Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

27
Strategi Kebijakan Tentang Letak Keberadaan Terminal Angkutan Kota Rawa Bangun di Wilayah Kota Sanggau Outline Oleh RAMASYAFARDI NIM : E.01109068 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Transcript of Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

Page 1: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

Strategi Kebijakan Tentang Letak Keberadaan Terminal Angkutan Kota Rawa Bangun di Wilayah Kota Sanggau

Outline

Oleh

RAMASYAFARDI

NIM : E.01109068

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNG PURA

PONTIANAK

2014

Page 2: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Angkutan kota sebagai dari sistem transportasi perkotaan memiliki peran

menunjang mobilisasi masyarakat kota dalam melakukan aktivitas sehari- hari.

Angkutan kota juga memegang peranan yang sangat penting strategis dalam

pengembangan dan pembangunan kota baik pada sektor ekonomi, sektor sosial

budaya maupun sektor pendidikan. Oleh karena itu keberadaan angkutan kota

harus ditangani dengan baik dan benar sehingga tidak menimbulkan masalah bagi

kehidupan pekotaan.

Masalah-masalah yang ada saat ini dilokasi adalah “Keberadaan terminal

Rawa bangun di kota Sanggau, provinsi Kalimantan Barat. Pembangunan terminal

angkutan kota Rawa Bangun ini dimulai tahun 2009. Dengan keputusan bupati

nomor 43 tahun 2013 “Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Nomor 307

Tahun 2009 Tentang Penetapan Terminal Angkutan Orang Dan Barang Di

Wilayah Kota Sanggau”.

Terbitnya Keputusan Bupati ini pada Tanggal 07 februari 2013 dengan Tujuan

Untuk Mengektifkan dan kelancaran Penggunaan Terminal Angkutan Orang dan

Barang di Wilayah Kota. Maka dari itu Berhubungan diterbitnya Peraturan

Bupati Nomor 307 tahun 2009 Tentang Penetapan terminal Angkutan Orang Dan

Page 3: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

Barang serta melihat tujuannya hingga sekarang 2014, belum berfungsi sebagai

mana mestinya fungsi terminal Rawa Bangun tersebut.

Terminal Rawa Bangun Tersebut dibangun tahun 2009, tepatnya di jantung

kota Sanggau. Letak Terminal Kota Rawa Bangun ini, tidaklah jauh dari Kantor

Pemerintahan Daerah, Kantor Kepolisian, BANK KALBAR, Dan Sekolah –

Sekolah. Selain itu terdapat sebuah pasar juga yang bernama pasar Rawa Bangun,

yang berjarak hanya 25 Meter dari terminal tersebut. Adanya sebuah Terminal

yang berdekatan dengan pasar mempunya tujuan yaitu meningkatkan kegiatan

muat angkut orang dan barang dalam mencapai Ekonomi yang baik.

Sebelum didirikan Terminal Rawa Bangun dan pasar, supir - supir angkutan

kota dan para pedagang maupun pembeli beroperasi diterminal angkutan kota

yang berada di Jalan Ahmad Yani Kota Sanggau. Terminal Ahmad Yani begitu

tidak rapi, dan tampak kumuh, begitu pula dengan pasar, Pedagang yang

mengalihkan lapak jualannya di pinggiran kota dan jalan. Dengan melihat

permasalahan tersebut Pemerintah Kabupaten Sanggau mengambil langkah yaitu

Mendirikan Terminal Rawa Bangun dan Pasar Rawa Bangun untuk

Mengalokasikan para supir – supir dan pedagang untuk pindah ke lokasi Rawa

Bangun serta menciptakan Kota yang Bersih dan Rapi. Terminal Rawa Bangun

Letaknya tidak jauh dari Terminal Ahmad Yani yang hanya berjarak kira kira 200

meter.

