STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH...

23
STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2019 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : MUHAMMAD YAZID NUR FADLILLAH ROSADA E100150157 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH...

Page 1: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG

KARDUS DI KECAMATAN BULUKERTO

KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2019

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh :

MUHAMMAD YAZID NUR FADLILLAH ROSADA

E100150157

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

i

Page 3: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

ii

Page 4: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

iii

Page 5: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

1

STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI

KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2019

Abstrak

Kecamatan Bulukerto merupakan kecamatan penghasil wayang kardus.

Kecamatan Bulukerto dulunya hampir di setiap desa terdapat pengrajin wayang

kardus namun akibat lunturnya budaya mengakibatkan budaya wayang kurang

diminati sehingga menyebabkan produksi pengrajin menurun dan banyak

pengrajin beralih profesi. Jumlah pengrajin wayang kardus dari tahun ke tahun

mengalami penurunan dari segi pengrajin maupun produksi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan

Bulukerto, perkembangan usaha wayang kardus, menganalisis kendala-kendala

yang dihadapi pengrajin dan mendeskripsikan strategi bertahan yang dilakukan

pengrajin wayang kardus. Metode penelitian ini menggunakan survei, degan

menggunakan metode sampling jenuh. Pengambilan sampel dengan metode

sampling jenuh karena jumlah populasi kurang dari 30 orang, sedikitnya jumlah

populasi maka peneliti menggunakan metode total sampling yaitu seluruh

populasi menjadi pengerajin yang akan diamati sebagai sampel. Hasil penelitian

1) Karasteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto terdapat 2 yakni

yang pertama karakteristik pengrajin berupa jenis kelamin, usia pengrajin,

pendidikan trakhir, status kawin. Yang kedua Karakteristik usaha wayang kardus

berupa asal mula,lama menekuni usaha, modal usaha, tenaga kerja, lokasi

pesaing, tahapan pembuatan wayang kardus, daerah asal bahan baku, dan

pemasaran. 2) Perkembangan usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto

meliputi cikal bakal usaha, masa jaya, masa surut pertama, masa kebangkitan,

masa surut ke dua. 3) kendala – kendala wayang kardus di Kecamatan Bulukerto

meliputi modal, bahan baku, sumber daya manusia, cuaca. 4) strategi bertahan

pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto meliputi strategi bahan baku,

strategi inovasi penambahan tokoh wayang, strategi pemasaran, strategi harga.

Kata kunci: wayang kardus, usaha, karakteristik, perkembangan, kendala-

kendala, strategi.

Abstract

Bulukerto Subdistrict is a sub-district of producing cardboard puppets. Bulukerto

sub-district used to be in almost every village of cardboard puppet craftsmen but

due to the fading culture, the culture of wayang was less in demand, causing the

production of craftsmen to decline and many craftsmen changed professions. The

number of cardboard puppet craftsmen from year to year has decreased in terms

of craftsmen and production. This study aims to determine the characteristics of

the cardboard puppet business in Bulukerto Subdistrict, the development of the

cardboard puppet business, analyze the constraints faced by craftsmen and

describe the survival strategy of cardboard puppet craftsmen. This research

Page 6: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

2

method uses survey, using saturated sampling method. Sampling with saturated

sampling method because the total population is less than 30 people, at least the

total population, the researchers used a total sampling method that is the entire

population to be craftsmen to be observed as a sample. The results of the study 1)

The characteristics of the cardboard puppet business in Bulukerto Subdistrict

were 2 namely the first characteristics of craftsmen in the form of gender,

craftsman age, latest education, marital status. The second characteristic of

cardboard puppet business in the form of its origin, time to pursue business,

venture capital, labor, competitor's location, stages of making cardboard puppets,

areas of origin of raw materials, and marketing. 2) The development of the

wayang cardboard business in Bulukerto District covers the embryo of the

business, the glorious period, the first ebb period, the period of awakening, the

second ebb period. 3) cardboard puppet constraints in Bulukerto District include

capital, raw materials, human resources, weather. 4) survival strategies of

cardboard puppet craftsmen in Bulukerto District include raw material strategy,

innovation strategy of adding puppet figures, marketing strategy, pricing strategy.

Keywords: puppet cardboard, business, characteristics, development,

constraints, strategy.

1. PENDAHULUAN

Globalisasi budaya dapat membuat tergantikannya budaya di negara kita sendiri.

