Strategi Belajar Mengajar (SBM)

68
Makalah Materi Perkuliahan STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Final Mata Kulaiah Strategi Belajar Mengajar OLEH: NAMA : M. HATTA NIM : 1006104020116 JURUSAN PENJASKESREK

description

makalah SBM penjas sudah di edit

Transcript of Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Page 1: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Makalah Materi Perkuliahan

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Final

Mata Kulaiah Strategi Belajar Mengajar

OLEH:

NAMA : M. HATTA

NIM : 1006104020116

JURUSAN PENJASKESREKFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH

2012

Page 2: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat

dan karunia nya, masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “Strategi Belajar Mengajar”. Alhamdulillah penyusun telah selesai dan

diberi kesempatan untuk memberikan argumentasinya yang dituangkan dalam

makalah ini.

Mengingat banyaknya topik yang harus dibahas dan disesuaikan dengan Mata

Kuliah Strategi Belajar Mengajar diperguruan tinggi, maka penulis memberikan

pengertian secara terperinci agar pembaca bisa cepat paham dengan maksud

penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mengandung banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat berterimakasih apabila pembaca bersedia

memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga dapat digunakan

untuk penyempurnaan makalah berikutnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pembimbing

yang telah memberikan tugas makalah ini, karena dengan adanya makalah ini penulis

bisa lebih paham tentang Strategi Belajar Mengajar. Akhirnya semoga makalah ini

bermanfaat bagi kita semua.Amiin….

i

Banda Aceh, 16 Juni 2012

Penyusun

Page 3: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... iDAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I, PENDAHULUAN.............................................................................. 1A. Latar Belakang...................................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................. 2C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II, PEMBAHASAN................................................................................ 3A. Untuk Mengetahui Konsep Strategi Belajar Mengajar............................... 3

1. Pengertian SBM....................................................................................... 32. Klasifikasi SBM....................................................................................... 33. Implementasi Belajar Mengajar............................................................... 6

B. Untuk Mengetahui Hakikat, Ciri Dan Komponen Belajar Mengajar.......... 91. Hakikat Belajar Mengajar........................................................................ 92. Ciri-ciri Belajar Mengajar........................................................................ 93. Komponen-Komponen Belajar Mengajar................................................ 10

C. Untuk Mengetahui Saja Pendekatan Dalam Belajar Mengajar.................... 121. Pendekatan Individual.............................................................................. 132. Pendekatan Kelompok.............................................................................. 143. Pendekatan Bervariasi.............................................................................. 154. Pendekatan Educatif................................................................................. 155. Pendekatan Pengalaman........................................................................... 166. Pendekatan Pembiasaan........................................................................... 177. Pendekatan Emosional............................................................................. 178. Pendekatan Rasional................................................................................ 189. Pendekatan Fungsional............................................................................. 1810. Pendekatan Keagamaan............................................................................ 1911. Pendekatan Kebermaknaan...................................................................... 19

D. Untuk Mengetahui Kedudukan Pemilihan Dan Penentuan Metode Di Pengajaran............................................................................................. 211. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar................................. 212. Pemilihan dan Penentuan Metode.................................................. 223. Metode Pembelajaran Kontruktuisme............................................ 234. Metode Pembelajaran Behaviourisme............................................ 27

BAB III, PENUTUP........................................................................................ 38A. Kesimpulan........................................................................................... 38B. Saran..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 39

ii

Page 4: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal

yang sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang

akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan

sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Di dalam usaha untuk mencapai

tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola

pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan

yang diinginkan.

Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan seorang pendidik yang mampu

berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang

kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya

cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai

menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian

metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai

pula dengan keadaan anak didik.

Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di

mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi

oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap

mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak

didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran

adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat

belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat

dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan

aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang

1

Page 5: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

monoton, yang bisa dirubah dengan strategi-strategi belajar yang lebih baik sehingga

tercapai pembelajaran yang efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah konsep strategi belajar mengajar?

2. Apa hakikat, ciri dan komponen belajar mengajar?

3. Apa saja pendekatan dalam belajar mengajar?

4. Apakah kedudukan pemilihan dan penentuan metode di pengajaran?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep strategi belajar mengajar

2. Untuk mengetahui hakikat, ciri dan komponen belajar mengajar

3. Untuk mengetahui saja pendekatan dalam belajar mengajar

4. Untuk mengetahui kedudukan pemilihan dan penentuan metode di pengajaran

2

Page 6: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Strategi Belajar Mengajar (SBM)

1. Pengertian SBM

Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan

materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup

dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada

siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada

prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket

pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua

komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu

siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar

juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan

dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan.

Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis

kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda

pula.

Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara

strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah

kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi

belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-

mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-

betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik

pengajaran.

2. Klasifikasi SBM

Klasifikasi strategi belajar-mengajar, berdasarkan bentuk dan

pendekatan Expository dan Discovery/Inquiry.

“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi

yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang

mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru.

Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan

3

Page 7: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik.

Hampir tidak ada unsur discovery (penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada

umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih

dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran.

Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositorik dengan metode

ekspositorik juga. Begitu pula dengan discovery/inquiry. Sehingga suatu ketika

ekspositorik - discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi belajar-mengajar,

tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode belajar-mengajar.

Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan

berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru ingin banyak

melibatkan siswa secara aktif. Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh

guru tampak pada contoh berikut:

Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk

menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan: Berdiri

pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wama, dan

sebagainya.

Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositorik. Ia

mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati

aturan tersebut. Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul

“Pengamanan jalan menuju sekolah guru ingin membantu siswa untuk merencanakan

jalan yang terbaik dari sekolah ke rumah masing-masing dan menetapkan peraturan

untuk perjalanan yang aman dari dan ke sekolah.

Dengan film sebagai media tersebut, akan merupakan strategi ekspositori bila

direncanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka

perbuat, mereka diharapkan menerima dan melaksanakan informasi/penjelasan

tersebut. Akan tetapi strategi itu dapat menjadi discovery atau inquiry bila guru

menyuruh anak-anak kecil itu merencanakan sendiri jalan dari rumah masing masing.

Strategi ini akan menyebabkan anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang

dianggap terbaik bagi dirinya masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa

mengajukan pertanyaan pertanyaan sebelum mereka sampai pada penemuan-

penemuan yang dianggapnya terbaik. Mungkin mereka perlu menguji cobakan

penemuannya, kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang baik.

4

Page 8: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Dan contoh sederhana tersebut dapat kita lihat bahwa suatu strategi yang

diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositorik atau discovery. Guru dapat

mengombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.

Discovery dan Inquiry : Discovery (penemuan) sering dipertukarkan

pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses

mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses

mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan

dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi

dan sebagai. Prinsip misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai” Inquiry,

merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam)

Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya.

Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan

eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,

membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-

batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik

untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba

mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi

yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud

diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery

Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai

berikut:

a. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan

atau pertanyaan

b. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan

diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)

c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui keglatan tersebut

perlu ditulis dengan jelas.

d. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam

melaksanakan kegiatan

e. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.

5

Page 9: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

f. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk

menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan

g. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental

operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.

h. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang

mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan

mengalami kegagalan atau tak berjalan Sebagaimana mestinya.

Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:

a. Menemukan masalah

b. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan

c. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan

d. Perumusan keterangan yang diperoleh

e. Analisis proses inquiry.

3. Implementasi Belajar Mengajar

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran

yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model

pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan

menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-

kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah

disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran

tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur

pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah

dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai

dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan

kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa

menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru

memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan

supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas

yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

6

Page 10: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai

contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu

model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan

dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan

penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan

konsep-konsep matematika tingkat tinggi.

Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang

menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai

dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model

pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus

dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model

pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model

pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa

agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan

tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok

pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan

lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif

memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang

mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku

yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model

pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.

Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama

lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan

memperhatikan guru.

Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam

pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan

cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator

pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik

yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara

7

Page 11: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber

(guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran

sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan

guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.

Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut

penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara

model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita

sepakati hal-hal sebagai berikut :

a. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih

diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep belajar.

b. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap

model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.

c. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai

dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan

beberapa model pembelajaran.

d. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan

tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.

e. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :

Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat

mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.

Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa

dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.

Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta

ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru

dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita

sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat

beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah

pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari

hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih

efektif dan efisien.

8

Page 12: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

B. Hakikat, Ciri dan Komponen Belajar Mengajar

1. Hakikat Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak didik adalah sebagai subjek dan

sebagai objek dari kegiatan pengajaran karena itu, inti proses pengajaran tidak lain

adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan

pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk

mencapinya. Keaktifan anak didik di sana tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi

pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran

tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak

merasakan perubahan di dalam dirinya.

