Stimulation ASI
-
Upload
asmara-yoga -
Category
Documents
-
view
13 -
download
3
Transcript of Stimulation ASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang ibu akan merasa benar-benar sempurna menjadi seorang ibu jika memiliki
seorang anak. Setelah memiliki anak dengan melahirkan seorang bayi, ibu tentu harus
memenuhi kebutuhan si bayi yaitu dengan ASI (Air Susu Ibu) agar dapat tumbuh
maksimal. ASI merupakan makan utama bayi yang paling berperan dalam perkembangan
bayi dan juga kesehatan bayi. World Health Organization (WHO) menyarankan untuk
memberikan ASI eksklusif minimal selama enam bulan. Hampir semua ibu yang sadar
pentingnya ASI untuk pertumbuhan dan kesehatan si bayi akan mengikuti saran WHO,
tetapi terdapat masalah bagi beberapa ibu utuk mengeluarkan dan jumlah produksi
ASInya. Melihat pentingnya pengetahuan mengenai produksi ASI, penulis tertarik untuk
mengangkat judul “Faktor yang Mempengaruhi dan Cara Peningkatan Produksi ASI”.
1.2 Tujuan
Dari penjalasan latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa tujuan dalam tulisan ini
:
1) Mengetahui gambaran umum mengenai ASI.
2) Memahami bagaimana regulasi ASI.
3) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi ASI.
4) Memahami dan mampu mengaplikasikan cara peningkatan produksi ASI.
1.3 Manfaat
Mengacu dari latar belakang dan tujuan penulisan ini, diharapkan ibu dapat menghidari
atau mencegah faktor yang berpengaruh menurunnya produksi ASI. Selain itu pada ibu
yang mengalami masalah produksi ASI yang kurang mampu menerapkan cara
peningkatan produksi ASI agar dapat meningkatkan produksinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan putih berupa emulsi lemak cair yang dikeluarkan
oleh kelenjar mammae wanita yang berguna dalam mencukupi kebutuhan asupan
makanan bayi. Di dalam ASI terkandung nutrisi, hormone, antibodi, anti alergi, dan juga
anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mengandung lebih dari 100 zat. Kandungan ASI yang
matang memiliki komposisi 7% laktosa, 3-5% lemak (trigeserida terbanyak), 1% protein
(kasein, laktoferin, albumin dll), 0,2% mineral, sisanya air dan kesemuanya tersebut
memberikan kalori sebesar 60-75 kkal/dL.
ASI yang pertama kali (kolostrum) dikeluarkan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi bayi dikarenakan memiliki kandungan protein yang tinggi (sebagian besar
immunoglobulin) dan kandungan gula yang rendah. Sedangkan ASI selanjutnya memiliki
lebih banyak mengandung lemak dan karbohidrat.
2.2 Regulasi Produksi ASI
Prolaktin merupakan hormon pengatur utama dalam regulasi kuantitas dan kualitas ASI.
Pada masa kehamilan dan 4-6 minggu postpartum, hormon prolaktin dalam plasma
meningkat hingga 10 kali lipat dari 20 ng/mL – 200 ng/mL. Hormon ini akan mencapai
kadar yang tinggi saat hari kelima setelah melahirkan
Selain hormon prolaktin terdapat juga oksitosin yang membantu produksi ASI.
Oksitosin akan menstimulus otot-otot sekitar areola / duktus-duktus pada mammae untuk
mengeluarkan ASI. Oksitosin sangat dipengaruhi oleh emosi, jika emosinya positif maka
produksi oksitosin akan meningkat dan berakibat pada pengeluaran ASI, begitu juga
sebaliknya.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Faktor yang mempengaruhi ASI dapat dibagi menjadi dua faktor utama yaitu faktor dari
bayi dan faktor dari ibu. Faktor dari ibu lebih memegang peranan dalam produksi ASI
selain itu faktor ibulah yang dapat dirubah maupun dicegah.
2.3.1 Faktor Bayi
Faktor fisik dan tingkah laku bayi merupakan hal yang berpengaruh pada jumlah
produksi ASI. Dari segi fisik, jika bayi lahir premature ataupun memiliki cacat pada
rahang, mulut maupun organ pencernaan lainnya maka dapat mempengaruhi refleks
hisap bayi dimana reflek hisap bayi akan tidak sempurna dan berakibat pada
produksi ASI yang menurun. Sedangkan dari segi tingkah laku, tingkah laku bayi
yang tidak mau menyusu ataupun jarang maka akan mengurangi produksi ASI
dikarenakan berkurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin.