Page 4: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

Pada tahun 2010 para supir dan pedagang di relokasikan ke pasar rawa

bangun, akan tetapi kurangnya para pembeli, atau pengunjung, maka para

sebagian pedagangpun enggan pindah ke pasar rawa bangun karena sepi, dan

kembali ke pasar Ahmad Yani. Mendapat keluhan juga dari supir - supir angkutan

kota karena penghasilan berkurang , maka dari itu supir - supir tersebut pindah ke

terminal Ahmad Yani, dan enggan pindah ke terminal Rawa Bangun. Melihat

fenomena tersebut yakni bergantungnya sebuah terminal dengan adanya pasar

maka saya bersimpati dan menarik buat saya teliti.

Page 5: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

1.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

identifikasi masalahnya adalah:

1. Kegiatan muat angkut orang atau barang dalam Terminal

tersebut Terhenti karena kurangnya peminat atau pengunjung,

sehingga meyebabkan pindah ke lokasi lama.

2. Kurang Tegasnya aparatur pemerintah Kota Sanggau dalam

menjalankan Peraturan Bupati 307 Tahun 2009 terhadap para

supir dan pedagang untuk pindah ke Rawa Bangun.

3. Lemahnya sumber daya manusia dalam mengelola terminal di kota sanggau.

1.2. Fokus Penelitian

Melihat adanya permasalahan yang terjadi dan akan diteliti yaitu

mengenai masalah selama (2009 - 2014), akan tetapi program tersebut

belum efektif. Maka berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini

menfokuskan pada “Efektifitas Kebijakan Terminal Angkutan Kota di

Rawa bangun Kota Sanggau”

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan Masalahnya adalah ;

Apa Faktor-faktor yang menghambat Implementasi Kebijakan

Terminal angkutan Kota Rawa Bangun di Kota Sanggau ?

Page 6: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor faktor penghambat Implementasi Kebijakan

Terminal Angkutan Kota Rawa Bangun di Kota Sanggau.

2. Mengetahui dan menganalisis diluncurkannya“Peraturan Bupati Nomor

307 Tahun 2009 Tentang Penetapan Terminal Angkutan Kota dan Barang

Di Wilayah Kota Sanggau”.

1.5. Manfaat penelitian

Penelitian ilmiah yang akan dilakukan penulis ini mudah - mudahan dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak - pihak lain yang

berkepentingan.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah

keilmuan, khususnya bagi yang mengambil focus penelitian pada kebijakan,

terkait mengenai suatu kebijakan yang telah diputuskan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:

1. Bagi Aparatur Pemerintah Daerah/ Kabupaten

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi Aparatur

Pemerintah Daerah, yaitu mensosialisasikan pentingnya sebuah Transportasi

Page 7: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

dalam membangun perekonomian kota, dan mengevaluasi ulang sebuah kebijakan

yang kurang efektif.

2. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan supaya masyarakat mampu memberikan

perhatian yang lebih, sehubungan dengan Penetapan Terminal angkutan orang di

kota sanggau dalam mencapai perekonomian yang baik.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan

bagi peneliti sehingga mampu mendeskripsikan mengenai ‘Strategi Kebijakan

Tentang Keberadaan Terminal Angkutan Kota Rawa Bangun Di Kabupaten

Sanggau.

4. Bagi mahasiawa FISIP Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi

mahasiswa program study IA berkaitan dengan suatu Administrasi yang ada

khususnya berkenaan dengan penyususunan strategi serta kaitannya dengan

motivasi tenaga pendidik dalam menaati kebijakan yang telah ada dalam

peroses pembelajaran IA khussnya kajian Kebijakan Publik

Page 8: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1. Teori

2.1.1. Kebijakan Publik

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, yakni tidak berfungsinya

Terminal angkutan Kota Rawa Bangun secara efektif, dan nampak terabaikan.

maka hal ini menjadi masalah Publik karena tidak sesuai dengan tujuan

dikeluarkan oleh pemerintah Kota Kabupaten Sanggau mengenai Peraturan Bupati

307 Tahun 2009 Tentang Penetapan Terminal Angkutan Orang dan Barang di

Wilayah Kota Sanggau.