Padahal belajar pada hakikatnya adalah “Perubahan” yang terjadi di dalam

diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada

kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kegiatan belajar. Misalnya,

perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah

“perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “perubahan” yang

dilkakukan oleh guru.

2. Ciri-ciri Belajar Mengajar

Sebagai suatu proses perngaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas

dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:

a. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam

suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan belajar

mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai

pusat perhatian.

b. Ada suatu proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk

mencapai secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada

prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan.

c. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang

khusus. Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga

cocok untuk mencapai tujuan.

d. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik

merupakan syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

9

Page 13: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

e. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam

perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan

memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.

f. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan dispilin. Disiplin dalam

kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang

diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru

maupun anak didik dengan sadar.

g. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem

berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang

tidak bisa ditingkatkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan

itu sudah harus tercapai.

h. Evaluasi. Dari seluruh kagiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang

tidak bisa diabaikan, setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar.

Evaluasi harus guru lalkukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan

pengajaran yang telah dilakukan.

3. Komponen-Komponen Belajar Mengajar

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung

sejumlah komponen yang meliputi:

Tujuan. Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan

suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal

itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah amana

kagiatan itu akan di bawah. Akhirnya, guru tidak bisa mengabaikan masalah

perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.

Bahan Pelajaran. Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan

dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak

akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai

bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan

dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan

bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang

menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin

keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan

pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat

10

Page 14: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya

bahan yang terlepas dari dispilin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai

penunjang dalam penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran

penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar

dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.

Kegiatan Belajar Mengajar. Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan

dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkam akan dilaksanakan

dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan

semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan

yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah

interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak

didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan

fasilitator.

Metode. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, mereka diperlukan oleh

guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah

pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia

tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para

ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991: 72).

Alat. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan,

alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan

(Dr. Ahmad D. Marimba, 1989: 51).

Sumber Pelajaran. Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan

belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana

bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripuddin

Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991: 165). Dengan demikian,

sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang

mengandung hal-halbaru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk

mendapatkan hal-hal baru (perubahan).

11

Page 15: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Evaluasi. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam

buku Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W.

Brown. Dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or prosess to determining the

value of something. Jadi, menurut Wind dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan

atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di

atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, (1983: 1) evaluasi

pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan

nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan dunia pendidikan.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah N.K. (1989: 85)

mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,

sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui

sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan

kemampuan belajar.

C. Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi

yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang

bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan

lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru

ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan

lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi

pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta

hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik.

Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas

dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala

konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat

jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik

maupun yang bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan

membiarkannya. Dan karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan

oleh gurudalam mengelola kelas.

12

Page 16: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan

bijaksana, yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik

akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai

pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi

pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.

Ada beberapa pendekatan yang dianjurkan dalam pembicaraan ini dengan harapan

dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar

mengajar. Demi jelasnya ikutilah uraian berikut.

1. Pendekatan Individual

Di kelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi masing-masing.

Mereka berkelompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja untuk

membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan

gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara

mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan

sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai

karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.

Perbedaan individual anak didik tersebut memberika wawasan kepada guru

bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek

individual ini.

Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar,

dapat diatasi oleh kegiatan individual. Misalnya, untuk menghentikan anak didik

yang suka biacara. Caranya dengan memisahkan/memindahkan salah satu dari anak

didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik

yang suka bicara di tempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan

pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendakatan individual ini.

Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan

individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan

pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak

lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun

suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

13

Page 17: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

2. Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru menggunakan

pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu

waktu diperlukan dan dipergunakan untuk membina dan mengembangkan sikap

social anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo

socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok dapat ditumbuh kembangkan rasa social yang

tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois

yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan

sosial timggi di kelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saj. Mereka sadar

bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem pada mata rantai kehidupan

pada semua mahkluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus

berdiri sendiri tanpa ketergantungan makhluk lain secara langsung atau tidak

langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan

makhluk tertentu.

Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok akan

menyadari bahwa dirinya akan ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai

kelebihan dengan ikhlas mau mempunyai mereka yang mempunyai kekurangan.

Sebaliknya mereka yang menpunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari

mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif

pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.

Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok

ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain.

Yang mempunyai kecenderungan menamai keakraban sebagai tarikan kelompok

adalah merupakan satu-satunya factor yang menyebabkan kelompok bersatu.

Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa factor, yaitu :

Perasaan diterima atau disukai teman-teman

Tarikan kelompok

Teknik pengelompokkan oleh guru

Partisipasi/ketelibatan dalam kelompok

14

Page 18: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya

struktur dan sifat-sifat kelompok.

Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah:

Suatu multi personalia dengan tingkat keakraban tertentu

Suatu system interaksi

Suatu organisasi atau struktur

Merupakan suatu motif tertentu atau tujuan bersama

Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu

Pola perilaku dapat di observasi yang di sebut kepribadian.

3. Pendekatan Bervariasi

Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bernasalah

anak didik yang bervariasi. Setiap masalah dihadapi oleh anak didik tidak selalu

sama, terkadang ada perbedaan.

Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi

anak didik memiliki motivasi yang rendah tetapi pada saat lain anak didik

mempunyai motivasi yang tinggi. Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan

satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu

yang relative lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya

kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Karena

itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang

sekali menggunakan satu metode.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru bisa saja membagi anak didik ke

dalam beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga

pendapat dan kemauan anak didik.  Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak

didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat

dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan

anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki

pendekatan yang berbeda-beda pula. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah

dalam pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”.

4. Pendekatan Edukatif

Anak didik yang melakukan kesalahan yakni membuat keributan di kelas

ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya tidak tepat diberikan sangsi

15

Page 19: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

hokum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cedera, ini hukuman yang

tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah

menggunakan Teori Power, yakni teori kekuasaan, untuk menundukkan orang lian.

Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan

kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan

kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan

pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus

bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai

norma hokum, norma susila, norma, moral, norma social dan norma agama.

Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya

kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru

yang mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengan anak

didik kurang berjalan harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru

untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah.

Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan

masalah yang dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa

yang dirasakannya. Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan,

karena menyebabkan anak didik menjadi orang yang tertutup.

5. Pendekatan Pengalaman

Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun

tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak

bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak

membawa anak kea rah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan

itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu, cirri-ciri pengalaman

yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu

dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan dan menambah integrasi anak.

Demikianlah pendapat Witherington.

Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya

pengalaman itu bagi perkembsngsn jiwa anak. Sehingga dijadikanlah pengalaman itu

sebagai suatu pendekatan.  Untuk pendidikan agam islam, pendekatan pengalaman

yaitu suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa

dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini siswa diberi

16

Page 20: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

kesempatan unuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individu

maupun kelompok.

6. Pendekatan Pembiasaan

Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan

ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan

menjadi milik anak kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok

manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya pembiasaan yang buruk

akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Begitulah

biasanya yang terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang. Karenanya,  di dalam

kehidupan bermasyarakat, kedua kepribadian yang bertentangan ini selalu ada dan

tidak jarang terjadi konflik di antara mereka.

Anak kecil memang belum mempunyai kewajiban, tetapi dia sudah

mempunyai hak, seperti hak dipelihara, hak dilindungi, hak diberi makanan yang

bergizi, dna hak mendapatkan pendidikan. Salah satu cara untuk memberikan haknya

di bidang pendidikan adalah dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam

kehidupan mereka. Berdasarkan pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan taat

kepada peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat, setelah mendapatkan

pendidikan kebiasaan yang baik di rumah. Pengaruhnya juga terbawa ke sekolah.

Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah, dan kadang-kadang makan

waktu yang lama.

Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan kebiasaan

dijadikan sebagai pendekatan pembiasaan. Pendidikan agama islam sangat penting

dalam hal ini, Karena dengan pendidikan pembiasaan itulah diharapkan siswa

senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Maka dari itu pendekatan pembiasaan

dimaksudkan di sini, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini siswa dibiasakan

mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara kelompok dalam

kehidupan sehari-hari.

7. Pendekatan Emosional 

Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi

berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti

dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah.

17

Page 21: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual, perasaan social dan

perasaan harga diri.

Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan memberi

tanggapan bila ada rangsangan dari luar diri seseorang. Emosi mempunyai peranan

yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya

pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai 

salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran, terutama untuk pendidikan

agama islam.

8. Pendekatan Rasional

Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang

baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana kedustaan dari

sesuatu ajaran atau perbuatan. Dengan akal pula dapat membuktikan dan

mmbenarkan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta atas segala sesuatu di

dunia ini. Walaupun disadari keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan

sesuatu, tetapi diyakini pula bahwa dengan akal dapat dicapai ketinggian ilmu

pengetahuan dan penghasilan teknologi modern.

Akal atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukkan dunia.

