khalayak terlebih
dahulu dan tidak ada kesalahan komunikasi dan pesan tersebut pun dapat
di terima oleh khalayak.
Berikut adalah operasionalisasi atau display langkah analisis
khalayak yang dilakukan oleh BKKBN :
4.1 Bagan Analisis Khalayak
50 Ibid Agus Rakhmat
Membuat Tim Survey
Melakukan Survey
Analisis Khalayak
56
Sumber : Hasil Penelitian dan dimodifikasi oleh Peneliti
Keterangan :
Pengumpulan data dari BKKBN Kabupaten dan Kota. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi di setiap daerah,
selain itu koordinasi semacam ini juga penting untuk membangun
sinergisitas dalam bekerja antara BKKBN Provinsi Banten dengan
BKKBN Provinsi maupun Kota.
Membuat Tim Survey. Tim survey ini merupakan gabungan antara
petugas BKKBN Provinsi Banten dengan BKKBN disetiap
Kabupaten dan Kota. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami karakter dan kultur masyarakat di setiap daerah.
BKKBN Provinsi Banten yakin bahwa para petugas BKKBN yang
ada di Kota dan Kabupaten lebih mengenal seperti apa masyarakat
57
yang tinggal disana, dengan begitu akan lebih mudah mengetahui
dan menganalisis khalayak yang akan dijadikan sasaran dalam
menciptakan kesadaran akan program KB ini.
Melakukan Survey. Survey dilakukan untuk memvalidasi data
yang telah didapatkan dari setiap BKKBN Kota dan Kabupaten,
untuk mengetahui secara langsung bagaimana karakter
masyarakatnya sehingga dapat diketahui bagaimana pesan yang
akan disampaikan, menggunakan metode apa dan melalui media
apa. Dengan begitu, maka BKKBN Provinsi Banten akan memiliki
gambaran yang jelas tentang seperti apa masyarakat yang menjadi
khalayak mereka dalam menyampaikan program KB.
4.3.2 Strategi Pesan Yang Dilakukan Oleh BKKBN Provinsi Banten
Komunikasi tidak akan terjadi tanpa adanya pesan, karena pesan
merupakan salah satu unsur komunikasi yang paling penting. Sebelum
menyusun pesan komunikator harus sudah mengenal khalayaknya terlebih
dahulu dari mulai bahasa sampai pada budayanya. Dengan demikian
menyusun pesan dapat dilakukan. sebagaimana yang di utarakan oleh Ade
Anwar :
“Setelah kami tahu bagaimana khalayak kita dari
bahasanya sampai pada budayanya barulah kita dapat
menyusun pesan”51
51 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
58
Dalam menyusun pesan BKKBN Provinsi Banten mempunyai
banyak cara dengan salah satunya mereka selalu memberikan pembinaan
terlebih dahulu kepada komunikator sebelum memberikan informasi atau
pesan kepada komunikan dalam hal ini adalah petugas BKKBN dan
khalayak / masyarakat. Hal tersebut telah dilontarkan kembali oleh Ade
Anwar yaitu :
“Banyak cara yang ditempuh dalam rangka memberikan
kesadaran masyarakat akan keluarga berencana.
Sebelumnya kami ada pembinaan petugas jadi sebelum
informasi atau pesan tersebut di berikan kepada
masyarakat kita meklakukan pembinaan petugas dulu disini
“satu kata, satu bahasa”52
Penyampaian pesan yang dilakukan BKKBN dengan berbagai
macam cara yang salah satunya, menggabungkan teks dan gambar yang di
sampaikan melalui media luar ruang atau media lainnya. Adapun contoh
pesan yang dimuat oleh BKKBN yang sekiranya sudah diketahui oleh
semua orang yaitu logo BKKBN “dua anak lebih baik” Yang mempunyai
arti bahwa dua anak lebih baik dan terurus di bandingkan dengan anak
banyak yang tidak terurus. Seperti yang dinyatakan oleh Ade Anwar :
“Salah satu contoh pesan kami seperti pada logo kami
“dua anak lebih baik” itu juga bagian dari pesan kita. dari
kalimat yang singkat itu mempunyai pesan yang baik
didalamnya dan cukup dapat dimengerti oleh semua orang
yang melihat atau membacanya. Dan berharap masyarakat
dasar bahwa lebih baik hanya mempunyai dua anak yang
terurus di bandingkan dengan anak banyak tetapi tidak
52 Ibid Ade Anwar
59
terurus. Dengan kesadaran mereka, mereka dapat
menggunakan KB”53
BKKBN juga selalu memanfaatkan acara atau moment untuk
menyisipkan pesan – pesan yang di bentuk oleh BKKBN terkait dengan
keluarga berencana. Hal ini seirama dengan peryataan Agus Rakhmat :
“Pesan yang kami buat juga dapat melalui lomba atau
memanfaatkan moment tertentu yang di buat oleh BKKBN
didalamnya bermuatan untuk mensosialisaikan program
KB. Seperti penyampaian pesan dengan gambar, tangan
dengan dua jari dan tulisan “dua anak lebih baik”54
.
Pesan yang di berikan BKKBN mengenai program Keluarga
Berencana kepada masyarakat tidak hanya sekedar informasi melainkan
juga memberikan edukasi untuk masyarakat. Agar masyarakat mempunyai
pengetahuan yang luas tentang keluarga berencana dan juga membuat
masyarakat sadar untuk mengikuti program keluarga berencana dengan
kesadarannya sendiri. Seperti peryataan Ade Anwar selaku kasubid,
Advokasi dan KIE :
“Pesan yang kami berikan kepada masyarakat tentunya
berkaitan dengan program yang di selenggarakan BKKBN
yaitu keluarga berencana, tetapi kami di disini tidak hanya
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
pentingnya mengikuti program KB tetapi kita juga
memberikan pengetahuan tentang KB agar mereka
mempunyai pengetahuan yang luas tentang KB dan mereka
akan mempunyai kesadaran untuk menggunakan KB
dengan sendirinya”
53 Ibid Ade Anwar
54 Wawancara dengan Agus Rakhmat selaku bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten
pada tanggal 30 April 2012
60
Berdasarkan uraian di atas, bahwa di dalam BKKBN Provinsi
Banten mempunyai bagian advokasi dan KIE (komunikasi informasi dan
edukasi). melalui bagian ini pengambil kebijakan yang berhubungan
dengan menyusun pesan juga dapat dilakukan. Karena advokasi dan KIE
ini tidak hanya memberikan informasi tetapi juga ada nilai – nilai edukasi
yang di berikan oleh bagian ini kepada masyarakat khususnya pada
generasi muda saat ini harus mengetahui betul tentang bahaya narkoba,
sex, HIV dan AIDS. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Napis, bahwa:
“Berhubungan dengan menyusun pesan program keluarga
berencana Kalau di BKKBN ini kepada pengambil
kebijakan melalui advokasi dan KIE (komunikasi informasi
dan edukasi) jadi bukan hanya sekedar informasi tetapi
ada nilai-nilai edukasi dan komunikasi yang di berikan
oleh advokasi dan KIE ini. Seperti edukasi yang di berikan
ke remaja adalah bahaya sexsualitas, narkoba, HIV AIDS.
