stela penyerapan arsen oleh tanaman0

29
PENYERAPAN ARSEN OLEH TUMBUHAN Disbatraksikan oleh Smno.jursntnhfpub.2014

Transcript of stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Page 1: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

PENYERAPAN ARSENOLEH

TUMBUHAN

Disbatraksikan olehSmno.jursntnhfpub.2014

Page 2: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Arsenik dapat terjadi sebagai unsur semi-logam (Aso), arsenat (AS5+), arsenit (As3+), atau arsine (As3-). Karakter kimiawi arsenik didominasi oleh fakta bahwa unsur ini bersifat labil, mudah berubah tingkat oksidasinya atau bentuk kimiawinya melalui reaksi kimia atau

reaksi biologis yang terjadi dalam lingkungan bebas. Oleh karena itu , selain keseimbangan kelarutannya yang mengendalikan

mobilitas arsenik, biasanya ia juga dikontrol oleh kondisi redoks, pH, aktivitas biologis, dan reaksi adsorpsi / desorpsi. Arsenik dalam air

tanah (groundwater) biasanya dari sumber geogenik, meskipun pencemaran arsenik antropogenik juga terjadi. Arsenik Geogenik

hampir secara eksklusif sebagai arsenit atau arsenat. Arsenik antropogenik mungkin memiliki berbagai macam bentuk termasuk spesies arsine organik. Air-tanah dalam batuan vulkanik masam hingga intermedier, atau dalam sedimen yang berasal dari batu-

batuan tersebut, seringkali memiliki konsentrasi arsenik melebihi 50 mg / L (baku mutu air minum ).

http://2the4.net/arsenicart.htm.

Page 3: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Struktur molekul arsenat berbeda dengan struktur molekul arsenit. Ikatan ganda oksigen pada molekul arsenat mempengaruhi

kemampuannya untuk mengalami ionisasi melalui hilangnya kation hidrogen, proses ini disebut disosiasi. Sebuah muatan negatif

muncul pada molekul ketika terjadi disosiasi ini. Oksigen ikatan rangkap meningkatkan kapasitas molekul untuk delokalisasi muatan,

memudahkan hilangnya kation hidrogen. Kecenderungan untuk ionisasi dinyatakan dengan nilai pKa , konstanta disosiasi (yang

merupakan log negatif , semakin kecil nilai ini berarti tingkat disosiasinya lebih besar).

http://2the4.net/arsenicart.htm.

Page 4: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Nilai pH pada saat terjadi signifikan berbeda-beda di antara arsenate dan arsenit (Robins, 1985; dan Welch, 1988). Kontrol potensial redoks (Eh) terhadap transisi arsenat / arsenit sangat besar. Hubungan Eh / pH ini adalah kunci dalam memahami mobilitas arsenik dalam air tanah dan efektivitas sistem pengolahan arsenik dalam air limbah.

1. Robins, R.G. 1985. The Aqueous Chemistry of Arsenic In Relation to Hydrometallurgical Processes, Impurtity Control and Disposal, In: Proceedingsof CIM Metallurgical Society, 15th Annual Hydrometallurgical Meeting, pp1-1 to 1-26.

2. Welch, A.A., M.S.Lico dan J.L. Hughes. 1988. Arsenic in Groundwater of the Western United States, Groundwater, Vol. 26, No.3,pp. 333-347, May-June 1988.

Page 5: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Imobilisasi arsenik melalui proses adsorpsi ion dapat dikendalikan di dalam kondisi oksidasi normal Eh / pH. Ikatan

Vander Waals sulit untuk diprediksi, kecuali untuk mobilitas arsenik pada kondisi Eh / pH ekstrim yang hanya dapat

diperoleh dalam tatanan sistem industri, tetapi tidak dalam air-tanah.

Komponen-komponen tanah yang berpartisipasi dalam reaksi-reaksi adsorptif adalah liat, bahan organik, oksida besi, oksida aluminium, dan oksida mangan. Pada tanah

lapisan atas biasanya peranan bahan organik lebih dominan, sedangkan pada tanah lapisan bawah biasanya

oxyhydroxides besi lebih dominan.

.

Page 6: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Superimposes hubungan Eh / pH untuk sistem arsenik dan besi menggambarkan kondisi dimana arsenik mengalami imobilisasi

dalam sistem akuatik. Hal yang penting adalah bagaimana arsenik dijerap oleh hidroksida ferri dalam sedimen dapat dilepaskan setelah terpapar sistem akuatik yang secara kimia bersifat reduksi. Dua efek

akan bekerja, yaitu arsenat direduksi menjadi arsenit yang secara ionik tidak akan terikat pada substrat geologi, dan ferri direduksi menjadi ferro, yang larut dalam kondisi pH normal. Di luar zone

imobilisasi, ternyata mobiliotas arsenik sangat beragamn. Ikatan Van der Waals bekerja pada molekul arsenit, tetapi tidak cukup untuk

dapat menjamin imobilisasinya.

.