2.3.2 Faktor Ibu
Pada ibu, faktor yang berpengaruh adalah faktor fisik, psikologi dan frekuensi.
a) Faktor fisik seperti usia berpengaruh terhadap jumlah produksi ASI, dimana
diketahui bahwa semakin tua usia maka hormon-hormon akan menurun begitu
juga pada hormon produksi ASI dan akan berdampak menurunnya produksi
ASI. Nutrisi dan asupan cairan ibu juga berpengaruh, dimana diharapkan asupan
nutrisi si ibu ditambah 300-500 kalori selama menyusui dan jumlah total
nutrisinya tidak kurang dari 1500 kalori perhari. Sedangkan pada asupan
cairannya, ibu sebaiknya mengkonsumsi cairan > 2L.
b) Marah, stess, dan emosi yang tidak stabil merupakan faktor psikologi yang dapat
mengurangi jumlah produksi ASI. Rasa tidak percaya diri atau cemas tehadap
tidak dapat tercukupinya produksi ASI yang dihasilkan dapat juga berpengaruh
pada produksi ASI.
c) Semakin sering menyusui bayi akan berpengaruh terhadap lancarnya dan jumlah
ASI yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan frekuensi menyusui yang sering akan
berdampak pada stimulus hormon-hormon yang berperan dalam produksi ASI.
Menyusui setidaknya dilakukan setiap 3 jam agar produksi ASI menjadi lancar.
2.4 Cara Peningkatan Produksi ASI
Produksi ASI yang berkurang akan tidak mencukupi kebutuhan ASI pada bayi, maka
dibutuhkan cara peningkatan produksi ASI. Selain menghindari atau menanggulangi
faktor pencetus berkurangnya produksi ASI seperti penjelasan di atas, terdapat juga cara
seperti memompa payudara dengan alat atau pun dengan tangan dan juga dengan
menggunakan obat-obatan.
2.4.1 Memompa dengan Alat
Alat digunakan dalam memompa ASI dibedakan menjadi 2 yaitu pompa listrik dan
pompa manual. Dimana dalam pemilihan pemilihan pompa tersebut harus
diperhatikan pekerjaan / kegiatan ibu, jika memiliki pekerjaan / kegiatan yang padat
dianjurkan menggunakan pompa listrik karena menghemat waktu. Selain itu pompa
listrik lebih nyaman digunakan karena ritme atau kekuatan pompanya dapat diatur
dan teratur sehingga tidak lebih menyakiti payudara dari pada pompa manual.
Tetapi pompa ini memiliki kekurangan yaitu dari segi energi listrik sehingga harus
membawa baterai yang cukup agar dapat beroperasi dan memiliki harga yang cukup
mahal.
Sebelum menggunakan pompa, tangan harus dibersihkan dan juga pompa
harus dalam keadaan bersih. Hasil yang memuaskan (produksi ASI maksimal) akan
didapatkan jika sudah tepat dalam memilih ukuran pompa dan juga diatur
penghisapannya pada tingkat minimum jika menggunakan pompa listrik.
Penggunaan pompa ini akan membantu meningkatkan reflek pengeluaran ASI.
Putaran pada nipples menggunakan jari sebelum melakukan proses pemompaan dan
pemijatan pada payudara sebelum dan selama proses dapat meningkatkan tekanan
inter-mammary sehingga dapat meningkatkan produksi ASI maksimal.
2.4.2 Memompa dengan Tangan
Sebelum memulai teknik / cara ini, ibu harus mencuci tangannya. Pada cara
mempompa dengan tangan ini terdapat salah satu teknik yang sering dipakai yaitu
the marmet teknik. Teknik ini mencakup pemijatan payudara (massaging the
breast), penggosokan lembut (gentle rubbing), dan menggoyangkan / menggetarkan
(shaking). Langkah-langkah yang dilakukan :
1) Kompres payudara dengan air hangat , goyangkan payuadara dan pijat
dengan menggunakan kedua tangan pada satu payudara dengang arah
memutar dari arah luar ke dalam. Hal ini dilakukan untuk memicu reflek
pengeluaran ASI.
