STRATEGI DAKWAH JAMAAH TABLIGH DALAM TAZKIYATU …...JAMPANG BOGOR . Skripsi . Diajukan untuk...
Transcript of STRATEGI DAKWAH JAMAAH TABLIGH DALAM TAZKIYATU …...JAMPANG BOGOR . Skripsi . Diajukan untuk...
STRATEGI DAKWAH JAMAAH TABLIGH DALAM
TAZKIYATU NAFS DI MASJID AL HIDAYAH DESA
JAMPANG BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Ikom.I.)
Disusun Oleh:
M. Hafiz Harahap
NIM 1110051000007
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ABSTRAK
M. Hafiz Harahap
NIM: 1110051000007
Strategi Dakwah Jamaah Tabligh Dalam Tazkiyyatu Nafs di Masjid Al
Hidayah Desa Jampang Bogor
Jamaah tabligh adalah suatu komunitas yang tidak ingin disebut sebagai
lembaga atau organisasi, tetapi hanya berupa gerakan iman dan amal shalih.
Aktivitas jamaah tabigh adalah kegiataan berdakwah secara berkeliling dari satu
komunitas ke komunitas lainya untuk mengajak dan menyeru kepada kebaikan,
dan menerapkan amalan-amalan sunnah. Jamaah ini didirikan oleh Syaikh
Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawi (1303-1363 H) di Mewat, suatu daerah
diselatan Delhi, India. Awal terbentuknya Jamaah tabligh sekitar tahun 1920-an
yang di latar belakangi dengan adanya percampuran antara Sunnah dan Bid’ah,
sampai terjadi pemurtadan yang didalangi oleh para misionaris Kristen dimana
saatu itu Inggris sedang menjajah India. Sedangkan di Indonesia Jamaah Tabligh
hadir pada tahun 1970-an di Medan, sampai akhirnya sudah menyebar ke seluruh
kota hingga pelosok desa, dan salah satu daerah penelitian kali ini di masjid Al-
Hidayah, desa Jampang, Kabupaten Bogor.
Berdasarkan konteks diatas, maka timbul pertanyaan mayor, bagaimana
strategi dakwah Jamaah Tabligh di masjid Al- Hidayah dalam hal perencanaan?
Kemudian pertanyaan minor, bagaimana strategi dakwah jamaah tabligh dalam
implementasi? Dan bagaimana strategi dakwah jamaah tabligh dalam evaluasi?
Strategi dakwah Jamaah Tabligh ketika berdakwah di masjid Al- Hidayah
dalam hal perencanaan yaitu perumusan segala bentuk kegiatan dari mulai, sampai
berakhirnya kegiatan. Dalam musyawarah, forum perumusan tersebut
dilaksanakan untuk menentukan siapa saja para petugas Khidmad, petugas Taklim
Pagi, petugas Taklim Dzuhur, petugas Amir Muzakarah, petugas penyampai adab
adab jaulah, petugas bayan Ashar, dan terakhir petugas bayan Subuh.
Teori yang digunakan pada penelitian ini terdapat dalam teori dasar
kepemimpinan dan manajemen, yang paling sederhana disebut dengan POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling) yang diteori kan oleh George R.
Terry.
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan
adalah metode Deskriptif Anisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara
melalui pengamatan lapangan, wawancaar, dan dokumentasi dariJamaah Tabligh.
Strategi Dakwah Jamaah Tabligh dalam hal implementasi yaitu aplikasi
kegiatan atau tindak lanjut dari setiap yang telah rencanakan sebelumnya selama
masa tiga hari program berjalan. Strategi dakwah dalam hal evaluasi terbagi
menjadi dua bagian yaitu internal dan ekternal. Evaluasi internal sesama Jamaah
Tabligh yang di adakan di dalam rangkayan musyawarah berisi laporan
(kargozari) tentang kegiatan yng telah dilakukan pada hari sebelumnya. Evaluasi
eksternal berisi tentang penyampaian terima kasih dan mohon maaf dengan
masyarakat atas kesalahan selama beriktikaf di masjid, dan mengajak masyarakat
untuk bergabung aktif dalam program khuruj (tasykil).
Keywords: Strategi dakwah, perencanaan, implementasi, evaluasi.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas rahmat, karunia dan hidayat-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada sayyidina Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Jamaah Tabligh Dalam Tazkiyatu
Nafs Di Masjid Al Hidayah Desa Jampang Bogor”.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak jarang penulis menemukan
berbagai macam hambatan dan kesulitan yang dapat menurunkan semangat
penulis. Namun berkat dukungan semangat dan motivasi dari berbagai pihak yang
diberikan kepada penulis, sehingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini sudah selayaknya penulis ingin mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil Dekan I. Dr. Hj. Roudhonah,
M.Ag sebagai Wakil Dekan II. Dr. suhaimi, M. Si. sebagai Wakil
Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Fita
Fathurokhmah M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik
kelas KPI A angkatan tahun 2010. Bapak Zakaria, M.A selaku dosen
pembimbing skripsi. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk
beliau yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan ilmu dan
arahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama proses
perkuliahan
5. Dan juga kepada jajaran staf karyawan akademik. Perpustakaan Utama
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Perpustakaan Fakultas
Dakwah yang telah menyediakan referensi-referensi yang dapat
dijadikan bahan rujukan skripsi penulis.
6. Ucapan terima kasih penulis ucapkan secara khusus kepada keluarga,
terutama kedua orang tua penulis, ayah Muhammad Salim Harahap
dan Ibu Hindun serta adik, Rafiqah Humairah yang senantiasa
mendoakan, memotivasi dan memberi dukungan penuh baik berupa
materi maupun non-materi yang mengiringi penulis selama masa
kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi.
7. Ust Khairul Adha, Aktifis dakwah Jamaah Tabligh yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk diwawancarai peneliti.
8. Sahabat-sahabat alumni Ponpes Darul Arafah yang tidak dapat disebut
seluruhnya, yang selalu menyemangati dan membantu penulis dalam
pengerjaan skripsi dan mencari buku-buku materi.
iv
9. Kawan-kawan seperjuangan kelas KPI A 2010 Aditya Prasetyo,
Purnomo, Razak, Pringgo, Mulki, Bianda, Bustami, Almarhum Edi,
dan seluruh teman kelas KPI A yang tidak dapat disebut seluruhnya,
yang sukarela memberikan tenaga, pikiran, waktu dan tempat untuk
membantu penulis selama proses penulisan skripsi.
10. Kawan-kawan KKN Mentari 2010 yang sukarela menjalani masa bakti
pengabdian bersama dan kenangan indah yang tak terlupakan di desa
Harkat Jaya, Bogor.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.
Penulis menyadari dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini mendapat balasan dari Allah
SWT. Amin.
Ciputat, 28 Juli 2017
M. Hafiz Harahap
Nim: 1110051000007
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ....................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Proses Strategi
1. Pengertian Strategi ..................................................... 11
2. Proses Strategi ............................................................. 14
B. Pengertian Dakwah dan Unsur Dakwah
1. Pengertian Dakwah ..................................................... 16
2. Unsur unsur Dakwah ................................................... 19
C. Pengertian Strategi Dakwah .............................................. 24
D. Pengertian Tazkiyatu Nafs ................................................ 27
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh .................................. 33
B. Biografi Pendiri Jamaah Tabligh ...................................... 37
C. Jamaah Tabligh Di Indonesia ............................................ 39
D. Aktifitas Dakwah Jamaah Tabligh .................................... 43
E. Profile Masjid Al Hidayah Jampang ................................. 53
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Perencanaan Dakwah Jamaah Tabligh .............................. 55
B. Implementasi Strategi Dakwah ......................................... 60
C. Evaluasi Strategi Dakwah ................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 65
B. Saran .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................... 70
LAMPIRAN ................................................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam masa kini berada di pusaran globalisasi dunia yang dapat
menyeret pada kemiskinan identitas. Di era mordenisasi saat ini, berbagai bentuk
serangan tertuju pada umat islam, mulai dari manuver adat, budaya dan
kebiasaan bangsa luar, telah masuk ke setiap sudut kamar dari rumah-rumah umat
islam, sehingga tidak sedikit identitas keislaman masyarakat, hanya terlihat dari
selembar kartu tanda penduduk, atau berkembanglah dengan istilah “Islam KTP”
Serangan-serangan semacam itu, haruslah segera dicegah dengan
melakukan perbaikan ummat. Dimulai memperbaiki hubungan dengan Allah,
sampai perbaikan hubungan dengan manusia. Penguatan dan penyatuan
jama’ah Islam juga sebagai basis kekuatan untuk melawan pemikiran-
pemikiran kaum kafir yang akan meracuni aqidah umat, caranya dengan apa?
Jawabanya dengan Senjata gerakan dakwah.
Al-Ghazali berpendapat bahwa: amr ma’ruf nahi mungkar adalah inti
gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam1. Taufiq al-
wa’iy juga berpendapat tidak akan pernah berdiri tegak suatu agama, tidak akan
menang satu keyakinan, tidak akan populer suatu aliran kecuali dengan dakwah.2
1 Harjani Hefni, dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 7.
2 al-Wa’iy Taufiq, Dakwah Ke Jalan Allah-Muatan, Sarana, dan Tujuan, (Jakarta: Robbani Press,
2010), h. 47.
2
Dakwah Islam adalah suatu cara penyampaian ajaran-ajaran Islam kepada
umat manusia dan mengajak mereka untuk taat pada Allah SWT dan Rasulnya. Para
da’i (komunikator) benar-benar professional di bidang dakwah dan mengetahui tata
cara dimanapun berada, dengan sarana tertentu, dan tujuan tertentu.
Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada
Allah SWT, baik bagi sekelompok orang atau individu yang mengerti, memahami,
bahkan mengamalkan ajaran-ajaran islam.
Dakwah merupakan kegiatan syar’i berdasarkan firman Allah SWT dalam
Surah al-Imran/3: 104 berikut:
لتكه ت يذعن إلى ىكم أم يأمشن ٱلخيش م ن عه ٱلمعشف ب يى
ئك م ٱلمىكش ل أ ٱلمفلحن
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (Q.S Al Imran
104)
Di dalam perjalananya, dakwah tidak selalu dihiasi dengan bunga-bunga
menyenangkan, tetapi dakwah juga dipenuhi dengan cobaan dan rintangan yang
panjang. Pertarungan yang haq dan bathil merupakan fenomena nyata yang
digambarkan semenjak dakwahnya para rasul hingga saat ini. Dakwah yang selalu
mengajak pada kebaikan, akan selalu bertentangan dengan kebathilan yang selalu
diserukan oleh godaan syaitan. Oleh karena itu diperlukan kesabaran dan ketabahan
yang kuat dalam memikul tanggung jawab dakwah. Dan Allah akan memberikan
balasan kepada mereka yang konsisten menjalankan dakwahnya.
3
Salah satu indikator keberhasilan dakwah ialah dengan terbentuknya
suatu komunitas (jama’ah) dakwah, yaitu sekelompok masyarakat yang
menjadikan keislamannya sebagai peningkatkan akhlak pribadi dan lingkungan
sosialnya. Perubahan Islami adalah perubahan total yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan mendatangkan kedamaian hidup. Jama’ah merupakan sumber
kekuatan kaum muslimin. Allah Swt berfirman dalam Surah al-Imron/3: 103 berikut:
ٱعتصما بحبل ٱلل قا ل تفش وعمت ٱركشا جميعب عليكم إر كىتم ٱلل
ه ۦ أعذاء فألف بيه قلبكم فأصبحتم بىعمت كىتم على شفب حفشة م وب إخ
ىب كم فأوقز ٱلىبس لك يبيه م كز ٱلل ت تذن ۦلكم ءاي لعلكم ت
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk”.(Q.S Al Imran 103)
Salah satu dari sekian banyak komunitas yang berkembang di Indonesia
adalah sebuah komunitas yang dikenal dengan Jamaah Tabligh3. Jamaah Tabligh
merupakan suatu gerakan yang berusaha mengaplikasikan nilai-nilai islami melalui
dakwah secara berkeliling dari suatu tempat ke tempat lainya, untuk mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran.
3 An Nadhr M. Ishaq Shabab, Khuruj Fii sabilillah. ( Bandung : Pustaka Ramadhan, 2007),
Cet. VI, h.20
4
Gerakan ini didirikan oleh Maulana Muhammad Ilyas bin Syaikh Muhammad
Ismail Al-Kandahlawi AL-Hanafi, (1885-1944) seorang ulama kharismatik kelahiran
Kandahlah. Beliau lahir dan dibesarkan dilingkungan keluarga yang mengikuti
tariqat Al-Jitsytiah al-Shufiyyah. Beliau seorang yang hafal al-Quran (hafizh) dan
menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah dibai’at oleh guru besar tariqat, Syaikh
Rasyid Ahmad Al-Katsuhi4
Pusat perkembangan Jamaah Tabligh berada di India, tepatnya di
perkampungan Nizamudin, Delhi. Sebagai komunitas yang lahir atas dasar rasa
keperihatinan terhadap fenomena dekadensi moral masyarakat Islam yang sudah
menyimpang dari nilai-nilai Islami, Jamaah Tabligh berusaha mencari sumber
permasalahan yang menjadi penyebab dekadensi moral tersebut. Maka ditemukanlah
kenyataan bahwa ternyata umat Islam sudah meninggalkan dakwah atau usaha
dakwah yang selama ini dilakukan tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW.5
Atas dasar tersebut, dalam upaya memberikan solusi bagi permasalahan yang
terjadi di masyarakat, Jamaah Tabligh berusaha untuk menjalankan metode dakwah
yang sesuai dengan metode dakwahnya Rasulullah SAW yang disebut dengan
metode dakwah nubuwwah.6 Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT
زي قل ا إلى ۦ سبيلي أدع مه ٱلل هٱتبعىي على بصيشة أوب سبح ٱلل
مب أوب مه ٱلمششكيه
4 Sulaimi Ruwaifi . “Membongkar Kedok Jamaah Tabligh”, Artikel di akeses 12 Maret 2017
5 An Nadhr M. Ishaq Shabab, Khuruj Fii sabilillah. ( Bandung : Pustaka Ramadhan, 2007),
Cet. VI, h.32 6 Dakwah Nubuwwah adalah usaha dakwah yang pernah dilakukan Nabi Muhammad dalam
menyabarkan syari’at Islam. Lihat An Nadhr M. Ishaq Shabab, Khuruj Fii sabilillah. H. 20
5
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik" (Q.S Yusuf
108)
Menurut Jamaah Tabligh, bahwa dakwah merupakan tanggung jawab semua
orang, tanpa terkecuali. Bukan sebatas karena ingin mendapat pahala, tetapi
bagaimana rasa tanggung jawab agama wujud pada setiap ummat.7
Pada kenyataanya, persoalan dekadensi moral adalah tanggung jawab
bersama. Namun pada realitanya, jarang sekali di antara umat Islam yang peduli
dengan persoalan tersebut. Hanya sedikit yang menghendaki tersadarnya umat dari
kebobrokan moral ini dan mau berupaya untuk menyerukan kebaikan serta melarang
kemaksiatan. Sebuah upaya yang memerlukan kesabaran dan ketekunan yang
membutuhkan komunitas untuk selalu menjaga keseimbangan dan keteraturan hidup.
