STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya...

190
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Transcript of STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya...

Page 1: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Page 2: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

i

H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN

Alhamdulillah, ungkapan puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya, Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 dapat diselesaikan, sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Buku yang memuat berbagai informasi tentang kondisi, potensi dan berbagai sumber daya alam dan permasalahan lingkungan hidup, dapat dijadikan data awal dalam memahami daerah Kabupaten Pesisir Selatan.

Permasalahan lingkungan dimasa yang akan datang sangatlah komplek dengan

bertambahnya jumlah penduduk tentu bertambah pula kebutuhan sandang, pangan dan papan yang keberadaannya meliputi banyak aspek dan komponen lingkungan yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan hidup saat ini sangat memperhatinkan terutama lahan dan hutan. Kebakaran hutan dan lahan telah menyebabkan kerusakan tanah.

Analisa buku Status Lingkungan Hidup Daerah ini mengungkapkan tentang kondisi lingkungan hidup daerah dan kecenderungannya terhadap komponen lahan, hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, laut, pesisir, pantai, iklim dan bencana alam dianalisa dengan menggunakan analisis statistik sederhana, perbandingan dengan baku mutu dan informasi tekini, aptudet dan akurat. Tekanan terhadap kondisi lingkungan yang ada diantaranya karena kependudukan, permukiman, kesehatan, pertanian, industri, pertambangan, energi, transportasi, pariwisata dan limbah B3. Untuk mensinergikan tekanan tersebut kedalam upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal, penegakan hukum, peran serta masyarakat dan kelembagaan.

Semoga laporan SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 ini menjadi manfaat bagi stakholder, masyarakat, dan LSM serta wartawan yang membutuhkan data analisis terhadap lingkungan. Akhirnya ucapan terima kasih dan apresiasi diberikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010, terutama kepada anggota Tim Pengumpul Data dari Dinas instansi dan steakholder. Kiranya Buku SLHD ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang mempergunakannya dan bagi kepentingan kelestarian Lingkungan Hidup secara berkelanjutan. Painan, Desember 2010

BUPATI PESISIR SELATAN H. NASRUL ABIT

Page 3: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

ii

H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN

Secara geografis Kabupataten Pesisir Selatan terletak pada 0°59, 0o 59’ - 2o 28’ Lintang Selatan dan 109o 19’ - 101o 18’ Bujur Timur, tinggi dari permukaan laut 0 – 1000 meter, mempunyai luas 5.749,89 Km2 beriklim tropis dengan temperature rata-rata 22oC hingga 32oC. Pesisir Selatan berbatasan, Sebelah Utara dengan Kotamadya Padang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Kerinci (Propinsi Jambi), dan Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Bentuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan membujur dari Utara ke Selatan dengan garis pantai 234 Km. Dengan Topografi wilayah bergelombang dan dilintasi oleh 18 buah Sungai besar dan kecil, dengan jumlah 53 buah pulau-pulau, tingggi dari permukaan laut 0-1000 meter. Terdiri dari 76 nagari dan 359 kampung. Jumlah penduduk sebanyak 452.334 jiwa. Isu lingkungan hidup kritis lahan dan hutan diantaranya : Bencana alam seperti banjir, longsor dan abrasi pantai karena wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kawasan rawan gempa dan rawan bencana.

Kondisi lingkungan dengan status kritis lahan dan hutan :penggunaan lahan didominasi oleh hutan lindung sebanyak 71 %, Hutan menurut fungsi TNKS 44 %, APL 27 %, HSAW 8 %, HL 9 %, HP 1 %, HPK 0,5 %, Kawasan rawan tsunami 48,2 ha, rawan abrasi 23,4 ha dan hutan bakau 4826 ha. Lahan kritis didominasi Kecamatan Lengayang 15 %, Lusi 15 %, LSB 13 %, terkecil terdapat di Bayang 3 % dan Bayu 3 %. Kualitas tanah pH tanah masam 4.63, kandungan Ca-dd dan Mg-dd sangat rendah. Air : kualitas air sungai pada musim kemarau parameter Fosfat melebihi baku mutu, BOD tidak melebihi baku mutu, parameter COD pada Batang Inderapura didaerah hulu melebihi baku mutu, Parameter fosat pada batang air dimusim hujan tetap tinggi berada di atas baku mutu. Komponen Air tanah parameter Coli terdapat pada air sumur gali, namun keterbatasan zat tidak dapat dihitung jumlahnya. Komponen Udara daerah Kabupaten Pesisir Selatan berada dibawah baku mutu, ini berarti udara belum tercemar. Komponen Laut Kabupaten Pesisir Selatan Terumbu karang sudah rusak 85,25 % di Tarusan, Padang Lamun 17,87 % rusak di Pulau Cubadak, Hutan mangrove 37,73 % di Tarusan.

Tekanan dominan berasal dari sumber alami : kondisi geomorfologi, geologi, topografi, jenis tanah vulkanik dan tanah aerosol daerah Pesisir Selatan. Sumber aktifitas manusia : kegiatan permukiman dengan aktifitas masyarakat yang berada di bantaran sungai, tempat pembuangan sampah, dan tempat buang air besar. Kegiatan pertanian dengan penggunaan pupuk untuk lahan sawah, tanaman pangan dan perkebunan. Kegiatan kesehatan : pola hidup kurang sehat terhadap sanitasi lingkungan. Sumber pencemaran : Kegiatan industri berpotensi mencemari air, udara dan tanah jika analisa laboratorium melebihi baku mutu yang telah ditetapkan namun untuk daerah Kabupaten Pesisir Selatan belum melebihi baku mutu analisis laboratoriumnya. Selain itu kegiatan pertambangan juga berpotensi sebagai sumber pencemaran pertambangan batu bara dan bijih emas tanpa pengolahan dan eks tambang yang ditinggalkan. Sumber kerusakan : Pesisir Selatan saat ini telah terjadi kerusakan terumbu karang, Mangrove, padang lamun, abrasi pantai, kebakaran hutan, pertambangan tanpa izin, lahan kritis dan alih fungsi lahan. Upaya /agenda pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 2010 seksi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan akan membentuk Komisi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan dengan mengikut sertakan pejabat terkait untuk mengikuti Diklat Penyusun AMDAL (AMDAL B), membentuk dan melatih serta menerbitkan persetujuan tim terpadu penilai lisensi AMDAL, setelah dikeluarkannya Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan, Setelah Komisi Lisensi AMDAL Kabupaten telah diterbitkan, maka akan dilaporkan kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Seksi Pengawasan dan Penegakan hukum melaksanakan kegiatan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan pencemaran lingkungan hidup pada perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan, Rumah Sakit, Infrastruktur, Penginapan, dan rumah makan, Disamping pengawasan juga dilaksanakan kegiatan rutin penilaian ADIPURA oleh PPLH Regional Sumatera ke daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Kota Kecil. Seksi Pengendalian dan Pencemaran Melaksanakan Kegiatan rutin DAK (dana anggaran khusus) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan pengadaan fisik sesuai dengan kebutuhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Pengujian Kualitas air sungai setiap tahun, Pengujian kualitas air limbah dan pengujian kualitas udara ambien.

Page 4: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

iii

KATA PENGANTAR i ABSTRAK DAFTAR ISI

ii iii

DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR viii BAB I BAB II

PENDAHULUAN I-A LATAR BELAKANG I-B GAMBARAN UMUM I-C VISI DAN MISI I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN I-E ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA I-F ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

I-1 I-2 I-4 I-7 I-7 I-8 I-15

II- A LAHAN DAN HUTAN II-1 II-B KEANEKARAGAMAN HAYATI II-7 II-C AIR II-21 II-D UDARA II-45 II-E PESISIR DAN PANTAI II-51 II-F IKLIM II-61 II-G BENCANA ALAM II-64

BAB III

TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

III-A KEPENDUDUKAN III-1 III-B PERMUKIMAN III-10 III-C KESEHATAN III-19 III-D PERTANIAN III-24 III-E INDUSTRI III-32 III-F PERTAMBANGAN III-36 III-G ENERGI III-40 III-H TRANSPORTASI III-45 III-I PARIWISATA III-50 III-J LIMBAH B3 III-52 BAB IV

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

IV-A REHABILITASI LINGKUNGAN IV-1 IV-B PENGAWASAN AMDAL IV-5 IV-C PENEGAKAN HUKUM IV-10 IV-D PERAN SERTA MASYARAKAT IV-12 IV-E

IV-F KELEMBAGAAN AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010

IV-16 IV-21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,
Page 6: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

iv

TABEL 1.1 PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005-2009 I-4

TABEL 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kabupaten

Pesisir Selatan

II-3

TABEL 2.2 Daerah – daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS

II-6

TABEL 2.3 Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

II-7

TABEL 2.4 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2007

II-8

TABEL 2.5 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang

dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN

II-8

TABEL 2.6 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2008

II-9

TABEL 2.7 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang

dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN

II-9

TABEL 2.8 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2009

II-10

TABEL 2.9 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang

dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN

II-10

TABEL 2.10 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2010

II-10

TABEL 2.11 Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009

II-11

TABEL 2.12 Analisis Lahan Kritis II-14

TABEL 2.13 Analisis Kerusakan Lahan II-15

TABEL 2.14 Embung Kabupaten Pesisir Selatan II-24

TABEL 2.15 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-25

TABEL 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 II-26

TABEL 2.17 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 II-26

TABEL 2.18 Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Tahun 2010 II-27

TABEL 2.19 Hasil Pemantauan Kualitas Air Embung Tahun 2010 II-28

TABEL 2.20 Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim

Kemarau Tahun 2010

II-30

TABEL 2.21 Perbandingan Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-32

TABEL 2.22 Kualitas Air Sumur Tahun 2007 II-37

Page 7: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

v

TABEL 2.23 Kualitas Air Sumur Tahun 2008 II-38

TABEL 2.24 Kualitas Air Sumur Tahun 2009 II-39

TABEL 2.25 Kualitas Air Sumur Tahun 2010 II-40

TABEL 2.26 Analisis Debit Musim Kemarau II-41

TABEL 2.27 Analisis BOD Musim Kemarau II-42

TABEL 2.28 Analisis COD Musim Kemarau II-43

TABEL 2.29 Kualitas Udara PT. Incasi Raya dan PDAM II-46

TABEL 2.30 Kualitas Air Hujan II-48

TABEL 2.31 Perbandingan Baku Mutu Dengan Kualits Udara PT. INCASI RAYA

Tahun 2009

II-49

TABEL 2.32 Analisis Kualitas Udara II-51

TABEL 2.33 Kualitas Air Laut Kabupaten Pesisir Selatan 2010 II-54

TABEL 2.34 Persentase Luas Terumbu Karang Tahun 2010 II-55

TABEL 2.35 Perbandingan Kualitas Air Laut Dengan Baku Mutu II-57

TABEL 2.36 Analisis Kerusakan Terumbu Karang II-59

TABEL 2.37 Analisis Kerusakan Persentase Padang Lamun II-60

TABEL 2.38 Analisis Kerusakan Hutan Mangrove II-61

TABEL 2.39 Analisis Curah Hujan Stasiun Tapan II-64

TABEL 2.40 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-66

TABEL 2.41 Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-66

TABEL 2.42 Bencana Alam Tanah Longsor Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-67

TABEL 2.43 Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-68

TABEL 2.44 Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor II-68

TABEL 3.1 Data Tingkat Kesejahteraan Penduduk III-1

TABEL 3.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan III-2

TABEL 3.3 Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Golongan Umur III-4

TABEL 3.4 Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur III-4

TABEL 3.5 Jumlah Penduduk Migrasi Selama Hidup III-5

TABEL 3.6 Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir III-5

TABEL 3.7 Jumlah Penduduk Perempuan menurut Pendidikan III-6

TABEL 3.8 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Pendidikan Tertinggi III-6

TABEL 3.9 Jumlah Sekolah menurut Kecamatan III-7

TABEL 3.10 Jumlah Penduduk berdasarkan tahun

III-7

TABEL 3.11 Jumlah Sekolah berdasarkan tahun III-8

TABEL 3.12 Jumlah Penduduk Laki – laki berdasarkan tingkat pendidikan III-8

Page 8: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

vi

TABEL 3.13 Analisis Jumlah Penduduk berdasarkan tahun III-9

TABEL 3.14 Analisis Jumlah Sekolah berdasarkan tahun III-10

TABEL 3.15 Jumlah Penduduk Perempuan berdasarkan tingkat pendidikan III-12

TABEL 3.16 Jumlah Penduduk Laki – laki berdasarkan tingkat pendidikan III-13

TABEL 3.17 Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pem buangannya. III-13

TABEL 3.18 Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Fasilitas Buang Air Besar III-14

TABEL 3.19 Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Pembuangan Akhir III-14

TABEL 3.20 Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah III-15

TABEL 3.21 Jumlah Anak Lahir Hidup 2010 III-19

TABEL 3.22 Jumlah Anak Lahir Hidup 2009 III-19

TABEL 3.23 Angka Kematian Ibu dan Bayi III-20

TABEL 3.24 Jumlah kematian dalam tahun 2010 III-20

TABEL 3.25 Jumlah kematian dalam Hidup 2009 III-20

TABEL 3.26 Jenis Penyakit Utama di derita Penduduk III-21

TABEL 3.27 Volume Limbah Padat dan Cair Rumah Sakit III-21

TABEL 3.28 Limbah Cair Rumah Sakit M Zein Painan III-22

TABEL 3.29 Luas Sawah dan Produksi Tahun 2010 III-25

TABEL 3.30 Luas Sawah dan Produksi Tahun 2009 III-25

TABEL 3.31 Alih Fungsi Lahan Pertanian III-28

TABEL 3.32 Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Pupuk Urea III-30

TABEL 3.33 Klasifikasi Jaringan dan Luas Sawah yang Dialiri III-31

TABEL 3.34 Beban Limbah Cair Industri Besar PT. Incasi Raya Tahun 2010 III-33

TABEL 3.35 Hasil Analisa Udara Ambien Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya III-34

TABEL 3.36 Hasil Analisa Udara Emisi Boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya III-35

TABEL 3.37 Luas Areal Pertambangan yang Di Eksloitasi III-33

TABEL 3.38 Luas Areal Pertambangan Galian C dan Produksinya III-37

TABEL 3.39 Luas Areal Pertambangan Rakyat III-38

TABEL 3.40 Jumlah Kendaraan Bermotor III-41

TABEL 3.41 Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) III-43

TABEL 3.42 Panjang Jalan Menurut Kewenangan III-46

TABEL 3.43 Kondisi Jalan Kabupaten Pesisir Selatan III-47

TABEL 3.44 Sarana Terminal Kendaraan III-48

TABEL 3.45 Sarana Pelabuhan Laut III-46

TABEL 3.46 Perkembangan usaha perikanan di Kab. Pessel 2001-2007 III-49

TABEL 3.47 Perusahaan Penghasil Limbah B3 III-53

TABEL 3.48 Perusahaan yang Mendapat Izin untuk Penyimpanan, Pengumpulan,

Pengolahan, Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah B3

III-53

Page 9: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

vii

TABEL 4.1 Rencana dan Realisasi Penghijauan IV-1

TABEL 4.2 Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi IV-3

TABEL 4.3 Rekomendasi Dokumen Pengelolaan Lingkungan IV-7

TABEL 4.4 Pengawasan UKL/UPL IV-8

TABEL 4.5 Pengaduan Masalah Lingkungan IV-11

TABEL 4.6 Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan (LSM) IV-12

TABEL 4.7 Penghargaan Lingkungan IV-13

TABEL 4.8 Penyuluh dan Seminar Lingkungan IV-14

TABEL 4.9 Kegiatan Fisik dan Perbaikan Oleh Masyarakat IV-15

TABEL 4.10 Produk Hukum Bidang Lingkungan IV-16

TABEL 4.11 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-17

TABEL 4.12 Jumlah Personil Lingkungan Hidup IV-19

TABEL 4.13 Jumlah PPNS Lingkungan Hidup IV-20

Page 10: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

viii

GAMBAR 1.1 Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara I-10

GAMBAR 1.2 Longsor di Kecamatan Bayang Utara I-11

GAMBAR 1.3 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara I-11

GAMBAR 1.4 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara I-12

GAMBAR 1.5 Abrasi pantai di daerah Mandeh I-14

GAMBAR 2.1 Hutan Lindung Perkecamatan II-2

GAMBAR 2.2 Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010 II-2

GAMBAR 2.3 Persentase Luas Lahan Kritis Tahun 2010 II-4

GAMBAR 2.4 Luas Kerusakan Hutan Tahun 2010 II-4

GAMBAR 2.5 Luas Konversi Hutan Tahun 2010 II-5

GAMBAR 2.6 Kegiatan Reboisasi Kabupaten Pesisir Selatan II-11

GAMBAR 2.7 Luas Lahan Kritis 2007-2009 II-12

GAMBAR 2.8 Luas Kerusakan Hutan selama 4 tahun II-14

GAMBAR 2.9 Analisis Statistik Lahan Kritis 2007-2010 II-16

GAMBAR 2.10 Analisis Statistik Kerusakan Lahan 2007-2010 II-17

GAMBAR 2.11 Keanekaragaman Hayati II-19

GAMBAR 2.12 Keanekaragaman hayati yang dilindungi II-20

GAMBAR 2.13 Flora Fauna yang Dilindungi II-20

GAMBAR 2.14 Perbandingan Jumlah Spesies yang Diketahui II-21

GAMBAR 2.15 Perbandingan Jumlah Spesies yang dilindungi II-21

GAMBAR 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-28

GAMBAR 2.17 Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-29

GAMBAR 2.18 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-29

GAMBAR 2.19 Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-30

GAMBAR 2.20 Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010 II-31

GAMBAR 2.21 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010 II-31

GAMBAR 2.22 Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-31

GAMBAR 2.23 Perbandingan Konsentrasi BOD dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-32

GAMBAR 2.24 Perbandingan Konsentrasi COD dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-33

GAMBAR 2.25 Perbandingan Konsentrasi Fosfat dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-33

GAMBAR 2.26 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2007 II-34

GAMBAR 2.27 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2008 II-35

Page 11: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

ix

GAMBAR 2.28 Debit Air Sungai Musim Hujan Tahun 2008 II-35

GAMBAR 2.29 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2009 II-36

GAMBAR 2.30 Kualitas Air Sungai Musim Kemarau II-36

GAMBAR 2.31 Kualitas Air Sungai Musim Hujan II-36

GAMBAR 2.32 Analisis Debit Air Pada Musim Kemarau II-42

GAMBAR 2.33 Kualitas Udara PT. Incasi Raya II-47

GAMBAR 2.34 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2007 II-49

GAMBAR 2.35 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2008 II-50

GAMBAR 2.36 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2009 II-50

GAMBAR 2.37 Analisis Statistik Kualitas Udara II-52

GAMBAR 2.38 Kondisi Kualitas Air Laut Kab. Pesisir Selatan II-54

GAMBAR 2.39 Persentase Kerusakan Padang Lamun Tahun 2010 II-56

GAMBAR 2.40 Persentase Tutupan Mangrove Tahun 2010 II-56

GAMBAR 2.41 Persentase Kerusakan Terumbu Karang II-58

GAMBAR 2.42 Persentase Kerusakan Padang Lamun II-58

GAMBAR 2.43 Persentase Tutupan Hutan Mangrove II-59

GAMBAR 2.44 Suhu Rata-rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan II-63

GAMBAR 2.45 Curah Hujan Rata – rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan tahun

2009

II-63

GAMBAR 2.46 Analisis Statistik Curah Hujan Pada Stasiun Tapan II-65

GAMBAR 2.47 Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan II-69

GAMBAR 2.48 Bencana Alam Longsor Kabupaten Pesisir Selatan II-70

GAMBAR 2.49 Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan II-70

GAMBAR 2.50 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004 II-71

GAMBAR 2.51 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005 II-71

GAMBAR 3.1 Jumlah Penduduk Tahun 2010 III-3

GAMBAR 3.2 Penduduk Miskin 2007-2009 III-18

GAMBAR 3.3 Analisa IPAL RS. M Zein berada diatas Baku Mutu

III-22

GAMBAR 3.4 Perbandingan Volume limbah cair RSUD. Dr. M.Zein Painan III-23

GAMBAR 3.5 Perbandingan analisa Jumlah kematian laki-laki dan perempuan disetiap umur

III-24

GAMBAR 3.6 Produksi Tanaman Palawija Tahun 2010 III-26

GAMBAR 3.7 Produksi Perkebunan Rakyat dan Luas lahan Perkebunan III-26

GAMBAR 3.8 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Perkebunan III-27

GAMBAR 3.9 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija III-27

GAMBAR 3.10 Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis III-28

Page 12: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

x

GAMBAR 3.11 Jumlah Hewan Unggas Menurut Jenis III-29

GAMBAR 3.12 Emisi Gas Methan dari Pertanian III-29

GAMBAR 3.13 Emisi Gas Methan dari Peternakan III-30

GAMBAR 3.14 Perbandingan Tanaman Palawija III-31

GAMBAR 3.15 Perbandingan Jumlah Hewan Unggas III-32

GAMBAR 3.16 Industri Usaha Kecil III-33

GAMBAR 3.17 Perbandingan Industri besar dan Industri Kecil III-35

GAMBAR 3.18 Industri Kecil Secara Statistik III-36

GAMBAR 3.19 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-36

GAMBAR 3.20 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-39

GAMBAR 3.21 Analisis Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-39

GAMBAR 3.22 Kendaraan Wajib Uji III-42

GAMBAR 3.23 Kendaraan Telah Diuji III-42

GAMBAR 3.24 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar III-44

GAMBAR 3.25 Analisis Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar III-45

GAMBAR 3.26 Perbandingan Panjang Jalan III-49

GAMBAR 3.27 Analisis Panjang Jalan III-50

GAMBAR 3.28 Objek Wisata Yang ada di Daerah Kab. Pesisir Selatan III-51

GAMBAR 3.29 Volume Limbah Padat di Daerah Objek Wisata III-52

GAMBAR 3.30 Analisis volume limbah padat III-52

GAMBAR 3.31 Perbandingan Limbah B3 III-54

GAMBAR 3.32 Analisis Limbah B3 III-55

GAMBAR 4.1 Rencana dan Realisasi Jumlah Pohon IV-2

GAMBAR 4.2 Penghijauan Jumlah Pohon Perkecamatan IV-2

GAMBAR 4.3 Luas Penghijauan Perkecamatan IV-3

GAMBAR 4.4 Penghargaan Lingkungan IV-13

GAMBAR 4.5 Anggaran DAK Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan IV-18

GAMBAR 4.6 Anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup IV-18

Page 13: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 1

I-A. LATAR BELAKANG

Kebijakan Lingkungan hidup adalah bagaimana mengelola lingkungan sesuai dengan

tempatnya, maksudnya bahwa menjaga kelestarian, keutuhan dan mempertahankan

daya dukung serta daya tampung lingkungan harga mati untuk kejayaaan lingkungan

dimasa depan. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup secara

terpadu oleh instansi pemerintah, masyarakat serta pelaku pembangunan lainnya,

sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, dengan

memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional

pengelolaan lingkungan hidup.

Sebaliknya kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya pencemaran

dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan daya dukung, daya tampung dan

produktifitas lingkungan hidup menurun yang menyebabkan beban social, oleh karena

itu pencemaran tersebut harus dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung

jawab, asas keberlanjutan dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup

harus dapat memberikan manfaat ekonomi, social dan budaya yang dilakukan

berdasarkan prinsip kehati-kehatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta

pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan local dan kearifan lingkungan.

Untuk melaksanakan itu semua telah terdapat dalam Agenda 21 Bab 40, disebutkan

perlunya kemampuan pemerintahan dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data

dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan

pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan

analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif.

Selain itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah

melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintah daerah

provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah

Page 14: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 2

daerah provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik

(good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada

pelestarian lingkungan hidup.

Berkaitan dengan akses informasi kepada publik, telah ditetapkan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Sebagai Badan

Publik pemerintah wajib menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi

yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan

diumumkan tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan secara berkala,

dengan cara yang mudah dijangkau dan dan dalam bahasa yang mudah dipahami

Keakuratan suatu analisis sangat ditentukan oleh tersedianya data yang memadai baik

kualitas maupun kuantitasnya. Dimensi data lingkungan dan sumberdaya alam yang

luas dan kompleks tidak memungkinkan penyediaannya hanya mengandalkan pada

satu sumber data saja akan tetapi akan melibatkan berbagai sumber data dan

informasi yang luas. Data pengukuran umumnya adalah hasil pemantauan, misalnya

pemantauan kualitas air sungai, Kualitas air laut, kualitas air hujan, kualitas udara dan

kualitas limbah industri.

Latar belakang penulisan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

merupakan bagian dari Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber

daya alam dan lingkungan hidup. Selain itu Buku Data dan Laporan Status Lingkungan

Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan menjadi acuan dan pedoman kondisi

lingkungan hidup daerah saat ini dan ini merupakan suatu tantangan untuk menjadi

lebih baik lagi.

I-B. GAMBARAN UMUM DAERAH

Berdasarkan hukum Kabupaten Pesisir Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Nomor 61 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat Sumatera

Barat, Jambi dan Riau jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979 serta Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam

lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, jo Undang-undang Nomor 21 Drt Tahun 1958

jo Undang-undang Nomor 5 Tahun 1958.

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menjalankan pemerintah untuk melayani

masyarakat yang tinggal pada wilayah administrasinya. Selanjutnya berdasarkan Surat

Page 15: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 3

Keputusan Bupati Pesisir Selatan No.140/132/Kpts/BPT-PS/2010 tanggal 22 Feb 2010

tentang jumlah nagari dan kampung di masing-masing kecamatan secara administrasi,

Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 kecamatan, 76 nagari dan 363 kampung

sebagai satuan pemerintahan terendah.

Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada, 0o 59’ - 2o 28,6’ Lintang

Selatan dan 100o 19’ - 101o 18’ Bujur Timur yang membujur dari utara ke selatan

dengan panjang garis pantai 287,2 km, tinggi dari permukaan laut 0 – 1000 meter,

mempunyai luas 5.749,89 Km2 beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 22oC

hingga 32oC siang hari, 22oC hingga 28oC pada malam hari, luas perairan laut 84.312

Km2. Kabupaten Pesisir Selatan berbatasan, di sebelah Utara dengan Kota Padang,

Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur

dengan Kabupaten Solok, Solok dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dan Sebelah

Barat dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 5 buah teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan,

Teluk Sungai Nipah, Teluk Betung dan Teluk Sungai Bungin. Memiliki perairan payau

kurang lebih 26.278,18 ha, jumlah pulau 53 buah, kecamatan diwilayah Pesisir

sebanyak 9 buah, kampung nelayan 48 kampung dan rawa serta telaga sebanyak 491

ha sungai 22 buah terdiri dari 12 sungai besar dan 10 sungai kecil.

Fisiografi wilayah terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit

Barisan ke arah Barat dan proses aluvial marine. Dari sisi geologis daerah ini termasuk

pinggir dari patahan semangko yang membujur dari utara ke selatan. Lahan dengan

kemiringan yang terjal dan lahan rawa disepanjang pantai mendominasi daerah ini.

Oleh karena itu luas daratan yang dapat dibudidayakan relatif sempit.

Bentuk Kondisi fisiografi wilayah seperti ini mempersempit lahan budi daya dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor

442/KPTS-II/KPTS-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan

di Wilayah Propinsi Sumatera Barat. Keputusan tersebut menegaskan luas lahan yang

dapat digunakan untuk Areal Penggunaan Lain (APL) hanya 26,19 %, sedangkan

73,81 % merupakan wilayah kehutanan, yang terdiri dari hutan konservasi (TNKS),

hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang tidak dapat

dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya.

Gambaran fisiografis berimplikasi kepada kondisi perekonomian yang masih belum

berkembang dengan optimal, juga mengakibatkan Pesisir Selatan sangat rentan

Page 16: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 4

terhadap ancaman bencana alam. Bencana alam yang terjadi setiap tahun antara lain

gempa bumi, banjir, longsor, gelombang pasang dan angin puting beliung. Sebagai

contoh, gempa bumi yang terjadi tanggal 30 September 2009 dan 01 Oktober 2009

mengakibatkan kerusakan terparah terdapat di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan

Koto XI Tarusan, Bayang, Bayang Utara, IV Jurai dan Sutera. Beberapa fasilitas sosial,

ekonomi, infrastruktur, perumahan mengalami rusak berat, sedang dan ringan.

Tabel 1.1

PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005-2009

Tahun PDRB (MILYAR Rp)

ADH Berlaku ADH Konstan

2005 2.274,86 1.625,74

2006 2.654,32 1.710,57

2007 3.082,92 1.801,34

2008 3.580,15 1.898,90

2009 3.913,51 1.942.96

Sumber : Bappeda, diolah dari data PDRB Kab. Pessel Tahun 2009

Tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan perekonomian daerah, hal

ini dapat terwujud karena adanya perbaikan ekonomi yang makin membaik dan

kegiatan pembangunan yang memberikan trickle down effect kepada masyarakat.

I-C VISI DAN MISI

Visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 – 2015

berdasarkan motto Bupati dan wakil bupati terpilih.

VISI :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA”

MISI :

1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi. 2. Melanjutkan Pembangunan Pendidikan. 3. Melanjutkan Pembangunan Kesehatan. 4. Melanjutkan Pembangunan Keagamaan, Kepemudaan dan Sosial Budaya. 5. Melanjutkan Revitalisasi Pemerintahan Daerah

Page 17: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 5

MOTO : “TEKADKU MEMBANGUN PESISIR SELATAN”

Hakikat pembangunan adalah terjadinya proses transformasi, baik transformasi fisik

dengan adanya perbaikan dan pengadaan baru, maupun transformasi budaya.

Sedangkan reformasi adalah upaya pengembalian kearah yang lebih baik. Kegiatan

Transformasi dan reformasi secara bersama dapat mempercepat pembangunan,

sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Berbagai langkah transformasi dan

reformasi yang telah dilakukan yaitu pemerintahan yang bersih, pemberdayaan,

demokratisasi dan akuntabilitas, diharapkan mampu menghasilkan kegiatan dan

capaian pembangunan yang selanjutnya akan menuntut pemecahan masalaha yang

lebih sistemis dan konsisten. Kesejahteraan dipegang berdasarkan prinsip

keseimbangan. Kesejahteraan ditunjukan dengan perolehan tingkat kehidupan yang

layak dipandang dari segi ekonomi, agama, social dan budaya.

Visi dan Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan

Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup, hukum yang

dipergunakan adalah : “Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008, tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pesisir Selatan”.

Pembangunan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kewenangan daerah

diperlukan adanya kesinergian di segala bidang dan persamaan persepsi dalam tahap

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, karena harapan semoga

daerah ini lestari untuk diwariskan kepada generasi mendatang.

Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan

pembinaan serta pengendalian lingkungan hidup, dan dampak lingkungan hidup,

sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup;

b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten di bidang

Lingkungan Hidup;

c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

Lingkungan Hidup;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya Kantor Lingkungan Hidup mempunyai

Page 18: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 6

susunan organisasi yang terdiri dari :

a. Kepala Kantor;

b. Sub Kantor Tata Usaha.

c. Seksi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

d. Seksi Pengendalian dan Penanggulangan/Pencemaran.

e. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum.

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Visi Kantor Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan kewenangan daerah ini

yang dilaksanakan dengan azaz tanggung jawab yang dapat memenuhi aspirasi dan

kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi pemenuhan aspirasi dan

kebutuhan generasi mendatang.

Makna pokok yang terkandung dalam Visi diatas adalah :

Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan bagian integral dari masalah

pembangunan, oleh sebab itu pengelolaaan lingkungan hidup merupakan upaya

terpadu untuk pelestarian fungsi, daya dukung lingkungan hidup dan terlaksana

dengan baik sistem kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya untuk sekian tahun ke depan.

Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan

Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka Kantor Lingkungan Hidup menetapkan Misi

sebagai tahap-tahap atau langkah-langkah

Page 19: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 7

Dalam penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai ke depan adalah

1. Mengintegrasikan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam pembangunan daerah

2. Meningkatkan pemahaman, ketaatan masyarakat terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

3. Mengembangkan kelembagaan, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber

daya manusia, serta sistem penunjangnya.

4. Mengupayakan penyediaan dukungan sarana dan prasarana, SDM dan

kelembagaan lingkungan hidup yang kuat.

5. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pelestarian

lingkungan hidup.

6. Memfasilitasi semua stakeholder untuk menimbulkan komitmen moral

penyelamatan, pelestarian semua komponen lingkungan hidup.

I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN

a. Mengumpulkan data dan informasi terbaru tentang kualitas lingkungan hidup daerah

Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 yang berasal dari pelaksanaan kegiatan

pembangunan yang menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan.

b. Melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan hidup daerah dengan menggunakan

rumus Status Presure Respon.

c. Memfasilitasi pengukuran kondisi lingkungan hidup demi kemajuan menuju

pembangunan yang keberlanjutan di daerah.

d. Menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan terkini dan prospeknya di masa

mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik, pemerintah, organisasi

non-pemerintah, serta pengambil keputusan;

e. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator dan

indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional;

f. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk menjawab

perubahan lingkungan, termasuk kemajuan dalam mencapai standar dan target

lingkungan;

I-E. ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA

Isu lingkungan hidup yang dikemukakan pada bagian ini adalah isu strategis yang

terkait dengan perkembangan wilayah dan dampaknya terhadap lingkungan daerah,

sedangkan isu kritis masing-masing komponen lingkungan akan dibahas pada

Page 20: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 8

masing-masing komponen lingkungan dan kecenderungannya. Isu strategis tersebut

adalah :

1. Banjir

2. Longsor

3. Abrasi pantai

I-F. ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA

Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada 0o59’ – 2o28,6’ Lintang Selatan dan 100o1’ –

101o18’ Bujur Timur, dengan luas daerah 5.749,89 Km2, yang memanjang dari utara

keselatan dengan panjang pantai sekitar 234 km. Posisi geografis Kabupaten Pesisir

Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan

Provinisi Bengkulu, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, dan

sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Daerah ini memiliki pulau sebanyak 53 buah dan 18 buah sungai, yaitu 11 buah

sungai besar dan 7 buah sungai kecil. Pulau-pulau tersebut sangat berpotensi untuk

dikembangkan sebagai objek wisata, baik wisata alam maupun wisata bahari.

