Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

28
STATUS PENDERITA PASIEN DENGAN DEMAM TIFOID A. PENDAHULUAN Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang masih tergolong endemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit tersebut diduga erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan yang jelek (misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan minuman yang belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Tata laksana pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah istirahat, perawatan, diet, terapi penunjang, serta

Transcript of Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Page 1: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

STATUS PENDERITA PASIEN DENGAN DEMAM TIFOID

A. PENDAHULUAN

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tifoid

ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan

gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan

atau tanpa gangguan kesadaran. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di

Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang masih

tergolong endemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi

yang ditularkan melalui makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi. Insiden

demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000

di antaranya menyebabkan kematian.

Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit tersebut diduga

erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan yang jelek

(misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran

manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan minuman yang

belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

Tata laksana pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah istirahat, perawatan,

diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik. Antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan

oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat

pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. N

Umur : 33 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SLTA

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kanjuruhan 4 No.30 Tlogomas

Status Perkawinan : Menikah

Page 2: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 11 September 2012

C. ANAMNESIS

2. Keluhan Utama : Demam

Harapan : Ingin sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula

Kekhawatiran : Takut akan penyakitnya semakin parah

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak kurang lebih satu minggu yang lalu pasien mengeluh demam pada sore-malam

hari pada pagi sampai siang tidak merasa demam, sudah berobat kedokter umum dekat

rumah diberi obat penurun panas yaitu paracetamol tapi keluhan masih tetap. Selain itu juga

1 minggu yang lalu pasien mengeluh pusing terasa berputar, terus menerus, dibuat

beraktifitas tambah berat, meskipun dibuat istirahat tetap pusing. Sejak 3 hari yang lalu

pasien mengeluh sakit perut diepigastrium, terasa seperti kembung (rasa tidak enak), mual

dan muntah, muntah > 4x dalam sehari, yang dimuntahkan hanya air atau seperti lendir saja,

nafsu makan pasien menurun, pasien tidak bisa BAB sejak 5 hari yang lalu. Satu hari yang

lalu pasien juga mengeluh batuk, namun tidak berdahak.

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat sakit serupa : pernah demam tifoid sewaktu kecil pada usia 8

tahun, pada tahun 2007 juga mengalami demam

tifoid namun tidak sampai opname.

- Riwayat mondok : (+) karena Demam Berdarah Dengue pada tahun 2002

- Riwayat sakit gula : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat sakit kejang : disangkal

- Riwayat alergi obat : disangkal

- Riwayat alergi makanan : disangkal

- Riwayat alergi udara dingin : disangkal

Page 3: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat sakit gula : disangkal

- Riwayat jantung : disangkal

- Riwayat asma : Ibu (+)

6. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat minum alkohol : disangkal

- Riwayat olah raga : jarang olah raga, seminggu 2x main futsal

- Riwayat pengisian waktu luang : budidaya jamur, jalan-jalan mencari orderan jamur

berkumpul sama keluarga.

7. Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita adalah seorang laki-laki berusia 33 tahun, seorang suami dengan 1 orang

anak. Penderita bekerja sebagai pembudidaya jamur dirumah. Penghasilan rata-rata sebulan

antara Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Istri pasien bekerja sebagai penjahit baju

dirumah, ibu pasien berjualan nasi. Saat ini penderita tinggal dalam extended family

bersama anak, mertua (ayah dan ibu), dan nenek dari istri pasien. Satus perekonomian

keluarga cukup. Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dalam satu rumah

baik-baik semua.

8. Riwayat Gizi:

Penderita makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk

pauk tahu, tempe. Terkadang dengan telur dan daging. Buah kadang-kadang seperti

pepaya, jeruk, pisang. Kesan status gizi cukup.

C. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : kulit gatal (-).

2. Kepala : sakit kepala (+), berputar (+), cekot-cekot (-), rambut kepala tidak

rontok, luka pada kepala (-), benjolan / borok di kepala (-).

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (+), penglihatan kabur (+),

ketajaman penglihatan berkurang (-).

Page 4: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-).

5. Telinga : pendengaran berkurang (+), berdengung (-), keluar cairan (-).

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (+), ngiler (-).

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-).

8. Pernafasan : sesak nafas (-), , mengi (-), batuk (-),

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun (-),

nyeri perut (-), tidak bisa BAB (+).