Sampai saat ini, Jamaah Tabligh terus tumbuh dan berkembang besar, sudah
masuk kedesa terpencil maupun kota-kota besar, bahkan sudah menyebar hampir di
seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Dan yang menjadi objek penelitian kali
ini yaitu di masjid Al-Hidayah selama tiga hari pada periode khuruj tanggal 27
sampai dengan 30 Mei 2017, Kecamatan Jampang Bogor.
Pada setiap langkah dan program kerja dakwah Jamaah Tablig haruslah
tersusun dan terjadwal dengan baik, sebab ada sasaran dan tujuan yang harus tercapai
secara gradual melalui tahapan yang jelas dan inilah yang sering disebut dengan
Strategi dakwah.
7 An Nadhr M. Ishaq Shabab, Khuruj Fii sabilillah, h. 81
6
Oleh Karena itu, penulis berinisiatif untuk meneliti lebih mendalam dengan
judul penelitian “STRATEGI DAKWAH JAMAAH TABLIGH DALAM
TAZKIYATU NAFS DI MASJID AL HIDAYAH DESA JAMPANG BOGOR”
B. Batasan dan Perumusan Masalah.
Pada penelitian kali ini, terfokus atau dibatasi hanya strategi dakwah Jamaah
Tabligh pada periode tanggal 27 sampai dengan 30 Mei 2017 di masjid Al-Hidayah
Desa Jampang Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Agar penelitian ini lebih
terarah dan sistematis, penulis merasa perlu membuat perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah strategi dakwah Jamaah Tabligh di Masjid Al-Hidayah
dalam hal perencanaan?
2. Bagaimanakah strategi dakwah Jamaah Tabligh dalam hal implementasi?
3. Bagaimanakah strategi dakwah Jamaah Tabligh dalam hal evalusi
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan strategi dakwah Jamaah Tabligh di Masjid Al-Hidayah
dalam hal perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
2. Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dari segi akademis dan praktis, yaitu:
a. Teoritis
7
Untuk pengembangan ilmu dakwah, diharapkan penelitian
ini dapat menjadi referensi dan peningkatan wawasan akademis
terutama dalam menemukan strategi dakwah untuk
meningkatkan partisipasi jama’ah dakwah. Dan dapat
memberikan kontibusi positif bagi mahasiswa agar dapat
mengembangkan dan melakukan penelitian lanjutan.
b. Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
menemukan dan mengaplikasikan strategi dakwah untuk
meningkatkan wawasan dalam berdakwah agar setiap umat dapat
menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa karya ilmiah yang objek
penelitiannya serupa, namun memiliki fokus permasalahan yang berbeda.
Perbedaan tersebut jelas terlihat pada fokus penelitian kali ini yang lebih
mengarah kepada strategi dakwah jama’ah tabligh yang menggunakan pendekatan
kualitatif.
Sedangkan pada penelitian sebelumnya yaitu:
1. Skipsi yang ditulis oleh Fikri Rivai (106051001814), mahasiswa
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta berjudul:
Aktivitas Dakwah DRS. KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh.
8
2. Skripsi yang ditulis oleh Ali Murtado (204034003148), mahasiswa
jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta
berjudul: Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Perspektif Jamaah
Tabligh dan Sayyid Quthb.
3. Skripsi yang ditulis oleh Intan Dwita Kemala, mahasiswi jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu PEngetahuan Budaya UI, 2008 berjudul:
Gerakan Islam Jamaah Tabligh Indonesia.
4. Tesis karya Nasrullah, mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta
Tahun 2005 berjudul: Studi Kritik Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh
Kebon Jeruk .
Dari sekian judul skripsi yang mengangkat tentang Jamaah Tabligh, Sebagai
bahan pertimbangan dan pembandingan untuk mengkaji strategi dakwah Jamaah
Tabligh, penulis mencoba membaca, dan mengumpulkan buku-buku yang sekiranya
dapat dijadikan rujukan.
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan adalah dengan deskriptif analitik. Metode ini adalah
dengan mencoba memaparkan atau menggambarkan tentang strategi dakwah Jamaah
Tabligh.
1. Data Penelitian
Peneltian ini menggunakan dua sumber data data, yaitu:
9
a. Data primer: ialah data yang didapat oleh peneliti sendiri dari
lapangan. Pada kesempatan ini, data primer berasal dari
observasi yang mengamati langsung aktivitas dan ceramah
selama masa Khuruj. Wawancara atau Interview dengan pihak
terkait, baik dari Amir (ketua) rombongan, maupun petugas
pelaksana program.
b. Data sekunder: ialah, data yang menjadi bahan pelengkap
dalam menyusun laporan penelitian yang berasal dari pihak
lain. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data sekunder
berupa dokumentasi milik Jamaah Tabligh Halaqah Jampang
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian kali ini menggunakan
metode observasi pada saat kegiatan berlangsung dan wawancara
dengan beberapa anggota jamaah Tabligh
3. Teknik Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dapat menunjukan pada
penelitian tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku, juga tentang
aktifitas dalam suatu komunitas atau jamaah.
10
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan
tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang menunjang
dalam pembahasan materi penelitian ini. Di antaranya,
pengertian strategi, dakwah, strategi dakwah, dan tazkiyah nafs
BAB III: Pada bab ini menguraikan tentang gambaran lokasi penelitian yang
mencakup profil lokasi penelitian dan gambaran umum tentang
Jamaah Tabligh
BAB IV: Pada bab ini terdiri dari hasil dan pembahasan berdasarkan temuan
data di lapangan. Hasil dan pembahasan menyajikan dan
menguraikan tentang gambaran aplikasi strategi dakwah Jamaah
Tabligh, respon masyarakat terhadap Jamaah Tabligh, dan kendala
atau hambatan yang didapat selama Jamaah Tabligh Kuruj di masjid
Al-Hidayah Desa Jampang.
BAB V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari kesimpulan yang
merupakan jawaban dari masalah penelitian dan saran untuk
penyempurnaan penelitian ini.
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Strategi dan Proses Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratogos, kata
Stratos berarti Militer, Ag berarti memimpin,. Dalam konteks awalnya,
strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dilakukn para Jendral
dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang1
Dalam membahas kata “strategik” sulit untuk dibantah bahwa
penggunaanya diawali atau bersumber dari lingkungan militer. Di lingkungan
tersebut penggunanya lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas
seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur
cara atau taktik untuk memenangkan peperangan. Tugas itu sangat penting yang
dalam arti sangat strategis bagi pencapaian kemenangan sebagai tujuan
peperangan.2
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau
kegiatan yang menerapkanya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep
atau seni seorang Jendral di masa perang, tapi sudah berkembang pada tanggung
jawab seorang pemimpin (manajemen puncak).
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimanyah, Manajmen Strategi Sebuah Konsep Pengantar,
(Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), H.8 2 Nawawi hadari, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2003), cet ke-II, H.147
12
Sejalan dengan uraian diatas, dari sudut etimologi (asal kata), kata “strategik”
dalam manajemen organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yang
terarah pada tujuan strategik organisasi.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strategi, penulis mengedepankan
beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, diantaranya:
1. Onong Uchayana Efendi mengatakan, “…Strategi pada hakekatnya
adalah perencanaan (planning) dan Manajemen untuk mencapai
tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik oprasionalnya…”3
2. Fuad Amsyari mengatakan, “…bahwa dalam pengertian dasarnya
strategi atau taktik adalah metode untuk memenangkan suatu
persaingan-persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk
merebut suatu wilayah dengan memakai senjata atau tenaga manusia.
Sedangkan dengan bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu
cara atau teknik untuk memenangkan suatu persaingan antara
kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya….”4
3. A. M Kadarman mengatakan, “…Strategi adalah penentuan tujuan
utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
3 Efendi O. U, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
1992), Cet ke-6, h.32 4 Amsyari Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia (Bandung: Mizan, 1990), Cet ke-
1, h. 40
13
organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan pengalokasian
sumberdaya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan
tersebut. Jadi strategi menyangkut segala pengaturan berbagai
sumberdaya yang dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang
tidak kalah bersaing….”5
4. Syarif Usman mendefinisikan, “…strategi sebagai kebijakan
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan
kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan
kebahagiaan...”6
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa strategi adalah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan rencana atau upaya bagaimana tujuan
organisasi dapat dicapai.
2. Proses Strategi
Seperti yang dikatakan Joel dan Michail bahwa sebuah organisasi tanpa
adanya strategi umpama kapal tanpa ada kemudinya, bergerak dan berputar
5 Kadarman A.M et al, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: PT. Prenhallindo), h.58
6 Usman Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta:
Firman Jakarta, 1998), h.6
14
dalam lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya
tujuan tertentu.7 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan:
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamya ada pengembangan
tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu
objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk
dilaksanakan.
Teknik perumusan strategi yang penting dapan dipadukan menjadi
kerangka kerja di antaranya:
a) Tahap Input (masukan)
Dalam tahap ini, proses yang dilakukan
adalah meringkas informasi sebagai masukan awal,
dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
b) Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan
pada upaya menghasilkan strategi alternatif yang
layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal
dan inrternal.
b. Impelementasi Strategi
7 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,2002)h, 3
15
Termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi,
menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan memanfaatkan sistem informasi
yang masuk.8 Impelementasi sering pula disebut sebagai tindakan dalam
strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan.
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam sebuah strategi adalah tahap evaluasi.
Tiga macam aktifitas mendasar untuk melakukan evaluasi
strategi yaitu:
a) Meninjau faktor-faktor eksteral (berupa peluang dan
ancaman) dan faktor internal (berupa kekuatan dan
kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi.
Perubahan strategi pada faktor eksternal dan internal yang
tidak efektif atau buruk, dapat berakibat buruk pula pada
hasil yang akan dicapai.
b) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataanyang di dapat). Menyelidiki
penyimpangan dari rencana, mngevaluasi prestasi individu
dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah
penyampaiansasaran yang dinyatakan.
8 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,2002)h, 3
16
c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa
prestasi sesuai dengan rencana. Tindakan korektif
diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan
yang dibayangkan semula atau pencapaian yang
direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan.
B. Pengertian Dakwah, dan Unsur-unsur dakwah,
1. Pengertian Dakwah
Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau
masdar. Kata kerjanya adalah da‟a, yang mempunyai arti memanggil,
menyeru, atau mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat pada
perintah Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlak Islamiyah.9
Secara etimologi, dalam kamus bahasa Arab al-Munawir, kata dakwah
berarti “doa, seruan, panggilan, ajakan, undangan, ataupun permintaan.10
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dakwah
didefinisikan:
“penyiaran atau propaganda, penyiaran agama dan pengembanganya
dikalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama.11
9 Ensiklopedi Islam, Jakarta Ictiar Can Hoeve, 1999, h. 280
10 Munawir. A.W, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Lengkap, (Jakarta: Pustaka Progresif,
1997), cet ke-14, edisi 2, h. 407 11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), cet ke-9, h. 205
17
Dalam Qur‟an, kata dakwah bisa berarti menyeru kepada kebaikan
maupun keburukan.
أدعىكن إلى قىم هب ل ة ۞و إلى ٱلجى ٱلبر وتدعى
“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka” (Q.S Al-Mukmin: 41)
Akan tetapi jika dilihat arti dakwah dari konsepsi Islam, sepenuhnya
mengandung arti menyeru atau mengajak kepada kebaikan, sesuai dengan
nilai-niai ajaran Islam, jadi seruan atau ajakan kepada kejahatan tidak
termasuk dalam konsep dakwah Islam.
Dakwah juga berarti do‟a atau permohonan, sebagaiman firman Allah
إذا دعبى ٱلداع ي ع فئ قرب أجب دعىة سألك عببد وإذا
فلستجبىا ل ولؤهىا ب لعلهن رشدوى
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S Al-
Baqarah:186)
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, dakwah memiliki definisi-
definisi seperti yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
1. Menurut Quraish Shihab, “…mendefinisikan dakwah sebagai
seruan atau ajakan keinsafan, atau usaha mengubah situasi menjadi
lebih baik (dari yang awalnya berperilaku buruk sampai kepada
arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun
kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam
18
pelaksanaan ajaran islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek kehidupan….”12
2. Menurut A. Ilyas Ismail, dalam buku Paradigma Dakwah Sayyid
Quthub mendefinisikan, “….dakwah sebagai usaha orang beriman
untuk mewujudkan system ajaran Islam dalam realitas kehidupan
atau usah orang beriman untuk mengokohkan system Allah dalam
kehidupan manusia, baik pada tataran individu, keluarga,
masyarakat, dan umat demi kebahagiaan dunia dan akhirat….”13
3. Menurut Muhammad Natsir, dalam tulisanya yang berjudul
“Fungsi dakwah dalam rangka perjuangan” mendefinisikan
pengertian dakwah sebagai “…Usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia, dan seluruh umat
tentang konsep Islam, pandangan dan tujuan hidup manusia di
dunia ini, yang meliputi amal ma‟ruf-nahi mungkar, dengan
berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing
pengalaman dalam peri kehidupan perorangan, peri kehidupan
berumah tangga, peri kemasyarakatan, dan peri kehidupan
bernegara….”14
Dari beberapa definisi diatas, jelaslah bahwa dakwah Islamiyah adalah
seruan atau ajakan yang dilakukan seorang muslim dan muslimah dengan cara
12
Shihab Quraish, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998) cet-17 h. 194 13
Ismail A. I, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, h. 147. 14
Shaleh A. R, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1986) cet. Ke-2 h.7
19
bijaksana sesuai kadar kemampuanya untuk merubah situasi kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna sebagai refleksi dari keyakinan dan pengalaman
akidah dan syariah Islamiyah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah merupakan kewajiban pribadi bagi setiap umat Islam
dimanapun, dan kapanpun. Artinya dakwah seharusnya tidak hanya dilakukan
oleh sebahagian orang saja yang saat ini sebagai ulama, ustad, da‟i, maupun
muballigh, melainkan bagi dilakukan oleh seluruh umat muslim, karena itu
semua akan menjadi bekal yang bisa bermanfaat bagi semua umat Islam.
2. Unsur-unsur Dakwah
Dalam kerangka epistimologi, dakwah memiliki sistem. Sistem ini
saling berkesinambungan antar satu dengan yang lainya yaitu: da‟i, mad‟u,
materi dakwah, media dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah. Unsur-
unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a) Subjek Dakwah (da‟i)
Da‟i sebagi subjek dakwah memegang peranan penting untuk
mencapai hasil dakwah yang dilakukanya.15
Seorang da‟i harus
memiliki wawasan dan keilmuan yang mumpuni, agar dapat menjadi
sandaran umat berkonsultasi dan bertanya tentang persoalan agama
dan umum.