Kabupaten Pesisir Selatan adalah daerah rawan bencana alam karena kondisi

geografis terletak dijalur gempa, rawan banjir, rawan longsor, abrasi pantai,

penebangan secara liar, sungai disepanjang jalan dan letak rawan bencana alam.

Curah hujan rata-rata ± 132 mm/tahun, Suhu rata-rata 32oC, Kelembaban rata-rata

86 %.

Berdasarkan topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit –

bukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi dari

permukaan laut berkisar antara 0 – 1000 meter, maka Isu lingkungan hidup utama

yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah seperti dibawah ini.

a. Status

Banjir

Kondisi fisiografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yang terbentuk dari

perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan kearah barat dan

proses alluvial marine selanjutnya ditambah dengan jumlah sungai yang cukup

besar yakni 18 buah dengan perincian 11 sungai 7 sungai kecil. Karena kondisi

Page 21: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 9

seperti ini menyebakan hampir seluruh daerah Kabupaten Pesisir Selatan pada

tahun 2010 terkena banjir mulai dari utara ke selatan.

Pada tanggal 2 Januari tahun 2010 telah terjadi banjir di Kecamatan Balai

Selasa tepatnya dikenagarian Palangai, banjir ini telah menyebabkan kerugian

materil dan in materil di 6 kampung milik masyarakat dan pemerintah, tetapi

tidak ada menelan korban jiwa, seperti kampung Palangai Gadang mengalami

kerugian lahan sawah 3 ha gagal panen, badan jalan terban sepanjang 60

meter, satu buah rumah kayu hanyut terbawa arus, irigasi kepala Bandar jebol,

sawah siap tanam habis dibawa air dan tebing longsor sepanjang 600 meter

yang membahayakan masyarakat adalah daerah Palangai Gadang terisolasi dan

putus hubungan denga masyarakat luar.

Selanjutnya Kampung Limau Sundai mengalami kerugian materil berupa

beronjong penahan tiang jembatan Bintung Putus mengikis tanah sepanjang 6

meter, tebing Sungai Taratak Panas runtuh dan air mengarah ke Surau Lakuak

dan Pandam Kuburan dan tebing dekat pemukiman masyarakat Limau Sundai

Runtuh.

Kampung yang ketiga adalah Kampung Koto Nan IV mengalami kerugian

material diantaranya adalah Batang Air Palangai Timur pindah ke Taruko Baru,

Beronjong tebing Koto Kuil jebol dan menghantam mushala Nurul Ikhlas dan

pemukiman masyarakat di sepanjang aliran sungai. Kampung Sungai Liku

Tangah banjir menghantam lahan jagung seluas 4 ha hanyut dibawa banjir dan

9 (Sembilan) ekor kambing mati dan hanyut dibawa arus. Kampung Kelok Koto

Langang banjir menyebabkan masyarakat rugi materil sebanyak 1 ekor sapi

hayut dan mati, 14 (empat belas) ekor kambing hanyut dan mati ditambah lagi

dengan 219 ayam hanyut dan mati. Kampung terakhir yang terkena banjir

adalah Kampung Palangai Kecil materil masyarakat yang terkena adalah

beronjong penahan tebing sungai di Tanjung Sawah liat Koto Baru, Binuang

putus dan hanyut, beronjong penahan pondasi jembatan gantung lubuk

cubadak putus dan hanyut.

Selanjutnya pada tanggal 7 Januari 2010 banjir menghantam kenagarian

Surantih Kecamatan Sutera mengakibatkan kerbau mati, sapi terbawa arus

sungai, sawah dan padi tertimbun longsor, hanyutnya Gudang Gampo Gambir,

hanyutnya dapur rumah penduduk ukuran 3x4, hanyutnya rumah penduduk

Page 22: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 10

ukuran 3x6 dan mati kerbau dikandang.

Pada tanggal 10 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian Painan Kecamatan

IV Jurai mengakibatkan terbannya Parit miring di belakang SD Negeri No. 28

Painan Timur sepanjang 74 Meter. Tanggal 13 Februari 2010 di Kecamatan

Batang Kapas banjir mengakibatkan terendamnya rumah penduduk dan lahan

pertanian masyarakat. Tanggal 16 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian

Lumpo Kec. IV Jurai rumah masyarakat hanyut sebanyak 3 buah dengan

ukuran 3x9 m, 6x7 m dan 3x7 m. Kenagarian Surantih Kecamatan Sutera pada

tanggal 18 Februari 2010 telah terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya

beberapa tempat disepanjang alur sungai jebolnya irigasi Taruko di kampong

kayu Aro dan intake badan bendungan dari beronjong rusak parah.

Pada tanggal 18 Maret 2010 telah terjadi banjir di Kenagarian Inderapura

Kecamatan Pancung Soal mengakibatkan 90 ha sawah siap panen hanyut

dibawa arus dn tertimbun kayu-kayu yang hanyut dari hulu kesungai dan 132

KK di evakuasi dari jam 14.00 wib sampai dengan 24.00 wib. Dipenghujung

tahun banjir juga menghantam kecamatan Bayang Utara yang meluluh

lantakkan rumah, sawah, 1 mushalla hancur, 8 irigasi rusak, jalan sepanjang 14

meter dan sarana jembatan kayu ambruk terdapat di 3 nagari.

Gambar 1.1

Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara

Sumber :Web site Pesisir Selatan dokumentasi banjir bandang menghantam rumah penduduk

dinagari Taratak Teleng Kec. Bayang Utara

Daerah yang terkena banjir bandang pada daerah Bayang Utara karena diguyur

hujan secara terus menerus selama 3 hari menyebabkan sawah, jembatan dan

rumah penduduk terendam banjir, banjir bandang ini terjadi pada akhir 3

Desember 2010. Sawah yang terendam sebanyak 50 ha dengan kerugian

kurang lebih dari Rp. 50.000.000,- banyak masyarakat yang mengungsi dari

rumah penduduk ketempat pengungsian sebanyak 150 kepala keluarga.

Page 23: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 11

Longsor

Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 telah terjadi longsor di 3

kecamatan yakni Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang Utara dan

Kecamatan Sutera, longsor yang terjadi telah memporak porandakan rumah

penduduk, sawah dan harta benda lainnya serta sarana dan prasarana jalan,

jembatan, tempat ibadah serta tanaman warga.

Gambar 1.2

Longsor di Kecamatan Bayang Utara

Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar longsor dari bukit di Kec. Bayang

Gambar diatas menunjukan bahwa longsor telah menyebabkan jembatan putus

dan material dari bukit terbawa arus ke hilir dari daerah hulu.

Gambar 1.3

Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara

Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar kunjungan Wakil Bupati di Kec. Bayang

Wakil Bupati Pesisir Selatan pada kesempatan ini mengunjungi masyarakat

Kecamatan Bayang Utara yang terkena musibah dan memberikan bantuan

berupa makanan, keperluan pengungsian dan kebutuhan pengungsi.

Abrasi Pantai

Kondisi geografis daerah letak daerah Pesisir Selatan yang membujur dari utara

ke selatan sepanjang 234 km, dari 12 kecamatan yang ada terdapat 9

kecamatan terletak pada dipinggir pantai dan hanya 3 kecamatan yang tidak

berada dipinggir pantai yakni Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa IV

Balai Tapan dan Kecamatan Bayang Utara.

Page 24: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 12

Tingginya aktivitas laut menyebabkan gelombang pasang mengalami kenaikan

dan tinggi ombak mencapai 4 meter, hal ini memberikan pengaruh terhadap

pantai dan terjadi abrasi yang berkepanjangan, sehingga masyarakat nelayan

yang berada dipinggir laut mengalami kerugian materil dan in material.

b. Tekanan

Banjir

Penyebab banjir yang menghantam daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak

10 kali pada tahun 2010 adalah penebangan liar, kebakaran hutan, peristiwa

curah hujan yang berkepanjangan selama berhari-hari. Banjir bandang ini

menyebabkan masyarakat di 3 nagari terisolasi karena jalan penghubung di 3

nagari tersebut putus akibat longsor. Sehingga masyarakat yang berada

didaerah tersebut putus komunikasi dengan masyarakat seberangnya, hal ini

menyebabkan kerugian dari segi moril dan materil.

Longsor

Lahan kritis yang disebabkan oleh pembalakan liar menyebabkan kualitas tanah

menurun, hal ini menjadikan tanah tersebut labil dan mudah dikikis oleh air

hujan. Musim hujan telah menyebabkan longsor dibeberapa titik. Penyebab

terjadi longsor selain lahan kritis adalah kebakaran lahan dan hutan.

Abrasi Pantai

Penyebab abrasi pantai didaerah adalah karena factor manusia dan factor alam

pada posisi geografis daerah pesisir yang berada disepanjang pantai. Faktor

manusia telah menyebabkan gelombang pasang naik air laut kepermukaan

sampai mencapai 4 meter telah menyebabkan pemukiman penduduk disekitar

kawasan pesisir terkena abrasi sehingga perlu dilakukan relokasi pemukiman

ketempat lebih tinggi.

c. Respon

Gambar 1.4

Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara

Sumber :Web site Pesisir Selatan Gambar penanggulangan memakai di Kec. Bayang

Page 25: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 13

Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menyikapi hal ini dengan

berbagai cara diantaranya dengan melaksanakan kegiatan fisik dengan

pengerukan pembersihan jalan yang terkena lingsor dengan bulldozer dari

Dinas PU Kabupaten Pesisir Selatan dengan menyusun program-program

menyikapi bencana alam longsor adapun kegiatan sebagai berikut :

- Pembangunan parit miring

- Pembangunan tempat pengungsian

- Sosialisasi tempat pelarian dan pengungsian terhadap masyarakat

sekitar kawasan rawan banjir dan rawan longsor.

Banjir

Daerah langganan banjir telah dilaksanakan program penanggulangan banjir

oleh Pemerintah daerah diantaranya :

- Melaksanakan program normalisasi sungai

- Membuat drainase untuk pengaliran air hujan agar tidak berlimpah

kejalan dan rumah penduduk

- Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi membuat Embung

- Sosialisasi kepada masyarakat bahaya banjir dan apa saja yang harus

dilakukan jika terjadi banjir.

- Membangun tempat pengungsian jika terjadi banjir.

Longsor

Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah :

- Membuat beronjong dikaki bukit yang rawan longsor

- Penghijauan dikaki bukit yang gundul akibat kebakaran hutan dan lahan

serta lahan kritis.

- Sosialisasi kepada masyarakat jika terjadi longsor dan kegiatan apa

yang harus dilakukan

- Pembangunan tempat pengungsian yang tepat dan strategis

Page 26: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 14

Abrasi Pantai

Gambar 1.5

Abrasi pantai di daerah Mandeh

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel

Rencana pengamanan pantai agar terhindar dari abrasi pantai pada daerah pesisir

dapat dilakukan melalui:

1. Penanaman hutan bakau di kawasan pesisir pantai.

2. Membangun pemecah gelombang di wilayah pantai terutama di kawasan pesisir

yang daratannya merupakan pusat kegiatan.

3. Membangun tanggul penahan arus laut untuk mencegah abrasi.

4. Membangun drainase di wilayah pantai pada kawasan permukiman.

5. Mewujudkan wilayah sempadan pantai sebagai kawasan non budidaya atau

budidaya sangat terbatas (misalnya pariwisata) sekaligus menjadi kawasan

pengamanan dari bahaya gelombang laut/tsunami.

6. Penataan kawasan pesisir pantai dan penguasaan oleh pemerintah serta

pengendalian pemanfaatannya agar fungsi lindungnya tidak terganggu.

7. Penyediaan tempat-tempat sampah agar masyarakat tidak membuang sampah

langsung ke laut.

8. Pembangunan sea wall di sepanjang pantai yang rawan terjadi abrasi pantai

9. Sosialisasi kepada masyarakt nelayan jika terjadi abrasi pantai yang

berkepanjangan

10. Reklamasi pantai Carocok Painan

11. Pembangunan Tanggul penahan ombak

12. Penanaman pohon bakau/hutan mangrove disepanjang pesisir pantai

13. Penanaman Pohon cemara laut disepanjang pantai

Page 27: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 15

I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Kebijakan pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 dituangkan kedalam

Arah Kebijakan Umum (AKU) tahun 2010 di Bidang Lingkungan Hidup yang berisikan

1. Pengendalian dan pencemaran dampak lingkungan

2. Informasi kualitas air sungai dan kondisi pencemaran terhadap air sungai

tersebut.

3. Pelaksanaan Pemberian izin dokumen Pengelolaan lingkungan berupa AMDAL,

UKL/UPL, DPPL dan SPPL kepada pemrakarsa yang melaksanakan suatu usaha

dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

4. Pengendalian dan pencemaran lingkungan oleh Pemrakarsa terhadap kualitas air

limbah industri, rumah tangga dan rumah sakit.

5. Penanggulangan bencana alam.

Pada tahun 2010 ini pendanaan pembangunan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

Pesisir Selatan sebesar Rp. 1,539,982.262,- termasuk kegiatan rutin dan

kegiatan pembangunan serta dana DAK dari Pusat sebesar Rp. 583.300.000,-,

sementara untuk kegiatan dan gaji karyawan Kantor Lingkungan Hidup dari APBD

mempunyai dana tersendiri sebesar Rp. 956.682.262,-.

Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kantor lingkungan hidup

Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 untuk menunjang pelaksanaan isu

lingkungan yang terjadi pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai

berikut :

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan

dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup

Kegiatan ini dilaksanakan meliputi sector perkebunan kelapa sawit, sector

pertambangan, sector pembangunan infrastruktur dan sector pesisir pantai,

yang dilaksanakan pengawasan pada daerah-daerah kawasan Kabupaten

Pesisir Selatan dari Kecamatan Lunang Silaut sampai dengan Kecamatan Koto

XI Tarusan.

b. Kegiatan Pengujian Air Sungai se Kabupaten

Kegiatan ini meliputi pengujian kualitas air sungai besar di 12 Kecamatan yang

Page 28: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 16

ada di Kabupaten Pesisir Selatan, pengambilan sampel dilakukan dengan

metode pengambilan sesaat dengan 3 titik, pada daerah hulu, tengah dan hilir

serta pengambilan sampel dilakukan pada 2 musim, yakni musim kemarau dan

musim hujan. Setelah pengambilan sampel dilakukan pengujian analisa di

laboratorium lingkungan hidup oleh analis kantor Lingkungan Hidup.

c. Kegiatan Koordinasi Penilaian Kota Sehat/ADIPURA

Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan IV Jurai saja, yaitu Kota Painan dan

Kota Sago. Adipura merupakan penghargaan kota dibidang kebersihan.

d. Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (Penunjang DAK)

Kegiatan ini adalah merupakan dana penunjang dari proses kegiatan DAK

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan.

e. Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (DAK Non DR)

Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sumber dana dari DAK APBN,

dengan didampingi oleh dana APBD 10 %. Kegiatan fisik yang dilaksanakan

diantaranya adalah Pembangunan Perlengkapan Gedung Labor sebanyak 1

paket, Pengadaan Alat-alat laboratorium lingkungan berupa pengujian kualitas

udara 1 paket, pengadaan becak sampah sebanyak 10 buah, Pengadaan Unit

Teknologi Biogas 1 paket, Pengadaan Server yang memuat Sistem Informasi

Lingkungan 1 paket, Pengadaan Mobiler 1 paket dan Pengadaan Tong Sampah

50 buah.

f. Kegiatan Pengadaan Kit dan Accecoris

Kegiatan ini adalah pengadaan kit dan accecoris zat logam yang akan

digunakan untuk peralatan AAS sebanyak 10 kotak.

g. Kegiatan Penguatan Lisensi AMDAL dengan Lisensi

Kegiatan ini merupakan luncuran dari tahun sebelumnya, namun pada tahun ini

juga belum terlaksana.

2. Program Peningkatan dan akses Informasi Sumber Daya Alam dengan

kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan Pembuatan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

Tahun 2010.

Page 29: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 17

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan dari tahun

ketahun. Buku SLHD terdiri dari 2 buah, buku 1 berisi tentang Buku data dan

buku 2 berisi tentang analisis dampak lingkungan.

Agenda Pengelolaan Lingkungan

Agenda pengelolaan lingkungan tahun 2010 dan tahun kedepannya dirumuskan

berdasarkan kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari Kementerian Negara

Lingkungan Hidup dan analisis rumus SPR pada bab-bab selanjutnya pada Status

Lingkungan Hidup tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, maka berikut adalah garis

besar agenda yang perlu ditindak lanjuti oleh Kantor Lingkungan Hidup maupun

Pemerintah Daerah dengan harapan dapat didukung oleh kegiatan dari pemerintah

pusat.

1. Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan lahan dan hutan

Melaksanakan tapal batas yang jelas antara wilayah hutan Lindung, TNKS,

HSAW dengan wilayah tanaman rakyat.

Melaksanakan reboisasi dan penghijauan pada daerah lahan kritis yang habis

dibabat secara illegal loging

Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kebakaran lahan dan

hutan

Penyesuaian pembangunan dengan Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Pesisir Selatan.

2. Pengelolaan Keanekaragaman hayati

Melahirkan kebijakan local konservasi yang mengakomodir kebutuhan

tempatan

Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya menjaga dan melindungi

keanekaragaman hayati yang ada

Melaksanakan kerja sama dengan instansi horizontal dan vertical demi menjaga

keanekaragama hayati.

3. Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Air

Melakukan inventarisasi terhadap kualitas air sungai dari tahun 2007 sampai

dengan tahun 2010.

Melakukan kajian strategis untuk pemanfaatan sungai sebagai unsure

pembangunan.

Menertibkan bangunan liar disempadan sungai.

Page 30: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 18

Melakukan Searing dengan kecamatan-kecamatan sepanjang pengambilan

sampel.

4. Pengelolaan Kualitas Udara

Pengujian Kualitas udara pada daerah industri

Pengujian kualitas udara pada daerah padat penduduk

Pengujian kualitas udara pada daerah padat kendaraan bermotor

5. Pengelolaan wilayah laut pesisir dan pantai

Membuat peta zoonasi wilayah pesisir dan pantai Kabupaten Pesisir Selatan

Budi daya mangrove dan terumbu karang pada wilayah pesisir yang

mempunyai tingkat kerusakan cukup tinggi.

Pembangunan reklamasi pantai

6. Pengelolaan Bencana Alam

Menginventarisasi daerah rawan bencana alam dan gempa bumi.

Sosialisasi daerah rawan bencana alam

Pembangunan tempat pengungsian pada tempat yang telah ditentukan

7. Pengelolaan lingkungan Permukiman dan penataan kelembagaan.

Melaksanakan kegiatan yang dapat menurunkan tingginya angka kemisikinan

daerah Kabupaten Pesisir Selatan.

Perlu dilakukan pendataan penghasil limbah B3 untuk pelaksanaan penertiban

melalui penertiban izin limbah B3.

Untuk memperluas jangkauan Pelayanan persampahan maka direncanakan

pembangunan TPA regional untuk daerah selatan yang ditempatkan di

kecamatan Tapan.

Arah Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup :

1. Memperbaiki system pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan

masyarakat secara langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi

dan penguatan kelembagaan dalam wilayah DAS, serta meningkatkan pengawasan

dan penegakan hukumnya.

2. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan.

3. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau

kecil secara lestari berbasis masyarakat.

4. Membangun system pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya

Page 31: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

I - 19

laut dan pesisir yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat

5. Meningkatan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta

merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang

lamun dan estuary.

6. Merehabilitasi kawasan bekas pertambangan

7. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan.

Page 32: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 1

II-A. LAHAN DAN HUTAN

Lahan dan hutan merupakan salah satu isu strategis dan utama lingkungan Hidup

Kabupaten Pesisir Selatan. Penggunaan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan dimoninasi

oleh Kawasan Hutan Lindung termasuk hutan TNKS dan HSAW sebesar 310.103 ha atau

sekitar 71 % dan sisanya dipergunakan untuk kebutuhan lain.

Pembahasan lahan dan hutan dilakukan dengan analisis Statistik sederhana dengan

perbandingan dengan baku mutu, perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu serta

analisis statistic sederhana dengan membandingkan frekuensi, maksimum, minimum dan

rata-rata melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

Mengidentifikasi kondisi lahan dan hutan yang terparah untuk dijadikan subjek

utama

Mengidentifikasi lahan kritis dibeberapa kecamatan

Mengukur tingkat percepatan kerusakan dan perbaikan lahan.

Menelaah lebih lanjut aktifitas utama yang menyebabkan perubahan alih fungsi

lahan, seperti :

a. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi perkebunan

b. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi pertambangan

c. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi Galian C

d. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi Penebangan liar.

Lahan dan hutan merupakan sumber perekonomian bagi masyarakat sekitar, karena

daerah Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai kawasan hutan sebanyak 71 % dari luas

wilayah. Hutan tersebut terdiri dari TNKS, HSAW dan Hutan lindung. Maka oleh sebab itu

diharapkan sumber daya hutan yang berlimpah diharapkan menjadi potensi yang

memiliki nilai ekonomi dan pembangunan bagi semua pihak.

Page 33: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 2

0.00

10,000.00

20,000.00

30,000.00

40,000.00

50,000.00

60,000.00

Hutan Lindung

Koto XI Tarusan

Bayang

IV Nagari BayangUtaraIV Jurai

Batang Kapas

Sutera

Lengayang

Ranah Pesisir

Linggo Sari Baganti

Gambar 2.1Hutan Lindung Per Kecamatan

Sumber : Dinas Hutbun Kabb. Pessel

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa hutan lindung di daerah Kabupaten Pesisir

Selatan didominasi oleh Kecamatan Lengayang, Ranah Pesisir dan Lunang Silaut diikuti

oleh kecamatan lain, sementara yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Bayang.

Sementara itu luas lahan menurut fungsi terbagi 6, yang didominasi oleh TNKS sebesar

260.383 ha atau sekitar 44 %, Areal Penggunaan Lain (APL) sebesar 150.618 ha atau

sekitar 26 %, dilanjutkan dengan Hutan Produki Terbatas (HPT) sebesar 62.430 ha atau

sekitar 11 %, Hutan Lindung (HL) sebesar 49.720 ha atau sekitar 9 %, Hutan Suaka

Alam Wisata (HSAW) sebesar 45.722 ha atau sebesar 8 % dan yang paling sedikit adalah

Hutan Produksi (HP) sebesar 4.030 ha atau sekitar 1 % dan Hutan Produksi Konservasi

(HPK) sebesar 2.086 ha atau sekitar 0 %. Seperti digambarkan dibawah ini :

8%

45%

9%1%

11%

0%

26%

HSAW TNKSHL HPHPT HPKAPL

Gambar 2.2Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010

Sumber : Dinas Hutbun Kab Pessel Keterangan : olahan tabel SD-2, SD-3, SD-4 HSAW : Hutan Suaka Alam Wisata, HL: Hutan Lindung, TNKS : Taman Nasional Kerinci Seblat

HP : Hutan Produksi, HPT : Hutan Produksi Terbatas, HPK : Hutan Produksi Konservasi, APL:Areal Penggunaan Lain

Page 34: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 3

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan

Kabupaten Pesisir Selatan

No. Kecamatan

Luas Lahan (Ha)

Non Pertanian Sawah

Lahan Kering

Perkebunan

Hutan Lindung

Permukiman Total

1 Koto XI Tarusan

58.40

3,763.94

301.95

2,767.95

37,319.97

677.94

44,890.15

2 Bayang

11.50

3,255.63

117.54

75.54

4,088.08

544.26

8,092.55

3 IV Nagari Bayang Utara

13.40

626.69

343.68

239.66

20,465.00

30.80

21,719.23

4 IV Jurai

14.99

1,525.84

161.50

463.56

24,227.72

586.15

26,979.76

5 Batang Kapas

5.33

2,428.93

1,102.55

615.10

44,000.47

389.21

48,541.59

6 Sutera

14.32

6,578.68

2,433.08

2,894.08

31,950.03

1,166.51

45,036.70

7 Lengayang

11.22

8,346.02

39.96

259.40

56,009.97

840.52

65,507.09

8 Ranah Pesisir 80.56

4,562.91

550.64

70.28

46,526.06

668.09

52,458.54

9 Linggo Sari Baganti 94.20

6,948.10

5,020.48

143.74

43,846.07

910.67

56,963.26

10 Pancung Soal 19.50

9,226.47

1,844.50

23,943.73

39,090.61

783.64

74,908.45

11 Basa IV Balai Tapan 15.40

3,482.25

17.96

13,073.46

42,553.65

600.76

59,743.48

12 Lunang Silaut 117.85

1,977.32

616.02

72,840.70

44,954.00

635.15

121,141.04

Total 456.67

52,722.78

12,549.86

117,387.20

435,031.63

7,833.70

625,981.84

Sumber : Tabel SD-1, buku Data 2010

Tabel diatas menjelaskan bahwa hutan lindung mendominasi penggunaan lahan di

daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 435.031,63 ha, hutan lindung terluas ada

di Kecamatan Lengayang dengan luas 56.009,97 ha hutan lindung dengan luas

terkecil adalah Kecamatan Bayang seluas 4.088,08 ha. Luas terbangun terbesar ada

di Kecamatan Lunang Silaut sebesar 117.85 ha dan luas terbangun paling sedikit

terdapat di Kecamatan Batang Kapas sebesar 5,33 ha. Daerah perkebunan

didominasi oleh Kecamatan Lunang Silaut 72.840,70 ha yang terkecil 70,28 ha,

sawah terluas ada di Kecamatan Pancung Soal dengan luas 9.226,47 ha yang terkecil

Page 35: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 4

ada di Kecamatan Bayang Utara seuas 626,69 ha, lahan kering didominasi oleh

Kecamatan Linggo Sari Baganti seluas 5.020,48 ha dan terkecil terdapat di

Kecamatan Basa IV Balai Tapan 17,96 ha, permukiman terluas terdapat di

Kecamatan Sutera seluas 1.166,51 ha dan terkecil terdapat di Kecamatan Bayang

Utara seluas 30.69 ha.

LAHAN KRITIS

3,553.50

0.00

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

Luas (Ha)

Koto XI Tarusan

Bayang

IV Nagari Bayang Utara

IV Jurai

Batang Kapas

Sutera

Lengayang

Ranah Pesisir

Linggo Sari Baganti

Pancung Soal

Basa IV Balai Tapan

Lunang Silaut

Sumber : Olahan Tabel SD‐5 Buku Data 2010

Gambar 2.3Persentase Luas Lahan Kritis Perkecamatan Kab. Pessel Tahun 2010

Gambar diatas menunjukan bahwa lahan kritis paling luas terdapat pada Kecamatan

Lunang Silaut dengan luas 9.817,70 ha, luas yang terkecil ada di Kecamatan Ranah

Pesisir seluas 842,20 ha. Lahan kritis menyebabkan tanah menjadi tidak subur hal ini

terkait dengan kandungan mineral yang dibutuhkan untuk tanaman tidak tersedia da

sedikit mengandung humus.

65

Lu..

Kebakaran Hutan

Ladang Berpindah

Penebangan Liar

Perambahan Hutan

LainnyaKebakaran HutanLadang BerpindahPenebangan LiarPerambahan HutanLainnya

GAMBAR 2.4LUAS KERUSAKAN HUTAN KAB. PESSEL TAHUN 2010

Sumber : Olahan Data SD-6 Buku Data 2010

Page 36: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 5

Gambar diatas menunjukan bahwa luas kerusakan hutan didominasi oleh kegiatan

perambahan hutan seluas 97 ha, diikuti oleh kegiatan kebakaran lahan seluas 65 ha

dan penebangan liar seluas 20 ha.

Luas Konversi Hutan Tahun 2010 lebih banyak digunakan untuk kegiatan perkebunan

seluas 43.170.000.000 km2, kegiatan Hutan Rakyat seluas 40.168.000.000 km2,

kegiatan pertanian 34.960.000.000 km2 dan untuk permukiman seluas

32.380.000.000 km2, seperti gambar dibawah ini :

0

10,000,000,000

20,000,000,000

30,000,000,000

40,000,000,000

50,000,000,000

Luas (Km2)Pemukiman Pertanian

Perkebunan Hutan RakyatSumber : Olahan Tabel SD‐7 Buku Data 2010

Gambar 2.5Luas Konversi Hutan Tahun 2010

Kualitas lahan/hutan, tutupan lahan, luas kawasan lindung, dan luas lahan kritis

Kualitas lahan daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar dapat dimanfaatkan

untuk tanaman keras yang perlu diberi pupuk untuk kesuburannya, seperti tanaman

kelapa sawit dan kayu-kayuan dan sebagian kecil dimanfaatkan untuk pertanian

tanaman musiman dengan untuk meningkat kestabilan dan kesuburan tanah. Pada

umumnya berupa tanah marginal yang membutuhkan pupuk untuk kesuburannya.

Luas kawasan lindung daerah Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Hutan rakyat

luas 41.142,0 ha, Hutan Lindung luas 49.720.0 ha, Hutan TNKS (Taman

Nasional Kerinci Seblat) luas 260.383,0 ha. Dan Hutan Suaka Alam Wisata dengan

45.722,0 ha.

Hutan rakyat ini tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dari

kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan kecamatan Lunang Silaut. Tanaman

Page 37: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 6

rakyat seperti kayu-kayuan seperti Surian, Meranti dan buah – buahan, seperti

Durian, Nangka, Terap, Petai, Jengkol, Duku. Hutan Lindung tersebar di seluruh

daerah Kabupaten Pesisir Selatan dari Kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan

Kecamatan Lunang Silaut.

Hutan TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) terdapat di 10 Kecamatan, hanya 2

kecamatan yang tidak ada hutan TNKS, hal ini berarti lebih dari 55.94 % daerah

Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Taman Nasional Kerinci Seblat.

Tabel 2.2

Daerah – daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS adalah sebagai berikut :

No Kecamatan Kampung

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Bayang Utara

IV Jurai

Batang Kapas

Surantih

Lengayang

Ranah Pesisir

Linggo Sari Baganti

Pancung Soal

Basa IV Balai Tapan

Lunang Silaut

Muara Air, Pancung Tebal, Koto Baru.

Lumpo Timur, Salido Sari Bulan, Painan Timur

Taratak Tamparih, Tuik Koto Gunung

Langgai, Kayu Aro, Taratak Paneh, Tanjung Gadang

Pasir Lawas, Kampung Arab, Koto Pulai

Palangai ketek, Palangai Gadang

Rantau Simalenang

Transat

Muaro Sako, Binjai

Sindang Lubuak Sariak, Sungai Kumbung, Sungai

Kuyung.

Sumber : TNKS Kabupaten Pesisir Selatan

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Kegiatan reboisasi yang dilaksanakan pada tahun 2007 sampai 2010 sangat

bervariasi, pada tahun 2010 kegiatan penghijauan dilakukan di 2 daerah, yaitu

Kecamatan Linggo Sari Baganti dan Kecamatan Koto XI Tarusan.

Page 38: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 7

Tabel 2.3

Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan adalah

sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

Kecamatan

Luas

(ha) Ket

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Hutan Rakyat Murni

Hutan Rakyat Murni

Hutan Rakyat Murni

Hutan Rakyat Murni

Areal Dampak/Bantuan

bibit Tumpang Sari

Areal Dampak/Bantuan

bibit Tumpang Sari

Unit Percontohan

Hutan Rakyat Model

Unit Percontohan

Hutan Rakyat Model

Kebun Bibit Nagari

Kebun Bibit Nagari

Kebun Bibit Nagari

Pemeliharaan Areal

Model Hutan Rakyat

Pemeliharaan Areal

Model Hutan Rakyat

Hutan Rakyat Murni

Hutan Rakyat Murni

Hutan Rakyat Murni

Hutan Rakyat Murni

Areal Tanaman Rotan

Areal Tanaman Rotan

Areal Model Tanaman

Rotan

UP - UPSA

UP – UPSA

Koto Gadang Punggasan , LSB

Limpaso Koto Keduduk Taluk Batang Kapas

Air Kalam Lakitan Lengayang

Palangai Gadang Palangai Ranah Pesisir

Tanjung Gadang Amping Parak Sutera

Koto Gadang Air Haji Linggo Sari Baganti

Tanjung Gadang Amping Parak Sutera

Koto Gadang Air haji Linggo Sari Baganti

Koto Gadang Air haji Linggo Sari Baganti

Gunung Pauh Amping Parak Sutera

Lubuk Betung Inderapura Pancung Soal

Sungai Liku Palangai Ranah Pesisir

Lubuk Betung Inderapura Pancung Soal

Sungai Liku Ateh Palangai Ranah Pesisir

Koto Marapak Punggasan LSB

Lagan Koto Mudik Punggasan LSB

Luar Parit Air Haji Linggo Sari Baganti

Gunuang Pauh Amping Parak Sutera

Koto Nan Tigo IV Koto ilie Batang Kapas

Balai Senayan Lumpo IV Jurai

Teluk Betung IV Koto Ilie Batang Kapas

Air Sikambing Air Haji Linggo Sari Baganti

150

100

100

75

50

50

25

25

0.5 unit

0.5 unit

0.5 unit

25

25

100

100

100

75

10

10

10

10

10

Lcr 2005

Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Penghijauan Hutan Rakyat Murni paling luas

dilaksanakan pada kampung Koto Gadang Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti

Page 39: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 8

dengan luas 150 ha, kegiatan ini luncuran dari tahun 2005. Sedangkan daerah yang

paling sedikit dilaksanakan kegiatan Areal tanaman rotan di Gunuang Pauh Amping Parak

Sutera, Koto Nan Tigo IV Koto Ilie Batang Kapas, Balai Senayan Lumpo IV Jurai, UP-

UPSA pada daerah Teluk Betung IV Koto Ilie Batang Kapas dan Air Sikambing Kenagarian

Air Haji Kecamatan Liinggo Sari Baganti dengan luas 10 ha.