11. Genitourinaria : BAK lancar

12. Neurologik : kejang (-), kelumpuhan kaki (-), kelumpuhan lidah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-).

14. Ekstremitas :

o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum: cukup baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), lesan gizi cukup

baik.

2. Tanda Vital

BB : 65 kg

TB : 165 cm

BMI : 24 (Normo weight)

Tensi : 130/90 mmHg

Nadi : 82 X/menit

Pernafasan : 16 X/menit

Suhu : 36˚c

3. Kepala:

Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), makula (-), atrofi

m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-).

Page 5: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

4. Mata:

Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),reflek kornea (+/+), warna

kelopak (coklat kehitaman), arkus senilis (+/+), radang (-/-).

5. Hidung:

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi

(-), saddle nose (-).

6. Mulut :

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (+), papil lidah atrofi (-), tepi lidah

hiperemis (+).

7. Telinga:

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas

normal.

8. Tenggorokan:

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

9. Leher:

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran

kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).

10. Toraks:

Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-), spider nevi (-),

venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II linea para sternalis sinistra

batas kanan atas :SIC II linea para sternalis dekstra

batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral linea medio clavicularis sinistra

batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra

pinggang jantung :SIC III linea para sternalis sinistra (batas jantung kesan

tidak melebar

A : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.

Page 6: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

P : fremitus raba kanan sama dengan kiri

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

11. Abdomen:

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

A : peristaltik (+) normal

P : timpani seluruh lapang perut

P : supel, nyeri tekan (+) diregio epigastrium, hepar dan lien tak teraba

12. Sistem Collumna Vertebralis:

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem ulkus

+ + - - - -

+ + - - - -

14. Sistem genetalia: dalam batas normal

15. Pemeriksaan Neurologik:

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : ada kelainan dalam BAB (+)

Fungsi Sensorik : N N

N N

Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -

5 5 N N 2 2 - -

Page 7: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

16. Pemeriksaan Psikiatrik:

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk :realistik

isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus :koheren

Insight : baik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Tanggal 11-9-2012

Hematologi:

Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan

Hemoglobin 17,9 12-16 g/dl

Leukosit 12.100 4-10 ribu/mm3

Trombosit 177.000 150-400 ribu/mm3

LED - 2-20 mm/jam

PCV/HCT 60,6 37-48 %

Eritrosit 6,07 4,0-5,5 juta/mm3

Hitung jenis eosinofil 4 1-3

Hitung jenis basofil 3 0-1

Hitung jenis N.Stab - 2-6

Hitung jenis N.Segmen 69 50-70

Hitung jenis lymphosit 17 20-40

Hitung jenis monosit 7 2-8

Kimia darah :

Gula darah sesaat 111 <105 mg/dl

Ureum/urea 27 15-39 mg/dl

Page 8: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Creatinin 1,2 <1,3 mg/dl

SGOT 19 <40 U/L

SGPT 13 <41 U/L

Serologi :

Thypi O Negatif Negatif

Thypi H (+) 1/80 Negatif

Parathypi OA (+) 1/160 Negatif

Parathypi OB (+) 1/160 Negatif

G. RESUME :

Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh demam dirasakan pada sore

sampai malem hari, pusing berputar terus menerus juga dirasakan sejak satu minggu yang lalu,

tidak hilang dengan istirahat, pada saat beraktifitas tambah berat. Sejak 3 hari yang lalu nyeri

perut, mual, muntah, muntah >4x dalam sehari, yang dimuntahkan hanya air, pasien tidak bisa

BAB sejak 5 hari yang lalu. Nafsu makan berkurang sejak sakit. Dahulu pasien pernah menderita

demam tifoid dan pernah opname karena DBD. Dari keluarga pasien yaitu ibu pasien menderita

asma. Dari pemeriksaam fisik didapatkan keadaan umum cukup baik, compos mentis (GCS:456),

status gizi baik, tanda vital prehipertensi (130/90 mmHg). Pada mulut didapatkan lidah kotor dan

tepi hiperemi, pada abdomen ada nyeri epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

Hb:17,9 (↑), leukosit: 12.100 (↑), HCT: 60,6 (↑), erytrosit: 6,07 (↑), eosinofil 4 (↑), basofil 3 (↑),

GDS:111 (↑), Thypi H (+), Parathypi OA(+), Parathypi OB (+).

