Strategi Kebudayaan

3
Strategi Kebudayaan 1/3

description

kebudayaan

Transcript of Strategi Kebudayaan

Page 1: Strategi Kebudayaan

Strategi Kebudayaan

1/3

Page 2: Strategi Kebudayaan

C.A. van Peursen pada bagian awal buku Strategi Kebudayaan menjelaskan bahwa pada awalnya,orang banyak berpendapat tentang konsepsi kebudayaan yang hanya meliputi segala manivestasi darikehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang bersifat rohani saja. Akan tetapi dewasa ini kebudayaandiartikan sebagai manifestasi dari seluruh aspek kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompokorang. Manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah alam. Oleh karena itu, untuk dapat hidup, manusiaharus mengubah segala sesuatu yang telah disediakan oleh alam. Misalnya, beras agar dapat dimakanharus diubah dulu menjadi nasi. Terwujudnya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu hal-hal yang menggerakkanmanusia untuk menghasilkan kebudayaan sehingga dalam hal ini kebudayaan merupakan produkkekuatan jiwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi. Oleh karena itu, walaupun manusiamemiliki tubuh yang lemah bila dibandingkan dengan binatang seperti gajah, harimau, dan kerbau, tetapidengan akalnya manusia mampu untuk menciptakan alat sehingga akhirnya dapat menjadi penguasadunia. Dengan kualitas badannya, manusia mampu menempatkan dirinya di seluruh dunia. Tidak sepertibinatang, yang hanya dapat menempatkan diri di dalam lingkungannya. Oleh karena itu, manusiadikatakan sebagai insan budaya. Dan karena kebudayaan meliputi bsegala perbuatan manusia, makakebudayaan selalu diperluas dan didinamisir. Irama kehidupan manusia yang begitu cepat dengansendirinya akan mempengaruhi perubahan tersebut. Kekayaan dan keanekaragaman sejarah kebudayaan manusia sangat sulit untuk digambarkan secaralengkap. Tapi, menurut van Peursen, sejarah kebudayaan umat manusia ini dapat dipilah menjadi 3tahap, yaitu: · Tahap Mitis, yaitu sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaibdi sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekkuasaan kesuburan, seperti dipentaskandalam mitologi-mitologi yang dinamakan bangsa-bangsa primitif. Akan tetapi berbagai bentuk mitologiinipun dalam dunia modern masih dapat dilihat. · Tahap Ontologis, yaitu sikap manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan kekuasaan kekuatanmitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal. Manusia mengambil jarak terhadap segalasesuatu yang dahulu dirasakan sebagai kepungan. Ia mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenaidasar hakikat segala sesuatu (ontologi) dan mengenai segala sesuatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu).Seseorang bisa melihat bahwa ontology itu berkembang dalam lingkungan kebudayaan kuno yang sangatdipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan. · Tahap Fungsional, yaitu sikap dan alam pikiran yang tidak begitu terpesona lagi olehlingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya(sikap ontologis), ia ingin mengadakan relasi-relasi baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segalasesuatu dalam lingkungannya. Beberapa aspek ciri tahapan fungsional yang digambarkan oleh vanpeursen adalah orang mencari hubungan-hubungan antara semua bidang; arti sebuah kata atau sebuahperbuatan maupun barang dipandang menurut peran atau fungsi yang dimainkan dalam keseluruhan yangsaling bertautan. Menurut Peursen, sifat tegang menjadi ciri khas perkembangan budaya manusia. Manusiamempertaruhkan diri, mengarahkan diri kepada sesuatu atau kepada seorang lain dengan segala gairahhidup dan emosi-emosinya. Sikap eksistensiil merupakan ciri khas bagi tahap fungsional: orang mencarirelasi-relasi, kebertalian sebagai penganti bagi jarak dan pengetahuan objektif. Dalam memandang alam dan masyarakat, manusia mengarahkan diri kepada dunia sekitarnya, manusiadiikutsertakan untuk makin mengisi arti dunia. Manusia makin aktif mencampuri perkembangan alam dansejarah. Dalam memandang pekerjaan dan organisasi, pekerjaan tidak lagi dipandang sebagai sebuahbenda, semacam substansi yang dapat diperdagangkan. Bekerja merupakan suatu cara untuk memberi isikepada eksistensinya sebagai manusia, untuk menjadikan kemanusiaan seseorang sesuatu yang nyata;kalau tidak, maka pekerjaan itu menjadi hampa, tanpa arti, dan tak dapat dibenarkan. Akibat finansial dari

