Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang...

35
158 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011 Strategi Ketahanan Pangan Berbasis Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) 1 Oleh Syaifuddin Azhari 2 ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAK Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui efektitas pelaksanaan program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam rangka mengendalikan harga gabah/ beras di tingkat petani. Secara khusus, penelitian ini juga ingin mengetahui kontribusi Program DPM-LUEP dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Banjar, dan untuk mengetahui manfaat progam DPM-LUEP dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepakatan pembelian gabah/ beras antara petani dan pengelola program DPM-LUEP telah dibuat sesuai dengan prosedur dan partisipasi anggota kelompok tani. Bahkan program DPM-LUEP dapat disimpulkan menguntungkan petani, karena pembelian gabah/beras yang telah dilakukan oleh LUEP lebih tinggi daripada Harga Patokan Pemerintah (HPP) yaitu Rp3.251/kg GKG. Tingginya harga pembelian gabah/beras itu tentu saja berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani; dan kondisi tersebut diakui para petani memberikan motivasi kepada mereka untuk meningkatkan produksi, dan pada akhirnya mestinya dapat mendukung strategi program ketahanan pangan. Namun, penyaluran dan pemanfaatan DPM oleh LUEP dalam kegiatan membeli gabah/ beras ternyata masih tidak sesuai dengan ketepatan waktu panen padi. 1 Ditulis ulang dari Tesis berjudul “Evaluasi Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Banjar” yang dibuat oleh Syaifuddin Azhari di bawah bimbingan Dr. Dr. Dr. Dr. Dr. Muhammad Aswan, MSi Muhammad Aswan, MSi Muhammad Aswan, MSi Muhammad Aswan, MSi Muhammad Aswan, MSi dan Dr. Emy Rahmawati, MP Dr. Emy Rahmawati, MP Dr. Emy Rahmawati, MP Dr. Emy Rahmawati, MP Dr. Emy Rahmawati, MP. 2 Syaifuddin Azhari Syaifuddin Azhari Syaifuddin Azhari Syaifuddin Azhari Syaifuddin Azhari adalah mahasiswa Program Magister Sains Administrasi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat (MSAP-UNLAM) angkatan II, dan status pekerjaannya saat itu adalah PNS di Pemkab Banjar, Kalimantan Selatan.

Transcript of Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang...

Page 1: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

158 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Strategi Ketahanan Pangan Berbasis Program

Dana Penguatan Modal

Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP)1

Oleh Syaifuddin Azhari2

ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui efektitaspelaksanaan program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha EkonomiPedesaan (DPM-LUEP) dalam rangka mengendalikan harga gabah/beras di tingkat petani. Secara khusus, penelitian ini juga inginmengetahui kontribusi Program DPM-LUEP dalam mendukungketahanan pangan di Kabupaten Banjar, dan untuk mengetahui manfaatprogam DPM-LUEP dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepakatan pembelian gabah/beras antara petani dan pengelola program DPM-LUEP telah dibuatsesuai dengan prosedur dan partisipasi anggota kelompok tani. Bahkanprogram DPM-LUEP dapat disimpulkan menguntungkan petani,karena pembelian gabah/beras yang telah dilakukan oleh LUEP lebihtinggi daripada Harga Patokan Pemerintah (HPP) yaitu Rp3.251/kgGKG. Tingginya harga pembelian gabah/beras itu tentu sajaberpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan petani; dankondisi tersebut diakui para petani memberikan motivasi kepada merekauntuk meningkatkan produksi, dan pada akhirnya mestinya dapatmendukung strategi program ketahanan pangan. Namun, penyalurandan pemanfaatan DPM oleh LUEP dalam kegiatan membeli gabah/beras ternyata masih tidak sesuai dengan ketepatan waktu panen padi.

1 Ditulis ulang dari Tesis berjudul “Evaluasi Program Dana Penguatan Modal LembagaUsaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam Mendukung Ketahanan Pangan diKabupaten Banjar” yang dibuat oleh Syaifuddin Azhari di bawah bimbingan Dr.Dr.Dr.Dr.Dr.Muhammad Aswan, MSiMuhammad Aswan, MSiMuhammad Aswan, MSiMuhammad Aswan, MSiMuhammad Aswan, MSi dan Dr. Emy Rahmawati, MPDr. Emy Rahmawati, MPDr. Emy Rahmawati, MPDr. Emy Rahmawati, MPDr. Emy Rahmawati, MP.

2 Syaifuddin AzhariSyaifuddin AzhariSyaifuddin AzhariSyaifuddin AzhariSyaifuddin Azhari adalah mahasiswa Program Magister Sains AdministrasiPembangunan Universitas Lambung Mangkurat (MSAP-UNLAM) angkatan II, danstatus pekerjaannya saat itu adalah PNS di Pemkab Banjar, Kalimantan Selatan.

Page 2: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

159FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

A. PENDAHULUANA.1 Latar Belakang.

Hakikat Pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat seutuhnya yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat

secara bersama-sama dengan pemerintah melalui perencanaan yang

bertahap dan berkesinambungan dengan kondisi, potensi dan aspirasi

masyarakat yang tumbuh dan berkembang selaras dengan

perkembangan masyarakat itu sendiri (Anonimous, 1994) Di negara-

negara sedang berkembang seperti Indonesia pembangunan dalam

rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi

tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

meliputi bidang pendidikan, kesehatan, pemberantasan kemiskinan,

perbaikan kondisi lingkungan, pertanian dan lain-lain (Tjokrowinoto,

l996). Dengan demikian hakikat pembangunan harus mencerminkan

perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem secara

keseluruhan tanpa mengabaikan kelompok sosial yang ada di dalamnya

menuju pada kondisi yang lebih baik (Todaro, 1999).

Pembangunan nasional haruslah berdimensi berkelanjutan, di

dalamnya mengandung pengertian adanya peningkatan,

pengembangan dan pemeliharaan, dan ditujukan untuk seluruh

masyarakat dan wilayah Indonesia (Wahyu, 2005). Namun pada

kenyataannya terjadi berbagai ketimpangan dan kesenjangan

pembangunan antara wilayah. Implikasi dari adanya ketimpangan

pembangunan tersebut bertambahnya penduduk miskin. Dengan kata

lain, kemiskinan ternyata juga mengindikasikan adanya kesenjangan

wilayah antara desa dan kota bahkan yang tebih spesifik lagi bahwa

ketimpangan pembangunan juga terjadi antara sektor pertanian dan

sektor lainnya (Fatah, 2007).

Dalam konteks upaya mengatasi ketimpangan pembangunan di

sektor pertanian itu pada tanggal 11 Juni 2005 Pemerintah telah

mencanangkan revitalisasi pertanian guna mengembalikan sektor

pertanian sebagai motor penggerak bagi majunya perekonomian

nasional. Gagasannya didasarkan pada kemampuan sektor pertanian

sebagai penyangga perekonomian negara pada saat terjadinya krisis

ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun l997/1998. Dalam

sejarahnya, sektor pertanian memang mampu bertahan dan

Page 3: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

160 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

menghindari terjadinya krisis yang lebih buruk lagi (Kuncoro, 2006).

Untuk mengimplentasikan revitalisasi pertanian tersebut, pemerintah

membuat berbagai program pembangunan pertanian, yang salah

satunya adalah dibidang ketahanan pangan dan menjadikannya

sebagai pilar utama dalam menopang ketahanan ekonomi dan

ketahanan nasional. Salah satu targetnya adalah dapat dicapainya

kembali kondisi surplus produksi beras nasional.

Beras/padi sebagai sumber pangan utama masyarakat mempunyai

posisi yang sangat strategis dalam sistem ketahanan pangan Indone-

sia. Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang

dimaksud ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi

setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Pengertian mengenai ketahanan pangan tersebut mencakup aspek

makro, yaitu tersedianya pangan yang cukup dan sekaligus aspek mikro

yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk

menjalani hidup yang sehat dan aktif. Produksi pangan sebagai

komponen utama penopang ketahanan pangan, merupakan hasil kerja

suatu agribisnis pangan yang terdiri dari subsistem penyediaan sarana

dan prasarana- subsistem produksi komoditas pertanian serta subsistem

pasca panen dan pengolahan. hoduk pangan tidak akan efektif dalam

mendukung ketahanan pangan, jika tidak didukung sisrem distribusi

dan pemasaran (Apriantono, 2007).

Terwujudnya kemandirian pangan menurut dicirikan oleh

indikator makro dan mikro. Dalam perspektif indikator makro, pangan

tersedia, terdistribusi dan terkonsumsi dengan kualitas gizi yang

berimbang pada tingkat rumah tangga, wilayah dan nasional. Indikator

makro ini dicirikan oleh meningkatnya produksi pangan dalam negeri

yang berbasis pada sumberdaya lokal, guna mempertahankan standar

kecukupan penyediaan energi yang diwujudkan melalui pemantapan

swasembada beras berkelanjutan. Sedangkan dari perspektif indikator

mikro, pangan terjangkau secara langsung oleh masyarakat dan rumah

tangga. Salah satu indikator mikro dari kemandirian pangan adalah

dipertahankannya ketersediaan energi perkapita minimal 2.200

kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/

hari.

Page 4: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

161FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Itulah sebabnya Pemerintah berkewajiban menjaga pasokan

maupun harga gabah/beras. Menurut Badan Ketahanan Pangan (2006)

adanya kondisi harga gabah/beras yang tidak stabil bukan hanya

berdampak negatif terhadap kesejahteraan petani, tetapi juga terhadap

konsumen terutama kelompok yang masyarakat yang berada di bawah

garis kemiskinan. Dampak lebih lanjut adalah terjadinya ketidak

stabilan produksi beras secara nasional.