Tetapi jangan sampai mempertuhankan akal. Karena hal itu akan menggelincirkan

keimanan terhadap ajaran agama. Sebaiknya, akal dijadikan alat untuk membuktikan

kebenaran ajaran-ajaran agama. Dengan begitu, keyakinan terhadap agama yang

dianut bertambah kokoh. Karena keampuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadikan

pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan

pengajaran di sekolah. Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode

mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, Tanya

jawab, diskusi, kerja kelompok, dan pemberian tugas.

9. Pendekatan Fungsional

Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak di sekolah bukanlah hanya

sekadar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai

individu maupun sebagai makhluk social. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk

kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Bahkan yang lebih

penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dapat

merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan

18

Page 22: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

nilai guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya. Dengan begitu, maka nilai

ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.

Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat

menjembatani harapan tersebut. Untuk memperlicin jalan ke arah itu, tentu saja

diperlukan penggunaan metode mengajar. Dalam hal ini ada beberapa metode

mengajar yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah metode latihan, pemberian

tugas, ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi.

10. Pendekatan Keagamaan

Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua

macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata

pelajaran itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran umum dan mata

pelajaran agama. Berbagai pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan

untuk kedua jenis mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan,

tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Dalam

prakteknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih

pendekatan.

Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan

pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak

sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip

mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-

pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum.

Akhirnya, pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil

kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak

dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati, dan diamalkan

secara hayat siswa di kandung badan.

11. Pendekatan Kebermaknaan

Beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini diuraikan sebagai

berikut:

a. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk mengungkapkan makna yang

diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian,

struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran,

pendapat, dan perasaan).

19

Page 23: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

b. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang

merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa

yang natural, didukung oleh pemahaman lintas budaya.

c. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda baik secara lisan

maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai kalimat yang berbeda

tergantung pada situasi saat kalimat itu digunakan. Jadi keragaman ujaran

diakui keberadaannya dalam bentuk bahasa lisan atau tulisan.

d. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut,

sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertuis. Belajar

berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsure-unsur bahasa

sasaran.

e. Motivasi belajar siswa merupakan factor utama yang menentukan

keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini ditentukan oleh kadar

kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang

bersangkutan. Dengan kata lain, kebemaknaan bahan pelajaran dan kegiatan

pembelajaran memiliki peranan yang amat penting dalam keberhasilan

belajar siswa.

f. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi

siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan

pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya. Karena itu, pengalaman

siswa dalam lingkungan, minat, tat nilai, dan masa depannya harus dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran

untuk membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa.

g. Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subjek utama, tidak hanya

sebagai objek belaka. Karena itu, cirri-ciri dan kebutuhan mereka harus

dipertimbangkan dalam segala keputusan yang terkait dengan pengajaran.

h. Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitaor yang

membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.

20

Page 24: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

D. Kedudukan Pemilihan & Penentuan Metode dl Pengajaran

1. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Salah satu usaha yang tidak pernah ditinggalkan adalah bagaimana

memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian

bagi keberhasilan belajar mengajar.

Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan

metode yaitu:

a. Metode sebagai Alat motivasi Ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang

tidak kalah petingnya dari komponen lalinnya dalam kegiatan belajar mengajar.

Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode

pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat

motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut

Sardiman. A.M (1988;90) adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya, karena

adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang

dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.

b. Metode Sebagai Strategi Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu

berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama. Daya serap anak didik terhadap

bahan yang diberikan juga bermacam – macam, ada yang cepat, ada yang sedang,

dan ada yang lambat. Factor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik

terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan

anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu

yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Tujuan adalah suatu cita – cita yang akan dicapai dlam kegiatan belajar

mengajar. Tujuan adalah pedoman yang member arah kemana keegiatan belajar

mengajar akan dibawa. Metode adalah pelican jalan pengajaran menuju tujuan.

Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka

metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan

jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan

pengajaran. Bila tidak, maka akn sia – sialah tujuan tersebut.

21

Page 25: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

2. Pemilihan dan Penentuan Metode

a. Nilai Strategi Metode

Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode

sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.

b. Efektivitas Penggunaan Metode

Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara

metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam

suatu pelajaran, sebagai persiapan tertulis.

c. Pentingnya Pemilihaan dan Penentuan Metode

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

lingkungan belajar yang kreativ bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah

satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemulihan dan

penetuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan

pengajaran.

d. Faktor – factor yang mempengaruhi Pemilihan Metode

Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi

dan kondisi yang khusus dihadapinya, jjika memahami sifst – sifst masing –

masing metode tersebut. Winarno Surahmad (1990; 97) mengatakan, bahwa

pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai

berikut :

Anak Didik. Anak didik adalah manusia berpotensi yang mengahajatkan

pendidikan.