15
Muhtarami Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: al-Amin Press dan
IFKA, 1996) h, 14.
20
b) Objek Dakwah (Mad‟u)
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seorang da‟i harus
memahami objek dakwah yang ia hadapi. Baik dari kelasifikasi sosial,
dan seterusnya. Tujuan memahami mad‟u ialah agar seorang da‟i bisa
menyiasati penerapan strategi dakwah yang tepat untuk menghadapi
mad‟u-nya tersebut. Hal ini perlu diperhatikan mengingat mad‟u yang
sangat heterogen.
c) Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah hanyalah berlandaskan Qur‟an
dan Hadis sebagai sumber utamanya. Keduanya merupakan warisan
baginda Nabi Muhammad SAW yang harus disampaikan kepada
selurruh umat manusia sebagai pedoman hidup (way of life) menuju
jalan yang diridhoi Allah SWT, yaitu jalan keselamatan hidup di dunia
dan di akhirat.16
Dalam Qur‟an dan Sunnah, materi dakwah jelas sangat luas
karena menyangkut hal-hal yang dibutuhkan dalam seluruh bidang
kehidupan manusia. Namun demikian ada lima materi pokok yang
dapat dijadikan garis besar dakwah tersebut, yaitu: 1. Masalah
kehidupan, 2. Masalah kemanusiaan, 3. Masalah harta
benda/kekayaan, 4. Masalah pengetahuan, 5. Masalah aqidah.
16
Slamet. A.M , Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Cet ke-I (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), h.45
21
d) Metode Dakwah
Dalam bahas Yunani, metode berasal dari kata thariq17
.
Apabila diartikan dengan bebas, metode adalah cara yang telah di atur
dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Jika
dipahami dengan seksama kutipan ayat 125 dari surat an-Nahl berikut
ini:
دلهن ب ٱلحست ٱلوىعظت و ٱلحكوت إلى سبل ربك ب ٱدع أحسي ٱلتوج ه
ٱلوهتدي وهى أعلن ب ۦإى ربك هى أعلن بوي ضل عي سبله
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan peajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dapat diperinci bahwa terdapat tiga macam metode dakwah, yaitu:
1. Hikmah,
Hikmah adalah memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah, materi yang disampaikan tidak memberatkan
mad‟u, tidak membebani sesuatu yang memberatkan jiwa
menerimanya. Banyak sekali cara yang ditempuh untuk
mengajak mereka sesuai dengan keadaanya, tidak menggebu-
gebu dan bernafsu, karena semua itu melampui batasan
17
Hasanudin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke-I, h. 35.
22
hikmah.18
Metode hikmah ini bisa memanfaatkan cara melalui;
komparatif, kisah, perumpamaan, sumpah, wisata (tasyir).
Aplikasi metode dakwah hikmah sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah SAW. Sejak beliau berlaku lembut dan santun
sampai saatnya Nabi mengomando para sahabat untuk
mengangat senjata memerangi musuh, adalah apikasi hikmah.
Ada masanya beliau berdakwah secara siriyah (tertutup), tetapi
ada pula masanya untuk berdakwah secara jahriyah
(terbuka).19
2. Al-Mauizha alhasanah
Ali Mustafa Yakqub menyatakan bahwa, “Mauizaha
hasanah ialah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik
dimana ia dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
mendengarkanya, seperti pesan dakwah yang memuaskan
sehingga mad‟u dapat membenarkan apa yang disampaikan
oleh subjek dakwah”20
Metode seperti ini biasanya
menggunakan bahasa yang relefan, nasehat, wasiat, kabar
gembira, dan tauladan.
3. Mujadalah billati hiya ahsan,
Yaitu bertukar pikiran (diskusi) dengan cara-cara yang
baik, metode ini digunakan bagi objek dakwah tertentu,
18
Ghazali Darus Salam, Dakwah yang Bijak, (Jakarta: Lentera, 1987) Cet. Ke-II, h.26. 19
Ilyas Yanuar, Prinsip-prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), h.30-31 20
Yakqub Ali Mustafa, Sejarah Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 16.
23
misalnya bagi orang yang berpikir kritis dan kaum terpelajar,
seperti mahasiswa dan santri. Implementasi dari bentuk
dakwah mujadalah bisa berupa seminar, diskusi interaktif,
forum tanya jawab, saresehan, dan semacamnya.
Selain ketiga metode diatas, ada juga metode dakwah
bil Harakah, yaitu dakwah pergerakan. Artinya metode
dakwah ini lebih menekankan pada aspek tindakan, (aksi) dari
pada wacana (teoritisasi). Orientasi metode dakwah ini
menurut Ilyas Ismail, adalah “… pengembangan terhadap
masyarakat Islam dengan melakukan reformasi dan perbaikan
(Islah) dalam segi-segi kehidupan manusia mulai dari
perbaikan individu, keluarga, pemerintah dan negara…”
C. Strategi Dakwah
Berbicara mengenai strategi dakwah sangat erat kaitanya dengan managemen.
Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah
keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi.
Pengertian managemen strategi adalah suatu proses kegiatan managerial yang berdasr
dan menyeluruh dalam mendayagunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.21
21
Raffiudin dan Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung,: Pustaka Setia, 1997), cet
ke-I, h. 43
24
Sedangkan pengertian dakwah sebagaiman yang telah dijelaskan sebelumnya
secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu maupun kelompok (kolektif,
lembaga, organisasi). Dalam merealisasikan ajaran islam ditengah-tengah manusia
melalui metode-metode tertentu dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan
masyarakat yang menerapkan ajaran-ajaran islam secara utuh (kaffah) dan
mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat.
Memperhatikan definisi tentang strategi dan dakwah sebagaiman telah
diuraikan, maka dapat dipahami bahwa pengertian strategi dakwah adalah proses
managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam mendayagunakan sumber daya
dakwah untuk mencapai tujuan dakwah sesuai dengan visi dan misi dakwah yang
telah ditetapkan dengan mempertimbangkan segala kemampuan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman yang ada, baik dari faktor sumberdaya internal maupun
eksternal.
Dakwah yang berfungsi sebagai aktivitas untuk membumikan Islam sebagai
agama yang universal, sempurna, dan komperhesif, senantiasa dihadapkan pada
masalah-masalah internal maupun eksternal yang berhubungan dengan aspek
kehidupan manusia. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa dalam pelaksanaan
dakwah sering dijumpai adanya kekurangan, kejanggalan, kesalahan, dan kendala
dalam komponen-komponen dakwah seperti: da‟i yang kurang menguasai materi,
objek, media dakwah, materi yang tidak sesuai dengan objek dakwah, terbatasnya
dana, kurang tepatnya penggunaan metode dakwah, minimnya perencanaan dan
koordinasi dalam pengelolaan maupun pelaksaan dakwah, dan sebagainya
25
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq menyatakan, “… beberapa sifat dan
metode strategi dakwah Rasul SAW yang harus dicontoh dalam berdakwah…”22
:
1. Mengetahui bahwa Rasul pertama kali berdakwah menggunakan
metode public relation (berkomunikasi dengan masyarakat
umum). Beliau menawarkan dakwahnya kepada siapa saja yang
beliau pandang bisa menerima dakwahnya yang masih bersifat
rahasia.
2. Beliau diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan dakwahnya
secara terang-terangan. Rasul SAW tidak membatasi kegiatan
dakwahnya hanya di madrasah saja, tetapi juga mengajar para
sahabat dirumah beliau, dirumah mereka, dijalan-jalan dan pada
kesempatan perjalanan dakwah.
3. Dalam mengajar Rasul SAW menggunakan metode persahabatan,
dimana persahabatan ini menuntut adanya rasa cinta, komitmen,
dan kesetiaan.
4. Rasul SAW menggunakan metode nasihat dengan sangat hati-hati,
beliau tidak memberi nasihat kecuali secara berkala. Kelima, Rasul
SAW adalah orang yang lapang dada, beliau tidak pernah bersikap
kasar kepada seseorang yang mengajukan pertanyaan.
22
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,1996), h. 22
26
Guna optimalisasi strategi dakwah, maka Asmuni Sukir berpendapat
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa Azaz dakwah, antara
lain:23
1) Azas Filosofis, azas ini erat hubunganya dengan tujuan-tujuan
yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.
2) Azas kemampuan dan keahlian da‟i (achievement and
professional). Azas ini membahas mengenai kepribadian da‟i yang
mencakup masalah sifat, sikap, dan kemampuan diri pribadi da‟i.
3) Azas Sosiologis, azas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya,
politik pemerintah setempat, mayoritas agama di derah setempat,
filosofis sasaran dakwah dan lain sebagainya.
4) Azas Psychologis, azas ini membahas masalah yang erat
hubunganya dengan kejiwaan manusia.
5) Azas Efektifitas, azas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas
dakwah harus berusaha menyeimbangakan antara biaya, waktu,
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya,
bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat mencapai
hasil yang semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang
antara keduanya.
23
Sukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32.
27
Siring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pada pengertian lain. Ilmu dakwah juga mengadopsi
kata strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat
membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.
D. Pengertian Tazkiyatun Nafs
Secara etimologi kata Tazkiyah mempunyai dua makna: pencucian dan
penyembuhan. Demikian pula maknanya secara istilah. Tazkiyatun Nafsartinya
penyucian jiwa dari penyakit cacat, merealisasikan (Tahaquq) berbagai maqam
padanya, dan menjadikan asma‟ dan sifat Allah sebagai akhlaknya (takhaluq).
Dengan demikian tazkiyah adalah tathur, tahaquq, dan takhaluq.24
Jadi tazkiyah adalah proses penyucian jiwa dari sifat tercela dengan sifat
terpuji, kemudian akhlak/ perilaku terpuji bisa terealisasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Tazkiyah dengan arti membersihkan atau mensucikan diri dari sifat tercela
merupakan langkah awal dari proses penyucian jiwa. Sebagai manusia tidak terlepas
dari perbuatan yang menyimpang, oleh karena itu butuh adanya pengontrol jiwa
untuk menghindari perbuatan-perbuatan tercela. Sedangkan tazkiyah sebagai jalan
untuk menumbuhkan dan memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat terpuji merupakan
tindak lanjut dari penyucian jiwa.
Dalam buku Ahmad Al Buny Dajamaludin, Syekh Ibnu „Athoillah
mendefinisikan, “… tazkiyat yakni mengosongkan diri dari semua bentu akhlak
24
Hawwa Said, Almustakhlash Fii Tazkiyatil Anfus, Konsep Tazkiyatun Nafs
Terpadu(Jakarta:Robbani Pers,2010, h. 2
28
tercela, barulah secara bertahap diganti dengan cara memasukkan akhlak terpuji,
sehingga dengan pegertian lain menjadikan jiwa yang selalu berusaha mendekatkan
diri kepada Allah SWT….”25
Dalam esiklopedi Islam, kata Nafs (nafsu) dipahami sebagai organ rohani
manusia yang mememilliki pengaruh yang paling banyak dan paling besar di antara
anggota rohani lainya yang mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk
melakukan suatu tindakan.26
Dalam kamus ilmu tasawuf kata nafs memiliki beberapa arti:
1. Nafs adalah pribadi atau diri dalam susunan nafsu fisik (psiko
fisik) bukan merupakan dua dimensi yang terpisah.
2. Yaitu kesadaran, perikemanusiaan, atau “aku inrternal”.
Maksudnya macam kegelisahan, ketenangan, sakit, dan
sebagainya hanya diri sendirilah yang merasakan, dan belum
tentu terekspresikan melalui fisik.
3. Yaitu spesies (sesama jenis).
4. Yaitu diartikan sebagai kehendak, kemauan, dan nafsu-nafsu.
Dengan kata lain nafs merupakan kekuatan penggerak yang
membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan
memotori tingkah laku serta mengarahkanya pada suatu tujuan
atau berbagai tujuan.
25
Djamaludin Ahmad, Mutu Minkim Dari AlHikam(Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h.75 26
Kafrawi Ridwan, Ensiklopedi Islam, (Jakarta, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, 1994), jilid 4,
h.342.
29
Sedangkan menurut Al-Ghazali jiwa adalah suatu zat atau substansi
(jauhar) yang berdiri dengan sendirinya bukan suatu keadaan atau aksiden
(„ardh) sehingga ia pada dirinya sendiri. Munculnya kekuatan itu berawal dari
dorongan semangat lalu menjadi tindakan.27
Al Ghazali membagi Nafs (jiwa manusia) sebagai berikut:28
1. Nafs Al „ammarah, yaitu jiwa yang menentang bahkan tunduk
terhadap sahwatnya atau tunduk kepada dorongan-dorongan syetan
(jiwa yang mengajak manusia untuk berbuat jelek).
2. Nafs Lawwamah, yaitu jiwa yang dimiliki orang dalam kondisi
belum hidup tenang, tetapi sudah berupaya menolak nafsu
syahwatnya.
3. Nafs Muthmainnah, (jiwa yang tenang) yaitu jiwa yang dimiliki
oleh orang dalam kondisi tenang dan mampu menyingkirkan
kegundahanya dalam menentang kehendak syahwatnya. Hal ini
dijelaskan dalam Al Quran surat Al Fajr 27-28
أتهب ٧٢ ٱلوطوئت ٱلفس رضت ٱرجع ٧٢إلى ربك راضت ه
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya” (Q.S Al Fajr 28 27).
Dalam Islam bahwa esensi ibadah bertujuan untuk peningkatan
kualitas ruhaniah secara komulatif, oleh karena itu dalam upaya
Tazkiyatun Nafs dalam sufisme dikenal berbagai teori sistem sesuai
27
Al Ghazali, Mu‟raj Al Salikin, Tangga Pendakian Bagi Para Hamba Yang Hendak
Merambah Jalan Allah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), h. 65. 28
Al Ghazali, Mihrab Kaum Arifin: Apresiasi Sufistik Untuk Para Salikin, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2002), h. 62-63.
30
dengan aliran dan tujuan masing-masing, antara lain adalah apa yang
disebut dengan takhalli, tahalli, dan tajalli.29
a. Takhalli
Dalam proses penyucian jiwa, secara psikologis ada
dua macam ketidaksadaran, yang pertama berasal dari “aku”,
yang kedua berasal dari hawa nafsu atau nafs „ammarah..
Mengendalikan nafsu atau nafs „ammarah bukanlah pekerjaan
yang mudah, oleh karena itu perlu didukung oleh berbagai
sikap mental yang disebut dengan al-Maqamat seperti: Al-
Faqr, Al-Sabr, AL-Wara‟, Al-Rhida.