Dalam rangka menjaga stabilitas ketahanan pangan, khusunya

yang bersumber pada produksi beras, Pemerintah melakukan berbagai

upaya untuk mengendalikan harga beras/gabah di tingkat petani.

Kebijakan stabilitas harga secara umum agar terpelihara kepastian harga

kepada produsen, pedagang dan konsumen, kepastian ini akan

melahirkan rasa aman dan keyakinan, sehingga kalkulasi-kalkulasi

investasi, pengeluaran dan pendapatan dapat dilakukan dengan

terukur (Dirhamsyah, 2007).

Keberadaan berbagai lembaga pelayanan kelompok tani yang ada

di daerah pedesaan seperti KUD, Koperasi Tani, Lumbung Pangan,

Penggilingan Padi pada dasarnya dimaksudkan sebagai wadah untuk

menampung produksi padi yang melimpah pada saat panen sehingga

dapat menjaga kestabilan harga padi/beras, namun keterbatasan dana

yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tersebut selalu menjadi alasan

ketidak mampuan mereka mewujudkan maksud tersebut. Dalam

rangka meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga ekonomi

pedesaan tersebut Pemerintah Pusat melalui Departemen Pertanian

sejak tahun 2003 telah melaksanakan Program Dana Penguatan Modal

Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP). Program ini

dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu petani dan kelompok

tani untuk memperoleh harga gabah atau beras sesuai Harga Pembelian

Pemerintah (HPP) atau di atas harga HPP pada saat panen raya

(Anonimous, 2006).

Implementasi dari program DPM ini adalah memberikan sejumlah

dana pinjaman kepada LUEP untuk membeli harga gabah/beras petani

dengan harga pokok yang ditetapkan pemerintah dan sebagai

imbalannya LUEP tidak perlu membayar bunga untuk penerimaan

DPM tersebut. Program DPM-LUEP ini hanya ditujukan kepada

Provinsi atau Kabupaten/Kota di Indonesia yang menjadi sentra

Page 5: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

162 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

produksi padi/beras dan mengalami surplus setiap tahunnya

(Anonimous, 2006).

Kabupaten Banjar adalah salah satu daerah penerima program

DPM-LUEP. Sejak tahun 2003 hingga 2008 telah disalurkan Dana APBN

melalui Departemen Pertanian sebesar Rp5,5 milyar untuk pelaksanaan

program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan

(DPM-LUEP) di Kabupaten Banjar. Partisipasi Pemerintah Provinsi

untuk mendukung program DPM-LUEP baru dilakukan sejak tahun

2004 dengan nilai dana APBD sebesar Rp5, 1 milyar. Sedangkan

partisipasi Pemerintah Kabupaten Banjar sendiri hanya ada pada

tahun 2006 ketika menyalurkan dana APBD sebesar Rp539,760 juta

karena belum adanya payung hukum dalam hal penyaluran dana

tersebut berdasarkan hasil rekomendasi pemeriksaan BPK (Kantor

Ketahanan Pangan Kabupaten Banjar, 2009)

A.2. Pokok Permasalahan

Pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP yang dimulai sejak tahun 2003

hingga 2008 mewajibkan kepada LUEP untuk membeli gabah/beras

terhadap mitranya, yaitu kelompok tani, minimal sesuai dengan HPP.

Adanya jaminan kepada petani bahwa hasil produksi gabah/beras

mereka akan dibeli minimal sesuai dengan HPP, diasumsikan dapat

mendorong petani untuk meningkatkan produksinya dan pada

gilirannya akan dapat meningkatkan pendapatan petani juga. Dalam

konteks program DPM-LUEP, sasarannya adalah untuk meningkatkan

ketersediaan bahan pangan yang berasal dari beras sehingga ketahanan

pangan dapat dicapai.

Dalam perjalanannya Program DPM-LUEP menghadapi masalah

klasik, seperti adanya anggapan masyarakat tani bahwa bantuan dari

pemerintah tersebut selalu gratis, atau bila terjadi kemacetan dalam

pengembaliannya niscaya tidak akan berakibat hukum terhadap

mereka. Berdasarkan pengalaman dari kasus Kredit Usaha Tani dan

program sejenisnya, program DPM-LUEP pun bukanlah sebuah

perkecualian. Namun untuk mengetahui bagaimana realitas faktual

memang dibutuhkan kajian lapangan yang komprehensif. Namun

demikian, dari sejumlah isu yang dianggap relevan, isu yang dianggap

paling urgen adalah informasi tentang indikator input, proses dan out-

Page 6: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

163FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

put dari program DPM-LUEP dan dukungannya terhadap ketahanan

pangan di Kabupaten Banjar.

A.3. Perumusan Masalah

Dengan asumsi bahwa pelaksanaan program DPM LUEP yang

efektif akan dapat mendukung terwujudnya ketahanan pangan yang

kokoh melalui stabilnya harga padi/beras pada tingkatan yang

menguntungkan usaha tani padi, maka dalam penelitian ini

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: Sejauh mana

pelaksanaan program DPM-LUEP dalam mendukung ketahananan

pangan dan memberikan manfaat bagi petani di Kabupaten Banjar?

A.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian

ini dilakukan dengan tujuan: (1) untuk mengetahui efektitas

pelaksanaan program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha

Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam mengendalikan harga gabah/

beras di tingkat petani; (2) untuk mengetahui kontribusi Program DPM-

LUEP dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Banjar, dan

(3) untuk mengetahui manfaat progam DPM-LUEP dalam

meningkatkan kesejahteraan petani.

B. METODOLOGI

B.1. Teorisasi Masalah

Anjloknya harga gabah/beras pada saat panen raya menjadi

permasalahan klasik yang memerlukan perhatian pemerintah karena

menyangkut nasib jutaan petani padi. Dalam rangka menjaga stabilitas

harga, Pemerintah telah melaksanakan pembelian gabah melalui Perum

BULOG. Akan tetapi dengan kemampuan pendanaan dan jangkauan

yang terbatas, perum BULOG hanya mampu melakukan pembelian

gabah/beras sekitar 7-8 % dari total produksi nasional (Ashari, 2007).

Dengan demikian diperlukan adanya kebijakan lain seperti kebijakan

program DPM-LUEP yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003.

Penelitian tentang DPM-LUEP sebenarnya telah dilakukan dengan

mengambil berbagai lokasi, seperti yang dilakukan Dirhamsyah (2007)

Page 7: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

164 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

di Kabupaten Subang, atau Sume (2008) di Kabupaten Bogor, Yusdja

(2004) di Kabupaten Tasikmalaya, Ashari (2005) di Kabupaten Ngawi,

dan Nugroho (2005) di Kabupaten Bantul.

Dalam penelitiannya Dirham sampai pada kesimpulan bahwa

terdapat pengaruh yang nyata dari program DPM-LUEP terhadap

stabilitas harga gabah/beras serta pendapatan petani. Untuk

mempertegas hasil penelitian tersebut Dirham mengutip pernyataan

Sankri (2003) bahwa evaluasi kebijakan merupakan suatu analisis

kebijakan yang memberi perhatian sepenuhnya pada efek atau dampak

yang telah benar-benar terjadi. Oleh karena itu evaluasi kinerja

kebijakan merupakan penilaian yang bersifat sistematis terhadap

kebijakan/program dalam rangka membuat penetapan tentang efek/

dampak kebijakan/program baik untuk jangka waktu pendek maupun

jangka panjang.

Departemen Pertanian telah membuat indikator untuk menilai

keberhasilan DPM-LUEP, yakni berupa indikator input, output, out-

come, benefit, dan dampak. Untuk melihat seberapa besar manfaat

DPM, ada altematif indikator yang dapat digunakan sebagaimana

dikemukakan Yudja et al. (2007). lndikator altematif tersebut

diantaranya adalah Indek harga Petani (IHP) dan Ratio manfaat DPM.

Hasil perhitungan IHP di Kabupaten Ngawi dari tahun 2003-2006 rata-

rata IHP masih kurang dari angka 100, kecuali pada tahun 2005 untuk

kualitas GKP. Hal ini menunjukkan bahwa secara makro program DPM-

LUEP belum mampu untuk mengatasi masalah harga gabah/beras

sesuai dengan HPP yang diinginkan oleh pemerintah. Sedangkan Ra-

tio manfaat DPM di Kabupaten Ngawi menunjukan kinerja LUEP dalam

pemanfaatan DPM dinilai cukup berhasil berdasarkan hasil perputaran

dana yang telah digunakan sebanyak 4 kali sampai dengan 1l kali

putaran jauh di atas putaran yang ditetapkan pemerintah sebanyak 2

kali putaran. Dari penelitian dengan pendekatan kuantitatif tersebut

diketahui bahwa variabel independen yaitu harga gabah/beras

berdasarkan harga patokan pemerintah berpengaruh terhadap variabel

dependen keputusan petani untuk bekerjasama dengan LUEP dalam

menjual gabah/berasnya.

Pada tahun 2004 Departemen Pertanian melakukan kaji ulang

model pembangunan pertanian berbasis LUEP (Yusdja, et.al., 2004).

Page 8: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

165FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan tentang evaluasi

prinsip kebijakan implementasi dan dampak kebijakan dalam studi

kasus DPM-LUEP. Pada tingkat konsep kebijakan ada dua hal yang

dipelajari yakni latar belakang kelahiran suatu kebijakan dan konsep

kebijakan itu sendiri. Beberapa hal pokok evalusi mencakup kesesuaian

latar belakang dan permasalahan yang diajukan dan yang dihadapi,

kesesuaian variabel-variabel atau instrumen kebijakan yang diajukan

dengan teori sehingga kegagalan dan keberhasilan dapat dipelajari.

