Strategi Indonesia Dalam Menghadapi MEA 2015

10
Strategi Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 Globalisasi telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam terakhir, umumnya secara antusias dan bersemangat, namun kadang dibayangi oleh kekhawatiran dan kekecewaan. Globalisasi, yang tidak lain berarti integrasi ek menyeluruh, akan segera ,menampakkan bentuknya di mata negara-negara ASEAN dal bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA!. "al yang mendasari dari pembentukan M #$%& ini adalah adanya sebuah keinginan dari para pemimpin ASEAN untuk mewujud pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud komitmen untuk me meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN dalam menghadapi tantangan global. 'embentukan MEA tak lepas dari semakin meningkatnya kerjasama ekonomi ant Negara ASEAN. (ercatat sejak tahun #$$) perdagangan intra-ASEAN telah kenaikan *olume secara terus menerus. "al ini menjadi pemicu integrasi ekonomi erat diantara Negara-negara ASEAN. Selain itu pembentukan MEA disebabk dinamika eksternal maupun dinamika internal. a. +inamika eksternal (erdapat kecenderungan perubahan lingkungan strategi global yang menuntut Nega di dunia untuk senantiasa meningkatkan daya saingnya. 'ada tataran regional, terdapat gerakan kearah pengintegrasian kekuatan ekono berbasis pada pasar tunggal single market! dan produksi tunggal yang production! Munculnya china dan india sebagai kekuatan ekonomi dunia yang meruba perdagangan dunia, khususnya di kawasan Asia (imur. b. +inamika nternal 'otensi pasar yang cukup besar 'ertumbuhan kerjasama Ekonomi masih cukup rendah dibandingkan dengan potensi dimiliki. mplementasi A (A masih sangat rendah 'embentukan MEA #$%& bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil, se dan sangat kompetiti , dimana terdapat kebebasan lalu lintas barang, jasa, in

description

bisnis global

Transcript of Strategi Indonesia Dalam Menghadapi MEA 2015

Strategi Indonesia dalam menghadapi MEA 2015

Globalisasi telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam dua decade terakhir, umumnya secara antusias dan bersemangat, namun kadang dibayangi oleh kekhawatiran dan kekecewaan. Globalisasi, yang tidak lain berarti integrasi ekonomi secara menyeluruh, akan segera ,menampakkan bentuknya di mata negara-negara ASEAN dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal yang mendasari dari pembentukan MEA 2015 ini adalah adanya sebuah keinginan dari para pemimpin ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi sebagai wujud komitmen untuk menciptakan dan meningkatkan pembangunan komunitas ASEAN dalam menghadapi tantangan global.Pembentukan MEA tak lepas dari semakin meningkatnya kerjasama ekonomi antar Negara ASEAN. Tercatat sejak tahun 2003 perdagangan intra-ASEAN telah mengalami kenaikan volume secara terus menerus. Hal ini menjadi pemicu integrasi ekonomi yang lebih erat diantara Negara-negara ASEAN. Selain itu pembentukan MEA disebabkan adanya dinamika eksternal maupun dinamika internal.

a. Dinamika eksternal Terdapat kecenderungan perubahan lingkungan strategi global yang menuntut Negara-negara di dunia untuk senantiasa meningkatkan daya saingnya. Pada tataran regional, terdapat gerakan kearah pengintegrasian kekuatan ekonomi yang berbasis pada pasar tunggal (single market) dan produksi tunggal yang terintegrasi (simple production) Munculnya china dan india sebagai kekuatan ekonomi dunia yang merubah arsitektur perdagangan dunia, khususnya di kawasan Asia Timur.

b. Dinamika Internal Potensi pasar yang cukup besar Pertumbuhan kerjasama Ekonomi masih cukup rendah dibandingkan dengan potensi yang dimiliki. Implementasi AFTA masih sangat rendah

Pembentukan MEA 2015 bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil, sejahtera dan sangat kompetitif, dimana terdapat kebebasan lalu lintas barang, jasa, investasi, modal, pembangunan ekonomi yang merata dan mengurangi tingkat kemiskinan serta kesenjangan social ekonomi pada tahun 2015.

