Stimulation ASI

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang ibu akan merasa benar-benar sempurna menjadi seorang ibu jika memiliki seorang anak. Setelah memiliki anak dengan melahirkan seorang bayi, ibu tentu harus memenuhi kebutuhan si bayi yaitu dengan ASI (Air Susu Ibu) agar dapat tumbuh maksimal. ASI merupakan makan utama bayi yang paling berperan dalam perkembangan bayi dan juga kesehatan bayi. World Health Organization ( WHO) menyarankan untuk memberikan ASI eksklusif minimal selama enam bulan. Hampir semua ibu yang sadar pentingnya ASI untuk pertumbuhan dan kesehatan si bayi akan mengikuti saran WHO, tetapi terdapat masalah bagi beberapa ibu utuk mengeluarkan dan jumlah produksi ASInya. Melihat pentingnya pengetahuan mengenai produksi ASI, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Faktor yang Mempengaruhi dan Cara Peningkatan Produksi ASI”. 1.2 Tujuan Dari penjalasan latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa tujuan dalam tulisan ini : 1) Mengetahui gambaran umum mengenai ASI. 2) Memahami bagaimana regulasi ASI. 3) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi ASI. 4) Memahami dan mampu mengaplikasikan cara peningkatan produksi ASI. 1.3 Manfaat

Transcript of Stimulation ASI

Page 1: Stimulation ASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang ibu akan merasa benar-benar sempurna menjadi seorang ibu jika memiliki

seorang anak. Setelah memiliki anak dengan melahirkan seorang bayi, ibu tentu harus

memenuhi kebutuhan si bayi yaitu dengan ASI (Air Susu Ibu) agar dapat tumbuh

maksimal. ASI merupakan makan utama bayi yang paling berperan dalam perkembangan

bayi dan juga kesehatan bayi. World Health Organization (WHO) menyarankan untuk

memberikan ASI eksklusif minimal selama enam bulan. Hampir semua ibu yang sadar

pentingnya ASI untuk pertumbuhan dan kesehatan si bayi akan mengikuti saran WHO,

tetapi terdapat masalah bagi beberapa ibu utuk mengeluarkan dan jumlah produksi

ASInya. Melihat pentingnya pengetahuan mengenai produksi ASI, penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Faktor yang Mempengaruhi dan Cara Peningkatan Produksi ASI”.

1.2 Tujuan

Dari penjalasan latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa tujuan dalam tulisan ini

:

1) Mengetahui gambaran umum mengenai ASI.

2) Memahami bagaimana regulasi ASI.

3) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi ASI.

4) Memahami dan mampu mengaplikasikan cara peningkatan produksi ASI.

1.3 Manfaat

Mengacu dari latar belakang dan tujuan penulisan ini, diharapkan ibu dapat menghidari

atau mencegah faktor yang berpengaruh menurunnya produksi ASI. Selain itu pada ibu

yang mengalami masalah produksi ASI yang kurang mampu menerapkan cara

peningkatan produksi ASI agar dapat meningkatkan produksinya.

Page 2: Stimulation ASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan putih berupa emulsi lemak cair yang dikeluarkan

oleh kelenjar mammae wanita yang berguna dalam mencukupi kebutuhan asupan

makanan bayi. Di dalam ASI terkandung nutrisi, hormone, antibodi, anti alergi, dan juga

anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mengandung lebih dari 100 zat. Kandungan ASI yang

matang memiliki komposisi 7% laktosa, 3-5% lemak (trigeserida terbanyak), 1% protein

(kasein, laktoferin, albumin dll), 0,2% mineral, sisanya air dan kesemuanya tersebut

memberikan kalori sebesar 60-75 kkal/dL.

ASI yang pertama kali (kolostrum) dikeluarkan merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi bayi dikarenakan memiliki kandungan protein yang tinggi (sebagian besar

immunoglobulin) dan kandungan gula yang rendah. Sedangkan ASI selanjutnya memiliki

lebih banyak mengandung lemak dan karbohidrat.

2.2 Regulasi Produksi ASI

Prolaktin merupakan hormon pengatur utama dalam regulasi kuantitas dan kualitas ASI.

Pada masa kehamilan dan 4-6 minggu postpartum, hormon prolaktin dalam plasma

meningkat hingga 10 kali lipat dari 20 ng/mL – 200 ng/mL. Hormon ini akan mencapai

kadar yang tinggi saat hari kelima setelah melahirkan

Selain hormon prolaktin terdapat juga oksitosin yang membantu produksi ASI.