Tiga sasaran pokok pembangunan pertanian tahun 2005-2009

yakni meningkatkan ketahanan pangan, mengentaskan kemiskinan dan

pengembangn agribisis. Untuk mencapai sasaran tersebut pemerintah

telah melaksanakan salah satu kebijakan dibidang perberasan dan

kelembagaan usaha tani yaitu Program DPM-LUEP. Atas dasar itu

dianggap perlu dilakukan kaji ulang apakah program tersebut

memberikan dampak positif terhadap stabilitas harga gabah/beras dan

peningkatan pendapatan petani. Adapun lokasi yang menjadi tempat

dilakukannya penelitian adalah di Kabupaten Subang, Tasikmalaya

(Provinsi Jawa Barat) dan Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur)

dengan metode yang digunakan melalui metode deskriptif dengan

rancangan evaluatif.

Berdasarkan hasil kajian itu diperoleh informasi yang berkaitan

dengan: (1) dampak perubahan harga gabah dan beras di tingkat

pertani, (2) Dampak Program DPM LUEP terhadap IHP, dan (3) Rasio

Manfaat DPM LUEP.

Dampak Perubahan Harga Gabah dan Beras berkaitan dengan

ihwal: (a) Harga GKP yang diterima LUEP dari pembelian gabah petani

berpengaruh negatif terhadap pembelian gabah petani tetapi tidak nyata

artinya ketetapan pemerintah terhadap besarnya harga GKP yakni

HPP tidak nyata mempengaruhi pembelian gabah oleh LUEP, dengan

demikian kebijakan DPM bukanlah kebijakan yang keliru karena

kebijakan tersebut sejalan dengan kebijakan HPP; (b) Harga beras yang

diterima LUEP berpengaruh positif dan sangat nyata (99 %) artinya

bahwa penurunan harga beras 10 % menyebabkan menurunya

penawaran beras atau penerimaan LUEP sebesar 4.1 %. Kenyataan ini

sangat penting jika dikaitkan dengan impor beras yang cendrung

berdampak pada penurunan harga beras; dan (c) Kenaikan harga beras

Page 9: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

166 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

akan menyebabkan penawaran beras dan gabah LUEP meningkat dan

akan berdampak pada kenaikan jumlah pembelian gabah dari petani,

jika pembelian gabah meningkat l0 % akan menyebabkan kenaikan

penerimaan LUEP sebesar 5 %.

Hasil pehitungan Nilai Indek Harga Petani (IHP) rata-rata dibawah

l00 % dari tahun 2003 - 2006 dimana nilai terendah sebesar 84 % dan

tertinggi 128 % Rendahnya IHP terkait erat dengan penetapan HPP

yang dalam perhitungan ini terlalu tinggi dan harga yang dipakai

adalah harga ditingkat penggilingan. Sedangkan Nilai Rasio mamfaat

DPM menunjukan kinerja LUEP dalam pemanfaatan dana cukup

berhasil, Rasio DPM juga dipengaruhi oleh besaran dana yang dicairkan

semakin besar dana yang dicairkan dan diterima LUEP maka rasio

DPM semakin besar.

Namun, hasil penelitian Nugroho (2005) tampaknya patut dicatat,

karena ternyata aktivitas pembelian oleh tim pasca panen terhadap

harga pasar tidak berpengaruh positif. Dengan kata lain, pelaksanaan

kebijakan pengamanan harga pasca panen hasil pertanian tidak

berpengaruh terhadap kebijakan kenaikan harga pasar komoditas

pertanian secara menyeluruh. Padahal secara umum kebijakan

pengamanan harga pasca panen hasil pertanian dirasakan sangat

bermamfaat bagi petani dalam mengatasi permasalahan anjloknya

harga hasil pertanian pasca panen yang mereka hadapi dan ini sudah

sesuai dengan apa yang menjadi harapan petani.

B.2. Kerangka Konseptual

Untuk kebutuhan penelitian, kerangka konseptual difokuskan

pada upaya memahami urgensi sebuah kebijakan, dan bagaimana

kebijakan itu harus dievaluasi. Kebijakan program seperti DPM-LUEP

adalah kebijakan pemerintah yang secara umum dapat didefinisikan

sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau

tidak dilakukan (Dye, 1975). Pemerintah memegang peranan penting

bukannya melakukan tindakan tertentu, tetapi juga untuk berbuat

sesuatu atas menetapkan kebijakan untuk melaksanakan program

sesuatu dalam mengatasi permasalahan. Oleh karena itu ketika

dikaitkan dengan isu evaluasi, maka maksudnya tidak lain adalah

bagaimana kebijakan pemerintah itu dinilai dari perspektif kinerja dan

Page 10: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

167FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

bagaimana dampaknya pada kelompok sasaran dan daerah tertentu

(Wahab, 2007).

Evaluasi kebijakan publik (public policy evaluation) merupakan

salah satu tahapan dari proses kebijakan publik (public policy process)

yang merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Oleh karena itu evaluasi

merupakan penilaian atas suatu “fenomena” didalam terkandung

pertimbangan nilai (value judgment) tertentu (Mustopadidjaja, 2000).

Pertanyaan adalah, fenomena apa yang patut dinilai dari sebuah pro-

gram kebijakan seperti DPM LUEP? Manakala konteksnya kebijakan

publik maka yang dinilai adalah yang berkaitan dengan “tujuan,

sasaran kebijakan kelompok sasaran (target groups) yang ingin

dipengaruhi, berbagai instrumen kebijakan yang digunakan, respon

dari lingkungan kebijakan, kinerja yang dicapai dan dampak yang

terjadi”. Dalam kaitan itu Muhadjir (2000) berpendapat bahwa evaluasi

kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil (outcomes) atau

dampak (impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana

proses pelaksanaan suatu kebijakan dilaksanakan. Oleh karena itu,

evaluasi kebijakan publik dibedakan menjadi dua macam tipe: evaluasi

hasil (outcomes of public policy implementation) dan evaluasi proses

(process of public policy implementation). Ukuran keberhasilan

pelaksanaan kebijakan adalah sejauhmana apa yang menjadi tujuan

program dapat dicapai. Sedangkan ukuran keberhasilan pelaksanaa

suatu kebijakan adalah kesesuaian proses implementasi suatu kebijakan

dengan garis petunjuk (guide lines) yang telah ditetapkan.

Namun demikian perlu digarisbawahi bahwa sebuah kebijakan

pemerintah itu dirancang sedemikian rupa agar bisa mencapai tujuan

(goal) yang diinginkan. Padahal tidak semua kebijakan publik tersebut

bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain

disebabkan oleh lemahnya daya antisipasi para pembuat kebijakan

maupun perancang program dan proyek, juga disebabkan karena

terganggunya implementasi (pelaksanaan) kebijakan publik, atau

mungkin juga karena pengaruh dari berbagai kondisi lingkungan yang

tidak terkira sebelumnya (Wibawa, 1994).

Pemantauan (monitoring) merupakan prosedur analisis kebijakan

yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat

Page 11: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

168 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

dari kebijakan publik. Karena memungkinkan analisis mendeskripsikan

hubungan anatara operasi progam kebijakan dan hasilnya, maka

pemantauan merupakan sumber informasi utama tentang

implementasi. Pemantauan hanyalah sebuah istilah lain bagi usaha

mendeskripsikan dan menjelaskan kebijakan publik. Jadi pemantauan

merupakan cara untuk membuat pernyataan yang sifatnya penjelasan

(designative claims) tentang tindakan kebijakan dimasa lalu maupun

dimasa sekarang. Dengan demikian pemantauan bermaksud untuk

menetapkan premis faktual tentang kebijakan publik, sementara premis

faktual dan nilai selalu naik turun, dan “fakta” serta “nilai” itu

interdependen, hanya rekomendasi dan evaluasilah yang benar-benar

dimaksud untuk membuat analisis sistematis tentang berbagai premis

nilai (Dunn, 2000).

Efektivitas suatu kebijakan yang dimaksudkan untuk

memberdayakan masyarakat pada dasarnya hanya bisa dipahami dari

perspektif manfaat program bagi kelompok masyarakat yang jadi

sasaran program. Pendekatan pembangunan yang berusaha

menumbuhkan keberdayaan kepada masyarakat hendaknya

menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan, bukan sebaliknya

hanya berposisi sebagai objek pembangunan, sehingga pembangunan

masyarakat miskin hendaknya lebih bernuansa pemberdayaan

(Anonimous, 2006). Untuk itu sudah saatnya paradigma pembangunan

yang berorientasi pada pertumbuhan yang menempatkan kapital

finansial dan kapital fisik sebagai modal utama pembangun harus

digantikan dengan paradigma pembangunan yang berpusat pada

pemberdayaan masyarakat dan lebih mengutamakan perhatiannya

pada masyarakat miskin (Kuncoro, 2006)

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh

secara langsung terhadap efektivitas dan efisiensi dalam keberhasilan

program. Sesuatu yang telah dirumuskan dengan baik didukung

dengan peraturan yang kuat namun bila tidak didukung dengan

sumber daya manusia yang cukup baiik, baik kualitas maupun

kuantitas, maka kemungkinan besar progtam tersebut akan mengalami

kegagalan dalam pelaksanaannya.

Pengertian sumber daya manusia menurut Ndraha (1999) adalah

penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap

Page 12: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

169FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

usaha mencapaian tujuan organisasional. Tetapi merujuk pada

Edwards (1990), sumber daya adalah “important resources include staff

of indicator size and indicator the proper skills to cerry out their as-

signments and the information, authority, andfacilities neccesarry to

transtale proposals on paper into functioning public services”. Jadi

pengertian sumber daya itu tidak hanya sumber daya fisik (fasilitas)

dan non fisik (jumlah staf dan kompotensinya) tetapi informasi juga

politik (authority). Bahkan sumber daya manusia sebagai pelaksana

suatu program atau proyek dapat diukur dari tingkat pendidikan dan

pengalaman karena dari tingkat pendidikan dan pengalaman

pelaksana dapat dilihat kualitas dalam mengembangkan daya dan

memahami prosedur (Thoha, 1989).