Budaya di Indonesia telah banyak yang diambil atau diakui oleh negara lain,

seperti wayang kulit yang pernah diklaim oleh Malaysia sebagai bagian dari

budaya mereka. Tidak hanya wayang kulit, banyak juga budaya Indonesia yang

diakui oleh Malaysia diantaranya wayang kulit, lagu Rasa Sayange, batik, reog

Ponorogo, rendang, angklung, kuda lumping, tari pendet dan tari piring. Hal ini

terjadi karena kita sebagai masyarakat Indonesia mudah sekali terpengaruh oleh

budaya asing dan mengikuti tren yang terjadi di era globalisasi, media massa

membuat perluasan budaya barat atau budaya dari luar diketahui oleh masyarakat

Indonesia dan menirunya, seharusnya kita harus lebih pintar untuk memilih atau

menyaring budaya asing mana yang patut kita ikuti dan yang tidak patut kita

ikuti. Dampak jika budaya di Indonesia hilang yakni budaya tersebut akan

diklaim oleh negara lain, lunturnya bahasa jawa halus, generasi muda akan

mengikuti mode, riasan, bahasa, pergaulan, kebiasaan dan lain-lain yang

menyebabkan mereka menjadi seperti masyarakat bangsa lain dan membuat

generasi muda tersebut kehilangan jati diri bangsa.

Page 7: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

3

Kabupaten Wonogiri mempunyai warisan budaya lokal yang berpotensi

bagus untuk terus dikembangkan. Adapun berbagai industri rumah tangga yang

terkenal sebagai desa penghasil wayang kardus yaitu Kecamatan

Bulukerto,kabupaten Wonogiri. Wayang merupakan boneka tiruan orang yang

terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan

tokoh pertunjukan drama tradisional (bali, jawa, sunda, dsb), biasanya dimainkan

oleh seseorang yg disebut dalang. Jenis-jenis wayang menurut bahan pembuatan :

Wayang Kulit, Wayang Kardus, Wayang Bambu, Wayang Kayu, Wayang

Orang, Wayang Motekar.

Seni kerajinan wayang kardus kecamatan Bulukerto mulai berkembang

pertama kali sekitar tahun 1985. Berawal dari pengrajin yang bernama Giyarto,

sejak tahun 1985 Giyarto sendiri telah megeluti kerajinan wayang kardus ini dan

alhasil pesanan wayang kardus meningkat, lalu Giyarto merekrut dua karyawan

untuk membantu aktifitas produksinya. Dalam waktu tempuh 10 hari, pengerajin

ini bisa menghasilkan sekitar 250 wayang kardus, dengan omset penjualan sekitar

Rp 3.000.000, atau Rp 9.000.000 dalam sebulan. Harga jual wayang kardus

berfariasi, antara Rp 10.000 hingga Rp 20.000, tergantung bentuk, karakter dan

ukuran wayang. Meski hanya berbahan karton, produksi wayang kardus Giyarto

telah tersebar di beberapa kota Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta, bahkan

pernah juga mendapat pesanan 300 wayang kardus dari negara Perancis.

Di Desa Nangglik Kecamatan Bulukerto ini terdapat 32 pengerajin

wayang kardus seperti Giyarto. Terlepas dari upaya mencari nafkah dan

menghidupi anak istri, aktifitas membuat karya seni layak didukung dan di

lestarikan. Para pengerajin sendiri membuat wayang kardus bukan sekedar

mencari penghidupan, tetapi juga punya obsesi ingin melestarikan seni, budaya

dan tradisi warisan nenek moyang bangsa Indonesia.

Kerajinan wayang kardus pun menurun dikarenakan budaya wayang yang

semakin lama tidak diminati oleh masyarakat karena masyarakat khususnya para

pemuda lebih codong senang meniru budaya-budaya luar dari pada budaya asli

kita sendiri. Selain itu, juga disebabkan karena kurang mengerti bahasa jawa

halus. Penggunaan bahasa jawa halus juga membuat sebagai masyarakat saat ini

Page 8: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

4

tidak mengetahui apa yang dibicarakan oleh sang dalang karena hanya orang-

orang zaman dahulu yang mampu memahami isi cerita dari pertunjukan wayang

tersebut. Banyaknya pilihan media hiburan yang beragam dan praktis, bahkan

gratis juga menjadi salah satu pilihan yang membuat generasi muda lebih suka

dengan budaya populer dibandingkan budaya wayang. Penggunaan bahasa jawa

halus juga membuat generasi muda tidak mau menontonnya karena tidak

memahami apa yang dibicarakan oleh pak dalang.

Keberlangsungan wayang kardus harus tetap dijaga yakni dengan

merutinkan pagelaran wayang maka akan menambah minat genarasi muda umtuk

menyaksikan, serta pelajaran bahasa jawa dengan pengenalan tokoh wayang

harus diajarkan dari sejak dini. (website resmi pemerintah Desa Nangglik

Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri).