2) Kedua tangan / satu tangan diletakkan pada satu payudara, dengan jari
jempol diletakkan 2,5-4 cm di atas dan disamping nipple, sedangkan
keempat jari lainnya diletakkan membentuk huruf C
3) Tekan tangan menuju tulang rusuk dengan tetap mempertahankan posisi jari
pada langkah 1.
4) Lakukan gerakan memutar sehingga ASI keluar dan kemudian taruh di botol
atau tempat yang telah disediakan.
5) Ulangi langkah 1-3 sampai payudara terasa kosong.
Teknik ini tidaklah nyaman untuk terus dilakukan maka dari itu jika setelah
dilakukan teknik ini dan produksi ASI telah lancar maka langkah 2-5 tidak perlu
dilakukan dan langkah pertama dapat tetap dilakukan agar menjaga reflek
pengeluaran ASI.
2.4.3 Medikamentosa
Selain menggunakan cara-cara di atas, peningkatan produksi ASI juga dapat
dilakukan dengan pemberian obat. Obat-obat tersebut berfungsi untuk
meningkatkan produksi hormon prolaktin. Obat-obat yang biasanya digunakan
adalah :
a) Reglan (Metaclopromide)
Obat ini merupakan obat anti-emetik tetapi memiliki efek lain yaitu dapat
meningkatkan kadar hormon prolaktin. Reglan memiliki efek samping
mengantukkan, dimana efek ini dapat membantu ibu untuk tidur karena biasanya
pada ibu dengan anak pertama akan mengalami kesulitan tidur. Dikarenakan reglan
ini memiliki efek mengantukkan maka dianjurkan ibu tidak mengemudikan
kendaraan sendiri atau tidak menggunakan obat ini jika akan berkendara. Selain itu
obat ini memiliki efek samping tremor dan dapat membuat depresi sehingga setelah
produksi ASI cukup maka harus dihentikan.
Dosis Reglan yang biasa diberikan adalah 10-15 mg secara oral 3 x sehari
selama dua minggu. Dosis awal yang diberikan biasanya 10 mg dan dapat
ditingkatkan menjadi 15 mg jika dalam satu sampai dua minggu tidak ada
perubahan peningkatan produksi ASI. Jika dua minggu pemberian telah
memperlihatkan hasil maka pemberian obat dapat dihentikan. Pada suatu penilitian
didapatkan 80% menunjukan peningkatan produksi ASI. Selain menggunakan obat
ini, ibu tetap harus mengosongi ASI dengan menyusui setiap tiga jam.
b) Fenugreek (Trigonella foenum-graecum)
Obat ini merupakan obat herbal yang sering digunakan di Amerika Serika dan
merupakan perasa buatan sirup maple. Selain itu dapat meningkatkan produksi ASI.
Fenugreek tidak dianjurkan pada wanita hamil, asma, dan penderita diabetes. Obat
ini memiliki kemasan dalam bentuk saset teh dan kapsul. Dosis yang dianjurkan
adalah 3 kapsul 3 x sehari dan jika memakai kemasan saset teh adalah 3-4 gelas teh
perhari. Ibu yang terlalu banyak mengkonsumsi obat ini dalam beberapa kasus
ditemukan badan dan urine berbau seperti sirup maple. Pada penggunaan yang lama,
ditemukan pergerakan usus yang longgar/melemah dan hipoglikemik. Biasanya
setelah menggunakan obat ini 3-5 hari akan menunjukan perubahan produksi ASI.
c) Domperidone (Motilium)
Seperti halnya dua obat di atas, domperidone juga merupakan obat yang membantu
meningkatkan hormon prolaktin. Domperidone telah disetujui penggunaannya oleh
American Academy of Pediatrics. Obat ini biasanya digunakan untuk mengobati
gangguan pencernaan. Pada ibu yang memiliki bayi prematur, obat ini sangatlah
membantu dalam produksi ASI. Tidak dianjurkan pada ibu yang mengidap
prolactinoma, hepatic disease, irritable bowel syndrome, perdarahan dan penyakit
jantung.