Tabel 2.4 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2007 adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

Kecamatan

Luas

(ha) Ket

1

2

3

4

5

Reboisasi Hutan

Produksi

Pembuatan hutan

rakyat

Reboisasi

Reboisasi

Reboisasi Pengkayaan

Koto Langang Air Haji Linggo sari

Baganti

Luar Parit Air Haji Linggo sari Baganti

Koto Langang Air Haji Linggo sari

Baganti

Talatau Koto Panjang Linggo sari

Baganti

Limau Manih Kulam Lengayang

50

50

300

200

200

Dipa Revisi II

Ktrk Multiyears

Ktrk Multiyears

Ktrk Multiyears

Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

Gambaran tabel diatas diperoleh informasi bahwa Kecamatan Linggo Sari Baganti

sebagai daerah percontohan untuk kegiatan GNRHL dengan luas 600 ha

menggunakan kontrak multiyears.

Tabel 2.5 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Luas

(ha) Ket

1

2

3

Reboisasi Hutan Produksi

Reboisasi

Pembangunan hutan berbasis

nagari

Koto Langang Air Haji Linggo Sari Baganti

Luar parit Nagari Air Haji Linggo Sari Baganti

Gurun panjang Bayang

50

50

-

Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa reboisasi hutan produksi dilaksanakan

paling dominan pada Kecamatan Linggo Sari Baganti. Dengan luas 100 ha.

Page 40: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 9

Tabel 2.6

Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Luas

(ha) Ket

1

2

3

Reboisasi

Reboisasi

Reboisasi

Pengkayaan

Koto Langang Air Haji Linggo Sari Baganti

Talatau Koto Panjang Air Haji Linggo Sari

Baganti

Limau Manih Kulam Lengayang

300

200

200

Ktrk Multiyear

Ktrk Multiyear

Ktrk Multiyear

Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan tabel diatas tergambar Kampung Koto Langang Nagari Air Haji

Kecamatan Linggo Sari Baganti mempunyai daerah paling luas dalam reboisasi yakni

300 ha.

Tabel 2.7 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Luas

(ha) Ket

1

2

3

4

Reboisasi

Reboisasi

Reboisasi Murni

Reboisasi Pengayaan

Koto Panjang Koto Langang Punggasan Linggo

Sari Baganti

Talatau Koto Panjang Air Haji Linggo Sari Baganti

Limau Manih Kulam Lengayang

Limau Manih Kulam Lengayang

200

300

450

200

Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM

Reboisasi murni dilaksanakan pada Kampung Limau Manih Kecamatan Lengayang dengan

luas 450 ha, reboisasi pengayaan di Kampung Limau Manih Kulam 200 ha, Reboisasi di

Koto Panjang Koto Langang Punggasan dan Telatau Koto Panjang Air Haji 500 ha.

Pada tahun 2008 juga ada kegiatan Indonesia Menanam dengan melibatkan seluruh

elemen masyarakat seperti generasi muda, anak-anak sekolah, LSM, perempuan. Khusus

untuk anak-anak didik tingkat Sekolah Dasar (SD) ditanamkan hakikat dengan Kecil

Menanam Dewasa Memanen (KMDM). Anak-anak diberi bibit masing-masing 5 (lima) buah

meliputi jenis kayu-kayuan, buah-buahan dan ditanam dihalaman /kebun/ladangnya atau

menumpang dikebun saudara dan kalau 5 atau 10 tahun mendatang hasil dari bibit yang

Page 41: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 10

ditanam dapat membantu biaya sekolah. Kabupaten Pesisir Selatan mendapat jatah

menanam untuk 4 sekolah dasar.

Tabel 2.8 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

Selatan tahun 2009 adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

Kecamatan

Luas

(ha) Ket

1

2

3

4

5

Pemeliharaan Hutan rakyat

Pembuatan UP-UPSA

Pembuatan Hutan Rakyat

Pembuatan Hutan Rakyat

Pembuatan Hutan Rakyat

Luar Parit Punggasan Linggo Sari Baganti

Painan Timur IV Jurai

Anakan IV Koto Hilir Batang Kapas

Tanjung Kandis Taluak Batang Kapas

Ampang Teras Lumpo IV Jurai

75

10

100

100

100

Tani Bukit Gadang

Tani Batu Gajah

Tani Harapan Jaya

Tani Tigo Saiyo

Tani Batu Peti

Barangan

Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

Pada tahun 2009 pelaksanaan pembuatan hutan rakyat, dan pemeliharaannya

diserahkan kepada kelompok tani yang ada pada daerah masing-masing seperti

tergambar pada tabel diatas yang dominan adalah kegiatan pembuatan hutan rakyat.

Tabel 2.9

Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

Kecamatan Luas (ha) Ket

1 Reboisasi

Koto XI Tarusan 300

Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM

Kecamatan Koto XI Tarusan sebagai sasaran pembuatan tanaman reboisasi yang

dilaksanakan oleh SWP DAS AGAM KUANTAM seluas 300 ha.

Tabel 2.10

Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

No

Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

Kecamatan Luas (ha) Ket

1

2

Reboisasi

Reboisasi

Koto XI Tarusan

Linggo Sari Baganti

50

100

Sumber Dinas Hutbun Kab. Pessel

Page 42: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 11

1,951.5 1,890

685150

2007 2008 2009 2010

Luas

2007200820092010

GAMBAR 2.6KEGIATAN REBOISASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Sumber : Dinas Hutbun Kab. Pessel

Gambar diatas menunjukan bahwa telah terjadi penurunan kegiatan reboisasi

dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan 2009, namun penurunan pada tahun 2008 ke

tahun 2009 lebih mencolok dan sangat signifikan, namun kondisi dilapangan

kegiatan ilegal loging memang sudah berkurang bahkan banyak samwil industri

kayu telah ditutup, pada tahun 2010 kegiatan reboisasi semakin menyusut

menjadi 150 ha luas daerah tanam, pada Kecamatan Koto XI Tarusan setelah

ditanam dua bulan kemudian terbakar semua menyisakan 5 ha.

Tabel 2.11

Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai

dengan tahun 2009

Lokasi Luas (Ha) Jenis Tanaman Tahun Tanam

Ampang Pulai Kec. Koto IX Tarusan 550 (HL) Mahoni, Meranti, Pulai,

Gaharu, Surian, Durian 2005

Kapuah 100 HR) SDA 2005 Kec. Bayang 200 (HR) SDA 2005

Kec. Koto IX Tarusan 310 (HL) Pala , Melinjo, Durian, Mahoni, Surian 2006

Kec. Koto IX Tarusan 150 (HR) SDA 2006 Kec. Koto IX Tarusan 25 (HL) Mangrove 2006

Kec. Bayang 125 (HR) Pala , Melinjo, Durian, Mahoni, 2006

Kec. Air Haji 50 (HL) SDA 2007 Kec. Air 50 (HR) SDA 2007 Limau Manih Kulam Kec. Lenggayang

200 Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala

2008

Talatan Kec. Linggo Sari Baganti

200 Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala

2008

Koto Langang Kec. Linggo Sari Baganti

300 Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala

2008

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel.

Page 43: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 12

Tanaman yang cocok ditanam sesuai dengan jenis tanah pada daerah Pesisir

Selatan diantaranya adalah pohon Mahoni, Meranti, Pulai, Surian, Gaharu, Bonio dan

Durian serta pala.

Kondisi lahan kritis

2007

2008

2009

2010

Lahan Kritis

2007 2008 2009 2010

GAMBAR 2.7LUAS LAHAN KRITIS KAB. PESSEL 2007-2009

Sumber : Olahan Data SD-5 Buku Data 2010

Gambar 2.7 diatas menunjukan terjadi penurunan yang cukup signifikan antara tahun

2009 ketahun 2010, hal ini menunjukan telah ada perbaikan kualitas tanah dengan

kegiatan reboisas, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup

dan fungsi tanah sangat penting demi kelancaran pembangunan dan peningkatan

perekonomian masyarakat disekitar hutan.

Pada tahun 2007 lahan kritis didominasi di Kecamatan Lunang Silaut, Tapan, Pancung

Soal, Linggo Sari Baganti, tahun 2010 lahan kritis paling luas terdapat di Kecamatan

Lunang Silaut sebesar 9.817,70 ha, kecamatan Koto XI Tarusan seluas 3.553,70 ha yang

paling sedikit luas lahan kritis terdapat pada kecamatan Ranah Pesisir 842,20 ha.

Informasi kebakaran lahan tahun 2006 – 2010 sebagai berikut :

1. Kebakaran tahun 2010

Kebakaran terjadi pada tanggal 20 September 2010, hasil pemantauan/monitoring

menunjukan kebakaran dilahan Kecamatan Koto XI Tarusan seluas 50 ha. Kebakaran

lahan yang terjadi didaerah ini terjadi pada musim kemarau sebagian besar berada

pada lahan gambut yang banyak mengandung bahan organik dan sisa-sisa

pelapukan kayu sumber api berada selayaknya api dalam sekam.

Page 44: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 13

2. Kebakaran tahun 2009

Kebakaran terjadi pada tanggal 22 Mei 2009, Hasil Pemantauan/ Monitoring dan

pengawasan yang di lakukan di wilayah kecamatan Lunang Silaut ditemukan 3

(Tiga) Titik Api (Hot Spot) yaitu pada Lokasi sebagai berikut:

a. Lahan yang terbakar diperkirakan ± 10 Ha menurut keterangan masyarakat

setempat api sudah ada sejak 5 hari yang lalu yang sengaja dibakar masyarakat

untuk membuka lahan pertanian diwaktu Tim sampai ditempat api sudah

berkurang dan pemilik lahan tidak ditemui di lokasi.

b. Silaut (Barat dan Timur di luar lokasi PT. SAPTA) lokasi yang terbakar di

perkirakan ± 15 Ha. Menurut keterangan masyarakat setempat api sudah ada

sejak 5 hari yang lalu, penyebab kebakaran diduga dari kelalaian masyarakat

saat membuka Lahan untuk pertanian diperkirakan api hari ini sudah bisa

dipadamkan karena pihak PT SAPTA terus berupaya dengan masyarakat

mematikan api tersebut

3. Kebakaran tahun 2008

Terjadi kebakaran lahan tanggal 22 Mei 2008 berlokasi di PT. SJAL II di Kecamatan

Lunang Silaut. Lokasi yang terbakar alahah areal PT. SJAL II eluas 2.000 ha, Blok

C,D 1.000 ha (sesudah ditanam), blok J,K,L,M 1.000 ha. Penyebab kebakaran diduga

berasal dari perkebunan masyarakat yang berbatasan langsung dengan PT. SJAL II.

4. Kebakaran tahun 2007

Luas kebakaran hutan berdasarkan satelit NOAA dan laporan masyarakat disekitar

PT. Sumatera Jaya Agro Lestari (SJAL) seluas 400 ha dan perkebunan kelompok tani

Teluk Permai seluas 85 ha di Kecamatan Pancung Soal. Kebakaran ini terjadi pada

tanggal 17 April 2007.

5. Kebakaran tahun 2006

Kebakaran yang terjadi pada tanggal 15 Agustus 2006 berlokasi di 4 kecamatan,

yakni kecamatan Koto XI Tarusan seluas 25 ha, Kecamatan Basa IV Balai Tapan

seluas 100 ha, kecamatan Pancung Soal seluas 125 ha dan kecamatan Lunang Silaut

seluas 1.000 ha. Kebakaran hutan dan lahan dapat menyebabkan kerusakan struktur

tanah, infiltrasi, air tanah, akar tanaman tidak berkembang dan meningkatnya laju

erosi tanah dan infiltrasi air tanah menurun.

Page 45: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 14

KEBKRNHTN

LDGBPDH

PNBGNLIAR

PRBHNHTN

LHNKRITIS

2007

2008

2009

2010

2007 2008 2009 2010

GAMBAR 2.8LUAS KERUSAKAN HUTAN KAB. PESSEL SELAMA 4 TAHUN

Sumber : Dinas Hutbun Kab. Pessel

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luas kerusakan lahan dari tahun ke tahun terjadi

perubahan, seperti penebangan liar tahun 2008 lebih banyak terjadi dibandingkan dengan

tahun lainnya, lahan kritis didominasi pada tahun 2009 lebih banyak pada indikator lahan

kritis. Pada tahun 2007 kerusakan hutan paling dominan disebabkan oleh penebangan liar,

pada tahun 2010 kerusakan lahan didominasi oleh kegiatan perambahan hutan luas 97 ha.

Analisis statistik sederhana

Analisis statistik sederhana dari kondisi diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

TABEL 2.12

ANALISIS LAHAN KRITIS

Lokasi 2007 2008 2009 2010

Koto XI Tarusan 15.000 18.311,25 26.771,9 3.553,5

Bayang 17.000 15.523,29 13.687 2.312,8

Bayang Utara 18.000 9.943,48 15.690 1.354

IV Jurai 12.000 10.446,17 36.056,6 886,6

Batang Kapas 30.000 6.479,55 14.261,3 1.851,8

Sutera 45.000 23.536,34 45.485 2.730,2

Lengayang 49.000 20.239 63.812 2.187,8

Ranah Pesisir 57.000 10.544,57 38.318,5 842,3

Air Haji 65.000 13.339,5 47.585,5 2.991,4

Pancung Soal 82.000 19.237,9 33.888,7 2.227

Basa IV Balai Tapan 85.000 46.971,97 43.271,9 2.223,2

Lunang Silaut 125.000 60.464,33 54.385,9 9.817,7

Total 600.000 255.034,7 433.214,3

32,978.20

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup

Page 46: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 15

Kondisi lahan kritis pada tahun 2007 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 125.000 ha.

Luas minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan luas 12.000 ha

Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2007 adalah seluas 50.000 ha.

Kondisi lahan kritis pada tahun 2008 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 60.464, 33 ha.

Luas minimum adalah Kecamatan Batang Kapas dengan luas 6.479, 55 ha

Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2008 adalah seluas 21.253,11 ha.

Kondisi lahan kritis pada tahun 2009 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Kecamatan Lengayang dengan luas 63.812 ha.

Luas minimum adalah Kecamatan Bayang dengan luas 13.687 ha

Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2009 adalah seluas 36.101,19 ha.

Kondisi lahan kritis pada tahun 2010 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan luas 9.817,7 ha.

Luas minimum adalah Kecamatan Bayang dengan luas 842,3 ha

Rata – rata kerusakan lahan kritis pada tahun 2010 adalah seluas 5.330 ha.

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

Maks Min Rata-rata2007 20082009 2010

Gambar 2.9Analisis Statistik lahan kritis 2007-2010

Sumber : Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel

Page 47: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 16

TABEL 2.13

ANALISIS KERUSAKAN LAHAN

Lokasi 2007 2008 2009 2010

KEBAKARAN HUTAN

600 10000 126 65

LADANG BERPINDAH

0

25.000 0 0

PENEBANGAN LIAR

800.000 15.000 245 25

PERAMBAHAN HUTAN

0 16.000 297 97

LAHAN KRITIS

160.000 255.647,1 433.214,3 32.978,2

Total 960.000

321.647,1 433.882,33 33.165,2

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup

Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2007 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Penebangan Liar dengan luas 800.000 ha.

Luas minimum adalah Kebakaran Hutan dengan luas 600 ha

Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2007 adalah seluas 192.190 ha.

Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2008 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Lahan Kritis dengan luas 255.647,1 ha.

Luas minimum adalah Kebakaran Hutan dengan luas 10.000 ha

Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2008 adalah seluas 64.329,4 ha.

Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2009 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Lahan Kritis dengan luas 433.214,3 ha.

Luas minimum adalah Kebakaran Hutan dengan luas 126 ha

Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2009 adalah seluas 86.726,5 ha.

Analisis Kerusakan lahan pada tahun 2010 analisis statistik sederhana adalah :

Luas maksimum adalah Lahan Kritis dengan luas 32.978,2 ha.

Luas minimum adalah Penebangan Liar dengan luas 25 ha

Rata – rata kerusakan lahan pada tahun 2010 adalah seluas 16.501,6 ha.

Page 48: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 17

0

200000

400000

600000

800000

1000000

Maks Min Rata-rata

2007 20082009 2010

Gambar 2.10Analisis Statistik Kerusakan Lahan 2007-2010

Sumber : Analisis KLH Kab. Pessel

II-B. KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pendekatan yang akan dilakukan adalah dengan mengkaji kembali status

keanekaragaman hayati Kabupaten Pesisir Selatan relative statis dan konstribusi

kepada keterancaman dari keanekaragaman hayati yang ada. Berikut isu

keanekaragaman hayati Kabupaten Pesisir Selatan :

Kurangnya Sosialisasi keanekaragaman hayati ditengah masyarakat

Perambahan, dan perburuan secara illegal

Isu tersebut diharapkan dapat menggambarkan persolan keanekaragaman hayati

Kabupaten Pesisir Selatan. Usaha Pemerintah yang telah dilakukan diantaranya

penetapan sejumlah kawasan menjadi kawasan konservasi yang merupakan pelestarian

terhadap keanekaragaman hayati, jenis perlindungan terhadap jenis flora dan fauna yang

endemis dan kebijakan lahirnya undang-undang dan regulasi sejenis yang menegaskan

peran perlindungan Negara terhadap keanekaragaman hayati.

Sumber Daya alam yang ada di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan adalah kawasan

konservasi (in situ). Suaka alam air Tarusan luas 25.177 Reg.12 dengan SK Menteri

Kehutanan Nomor 263/Kpts/B/1982.

Permasalahan yang timbul adalah :

1. besarnya animo masyarakat untuk melakukan aktifitas dalam hutan seperti

melakukan perambahan hutan untuk dijadikan ladang, pencurian hasil hutan kayu

atau non kayu berupa penebangan liar, perburuan satwa liar.

2. Sebagian masyarakat belum sepenuhnya dapat mnerima keberadaan kawasan

konservasi Suaka Alam Air Tarusan.

Page 49: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 18

Pembahasan dari permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa kondisi dari Kawasan

Suaka alam air Tarusan hampir seluruh kawasannya memiliki lereng yang sangat terjal,

terutama kawasan hulu daerah aliran sungai Batang Tarusan, sebagian besar termasuk

kategori cukup terjal 75%, dari areal tersebut memiliki kelerengan lebih 40% disamping

kondisi topografi yang cukup ekstrim.

Daerah aliran sungai Batang Tarusan memiliki anak sungai 37 buah, dalam kawasan ini

terdapat bermacam-macam jenis floran dan fauna, seperti Flora yang ada diantaranya

Meranti, Mersawa, Pulai, Damar, Balam, Kelat, Medang, Sepat, Terentang, Bunga

Bangkai dan masih banyak flora lainnya. Fauna yang ada seperti Harimau Sumatera,

Bajing, Harimau Dahan, Malu-malu, Tapir, Kambing Hutan, Kuaw, Mejangan, Ungko,

Kera, Beruk, Rusa, Siamang.

Sebagian masyarakat belum sepenuhnya dapat menerima keberadaan kawasan hutan

suaka alam, Air Tarusan, terbukti dengan pada saat penataan batas ulang untuk

mempertegas batas wilayah ada beberapa oknum masyarakat mencoba menghalangi

petugas, ini terjadi disatu nagari wilayah kecamatan Koto XI Tarusan kepada pihak

BKSDA Sumbar, sehingga kegiatan tersebut tidak dilengkapi dokumen sah.

Satwa Siamang dan Ungko, Permasalahan yang timbul adalah setelah dilakukan upaya

rehabilitasi di Pulau Marak Kecamatan Koto XI Tarusan, rencananya pihak Kalawet akan

melakukan pelepasliaran kedalam kawasan hutan lindung, akan tetapi masih terkendala

teknis dari pihak Dinas Kehutanan Provinsi. Dampak yang timbul dari penundaan waktu

yang tidak ditentukan tersebut / tanpa kepastian mengakibatkan terjadinya resiko

kematian terhadap satwa tersebut. Upaya konservasi yang dilaksanakan melalui Program

Rehabilitasi Satwa Siamang kerjasama dengan Kalawet Program dan BKSDA Sumatera

Barat.

Pulau Marak terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan tedapat Satwa Penyu, Data terakhir

ditahun 2009 perdagangan telur penyu dari daerah Kabupaten Pesisir Selatan ke Kota

Padang dan Kota-Kota Lainnya diluar Provinsi. Asal pengambilan telur Penyu dari

penampung ada dilokasi Pulau Gosong, Pulau Kerabak Gadang Barat, Pulau Kerabak

Gadang Timur. Usulan Suaka Margasatwa Pulau Penyu seluas 450 ha, usulan Penetapan

Dirjen PHPA No. 993/Dj-VI/PA/1990 Usulan Penetapan BKSDA I No. 2677/V/6/1990.

Page 50: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 19

Kawasan konservasi keanekaragaman hayati di Kabupaten Pesisir Selatan yang

dikhususkan sebagai daerah kawasan perlindungan dan pelestarian adalah sebagai

berikut :

1. Hutan Suaka Alam Margasatwa (HSAW) yang terletak dikecamatan Koto XI Tarusan

dengan luas 45.722 ha, merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati

terutama fauna yang unik sehingga dibutuhkan pembinaan habitatnya.

2. Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang berlokasi hamper diseluruh

Kecamatan yang ada di KAbupaten Pesisir Selatan, dengan luas 260.383 ha,

merupakan kawasan pelestarian alam dengan ekosistem asli, system zonasi yang

dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan, budi daya dan pariwisata.

Gambar 2.11

Keanekaragaman Hayati

Sumber : BKDSA Kab. Pessel

Kabupaten Pesisir Selatan memanfaatkan dua kawasan ini sebagai tempat untuk

penyelamatan dan pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati. Penyelamatan ini

tidak hanya berada di dua kawasan tersebut tetapi juga terdapat dikawasan produksi dan

kawasan budi daya. Bentuknya seperti Hutan Produksi (HP), hutan Produksi konservasi

(HPK), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung (HL), areal perkebunan besar,

penambangan dan hutan rakyat. Pulau Penyu yang terdapat di Kecamatan Sutera

merupakan Suaka Marga Satwa di Sumatera Barat yang ditetapkan berdasarkan Surat

Page 51: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 20

Usulan Penetapan Direktur Jenderal Hutan Pelestarian ALam No. 933/DJ/VI/PA/90

tanggal 26 Mei 1990.

Flora diketahui mendominasi adalah golongan Reptil sebesar 16.250 spesies, sedangkan

flora adalah Tumbuh-tumbuhan dengan nilai 850 spesies. Jenis Spesies yang dilindungi

didominasi oleh fauna Reptil sebanyak 650 spesies dan tumbuh-tumbuhan 850 spesies

seperti gambar dibawah ini.

199 371

16250

110 50 56 45850

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

HwnMenyusui

Burung Reptl Ampibi Ikan Keong Serangga TumbuhJml Spesies dikthuJmlh Spsies dilindgSumber : Analisis KLH Kab. Pessel

Gambar 2.12Keanekaragaman hayati dilindungi Kab. Pessel 2010

Gambar 2.13

Flora fauna yang dilindungi

Sumber : TNKS

Perbandingan dengan baku mutu

1. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 199 tentang Jenis Satwa yang dilindungi

Page 52: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 21

Jika dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Noomor 7 tahun 1999 tentang

jenis satwa yang dilindungi, maka keanekaragaman hayati daerah Kabupaten

Pesisir Selatan spesies dan jenisnya hampir sama, karena sama-sama berada

pada daerah beriklim tropis, namun ciri-ciri dari satu daerah tentu ada.

Maskot Kabupaten Pesisir Selatan dari Fauna adalah Mungkus, adalah sejenis

ikan yang hidup disungai dengan bentuk badan berukuran kecil berwarna hitam

mengkilat. Floranya adalah Pohon Beringin.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Pada tahun 2008 jumlah spesies yang diketahui secara keseluruhan pada daerah

hutan TNKS hewan menyusui sebanyak 100 jenis, burung sebanyak 400 jenis.

2008 2009 2010

HwnMenyusuiBurung

Reptl

Ampibi

Ikan

Keong

Serangga

Tumbuh

GAMBAR 2.14Perbandingan Jumlah Spesies yang diketahui

Sumber : BKSDA Kab. Pessel

Gambar 2.14 menunjukan bahwa jumlah spesies yang diketahui dari tahun ketahun

terjadi kenaikan jumlahnya, hal ini menunjukan bahwa ada kepedulian melaksanakan

perlindungan terhadap hewan yang dilindungi.

05000

1000015000

20000

2008 2009 2010

HM

Burung

Reptil

Ampibi

Ikan

Keong

Serangga

Tumbuhan

GAMBAR 2.15Perbandingan Jumlah Spesies yang Dilindungi

Sumber : BKSDA Kab. Pessel

Page 53: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 22

Gambar diatas menunjukan bahwa jumlah spesies dari tahun ketahun terjadi kenaikan,

hal ini telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat tentang perlindungan terhadap

hewan langka, endemik dan punah.

Analisis statistik sederhana

Perlindungan terhadap hewan yang dilindungi oleh pemerintah perlu dilaksanakan

secara konverensih dan terpadu seluruh stakeholder terkait, untuk menjaga kelestarian

jenis spesiesnya dimasa yang akan datang.

II-C. A I R

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki Sumber daya air yang berlimpah dan memiliki

kualitas yang baik. Daerah ini memiliki 18 buah sungai, yaitu 11 buah sungai besar dan

17 buah sungai kecil. Sungai-sungai tersebut terpapar dari utara ke selatan yakni dari

Kecamatan Koto XI Tarusan sampai Kecamatan Lunang Silaut. Seluruh sungai yang

berada di Kabupaten Pesisir Selatan hulunya berada di Kabupaten Solok Selatan. Selain

sungai yang banyak, Kabupaten Pesisir Selatan juga memiliki embung sebanyak 8 buah

tersebar di 3 kecamatan.

Dari permasalahan – permasalahan yang timbul diatas, maka isu lingkungan yang

terkait dengan kualtitas dan kualitas air di Kabupaten Pesisir Selaltan adalah sebagai

berikut :

a. Sedimentasi didaerah hilir

b. Tebing sungai rapuh

c. Banjir

d. Longsor

Dalam menganalisis permasalahan yang timbul dilakukan penekanan analisis SPR dan

perbandingan dengan baku mutu, perbandingan nilai antar waktu dan analisis statistic.

Pertimbangan – pertimbangan tersebut adalah :

a. Batang air yang dianalisis adalah Batang air yang mengalami perubahan

kondisi dasar dan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

b. Penekanan analisis dilakukan untuk parameter yang melebihi baku mutu,

datanya tersedia dan dapat digunakan sebagai indicator kerusakan sumber

daya air dan ketersediannya.

Page 54: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 23

c. Sedimentasi pada dasar waduk dan banyaknya tumbuhan enceng gondok

menyebabkan terjadinya blooming dan pencemaran air waduk

d. Melakukan pembandingan antara lokasi, kualitas air sungai perkecamatan di

Kabupaten Pesisir Selatan.

KUANTITAS AIR SUNGAI

Sungai yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan umumnya memiliki sedimen yang

tinggi pada daerah hilir, hal ini disebabkan aktivitas manusia lebih banyak pada

daerah hulu tengah dan terkumpul secara keseluruhan pada daerah hilir. Debit

sungai pada musim kemarau lebih sedikit dibandingkan dengan debit sungai

musim hujan, hal ini dipengaruhi oleh tingginya curah hujan pada daerah hilir,

disamping itu juga penebangan secara liar pada daerah hulu dapat menyebabkan

air menjadi berlimpah didaerah hilir yang menyebabkan banjir.

Jika dilihat dari panjang sungai yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah

berfluktuasi, Batang air yang paling panjang adalah Batang Inderapura dengan

panjang 80 km, diikuti oleh Batang Silaut sepanjang 65 km dan Batang Lengayang

dengan panjang 60 km. Batang air yang paling pendek adalah Batang Palangai

Kecil dengan panjang 10.50 km, diikuti yang kedua Batang Painan dengan Panjang

12,50 km, Batang Arau sepanjang 15 km dan Batang Sungai Rumbai sepanjang 15

km.

KUANTITAS AIR TANAH

Air tanah yang digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali, daerah Kabupaten

Pesisir Selatan yang mempunyai topografi berbukit, bergelombang dan berpasir,

belum mempunyai industry yang besar, masyarakat terutama masih menggunakan

air tanah sumur gali sebagai kebutuhan penggunaan air bersih sehari-hari.

Sebagian besar masyarakat dataran dan mempunyai daerah pesisir menggunaakn

sumur gali, masyarakat berada didaerah perbukitan menggunakan air bukit yang

berasal dari mata air dan air terjun menggunakan sarana system perpipaan

(PDAM) sebagai kebtuhan air bersih.

Page 55: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 24

KUANTITAS EMBUNG

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki embung sebanyak 6 buah, ketersediaan

embung didaerah diperuntukan sebagai penampungan sementara dari curah hujan

dan perairan pegunungan sebagai pencegahan banjir apabila curah hujan yang

turun sangat tinggi. Embung yang tersedia pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan

memiliki volume air terbesar oleh Embung Taratak Timbulun dengan volume air

166,764 m3 dengan luas 5,04 ha. Selanjutnya Embung Amping Parak di

Kecamatan Sutera dengan luas 24 ha dan volume air 120 m3, lalu Embung Gunung

Malelo dengan volume 110 m3 , luas 2.20. Sedangkan yang paling sedikit volume

air adalah Embung Tanjung Durian dengan volume 21,8 m3 dan luas 4.03 ha.

Tabel 2.14

Embung Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber : Data Olahan SD-12 Buku Data 2010

Sebagian besar embung belum beroperasi, masih dalam tahap persiapan untuk

beroperasi. Sedimentasi pada embung akibat dari erosi dan merupakan padatan

yang terdapat pada air embung itu sendiri. Jumlah sedimen yang banyak

didalam air embung dapat merugikan dalam berbagai penggunaannya seperti :

1. Dapat mengurangi penetrasi sinar matahari kedalam air, sehingga akan

mengurangi kecepatan Foto sintesis.

2. Air menjadi keruh, sehingga diperlukan proses yang panjang sebelum dapat

digunakan.

No. Nama Embung Kecamatan Luas Volume Permasalahan Upaya Konservasi

( Ha ) ( M³ )

1 Embung Lubuk Agung Salido IV Jurai 5,00 100.000 − Daya tampung embung semakin hari semakin berkurang karena mengalami pendangkalan

− Di beberapa tempat muncul tanaman enceng gondok

− Minimnya dana pemeliharaan embung

− Perlu dilakukan penanaman tanaman kayu-kayuan dan MPTS di sekitar embung

− Penyuluhan kepada masyarakat untuk melestarikan embung

− Seyogianya diadakan pemberdayaan tuk peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar embung

2 Embung Teratak Timbulun Sutera 5,04 166.764

3 Embung Lubuk Mato Kuciang Sutera 0,85 91.000

4 Embung Gunung Malelo Sutera 2,20 110.000

5 Embung Amping Parak Sutera 24,00 120.000

6 Embung Tanjung Durian Ranah Pesisir

4,03 21.800

Page 56: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 25

3. Sedimen yang mengendap didasar embung dapat mengurangi populasi ikan

dan hewan air lainnya, karena telur dan sumber – sumber makanan tertutup

oleh sedimen.

KUALITAS AIR SUNGAI

Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk

membuktikan apakah air layak untuk dikonsumsi atau tidak. Perbedaan fungsi

dan pemanfaatan sungai – sungai yang alirannya melewati pusat kota dan

pedesaan, akan menyebabkan perbedaan jenis tingkat pencemaran.

Dengan kondisi sungai tersebut, perlu dilakukan pendekatan-pendekatan agar

gambaran kualitas sungai Kabupaten Pesisir Selatan dapat diperoleh, pendekatan

tersebut diantaranya adalah :

1. Pengujian kualitas air sungai dilakukan terhadap sungai – sungai besar yang

melewati perkotaan, pasar, pertanian, peternakan, Rumah sakit, industry

domestic, buangan limbah rumah tangga dan penambangan.

2. Untuk mengetahui terjadi perubahan kualitas sungai, dilakukan pengujian

pada 2 musim, yakni musim hujan dan musim kemarau.

3. Sungai yang akan dianalisis adalah sungai yang mempunyai parameter

berada dibawah baku mutu.

4. Analisis baku mutu dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran

dengan Peraturan Gubernur Sumbar nomor 05 tahun 2008 tentang

Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai Kelas II.

Tabel 2.15

Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010

No Nama Sungai

Musim Kemarau

BOD COD PHOSFAT

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir 1 Batang Lunang

0.74 0.76 0.96 7.8 11.9 12 1.23 0.5 0.63 2 Batang Tapan

0.99 1 1.3 8.6 9.78 9.93 0.8 0.9 0.91 3 Batang Inderapura

1.45 1.53 1.67 4.8 9.86 9.93 1.6 1.61 1.62 4 Batang Air Haji

0.66 1.2 1.24 6.1 7.3 7.5 1.58 1.59 1.63 5 Batang Palangai

0.24 0.25 0.83 5.6 5.8 8.2 1.27 1.28 1.31 6 Batang Kambang

0.08 1.09 2.1 5.4 7.9 10.8 0.51 0.51 0.58 7 Batang Surantiah

0.64 0.65 2.31 7.9 8.9 9 1.6 1.6 3

Page 57: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 26

8 Batang Kapas 1.2 1.2 1.27 10.3 11.22

11.31 0.42 0.51 0.53

9 Batang Salido 0.98 1.1 2.2 5.6 7.9 10.8 0.9 0.5 0.6

10 Batang Bayang 0.53 0.54 0.56 7.2 7.8 8.1 0.58 0.6 0.63

11 Batang Tarusan 0,4 1.65 1,75 3.6 5 6.99 0.16 0.22 0.6

Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 13.1, SD-13.2, SD-13.3 dan SD-13.4

Dari table 2.15 parameter BOD dan COD yang terjadi pada musim kemarau

nilainya tidak melebihi baku mutu, sedangkan untuk parameter Sulfat melebihi

baku mutu yang telah ditetapkan oleh Baku Mutu Peraturan Gubernur Sumatera

Barat Nomor 4 Tahun 2008.