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Survei dilakukan terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Populasi

yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Pengrajin Wayang Kardus di

Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 18 pengerajin yang

tersebar di 3 desa yakni desa Ngaglik, desa Domas, dan desa Sugihan. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang menggunakan

kuisioner dan data sekunder dari dinas instansi. Metode pengambilan sampel

menggunakan metode sampling jenuh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Usaha Wayang Kardus

Karakteristik pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto Kabupaten

Wonogiri dapat di lihat dari jenis kelamin pengrajin, usia pengrajin, pendidikan

terakhir pengrajin, dan status perkawinan pengrajin.

Analisis karakteristik pengrajin wayang kardus yang pertama mengetahui

rata-rata jenis kelamin pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto, yang

mana dari sampel pengrajin sebanyak 18 pengrajin dari hasil penelitian, rata-rata

Page 9: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

5

pengrajin berjenis kelamin laki-laki yang mendominasi dengan jumlah 78%

dengan sisanya hanya 22% yakni dengan pengrajin yang berjenis kelamin

perempuan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kenapa lebih banyak

pengrajin laki-laki daripada pengrajin yang berjenis kelamin perempuan yakni

dalam pemasaran wayang kebanyakan dilakukan oleh para pria karena mengingat

kondisi jangkuan pasar yang lumayan jauh dari lokasi wilayah pengrajin berasal

dan mengingat jumlah barang dagangan yang di bawa tidak sedikit.

Dari hasil penelitian dapat dilihat usia pengrajin termuda yakni 32 tahun,

usia pengerajin tertua yaitu 65 tahun dan rata – rata usia pengrajin wayang kardus

yaitu 53 tahun. untuk pengrajin diatas 60 tahun yang artinya bisa dikatakan tidak

pada usia produktif karena dengan faktor usia yang sudah lanjut dalam

keberlangsungan industri tidak mendukung.

Pendidikan terakhir pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto

dari total sampel 18 pengrajin lebih dari setengahnya lulusan Sekolah Dasar

dengan presentase 61%. Dan 28% pengrajin lulus Sekolah Menengah Pertama

dan sisanya 11% merupakan pengrajin dengan lulusan sekolah menengah atas.

Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa tingkat SDM pengrajin wayang

kardus rendah.

Status perkawinan pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto

hampir semua pengrajin sudah berstatus menikah dengan presentase sebanyak

94% dan hanya 6% yang belum berumah tangga. Dengan ini dapat disimpulkan

bahwa Pengrajin yang sudah berumah tangga biasanya dalam usaha wayang

kardus mereka dibantu oleh anggota keluarga masing-masing yang mulai

membantu dari proses produksi hingga pemasaran.

Asal mula menekuni usaha wayang kardus yakni mulai berkembang

pertama kali sekitar tahun 1985. Berawal dari pengrajin yang bernama Giyarto,

sejak tahun 1985 Giyarto sendiri telah megeluti kerajinan wayang kardus ini dan

alhasil pesanan wayang kardus meningkat, lalu Giyarto merekrut dua karyawan

untuk membantu aktifitas produksinya. Dalam waktu tempuh sepuluh hari,

pengerajin ini bisa menghasilkan sekitar 250 wayang kardus, dengan omset

penjualan sekitar Rp 3.000.000, atau Rp. 9.000.000 dalam sebulan. Harga jual

Page 10: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

6

wayang kardus berfariasi, antara rp 10.000 hingga Rp 20.000, tergantung bentuk,

karakter dan ukuran wayang.

Lama menekuni usaha wayang kardus yang dilakukan di Kecamatan

Bulukerto rata-rata mereka sudah lebih dari 10 tahun. Hal tersebut karena wayang

kardus muncul di tahun 1990.an yang mana masyarakat di kecamatan bulukerto

pada saat itu pun sudah mulai menekuni usaha sampingan ini ditiap tahunnya.

Pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto yang mulai menekuni usaha

paling sebentar yakni 5 tahun dan paling lama menekuni usaha wayang kardus

yakni 20 tahun.

Modal yang digunakan untuk usaha wayang kardus ditiap tahun tidak bisa

di tentukan secara pasti karena melihat harga bahan baku dan jumlah produksi.

Untuk pengrajin di kecamatan bulukerto memiliki modal awal untuk usaha

wayang kardus dimulai dari modal paling kecil yakni Rp.500.000 dan modal

yang paling besar yakni Rp.5.000.000 . pengrajin yang menggunakan modal awal

dari Rp.1.000.000 hingga Rp.5.000.000 modal awal yang digunakan yakni untuk

kebutuhan membeli bahan baku dan juga biaya proses produksi. Semakin banyak

jumlah produksi pada pengrajin semakin banyak pula modal yang dikeluarkan.

