Strategi ASEAN

42
TUGAS 3 NAMA : IKBAL LAHIYA NIM : 1104106010002 Mata Kuliah : STRATEGI KOMPETITIF 2 SKS Dosen Pembimbing : Dr. Ir Hasan Yudie Sastra, DEA “PERENCANAAN STRATEGIS PENGUATAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015” Analisis konsep, Analisis Strategi Dan Analisis Implementasi 1.1 Latar Belakang Implemetasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diberlakukan dua tahun lagi, yaitu pada tahun 2015. MEA terwujud dari keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang solid dan diperhitungkan dalam percaturan perekonomian Internasional. Para Pemimpin ASEAN telah sepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun 2015 dengan 4 pilar, yaitu (1) pasar tunggal dan basis produksi, (2) kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, (3) kawasan

description

Strategi Kompetitif

Transcript of Strategi ASEAN

Page 1: Strategi ASEAN

TUGAS 3

NAMA : IKBAL LAHIYA NIM : 1104106010002

Mata Kuliah : STRATEGI KOMPETITIF 2 SKSDosen Pembimbing : Dr. Ir Hasan Yudie Sastra, DEA

“PERENCANAAN STRATEGIS PENGUATAN DAYA SAING DALAM

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015”

Analisis konsep, Analisis Strategi Dan Analisis Implementasi

1.1 Latar BelakangImplemetasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diberlakukan dua

tahun lagi, yaitu pada tahun 2015. MEA terwujud dari keinginan negara-negara

ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang

solid dan diperhitungkan dalam percaturan perekonomian Internasional. Para

Pemimpin ASEAN telah sepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun 2015

dengan 4 pilar, yaitu (1) pasar tunggal dan basis produksi, (2) kawasan ekonomi

berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara,

dan (4) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Dengan

adanya MEA, tujuan yang ingin dicapai adalah adanya aliran bebas barang,

jasa, dan tenaga kerja terlatih (skilled labour), serta aliran investasi yang lebih

bebas. Dalam penerapannya MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu

perikanan, e-travel, e-ASEAN, automotif, logistik, industri berbasis kayu,

industri berbasis karet, furnitur, makanan dan minuman, tekstil, serta kesehatan.

Page 2: Strategi ASEAN

Bagi Indonesia, pembentukan MEA 2015 akan memberikan beberapa

tantangan yang tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi

persaingan dengan sesama negara ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti

China dan India. Persaingan yang ketat ini akan berdampak pada harga yang

kompetitif pula, bukan hanya komoditi/produk/jasa unggulan industry besar (UB),

tetapi juga sektor UMKM karena kesamaan karakteristik produk. Menyadari

peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan

cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2015

mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM.

UMKM di Indonesia telah terbukti mampu bertahan dari goncangan

ekonomi dan menjadi penyelamat bagi perekonomian pada krisis keuangan tahun

1997 dan krisis global 2008. Jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

di Indonesia saat ini sekitar 55 juta, dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia.

Meski secara kuantitas sangat besar dan menyerap banyak tenaga kerja, pangsa

dalam pendapatan nasional masih sekitar 57%.

Di Indonesia, UMKM hingga saat ini masih menghadapi berbagai

permasalahan baik yang bersifat klasik atau intermediate atau advanced.

Permasalahan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain atau antar

sektor atau perusahaan pada sektor yang sama. Namun ada sejumlah

permasalahan yang umum dihadapi oleh semua UMKM. Walaupun

perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum

diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik

yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh

masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM

dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya

kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap

permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya.

Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah

besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan

kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang

hingga saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia

Page 3: Strategi ASEAN

Dalam menghadapi MEA 2015 perlu dilakukan penguatan UMKM yang

merupakan tulang punggung perekonomian nasional, terlebih dalam era MEA

dimana akan terjadi integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan akhirnya akan

mendorong kompetisi di bidang perekonomian. Berangkat dari permasalahan

diatas bahwa UMKM yang seharusnya menjadi aktor penting bagi pengembangan

perekonomian Indonesia namun belum mendapat sokongan dan perlindungan

dalam menjalankan usahanya, maka perlu dilakukan kajian mendalam guna

menjabarkan bagaimana peran penting UMKM dan daya dukung pemerintah

dalam membangun sector UMKM untuk persiapan mengahadapi MEA 2015

secara menyeluruh.

KARAKTERISTIK MEA 2015

Sejak KTT di Bali tahun 1967, Negara-negara ASEAN mengangkat

masalah ekonomi menjadi bagian yang harus diperhatikan lebih serius. Untuk itu,

negara-negara anggota perlu memperkokoh kerjasama ekonomi ASEAN dengan

menentukan strategi agar perkembangan ekonomi intra-ASEAN semakin

berkembang. Berbagai bentuk kerjasama pun dilaksanakan oleh Negara-negara

ASEAN untuk mencapai tujuan ekonomi kawasannya.

MEA adalah bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan

tercapai pada tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pemimpin

negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-13 pada bulan November 2007 di

Singapura, menyepakati ASEAN Econimic Communty (AEC) Blueprint, sebagai

acuan seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komitmen MEA.

Melalui cetak biru MEA, ASEAN telah melakukan berbagai pembangunan.

Antara lain adalah dengan pelaksanaan pembangunan fasilitas perdagangan pada

sektor informasi, teknologi, dan transportasi. Pengimplementasian ASEAN Single

window di masing-masing Negara, serta harmonisasi kebijakan seperti adanya

standar atau sertifikasi produk buatan ASEAN dengan MRA (Mutual Recognation

Arrangement) juga merupakan bagian dari agenda ASEAN untuk mencapai MEA

2015.