Berikut adalah beberapa Strategi Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 : 1. Perbaikan Iklim Investasi dan Penguatan InstitusiTerciptanya suatu lingkungan ekonomi makro yang mendukung investasi, kompetisi dan pembangunan sektor swasta merupakan factor krusial dalam persiapan integrasi ekonomi. Termasuk di dalamnya adalah perbaikan dalam hal yang terkait dengan institusi seperti birokrasi yang kompeten dan efisien, sistem hukum yang maju, dan pengakuan terhadap hak cipta. Selain itu, institusi keuangan juga harus diperkuat agar dapat mengelola secara efektif peningkatan arus modal masuk dan keluar yang semakin cepat sebagai dampak dari integrasi ekonomi. Aturan yang tepat juga harus dibuat untuk menjamin agar dana-dana yang terlibat disalurkan ke sektor-sektor produktif dan untuk menurunkan kemungkinan terjadinya krisis keuangan regional kembali. Yang tak kalah penting, seperti telah dikemukakan di sub-bab sebelumnya, kebijakan moneter yang prudent perlu tetap dipertahankan karena akan berdampak positif pada inflasi dan stabilitas ekonomi makro sehingga mendukung investasi. Selain sejumlah institusi di atas, yang juga sangat penting adalah institusi yang terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (human capital). Gambaran kondisi SDM Indonesia yang tidak terlalu menggembirakan menyebabkan pemerintah harus berpacu dengan waktu untuk mengejar ketertinggalan dalam kualitas SDM. Alokasi anggaran pemerintah untuk dana pendidikan serta pendirian balai peningkatan latihan dan keterampilan harus menjadi prioritas. Yang juga penting adalah penguatan institusi yang secara langsung terkait dengan pengelolaan program-program pengentasan kemiskinan agar lebih efisien dan efektif dalam memberikan bantuan kepada golongan miskin dan kaum yang terbelakang. Contoh dari institusi-institusi tersebut adalah yang terlibat dalam skema-skema redistribusi lahan, kredit mikro, dan programprogram kesejahteraan sosial. Mayoritas dari orang miskin berada di pedesaan, sehingga menjadi penting untuk memperkuat kapasitas institusi yang terjun di daerah tersebut. Terakhir, terdapat kebutuhan untuk membangun institusi-institusi yang dapat membantu negara-negara anggota membangun industri-industri utama mereka. Produksi dari produk-produk dan jasa-jasa yang berbeda-beda dapat membantu meningkatkan perdagangan intraregional. Untuk keperluan ini, penelitian dan inovasi produk harus dilakukan sehingga tiap negara dapat mengembangkan produk unggulannya masingmasing. Besarnya dukungan terhadap riset dan pengembangan teknologi akan berdampak pada kinerja perdagangan dan pertumbuhan dari negaranegara anggota. Insentif untuk inovasi sudah seharusnya ditingkatkan, terutama di ekonomiekonomi kurang maju sehingga memungkinkan negara-negara tersebut memperoleh keuntungan dari pasar yang lebih besar melalui adanya integrasi. Disamping itu insentif untuk inovasi juga dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan pendapatan antara negara-negara berpendapatan tinggi dan rendah yang mungkin melebar karena ekonomi-ekonomi yang lebih maju dan unggul secara teknologi mungkin justru dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dari integrasi.

2. Persiapan di Tingkat SektoralTelah ditetapkannya 12 (dua belas) sector sebagai sektor yang akan diliberalisasi menyebabkan Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain mempersiapan sektor-sektor tersebut. Efek negatif yang mungkin dalam jangka pendek dari liberalisasi harus secara jelas dikomunikasikan pada sektor-sektor yang terpengaruh untuk membantu persiapan mereka melalui pelatihan ulang, peningkatan keterampilan, atau peralihan perlahan-lahan ke pekerjaan lain. Pihak pemerintah juga harus menunjukkan pada sektor-sektor yang terkena dampaknya tersebut, efek positif dari liberalisasi yang lebih dalam sehingga mereka dapat memberi apresiasi terhadap kebijakan tersebut. Adanya konsultasi yang intensif dengan kelompok yang terpengaruh dapat menghindari reaksi yang tidak diinginkan.[footnoteRef:1] [1: ]