Tabel 2.16

Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010

No Nama Sungai

Musim Hujan

BOD COD FOSFAT

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir 1 Batang Lunang

0.66 0.69 0.7 6.92 7 7.3 0.98 1.2 1.4 2 Batang Tapan

0.98 0.99 1.1 8.2 8.5 8.7 0.71 0.75 0.78 3 Batang Inderapura

0.69 1.2 1.5 5.1 5.4 5.9 1.53 1.57 1.6 4 Batang Air Haji

0.64 0.67 0.68 6 6.3 6.5 1.52 1.53 1.59 5 Batang Palangai

0.26 0.28 0.29 5.3 5.4 5.7 1.23 1.25 1.26 6 Batang Kambang

0.8 1.1 1.13 5.1 5.4 5.6 0.5 0.51 0.58 7 Batang Surantiah

0.61 0.64 0.66 7.7 7.8 8.5 0.49 0.5 0.58 8 Batang Kapas

1.4 1.5 1.7 5.9 6.8 7.1 0.4 0.41 0.43 9 Batang Salido

0.9 1 1.5 5.4 6.8 9.8 0.49 0.5 0.51 10 Batang Bayang

0.51 0.51 0.53 6.7 6.9 7 0.52 0.53 0.56 11 Batang Tarusan

0.48 0.49 0.52 3.7 4.1 4.3 0.14 0.15 0.18 Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 13.5, SD-13.6, SD-13.7 dan SD-13.8, SD-14

Tabel 2.16 pengujian kualitas air sungai pada musim hujan di dominasi oleh

tingginya parameter fosfat melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, tingginya

fosfat disebabkan oleh buangan dari limbah rumah tangga dan limbah pestisida B3

dari lokasi pertanian masyarakat dan pelapukan kayu selama beberapa tahun.

Page 58: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 27

KUALITAS AIR TANAH

Kualitas air tanah daerah Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikategorikan masih baik,

hal ini disebabkan oleh limbah industry tidak ada yang mencemari tanah

masyarakat. Dari beberapa parameter uji yang dilakukan pada sumur penduduk

masyarakat pasar, dan pinggir pantai diperoleh hasil berada dibawah baku mutu

yang telah ditetapkan. Air tanah yang Hal ini dapat dilihat seperti table dibawah ini

:

Tabel 2.17

Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Tahun 2010

NO

NAMA PEMILIK SUMUR

BOD

DO FOSFAT

1 Sumur Gali Pasar Balai Selasa Koordinat : 01°40’23,6” LS dan 100 °41’34,6” BT

0.6 1.63 0.2

2 Sumur Gali Masyarakat Koto Nan IV Balai Selasa Koordinat : 01°47’43,7” LS dan 100 °41’50,18,18” BT

0.56 2.41 0.3

3 Sumur Gali Pasar Lamo Air Haji Koordinat : 01°55’17,1” LS dan 100 °52’47,9” BT

0.43 1.25 Ttd

4 Sumur Gali Pasar Baru Air Haji Koordinat : 01°55’17,2” LS dan 100 °55’47,8” BT

0.42 2.52 0.2

5 Sumur Gali Bayang Pasir Muaro Bayang Koordinat : 01°18’27,7” LS dan 100 °30’40,8” BT

0.54 3.05 Ttd

6 Sumur Bayang Pasar Baru Koordinat : 01°18’29,4” LS dan 100 °30’47.9” BT

0.53 3.35 0.1

Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 15

KUALITAS AIR EMBUNG

Kualitas Air embung yang dilakukan pengujian yaitu embung dihulu dan dihilir berada dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Page 59: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 28

Tabel 2.18

Hasil Pemantauan Kualitas Air Embung Tahun 2010

NO

NAMA PEMILIK SUMUR

COD

DO FOSFAT

NO3

1 Embung Lubuk Mato Kucing Hulu Koordinat : 01°32’56,7” LS dan 100 °41’32,1” BT

5.8 5.3 0.13 1.2

2 Embung Lubuk Mato Kucing Hulu Koordinat : 01°32’56,7” LS dan 100 °41’32,1” BT

8.1 5.5 0.12 1.2

Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 14

Perbandingan dengan baku mutu

1. PP RI Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran

2. Kepmen LH Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung

Beban Pencemaran Air pada Sumber Air

3. Kepmen LH Nomor 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian untuk

Menetapkan Kelas Air

4. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penetapan

Kriteria Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Barat.

Tabel 2.19

Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim

Kemarau Tahun 2010

No Nama Sungai

Musim Kemarau

BOD COD FOSFAT

Hulu Tengah Hilir BM Hulu Tengah Hilir BM Hulu Tengah Hilir BM 1 Batang Lunang

0.74 0.76 0.96 3 7.8 11.9 12 25 1.23 0.5 0.63 0.2 2 Batang Tapan

0.99 1 1.3 3 8.6 9.78 9.93 25 0.8 0.9 0.91 0.2 3 Batang

Inderapura 1.45 1.53 1.67 3 4.8 9.86 9.93 25 1.6 1.61 1.62 0.2

4 Batang Air Haji 0.66 1.2 1.24 3 6.1 7.3 7.5 25 1.58 1.59 1.63 0.2

5 Batang Palangai 0.24 0.25 0.83 3 5.6 5.8 8.2 25 1.27 1.28 1.31 0.2

6 Batang Kambang 0.08 1.09 2.1 3 5.4 7.9 10.8 25 0.51 0.51 0.58 0.2

Page 60: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 29

7 Batang Surantiah 0.64 0.65 2.31 3 7.9 8.9 9 25 1.6 1.6 3 0.2

8 Batang Kapas 1.2 1.2 1.27 3 10.3 11.22 11.31 25 0.42 0.51 0.53 0.2

9 Batang Salido 0.98 1.1 2.2 3 5.6 7.9 10.8 25 0.9 0.5 0.6 0.2

10 Batang Bayang 0.53 0.54 0.56 3 7.2 7.8 8.1 25 0.58 0.6 0.63 0.2

11 Batang Tarusan 0,4 1.65 1,75 3 3.6 5 6.99 25 0.16 0.22 0.6 0.2

Sumber : Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 13.1, SD-13.2, SD-13.3 dan SD-13.4

Tabel 2.19 diatas menunjukan bahwa parameter BOD dan COD tidak yang melebihi baku mutu,

baik pada daerah hulu, tengah dan hilir sungai. Sedangkan untuk parameter Fospat melebihi

Baku mutu sebesar 0,2 mg/l sementara dari analisa laboratorium hampir diseluruh sungai

mengandung fosfat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh daerah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan

daerah agraris merupakan daerah surplus beras dan sector pertanian yang luas hasil tanamnya.

Hulu Tengah Hilir BMB. Lunang B. Tapan B. InderapuraB. Air Haji B. Palangai B. KambangB. Surantih B. Kapas B. SalidoB. Bayang B. Tarusan

GAMBAR 2.16PERBANDINGAN FOSFAT DENGAN BAKU MUTU MUSIM

KEMARAU TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar 2.16 diatas menunjukan pada daerah hilir sungai Batang Inderapura terdapat kandungan

Fospat yang sangat tinggi melebihi baku mutu yaitu dengan nilai 1.63 mg/l dan daerah hilir Air

Haji sebesar 1.62 mg/l, tingginya fosfat disebabkan oleh kegiatan perkebunan kelapa sawit,

penambangan galian C, pertanian pupuk dari sawah dan buangan tinja dan urine manusia.

Hulu Tengah Hilir BMB. Lunang B. Tapan B. InderapuraB. Air Haji B. Palangai B. KambangB. Surantih B. Kapas B. SalidoB. Bayang B. Tarusan

GAMBAR 2.17PERBANDINGAN BOD DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 61: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 30

Gambar 2.17 menunjukan bahwa kandungan oksigen yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan

untuk menghancurkan mikroba cukup bagus. BOD dalam air sangat dibutuhkan untuk proses

degradasi mikroba dalam air.

Hulu Tengah Hilir BMB. Lunang B. Tapan B. InderapuraB. Air Haji B. Palangai B. KambangB. Surantih B. Kapas B. SalidoB. Bayang B. Tarusan

GAMBAR 2.18PERBANDINGAN COD DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar 2.18 menunjukan bahwa kandungan COD dalam air sungai cukup baik sehingga tidak

ada kandungan kimia yang melebihi terdapat dalam air.

Tabel 2.20

Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim Hujan

Tahun 2010

No Nama Sungai

Musim Hujan

BOD COD FOSFAT

Hulu Tengah Hilir BM Hulu Tengah Hilir BM Hulu Tengah Hilir BM 1 Batang Lunang

0.66 0.69 0.7 3

6.92 7 7.3 25

0.98 1.2 1.4 0.2

2 Batang Tapan 0.98 0.99 1.1

3 8.2 8.5 8.7

25 0.71 0.75 0.78

0.2

3 Batang Inderapura 0.69 1.2 1.5

3

5.1 5.4 5.9

25

1.53 1.57 1.6

0.2

4 Batang Air Haji 0.64 0.67 0.68

3 6 6.3 6.5

25 1.52 1.53 1.59

0.2

5 Batang Palangai 0.26 0.28 0.29

3 5.3 5.4 5.7

25 1.23 1.25 1.26

0.2

6 Batang Kambang 0.8 1.1 1.13

3 5.1 5.4 5.6

25 0.5 0.51 0.58

0.2

7 Batang Surantiah 0.61 0.64 0.66

3 7.7 7.8 8.5

25 0.49 0.5 0.58

0.2

8 Batang Kapas 1.4 1.5 1.7

3 5.9 6.8 7.1

25 0.4 0.41 0.43

0.2

9 Batang Salido 0.9 1 1.5

3 5.4 6.8 9.8

25 0.49 0.5 0.51

0.2

10 Batang Bayang 0.51 0.51 0.53

3 6.7 6.9 7

25 0.52 0.53 0.56

0.2

11 Batang Tarusan 0.48 0.49 0.52

3 3.7 4.1 4.3

25 0.14 0.15 0.18

0.2

Sumber : Analisis Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 13.5, SD-13.6, SD-13.7 dan SD-13.8

Page 62: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 31

Hulu Tengah Hilir BMB. Lunang B. Tapan B. InderapuraB. Air Haji B. Palangai B. KambangB. Surantih B. Kapas B. SalidoB. Bayang B. Tarusan

GAMBAR 2.19PERBANDINGAN FOSFAT DENGAN BAKU MUTU MUSIM HUJAN TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar 2.19 Hampir semua batang air sungai kandungan fosfatnya melebihi baku mutu yang

telah ditetapkan. Kandungan Fosfat tertinggi ada di daerah Hilir Batang Air Haji yakni dengan

Nilai 1.59 mg/l sedangkan paling rendah ada di daerah hulu Batang Tarusan.

Hulu Tengah Hilir BMB. Lunang B. Tapan B. InderapuraB. Air Haji B. Palangai B. KambangB. Surantih B. Kapas B. SalidoB. Bayang B. Tarusan

GAMBAR 2.20PERBANDINGAN BOD DENGAN BAKU MUTU MUSIM HUJAN TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel Gambar 2.20 menunjukan bahwa kandungan BOD berada dibawah baku mutu.

Hulu Tengah Hilir BMB. Lunang B. Tapan B. InderapuraB. Air Haji B. Palangai B. KambangB. Surantih B. Kapas B. SalidoB. Bayang B. Tarusan

GAMBAR 2.21PERBANDINGAN COD DENGAN BAKU MUTU MUSIM KEMARAU TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 63: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 32

Tabel 2.21

Perbandingan Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Tahun 2010

NO NAMA PEMILIK SUMUR BOD

BM

DO

BM FOSFAT

BM

1 Sumur Gali Pasar Balai Selasa Koordinat : 01°40’23,6” LS dan 100 °41’34,6” BT

0.6 3 1.63 25 0.2 0.2

2 Sumur Gali Masyarakat Koto Nan IV Balai Selasa Koordinat : 01°47’43,7” LS dan 100 °41’50,18,18” BT

0.56 3 2.41 25 0.3 0.2

3 Sumur Gali Pasar Lamo Air Haji Koordinat : 01°55’17,1” LS dan 100 °52’47,9” BT

0.43 3 1.25 25 Ttd 0.2

4 Sumur Gali Pasar Baru Air Haji Koordinat : 01°55’17,2” LS dan 100 °55’47,8” BT

0.42 3 2.52 25 0.2 0.2

5 Sumur Gali Bayang Pasir Muaro Bayang Koordinat : 01°18’27,7” LS dan 100 °30’40,8” BT

0.54 3 3.05 25 Ttd 0.2

6 Sumur Bayang Pasar Baru Koordinat : 01°18’29,4” LS dan 100 °30’47.9” BT

0.53 3 3.35 25 0.1 0.2

Sumber : Analisis Kantor lingkungan hidup Kab. Pessel

Keterangan : Tabel olahan SD – 15,

Ps. BL Selasa Koto Nan IV BS Ps.Lamo AH Ps. Baru AH Muaro Byg Ps. Br Byg

BOD BM

GAMBAR 2.22PERBANDINGAN KONSENTRASI BOD DENGAN BAKU MUTU TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar 2.22 menunjukan bahwa konsentrasi kisaran BOD air sumur masyarakat yang berada

dipasar, rumah masyarakat dan pinggit pantai Nerada dibawah baku mutu ditetapkan 3 mg/l.

BOD merupakan indicator pencemaran organic yang paling banyak digunakan untuk

mengendalikan kualitas air dan kepekatan air. Faktor yang mempengaruhi BOB adalah Suhu dan

pH (derajat keasaman). Dari 7 sampel kualitas air sumur penduduk semua melebihi baku mutu,

hal ini dipengaruhi oleh tingginya kandungan zat organic dalam air.

Page 64: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 33

Ps. BL Selasa Koto Nan IV BS Ps.Lamo AH Ps. Baru AH Muaro Byg Ps. Br Byg

COD Baku Mutu

GAMBAR 2.23PERBANDINGAN KONSENTRASI COD DENGAN BAKU MUTU TAHUN 2010

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar 2.23 menunjukan bahwa parameter COD hasil analisis laboratorium nilainya

lebih kecil dibandingkan dengan baku mutu menunjukan 25 mg/l, analisa

laboratorium jauh dibawah 25 mg/l.

Ps. BL Selasa Koto Nan IV BS Ps.Lamo AH Ps. Baru AH Muaro Byg Ps. Br Byg

Fosfat Baku Mutu

GAMBAR 2.24PERBANDINGAN KONSENTRASI FOSFAT DENGAN BAKU MUTU TAHUN 2010

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar 2.24 tergambar bahwa parameter fosfat pada sumur masyarakat yang

tinggal di Koto Nan IV Balai Selasa melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dengan

nilai 0,2 mg/l.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Untuk melihat trend kualitas air sungai dan air sumur perlu dilakukan analisis

penyusunan data secara berkala dari 3 tahun.

Page 65: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 34

HULU TENGAH HILIR

B.TRSN

B. BYG

B. SLD

B. KPS

B. SRTH

B. KBG

B. PLG

B. AHJ

B. INDR

B. TPN

B. SLUT

GAMBAR 2.25DEBIT AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU TAHUN 2007

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar di atas menjelaskan bahwa debit air sungai pada musim kemarau tahun 2007

terjadi fluktuasi, batang Tarusan dari hulu ke hilir terjadi peningkatan volume debit air.

Hal ini disebabkan penebangan secara liar dan perambahan hutan di sempadan sungai

pada daerah hulu. Batang air yang lain juga ada yang berfluktuasi namun tidak terlalu

mencolok. Batang Air Haji pada daerah hulu jauh lebih kecil namun pada daerah hilir

lebih besar, ini berarti penebangan pohon pada daerah sempadan batang air bagian

hulu. Secara keseluruhan debit air pada batang air daerah Pesisir Selatan tergolong baik

dan dapat dimanfaatkn untuk kebutuhan irigasi pertanian.

HULU TENGAH HILIR

B.TRSN

B. BYG

B. SLD

B. KPS

B. SRTH

B. KBG

B. PLG

B. AHJ

B. INDR

B. TPN

B. SLUT

GAMBAR 2.26DEBIT AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU TAHUN 2008

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Grafik di atas menjelaskan bahwa pada tahun 2008 pengukuran yang dilakukan pada

musim kemarau terdapat dua batang air yang debitnya begitu mencolok, yakni batang

Tapan dan batang Salido, volume debit air pada daerah hulu jauh lebih besar

dibandingkan dengan daerah hilir dan tengah, hal ini disebabkan oleh penambangan

galian C pada daerah hulu, penebangan liar, kebakaran hutan dan penebangan pohon

disempadan sungai.

Page 66: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 35

HULU TENGAH HILIR

B.TRSN

B. BYG

B. SLD

B. KPS

B. SRTH

B. KBG

B. PLG

B. AHJ

B. INDR

B. TPN

B. SLUT

GAMBAR 2.27DEBIT AIR SUNGAI MUSIM HUJAN TAHUN 2008

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Pada musim hujan volume air tentu lebih besar ketika terjadi musim kemarau, dari grafik

diatas dapat diketahui bahwa Batang Silaut dan Batang Air Haji terjadi fluktuasi yang

signifikan antara daerah hulu, tengah dan hilir. Hal ini disebabkan tingginya sedimentasi

pada daerah hulu, penebangan pohon di sempadan sungai, kebakaran lahan dan

penambangan galian C, sedangkan untuk Batang Tarusan tidak begitu mencolok.

HULU TENGAH HILIR

B.TRSN

B. BYG

B. SLD

B. KPS

B. SRTH

B. KBG

B. PLG

B. AHJ

B. INDR

B. TPN

B. SLUT

GAMBAR 2.28DEBIT AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU TAHUN 2009

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Pada musim kemarau panjang debit air sungai berkurang, hal ini disebabkan pohon yang

berfungsi sebagai penyimpan air tidak ada lagi, karena banyak yang sudah dibabat dan

dibakar, Batang Palangai mengalami fluktuasi yang cukup sigifikan dengan terjadi

penurunan debit air yang dratis pada daerah hilir, melebihi batang air yang lainnya. Hal

ini terjadi karena banyaknya penambangan pasir galian C pada daerah hilir. Batang

Tarusan dan batang air lainnya dalam keadaan normal dan tidak terjadi fluktuasi yang

terlalu signifikan.

Page 67: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 36

HULU TENGAH HILIR

B.TRSN

B. BYG

B. SLD

B. KPS

B. SRTH

B. KBG

B. PLG

B. AHJ

B. INDR

B. TPN

B. SLUT

GAMBAR 2.29DEBIT AIR SUNGAI MUSIM HUJAN TAHUN 2009

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Pada tahun 2009 musim hujan pasca gempa yang terjadi di Sumatera Barat termasuk

Pesisir Selatan tetap dilakukan pengujian volume debit air, apakah terjadi suatu

penyusutan atau tidak ada perubahan.

2007 2008 2009 2010

BOD

COD

POSPAT

GAMBAR 2.30KUALITAS AIR SUNGAI MUSIM KEMARAU

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Grafik di atas menunjukan bahwa konsentrasi BOD, fospat dan COD dari tahun 2007

sampai tahun 2008 terjadi penurunan drastis, namun tahun selanjutnya staknan. Adapun

air sungai Kabupaten Pesisir Selatan secara umum masih tergolong baik, namun ada satu

parameter fosfat yang berada di atas baku mutu.

2008 2009 2010

BOD

COD

FOSPAT

GAMBAR 2.31KUALITAS AIR SUNGAI MUSIM HUJAN

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Pengujian kualitas air sungai musim hujan pada tahun 2007 belum dilaksanakan, maka

oleh sebab itu data kualitas sungai musim hujan 2007 tidak tersedia. Untuk Parameter

Fosfat melebihi Baku mutu yang telah ditetapkan.

Page 68: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 37

TABEL 2.22 PERBANDINGAN NILAI ANTAR WAKTU KUALITAS AIR SUMUR KABUPATEN PESISIR SELATAN KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2007

Nama Lokasi Temperatur Residu Terlarut

Residu Tersuspe

nsi pH DO Besi Khlorid

a Nitrit Sbg

N Sulfat Khlorin Bebas

Sumur Bor Painan 28

799 ttd 8 0,32 2,51 367,89 0,01 35,29 7,04

Hotel Adi Karya Painan 28,5

349 14 8 1,01 0,84 95,97 0,01 13,9 22,88

Mushala Jabal Qubis Painan 29 58 16

6 0,25 0,84 143,96 0,01 22,46 35,2

TPI Carocok Tarusan 29,5 3.312 123

8 0,06 2,51 1.511,

53 0,28 38,5 12,32

Kampung Pasar Baru Bayang 28 148 9

7 0,44 0,28 115,96 0,01 17,11 3,52

Karang Pauh 26 174 ttd

7 0,4 0,84 79,98 0,01 6,42 8,8

Islamic Center 27,5 132 ttd

6,5 0,3 0,28 71,98 0,01 5,35 10,56 Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 69: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 38

TABEL 2.23 KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2008

Nama Lokasi Temperatur

Residu Terlarut

Residu Tersuspe

nsi pH BOD COD DO

Total Fosfat sbg P

NO 3 sebagai

N NH3-N Nitrit

sbg. N Sulfat Salinitas

Minyak dan

Lemak

Fecal Coli

Jl. Rasuna Said No. 5 Painan 33 0,27 0,00015 7 1,75 9 6 0,18 1,2 0,098 0,001 182 2,2 0,0011 *

Jl. Tentera Pelajar No.3 Painan 32 0,35 0,000015 7 1,6 9 6.025 0,2 1,1 0,12 0,012 146 1,7 0,0007 -

Jl. Tentera Pelajar No.9 Painan 35 0,52 0,0004 7,01 1,45 9,5 5,9 0,2 1,3 0,2 0,004 105 1,7 0,0001 -

Pantai Batu Kalang Tarusan 1 26 1,93 0,001 7 1,55 9 6 0,08 1,4 0,008 0,0008 129 1 0,0005 *

Pantai Batu Kalang Tarusan 2 29 0,33 0,0003 7,05 1,7 9 5,8 0,002 1,4 0,002 0,0002 203 3,2 0,0002 -

Pantai Batu Kalang Tarusan 3 30 0,81 0,0004 7,02 1,8 9,5 5,6 0,001 1,3 0,003 0,003 207 1,6 0,0001 *

* = terdeteksi bakteri coli Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 70: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 39

TABEL 2.24 KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2009

Nama Lokasi Temperatur

Residu Terlarut

Residu Tersuspe

nsi pH BOD COD DO

Total Fosfat sbg P

NO 3 sebagai N

NH4-N NH3-N Besi Sulfat Minyak dan Lemak Fecal Coli

Pasir Putih Rumah Pak Muslim Kec. Lengayang 27 0,25 0,0006 6,9 4,3 12 2 1,2 1

0,012 0,001 0,03 31 ttd *

Pasir Putih Rumah makan Tiara Rumah Pak Markis Kec. Lengayang

26 0,45 0,0004 7 4,5 10 3 1 0,9 0,002

0,002 0,89 52 ttd *

Pasir putih Rumah Pak Mansyur Kec. Lengayang 28 0,63 0,0001 6,8 4,8 6 2,4 2,2 1 0,001 0,02 0,02 86 ttd *

Pasir Jambak Rumah Pak Hasan Kec. Sutera 28 0,35 0,0007 6,9 4,41 21 2,9 1 1 0,012 0,002 0,13 26 ttd *

Pasir Jambak Rumah Pak Very Kec. Sutera 29 0,65 0,0006 7 5,01 6 3 1 0,8 0,002 0,005 0,05 56 ttd *

Pasir Jambak Rumah Ibu Marnis Kec. Sutera 29 0,73 0,0007 6,8 4,9 16 3,5 0,8 0,7 0,001 0,003 0,03 31 ttd *

Sungai Pampan Rumah Pak Aril Kec. Batang Kapas 29 0,35 0,001 7 5,03 11 2,2 1 1,5 0,001 0,002 0,04 69 ttd *

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 71: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 40

TABEL 2.25 KUALITAS AIR SUMUR TAHUN 2010

Nama Lokasi Temperatur pH BOD COD DO Total

Fosfat sbg P

NO 3 sebagai N Kadmium Tembaga Besi Fosfat

Sumur Gali Pasar Balai Selasa Koordinat : 01°40’23,6” LS dan 100 °41’34,6” BT

25 7.2 0.6 Ttd 1.63 1,2 2.5 0.228 0.42 0.04 0.2

Sumur Gali Masyarakat Koto Nan IV Balai Selasa Koordinat : 01°47’43,7” LS dan 100 °41’50,18,18” BT

24 7.1 0.56 ttd 2.41 1 1.9 0.307 0.54 0.4 0.3

Sumur Gali Pasar Lamo Air Haji Koordinat : 01°55’17,1” LS dan 100 °52’47,9” BT

23 7 0.43 Ttd 1.25 2,2 1.3 0.294 0.44 0.19 Ttd

Sumur Gali Pasar Baru Air Haji Koordinat : 01°55’17,2” LS dan 100 °55’47,8” BT

25 7.1 0.42 ttd 2.52 1 1.6 0.263 0.66 0.1 0.2

Sumur Gali Bayang Pasir Muaro Bayang Koordinat : 01°18’27,7” LS dan 100 °30’40,8” BT

24 6.9 0.54 Ttd 3.05 1 1.8 0.309 0.47 0.01 Ttd

Sumur Bayang Pasar Baru Koordinat : 01°18’29,4” LS dan 100 °30’47.9” BT

24 7 0.53 ttd 3.35 0,8 2 0.286 0.45 0.05 0.1

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 72: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 41

Analisis statistic sederhana

TABEL 2.26

ANALISIS DEBIT MUSIM KEMARAU

Lokasi 2007 2008 2009

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir B. TARUSAN 12,109 15,261 16,216 11,48 19,50 21,49 13,20 25,20 80,33 B. BAYANG 18,453 17,963 19,017 13,20 25,20 80,33 11,48 19,50 21,49 B. SALIDO 20,113 19,9 19,671 15,75 16,00 22,95 28,88 24,86 63,00 B. KAPAS 20,31 19.879 18,023 18,00 22,00 22,68 12,96 20,63 28,80 B.SUTERA 19,781 18,327 18,298 13,5 15,93 21,25 13,63 18,75 22,90 B. KAMBANG 22,246 21 21,873 29,40 33,75 36,00 29,40 33,75 36,00 B. PALANGAI 23,105 21,237 19,965 13,63 18,75 22,90 13,5 15,93 21,25 B. AIR HAJI 21.732 20,438 19,953 12,96 20,63 28,80 18,00 22,00 22,68 B. INDERAPURA 17,394 18.451 17,865 28,88 24,86 63,00 15,75 16,00 22,95 B. TAPAN 20,458 19,376 17,546 11,48 19,50 21,49 13,20 25,20 80,33 B. LUNANG 19,781 18,327 18,298 13,20 25,20 80,33 11,48 19,50 21,49

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup

Kondisi Debit air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2007

sederhana adalah :

Debit maksimum adalah batang Palangai dengan volume 23,105 m3.

Debit minimum adalah batang Tarusan dengan volume 12,106 m3.

Rata – rata debit air sungai pada tahun 2007 adalah seluas 15,102 m3.

Kondisi Debit air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2008

sederhana adalah :

Debit maksimum adalah batang Lunang dan Batang tarusan dengan volume 80,33 m3.

Debit miniimum adalah batang Tarusan dengan volume 11,48 m3.

Rata – rata debit air sungai pada tahun 2008 adalah seluas 15,102 m3.

Kondisi Debit air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2009

sederhana adalah :

Debit maksimum adalah batang Tapan dengan volume 80,33 m3.

Debit minimum adalah batang Bayang dengan volume 11,48 m3.

Rata – rata debit air sungai pada tahun 2009 adalah seluas 55, 102 m3.

Page 73: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 42

0102030405060708090

Maks Min Rata-rata2007 20082009

Gambar 2.32Analisis Statistik Debit air pada musim kemarau

Sumber : Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel

Dari grafik diatas menunjukan bahwa pada tahun 2009 dan 2008 debit air pada musim kemarau

hampir sama volumenya. Sedangkan pada tahun 2007 debit volume air berada dibawah rata-

rata. Dapat ditarik kesimpulan bahwa debit air dari tahun ketahun mengalami peningkatan.

TABEL 2.27 ANALISIS BOD MUSIM KEMARAU

Lokasi 2007

2008

2009

2010

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir

B. TARUSAN 0,5 0,95 1,4 0,37 0,41 1,54 0,46 0,55 0,45 0,4 1.65 1,75 B. BAYANG 0,9 1,5 2,1 0,75 0,26 0,2 1,05 1 1,3 0.53 0.54 0.56 B. SALIDO 1 2,1 2,3 0,04 1,07 1,95 0,9 1,3 1,4 0.98 1.1 2.2 B. KAPAS 1,79 2 2,7 0,92 0,66 0,22 1,69 1,7 2,01 1.2 1.2 1.27 B.SUTERA 1 2,1 1,95 0,62 0,14 2,21 0,94 1 1,01 0.64 0.65 2.31 B. KAMBANG 1,7 1,8 1,9 0,94 1,07 0,01 0,6 0,65 1,24 0.08 1.09 2.1 B. PALANGAI 1,4 1,9 2 0,22 0,12 0,84 0,23 0,25 0,89 0.24 0.25 0.83 B. AIR HAJI 1,6 1,65 1,7 0,46 0,9 1,21 0,65 1,1 1,23 0.66 1.2 1.24 B. INDERAPURA 2 2,4 3,6 1,54 1,43 0,68 1,43 1,51 1,64 1.45 1.53 1.67 B. TAPAN 2,2 2,4 2,6 0,77 1,69 0,33 0,98 0,99 0,45 0.99 1 1.3 B. LUNANG 1,5 1,9 3 0,5 0,71 0,93 0,7 0,95 0,73 0.74 0.76 0.96

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup

Kondisi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada

tahun 2007 adalah :

Konsentrasi BOD Maksimum adalah batang Inderapura dengan volume 3,6 mg/l.

Konsentrasi BOD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 0,5 mg/l.

Rata – rata konsentrasi BOd air sungai pada tahun 2007 adalah berjumlah 1,7 mg/l.

Page 74: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 43

Kondisi konsentrasi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada

tahun 2008 sederhana adalah :

Konsentrasi BOD maksimum adalah batang Sutera dengan volume 2,21 mg/l.

Konsentrasi BOD minimum adalah batang Salido dengan volume 0,04 mg/l.

Rata – rata konsentrasi BOD air sungai pada tahun 2008 adalah seluas 1,09 mg/l.

Kondisi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2009

sederhana adalah :

Konsentrasi BOD maksimum adalah batang Kapas dengan volume 2,01 mg/l.

Konsentrasi BOD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 0,45 mg/l.

Rata – rata BOD air sungai pada tahun 2009 adalah seluas 1,02 mg/l.

Kondisi BOD air sungai pada musim kemarau analisis statistik pada tahun 2010

sederhana adalah :

Konsentrasi BOD maksimum adalah batang Kapas dengan volume 2,31 mg/l.

Konsentrasi BOD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 0,4 mg/l.

Rata – rata BOD air sungai pada tahun 2010 adalah seluas 1,3 mg/l.

TABEL 2.28 ANALISIS COD MUSIM KEMARAU

Lokasi 2007 2008

2009 2010

Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir B. TARUSAN 1,4 1,5 1,7 7 5 4 5,4 8 5,3 3.6 5 6.99 B. BAYANG 5,1 5,3 5,7 8 5 6 10,2 10,1 11 7.2 7.8 8.1 B. SALIDO 4,4 8,1 20 5,4 7,5 10 6 7,6 11 5.6 7.9 10.8 B. KAPAS

9,34 10 11 10,1 11,2 9,3 10,2 11,21 1,26 10.3 11.22 11.3

1 B.SUTERA 7,25 8,1 9,7 7,6 9 8,5 7,89 8 7,3 7.9 8.9 9 B. KAMBANG 9,6 10 12 8 9 9,6 5,5 7,8 10,8 5.4 7.9 10.8 B. PALANGAI 4,8 5,1 6,3 5 4 8 5,6 5,7 8,2 5.6 5.8 8.2 B. AIR HAJI 14 15 18 6 7 4 6,1 7,2 7,3 6.1 7.3 7.5 B. INDERAPURA 14 15 18 4,5 9,8 9,9 4,7 9,86 9,93 4.8 9.86 9.93 B. TAPAN 8,3 10 12 8 9 7,5 8,5 9,76 9,93 8.6 9.78 9.93 B. LUNANG 9,2 8,7 11 7 11,5 8,5 7,7 11,8 8,6 7.8 11.9 12

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup

Page 75: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 44

Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada

tahun 2007 adalah :

Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Inderapura dan batang Air Haji volume 18 mg/l.

Konsentrasi COD minimum adalah batang Tarusan dengan volume 1,4 mg/l.

Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2007 adalah berjumlah 9,7 mg/l.

Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada

tahun 2008 adalah :

Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Lunang dengan volume 11,5 mg/l.

Konsentrasi COD minimum adalah batang Palangai dengan volume 4 mg/l.

Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2008 adalah berjumlah 7,7 mg/l.

Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada

tahun 2009 adalah :

Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Inderapura dengan volume 11,21 mg/l.

Konsentrasi COD minimum adalah batang Inderapura dengan volume 4,7 mg/l.

Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2009 adalah berjumlah 6,7 mg/l.

Kondisi COD air sungai pada musim kemarau analisis statistik sederhana pada

tahun 2010 adalah :

Konsentrasi COD Maksimum adalah batang Inderapura dengan volume 11,31 mg/l.

Konsentrasi COD minimum adalah batang Inderapura dengan volume 3.6 mg/l.

Rata – rata konsentrasi COD air sungai pada tahun 2010 adalah berjumlah 7,4 mg/l.

Air merupakan kebutuhan pokok manusia, dimana jenis air yang terdapat di Kabupaten

Pesisir Selatan meliputi air hujan, air tanah dan air permukaan. Ketersediaan air tanah sangat

tergantung dari lingkungan wilayah konservasi dan resapan air. Dengan semakin minimnya

penyangga air limpasan pada wilayah hulu menyebabkan erosi pada wilayah hilirnya. Hal ini

diakibatkan karena semakin berkurangnya luas kawasan konservasi dan resapan air.

Sehingga untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut, maka diperlukan penguasaan lahan

oleh pemerintah pada kawasan peruntukan konservasi dan resapan air. Untuk tetap menjaga

Page 76: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 45

keseimbangan lingkungan, maka pengembalian fungsi kawasan konservasi dan resapan air

terutama pada daerah konfik menjadi kegiatan prioritas.