Angkutan kota sebagai dari sistem transportasi perkotaan memiliki peran

menunjang mobilisasi masyarakat kota dalam melakukan aktivitas sehari-

hari.Angkutan kota juga memegang peranan yang sangat penting dalam

pengembangan dan pembangunan kota baik pada sektor ekonomi, sektor sosial

budaya maupun sektor pendidikan. Oleh karena itu keberadaan angkutan kota

harus ditangani dengan baik dan benar sehingga tidak menmbulkan masalah bagi

kehidupan perkotaan khususnya. Dengan ini saya menyimpulkan bahwa masalah

ini adalah masalah publik yang mengarah kepada keberhasilan suatu kebijakan

publik.

Page 9: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

Kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok, atau pemerintah dan suatu lingkungan tersentu dimana

terdapat hambatan-hambatan dimana kebijakan itu diusulkan agar berguna dalam

mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud (carl friedrich, dalam

Agustino, 2008:7).

Thomas R. Dye (dalam Widodo, 2007:12) kebijakan publik adalah apapun

yang pemerintah pilih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Anderson

menambahkn kebijakan publik diartikan sebagai serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau

sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu (Widodo, 2007:13).

Ada pendapat lain mengenai kebijakan yaitu, menurut Heinz Eulau dan

Kenneth Prewitt (dalam Agustino, 2008:6) dalam persepektif mereka

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “keputusan tetap yang dicirikan dengan

konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari mereka yang membuat

dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut”. Richard Rose menambahkan

kebijakan publik sebagai, “sebuah rangkaian panjang dari banyak atau sedikit

kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang

berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan” ( Agustino, 2008:7).

Menurut Subarsono (2005:11) dalam menyusun agenda kebijakan ada tiga

kebijakan yang perlu dilakukan yakni:

1. benar-benar dianggap sebagai masalah sebab bisa jadi suatu gejala oleh

kelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi oleh sebagian

masyarakat yang lain atau elit politik bukan dianggap sebagai masalah.

Page 10: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

2. Membuat batasan masalah.

3. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut masuk dalam agenda

pemerintah.

Sedangkan menurut Michel Howlet dan M.Ramesh (dalam Subarsono,

2005:13), menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri lima tahapan sebagai

berikut:

1. Menyusun agenda (formulating setting) yakni suatu proses agar suatu masalah

bisa dapat perhatian dan pemerintah

2. Formulasi kebijakan (policy formulating ), yakni proses perumusan pilihan-

pilihan kebijakan oleh pemerintah.

3. Pembuatan kebijakan (policy making), yakni proses ketika pemerintah memilih

untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.

4. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

5. Evaluasi kebijakan (policy evaluation ), yaitu proses untuk memonitor dan

menilai hasil kinerja kebijakan.

2.1.2. Implementasi Kebijakan

Menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (Agustino, 2008: 139)

dalam bukunya implementation and public policy mendefinisikan implementasi

kebijakan publik sebagai:

“pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

undang-undang namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan

Page 11: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah

yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang

ingin dicapai, dan sebagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses

implementasinya”.

Menurut Winarno (2002:102) “implementasi kebijakan adalah sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya”. Disisi lain

menurut Wahab (2001:102) untuk memperjelas persoalannya, proses

implementasi harus ditinjau menurut tahapan-tahapannya yaitu:

1. Output kebijaksanaan dari badan pelaksana;

2. Kebutuhan kelompok-kelompok sasaran terhadap kebutuhan tersebut;

3. Dampak nyata keputusan-keputusan badan-badan pelaksana;

4. Persepsi terhadap dampak keputusan-keputusan tersebut;

5. Evaluasi sistem politik terhadap undang-uandang baik terhadap perubahan

mendasar dalam isinya.

Lester dan Steward Jr. (dalam Agustino, 2008: 139), mereka mengatakan

bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan

suatu implementasi dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan

hasil akhir, yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Marrile

Grindle (dalam Agustino, 2008: 139) juga mengatakan, “pengukuran

keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan

apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat

Page 12: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

pada action program dari individual projeck dan yang kedua apakah tujuan

program tersebut tercapai”.