Page 4: Strategi ASEAN

Cetak biru MEA diharapkan akan memberikan arah bagi perwujudan

ASEAN sebagai sebuah kawasan basis produksi dan pasar tunggal. Sebuah pasar

tunggal dan basis produksi pada dasarnya adalah sebuah kawasan yang secara

keseluruhan dilihat oleh negara anggota ASEAN. Khusus dalam kerangka

ASEAN, maka UMKM di Negara-negara ASEAN akan menghadapi era baru

liberalisasi ,termasuk liberalisasi pasar keuangan, yang dicanangkan sebagai salah

satu tujuan dalam ASEAN Economic Comumunity (AEC) atau masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Dengan MEA 2015 maka diharapkan

ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu :

1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi

Sebagai pasar tunggal dan basis produksi, ASEAN memiliki lima elemen

utama, yaitu: (i) aliran bebas barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii) aliran bebas

investasi, (iv) aliran modal yang lebih bebas, serta (v) aliran bebas tenaga kerja

terampil. Di samping itu, pasar tunggal dan basis produksi juga mencakup dua

komponen penting lainnya, yaitu Priority Integration Sectors dan kerjasama di

bidang pangan, pertanian dan kehutanan.

2. Kawasan Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi

Untuk mewujudkan kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, ada

beberapa elemen yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu: (i) kebijakan

persaingan usaha, (ii) perlindungan konsumen, (iii) Hak atas Kekayaan Intelektual

(HKI), (iv) pembangunan infrastruktur, (v) perpajakan, dan (vi) E-Commerce.

Khusus berkaitan dengan persaingan usaha, tujuan utamanya adalah memperkuat

budaya persaingan yang sehat. Untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat

tersebut, institusi dan perundang-undangan yang terkait dengan kebijakan

persaingan usaha telah terbentuk di beberapa negara ASEAN, yaitu Indonesia,

Singapura, Thailand, dan Viet-Nam. Malaysia belum memiliki undang-undang

mengenai persaingan usaha, tetapi mengacu pada peraturan di tingkat sektoral

untuk menjamin dan menegakkan persaingan usaha. Pada saat ini belum terdapat

badan resmi ASEAN untuk kerjasama CPL (Competition Policy Law) yang

Page 5: Strategi ASEAN

berfungsi sebagai jaringan untuk badan-badan persaingan usaha atau badan terkait

untuk tukar-menukar pengalaman dan norma-norma institusional mengenai CPL.

3. Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Setara

Pembangunan ekonomi yang setara menjadi salah satu pilar dari MEA.

Untuk mewujudkan hal ini, beberapa elemen yang perlu mendapatkan perhatian

yaitu: (i) pengembangan UKM, dan (ii) inisiatif integrasi ASEAN (Initiative for

ASEAN Integration/IAI).

4. Kawasan yang Terintegrasi dengan Ekonomi Global

ASEAN bergerak di dalam lingkungan global yang terus berubah, dengan

pasar yang saling tergantung dan industri yang mengglobal. Untuk mendorong

para pelaku usaha dapat bersaing secara internasional, kita perlu menjadikan

ASEAN sebagai bagian yang lebih dinamis dan kuat dalam mata rantai pasokan

global, serta menjamin agar pasar ASEAN tetap menarik bagi investasi asing.

Sehubungan dengan itu, maka aturan dan ketentuan internasional harus menjadi

pertimbangan dalam mengembangkan kebijakan yang terkait dengan MEA.

Elemen penting yang diperlukan untuk integrasi penuh dengan ekonomi global

adalah (i) pendekatan terpadu terhadap hubungan ekonomi eksternal dan (ii)

partisipasi yang meningkat dalam jaringan pasokan global.

Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis

produksi, bertujuan sebagai perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai

skala ekonomi yang optimal. Langkah-langkah intergrasi tersebut diharapkan

mampu menjadi strategi penguatan daya saing yang tangguh dan sisi lain mampu

membeerikan kontribusi yang positih bagi masyarakat ASEAN secara

keseluruhan maupun individual Negara anggota. Pembentukan MEA juga

menjadikan posisi ASEAN semakin kuta dalam menghadapi negosiasi

internasional, baik merespons meningkatnya kecenderungan kerja sama

regional,maupun posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog seperti China, Korea,

Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India. Bahkan diharapkan terintegrasinya

Page 6: Strategi ASEAN

kawasan ekonomi ASEAN mampu meningkatkan posisi tawarnya dengan

kawasan ekonomi lain di dunia.

Berikut adalah gambar peta rencana hubungan perdagangan

ASEAN dengan kawasan ekonomi di dunia:

Gambar 1. Road Map hubungan perdgangan ASEAN dengan dunia

Sumber : AEC Council, 2010

Posisi Indonesia

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia

kira-kira terdapat 242 juta jiwa lebih penduduk di Indonesia, dengan jumlah

penduduk yang sangat besar, Indonesia memliki potensi SDM yang sangat besar

dari segi kuantitas. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 242,3

juta jiwa atau setara dengan dua perlima penduduk total ASEAN pada tahun

2011, membuat posisi Indonesia mau tidak mau harus menjadi perhatian bagi

Negara-negara ASEAN.