Dosis yang diberikan biasanya dalam rentang 10-20 mg 3-4 x sehari selama 3-
8 minggu. Ibu yang memiliki keterlambatan / kesulitan dalam pengeluaran ASI
memerlukan dosis 20 mg 4 x sehari. Setelah produksi ASI terasa mencukupi
penggunaan obat ini dapat dihentikan secara perlahan. Penggunaan dalam jangka
panjang dapat menimbulkan sakit kepala, mulut kering, keram perut dan diare.
2.5 Analisi Kasus
Judul kasus : ASI Tak Keluar, Marshanda Menangis dan Merasa Bersalah pada Putrinya
Sumber : Tabloid Bintang Online
Tanggal : 27 April 2013
Available at : http://www.tabloidbintang.com/berita/polah/66754-asi-tak-keluar,-marshanda-
menangis-dan-merasa-bersalah-pada-putrinya.html
DIKENAL sebagai bintang cilik yang melejit lewat sinetron Bidadari, Andriani
Marshanda (23) atau Chacha dalam satu tahun terakhir lebih banyak berkutat melayani
suami, mengasuh anak, dan mengurusi segala keperluan dapur.
Belum lama ini, Bintang menemui Chacha di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta
Pusat. Mengenakan jilbab warna pink, Chacha menceritakan lembaran baru hidupnya saat
ini.
Menikah dengan Ben Kasyafani (29) dua tahun lalu, kebahagiaan Chacha semakin terasa
lengkap setelah dikaruniai momongan yang diberi nama Sienna Ameera Kasyafani pada
22 Januari 2013. Mengisi peran baru sebagai ibu, bukanlah hal mudah buat Chacha.
Kaget, bingung, dan panik, sempat dialaminya. Dia tidak menyangka kalau merawat bayi
sangat menyita waktu dan tenaganya. Kelelahan dan kurang tidur jadi menu utamanya
sebagai ibu baru.
"Alhamdulillah enggak mengalami baby blues syndrome. Cuma seminggu pertama punya
anak, aku sempat agak panik karena belum tahu ritme Sienna seperti apa. Misalnya, habis
ini mau ngapain, habis itu mau ngapain. Dia menangis, aku juga enggak mengerti kenapa.
Sampai seminggu full aku enggak tidur. Begadang. Mau kasih ke orang lain untuk
mengasuh masih belum percaya. Bahkan, aku sempat minta bantuan suster selama
sebulan. Tapi, aku lebih enjoy sendiri. Susternya aku suruh mengundurkan diri aja. Masa,
kalau susternya gendong Sienna, aku cemburu. Hehehe. Aku benar-benar enggak mau
pisah sama Sienna," buka Chacha.
Seiring bergulir waktu, Chacha sanggup menyesuaikan gaya hidupnya yang baru. Pagi
bangun tidur, dia bukan hanya melayani Ben, tapi juga memandikan Sienna. "Sekarang
aku jauh lebih relaks. Menikmati banget peran baru sebagai ibu. Itu berkat tanya-tanya ke
teman-teman yang sudah punya anak, juga mencari tahu di forum-forum di dunia maya
dan banyak ikut workshop atau seminar-seminar parenting," Chacha mengungkapkan.
Satu masalah kelar, muncul masalah lain. Pasca melahirkan caesar, Chacha hingga saat
ini tak bisa memberi ASI (Air Susu Ibu) pada Sienna.
"Sempat sih hari pertama keluar sedikit banget ASI-nya. Seminggu setelah itu, begitu aku
coba menyusui ternyata enggak keluar. Hari ke-5 aku ke dokter dan bilang kalau Sienna
kelaparan. Kasihan. Karena pengetahuan aku terbatas banget soal ASI dan lainnya,
akhirnya dokternya menyarankan untuk memberikan susu formula saja kepada anakku,"
cerita Chacha. Merasa belum lengkap menjadi ibu, Chacha terus mengonsultasikan
masalahnya pada dokter. Ia tidak percaya ASI-nya tidak keluar.
"Karena ASI tidak keluar, aku disuruh pakai SNS (Supplemental Nursing System –
berupa botol berselang yang berisi ASI perah atau susu formula). Pertama kali coba,
rasanya ribet banget. Setiap mau menyusui, harus melekatkan ujung selang di dada
(puting) dengan menggunakan selotip, sedang ujung selang satu lagi dimasukkan ke
dalam botol. Kalau tidak dijepit, bisa tumpah. Jadi, mesti terampil," Chacha menjelaskan.