Tiga hal tersebut yang selalu kita berikan kepada remaja di
Provinsi Banten.”55
Di dalam BKKBN dalam menyusun pesan sangat memperhatikan
khalayak nya karena menurut mereka “satu kata, satu bahasa” itu sangat
berarti dengan adanya persamaan tersebut komunikasi akan menjadi
efektif dan pesan yang disampaikan akan di mengerti dan di terima baik
oleh khalayak.
Di bawah ini merupakan opersional langkah-langkah strategi pesan
yang dilakukan oleh BKKBN :
55 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
61
Bagan 4.2 Strategi Pesan
Sumber : Hasil Penelitian dan dimodifikasi oleh Peneliti
Keterangan :
Menentukan tujuan dibuatnya pesan, untuk apa dan kepada siapa
pesan disampaikan. Hal ini dilakukan agar pesan sampai dengan
tepat kepada sasaran
Pesan
Menentukan tujuan
dibuatnya pesan
Menyiapkan komunikator
Merumuskan pesan yang
akan disampaikan
Penyusunan pesan
62
Memilih media apa yang akan digunakan. Media yang akan
digunakan akan turut menentukan bagaimana sebuah pesan
berbunyi. Dalam media luar ruang, bahasa pesan akan lebih singkat
dan jelas, serta diberi ilustrasi gambar dan ukurannya besar. Pada
media elektronik seperti radio, kekuatan naskah pesan akan sangat
dominan dan memiliki peran penting. Sedangkan pada televisi,
pesan yang disampaikan lebih singkat daripada radio, namun
menggunakan visualisasi berupa video.
Merumuskan pesan yang akan disampaikan. Tim BKKBN akan
membuat sebuah kegiatan baik itu berupa seminar ataupun
penyuluhan sebagai sarana penyampaian pesan. Pesan-pesan yang
akan disampaikan, dirumuskan berdasarkan "satu kata satu
bahasa".
Penyusunan pesan. Pesan dapat disusun sesuai kebutuhan, yakni
bisa deduktif, bisa juga induktif, kronologis dan topikal.
Tergantung pada acara/kegiatan yang akan diselenggarakan. Selain
itu, pesan disusun menggunakan pendekatan AIDDA.
4.3.3. Strategi Penggunaan Metode Yang Dilakukan Oleh BKKBN
Provinsi Banten
Seperti telah di uraikan di atas, bahwa mencapai efektifitas dari
suatu komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang
di selaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka peneliti akan
63
menggambarkan strategi komunikasi yang digunakan BKKBN Provinsi
Banten dalam pembentukan kesadaran program keluarga berencana ke
dalam beberapa tahapan strategi, dimana pada pembahasan kali ini akan di
uraikan bagaimana strategi penggunaan metode komunikasi yang di
gunakan oleh BKKBN Provinsi Banten dalam mensosialisasikan program
KB atau penyampaian tujuan dari isi pesan kepada khalayak.
Dengan adanya metode komunikasi maka tujuan akan lebih mudah
tercapai, yang dikarenakan dapat dilihat dari segi pelaksanaannya dan
bentuk pernyataannya atau isi pesan dan bentuk pesan sesuai dengan
tujuannya. Hal ini serupa dengan peryataan Agus Rakhmat :
“Metode juga merupakan hal yang penting bagi kami, dari
sini kami dapat menentukan atau melaksanakan pesan
yang sudah dibuat untuk khalayaknya , metode yang kami
gunakan tidak hanya satu melainkan bermacam – macam
informatif salah satu metode yang kami gunakan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat dan
mendapatkan timbal balik dari informasi tersebut biasanya
berupa pernyataan dari mereka.”56
Hal ini juga dinyatakan oleh Ade Anwar selaku Kasubid Advokasi
dan KIE yang menyatakan bahwa :
“Metode yang kami gunakan pertama informatif yaitu
memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pentingnya program keluarga berencana”57
56 Wawancara dengan Agus Rakhmat selaku bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten
pada tanggal 30 April 2012
57 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
64
Berdasarkan uraian diatas, bahwa BKKBN memakai metode
informatif yang salah satunya digunakan oleh lembaga ini untuk
menyampaikan pesan kepada khalayaknya. Tetapi tidak hanya metode
informatif saja yang digunakannya untuk membuat kesadaran masyarakat
mengikuti program keluarga berencana. BKKBN juga menggunakan
Metode persuasif untuk mengajak masyarakat ber-KB , Metode edukatif
untuk memberikan pengatahuan yang luas kepada masyarakat tentang
pentingnya mengikuti keluarga berencana, dan redundancy atau
pengulangan untuk membuat masyarakat teringat dan sadar arti
pentingnya keluarga berencana dengan begitu tujuan tersebut dapat mudah
tercapai. Yang hal ini juga di ungkapkan oleh Ade Anwar :
“Selain mengunakan metode informatif kita juga
menggunakan metode persuasif yang dimana kita mengajak
masyarakat untuk mengikuti program keluarga berencana,
didalam metode ini kita tidak memaksa masyarakat, tetapi
mangajak masyarakat untuk mengikuti program tersebut.
Dan metode edukatif juga kita gunakan di setiap pesan
yang kami berikan agar masyarakat mengetahui dengan
jelas arti pentingnya program keluarga berencana dan
untuk membuat masayarat selalu mengingat pesan tersebut
ada juga kami menggunakan metode pengulangan agar
pesan tersebut tidak akan terlupakan dari benak
masyarakat dan tujuan pesan kami dapat tecapai”58
Hal tersebut juga Senada dengan pernyataan Napis selaku
pengendalian penduduk, yang menyatakan bahwa :
“Metode edukatif sangat penting di gunakan dalam
BKKBN Provinsi Banten karena masyarakat di Banten ini
harus menjadi masyarakat yang berkualitas tinggi dalam
58 Ibid Ade Anwar
65
arti lain harus diarahkan, khususnya pada genre (generasi
remaja), jangan sampai menikah pada usia dini, karena
semakin banyak orang yang menikah muda maka semakin
banyak bayi yang akan keluar dan penduduk yang akan
semakin banyak. Maka pentinglah para remaja untuk
mempunyai pendidikan yang tinggi dan menjadi
masyarakat berkualitas diBanten. Edukasi saja mungkin
tidak cukup, jadi kami juga menggunakan metode persuasif
untuk menunjang masyarakat Banten yang berkualitas dan
mengajak masyarakat untuk mengikuti program keluarga
berencana, dan di perkuat oleh metode redundancy atau
pengulangan agar dapat selalu teringat dengan arti
pentingnya program keluarga berencana”59
Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa metode komunikasi
yang digunakan BKKBN Provinsi Banten dalam strategi komunikasinya
selalu mengacu pada siapa yang akan menjadi komunikan atau penerima
pesannya, hal tersebut dapat mempermudah pencapaian tujuan pesan
tersebut dan BKKBN tidak hanya menggunakan satu metode untuk
mensosialisasikan program keluarga berencana, artinya tidak hanya
menggunakan metode informatif, melainkan menggunakan metode
persuasif,edukasi dan redundancy demi tercapainya tujuan pesan tersebut.