Aspek pendidikan kelompok penerima program itu dianggap

penting untuk diperhatikan karena dalam konteks program DPM-LUEP

persoalannya berkaitan dengan sistem kredit. Menurut Sinungan

(1987), kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada

pihak yang lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu

masa tertentu yang akan datang disertai dengan kontra prestasi berupa

bunga. Dengan kata lain, seseorang yang memperoleh kredit pada

dasarnya adalah memperoleh kepercayaan. Didalam pemberian kredit

terdapat dua pihak yang berkepentingan langsung, yaitu pihak yang

kelebihan uang yang disebut pemberi kredit dan yang membutuhkan

uang disebut penerima kredit.

Kredit yang diberikan atas dasar kepercayaan yang berarti bahwa

prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh

penerima sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui

bersama. Karena itulah dalam sistem kredit melibatkan unsur-unsur

kepercayaan, waktu, tingkatan risiko, dan prestasi. Tujuannya adalah

untuk menjamin tercapainya fungsi pokok kredit yang berorientasi pada

keuntungan (profitability) dan keamanan (safety). Dan untuk

memahami itu semua tentu saja dibutuhkan tingkat pendidikan yang

memadai.

Lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP) adalah lembaga yang

berbadan hukum atau berbadan usaha di pedesaan yang bergerak di

bidang pembelian, pengolahan pengemasan dan pemasaran gabah/

beras, jagung dan kedelai. Lembaga berbadan hukum tersebut dapat

Page 13: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

170 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

berupa Koperasi tani (KOPTANI), Koperasi Unit Desa (KUD). Lembaga

berbadan usaha dapat berupa milik perorangan atau kolektif yang

berintegrasi dengan kelompok tani/gabungan kelompok tani

(Gapoktan), usaha milik kelompok tani, atau gabungan kelompok tani

(Anonimous, 2006).

Agar kegiatan DPM-LUEP lebih berpihak dan memberi manfaat

yang lebih besar bagi petani, maka LUEP perorangan atau kolektif

penerima DPM diwajibkan untuk berintegrasi dengan kelompok tani

untuk membentuk gapoktan atau berintegrasi ke dalam Gapoktan yang

telah eksis. Integrasi dilakukan untuk meningkatkan peran LUEP dalam

memberdayakan petani yang tergabung dalam kelompok tani atau

gapoktan.

Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi

Pedesaan (DPM-LUEP) merupakan suatu kegiatan untuk membantu

petani dan kelompok tani untuk memperoleh harga gabah atau beras

sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) atau diatas harga HPP pada

saat panen raya melalui pemebelian gabah/beras. Gabah/beras

merupakan komoditi strategis dalam kehidupan sosial ekonomi nasional,

karena beras merupakan makanan pokok hampir 95 % penduduk di

Indonesia dan usahatani merupakan sumber pendapat utama bagian

sebagian besar rumah tangga petani. Karena posisinya yang strategis

itulah, pemerintah berkepentingan untuk selalu menjaga stabilitas

pasokan maupun harganya, ketidak stabilan atau gejolak harga gabah/

beras yang tajam berdampak negatif terhadap usahatani padi serta

kesejahteraan petani dan buruh tani, juga terhadap para konsumen

terutama kelompok miskin (Anonimous, 2006).

Maksud penyelenggaraan kegiatan dari program pembelian gabah,

beras dari DPM-LUEP adalah: (1) menjamin pemasaran gabah/beras

petani dengan harra jual yang menguntungkan petani; (2)

meningkatkan kemampuan Lembaga Usaha Ekonomi pedesaan seperti

Koperasi tani, KUD, Pengusaha penggilingan padi dan Lumbung

Pangan dalam melakukan distribusi gabah/beras; dan (3)

memantapkan ketahanan pangan daerah secara berkelanjutan

(Anonimous, 2006). Tujuan Umum yang ingin dicapai melalui kegiatan

pembelian gabah/beras ini adalah mengendalikan harga gabah/beras

pada tingkat harga yang wajar dan layak bagi petani. Sedangkan tujuan

Page 14: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

171FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

yang lebih khusus yang ingin dicapai adalah: (a) mengefektifkan dan

mengendalikan harga juar gabah/beras petani sesuai harga pembelian

pemerintah, terutama saat penawaran melebih permintaan atau pada

saat penawaran di atas normal; (b) mendekatkan petani dan atau

kelompok tani terhadap pasar melalui kerjasama dengan Lembaga

Usaha Ekonomi pedesaan; (c) meningkatkan kesinambungan

penyediaan gabah/beras terutama yang berasal dari sentra; (d)

meningkatkan efektivitas dan efesiensi distribusi pangan lintas daerah

dan lintas waktu; (e) menumbuhkembangkan dan menggerakkan

kelembagaan usaha ekonomi di pedesaan; dan (f) memperkuat posisi

daerah dalam ketahanan pangan.

Oleh karena itu sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada pro-

gram pembelian gabah/beras melalui DPM-LUEP adalah: (1)

terlaksananya pembelian gabah/beras dengan harga serendah-

rendahnya sesuai dengan HPP; (2) terjadinya hubungan kerjasama

petani dan arau kelompok tani dengan LUEP; (3) terwujudnya tingkat

harga dan pendapatan yang layak bagi petani; (4) terwujudnya

kecukupan ketersediaan gabah/beras secara berkelanjutan; dan (5)

terjaminnya kelancaran dan pemerataan distribusi gabah/beras lintas

daerah, antar kelompok masyarakat sampai pada tingkat rumah

tangga. sehingga keterjangkauan gabah, beras sccara fisik maupun

ekonomis dapat dinikmati secara berkelanjutan (Anonimous, 2006).

B.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang merujuk pada

model rancangan evaluatif dengan fokus pada dampak kebijakan pro-

gram DPM-LUEP terhadap stabilitas harga gabah/beras. Dipilihnya

metode ini dilandasi oleh pemikiran bahwa penelitian evaluatif adalah

sebuah model penelitian yang berorientasi pada upaya memberikan

penilaian (evaluasi) apakah atau sampai dimana suatu aktivitas pro-

gram menghasilkan suatu akibat yang diharapkan atau yang tidak

diharapkan oleh pelaksanaan aktivitas program tersebut. Sifat “akibat”

disini lebih diorientasikan pada upaya menjelaskan aspek manfaat atau

hasil dari sebuah kegiatan atau program untuk kemudian menjadi

bahan masukan dan perbaikan atau peningkatan pelaksanaan pro-

gram selanjutnya. Oleh karena itu dalam setiap merancang penelitian

Page 15: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

172 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

evaluatif pihak peneliti harus menetapkan adanya tolok ukur tertentu

terhadap program yang diteliti (Sarman (2004).

Merujuk pada Strauss dan Corbin (1990), penelitian disusun

berdasarkan pada rumusan masalah dan kerangka teoritis. Berdasarkan

rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah disusun untuk

penelitian ini, maka pengamatan dalam penelitian ini difokuskan pada

dampak program DPM-LUEP terhadap pengendalian harga gabah/

beras dengan ukuran-ukuran yang digunakan berupa: input program,

proses dan output program; dan fokus penelitian itu selanjutnya

berkaitan dengan sumber data yang dibutuhkan untuk mendukungnya

(Tabel 1).

Tabel 1. Fokus PenelitianTabel 1. Fokus PenelitianTabel 1. Fokus PenelitianTabel 1. Fokus PenelitianTabel 1. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lokasi pelaksana Program DPM-

LUEP di wilayah Kabupaten Banjar yaitu: di Kecamatan Aluh-Aluh,

Beruntung Baru, Gambut dan Sungai Tabuk yang merupakan salah

satu sentra produksi padi Kalimantan Selatan. Pengumpulan data

dalam bentuk observasi dan wawancara dilakukan selama 3 (tiga)

bulan yaitu selama bulan Oktober hingga Desember 2009.

Page 16: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

173FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Untuk menilai manfaat program, dalam penelitian ini dilakukan

analisis data dengan mengukur Indeks Harga Petani (IHP) serta Ratio

manfaat DPM sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Yusdja et.al.

(2007). IHP dihitung berdasarkan harga rata-rata yang diterima petani

dibagi dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah sebagai harga

rujukan atau yang dikenal dengan Harga Patokan Pemerintah (HPP).

Untuk mendapatkan nilai IHP dapat dihitung dengan rumus pada

persamaan (l). DPM dianggap berhasil atau efektif jika nilai IHP 100.

RHP

IHP = ———————— x 100% (1)

HPP

Sementara itu, Ratio Manfaat DPM adalah besaran yang

memperlihatkan jumlah uang penguat atau DPM yang diberikan

kepada LUEP dibagi dengan jumlah uang yang diterima LUEP dalam

jangka waktu tertentu sebagai akibat perputaran uang DPM tersebut.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

JPG

Rasio DPM = ——————————— (2)

JGHPP

JPG = Total Volume Gabah yang dibeli LUEP dengan menggunakan

DPM dalam waktu tertentu dalam Kg/ton.

JGHPP = Nilai DPM yang diterima LUEP disetarakan dengan jumlah

gabah dalam Kg/ton.

C. HASIL PENELITIANProgram Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi

Pedesaan (DPM-LUEP) merupakan salah satu program aksi

pemantapan ketahanan pangan dalam mendukung pengamanan harga

gabah/baras yang diperuntukkan bagi wilayah sentra produksi padi.

Mengingat bahwa terdapat kecenderungan terjadinya instabilitas harga

gabah/beras pada saat panen raya sehingga berdampak negatif

Page 17: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

174 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

terhadap usaha tani, kesejahteraan para petani dan buruh tani, serta

para konsumen terutama kelompok miskin, maka program dana

talangan merupakan salah satu solusi terbaik terhadap kondisi jatuhnya

harga gabah/baras di tingkat petani.