Jika dilihat pada parameter diatas dapat ditarik kesimpulan konsentrasi COD pada daerah

kabupaten Pesisir Selatan berada di bawah baku mutu. Maka oleh sebab itu perlu dilakukan

pengelolaan kawasan konservasi dan resapan air sebagai berikut:

a. Kegiatan pada kawasan konservasi dan resapan air harus dapat mendukung terjaganya

siklus hidrologi, seperti pengembangan tanaman perkebunan yang memiliki akar

panjang (berfungsi menyimpan air).

b. Penguasaan lahan sebagian besar oleh pemerintah pada kawasan peruntukan

konservasi dan resapan air dapat dilakukan dengan cara pemerintah membeli lahan

(sebagian besar) pada kawasan konservasi tersebut dengan memanfaatkan sesuai

dengan fungsinya.

c. Pengawasan dan pengendalian pada kawasan konservasi dan resapan air dilakukan

dengan cara pemerintah daerah memberikan wewenang dan tanggung jawab terhadap

pengawasan dan pengendalian kawasan konservasi dan resapan air pada pemerintahan

kecamatan dan desa, pada wilayah terkait kawasan konservasi dan resapan air.

Keterbatasan lahan dan perkembangan penduduk yang terus bertambah menyebabkan lahan

sekitar sungai menjadi pilihan aktivitas. Kondisi ini dapat menimbulkan tercemarnya kualitas

dan kuantitas air sekitar sungai, disamping dari sisi kesehatan dan estetika menjadi tidak

baik. Selain itu juga menjadi salah satu penyebab banjir karena terjadinya pendangkalan dan

penyempitan lebar sungai.

Dalam rangka mencegah terjadinya kondisi sempadan sungai yang dikuasai oleh masyarakat

dan berdiri bangunan-bangunan disempadan sungai, maka diperlukan pengelolaan

(pengawasan, pengendalian dan pengembalian) sempadan sungai. Pengelolaan kawasan

sempadan sungai dilakukan dengan cara:

a) Kawasan sempadan sungai dipertegas batas-batasnya, segera dikuasai pemerintah dan

diperkuat statusnya.

b) Perwujudan lahan-lahan sempadan sungai dapat dilakukan dengan cara partisipatif

masyarakat, atau penertiban terutama di kawasan lindung yang membahayakan

kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.

Page 77: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 46

c) Sempadan sungai setelah dikuasai pemerintah, maka untuk mempermudah

pengawasan dan pengendaliannya dilakukan pembangunan jalan inspeksi.

d) Untuk wilayah sekitar sempadan sungai bangunan boleh didirikan setelah adanya

pembangunan jalan inspeksi.

e) Rehabilitasi dan pengerukan lumpur sungai pada aliran sungai yang telah mengalami

pendangkalan.

f) Bangunan yang didirikan di sekitar wilayah sempadan sungai harus menghadap sungai.

g) Pada wilayah yang lahannya sudah memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk mewujudkan

sempadan sungai di tanah yang dikuasai oleh masyarakat dapat dilakukan dengan cara

penggantian sesuai dengan kesepakatan.

II-D. UDARA

Pengembangan penatagunaan udara ditujukan agar lingkungan terbebas dari polusi

udara dan kebisingan. Pencemaran udara di jalan raya diakibatkan oleh asap

kendaraan seperti angkutan umum, bis, truk, dan kendaraan pribadi. Pencemaran

udara paling tinggi di lingkungan jalan raya terjadi pada kawasan dengan aktivitas lalu

lintas kendaraan relatif tinggi. Di Kabupaten Pesisir Selatan, jalan raya dengan indikasi

pencemaran udara relatif tinggi terjadi di koridor jalan utama yang melintasi

Kabupaten Pesisir Selatan.

TABEL 2.29 KUALITAS UDARA PT. INCASI RAYA KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 DAN PDAM

Lokasi SO2 CO NO2 TSP DUSF

ALL

Hidrogen

Chlorida

Gas

Khlorin

Amm

onia

Hidrogen

florida

Noise Opasit

as

Boiler Pabrik 98.74 Ttd 341.75 235.7 0 0 Ttd Ttd 0,98 0 26.85

Loading RAM Ttd Ttd 13.1 150.3 0 0.14 0 0 0 71.6 0

Perumahan Karyawan Ttd Ttd 10 89.9 0 0 0 0 0 65.8 0

Depan kantor Ttd Ttd 14 203.7 0 0 0 0 0 69.9 3.33

Depan PDAM 0 6.675 16.67 76.11 0 0 0 0 0 0 37.55

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup

Keterangan : Tabel olahan SD-16

Tabel diatas menunjukan PT. Incasi Raya dan depan kantor PDAM menunjukan bahwa

perusahaan telah menyadari pentingnya menjaga kerusakan lingkungan dari asap

industry sehingga perlu dilakukan pengujian kualitas udara sekali 6 bulan.

Page 78: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 47

Parameter yang diuji melakukan lama pengujian bervariasi, tergantung parameter yang

diukur, SO2 Parameter TSP melebihi baku mutu hasil uji 235.7 µg/Nm3, dalam baku mutu

230 µg/Nm3, sementara untuk parameter yang lain masih berada di bawah baku mutu.

Sedangkan pengukuran kualitas udara ambient dilakukan pada satu titik yang dianggap

representative dijasikan pengambilan sampel yaitu didepan Kantor PDAM Kota Painan

pada koordinat 0°21’002,6”LS dan 100°34’34,7” BT dengan ketinggian 15 meter dari

permukaan laut. Dasar pengambilan titik sampel adalah lokasi padat jalur lalu lintas,

dekat permukiman penduduk, dekat pasar, pertokoan dan perkantoran serta sekolah.

Dari hasil analisa laboratorium yang dilaksanakan oleh Bapedalda Provinsi kerja sama

dengan BLK Padang diperoleh hasil dari 3 parameter yang diperiksa CO, NO2 dan TSP

hasil analisa (6.675 µg/Nm3, 16.67 µg/Nm3 dan 76.11 µg/Nm3) berada dibawah Baku

Mutu yang telah ditetapkan (PP 41 Tahun 1999) tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

050

100150200250300350400450

NO2 SO2 TSP

ANALISA

BAKUMUTU

Gambar 2.33KUALITAS UDARA PT. INCASAI RAYA

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel

Gambar 2.33 menunjukan bahwa kualitas udara PT. Incasi Raya terdapat 1 parameter

yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Dari table diatas dapat diketahui bahwa

tingkat keasaman daerah Kabupaten Pesisir Selatan masih rendah, hal ini terbukti setelah

dilakukan uji kualitas air hujan.

Page 79: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 48

Kulitas Udara dan keasaman (pH) air hujan

TABEL 2.30

KUALITAS AIR HUJAN

Lokasi pH DHL SO4 NO3

JULI 6.15 10.06 5 0.9 AGUS 6.15 10.05 5 1 SEPTEMBER 6.15 10.06 5 0.9 OKTOBER 6.15 10.05 5 1

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup

Keterangan : Tabel olahan SD-17

Tabel diatas menunjukan bahwa pH air hujan dibawah tujuh dengan nilai 6.15 hal ini

menggambarkan bahwa air hujan Kota Painan memiliki kadar asam namum

keasamannya itu tidak tinggi, masih berada pada baku mutu yang disyaratkan.

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan kualitas udaranya tergolong baik karena

dipengaruhi oleh faktor alam dan perbuatan manusia, faktor alam masih banyak

hutan lindung yang dapat mengambil CO dan mengeluarkan O2. Ulah manusia

berpengaruh terhadap kualitas udara seperti banyaknya pabrik/industri menengah

dan besar, didaerah ini belum banyak industri berkembang.

Perbandingan dengan baku mutu

1. PP RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

2. Kepmen Lh Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara

3. Kepmen Lh Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Eimisi Sumber Sumber

Tidak Bergerak

4. Kepmen Lh Nomor 15 Tahun 1996 tentang Program Langit Biru

5. Kepmen Lh Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan

6. Kepmen Lh Nomor 49 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran

7. Kepmen Lh Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan

8. Kep. Bapedal Nomor 205 tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian

Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

Page 80: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 49

TABEL 2.31 PERBANDINGAN BAKU MUTU DENGAN KUALITAS UDARA PT. INCASI RAYA TAHUN 2009

Lokasi SO2 CO NO2 TSP DUSFALL

Hidrogen

Chlorida

Gas

Khlorin

Ammo

nia

Hidroge

n florida Noise

Opasit

as

Boiler Pabrik 98.74 Ttd 341.75 235.7 0 0 Ttd Ttd 0,98 0 26.85

Loading RAM Ttd Ttd 13.1 150.3 0 0.14 0 0 0 71.6 0

Perumahan

Karyawan Ttd Ttd 10 89.9 0 0 0 0 0 65.8 0

Depan kantor Ttd Ttd 14 203.7 0 0 0 0 0 69.9 3.33

Depan PDAM 0 6.675 16.67 76.11 0 0 0 0 0 0 37.55

BAKU MUTU 365 10.000 400 230 150 5 5 1 8 60 30

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup

Analisa tabel 2.31 menggambarkan bahwa parameter yang melebihi baku mutu

diantaranya adalah TSP pada boiler pabrik, kebisingan pada Loading ram, perumahan

karyawan dan depan kantor, serta opasitas pada depan kantor PDAM. Untuk tahun 2010

kondisi udara emisi pabrik PT. Incasi Raya tidak banyak perubahan parameter

pencemarannya.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

SO2 CO NO2 O3 PM10 TSP

Analisa

Baku Mutu

Analisa Baku Mutu

GAMBAR 2.34KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2007

Sumber : Kantor LH Kab. Pessel

Dari gambar diatas kualitas udara pada tahun 2007 yang berlokasi di Pasar Painan

tidak melebihi baku mutu PP Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran udara berada dibawah baku mutu.

Page 81: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 50

SO2

CO

NO2

O3

PM10

TSP

BAKU MUTU

ANALISA

GAMBAR 2.35KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2008

Sumber : Analisis Kantor LH Kab. Pessel

Kualitas udara pada tahun 2008 berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan.

Pengukuran dilakukan pada Pasar Painan Kota Painan. Penghijauan yang asri pada

jalan dua jalan yang melintasi kota Painan dan industri besar tidak ada dalam kota

merupakan faktor utama pencemaran terhadap kualitas udara ambient.

NO2 PM 2.5 Noise Dusfall

ANALISA

BAKU MUTU

GAMBAR 2.36KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2009

Sumber : Kantor LH Kab. Pessel

Gambar di atas menunjukan bahwa NO2 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan,

begitu juga dengan PM 2.5, Noise dan Dusfall. Titik pengambilan sampel dilakukan

pada boiler Pabri PT. Incasi Raya.

NO2 TSP Noise Opasitas

ANALISA

BAKU MUTU

GAMBAR 2.37KUALITAS UDARA KAB. PESSEL TAHUN 2010

Sumber : Analisa Kantor LH Kab. Pessel

Gambar di atas menunjukan bahwa NO2 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan,

begitu juga dengan PM 2.5, Noise dan Dusfall. Titik pengambilan sampel dilakukan

pada boiler Pabrik PT. Incasi Raya.

Page 82: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 51

Analisis statistik sederhana

Tabel 2.32 Analisis Kualitas Udara

No Parameter 2007

2008 2009 2010

1 SO2 36,7 227,44 229,44 98.74

2 CO 2.200 1.144 1.244 6.675

3 NO2 38,6 475,6 485,6 341.75

4 O3 Ttd 27 ttd -

5 PM 2,5 14.43 14.43 712,3 -

6 TSP - - - 235.7

7 Dusfall ttd 77 277.52 -

8 Noise - - - 71.6

9 Opositas - - - 37.55

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2007 adalah :

Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 2.200 mg/ m3.

Konsentrasi kualitas udara minimum adalah PM 2,5 dengan volume 14,43 mg/m3.

Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2007 adalah berjumlah 379,2

mg/m3.

Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2008 adalah :

Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 1.144 mg/ m3.

Konsentrasi kualitas udara minimum adalah PM 2.5 dengan volume 14,43 mg/m3.

Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2008 adalah berjumlah 327,57

mg/m3.

Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2009 adalah :

Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 6.675 mg/ m3.

Konsentrasi kualitas udara minimum adalah dengan volume 229,44 mg/m3.

Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2009 adalah berjumlah 4.451

mg/m3.

Page 83: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 52

Analisis statistik sederhana kualitas udara pada tahun 2010 adalah :

Konsentrasi kualitas udara Maksimum adalah CO dengan volume 1.244 mg/ m3.

Konsentrasi kualitas udara minimum adalah opositas dengan volume 37.55 mg/m3.

Rata – rata konsentrasi kualitas udara pada tahun 2010 adalah berjumlah 640.77

mg/m3.

0

1000

2000

3000

4000

5000

2007 2008 2009 2010

Maks Min Rata-rata

Gambar 2.38ANALISIS STATISTIK KUALITAS UDARA

Sumber : Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel

Grafik di atas menjelaskan bahwa kualitas udara yang paling mencolok adalah pada

tahun 2009 terjadi kenaikan yang cukup signifikan.

II-E. PESISIR DAN PANTAI

Bidang Perikanan mempunyai potensi sumber daya ikan Pelagis Besar dan Kecil Kurang

lebih 34.008 ton/tahun, Ikan Demesral/karang kurang lebih 60.435,73 ton/tahun, Ikan

hias air laut sebanyak kurang lebih dari 14.516.440 ekor/tahun, udang-udangan

sebanyak kurang lebih dari 556,27 ton/tahun. Memiliki luas tutupan mangrove

3.812.185,790 m2, Luas tutupan Nipah 369.187,463 m2, Luas tutupan padang lamun

372.666,597 m2, luas tutupan terumbu karang 8.825.241,246 m2, potensi tangkap

lestari kurang lebih dari 95.000 ton/tahun. Dengan curah hujan rata-rata 224.63 mm

perbulan.

Pesisir Selatan memiliki potensi wisata yang cukup dapat diandalkan, seperti kawasan

Mandeh, Puncak Bukit Langkisau yang satu kesatuan dengan Carocok Painan. Air

Terjun Bayang Sani, Pincuran Boga, Pasir Putih Kambang, Pantai Sumedang dan

Jembatan Akar Bayang Utara. Disamping Destinasi alam tersebut. Keunikan budaya

pesisir seperti Rumah Gadang Mandeh Rubiah, Mesjid Tua, dan Rehab pesisir menjadi

daya tarik tersendiri dan yang memerlukan pengelolaan dimasa depan. Selain wisata

alam dan budaya, di Pesisir Selatan juga terdapat wisata bahari seperti pulau Penyu

yang merupakan tempat penangkaran Penyu.

Page 84: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 53

Keasrian dan keseimbangan lingkungan pantai berawal dari dukungan wilayah pesisir,

dimana wilayah pesisir merupakan pergerakan aktivitas (atau peralihan) antara laut

dan darat. Kabupaten Pesisir Selatan yang memilki wilayah pesisir pantai meliputi

Kecamatan Koto XI Tarusan, IV Nagari Bayang Utara, IV Jurai, Batang Kapas, Sutera,

Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal, dan Lunang Silaut.

Potensi wilayah pesisir pantai memberikan nilai ekonomi yang tinggi terhadap

keberlangsungan kehidupan manusia sehingga untuk dapat memiliki akses terhadap

pemanfaatan pantai, maka wilayah sekitar pantai merupakan wilayah potensial

pertumbuhan budidaya yang tinggi. Saat ini, di beberapa wilayah pesisir pantai

Kabupaten Pesisir Selatan telah terjadi penguasaan lahan dan kegiatan bangunan di

kawasan sempadan pantai. Kondisi ini akan berdampak pada degradasi lingkungan

pantai disamping keselamatan pengguna juga terancam.

Pengelolaan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Pesisir Selatan dilakukan melalui

kegiatan sebagai berikut:

a) Kawasan sempadan pantai dipertegas batas-batasnya dan segera dikuasai oleh

pemerintah serta diperkuat statusnya.

b) Perwujudan lahan-lahan sempadan pantai dapat dilakukan dengan cara

partisipatif masyarakat atau penertiban terutama di kawasan lindung yang

membahayakan kelangsungan penduduk yang tinggal di kawasan sekitarnya.

c) Sempadan pantai yang setelah dikuasai pemerintah, maka untuk mempermudah

pengawasan dan pengendaliannya dilakukan pembangunan jalan inspeksi.

d) Untuk wilayah sekitar sempadan pantai, bangunan boleh didirikan setelah adanya

pembangunan jalan inspeksi.

e) Bangunan yang didirikan di sekitar wilayah sempadan pantai, harus menghadap

pantai. Selain tanaman palem dan atau tanaman mangrove, di wilayah sempadan

pantai ini, diusahakan untuk ditingkatkan keanekaragaman jenis tanaman dengan

tanaman tahunan yang berakar panjang cukup dalam.

g) Kawasan sempadan pantai yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan rekreatif

adalah kawasan yang bersifat publik.

h) Pada kawasan sempadan pantai dapat ditempatkan bangunan-bangunan

perlindungan terhadap rawan bencana gelombang tsunami.

Page 85: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 54

TABEL 2.33 KUALITAS AIR LAUT KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010

Lokasi

Warna Kekeruhan TSS Temp pH

Salinitas DO BOD5 NO3-N PO4-P Cd Cu Pb Nitrit

Air Laut Muaro Bayang 16 6 10 25 7.5 3.48 3.21 0.96 1.4 0.2 0.201 0.47 0.08 0.02

Air Laut Pasir Putih Kambang 5 2 2 27 7.6 3.84 3.37 0.97 1.8 0.7 0.54 0.47 0.15 0.01

Air Laut Carocok Painan 2 1 7 27 7.4 4.26 3.05 0.94 1.2 0.4 0.474 0.51 0.4 0.01

Air LAut Pelabuhan Carocok Tarusan 5 6 5 26 7.5 4.92 2.6 1.1 1.5 0.3 0.423 0.47 0.14 0.02

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup

Keterangan : Tabel olahan SD-18

Berdasarkan hasil uji laboratorium pengujian kualitas air laut pada kantor Lingkungan Hidup

diperoleh hasil bahwa parameter logam melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, seperti

Nitrogen, Pospat, Kadmiun, Tembaga, Timbal dan Nitrit hal ini dipengaruhi oleh aktivitas

perikanan yang berlangsung, seperti tercecernya limbah oli kapal, minyak solar dan sampah

rumah tangga lain yang dibawa nelayan sebagai bekal ditengah laut.

0

0.5

1

1.5

2

NO3-N PO4-P Cd Cu Pb Nitrit

Air Laut Muaro BayangAir Laut Pasir Putih KambangAir Laut Carocok Painan Air LAut Pelabuhan Carocok TarusanBM

Gambar 2.39Kondisi kualitas Air Laut Kab. Pesisir Selatan

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan hidup Kab. Pessel

Gambar diatas menunjukan bahwa 4 lokasi pengujian kualitas air laut, yakni muaro Bayang,

Pasir Putih Kambang, Carocok Painan dan Pelabuhan Carocok Tarusan parameter logamnya

seperti Nitrogen, Pospat, Kadmium, tembaga, timbale dan nitrit melebihi baku mutu

Peraturan menteri lingkungan hidup Nomor 51 tahun 2004. Hal ini dipengaruhi oleh zat

pencemar yang berasal dari kapal-kapal nelayan. Limbah B3 berupa oli bekas dan pengisian

bahan baku solar tercecer kedalam air laut ditambah dengan sampah plastic berminyak dan

sampah organic lainnya.

Page 86: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 55

TABEL 2.34

PERSENTASE LUAS TERUMBU KARANG TAHUN 2010

Lokasi Persentase Luas Terumbu Karang (%)

Sangat Baik Baik Sedang Rusak Kec. Koto XI Tarusan

5.00

10.0

3.00 21.60 Kec. Bayang

7.00

43.4

5.60 14.4 Kec. IV Jurai

4.00

11.0

5.00 29 Kec.. Batang Kapas

6.00

12.0

3.00 13.33 Kec. Sutera

4.50

9.7

3.10 12.43 Kec. Lengayang

5.80

11.0

5.00 9.19 Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkugan Hidup

Keterangan : Tabel Olahan SD-19

Tabel 2.34 menggambarkan bahwa persentase terumbu karang pada tahun 2010 rusak

paling banyak ada di Kec. IV Jurai seluas 29 %, kemudian Kec. Koto XI Tarusan dengan nilai

21.60 % sementara yang paling sedikit rusaknya ada di Kec. Lengayang. Terumbu karang

sangat penting untuk keberadaan keberlangsungan ikan atau lebih sering disebut sebagai

rumah ikan, jika rumah ikan sudah rusak dimana ikan tersebut bisa tinggl?. Tingginya

kerusakan terumbu karang disebabkan oleh penangkapan ikan oleh nelayan dengan

menggunakan putas/bom serta pengambilan terumbu karang untuk dijual dan dijadikan

hiasan dinding rumah yang dijual dan bahan dasar kosmetik.

Padahal jika dipandang dari letak wilayah Pesisir Selatan dikawasan pantai dengan garis

pantai 234 km, maka sektor perikanan merupakan sektor prospektif dalam peningkatan

perekonomian masyarakat. Untuk menunjang minat masyarakat dalam pengelolaan sektor

perikanan, maka diperlukan upaya-upaya yang dapat mendorong pengembangan pada

sektor perikanan.

Produksi dari perikanan yang ada saat ini masih dapat ditingkatkan dan akan memberikan

penerimaan dan penyerapan tenaga kerja maksimal. Saat ini, manajemen/pengelolaan

produksi perikanan belum optimal, yang ditunjukkan dengan kontribusi ekonomi yang relatif

rendah (berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki). Sehingga untuk menunjang dan

meningkatkan produksi perikanan maka diperlukan program pengembangan yang

memperhatikan dukungan alam bagi setiap jenis peternakan dan perikanan.

Page 87: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 56

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pengelolaan kawasan perikanan meliputi :

a) Pemberian penguatan modal bagi usaha peternakan dan perikanan dalam rangka

menunjang kesinambungan usaha perikanan.

b) Menggalakkan program penggunaan bibit unggul.

c) Memperluas wilayah pemasaran produksi perikanan, baik lokal maupun pasar ekspor.

d) Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi usaha perikanan dengan

memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).

28.37

17.87

14.43

18.58Mandeh

Pulau Cubadak

PulauSironjong

Pulau Setan

Gambar 2.40Persentase Kerusakan Padang Lamun Tahun 2010

Sumber : DKP Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : olahan Tabel SD-20

Gambar di atas menjelaskan bahwa kerusakan Padang Lamun jika dibandingkan antara

luas dan kerusakannya, maka persentase kerusakan sudah mencapai 28.37 % terdapat

di Mandeh, Pulau Setan 18.58 %, Pulau Cubadak 17.87 % dan Pulau Sironjong 14.43 %.

Terdapat dua jenis lamun yaitu Enhalus Acoroides dan Thalasia Hemprichii. Penyebaran

luas dan keanekaragaman jenis lamun di Kawasan Pesisir Selatan tidak begitu banyak

diduga karena substrat dasar untuk media pertumbuhan tidak terlalu luas..

37.3

10.17

15.62

19.37

Koto XI Tarusan IV JuraiBatang Kapas Pancung Soal

Gambar 2.41Persentase Tutupan hutan Mangrove Tahun 2010

Sumber : DKP Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : Olahan Tabel SD-21

Page 88: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 57

Gambar 2.41 menunjukan bahwa persentase tutupan hutan mangrove paling banyak

terdapat di Kecamatan Koto XI Tarusan 37,3 % terendah Kecamatan IV Jurai 10,17 %.

Kondisi sangat memperihatinkan perlu dilakukan pengawasan dan pengelolaan

penghijauan hutan mangrove agar tidak terancam keberadaannya. Di Wilayah Pesisir,

hutan mangrove terdapat di sepanjang pantai yang ditemukan pada lokasi-lokasi yang

terlindung ombak besar dan angin kencang, yaitu di teluk-teluk yang tertutup dan muara

sungai.

Perbandingan dengan baku mutu

1. PP RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau

Perusakan Laut

2. Kepmen LH Nomor 179 Tahun 2004 tentang Ralat Atas Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut

3. Kepmen LH Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu

Karang

4. Kepmen LH Nomor 45 Tahun 1996 tentang Program Pantai Bersih

5. Kepmen LH Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman

Penentuan Kerusakan Mangrove

6. Kepmen LH Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baru Kerusakan dan

Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

7. Kepmen LH Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan

Pembuangan Air Limbah Ke Laut

8. Kep. Bapedal No. 47 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengukuran Kondisi

Terumbu Karang

Perbandingan Kualitas air laut dengan Baku Mutu PP Nomor 19 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut

TABEL 2.35

PERBANDINGAN KUALITAS AIR LAUT DENGAN BAKU MUTU Lokasi

Warna Kekeruhan TSS Temp pH

Salinitas DO BOD5 NO3-N PO4-P Cd Cu Pb Nitrit

Air Laut Muaro Bayang 16 6 10 25 7.5 3.48 3.21 0.96 1.4 0.2 0.201 0.47 0.08 0.02

Air Laut Pasir Putih Kambang 5 2 2 27 7.6 3.84 3.37 0.97 1.8 0.7 0.54 0.47 0.15 0.01

Air Laut Carocok Painan 2 1 7 27 7.4 4.26 3.05 0.94 1.2 0.4 0.474 0.51 0.4 0.01

Air Laut Pelabuhan Carocok Tarusan 5 6 5 26 7.5 4.92 2.6 1.1 1.5 0.3 0.423 0.47 0.14 0.02

Baku Mutu 30 5 20 0 7-

8,5 Alami >5 10 0,008 0,015 0,002 0,050 0,005 0

Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup

Page 89: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 58

Table 2.35 menunjukan bahwa kualitas air laut dengan parameter kekeruhan pada

lokasi Muaro Bayang dan Pelabuhan Carocok Tarusan melebihi baku mutu yang telah

ditetapkan, sedangkan untuk parameter logam juga melebihi baku mutu, seperti

NO3N, PO4P, Kadmium, tembaga, Timbal dan Nitrit. Hal ini dipengaruhi oleh

tercemarnya air laut karena aktivitas nelayan mengoperasionalkan kapal, seperti

tercecernya oli pelumas, minyak solar dan sampah organic lainnya yang dibawa

untuk bekal dilaut dalam mencari ikan.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

2007 2008 2009 2010

Tarusan

Bayang

IV Jurai

BatangKapasSutera

Lengayag

GAMBAR 2.42PERSENTASE KERUSAKAN TERUMBU KARANG

Sumber : Dinas DKP Kab. Pessel

Jika dilihat dari grafik dapat diketahui bahwa kerusakan terumbu karang dari tahun 2007,

2008 dan 2009 mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun pada tahun 2010 terjadi

penurunan kerusakan yang cukup drastis, hal ini tak luput dari kerja keras pemerintah

daerah bersama masyarakat nelayan menjaga dan melestarikan terumbu karang agar

tidak rusak demi kelangsungan hidup ikan diasa yang akan datang.

2007 2008 2009 2010

MandehP. CubadakP. SironjongP. Setan

GAMBAR 2.43PERSENTASE KERUSAKAN PADANG LAMUN

Sumber : Dinas DKP Kab. Pesse l

Jika dilihat dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kerusakan Padang Lamun pada

tahun 2007 ke tahun 2008 dan tahun 2010 terjadi kenaikan, Dinas Kelautan dan

Page 90: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 59

Perikanan telah melakukan konservasi pada daerah – daerah yang terkena kerusakan

Padang lamun tersebut diatas.

2007 2008 2009 2010

Tarusan

IV Jurai

BatangKapasPancungSoal

GAMBAR 2.44PERSENTASE TUTUPAN HUTAN MANGROVE

Sumber : Dinas DKP Kab. Pesse l

Dari grafik diatas dapat diketahui bawa terjadi peningkatan dari tahun ke tahun

kerusakan hutan mangrove Kabupaten Pesisir Selatan, 4 lokasi Kecamatan Koto XI

Tarusan, IV Jurai,, Batang Kapas dan Pancung Soal, daerah – daerah ini telah menjadi

sasaran konservasi hutan mngrove yang dilaksanakan oleh Dinas DKP Kabupaten Pesisir

Selatan. Usaha-usaha pelestarian hutan bakau oleh pihak-pihak pemerintah daerah

dengan Dinas Instansi terkait adalah :

1. Rehabilitasi hutan bakau

2. Penataan ruang kawasan pesisir pantai

3. Penghijauan Hutan bakau oleh masyarakat dengan banatuan dari Provinsi

4. Penetapan kawasan hutan mangrove

5. Hutan mangrove berfungsi sebagai sabuk hijau (green belt).

Analisis statistik sederhana

Tabel 2.36

Analisis Kerusakan Terumbu Karang

No Lokasi 2007

2008 2009 2010

1 Tarusan 80,40 81 82,10 21.60 2 Bayang 71 72 74,41 14.4 3 IV Jurai 80 80,6 81,07 29 4 Batang Kapas 78,12 79,4 80,02 13.33 5 Sutera 84 84,3 85,25 12.43 6 Lengayang 78,1 78,9 79,19 9.19

Sumber : Anaisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Page 91: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 60

Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang Pada tahun 2007 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Sutera dengan persentase 84 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Bayang dengan persentase 71 %.

Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2007 adalah 78,6 %.

Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang pada tahun 2008 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Sutera dengan persentase 84,3 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Bayang dengan persentase 72 %.

Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2008 adalah 79,3 %.

Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang pada tahun 2009 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Sutera dengan persentase 85,25 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Bayang dengan persentase 74,41 %.

Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2009 adalah 80,34 %.

Analisis statistik sederhana Kerusakan Terumbu karang pada tahun 2010 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 29 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan Lengayang dengan persentase 9,19 %.

Rata – rata Kerusakan terumbu karang pada tahun 2010 adalah 19.09 %.

Tabel 2.37

Analisis Kerusakan Persentase Padang Lamun

No Lokasi 2007 2008 2009 2010

1 Mandeh 11 12 10,88 28.37

2 P. Cubuadak 15 16,5 17,87 17,87

3 P. Sironjong 12 12,9 13,87 14,43

4 P. Setan 10 10,1 10,21 18,58

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Analisis statistik sederhana Padang Lamun Pada tahun 2007 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Cubadak dengan persentase 15 %.

Kerusakan paling minimum adalah Pulau Setan dengan persentase 10 %.

Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2007 adalah 12 %.

Page 92: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 61

Analisis statistik sederhana Padang Lamun pada tahun 2008 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Cubadak dengan persentase 16,5 %.

Kerusakan paling minimum adalah Pulau Setan dengan persentase 10,1 %.

Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2008 adalah 12,8 %.

Analisis statistik sederhana Padang Lamun pada tahun 2009 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Cubadak dengan persentase 17,87 %.

Kerusakan paling minimum adalah Pulau Setan dengan persentase 10,21 %.

Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2009 adalah 13,2 %.

Analisis statistik sederhana Padang Lamun pada tahun 2010 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Pulau Mandeh dengan persentase 28,27 %.

Kerusakan paling minimum adalah Pulau Sironjong dengan persentase 14,43 %.

Rata – rata Kerusakan Padang Lamun pada tahun 2010 adalah 21,35 %.

Tabel 2.38

Analisis Kerusakan Hutan Mangrove

N0 Lokasi 2007

2008 2009 2010

1 Tarusan 36,15 37,1 37,3 37.3

2 IV Jurai 9 9,9 10,17 10.17

3 Batang Kapas 12 12 15,52 15.62

4 Pancung Soal 18,24 19,11 19,37 19.37

Sumber : DKP Kab. Pessel

Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove Pada tahun 2007 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto Xi Tarusan persentase 36,15 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 9 %.

Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2007 adalah 18,84 %.

Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove pada tahun 2008 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto XI Tarusan persentase 37,1 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 9,9 %.

Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2008 adalah 19,52 %.

Page 93: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 62

Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove pada tahun 2009 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto XI Tarusan persentase 37,3 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 10,13 %.

Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2009 adalah 20,5 %.

Analisis statistik sederhana Kerusakan Hutan Mangrove pada tahun 2010 adalah :

Kerusakan paling luas Maksimum adalah Kecamatan Koto XI Tarusan persentase 37,3 %.

Kerusakan paling minimum adalah Kecamatan IV Jurai dengan persentase 10,17 %.

Rata – rata Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2010 adalah 20,5 %.

II-F. IKLIM

Informasi mengenai curah hujan berdasarkan data curah hujan dari Klimatologi di 4 stasiun,

curah hujan rata-rata bulanan adalah 179,25 mm dengan jumlah hari hujan tahunan 169,

dengan curah hujan tertinggi bulan Desember dan curah hujan terendah bulan Mei. Kondisi

curah hujan tersebut suatu hal yang biasa untuk daerah tropis, terutama didaerah pantai.

Suhu udara rata-rata bulanan adalah 29,9°C, dengan suhu rata-rata maksimum adalah

33,57°C, dan rata-rata minimum adalah 26,23°C. Dengan Kelembaban udara rata-rata

bulanan adalah 96.07 % dengan kelembaban udara maksimum 96,67 % dan rata-rata

minimum adalah 82,17 %.

Dari table di atas dapat diketahui bahwa suhu rata – rata bulanan pada bulan Januari 32,5,

bulan Pebruari 32,3, bulan Maret berkisar 31,6. Bulan April berkisar antara 26,9, bulan Mei

26,7 bulan Juni 26,8, bulan Juli 31,8, bulan Agustus 32,6, bulan September berkisar 31,9,

bulan Oktober berkisar antara 32,3, bulan Nopember berkisar 27,6 dan bulan Desember

berkisar 25,3.

Page 94: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 63

Perbandingan dengan baku mutu

Tidak ada perbandingan dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Tarusan

Bayang

IV Jurai

BatangKapasSutera

Lengayang

RanahPesisirLBS

PancungSoalTapan

Lusi

Line 12

Gambar 2.45SUHU RATA-RATA BULANAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

TAHUN 2009

Sumber : PSDA Provinsi Sumatera Barat

Gambar 2.45 menunjukan bahwa suhu rata – rata bulanan Kabupaten Pesisir Selatan

bervariasi, pada bulan Januari, Februari suhu naik, pada bulan April, Mei, Juni terjadi

penurunan suhu, karena musim hujan, bulan Juli, Agustus, September terjadi kenaikan

suhu dipengaruhi musim kemarau dan pada bulan Nopember dan Desember terjadi

penurunan suhu dipengaruhi musim hujan.