G.DIAGNOSIS HOLISTIK

Tn. N dengan usia 33 tahun adalah penderita demam tifoid. Dikeluarganya ibu menderita

asma, dan anak pertama menderita asma juga. Tn. N tinggal dalam Extended Family dengan

seorang anak, kedua orang tua dari pasien dan nenek pasien. Hubungan Tn. N dengan

keluarganya harmonis, dan dalam kehidupan sosial, Tn. N adalah anggota masyarakat biasa

dalam kehidupan kemasyarakatan.

i. Diagnosis dari segi biologis :

Page 9: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

1. Demam tifoid 6. Demam influenza

2. Gastroenteritis 7. Bronkitis

3. Demam berdarah dengue 8. Tuberkulosis

4. Malaria 9. Keganasan: Leukimia

5. Bronkopneuminia 10. Rickettsia diseases

ii. Diagnosis dari segi psikologis :

Hubungan Tn. N dengan anak- anaknya dan anggota keluarga yg lain baik di

buktikan dengan saling membantu antar anggtota keluarga apabila salah satu anggota

keluarga sakit yang lainnya membantu menyelesaikan pekerjaan rumah

iii. Diagnosis dari segi sosial :

Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa beberapa kegiatan di

lingkungannya di ikuti seperti tahlil, pengajian, hubungan di lingkungan rumah juga baik

sama tetangganya.

H. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa:

1. inj ceftriaxone 2x1 gr → golongan sefalosporin antibiotic, bekerja menghambat

pembentukan dinding sel mikroorganisme.

Indikasi : infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih,

sepsis, meningitis, infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak,

infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore),

profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan

gangguan pertahanan tubuh.

2. inj ranitidine 2x500 mg → Suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat

kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan

mengurangi sekresi asam lambung.

Indikasi : Ulkus duodenum, ulkus lambung tidak ganas.

Kondisi hipersekretori patologikal.

3. infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm → Komposisi setiap liter larutan mengandung

55 g glukosa anhidrat, 8,6 g natrium klorida, 0,3 g kalium

klorida dan 0,48 g kalsium klorida heksahidrat.

Page 10: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Indikasi : penambah cairan dan elektrolit, serta sekaligus sebagai

sumber kalori atau dipakai untuk menambah volume cairan

darah pada keadaan dehidrasi, shock dan hemoragi.

4. drip cernevit dalam 100 cc 1x1 → multivitamin dengan komposisi: Vit A 3,500 iu, vit D3

200 iu, vit E 11.2 iu, vit C 125 mg, vit B1 3.51 mg, vit B2

4.14 mg, vit B3 46 mg, vit B5 17.25 mg, vit B6 4.53 mg, vit

B12 6 mcg, folic acid 414 mcg, biotin 69 mcg, pantothenic

acid 17.25 mg, nicotinamide 46 mcg, glycine 250 mg,

glycocol ic acid 140 mg, soybean lecithin 112.5 mg.

Indikasi : Vitamin parenteral untuk dewasa dan anak usia lebih 11

tahun yang tidak mungkin atau tidak cukup diberikan secara

oral

5. p.o Antasida syr 3x1 → bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin

sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan

pepsin berkurang.

Indikasi : Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan

kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada

duodenum dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung,

nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung.

6. p.o Analsik 3x1 →Analsik adalah kombinasi Metampiron dan Diazepam. Metampiron

500 mg, diazepam 2 mg. Metampiron adalah suatu obat

analgesik- antipiretik. Diazepam mempunyai kerja sebagai

antiansietas, juga memiliki sifat relaksasi otot rangka.

Kombinasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan rasa nyeri

dan spasme organ visceral.

Indikasi : Untuk meringankan rasa nyeri sedang sampai berat, ter-utama

nyeri kolik dan nyeri setelah operasi dimana di -perlukan

kombinasi dengan tranquilizer.

7. p.o Thiampenicol 4x500 mg → Thiamphenicol adalah antibiotika untuk pengobatan

infeksi yang disebabkan oleh organisme yang sensitif. Aktivitas

antibakteri Thiamphenicol dengan jalan menghambat sintesa

Page 11: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

dinding sel bakteri. Thiamphenicol mempunyai aktivitas

bakteriostatik yang luas baik terhadap organisme gram positif

maupun gram negatif.