3. Pengamanan Pasar Produk Dalam Negeri Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari negara mitra FTA. Penggunaan produk dalam negeri dengan gerakan ACI, kampanye Nation Branding, dan pengembangan ekonomi kreatif (Inpres No. 6/2009: Program Ekonomi Kreatif yg hrs dilaksanakan 27 Kementerian dan PEMDA).Berikut adalah Program Ekonomi Kreatif (Inpres No. 6/2009) dengan program aksi yang harus dilaksanakan oleh 27 Departemen dan Pemda:a. Presiden mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indoneia Kreatif yang ditandai dengan penyelenggaraan Pameran Virus Kreatif (mencakup 14 sub-sektor industri kreatif) dan Pameran Pangan Nusa 2009 mencakup kreatifitas industri pangan INA oleh UKM; b. Pembuatan PORTAL Ekonomi Kreatif Indonesia, Pembuatan Data Eksportir, Importir, Perusahaan, Asosiasi dan Pelaku Industri Kreatif serta Lembaga Pendidikan Formal/Non-Formalc. Cetak biru Rencana Pengembangan Industri Kreatif Nasional 2025 memuat rencana pengembangan 14 subsektor industri kreatif tahun 20092015 (Inpres No. 6 Tahun 2009 yang mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 20092015); d. Prioritas 2009-2014 pada 7 kelompok industri kreatif yaitu , Arsitektur, Fesyen, Kerajinan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Periklanan, Permainan Interaktif, Riset dan Pengembangan;e. mendorong ide dan aktivitas kreatif seperti dengan menampilkan tokoh kreatif contoh fesyen desainer, pengembangan blog #Indonesiaunite, lagu 100% Cinta INA cinta dan bangga produk INA Menciptakan perdagangan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif: reformasi kebijakan pendukung investasi, pengemb kawasan perdagangan bebas dan kawasan ekonomi khusus, dan peningkatan pelayanan perizinan perdagangan bagi dunia usaha (Unit Pelayanan Perdagangan, Inatrade, NSW, SKA Online) Tindakan pengamanan produk dalam negeri dan pengawasan terhadap barang beredar dan jasa Menerapkan Early Warning System terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor.

4. Penguatan Daya Saing Global Ditetapkan UU Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Perbaikan pelayanan publik (National Single Window (NSW), National Infrastructure Quality, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)/ Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Peningkatan Efisiensi Perdagangan DN: revitalisasi pasar domestik, pemberian KUR, penyaluran pupuk bersubsidi, bantuan pemasaran UMKM dan pengemb jaringan kemitraan, pengemb ketrampilan pelaku MUKM, pengemb UMKM ekspor, pengemb perdagangan berjangka komoditi, pasar lelang dan resi gudang. Pengembangan Infrastruktur lainnya: pembentukan lembaga-lembaga sertifikasi, Reformasi Regulasi, Harmonisasi Regulasi Pusat dan Daerah, Penyusunan Regulasi Menyusun peta logistik dan pasar dalam negeri untuk komoditas strategis dan unggulan ekspor

5. Penguatan Ekspor Peresmian LPEI pada tanggal 1 September 2009 (UU No. 2 tahun 2009), Arah Pengembangan Indonesia Eximbank Tahun 2010: Pembiayaan, Penjaminan, Asuransi, dan Sumber Dana Promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi Program Pengembangan Produk dan Akses Pasar melalui penciptaan brand, identifikasi potensi ekspor, dan pengemb produk; serta Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pelaku Ekspor Program Pengembangan Citra Indonesia: Promosi Produk Ekspor Nasional (misi dagang, penetrasi pasar, dan promosi ekspor), ikut serta dalam World Expo Peningkatan Kerjasama dan Diplomasi Perdagangan Internasional ditingkat Multilateral, Regional dan Bilateral serta Penguatan peran perwakilan Luar Negeri: ATDAG, ITPC di negara-negara potensi pasar Indonesia

Perdagangan bebas antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau lebih kenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 membawa hal positif dan negatif bagi masing-masing negara yang terlibat didalamnya.