Inilah yang di maksud dengan takhalli, yakni
membersihkan diri dari sikap dan sifat memperturutkan
dorongan nafsu yang membawa kepada dosa. Dalam makna
lain takhalli merupakan pembersih diri dari sifat tercela, dari
maksiat lahir batin, sifat-sifat tercela yang mengotori hati
adalah hasad, takabur, ujub, riya, su‟udzan, dan ghadlab
(pemarah).
Menurut para sufi, kemaksiatan bisa dibagi menjadi
dua, maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah
29
Rifay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme kelasik ke Neosufisme, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), cet keII, h. 242
31
segala sifat tercela yang dikerjakan anggota lahir (panca indra),
sedangkan maksiat batin yang dikerjakan oleh hati.30
b. Tahalli
Pada tahap ini pembersihan kembali jiwa yang bersih
itu dengan sifat-sifat terpuji, kebiasaan jelek (lama) yang telah
ditinggalkan, diganti dengan kebiasaan baik (baru), melalui
latihan berkesinambungan, sehingga terciptanya kepribadian
yang membiasakan akhlakul karimah. Salah satu cara hal itu
ialah (zikir) yang di sebut Al Gazali sebagai “Pelarutan Qalbu”
dengan selalu mengingat Allah.31
c. Tajalli
Dari serangkaian latihan yang dilaksanakan secara
sungguh-sungguh pada dua tahap diatas, diharapkan jiwa
seseorang terhindar dari nafs „ammarah sehingga tidak terjadi
perbuatan jelek atau keji. Dan lebih dari itu dapat mencapai
tingkat nafs tertinggi yaitu nafs mutma‟innah, maupun yang
diridhoi Allah SWT.
Apabila jiwa telah terisi dengan sifat mulia dan organ-organ tubuh
terbiasa melakukan amali-amal shaleh, untuk selanjutnya agar hasil yang
30
Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 208 31
Rifay Siregar, Tasawuf dari Sufisme....., h. 245
32
diperoleh tidak berkurang, perlu penghayatan keagamaan, rasa keagamaan ini
akan menimbulkan cinta mendalam dan rindu kepada-Nya.32
Dalam Al-Quran banyak ayat yang berbicara tentang penyucian jiwa.
Berikut ini ayat yang berbicara tentang tazkiyat an nafs dengan maksud untuk
melihat sejauh mana konsep tazkiyatun nafs mempunyai landasan naqliyah.
Diantaranya dalam surat Al-Baqarah ayat 129 dijelaskan:
ب تك وعلوهن ٱبعث و رب هن ءا هن تلىا عل ب فهن رسىل ه ٱلكت
هن إك أت ٱلحكوت و ٱلحكن ٱلعزز وزك
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-
Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”(Q.S Albaqarah
129)
32
Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam,...h. 209
33
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh
Pembentukan Jamaah Tabligh beserta pemikiran dan pola dakwahnya
tidak dapat dipisahkan dari aspek sejarah, geografis dan kultural India sebagai
tempat kelahiran Jamaah ini di daerah Mewat. Pendiri Jamaah ini adalah
Maulana Ilyas al-Kandahlawi. Di sekitar kecamatan Mewat Maulana
menyaksikan amal agama umat Islam semakin jauh dari ajaran Islam.1 Padahal,
daerah suku Rajput yang dikenal sebagai bangsa Meo ini mengenal Islam sejak
abad pertama hijriyah, bahkan pada abad pertengahan pernah menjadi salah
satu central perkembangan budaya Islam ketika pusat kekhalifahan di Baghdad
bergerak ke India. Namun meski sudah ratusan tahun hadir, Islam justru makin
asing di masyarakat.
Keadaan masyarakat Mewat pernah digambarkan peniliti dunia Islam John L
Esposito dalam “Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern”. Ia memaparkan,
“…ketika Maulana Muhammad Ilyas memulai gerakan keagamaannya, kebanyakan
orang Meo yang ber-KTP Islam sudah sulit mengucapkan kalimat syahadat dengan
benar…”2 apalagi melafalkan doa-doa ritual harian karena acara doa untuk kelahiran,
perkawinan, dan kematian di desa tersebut kembali didasarkan pada kebiasaan-
kebiasaan Hindu. Mereka merayakan Idul Fitri dan memperingati tahun baru Islam
1 Major Powlett, “The customs of Meos are a mixture of Hindu and Muslim customs ’‟ Alwar Gazetteer
1878, h. 4.
2 Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul. (Depok: Rumah Brilian, 2010) h. 30.
34
Muharram, tetapi juga membuat ritual Janam Ashtami, Dussehra dan Diwali, bahkan
untuk menentukan tanggal perkawinan pun mereka berkonsultasi kepada Brahma,
bukan kepada ulama-nya. Kebiasaan agama Hindu lebih menguasai isi sehari-hari dan
Islam hanya menjadi lebel identitas luar belaka.
Jama‟ah Tabligh muncul sebagai gerakan yang mengimbangi gerakan
pengalihan Hindu yang agresif di India pada saat itu. Maulana Ilyas berkeyakinan
bahwa gerakan keagamaan Islam yang kultural merupakan metode yang dapat
memurnikan kaum muslimin dari kehinduan mereka. Institusi pendidikan tradisional
yang disebut dengan “madrasah” pun didirikan sebagai langkah awal untuk
memperbaiki dan mendidik kaum muslim. Wilayah Mewat sebagai kelahiran tempat
Jama‟ah Tabligh berhasil membentuk jaringan sekolah agama berbasis masjid yang
mengajarkan praktek keislaman yang benar.3
Dalam perjalananya, Maulana Ilyas mengalihkan fokus gerakanya yang
menggunakan pendekatan madrasah menjadi tabligh. Hal ini dilakuakan karena
strategi mendirikan sekolah yang membangkitkan kesadaran beragama hanya
menghasilkan fungsionaris agama, bukan pengkhutbah yang menggunakan jalur
kultural. Konsep tabligh ini akhirnya diluncurkan secara resmi pada tahun 1926 di
Raiwind, Pakistan. Metode Tabligh yang digunakan oleh Maulana Ilyas merupakan
aspek inovatif yang khas dari konsep dakwah dalam Islam.
Konsep gerakan dakwah yang digagas oleh Maulana Ilyas ini mengambil
jalur diluar wilayah politik. Menurut Maulana, jama‟ah tidak akan mampu mencapai
tujuannya jika mengambil bagian di wilayah politik partisan. Konsep dakwah kultural
3 Jhon L. Esposito, hlm. 276
35
versi Jam‟ah Tabligh, diimplementasikan penuh pada aktivitas tabligh yang dikenal
dengan istilah khuruj. Sumber hukum islam yang dijadikan sebagai latar belakang
dan argumentasi penggunaan konsep ini ada dalam surat Ali Imran: 110:
مرونبكنتم للناستأ رجت ةأخ رأم روفخي مع نعهٱل هى منكروتن ٱل
منىنب هوتؤ لٱلل ءامهأه بولى كت همٱل ن رالهمم منىنلكانخي مؤ ٱل
ثرهم سقىنوأك ف ٱل “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik”
Penggunaan kata ukhrijat (dilahirkan) pada ayat diatas dimaknai dengan
“keluar” (khuruj) umtuk menyampaikan dakwah kepada manusia. Hal ini yang
menjadi dasar Maulana Ilyas dalam mendrikan Jama‟ah Tabligh dan dalam
menjalankan strategi dakwahnya4
Maulana mulai memimpin sebuah gerakan menyeru umat agar kembali ke
jalan Allah SWT dengan mempraktikkan sunah Rasulullah dan para sahabat. Lalu
dibentuklah Jamaah untuk mendakwahkan agama kepada masyarakat luas di muka
bumi. Maktab pertama dibuka dengan berbagai hambatan, sebab masyarakat setempat
dari kanak-kanan (masa belajar) sudah sibuk di ladang. Akhirnya Maulana Ilyas
bertanya ongkos kerja anak-anak dan akan diganti setiap hari asal mereka mau belajar
agama di maktab dan shalat di masjid. Saat itu, untuk membawa anak-anak ke tempat
belajar agak sulit hingga terkenal ungkapan Maulana, “Give me the pupils, I will
4Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul. ( Depok: Rumah Brilian, 2010 ) h. 40
36
provide the money.”5 Yang artinya kurang lebih “hadirkan kepadaku seorang yang
mau belajar agama, maka akan aku balas kehadiranya dengan imbalan uang”.
Maulana Muhammad Ilyas semakin menegaskan misi dakwahnya pada 1926
ketika harus bertanggungjawab atas madrasah peninggalan ayahnya di Basti
Nizamuddin, dekat alun-alun lama kota Delhi. Maulana menggantikan kakak dan
gurunya, yaitu Maulana Yahya. Di Nizamuddin itulah kemudian pusat internasional
Jamaah Tabligh.6
Setelah negara India pecah pada 1947, Reiwind, sebuah kota kecil di tepi
jalan raya dekat Lahore, Pakistan, melengkapi Basti Nizamuddin sebagai pusat utama
aktivitas dakwah. Tidak lama juga terbentuk pusat dakwah di kota Kakrail, Dhaka,
Bangladesh. Di India-Pakistan-Bangladesh atau biasa disingkat IPB, sebagian besar
Jemaah dari seluruh dunia (karkun atau ahbab) datang belajar dan melihat langsung
praktik dakwah diamalkan. Untuk Indonesia markaz dakwah ini berada di Masjid
Kebon Jeruk, Jalan Gajah Mada, Jakarta Kota.7
Walaupun terus berkembang pesat dari saat digerakkan, Maulana sendiri tidak
menamai gerakannya, tidak membuat kop surat bertuliskan nama apa pun, tidak
membuat plang nama atau apa pun karena tidak membentuk organisasi apa pun
kecuali istiqamah terus membentuk Jemaah kerja dakwah memperbaiki iman dan
5Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul. ( Depok: Rumah Brilian, 2010 ) h. 40
6 Hazratjee Maulana Ilyas, „‟First Ameer of Tableeghi Jamaat (RA),‟‟ artikel diakses pada 12
Maret 2017 dari http://gotabligh.com/vip-tabligh/617.html
7 Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul. ( Depok: Rumah Brilian, 2010 ) h 20
37
amal shaleh yang dilakukan secara terorganisasi. Jika terpaksa harus dinamai, ini
adalah gerakan iman dan amal shaleh, demikian wejangannya.
B. Biografi Pendiri Jama’ah Tabligh
Pendiri gerakan Jama‟ah Tabligh adalah Maulana Ilyas al-Kandahlawi yang
lahir pada tahun 1302 H. (1885) di Kandahlah, daerah Mewat yang dihuni suku
Rajput Meos di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, Selatan Delhi, India. Ayahnya
bernama Syekh Maulana Ismail dari Nidzamuddin dan Ibunya Shafiyah Al-Hafidzah,
putri Mufti Ilahi Bakhsh dari Kandahla. Maulana Ismail dan Shafiah bertemu satu
kakek pada generasi ketujuh ke atas seterusnya hingga Sayyidina Abu Bakar
Asshiddiq8
Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar kepada ayah dan ibunya.
Ayahnya, Syekh Maulana Ismail terkenal sebagai ulama besar yang shaleh, gudang
ilmu agama, terutama bidang Alquran dan Hadist. Dalam keseharian, Mualana Ismail
terkenal sebagai seorang sufi, ahli ibadah yang suka membantu para musafir dan
mengajar di madrasah. Sementara ibunya, Shafiyah Al-Hafidzah, putri mufti di
Kandahla, tidak kalah berperan besar dalam membangun karakter dan perkembangan
pengetahuan Mualana Ilyas. Di pangkuan ibunyalah, Maulana Ilyas mendapat banyak
didikan. Terlebih, sebagai anak bungsu, ia termasuk yang paling banyak mendapat
perhatian.
Pada 1893 kakaknya, Maulana Muhammad Yahya dan Mualana Ilyas pergi
belajar ke pesantren, berguru kepada seorang „alim besar ternama Syekh Rasyid
Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Ketika
8 Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul. ( Depok: Rumah Brilian, 2010 ) h 80
38
beliau baru berumur dua puluh lima tahun, Syekh Gangohi wafat pada tahun 1905/
1323 H, atau 8 tahun setelah ditinggal ayahnya. Hal ini semakin membuat Maulana
Ilyas merasa sangat kehilangan gurunya.9 Setelah itu, berkenalan dengan Syekh
Khalid Ahmad As-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi
Dawud dan akhirnya beliau berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang
dimiliki membuat beliau semakin tawaddu'.
Pada tahun 1351 H/1931 M, ia menunaikan haji yang ketiga ke Tanah Suci
Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang
ada di Arab guna mengenalkan usaha dakwah. Sepulang dari haji, Maulana
mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jamaah dengan
jumlah sekitar seratus orang. Dalam kunjungan tersebut ia selalu membentuk jamaah-
jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk ber-jaulah (berkeliling dari rumah
ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama. Ia sepenuhnya yakin bahwa
kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang
menjadi sumber kerusakan.
Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, ia pulang ke rahmatullah
sebelum adzan Shubuh. Ia tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang
kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran ia dituang dalam lembar-lembar
kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu‟mani dengan judul Aur Un Ki
Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang
mengambil usaha dakwah ini. Sepeninggal Syeikh Muhammad Ilyas Kandahlawi
9 Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul. ( Depok: Rumah Brilian, 2010 ) h. 50
39
kepemimpinan JT diteruskan oleh puteranya, Syeikh Muhammad Yusuf Kandahlawi
(1917 – 1965 M).10
C. Jam’ah Tabligh di Indonesia
Dalam sebuah gerakan sosial, keagamaan, maupun budaya yang bersifat
internasional, keberadaan organisasi sebagai pengatur menjadi sangat penting.
Menurut John L.Esposito, Jamaah Tabligh adalah sebuah asosiasi informal tanpa
konstitusi tertulis, aturan dan prosedur keorganisasian yang baku, hierarki
kepemimpinan, dan jaringan cabang. Tanpa berbagai perangkat yang seharusnya
dimiliki oleh sebuah gerakan Jama‟ah Tabligh, mustahil dapat terus bertahan hingga
saat ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh penulis melalui wawancara
langsung dan kepustakaan, didapatkan bahwa Jama‟ah Tabligh memiliki struktur
hierarki yang mengatur setiap aktivitas anggotanya. Hal ini terlihat dari persebaran
gerakanya yang semakin meluas di seluruh Indonesia. Namun demikian Jama‟ah
Tabligh tidak membakukan pengorganisasian yang dimilikinya dengan anggapan
bahwa pembakuan tersebut hanya akan membentuk pola pikir masyarakat yang
menyamakan Jama‟ah Tabligh dengan kelompok dan golongan Islam lainya.11
.