Page 7: Strategi ASEAN

Gambar 2. Jumlah penduduk ASEAN (dalam ribu orang)

Sumber : Supriadi, Agust dan Girsang, Erna S.U. 2011. Ekonomi ASEAN Layak

Naik Kelas. Koran Bisnis Indonesia 5 Juli 2011

Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2015 sebenarnya

cukup besar, saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 di dunia untuk besarnya

skala ekonomi. Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh proporsi penduduk

usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar. Prospek ekonomi

Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat investasi Indonesia

oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia sebagai peringkat

empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment report.

Maih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat dilihat ketika banyak

negara yang “tumbang” diterpa pelemahan perekonomian global, perekonomian

Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif.

2.1 Peluang

Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap untuk

menghadapi ASEAN Economic Community 2015 nanti, namun jika kita bisa

lebih jeli melihat peluang-peluang yang ada dengan diberlakukannya ASEAN

Economic Community 2015 nanti, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi

negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut di

antaranya :

Page 8: Strategi ASEAN

1. Manfaat Integrasi Ekonomi.

Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan

membentuk pasar yang lebih luas lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan

efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di

kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam mewujudkan AEC 2015 akan

membentuk pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisiensi dan daya

saing, serta penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN. Indonesia

berpeluang untuk mengirimkan tenaga kerjanya dengan mempersiapkan

peningkatan kualitas dan keterampilan (Hard skill dan soft skill)..

2. Pasar Potensial Dunia.

Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN

tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi

negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar

ASEAN di masa depan. Sebagai analogi, bayangkan ketika 40 % penduduk

ASEAN, yaitu penduduk Indonesia menjadi konsumen dari produk-produk

negara tetangga (dengan tidak adanya tariff impor yang masuk ke kantong

negara). Itu adalah kondisi yang pertama, dan sekarang bayangkan jika 10 %-

40 % penduduk ASEAN, khususnya penduduk Indonesia, menjadi produsen

atau mendirikan UMKM dan melakukan ekspor ke 9 negara ASEAN lain

(dengan adanya pajak penghasilan, sewa, dan lain-lain yang masuk ke

kantong negara) kira-kira pendapatan nasional Indonesia lebih banyak yang

mana? Kasus 1 atau kasus 2? Dari analogi yang penulis berikan, bila kita

memilih kasus 1, maka kita perlu mempertimbangkan lagi untuk

menggunakan uang yang ada secara lebih bijak, karena bisa saja kita akan

mengalami inflasi besar-besaran dalam waktu dekat. Akan tetapi, jika kita

memilih kasus 2, maka sudah sepatutnya kita menjadi pemuda calon

pemimpin negara ini karena mampu memiliki visi untuk menggerakkan

perekonomian dan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia. Lantas apa

yang dapat teman-teman lakukan jika memang saat ini belum mampu menjadi

pengusaha? Jawabannya adalah kesediaan untuk memulai dari diri sendiri :

(a) Persiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang ada, (b) Kurangi

Page 9: Strategi ASEAN

konsumerisme barang-barang impor. (c) Bangga terhadap produk dalam

negeri, kalau memang memiliki uang untuk dibelanjakan, belilah produk-

produk Indonesia, sehingga uang kita bisa masuk ke kantong negara, dan (d)

Perluaslah komunikasi dan networking.

3. Negara Tujuan Investor

Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara

Negara anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor

ke dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara

anggota ASEAN lainnya. Dengan kerja sama regional untuk meningkatkna

infrastruktur (pipa gas, tekonologi informasi) membuka peluang bagi

perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerjasama

regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur

domestik.

4. Negara Pengekspor

Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-

negara pengeskpor baik produk berbasis sumber daya alam maupun berbagai

produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional,

sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi

berjalan. Prospek perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN

menjadi tempat tujuan investasi (penanaman modal). Indonesia sudah

mencatat sepuluh komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia maupun ke

intra-ASEAN selama 5 tahun terakhir (2004 -2008) dan sepuluh komoditi

ekspor yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi ekspor ke dunia

adalah minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil, elektronik, produk

hasil hutan, karet dan produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang dan

kopi. Sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah minyak petroleum

mentah, timah, refinne copper, batubara, karet, biji kakao dan emas.

Disamping itu, Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya peluang

untuk ditingkatkan nilai ekspornya ke dunia adalah peralatan. kantor, rempah-

rempah, perhiasan, kerajinan, ikan dan produk perikanan, minyak atsiri,

Page 10: Strategi ASEAN

makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis serta kulit dan produk kulit.

Namun begitu, Indonesia harus teliti dalam mengidentifikasi tujuan pasar

yang sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang

dihasilkan.

5. Sektor Jasa yang terbuka

Di bidang jasa, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat

besar dapat menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar,

sehingga menjadi pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan

ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan

dalam rangka AEC 2015.

6. Daya Saing

Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran

arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan

ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang berarti sudah tidak ada lagi.

Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat

integrasi tinggi di sektor elektronik dan kunggulan komparatif pada sektor

berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri

di sektor-sektor tersebut didalam negeri.

7. Aliran Modal

AEC 2015 membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat

memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan

di aset berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja portofolio

regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan

dari sisi peningatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun

sumber daya manusia, berbagai harmonisasi, standarisasi yang telah disetujui.

Artinya akan terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor

maupun peraturan terkait.

2.2 Tantangan

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menuju ASEAN Economic

Page 11: Strategi ASEAN

Community (AEC) 2015, tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi yang lebih

besar adalah persaingan dengan sesama negara ASEAN dan negara di luar ASEAN

seperti India, Korea dan Cina. Tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia

diantaranya adalah :

1. Laju inflasi

Laju inflasi Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara

anggota ASEAN lainnya. Tingkat kemakmuran Indonesia masih lebih rendah

dibandingkan dengan negara lain dan juga stabilitas makro menjadi kendala

peningkatan daya saing Indonesia.