Oksitosin akan menstimulus otot-otot sekitar areola / duktus-duktus pada mammae untuk

mengeluarkan ASI. Oksitosin sangat dipengaruhi oleh emosi, jika emosinya positif maka

produksi oksitosin akan meningkat dan berakibat pada pengeluaran ASI, begitu juga

sebaliknya.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor yang mempengaruhi ASI dapat dibagi menjadi dua faktor utama yaitu faktor dari

bayi dan faktor dari ibu. Faktor dari ibu lebih memegang peranan dalam produksi ASI

selain itu faktor ibulah yang dapat dirubah maupun dicegah.

Page 3: Stimulation ASI

2.3.1 Faktor Bayi

Faktor fisik dan tingkah laku bayi merupakan hal yang berpengaruh pada jumlah

produksi ASI. Dari segi fisik, jika bayi lahir premature ataupun memiliki cacat pada

rahang, mulut maupun organ pencernaan lainnya maka dapat mempengaruhi refleks

hisap bayi dimana reflek hisap bayi akan tidak sempurna dan berakibat pada

produksi ASI yang menurun. Sedangkan dari segi tingkah laku, tingkah laku bayi

yang tidak mau menyusu ataupun jarang maka akan mengurangi produksi ASI

dikarenakan berkurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin.

2.3.2 Faktor Ibu

Pada ibu, faktor yang berpengaruh adalah faktor fisik, psikologi dan frekuensi.

a) Faktor fisik seperti usia berpengaruh terhadap jumlah produksi ASI, dimana

diketahui bahwa semakin tua usia maka hormon-hormon akan menurun begitu

juga pada hormon produksi ASI dan akan berdampak menurunnya produksi

ASI. Nutrisi dan asupan cairan ibu juga berpengaruh, dimana diharapkan asupan

nutrisi si ibu ditambah 300-500 kalori selama menyusui dan jumlah total

nutrisinya tidak kurang dari 1500 kalori perhari. Sedangkan pada asupan

cairannya, ibu sebaiknya mengkonsumsi cairan > 2L.

b) Marah, stess, dan emosi yang tidak stabil merupakan faktor psikologi yang dapat

mengurangi jumlah produksi ASI. Rasa tidak percaya diri atau cemas tehadap

tidak dapat tercukupinya produksi ASI yang dihasilkan dapat juga berpengaruh

pada produksi ASI.

c) Semakin sering menyusui bayi akan berpengaruh terhadap lancarnya dan jumlah

ASI yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan frekuensi menyusui yang sering akan

berdampak pada stimulus hormon-hormon yang berperan dalam produksi ASI.

Menyusui setidaknya dilakukan setiap 3 jam agar produksi ASI menjadi lancar.

2.4 Cara Peningkatan Produksi ASI

Produksi ASI yang berkurang akan tidak mencukupi kebutuhan ASI pada bayi, maka

dibutuhkan cara peningkatan produksi ASI. Selain menghindari atau menanggulangi

faktor pencetus berkurangnya produksi ASI seperti penjelasan di atas, terdapat juga cara

seperti memompa payudara dengan alat atau pun dengan tangan dan juga dengan

menggunakan obat-obatan.

Page 4: Stimulation ASI

2.4.1 Memompa dengan Alat

Alat digunakan dalam memompa ASI dibedakan menjadi 2 yaitu pompa listrik dan

pompa manual. Dimana dalam pemilihan pemilihan pompa tersebut harus

diperhatikan pekerjaan / kegiatan ibu, jika memiliki pekerjaan / kegiatan yang padat

dianjurkan menggunakan pompa listrik karena menghemat waktu. Selain itu pompa

listrik lebih nyaman digunakan karena ritme atau kekuatan pompanya dapat diatur

dan teratur sehingga tidak lebih menyakiti payudara dari pada pompa manual.

Tetapi pompa ini memiliki kekurangan yaitu dari segi energi listrik sehingga harus

membawa baterai yang cukup agar dapat beroperasi dan memiliki harga yang cukup

mahal.

Sebelum menggunakan pompa, tangan harus dibersihkan dan juga pompa

harus dalam keadaan bersih. Hasil yang memuaskan (produksi ASI maksimal) akan

didapatkan jika sudah tepat dalam memilih ukuran pompa dan juga diatur

penghisapannya pada tingkat minimum jika menggunakan pompa listrik.

Penggunaan pompa ini akan membantu meningkatkan reflek pengeluaran ASI.

Putaran pada nipples menggunakan jari sebelum melakukan proses pemompaan dan

pemijatan pada payudara sebelum dan selama proses dapat meningkatkan tekanan

inter-mammary sehingga dapat meningkatkan produksi ASI maksimal.