Direktur Perundingan Perdagangan Jasa, Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Sondang Anggraini mengatakan, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan negara-negara ASEAN khususnya Indonesia saat MEA ini berlangsung.

Manfaat dari MEA ini antara lain, penurunan biaya perjalanan transportasi, menurunkan secara cepat biaya telekomunikasi, meningkatkan jumlah pengguna internet, infomasi akan semakin mudah dan cepat diperoleh, meningkatnya investasi dan lapangan kerja.

"Dalam perdagangan jasa, MEA dapat meningkatkan kinerja ekonomi dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan ekspor tradisional atau baru," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Kamis (26/12/2013).

Namun, untuk menghadapi dampak negatif akibat adanya persaingan, lanjut Sondang, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, baik oleh pemerintah maupun sektor swasta.

Menurut dia, hal yang perlu dilakukan pemerintah saat ini yaitu mengembangkan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA dan kebijakan umum pengembangan sektor jasa nasional.

Kemudian meningkatkan kegiatan sosialisasi, fokus pada sisi suplai dan produksi, meningkatkan perlindungan terhadap konsumen, pemberian ruang usaha bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), mendorong swasta untuk memanfaatkan pasar terbuka, menciptakan kondisi yang memberikan kesempatan agar pemasok jasa domestik dapat bersaing dengan pemasok jasa asing, meningkatkan kualifikasi pekerja seperti dokter dan arsitek.

"Liberalisasi perdagangan jasa sangat beresiko, oleh karena itu peraturan yang benar dan kebijakan-kebijakan tambahan lain sangat penting untuk memberikan kepastian agar dapat memberikan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan," jelasnya.

Selain pemerintah, sektor swasta juga perlu melakukan persiapan jelang masuknya pasar bebas ini, seperti mempelajari semua komitmen yang telah disepakati antar negara ASEAN, meningkatkan kemampuan (efisiensi dan daya saing) dari pasokan services yang disediakan, mengantisipasi masuknya investor asing, mengantisipasi pergerakan tenaga kerja.

"Hambatan yang dihadapi oleh pekerja Indonesia untuk bekerja di negara ASEAN adalah mengenaik bahasa dan perbedaan peraturan kerja, maka perlu ditingkatkan kemampuan bahasa dan pemahaman aturan di negara-negara ASEAN," tandas dia. (Dny/Nrm)