2. Laju Peningkatan Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor selama periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan

ke-4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk impor,

Indonesia sebagai importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia,

dan ini merupakan tantangan yang serius karena telah mengakibatkan neraca

perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN.

3. Kesamaan Produk

Dalam hal kesamaan produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia

adalah dengan meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga

mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara ASEAN

lainnya.

4. Daya saing SDM

Hard skill dan soft skill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan

minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu,

Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa

digunakan baik di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung

tenaga kerja terampil dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di

negeri sendiri.

5. Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas.

Dampak negatif dari arus modal yang lebih bebas dapat

Page 12: Strategi ASEAN

mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara tertentu yang

dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini dapat

menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.

6. Kepentingan Nasional

Harus disadari bahwa kepentingan nasional merupakan yang utama

dibandingkan dengan kepentingan kawasan dalam rangka integrasi ekonomi,

hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen

liberalisasi AEC Blueprint, sehingga perwujudan integrasi ekonomi kawasan

akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.

7. Kedaulatan Negara

Kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal,

keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri akan

dibatasi dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN. Ini merupakan

pengorbanan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana

mungkin tidak menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan

pendapatan terbesar bangsa Indonesia yaitu dari sektor perpajakan. Inilah

yang harus disiasati oleh pemerintah Indonesia dalam menyongsong ASEAN

Economic Community 2015.

2.3 Strategi Menghadapi Asean Economic Community 2015

Dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015 nanti, pemerintah

Indonesia melakukan langkah strategis yang dapat dilakukan, di antaranya :

1. Sosialisasi Besar-Besaran

Upaya sosialisasi hajat besar AEC ini menurut saya belum merata.

Hanya terbatas kalangan tertentu. Bisa dibilang, kalangan menengah ke atas.

Sedangkan, masyarakat awam ke bawah tidak begitu mengenalnya.

Jangankan bersiap, mengenal pun tidak. Karenanya pemerintah segera

menyosialisasikan AEC."Atmosfir ASEAN dan AEC Indonesia

2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

UMKM merupakan sektor ekonomi nasional yang sangat strategis

Page 13: Strategi ASEAN

dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan ini dapat

menciptakan iklim usaha dan mengurangi ekonomi biaya tinggi.

Pemberdayaan UMKM sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing

ekonomi. Persaingan dalam hal kualitas maupun kuantitas yang bukan hanya

untuk pasar lokal dan nasional, tetapi juga ekspor. Semakin banyak UMKM

yang bisa mengekspor, akan semakin besar pula daya saing ekonomi

Indonesia. Pelatihan penggunaan website dalam rangka memperluas

segmentasi konsumen juga sangat diperlukan di era digital saat ini. Hal ini

yang terkadang masih jarang dilakukan oleh UMKM.

3. Penyediaan Modal

Pemodalan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas produksi

suatu usaha. Oleh karenanya, dibutuhkan lembaga pemodalan yang mudah

diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala. Terutama pelaku UMKM yang

seringkali kesulitan dalam penambahan modal

4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan hal yang paling krusial dalam menghadapi AEC.

SDM yang berkualitas akan mampu bersaing dan kuat menghadapi tantangan.

Cekatan serta inovatif dalam mengambil ide, langkah, dan tindakan.

Peningkatan kualitas SDM misalnya dengan pelatihan bahasa. Bahasa sangat

penting dalam peranan persaingan global. Terutama bahasa inggris. Selain

itu, pengembangan skill dapat dilakukan dengan pelatihan, workshop,

pertemuan rutin antar pelaku ekonomi, juga pembangunan networking.

Semua hal ini dilakukan agar pelaku ekonomi selalu mengikuti

perkembangan terbaru perekonomian. Tidak menjadi katak dalam tempurung

zona nyamannya. Optimisme Indonesia bisa harus dimiliki para SDM yang

berkualitas!

5. Perbaikan Infrastruktur

Infrastruktur berupa sarana dan prasarana seperti logistik, listrik,

telekomunikasi, revitalisasi transportasi, jalan raya, rel kereta api, pelabuhan,

Page 14: Strategi ASEAN

bandara, dan lain-lain. Kita mengetahui bahwa kesemua faktor ini sangat

mempengaruhi proses produksi dan distribusi. Oleh karenanya, perbaikan

infrastruktur ini harus disegerakan. Tersendatnya logistik dapat meningkatkan

inflasi. Karena daya saing juga sangat ditentukan cepat lambatnya keluar

masuk barang.

6. Reformasi Kelembagaan & Pemerintah

Kelembagaan dan pemerintah yang taat hukum & tidak memihak

sangat diharapkan. Sikap kelembagaan & pemerintah yang kooperatif

terhadap pelaku usaha merupakan salah satu hal yang harus diperbaiki. Tidak

mempersulit urusan administrasi dan birokrasi yang berkepanjangan.

Penguatan lembaga hukum harus ditingkatkan, terutama dalam hal

independensi dan akuntabilitas kelembagaan hukum. Sehingga tercipta iklim

kelembagaan hukum yang profesionalisme dan transparan. Upaya

peningkatan kesejahteraan kelembagaan & pemerintah juga terus

dilaksanakan guna mencegah tindakan yang mengarah dan berpotensi

koruptif atau pungli.