Untuk pengrajin yang menggunakan modal awal kurang dari Rp.1.000.000

mereka biasanya hanya produksi dengan jumlah sedikit dan untuk dijual sendiri.

Modal yang digunakan pun menggunakan modal pribadi karena untuk usaha

wayang kardus hanya dilakukan produksi secara misal di waktu tertentu atau

musiman.

Jumlah tenaga kerja untuk usaha wayang kardus hanya anggota keluarga

dengan ada diantaranya pengrajin yang melakukan produksi sendiri.hal tersebut

karena usaha ini merupakan industri rumah tangga dan untuk usaha sampingan

yang dilakukan di sela-sela waktu setelah pekerjaan pokok. Pengrajin pun

melakukan produksi jauh jauh hari yakni 3 bulan sebelum perayaan tahun baru

sudah memulai untuk membuat wayang kardus.

Hambatan yang dilalui pengrajin wayang kardus pada saat proses

produksi dan pemasaran yakni mulai dari produksi, pengrajin mengeluhkan

masalah bahan baku yang selalu naik serta hambatan lainnya seperti cuaca.

Page 11: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

7

Karena pada saat proses produksi cuaca digunakan untuk proses pengeringan cat

pada wayang setelah diwarnai. Untuk hambatan pemasaran merupakan generasi

muda tidak tertarik untuk membeli wayang kardus dan tidak mengenal tokoh –

tokoh wayang, budaya wayang yang smakin lama tidak diminati oleh masyarakat

karena masyarakat khususnya para pemuda lebih codong senang meniru budaya-

budaya luar dari pada budaya asli kita sendiri. Banyaknya pilihan media hiburan

yang beragam dan praktis, bahkan gratis juga menjadi salah satu pilihan yang

membuat generasi muda lebih suka dengan budaya populer dibandingkan budaya

wayang.

Lokasi pesaing wayang kardus memiliki saingan terutama dari pengrajin

wayang kardus dari Kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro, Kecamatan

Slogohimo akan tetapi itu terjadi bagi pengrajin wayang kardus Kecamatan

Bulukerto yang berjualan di luar Jawa seperti Kalimantan dan Sumatra. Untuk

pesaing lain mereka berasal dari Ponorogo hal itu terjadi kepada pengrajin

wayang kardus yang berjualan di Jawa Timur. Selain pesaing dari Luar Wilayah

Kecamatan Bulukerto, mereka para pengrajin juga memiliki pesaing di satu

Wilayah Kecamatan akan tetapi bersaing dengan sehat dan sudah berkomunikasi

untuk menentukan kesepatakan harga yang sama untuk satu buah wayang kardus.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan wayang kardus yakni

meliputi kertas Karton / Kerdus, Tatah, Cat, Bensin, Pernis, Brom, Bambu, dan

Tiner. Untuk tahapan pembuatan wayang kardus yakni dimulai dari pengeleman

kertas karton putih, kertas karton tersebut ada 2 wajah yang satu sisi berwarna

putih sisilain berwarna agak kecoklatan proses pengeliman ini dengan cara

menggabungkan 2 kertas karton yang sisi kecoklatan digabungkan dengan sisi

kecoklatan setelah menjadi satu yaitu sisi putih dan sisi putih . Setelah proses

pengeleman pengambaran tokoh wayang, setelah penggambaran tokoh wayang

lalu ditatah sesuai wajah dan raut muka tokoh wayang, penatahan selesai

dilanjutkan pemotongan bentuk tokoh wayang dan tahap trakhir yakni pemberian

warna pada wayang dengan cat dan dikeringkan sampai benar – benar kering

supaya hasilnya bisa menarik pembeli untuk membeli wayang tersebut. Bahan

baku pun semakin bervariatif dengan munculnya berbagai macam tokoh wayang

Page 12: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

8

seperti tokoh Punokawan, Kurawa, Gunungan, Buto – Buto. Dalam berbagai

tahapan tersebut proses produksi juga memerlukan waktu yang cukup lama agar

wayang dibuat dengan optimal. Mulai dari 5 sampai 10 hari untuk proses

pembuatan.