Berikut adalah pernyataan yang dikemukakan pada saat wawancara:
“syekh Ilyas sebagai Mujaddid yang memulai kembali usaha dakwa di
tahun 1920 pernah mengatakan, kalaupun boleh diberikan nama dalam usaha
ini yang sesuai, adalah usaha perbaikan iman. Sehingga nama Jama‟ah
Tabligh ini hanya penamaan atau sebutan dari orang orang saja, karena
10
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, jilid 2, Jakarta: Anda Utama, 1993.Hal. 205 11
Wawancara dengan ust Khairul Adha, aktifis jamaah tabligh, Bogor 27 Mei 2017, pukul
10:00
40
Jama‟ah Tabligh tidak punya stample, kop surat dan lain sebagainya. Tapi
Alhamdullah sampai sekarang, semua kerjanya terorganisir karena dawah
yang kita lakukan ini adalah berusaha sebisa mungkin mengikuti bagaimana
khas dawahnya nabi. 12
Landasan kerja dakwah Jamaah Tabligh adalah musyawarah. Berdasarkan
ruang lingkupnya musyawarah terbagi dalam beberapa tingkatan. Tingkat yang paling
dasar adalah musyawarah dunia yang diadakan dua tahun sekali. Sedangkan pada
tingkatan musyawarah nasional, Jamaah Tabligh mengadakan musyawarah empat
bulan sekali.13
Selanjutnya musyawarah dibagi lagi dalam tingkatan kecil yakni propinsi
yang dilaksanakan dua bulan sekali dan halaqoh yang dilaksanakan satu minggu
sekali. Musyawarah terkecil adalah musyawarah harian yang dilaksanakan di masjid
tiap wilayah sesuai tempat tinggal anggota Jama‟ah. Setiap anggota Jama‟ah juga
dianjurkan bermusyawarah setiap hari di rumah dengan keluarganya untuk kemajuan
agama dalam keluarga.
Sejarah awal masuknya Jama‟ah Tabligh ke Indonesia terdiri dari dua versi.
Versi pertama: menurut Letkol CPM Purn. Ahmad Zulfakar, Jama‟ah Tabligh dibawa
oleh seorang amir bernama Miaji Isa pada tahun 1952 di Jakarta dan berkembang
pada tahun 1974 di Kebon Jeruk. Kemudian berkembang luas ke penjuru nusantara.
Versi kedua, Jama‟ah Tabligh dibawa oleh Maulana Luthfi ur-Rahman dari
Banglades pada tahun 1973 dalam kegiatan dakwahnya keliling Indonesia. Ia singgah
di Tanjung Karang, diterima dengan baik oleh pengurus mesjid al-Abror Jl. Pemuda
No. 20 Tanjung Karang, Lampung. Kemudian dilanjutkna oleh Dr. Abdul Hay, Dr.
Abdul Rasyid, Prof. Dr. Ahmad Sabuur, Dr. Salman dari Universitas Alighard
12
Wawancara dengan ust Khairul Adha, aktifis jamaah tabligh, Bogor 27 Mei 2017, pukul
10:00
13
Dikutip dari http://www.khuruj.co.id situs yang diterbitkan Jama‟ah Tabligh Indonesia,
diakses 15 Mei 2017
41
India.14
Sedangkan perkembangan Jama‟ah Tabligh di Medan diawali dengan
kedatangan Maulana Muhammad Ibrahim (yang sampai saat ini masih tetap menaruh
perhatian besar atas perkembangan Jama‟ah Tabligh) dari Banglore, India pada tahun
1971. Saat tiba di Medan ia disambut oleh masyarakat Medan dengan baik. Salah
seorang yang sangat tertarik dengan tabligh ini adalah Haji Jalaluddin, sehingga
dalam menyampaikan dakwahnya Maulana Ibrahim selalu ditemani oleh Haji
Jalaluddin. Mereka kemudian membangun Mesjid Hidayatul Islamiyah di jalan Gajah
Medan, yang kemudian menjadi pusat/markas Jama‟ah Tabligh Medan. Maulana
Ibrahim kemudian mencurahkan ilmunya pada Haji Jalaluddin, dan setelah ia yakin
bahwa Haji Jalaluddin mampu mengembangkan Jama‟ah Tabligh di Medan ia pun
kembali ke negara asalnya. Haji Jalaluddin kemudian menjadi amir di Medan. Setelah
ia meninggal jabatan amir diteruskan oleh anaknya Haji Badruddin.
Pengembangan dakwah yang berkesinambungan dan terus menerus
menghasilkan perkembangan jumlah anggota Jama‟ah Tabligh di Medan. Mesjid
Hidayatul Islamiyah di jalan Gajah – yang kemudian lebih dikenal dengan Mesjid
Jalan Gajah – menjadi sentra perkembangan jama‟ah ini. Berbagai halaqah kemudian
berdiri diberbagai daerah di Medan dan sekitarnya, misalnya di Tanjung Mulia, Paya
Pasir, dan Batang Kuis.
Sampai saat ini sulit untuk memastikan jumlah anggota Jama‟ah Tabligh di
Medan. Hal ini karena Jama‟ah Tabligh tidak mengenal sistem formalitas
14
Sidi Gazalba, Mesjid Sebagai Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka
Antara, 1975.Hal.105
42
administrasi keanggotaan. Namun yang jelas anggotanya terdiri dari berbagai tingkat
pendidikan, sosial ekonomi dan mazhab atau aliran.
Di Indonesia, pusat Jama‟ah Tabligh adalah masjid jami‟ Kebon Jeruk yang
terletak di Jl. Hayam wuruk No.83 Jakarta Pusat. Masjid tersebut selalu ramai
dikunjungi anggota Jama‟ah Tabligh di Indonesia. Penggunaan masjid sebagai pusat
aktivitas dakwah didasarkan pada masa Nabi Muhammad yang menjadikan masjid
sebagai pusat kegiatan umat. Pada setiap hari jumat, anggota Jama‟ah yang baru
kembali dari tugas dakwahnya di berbagai daerah berkumpul di masjid tersebut untuk
mendengarkan tausyiah dan menyampaikan laporan dan pengalaman perjalananya.15
Jama‟ah Tabligh saat ini telah memiliki pengikut di 215 negara16
. Pada
tingkat pusat, Jama‟ah dipimpin oleh seorang Amir yang dibantu oleh beberapa orang
Mufti yang berkedudukan di India. Sedangkan di berbagai negara negara ada syuro
yang bertugas mengatur dan mengorganisir jama‟ah di Negara masing masing. Di
bawah syuro terdapat pula pimpinan di setiap propinsi, pada tingkat kabupaten, pada
tingkat kecamatan, pada tingkat halaqoh dan pada tingkat mahalah atau kawasan
tempat tinggal anggota Jama‟ah.
Berikut adalah skema yang menggambarkan tingkatan Syuro yang ada pada
Jama‟ah Tabligh di berbagai belahan dunia:
15
Dikutip dari http://www.khuruj.co.id situs yang diterbitkan Jama‟ah Tabligh Indonesia, diakses 15
Mei 2017 16
Republika Oneline http://www.republika.co.id edisi jumat 19 Maret 2004, diakses 15 Mei 2017
43
D. Aktifitas Dakwah Jama’ah Tabligh
Dalam menjalankan ajaranya, Jama‟ah Tabligh memegang enam hal pokok
dalam setiap misi dakwahnya. Keenam hal ini menjadi fondasi keyakinan para
jama‟ah dan akan mempengaruhi aktifitas kehidupan dan keagamaan sehari hari.
Ajaran pokok ini dikenal dengan al ushulus sittah (enam landasan pokok) yaitu:
1. Kalimah agung (syahadat) laa ilaha illaallah Muhammada Rasulullah
atau disebut sebagai Kalimah Ţayyibah. Sebuah keyakinan bahwa
tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi
Muhammad adalah utusan Allah dan mengeluarkan keyakinan kepada
makhluk dari dalam hati lalu memasukkan keyakinan terhadap
syahadat ke dalam hati.17
17
Maulana Muhammad Zakariya, Himpunan Fadhail Amal, (Yogyakarta: penerbit ash Shaff.
2003) hlm. 10
Amir
Syuro di berbagai negara
Syuro (propinsi)
Syuro (kabupaten)
Syuro (kecamatan)
Syuro (halaqoh)
Syuro (mahalah)
44
2. Menegakkan sholat dengan Khusu’ dan Khudhu’. Maksdunya adalah
shalat dengan konsentrasi batin dan merendahkan diri dihadapat Allah.
Tujuanya adalah membawa sifat ketaatan kepada Allah ke dalam
kegiatan sehari hari yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar
3. Ilmu dan dzikir. Maksudnya adalah setiap kepemilikan ilmu harus
dibarengi atau diiringi dengan perasaan ingat kepada Allah.
4. Memuliakan setiap muslim (Ikramul Muslimin). Maksudnya Setiap
muslim harus memperlakukan sesama umat muslim dengan penuh
kehormatan
5. Ikhlas. Maksudnya untuk membentuk kehidupan seseorang dan setiap
aktifitas yang dilakukan hanya ditujukan untuk Allah dan bukan untuk
tujuan duniawi.
6. Berjuang fisabilillah (keluar/khuruj). Yang berarti mengajak dan
menyampaikan Islam keberbagai tempat melalui perjalanan dakwah.18
Dalam menjalankan aktifitas dakwah Jama‟ah Tabligh, terdapat istilah ushul
dakwah, adab dakwah atau peraturan dasar yang menjadi ciri khas Jama‟ah Tabligh
dan harus di dilakuan bagi para jama‟ahnya selama Khuruj atau menjalankan program
dakwah, meliputi:
a) Empat hal yang diperbanyak: dakwah, taklim, zikir ibadah, khidmat.
18
Maulana Muhammad Zakariya, hlm. 157
45
b) Empat hal yang dikurangi: makan minum yang berlebihan,
istirahat/tidur berlebihan, berbicara yang sia sia/tidak perlu,
keluar/meninggalkan masjid
c) Empat hal yang dijaga: hubungan dengan amir dan jama‟ah lainnya,
amalan infiradi dan jama‟i, kehormatan mesjid, sabar dan tahammul
(tahan ujian).
d) Empat hal yang ditinggalkan: meminta kepada yang selain Allah,
mengharap kepada yang selain Allah, menggunakan barang orang lain
tanpa izin, boros dan mubajir.
e) Empat hal yang tidak boleh dibicarakan: politik, ikhtilaf, pangkat dan
kedudukan, kebaikan atau jasa dan aib orang lain/masyarakat.
Sebagai gambaran awal tentang perjalanan program khuruj, Jemaah
mengawali dengan berkumpul di sebuah masjid sebagai „miqat makani‟
lengkap dengan pakaian sunnah. Mereka terlebih dahulu mendengarkan
„bayan hidayah‟ atau semacam pembekalan berisi pesan-pesan adab dan
pengenalan adat selama dalam perjalanan dan semasa khuruj di tempat tujuan
sesuai petunjuk, bukan sekedar pengalaman. Sebelum bayan dimulai, semua
Jemaah terlebih dahulu shalat sunnah safar, kemudian melingkar rapat-rapat
sebagaimana dicontohkan para sahabat ketika mendengarkan taushiyah Nabi.
Diriwayatkan, sampai-sampai jika ada daun yang jatuh tidak ke tanah karena
rapatnya Jemaah.
Usai bayan hidayah, Jemaah secara beriringan berangkat ke lokasi dan
sesampainya di masjid tujuan, hal pertama yang dilakukan semua Jemaah
46
adalah membersihkan diri, mengambil air wudlu kemudian shalat. Tidak ada
yang duduk-duduk sebelum menegakkan shalat. Setelah semua berkumpul
kembali, seorang guide atau dalil dari orang tempatan mendampingi amir atau
ketua rombongan menghadap pengurus atau marbut masjid untuk sekali lagi
„kulo nuwun‟, bahwa Jemaah yang sebelumnya sudah dilaporkan telah datang
dan siap melaksanakan program hingga tiga hari berikutnya.
Setelah rehat beberapa menit, seorang amir atau ketua rombongan saya
lihat sibuk menyiapkan musyawarah pertama. Dalam forum tersebut antara
lain dibahas pembagian tugas selama 24 jam pertama yang akan diulang pada
hari kedua dan ketiga dengan cara bergeliran. Pembagian tugas ditawarkan
secara terbuka dalam musyawarah menurut jenis program dan yang siap
langsung mengangkat tangan. Untuk tugas tertentu, seperti bayan atau kuliah
subuh biasanya berdasarkan usul terbanyak. Selain itu juga dibuka ruang
inisiatif yang dinilai perlu di lingkungan tempatan. Berikut adalah rincian
masing-masing mata tugas dan kegiatan:
1. Khidmat (melayani)
Penugasan kepada dua orang atau lebih untuk
bertanggungjawab menyiapkan makan-minum dan keperluan
logistik lainnya.
2. Istiqbal (menyambut)
Satu orang atau lebih untuk standby menyambut warga yang
datang dan menjaga kebersihan masjid. Jemaah yang mengambil
tugas dalam posisi istiqbal biasanya berada di pintu masuk masjid.
47
Mereka senantiasa sigap menyambut tamu-tamu Allah yang
hendak mengikuti taklim, shalat berjamaah atau i‟tikaf. Sikapnya
selalu ramah, tersenyum sambil mengucapkan salam setiap kali
ada yang datang.
3. Ta’lim
Ini adalah forum kajian ilmu terutama biasanya dibacakan
kitab Fadhilah Amal. Seorang Jemaah memimpin pembacaan,
sementara yang lain mendengarkan secara seksama. Kitab yang
dikaji ini berisi tentang keutamaan amal untuk mendorong umat
agar bersemangat dalam beribadah. Isinya berisi hadis-hadis yang
sepintas tidak jauh berbeda dengan kitab Riyadhussalihin yang
banyak dibaca di pesantren-pesantren di tanah air. Kegiatan ini
dilakukan setelah makan pagi dan shalat dluha hingga menjelang
shalat dluhur. Demikian selanjutnya setiap hari kira-kira 2,5 jam
Jemaah belajar berbagai hadis dan ayat Alquran tentang
pentingnya amal-amal baik.
4. Tilawah
Kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum shalat dluhur dan
setelahnya. Jemaah dibagi dalam pasangan saling berhadapan,
yang satu membaca Alquran yang lainnya menyimak. Demikian
sebaliknya, saling memperbaiki bacaan, memahami isi dan
bahkan ada yang saling memperbaiki hafalan Alquran (murajaah).
5. Bayan Maghrib/ Isya
48
Salah satu tugas yang diperhatikan selama khuruj adalah
„bayan maghrib‟ atau isya, berisi penyampaian pesan-pesan
pentingnya iman dan amal shaleh dalam kehidupan ini, serta
mengingatkan tentang kehidupan setelah mati. Diperhatikan
khusus karena pada saat shalat maghrib diikuti lebih banyak
Jemaah, terutama karena beberapa jam sebelumnya sudah
didahului ajakan ke masjid melalui program gerak atau jaulah.
Oleh karena itu, petugas yang mengisi bayan biasanya
menyiapkan diri atau kalau tidak, biasanya dipilih dari kalangan
karkun senior terutama dari hafidz Alquran dan ulama atau
cendikiawannya.