Page 7: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Reaksi kimia arsenik dan spesiasinya sangat penting dalam lingkungan akuatik. Arsenik adalah metalloid yang terdaftar dalam kelompok VA dalam tabel periodik. Unsur ini ada di alam dalam keadaan oksidasi +5(arsenate),

+3 (arsenit), 0 (arsen) dan -3 (arsine). Dalam sistem akuatik, arsenik menunjukkan perilaku anionik. Dalam kasus air beroksigen, asam arsenik dominan hanya pada pH sangat rendah (< 2). Dalam rentang pH = 2 - 11,

arsenik berbentuk H2AsO4- dan HAsO4=. Dalam kondisi agak reduksi dan nilai-nilai pH rendah, asam arsenious dikonversi menjadi H2AsO3- dengan meningkatnya pH. Kalau pH melebihi 12 , HAsO3= tidak muncul (Smedley

dan Kinniburgh, 2002).

5]Smedley P. L. and Kinniburgh D. G. (2002) A review of the source, behaviour and distribution of arsenic in natural waters. Applied Geochemistry 17, 517-568.

.

Page 8: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Kehadiran sulfida dan dalam kondisi pH rendah, HAsS2 dapat terbentuk, turunan arsine dan logam arsenik juga dapat terjadi dpada kondisi reduksi yang ekstrim (Scow et al., 1981;. Rai et al., 1984.). Spesiasi arsenik terjadi

pada kondisi pH dan redoks yang beragam (Smedley dan Kinniburgh, 2002).Dalam berbagai kondisi lingkungan arsenik mudah berubah bentuk dan

valensinya. Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi valensi arsen dan spesiasinya : pH (dalam kisaran pH 4 -10), spesies As(V) bermuatan negatif dalam air, dan dominan spesies As(III) netral muatannya; potensial redoks;

kehadiran ion kompleks, seperti ion belerang, besi, dan kalsium; dan aktivitas mikroba (Vance, 2001).

Reaksi adsorpsi-desorpsi juga dapat mempengaruhi mobilitas arsenik dalam lingkungan. Geomaterials seperti liat, bahan organik tanah, dan oksida –

oksida besi, aluminium, dan mangan, merupakan komponen sedimen yang dapat berpartisipasi dalam reaksi adsorptif dengan arsenik (Vance, 2001).

1. 5]Smedley P. L. and Kinniburgh D. G. (2002) A review of the source, behaviour and distribution of arsenic in natural waters. Applied Geochemistry 17, 517-568.

2. [27]Scow, K., Byrne, M., Goyer, M., Nelken, L., Perwak, J., Wood, M. and Young, S., Final Draft Report to the US Environmental Protection Agency, EPA Contract 68-01-6160, Monitoring and Data Support, Office of Water Regulations and Standards, Washington, DC, 1981.

3. [28]Rai, D., Zachara, J., Schwabe, A., Schmidt, R., Girvin, D. and Rogers, J., Report, EA-3356 4. to EPRI by Pacific Northwest Laboratories, Battelle Institute, Richland, Wash, 1984. 5. [29]Vance, D.B. 2001. Arsenic - Chemical Behavior and Treatment”. October, 2001.

http://2the4.net/arsenicart.htm.

Page 9: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Arsenik tidak membentuk kompleks dengan anion sederhana seperti Cl- dan SO4= , karena ia membentuk anion dalam sistem larutan.

Perilaku arsenik anionik menyerupai perilaku ligan dalam air. Anion ini selanjutnya dapat membentuk ikatan dengan nitrogen, karbon

dan sulfur organik. As(III) ternyata dapat bereaksi dengan sulfur dan gugusan sulphydryl dalam molekul sistin, dithiols organik, protein,

dan enzim. Anion ini belum diketahui apakah dapat bereaksi dengan gugus amina atau dengan gugusan organik yang mengandung

nitrogen reduksi (Kumaresan dan Riyazuddin, 2001).

. [17] M. Kumaresan and P. Riyazuddin (2001).Overview of speciation chemistry of arsenic. Current Science, Vol. 80, No. 7, 10, 837-846.

Page 10: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Bentuk As(V) ternyata dapat bereaksi dengan amina (gugusan nitrogen reduksi, tetapi tidak dapat bereaksi dengan gugusan sulphydryl. Organo-arsenicals trivalen dan pentavalent dapat

dibentuk oleh karbon. Reaksi kompleksasi As(III) dan As(V) oleh bahan organik terlarut dalam lingkungan alami telah ditemukan dapat

mencegah sorpsi dan ko-presipitasi dengan padatan organik dan anorganik. Dengan demikian meningkatkan mobilitas arsenik dalam

sistem tanah dan sistem akuatik (Callahan, et al., 1979; Ferguson dan Davis, 1972).

Callahan, M. et al. 1972. Report, EPA-440/4-79-029a, EPA Contracts 68-01-3852 and 68-01-3867, Office of Water Planning and Standards, US Environmental Protection Agency, Washington, DC, 1979.

Ferguson, J. F. dan J.Davis. 1972. A review of the arsenic cycles in natural waters. J., Water Res., 6, 1259-1274.

Page 11: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Dataset termodinamika untuk spesies arsenik dalam sistem As-O-H-S-Fe-Ba dapat dihimpun dan disusun dari literatur. Dengan menggunakan dataset ini, dapat disusun diagram Eh-pH untuk sistem As-O-H, As-O-H-S, As-O-H-S-Fe, As-O-H-Ba, dan As-O-H-S-Fe-Ba, pada suhu 25°C dan tekanan 1 bar. Inklusi

spesies thioarsenite ke dalam sistem As-O-H-S dan As-O-H-S-Fe menghasilkan perbedaan besar diagram Eh-pH. Ada perbedaan yang cukup

besar dalam sifat termodinamika untuk orpiment, realgar, scorodite, arsenopirit, barium arsenate, dan barium hidrogen arsenate, yang

mengakibatkan bidang stabilitas sangat berbeda ketika diadopsi nilai yang berbeda.