Mendapati kenyataan tidak bisa memberi ASI, Chacha diliputi perasaan bersalah dan
sedih. “Kenapa sih buat anak pertama saja ASI aku enggak keluar? Memang aku bukan
mother material, ya? Kalau punya anak aku pengin jadi orang tua terbaik dengan ikut
seminar ini itu, workshop ini itu, pelatihan-pelatihan psikolog dan lainnya. Ngiri juga
sama ibu-ibu lain yang dari bulan ketujuh hamil saja ASI-nya sudah keluar,” sesalnya.
Saking sedihnya, ketika kali pertama Sienna menyusui menggunakan botol, air mata
Chacha tumpah. "Aku menangis. Sedih banget. Merasa bersalah enggak bisa kasih ASI
kepada Sienna," akunya.
Dari kasus diketahui bahwa Chacha merasa kaget, bingung, panik dalam mengurusi anak
pertamanya sehingga menyebabkan kelelahan dan kurang tidur. Chacha pada hari
pertama mengeluarkan ASI yang sedikit dan kemudian seminggu kemudian tidak dapat
mengeluarkan ASI. Karena tidak dapat mengeluarkan ASI, Chacha dianjurkan untuk SNS
(Supplemental Nursing System). Hal tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka.
Menurut tinjauan pustaka pada subbab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat faktor pencetus berkurangnya produksi ASI yaitu faktor fisik dan psikologis dari
ibu. Karena pengetahuan yang kurang mengenai menyusui dimana harus dilakukan
pengosongan ASI secara teratur (dengan menyusui 3 jam sekali), perawatan dan teknik
untuk meningkatkan ASI maka produksi ASI Chacha berkurang dan kemudian berhenti.
Selain itu fisik ibu yang menurun karena sering begadang / tidak bisa tidur dan asupan
nutrisi yang kurang berpengaruh pada produksi ASI. Dari segi psikologi, Chacha juga
cemas dan tidak tenang dalam merawat dan menyusui bayinya, hal tersebut juga
berpengaruh pada produksi ASInya. Pada kasus Chacha diberikan penatalaksanaan SNS,
hal itu berguna untuk meningkatkan reflek pengeluaran ASI. Dari pembahasan
sebelumnya, Chacha dapat dianjurkan untuk mencukupi asupan nutrisi, istirahat yang
cukup dan melakukan teknik memompa ASI seperti penjelasan sebelumnya. Jika setelah
melakukan anjuran tersebut, Chacha belum memproduksi ASI atau belum maksimal
maka dapat dilakukan medikamentosa. Setelah dapat memproduksi ASI, tetap lakukan
kegiatan menyusui 3 jam sekali agar regulasi ASI dapat berjalan dengan baik dan tetap
menjaga kesehatan dan nutrisi si ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ASI adalah suatu cairan putih berupa emulsi lemak cair yang dikeluarkan oleh kelenjar
mammae wanita yang berguna dalam mencukupi kebutuhan asupan makanan bayi. Di
dalam ASI terkandung nutrisi, hormone, antibodi, anti alergi, dan juga anti inflamasi
yang bermanfaat bagi bayi. Regulasi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin.
Terdapat faktor dari anak dan ibu yang berpengaruh dalam produksi ASI. Dimana lebih
ditekankan dan dapat ditangani faktor dari ibu yaitu faktor fisik, psikologi, dan frekuensi.
Terdapat tiga cara dalam meningkatkan produksi ASI yaitu dengan memompa dengan
alat, memompa dengan tangan, dan medikamentosa. Selain itu, mengeluarkan ASI sampai
kosong atau menyusui secara teratur dapat memperlancar produksi ASI.
3.2 Saran
Pada ibu yang mengalami masalah kurang produksi ASI, diharapkan harus memikirkan
faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi ASI. Dimana, ibu yang menyusui harus
menjaga kesehatan fisik (dengan makan dan istirahat teratur) dan kesehatan psikologi
(tidak stress). Jika setelah melakukan hal tersebut tetap tidak mengeluarkan produksi ASI,
maka dapat dilakukan pemompaan payudara dengan tangan, alat, maupun menggunakaan
obat-obatan.