6. Bayan Subuh
Bayan subuh lebih mirip dengan kuliah tujuh menit seperti
dalam majelis-majelis lain, berisi tentang tema-tema agama secara
luas. Meski demikian, materi paling sering dalam bayan subuh
adalah tentang sifat-sifat utama para sahabat Nabi yang harus
diteladani untuk mencapai kesempurnaan dalam amal agama.
Mengingatkan umat Islam tentang kunci keselamatan dan
kebahagian dunia akhirat melalui jalan taat kepada Allah dengan
cara Rasulullah. Mengambil pelajaran kehidupan dan
menyampaikan pandangan tentang tema-tema kontemporer
dengan rujukan kehidupan para salafusshaleh.
49
7. Mudzakarah
Kegiatan ini seperti forum diskusi partisipatif. Belajar
bersama mempelajari ilmu dan hikmah, terutama tentang enam
sifat para sahabat, adab-adab dalam kehidupan sehari-hari mulai
bangun hingga bangun lagi agar diselaraskan dengan sunnah Nabi
SAW. Sebelum pembahasan, selalu dimulai dengan doa pembuka
majelis yang intinya minta tambahan ilmu dan pemahaman.
Setelah pembahasan tema ditawarkan, semua Jemaah memberi
usul, dari usul tema terbanyak atau terkuat, kemudian amir atau
pemimpin forum menentukan tema yang perlu didalami.
8. Taqrir
Mengulang kembali materi tentang kebesaran Allah agar
hati dan fikir menyatu untuk menumbuhkan semangat dakwah dan
tabligh. Biasanya disampaikan salah seorang Jemaah, yang
lainnya menyimak. Mirip bayan dan kuliah subuh, hanya saja
disampaikan dalam kelompok yang membentuk lingkaran kecil
pada saat Jemaah lain berangkat jaulah.
9. Jaulah
Bersilaturahim berkeliling kepada umat, mengajak shalat
berJemaah di masjid dan mendengarkan penjelasan tentang iman
dan amal shaleh. Aturan jauhlah sebagaimana digambarkan dalam
Alquran Surat Yasin, khususnya ayat 13-27: minimal tiga orang
50
terdiri dari satu orang amir yang memimpin rombongan,
mutakallim yang bertugas sebagai penyampai pesan agama,
seorang makmur sebagai penguat yang tugasnya berdzikir selama
mendampingi, dan atau empat orang dengan satu orang dalil atau
rehbaryang bertugas sebagai guide atau penunjuk keadaan.
Di luar yang bertugas jaulah, Jemaah tetap i‟tikaf
membentuk lingkaran rapat-rapat mendengarkan taqrir, lainnya
bertugas khidmat, dzikir dan istiqbal.
10. Dzikir Pagi Petang
Dzikir pagi-petang dilakukan secara infiradi atau individual.
Secara umum, semua Jamaah mengamalkan dzikir pagi dan sore
setiap hari, namun ada dzikir yang ditugaskan khusus kepada
seorang yang bertugas, tujuannya untuk menguatkan rombongan
yang sedang bergerak. Dzikir dan munajat kepada Allah agar umat
yang didatangi dan Jamaah yang mendatangi sama-sama
mendapat hidayah dari Allah.
11. Khususi
Silaturahim dilakukan secara khusus kepada saudara se-
iman dengan maksud menyambung tali lebih erat. Khususi
biasanya melalui beberapa tahapan antara lain: Pertama,
melakukan taaruf, saling memperkenalkan diri dan tujuan
kedatangan. Disarankan pembicaraan diberikan kepada tuan
rumah agar suasana relaks. Tahap kedua, yaitu taalluf atau
51
sambung hati. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan tahap ketiga,
targhib atau memotivasi yang bersangkutan agar ikut memikirkan
atau risau soal iman dan amal shaleh yang semakin jauh dari
kehidupan umat Islam. Tahap keempat adalah tasykil atau minta
untuk terlibat langsung dalam tugas kenabian.
INFOGRAFIS 1 x 24 JAM KHURUJ TABLIGH
N
O
JENIS KEGIATAN/
DURASI
KETERANGAN
1
Dakwah
4 Jam
Jaulah Umumi Menjumpai seluruh orang tempatan.
Jaulah Khususi Silaturahim kepada orang tertentu sprt
ulama/ umara.
Jaulah Taklimi Mengajak orang-orang duduk di majelis
taklim.
Jaulah Tasykili
Mendatangi mereka yang sudah memahami
dakwah.
Jaulah Ushuli
Meneguhkan niat mereka yang ada niat
khuruj.
Ta‟lim
4 Jam
Kitabi
Membaca kitab fadhilah amal, sedekah dll,
Muntakhab Hadist, dan Hayatusshahabah.
Tilawah
Alquran
Dalam grup-grup kecil saling simak dan
tahsin Alquran.
Ta‟lim Enam
Sifat
Menguasi materi 6 amalan utama.
52
2
Mudzakarah
Adab-Adab
Sunah Sehari-
hari
Mendalami pengetahuan tentang sunnah-
sunnah dalam hidup.
Ta’lim Infiradi Membaca buku-buku pilihan pribadi.
3
Dzikir
dan
Ibadah
4 Jam
Sholat
berJemaah
5 waktu tidak ketinggalan takbir ula.
Sholat-sholat
sunnah
Sunnah rawatib.
Dzikir Pagi
Petang
Subhanallah walhamdulillah… 100 x
Sholat Tahajud
dan Doa
Hidayah
Tahajud dan mendoakan warga setempat.
Tilawah Al
Quran
Mendaras Alquran sendiri-sendiri.
Doa-doa
masnunah
Membiasakan/ hafal doa‟doa para Nabi.
4
Khidmat
4 Jam
Khidmat
kepada Amir
Membantu tugas amir/ pemimpin Jemaah.
Khidmat
kepada Jemaah
Saling support sesama Jemaah.
Khidmat
kepada orang
kampong
Secara bersahabat membantu warga
setempat.
Khidmat
kepada diri
sendiri
Melayani diri sendiri agar tidak merepotkan
orang lain.
5 MCK Mandi-Cuci, Keperluan 1 (B-A-K) dan 2
(B-A-B) dll.
53
2 Jam
6 Istirahat/ Tidur: 6 Jam Siang 1 jam, malam 5 jam.
TOTAL 24 Jam
W A L L A H U A ’ L A M
E. Profile Masjid Al Hidayah Jampang
Masjid Al Hidayah adalah masjid yang berlokasi di desa Jampang,
kecamatan Kemang, kabupaten Bogor dan menjadi masjid pertama yang berdiri di
desa Jampang. Dibangun diatas tanah wakaf dengan luas tanah mencapai 2500 M
yang sebelumnya dimiliki oleh almarhum bapak H. Naimin bin Jumin yang tahap
pembangunanya dimulai dari tahun 1997 dan diresmikan pada tahun 2000 dengan
luas bangunan mencapai 650 M19
Program kegiatan pengajian yang di selenggarakan DKM Masjid al
Hidayah terbagi atas program mingguan dan peringatan hari besar, program
mingguan seperti:
1. Pengajian remaja Masjid yang rutin dilaksanakan pada hari selasa,
malam rabu.
2. Pengajian bapak bapak yang rutin dilaksanakan pada hari kamis,
malam jumat.
3. Majlis ta‟lim Al Hidayah pengajian ibu ibu yang rutin dilaksanakan
pada ahad pagi.
19
Wawancara dengan Kang Ari Munandar, Takmir masjid Al Hidayah Jampang, pukul 13:00
54
55
BAB IV
DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Perencanaan Dakwah Jama’ah Tabligh
Dalam menjalankan strategi dakwah Jama’ah Tabligh, proses
perencanaan adalah proses pertama yang harus dilakukan sebelum
melaksanakan kegiatan dakwah khuruj. istilah khuruj fii sabilillah sudah tidak
asing bagi aktifis dakwah ini. Istilah ini hanya dikenal di kalangan Jemaah
Tabligh untuk menjelaskan program dakwah yang mereka gerakan di tengah
masyarakat dari antar desa, kota, kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan
antar negara dengan mengambil basis kegiatan dari masjid ke masjid.
Sebelum menjalankan aktifitas dakwah, melakukan musyawarah
adalah proses terpenting dalam perencanaan para karkun/ ahbab atau aktifis
Jama’ah Tabligh yang telah memasuki nishob atau waktu yang telah
disepakati dalam menjalankan khuruj yaitu tiga hari di setiap bulan, empat
puluh hari setiap tahun, dan empat bulan seumur hidup.
Berikut hal hal perencanaan yang dibahas dalam musyawarah:
1. Pembentukan rombongan dakwah, yang menyangkut pendataan
siapa saja yang menjadi peserta khuruj, beserta persiapan segala
macam hal, mulai dari yang berkaitan dengan dengan hambatan
pekerjaan, izin atau cuti kerja bagi para karyawan, sampai teknis
56
3. Mendata perlengkapan yang dibutuhkan Jama’ah selama khuruj,
dimulai dari yang berkaitan dengan perlengakapan ta’lim baik
kitab kitab yang akan di bahas dan dikaji ketika khuruj seperti
kitab fadhail ‘amal, fadilah sedekah, muntakhab ahadis (kitab
hadis) dan hayatussahabah (kisah kehidupan para sahabat Nabi).
Melengkapi Perlengkapan makan, mulai dari peralatan masak, dan
alat makan. Dan mendata sendiri perlengkapan kebutuhan pribadi,
mulai dari pakaian harian, perlengakapan mandi, sampai alat tidur.
Karena para aktifis dakwah jama’ah Tabligh sudah tersebar di
berbagai daerah, maka biasanya karkun jama’ah yang di kunjungi
membantu melayani dalam kebutuhan saudaranya para jama’ah
yang mengunjungi.
4. Menentukan penanggung jawab program kegiatan yang akan di
laksanakan seperti:
a) Petugas Khidmat (melayani kebutuhan Jama’ah) beserta
penentuan biaya makan perorang selama sehari.
b) Petugas Taklim pagi (pembaca kitab fadilah Amal) yang
dimulai pada pukul 09:00 sampai dengan sebelum azan
Dzuhur.
c) Ta’aruf (perkenalan jama’ah atau informasi dari jama’ah
kepada warga bahwa sedang berlangsung Khuruj di masjid
57
al Hidayah) dan di lanjutkan dengan Taklim dzuhur.
Dimulai pada pukul 13:00.
d) Amir muzakarah atau pimpinan pengulangan materi dalam
bentuk kelompok yang berisi adab sehari hari seperti adab
ketika dimasjid, adab makan, adab di kamar mandi, dan
lain sebagainya sesuai kesepakatan musyawarah bersama.
e) Adab Jaulah (petugas yang menjelaskan kepada Jama’ah
perihal adab atau peraturan dalam melaksanakan Jaulah )
f) Bayan Ashar (pentausyah, atau penceramah yang dimulai
setelah shalat Ashar).
g) Bayan Subuh (pentausyah, atau penceramah yang dimulai
setelah shalat Subuh).
5. Urutan gambaran waktu kegiatan dari hari pertama sampai
ketiga:
a) Di hari pertama, Bayan pembekalan di halaqah, berisi
petuah, nasehat, tujuan melakukan Khuruj dan sebagainya.
b) Setelah sampai di lokasi, sebelum memasuki masjid
diadakan berkumpul berdiri membuat lingkaran yang diatur
oleh amir atau ketua rombongan dengan maksud membaca
doa masuk kampung , meluruskan niat, agar dapat
menjaga keikhlasan dan siap berperan aktif selama Khuruj.
c) Memasang niat Iktikaf dan melaksanakan shalat sunnah
masjid (tahiyyattul masjid).
58
d) Musyawarah hari pertama dengan usul setiap individu
tentang hal yang akan dilakukan. Penentuan petugas
Khidmat yang bertugas melayani kegiatan makan dan
kebersihan masjid dan penentuan rencana pengeluaran
patungan biaya makan. Penentuan petugas Taklim, Bayan
magrib,dan Bayan Shubuh.
e) Melaksanakan program Taklim dimulai dari pukul 09:00
sampai sebelum azan Dzhur. Didalamnya mendengarkan
pembacaan kitab fadhilah amal, halaqah Quran atau Tahsin
bacaan Quran, dan menghafalkan usul dakwah yaitu enam
sifat sahabat nabi.
f) Shalat Dzuhur berjamaah, dan dilanjutkan pembacaan kitab
fadilah amal dengan bab fadhilah shalat setelah selesai
shalat dzhur.
g) Selama menunggu persiapan makan siang, diadakan
muzakarah atau pengulangan materi dalam bentuk
kelompok, yang berisi adab sehari hari seperti adab ketika
dimasjid, adab makan, adab di kamar mandi, dan lain
sebagainya sesuai kesepakatan bersama
h) Makan siang berjamah dengan mengunakan nampan yang
setiap nampanya terdiri tiga sampai empat orang.
59
i) Amalan infiradhi atau amalan indifidu, seperti silaturahmi
dengan warga sekitar, maupun istirahat siang dan
sebagainya.
j) Shalat Ashar berjamaah dan dilanjutkan dengan Ashar
dengan materi tausiyah tentang keutamaan tabligh atau
keutamaan silaturahmi.
k) Infiradhi amal, dengan zikir petang sampai pukul 16:00
l) Taklim Ashar dengan pembacaan kitab Muntakhab Ahadis
berisi tentang dalil quran dan hadis yang berkaitan dengan
enam sifat para sahabat nabi.
m) Melaksanakan program Jaulah atau berkeliling, berkunjung
ke rumah warga di wilayah masjid dengan maksud
memberitahu kepada warga tentang sedang berlangsungnya
pengajian di masjid dan mengajak mereka agar dapat turut
berpartisiasi menghadiri dan memakmurkan masjid.
n) Shalat Magrib berjamaah dan dilanjutkan dengan bayan
magrib atau tausyah yang berisi tentang materi enam sifat
sahabat sampai adzan Isya.
o) Shalat Isya berjamaah dan dilanjutkan dengan taklim akhir
dengan pembacaan kisah perjalanan hidup para sahabat
nabi.
p) Makan malam berjamaah.
60
q) Amalan infiradhi atau amalan indifidu, seperti silaturahmi
dengan warga sekitar, maupun tidur malam dan
sebagainya.
r) Shalat tahajud.
s) Dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah dan bayan
subuh atau tausyah tentang kebesaran Allah.
t) Musyawarah kembali dengan agenda tambahan kargujari,
evaluasi atau laporan kegiatan yang sudah terlaksana
maupun yang belum terlaksana.
u) Infiradhi amal, dengan zikir pagi sampai pukul 06:00
dilanjut dengan shalat sunnah Israq, tilawah quran, mandi
pagi, silaturahmi dan sarapan.
v) Mulai program kegiatan kembali pada pukul 09:00
B. Implementasi Strategi Dakwah
Impelementasi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi yang telah
dirumuskan atau direncanakan dalam Musyawarah yang telah disepakati. Berikut
implementasi strategi dakwah Jama’ah Tabligh selama tiga hari di masjid Al Hidayah
desa Jampang:
Hari pertama, Sabtu 27 Mei 2017.