Menurut Dimock (dalam Tachjan, 2006: 71) mengemukakan bahwa ada

beberapa tindakan yang diambil dalam implementasi kebijakan yaitu:

1. Penentuan tujuan dan sasaran organisasional;

2. Analisis serta perumusan kebijakan dan strategi;

3. Pengambilan keputusan;

4. Perencanaan;

5. Penyusunan program;

6. Pengorganisasian;

7. Penggerakan manusia;

8. Pelaksanaan kegiatan operasional;

9. Pengawasan dan penilaian.

Menurut Moenir (2006:141) ‘tindakan adalah bentuk aktifitas akal dan

fikiran yang ditunjukkan pada objek tertentu yang sedang dihadapi yang

kemudian diikuti dengan perbuatan setelah ada rangsangan untuk berbuat,

sedangkan tingkah laku atau prilaku individu adalah bentuk nyata suatu perbuatan

untuk mencapai apa yang diinginkan, baik berupa benda atau keputusan terentu”.

Selanjutnya menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2008:

139) mendefinisikan implementasi sebagai, “tindakan-tindakan yang dilakukan

baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Van meter dan Van Horn juga

Page 13: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

merumuskan model pendekatan top-down yang disebut dengan A Model of the

policy implementation. Ada 6 variabel menurut Van Meter dan Van Horn (dalam

Agustino, 2008: 142), yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik, diantaranya:

a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

b. Sumber Daya

c. Karakteristik Agen Pelaksana

d. Sikap/kecendrungan (disposition) Para Pelaksana

e. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktifitas Pelaksana

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Menurut George Edward III dalam Winarno, 2002:126), ada empat

faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan yaitu:

a. Faktor Komunikasi (Communication)

Menurut Edward III dalam Agustino (2006:157-158), komunikasi

merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi

kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

dari implementasi kebijakan publik.

Informasi kebijakan publik disampaikan kepada pelaku kebijakan agar

para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan,

arah, kelompok sasaran kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat

mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk

melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Page 14: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

Kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus

dipersiapkan dan dilakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar tujuan dan

sasaran kebijakan dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan sebelumnya.

Edward III dalam Agustino (2008:158) ada tiga indiktor yang dapat

digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

1. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula.

2. Kejelasan, yaitu komunikasi yang di terima oleh pelaksana kebijakan

harus jelas dan dan tidak membingungkan.

3. Konsistensi, yaitu perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan dan dijalankan.

b. Sumber Daya (Resources)

Edward III dalam Agustino (2008:158) mengemukakan bahwa sumber

daya merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Lebih

lanjut Edward III menegaskan bahwa bagaimana jelas dan konsistennya

ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan

yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai

sumber-sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

Menurut Widodo dalam Analisis Kebijakan Publik (2007:98), sumber

daya sebagaimana telah disebutkan meliputi sumber daya manusia, sumber daya

Page 15: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

keuangan dan sumber daya peralatan (gedung, peralatan, tanah dan suku cadang

lain) yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan.

c. Disposisi (Disposition)

Menurut Edward III (2005:142) mengemukakan bahwa disposisi

merupakan salah satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi

implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana mempunyai

kecenderungan atau sikap positif terhadap implementasi kebijakan, maka terdapat

kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan

keputusan awal.

Disposisi merupakan kemauan, keinginan dan kecendrungan para pelaku

kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh-sungguh sehingga

apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Disposisi yang tinggi

menurut Edward III dan Van Horn Matter berpengaruh pada tingkat keberhasilan

pelaksanaan kebijakan.

d. Struktur Birokrasi (Bureaucratic Stucture)

Menurut Edwards III dalam Winarno (2005:150) struktur birokrasi

merupakan faktor yang fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan

publik. Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi

yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan

organisasi luar dan sebagainya. Oleh karena itu, struktur organisasi mencakup

dimensi fragmentasi (fragmentation) dan standar prosedur operasi (standar

operation prodecure) yang akan memudahkan dan menyeragamkan tindakan dari

para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan apa yang menjadi bidang tugasnya.