JAKARTA, Inspirasi Bangsa (15/9) Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan salah satu dari pilar perwujudan ASEAN Vision. MEA antara lain bertujuan mencapai integrasi ekonomi dengan karakteristik: (a) pasar dan basis produksi yang tunggal, (b) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, (c) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan adil, serta (d) kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global. Adanya MEA mentransformasi ASEAN menjadi satu kawasan ekonomi sehingga ada kebebasan untuk menggerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan kapital. Selain itu, MEA didasarkan pada prinsip-prinsip keterbukaan, perspektif ke depan, inklusif, dan menerapkan ekonomi pasar yang konsisten dengan aturan multilateral yang rules-based agar implementasi serta ketaatannya pada komitmen yang sudah dibuat efektif. Mampu menciptakan kestabilan, kemakmuran dan daya saing yang tinggi di kawasan ASEAN dengan pembangunan ekonomi yang merata dan pengurangan kemiskinan serta ketimpangan sosial ekonomi.Potensi dan PeluangOleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki persaingan global negara ASEAN. Maka untuk itu, diperlukan persiapan yang matang dengan memperhatikan peluang yang dimiliki dan sekaligus tantangan. MEA memberikan peluang sebesar-besarnya bagi negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, meningkatkan daya tarik bagi investor dan wisatawan, menperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis serta mengurangi biaya transaksi perdagangan. Selain itu, kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan-peraturan dan standarisasi domestik merupakan nilai tambah dari berlakunya MEA.Potensi-potensi yang ada di Indonesia cukup beragam diantaranya, sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk terbanyak se-ASEAN yaitu pada tahun 2014 sebesar 252 juta jiwa atau sekitar 40 % dari total penduduk negara-negara ASEAN dan 66 % merupakan penduduk dengan usia produktif, kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai consumer base yang dapat menimbulkan efek positif dan negatif. International Monetary Fund data base menunjukkan pada tahun 2012 tingkat PDB Indonesia di ASEAN adalah yang tertinggi yakni 894.854 (US$ Billion) atau sebesar 39 % dari total PDB negara ASEAN pada tahun 2012 dengan rata-rata pertumbuhan selama tiga tahun terakhir sebesar 12 %. Indeks kompetitif global 2013-2014 (Global Competitiveness Index, World Economic Forum) menempatkan Indonesia pada peringkat kelima. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN dimana proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43 % atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15 %, pada tahun 2013 total foreign direct investment yang masuk di Indonesia sebesar 270,4 triliun. Upaya Pemerintah DaerahMasalah utama yang dihadapi pemerintah di daerah terkait dengan produk/komoditi unggulan yang dihasilkan dan hal ini merupakan tantangan yang dihadapi yakni meningkatkan daya saing. Upaya-upaya yang telah dan akan menjadi target untuk dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dalam meningkatkan daya saing , antara lain:InfrastrukturPemerintah harus membangun infrastruktur dan memperbaiki infrastruktur yang telah ada agar biaya produksi bisa lebih efisien. Beberapa infrastruktur yang telah dibangun, meliputi: penataan pelabuhan Tanjung Priok; pembangunan bandara internasional Lombok Praya dengan rute internasional; Sabuk Selatan Nusantara yang menghubungkan 16 pulau dari Sabang sampai Merauke (5.330 km jalan dan 1.600 km jalur laut) dan Sabuk Tengah Nusantara sepanjang 3.800 km yang menghubungkan 12 provinsi dari Sumatra Selatan hingga Papua Barat. Beberapa infrastruktur yang belum dibangun atau masih dalam tahap penyelesaian, yakni: Indonesia mengajukan perpanjangan jalur kereta Kunming-Singapura hingga ke Surabaya; dan Sabuk Utara Nusantara diproyeksikan rampung pada 2015.Pembangunan infrastruktur yang rendah di Indonesia, dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat, yakni: 1) Anggaran infrastruktur yang rendah, hanya 2,5% dari PDB, dimana jumlah ini tidak dapat mengakomodir biaya pembebasan lahan dan biaya feasibility study serta AMDAL yang kerap muncul dalam pembangunan infrastruktur; 2) Konflik kepentingan, dan 3) Koordinasi yang sulit, jika merujuk area pembangunan infrastruktur terkait dengan hutan lindung atau pertanian dimana koordinasi antara lintas kementerian dan lintas otoritas sulit dilakukan.Biaya LogistikDampak dari rendahnya infrastruktur berpengaruh pada semakin mahalnya biaya logistik di Indonesia. Perdagangan menjadi kurang efisien mengingat biaya logistik yang mahal dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya, yang dibebankan sebesar 14,08%, jika dibandingkan dengan biaya logistik yang wajar sebesar 7%, kondisi ini belum memperhitungkan biaya antara dan jauhnya jarak tempuh. Dengan pengurangan biaya logistik, maka permasalahan