Environmental Earth Sciences, April 2011, Volume 62, Issue 8, pp 1673-1683 Arsenic Eh–pH diagrams at 25°C and 1 bar

Peng Lu dan Chen Zhu. 2011..

Page 12: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Spesiasi arsenik mengontrol mobilitas dan toksisitasnya dalam sistem perairan alami. Dalam kebanyakan sistrem perairan alami, spesiasi arsen

didominasi oleh oksi-anion As(III) dan As(V) (Smedley dan Kinniburgh, 2002). Secara umum, adsorpsi As(V) oleh mineral oksida terjadi pada kondisi pH

rendah, sedangkan adsorpsi maksimum As(III) terjadi pada pH sekitar netral dan menurun dengan peningkatan atau penurunan pH (Raven et al., 1998;.

Arai et al. , 2001; Dixit dan Hering, 2003). Spesies As(III), dikenal lebih beracun daripada spesies As(V) bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu,

memahami spesiasi redoks arsen anorganik yang melibatkan spesies As(III) dan As(V) sangat penting.

. P.R. Raven, A. Jain, R.H. Loeppert. 1998. Arsenite and arsenate adsorption on ferrihydrite: Kinetics, equilibrium, and adsorption envelopes Environ. Sci. Technol., 32 (1998), pp. 344–349

Page 13: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Proses biotik dan abiotik dapat menyebabkan transformasi redoks spesies arsenik. Beberapa sistem enzimatik respirasi dan non-respirasi mikorbia

ternyata terlibat dalam oksidasi As(III) (Oremland dan Stolz, 2003). Dalam sistem alami, jalur oksidasi abiotik yang paling penting untuk As(III) adalah

dengan mineral yang mengandung Mn(III) dan Mn(IV) (Oscarson et al., 1981a; Oscarson et al., 1981b; Brannon dan Patrick, 1987 ). Penelitian

eksperimental dengan menggunakan oksida mangan sintetis dan biogenik menunjukkan bahwa padatan ini secara efektif dapat mengoksidasi As(III),

meskipun pada tingkat yang berbeda-beda (Chui dan Hering, 2000;. Tournassat et al., 2002;. Tani et al., 2004). Tournassat et al. (2002)

menjelaskan perbedaan tingkat oksidasi As(III) ada kaitannya dengan tingkat kristalinitas dan struktur mineral mangan.

. D.W. Oscarson, P.M. Huang, W.K. LiawRole of manganese in the oxidation of arsenite by freshwater lake sediments Clay Clay Miner., 29 (1981), pp. 219–225.V.Q. Chui, J.G. HeringArsenic adsorption and oxidation at manganite surface. 1. Method for simultaneous determination of adsorbed and dissolved arsenic speciesEnviron. Sci. Technol., 34 (2000), pp. 2029–2034.

Page 14: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Beberapa spesies pakis dapat melakukan hiper-akumulasi arsenik, namun demikian mekanismenya belum sepenuhnya dapat dipahami. Caille, Zhao

dan McGrath (2005) menyelidiki peranan penyerapan As oleh akar, translokasinya dalam tubuh tanaman dan toleransi di As, dengan jalan

membandingkan tanaman hiperakumulator Pteris vittata dengan tanaman non-hoperaccumulator Pteris tremula. Kedua spesies ini ditanam dalam

percobaan pot dengan penambahan 0-500 mg / kg As sebagai arsenate, dan dalam percobaan serapan jangka pendek (8 jam) dengan 5 microM arsenat

dalam kondisi yang cukup fosfor. Dalam percobaan pot ini , P. vittata mengakumulasikan hingga 2500 berat mg / kg As bobot kering kering dan

tidak mengalami fitotoksisitas As. Tanaman P. tremula mengaakumulasikan < 100 mg / kg As bobot kering

daunnya dan mengalami fitotoksisitas parah dengan penambahan > atau = 25 mg / kg As. Dalam percobaan serapan As jangka pendek, P. vittata

memiliki tingkat penyerapan arsenat 2,2 kali lipat lebih tinggi daripada P. tremula, dan mendistribusikan As lebih banyak ke dalamnya (76%) dibandingkan dnegan P. tremula (hanya 9%). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa peningkatan serapan As oleh akar, efisien translokasi As dari akar ke daun, dan tingginya toleransi As melalui detoksifikasi internal

tanaman, semuanya berkontribusi terhadap hiperaccumulasi As oleh tanaman P. vittata (Caille, Zhao dan McGrath, 2005).

. Caille, N., F.J.Zhao dan S.P. McGrath. 2005. Comparison of root absorption, translocation and tolerance of arsenic in the hyperaccumulator Pteris vittata and the nonhyperaccumulator Pteris

tremula. New Phytol., 165(3): 755-61.

