Stenosis Mitral (TR)
-
Upload
deeny-pukid -
Category
Documents
-
view
19 -
download
4
Transcript of Stenosis Mitral (TR)
I. PENDAHULUAN
Stenosis Mitral merupakan kasus yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari
terutama di luar Negeri . Sebagaiman diketahui Stenosis Mitral paling sering disebabkan
oleh penyakit jantung reumatik yang menggambarkan tingkat social ekonomi yang
rendah, oleh karena itu d Negara maju seperti Amerika…………
II. DEFINISI
Stenosis Katup Mitral merupakan keadaan dimana terjadinya gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada level katup mitral. Kelainan
struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisisan ventrikel kiri pada saat diastol.
III. ETIOLOGI
Penyebab tesering adalah endokarditis reomatika, akibat reaksi yang progresif
dari demam reomatik oleh infeksi streptococus. Penyebab laiwalopun jarang dapat
juga stenosis mitral kongenital, deformitas parasut mitral, vegatasi sitemik lupus
erithematosus( SLE ), karsinosis sistemik, deposit amiloit, akibat obat
vemfluramins/phentermin, rhematoid atrhitis (RA ), serta klasifikasi anulus maupun
daun katup pada usia lanjut akibat prsoses degenaatif.
Beberapa keadaan juga dapet menimblkan obstruksi aliran darah keventrikel
kiri seperti chortritrium , miksomaatrium serta trombus sehingga menyerupai stenosis
mitral. Dari pasien dengan penyakit jantung katub ini 60%dengan riwayat demam
rheumatik, sisanya menyangkal. Selain daripada itu 50% pasien dengan karditis
rheomatik akut tidak berkanjut sebagai pnyakit jantung katub secara
klinik(rahimtoola).
IV. PATOLOGI
Pada stenosis mitral akibat demam rheomatic akan terjadiproses pradangan
( vasvuitis ) dan pembentukan nodul tipis disepanjag garis penutupan
katub.proses ini akan menimbulakan fibrosis dan penebalan daun katub,
kalsifikasi,fusi komisura, fusi serta pemendekan korda atau kombinasi dari
proses tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan distorsi dari aparatus mitral
yang normal, mengecilnya area katubmitral menjadi seperti bentuk mulut ikan
atau lubang kancing.
Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari orifisium
primer sedangkan fusi korda menakibatkan penyempitan dari orifisium
sekunder. Pada endokarditis rhomatika daun katub dan korda akan mengalami
sikatrik dan kontrakatur bersamaan dengan pemendekan korda. Sehingga
menimbulkan penarikan daun katub menjadi bentuk funel shaped. Kalsiikasi
biasanya terjadi pada usia lanjut dan biasanya lebih seing pada perempuan
dibandingkn perempuan serta lebih sering pada keadaan gagal ginjal kronik.
Apakah proses degeneratif tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi
masih perluevaluasi lebih jauh,tetapi biasanya ringan proses perubahan
patologi sampai terjadinya gejala klinis( perioden laten ) biasanya memakan
waktu bertahun-tahun ( 10-20 tahun).
V. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal area katub mitral mempunya ukuran 4-6 cm2 .
bila area orifisium katub iniberkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan
upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar
aliran transmitrla yang normal tetaptejadi. Stenosis mitral kritis terjadi
bila pembukaan katub berkurang hingga menjadi 1 cm2. Pada tahap ini,
dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan ardiac output yang normal ( swain, 2005).
Gradien transmitral merupakn Hall mark stenosis mitral selain
luasnya areal katub mitral,walopun rahimtoola berpendpat bahwa
gradiem dapat terjadi akibat aliaran besar melalui katub normal, atau
aliran noral melalui katub sempit. Sebagai akibatnya tekaan atrium kiri
akan diteruskan ke ventrikel. Pulmonalis dan setereusnya
mengakibatkan kongesti paru serta keluhan sesak ( exertional
dyspenia).
Derajat berat ringanya stenosi mitral, selain berdasarkan
gradien trnasmitral, dapat juga ditentukan luasnya areal katub mitral,
serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katub aorta
dan kejadian opening snap. Berdasarkan lasanya area katub mitral,
derajatstenosis mitralsebagai berikut :
1. Minimal : bila areal 2,5 cm2
2. Ringan : bila areal 1.4 – 2.5cm2
3. Sedang : bila area 1-1.4 cm2
4. Berat : bila area < dari 1,1.0 cm2
5. Reaktif : bila area kurang dari 1.0 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katub mitral menurun
sampai seperdua normal ( kurang 2 – 2.5 cm2 ). Hubungan antara gradien dan luasnya area
katup serta waktu pembukaan katup
Derajat Stenosis A2-OS Interval Area Gradien
Ringan >110 mscc >1,5 cm2 <5 mmHg
Sedang 80-110 msec >1 dan <1,5 cm2 5-10 mmHg
Berat <80 msec <1cm2 >10 mmHg
A2-OS : Waktu antara penutupan katup aorta dan pembukaan katup mitral
VI. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhanutama
berupa sesak napas dan dapat juga berupafatigue. Pada stenosis mitralyang bermakna dapat
mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismalnokturnal dispnea, ortopnea atau
oedema paru.