C.1. Proses Pelaksanaan Kesepakatan dari Indikator Input.

Pada indikator input ini yang menjadi ukuran dalam penelitian

ini adalah adanya perjanjian kesepakatan jual beli gabah/beras yang

disusun antara LUEP dengan kelompok tani dan bersama-sama dengan

anggotanya.

Penyaluran dana Program DPM-LUEP sebelummya didahului

dengan terbit dan disyahkannya DPA-SKPD Kantor Ketahanan pangan

Kabupeten Banjar yang didalamnya termuat diktum tentang

pelaksanaan program DPM-LUEP. Selanjutnya Bupati Banjar melalui

Kantor Ketahanan Pangan membentuk dan menetapkan Tim Teknis

Kabupaten yang salah satu tugasnya untuk melakukan identifikasi dan

penilaian terhadap LUEP dan Kelompok tani sebagai calon peserta

kegiatan penerima DPM.

Dalam proses pelaksanaanya, LUEP baik dalam bentuk

perorangan dan mandiri seperti Penggilingan Padi yang berbadan

hukum maupun yang berbentuk koperasi seperti KUD dan Koperasi

Tani mengajukan permohonan kepada Bupati Banjar melalui Kantor

Ketahanan Pangan dalam bentuk proposal yang dilampiri dengan

adanya kesepakatan perjanjian antara LUEP dengan kelompok tani,

dimana dalam isi perjanjian tersebut LUEP bersedia membeli gabah/

beras dengan harga dan jumlah yang telah disepakati bersama. Hasil

kesepakatan/perjanjian antara LUEP dan Kelompok rani tersebut

dilampiri dengan dokumen identitas dan kemampuan kelompok.

Dalam petunjuk teknis dan pelaksanaan program DPM-LUEP

Kabupaten disebutkan bahwa setelah permohonan LUEP masuk ke

Bupati Banjar melalui Kantor Ketahanan pangan, Tim Teknis

Kabupaten melakukan identifikasi dan penilaian terhadap LUEP dan

kelompok tani sebagai calon peserta kegiatan DPM. Ada format khusus

untuk identifikasi pemilihan/penetapan LUEP dan identifikasi

pemilihan kelompok tani. Berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian

Page 18: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

175FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

oleh tim teknis kabupaten LUEP yang memenuhi persyaratan membuat

perjanjian/kesepakatan pembelian gabah/beras dengan kelompok tani.

Atas dasar Surat Perjanjian/Kesepakatan tersebut dan hasil

identifikasi tim teknis Kabupaten, Bupati mengusulkan Calon penerima

DPM-LUEP kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan

Tim Teknis dari Provinsi melakukan verifikasi kembali usulan tersebut,

hasil verifikasi tersebut disampaikan kepada Kepala Badan Ketahanan

Pangan Provinsi untuk kemudian ditetapkan sebagai pelaksana pro-

gram/kegiatan DPM-LUEP, dan jumlah dana penguatan modal bagi

LUEP untuk pembelian gabah/beras petani.

Identifikasi pemilihan dan penetapan LUEP dan Kelompok Tani

penerima DPM-LUEP serta Perjanjian/kesepakatan jual beli gabah/

beras antara LUEP dan Kelompok Tani bersifat formal karena ditanda

tangani oleh LUEP, ketua Kelompok Tani, ketua TIM Teknis Kabupaten

dengan diketahui Kepala Desa dan Camat setempat.

Dalam penelitian ini LUEP yang menjadi sampel sebanyak lima

buah, yaitu LUEP Penggilingan Padi Titian Mas II Desa Sungai Lulut

Kecamatan Sungai Tabuk Koperasi Tani Putra Harapan Kecamaran

Aluh-Aluh. Penggilingan Padi Berkat Hasil Tani Desa Tambak Sirang

Kecamatan Gambut, penggilingan padi Berkat Hasil Tani, dan

penggilingan padi Berkat Yuli Desa Simpang Warga Kecamatan Aluh-

Aluh. Dari hasil wawancara dengan lima orang ketua LUEP pada

umumnya mereka menyatakan bahwa hasil kesepakatan/perjanjian

jual beli Gabah/Beras dengan Kelompok tani sudah sesuai dengan

aturan dan ditanda tangani oleh ketua LUEP dengan Ketua Kelompok

tani beserta anggotanya. Namun, hasil verifikasi dengan Kelompok Tani

penerima program ternyata tidak semua anggota Kelompok Tani yang

mengaku terlibat dalam prosesnya; dan bahkan ada yang tidak mengerti

apa yang dimaksud dengan LUEP.

“Kami tidak mengetahui adanya perjanjian kesepakatan jual

beli Gabah/Beras antara Kelompok Tani Kami dengan

pinggilingan padi Berkat Yuli dan kami sendiri tidak

mengetahui apa itu program LUEP” (Wawancara dengan

Bapak Kas, 23 Desember 2009).

Page 19: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

176 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Namun demikian, secara umum dapat dinilai bahwa program

LUEP di Kabupaten Banjar memang dapat dilaksanakan; dan selama

kurun waktu 2003 - 2009 jumlah LUEP yang ditetapkan sebagai

pelaksana program DPM meliputi 15 kelompok tani dan alokasi dana

yang telah disalurkan mencapai Rp397 juta (Tabel 2).

Tabel 2. lndikator Input Program DPM-LUEP Tahun 2009Tabel 2. lndikator Input Program DPM-LUEP Tahun 2009Tabel 2. lndikator Input Program DPM-LUEP Tahun 2009Tabel 2. lndikator Input Program DPM-LUEP Tahun 2009Tabel 2. lndikator Input Program DPM-LUEP Tahun 2009

Penyelenggaraan DPM - LUEP untuk pembelian gabah/beras

petani dilakukan melalui tiga mekanisme yang saling terkait, yaitu

mekanisme pencairan dana mekanisme penyaluran dana dan

mekanisme pengembalian dana yang ditunjang dengan mekanisme

koordinasi pengawasan dan mekanisme pelaporan. Salah satu

indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: penyaluran dan

pemanfaatan dana Penguatan Modal LUEP yang tepat sasaran dilihat

dari: (a) mekanisme pencairan, (b) mekanisme pemanfaatan, dan (c)

mekanisme pengembalian.

a. MekanismePencairan.

Setelah ditetapkannya LUEP oleh Kepala Badan Ketahanan

Pangan Provinsi sebagai pelaksana kegiatan program DPM-LUEP

beserta alokasi DPM, kepada masing-masing LUEP disalurkan dana

yang nominalnya maksimal Rp 500 juta. Jika DPM yang diberikan

kepada LUEP melebih dari jumlah yang ditentukan tersebut, maka

perlu disertakan dasar pertimbangan rekomendasi khusus dari Tim

Teknis Provinsi dan Kabupaten dengan tetap mempertimbangkan azas

pemerataan dan keadilan dalam pengalokasian dana.

Page 20: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

177FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

“Apabila ada salah satu LUEP yang mengajukan permohonan

diatas nilai plafon maksimal dari ketentuan yang berlaku maka

permohonan tersebut harus dilampiri dengan rekomendasi Tim

Teknis Kabupaten dan Provinsi dan jika dilihat subtansinya dapat

membuat terjadinya praktek kolusi dan pada akhirnya

dimungkinkan akan terjadi kemacetan dalam pengembalian

pinjaman tersebut, akan tetapi pada kenyataannya hingga saat

ini tidak ada jumlah pinjaman yang melampaui nilai maksimal”

(wawancara dengan Bapak Pon, 21 Desember 2009).

Berdasarkan pedoman pelaksanaan program DPM-LUEP, jika

sudah ditetapkan LUEP penerima DPM maka LUEP membuka rekening

pada Bank Pembangunan Daerah cabang Martapura atau Bank lainnya

yang ditunjuk sebanyak dua rekening, yaitu giro I dan giro II. LUEP

mengajukan usulan penarikan dana pembelian gabah ke Bank

Pembangunan Daerah cabang Martapura atau Bank lainnya yang

ditunjuk berdasarkan rekomendasi Tim Teknis Kabupaten. Untuk

Tahap pertama, usulan pengambilan dana oleh LUEP hanya

diperkenankan maksimal 40 persen dari nilai kontrak.

Pencairan untuk tahap berikutnya dapat dilaksanakan setelah

penggunaan pencairan tahap pertama dipertanggung jawabkan dan

berdasarkan rekomendasi Tim Teknis Kabupaten sesuai penilaian

kinerja LUEP. Berdasarkan usulan penarikan dana oleh LUEP dan

rekomenadasi Tim Tenis Kabupaten. Bank Pelaksana mentransfer ke

rekening II LUEP. LUEP dapat mencairkan DPM dari rekening giro ll,

untuk selanjutnya digunakan membeli gabah/beras petani sesuai

dengan perjanjian kontrak jual bcli dengan kelompok tani. LUEP wajib

membeli gabah/beras petani mitranya kepada wilayah kerja LUEP

sesuai kontrak yang disepakati.