Asal bahan baku untuk wayang kardus yakni ada 2 opsi untuk pengrajin

mendatangkan bahan baku tersebut. Ada pengrajin yang memilih mengambil

bahan baku dari dalam Wilayah Kecamatan dan ada pula yang memilih untuk

mengambil bahan baku dari Luar Wilayah Kabupaten Wonogiri dengan berbagai

pertimbangan yang di sampaikan. Untuk pengrajin yang mengambil bahan baku

di dalam Wilayah Kecamatan mereka mengatakan bahwa pertimbangan jangkuan

yang lebih dekat di rasa lebih mudah. Hal tersebut juga di dorong sedikit

banyaknya jumlah bahan baku yang di ambil. Pengrajin yang menggambil bahan

baku di dalam satu Wilayah Kecamatan biasanya mereka mengambil bahan baku

tidak dalam jumlah yang begitu banyak. Berbeda dengan pengrajin yang

mengambil bahan baku keluar Wilayah Kabupaten Wonogiri seperti halnya ke

kota Surakarta mereka beranggapan mengambil bahan baku di Wilayah Surakarta

akan jauh lebih murah dengan garis bawah mereka mengambil dengan jumlah

bahan baku yang banyak sekaligus.

Page 13: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

9

Gambar 1. Peta Asal Bahan Baku Usaha Wayang Kardus

Page 14: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

10

3.2 Perkembangan Usaha

Perkembangan usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto dari awal

munculnya sampai sekarang mengalami pasang surut. Cikal bakal usaha wayang

kardus di Kecamatan Bulukerto berawal di tahun 1980an. Seni kerajinan wayang

kardus kecamatan Bulukerto mulai berkembang pertama kali sekitar tahun 1985.

Berawal dari pengrajin yang bernama Giyarto, sejak tahun 1985 Giyarto sendiri

telah megeluti kerajinan wayang kardus ini dan alhasil pesanan wayang kardus

meningkat, lalu Giyarto merekrut dua karyawan untuk membantu aktifitas

produksinya. Dalam waktu tempuh sepuluh hari, pengerajin ini bisa menghasilkan

sekitar 250 wayang kardus, dengan omset penjualan sekitar Rp.3.000.000 , atau

Rp.9.000.000 dalam sebulan. Harga jual wayang kardus berfariasi, antara

Rp.10.000 hingga Rp.20.000, tergantung bentuk, karakter dan ukuran wayang.

Meski hanya berbahan karton, produksi wayang kardus Giyarto telah tersebar di

beberapa kota jawa tengah, jawa timur, dan jakarta, bahkan pernah juga mendapat

pesanan 300 wayang kardus dari warga negara perancis.

Mulai tahun 2000 terompet kertas memiliki variasi dalam hal bentuk

dengan munculnya berbagai variasi tersebut membuat wayang kardus yang

mulanya hanya membuat tokoh Pandawa, Kurawa, dan Punokawan setelah

peminatnya banyak para pegrajin membuat tokoh wayang lebih banyak jenisnya.

Akan tetapi tepat di tahun 2007 pada saat itu kabupaten Wonogiri melakukan

pergantian bupati dan terpilihlah bupati yang baru , perbedaan hobi antara bupati

yang sebelumnya dan yang terpilih sekarang mengakibatkan pagelaran wayang

semakin menurun dikarnakan bupati sekarang lebih suka mengadakan acara

seperti band – band dan dangdut daripada mengadakan pagelaran wayang, dengan

menurunnya pagelaran wayang juga mengakibatkan penjualan wayang kardus pun

menjadi menurun.

Wayang kardus di tahun 2010 mulai mengalami perkembangan dan bisa

dikatakan mulai kembali rame di pasaran yang bisa bertahan sampai di tahun

2015. Setelah itu mulai ditahun 2016 sampai dengan sekarang ini wayang

mengalami penurunan dari segi omzet maupun minat pasar. Hal tersebut karena

budaya yang semakin lama luntur akibat buadaya asing masuk ke Indonesia.

Page 15: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

11

Kondisi ini membuat banyak pengrajin yang meninggalkan usaha ini.

Usaha wayang kardus notabene dulu menjadi pekerjaan sampingan yang cukup

menjanjikan. Kini mulai menurun. Tiap Pengrajin wayang kardus kini hanya

mampu menjual 500 buah sampai 1000 buah wayang kardus yang mana dulu

wayang kardus yang terjual bisa sampai 5000 buah. Dari 32 pengrajin di tahun

2014 kini hanya 18 pengrajin yang bertahan. Penurunan tersebut bisa dikatakan

karena berbagai hambatan serta tantangan yang dihadapi pengrajin karena

kemajuan zaman yang mendorong ketatnya persaingan dagang dan perubahan

minat pembeli terhadap wayang kardus.