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang seringterjadi
pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebihlanjut atau distensi
atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atriumkiri, dan hal ini tidak berhubungan
dengan derajat stenosis.
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral sepertitromboemboli, infektif
endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibatbesarnya atrium kiri seperti disfagia dan
suara serak
7. DIAGNOSIS
Diagnosis dari mitral stenosis ditegakkan dari riwayat penyakit,pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks,elektrokardiografi (EKG) atau
ekokardiografi.
Dari riwayat penyakitbiasanya didapatkan adanya:
Riwayat demam rematik sebelumnya, walaupun sebagian besar penderita
Menyangkalnya
Dyspneu d’effort
Paroksismal nokturnal dispnea
Aktifitas yang memicu kelelahan.
Hemoptisis.
Nyeri dada.
Palpitasi.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Sianosis perifer dan wajah.
Opening snap.
Diastolic rumble.
Distensi vena jugularis.
Respiratory distress.
Digital clubbing.
Systemic embolization.
Tanda-tanda kegagalan jantung kanan seperti asites, hepatomegali dan oedem
perifer.
Dari pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri sertapembesaran
arteri pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tandabendungan pada lapangan
paru.Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral berupatakik pada
gelombang P dengan gambaran QRS kompleks yang normal. Padatahap lebih lanjut dapat
terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser ke kanandan kemudian akan terlihat gambaran
RS pada hantaran prekordial kanan.
Dari pemeriksaan ekokardiografi akan memperlihatkan:2
E-Fslope mengecil dari anterior leaflets katup mitral, dengan menghilangnya
gelombang a,
Berkurangnya permukaan katup mitral,
Berubahnya pergerakan katup posterior
Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.
8. PENATALAKSANAAN
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatanhanya
bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung,atau pencegahan
terhadap infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotikgolongan penisilin, eritromisin,
sefalosporin sering digunakan untuk demamrematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-
obatan inotropik negatif sepertiß- blockeratau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada
pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat
seperti pada latihan.
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yangbermakna
akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel sertafrekuensi ventrikel yang
cepat. Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakanindikasi, dapat dikombinasikan
dengan penyekat beta atau antagonis kalsium.Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan
pada stenosis mitral denganfibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan
pembentukan trombusuntuk mencegah fenomena tromboemboli.
Valvotomi mitral perkutan dengan balon, pertama kali diperkenalkan olehInoue pada
tahun 1984 dan pada tahun 1994 diterima sebagai prosedur klinik.Mulanya dilakukan dengan
dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangandalam teknik pembuatan balon,
prosedur valvotomi cukup memuaskan denganprosedur satu balon. Intervensi bedah, reparasi
atau ganti katup (komisurotomi) pertama kalidiajukan oleh Brunton pada tahun 1902 dan
berhasil pertama kali pada tahun1920. Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara
terbuka karenaadanya mesin jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat jelas antara
pemisahankomisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat
dilakukandengan lebih baik. Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil apakah
itureparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa.
Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut:2
Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan keluhan,
Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,
Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
Usia tua dengan fibrilasi atrium,
Pernah mengalami emboli sistemik,
Pembesaran yang nyata dariappendage atrium kiri.
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:2
Closed mitral commissurotomy, yaitu pada pasien tanpa komplikasi,
Open commissurotomy (open mitral valvotomy), dipilih apabila ingin dilihat
dengan jelas keadaan katup mitral dan apabila diduga adanya trombus di
dalam atrium,
Mitral valve replacement, biasa dilakukan apabila stenosis mitral disertai
regurgitasi dan kalsifikasi katup mitral yang jelas.
Sesuai dengan petunjuk dari American Collage of Cardiology/American
Heart Association (ACC/AHA) dipakai klasifikasi indikasi diagnosis prosedur
terapi sebagai berikut:1
Klas I: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur atau
pengobatan itu bermanfaat dan efektif,
Klas II: keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat tentang manfaat atau efikasi
dari suatu prosedur atau pengobatan,
II.a. Bukti atau pendapat lebih ke arah bermanfaat atau efektif,
II.b. Kurang/tidak terdapatnya bukti atau pendapat adanya menfaat
atau efikasi.
Klas III: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur atau
pengobatan itu tidak bermanfaat bahkan pada beberapa kasus berbahaya.
9. Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angkaharapan hidup
10 tahun) dibandingkan pada kelompok irama sinus (46% angkaharapan hidup 10 tahun). Hal
ini dikarenakan angka resiko terjadinya emboliarterial secara bermakna meningkat pada
atrium fibrilasi.
10. KESIMPULAN
Stenosis mitral merupakan gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral
karena terjadinya penyempitan katup mitral, penyebab yang biasa terjadi akibat demam
reumatik secara progresif oleh infeksi sterptokokus dll. Biasanya juga pasien seperti ini
keluhan utama berupa sesak nafas, dapat juga fatigue