Berikut ini adalah opersional dari langkah-langkah strategi
penggunaan metode yang dilakukan oleh BKKBN :
Bagan 4.3 Strategi Penggunaan Metode
59 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
Membujuk
Tujuan Pesan
Menanamkan
dalam ingatan
Memberikan informasi Mendidik
66
Sumber : Hasil Penelitian dan dimodifikasi oleh Peneliti
Keterangan :
Tujuan pesan merupakan hal penting dari strategi penggunaan
metode karena langkah awal dalam menentukan sebuah metode
komunikasi adalah dengan terlebih dahulu memetakan apa saja
yang menjadi tujuan dari pesan yang akan disampaikan oleh
BKKBN kepada khalayaknya.
Tujuan pesan BKKBN dalam hal diantaranya adalah, untuk
memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat, cukup
maksudnya adalah memberikan semua informasi yang dibutuhkan,
dari mulai apa itu KB, apa saja alat kontrasepsi, bagaimana cara
67
ber-KB hingga manfaat KB bagi kehidupan mereka. Mendidik,
tujuan pesan yang disampaikan oleh BKKBN Provinsi Banten
yang kedua adalah untuk mendidik masyarakat, melalui pesan-
pesan tersebut diharapkan masyarakat akan memiliki pengetahuan
lebih akan KB. Menanamkan dalam ingatan, pesan dibuat untuk
menjadi top of mind sehingga akan selalu ingat tentang apa yang
disampaikan oleh BKKBN. Yang keempat adalah untuk
membujuk, BKKBN melalui pesan-pesan komunikasinya berupaya
untuk dapat membujuk khalayak melakukan apa yang mereka
harapkan.
Langkah selanjutnya adalah menentukan penggunaan metode
komunikasi apa yang akan digunakan dengan mengacu pada tujuan
pesan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian, BKKBN mengakomodasi keempat
tujuan pesan di atas melalui : metode infomatif untuk pesan-pesan
yang bersifat infomasi, metode edukatif untuk pesan-pesan yang
bertujuan mendidik, metode redundancy digunakan untuk
menyampaikan pesan yang bersifat pengulangan dan metode
persuasif digunakan untuk pesan yang bertujuan membujuk
khalayak.
4.3.4 Strategi Seleksi Dan Penggunaan Media Yang Dilakukan Oleh
BKKBN Provinsi Banten
68
Di era modern seperti sekarang ini, perkembangan media
memberikan kemudahan untuk melakukan komunikasi termasuk dalam
mensosialisasikan program keluarga berencana dari BKKBN. Strategi
seleksi dan pemilihan media diperlukan menentukan media apa tepat
digunakan sebagai perantara pesan dapat disampaikan dari komunikator
kepada komunikan yang dalam hal ini adalah BKKBN Provinsi Banten
kepada khalayaknya. Media saat ini berbagai macam bentuk baik cetak
maupun elektronik serta media luar ruang media tersebut juga dapat efektif
apabila dilakukan secara kontinyu.
Seperti yang diungkapkan oleh Ade Anwar yaitu :
“ Semakin berkembangnya media di Negara kita menjadi
semakin dekat dan merasa tidak bisa lepas dari media
setiap harinya. Maka media ini menjadi salah satu bagian
dari strategi komunikasi untuk mencapai tujuan BKKBN
Provinsi Banten yaitu membentuk kesadaran masyarakan
akan pentingnya program keluarga berencana”60
Berdasarkan hasil penelitian, media komunikasi yang digunakan
oleh BKKBN Provinsi Banten dalam pembentukan program keluarga
berencana mencangkup beberapa jenis, diantaranya adalah :
Televisi
Poster
Film
Radio
60 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
69
Koran
Iklan
Katalog
Media luar ruang ( spanduk, billboard, dll)
Media online ( website, blog,dll)
Berbagai macam media yang digunakan oleh BKKBN Provinsi
Banten ini dalam melakukan komunikasi ini menjadi bukti bahwa media
mempunyai peran yang begitu besar dalam lembaga ini. Demikian yang di
katakan oleh Agus Rakhmat :
“Media menjadi hal yang sangat penting pada saat ini,
dengan media kami dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dengan lebih cepat dan mudah karena media
sebagai salah satu alat yang dapat di akses masyarakat
dimana saja dan kapan saja seperti media online, cetak,
serta luar ruang. Kami juga menjalin kerjasama dengan
media contohnya seperti media cetak di banten ini kami
menjalin kerjasama dengan Koran Radar Banten yang
dimana dihalaman pertamanya selalu ada logo dari kami
“dua anak lebih baik.”61
Hal tersebut di perkuat oleh peryataan dari Napis, bahwa :
“Media yang kami gunakan salah satunya media luar
ruang kita menggunakan seperti billboard, spanduk, dll
tetapi pada moment2 saja, itu yang kita lakukan kemudian
melalui media televisi, melalui media cetak, dan kita
kerjasama dengan Koran radar banten. Dengan adanya
media kami merasa menjadi lebih mudah untuk mencari
informasi di dalam BKKBN ini sendiri, dan saya yakin
masyarakat pun merasakan hal yang sama”62
61 Wawancara dengan Agus Rakhmat selaku bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten
pada tanggal 30 April 2012
62 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
70
Menurut hasil penelitian, menggunakan media harus seleksi dan
mengetahui bagaimana khalayaknya agar tidak ada kesalahan dalam
menggunakan media, saat ini media internet menjadi media yang cukup
efektif dan lebih dominan dibandingkan dengan media lainnya karena
dengan media internet masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan
informasi terlebih lagi pada masyarakat perkotaan yang cendrung bersifat
praktis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Napis bahwa :
“Media massa seperti internet sepertinya lebih dominan
ketika melakukan komunikasi kepada masyarakat karena
dapat mudah di akses terlebih di perkotaan akan cendung
lebih menggunakan media ini.tetapi bukan berarti media
lain juga tidak penting, semua media ikut serta dalam
kepentingan pencapai tujuan ini. Kami juga tidak asal
menggunakan media ada seleksi yang kami gunakan
seperti kami harus mengetahui khalayak nya terlebih
dahulu, media mana yang cocok untuk di gunakan
khalayak tertentu”63
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bagaimana pentingnya
media dalam strategi komunikasi BKKBN dalam pembentukan kesadaran
program keluarga berencana dan dapat dilihat pula bagaimana strategi –
strategi yang di gunakan oleh BKKBN termasuk strategi seleksi dan
pemilihan media yang selalu disesuaikan dengan kebutuhan khalayak pada
saat komunikasi berlangsung.