0102030405060708090

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop DesTarusan SuteraTapan Lusi

Gambar 2.46CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

TAHUN 2009

Sumber : PSDA Provinsi Sumatera Barat

Gambar 2.46 menunjukan bahwa curah hujan pada bulan Januari di Stasiun Tapan

dan Sutera terjadi penurunan, sedangkan 2 stasiun lain, Stasiun Tarusan dan Lunang

Page 95: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 64

Silaut terjadi kenaikan curah hujan. Pada Bulan Maret terjadi kenaikan puncak curah

hujan pada Stasiun Sutera. Sedangkan puncak curah hujan tertinggi pada bulan

Oktober, Nopember dan Desember pada Stasiun Tapan.

Analisis statistik sederhana

Tabel 2.39

ANALISIS CURAH HUJAN STASIUN TAPAN

No Lokasi 2007

2008 2009 2010

1 Januari 26,81 25,13 23,13 tad 2 Februari 22 36,8 43,8 tad3 Maret 26,43 71,14 21,14 5.674 April 16,85 14,75 18,75 12.875 Mei 17,25 23 38 tad6 Juni 54,44 31 43,78 21.577 Juli 23,75 25 27 8.28 Agustus 30,5 23 19,42 14.759 September 32,4 31 38,75 16.0710 Oktober 3 24 69, 67 11.6411 Nopember 18,35 78 83,67 - 12 Desember 18,38 35 71,45 -

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Sumbar

Analisis statistik sederhana Curah hujan Pada tahun 2007 adalah :

Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Juni dengan jumlah curah hujan 54,47

Curah hujan minimum adalah pada Bulan Oktober dengan Jumlah curah hujan 3

Rata – rata curah hujan pada tahun 2007 adalah 24,18

Analisis statistik sederhana Curah hujan pada tahun 2008 adalah :

Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Nopember dengan jumlah curah hujan 78

Curah hujan minimum adalah pada bulan April dengan jumlah curah hujan 14,75

Rata – rata jumlah curah hujan pada tahun 2008 adalah 34,8

Analisis statistik sederhana Curah hujan pada tahun 2009 adalah :

Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Nopember dengan jumlah curah hujan 83,67

Curah hujan minimum adalah pada bulan April dengan jumlah curah hujan 17,85

Page 96: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 65

Rata – rata jumlah curah hujan pada tahun 2009 adalah 41,54

Analisis statistik sederhana Curah hujan pada tahun 2010 adalah :

Curah hujan Maksimum adalah pada bulan Juni dengan jumlah curah hujan 21,57

Curah hujan minimum adalah pada bulan Maret dengan jumlah curah hujan 5,67

Rata – rata jumlah curah hujan pada tahun 2010 adalah 13,63

0102030405060708090

Maks Min Rata-rata

2007200820092010

Gambar 2.47ANALISIS STATISTIK CURAH HUJAN PADA STASIUN TAPAN

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Sumbar

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan pada tahun 2009 terjadi

kenaikan dibandingkan dengan tahun yang lainnya, Pada tahun 2010 jumlah curah hujan

terjadi penurunan.

II-G. BENCANA ALAM

Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur

regional yang menghubungkan antara Ibukota Provinsi Sumatera Barat, yaitu Kota

Padang dengan Bengkulu dan Jambi. Secara geografis, posisi Kabupaten Pesisir Selatan

terletak pada 0º 59’ - 2º 28’, 6’ LS dan 100º 19’ - 101º 18’ BT. Kondisi topografi

atau ketinggian tanah di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berkisar antara 0 – 1.000

meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan

daerah dataran rendah dan berbukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan.

Kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berkisar antara 0% - 2% sampai

dengan kemiringan > 40%. Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam

terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas

304.235 Ha (52,91%). Dengan kondisi geografis daerah tersebut, maka daerah

Kabupaten Pesisir Selatan rawan terjadi bencana alam.

Page 97: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 66

Tabel 2.40

BENCANA ALAM KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010

N0 Jenis Bencana

Jumlah kejadian

1 Banjir 10 kali

2 Longsor 8 kali

3 Kebakaran 7 kali

4 Angin Badai 5 kali

5 Tenggelam 6 kali

6 Tertimpa Pohon 2 kali

7 Kapal Tenggelam 1 kali

8 Rumah Runtuh 1 kali

9 Abrasi Pantai 10 kali

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : OLahan Tabel BA-1

Tabel diatas menunjukan bahwa bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir

10 kali dan abrasi pantai 10 kali. Longsor telah terjadi 8 kali, kebakaran 7 kali dan

tenggelam 6 kali.

Tabel 2.41

BENCANA ALAM BANJIR KABUPATEN PESISIR SELATAN

N0 Lokasi

Total area terendam

(ha)

Korban

mengungsi

Perkiraan kerugian

(Rp)

1 Koto XI Tarusan 350 200 100,000,000 - 2 Bayang 200 300 750,000,000 3 IV Nagari Bayang Utara 50 150 50,000,000 4 IV Jurai 2 12 60,000,000 5 Batang Kapas 5 23 150,000,000 6 Sutera 5 45 48,000,000 7 Ranah Pesisir 3 50 200,000,000 8 Pancung Soal 90 132 500,000,000

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : OLahan Tabel BA-1

Dari table di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 telah terjadi banjir bandang

yang merendam 8 kecamatan, yakni kecamatan Koto XI Tarusan sawah terendam

mencapai 350 ha mengungsi 200 orang, Bayang Utara areal terendam 50 ha mengungsi

150 orang kerugian mencapai Rp. 750.000.000,- juta , Bayang terendam 200 ha

mengungsi 300 orang, IV Jurai terndam 2 ha mengungsi 12 orang, Batang Kapas,

Page 98: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 67

Sutera, Ranah Pesisir dan Pancug Soal dengan total areal yang terendam 705 ha dan

dengan kerugian sebanyak Rp. 1.858.000.000,- tidak ada yang meninggal dunia, namun

masyarakat yang diungsikan cukup banyak. Banjir telah menghanyutkan rumah

masyarakat, mushalla, menghancurkan jalan setapak, irigasi rusak dan jembatan kayu

hancur. Banjir juga telah merendam puluhan hektar sawah tanaman padi petani, dan

puluhan tambak ikan amblas.

Tanah ini tidak begitu potensial bagi pertanian karena sifat kimia dan fisiknya sangat

jelek. Jenis tanah alluvial disebut juga sebagai tanah tumbuh tanah endapan, kandungan

bahan arganiknya rendah, reaksi tanahnya masam sampai netral, struktur tanahnya pejal

atau tanpa struktur dan konsistensinya keras waktu kering, teguh waktu lembab,

kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak bergantung pada bahan induknya.

Secara keseluruhan tanah allluvial mempunyai sifat fisik kurang baik sampai sedang, sifat

kimia sedang sampai baik, sehingga produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi.

Tabel 2.42

BENCANA ALAM TANAH LONGSOR KABUPATEN PESISIR SELATAN

No Lokasi

Korban meninggal

Perkiraan kerugian (Rp)

1 Koto XI Tarusan 0 50.000.000,- 2 Bayang Utara 0 100.000.000,- 3 Sutera 0 100.000.000,- Jumlah 0 250.000.000,-

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : OLahan Tabel BA-3

Tabel diatas menunjukan bahwa bencana alam tanah longsor daerah Kabupaten Pesisir

Selatan mengakibatkan kerugian binatang ternak seperti sapi, kambing, ayam dan

bebek terbawa arus sungai, sawah dan padi tertimbun longsor, hanyutnya rumah

penduduk dan gudang gambir penduduk dengan kerugian materil mencapai sekitar

Rp. 250.000.000,-, kemiringan ini jika tidak diimbangi dengan penghijauan pohon untuk

menahan air dan laju tanah akan menyebabkan banjir, selain itu pada daerah tangkapan

air hulu sungai telah terjadi penebangan secara liar.

Page 99: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 68

Tabel 2.43

BENCANA ALAM KEBAKARAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

No Lokasi

Lahan terbakar (ha)

Perkiraan kerugian (Rp)

1 Koto XI Tarusan

1,5

150.000.000,- 2 IV Jurai 1

30,000,000 3 Batang Kapas 2

250,000,000 4 Sutera 1

85,000,000 5 Lengayang 1

550,000,000 Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : OLahan Tabel BA-4

Bencana alam kebakaran lahan dan hutan sebagian besar disebabkan oleh pembukaan

lahan perkebunan oleh pemilik perkebunan kelapa sawit sebagai upaya lean clearing dan

lahan perkebunan yang terbakar karena cuaca musim kemarau Kecamatan Koto XI

Tarusan lahan terbakar sebanyak 1.5 ha dengan kerugian Rp. 150.000.000.

Tabel 2.44

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR

No Jenis Kendaraan Jumlah Keterangan

1 Mobil Rescue 1 Bantuan BNPB

2 Kendaraan Roda Dua 2 Bantuan BNPB

3 Perahu karet 1 Bantuan BNPB

4 Chaen saw mini 1 Bantuan BNPB

5 Komputer 2 Bantuan BNPB

6 Alat-alat rescue 1 Bantuan BNPB

TOTAL 8 Bantuan BNPB

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : OLahan Tabel BA-5A

Page 100: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 69

Perbandingan dengan baku mutu

1. PP RI No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran

Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau lahan.

2. Kepmen LH Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha atau Kegiatan

yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

3. Kepmen LH Nomor 12 Tahun 2007 tentang Dokumen Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Bagi Usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki

Dokumen Pengelolaan Lingkungan.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Bencana alam yang terjadi disebabkan oleh faktor alam topografi daerah Kabupaten

Pesisir Selatan yang terdiri dari perbukitan, lembah dan panjang sungai dan pantai,

di tambah lagi dengan akses jalan hanya satu memanjang dari Kecamatan Koto XI

Tarusan sampai dengan Kecamatan Lunang Silaut.

Koto XITarusan

Bayang IV NagariBayangUtara

IV Jurai BatangKapas

Sutera RanahPesisir

PancungSoal

Luas Mengungsi

GAMBAR 2.48BENCANA ALAM BANJIR KAB. PESSEL

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa bencana banjir yang terjadi di daerah

Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 paling luas terkena banjir terdapat di daerah

Kecamatan Koto XI Tarusan dengan luas 350 ha dan Kecamatan Bayang seluas 200

ha, yang paling sedikit luasan banjir terdapat di Kecamatan IV Jurai seluas 2 ha.

Page 101: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 70

Koto XI Tarusan Bayang Utara Sutera

Kerugian

GAMBAR 2.49BENCANA ALAM LONGSOR KAB. PESSEL

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa korban bencana alam longsor belum ada

namun kerugian materi yang dicapai cukup tinggi. Bencana Longsor ini terjadi

disebabkan oleh penebangan liar dan lahan kritis terjadi dari kebakaran hutan dan lahan.

Koto XI Tarusan IV Jurai Batang Kapas Sutera

Luas Kerugian

GAMBAR 2.50BENCANA ALAM KEBAKARAN KAB. PESSEL

Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Batang Kapas paling luas

terjadi kebakaran, kemudian diikuti oleh Kecamatan Koto XI Tarusan dan paling

sedikit Kecamatan IV Jurai.

Pada tahun 2004 telah terjadi bencana alam Badai angin puting beliung di 3

kecamatan, yakni Kecamatan Sutera, IV Jurai dan Koto XI Tarusan. Bencana alam

disebabkan oleh banjir telah terjadi 11 kali, diantaranya kecamatan Ranah Pesisir 1

kali, Kecamatan Lengayang 2 kali, kecamatan Sutera 1 kali, Kecamatan Batang

Kapas 5 kali, Kecamatan IV Jurai 2 kali. Bencana alam Kebakaran telah terjadi

sebanyak 11 kali, diantaranya kecamatan Pancung Soal 3 kali, kecamatan Sutera 2

kali, kecamatan Batang kapas 2 kali, kecamatan IV Jurai 2 kali, Kecamatan bayang 1

Page 102: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 71

kali dan Kecamatan Koto XI Tarusan 1 kali. Bencana Alam longsor terjadi 1 kali

dikecamatan Koto XI Tarusan.

3

11

11

1

Badai

Banjir

Kebakaran

Longsor

Tabel 2.51Bencana Alam Kab. Pesisir Selatan Tahun 2004

Sumber : Dinas Sosial, KB dan PP Kab. Pessel

Pada tahun 2005 telah terjadi bencana alam banjir sebanyak 9 kali di empat kecamatan,

diantaranya Kecamatan Linggo Sari Baganti sebanyak 2 kali, kecamatan Ranah Pesisir

Sebanyak 2 kali, kecamatan Sutera 3 kali dan Kecamatan Batang Kapas sebanyak 2 kali.

Bencana alam Kebakaran lahan dan hutan sebanyak 10 kali di 6 kecamatan, diantaranya

kecamatan Pancung Soal 1 kali, Kecamatan Linggo Sari Baganti sebanyak 3 kali,

Kecamatan Ranah Pesisir 2 kali, Kecamatan Lengayang 1 kali, kecamatan Sutera 2 kali

dan Kecamatan Batang Kapas 1 kali.

0

9

10

1

Badai

Banjir

Kebakaran

Longsor

Tabel 2.52Bencana Alam Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005

Sumber : Dinas Sosial, KB dan PP Kab. Pessel

Pada tahun 2007 tanggal 12 September jam 18.00 wib telah terjadi gempa besar dengan

kekuatan 7,9 SR berpusat di Provinsi Bengkulu. Telah menelan korban sebanyak 4 jiwa, luka

ringan 1 orang, fasilitas umum rusak berat 18 buah, Rusak sedang 10 buah, dan rusak

ringan 13, Rumah ibadah yang rusak berat 41 buah, rusak sedang 92 buah dan rusak ringan

sebanyak 53 buah. Perkantoran rusak berat 10 buah, rusak sedang 3 buah dan rusak ringan

5 buah., Sekolah rusak berat 25 buah, rusak sedang 33 buah dan rusak riingan 33 buah.

Page 103: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

II - 72

Rumah rusak berat sebanyak 3.590 buah, rusak sedang 4.891 buah dan rusak ringan

sebanyak 5.594 buah.

Pada tahun 2009 telah terjadi bencana alam gempa bumi dengan kekuatan 7,9 SR pada

tanggal 30 September 2009 pada pukul 17.00 wib, dengan kerugian adalah sebagai berikut :

meninggal dunia sebanyak 9 orang, luka berat 7 orang dan luka ringan 20 orang. Kerusakan

rumah, rusak berat sebanyak 2.173 buah, rusak sedang 5.410 buah, rusak ringan 11.388

buah. Kerusakan sarana ibadah rusak berat adalah 14, rusak sedang 67 buah dan rusak

ringan adalah 48 buah. Sekolah yang rusak berat adalah 12, rusak sedang 39 buah dan rusak

ringan adalah 19 buah. Sarana Kesehatan yang rusak berat adalah 7 buah, rusak sedang 6

buah dan rusak ringan sebanyak 14 buah. Sarana Kantor pemerintahan yang rusak berat

adalah sebanyak 4, rusak sedang 11 dan rusak ringan 2 buah. Jalan yang rusak berat ada 4

buah, rusak sedang 1 buah dan rusak ringan 2 buah. Jembatan rusak berat tidak ada, rusak

sednag 1 buah dan rusak ringan 1 buah. Fasilitas umum lain yang rusak berat adalah 27

buah, rusak sedang 15 buah dan rusak ringan 26 buah.

Page 104: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 1

III-A KEPENDUDUKAN

Penduduk Pesisir Selatan saat ini bervariasi, yang tersebar pada 12 kecamatan dan

76 nagari 359 kampung. Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan sebesar

452.344 jiwa dengan laju pertumbuhan tahunan 3.7 %. Laju pertumbuhan ini juga

relatif berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan

dengan laju pertumbuhan terendah adalah Kecamatan Lunang Silaut sebesar 0.11 %,

sedangkan laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada Kecamatan Lengayang yaitu

sebesar 1,29 %.

Tingkat kesejahetaraan penduduk berdasarkan indikator yang ada terjadi

peningkatan dibandingkan pada tahun sebelumnya. Angka harapan hidup, angka

kematian ibu melahirkan dan jumlah keluarga miskin menunjukan kecenderungan

yang menggembirakan.

Tabel 3.1

Data Tingkat Kesejahteraan Penduduk

Indikator 2006 2007 2008 2009

KK Miskin 41.414 38.480 30.649 29.117

Angka Kematian Bayi 21 22 13 13

Angka Kematian Ibu Melahirkan 73 193 226 151

Angka Harapan Hidup 66.7 67.7 67.8 68.1

Sumber : Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan

Dilihat dari tabel diatas memperlihatkan bahwa adanya peningkatan kesejahteraan

penduduk dari tahun 2006 sampai tahun 2009, perbaikan indikator sosial tersebut

antara lain dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan yang berpihak kepada

masyarakat sehingga mampu mendorong terjadinya transformasi sosial dan

peningkatan ekonomi keluarga. Persentase KK miskin dari tahun 2006 sampai tahun

2009 telah terjadi penurunan sebanyak 12.29 %.

Peningkatan kesejahteraan penduduk tidak terlepas dari peningkatan perekonomian

yang ada beberapa sektor. Potensi unggulan daerah dalam kurun waktu beberapa

Page 105: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 2

tahun terakhir sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar bagi pembentukan

PDRB daerah, yakni diatas angka 30 persen lebih. Beberapa Potensi pertanian padi

sawah, pada tahun 2009 Pemerintah telah melakukan upaya meningkatkan produksi

padi, mulai dari peningkatan penggunaan bibit bermutu, perbaikan jaringan irigasi

desa, optimalisasi penggunaan lahan (OPL), pembukaan/percetakan lahan sawah

baru sampai dengan penerapan paket teknologi serba guna.

Kependudukan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan suatu

wilayah. Penduduk menjadi penggerak aktifitas dan kelangsungan pembangunan dan

sekaligus merupakan subjek pembangunan yang sangat menetukan kemajuan

wilayah. Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan cenderung meningkat dari

tahun ke tahun walaupun kenaikan tidak terlalu signifikan, pertumbuhan penduduk

cenderung naik. Laju pertumbuhan penduduk relatif berbeda antara satu kecamatan

dengan kecamatan lainnya.

Tabel 3.2

Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan

No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Pertumbuhan

Penduduk

Kepadatan Penduduk/Km2

1 Koto XI Tarusan

425.63

54,481 0.23

128.00 2

Bayang 250.74

45,329 0.40

180.78

3 IV Nagari Bayang Utara

77.50

8,469 1.29

109.28 4

IV Jurai 373.80

44,892 0.27

120.10

5 Batang Kapas

359.07

32,919 0.28

91.68 6

Sutera 445.65

45,531 0.22

102.17

7 Lengayang

590.60

55,652 0.17

94.23 8 Ranah Pesisir

564.39

33,175 0.18

58.78 9 Linggo Sari Baganti

315.41

42,971 0.32

136.24 10 Pancung Soal

740.10

35,069 0.14

47.38 11 Basa IV Balai Tapan

677.50

25,208 0.15

37.21 12 Lunang Silaut

929.50

28,648 0.11

30.82 Total

5,749.89

452,344 3.748

78.67 Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DE-1

Page 106: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 3

Tabel 3.2 menjelaskan bahwa persentase jumlah penduduk yang terbesar adalah

berada di Kecamatan Lengayang dengan 12.30 %, sedangkan jumlah penduduk

terkecil ada di Kecamatan Bayang Utara dengan persentase 1.87 %. Kepadatan

penduduk tercatat sekitar 78.67 kilo meter persegi. Jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya terjadi kenaikan. Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk

tertinggi adalah Kecamatan Bayang deengan kepadatan 180,78 jiwa perkilometer

persegi dan kepadatan penduduk terkecil adalah Kecamatan Lunang Silaut dengan

kepadatan penduduk 30,82 jiwa perkilo meter persegi. Pertumbuhan penduduk

pertahun mencapai 3,7%. Persentase pertumbuhan penduduk ada di Kecamatan

Bayang Utara sebesar 1,29% dan persentase terkecil ada di Kecamatan Lunang Silaut

sebesar 0,11%.

Gambar 3.1

Jumlah Penduduk Tahun 2010

Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pesisir Selatan

Gambar diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk tertinggi ada di Kecamatan

Lengayang dengan jumlah 55.652 jiwa, jumlah penduduk terkecil di Kecamatan IV

Nagari Bayang Utara sebesar 8.469 jiwa.

Page 107: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 4

Tabel 3.3

Jumlah Nagari dan Kampung per Kecamatan Tahun 2010

NO KECAMATAN NAGARI KAMPUNG

1 Koto XI Tarusan 12 34

2 Bayang 4 32

3 IV Nagari Bayang Utara*) 4 15

4 IV Jurai 6 27

5 Batang Kapas 5 23

6 Sutera 4 27

7 Lengayang 9 45

8 Ranah Pesisir 4 26

9 Linggo Sari Baganti 7 40

10 Pacung Soal 7 32

11 Basa IV Balai Tapan 8 22

12 Lunang Silaut 5 36

Jumlah 76 359 Sumber :Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan

Pada tahun 2010 terjadi pemekaran nagari berdasarkan Peraturan Daerah Tahun

2009, maka nagari yang ada didaerah Kabupaten Pesisir Selatan dari 37 Nagari

menjadi 76 nagari. Nagari terbanyak ada di Kecamatan Koto XI Tarusan dengan 12

nagari, kemudian Kecamatan Lengayang 9 nagari dan terkecil Kecamatan Bayang, IV

Nagari Bayang Utara, Sutera dan Ranah Pesisir masing-masing 4 nagari.

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Golongan Umur

N0 Umur Tarusan Bayang Bayu IV

Jurai

Btng

Kapas Sutera

Lengay

ang

Ranah

Pesisir

Linggo

Sari

Baganti

Pancu

ng

Soal

Basa IV

Balai

Tapan

Lunang

Silaut

1 0-14 7,272 6,050

1,130 5,993 4,394 6,078 7,430 4,441 5,737 4,682 3,365 3,824

2 15-19 2,132 1,773 331 1,756 1,288 1,781 2,177 1,286 1,681 1,372 986 1,121 3 20-39 6,628 5,615 1,049 5,560 4,190 5,639 6,893 6,109 5,333 4,343 3,123 3,549 4 40-54 3,075 2,558 478 2,254 1,858 2,570 3,141 1,872 2,425 1,980 1,422 1,517 5 55-64 719 598 112 592 434 601 734 438 567 463 332 378 6 65 + 1,360 1,132 212 1,121 822 1,173 1,389 828 1,073 875 629 715

Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DE-2

Tabel 3,4 menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki dibandingkan dengan jumlah

perempuan lebih sedikit. Jumlah penduduk laki-laki produktif lebih banyak pada usia

20-39 tahun ada di Kecamatan Lengayang adalah 6.893 jiwa, produktif terbanyak

kedua Kecamatan Koto XI Tarusan 6.628 jiwa, produktif terbanyak ketiga kecamatan

Page 108: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 5

Ranah Pesisir 6.109 jiwa. Yang paling sedikit produktif ada di Kecamatan Bayang

Utara 1.049 jiwa.

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur

N0 Umur Tarusan Bayan

g Bayu

IV

Jurai

Btng

Kapas Sutera

Lengay

ang

Ranah

Pesisir

Linggo

Sari

Baganti

Pancung

Soal

Basa IV

Balai

Tapan

Lunan

g

Silaut

1 0-14 10,909 9,073 1,696 8,989 6,592 91,117 11,143 6,661 8,604 7,022 5,048 5,736 2 15-19 3,197 2,660 497 2,634 1,932 2,672 3,266 1,929 2,522 2,059 1,480 1,681 3 20-39 9,942 8,422 1,573 8,341 6,284 8,459 10,340 9,163 7,999 6,515 4,684 5,323 4 40-54 4613 3,838 717 3,380 2788 3855 4712 2809 3638 2969 2134 2426 5 55-64 1,078 897 168 889 652 901 1,102 657 851 694 499 567 6 65 + 2,040 1,689 317 181 1,232 1,705 2,083 1,242 1,610 1,313 944 1,072

Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DE-3

Tabel 3.5 menunjukan bahwa jumlah penduduk perempuan Produktif pada usia 20-

39 tahun paling banyak terdapat di Kecamatan Lengayang dengan jumlah 10.340

jiwa, kemudian disusul Kecamatan Koto XI Tarusan 9.942 jiwa dan Ranah Pesisir

dengan 9.163 jiwa. Olahan Tabel DE-4 menjelaskan bahwa Jumlah penduduk migrasi

cenderung didominasi oleh penduduk perempuan dibandingkan dengan penduduk

laki-laki, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir

N0

Jumlah Nagari

Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga

1 10 Koto XI Tarusan

54,481 11,335

2 2 Bayang

45,329 9,993

3 5 IV Jurai

44,892 10,416

4 4 Batang Kapas

32,919 7,328

5 4 Sutera

45,531 11,053

6 9 Lengayang

55,652 13,351

7 4 Ranah Pesisir

33,175 7,794

8 5 Linggo Sari Baganti

42,971 10,247

9 5 Lunang Silaut

28,648 7,741

Sumber : BPS dan Dinas Pencatatan Sipil Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DE-5

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah masyarakat yang tinggal didaerah pesisir

ada 9 kecamatan dari 12 kecamatan, hanya 3 kecamatan yang tidak tinggal di pinggir

Page 109: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 6

pantai seperti Kecamata Bayang Utara, Kecamatan Pancung Soal dan Kecamatan

Basa IV Balai Tapan.

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk Laki-laki menurut Pendidikan

N0 Pendidikan 5-6 7-12 13-15

16-18

19-24

1 Tidak Sekolah 453 521 211 765 163.654

2 SD 0 25,562 0 0 0

3 SLTP 0 0 10,264 0 0

4 SLTA 0 0 0 7,509 0

5 Diploma 0 0 0 0 1,115

6 Universitas 0 0 0 0 2,500

Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DS-1

Menghadapi abad milenium ini, faktor pendidikan memegang peranan yang penting

untuk menghasilkan kualitas manusia yang prima. Untuk itu penduduk perlu dibekali

dengan modal pendidikan yang memadai, sehingga menghasilkan kualitas SDM yang

cukup dapat diandalkan dan diharapkan nantinya dapat mempercepat proses laju

pembangunan, khususnya daerah Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel 3.8

Jumlah Penduduk Perempuan menurut Pendidikan

N0 Pendidikan

5-6

7-12 13-15 16-18 19-24

1 Tidak Sekolah 551 688 489 980 166.168

2 SD 0 38,342 0 0 0

3 SLTP 0 0 15,395 0 0

4 SLTA 0 0 0 13.601 0

5 Diploma 0 0 0 0 1.120

6 Universitas 0 0 0 0 2.263

Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DS-2

Jumlah penduduk perempuan yang bersekolah dan tidak sekolah seperti tabel di atas

lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang bersekolah. Peningkatan

jumlah penduduk ini dapat dipadang sebagai potensi sumber daya manusia, namun

sekaligus merupakan tantangan dan kelemahan jika tidak dikelola dengan baik.

Page 110: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 7

Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Pendidikan Tertinggi

N0 Pendidikan

Laki-laki Perempuan

1 Tidak Pernah sekolah 322 788

2 Tidak Sekolah 4.376 5.093 3 SD 3.800 3.198 4 SLTP 2.946 2.509 5 SLTA 134 349 6 Diploma 544 208 7 S1 828 203 8 S2 36 37 9 S3 19 19

Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DS-3, Tabel DS-4

Persentase pendidikan tertinggi daerah Pesisir Selatan masih rendah dibandingkan

dengan daerah lain, untuk perguruan tinggi S1 sudah mencapai 828 orang, S2 36

orang dan S3 19 orang. Jumlah peduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan

perempuan, namun untuk bidang pendidikan, laki-laki berbanding terbalik dengan

perempuan.

Tabel 3.10

Jumlah Sekolah menurut Kecamatan

N0 Sekolah Trsn Byg Byg

Utr

IV

Jurai

Btg

Kps

Suter

a

Legyg Kbg Ranh

Pssr

LSB Tapa

n

Lusi

1 SD 45 42 10 37 34 36 51 31 39 27 21 27

2 SLTP 10 5 3 7 4 7 6 5 7 8 3 7

3 SLTA 5 3 3 7 2 2 6 5 3 3 2 3

Jumlah 60 50 16 51 40 45 63 41 49 38 27 37

Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel DS-5

Bila dilihat dari sarana pendidikan yang ada, dari tahun ke tahun tidak banyak

mengalami perubahan, sampai dengan tahun 2010 ini di Kabupaten Pesisir Selatan

terdapat Taman Kanak-kanak sebanyak 118 unit, Sekolah Dasar 408 unit yang terdiri

dari 17 unit Madrasah Ibtidiyah dan SD negeri 391 unit, Sekolah Menengah Pertama

89 unit terdiri dari SMP sebanyak 61 unit dan MTsN sebanyak 28 unit, Sekolah

Menengah Atas 46 unit, terdiri dari SMU 21 unit, kejuruan 14 unit dan madrasah

aliayah 11 unit.

Page 111: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 8

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Tabel 3.11 Jumlah Penduduk berdasarkan tahun

Sumber : Bappeda dan BPS Kab. Pessel

Tabel 3.11 menunjukan bahwa dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi kenaikan

pertambahan penduduk sebanyak 1.17%, tahun 2008 ke tahun 2009 2.09%, tahun

2009 ke tahun 2010 sebanyak 2.28%.

Tabel 3.12 Data Keluarga Miskin Per Kecamatan Kab. Pesisir Selatan

Tahun 2007 s/d 2009 J

Sumber : Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan

KECAMATAN

2007 2008 2009 2010

Koto XI Tarusan 51.573 52.179 53.226 54,481

Bayang 8.034 8.128 8.280 45,329

IV Nagari Bayang Utara 43.104 43.611 44.318 8,469

IV Jurai 42.322 42.820 43.391 44,892

Batang Kapas 31.159 31.525 32.185 32,919

Sutera 42.887 43.391 44.516 45,531

Lengayang 52.739 53.359 54.411 55,652

Ranah Pesisir 31.394 31.763 32.453 33,175

Linggo Sari Baganti 40.736 41.215 42.013 42,971

Pancung Soal 33.285 33.676 34.287 35,069

Basa IV Balai Tapan 23.904 24.185 24.646 25,208

Lunang Silaut 27.011 27.329 28.009 28,648

Total 428.148 433.181 442.257 452,344

KECAMATAN 2007 2008 2009

Koto XI Tarusan 3.205 3.206 3.046

Bayang 3.707 3.415 3.244

IV Nagari Bayang Utara 992 985 936

IV Jurai 2.643 3.027 2.876

Batang Kapas 2.219 2.115 2.009

Sutera 5.353 2.930 2.784

Lengayang 4.271 3.781 3.592

Ranah Pesisir 2.301 2.227 2.116

Linggo Sari Baganti 4.942 2.499 2.374

Pancung Soal 4.005 2.636 2.504

Basa IV Balai Tapan 2.160 2.003 1.903

Lunang Silaut 2.680 1.825 1.734

Total 38.480 30.649 29.117

Page 112: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 9

Tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi penurunan jumlah Keluarga Miskin

tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebanyak kurang lebih dari 30%, hal ini telah

merupakan prestasi daerah memperbaiki tingkat perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat.

Analisis statistik sederhana

Tabel 3.13

Analisis Jumlah Penduduk berdasarkan tahun

Sumber : Dinas catatan Sipil Kab. Pessel

Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2007 adalah :

Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang sebesar 52.215 jiwa

Jumlah Penduduk minimum adalah Kecamatan Bayang sebesar 7.978 jiwa

Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 35.300 jiwa.

Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2008 adalah :

Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang penduduk 52.739 jiwa

Jumlah Penduduk minimum adalah Kecamatan Bayang penduduk 8.034 jiwa

Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 35.679 jiwa

Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2009 adalah :

Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang sebesar 53.359 jiwa

KECAMATAN

2007 2008 2009 2010

Koto XI Tarusan 51.067 51.573 52.179 54,481

Bayang 7.978 8.034 43.611 45,329

IV Nagari Bayang Utara

42.804 43.104 8.128 8,469

IV Jurai 41.738 42.322 42.820 44,892

Batang Kapas 30.850 31.159 31.525 32,919

Sutera 42.254 42.887 43.391 45,531

Lengayang 52.215 52.739 53.359 55,652

Ranah Pesisir 31.084 31.394 31.763 33,175

Linggo Sari Baganti 40.332 40.736 41.215 42,971

Pancung Soal 32.988 33.285 33.676 35,069

Basa IV Balai Tapan 23.667 23.904 24.185 25,208

Lunang Silaut 26.635 27.011 27.329 28,648

Total 423.609 428.148 433.181 452,344

Page 113: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 10

Jumlah Penduduk minimum adalah pada Kecamatan Bayang sebesar 8.128 jiwa

Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 36.098 jiwa

Analisis statistik Kependudukan pada tahun 2010 adalah :

Jumlah Penduduk Maksimum adalah kecamatan Lengayang sebesar 55.652 jiwa

Jumlah Penduduk minimum adalah Kecamatan Bayang sebesar 8.469 jiwa

Rata – rata jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 64.121 jiwa

III-B PERMUKIMAN

Pembangunan yang ideal adalah pembangunan yang memberikan keseimbangan

antara sosial budaya, ekonomi dan fisik. Pembangunan sosial dan budaya biasanya

terkait dengan pendidikan, kesehatan, perilaku dan nilai-nilai budaya.

Terjadinya ketidak seimbangan pembangunan yang dilaksanakan ditengah-tengah

masyarakat menyebabkan terjadinya keseimbangan ekonomi yang berakibat

kemiskinan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan untuk jangka pendek adalah

dengan program-program pembangunan yang menyerap banyak tenaga kerja seperti

program langsung untuk meringankan beban masyarakat miskin dengan

melaksanakan program Jamkesmas dan Jamkesda, dan program bantuan bagi siswa

miskin dalam bentuk beasiswa dan pembebasan sumbangan pembangunan

pendidikan (SPP).