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa Kelompok Tani

penerima LUEP yang yang menjadi sampel penelitian membagi

penarikan dana DPM-LUEP menjadi dua bagian dengan nilai sesuai

dengan ketentuan yang ada yaitu maksimal 40% pada tahap I dan 60

% pada tahap II. Dana tahap I dicairkan apabila LUEP sudah

memenuhi persyaratan dengan menlusun rencana kerja bulanan untuk

pembelian gabah/beras serta mendapat persetujuan dari Kepala Kantor

Page 21: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

178 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Ketahanan Pangan Kabupaten. Hal ini misalnya terungkap dari

wawancara dengan salah seorang pengelola penggilingan padi Titian

Mas II di Desa Sungai Lulut Kecamatan sungai Tabuk:

“Sebelum kami mencairkan dana yang masuk dalam giro

tabungan, kami terlebih dahulu menyusun rencana bulanan

untuk pembelian gabah/beras terhadap kelompok tani yang

bermitra dengan kami, kemudian kami mengusulkan kepada

Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten untuk

mendapatkan rekomendasi pencairan/penarikan dana yang

masuk kegiro kami dan dana yang disetujui adalah sebesar Rp

17.6 juta untuk tahap I dan lahap II sebesir Rp 26,4 juta, dalam

penarikan tahap pertama kami hanya menarik sebesar Rp 17

Juta” (Wawancara dengan Bapak Luth, 19 Desember 2009).

Proses tersebut ternyata berlaku sama untuk seluruh LUEP yang

menerima DPM di Kabupaten Banjar. Sedangkan proses pencairan

tahap II selain kelengkapan sama dengan proses tahap I juga harus

dilampiri dengan bukti-bukti pertanggung jawaban penggunaan dana

dalam pembelian gabah/beras dari kelompok tani yang menjadi

mitranya. Hal itu kemudian terbukti menyebabkan aktivitas

pemanfaatan dana LUEP bisa tidak sesuai dengan perencanaan. Fakta

ini antara lain terungkap dari wawancara dengan salah seorang

pengelola LUEP Harapan Makmur:

“Proses pencairan dana sering tidak sesuai dengan rencana

pembelian gabah/beras antara LUEP dengan Kelompok Tani

karena dana baru cair bisa sampai pada pertengahan bulan Juli

untuk tahap 1”. (Wawancara dengan Bapak Sem, 3l Desember

2009).

b. Mekanisme Pemanfaatan.Pada pelaksanaan penggunaan dana yang telah dicairkan oleh

LUEP secara umum sudah digunakan untuk pembelian gabah petani,

tetapi tidak sepenuhnya kesepakatan atau perjanjian yang telah dibuat

ditaati kedua belah pihak. Hal itu misalnya terungkap dari wawancara

dengan salah seorang ketua kelompok tani:

Page 22: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

179FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

“Pada saat panen raya harga masih dibawah kesepakatan dan

LUEP tidak mau memberinya saat itu, karena LUEP tidak mau

mengambil resiko kerugian sehingga menunggu saat yang tepat

dimana harga pasar mendekati harga kesepakatan dan ada juga

anggota kelompok tani menjualnya ke pihak lain dikarenakan

harga di luar lebih tinggi dari harga kesepakatan dan tentunya

petani mempunyai pandangan untuk mendapatkan harga yang

layak” (Wawancara dengan Bapak Kus, 30 Desember 2009).

c. Mekanisme PengembalianHasil wawancara dengan pengelola program LUEP di lima kasus

dan dengan melakukan verifikasi dengan penanggung jawab program,

ternyata proses pengembalian yang dilakukan lima buah LUEP yang

menjadi objek penelitian menunjukkan tepat waktu. Hal ini

memberikan indikasi bahwa program LUEP memang efektif dari

perspektif fungsi kreditnya.

C.2. Pelaksanaan Program Dilihat dari Indikator Output.

Keluaran yang dicapai dari program DPM-LUEP pada tahun 2008

yang meliputi DPM yang dicairkan, DPM yang digunakan untuk

pembelian gabah/beras. rata-rata harga gabah/beras yang dibeli oleh

LUEP, Jumlah gabah/beras yang dibeli oleh LUEP sekurang-kurangnya

2 kali volume kontrak, Jumlah DPM yang dikembalikan oleh LUEP

yang tepat waktu, ternyata cukup impresif (lihat Table 3).

Tabel 3. Output Program DPM-LUEPTabel 3. Output Program DPM-LUEPTabel 3. Output Program DPM-LUEPTabel 3. Output Program DPM-LUEPTabel 3. Output Program DPM-LUEP

Sumber: diolah dari Pengelola Program LUEP Kabupaten Banjar, 2009.

Page 23: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

180 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Outcome yang dicapai dari program DPM-LUEP yang meliputi:

Harga yang diterima petani mitra LUEP dan atau di Wilayah sasaran

kegiatan DPM-LUEP minimal sesuai harga referensi pemerintah, Modal

usaha LUEP bertambah dari hasil keuntungan menunjukkan nilai yang

positif (Tabel 4).

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 4. Outcome program DPM-LUEP di Kabupaten Banjar4. Outcome program DPM-LUEP di Kabupaten Banjar4. Outcome program DPM-LUEP di Kabupaten Banjar4. Outcome program DPM-LUEP di Kabupaten Banjar4. Outcome program DPM-LUEP di Kabupaten Banjar

Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008

Keuntungan dan dampak yang telah dicapai program DPM-LUEP

dari data berdasarkan lndek Harga ditingkat petani (IHP) seperti

tergambar pada Tabel 4. Salah satu indikator yang dapat digunakan

untuk menilai keberhasilan DPM-LUEP adalah dengan mengukur

Indeks Harga Petani (lHP) serta Ratio manfaat DPM.

Tabel 5. Benefit program DPM LUEP di Kabupaten BanjarTabel 5. Benefit program DPM LUEP di Kabupaten BanjarTabel 5. Benefit program DPM LUEP di Kabupaten BanjarTabel 5. Benefit program DPM LUEP di Kabupaten BanjarTabel 5. Benefit program DPM LUEP di Kabupaten Banjar

Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008

lndek Harga ditingkat petani (IHP) dihitung berdasarkan harga

rata-rata yang diterima petani dibagi dengan harga yang ditentukan

oleh pemerintah sebagai harga rujukan atau yang dikenal dengan

Harga Patokan Pemerintah (HPP). Untuk mendapatkan nilai IHP dapat

dihitung dengan rumus pada persamaan (l). DPM dianggap berhasil

atau efektif jika nilai IHP lebih besar dari 100. Sedangkan Ratio Manfaat

Page 24: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

181FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

DPM adalah besaran yang memperlihatkan jumlah uang penguat atau

DPM yang diberikan kepada LUEP setara dengan nilai gabah/beras

dibagi dengan jumlah uang yang diterima LUEP setara gabah/beras

dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat perputaran uang DPM

tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dapat dilihat

Rasio DPM seperti tergambar pada Tabel 6.

Tabel 6. Rasio DPM-LUEP Kabupaten Banjar Tahun 2008Tabel 6. Rasio DPM-LUEP Kabupaten Banjar Tahun 2008Tabel 6. Rasio DPM-LUEP Kabupaten Banjar Tahun 2008Tabel 6. Rasio DPM-LUEP Kabupaten Banjar Tahun 2008Tabel 6. Rasio DPM-LUEP Kabupaten Banjar Tahun 2008

Kemampuan penyerapan DPM dalam membeli kelebihan produksi

padi/gabah di Kabupaten Banjar, khususnya pada daerah yang menjadi

lokasi penelitian, menggambarkan bahwa kecenderungan yang positif

(Tabel 7).

TabelTabelTabelTabelTabel 7. Surplus Produksi Padi da 7. Surplus Produksi Padi da 7. Surplus Produksi Padi da 7. Surplus Produksi Padi da 7. Surplus Produksi Padi dan Penyerapan DPM-LUEPn Penyerapan DPM-LUEPn Penyerapan DPM-LUEPn Penyerapan DPM-LUEPn Penyerapan DPM-LUEP

Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008Tahun 2008

Pada tahun 2008 dana talangan yang bersumber dari APBN

ditangguhkan untuk dicairkan, sehingga sumber dana talangan hanya

berasal dari APBD Provinsi Kalimantan Selatan yang berjumlah Rp

7.500.000.000. Usulan untuk Kabupaten diprioritaskan bagi LUEP

yang lama atau yang sudah pernah diberikan pinjaman pada tahun

sebelumnya, dan Kabupaten Banjar diberikan plafon sebesar

Rp1.585.000.000. Berkenaan dengan plafon yang diberikan oleh Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan kepada Kabupaten

Banjar tersebut, maka disusunlah alokasi DPM-LUEP kepada 19 LUEP

dan termasuk 5 LUEP yang menjadi obyek penelitian.

Page 25: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

182 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Berdasarkan data pada Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten

Banjar, realisasi dana talangan tahun 2008 ini lebih lambat

dibandingkan dengan tahun 2007. Pada tahun 2007 dana talangan

sudah dapat dicairkan pada bulan April, sedangkan realisasi dana

talangan/DPM-LUEP tahun 2008 di Kabupaten Banjar baru dapat

dicairkan pada pertengahan bulan Juli 2008; dengan 2 tahap pencairan,

yakni: tahap I dana yang boleh diambil oleh LUEP hanya 40 persen,

dan tahap ke II sebesar 60 persen.

Sampai dengan bulan Juli 2008, pembelian gabah oleh LUEP di

lokasi penelitian baru mencapai Rp271.040.000 atau terjadi perputaran

sebesar 0,7 kali, yang berarti menggambarkan bahwa belum semua

dana talangan digunakan untuk membeli gabah petani. Fakta di

lapangan, pada saat ini belum semua terjadi panen, dan atau kalaupun

sudah ada yang panen tetapi baru sebagian saja. Hal itu dapat

dibuktikan pada kasus bulan Agustus 2008, pembelian gabah petani

oleh LUEP mencapai Rp813.120.000 atau terjadi perputaran sebesar

2,1 kali; yang menggambarkan pemanfaatan dan telah terjadi

peningkatan dibandingkan dengan bulan Juli 2008. Sedangkan pada

bulan September 2008, pembelian gabah oleh LUEP mencapai

Rp1.200.320.000 atau terjadi perputaran sebesar 3,1 kali, yang

menggambarkan pemanfaatan dana juga terjadi peningkatan

dibandingkan dengan bulan Agustus.