2.4.2 Memompa dengan Tangan

Sebelum memulai teknik / cara ini, ibu harus mencuci tangannya. Pada cara

mempompa dengan tangan ini terdapat salah satu teknik yang sering dipakai yaitu

the marmet teknik. Teknik ini mencakup pemijatan payudara (massaging the

breast), penggosokan lembut (gentle rubbing), dan menggoyangkan / menggetarkan

(shaking). Langkah-langkah yang dilakukan :

1) Kompres payudara dengan air hangat , goyangkan payuadara dan pijat

dengan menggunakan kedua tangan pada satu payudara dengang arah

memutar dari arah luar ke dalam. Hal ini dilakukan untuk memicu reflek

pengeluaran ASI.

2) Kedua tangan / satu tangan diletakkan pada satu payudara, dengan jari

jempol diletakkan 2,5-4 cm di atas dan disamping nipple, sedangkan

keempat jari lainnya diletakkan membentuk huruf C

Page 5: Stimulation ASI

3) Tekan tangan menuju tulang rusuk dengan tetap mempertahankan posisi jari

pada langkah 1.

4) Lakukan gerakan memutar sehingga ASI keluar dan kemudian taruh di botol

atau tempat yang telah disediakan.

5) Ulangi langkah 1-3 sampai payudara terasa kosong.

Teknik ini tidaklah nyaman untuk terus dilakukan maka dari itu jika setelah

dilakukan teknik ini dan produksi ASI telah lancar maka langkah 2-5 tidak perlu

dilakukan dan langkah pertama dapat tetap dilakukan agar menjaga reflek

pengeluaran ASI.

2.4.3 Medikamentosa

Selain menggunakan cara-cara di atas, peningkatan produksi ASI juga dapat

dilakukan dengan pemberian obat. Obat-obat tersebut berfungsi untuk

meningkatkan produksi hormon prolaktin. Obat-obat yang biasanya digunakan

adalah :

a) Reglan (Metaclopromide)

Obat ini merupakan obat anti-emetik tetapi memiliki efek lain yaitu dapat

meningkatkan kadar hormon prolaktin. Reglan memiliki efek samping

mengantukkan, dimana efek ini dapat membantu ibu untuk tidur karena biasanya

pada ibu dengan anak pertama akan mengalami kesulitan tidur. Dikarenakan reglan

ini memiliki efek mengantukkan maka dianjurkan ibu tidak mengemudikan

kendaraan sendiri atau tidak menggunakan obat ini jika akan berkendara. Selain itu

obat ini memiliki efek samping tremor dan dapat membuat depresi sehingga setelah

produksi ASI cukup maka harus dihentikan.

Dosis Reglan yang biasa diberikan adalah 10-15 mg secara oral 3 x sehari

selama dua minggu. Dosis awal yang diberikan biasanya 10 mg dan dapat

ditingkatkan menjadi 15 mg jika dalam satu sampai dua minggu tidak ada

perubahan peningkatan produksi ASI. Jika dua minggu pemberian telah

memperlihatkan hasil maka pemberian obat dapat dihentikan. Pada suatu penilitian

didapatkan 80% menunjukan peningkatan produksi ASI. Selain menggunakan obat

ini, ibu tetap harus mengosongi ASI dengan menyusui setiap tiga jam.

Page 6: Stimulation ASI

b) Fenugreek (Trigonella foenum-graecum)

Obat ini merupakan obat herbal yang sering digunakan di Amerika Serika dan

merupakan perasa buatan sirup maple. Selain itu dapat meningkatkan produksi ASI.

Fenugreek tidak dianjurkan pada wanita hamil, asma, dan penderita diabetes. Obat

ini memiliki kemasan dalam bentuk saset teh dan kapsul. Dosis yang dianjurkan

adalah 3 kapsul 3 x sehari dan jika memakai kemasan saset teh adalah 3-4 gelas teh

perhari. Ibu yang terlalu banyak mengkonsumsi obat ini dalam beberapa kasus

ditemukan badan dan urine berbau seperti sirup maple. Pada penggunaan yang lama,

ditemukan pergerakan usus yang longgar/melemah dan hipoglikemik. Biasanya

setelah menggunakan obat ini 3-5 hari akan menunjukan perubahan produksi ASI.

c) Domperidone (Motilium)

Seperti halnya dua obat di atas, domperidone juga merupakan obat yang membantu

meningkatkan hormon prolaktin. Domperidone telah disetujui penggunaannya oleh

American Academy of Pediatrics. Obat ini biasanya digunakan untuk mengobati

gangguan pencernaan. Pada ibu yang memiliki bayi prematur, obat ini sangatlah

membantu dalam produksi ASI. Tidak dianjurkan pada ibu yang mengidap

prolactinoma, hepatic disease, irritable bowel syndrome, perdarahan dan penyakit

jantung.