Page 15: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Arsen (As) merupakan racun bagi tanaman dan hewan. Sanal, Seren dan Güner (2014) menguji efek arsenit dan arsenat (0-16 mg / L) terhadap

perkecambahan biji, panjang akar dan panjang tunas (batang dan daun), aktivitas α-amilase, gula reduksi dan total protein terlarut, dan kandungan

malondialdehide dalam bibit tanaman barley. Dalam penelitian ini juga juga diukur akumulasi As dalam batang dan akar tanaman barley. Aktivitas α-

amilase, panjang akar dan tunas, dan perkecambahan biji menurun dengan meningkatnya konsentrasi arsenat dan arsenit. Kandungan gula reduksi

dalam bibit barley meningkat setelah empat hari pertumbuhan pada media yang mengandung As. Secara umum, kandungan protein dalam akar dan

bibit menurun dengan peningkatan dosis As. Arsenik dalam jaringan dihitung dengan metode spektrofotometri serapan atom generasi hidrida. Untuk mengkonfirmasi keakuratan metode ini, para peneliti juga menganalisis

bahan referensi bersertifikat WEPAL-IPE-168. Batas deteksi adalah 1,2 μ.g / L dan standar deviasi relatifnya sebesar <2,0% (Sanal, Seren dan Güner ,

2014) .

. Sanal, F., G.Seren dan U.Güner . 2014. Effects of arsenate and arsenite on germination and some physiological attributes of barley Hordeum vulgare L. Bull Environ Contam Toxicol., 92(4): 483-489.

Page 16: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Peningkatan konsentrasi arsen (As) dalam tanaman padi dan larutan tanah sebagai akibat dari dari perubahan kondisi redoks tanah, ternyata dipengaruhi oleh praktek manajemen air selama budidaya padi. Perubahan kondisi redoks dari zone rizosfir hingga matriks tanah juga mempengaruhi spesiasi As dan deposisi plak-Fe. Dalam

rangka untuk fokus pada lingkungan rhizosfer, Yamaguchi, et al. (2014) mengamati distribusi zone mikro dan spesiasi As di sekitar rizosfer padi dengan Metode pemetaan

X-ray fluorescence dan spektroskopi serapan sinar-X. Ketika matriks tanah bersifat anaerobik selama pertumbuhan tanaman padi, plak-Fe tidak menutupi seluruh

permukaan akar, dan As(III) menjadi spesies dominan arsenik dalam matriks tanah dan di zone rizosfer. Pengeringan tanah sawah sebelum panen menyebabkan kondisi tanah berubah menjadi aerobik. Oksidasi As (III) menjadi As (V) terjadi lebih cepat dalam plak-

Fe dibandingkan dnegan di dalam matriks tanah. Arsenik “diikat” menjadi bercak-bercak besi yang berasal dari plak-Fe di sekitar akar. Rasio As(V) dengan As(III)

menurun ke arah bagian luar-tepi bawah permukaan becak Fe dimana matriks tanah tidak sepenuhnya diaerasikan. Hasil penelitian ini memberikan bukti langsung bahwa

spesiasi As di sekitar akar tanaman padi tergantung pada variasi redoks secara spasial dan temporal di dalam matriks tanah (Yamaguchi, et al., 2014) .

Yamaguchi, N., T.Ohkura , Y.Takahashi , Y.Maejima dan T.Arao. 2014. Arsenic distribution and speciation near rice roots influenced by iron plaques and redox conditions of the soil matrix. Environ.

Sci. Technol., 48(3): 1549-1556.

Page 17: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Informasi saintifik tentang hubungan interaktif antara penyerapan dan transformasi arsen anorganik (As) dan dua spesies selenium anorganik (Se)

dalam spesies padi pada kondisi hidroponik masih snagat terbatas. Efek Interaktif anorganik As (As (III)) dan (As (V)) dan Se (Se (IV) dan Se (VI))

spesies terhadap serapannya, akumulasinya, translokasinya dalam tanaman padi (Oryza sativa L.) diselidiki dalam sistem hidroponik (Hu et al., 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan efek interaktif As anorganik dan Se terhadap serapannya oleh tanaman padi. Kehadiran Se mengurangi jumlah spesies As datam tbatang bibit padi, tidak tergantung pada spesies Se. Jika

Se hadir sebagai Se (IV), maka itu disertai dengan peningkatan jumlah spesies As, tetapi jika Se hadir sebagai Se (VI), maka tidak ada perubahan

jumlah spesies As dalam akar tanaman padi. Efek ini terjadi terjadi pada semua spesies As. Kalau tanaman padi yang terpapar Se (IV), kehadiran As

meningkatkan jumlah spesies Se dalam akar, dan mengurangi jumlah spesies Se dalam batang padi. Efek ini menjadi lebih parah pada As (III)

dibandingkan dengan As (V). Tidak ada efek terhadap Se selama paparan Se (VI). Co-eksistensi As juga meningkat SeMet dalam akar tanaman padi (Hu et

al., 2014). .

Hu, Y., G.L.Duan, Y.Z.Huang , Y.X.Liu dan G.X.Sun . 2014. Interactive effects of different inorganic As and Se species on their uptake and translocation by rice (Oryza sativa L.) seedlings. Environ. Sci.

Pollut. Res. Int., 21(5): 3955-3962..