Indikasi : Sebagai pilihan utama untuk pengobatan thyphus atau parathypus, Infeksi saluran kemih dan kelamin Infeksi gonore (GO), Infeksi saluran pernafasan, Infeksi saluran pencernaan.

Non medikamentosa:

1. Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau

kurag lebih selama 14 hari. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat

seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan membantu dan

mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan

tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yg dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk

mencegah dekubitus, hygiene penderita tetap dijaga dan diperhatikan. Istirahat

bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

2. pasien diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya

nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk

rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman.

Juga perlu diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.

3. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan menjaga kebersihan diri.

I. FOLLOW UP

Tanggal 11 September 2012 ( pukul 12.00)

S: demam, pusing, nyeri perut di epigastrium.

O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : T: 130/90 mmHg RR: 18x/menit

N: 82x/menit S: 36˚c

BB: 65 kg

TB: 165 cm

Status generalis: kepala pusing berputar, mata berkunang-kunang, lidah kotor, tepi lidah

hiperemi. Pada perut didapatkan nyeri epigastrium.

BMI: 24 (normo weight)

Page 12: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

A : demam tifoid

P : terapi medika mentosa: inj ceftriaxone 2x1 gr, inj ranitidine 2x500 mg, infus RD 5%

(Ringer Dextrose ) 30 tpm, drip cernevit dalam 100 cc 1x1, p.o

Antasida syr 3x1, p.o Analsik 3x1, p.o Thiampenicol 4x500 mg.

Tanggal 11 September 2012 ( pukul 18.00)

S: demam, pusing, nyeri perut di epigastrium.

O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : T: 150/100 mmHg RR: 18x/menit

N: 76x/menit S: 37˚c

BB: 65 kg

TB: 165 cm

Status generalis: kepala pusing berputar, mata berkunang-kunang, lidah kotor, tepi lidah

hiperemi. Pada perut didapatkan nyeri epigastrium.

A : demam tifoid

P : terapi medika mentosa: inj (-), infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, p.o Antasida

syr 3x1, p.o Analsik 3x1, p.o Thiampenicol 4x500 mg.

Tanggal 11 September 2012 ( pukul 22.00)

S: demam, pusing, nyeri perut di epigastrium.

O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : T: 140/90 mmHg RR: 16x/menit

N: 75x/menit S: 36,5˚c

BB: 65 kg

TB: 165 cm

Status generalis: kepala pusing berputar, susah tidur.

A : cek leb darah lagi pada pagi hari.

P : terapi medika mentosa: inj ceftriaxone 2x1 gr, inj ranitidine 2x500 mg, infus RD 5%

(Ringer Dextrose ) 30 tpm, p.o Antasida syr 3x1, p.o Analsik 3x1, p.o

Thiampenicol 4x500 mg.

BMI: 24 (normo weight)

BMI: 24 (normo weight)

Page 13: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Tanggal 12 September 2012 ( pukul 07.00)

S: pusing, nyeri perut di epigastrium.

O: KU baik, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : T: 130/90 mmHg RR: 18x/menit

N: 82x/menit S: 36,5˚c

BB: 65 kg

TB: 165 cm

Status generalis: kepala pusing berputar, mata berkunang-kunang, lidah kotor, tepi lidah

hiperemi. Pada perut didapatkan nyeri epigastrium.

A : demam tifoid

P : terapi medika mentosa: inj ketorolac, inj ceftriaxone 2x1 gr, inj ranitidine 2x500 mg,

infus RD 5% (Ringer Dextrose ) 30 tpm, drip cernevit dalam 100 cc

1x1, p.o Antasida syr 3x1, p.o Analsik 3x1, p.o Thiampenicol 4x500 mg.