Dosis yang diberikan biasanya dalam rentang 10-20 mg 3-4 x sehari selama 3-

8 minggu. Ibu yang memiliki keterlambatan / kesulitan dalam pengeluaran ASI

memerlukan dosis 20 mg 4 x sehari. Setelah produksi ASI terasa mencukupi

penggunaan obat ini dapat dihentikan secara perlahan. Penggunaan dalam jangka

panjang dapat menimbulkan sakit kepala, mulut kering, keram perut dan diare.

Page 7: Stimulation ASI

2.5 Analisi Kasus

Judul kasus : ASI Tak Keluar, Marshanda Menangis dan Merasa Bersalah pada Putrinya

Sumber : Tabloid Bintang Online

Tanggal : 27 April 2013

Available at : http://www.tabloidbintang.com/berita/polah/66754-asi-tak-keluar,-marshanda-

menangis-dan-merasa-bersalah-pada-putrinya.html

DIKENAL sebagai bintang cilik yang melejit lewat sinetron Bidadari, Andriani

Marshanda (23) atau Chacha dalam satu tahun terakhir lebih banyak berkutat melayani

suami, mengasuh anak, dan mengurusi segala keperluan dapur.

Belum lama ini, Bintang menemui Chacha di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta

Pusat. Mengenakan jilbab warna pink, Chacha menceritakan lembaran baru hidupnya saat

ini.

Menikah dengan Ben Kasyafani (29) dua tahun lalu, kebahagiaan Chacha semakin terasa

lengkap setelah dikaruniai momongan yang diberi nama Sienna Ameera Kasyafani pada

22 Januari 2013. Mengisi peran baru sebagai ibu, bukanlah hal mudah buat Chacha.

Kaget, bingung, dan panik, sempat dialaminya. Dia tidak menyangka kalau merawat bayi

sangat menyita waktu dan tenaganya. Kelelahan dan kurang tidur jadi menu utamanya

sebagai ibu baru.

"Alhamdulillah enggak mengalami baby blues syndrome. Cuma seminggu pertama punya

anak, aku sempat agak panik karena belum tahu ritme Sienna seperti apa. Misalnya, habis

ini mau ngapain, habis itu mau ngapain. Dia menangis, aku juga enggak mengerti kenapa.

Sampai seminggu full aku enggak tidur. Begadang. Mau kasih ke orang lain untuk

mengasuh masih belum percaya. Bahkan, aku sempat minta bantuan suster selama

sebulan. Tapi, aku lebih enjoy sendiri. Susternya aku suruh mengundurkan diri aja. Masa,

kalau susternya gendong Sienna, aku cemburu. Hehehe. Aku benar-benar enggak mau

pisah sama Sienna," buka Chacha.

Seiring bergulir waktu, Chacha sanggup menyesuaikan gaya hidupnya yang baru. Pagi

bangun tidur, dia bukan hanya melayani Ben, tapi juga memandikan Sienna. "Sekarang

aku jauh lebih relaks. Menikmati banget peran baru sebagai ibu. Itu berkat tanya-tanya ke

Page 8: Stimulation ASI

teman-teman yang sudah punya anak, juga mencari tahu di forum-forum di dunia maya

dan banyak ikut workshop atau seminar-seminar parenting," Chacha mengungkapkan.

Satu masalah kelar, muncul masalah lain. Pasca melahirkan caesar, Chacha hingga saat

ini tak bisa memberi ASI (Air Susu Ibu) pada Sienna.

"Sempat sih hari pertama keluar sedikit banget ASI-nya. Seminggu setelah itu, begitu aku

coba menyusui ternyata enggak keluar. Hari ke-5 aku ke dokter dan bilang kalau Sienna

kelaparan. Kasihan. Karena pengetahuan aku terbatas banget soal ASI dan lainnya,

akhirnya dokternya menyarankan untuk memberikan susu formula saja kepada anakku,"

cerita Chacha. Merasa belum lengkap menjadi ibu, Chacha terus mengonsultasikan

masalahnya pada dokter. Ia tidak percaya ASI-nya tidak keluar.