Page 18: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Pencemaran arsenik yang serius dapat mengancam kesehatan manusia dan keamanan lingkungan, hal ini menjadi isu lingkungan yang sangat menonjol

untuk segera dipecahkan di seluruh dunia. Dalam lingkungan alam dan sistem tanah, arsen ada dalam bentuk yang rumit, tetapi keracunan arsenik tanaman terutama terjadi akibat paparan dari As (V) dan As (III) (Liu et al.,

2012). As(V) dapat diserap oleh akar tanaman melalui saluran Pi, dan dengan cepat mereduksi As(V) menjadi As (III) oleh ensim reduktase

arsenat. As (III) dapat diangkut ke dalam tanaman melalui saluran NIP, dan selanjutnya diubah menjadi arsenik-metilasi oleh sensim arsenik

methyltransferase atau membentuk khelate dengan thiol GSH dan PC. Senyawa arsenik ini dapat disimpan dalam vakuola sel akar atau diangkut ke

bagian tanaman di atas tanah. Sementara itu, sebagian dari arsenik yang diserap ini dapat dibuang ke media eksternal. Semua ini dapat membantu proses detoksifikasi arsenik dalam tubuh tanaman. Liu et al. (2012) juga

menganalisis hasil-haisl penelitian terbaru ketahanan tanaman terhadfap As, terutama tanaman padi, dengan fokus pada mekanisme penyerapan As (V)

dan As (III), serta ekskresi, As (V) reduksi, dan As (II) metilasi dan pembentukan khelat.

Liu ,Y.L., Y.Xu, D. Ke-Bing dan B.K.Tu . 2012. Absorption and metabolism mechanisms of inorganic arsenic in plants: a review. Ying Yong Sheng Tai Xue Bao,

23(3): 842-848..

Page 19: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Ketersediaan dan mobilitas arsen (As) dalam tanah tergantung pada beberapa faktor seperti pH, kandungan bahan organik, spesiasi As,

konsentrasi oksida dan mineral liat. Tanaman memodifikasi ketersediaan As dalam zone rhizosfer; sehingga proses-proses biogeokimia As dalam tanah yang vegetasi dan tanah yang tidak bervegetasi sangat berbeda. Michel, et

al. (2012) mempelajari spesiasi As dalam rizosfer tanaman mesquite (Prosopis juliflora-velutina) yang ditanam dalam media tanah lempung liat

berpasir yang diperlakukan dnegan As (III) dan As (V) pada dosis 40 mg /kg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa As (V) menjadi spesies dominan

dalam tanah (rhizosfer dan non-vegetasi), sedangkan As (III) menjadi bentuk dominan dalam jaringan akar tanaman yang diperlakukan dengan dari kedua As (V) dan As (III) tanaman diobati. Hasil pengukuran dnegan metode irisan

tipis μXAS dan μXRF dari tanah yang dicelup resin mengungkapkan bahwa interaksi As (III)-S ada dalam jaringan akar dan dominasi interaksi As-Fe dalam tanah. Kombinasi Metode XAS dan teknik μXAS ternyata menjadi teknik analisis yang sangat bagus untuk studi spesiasi As dalam sampel

tanah dan tanaman (Michel, et al., 2012) .

Michel, C.H., J.A.H.Viezcas, A. Servin , J.R.P.Videa , dan J.L.G.Torresdey. 2012. Arsenic localization and speciation in the root-soil interface of the desert plant Prosopis juliflora-velutina. . Appl. Spectrosc.,

66(6): 719-727.

Page 20: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Gonzaga et al. (2012) menggunakan ekstraksi kimia untuk mengevaluasi ketersediaan arsenik tanaman dalam tanah yang terkontaminasi As untuk

memperkirakan kerangka waktu untuk pembersihan situs selama fitoremediasi. Dalam studi ini, empat metode konvensional ekstraksi kimia (air, amonium sulfat, amonium fosfat, dan Mehlich III) dan metode berbasis

eksudat akar digunakan untuk mengevaluasi daya ekstraks As dan mengkorelasikannya dengan akumulasi As dalam tanaman P. vittata yang

ditanam pada lima tanah yang terkontaminasi As dalam kondisi rumah kaca. Hubungan antara sifat-sifat tanah, dan ekstraks As dan akumulasi As dalam

tanaman juga dianalisis. Esktraks Arsenik adalah 4,6%, 7,0%, 18%, 21%, dan 46% untuk metode ekstraksi air, amonium sulfat, asam organik, amonium

fosfat, dan Mehlich III. Larutan eksudat Akar (asam organik) cocok untuk menilai ketersediaan As (81%) dalam tanah, sedangkan ekstraksi Mehlich III

(31%) over-estimate jumlah As yang diserap oleh tanaman. Konsentrasi bahan organik tanah, P dan Mg berkorelasi positif dengan akumulasi As oleh

tanaman , sedangkan konsentrasi Ca berkorelasi negatif (Gonzaga et al., 2012) .

Gonzaga, M.I., L.Q.Ma, E.P.Pacheco dan W.M.dos Santos. 2012. Predicting arsenic bioavailability to hyperaccumulator Pteris vittata in arsenic-contaminated soils. Int. J. Phytoremediation, 14(10): 939-

949..