63 Ibid Napis
71
Di bawah ini merupakan opersional langkah-langkah strategi pesan
yang dilakukan oleh BKKBN :
Bagan 4.4 Strategi Seleksi dan Penggunaan Media
Sumber : Hasil Penelitian dan dimodifikasi oleh Peneliti
Keterangan :
Khalayak merupakan hal yang penting dalam penentuan media
yang akan di gunakan oleh BKKBN Provinsi Banten, dalam hal ini
BKKBN mengetahui khalayak terlebih dahulu sebelum pesan
tersebut disampaikan melalui media.
Media luar ruang
Khalayak
Media internet Media cetak Media elektronik
Media
Seleksi Media
Penggunaan media
72
Setelah khalayak tersebut di ketahui barulah media tersebut
digunakan sesuai dengan karakteristik khalayaknya. Media tersebut
dapat digunakan melalui :
- Media cetak (Koran, majalah, pamflet)
- Media elektronik (televisi, radio,folder)
- Media internet (website, blog)
- Media luar ruang (spanduk,billboard,poster)
Dengan adanya media – media tersebut dan setelah mengetahui
khalayaknya seperti apa barulah media ini di seleksi dan
ditempatkan sesuai dengan khalayaknya apabila khalayaknya di
perkotaan dapat menggunakan Media internet karena khalayak di
perkotaan lebih bersifat praktis, dan apabila di daerah atau di
perdesaan lebih cocok menggunakan, meida luar ruang, seperti
dibagikannya folder ke masyarakat desa, memasang poster di
puskesmas, billboard di pinggir-pinggir jalan.
Penggunaan media sudah dapat dilakukan apabila sudah
mengetahui khalayak dan mengehatui media yang akan digunakan
agar tidak ada kesalahan dalam penggunaan media tersebut untuk
menyampaikan tujuan pesan dari BKKBN Provinsi Banten.
4.4 Pembahasan
73
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian
mengenai bagaimana strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana dengan mengacu pada
rumusan masalah dan fokus penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Setiap
lembaga/ instansi tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan
instansi pemerintahan/lembaga resmi yang mengurusi tentang permasalahan
perencanaan keluarga yaitu BKKBN Provinsi Banten yang bertujuan untuk
membentuk kesadaran masyarakat akan arti pentingnya program keluarga
berencana, Dengan permasalahan kependudukan di Provinsi Banten ini Program
keluarga berencana juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi laju
bertumbuhan penduduk di Provinsi Banten dengan cara mengaplikasikan program
– program yang di buat oleh BKKBN tersebut.
Untuk proses pembentukan kesadaran masyarakat akan program keluarga
berencana diperlukan beberapa strategi dari BKKBN Provinsi Banten, dimana
salah satunya yaitu strategi komunikasi yang berfungsi sebagai penghubung antara
BKKBN Provinsi Banten dengan masyarakat serta instansi lainnya yang memiliki
visi dan misi ataupun kewenangan yang serupa, Menurut Anwar Arifin strategi
komunikasi adalah :
keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan
dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi
komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang
dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di
masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi
komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai
komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri
khalayak dengan mudah dan cepat.64
64 Anwar Arifin. Strategi komunikasi : sebuah pengantar ringkas. Bandung: Armico. 1994. Hal 59
74
Dalam memahami hal tersebut peneliti terjun langsung dan mengamati
bagaimana strategi komunikasi tersebut di aplikasikan kedalam beberapa bentuk
strategi oleh BKKBN dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
berencana. mengacu pada konsep yang telah di kemukakan oleh Arifin Anwar,
bahwa strategi komunikasi dibagi menjadi empat, diantaranya adalah analisis
khalayak, strategi menyusun pesan, strategi penggunaan metode, serta strategi
seleksi dan pemilihan media.
Analisis Khalayak
Langkah awal dalam komunikasi yang efektif bagi komunikator yaitu
dengan cara mengenal khalayak dalam hal ini BKKBN Provinsi Banten selaku
lembaga resmi yang menangani kependudukan dan keluarga di Provinsi Banten
dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana harus
mengenali khalayaknya terlebih dahulu dan harus mengetahui bagaimana
karakteristik dari khalayak tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
oleh cangara, Bahwa: “Kenal lah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam
berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik
penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan
komunikasi”65
65 Anwar Arifin. Strategi komunikasi : sebuah pengantar ringkas. Bandung: Armico. 1994. Hal 60
75
Komunikator maupun khalayak mempunyai kepentingan yang sama dalam
proses komunikasi. Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi tidak mungkin
berlangsung. Karna itu, untuk berlangsungnya komunikasi dan kemudian
tercapainya tujuan yang sama, maka komunikator harus menciptakan persamaan
kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metode, dan media. Untuk
menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengenal
khalayaknya yang dapat dilakukan dengan menganalisis siapa yang akan menjadi
sasaran dari komunikator yang akan kita lakukan.
Adapun klasifikasi khalayak menurut schoenfeld sebagaimana dikutip oleh
Arifin antara lain adalah :66
Inovator ataupun penemu ide adalah orang-orang yang kaya akan
akan ide baru, dan karenanya mudah atau sukar menerima ide baru
orang lain.
Early adopters atau barang yang cepat bersedia untuk mencoba apa
yang dianjurkan kepadanya.
Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima
ide-ide baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.
Mayority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima
atau menolak ide baru, terbatas pada suatu daerah.
Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima ide
baru dan mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang
semula.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menemukan bahwa BKKBN Provinsi Banten melakukan analisis khalayak
berdasarkan kepada klasifikasi khalayak yang di kemukan diatas, khalayak
BKKBN Provinsi Banten berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara termasuk
kedalam inivator dan mayority karena BKKBN Provinsi banten dibagun langsung
66 Ibid 29
76
oleh BKKBN Pusat dan BKKBN juga berada disetiap kota maka selalu inovatif
dan dapat diterima ide-ide baru yang ditawarkan, selain itu BKKBN Provinsi
banten kelompok – kelompok khalayknya dimana setiap kelompoknya pasti
mempunyai sifat yang berbeda-beda karena pada dasarnya sifat hanya mengenal
khayalak begitu bersifat heterogen.
Adapun cara BKKBN Provinsi Banten mengenal khalayaknya, menurut
hasil penelitian yaitu dengan melalui survey terlebih dahulu sebelum memberikan
informasi atau pesan kepada khalayknya. Survey yang dilakukan BKKBN
Provinsi Banten ini dilakukan dengan cara berkordinasi dengan BKKBN yang
berada ditingkat Kabupaten dan Kota yang merupakan wilayah dari Provinsi
Banten seperti pada Kab.Serang, Kota.serang, Kab.Pandeglang, Kab.Tangerang,
Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ade
Anwar selaku Kasubid Advokasi dan KIE BKKBN Provinsi Banten :
“… Survey ini dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan
BKKBN yang ada di tingkat Kabupaten dan Kota yang meruapkan
wilayah dari Provinsi Banten. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan data awal, setelah itu BKKBN Provinsi Banten
melalui tim survey akan melakukan peninjauan langsung ke
daerah-daerah yang dijadikan sasaran program KB.”
