Strategi Belajar Mengajar

45
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua, mulai dari usia dini sampai jenjang pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai tahun Ajaran 2006-2007 di Indonesia telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan diberlakukan KTSP ini secara bertahap, membuktikan bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian. Pengembangan kurikulum ini tentu saja perlu di imbangi dengan pengembangan perangkat kerja lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Untuk itu guru 1

Transcript of Strategi Belajar Mengajar

Page 1: Strategi Belajar Mengajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas

sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan

pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua,

mulai dari usia dini sampai jenjang pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa

partisipasi aktif dari semua pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang

berkualitas. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai tahun Ajaran 2006-2007 di Indonesia

telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dengan diberlakukan KTSP ini secara bertahap, membuktikan

bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian.

Pengembangan kurikulum ini tentu saja perlu di imbangi dengan pengembangan

perangkat kerja lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Untuk itu

guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat ketika peserta didik belum dapat

membentuk kompetensi dasar seperti yang di inginkan, untuk itu guru harus memiliki

kemampuan mengembangkan model - model pembelajaran yang efektif, sehingga hasil

pembelajaran dapat di tingkatkan.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan

kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi ; otak anak dipaksa untuk

mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi

yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya

ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka

miskin aplikasi.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan

makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah

1

Page 2: Strategi Belajar Mengajar

tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode

pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model

pembelajaran (Sudrajat:17.10)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah definisi dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model

pembelajaran. metode pembelajaran dan teknik pembelajaran ?

2. Apa sajakah macam-macam pendekatan pembelajaran itu?

3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran itu?

4. Apa sajakah macam-macam metode pembelajaran itu?

C. TUJUAN

Berdasarkan atas pokok permasalahan diatas , maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model

pembelajaran. metode pembelajaran dan teknik pembelajaran

2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran.

3. Untuk mengetahui macam-macam model-model pembelajaran.

4. Untuk mengetahui macam-macam metode pembelajaran

2

Page 3: Strategi Belajar Mengajar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

1. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadai,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya

suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode

pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan

tertentu.

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam

pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari

semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,

penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan

sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,

sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur

keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

3. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk

di dalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain – lain (Joyce dalam

Ahmadi, dkk, 2011:8). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model

pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu

peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

4. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang

dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu,

3

Page 4: Strategi Belajar Mengajar

sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementasi. Dengan

perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing – masing guru adalah sama, tetapi

mereka menggunakan teknik yang berbeda. Sedangkan menurut beberapa ahli yang

telah diuraikan terdahulu bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan

arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik

pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.

5. Teknik pembelajaran

Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode

pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk

mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai Apabila antara

pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu

kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.

Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata

lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

B. Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran

Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan

belajar mengajar, antara lain :

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih

bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,

tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak

hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa

untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses

pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk

merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan –

memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,

guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan

pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada

serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan

4

Page 5: Strategi Belajar Mengajar

apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen,

2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada

pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas

saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam

kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai

tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi

informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama

untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa

pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata

guru

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk

mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk

mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah

yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame

teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan

ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,

Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan

kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian

dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka

mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian

dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.

2. Pendekatan Konstruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu

bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).

Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963).

Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori

konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui

proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina

sendiri oleh pelajar.

5

Page 6: Strategi Belajar Mengajar

Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur

kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau

pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat

membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai

accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras

dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau

tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya

dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.

Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina

dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini

dikenali sebagai parcing.

Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana

belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang

dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar

dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.

Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan

kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah

mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar

yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini

(2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut

membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk

mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.

3. Pendekatan Deduktif – Induktif

a. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-

istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu

pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah

mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).

b. Pendekatan Induktif

Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah

menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian.

6

Page 7: Strategi Belajar Mengajar

Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-

kasus nyata yang terjadi dilingkungan.

Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif

dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui

kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan

(2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan

maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.

Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran

pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif. Beberapa contoh

pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,

pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis

kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif

dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan

menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,

siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar

pengamatan siswa sendiri.

4. Pendekatan Konsep dan Proses

a. Pendekatan Konsep

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa

dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung

di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan

subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk

memahami konsep.

b. Pendekatan Proses

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti

mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.

Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum

1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam

kegiatan belajar.

Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu

dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses

mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi

7

Page 8: Strategi Belajar Mengajar

peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian

integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman

yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.

Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam

setiap proses pendidikan yang dialaminya

5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat

National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang

STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human

experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai

dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk

meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains

dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN

STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach

whichreflects the widespread realization that in order to meet the

increasingdemands of a technical society, education must integrate

acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM

haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu)

dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi

dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara

sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi

terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting

dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006:

1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore

a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values,

and institution, and how such factors shape science and technology. STM

dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di

masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan

teknologi.

Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA )

( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan

menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika

8

Page 9: Strategi Belajar Mengajar

dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan

aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.

Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang

diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah,

tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari,

yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah

C. Macam – Macam Model Pembelajaran

a. Model pembelajaran terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Direct instruction (DI)

2. Cooperative learning (CL)

3. Problem based instruction (PBI)

b. Empat ciri khusus model pengajaran:

1. Landasan teoritik

2. Tingkah laku mengajar (sintaks)

3. Tujuan hasil belajar siswa

4. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan

c. Terdapat tiga katagori penilaian terhadap model pengajaran tersebut:

1. Penilaian berdasarkan pada penilaian berbasis kelas

2. Dilakukan secara terintegrasi selama proses pembelajaran dilaksanakan

3. Diperlukan kriteria yang jelas dan konsisten pada setiap jenis penilaian yang

dilakukan

1. Direct Instruction (DI) Pengajaran Langsung

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada

keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran

langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan

terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan

metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

9

Page 10: Strategi Belajar Mengajar

Landasan teoritiknya adalah teori belajar sosial, dari albert bandura tentang

pemodelan tingkah laku yang melahirkan modeling dimana sifatnya CTL (centered

teacher learning), yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru.

Hasil belajar siswa terdiri atas:

a. Pengetahuan prosedural

b. Pengetahuan deklaratif sederhana

c. Mengembangkan keterampilan belajar, dimana strategi belajar direncanakan,

dirumuskan, dipilih dan ditentukan oleh seorang guru

Tingkah laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam lima fase

utama:

1. Fase Pertama; menyampaikan tujuan dan mengkondisikan siswa

Perilaku guru adalah: menjelaskan tujuan, informasi latar belakang pelajaran,

pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar

2. Fase Kedua; mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Perilaku guru adalah: mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan

informasi tahap demi tahap

3. Fase Ketiga; membimbing pelatihan

Perilaku guru adalah: marencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

4. Fase Keempat; mengecek pemahaman dan memberi umpan balik

Perilaku guru adalah: mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas

dengan baik dan memberi umpan balik

5. Fase Kelima; memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Perilaku guru adalah: mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan

lanjutan dengan perhatiankhusus pada penerapan kepada situasi yang lebih

kompleks dan kehidupan sehari-hari. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan

perlu perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari pihak guru.

2. Pembelajaran Kooperatif (CL)

10

Page 11: Strategi Belajar Mengajar

Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,

menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar

kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5

orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi,

dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk

kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

Landasan teorinya adalah teori konstruktif yang bebicara tentang hakikat

sosiokultural dari vygotsky. Konsep utamanya adalah learning community,

bersifat CTL (pembelajaran konstektual/bermakna).

Hasil belajar siswa terdiri dari :

a. Hasil belajar akademik berupa konsep-konsep sulit

b. Keterampilan sosial berupa keterampilan kooperatif

Tingkah laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam enam

fase utama yaitu:

1. Fase Pertama; menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Perilaku guru adalah: menyampaikan tujuan yang ingin dicapai selama

pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Fase Kedua; menyajikan informasi.

Perilaku guru adalah: menyajiakan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Fase Ketiga; mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar.

Perilaku garu adalah: menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membantuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.

4. Fase Keempat; membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Perilaku garu adalah: membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan

tugas-tugasnya.

5. Fase Kelima; evaluasi.

Perilaku garu adalah: mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau meminta kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya.

11

Page 12: Strategi Belajar Mengajar

6. Fase Keenam; memberikan penghargaan

Perilaku guru adalah: menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok.

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan diarahkan kepada

terbentuknya proses demokrasi dan peran aktif siswa. Siswa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Sehingga

model pembelajaran ini juga berpusat pada siswa.

3. Pengajaran Berdasarkan Masalah/Problem Based Instruction (PBI)

Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan

aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang

tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis,

suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator

model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,

induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan

inkuiri.

Landasan teoritiknya adalah teori belajar konstruktivis dari Bruner dengan

konsep intinya belajar penemuan (Inquiry), model ini juga bersifat CTL. Hasil

belajar siswa berupa pemecahan masalah autentik sehingga dapat menjadi

pembelajaran yang mandiri/otonom.