Page 21: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Akumulasi arsen (As) dalam jaringan tanaman merupakan risiko kesehatan bagi manusia, tetapi masih ada banyak hal yang harus dipelajari mengenai spesiasi As dalam tanaman. Kopittke et al. (2014) mempelajari spesiasi As

in-situ dalam akar tanaman gandum (Triticum aestivum) dan padi (Oryza sativa) yang terpapar dengan 2 μM As (V) atau As (III). Kalau tanaman

terpapar dengan As (V), As dengan cepat direduksi menjadi As (III) dalam akar, dan As (V) yang dihitung hanya yang ada dalam rhizodermis. Namun demikian, tidak ada As (III) yang tidak membentuk kompleks dalam jaringan

akar, karena tingginya efisiensi pembentukan kompleks As (III)-thiol , spesies As ini dihitung untuk menganalisis semua As dalam korteks dan stele.

Pengamatan bahwa bentuk As (III) yang tidak kompleks berada di bawah batas deteksi di semua jaringan akar membuktikan bahwa pengangkutan As ke batang relatif rendah, karena bentuk As(III) bukan-kompleks merupakan

spesies As yang diangkut dalam xilem dan floem.

. Kopittke , P.M., M.D.de Jonge, P.Wang , B.A.McKenna , E.Lombi , D.J.Paterson, D.L.Howard , S.A.James , K.M.Spiers , C.G.Ryan, A.A.Johnson dan N.W.Menzies . 2014. Laterally resolved

speciation of arsenic in roots of wheat and rice using fluorescence-XANES imaging. New Phytol., 201(4): 1251-1262.

Page 22: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Toksisitas arsen (As) di lingkungan dikendalikan oleh konsentrasi As, ketersediaannya dan spesiasi As. Bergqvist et al. (2014) melakukan

penelitian untuk mengevaluasi akumulasi dan spesiasi As dalam tanaman wortel, selada dan bayam yang dibudidayakan dalam tanah dengan berbagai

konsentrasi As; dan untuk memperkirakan risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi hasil sayuran. Konsentrasi arsenik dan spesiasi dalam jaringan tanaman dan tanah dianalisis dengan Metode HPLC, AAS dan

spektroskopi XANES. Untuk memperkirakan pengaruh di rhizosfer tanaman, dilakukan analisis asam organik dalam eksudat akar dengan metode

kromatografi ion. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akumulasi As lebih tinggi pada tanaman yang ditanam pada tanah-tanah dengan ekstraks As yang tinggi. Arsenat merupakan spesies dominan dalam di tanah, rizosfer dan eksudat akar selada. Asam suksinat merupakan asam organik utama

dalam eksudat akar selada. Memakan bahan sayuran ini dapat menyebabkan peningkatan asupan As anorganik.

Bergqvist, C., R.Herbert, I.Persson dan M.Greger. 2014. Plants influence on arsenic availability and speciation in the rhizosphere, roots and shoots of three different vegetables. Environ. Pollut., 184(Oct.):

540-546..

Page 23: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Roxarsone adalah aditif pakan organoarsenic yang dapat dimetabolisme menjadi bentuk arsenik yang lebih beracun dalam kotoran hewan, seperti arsenate, arsenit, asam

monomethylarsonic, asam dimethylarsinic, asam amino-3-4-hydroxyphenylarsonic dan spesies As yang tidak dikenal lainnya. Huang et al. (2013) mempelajari akumulasi, transportasi dan distribusi spesies As dalam tanaman lobak (Brassica rapa L.) dan

selada (Lactuca sativa L.) yang diperlakukan dengan roxarsone dan metabolitnya dalam kotoran ayam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arsenit menjadi bentuk As yang dominan, diikuti oleh arsenat pada tanaman lobak dan selada, dan kandungan asam

dimethylarsinic yang rendah terdeteksi hanya dalam akar tanaman selada. Kalau dibandingkan dengan tanaman kontrol yang diperlakukan dnegan kotoran ayam tanpa

roxarsone dan metabolitnya, ternyata perlakuan yang mengandung roxarsone dan metabolitnya dapat meningkatkan kandungan arsenit sebesar 2,0-3,2% pada tunas lobak, sebesar 6,6-6,7% pada tunas selada, sebesar 11-44% pada umbi lobak dan

sebesar 18-20% pada akar selada pada dua fase pertumbuhan tanaman. Peningkatan kandungan arsenat dalam tunas lobak, umbi lobak dan akar selada sebesar 4,3-14%, 20-35% dan 70%, sedangkan kandungan asam dimethylarsinic

dalam akar tanaman selada meningkat 2,4 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asam dimethylarsinic dalam akar selada dapat dikonversi dari spesies As anorganik , dan penyerapan spesies As organik dan As anorganik oleh tanaman lobak dan selada ditingkatkan oleh adanya roxarsone dan metabolitnya dalam kotoran ayam (Huang et

al., 2013) .

Huang, L.X., L.X.Yao , Z.H.He , C.M.Zhou , G.L.Li , B.M.Yang dan Y.F.Li . 2013. Uptake of arsenic species by turnip (Brassica rapa L.) and lettuce (Lactuca sativa L.) treated with roxarsone and its

metabolites in chicken manure. Food Addit. Contam. Part A Chem. Anal. Control Expo Risk Assess., 30(9): 1546-1555..