Perkembangan industri wayang kardus di Kecamatan Bulukerto

Kabupaten Wonogiri tahun 2019 apabila di diskusikan dengan pembanding

penelitian lain seperti dengan penelitian Sdri. Siti Qoeriyah yang berjudul Analisis

Keberlangsungan Industri Genteng Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar

tahun 2017 yakni terdapat persamaan dalam hal perkembangan usaha dimana

usaha genteng mengalami penurunan dari segi jumlah pengrajin dari rentang 3

tahun terakhir. Akan tetapi tidak begitu signifikan hanya berkurang 13 pengrajin

dari tahun 2014 sampai 2017. Hal serupa terjadi pada industri terompet tradisional

di Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri yang juga mengalami penurunan

jumlah pengrajin dalam kurun waktu 4 tahun terakhir adapun penurunan tersebut

lebih signifikan yakni dengan 61 pengrajin dari tahun 2014 yang jumlah

pengrajinnya sebanyak 221 pengrajin di tahun 2018 menurun drastis menjadi 160

pengrajin.

Perkembangan usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto Kabupaten

Wonogiri tahun 2019 apabila di diskusikan dengan pembanding penelitian lain

seperti dengan penelitian Sdri. Siti Qoeriyah yang berjudul Analisis

Keberlangsungan Industri Genteng Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar

tahun 2017 yakni terdapat persamaan dalam hal perkembangan usaha dimana

usaha genteng mengalami penurunan dari segi jumlah pengrajin dari rentang 3

tahun terakhir. Akan tetapi tidak begitu signifikan hanya berkurang 13 pengrajin

dari tahun 2014 sampai 2017. Hal serupa terjadi pada usaha wayang kardus di

Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri yang juga mengalami penurunan

Page 16: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

12

jumlah pengrajin dalam kurun waktu 4 tahun terakhir adapun penurunan tersebut

lebih signifikan yakni dengan 14 pengrajin dari tahun 2014 yang jumlah

pengrajinnya sebanyak 32 pengrajin di tahun 2018 menurun drastis menjadi 18

pengrajin.

3.3 Kendala – kendala Yang Dihadapi Pengrajin Wayang Kardus

3.3.1 Modal

Modal yang dimiliki oleh para pengrajin wayang kardus di Kecamatan Bulukerto

antara yang satu dengan yang lain berbeda – beda, tergantung besar kecilnya

usaha yang dijalankan. Semakin besar modal yang dimiliki pengusaha kerajinan

wayang semakin besar kesempatan memproduksi wayang kardus dalam

memenuhi pesanan (sebagian besar produksi wayang kardus berdasarkan pesanan)

dan berarti kesempatan untuk mengembangkan usaha juga semakin besar.

3.3.2 Bahan Baku

Bahan baku kerajinan wayang kardus ini adalah kardus/kertas karton. Bahan baku

yang terbatas yaitu menggantungkan sisa-sisa kardus yang sudah tidak terpakai

lalu digabungkan. Dalam memperoleh bahan baku pengrajin biasanya memesan

lalu bahan baku dikirim. Karena terkadang pengirim bahan baku slalu telat dalam

pengiriman, pengrajin datang langsung ke tempat bahan baku dibuat.

3.3.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dan pendidikan yang berpengaruh terhadap usaha kerajinan

wayang kardus di Kecamatan Bulukerto. Sumber daya manusia yang terampil dan

profesional akan menghasilkan hasil produksi yang berkualitas sehingga banyal

diminati dan berpengaruh terhadap usaha kerajinan yang mereka jalankan.

3.3.4 Cuaca

Dalam memproduksi kerajinan wayang kardus cuaca sangat menentukan hasil

akhir kerajinan wayang. Dari hasil wawancara pada saat musim penghujan sulit

sekali dalam mengeringkan cat ataupun plitur, dan saat musim kemarau sering

terjadi angin-angin mengakibatkan wayang yang sudah di cat lalu dijemur terkena

angin-angin wayang tersebut terkena debu sehingga wayang terdapat bintik –

bintik debut pada bagian cat.

Page 17: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

13

Gambar 2. Peta Konsep Kendala – Kendala pengrajin Wayang Kardus

Kendala – Kendala

Pengrajin Wayang

Kardus

Modal Bahan Baku Sumber Daya

Manusia

Cuaca

- Modal tetap

- Modal lancar

- Pengiriman Bahan

Baku Telat

- Menggunakan

bahan baku sisa –

sisa kardus

- Pendidikan

Rendah

- Kurang mengerti

teknologi

- Musim

penghujan

Page 18: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

14

3.4 Strategi Bertahan Usaha Wayang Kardus

Strategi wayang kardus di Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri untuk tetap

bertahan yakni terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh para pengrajin agar

usahanya tetap berjalan seperti strategi untuk produksi, strategi untuk pemasaran,

dan strategi harga. Strategi bertahan yang dilakukan pengrajin wayang kardus ini

karena melihat kondisi saat ini agar tetap bisa bersaing dan tetap berlangsung.