Dilakukan tes laboratorium:

Hematologi:

Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan

Hemoglobin 15,8 12-16 g/dl

Leukosit 9.900 4-10 ribu/mm3

Trombosit 225.000 150-400 ribu/mm3

LED - 2-20 mm/jam

PCV/HCT 52,6 37-48 %

Eritrosit 5,37 4,0-5,5 juta/mm3

Hitung jenis eosinofil 8 1-3

Hitung jenis basofil 2 0-1

Hitung jenis N.Stab - 2-6

Hitung jenis N.Segmen 65 50-70

Hitung jenis lymphosit 17 20-40

Hitung jenis monosit 8 2-8

BMI: 24 (normo weight)

Page 14: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis :

Keluarga terdiri atas penderita (Tn. N 33 tahun), istrinya yaitu Ny. S, seorang

anaknya, dan kedua orang tua pasien, beserta neneknya.

2. Fungsi Psikologis :

Hubungan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan adanya

komunikasi antar anggota keluarga, dan hubungan sama anak dan anggota keluarga yang

lain baik.

3. Fungsi Sosial :

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya

sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita sering berkumpul dengan tetangga, seperti ikut

tahlilan, pengajian. Tn. N sangat menghargai budaya tradisi Jawa, hal ini dapat dilihat pada

pergaulan mereka sehari-hari yang menggunakan bahasa Jawa, tata karma jawa dan

kesopanan sehari-hari masih diperhatikan.

Kesimpulan:

Hubungan kelurga Ny. M berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga baik

dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.

B. FUNGSI FISIOLOGIS

APGAR Terhadap Keluarga Tn.N Ny.Y

A

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah 2 2

P

Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah

dengan saya 2 2

Saya puas dengan cara keluarga saya

Page 15: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

G menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru atau

arah hidup yang baru

2 2

A

Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

2 2

R

Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama 2 2

9 9

APGAR skore kelurga 10+10 = 20:2 = 10 → Fungsi Fisiolog Baik.

Skoring :

Hampir selalu : 2 poin

Kadang – kadang : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM

SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga

dengan saudara. Partisipasi mereka dalam masyarakat

misalnya mengikuti tahlil rutin, pengajian,

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini

dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi

budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara

yang bersifat hajatan. Menggunakan bahasa jawa dan

Indonesia, tata krama dan kesopanan

_

Page 16: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Religius Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga

dalam ketaatannya dalam beribadah. -

Economy Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah

kebawah. Pendapatan dari gaji sudah mencukupi untuk

standard hidup layak sehari hari.

-

Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup

baik, dimana Tn. N merupakan lulusan SLTA. -

Medical Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan

sebagai kebutuhan, akan tetapi pasien jika merasa sakit,

pasien mencari pelayanan dokter terdekat.

-

Kesimpulan :

Hubungan kelurga Tn. N baik-Baik semua.

B. GENOGRAM :

C. INFORMASI POLA INTERAKSI:

Ny.Y

Tn.N

Ibu pasien menderita asma

Anak pertama pasien menderita asma

Page 17: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Diagram pola interaksi keluarga Tn. N

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

a. Identifikasi factor perilaku dan non prilaku keluarga

DENAH RUMAH

Keluarga Ny. TKeluarga Ny. T

Faktor Perilaku

Keluarga Tn. NKeluarga Tn. N

Sikap: keluarga cukup peduli terhadap

penyakit penderita

Lingkungan : rumah cukup memenuhi syarat

kesehatan

Tindakan: keluarga mengantarkan Ny.N

untuk berobat

Faktor Non Perilaku

Pengetahuan: keluarga cukup

memahami penyakit penderita

Keturunan : ibu pasien menderita asma dan

anak pasien menderita asma.

Pelayanan Kesehatan : Jika sakit Tn. N ke

dokter praktek

Pasien

Ny.Y

Ny.M

Ny. I

Tn. K

Ank. R

Page 18: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Manajemen Penatalaksanaan:

Ruang keluarga

Ruang makan

Kamar tidur I

Kamar Tidur II

Warung

Ruang tamu

Halaman depan

Kamar tidur III

Kamar mandi

Tempat pembudidayaan jamur

Penyimpanan jamur

Page 19: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Langkah 1: Menjembatani “doctor-patient gap”

Langkah 2: Mendiskusikan rencana manajemen

Langkah 3: Intervensi

Edukasi

Planing Medical monitoring rutin

Page 20: Status Penderita Pasien Dengan Demam Tifoid

Medikamentosa:

Planning Pemeriksaan lanjutan (untuk mengetahui komplikasi dan komorbid):

Langkah 4 : Monitoring (Follow up)