Amir : Ust Sanan Nawawi. Sahur pukul 04:00 Biaya konsumsi: Rp 15.000
61
NO JENIS KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
1. Khidmat Bapak Asep, bapak Sofyan, bapak abdul rahman
2. Taklim pagi Bapak Nashir
3. Taklim dzhur Ust Khairul Adha
4. Amir Muzakarah Ust Khairullah
5. Adab Jaulah Bapak Ali Imran
6. Bayan Ashar Ust Khairullah
7. Bayan Subuh Bapak Asep Habib
Hari kedua, Ahad 28 Mei 2017. Amir : Ust Sanan Nawawi
NO JENIS KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
1. Khidmat Bapak Nashir, bapak Sugiono, Kahfi
2. Taklim pagi Ust Muhyidin
3. Taklim dzhur Bapak Tarmizi
4. Amir Muzakarah Ust Khairullah
5. Adab Jaulah,
Jaulah 2 jam dua siang.
Ust Khairul Adha
Bapak abdul Rahman, bapak ahmad, bapak Ade,
Eko,
6. Bayan Ashar Ust Muhyidin
7. Bayan Subuh Bapak Abdul Rahman
Karguzari (laporan): bertemu santri dari Flores, bertemu dengan ketua remaja
Masjid saudara Yusuf, silaturahmi ke ust Marwan, dan ust Nashi
62
Usulan: banyak silaturahmi dengan warga, Jaulah dibagi menjadi dua
rombongan, Muzakarah untuk orang baru. Biaya konsumsi: Rp 15.000
Hari ketiga, Senin 29 Mei 2017. Amir : Ust Sanan Nawawi
NO JENIS KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
1. Khidmat Bapak Ahmad, ust salman, bapak Ade
2. Taklim pagi Bapak Sofyan
3. Taklim dzhur Bapak Drajat
4. Amir Muzakarah Ust Khairullah
5. Adab Jaulah Bapak Ade
6. Bayan Ashar Ust Adha
7. Bayan Subuh Ust Khairullah
Karguzari (laporan): bertemu dengan Frengki, bapak Nana, bang Ustman,
Haidar, bapak Edi, Mas Ali, mas Gunawan, bapak Banjar, Ust Munawwir, Ust
Suhaimi, bapak Burhan, bapak Abdi.
Usulan: perbanyak silaturahmi, Taskil (mengajak ikut bergabung) bagi yang
sudah menerima, Ikhtilat tamu, hadir saat malam markas. Biaya konsumsi: Rp
15.000
Daftar nama nama peserta khuruj di masjid Al Hidayah desa Jampang Kecamatan
Kemang Kabupaten Bogor pada tanggal 27 sampai dengan 30 Mei 2017
1. Ust Nawawi sebagai Amir rombongan
2. Ust Kahirullah
63
3. Ust Kahirul Adha
4. Ust Salman
5. Bapak Asep Habib
6. Bapak Sofyan
7. Bapak Abdu Rahman
8. Bapak Nashir
9. Bapak Ali Imran
10. Bapak Sugiono
11. Bapak Tarmizi
12. Bapak Muhyidin
13. Bapak Eko
14. Bapak Ahmad
15. Kahfi
C. Evaluasi Strategi Dakwah
Evaluasi yang ditemukan terbagi dalam dua bentuk:
a) Evaluasi internal sesama Jamaah Tabligh yang di adakan di dalam
rangkayan musyawarah berisi laporan (kargozari) tentang kegiatan
yng telah dilakukan di hari sebelumnya seperti, telah bertemu atau
berkunjung ke rumah warga siapa saja, evaluasi dari bagian
khidmad, dan target tokoh masyarakat yang belum sempat di
kunjungi.
64
b) Evaluasi eksternal dengan warga sekitar yang diadakan di hari
ketiga atau hari terakhir program khuruj. Evaluasi ini berisi tentang
penyampaian pesan dan kesan masyarakat yang telah dikunjungi,
penyampaian mohon maaf dengan masyarakat atas kesalahan
selama beriktikaf di masjid, dan mengajak masyarakat untuk
bergabung aktif dalam program khuruj (tasykil).
Ada pula beberapa kritik dari penulis terhadap Jama’ah Tabligh adalah:
1. Para Jama’ah Tabligh hendaknya sebelum melakukan dakwah keluar
meninggalkan nafkah yang cukup untuk keluarga, dan bagi yang sudah
berkeluarga hendaknya tidak meninggalkan keluarga lebih dari satu
minggu dan jangan terlena mendakwahi orang lain tapi melupakan diri
sendiri.
2. Menekankan kepada anggotanya akan pentingnya pencapaian dunia.
Kesalahan bukan terletak pada pencapaian dunia, melainkan pada
penggunaan pencapaian dunia itu di luar jalan Allah.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis hasil temuan data yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, beberapa kesimpulan yang ditemukan sebagai berikut:
1. Strategi dakwah Jamaah Tabligh dalam hal perencanaan adalah
perumusan segala kegiatan dari mulai, sampai berakhirnya kegiatan.
Dalam musyawarah, forum perumusan tersebut dilaksanakan untuk
menentukan siapa saja para petugas Khidmad, petugas Taklim Pagi,
petugas Taklim Dzuhur, petugas Amir Muzakarah, petugas penyampai
adab adab jaulah, petugas bayan Ashar, dan terakhir petugas bayan
Subuh.
2. Strategi Dakwah Jamaah Tabligh dalam hal implementasi yaitu aplikasi
kegiatan atau tindak lanjut dari setiap yang telah rencanakan
sebelumnya selama masa tiga hari program berjalan.
Dalam implementasi kegiatan khidmat, maka tercatatlah nama bapak Asep,
bapak Sofyan, bapak Abdul Rahman, bapak Nashir, bapak Sugiono, bapak Ahmad,
Ust Salman, bapak Ade dan saudara Kahfi. Mereka semua yang bertanggung jawab
selama tiga hari dalam mengurus, melayani, menyiapkan kebutuhan makan para
jamaah dan kebarsihan masjid.
Implementasi dari kegiatan taklim pagi, tercatatlah nama bapak Nashir Ust
Muhyidin dan bapak Sofyan. Mereka adalah penanggung jawab kegiatan dan
66
pembaca kitab fadhilah Amal, kitab Hayatu sahabah, dan Muntakhab Ahadis.
Implementasi dari kegiatan Taklim Dzuhur, tercatatlah nama Ust Khairul Adha,
bapak Tarmizi, dan bapak Drajat. Mereka adalah penangung jawab yang membaca
kitab fadilah amal dalam bab fadhilah shalat setelah shalat Dzuhur.
Implementasi dari kegiatan Muzakarah, tercatatlah nama Ust Khairullah yang
memimpin jalanya pengulangan materi seperti adab sehari hari, baik adab makan,
tidur, adab perjalanan atau juga adab ketika di masjid dan sebagainya.
Implementasi dari kegiatan Jaulah, tercatatlah nama bapak Ali Imron, Ust
Khairul Adha dan bapak ade yang bertugas menyampaikan adab adab sebelum di
laksanakanya jaulah atau berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengajak warga
shalat berjamaah di masjid atau mengahadirin pengajian jamaah Tabligh.
Implementasi dari kegiatan bayan Ashar, tercatatlah nama ust Khairullah, uts
Muhyidin, dan ust Khairul Adha yang bertugas menyampaikan tausyah atau pesan
dakwah setelah ashar mengenai keutamaan tabligh dan silaturahmi.
Implementasi dari kegiatan bayan subuh, tercatatlah nama bapak Aseb Habib,
bapak Abdul Rahman, dan ust Kahirullah yang bertugas menyampaikan Tausyah
mengenai kebesaran Allah atau keutamaan enam sifat para sahabat nabi Muhammad.
3. Strategi dakwah Jamaah Tabligh dalam hal evaluasi yaitu terbagi dalam
dua bentuk:
a) Evaluasi internal sesama Jamaah Tabligh yang di adakan
di dalam rangkayan musyawarah berisi laporan
(kargozari) tentang kegiatan yng telah dilakukan di hari
67
sebelumnya seperti, telah bertemu atau berkunjung ke
rumah warga siapa saja, evaluasi dari bagian khidmad, dan
target tokoh masyarakat yang belum sempat di kunjungi.
b) Evaluasi eksternal dengan warga sekitar yang diadakan di
hari ketiga atau hari terakhir program khuruj. Evaluasi ini
berisi tentang penyampaian pesan dan kesan masyarakat
yang telah dikunjungi, penyampaian mohon maaf dengan
masyarakat atas kesalahan selama beriktikaf di masjid, dan
mengajak masyarakat untuk bergabung aktif dalam
program khuruj (tasykil).
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis dari penilitan ini yaitu:
1. Untuk jamaah Tabligh. Mereka terlalu sempit dalam
memahami dakwah yang terbatas pada bidang yang parsial
dan tidak universal. Dan pola dakwah yang mereka terapkan
masih konservatif dengan hanya melanjutkan dan
mempertahankan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan
Rasulullah tanpa ada usaha untuk melakukan ijtihad dengan
menyesuaikan dengan keadaan yang berlaku di zaman
sekarang.
2. Untuk pengurus masjid. Hendaknya di setiap bulanya terus
mengundang para jamaah Tabligh agar dapat berkegiatan di
68
masjid Al Hidayah, agar menjadi pemicu masyarakat untuk
semangat memakmurkan masjid.
3. Untuk masyarakat. Beberapa hari setelah Jama’ah Tabligh
meninggalkan lokasi, hanya sebagaian kecil anggota
masyarakat yang tetap menunjukkan hasil pendidikan dakwah
Jama’ah Tabligh tersebut. Namun bagi warga masyarakat
yang kemudian terus mengikuti kegiatan dakwah mereka dan
apalagi bagi anggota Jama’ah Tabligh hasil di atas bersifat
permanen, bahkan terus menerus ditingkatkan.
69
68
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al Kandahlawi, M. Z, Himpunan Fadhilah Amal, Jakarta: A-shoff 2003.
Abduh, A.M.A Kupas Tuntas Jamaah Tabligh, Bandung: Khairu Ummah, 2008.
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001.
Abd Rasyid Sahaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Ahmad bin yahya, Mengenal Lebih Dekat Jamaah Tabligh, Malang: Pustaka Qabail
2008.
Ahmad Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Rekontruksi Dakwah
Harakah, Jakarta: Penamadani, 2008.
An Nadhr M. Ishaq.S, Khuruj Fii sabilillah. Bandung: Pustaka Ramadhan, 2007.
Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,1996.
Al Ghazali, Mu’raj Al Salikin Tangga Pendakian Bagi Para Hamba Yang Hendak
Merambah Jalan Allah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005.
Al Ghazali, Mihrab Kaum Arifin: Apresiasi Sufistik Untuk Para Salikin, Surabaya:
Pustaka Progresif, 2002
Bill Multazam, Menapak Jejak Rasul, Depok: Rumah Brilian, 2010.
Efendi O. U, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
1992.
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, Bandung: Mizan, 1990.
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo,2002.
Ghazali Darus Salam, Dakwah yang Bijak, Jakarta: Lentera, 1987.
Harjani Hefni, Amal, dkk, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Hawwa Said, Almustakhlash Fii Tazkiyatil Anfus, Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu,
Jakarta:Robbani Pers,2010.
Onong Uchayana Efendi, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 1992.
69
Raffiudin dan Maman Abd Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka
Setia, 1997.
Rifay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme kelasik ke Neosufisme, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran: (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat), Bandung: Mizan, 1998.
Sukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Sidi Gazalba, Mesjid Sebagai Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka
Antara, 1975.
Yakqub Ali Mustafa, Sejarah Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997
Zaini Muhtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: al-Amin Press dan
IFKA, 1996.
Rivai fikri. “aktivitas dakwah DRS. KH. Najib al-ayyubi di jamaah tab ligh”. Skripsi
S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2003.
Khairul Mustangin. “Metode Tazkiyatun Nafs melalui ibadah Shalat dan
implikasinya terhadap pendidikan akhlak”. Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014
Ali Murtado. “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Perspektif Jamaah Tabligh dan
Sayyid Quthb”. Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta 2001
Intan Dwita Kemala.“Gerakan Islam Jamaah Tabligh Indonesia”. Skripsi S1 FIB UI
2008
Nasrullah, “Tradisionalisme dalam Dakwah: studi kritik aktivitas dakwah jamaah
tabligh kebon jeruk”. Tesis S2, Universitas Islam Negeri Jakarta 2012.
Hazratjee Maulana Ilyas, „‟First Ameer of Tableeghi Jamaat (RA),‟‟ artikel diakses
pada 12 Maret 2017 dari http://gotabligh.com/vip-tabligh/617.html
Budiman, Dikutip dari http://www.khuruj.co.id, diakses 15 Mei 2017 situs yang
diterbitkan Jama‟ah Tabligh Indonesia.
Heri Ruslan, Republika Oneline http://www.republika.co.id diakses 15 Mei 2017,
edisi jumat 19 Maret 2004.
Ruwaili bin Sulami, Membongkar kedok jamaah Tabligh, Asy Syariah Artikel,
diakses pada 15 Mei 2017
70
DAFTAR ISTILAH
Berikut adalah istilah-istilah yang biasa digunakan di lingkungan Jemaah Tabligh.
1. AMIR: Seorang yang dimufakati dalam musyawarah untuk memimpin
Jemaah ketika khuruj fi sabilillah atau sebutan pemimpin mahalla atau
satuan kelompok halaqah. Pada periode awal gerakan, amir atau zimmadar
adalah sebutan untuk tokoh utama, sebagai simpul pusat di Nizamuddin,
mulai Maulana Ilyas (w. 1944), Maulana Yusuf (w.1965), Maulana
Inaamul Hasan (w.1995) dan kini dipimpin dua Syura (bukan amir), yaitu
Maulana Saad dan Maulana Zubair.
2. BAYAN: Penjelasan atau penerangan. Istilah ini digunakan untuk
taushiyah tentang iman dan amal shaleh.
3. BAYAN HIDAYAH: washiat sebelum Jemaah keluar di jalan Allah
tentang tata tertib atau ushul dakwah-tabligh. Menegaskan pesan-pesan
utama dalam kerja dakwah dan peringatan untuk menjaga hal-hal yang
tidak patut dilakukan selama di perjalanan dan di lokasi kerja dakwah.
4. BAYAN WABSI/ TANGGUH: Disampaikan kepada mereka yang baru
pulang program khuruj, berisi pesan agar istiqamah dalam iman dan
senantiasa melakukan kerja dakwah terutama di keluarga dan lingkungan
atau amal maqami karena jika terputus akan seperti berhenti berenang di
tengah lautan.