dalam bidang perdagangan diharapkan dapat teratasi sehingga menaikkan daya saing Indonesia.Sumber Daya ManusiaData dari ASEAN Productivity Organization (APO) menunjukkan dari 1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3% yang terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.Berdasarkan struktur pasar, tenaga kerja didominasi oleh pekerja lulusan SD (80%) sementara lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%, dimana saat ini sebagian dunia kerja mensyaratkan lulusan Perguruan Tinggi. Kesempatan memperoleh pendidikan secara merata di seluruh Indonesia sulit dilakukan sehingga kesadaran untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sangat rendah. Kondisi ini mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya dilirik sebagai buruh atau tenaga kerja kasar di pasar tenaga kerja internasional. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah dengan mengirim tenaga kerja lokal untuk mengikuti pelatihan baik di ASEAN maupun di Eropa. Perlindungan tenaga kerja lokal yang tidak terampil melalui komitmen dengan pengusaha Pemerintah daerah harus menjalin komitmen pekerja tidak terampil dari warga setempat sedangkan pekerja terampil bisa dari mana saja.UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)Dari delapan aturan kunci (golden rules) peringkat kompetitif dunia yang dikeluarkan oleh International Institute for Management Development (IMD), salah satunya adalah dukungan terhadap UMKM. Pada masa krisis moneter, UMKM mampu bertahan dan terus berkembang, hal tersebut dapat memberikan peluang peningkatan daya saing. Namun demikian, UMKM masih berada pada area kurang diperhatikan oleh pemerintah. Ketiadaan pendampingan dari pemerintah untuk menstandarkan produk lokal dan menginternasionalkan UMKM, membuat UMKM sulit bersaing dan kalah pada pasar lokal. Kerap kali terjadi ungkapan bagi UMKM Unggul di Produk, Kalah di Promosi. Upaya pemerintah dalam meningkatkan wawasan dan kualitas pendidikan pelaku UMKM diharapkan berpeluang untuk membentuk pasar ASEAN, salah satu contohnya adalah kerajinan tangan, furniture, makanan daerah, dan industri lainnya.PertanianPeningkatan keunggulan komparatif di sektor prioritas integrasi, terkait upaya pemerintah dalam pembangunan pertanian harus terus dilakukan untuk mengamankan konsumsi pangan lokal, mengingat tingkat konsumsi yang tinggi terhadap hasil pertanian.Melihat bahwa sektor pertanian masih tertinggal dan dibebani volume impor komoditas pangan dan hortikultura; kegagalan panen akibat kemarau dan gangguan hama; serta petani Indonesia rata-rata berusia 55-60 tahun dan tidak memiliki pengetahuan dan pendidikan yang memadai akan menyulitkan memasuki pasar bebas ASEAN. Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah: a) mendongkrak kapasitas produksi, kualitas pengetahuan dan permodalan agar Indonesia tidak bergantung pada impor, b) menyiapkan perlindungan bagi petani dengan penetapan tarif maksimal untuk produk impor, dan c) mnyediakan subsidi dan pengadaan kredit lunak bagi petani guna meningkatkan kemampuan mereka memasok kebutuhan pertanain seperti benih dan pupuk.Langkah-langkah strategis dalam meningkatkan daya saing dan mengejar ketertinggalan dari negara anggota ASEAN lainnya diantaranya:Penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi baik secara kolektif maupun individual (reformasi regulasi); contohnya: upaya pemerintah dalam peningkatan perlindungan konsumen dan upaya integrasi pelayanan perizinan pelayanan satu atap perlu dilakukan lebih dinamis agar lebih efektif.Peningkatan kualitas, sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun profesional.Penguatan, posisi usaha skala menegah, kecil, dan usaha pada umumnya; contohnya pengembangan KAPET dan KEK yang merupakan upaya meningkatkan daya saing ekonomi.Menciptakan, iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi, yang juga merupakan tujuan utama pemerintah dalam program reformasi komprehensif di berbagai bidang seperti perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi; contohnya, memberikan insentif fiskal dan pembebasan PPh badan untuk jangka waktu 5-10 tahun.Pengembangan, sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan;Peningkatan, partisipasi institusi pemerintah maupun swasta untuk mengimplementasikan MEA blueprint; mengintensifkan sosialisasi, promosi, seminar dan rapat kerja.Penyediaan, kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala dan Penguatan kemitraanantara sektor publik dan sektor swasta;Infrastruktur fisik, melalui pembangunan atau perbaikan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi, dan restrukturisasi industri. Upaya yang sedang dan akan terus dilakukan adalah meningkatkan promosi investasi di bidang infrastruktur dan meningkatkan kerjasama infrastruktur dengan sektor swasta, meningkatkan anggaran dalam pembangunan infrastruktur dan pembangunan konektivitas antar provinsi, meningkatkan kerjasama subregional.