7. Reformasi Iklim Investasi

Indonesia harus melakukan pembenahan iklim investasi melalui

perbaikan infrastruktur ekonomi, menciptakan stabilitas makro-ekonomi,

serta adanya kepastian hukum dan kebijakan, dan memangkas ekonomi biaya

tinggi.

2.2   KONDISI UMKM SEBAGAI PILAR EKONOMI DI INDONESIA

Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-

negara maju. Diakui secara luas bahwa UMKM sangat penting karena

karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha

besar, terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di

Page 15: Strategi ASEAN

semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku

lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat

berpendapatan rendah atau miskin.(Sri Susilo,2007) Dengan menyadari betapa

pentingnya UMKM tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di

hampir semua NSB mempunyai berbagai macam program, dengan skim-skim

kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan

dan pertumbuhan UMKM. Lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia,

Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Organisasi Dunia untuk Industri dan

Pembangunan (UNIDO) dan banyak negara-negara donor melalui kerjasama-

kerjasama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya

pengembangan (atau capacity building) UMKM di NSB.

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), merupakan salah satu

kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi (Bank Dunia, 2005).

UMKM memegang peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian.

Kontribusi termaksud terutama pada penyerapan tenaga kerja. Pada tahun

2005, UMKM di Indonesia mampu menyerap 77.678,498 ribu orang atau

sebesar 96,77% dari total tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha skala

kecil, menengah, dan besar (Sri Susilo, 2007). Dari sisi jumlah unit usaha dan

tenaga kerja yang mampu diserap maka UMKM jauh lebih besar dari usaha

besar. Di sisi lain, dalam hal penciptaan nilai tambah bagi Produk Domestik

Bruto (PDB) maka usaha besar (UB) jauh lebih besar daripada UMKM.

Page 16: Strategi ASEAN

Gambar 3. Nilai Ekspor UMI, UK, UM, UB dan Total, 2008 (miliar

rupiah)

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM (www.depkop.go.id), diolah

Sebagian besar dari ekspor UMKM Indonesia berasal dari industri

manufaktur, namun kontribusinya jauh lebih kecil dibandingkan pangsa ekspor

UB di dalam total ekspor manufaktur Indonesia. Selain itu, pada umumnya

UMKM industri manufaktur lebih berorientasi pada domestik dibandingkan ke

luar negeri.

Masih kecilnya peran UMKM Indonesia di dalam ekspor non-migas

mencerminkan dua hal yakni kapasitas produksi terbatas hingga tidak selalu

mampu memenuhi permintaan ekspor dan daya saing yang rendah dari produk-

produk yang dihasilkan kelompok usaha tersebut.

Hingga saat ini belum ada bukti empiris mengenai daya saing UMKM di

ASEAN, terkecuali satu penelitian untuk wilayah APEC (Asia- Pacific Economic

Cooperation), yang dilakukan oleh Pusat Inovasi UMKM APEC terhadap 13

ekonomi anggota APEC pada tahun 2006 (APEC, 2006), yang hasilnya

diperlihatkan pada Gambar .4

Page 17: Strategi ASEAN

Gambar 4. Daya Saing UMKM di Sejumlah Negara/Ekonomi APEC

Sumber : APEC (2006)

2.3 PERANAN DAN PERMASALAHAN UMKM

Masalah yang masih dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya

produktivitas. Hal tersebut berkaitan dengan: (i) rendahnya kualitas

sumberdaya manusia usaha skala mikro, dan (ii) rendahnya kompetensi

kewirausahaan usaha skala mikro. Di samping itu, UMKM menghadapi pula

faktor-faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan daya saing dan

kinerja UMKM. Faktor-faktor termaksud adalah : (i) terbatasnya terhadap

akses permodalan2, (ii) terbatasnya terhadap akses ke pasar, dan (iii) terbatas

akses informasi mengenai sumberdaya dan teknologi.

PERANAN PEMERINTAH DI DALAM MEMBANGUN SEKTOR UMKM

Di Indonesia, sejak awal periode Orde Baru (1966-1998) hingga sekarang

ini sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung

perkembangan dan pertumbuhan UMKM di dalam negeri dalam berbagai macam

program dan kebijakan/peraturan, termasuk menerbitkan Undang-undang (UU)

UMKM Nomor 20 tahun 2008. Program-program yang telah/masih dilakukan

antara lain dari berbagai skim kredit bersubsidi mulai dari KIK (Kredit Investasi

Page 18: Strategi ASEAN

Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen) pada dekade 1970-an hingga

KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang diperkenalkan oleh Presiden SBY.

Selain itu peranan pemerintah dalam mengembangkan UMKM baik dari

segi finasial dan non finasial adalah sebagai berikut :

Penciptaan Iklim Usaha

Pemerintah pusat dan daerah menggagas untuk perizinan dan lembaga

setara dinas dipersiapkan untuk mengelolanya pada tahun 2008. Dengan adanya

dinas perizinan diharapkan mampu menyederhanakan perizinan baik dari sisi

administrasinya maupun waktu pengurusan melalui satu pintu yaitu Dinas

Perizinan. Selain itu, dengan disahkannya UU NO 31 tahun 2000 tentang desain

industri hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bersungguh-sungguh dalam

upaya dalam memberikan perlindungan hukum terhadap desain industri yang

sebelumnya belum mendapatkan pengaturan hukum sebelumnya.