5. GHAST – JAULAH: Bergerak mendatangi umat untuk menyampaikan
pentingnya iman dan amal shaleh. Ini merupakan original kerja dakwah
Nabi dan Rasul .
6. HALAQAH: Foldergroup di suatu wilayah, kumpulan dari mahalla-
mahalla berbasis masjid suatu kampung.
7. INFIRADI: Usaha secara perorangan seperti berzikir, solat sunat, dan lain-
lain.
8. IJTIMAI: Amalan bersama, seperti musyawarah, taqrir dan sejenisnya.
9. JORD – IJTIMA: Perhimpunan silaturahim untuk mendapatkan nasehat
serta memperbarui tekad khuruj. Jemaah-Jemaah juga dibentuk untuk
dikirim ke seluruh dunia. Jord pertama pada tahun 1941 di Nizamuddin,
dihadiri 25 ribu karkun dari sekitar Delhi dan saat ini, setiap Jord
internasional tercatat lebih dari 4 juta Jemaah dari 160 negara.
71
10. KARGUZARI: Laporan kerja dakwah untuk saling mendapatkan tambahan
pengetahuan dan pengalaman.
11. KARKUN/ AHBAB: Karyawan Usaha Nabi, ahli Jemaah dalam dakwah
dan tabligh. Orang Pakistan menyebut „saathi, di Yaman
„shahibuddakwah‟. Kini dimaklumkan dengan sebutan ahbab, orang yang
mengharap dicintai Nabi SAW.
12. KHUSUSI: Silaturahim kepada orang tertentu seperti kepada
penanggungjawab masjid, tokoh tempatan dan ulama.
13. MARKAZ: Tempat pertemuan untuk menyelaraskan kerja-kerja dakwah
dan tabligh, membentuk serta mengeluarkan Jemaah di jalan Allah.
14. MAHALLA: Masjid sekitar tempat tinggal pendakwah- tabligh.
15. MUDZAKARAH: Majelis untuk saling ingat dan mengingatkan pesan
agama.
16. MUJAHADAH: Bekerja keras melawan kehendak hawa nafsu yang rendah
serta tabah menghadapi berbagai ujian baik lahiriah maupun batiniah.
17. NUSRAH: Menemani dan membantu Jemaah yang sedang I‟tikaf di daerah
tertentu.
18. RAHABA – DALIL: Penunjuk jalan yang akan mempertemukan orang
yang akan dijumpai mutakallim.
19. SYURO: Penanggungjawab di markaz.
20. TAKAZAH: Penawaran terbuka kepada Jemaah untuk mengambil bagian
dalam usaha dakwah, termasuk dalam berkorban.
21. TAKRIR: Mengulang-ulang kebesaran Allah untuk menguatkan iman dan
menumbuhkan semangat, juga menghadirkan hati dan pikiran sehingga
siap keluar di jalan Allah. Biasanya dilakukan di masjid ketika rombongan
sedang berkeliling ke rumah-rumah.
22. TARGHIB: Memberi dorongan untuk membangkitkan rasa senang
terhadap usaha agama.
23. TASYKIL: Usaha mengajak umat untuk dapat meluangkan waktu di jalan
Allah dengan menunjukkan kemuliaan kerja usaha Nabi ini.
73
74
75
76
LAMPIRAN
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Daftar Pertanyaan
1. Apa Pendapat bapak mengenai dakwah dan ciri ciri dakwah yang bapak
lakukan?
2. Apa saja Target dakwah Jamaah Tabligh ?
3. Bagaimana Konsep tazkiyatun nafsy yang bapak ketahui?
4. Berikan penjelasan mengenai latar belakang lahirnya Jamaah tabligh!
5. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan dakwah Jamaah Tabligh
1. Devinisi Dakwah dan ciri ciri dakwah: dasar kata dakwah adalah Da‟a
yad‟u yang artinya mengajak. Dalam istilahnya ialah bagaimana mengajak
manusia untuk bisa taat kepada Allah SWT, kemudian ikut cara kehidupan
baginda rasul SAW. Maka dalam hal ini, hendaknya dakwah ini dibuat
seperti apa yang pernah rasul buat. Maka sebenarnya ini namanya bukan
Jamaah Tabligh, syekh Ilyas sebagai mujaddid yang memulai kembali
usaha dakwah ini di tahun 1920an, pernah mengatakan dalam maqolahnya
“…kalaupun boleh diberikan nama dalam usaha ini adalah usaha
perbaikan iman…”, sehingga nama Jamaah Tabligh ini hanyalah sebutan
dari orang orang, karena jamah ini tidak punya struktur organisasi,
stempel, kop surat dan lain sebagainya, tapi Alhamdulillah sejak
terbentuknya jamaah ini sampai sekarang semua kegiatanya terorganisir,
maka dakwah yang mereka buat adalah berusaha sebisa mungkin
77
mengikuti khas dakwahnya nabi Muhammad, sebagaimana telah
termaktub dalam surat Yasin ayat 21.
يس ٱتبعوا دوه منل ت اهم مه ا جر ١٢كلم
Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk. Ciri ciri Dakwah yang mereka
(Jamaah Tabligh) lakukan ini adalah dakwah yang dilakukan dengan
masuk dari satu kampung ke kampung lain. Mereka berdakwah dengan
mengorbankan harta, diri, dan waktu mereka sendiri tanpa melibatkan
sponsor, apalagi dana dari pemerintah dan lain sebagainya, tapi mereka
betul betul mempersiapkan jauh hari sebelum mereka berangkat program
selama tiga hari, empat puluh hari, atau empat bulan, sehingga semua ada
kesiapan baik yang berangkat, maupun yang ditinggalkan. Dakwah
mereka adalah dakwah yang menjumpai ummat, bukan dijumpai ummat.
Medatangi ummat setiap hari dengan kelembutan, dengan kasih saying.
Seperti nabi juga yang mendatangi ummat, sehingga jika diibaratkan
perjalanan nabi berdakwah memasuki lorong dan menghampiri rumah
rumah dengan kaki yang bercampur cat merah, maka seluruh tanah di
Mekah berwarna merah karena terdapat bekas jejak kaki nabi.
2. Target dakwah Jamaah Tabligh: pertama ada perbaikan diri (Islah Nafs)
dari diri yang negative menuju positif. Dari amal yang buruk menjadi
amal yang baik. Target kedua, bagaimana membentuk jamaah baru yang
siap menjalankan program jamaah tabligh.
78
Sehingga bukan hanya teori tentang iman yang di dapatkan, melainkan
beserta praktek iman bisa dilakukan selama dakwah. Target ketiga,
bagaimana menghidupkan empat amal masjid seperti: pertama Dakwah
kepada Allah yaitu susana mengajak masyarakat untuk taat kepada Allah.
Kedua Talim wa ta‟allum yaitu suasana saling belajar dan mengajar.
Ketiga zikir ibadah yaitu suasana mengingat Allah di setiap sendi
kehidupan seperti bagaimana adab adab yang telah diajarkan baginda nabi
Muhammad sehingga semua kegiatan dapat bernilai ibadah Keempat
Khidmat yaitu suasana melayani masyarakat, sebagaimana Allah melayani
kebutuhan para hambanya.
3. Pengertian Tazkiyyatun Nafs adalah kesucian hati, yaitu ada didalam
enam poin dari sifat para sahabat nabi. Maksudnya kesucian hati para
jamaah dapat di peroleh, mana kala orang tersebut sudah berusaha
mencontoh sifat para sahabat nabi seperti:
a. Yakin dengan kalimat Tayyibah yaitu Laa ilaha illa Allah,
Muhammada Rasulullah
b. Shalat Khusyu‟ dan Khudhu‟ yaitu memperaktekan shalat
secara khusyu‟.
c. Ilmu dan zikir yaitu setiap ilmu yang dapat mengingatkan diri
dengan Allah.
d. Ikramul Muslimin, yaitu memuliakan setiap muslim, karena
setiap muslim adalah bersaudara.
79
e. Dakwah wa tabligh yaitu, melakukan pengorbanan baik dalam
waktu, harta, dan jiwa untuk dakwah.
4. Latar belakang berdirinya Jamaah Tabligh: yaitu saat Maulana Ilyas al-
Kandahlawi berada di sekitar kecamatan Mewat, Maulana menyaksikan
amal agama umat Islam semakin jauh dari ajaran Islam. Padahal, daerah
suku Rajput yang dikenal sebagai bangsa Meo ini mengenal Islam sejak
abad pertama hijriyah, bahkan pada abad pertengahan pernah menjadi
salah satu central perkembangan budaya Islam ketika pusat kekhalifahan
di Baghdad bergerak ke India. Namun meski sudah ratusan tahun hadir,
Islam justru makin asing di masyarakat. Maulana Ilyas berkeyakinan
bahwa gerakan keagamaan Islam yang kultural merupakan metode yang
dapat memurnikan kaum muslimin dari kehinduan mereka. Institusi
pendidikan tradisional yang disebut dengan “madrasah” pun didirikan
sebagai langkah awal untuk memperbaiki dan mendidik kaum muslim.
Wilayah Mewat sebagai kelahiran tempat Jama‟ah Tabligh berhasil
membentuk jaringan sekolah agama berbasis masjid yang mengajarkan
praktek keislaman yang benar. Konsep gerakan dakwah yang digagas oleh
Maulana Ilyas ini mengambil jalur diluar wilayah politik. Menurut
Maulana, jama‟ah tidak akan mampu mencapai tujuannya jika mengambil
bagian di wilayah politik partisan. Konsep dakwah kultural versi Jam‟ah
Tabligh, diimplementasikan penuh pada aktivitas tabligh yang dikenal
dengan istilah khuruj.
5. Bentuk bentuk kegiatan dakwah Jamaah Tabligh adalah:
80
1. Khidmat (melayani)
Penugasan kepada dua orang atau lebih untuk
bertanggungjawab menyiapkan makan-minum dan keperluan
logistik lainnya.
2. Istiqbal (menyambut)
Satu orang atau lebih untuk standby menyambut warga yang
datang dan menjaga kebersihan masjid. Jemaah yang mengambil
tugas dalam posisi istiqbal biasanya berada di pintu masuk masjid.
Mereka senantiasa sigap menyambut tamu-tamu Allah yang
hendak mengikuti taklim, shalat berjamaah atau i‟tikaf. Sikapnya
selalu ramah, tersenyum sambil mengucapkan salam setiap kali
ada yang datang.
3. Ta‟lim
Ini adalah forum kajian ilmu terutama biasanya dibacakan
kitab Fadhilah Amal. Seorang Jemaah memimpin pembacaan,
sementara yang lain mendengarkan secara seksama. Kitab yang
dikaji ini berisi tentang keutamaan amal untuk mendorong umat
agar bersemangat dalam beribadah. Isinya berisi hadis-hadis yang
sepintas tidak jauh berbeda dengan kitab Riyadhussalihin yang
banyak dibaca di pesantren-pesantren di tanah air. Kegiatan ini
dilakukan setelah makan pagi dan shalat dluha hingga menjelang
shalat dluhur. Demikian selanjutnya setiap hari kira-kira 2,5 jam
81
Jemaah belajar berbagai hadis dan ayat Alquran tentang
pentingnya amal-amal baik.
4. Tilawah
Kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum shalat dluhur dan
setelahnya. Jemaah dibagi dalam pasangan saling berhadapan,
yang satu membaca Alquran yang lainnya menyimak. Demikian
sebaliknya, saling memperbaiki bacaan, memahami isi dan
bahkan ada yang saling memperbaiki hafalan Alquran (murajaah).
5. Bayan Maghrib/ Isya
Salah satu tugas yang diperhatikan selama khuruj adalah
„bayan maghrib‟ atau isya, berisi penyampaian pesan-pesan
pentingnya iman dan amal shaleh dalam kehidupan ini, serta
mengingatkan tentang kehidupan setelah mati. Diperhatikan
khusus karena pada saat shalat maghrib diikuti lebih banyak
Jemaah, terutama karena beberapa jam sebelumnya sudah
didahului ajakan ke masjid melalui program gerak atau jaulah.
6. Bayan Subuh
Bayan subuh lebih mirip dengan kuliah tujuh menit seperti
dalam majelis-majelis lain, berisi tentang tema-tema agama secara
luas. Meski demikian, materi paling sering dalam bayan subuh
adalah tentang sifat-sifat utama para sahabat Nabi yang harus
diteladani untuk mencapai kesempurnaan dalam amal agama.
Mengingatkan umat Islam tentang kunci keselamatan dan
82
kebahagian dunia akhirat melalui jalan taat kepada Allah dengan
cara Rasulullah.
7. Mudzakarah
Kegiatan ini seperti forum diskusi partisipatif. Belajar
bersama mempelajari ilmu dan hikmah, terutama tentang enam
sifat para sahabat, adab-adab dalam kehidupan sehari-hari mulai
bangun hingga bangun lagi agar diselaraskan dengan sunnah Nabi
SAW. Sebelum pembahasan, selalu dimulai dengan doa pembuka
majelis yang intinya minta tambahan ilmu dan pemahaman.
Setelah pembahasan tema ditawarkan, semua Jemaah memberi
usul, dari usul tema terbanyak atau terkuat, kemudian amir atau
pemimpin forum menentukan tema yang perlu didalami.
8. Taqrir
Mengulang kembali materi tentang kebesaran Allah agar
hati dan fikir menyatu untuk menumbuhkan semangat dakwah dan
tabligh. Biasanya disampaikan salah seorang Jemaah, yang
lainnya menyimak.
9. Jaulah
Bersilaturahim berkeliling kepada umat, mengajak shalat
berJemaah di masjid dan mendengarkan penjelasan tentang iman
dan amal shaleh. Aturan jauhlah sebagaimana digambarkan dalam
Alquran Surat Yasin, khususnya ayat 13-27: minimal tiga orang
terdiri dari satu orang amir yang memimpin rombongan,
83
mutakallim yang bertugas sebagai penyampai pesan agama,
seorang makmur sebagai penguat yang tugasnya berdzikir selama
mendampingi.
10. Dzikir Pagi Petang
Dzikir pagi-petang dilakukan secara infiradi atau individual.
Secara umum, semua Jamaah mengamalkan dzikir pagi dan sore
setiap hari, namun ada dzikir yang ditugaskan khusus kepada
seorang yang bertugas, tujuannya untuk menguatkan rombongan
yang sedang bergerak.
11. Khususi
Khususi biasanya melalui beberapa tahapan antara lain:
Pertama, melakukan taaruf, saling memperkenalkan diri dan
tujuan kedatangan. Disarankan pembicaraan diberikan kepada
tuan rumah agar suasana relaks. Tahap kedua, yaitu taalluf atau
sambung hati. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan tahap ketiga,
targhib atau memotivasi yang bersangkutan agar ikut memikirkan
atau risau soal iman dan amal shaleh. Tahap keempat adalah
tasykil atau minta untuk terlibat langsung dalam tugas kenabian.
Ust Khairul Adha
Masjid Al Hidayah, 28 Mei 2017