Tingkah Laku Mengajar (Sintaks) dari model dapat dilihat dalam lima fase

utama yaitu:

1. Fase Pertama; orientasi kepada masalah

Perilaku Guru adalah: menjelaskan tujuan, logistik yang diperlukan,

memotivasi siswa sehingga terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2. Fase Kedua; mengorganisasikan siswa untuk belajar

Perilaku Guru adalah: membantu siswa mendefinsikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan tugas belajar.

3. Fase Ketiga; membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Perilaku Guru adalah: mendorong siswa untuk mau mengumpulkan imformasi

yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

4. Fase Keempat; mengembangkan dan menyajikan hasil karya

12

Page 13: Strategi Belajar Mengajar

Perilaku Guru adalah: membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan, serta membantu mereka dalam membagi

tugas.

5. Fase Kelima; menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Perilaku Guru adalah: membantu untuk melakukan refleksi/evaluasi terhadap

penyelidikan merekadan proses yang mereka gunakan.

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan ditujukan dan diarahkan menjadi

terbuka, proses demokratis, peran aktif siswa. Norma inkuiri terbuka dan siswa bebas

mengemukakan pendapat.

4. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,

belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau

menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya

adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau

individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,

mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

5. Problem Posing

Problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu

merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga

dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,

menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan

6. .Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang

menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya

juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan

menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,

sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi

mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh

jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan

proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih

13

Page 14: Strategi Belajar Mengajar

mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,

keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan

gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan

berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan

(sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah,

pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan

pengarahan, membuat kesimpulan.

7. Probing-prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan

serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses

berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan

pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-

prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak

diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan

menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi

aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa

dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang,

namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru

hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan,

nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,

menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus

dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

8. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus,

mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan

aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi

berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti

menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

14

Page 15: Strategi Belajar Mengajar

9. SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar

haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri

adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas

fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna

bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara,

presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization

yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,

menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga,

dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan

berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih

menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,

mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

10. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas

tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok

bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana

diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu

dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran.

Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,

atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.

Sintaknya adalah sebagai berikut:

a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi

dan \mekanisme kegiatan

b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati

4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi

dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang

levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan-kesepakatan.

15

Page 16: Strategi Belajar Mengajar

D. Macam – Macam Metode Pembelajaran

Metode-metode pembelajaran dapat dilihat dari dua sudut:

a. Metode Pembelajaran Sudut Siswa

Menurut Ausuble dan Robinson (1969) ada empat macam bentuk belajar

yaitu: belajar menerima, belajar diskaveri, belajar menghapal dan belajar bermakna.

1. Belajar Menerima

Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar dengan peranan

siswa lebih pasif, lebih banyak menerima dari apa yang disampaikan oleh

guru. Pengertian menerima atau pasif lebih banyak menyangkut proses mental

terutama berfikir. Dalam belajar menerima tidak berarti tidak ada proses

berfikir, tetapi prosesnya hanya sedikit atau sederhana.

Bentuk kegiatan belajar menerima yaitu: mendengarkan ceramah dan

membaca bahan pelajaran secara pasif.

2. Belajar Diskaveri

Belajar diskaveri disebut juga belajar inquiri, yaitu erat hubungannya

dengan apa yang biasa disebut CBSA. Kegiatan belajar ini lebih berfikir aktif,

karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa. belajar diskaveri

lebih kompleks, banyak menuntut aktifitas berfikir dan bahkan tidak jarang

pula menuntut sejumlah aktifitas fisik.

Bentuk-bentuk belajar diskaveri yaitu: tanya jawab, diskusi,

pengamatan, percobaan, latihan-latihan, bersimulasi, permainan, mengerjakan

tugas-tugas, mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah dan

lain-lain.

3. Belajar Menghapal

Belajar menghapal merupakan kegiatan belajar yang menekankan

penguasaan pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memberi arti terhadap

pengetahuan atau fakta tersebut.

4. Belajar Bermakna

Dalam belajar bermakna suatu yang dipelajari dari makna. Makna

dapat terjadi karena: 1) ada hubungan antara suatu fakta/pengetahuan dengan

fakta/pengetahuan lainnya, umpamanya gedung tinggi dengan tangga, atau

antara angin laut dengan nelayan yang pulang, 2) ada hubungan antara suatu

16

Page 17: Strategi Belajar Mengajar

pengetahuan dengan penggunaannya, umpamanya manfaat kincir air atau

kincir angin, penggunaan pupuk dan sebagainya.