Page 24: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Drličková et al. (2013) membandingkan pertumbuhan jagung (Zea mays L.), hybrida Valentina, dalam dua jenis substrat tanah yang terkontaminasi As (Ochre dan Heap)

dengan konsentrasi berbeda , yang berasal dari daerah pertambangan tua di Slovakia. Meskipun konsentrasi total As dalam tanah dari Heap 2,6 kali lebih rendah daripada

tanah dari Ochre (90 dan 237 mg / kg), tanaman yang ditanam pada tanah Heap mengakumulasikan lebih banyak As dalam jaringan tubuhnya (dalam tunas dan akarnya ternyata konsentrasi As menjadi 4 dan 5,5 kali lebih tinggi) ; dan tanaman jagung nyata

lebih kecil dan menghasilkan biomassa lebih sedikit , berbunga lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada tanah dari Ochre.

Drličková, G., M.Vaculík , P.Matejkovič dan A.Lux. 2013. Bioavailability and toxicity of arsenic in maize (Zea mays L.) grown in contaminated soils. Bull. Environ. Contam. Toxicol., 91(2): 235-

239..

Page 25: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Larios et al. (2012) meneliti akumulasi arsenik dan spesiasi As dalam tanaman yang ditanam pada dua lokasi tercemar, selain itu juga dianalisis transfer arsenik dari tanah ke tanaman. Daerah yang diteliti adalah dua lokasi bekas tambang merkuri yang telah

ditinggalkan di utara Spanyol, La Soterraña dan Los Rueldos. Tanaman mengakumulasikan sejumlah besar arsenik dalam jaringan tubuhnya. Tingkat akumulasi

As ini tergantung pada tingkat pencemaran situs dan pada spesies tanaman. Konsentrasi arsenik bervariasi tergantung pada bagian tanaman, ternyata akar

mengumpulkan paling banyak arsenik dalam semua tanaman yang diteliti (sampai 1400 mg /kg). Metode ekstraksi yang cocok untuk spesiasi arsenik dalam sampel yang diteliti

adalah menggunakan 0.3M asam ortofosfat sebagai agen ekstraksi dalam sistem ekstraksi grafit blok pada 90 oC selama 1 jam. Efisiensi ekstraksi ternyata lebih dari

80% dan spesiasi tidak berubah, karena recovery spesies arsenik (As (III), As (V), DMA (asam dimethylarsonic) dan MMA (asam monomethylarsonic)) sebesar 94 -102%. Studi spesiasi yang dilakukan pada bagian-bagian tanaman dengan metode HPLC-ICP-MS menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal spesiasi As di

antara bagian-bagian tubuh tanaman. Spesies As (V) selalu dominan, meskipun ditemukan sejumlah As (III) yang cukup besar dalam semua sampel. Sejumlah kecil

MMA dan DMA ditemukan pada sampel tertentu. Serapan Arsenik oleh tanaman tergantung pada fraksi arsenik tersedia dalam tanah, dalam penelitian ini adalah As ekstraks air dan As ekstrak fosfat. Tanah-tanah dari La Soterraña kurang tercemar, tetapi ketersediaannya As jauh lebih tinggi daripada tanah-tanah dari Los Rueldos. Faktor transfer As tanah-ke-tanaman, berdasarkan As-total dan As-tersedia dalam tanah, dievaluasi untuk tanaman uji. Jenis tanaman Dryopteris filix dan Calluna

vulgaris (L.) Hull, dari La Soterraña dan Los Rueldos, adalah jenis-jenis tanaman yang berkemampuan tertinggi untuk mengekstrak arsenik dari tanah tempat tumbuhnya.

Larios, R., R.Fernández-Martínez, I.Lehecho dan I.Rucandio. 2012. A methodological approach to evaluate arsenic speciation and bioaccumulation in different plant species from two highly polluted

mining areas. Sci .Total Environ., 414(Dec.):600-607..

Page 26: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Respon fisiologis tanaman hiperakumulator arsenik, Pteris vittata, seperti serapan arsenik dan transformasi kimiawinya dalam pakis ternyata sangat penting. Namun demikian, beberapa pertanyaan dalam maitannya dengan

perlakuan arsenik dalam sistem hidroponik masih harus dikaji terus. Kondisi inkubasi seperti aerasi, konsentrasi arsenik, dan masa inkubasi dapat

mempengaruhi respon-respon tanaman P. vittata dalam sistem hidroponik. Serapan arsenit relatif rendah dalam kondisi anaerob, aamun, dalam

percobaan serapan arsenit, serapan fosfor (Pserapan tergantung tingkat “kelaparan” arsenat pada kondisi aerobik. Analisis temporer oksidasi arsenit

menunjukkan bahwa arsenit secara bertahap teroksidasi menjadi arsenat selama inkubasi (Hatayama et al., 2011). Oksidasi arsenit tidak terjadi dalam salah satu kondisi kontrol, seperti perlakuan yang terpapar larutan hara saya

atau media kultur saja, atau dengan menggunakan akar kering; oksidasi arsenit hanya terjadi kalau digunakan akar hidup. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa aerasi yang cukup memungkinkan sistem rizosfer untuk mengoksidasi arsenit dan memungkinkan tanaman pakis untuk secara sama efisiennya menyerap arsenit dan arsenat. Metode analisis serapan sinar-X

(XANES) menunjukkan bahwa durasi paparan As yang panjang dengan menggunakan sistem hidroponik menyebabkan akumulasi arsenat sebagai

spesies dominan di ujung akar, tetapi tidak pada kesleuruhan akar yang utuh, hal ini karena adanya regulasi serapan arsenat serapan akibat kekurangan P

tanaman pakis. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa proses penyerapan beralih dari sistem transportasi afinitas tinggi menjadi sistem afinitas rendah

pada konsentrasi arsenate yang tinggi, hal ini menjelaskan adanya peningkatan kelimpahan arsenat di seluruh akar (Hatayama et al., 2011).