Berdasarkan uraian tersebut, dengan adanya kordinasi maka BKKBN
Provinsi Banten menjadi lebih mudah untuk mendapatkan data dan juga lebih
mudah untuk melakukan pendekatan melalui petugas BKKBN yang berada di
Kabupaten dan Kota tersebut. Kemudian ketika BKKBN Provinsi Banten ini
sudah mendapatkan data dari BKKBN kabupaten dan Kota barulah BKKBN
Provinsi Banten ini melakukan survey langsung ke daerah – daerah yang menjadi
sasaran program KB.
77
Dengan adanya survey tersebut, BKKBN Provinsi Banten menjadi tahu
bagaimana khalayaknya dan bagaimana cara atau melalui apa informasi tersebut
dapat tersampaikan. Adapun contoh survey yang dilakukan BKKBN Provinsi
Banten ini seperti survey yang dilakukan di serang yang umumnya bersifat
agamis, dalam hal ini BKKBN Provinsi Banten melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui pemuka agama dan tokoh masyarakat karena masyarakat
yang agamis akan lebih mendengarkan atau lebih mempercayai tokoh masyarakat
atau tokoh agamanya sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Agus Rakhmat selaku
bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten yang menyatakan bahwa :
“Dibanten ini kental dengan darah yang agamis, tentu kami
mendekati ulama untuk sasaran khalayak. Didinas kamipun sering
ada pertemuan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kami
sering mengadakan pertemuan dengan mereka, jadi kami dengan
mereka mengharapkan menyampaikan program KB tersebut dalam
pengajian, majelis ta’lim, ceramah khotbah, dan pada kegiatan2
muslimah ada NU, FATAYAI, IMTIA, dll. seperti itu pendekaatan
yang kami lakukan kepada masyarakat di Banten khususnya di
serang”67
Hal serupa juga dijelaskan oleh Ade Anwar :
“Apabila masyarakatnya agamis seperti di Serang ini kita
melakukan pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat
disini agar mereka dapat membantu mensosialisasikan program
KB ini dan memberikan pengertian tentang pentingnya mengikuti
program keluarga berencana dalam perkumpulannya seperti
sedang ber dakhwa, ceramah, dll. Dari tokoh agama dan tokoh
masyarakat ini cendrung di dengarkan oleh masyarakat di sekitar
67 Wawancara dengan Agus Rakhmat selaku bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten
pada tanggal 30 April 2012
78
serang ini dan lebih dipercayai oleh mereka yang terkait dengan
program keluarga berencana”68
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa analisis khalayak bagi
BKKBN Provinsi Banten ini sangatlah penting, langkah awal yang dilakukan oleh
BKKBN dalam mensosialisasikan program keluarga berencana yaitu dengan cara
menganalisis sasarannya atau khalayaknya melalui survey terlebih dahulu agar
dapat mengenal khalayaknya terlebih dahulu dan tidak ada kesalahan proses
komunikasi dan pesan pun dapat di terima oleh khalayak dengan baik.
Strategi pesan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
memberikan pertanyaan kepada key informan menunjukan bahwa BKKBN
Provinsi Banten melakukan strategi penyusunan pesan berdasarkan pada tujuan
untuk apa pesan tersebut dibuat dan siapa yang akan menjadi khalayaknya.
Adapun cara – cara pengorganisasian pesan menurut Winangsih dan Sugiana
antara lain adalah sebagai berikut :69
a. Deduksi : Inti pokok pesan kita sampaikan terlebih dahulu baru
kemudian penjelasan-penjelasan serta perincian-perincian
menyusul diberikan.
b. Induksi : Kebalikan dari deduksi. Yang disampaikan pertama kali
adalah uraian-uraian, detil-detil dari suatu gagasan yang
susunannya mengarah pada suatu kesimpulan yang diberikan pada
akhir kegiatan komunikasi.
68 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
69 Nina Winangsih Syam. Dadang Sugiana. Perencanaan pesan dan media. Jakarta : Pusat
penerbitan Universitas Terbuka. 2004. Hal : 1.22
79
c. Kronologis : Pesan komunikasi disampaikan menurut urutan waktu
terjadinya peristiwa.
d. Spasial : Pesan komunikasi disampaikan menurut urutan tempat.
e. Topikal : Pesan komunikasi disampaikan menurut urutan prioritas
tertentu. Dari yang penting ke kurang penting, dari yang tidak
menarik ke menarik, dari konsep / pengertian yang sudah dikenal
ke yang asing. Dapat berlaku pula sebaliknya.
f. Kasual : disini pesan komunikasi disajikan dengan urutan “sebab”
kemudian “akibat” atau sebaliknya.
Dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana di
Provinsi Banten ini BKKBN mengorganisasikan pesan melalui beberapa cara.
Pertama ketika BKKBN melakukan komunikasi dengan masyarakat, mereka
melakukan pendekatan deduktif dengan cara memaparkan inti permasalahan atau
ide terlebih dahulu, baru setelah itu menyampaikan hal – hal rinci yang bersifat
lebih detail. Pengorganisasian pesan dengan cara ini juga dapat dilihat ketika
BKKBN menyampaikan pesan tentang laju pertumbuhan yang semakin
meningkat di provinsi Banten ini dan kemudian berlanjut kepada salah satu solusi
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk tersebut yaitu ber-KB dan di
jelaskannya program yang di miliki BKKBN serta memberitau betapa pentingnya
mengikuti program keluarga berencana.
Kedua, BKKBN berupaya membuat pesan dengan cara induktif dalam
beberapa kegiatan seperti seminar, talkshow,serta penyuluhan tentang KB dengan
tujuan untuk langsung dapat menjelaskan informasi atau pesan langsung pada
poko permasalahan baru setelah itu menyajikan kesimpulan. Ketiga
pengorganisasian pesan dengan cara kronologis atau berdasarkan pada urutan
waktu. Cara ini membutukan waktu cukup lama untuk menyajikannya karena
pesan jenis ini haya dapat kita lihat di poster, spanduk, banner, yang telah di buat
80
oleh BKKBN Provinsi Banten. Pada pengamatan peneliti juga melihat sendiri
berbagai spanduk atau banner berada di pinggir – pinggir jalan sekitar kota serang
yang membentuk pola pesan yang berbeda –beda dan dapat dikatakan hal tersebut
adalah salah satu daya tarik bagi siapapun yang melihat spanduk atau banner
tersebut.