Untuk strategi produksi dimulai dari strategi pengrajin memperoleh bahan baku

dan

Strategi bahan baku yang dilakukan pengrajin wayang kardus Kecamatan

Bulukerto yakni mereka memperoleh bahan baku dengan datang langsung ke

penjual baik ke luar Wilayah Kabupaten ataupun hanya di satu Wilayah

Kecamatan. Untuk pengrajin yang mengambil bahan baku ke luar wilayah

Kabupaten Wonogiri seperti ke Kota Solo, mereka dengan pertimbangan

mengambil bahan baku sekaligus dalam jumlah yang banyak dan dengan harga

yang lebih murah. Sedangkan untuk pengrajin yang mengambil bahan baku dari

satu Wilayah Kecamatan mereka beralasan tidak mengambil bahan baku dengan

jumlah yang banyak dengan itu mereka mempertimbangkan biaya pengeluaran

apabila mengambil dari luar Wilayah Kabupaten.

Strategi produksi selain bahan baku yakni inovasi yang dilakukan

pengrajin agar wayang kardus mampu mengikuti minat pasar yang semakin luas.

Inovasi tersebut meliputi inovasi tokoh wayang yang sekarang sudah bervariasi

dimulai dari tahun 2000.an muncul wayang kardus dengan tokoh Kurawa,

Punokawan, Gunungan, dan Buto – buto.

Strategi yang dilakukan pengrajin wayang kardus selain dalam faktor

produksi ialah strategi pemasaran dimana strategi pemasaran terdapat 2 cara yakni

strategi menentukan lokasi pemasaran dan strategi pengrajin dalam

mendistrubusikan barang dagangannya. Untuk strategi lokasi pemasaran,

pengrajin terompet kertas di Kecamatan Bulukerto sebagian pulau – pulau di

Indonesia seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Bali.

Strategi pemasaran untuk pendistribusian yakni pengrajin yang menjual

barang dagangannya sendiri dan juga pengrajin yang hanya menjual wayang

Page 19: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

15

kardus ke tengkulak tanpa dijual sendiri, dan ada pula pengrajin yang menjual ke

tengkulak dan sisanya dijual sendiri. Pengrajin wayang kardus di kecamatan

bulukerto dari hasil penelitian 56% pengrajin menjual wayang kardus ke

tengkulak dengan beberapa alasan kuat seperti sudah memiliki tengkulak

langganan dan juga mereka menggangap menjual ke tengkulak mengurangi resiko

untuk wayang tidak laku. Sedangkan pengrajin yang menjual wayang kardus

sendiri Sebanyak 22% dan pengrajin yang menjual ke tengkulak dan sisanya

dijual sendiri sebanyak 22 %. Banyaknya pengrajin yang menjual ke tengkulak

yakni dengan kondisi usaha wayang kardus yang saat ini mulai menurun hal

tersebut menjadi faktor para pengrajin tidak mau mengambil resiko menjual

sendiri dan biasanya membuat wayang kertas sesuai pesanan dari para tengkulak

yang dinilai lebih aman dari resiko barang dagangan tidak terjual semua.

Strategi yang terakhir yakni strategi penentuan harga. Dimana penentuan

harga dilakukan agar tidak terjadi permainan harga antar pedagang. Strategi harga

yang dilakukan yakni dengan pukul rata antar pedagang di lokasi yang sama

dengan komunikasi yang dilakukan sebelumnya. Harga untuk satu buah wayang

kardus yang ukurannya kecil dijual dengan harga Rp. 25.000 dan untuk wayang

yang ukurannya besar dijual dengan harga Rp. 35.000, penjualan wayang terhadap

pembeli biasanya dijual perkodi, perkodinya untuk wayang yang kecil dijual

dengan harga Rp. 180.000 dan perkodi untuk wayang yang ukurannya besar dijual

dengan harga Rp. 250.000.