Perkembangan sampai dengan bulan Oktober 2008, pembelian

gabah oleh LUEP mencapai Rp1.819840.000 atau terjadi perputaran

sebesar 4,7 kali, yang menggambarkan pemanfaatan dana juga terjadi

peningkatan dibandingkan dengan bulan September 2008. Sedangkan

perkembangan sampai dengan bulan Nopember 2008, pembelian gabah

oleh LUEP mencapaiRp 2.013.440.000 atau terajadi perputaran sebesar

5,2 kali. Dan sampai dengan bulan Desember 2008, pembelian gabah

oleh LUEP mencapai Rp2.095.991.000 atau terjadi perputaran sebesar

5,4132 kali.

C.3. Proses Kesepakatan Dilihat dari Input program

Dari hasil pengolahan data pada Tabel 5 yang telah dilakukan

terhadap lima buah DPM LUEP diketahui bahwa jumlah kelompok

tani yang menjadi mitra LUEP sebanyak l5 buah dan jumlah DPM

Page 26: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

183FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

yang diserap sebesar Rp387.200.000, sedangkan yang menjadi ukuran

pada indikator input dalam peneltian dari DPM LUEP adalah adanya

perjanjian kesepakatan jual beli gabah/beras yang disusun antara

LUEP dengan kelompok tani dan bersama- sama dengan anggotanya

yang merupakan bentuk dari adanya rencana tertulis yang harus

dilaksanakan kedua belah pihak baik LUEP maupun kelompok tani

dalam jangka waktu tertentu, seperti pada saat musim panen.

Hasil kesepakatan/perjanjian jual beli gabah/beras tersebut bersifat

formal, mengikat kedua belah pihak dan harus ditaati bersama. Oleh

karena itu semestinya semuil anggota kelompok tani mengetahui dan

menjalankannya bersama-sama dengan LUEP. Hal ini sesuai dengan

pemahaman Delmar dan Shane (2003) dan Henry (2010) yang

mengatakan bahwa, rencana formal adalah rencana tertulis yang harus

dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu untuk

mencapai tujuan yang biasanya mencakup alokasi sumberdaya, jadwal

dan tindakan-tindakan penting serta harus diketahui oleh semua

anggota.

Hasil kesepakatan/perjanjian jual beli gabah/beras antara LUEP

dengan Kelompok Tani merupakan salah satu tahapan dalam proses

pelaksanaan program DPM-LUEP. Dari hasil penelitian terhadap

sampel objek yang diteliti diketahui bahwa semua LUEP bersama-sama

dengan kelompok tani dan diketahui oleh pambakal/kepala desa

setempat telah membuat kesepakatan/perjanjian jual beli gabah/beras

seperti pada. Akan tetapi tidak semua anggota kelompok tani

mengetahui perjanjian tersebut. Hal ini menunjukan bahwa

kesepakatan tersebut mempunyai kelemahan dan dapat dikatakan

cacat formal, padahal menurut Ife (2004), semakin banyak orang yang

menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, maka

semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat serta proses-proses

inklusif yang akan diwujudnya oleh kelompok masyarakat tersebut.

Jika dilihat dari tujuan adanya kesepakatan/perjanjian pembelian

gabah/beras dari LUEP kepada kelompok tani maka maksudnya

adalah agar tercipta hubungan yang saling menguntungkan, dimana

kelompok tani lebih dapat diberdayakan dalam proses tersebut. Tetapi

beberapa kasus di lapangan menunjukkan bahwa kelompok tani itu

bukan diberdayakan, tetapi diam-diam mereka itu seperti diperdaya

Page 27: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

184 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

dan sekadar dijadikan alat untuk mencapai tujuan dari pelaksana pro-

gram.

C.4. Proses Pelaksanaan DPM-LUEP

Dalam proses pelakanaan DPM-LUEP yang menjadi bahan kajian

dalam penelitian ini adalah penyaluran dan pemanfaatan DPM-LUEP.

Proses tersebut dapat dilihat dari: (a) mekanisme pencairan, (b)

mekanisme pemanfaatan, dan (c) mekanisme pengembalian.

a. Mekanisme Pencairan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola program dan

anggota kelompok tani yang menerima program diperoleh informasi

bahwa secara umum DPM dapat tersalurkan kepada LUEP sesuai

dengan mekanisme yang ada pada petunjuk teknis dan pelaksanaan

program DPM LUEP. Namun. dalam proses pencairan DPM kepada

LUEP tidak ada kesesuaian dengan waktu menjelang atau saat panen

padi, dan hal ini menyebabkan terganggunya kesepakatan pembelian

gabah/beras bagi LUEP terhadap Kelompok Tani. Hal itu terjadi karena

panen padi di daerah sampel terjadi antara bulan Maret-April untuk

padi unggul pada bulan Juli, Agustus dan Oktober, sedangkan

pencairan terjadi pada bulan Juli 2008.

b. Mekanisme Pemanfaatan

Penggunaan dana yang telah dicairkan oleh LUEP ternyata

seluruhnya dimanfaatan untuk membeli gabah, tetapi tidak sepenuhnya

perjanjian/kesepakatan ditaati. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat

kesadaran LUEP dan kelompok tani, serta tidak adanya sanksi. bagi

yang melanggar dalam kesepakatan/perjanjian tersebut. Jika dilihat

dari permasalahan tersebut yang terletak pada manusia maupun aturan

yang mengikatnya, maka faktor tersebut akan sangat mempengaruh

secara langsung terhadap efektivitas dalam keberhasilan program.

Sesuatu yang telah dirumuskan dengan baih didukung dengan

peraturan yang kuat namun bila tidak didukung dengan sumber daya

manusia yang cukup, dan kualitas yang bailq maka kemungkinan besar

program tersebut akan dapat mengalami kegagalan. Seperti diyakini

oleh Gomes (2000), sumber daya manusia merupakan salah satu sumber

Page 28: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

185FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang

melakukan aktivitas. Semua potensi sumber daya manusia sangat

berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuannya.

Betapapun majunya teknologi, berkembangnya informasi, tersedianya

modal dan memadainya bahan, namun jika tanpa sumber daya

manusia yang berkualitas maka akan sulit bagi organisasi untuk

mencapai tujuannya.

c. MekanismePengembalianProses mekanisme pengembalian oleh lima buah LUEP yang

diamati dalam penelitian ini dilakukan sebelum jatuh tempo pada

tanggal 25 Desember. Kondisi ini sudah sesuai dengan perjanjian/akad

bantuan yang dibuat oleh LUEP pada saat menerima DPM.

C.5. Pelaksanaan Program Dilihat dari Output

Output program yang ingin dicapai adalah terlaksananya

pembelian gabah/beras dengan harga yang wajar dan serendah-

rendahnya sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah dan

berkembangnya usaha LUEP dan Kelompok Tani. Hasil penelitian

menunjukkan hal yang positif. Berdasarkan dari Tabel 3 tentang out-

put program DPM-LUEP diketahui DPM yang telah diserap sebesar

Rp387.200.000 dengan jumlah gabah yang dibeli 119.10181 ton GKG,

rata-rata harga pembelian sebcsar Rp351/Kg GKG dengan volume

perputaran 5,4132 kali atau setara dengan Rp2.095.991.000 dan DPM

yang dikembalikan tepar waktu sebesar Rp387.200.000 dengan tidak

adanya tunggakan. Jika dilihat dari tujuan program DPM-LUEP yang

telah ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian

dari output yang diinginkan khususnya dilihat dari perputaran DPM

yang telah diberikan sebesar 2 kali perputaran, maka LUEP yang

diterapkan di lokasi penelitian mengalami perputaran DPM 5,4132 kali

dan ini menunjukan program DPM-LUEP tersebut telah berhasil.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa kondisi ini dipengaruhi

oleh: (a) Orientasi bisnis para LUEP yang hanya melepas gabah/beras

yang dibelinya pada saat harga sedang tinggi-tingginya tidak berorintasi

pada perputaran modal; dan (b) Jika dilihat dari segi waktu pencairan

DPM oleh LUEP terjadi pada bulan juli sedangkan pola panen padi

Page 29: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

186 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

yang terjadi di daerah Kabupaten Banjar untuk padi unggul pada bulan

Maret-April sedangkan padi Lokal pada bulan Juli sampai dengan

Oktober ini menunjukan bahwa hanya ada waktu untuk

memanfaatkan DPM antara bulan Juli sampai dengan Desember, dari

rentang waktu hanya selama 6 bulan tersebut akan menyebabkan

kesempatan LUEP untuk memutar DPM menjadi terbatas.

Hasil analisis dari Tabel 4 memperlihatkan bahwa outcome dari

program DPM-LUEP dari harga rata-rata yang diterima petani yang

menjadi sampel sebesar Rp3.251/kg GKG, jauh berada dari Harga

Patokan pemerintah (HPP) yang hanya Rp2.800 /kg GKG atau ada

selisih harga sebesar Rp451. Sedangkan harga yang diterima oleh LUEP

rata-rata dengan harga pembelian pada petani sebesar Rp366.

Untuk mengetahui benefit dari kegiatan DPM-LUEP salah satunya

dengan cara menghitung IHP. Perhitungan IHP dilakukan dengan

menggunakan data ditingkat makro karena program DPM-LUEP

merupakan bagian instrumen kebijakan. Berdasarkan analisis dari

Tabel 4 menunjukan bahwa nilai IHP program DPM-LUEP sebesar

116,342. Kondisi tersebut dikarenakan permintaan gabah/beras yang

cukup stabil sepanjang tahunnya. Nilai IHP yang rata-rata di atas 100

menunjukan bahwa tingkat pendapatan petani berada pada titik yang

menguntungkan. Sementara itu untuk mengetahui dampak dari pro-

gram DPM-LUEP dapat diketahui dengan cara menghitung nilai Rasio

manfaat DPM. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata Rasio Manfaat

DPM yang diketahui sebesar 5.4132. Semakin banyak perputaran DPM

maka semakin memberikan keuntungan kepada LUEP.