Selanjutnya pengorganisasian pesan dengan cara tropical, penyusunan
pesan komunikasi secara tropical ini disampaikan menurut unrutan prioritas
tertentu, dari yang penting kekurang penting, dari yang tidak menarik ke menarik,
hal ini dilakukan agar tidak terjadi ledakan informasi yang berlebihan jika di
sampaikan secara bersamaan. Selain itu agar khalayak menjadi lebih tertarik
dengan menumbuhkan rasa penasaran ketika pesan yang disampaikan secara
kontinyu.
Penggunaan bahasa juga salah satu dari strategi pesan yang mereka
lakukan sesuai dengan pernyataan Ade Anwar yaitu “Satu kata, satu bahasa”
dapat dikatakan BKKBN sangat memperhatikan hal tersebut karena menurut
mereka apabila satu bahasa akan lebih cepat informasi yang di terima oleh
khalayak dan akan menjadi efektif komunikasi tersebut, oleh karena itu didalam
BKKBN Provinsi Banten terdapat pembinaan petugas, sebelum komunikator
memberikan informasi kepada komunikan, seorang komunikator di dalam
BKKBN di berikan pengarahan atau pembinaan terlebih dahuhlu agar tidak
diketemukan dengan kesalahan kata atau bahasanya dalam pemberian informasi
atau pesan kepada komunikan.
81
Penyampaian pesan yang dilakukan BKKBN dengan berbagai macam cara
yang telah diuraikan diatas, penyampaian pesan juga digunakan melalui
menggabungkan teks dan gambar yang di sampaikan melalui media luar ruang
atau media lainnya. Adapun contoh pesan yang dimuat oleh BKKBN yang
sekiranya sudah diketahui oleh semua orang yaitu logo BKKBN “dua anak lebih
baik”. Hal tersebut di ungkapkan oleh Ade Anwar selaku Kasubag.Advokasi dan
KIE BKKBN Provinsi Banten :
“Salah satu contoh pesan kami seperti pada logo kami “dua anak
lebih baik” itu juga bagian dari pesan kita. dari gambar yang
dapat dilihat ada seorang ibu, ayah dan dua orang anak. Dapat
diketahuiter dapat pesan yang baik didalamnya dan cukup dapat
dimengerti oleh semua orang yang melihatnya. Dan berharap
masyarakat dasar bahwa lebih baik hanya mempunyai dua anak
yang terurus di bandingkan dengan anak banyak tetapi tidak
terurus. Dengan kesadaran mereka, mereka dapat menggunakan
KB”70
Berikut adalah salah satu contoh gambar penyampaian pesan dari logo
BKKBN Provinsi Banten:
70 Wawancara dengan Ade Anwar selaku Kasubag.Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten pada
tanggal 25 April 2012
82
4.4.1 Contoh gambar logo BKKBN
Berdasarkan uraian diatas, BKKBN Provinsi Banten juga melakukan
pendekatan yang dimulai dari membangkitkan perhatian (Attention) masyarakat
sampai dengan melakukan kegiatan (Action). Karena syarat utama dalam
mempengaruhi khalayak dari pesan ialah membangkitkan perhatian. Pendekatan
ini dapat di sebut dengan pendekatan AIDDA yaitu :
Attention (Perhatian)
Interest (Minat)
Desire (Hasrat)
Decision (Keputusan)
Action (Kegiatan).
Mengacu pada pendekatan diatas dan merujuk pada hasil penelitian
BKKBN dimulai dengan membangkitkan perhatian khalayak akan program
keluarga berencana, kemudian menumbuhkan minat dan kepentingan sehingga
khalayak memiliki hasrat untuk menerima pesan yang telah dibuat oleh BKKBN
dengan mengikuti program keluarga berencana dan akhirnya mengambil
keputusan untuk mengikuti program keluarga berencana dan untuk
mengamalkannya dalam tindakan yaitu memakai alat KB.
Strategi Penggunaan Metode
83
Dalam proses mengkomunikasikan pesan dari komiunikator kepada
komunikan penggunaan metode menjadi tahap yang penting dan tidak bisa
dilakukan tanpa melihat pada tujuan mengapa dan kepada siapa pesan itu akan
disampaikan. Agar penggunaan metode ini dapat membuat pesan menjadi efektif,
maka di butuhkan strategi yang memetakan bagaimana seharusnya metode
penyampaian pesan ini dilakukan. Dari hasil penelitian BKKBN Provinsi Banten
menggunakan beberapa metode penyampaian pesan diantaranya :.
a. Metode informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan
mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan
penerangan.71
Menggunakan metode ini mencoba mempengaruhi
khalayak dengan cara memberikan penerangan tentang BKKBN
Provinsi banten, tentang program – program keluarga berencana, apa
saja programnya, bagaimana cara penggunaannya dan informasi
lainnya yang dianggap menarik perhatian sasaran. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Agus Anwar, bahwa :
“Metode juga merupakan hal yang penting bagi kami, dari
sini kami dapat menentukan atau melaksanakan pesan
yang sudah dibuat untuk khalayaknya , metode yang kami
gunakan tidak hanya satu melainkan bermacam – macam
informatif salah satu metode yang kami gunakan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat dan
mendapatkan timbal balik dari informasi tersebut biasanya
berupa pernyataan dari mereka.”72
71 Anwar Arifin. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung : Armico 1994 hal : 84
72 Wawancara dengan Agus Rakhmat selaku bagian Umum dan Humas BKKBN Provinsi Banten
pada tanggal 30 April 2012
84
Jadi, metode ini dapat dikatakan sebagai langkah awal dalam
strategi penggunaan metode penyampaian pesan yang dilakukan oleh
BKKBN Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran
program keluarga berencana.
b. Metode edukasi dengan tujuan memberikan pengetahuan yang lebih
kepada khalayak, karena BKKBN tidak hanya mensosialisasikan
program keluarga berencana melainkan memberikan pendidikan
kepada khalayak agar mempunyai wawasan yang luas tentang
kependudukan, serta tentang bagaimana cara memiliki keluarga yang
sejahtera dan bahagia yang dapat berdampak positif bagi mereka yang
menjalankannya. Hal tersebut Senada dengan pernyataan Napis selaku
pengendalian penduduk, yang menyatakan bahwa :
“Metode edukatif sangat penting di gunakan dalam
BKKBN Provinsi Banten karena masyarakat di Banten ini
harus menjadi masyarakat yang berkualitas tinggi dalam
arti lain harus diarahkan, khususnya pada genre (generasi
remaja), jangan sampai menikah pada usia dini, karena
semakin banyak orang yang menikah muda maka semakin
banyak bayi yang akan keluar dan penduduk yang akan
semakin banyak. Maka pentinglah para remaja untuk
mempunyai pendidikan yang tinggi dan menjadi
masyarakat berkualitas diBanten.”73
.
c. Metode Redundancy atau repetition Adalah mempengaruhi khalayak
dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Manfaat
lainnya, ialah bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang
73 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
85
penting yang disampaikan berulang-ulang itu. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Ade Anwar :
“… dengan membuat masayarat selalu mengingat pesan
dari Keluarga berencana kami menggunakan metode
pengulangan atau redundancy agar pesan tersebut tidak
akan terlupakan dari benak masyarakat dan tujuan pesan
kami dapat tecapai”
Saat ini banyak orang yang tidak merhatikan perkembangan di
sekitarnya, maka BKKBN juga memakai metode ini yang bertujuan
agar khalayak dapat selalu mengingat pesan atau informasi yang di
buat oleh BKKBN karena pesan ini berlangsung secara berulang –
ulang.
d. Metode terakhir yaitu metode persuasif yang bertujuan mempengaruhi
dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik
pikirannya, maupun perasaannnya dari masyarakat yang tidak
mengikuti program keluarga berencana sampai mengikuti program
keluarga berencana dan sadar akan pentingnya keluarga berencana.