2/3

Page 3: Strategi Kebudayaan

pekerjaan, pendapatan dipandang sebagai salah satu faktor bersama factor-faktor yang lain. Yangmenentukan adalah bagaimana manusia berfungsi dalam keseluruhan dengan penuh arti atau tidak. Dalam memandang peranan pengetahuan, orang ingin menambah pengetahuan. Yang dipentingkanadalah bagaimana itu ada? Artinya, cara sesuatu menampakkan diri pada manusia, cara untuk dapatmempergunakan barang-barang itu, fungsi-fungsi yang dapat dijalankan. Dalam memandang budaya,kebudayaan adalah cara manusia mengekspresikan diri, caranya ia mecari relasi-relasi yang tepat dengandunia sekitarnya. Dalam memandang Tuhan, pertanyaan mengenai Tuhan diketengahkan secarafungsional; bagaimana Tuhan dapat dikongkritkan dalam hubungan sehari-hari. Tahap perkembangan manusia ini terjadi pada kehidupan manusia secara keseluruhan, akan tetapi yangdipentingkan disini adalah strategi-strategi yang dilakukan secara berbeda. Apa yang dinamakan manusiaprimitive dengan dongeng-dongeng mitisnya, diapun dapat mendekati sesuatu secara fungsionil.Sebaliknya, dalam kehidupan masyarakat modern sekalipun, unsure magis, pengaruh mitos-mitos dariideology yang berkembang selalu ada. Karena setiap kemajuan berdampingan dengan pergulatan batindalam setiap kebudayaan. Daya negative yang disebabkan oleh nafsu kekuasaan, cinta diri, akan selaluberhadapan dengan sikap positif yang selalu membuka diri untuk kepentingan bersama. Strategi kebudayaan sebenarnya lebih luas dari hanya sekedar menyusun suatu policy tertentumengenai kebudayaan. Sebuah strategi kebudayaan akan selalu mencermati ketegangan antara sikapterbuka (transendensi) dengan sikap tertutup (imanensi) dalam pertautan antara manusia dankekuasaan-kekuasaan disekitarnya. Kebudayaan mempunyai gerak pasang surut antara manusia denganberbagai kekuasaan yang berkembang. Ketegangan antara imanensi dan transendensi, disertai dengankebijaksanaan atau strategi yang mengatur ketegangan itu agar menjadi suatu yang lebih baik bagikehidupan manusia. Sebagai analisis setelah membaca bukunya Van Peursen, penulis dapat mengilustrasikan ; apabilakebudayaan dipandang sebagai sekolah umat manusia, maka pendidikan terus-menerus, pendidikan yangtidak ada tamatnya, sepanjang sejarah hubungan manusia dengan berbagai kekuasaan yang berkembangakan selalu membutuhkan rencana-rencana baru. Dan dalam rencana baru itulah menurut Peursensebuah strategi kebudayaan diperlukan. Dengan kata lain budaya adalah strategi untuk bertahan hidupdan menang. Inti dari budaya bukanlah budaya itu sendiri, melainkan strategi kebudayaan. Budaya dikatakan tinggi nilainya tidak selalu berada dalam bentuk kesenian yang rumit sepertiepos-epos kuno dan seni tari yang adiluhung. Budaya tinggi dibuktikan dari how survival is the nation.Dengan demikian, ketertinggalan budaya berkenaan dengan kecepatannya dalam merespons perubahan.Meskipun tidak langsung dapat dikatakan bahwa budaya tinggi adalah budaya yang adaptif dan kompetitif,namun gagasan dasar yang harus dicermati disini adalah, bahwa tinggi-rendahnya suatu budaya diletakanpada konteks yang berubah. Itu artinya dalam sebuah pemaknaan budaya sebagai strategi ( ).

3/3