Dengan kondisi tersebut mestinya mendorong petani untuk

berproduksi dan meningkatkan produktivitas usahataninya khususnya

pada petani padi menjadi lebih bergairah, pada akhirnya kebutuhan

dan ketersedian akan beras dapat tercukupi bahkan berlebih dan

terciptalah ketahanan pangan daerah.

Manfaat DPM-LUEP bagi petani tergambar dari Table 5, dimana

Harga Rata-rata yang diterima petani (RHP) sebesar Rp3.251/Kg GKG;

sedangkan HPP sebesar Rp2.800/Kg GkG, yang menunjukkan bahwa

selisih harga sebesar Rp 45l yang telah diterima petani tersebut

menunjukan adanya keuntungan. Sedangkan jika dilihat dari Tabel 6

tampak bahwa kemampuan DPM yang diterima LUEP dalam

Page 30: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

187FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

penyerapan gabah petani pada lokasi penelitian sebesar 645,788 ton

GKG dari total surplus produksi sebesar 78.541 ton GKG atau baru

mencapai 0,816 %. Data ini menunjukkan bahwa kemampuan DPM

dalam menyerap hasil produksi gabah petani sangat kecil, sedangkan

sisanya tetap melalui mekanisme pasar.

C.6. Kontribusi DPM-LUEP dalam Mendukung Ketahanan

Pangan

Berdasarkan tujuan program DPM-LUEP yang telah ditetapkan

dan merujuk pada IHP dan Rasio manfaat DPM-LUEP dapat diketahui

bahwa:

a. Harga gabah./beras yang diterima petani/kelompok tani yang

bermitra dengan LUEP di atas rata-rata Harga Patokan

Pemerintah GPP) dimana harga rata-rata yang diterima petani

pada lokasi sasaran sebesar Rp3.251/Kg GKG, jauh berada dari

Harga Patokan Pemerintah (HPP) yang hanya rara-rata

Rp2.800/Kg GKG atau ada selisih harga sebesar Rp451. Selisih

harga gabah yang diterima petani paling tinggi itu terjadi pada

LUEP Harapan Makmur, yakni sebesar Rp488/Kg GKG; dan

yang terendah terjadi pada LUEP Titian Mas ll, yakni sebesar

Rp425/Kg GKG.

b. Hasil analisis nilai IHP program DPM-LUEP di lokasi penelitian

menunjukkan rata-rata sebesar 116,342%, dimana IHP tertinggi

terjadi pada LUEP Harapan Makmur sebesar 117,426% dan

yang terendah terjadi pada LUEP Titian Mas II sebesar ll5, l78%.

Kondisi nilai IHP yang rata-rata di atas 100 menunjukkan

bahwa telah terjadi peningkatan pendapatan bagi petani yang

cukup tinggi.

c. Secara psikologis petani/kelompok tani mendapatkan rasa aman

dengan adanya insentif dan jaminan bahwa produksi padi yang

mereka hasilkan akan dibeli oleh LUEP, dengan harga minimal

sesuai HPP, dengan pembayaran langsung dan tunai.

d. Nilai manfaat dari program DPM-LUEP untuk petani dapat dilihat

dari adanya selisih harga gabah antara HPP dan RHP yang

diterima petani sebesar Rp45l/Kg GKG yang merupakan bagian

dari keuntungan petani.

Page 31: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

188 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Karena terjaminnya harga sepanjang tahun di atas HPP mestinya

memberikan motivasi terhadap petani dalam berproduksi pada

usahatani padi. Dengan kembali berproduksinya usahatani padi yang

dilakukan petani maka ketersediaan akan sumber bahan pangan yang

berasal dari padi/beras dapat memberikan andil dalam mendukung

ketahanan pangan.

D. KESIMPULANProgram pembelian gabah/beras melalui DPM LUEP adalah

merupakan bentuk kepedulian pemerintah untuk melindungi petani,

dimana program ini diharapkan memberikan sumbangan yang

signifikan bagi upaya pengendalian harga gabah/beras saat panen

raya, serta peningkatan produksi dan pendapatan petani sehingga pada

akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan. Berdasarkan hasil

analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

l. Pelaksanaan Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha

Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) mampu menjaga stabilitas

harga gabah/beras ditingkat petani dengan indikasi berupa

kemampuan lembaga usaha ekonomi membeli harga gabah/

beras ditingkat petani minimal setara dengan Harga Patokan

Pemerintah HPP).

2. Kontribusi Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha

Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam mendukung ketahanan

pangan di Kabupaten Banjar adalah dalam hal penjaminan

bahwa harga gabah/beras yang dibeli oleh lembaga usaha

ekonomi dari petani minimal setara dengan Harga Patokan

Pemerintah (HPP). Hal ini merupakan insentif atau dorongan

bagi petani untuk terus berproduksi bahkan dapat meningkatkan

produksinya. Produksi padi yang meningkat akan berimbas

pada meningkatnya ketersediaan pangan khususnya beras, hal

ini tentunya dapat mendukung terwujudnya ketahanan pangan.

3. Manfaat Program Dana Penguatan Modal Lembaga usaha

Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam meningkatkan

kesejahteraan petani adalah dalam hal kemampuan lembaga

usaha ekonomi membeli harga gabah/beras dari petani mini-

Page 32: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

189FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

mal setara dengan Harga Patokan Pemerintah (HPP) sehingga

memberikan dampak pada kesinambungan petani dalam

berproduksi bahkan menjadi dorongan untuk meningkatkan

produksinya. Kesinambungan petani dalam berproduksi atau

bahkan meningkatkan produksinya serta jaminan harga yang

menguntungkan (minimal setara HPP) tentunya berdampak

pada peningkatan kesejahteraan petani.

DAFTAR RUJUKANAdma, RY, 2001. Implementasi Kebijakan Pembangunan prasarana

Pendudukung Desa Tertinggal (P3DT) Terhadap Pembangunan

Desa (Studi Kasus di Kecamatan Tenggarong Seberang

Kabupaten Kutai). Tesis Program Pasca Sarjana Universitas

Brawijaya, Malang.

Arifin, B, 2004. Pengembangan Kelembagaan untuk Ketahanan Pangan

Dalam Buku Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit

PT Kompas Media Nusantara. Jakatla.

Apriantono, A. 2007. Impor Beras dan Kesejahteraan Petani, Work-

shop Impor Beras, Departemen Pertanian, Jakarta.

Bryant Coralie and White G Louise, 1989, Manajemen Pembangunan

untuk Negara Berkembang. LP3ES, Jakarta.

Dunn, William N, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajah

Mada University Press, Yogyakarta.

Dye, R. Thomas, 1975. Understanding Public policy. Englewood Cliff,

N.J.Prentice Hall.

Fatah, Luthfi,. 2007. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

Pustaka Banua. Banjarmasin.

Gomes, Cardoso, Faustino, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Andi offset, Yogyakarta.

Hadna, H.A dan Hadriyanus Suharyanto, 2005. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Media Wacana, Yogyakarta.

Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2008. Comunity Development Alternatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Page 33: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

190 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Islamy. M. lrfan, 1991. Prinsip-prinsip Kebijakan Negara. PT. Bumi

Aksara, Jakarta.

Jenkins. W.I, 1978. Policy Analysis: A Political and Organizational Per-

spective. London.

Jones, Gareth. R. 1995. Organizational Theory: Text and Cases. Addison

Wesley Publishing Company.

Kuncoro, Mudrajad, 2006. Ekonomi Pembagunan: Teori, Masalah dan

Kebijakan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Rais, Amin, 1999, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya

Media, Yogyakarta.

Sarman, Mukhtar, 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial.

Pustaka Fisip Unlam, Banjarmasin.

Sarman, Mukhtar dkk. 2008. Program Pemberdayaan Masyarakat

Berbasis LERD (Peluang Kalimantan Selatan). PK2PD dan Pro-

gram MSAP Unlam bekerja dengan Sekretariat Daerah Provinsi

Kalimantan Selatan. Banjarmasin.

Santosa, S, 2004. Dinamika Kelompok. Bumi Aksara, Jakarta.

Sinungan, M. 1987. Dasar-Dasar dan Teknik Managemen Kredit. Bina

Aksara. Jakarta.

Sterrs, Richard. M., 1985. Efektifitas Organisasi: Kaidah Prilaku.

Erlangga, Jakarta.

Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sulistiyani, Ambar, Teguh, 2004. Kemitraan dan Model-Model

Pemberdayaan. Gava Media, Yogyakarta.

Sumodiningrat, Gunawan, 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suparjan & Hempri Suyatno, 2003. Pengembangan Masyarakat

Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Aditya Media,

Yogyakarta.

Suyanto, Bagong, 1996. Perangkap Kemiskinan, Problema dan Strategi

Pengentasannya dalam Pengembangan Desa. Aditya Media,

Yogyakarta.

Page 34: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

191FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011

Thoha Mitfah, 1989. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan

Intervensi. Rajawali Press, Jakarta

Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996. Pembangunan: Dilema dan Tantangan.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Todaro, 1999. Pembangunan Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta

Usman, Sunyoto, 2003. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Wahyu. 2005. Perubahan Sosial dan Pembungunan. PT Hecca Mitra

Utama, Jakarta.

Wibawa, Samudra, dkk, 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Widodo, 2006. Analisis Kebijakan Publik. Bayumedia Publishing,

Malang.

Page 35: Strategi K etahanan P angan Berbasis Program Dana P ... · rangka memperbaiki kualitas hidup yang lebih baik menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan pembangunan tersebut

192 FOCUS Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2011