Senada dengan pernyataan Agus Rakhmat :
“Metode persuasif yang selalu digunakan oleh kami
melalui metode ini kami mengajak masyarakat untuk
mengikuti program keluarga berencana demi tercapainya
tujuan bersama”
Berdasarkan uraian diatas bahwa dari empat metode tersebut digunakan
dalam strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten untuk dapat mempermudah
tercapainya tujuan pesan dan dapat di ketahui BKKBN tidak hanya menggunakan
satu metode, melainkan empat metode ini yaitu metode informatif untuk
memberikan informasi kepada khalayak, metode edukasi membuat masyarakat
86
yang berkualitas tinggi dan mempunyai pengetahuan yang tentang KB, metode
redundancy yang bertujuan untuk melekatkan pikiran masyarakat tentang program
keluarga berencana dengan cara berulang – ulang, dan metode persuasif untuk
membujuk masyarakat mengikuti program keluarga berencana.
Strategi Seleksi dan Penggunaan Media
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, BKKBN Provinsi Banten
sangat menyadari betapa media mempunyai peran penting atas keberhasilannya
menyebarkan informasi dengan cepat dan cukup terbilang efektif tanpa harus
bertemu secara langsung komunikasi dan informasi tetap berlangsung secara baik.
Berdasarkan uraian diatas media dalam proses komunikasi yaitu, alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada komunikan, media
yang digunakan dalam berkomunikasi bermacam – macam, tergantung dari
konteks komunikasi yang berlangsung dalam proses komunikasi tersebut.
Adapun saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang termasuk
dalam media komunikasi antarpribadi. Adapun media yang digunakan oleh
BKKBN Provinsi Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga
berencana, adalah :
a. Media cetak (katalog, majalah, stiker, poster, dan surat kabar)
b. Media elektronik (radio, film, dan video)
c. Media baru atau internet, website, blog.
Media tersebut dipilih berdasarkan seleksi dengan memilih media sesuai
dengan siapa khalayaknya, apa tujuan yang ingin disampaikan melalui pesan
87
komunikasi, dengan apa metode komunikasi tersebut dilakukan. Seperti hal yang
yang dilakukan oleh BKKBN mempunyai perbedaan dalam menggunakan media
kepada masyarakat di desa dan di kota. Di kota masyarakatnya sangat praktis dan
dapat diketahui di kota tingkat pendidikannya lebih tinggi dan mereka dapat
memilih media sendiri untyuk mencari informasi, sedangkan di desa media yang
mereka gunakan kurang cukup luas contoh salah satunya mereka mungkin hanya
menggunakan media cetak seperti surat kabar, dan media lain yang mudah
ditemukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan oleh Napis :
“Media massa seperti internet sepertinya lebih dominan ketika
melakukan komunikasi kepada masyarakat karena dapat mudah di
akses terlebih di perkotaan akan cendung lebih menggunakan
media ini.tetapi bukan berarti media lain juga tidak penting,
semua media ikut serta dalam kepentingan pencapai tujuan ini.
Kami juga tidak asal menggunakan media ada seleksi yang kami
gunakan seperti kami harus mengetahui khalayak nya terlebih
dahulu, media mana yang cocok untuk di gunakan khalayak
tertentu”74
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bagaimana pentingnya media
dalam strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten dalam proses pembentukan
kesadaran program keluarga berencana dan dapat dilihat juga begitu sangat
selektifnya BKKBN dalam menggunakan media yang cocok untuk sasarannya
agar tidak terjadi dalam kesalahan memilih media dan pesan atau informasi
menjadi tidak sampai dan tidak efektif yang dikarenakan dari kesalahan tersebut
maka BKKBN sangat selektif dengan media yang akan di gunakan sesuai dengan
khaklayaknya.
74 Wawancara dengan Napis selaku Kasubid. Kerjasama Kepengendalian Kependudukan BKKBN
Provinsi Banten, pada tanggal 10 Mei 2012
88
Berikut adalah contoh dari media yang digunakan BKKBN Propinsi
Banten dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana :
4.4.2 Majalah BKKBN Provinsi Banten 4.4.3 Katalog program BKB
BKKBN Provinsi Banten
4.4.4 Stiker BKKBN Provinsi Banten
89
4.4.5 Gambar Iklan BKKBN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di BKKBN Provinsi
Banten, mengenai strategi komunikasi BKKBN Provinsi Banten dalam proses
pembentukan kesadaran program keluarga berencana, maka peneliti dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
90
1. Analisis khalayak
Mengenal khalayak merupakan bagian utama BKKBN Provinsi
Banten ini, Khalayak BKKBN Provinsi Banten berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara termasuk kedalam inivator dan mayority
karena BKKBN Provinsi banten dibagun langsung oleh BKKBN Pusat
dan BKKBN juga berada disetiap kota maka selalu inovatif dan dapat
diterima ide-ide baru yang ditawarkan. Analisis khalayak yang
dilakukan BKKBN Provinsi Banten ini melalui survey terlebih dahulu
sebelum memberikan informasi atau pesan kepada khalayaknya.
2. Strategi pesan
Strategi pesan yang di lakukan oleh BKKBN Provinsi Banten dengan
mengorganisasikan pesan secara deduktif, induktif, kronologis, dan
topikal. Penggunaan bahasa juga sangat diperhatikan oleh BKKBN
Provinsi Banten yaitu “satu kata, satu bahasa”. Pembinaan petugas
juga dilakukan oleh BKKBN Provinsi Banten sebelum memberikan
informasi atau pesan kepada khalayaknya dengan begitu tujuan mereka
akan lebih mudah dicapai.
3. Strategi penggunaan metode
Strategi penggunaan metode dalam proses pembentukan kesadaran
program keluarga berencana dilakukan dengan beberapa metode dan
mengkombinasi metode tersebut diantaranya adalah, metode
informatif, metode edukasi, metode redundancy dan metode persuasif.
Tujuan dari penggunaan metode ini yaitu membuat pesan menjadi
90
91
lebih efektif. Dengan memberikan informasi mengenai program
keluarga berencana, memberikan edukasi dan mengajak khalayaknya
melakukan apa yang diinginkan oleh BKKBN Provinsi Banten serta
mencoba menanamkan gagasan atau ide melalui pengulangan ketika
sebuah pesan disampaikan.