Insfrastruktur

Pembangunan infrastruktur baik fisik (seperti jalan raya, lstrik, dan

fasilitas komunikasi serta pelabuhan ) maupun nonfisik (seprti lembaga

pendanaan, pusat informasi, lembaga pendidikan/pelatihan, penelitian dan

pengembangan/ laboratorium, mulai ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, hingga

tingkat provinsi. Pembangunan infrastruktur di daerah menjadi prioritas utama

dalam APBD untuk melancarkan dan mengefisienkan keterkaitan bisnis antara

UMKM di suatu daerah dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi di kota-kota besar

seperti DKI Jakarta, Surabaya,Semarang,Makasar dan Medan. Pembangunan dan

modernisasi infrastruktur pendukung, termasuk logistik pelabuhan-pelabuhan laut

sangat diperlukan agar ekspor dari UMKM daerah bisa menjadi efisien.

Page 19: Strategi ASEAN

Permodalan

Salah satu bentuk infrastruktur keuangan yang berfungsi untuk

meningkatkan akses pembiayaan UMKM adalah perusahan penjaminan kredit

daerah atau dikenal dengan PPKD. Pada dasarnya PPKD adalah sama dengan

perusahaan penjaminan kredit lainnya dengan kegiatan usaha pokok melakukan

penjaminan kredit sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan Nomor

99/PMK.010/2011. Namun pendirian PPKD memiliki keunggulan dibandingkan

dengan perusahaan penjamin kredit secara umum, yaitu : (1) membantu UMKM

dalam mengakses pembiayaan dari perbankan dengan cara melakukan penjaminan

kredit UMKM, khususnya bagi UMKM yang memiliki keterbatasan agunan, dan

(2) mendorong penyaluran kredit produktif dari perbankan, terutama dari BPD

dan BPR setempat, melalui upaya mitigasi risiko kredit UMKM, sekaligus

mendukung peningkatan fungsi intermediasi. Dengan meningkatnya pembiayaan

kepada UMKM akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat,

ekonomi daerah, dan penyerapan tenaga kerja. Pada akhirnya, hal ini akan

menambah pendapatan asli daerah serta memberikan efek positif dalam

perkembangan perekonomian nasional. Peningkatan kontribusi pembiayaan

perbankan kepada UMKM memerlukan sinergi yang terarah antara bank umum

dan bank perkreditan rakyat (BPR) dengan mengoptimalkan sumber daya masing-

masing pihak. Sejak awal, keberadaan BPR di tengah masyarakat adalah

mengemban amanat untuk mengutamakan pembiayaan UMKM. Dalam

perkembangannya UMKM memberikan daya tarik bagi bank umum, sehingga

mulai mengarahkan strategi bisnisnya pada pembiayaan retail khususnya UMKM.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEBANGUN UMKM UNTUK

MENGHADAPI MEA 2015

ASEAN Policy Blueprint for SME Development (APBSD) 2004–2014

telah menetapkan bahwa pengembangan UMKM dilakukan dalam rangka menuju

pertumbuhan ekonomi masyarakat ASEAN. Dalam APBSD tersebut telah

mencantumkan bahwa pengembangan UMKM dilaksanakan melalui lima

Page 20: Strategi ASEAN

program, yaitu : (1) program pengembangan kewirausahaan; (2) peningkatan

kemampuan pemasaran; (3) akses kepada keuangan; (4) akses kepada teknologi;

dan (5) menciptakan kebijakan yang kondusif.(Sri Susilo,2007)

Dalam rangka menuju MEA tahun 2015, terdapat peluang yang besar bagi

UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi harus dapat dimanfaatkan

dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar

bagi UMKM menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi

yang jitu guna memenangkan persaingan.

Pada saat MEA tahun 2015 diterapkan, diperkirakan akan terjadi

perubahan-perubahan perilaku pasar dengan ciri-ciri: (1) karakteristik pasar yang

dinamis, kompetisi global, dan bentuk organisasi yang cenderung membentuk

jejaring (network); (2) tingkat industri yang pengorganisasian produksinya

fleksibel dengan pertumbuhan yang didorong oleh inovasi/pengetahuan; didukung

teknologi digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya;

mengutamakan research and development; serta mengembangkan aliansi dan

kolaborasi dengan bisnis lainnya. (Tambunan,200)

Oleh karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna

menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku

UMKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan

bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan

pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan

pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM

maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan.

Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan

mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan

MEA pada tahun 2015. Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk

memberdayakan UMKM adalah:

Page 21: Strategi ASEAN

1. Meningkatkan kualitas dan standar produk

Guna dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar di kawasan ASEAN

dan pasar global, maka produk yang dihasilkan UKM haruslah memenuhi kualitas

dan standar yang sesuai dengan kesepakatan ASEAN dan negara tujuan. Dalam

kerangka itu, maka UKM harus mulai difasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan

standar produk yang dipersyaratkan oleh pasar ASEAN maupun di luar ASEAN.

Peranan dukungan teknologi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas serta

introduksi desainkepada para pelaku UKM yang ingin memanfaatkan pasar

ASEAN perlu segera dilakukan.

2. Meningkatkan akses finansial

Isu finansial dalam pengembangan bisnis UKM sangatlah klasik. Selama

ini, belum banyak UKM yang bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang

diberikan oleh perbankan. Hasil survey Regional Development Institute (REDI,

2002) menyebutkan bahwa ada 3 gap yang dihadapi berkaitan dengan akses

finansial bagi UKM, (1) aspek formalitas, karena banyak UKM yang tidak

memiliki legal status; (2) aspek skala usaha, dimana sering sekali skema kredit

yang disiapkan perbankan tidak sejalan dengan skala usaha UKM; dan (3) aspek

informasi, dimana perbankan tidak tahu UKM mana yang harus dibiayai,

sementara itu UKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia di

perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga gap ini harus diatasi, diantaranya dengan

peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UKM, perbankan, serta

pendamping UKM. Pada sisi lain, harus juga diberikan informasi yang luas

tentang skema-skema pembiayaan yang dimiliki perbankan.

3. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM

Secara umum kualitas SDM pelaku UKM di Indonesia masih rendah.

Terlebih lagi spirit kewirausahaannya. Kalau mengacu pada data UKM pada

tahun 2008, tingkat kewirausahaan di Indonesia hanya 0,25% dan pada tahun

Page 22: Strategi ASEAN

2011 diperkirakan sebesar 0,273%. Memang hal ini sangat jauh ketinggalan

dengan negara-negara lain di dunia, termasuk di Asia dan ASEAN. Sebagaimana

di Singapura, tingkat kewirausahaan di Singapura lebih dari 7% demikian juga di

USA, tingkat kewirausahaannya sudah mencapai 11,9%. Oleh karena itu, untuk

memperkuat kualitas dan kewirausahaan UKM di Indonesia, maka diperlukan

adanya pendidikan dan latihan keterampilan, manajemen, dan diklat teknis

lainnya yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan kewirausahaan

juga perlu ditingkatkan. Pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional pada

tanggal 2 Februari 2011 lalu harus ditindaklanjuti dengan langkah kongkrit,

seperti penyusunan grand strategy pengembangan kewirausahaan dan

pelaksanaan dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya dan bertanggung jawab.

Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal

terutama bagi wirausaha pemula.

4. Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi bagi

UKM untuk pengembangan UKM inovatif

Akses dan transfer teknologi untuk UKM masih merupakan tantangan

yang dihadapi di Indonesia. Peranan inkubator, lembaga riset, dan kerjasama

antara lembaga riset dan perguruan tinggi serta dunia usaha untuk alih teknologi

perlu digalakkan. Kerjasama atau kemitraan antara perusahaan besar, baik dari

dalam dan luar negeri dengan UKM harus didorong untuk alih teknologi dari

perusahaan besar kepada UKM. Praktek seperti ini sudah banyak berjalan di

beberapa Negara maju, seperti USA, Jerman, Inggris, Korea, Jepang dan Taiwan.

Model-model pengembangan klaster juga harus dikembangkan, karena melalui

model tersebut akan terjadi alih teknologi kepada dan antar UKM.

5. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar

negeri

Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Sebaik

apapun kualitas produk yang dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak

mengetahuinya, maka produk tersebut akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu,

Page 23: Strategi ASEAN

maka pemberian informasi dan promosi produk-produk UKM, khususnya untuk

memperkenalkan di pasar ASEAN harus ditingkatkan. Promosi produk, bisa

dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di luar

negeri. Dalam promosi produk ke luar negeri ini perlu juga diperhatikan kesiapan

UKM dalam penyediaan produk yang akan dipasarkan. Sebaiknya dihindari

mengajak UKM ke luar negeri, padahal mereka belum siap untuk mengekspor

produknya ke luar negeri. Dalam kaitan ini, bukan saja kualitas dan desain produk

yang harus diperhatikan, tetapi juga tentang kuantitas dan kontinuitas produknya.

Peluang dan Tantangan Menghadapi AEC 2015

AEC dapat menjadi peluang para pelaku usaha, khususnya dalam hal: dapat

memanfaatkan pasar yang lebih luas dengan sasaran penduduk antar negara,

menjadi negara pengekspor, menjadi negara tujuan investor, meningkatkan devisa

negara, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan serapan

tenaga kerja.

Gambaran analisis SWOT tentang peluang, tantangan, kelemahan dan kekuatan

yang ada, dalam menghadapi AEC dapat digambarkan sebagai berikut:

Kekuatan/

Strength (S)

Kelemahan/

Weakness (W)

Peluang/

Opportunity (O)

Tantangan/

Threat (T)

Ketersediaan

potensi SDA

perkebunan

berorientasi

ekspor;

Ketersediaan

SDM pelaku

usaha

perkebunan

Rendahnya

penanganan

pengelolaan

SDA

perkebunan;

Rendahnya

jiwa

kewirausahaa

n di kalangan

AEC akan

mendorong

arus investasi

pertanian

masuk ke

Dalam Negeri

yang

menciptakan

multiplier

Laju peningkatan

ekspor, impor

dan inflasi masih

tinggi,

Dampak negatif

arus modal yang

lebih bebas dan

kesamaan

produk,

Page 24: Strategi ASEAN

yang memiliki

budaya

berkebun secara

turun menurun;

Ketersediaan

industri

pengolahan hasil

perkebunan

yang memadai;

Adanya

dukungan

kebijakan dan

kelembagaan

yang mengatur

tata niaga

komoditas

perkebunan;

Tersedianya

lembaga

perguruan tinggi

dan lembaga

penelitian yang

dapat

mendukung

pengembangan

sub sektor

perkebunan di

Nanggroe Aceh

Darussalam.

petani

perkebunan;

Rendahnya

penggunaan

teknologi

pengolahan

hasil

perkebunan;

Masih adanya

kendala

koordinasi

antar lembaga

terkait serta

kurangnya

pengawasan

dan

penegakan

hukum

terhadap

pelanggaran

UU dan PP;

Masih belum

optimalnya

pelaksanaan

Tri Dharma

Perguruan

tinggi di

bidang

pembangunan

perkebunan.

effect.