Walaupun tidak selalu sejajar, belajar menerima cenderung mengarah

kepada belajar menghapal dan belajar diskaveri cenderung ke arah belajar

bermakna.

b. Metode Pembelajaran Sudut Guru

1. Membelajarkan Secara Ekspositori

Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru

menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositori. Baik dalam

tahap perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran guru berperan lebih

aktif. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu

menyampaikan kepada siswa.

Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori adalah:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah

siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah,

(2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode

yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif

dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan

jangkauan daya beli dan paham siswa.

Ceramah wajar dipergunakan untuk :

1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat

dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat

yang dimaksud.

2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang

besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga

metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.

3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan

merangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Dengan

17

Page 18: Strategi Belajar Mengajar

ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya.

Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-

kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika

dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus

membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi

kelas dan sebagainya.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif

b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)

d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi

dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapatlebih besar

menerimanya

e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik

f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d. Mudah dilaksanakan

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan

memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya

diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti

benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan

lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan

tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan

menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek,

membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan

konsep serta fakta yang memungkinkan.

18

Page 19: Strategi Belajar Mengajar

Metode ini digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk

mengajarkan suatu bahan ajar yang memerlukan peragaan atau sebagai

metode pelengkap dari metode ceramah.

2. Membelajarkan Dengan Mengaktifkan Siswa

Dalam pelaksanaan kegiatan mengajar yang mengaktifkan siswa, guru

tidak begitu banyak melakukan aktivitas, aktivitas lebih banyak dilakukan oleh

siswa. Guru memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa,

mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi.

Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran dengan

mengaktifkan siswa adalah:

a. Metode Tanya-Jawab

Metode ini paling sederhana dalam pengajaran dengan

mengaktifkan siswa. Metode dapat dilaksanakan secara klasikal maupun

kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.

Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru maupun buku-buku sumber.

Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya

Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode

ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang

ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan

dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan metode diskusi

Kelebihan metode tanya Jawab :

1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru

mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.

3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa

terhadap segala sesuatu yang diterangkan.

Kelemahan metode tanya Jawab:

1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari

pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa

menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan

pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan

sehingga membuat persoalan baru.

2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

19

Page 20: Strategi Belajar Mengajar

b. Metode Diskusi

Metode ini banyak persamaannya dengan metode tanya jawab.

Perbedaan utamanya terletak pada hal yang dibahas serta cara

pembahasannya.

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh

suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem

dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau

memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.

Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan

apabila guru hendak:

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

2. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan

kemampuannya

3. Mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai

4. Membantu siswa belajar berpikir secara kritis

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

1. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau

mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.

2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku

sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat

mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.

3. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang

diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku

atau sekelompok.

4. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya

terhadap pendapat yang baru dikemukakan.

5. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat

yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.

3. Metode Pengamatan dan Percobaan

Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan,

keduanya berisi kegiatan pengamatan atau observasi. Perbedaanya terletak

pada obyek yang diamati. Dalam pengamatan yang diamati adalah suatu

20

Page 21: Strategi Belajar Mengajar

obyek (benda, kegiatan dan lain-lain) yang bersifat ilmiah, sebagaimana

adanya, sedang pada percobaan yang diamati adalah suatu obyek yang dibuat

oleh pengamat.

Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen.

a. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa,

sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan

eksperimen.

b. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang

dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen,

serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-

hal yang perlu dicatat.

c. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.

d. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil

eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan

atau kekeliruan-kekeliruan.

4. Metode Belajar Kelompok

Secara singkat metode ini disebut juga metode kelompok, adalah suatu

cara yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok. Dalam

belajar biasanya digunakan kelompok kecil (2-5 siswa) dan kelompok sedang

(6-10 siswa).

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang

paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran

kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process

skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya

membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6

siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman

atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik

yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai

subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu

21

Page 22: Strategi Belajar Mengajar

laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai

langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Seleksi topic

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah

masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.

Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-

kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang

beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen

baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur

belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan

berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di

atas.

c. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan

pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas

dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para

siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di

dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus

mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika

diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi

yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat

diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang

menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa

dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas

mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh

guru.

22

Page 23: Strategi Belajar Mengajar

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai

kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu

keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu

atau kelompok, atau keduanya.

5. Metode Latihan

Pada umumnya metode ini berisi rangkaian kegiatan mengulangi suatu

perbuatan, sampai perbuatan tersebut disukai siswa. Contohnya: pemecahan

soal, olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja dan

ain-lain.

6. Metode Pemecahan Masalah

Metode ini merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena

metode ini mencoba melihat dan memecahkan ”masalah yang cukup

kompleks” dan menuntut/mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan

metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi

berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah

kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada

dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

b. Berpikir dan bertindak kreatif.