Usaha wayang kardus Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri dalam

menentukan strategi bertahan apabila dikaitkan ataupun di diskusikan dengan

strategi pemasaran 4p (product, price, promotion, andplace) yakni pada strategi

produksi menunjukkan perkembangan yang mana perkembangan tersebut dalam

diketahui dari strategi dalam pengambilan bahan baku yang sudah merambah

keluar daerah penelitian yaitu pengambilan bahan baku dari Kota Surakarta,

Banyuwangi, dan DKI Jakarta. Dan inovasi dalam hal produksi telah menunjukan

perkembangan dari penambahan tokoh wayang yang sudah bertambah. Strategi

lain yaitu strategi penentuan harga yang tiap pengrajin dalam satu wilayah

pemasaran sudah menentukan harga standar yang dilakukan dengan komunikasi

Page 20: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

16

dari awal saat akan mulai berdagang. Adapun strategi lain dalam penentuan harga

mereka para pengrajin menentukan harga yang relatif terjangkau. Strategi

promosi dalam usaha wayang kardus merupakan strategi untuk

mengkomunikasikan dan membujuk konsumen agar tertarik dan membeli produk

tersebut. Strategi promosi wayang kardus yang bisa dibilang sedikit lemah atau

kurang karena bisa usaha wayang kardus tidak merambah ke dalam media

elektronik seperti internet jadi untuk itu para pengrajin hanya menjual barang

dagangannya langsung ke konsumen tanpa ada promosi dari pihak lain. Strategi

yang terakhir yaitu strategi place atau strategi distribusi yang mencakup lokasi.

Strategi lokasi dalam usaha wayang kardus sudah meluas hal tersebut bisa di lihat

dari jangkuan pasar yang sudah keluar daerah dan bahkan keluar jawa. Strategi

distribusi wayang kardus mereka para pengrajin memilih lokasi pasar yang

strategis dan rame saat malam suro. Adapun mereka memilih jangkuan pasar Ke

luar jawa karena pertimbangan masih sedikitnya pesaing dari wilayah lain.

Page 21: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

17

Gambar 3. Peta Jangkauan Pemasaran Usaha Wayang Kardus

Page 22: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

18

4. PENUTUP

a. Karakteritik pengrajin usaha wayang kardus Kecamatan Bulukerto Kabupaten

Wonogiri menunjukkan bahwa pengrajin wayang kardus dominan berjenis

kelamin laki-laki dengan usia pengrajin rata – rata 53 tahun yang bias dikatakan

dalam usia masih produktif. Sedangkan untuk karakteristik usaha wayang kardus

Kecamatan Bulukerto mereka para pengrajin rata-rata sudah menekuni usaha

lebih dari 10 tahun. Modal usaha yang digunakan untuk usaha terompet

tradisional mereka para pengrajin lebih banyak yang menggunakan modal mulai

dari Rp.5000.000 sampai dengan Rp.5.000.000. dalam hasil penelitian tenaga

kerja dalam usaha wayang kardus hanya dilakukan sendiri dan anggota keluarga

saja.

b. Perkembangan wayang kardus di Kecamatan Bulukerto berawal dari tahun

1990-2000 yang pada saat itu merupakan masa kejayaan pertama. Setelah itu

pada tahun 2007 mengalami pasang surut akibat berkurangnya pagelaran

wayang. Masa kebangkitan dirasakan pengrajin pada tahun 2006 hingga 2015.

Dan masa surut kedua dialami pengrajin mulai dari tahun 2016 hingga sekarang

ini.

c. Kendala –kendalan yang dihadapi pengrajin wayang kardus di Kecamatan

Bulukerto Kabupaten Wonogiri yakni dari segi modal, bahan baku , sumber

daya manusia, dan cuaca.

d. Strategi bertahan usaha wayang kardus meliputi yang pertama yakni strategi

bahan baku dengan adanya bahan baku alternatif dari limbah kertas pabrik, yang

kedua strategi inovasi produksi dengan menambah tokoh wayang serta sebagian

bahan baku produksi ada yang mengganti dengan bahan baku yang baik, yang

ketiga strategi pemasaran dilakukan pengrajin dengan jangkuan pasar yang lebih

luas ke kota-kota besar di indonesia, dan yang terakhir strategi harga dengan

penentuan harga pukul rata antar pedagang dan harga wayang dijual dengan

harga yang masih terjangkau.

Page 23: STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA WAYANG KARDUS DI …eprints.ums.ac.id/78900/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf · bertujuan untuk mengetahui karakteristik usaha wayang kardus di Kecamatan Bulukerto,

19

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, J.W. (1963). Ekonomic geography. Pretince, Hall off India, Private

Limited.New Delhi.

Maharsi. (1999). Simbolisme dan Keselarasan Sosio-Budaya Jawa Dalam Lakon

Wayang Babad Wanamarta. Yogyakarta: Tesis S2 Program Pasca Sarjana

UGM.

Marsono. (1991). Wayang Purwa Pada Upacara Sadranan Di Lingkungan Masyarakat

Jawa Tengah, Kontinuitas Dan Perubahannya. Yogyakarta: Tesis S2

Mahasiswa Pasca Sarjana UGM.

Mulyono, S. (1982). Wayang dan Filsafat. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Prakoso, R. L. (2012). Cerita Ruwatan di Candi Sukuh dan Pewayangan Purwa (Kajian

Perbandingan Struktur Cerita). Yogyakarta: Skripsi Sarjana Mahasiswa

Arkeologi UGM.