Pasar tunggal

memudahkan

pembentukan

joint venture

dengan

perusahaan di

kawasan

ASEAN,

sehingga lebih

memudahkan

akses bahan

baku yang

belum dapat

dipasok dari

Dalam Negeri.

Pasar tunggal

menciptakan

pasar yang

mencakup

wilayah seluas

4,47 juta km

persegi, dengan

potensi pasar

lebih kurang

sebesar 565

juta jiwa.

Akselerasi

perpindahan

manusia dan

modal.

Meningkatkan

Daya saing

produk sektor

perkebunan

masih rendah,

Kompetensi

SDM belum

maksimal,

Konektifitas

yang rendah,

Tingkat

persaingan

semakin ketat,

Tuntutan

investor asing

dan domestik

makin tinggi,

Konsumen

semakin kritis

dan memiliki

preferensi yg

lebih tinggi

Page 25: Strategi ASEAN

bargaining

power yang

dimiliki oleh

masyarakat

dalam

menentukan

pilihannya di

tengah

banyaknya

produk dan

kemudahan

yang

ditawarkan.

Meningkatkan

transfer

teknologi dari

negara maju ke

negara

berkembang.

Berdasarkan analisis SWOT tersebut maka beberapa hal yang perlu disikapi

sebagai Strategi dalam menghadapi AEC 2015, antara lain:

1.Pemanfaatankan kekuatan yang dimiliki untuk menangkap peluang yang

tersedia yaitu:

Dengan peraturan/kebijakan yang jelas, tegas dan transparan dan dukungan

partisipasi masyarakat dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi

tumbuhnya investasi di dalam negeri.

Dalam melakukan upaya pembinaan setiap instansi harus menerapkan konsep

partisipasi agar dapat dilaksanakan dengan baik sehingga masyarakat punya

Page 26: Strategi ASEAN

bargaining power dalam menentukan produk dan kemudahan yang

ditawarkan.

Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang memadai disertai dukungan

pelaku usaha akan dapat menunjang pasar tunggal danmemudahkan akses

bahan baku yang belum dapat dipasok dari Dalam Negeri.

Melalui perkembangan iptek di bidang pertanian memberikan kemudahan

dalam meningkatkan transfer teknologi dari negara maju ke Jawa Barat.

2.Menjadikan peluang yang ada untuk memperbaiki kelemahan yaitu:

Untuk meningkatkan kualitas SDM dan penguasaan teknologinya dilakukan

melalui transfer teknologi;

Peningkatan perkonomian pelaku usaha dapat dilakukan dengan penguasaan

teknologi dan peningkatan akses pasar terhadap hasil usahanya

Optimalisasi sarana dan prasarana melalui arus investasi ke dalam negeri.

Dalam upaya peningkatan pengawasan dan penegakan hukum maka harus

dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

3.Kekuatan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk menangkis tantangan yang

akan datang yaitu:

Dengan komitmen yang kuat dari instansi pembina dapat mendukung upaya

pengelolaan produk dan peningkatan daya saing

Dengan adanya peraturan dan kebijakan yang jelas dan diikuti dengan

implementasi yang tegas dapat mengendalikan laju ekspor impor dan laju

inflasi serta mengatasi persaingan yang ketat.

Dengan ketersediaan sumber daya alam yang memadai, dukungan pelaku

usaha dan perkembangan iptek dapat meningkatkan daya saing dan

meningkatkan ketertarikan investor asing dan domestik

4.Menjadikan tantangan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki

yaitu:

Page 27: Strategi ASEAN

Dengan pengawasan dan penegakan hukum yang ketat serta koordinasi dan

pembinaan yang intens diupayakan arus modal dan tingkat persaingan

berjalan normal

Guna mengurangi laju peningkatan ekspor impor dan laju inflasi yang masih

tinggi harus diupayakan dengan peningkatan kualitas SDM dan peningkatan

perekonomian pelaku usaha

Dengan peningkatan penggunaan teknologi dan sarana prasarana diharapkan

daya saing produk dapat meningkat agar investor asing dan domestik tetap

mendukung pengembangan produk.

Para pengusaha juga harus turut andil dalam melakukan pembenahan di segala

aspek terutama dalam peningkatan kompetensi SDM, produktivitas tenaga kerja,

sistem transaksi perdagangan secara elektronik, pengembangan pemasaran sampai

dengan kemasan produk untuk meningkatkan kemampuan bersaing di pasar

global.

Sebagai bagian dari strategi prioritas yang harus harus segera dilakukan dalam

menghadapi AEC Tahun 2015, adalah:

1. Penyediaan inovasi teknologi dan penguatan kelembagaan untuk optimalisasi

pemanfaatan sumberdaya perkebunan termasuk peningkatan pelayanan

pembinaan.

2. Pengembangan POKTAN menuju GAPOKTAN yang tangguh sebagai fokus

dalam meningkatkan skala ekonomi.

3. Pengembangan supply chain dan value chain regional, nasional dan global.

4. Penguatan inovasi teknologi dengan mengembangkan industri hilir

perkebunan berbasis Poktan/Gapoktan untuk meningkatkan nilai tambah, daya

saing, dan ekspor produk pertanian.

5. Peningkatan jaringan kemitraan ekonomi (public-private partnership) produk

perkebunan.

6. Perbaikan data dan informasi (real-time, complete, and reliable) produk

perkebunan.

7. Pengetatan penggunaan instrumen SPS dalam pemasaran produk pertanian

8. Peningkatan efisiensi di segala bidang.