Tujuan. Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar

mengajar.

Situasi. Situasi adalah suasana kegiatan belajar mengajar yang guur ciptakan

tidak selalu sama dari hari kehari.

Fasilitas. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di

sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akna mempengaruhi pemilihan

metode mengajar.

Guru. Guru adalah manusia berpotensi yang mengjarkan pendidikan.

22

Page 26: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

3. Metode pembelajaran Konstruktivisme

Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan)

dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari

guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa

yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana

terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga

terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.  Seseorang yang belajar itu

berarti membentuk pengertian atau ……pengetahuan secara aktif dan terus-menerus

(Suparno, 1997).

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,

Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya

modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran

konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi

makna melalui pengalaman nyata.

Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar

yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman

sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan

kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan

kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan

fasilitasi orang lain.

Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini

memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri

kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna

mengembangkan dirinya sendiri.

Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu

sendiri.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

23

Page 27: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep

secara lengkap.

Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori

belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa

juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori

belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam

tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap

perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam

mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir

melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989:

159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.

Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya

informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988:

133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi

pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi

skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).

Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa

dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. 

Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993;

Wilson, Teslow dan Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).

Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of

Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.

Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat

perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan

pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang

didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan

orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih

mampu.

24

Page 28: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama

tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan

memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang

semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997).  Scaffolding

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan

memecahkan masalah.  Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan,

peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,

memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa

itu belajar mandiri.

Pendekatan yang mengacu pada konstruktivisme sosial (filsafat konstruktivis

sosial) disebut pendekatan konstruktivis sosial.  Filsafat konstruktivis sosial

memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi

matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan pengajuan masalah (problem

posing) oleh manusia (Ernest, 1991).  Dalam pembelajaran matematika, Cobb,

Yackel dan Wood (1992) menyebutnya dengan   konstruktivisme sosio (socio-

constructivism), siswa berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan

berdasarkan pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi 

untuk merespon masalah yang diberikan.  Karakteristik pendekatan konstruktivis

sosio ini sangat sesuai dengan karakteristik RME.

a. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstrutivisme

Kelebihan

1) Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk

menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.

2) Faham : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina

pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya

dalam semua situasi.

3) Ingat : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan

ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini

membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi

dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4) Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan

rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

25

Page 29: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

5) Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat,

yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok

belajar dalam membina pengetahuan baru.

Kelemahan

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam

proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu

mendukung.

b. Proses Belajar Menurut Konstrukvistik

1) Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik

dan dari aspek-aspek si belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi

belajar.

2) Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang

dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang

berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya

melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran

struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi rosesnya dari

pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.

3) Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar.

Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan

memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat

dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi

peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling

menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu

sendiri.

4) Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu

agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru

tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan

membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.

5) Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam

kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya

26

Page 30: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan

fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

6) Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat

mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,

kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada

pengalaman.

4. Metode Pembelajaran Behaviourisme

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku

yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui

rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)

berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan

belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.

Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap

stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku

S-R (stimulus-Respon).

Teori Behavioristik:

a. Mementingkan faktor lingkungan

b. Menekankan pada faktor bagian

c. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan

metode obyektif.

d. Sifatnya mekanis

e. Mementingkan masa lalu

Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme

Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang

berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari

Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku

yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social

Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book

(1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-

asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).

Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk

27

Page 31: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah

sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari

eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui

bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya

kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau

percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.

Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and

connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena

itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori

belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike

yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia

dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.

Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah

dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka

secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh.

Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and

conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat

salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk

meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response

menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan

response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

S              R             S1           R1              dst

Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka

kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari.

Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu

sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi

untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru

dapat dengan sengaja enyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :

Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut

akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

28

Page 32: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan

membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan

bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-

menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia

merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskanPrinsip

pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk

asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.

Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka

ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan

belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan

bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak

akan melakukan tindakan lain. Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak,

tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan

melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia

melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan

tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku

diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law

of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan

tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila

koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan

bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi

pelajaran akan semakin dikuasai.

Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya

tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya

koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan

cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan

yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan

diulangi.

29

Page 33: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat

menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah

dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis

gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR

akan membentuk sikapnya.

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya

sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan

perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartian. Binatang melakukan respons-

respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis(Suryobroto,

1984).

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:

Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan

error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh

respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Hukum Sikap ( Set/ Attitude).

Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya

ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan

keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial, maupun

psikomotornya.

Hukum Aktifitas Berat Sebelah ( Prepotency of Element).

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan

respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan

situasi ( respon selektif).

Hukum Respon by Analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi

yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan

situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga

terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru.

Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.

30

Page 34: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Hukum perpindahan Asosiasi ( Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke

situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan

sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.

Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyamapaian

teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :

Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup

untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun

hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah. Hukum akibat direvisi.

Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah

laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa. Syarat utama

terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai

antara stimulus dan respon. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang

lain maupun pada individu lain.

Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu

kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan

masalah yang lain. Perkembangan teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap

kucing dengan problem box-nya.

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa

tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di

sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan

kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur

departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian

mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang

Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat

mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of

Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).

Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses

yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang

asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang

sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

31

Page 35: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya

sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan

seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa

yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun

bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan

mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-

rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang

didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang

(anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia.

Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda

dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor

anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan

sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan

diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru

makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang

demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya

memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan.

Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan

buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing

tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih.

Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada

manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak

disadari manusia. Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan

dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh

bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan

ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan

sehar-jhari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari

32

Page 36: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin

suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut

bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak

ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.

Contoh lai adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di

bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-

bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di

rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus

berdiri lama.     

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi

Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami

dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang

diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus

yang berasal dari luar dirinya.

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan

pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner

menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam

perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku

itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946

dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”.  Hasil konferensi

dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori

oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris

dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol

melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku

organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif

besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada

conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara

searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. Menajemen Kelas

menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain

33

Page 37: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan

dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant

Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif)

yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang

sesuai dengan keinginan.

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :

Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam

kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan

yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur

nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah

keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar

dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal

diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si

tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner

mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya

adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin

kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu

penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa

hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain

menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau

menunjukkan perilaku tidak senang.

Beberapa prinsip Skinner antara lain:

Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,

jika benar diberi penguat.

Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan

perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.

Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah

diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.

Dalam pembelajaran digunakan shaping.

34

Page 38: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Robert Gagne ( 1916-2002)

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang

terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam

instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia

kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk

mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori

Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.

Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk

merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat

dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan

kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus

mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang

paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR,

asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih

tinggi(belajar aturan danpemecahan  masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap

mengacu pada asosiasi stimulus respon.

Albert Bandura (1925-masih hidup)

Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare  alberta

berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial

atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah

eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif

dari orang dewasa disekitarnya.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:

Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.

Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.

Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,

keakuratan umpan balik.

Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri

sendiri.

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan

mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:

35

Page 39: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik

kemudian melakukannya.

Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang

dimilikinya.

Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut

disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam

kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu

memahami terjadinya perilaku agresi dan  penyimpangan psikologi dan

bagaimana memodifikasi perilaku.

Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam

berbagai pendidikan secara massal.

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah

ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

a. Mementingkan pengaruh lingkungan

b. Mementingkan bagian-bagian

c. Mementingkan peranan reaksi

d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur

stimulus respon

e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme

akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan

pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru

tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh

baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara

hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan

pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang

36

Page 40: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan

latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil

yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu

perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan

perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian

didasari atas perilaku yang tampak.

Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada

guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan

diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik

mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak

setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru

pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi

behavioristik.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang

membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :

Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,

contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,

berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih

anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka

mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk

penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran

juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak

menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi

berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari

murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh

penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan

guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang

efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik

justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

37

Page 41: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan

materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup

dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan

prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran

tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis

latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang

harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran

berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa

memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

antara model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik

dan metode pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua

istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses

pembelajaran. Jadi model pembelajaran  adalah  pembungkus proses pembelajaran

yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh  : model yang

digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan

pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana

strategi  pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-

penemuan.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara

profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang

memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif

dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

38

Page 42: Strategi Belajar Mengajar (SBM)

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar

(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.

………………………, 2008, Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik

Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/). Diakses: Banda Aceh, 17

Juni 2012.

39