Tabel 3.14 JUMLAH KELUARGA MISKIN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Sumber : Dinas Pendidikan dan BPS Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel SE-1

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa proses pembangunan selama 3 tahun

terakhir telah mendorong makin berkurangnya jumlah penduduk miskin secara

signifikan, pengurangan jumlah penduduk miskin ini tentu saja dipengaruhi oleh

kegiatan pembangunan yang berdampak lebih baik dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi keluarga.Jumlah rumah tangga miskin tahun 2009 paling banyak terdapat

pada kecamatan Lengayang dengan nilai 3.592 KK, selanjutnya kecamatan Bayang

No

KELUARGA MISKIN

JUMLAH

1 2007 41.414

2 2008 36.480

3 2009 30.649

Page 114: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 11

dengan nilai 3.244 KK, dan Jumlah KK miskin paling sedikit terdapat di kecamatan

Bayang Utara sebanyak 926 KK.

Pengembangan permukiman berwawasan lingkungan dapat ilihat bahwa permukiman

merupakan kebutuhan dasar (basic need) manusia, yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau rumah tempat manusia yang digunakan oleh manusia untuk melindungi

diri dari cuaca, iklim dan gangguan lainnya. Pelaksanaan pembangunan perumahan

harus senantiasa memperhatikan penataan ruang sehingga terdapat sinkronisasi atau

kesesuaian antara pembangunan perumahan permukiman dengan penataan ruang

kota.

Untuk mewujudkan kawasan pemukiman yang berwawasan lingkungan beberapa

kriteria yang dapat digunakan untuk menilainya :

1. Aspek energi, material dan air bersih

2. Aspek lingkungan didalam bangunan

3. Aspek lingkungan sekitar, tiap-tiap hunian masing-masing sedikitnya memiliki 20

tahun dihalam rumahnya sehingga menyegarkan rumah dan mengurangi polusi.

4. Aspek ekonomi, dengan menjadi industri rumah tangga berbasis lingkungan.

Perwujudan Kawasan Permukiman Perkotaan dan Perdesaan

Kebutuhan rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan tempat awal

segala aktivitas sehingga pengembangannya harus memperhatikan keterkaitan

dengan kebutuhan dan aktivitas lainnya. Pengembangan perumahan/permukiman

adalah pada wilayah dengan kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk tinggi.

Sementara itu, wilayah yang memiliki perkembangan penduduk tinggi adalah

Kecamatan IV Jurai, Basa IV Balai Tapan, dan Ranah Pesisir sehingga pada

kecamatan ini pengembangan permukiman merupakan prioritas utama. Sementara

Kecamatan IV Nagari Bayang Utara merupakan kecamatan dengan jumlah dan laju

pertumbuhan penduduk rendah. Sedikitnya jumlah penduduk tersebut menimbulkan

terhambatnya aktivitas dan kemudahan pemenuhan kebutuhan. Dalam rangka

meningkatkan aktivitas sosial ekonomi, maka pada kecamatan tersebut perlu

dikembangkan kegiatan permukiman sehingga aktivitas non permukiman dapat

meningkat akibat bertambahnya penduduk yang ditimbulkan oleh pengembangan

permukiman.

Berdasarkan hal di atas, maka pengelolaan kawasan permukiman diarahkan pada

kebijakan sebagai berikut :

Page 115: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 12

a) Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman

tinggi adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan IV

Jurai, Ranah Pesisir dan Basa IV Balai Tapan dengan rata-rata jumlah

bangunan pada kawasan terbangunnya adalah > 25 unit/km2.

b) Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman

sedang adalah kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan Batang

Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Bayang dan Linggo Sari Baganti

dengan rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnnya adalah 10 -

25 unit/km2.

c) Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan permukiman

rendah adalah pada kawasan perkotaan/perdesaan yang meliputi Kecamatan

IV Nagari Bayang Utara, Pancung Soal, dan Lunang Silaut dengan rata-rata

jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah < 10 unit/km2.

d) Pembangunan Kasiba dan Lisiba (kawasan siap bangun dan lahan siap bangun)

di kecamatan-kecamatan dengan rencana pengembangan kegiatan sosial

ekonomi dan atau perkotaan tinggi seperti Ranah Pesisir, Basa IV Balai Tapan,

dan IV Jurai dengan mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan

prasarana permukiman pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air

bersih dan atau limbah, jaringan telekomunikasi dan penerangan pada

kawasan yang sesuai dengan peruntukan Kasiba dan Lisiba.

Tabel 3.15 JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT LOKASI TINGGAL

Sumber : Dinas PU dan BPS Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-2

Lokasi permukiman sederhana mendominasi pada daerah Kab. Pessel sebesar 990

Rumah tangga.

No Lokasi Permukiman

Jumlah Rumah Tangga

1 Mewah

56

2 Menengah

468

3 Sederhana

990

4 Kumuh

49

5 Bantaran Sungai

510

6 Pasang Surut

2.073

Page 116: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 13

Tabel 3.16 JUMLAH RUMAH TANGGA SUMBER AIR MINUM

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel SE-3

Tabel 3.16 menunjukan bahwa jumlah rumah tangga berdasarkan air minum paling

dominan adalah ledeng, sungai, sumur, kemasan lainnya dan air hujan. KK yang

menggunakan Air ledeng paling banyak Kecamatan IV Jurai 17.715 pemasangan

paling sedikit kecamatan Basa IV Balai Tapan 297 KK.Sumur paling banyak di

Kecamatan Basa IV Balai Tapan 334 KK sedikit Ranah Pesisir 103 KK, sungai

terbanyak di kecamatan Koto XI Tarusan 393 KK dan Bayang 62 KK, air hujan banyak

dipakai di kecamatan Lunang Silaut 187 KK, paling sedikit kecamatan Linggo Sari

Baganti 6 KK. Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan telah melakukan kegiatan-

kegiatan fisik berupa pembangunan sarana dan pembinaan lingkungan sehat, TTU

dan TT2M sebanyak 1.485 buah yang tersebar di 18 Puskesmas daerah Kabupaten

Pesisir Selatan. Kegiatan pembinaan dan pengembangan manajemen pengelolaan air

bersih di 363 kampung, juga dilaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan

prasarana Puskesmas dan perbaikannya.

Tabel 3.17 JUMLAH RUMAH TANGGA MENURUT CARA PEMBUANGAN

Sumber : Dinas Pasar, Perdagangan dan Kebersihan Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel SP-1

Tabel 3.17 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang membuang sampah

dengan cara ditimbun 65%, dibakar 19%, lainnya 12% dan diangkut hanya 5%.

Tabel 3.18

No Sumber Air Jumlah

1 Ledeng

42.163

2 Sumur

1.985

3 Sungai

2.867

4 Hujan

340

5 Kemasan

0

6 Lainnya

2.174

No Cara Pembuangan Jumlah

1 Angkut

5%

2 Timbun

65%

3 Bakar

19%

4 Kekali

0

5 Lainnya

12%

Page 117: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 14

JUMLAH RUMAH TANGGA DAN FASILITAS BUANG AIR BESAR Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel SP-2

Dari 18 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan tempat buang air besar

paling dominan memiliki tempat buang air besar sendiri pada Puskesmas Air Haji

sebesar 6.484 unit, Puskesmas Surantih 4.889 unit dan Puskesmas Kambang 3.997

unit. Secara keseluruhan di ketahui bahwa jumlah RT yang tidak memiliki tempat

buang air besar lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki tempat buang air

besar. BAB sendiri 43.704 buah, BAB bersama 5.242, BAB umum 8.210 dan tidak

ada sarana BAB 45.351.

Tabel 3.19 JUMLAH RUMAH TANGGA DAN TEMPAT BUANGAN AKHIR

S Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SP-3

Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan melaksanakan kegiatan penyuluhan

kesehatan tentang pentingnya menjaga lingkungan sehat dari sarana buang air besar

tanpa menggunakan septic tank. Kecamatan Koto XI Tarusan terbesar tanpa septic

No

Tempat Buang Air Besar

Jumlah

1 Sendiri

43.704

2 Bersama

5.242

3 Umum

8.210

4 Tidak ada

45.351

No Kecamatan Jumlah

1 Koto XI Tarusan

8.878

2 Bayang

7.484

3 IV Nagari Bayang Utara

1.396

4 IV Jurai

7.493

5 Batang Kapas 5.564

6 Sutera 7.303

7 Lengayang 8.814

8

Ranah Pesisir 5.718

9

Linggo Sari Baganti 7.404

10

Pancung Soal 4.488

11

Basa IV Balai Tapan 4.075

12

Lunang Silaut 4.868

Page 118: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 15

tank sebesar 8.878 unit, dilanjutkan dengan Kecamatan Lengayang 8.814 unit.

Kecamatan Bayang Utara sebesar 1.396 unit.

Tabel 3.20 JUMLAH RUMAH TANGGA DAN PERKIRAAN TIMBULAN SAMPAH

Sumber : Dinas Pasar, Perdagangan dan Kebersihan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SP-4

Rencana Sistem Pembuangan Sampah

Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan pada Tahun 2017 diperkirakan 519.647 jiwa.

Implikasi perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan

sampah. Agar dapat melayani pelayanan sampah pada tahun 2017, maka diperlukan

penambahan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang antara lain

meliputi alat angkut sampah, kontainer/TPS, sistem transfer depo dan TPA.

Sementara itu wilayah dengan konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kawasan

perkotaan) meliputi Kecamatan Ranah Pesisir, Basa IV Balai Tapan dan Lengayang

yang merupakan wilayah potensial produksi sampah sehingga wilayah ini merupakan

prioritas pelayanan prasarana pengelolaan lingkungan.

Merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA hal-hal

atau faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain :

a. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah.

No

Kecamatan

Jumlah

1 Koto XI Tarusan

92.85

2 Bayang

56,34

3 IV Nagari Bayang Utara

35,56

4 IV Jurai

92,88

5 Batang Kapas 56,44

6 Sutera 45,66

7 Lengayang 35,72

8

Ranah Pesisir 52,56

9

Linggo Sari Baganti 56,66

10

Pancung Soal 53,44

11

Basa IV Balai Tapan 25,5

12

Lunang Silaut 45,56

Page 119: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 16

b. Jenis tanah kedap air.

c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian.

d. Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun.

e. Tidak membahayakan atau mencemari sumber air.

f. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km.

g. Merupakan daerah yang bebas banjir.

Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan jenis

TPA adalah :

a. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah

b. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan

c. Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi terjadinya

pencemaran lingkungan akibat sampah

d. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain:

Tidak menimbulkan bau

Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan roden

tidak dapat berkembang biak

Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran kecil

Kebutuhkan lahan relatif kecil

Setelah kapasitas TPA penuh, dalam beberapa jangka waktu tertentu lokasi TPA

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya, seperti taman, tempat rekreasi,

lapangan olah raga, dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan persampahan adalah

sebagai berikut:

1. Pembangunan TPA untuk melayani setiap Wilayah Pembangunan.

2. Penambahan jumlah TPS, dan perluasan jangkauan pelayanan terutama di

Kecamatan-kecamatan yang memungkinkan.

3. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah kering).

4. Pembuatan kompos dari sampah organic.

5. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah Controlled Landfill.

6. Peningkatan kesadaran (peranserta) masyarakat dalam menjaga kebersihan

lingkungan.

Page 120: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 17

7. Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang

sampah menjadi produk-produk yang berdayaguna.

8. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama

diwilayah perkotaan.

9. Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat

pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat

mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah

menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut.

10. Re-design Tempat/Lahan Pembuangan Akhir yang ada untuk mencegah akibat

yang ditimbulkan kedepan.

11. Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas

mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak

yang membuang sampah sembarangan, sistem restribusi sampah, tarif

pengelolaan, dan lain-lain.

12. Perda pengelolaan sampah

13. Frekwensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut:

Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol, pusat

Kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan daerah

komersil.

Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman teratur.

Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran Kabupaten.

Perbandingan niai antar lokasi dan antar waktu

Jumlah Rumah tangga miskin menurut kecamatan dari tahun 2006 sampai tahun

2009 terjadi penurunan sebesar 30%, hal ini menunjukan telah ada peningkatan

kesejahteraan masyarakat dari tahun ketahun.

Jumlah Rumah tangga berdasarkan lokasi tempat tinggal pun terjadi peningkatan

5%, tentu saja terjadi karena pertumbuhan penduduk dan pembangunan merupakan

pasangan yang serasi dan hal ini juga menunjukan bahwa daerah Kabupaten Pesisir

Selatan telah maju ditandai dengan banyaknya pembangunan dilaksanakan.

Jumlah rumah tangga berdasarkan dan sumber air minum terjadi perbaikan kualitas

yakni dengan meningkatnya jumlah penduduk yang menggunakan air ledeng sebagai

sumber air sebanyak 95.51% karena unit-unit pelayanan PDAM sudah sampai merata

diseluruh kecamatan kecuali Bayang Utara, karena lokasi berada pada ketinggian

yang belum bisa dicapai PDAM.

Page 121: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 18

Jumlah rumah tangga berdasarkan cara pembuangan sampah ditimbun sebanyak 69

% diangkut hanya 5%, hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat

tentang pembuangan sampah sudah maju dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

animo masyarakat untuk pembuatan kompos tinggi dari sampah organik yang

dihasilkan dari rumah tangga.

Jumlah rumah tangga berdasarkan tempat bung air besar dari tahun ketahun

mengalami kemajuan peningkatan kualitas, hal ini ditandai dengan tingginya angka

kepemilikan sendiri jamban keluarga.

Analisis statistik sederhana

Secara umumrumah tangga miskin dari tahun 2006 telah terjadi penurunan yang

ditargetkan oleh pemerintah daerah, sebesar 30%.

Gambar 3.2

Penduduk Miskin dari tahun 2007-2009

Sumber : Bappeda Kab. Pessel

Page 122: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 19

III-C KESEHATAN

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar

masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dan pembangunan kesehatan

harus dipandang sebagai salah satu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia dan mendukung pemmembangun ekonomi, serta memiliki peran

penting dalam upaya penanggulangan kemisikinan.

Permasalahan kesehatan masyarakat dihadapkan pada berbagai permasalahan

penting, antara lain ; disparitas status kesehatan, beban ganda penyakit, kualitas

pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan , pelayanan kesehatan

dibidang obat dan makanan, serta perilaku hidup bersih dan sehat, beberapa

masalaha lain yang perlu ditangani segera adalah peningkatan akses penduduk

miskin terhadap pelayanan kesehatan didaerah bencana, pemenuhan jumlah dan

penyebaran tenaga kesehatan.

Tabel 3.21 JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP 2010

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel DS-6

Jumlah anaka lahir hidup tinggi pada usia 15-19 tahun.

Tabel 3.22 JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP 2009

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel DS-6

No

Jumlah Perempuan

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

1 Jumah Anak Lahir

Hidup

3,902 727 483 800 670 105 756

2 Jumlah Anak Masih

Hidup

20,499 4,483 2,751 3,992 3,488 710 5,201

No

Jumlah Perempuan

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

1 Jumah Anak Lahir

Hidup

1.498 1.371 1.324 1.287 617 788 891

2 Jumlah Anak Masih

Hidup

8.824

7.368

5.965

3.375

2.588

3.650

4.493

Page 123: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 20

Tabel 3.23 ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU KAB. PESSEL

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel

Tabel 3.23 angka jumlah kematian bayi dan kematian ibu cenderung meningkat dan

jumlah kecendrungan kelahiran hidup cenderung menurun. Kecenderungan

peningkatan angka ini, merupakan PR bagi pemerintah daerah untuk bekerja keras

memberikan pelayanan kesehatan.

Tabel 3.24 JUMLAH KEMATIAN DALAM TAHUN 2010

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel DS-7

Jumlah kematian laki-laki tertinggi berada pada usia dibawah 1 tahun, sementara

kematian tertinggi pada perempuan berada pada usia 15-44 tahun sebanyak 61 jiwa.

Dibandingkan dengan tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah kematian.

Tabel 3.25 JUMLAH KEMATIAN DALAM SETAHUN 2009

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel DS-7

No Tahun Jumlah Kelahiran

Hidup

Jumlah Bayi

Mati

Jumlah Ibu

Mati

AKB

(per 1000)

AKI (PER

100.000)

1 2005 7872 74 15 9 191

2 2006 8215 107 6 13 73

3 2007 6439 178 15 28 233

4 2008 3423 75 10 0 0

No

Jumlah Kematian

< 1

1 – 4

5 – 14

15 – 44

> 44

1

Laki-laki

61 2 5 4 0

2

Perempuan

51 8 4 61 2

Jumlah 112 10 9 65 2

No

Jumlah Kematian

< 1

1 – 4

5 – 14

15 – 44

> 44

1 Laki-laki

4

2 5 4 0

2 Perempuan

8 8 4 8 2

Jumlah 12 12 9 12 2

Page 124: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 21

Kematian dalam satu tahun kematian perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan

kematian laki-laki.

Tabel 3.26 JENIS PENYAKIT UTAMA DIDERITA PENDUDUK

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel DS-8

Tabel 3.26 menunjukan bahwa jenis penyakit yang banyak diderita masyarakat

adalah penyakit ISPA 114.157 orang, diikuti dengan penyakit rematik 44.355 orang

dan gangguan mental 8.136 orang.

Tabel 3.27 VOLUME LIMBAH PADAT DAN CAIR RUMAH SAKIT

Sumber : Dinas Kesehatan dan RSUD M ZEIN Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel SP-5

No

Jumlah Kematian

Jumlah Penderita

1 ISPA

114.157

2 REMATIK

44.355

3 GASTRITIS

33.932

4 KULIT INFEKSI

26.357

5 HIPERTENSI

20.901

6 ASMA

18.951

7 KULIT ALERGI

17.091

8 DIARE

14.221

9 KULIT JARINGAN

11.841

10 GANGGUAN MENTAL

8.136

No

Volume Limbah

RSUD M ZEIN PAINAN

RS BERSALIN

PERMATA HATI

1 Volume Limbah Padat

1.059 158

2 Volume Limbah Cair

60 13

3 Volume Limbah B3 Padat

0,24 0

4 Volume Limbah B3 Cair

12 0

Page 125: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 22

Tabel 3.28 LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT M. ZEIN PAINAN

No. Parameter Satuan Baku Mutu

Volume Limbah (m3/hari)

Inlet IPAL Outlet

1 Suhu °C 30 27 27.2 26.80

2 pH - 6-9 6.01 5.97 6.54

3 BOD 5 mg/l 30 13.8 2.7 3.20

4 COD mg/l 80 45.62 8.40 10.80

5 Zat Tersuspensi (TSS) mg/l 30 56 138 30.00

6 NH3 bebas mg/l 0.1 2,170 2,690 0.92

7 Total Pospat (PO4) mg/l 2 1,758 1,418 0.23

Sumber : RS M. Zein Painan

Tabel 3.27 menunjukan bahwa volume limbah padat RSUD M Zein Painan lebih

banyak dibandingkan dengan RS Bersalin Permata Hati, karena Rumah Sakit Dr. M

Zein dari jumlah dan kapasitas luasan memang lebih besar dari pada Rumah Sakit

Bersalin Permata Hati. Pada saat ini Rumah Sakit Dr. M. Zein Painan telah memiliki

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) cair sebagai sarana pengolahan limbah cair.

Gambar 3.3

Analisa IPAL RS. M Zein berada diatas Baku Mutu

Sumber : RS. Dr. M Zein Painan

Page 126: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 23

Gambar diatas menunjukan bahwa ada 2 parameter pencemar yang melebihi baku

mutu, yaitu TSS dan NH3 bebas, yang paling menonjol melebihi baku mutu adalah

NH3 yang berada pada titik Inlet dan IPAL. Hal ini perlu dilakukan penanganan yang

lebih intensif dalam pengolahan IPAL melalui penambahan intensitas aerasi dan

penambahan bakteri pengurai lebih banyak.

Pengolahan limbah B3 pun sama dengan dengan limbah padat, lebih didominasi oleh

RSUD M. Zein painan. Untuk pengolahan limbah B3 RSUD M Zein Painan

mengumpulkan limbah B3 pada penampungan sementara drum, setelah penuh

dibawa ke tempat pengolahan limbah B3 di Padang.

Tabel 3.28 menunjukan bahwa parameter air Limbah IPAL yang diukur 4 parameter

dibawah baku mutu, parameter TSS pada lokasi IPAL tinggi 138 mg/l baku mutu

yang disarankan 30 mg/l, NH3 bebas pada semua titik melebihi baku mutu, inlet,

IPAL dan outlet.

Perbandingan nilai antar lokasi antar waktu

Gambar 3.4

Perbandingan Volume limbah cair RSUD. Dr. M.Zein Painan

Sumber : RSUD. M. Zein Painan

Gambar menunjukan tidak ada perbedaan mencolok volume limbah yang dihasilkan

setiap tahunnya dari Rumah sakit. Sedangkan untuk perbandingan volume limbah

cair B3 terjadi kenaikan yang mencolok dari tahun 2009 limbah padat 0,003775

m3/hari tahun 2010 adalah 0,24 m3/hari, limbah cair 2009 sebanyak 0,00022 m3/hari

tahun 2010 sebanyak 12 m3/hari. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kegiatan

limbah B3 dirumah sakit.

Page 127: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 24

Analisis statistik sederhana

Gambar 3.5

Perbandingan analisa Jumlah kematian laki-laki dan

perempuan disetiap umur

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Pessel

Analisa statistik sederhana menunjukan bahwa jumlah kematian perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan laki-laki. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan 50% jumlah

kematian perempuan dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan 45%

jumlah kematian perempuan dibandingkan laki-laki. Secara keseluruhan peningkatan

jumlah kematian pada tahun 2009 sebanyak 5 kali lipat pada tahun 2010.

III-D. PERTANIAN

Bidang perkebunan terdapat empat komoditi utama yang dikembangkan masyarakat

pada subsektor perkebunan diantaranya sawit, karet, coklat dan gambir. Sampai saat

ini luas total perkebunan sawit mencapai 67.157 ha, yang terdiri dari perkebunan

sawit rakyat seluas 12.220 ha dan dikembangkan oleh perusahaan swasta 54.937 ha.

Produksi perkebunan kelapa sawit terbesar yakni 49.700 ton dan swasta 483.091 ton.

Kegiatan Pertanian merupakan salah satu unsur pencemaran lingkungan terhadap

tanah dan air sungai yang mengalir dibawahnya, apabila tidak dikelola dengan baik

dan sempurna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sementara dari segi

perekonomian potensi pertanian cukup besar berpeluang untuk dapat dikembangkan

baik secara intensif maupun ektensif dan dapat memberikan harapan yang sangat

besar bagi masa depan dan kemakmuran masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan.

Tanah yang subur dan lahan didaratan yang tinggi maupun dataran rendah

merupakan kawasan yang memberikan konstribusi bagi pembangunan perekonomian

Page 128: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 25

Kabupaten Pesisir Selatan. Saat ini unggulan daerah di sektor pertanian meliputi

pengembangan usaha tani padi, sawah, jagung, kedelai, pisang, manggis, mangga

dan bawang merah.

Tabel 3.29 LUAS SAWAH DAN PRODUKSI TAHUN 2010

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-4

Dari tabel diatas diketahui bahwa secara keseluruhan telah terjadi penurunan produksi

perhektar sawah 57 ha per produksi dibandingkan dengan tahun 2009, sedangkan

dibeberapa daerah terjadi kanaikan produksi dan beberapa daerah terjadi penurunan

produksi.

Tabel 3.30

LUAS SAWAH DAN PRODUKSI TAHUN 2009

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-4

Tabel 3.30 menunjukan bahwa luas sawah yang ditanam 2 kali dalam setahun lebih

banyak dibandingkan dengan yang ditanam satu kali atau 3 kali. Sedangkan yang

No Kecamatan 1 kali

2 kali

3 kali

Produksi per

ha

1. Koto XI Tarusan 309 1.734 0 4.700 2. Bayang 235 2.264 0 4.660 3. IV Nagari Bayang Utara 176 574 0 4.650 4. IV Jurai 0 246 1.045 4.700 5 Batang Kapas 95 1.767 0 4.560 6 Sutera 1.682 1.350 0 4.730 7 Lengayang 631 2.642 679 4.690 8 Ranah Pesisir 1.723 742 649 4.750 9 Linggo Sari Baganti 2.112 924 0 4.660 10 Pancung Soal 1.835 1.339 58 4.600 11 Basa IV Balai Tapan 679 1.520 230 4.600 12 Lunang Silaut 1.970 340 0 4.550

Total 11.447 15.442 2.106 55.850

No Kecamatan 1 kali

2 kali

3 kali

Produksi per

ha

1. Koto XI Tarusan 309 1.734 0 4.661 2. Bayang 235 2.029 0 4.658 3. IV Nagari Bayang Utara 176 577 0 4.654 4. IV Jurai 0 246 1.055 4.658 5 Batang Kapas 75 1.767 0 4.660 6 Sutera 1.682 1.350 0 4.662 7 Lengayang 631 2.566 114 4.658 8 Ranah Pesisir 1.713 692 649 4.661 9 Linggo Sari Baganti 2.039 924 0 4.662 10 Pancung Soal 1.790 1.339 58 4.655 11 Basa IV Balai Tapan 647 1.520 230 4.660 12 Lunang Silaut 1.945 340 0 4.658

Total 11.242 15.084 2.106 55.907

Page 129: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 26

menanam 3 kali setahun tidak semua kecamatan hanya 5 kecamatan seperti

kecamatan IV Jurai, Lengayang, Ranah Pesisir, Pancung Soal dan Basa IV Balai

Tapan. Produksi padi perhektar paling banyak terdapat didaerah Liggo Sari Baganti,

Ranah Pesisir dan Koto XI Tarusan, dengan total produksi 55.907 per hektar.

Gambar 3.6 Produksi Tanaman Palawija Tahun 2010

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-5

Produksi tanaman palawija sebagai tanaman bijian yang dominan produksinya yaitu

tanaman Padi sebanyak 264.605 ton, kemudian jagung dengan jumlah produksi

77.697 ton. Paling sedikit produksi tanaman palawija adalah ubi jalar 405 ton.

Gambar 3.7 Produksi Perkebunan Rakyat dan Luas lahan Perkebunan

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-6

Page 130: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 27

Tabel 3.7 menunjukan bahwa luas perkebunan dan produksi perkebunan rakyat

kelapa sawit lebih luas lahan perkebunan rakyat dan produksi perkebunan rakyat,

selanjutnya perkebunan karet dan kelapa. Luas lahan dan produksi perkebunan

kelapa sawit cukup besar dengan luas 20.600 ha dengan produksi 30.000 ton.

Gambar 3.8

Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Perkebunan

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : olahan Tabel SE-7

Penggunaan pupuk untuk tanaman perkebunan paling dominan adalah

menggunakana Urea, NPK, ZA, SP 36 dan organik.

Gambar 3.9 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija

Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-8

Gambar diatas menunjukan bahwa tanaman kedelai menggunakan pupuk paling

banyak adalah pupuk SP 36 dan pupuk urea.

Page 131: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 28

Tabel 3.31

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-9

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin maju dengan

segala keragaman aktifitas manusia seringkali hal-hal kecil kurang menjadi perhatian,

seperti pemberian pupuk yang berlebihan, penebangan pohon secara liar, lahan kritis

berkepanjangan dan penambangan liar berkeliaran dimana-mana. Berkaitan dengan

hal tersebut telah terjadi perubahan lahan karena ulah manusia dan juga faktor alam,

sebagain besar perubahan tersebut menjadi permukiman 465 ha, perkebunan 13.521

ha, sekolah atau fasilitas umum 1.75 ha, rusak terban dibatas DAS dan tertimbun 6.5

ha.

Gambar 3.10

Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-10

Pembangunan peternakan di Kabupaten Pesisir Selatan dapat digambarkan secara

makro dengan jumlah populasi ternak saat ini, seperti tabel dibawah ini. Untuk lebih

No Jenis Penggunaan Lahan Non Pertanian

Luas (Ha)

1. Permukiman

465

2 Perkebunan 13,521

3 Sekolah atau fasilitas umum

1.75

4 Rusak terban dibatas DAS dan tertimbun

6,5

Total 13.993

Page 132: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 29

meningkatkan jumlah populasi ternak dapat dilaksanakan dengan program

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak dan program peningkatan produksi

hasil peternakan.

Gambar 3.11

Jumlah Hewan Unggas Menurut Jenis

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-11

Jumlah hewan ternak yang paling banyak terdapat di ayam kampung/ayam buras

sebanyak 749.667 ekor. Jumlah ayam petelur yang paling sedikit sebanyak 90.182

ekor.

Gambar 3.12 Emisi Gas Methan dari Pertanian

Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SP-6

Emisi CH4 pertahun didominasi oleh kecamatan Lengayang sebanyak 4.630,6

ton/tahun, karena daerah ini mempunyai luas sawah yang cukup besar dan

memberrikan konstribusi emisi cukup banyak. Emisi CH4 paling sedikit terdapat di

Kecamatan Bayang Utara sebanyak 975 ton/tahun.

Gambar 3.13

Page 133: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 30

Emisi Gas Methan dari Peternakan

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SP-7

Antara unggas dan hewan ternak, unggas lebih banyak memberikan konstribusi emisi

CH4 dibandingkan dengan hewan ternak seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing.

Tabel 3.32 PERKIRAAN EMISI GAS CO2 DARI PUPUK AREA

Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SP-8

Konsumsi pupuk urea paling banyak digunakan di Kecamatan Basa IV Balai Tapan

sebanyak 678 ton, karena daerah tersebut merupakan daerah perkebunan kelapa

sawit yang cukup luas, begitu juga dengan yang terkecil adalah Kecamatan Bayang

No Kecamatan Konsumsi Pupuk Urea Emisi CO2

1. Koto XI Tarusan

444 88.8

2. Bayang

491 98.2

3. IV Nagari Bayang Utara

275 55

4 IV Jurai

341 68.2

5 Batang Kapas

517 103,4

6 Sutera

661 132.2

7 Lengayang

557 111.4

8 Ranah Pesisir

544 108.8

9 Linggo Sari Baganti

553 110.6

10 Pancung Soal

588 117.6

11 Basa IV Balai Tapan

678 135.6

12 Lunang Silaut

620 124

Total 6269 1253.8

Page 134: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 31

Utara 275 ton, Emisi CO2 terbanyak adalah terdapat pada Kecamatan Lengayang

sebesar 135.6 dan terkecil ada di kecamatan Bayang Utara sebesar 55.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Gambar 3.14 Perbandingan Tanaman Palawija

Sumber : Dinas Pertanian tanaman pangan dan Holtikultura Kab. Pessel

Gambar diatas menunjukan bahwa tahun 2009 tanaman palawija paling banyak

produksiya adalah tanaman jagung, kedua padi, pada tahun 2010 terjadi perubahan

swasembada beras padi menduduki peringkat pertama hasil produksi kedua jagung.

Untuk melihat kondisi sawah dan tipe jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.33 KLASIFIKASI JARINGAN DAN LUAS SAWAH YANG DIALIRI

No

Klasifikasi Irigasi

Aliran Sawah sudah ada jaringan irigasi Areal sawah belum

ada jaringan irigasi

Luas Sawah

Sudah Sawah Belum sawah

Sudah sawah

Belum sawah Sudah

berfungsi Belum

berfungsi Tahun 2007 1 Irigasi teknis 21.648 13.219 3.857 644 2.423 1.505 2 Irigasi setengah teknis 1.684 743 250 691 0 0 3 Irigasi Sederhana 24.566 16.280 2.592 3.525 480 1.699 4 PIK 1.778 1.541 124 0 113 0 5 Irigasi Desa 16.712,5 16.712 0 0 150 0 Jumlah 66.388,5 48.485 6.823 4.860 3.166 3.204 Tahun 2008 6 Irigasi teknis 21.648 12.104 4.972 644 2.423 1.505 7 Irigasi setengah teknis 1.684 743 250 691 0 0 8 Irigasi Sederhana 24.566 15.520 3.342 3.525 480 1.699 9 PIK 1.778 1.365 300 0 113 0 10 Irigasi Desa 16.712,5 16.562,5 0 0 100 0

Jumlah 66.388,5 46.294,5 8.864 4.860 3.116 3.204

Tahun 2009 11 Irigasi teknis 21.648 12.104 4.972 644 2.423 1.505 12 Irigasi setengah teknis 1.684 743 250 691 0 0 13 Irigasi Sederhana 26.344 16.885 3.642 3.525 593 1.699

Page 135: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 32

Sumber : Dinas PSDSumber : PSDA Kab. Pessel Tahun 2009 irigasi PIK digabungkan ke irigasi sederhana karena PIK merupakan

nama proyek pada masa cabang dinas pada tahun 2009 ini digabungkan ke klasifikasi

irigasi sederhana.

Analisis Statistik Sederhana

Gambar 3.15 Perbandingan Jumlah hewan Unggas

Sumber : Dinas Peternakan Kab. Pessel Gambar diatas dapat diketahui bahwa ayam kampung/ayam buras paling

banyak/maksimal didaerah Kabupaten Pesisir Selatan, diikuti ayam pedaging, ayam

petelur dan itik. Kecamatan IV Jurai peternak terbanyak ayam buras sebanyak

253.175 ekor, terbanyak kedua kecamatan Bayang 123.117 ekor.

III-E. INDUSTRI

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi bahan

setengah jadi, menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan

keuntungan. Usaha perakitan dan assembling dan juga reparasi adalah bagian dari

industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

14 Irigasi Desa 16.662,5 16.562,5 0 0 100 0 Jumlah 66.338,5 46.294,5 8.864 4.860 3.116 3.204

Page 136: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 33

Untuk sektor industri, pengembangannya diarahkan dalam bentuk industri kecil yang

bergerak pada industri kimia, agro industri, pengolahan hasil hutan dan logam mesin

elektronik.

Gambar 3.16

Industri Usaha Kecil

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-13

Jenis industri kecil terbagi kedalam kategori industri pangan, Industri sandang,

industri kimia, industri logam dan industri logam. Industri kecil paling banyak adalah

industri kimia dan industri pangan.