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk

menyelesaikanmasalah yang dihadapi dengan tepat.

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.

Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk

23

Page 24: Strategi Belajar Mengajar

melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian

atau konsep tersebut.

b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

metode pembelajaran yang lain.

7. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi

melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas

dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa

atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas

dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:

a. Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa

b. Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa

dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain

atau oleh guru yang bersangkutan

c. Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

8. Metode Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan suatu kegiatan pembelajaran dalam

kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja bersama untuk memperoleh

pengalaman belajar.

Dalam metode cooperative learning menurut anita lie (2000), terdapat

lima unsur yang harus diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2)

tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota dan

5) evaluasi proses kelompok. Agar kelima unsur tersebut dapat dicapai, maka

siswa didalam kelompok harus mempunyai niat dan kiat (will and skill).

Dalam pengelolaan kelas ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) mengelompokkan, 2) semangat cooperative learning, dan 3) penataan kelas

Menurut gunter (1990), terdapat enam model cooperative learning.

Model-model tersebut adalah:

a. the jigsaw model

Model ini dapat meningkatkan kerjasama antar siswa. Siswa dibagi

kedalam beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5

orang siswa. Kelompok-kelompok ini disebut ”home group”. Tiap-tiap

24

Page 25: Strategi Belajar Mengajar

anggota dalam kelompok tersebut mengerjakan tugas yang berbeda satu sama

lain. Kemudian masing-masing anggota dari one group berpencar dan

berpindah ke kelompok lain, dan ini disebut”expert group” karena siswa

tersebut menjadi seorang ahli dengan tugas yang sama untuk memberikan

informasi ketika ia kembali ke kelompok semula.

b. The team-games tournament (TGT) model

Model ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk

berlomba dalam belajar. Masing-masing kelompok berlomba untuk

mendapatkan nilai yang tinggi.

Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:

1. Penyajian Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian

kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,

diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-

benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena

akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada

saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras

atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama

teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota

kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar

kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana

bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan

yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu

akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk

turnamen mingguan.

4.Turnamen

25

Page 26: Strategi Belajar Mengajar

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit

setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan

lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja

turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga

siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team Recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-

masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor

memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team”

jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-

45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

c. The student teams avhivement division (STAD) model

Model ini dikembangkan karena seorang siswa kurang puas dengan

hasil nilai yang diperoleh dari the team-games tournament (TGT), oleh karena

itu seorang guru akan memberikan tes lanjutan dalam bentuk quiz atau tes.

d. The team interview model

Team interview dikembangkan untuk memperoleh kerjasama

kelompok, membangun kegiatan kelompok, cara memantau pemahaman

bacaan atau laporan nilai kelompok.

e. The graffiti model

Graffiti adalah model pembelajaran struktur, dimana siswa diminta

memberikan bentuk struktur yang benar. Model ini merupakan cara yang

paling tepat untuk melihat sejauh mana pemahaman struktur yang benar.

f. The think, pair, share model

Model ini merupakan teknik sederhana dengan hasil yang besar.

Hasilnya dapat meningkatkan peran serta siswa dalam menambah informasi.

Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil atau berpasangan sebelum diskusi

didalam kelas. Siswa lebih percaya diri karena telah memiliki bekal dalam

diskusi kelompok kecil atau pasangan sehingga mereka lebih aktif karena

26

Page 27: Strategi Belajar Mengajar

tidak didominasi oleh siswa yang pandai semua siswa berperan serta dalam

diskusi kelas tersebut.

27

Page 28: Strategi Belajar Mengajar

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Upaya untuk

menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan formal hanyalah merupakan

syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya peningkatan kemampuan terus menerus

(continuous improvement) merupakan syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi Ada

kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak

mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam

kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan

persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan, strategi, metode, teknik dan

model-model pembelajaran perlu dipahami dan diterapkan oleh para pendidik, guna

menciptakan pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) yang selanjutnya untuk mewujudkan makna pendidikan nasional yakni

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga

peningkatan mutu pendidikan nasional menjadi harga mati, oleh karena itu guru semakin

dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik  minat dan

motivasi siswa.

B. SARAN

Masa depan generasi penerus bangsa sebagian ada ditangan para pendidik, untuk

itu kami sebagai pendidik dan calon pendidik menyusun makalah ini dalam rangak

menambah pengetahuan. Dalam penulisan makalah ini penulis tentu terdapat kekuarangan

dan kelebihan,untuk itu saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

kami harapkan

28