4. Strategi seleksi dan penggunaan media
Seleksi dan penggunaan media dilakukan sesuai dengan khalayaknya
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dari tujuan yang ingin dicapai.
Media yang dilakukan oleh mereka dapat dikategorikan kedalam tiga
jenis diantaranya adalah media cetak (katalog, majalah, stiker, poster,
surat kabar), media elektronik (radio, film, video), dan media baru atau
internet (website, blog). Media tersebut dipilih berdasarkan seleksi
dengan memilih media yang sesuai dengan khalayak, tujuan yang ingin
disampaikan melalui pesan komunikasi, dan metode komunikasi.
5.2 Saran
Peneliti telah menyimpulkan hasil penelitian yang berdasarkan identifikasi
maslah terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti membuat beberapa saran yang
diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi BKKBN Provinsi Banten
khususnya dalam proses pembentukan kesadaran program keluarga berencana.
berikut adalah saran – saran tersebut :
5.2.1 Saran Teoritis
92
1. Ilmu komunikasi dapat melahirkan cara-cara atau tahap untuk
membantu proses pembentukan kesadaran dalam diri
seseorang, kelompok atau masyarakat. sehingga hal ini dapat
diaplikasikan oleh sebuah lembaga resmi ataupun tidak resmi
yang memiliki tujuan untuk menciptakan kesadaran bagi diri
khalayaknya.
2. Sebuah lembaga harus lebih mengetahui sasaran segmentasi
khalayaknya yang menjadi langkah awal untuk proses
tercapainya tujuan dari lembaga tersebut.
3. lembaga dapat lebih mengembangkan potensi dari focus kerja
dan tujan yang telah dibuat, karena apabila focus kerja tersebut
dilakukan secara konsisten serta sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai maka dampaknya akan baik pula bagi lembaga
tersebut.
5.2.2 Saran Praktis
1. Dapat dijadikan bahan rujukan atau referensi bagi peneliti lain
dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam strategi
komunikasi lembaga resmi atau tidak resmi dalam proses
pembentukan kesadaran khalayknya.
2. BKKBN Provinsi Banten harus mempunyai tenaga kerja yang
lebih banyak lagi agar kegiatan atau program – program di
dalam BKKBN dapat berjalan secara kontinyu atau terus
93
menerus demi tercapainya tujuan dari BKKBN Provinsi
Banten.
3. BKKBN Provinsi Banten melalui beberapa unit atau bagian
yang dimilikinya harus mempunyai inovasi atau terobosan baru
khususnya dalam pembentukan kesadaran masyarakat
mengenai program keluarga berencara yang telah digulirkan
yang menjadi salah satu solusi untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di Provinsi
Banten.
4. BKKBN Provinsi Banten diharapkan lebih peka kepada
masyarakat yang masih kurang kesadarannya dalam mengikuti
program keluarga berencana dan selalu mempunyai cara agar
masyarakat mengerti dan mengetahui arti pentingnya program
keluarga berencana.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
Agus Joko Piyoto Dan Mate Kuta Negara. 2010. Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi, Pustaka Pelajar.
Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas.Bandung :
Armico
Bahan Makalah Keluarga Berencana 2010, Yang Diselenggarakan Oleh
Departemen Kesehatan RI,Jakarta,1998:1.
94
Effendi, onong uchajana. 2003. ilmu komunikasi dan praktek, bandung : remaja
rosda karya.
Effendi, Onong Uchjana. 1981. Dimensi-dimensi komunikasi. Bandung, Alumni
Effendi, Onong Uchjana. 2000, Ilmu, Teori, Dan Filsafat Komunikasi, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung :
Citra Aditya Bakti.
Effendi,Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung :
Rosda.
Husein,Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi, Jakarta : Gramedia.
Iriantara,Yosal. 2004. Manajegen Strategi Public Relations, PT. Ghalia Indonesia.
Jamiludin, Ritongn. 2004. Riset Kehumasan, Jakarta : Grafindo.
Jefkins, Frank. 1995. Public Relations, Erlangga.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis PraktisRisetKomunikasi. Jakarta : Kencana
Prenada.
Lukiati, Komala. 2009. Ilmu Komunikasi, Widya Padjajaran.
Matthew B. Milles, A Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :
Universitas Indonesia Press
Moore, H. Frazier. 1981. hubungan masyarakat, bandung : remaja rosda karya.
Muhammad,Arni. 2008. Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyana Deddy. 2000. ilmu komunikasi suatu pengantar, Bandung : remaja rosda
karya.
Nina, Wingsih Syam. Danang, Sugiana. 2004. Perencanaan Pesan dan Media.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Rachmat,Jalaludin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.
rohim,syaiful. 2009. teori komunikasi perspektif,ragam,&aplikasi.
94
95
Ruslan Rosady. 2002. Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Sigman, Stuart. 1987. Social Communication. New York: Lexington Books
Soekanto,Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajagrafindo.
Sofian Effendi & Christ Manning Dalam Masri Singrimbun, 1989. Metode
Jakarta : Penelitian Survey LP3ES,
Sugiono.2008.Metode PenelitianKuantitatif, KualitatifdanR&D.Jakarta : Alfabet.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penellitian Ilmiah, Bandung : vt0p
Tarsito.
Uchjana, Onong. 2004. Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya.
Widjaja. 2008. Komunikasi (Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat), Jakarta :
Bumi Aksara.
Sumber Lain :
Rakerda BKKBN Provinsi Banten tahun 2011.
www.bappenas.go.id
http://banten.bkkbn.go.id
http:/id.shvoong.com/penduduk-indonesia
http://romeltea.com/komunikasi-publik-public-communication
96
CURRICULUM VITAE
PERSONAL INFORMATION
Name : Farah Airin
Place, Date of Birth : Jakarta, December 09 1991
Address : Jl. Alap – Alap Blok A 28 No.10 RT/RW
05/07 Kunciran Mas indah – Tangerang
Religion : Islam
Sex/Status : Female/Single
Height/Weight :160 cm/ 48 kg
Cell Phone : 085692044074
E – Mail : [email protected]
FORMAL EDUCATION BACKGROUND
2008 - Present : University of Sultan Ageng Tirtayasa –
Serang Banten
2005 – 2008 : SMAN 7 Tangerang (Senior High School)
2002 – 2005 : SMPN 3 Tangerang (Junior High School)
1996 – 2002 : SDN Pinang 7 Tangerang (Elementary
school)
97
INTEREST
Lay-Out Design, Photography, Music, Sport, Movie Making, Cooking,
Etc.
EXPERIENCES
2011 : Job Training CSR & PKBL Garuda Indonesia
ADDITIONAL INFORMATIONS
1. Familiar to use and operate either DSLR photo camera or video camera.
2. Able to operate an application software such as :
Microsoft Office
Adobe photoshop
Corel Draw
Nuendo
Cool Edit
Movie Maker