Hatayama, M., T.Sato , K.Shinoda dan C.Inoue. 2011. Effects of cultivation conditions on the uptake of arsenite and arsenic chemical species accumulated by Pteris vittata in hydroponics. J. Biosci. Bioeng.,

111(3): 326-332..

Page 27: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Pada beberapa spesies tanaman, berbagai spesies arsen (As) telah dilaporkan diekskresikan dari akar. Namun demikian, rincian dari ekskresi As oleh tanaman pakis

hiperakumulator (Pteris vittata) belum diketahui.Huang, Hatayama dan Inoue (2011) menyelidiki ekskresi As oleh akar tanaman yang

diperlakukan dnegan berbagai dosis fosfor (P) selama atau setelah penyerapan arsenat 24 jam pada kondisi pertumbuhan hidroponik. Selama percobaan serapan arsenate 8 jam, tanaman P. vittata yang diberi fosfat menunjukkan ekskresi arsenit jauh lebih

besar daripada serapan arsenat nya, kalau dibandingkan dengan tanaman yang kekurangan P. Hal ini menunjukkan bahwa ekskresi arsenit tidak sebanding dengan serapan arsenat . Dalam percobaan ekskresi As setelah 24 jam serapan arsenate,

ternyata ekskresi arsenat juga diamati dengan ekskresi arsenit dalam larutan eksternal. Semua hasil penelitian ini menunjukkan tingkat yang relatif rendah ekskresi arsenate,

sekitar 5,4-16,1% dari As yang diserap sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat rendah ekskresi arsenat ke dalam larutan eksternal juga merupakan karakteristik dari

tanaman P. vittata. Seetelah 24 jam serapan arsenate, tanaman yang diberi P dan tanpa P ternyata mengekskresikan sejumlah arsenit yang hampir sama ke dalam daun dan ke larutan eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa proses-proses yang serupa terjadi pada pengangkutan ke dalam xilem dan ekskresi arsenit, dengan urutan konsentrasi

arsenit adalah larutan « akar « daun.

Huang, Y. , M.Hatayama dan C. Inoue . 2011. Characterization of As efflux from the roots of As hyperaccumulator Pteris vittata L. Planta., 234(6): 1275-1284.

Page 28: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

Mekanisme hiper-akumulasi arsen (As) pada tanaman pakis Pteris vittata, yang pertama kali diidentifikasi sebagai tanaman hiperakumulator ternyata masih menyimpan

banayak misteri. Wang et al. (2002) meneliti interaksi arsenat dan fosfat dalam kaitannya dnegan penyerapan dan distribusi As dan fosfor (P), dan spesiasi As pada tanaman pakis P. vittata. Dalam sebuah percobaan hidroponik selama 18 hari dengan berbagai konsentrasi arsenate dan fosfat, ternyata tanaman P. vittata mengakumulasi kan As dalam daunnya hingga 27.000 mg As/kg berat keringnya, dan rasio konsentrasi

As daun dengan akar sebesar 1,3 - 6,7 . Peningkatan suplai fosfat menurunkan serapan As secara tajam, dengan efek yang lebih besar pada konsentrasi As dalam

akar dibandingkan dengan dalam daunnya. Peningkatan pasokan arsenat menurunkan konsentrasi P dalam akar, tetapi tidak berpengaruh pada konsnetrasi As dalam daun. Kehadiran fosfat dalam media larutan menurunkan penyerapan arsenate, sedangkan kekurangan P selama 8 hari meningkatkan serapam arsenate sebesar 2,5 kali lipat. Tingkat penyerapan arsenit adalah 10% dari arsenat dalam ketiadaan fosfat. Kondisi kekurangan P dan kehadiran P semuanya mempengaruhi serapan arsenit. Dalam

periode 8 jam, 50% hingga 78% dari As didistribusikan ke dalam daun, dengan efisiensi yang lebih tinggi pada translokasi arsenit daripada arsenat. Pada daun, 49% - 94% dari

As dapat diekstrak dengan buffer fosfat (pH 5,6). Analisis spesiasi menggunakan Metode kromatografi menunjukkan bahwa > 85% dari As yang diekstrak ternyata

berbentuk arsenit, dan sisanya berupa arsenat. Arsenat yang diserap oleh tanaman P. vittata melalui transporter fosfat, direduksi menjadi arsenit, dan disimpan dalam daun

terutama sebagai spesies As (III).

Wang ,J., F.J.Zhao , A.A.Meharg, A.Raab , J.Feldmann dan S.P. McGrath. 2002. Mechanisms of arsenic hyperaccumulation in Pteris vittata. Uptake kinetics, interactions with phosphate, and arsenic

speciation. Plant Physiol., 130(3): 1552-1561..

Page 29: stela penyerapan arsen oleh tanaman0

.