"Karena ASI tidak keluar, aku disuruh pakai SNS (Supplemental Nursing System –

berupa botol berselang yang berisi ASI perah atau susu formula). Pertama kali coba,

rasanya ribet banget. Setiap mau menyusui, harus melekatkan ujung selang di dada

(puting) dengan menggunakan selotip, sedang ujung selang satu lagi dimasukkan ke

dalam botol. Kalau tidak dijepit, bisa tumpah. Jadi, mesti terampil," Chacha menjelaskan.

Mendapati kenyataan tidak bisa memberi ASI, Chacha diliputi perasaan bersalah dan

sedih. “Kenapa sih buat anak pertama saja ASI aku enggak keluar? Memang aku bukan

mother material, ya? Kalau punya anak aku pengin jadi orang tua terbaik dengan ikut

seminar ini itu, workshop ini itu, pelatihan-pelatihan psikolog dan lainnya. Ngiri juga

sama ibu-ibu lain yang dari bulan ketujuh hamil saja ASI-nya sudah keluar,” sesalnya.

Saking sedihnya, ketika kali pertama Sienna menyusui menggunakan botol, air mata

Chacha tumpah. "Aku menangis. Sedih banget. Merasa bersalah enggak bisa kasih ASI

kepada Sienna," akunya.

Dari kasus diketahui bahwa Chacha merasa kaget, bingung, panik dalam mengurusi anak

pertamanya sehingga menyebabkan kelelahan dan kurang tidur. Chacha pada hari

pertama mengeluarkan ASI yang sedikit dan kemudian seminggu kemudian tidak dapat

mengeluarkan ASI. Karena tidak dapat mengeluarkan ASI, Chacha dianjurkan untuk SNS

(Supplemental Nursing System). Hal tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka.

Page 9: Stimulation ASI

Menurut tinjauan pustaka pada subbab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat faktor pencetus berkurangnya produksi ASI yaitu faktor fisik dan psikologis dari

ibu. Karena pengetahuan yang kurang mengenai menyusui dimana harus dilakukan

pengosongan ASI secara teratur (dengan menyusui 3 jam sekali), perawatan dan teknik

untuk meningkatkan ASI maka produksi ASI Chacha berkurang dan kemudian berhenti.

Selain itu fisik ibu yang menurun karena sering begadang / tidak bisa tidur dan asupan

nutrisi yang kurang berpengaruh pada produksi ASI. Dari segi psikologi, Chacha juga

cemas dan tidak tenang dalam merawat dan menyusui bayinya, hal tersebut juga

berpengaruh pada produksi ASInya. Pada kasus Chacha diberikan penatalaksanaan SNS,

hal itu berguna untuk meningkatkan reflek pengeluaran ASI. Dari pembahasan

sebelumnya, Chacha dapat dianjurkan untuk mencukupi asupan nutrisi, istirahat yang

cukup dan melakukan teknik memompa ASI seperti penjelasan sebelumnya. Jika setelah

melakukan anjuran tersebut, Chacha belum memproduksi ASI atau belum maksimal

maka dapat dilakukan medikamentosa. Setelah dapat memproduksi ASI, tetap lakukan

kegiatan menyusui 3 jam sekali agar regulasi ASI dapat berjalan dengan baik dan tetap

menjaga kesehatan dan nutrisi si ibu.

Page 10: Stimulation ASI

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ASI adalah suatu cairan putih berupa emulsi lemak cair yang dikeluarkan oleh kelenjar

mammae wanita yang berguna dalam mencukupi kebutuhan asupan makanan bayi. Di

dalam ASI terkandung nutrisi, hormone, antibodi, anti alergi, dan juga anti inflamasi

yang bermanfaat bagi bayi. Regulasi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin.

Terdapat faktor dari anak dan ibu yang berpengaruh dalam produksi ASI. Dimana lebih

ditekankan dan dapat ditangani faktor dari ibu yaitu faktor fisik, psikologi, dan frekuensi.

Terdapat tiga cara dalam meningkatkan produksi ASI yaitu dengan memompa dengan

alat, memompa dengan tangan, dan medikamentosa. Selain itu, mengeluarkan ASI sampai

kosong atau menyusui secara teratur dapat memperlancar produksi ASI.

3.2 Saran

Pada ibu yang mengalami masalah kurang produksi ASI, diharapkan harus memikirkan

faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi ASI. Dimana, ibu yang menyusui harus

menjaga kesehatan fisik (dengan makan dan istirahat teratur) dan kesehatan psikologi

(tidak stress). Jika setelah melakukan hal tersebut tetap tidak mengeluarkan produksi ASI,

maka dapat dilakukan pemompaan payudara dengan tangan, alat, maupun menggunakaan

obat-obatan.