Page 16: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

George Edward III juga menambahkan, ada enam karakteristik birokrasi

yakni:

a. Birokrasi dimananapun berada dipilih sebagai instrumen sosial yang

ditunjukkan untuk masalah-masalah yang didefinisikan sebagai urusan

publik.

b. Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam pelaksanaan

program program kebijakan, yang tidak berkepentingannya berbeda-

beda.

c. Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda.

d. Birokrasi jarang mati, naluri untuk bertahan hidup tidak dipertanyakan

lagi.

e. Fungsi brokrasi berada dalam lingkungan yang luas dan kompleks.

f. Birokrasi bukan merupakan suatu yang netral dalam pilihan kebijakan,

mereka tidak juga dikontrol oleh kekuatan luar.

Untuk keberhasilan implementasi kebijakan, perlu adanya kerjasama yang

baik pada banyak orang. Koordinasi diperlukan untuk mengimplementasikan

suatu kebijakan yang kompleks dan keberhasilan yang akan dicapai.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teory Edward III, dengan

argumentasi adalah bahwa penggunaan teori Edward III dalam penelitian ini tidak

dimaksudkan untuk di uji akan tetapi lebih sebagai panduan atau pedoman bagi

penulis dalam rangka untuk melaksanakan penelitian dilapangan.

Di lihat dari berbagai faktor Implementasi Kebijakan yang telah

dikemukakan oleh Teori Edward III diatas, apabila dikaitkan dengan

Page 17: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

permasalahan penelitian Kegiatan muat angkut orang atau barang dalam Terminal

tersebut Terhenti karena Kurangnya Koordinasi antara para aparatur pemerintah

daerah, dan para supir, dan pedagang., sehingga meyebabkan pindah ke lokasi

lama, lemahnya kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola Terminal di

Kota Sanggau, kurangnya sikap Pelaksana Untuk merealisasikan Operasional

Terminal Rawa Bangun atau tindakan tegas dalam pelaksana dalam

mengoperasikan sebuah terminal terhadap supir maupun pedagang.

Dimana kita ketahui, komunikasi merupakan suatu variabel penting bagi

pelaku kebijakan, sumber daya akan menjadi tolak ukur keberhasilan program

tersebut ditambah lagi disposisi dan birokrasi yang kuat maka akan terlaksana

dengan baik.

Oleh karena itu peneliti menganggap George Edward III yang mengatakan

dalam proses Implementasi kebijakan publik mencakup 4 tahapan yaitu

komunikasi, sumber daya, disposisi, birokrasi dirasa cocok dalam penelitian ini.

2.2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini membutuhkan perbandingan penelitian sebelumnya yang

relevan, penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kurang tegasnya Aparatur

Pemerintah Daerah, dalam mempertegaskan para supir maka pencapaian tujuan

dan sasaran tidak akan tercapai secara maksimal. penulis hanya

memfokuskan pembahasan pada” Efektifitas Kebijakan Terminal

Angkutan Kota di Rawa Bangun Kota Sanggau”

Page 18: Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di kota sanggau

1.3. Kerangka Pikir Penelitian

Berikut kerangka pikir penelitian :

Peraturan Bupati Sanggau Nomor 43 Tahun 2013 tentang Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati

Nomor 307 Tahun 2009 Tentang Penetapan Terminal Angkutan Orang Dan Barang Di Wilayah Kota Sanggau

a. Kegiatan muat angkut orang atau barang dalam Terminal tersebut Terhenti karena kurangnya peminat atau pengunjung, sehingga meyebabkan pindah ke lokasi lama.

b. Kurang Tegasnya aparatur pemerintah Kota Sanggau dalam menjalankan Peraturan Bupati 307 Tahun 2009 terhadap para supir dan pedagang untuk pindah ke Rawa Bangun.

c. Lemahnya sumber daya manusia dalam mengelola terminal di kota sanggau.

Menurut Edward III, faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan:

1. Komunikasi2. Sumber Daya3. Disposisi4. StrukturBirokrasi

Strategi Kebijakan Tentang Letak Keberadaan Terminal Angkutan Kota Rawa Bangun di Wilayah Kota Sanggau

Tercapainya Operasional Terminal Angkutan Kota dan Barang Di Rawa Bangun Wilayah Kota

Sanggau