Tabel 3.34 BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BESAR PT. INCASI RAYA

TAHUN 2010

Sumber : PT. Incasi Raya Kab. Pessel

Keterangan : olahan Tabel SP-9

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengelolaan IPAL PT. Incasi Raya belum

optimal, perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan IPAL agar hasil yang dicapai

No Bulan/Paramter Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Baku Mutu

1. pH

8,28 8 7,29 7,94 7,5 8,7 7,15

2 BOD

115,66 80,63 78,22 75,04 126,93 147,43 99,83

3 COD

513 443 643 491 577 759 518

4 Nitrogen

66,99 32,12 64,95 60,13 55,05 4,37 37,928

5 TSS 389 461 460 318 358 461 75

6 MInyak Lemak

27 23 41 38 19 43 26

Page 137: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 34

berada dibawah baku mutu yang disyaratkan. Beberapa parameter melebihi baku

mutu, seperti BOD baku mutu 99,83 mg/l hasil analisa limbah bulan Januari 115,66

mg/l, bulan mei 126,93 mg/l dan bulan Juni 147,43 mg/l. Parameter COD baku mutu

518 mg/l, analisa melebihi baku mutu pada bulan Maret 643 mg/l, bulan Mei dan Juni

masing-masing 577 mg/l dan 759 mg/l. Nitrogen juga berada diatas baku mutu yakni

bulan Januari, Maret, April dan bulan Mei. TSS hampir semua bulan berada diatas

baku mutu, sedangkan untuk paramater minyak dan lemak hanya 4 bulan yang

berada diatas baku mutu.

Secara garis besar industri besar yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan belum

banyak bisa dihitung dengan jari, dan oleh sebab itu pencemaran industri yang

mencemari udara belum ada.

TABEL 3.35.

Hasil Analisa Udara Ambien Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya

TTD = Tidak terdeteksi **) KEP-48/MENLH/11/1996 (Baku Tingkat Kebisingan) ***) KEP 405/MENKES/II/2002 (Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri) 1 = Depan Kantor Pabrik 2 = Loading RAM 3 = Perumahan Karyawan

Tabel diatas menunjukan udara ambient PT. Incasi Raya Parameter Nitrogen Oksida,

Sulfur dioksida, carbon monoksida, TSP dan kebisiingan tidak ada yang melebihi baku

mutu yang disyaratkan.

No Parameter Uji Satuan Kadar Maks.

PPRI PP. No.41/1999

Hasil Analisa Metode Analisa 1 2 3

1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm³ Maks 900 TTD TTD TTD Pararosanilin

2 Nitrogen Oksida (NO2) µg/Nm³ Maks 400 14,0 13,1 10,0 Salzmant

3 Carbon monoxide (CO) µg/Nm³ Maks 30,00 TTD TTD TTD Gas Analyser

4 TSP (Debu) µg/Nm³ Maks 230 Maks 10,000***)

203,7 150,3 89,9 Gravimetri

5 Noise (Kebisingan) dB (A) Maks 70**)

Maks 85***) 69,9 71,6 65,8

Sound Level Meter

Sumber : PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan Catt : Pengambilan dan analisa sampel dilakukan oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Padang

tanggal. 24 Pebruari 2010

Page 138: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 35

TABEL 3.36

Hasil Analisa Udara Emisi Boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya

Sumber : PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan Catt : Pengambilan dan analisa sampel dilakukan oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri

Padang tanggal. 24 Pebruari 2010 TTD = Tidak terdeteksi

Udara emisi pada boiler juga tidak ada yang melebihi baku mutu yang dsyaratkan,

hal ini karena telah dilaksanakan proses penanggulangan pencemaran udara

menggunakan kispray penyemprot udara.

Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

Gambar 3.17 Perbandingan Industri besar dan Industri Kecil

0%20%40%60%80%

100%

2009 2010

Industri besar

Industri Kecil

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Parameter Uji Satuan Baku Mutu PM.LH No. 7 Tahun 2007 Lamp. I

Hasil Analisa Boiler

1 Total Partikel mg/M³ Maks 300 235,70

2 Sulfur Dioksida (SO2) mg/M³ Maks 600 98,74t

3 Nitrogen Oksida (NO2) mg/M³ Maks 800 341,75

4 Hidrogen Klorida (HCL) mg/M³ Maks 5 0,14

5 Gas Klorin (CL2) mg/M³ Maks 5 TTD

6 Ammonia (NH3) mg/M³ Maks 1 TTD

7 Hidrogen Florida (HF) mg/M³ Maks 8 0,98

8 Opasitas % Maks 30 26,85

Page 139: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 36

Analisa statistik sederhana

Gambar 3.18 Industri Kecil Secara Statistik

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar diatas dapat diketahui bahwa Industri kimia paling maximum jumlah industri

terpasang dan hasil produksi berlimpah. Setelah itu yang kedua adalah industri

pangan dan selanjutnya industri kerajinan. Sedangkan yang paling miinimal adalah

Industri sandang dan industri sangang.

III - F. PERTAMBANGAN

Pemerintah daerah telah melaksanakan program pembinaan dan pengawasan bidang

pertambangan dengan kegiatan-kegiatan meliputi kegiatan pengawasan terhadap

pelaksanaan kegiatan penambangan bahan galian C di 12 kecamatan.

Gambar 3.19 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Gambar diatas dapat diketahui bahwa esplorasi produksi paling banyak adalah

tambang Batu bara PT. Karya Denai Amboko 7.138,55 ha, PT. Dempo Bahan galian

Page 140: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 37

Emas luas paling sedikit sekitar 1.143 ha. PT. Karya Denai Barito dan PT. Prima

Perkasa Abadi adalah perusahaan penambang batu bara.

Tabel 3.37 LUAS AREAL PERTAMBANGAN YANG DIEKSPLOITASI

S U Sumber : Dinas Koperindagtamb Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-14

Perusahaan yang paling luas eksloitasi penambangan batu bara adalah PT.Tambang

Batu Bara Lumpo sebesar 922,70 ha. Paling sedikit PT. Tunggal Putra Nusantara

dengan luas 100 ha.

Tabel 3.38

LUAS AREAL PERTAMBANGAN GALIAN C DAN PRODUKSINYA

S U Sumber : Dinas Koperindagtamb Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-14

Luas areal penambangan bahan galian golongan C paling banyak produksi per tahun

adalah CV. Mitra Sejati sebesar 30.000 ton/tahun. Dan diikuti oleh CV. Davero

Inderapura seluas 28.260 ha.

No Nama Perusahaan Jenis Bahan Galian Luas Areal (Ha)

1. PT. Prima Perkasa Abadi Batu bara 198.88

2. PT. Tunggal Putra Nusantara Batu bara 100.00

3. PT. Tripabara Batu bara 199.00

4. PT. Kelola Sumber Daya Nagari Batu bara 198.80

5. PT. Tambang Batu bara Lumpo Batu bara 922.70

6. PT. Sari Agrindo Andalas Batu bara 809.83

7. PT. Atoz Nusantara Mining Batu bara 192.00

8. PT. Dempo Maju Cemerlang Logam Emas 195.00

No Nama Perusahaan Jenis Bahan Galian

Luas Areal (Ha)

Produksi (Ton/Tahun)

1. CV. Bina Bersama Pasir, Batu , Kerikil

1.00

27,000

2. CV. Davero Inderapura Pasir, Batu , Kerikil

1.00

28,260

3. Muman Pasir, Batu , Kerikil

2.00

27,000

4. Mus Mulyadi Pasir, Batu , Kerikil

1.00

27,000

5. Em Busri Pasir, Batu , Kerikil

1.00

27,000

6. Rivai Pasir, Batu , Kerikil

1.00

27,939

7. CV. Mitra Sejati Pasir, Batu , Kerikil

0.25

30,000

Page 141: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 38

Produksi dan luas areal konsesi pertambangan yang perizinan dan atau

pengawasannya merupakan kewenangan daerah provinsi dan Kabupaten Pesisir

Selatan, salah satunya adalah PT. Dempo, karena penyusunan Dokumen AMDAL di

Provinsi Sumatera Barat.

Selain pertambangan besar juga ada pertambangan rakyat dengan bermacam-

macam pertambangan, seperti jenis bagan galian andesit, basalt, batu gamping,

pasir kuawsa, tanah liat, tanah urug, kuarsa, tawas dan toseki. Potensi jenis bahan

tambang ini sudah ada, namun penggalian potensi yang lebih besar menunggu

investor dari luar daerah.

Tabel 3.39 LUAS AREAL PERTAMBANGAN RAKYAT

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Pertambangan Kab. Pessel Keterangan : olahan Tabel SE-15

No Jenis Bahan Galian Luas Areal (Ha) Produksi (Ton/Tahun)

1 Andesit 108.511.433

124.000

2 Basalt 177.951

98.000

3 Batu Bara 44.351.331

240.000

4 Batu Gamping 1.359.673

987.000

5 Batu Pasir Vol 6696.176

134.000

6 Diorit 3.718.224

700.000

7 Emas 3.305.977

356.000

8 Granitis 125.183.150

23.000

9 Koalin 469.475

69.000

10 Kwarsit 662.968

66.000

11 Pasir Besi 2.518.665

23.000

12 Pasir Kwarsa 662.968

21.000

13 Tanah Liat 164.384.046

65.000

14 Tanah Urug 3.414.940

309

15 Tawas 705.832

987

16 Toseki 2.650.492

45

Page 142: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 39

Perbandingan Nlilai Antar Lokasi dan Antar Waktu

Gambar 3.20 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian

0

5000

10000

15000

20000

2009 2010

Jumlah Perusahaan

Luas areal

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Pertambangan Kab. Pessel

Pada tahun 2010 jumlah perusahaan yang melaksanakan eksplorasi 15.523 ha, lebih

banyak dibandingkan dengan tahun 2009 eksplorasi sebanyak 12.000 ha.

Analisis Statistik Sederhana

Gambar 3.21

Analisis Produksi Tambang Menurut Bahan Galian

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Pertambangan Kab. Pessel

Eksplorasi produksi tambang maksimum luas daerah sebesar 7.138 ha minimun luas

daerah tambang ada di daerah sebesar 1 ha.

Page 143: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 40

III – G. ENERGI

Dalam rangka memberikan pelayanan umum transportasi kemasyarakat,

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah membangun jalan dan jembatan.

Demikian juga dengan sarana dan prasarana lainnya yang berkaitan dengan lalu

lintas dijalan raya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang nomor 14 tahun 1992

tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Dalam pengembangan jaringan transportasi nasional, hirarki Pelabuhan Pasahan

Painan akan dijadikan sebagai pelabuhan Pengumpan Primer (Pelabuhan Regional)

dari pelabuhan Teluk Bayur. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi

pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut

dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan

utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang

dan/atau barang, serta angkutan penyebrangan dengan jangkauan pelayanan

dalam propinsi.

Selain sebagai pelabuhan pengumpan, Pelabuhan Panasahan Painan juga

diharapkan bisa mewadahi pelayanan rute pelayanan perintis, seperti

menghubungkan kota Painan dengan daerah-daerah yang masih relatif terisolir

seperti daerah Kepulauan Mentawai. Dalam perannya melayani kegiatan pelayaran

alih muat angkatan laut, Pelabuhan panasahan Painan akan melayani bongkar

muat komoditas unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Pesisir Selatan dan

wilayah hinterland dalam skala menengah untuk diditribusikan ke Pelabuhan Utama

di tempat lainnya. Komoditas unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Pesisir

Selatan dan daerah hinterland adalah sektor perkebunan yaitu kelapa sawit, karet,

gambir, cengkeh, kulit manis dan lain-lain disamping sektor pertambangan

(batubara).

Transportasi adalah kegiatan memindahkan atau mengangkut orang dan atau

barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan menggunakan sarana

pembantu berupa kendaraan. Dalam pengembangan wilayah, transportasi

mempunyai peranan sangat penting, yaitu untuk mempermudah terjadinya

interaksi antar bagian wilayah. Dengan semakin mudahnya proses interaksi antar

wilayah akan memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi, sosial dan

kewilayahan (membuka keterisolasian suatu wilayah).

Page 144: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 41

Tabel 3.40 JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR

Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan Keterangan : olahan Tabel SE-16

Jumlah kendaraan yang menggunakan bahan premium adalah sebanyak 119.152

buah, solar 6.587 buah. Dibandingkan pada tahun 2009 terjadi kenaikan.

Hubungan yang semakin baik dan mudah antar wilayah akan merangsang dan

membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial, yang pada

akhirnya diharapkan akan membangkitkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah

tersebut. Dalam konteks Kabupaten Pesisir Selatan peranan sistem transportasi

sangat besar sekali, mengingat kondisi wilayah memanjang dan terbagi kedalam

beberapa bagian yang secara geografis membutuhkan perhatian pada setiap bagian

wilayahnya, termasuk sistem transportasi didalamnya.

No Jenis Kendaraan Premium Solar

1 Beban

110 0

2 Penumpang pribadi

100 0

3 Penumpang umum 5

1.198

4 Bus besar pribadi 0

179

5 Bus besar umum 0

91

6 Bus kecil pribadi

1.200 0

7 Bus kecil umum

24

1.806

8 Truk besar 0

813

9 Truk kecil 820

2.500

10 Roda tiga

154 0

11 Roda dua

116.738 0

12 Jumlah

119.152

6.587

Page 145: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 42

Gambar 3.22 Kendaraan wajib uji

0

500

1000

1500

Kendaraan Wajib Uji

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan

Gambat menunjukan bahwa kendaraan wajib uji dari tahun 2005 sampai 2010 terjadi

penurunan sekitar 3%.

Gambar 3.23 Kendaraan Telah di uji

2100

2200

2300

2400

2500

2600

2700

2800

Jumlah kendaraan telah diuji

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar diatas menunjukan bahwa dari tahun ketahun tingkat pengetahuan

masyarakat semakin meningkat, hal ini terbukti semakin banyak kendaraan wajib uji

yang telah melakukan uji kelayakan kendaraan pada dinas Perhubungan, Informasi

dan komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari sosialisasi yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah khususnya Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi

Kabupaten Pesisir Selatan.

Page 146: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 43

Tabel 3.41 JUMLAH STASIUN POMPA BENSIN UMUM (SPBU)

Sumber : Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Pesisir Selatan Keterangan : olahan Tabel SE-17

Kabupaten Pesisir Selatan yang mempunyai topografis memanjang dari utara

keselatan dengan garis pantai 234 km, mempunyai jumlah SPBU 6 unit pada 6

kecamatan. Jika dilihat dari table diatas menunjukan SPBU Surantih kecamatan

Sutera memiliki penjualan Premium terbanyak, dilanjutkan dengan SPBU Inderapura

dan SPBU Sago di kecamatan IV Jurai. Pemakaian Solar paling banyak di SPBU

Lunang Silaut kemudian dilanjutkan dengan SPBU Surantih.

Kecamatan Sutera merupakan daerah padat penduduk dan masyarakat nelayan

terbanyak yang menggunanakan bahan bakar premium untuk melaut, daerah ini

memiliki kapal Bagan Ikan terbanyak di Kabupaten Pesisir Selatan.

Konsumsi transportasi merupakan penyumbang emisi CO2 terbanyak dibandingkan

dengan emisi yang dihasilkan dari pembakaran rumah tangga. Hal ini dapat diketahui

dari jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 yang meningkat dari tahuan ketahun.

Untuk mengurangi emisi tersebut, harus dilakukan kir kendaraan dan tidak

menggunakan kendaraan yang tidak mempunyai mesin bersih.

Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu

Pada tahun 2007 AKDP datang sebanyak 453.581 unit, berangkat 403.838 unit. AKAP

dating 157..748 unit, berangkat 137.525 unit. Pada tahun 2008 AKDP datang

479.318 unit, berangkat 430.862 unit, AKAP berangkat 173.886 unit, berangkat

148.444 unit. Dengan perkembangan persentase antara berangkat dan dating adalah

AKDP dating 5,37 %, berangkat 6,27 %, AKAP datang 9,28 % berangkat 7,36 %.

No Lokasi SPBU Premium Solar

1 SPBU Lunang Silaut (Lusi)

5.124 4.074

2 SPBU Inderapura (Pancung Soal) 5.964 1.974

3 SPBU Surantih (Sutera) 7.434 3.780

4 SPBU Batang Kapas (Batang Kapas) 2.520 714

5 SPBU Sago (IV Jurai) 5.922 2.940

6 SPBU Api-Api (Bayang) 2.814 2.268

Jumlah

29.778 15.750

Page 147: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 44

Hal ini berarti bahwa jumlah penumpang datang dan berangkat menggunakan AKDP

dan AKAP tahun 2007 dibandingkan tahun 2008 meningkat masing-masing AKDP

berangkat meningkat 6,27 %. AKAP meningkat 9,28 % dan AKDP berangkat

meningkat 6,27 % sedangkan AKAP meningkat 7,36 %. Kondisi ini diduga karena

adanya kesadaran penumpang untuk menggunakan angkutan umum resmi yang

layak jalan. Disamping adanya pengawasan terhadap angkutan tidak resmi secara

berkala.

Jumlah AKDP yang mempunyai izin 89 kenyataannya 60 unit. Jumlah AKAP yang

sudah ada izin 14 kenyataannya 16 unit. Kenyataan tersebut masih ada AKDP dan

AKAP yang belum sesuai dengan izin yang diberikan. Solusi dari permasalahan

tersebut adalah meningkatkan pengawasan kendaraan yang laik jalan dan penertiban

kendaraan angkutan orang yang keluar masuk daerah.

Gambar 3.24 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar

Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar diatas menunjukan bahwa jumlah kendaraan bedasarkan bahan bakar

premiun pada tahun 2010 sebanyak 119.152 buah, yang menggunakan solar 6.587

buah. Sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun

2010, sedangkan bahan bakar solar tetap. Tingginya jumlah kendaraan

menggunakan bahan bakar premium pada tahun 2010 didominasi oleh kendaraan

roda dua.

Page 148: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 45

Analisa Statistik Sederhana

Gambar 3.25 Analisis Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar

Sumber : Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Kabupaten Pesisir Selatan

Jumlah kendaraan maksimum menggunakan premium adalah roda dua sebanyak

116.379 buah. Maksimum menggunakan bahan bakar solar adalah truk kecil

sebanyak 2.600 buah.

III – H. TRANSPORTASI

Berdasarkan fungsinya jalan dibedakan atas jaringan jalan primer dan sekunder,

yang kemudian masing-masing dibedakan menjadi arteri, kolektor dan lokal. Di

Kabupaten Pesisir Selatan jaringan jalan berdasarkan fungsinya diklasifikasikan

menjadi :

a) Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan

jauh, panjang jalan arteri di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 223,50 Km.

b) Jalan Kolektor, yaitu jalan yang berfungsi sebagai pengumpul dan penyalur

jalan-jalan lokal ke jalan arteri dengan cirri-ciri perjalanan sedang. Panjang jalan

kolektor yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu 68,10 Km.

Untuk sistem jaringan jalan di Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai 2 (dua) fungsi,

yaitu:

1) Untuk melayani kebutuhan

Sistem jaringan transportasi yang lengkap akan dapat memberikan pelayanan

yang terintegrasi dari tempat asal pergerakan sampai ke tempat tujuan yang

diinginkan.

Page 149: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 46

2) Untuk merangsang perkembangan kegiatan

Sistem jaringan jalan dapat menimbulkan suatu kegiatan yang dilakukan

penduduk dan dapat berkembang dengan pesat.

Standar jaringan jalan menurut fungsinya berdasarkan UU Nomor 38 Tahun

2004 adalah sebagai berikut :

• Jalan Arteri Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.

• Jalan Arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30

km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.

• Jalan Kolektor Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.

• Jalan Kolektor Sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

20 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.

• Jalan Lokal Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

minimal 20 km/jam denganlebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.

• Jalan Lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

minimal 10 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.

Tabel 3.42

PANJANG JALAN MENURUT KEWENANGAN

Sumber : Dinas Informasi dan Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan Keterangan : olahan Tabel SE-20

Panjang jalan nasional di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 22.350 km, jalan provinsi

68,10 km, jalan Kabupaten adalah 2.274,82 km dan jalan kota 30,80 km.

No Jenis Kewenangan Panjang Jalan (Km)

1 Jalan Nasional 22.350

2 Jalan Provinsi

68,10

3 Jalan Kabupaten

2.274,82

4 Jalan Kota

30,80

Page 150: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 47

Tabel 3.43 KONDISI JALAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan Keterangan : olahan Tabel SE-20

Pembangunan inftrastruktur jalan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan

transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi dari baik barang maupun

penumpang. Indikator keberhasilan pembangunan bidang jalan dan jembatan sangat

ditentukan oleh kelancaran arus barang dan mobilitas penduduk dalam menjangkau

seluruh wilayah. Prioritas pembangunan jalan dan jembatan adalah untuk menunjang

pengembangan pariwisata, pendidikan, peningkatan akses dari dank sentra-sentra

produksi pertanian, peternakan dan perindustrian, kelokasi transmisgrasi dan

pemasaran.

Pembukaan dan penigkatan jalan juga merupakan upaya membuka keterisoliran

nagari-nagari tertinggal. Dengan dibuka dan ditingkatkannya kondisi jalan diharapkan

masyarakat dapat membawa hasil pusat-pusat pemasaran, terbuka akses kelokasi

pendidikan, kesehatan serta fasilitas social lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk

mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Pesisir Selatan.

No Jenis, Kondisi dan Status Jalan 2007 (km)

2008 (km)

A Jenis Permukaan 1. Aspal 2. Kerikil 3. Beton 4. Tanah

481 258,9 588,1

14,5

502,9

256 553,7 34,10

Jumlah 1.342,5 1.346,7 B Kondisi Jalan

1. Baik 2. Sedang 3. Rusak 4. Rusak berat

426,1 226,8 211,9 477,7

344,3 294,3 280,1

428

Jumlah 1.342,5 1.346,7 C Kelas Jalan

1. Kelas I 2. Kelas Jalan II 3. Kelas Jalan III 4. Kelas Jalan III A 5. Kelas Jalan III B 6. Kelas Jalan III C 7. kelas Tidak dirinci

185,9 265,7 270,1

- 620,8

190,1 265,7 270,1

- 620,8

Jumlah 1.343,5 1.246,7

Page 151: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 48

Tabel 3.44 SARANA TERMINAL KENDARAAN

Sumber : Dinas Informasi dan Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : olahan Tabel SE-21

Terminal daerah Kabupaten Pesisir Selatan ada 4 buah terminal dengan lokasi di 3

kecamatan, tipe terminal Bus dan oplet Pasar Baru tipe C, Bus Sago Tipe B dan Bus

Pasar Painan Tipe C. Terminal bus oplet didaerah Kabupaten Pesisir Selatan selain

yang diatas juga terdapat di pasar-pasar kecamatan, namun mereka memparkirkan

kendaraan di pinggir jalan.

Tabel 3.45

SARANA PELABUHAN LAUT

Sumber : Dinas Informasi dan Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : olahan Tabel SE-22

Sarana transportasi laut, Daerah Pesisir Selatan yang sebagian besar terletah

disepanjang pesisir pantai mempunyai mata pencaharian nelayan. Pelabuhan

Panasahan Painan sebagai Pelabuhan regional dengan kegiatan bongkar muat

barang, Pelabuhan Carocok Tarusan sebagai penyebrangan dan tempat lelang ikan,

emngisi bahan bakar nelayan.

No Nama Terminal Tipe Terminal*) Lokasi**) Luas Kawasan

(Ha)

1 Bus dan Oplet Pasar Baru C BAYANG 500 m kapasitas 600 unitf

2 Bus dan Oplet Sago B IV JURAI 1 Ha kapasitas 206 unit

3 Bus dan Oplet Pasar Painan C IV JURAI 500 m kapasitas 87 unit

4 Bus dan Oiplet Silaut C Lunang Silaut 900 m kapasitas 127 unit

No Nama Pelabuhan Jenis Kegiatan*) Peran dan Fungsi**)

Luas Kawasan (Ha)

1 Pelabuhan Panasahan Painan Bongkar muat barang,

Pelabuhan Regional 100

2 Pelabuhan Carocok Tarusan Lelang ikan, Mengisi bekal nelayan

Penyebrangan 10

3 Pelabuhan Muaro Gadang Lelang ikan, Mengisi bekal nelayan

Perikanan 9

4 Pelabuhan Muaro Air Haji Lelang ikan, Mengisi bekal nelayan

Perikanan 15

5 Pelabuhan Muaro Surantih Lelang ikan, Mengisi bekal nelayan

Perikanan 8

6 Pelabuhan Muara Sakai Lelang ikan, Mengisi bekal nelayan

Penyebrangan 15

7 Dermaga TPI Kambang Lelang ikan, Mengisi bekal nelayan

Perikanan 5

Page 152: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 49

Tabel 3.46 PERKEMBANGAN USAHA PERIKANAN DI KAB. PESSEL 2001-2007

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelauatan Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan data kependudukan banyak nelayan yang menggantungkan

kehidupannya dari sumber daya laut.

Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu

Gambar 3.26 Perbandingan Panjang Jalan

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar diatas dapat diketahui bahwa Jalan nasional pada tahun 2009 dan 2010

tetap tidak ada pertambahan. Tahun 2010 jalan kabupaten terjadi kenaikan.

No Tahun Jumlah Nelayan

Jumlah Armada Tangkap Produksi Perikanan

(ton)

Perahu tanpa motor

Motor tempel

Kapal Motor

Laut Darat

1 2001

14.074 445 340 494 19.782,3 941,1

2 2002

14.745 596 428 511 22.415,3 931,7

3 2003

16.389 815 506 621 24.028,95 758,6

4 2004

16.390 1.254 759 325 24.025,58 505,6

5 2005

16.719 951 791 344 25.734 941,06

6 2006

16.439 922 719 326 25.474,21 941,06

7 2007

18.767 1.001 731 492 25.837 1.254

8 2008

18.925 1.034 794 465 26.017 1.314

Page 153: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 50

Analisa Statistik Sederhana

Gambar 3.27

Analisis Panjang Jalan

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan Jalan maksimum yang terdapat di daerah adalah jalan Nasional dengan panjang

22.350 km, jalan paling kecil minimum adalah 30.80 km jalan kota.

III – I. PARIWISATA

Industri pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki peran penting dalam

penyokong dan mengembangkan perekonomian rakyat. Melalui aspek multiplier yang

dihasilkannya, sehingga kepariwisataan di Provinsi Sumataera Barat dan Pesisir

Selatna khususnya telah dijadikan salah satu sektor unggulan dalam pelaksanaan

pembangunan, namun demikian bukan berarti bahwa pariwisata tidak memiliki

masalah, mengingat pengembangan sektor pariwisata menimbulkan jaminan

keamanan dan kenyamanan serta iklim usaha yang kondusif dalam jangka waktu

yang relatif panjang.

Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi Pariwisata yang cukup besar, baik wisata

alam, maupun wisata bahari dan wisata budaya meliputi kawasan Mandeh dan

sekitarnya yang banyak meiliki pulau-pulau kecil dan dapat dijadikan sebagai peluang

investasi bagi investor baik dalam maupun luar negeri.

Secara keseluruhan volume limbah padat dari lokasi objek wisata tidak begitu banyak

volumenya, karena jumlah pengunjung musim-musiman dan tidak secara harian,

pengolahan sampah padat didaerah wisata dikumpulkan pada tempat pembuangan

sementara yang selanjutnya diangkut oleh Dinas Pasar, Kebersihan dengan truk ke

TPA.

Page 154: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 51

Gambar 3.28 OBJEK WISATA YANG ADA DI DAERAH KAB. PESISIR SELATAN

Sumber : Dokumentasi Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

Page 155: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 52

Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu

Gambar 3.29

Volume Limbah Padat di Daerah Objek Wisata

Sumber : Dinas Pemuda, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan

Gambar diatas menunjukan bahwa pada tahun 2010 volume limbah padat lebih

banyak dibandingkan pada tahun 2009.

Analisa Statistik Sederhana

Gambar 3.30 Analisis volume limbah padat

Sumber : Dinas Pemuda, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan

Volume sampah limbah padat maksimum terdapat di Pantai pasir putih kambang

sebanyak 99 m3/hari. Rata –rata volume limbah padat dengan nilai 55 m3/hari.

Jumlah limbah padat minimal adalah objek wisata lukah gilo sebanyak 11 m3/hari.

III – J. LIMBAH B3

Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang

dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada

pembangunan dibidang industri. Limbah B3 yang dibuang langsung kedalam

lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia

serta mahkluk hidup lainnya.

Page 156: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 53

Tabel 3.47

PERUSAHAAN PENGHASIL LIMBAH B3

Sumber : PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan Keterangan : Olahan Table SP-15

Maksimal lamanya penyimpanan limbah B3 adalah 1 bulan. Selama bulan April 2010

sisa oli bekas sudah mencapai 366 liter. Sisa Limbah B3 di TPS adalah sebanyak 366

liter. Pada bulan Maret oli bekas sebanyak 369 liter.

Tabel 3.48 PERUSAHAAN YANG MENDAPAT IZIN UNTUK PENYIMPANAN,

PENGUMPULAN, PENGOLAAHAN, PEMANFAATAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH B3

SumbeSumber : PT. Incasi Raya Kabupaten Pesisir Selatan

Keterangan : Olahan Table SP-16

Belum ada perusahaan yang mendapat rekomendasi dan izin dari Perhubungan untuk

pengangkutan limbah B3. Tabel olahan SP-17.

Tanah merupakan tempat aktivitas seluruh mahluk hidup, dimana di atas tanah

tumbuh berbagai fungsi kegiatan. Masing-masing fungsi kegiatan memiliki peranan

yang saling menunjang. Tujuan pengembangan pengelolaan tanah adalah agar tetap

terjaganya kualitas tanah dari kondisi kritis atau tandus.

Dalam rangka mencegah terjadinya degradasi tanah, maka pada kawasan lindung

perlu dikuasai oleh pemerintah (hak pengelolaan dan penguasaannya harus berada

pada pemerintah) dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan pada

wilayah yang memiliki kondisi lahan kritis dan atau sangat kritis diperlukan

No Nama Industri Jenis Kegiatan Jenis Limbah Volume (Ton/Tahun)

1. PT. INCASI RAYA Perkebunan dan Pabrik kelapa sawit

Sisa Oli bekas

42.490

No Nama Perusahaan Jenis Izin*) Nomor Izin

1. PT. Incasi Raya Penyimpanan Limbah B3 dari KLH Pusat Jakarta melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Nomor 111 tahun 2007 tanggal 8 Maret 2007

2.

PT. Incasi Raya Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT. Incasi Raya Unit Pengolahan Kelapa Sawit Muara Sakai Inderapura.

Nomor 660/322/Kpts/BPT-PS/2010 tanggl 29 Maret 2010

Page 157: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

III - 54

penangangan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan,

serta diperlukan arahan pengembangan pada budidaya pertanian dengan

memperhatikan dukungannya terhadap resapan air dan konservasi, karena

mengemban fungsi lindung.

Perbandingan Nilai Antar Lokasi antar Waktu

Pada tahun 2009 PT.Incasi Raya telah mendapatkan izin penyimpanan sementara

limbah B3 dari Kemeterian Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 tahun 2007 karena

batas izin telah habis pada tahun 2009 PT. Incasi Raya mengajukan kembali izin

Perpanjangan Penyimpanan sementara Limbah B3 pada unit Pengolahan kelapa sawit

Muara Sakai di Inderapuran dari Bupati Pesisir Selatan Nomor 660/322/Kpts/BPTS-

PS/2010.

Analisa Statistik Sederhana

Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 PT Incasi Raya dari Bupati

Pessel 2010 berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30

Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah.

Page 158: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 1

IV – A. REHABILITASI LINGKUNGAN

Rehabilitasi lingkungan perlu dilaksanakan mengingat lingkungan yang sudah

dimanfaatkan oleh manusia demi kepentingan yang cukup beragam mulai dari

dampak kecil, menengah dan besar terhadap lingkungan. Jika lingkungan tidak

direhabilitasi akan berakibat fatal pada masa yang akan datang, karena bumi

bukanlah milik kita tapi titipan untuk cucu dimasa yang akan datang, jadi

manfaatkanlah bumi dan jaga kelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan oleh

anak cucu kita.

Selain rehabilitasi upaya paya preventif dalam rangka pengendalian dampak

lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal

instrumen pengawasan dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan

hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan erusakan

lingkungan hidup yang sudah terjadi.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merehabilitasi lingkungan, salah satunya

adalah dengan melakukan penghijauan dan reboisasi terhadap kondisi lahan dan

tanah yang mulai kritis dan tandus akibat perbuatan manusia juga, dengan

membakar lahan, menebang pohon secara legal, menambang batu bara tanpa

rekonstruksi dan melaksanakan perkebunan tidak beraturan tanpa memikirkan

dampak yang ditimbulkannya. Peranan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam

hal melaksanakan program penghijauana GNRHL ini sangat dituntut demi

tercapainya sasaran dari program kegiatan ini.

Page 159: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 2

Tabel 4.1 Rencana dan Realisasi Penghijauan

No Penghijauan Luas Jumlah Pohon

1 Rencana 150 120.000

2 Realisasi 150 120.000

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-1

50%50%

RENCANA

REALISASI

Gambar : 4.1RENCANA DAN REALISASI JUMLAH POHON

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel

Pada gambar 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah pohon dan realisasi

dilaksanakan dengan persentase 100 %, hal ini sangat bermanfaat bagi penghijauan

pada daerah yang mempunyai lahan kritis cukup tinggi untuk masa yang akan

datang.

Tarusan

LSB

Tarusan LSB

GAMBAR 4. 2 PENGHIJAUAN JUMLAH POHON PERKECAMATAN

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rencana dan realisasi kegiatan penghijauan

tahu 2010 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Untuk menjaga kelestarian

lngkungan dan menjaga hutan sebagai bufer zone hutan penyimpanan air. Untuk

itu perlu dilakuan budi daya. Kawasan budi daya yang akan ditetapkan di

Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas :

1. Hutan Produksi, meliputi hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas.

Page 160: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 3

2. Budidaya Pertanian, meliputi kawasan tanaman pangan lahan basah, tanaman

pangan lahan kering, peternakan perkebunan, dan perikanan.

3. Budidaya Non Pertanian, meliputi kawasan permukiman, pertambangan,

industri, pariwisata dsb.

Tarusan

LSB

Tarusan LSB

GAMBAR 4. 3 LUAS PENGHIJAUAN PERKECAMATAN

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel

Gambar 4.3 menunjukan bahwa tahun 2010 luas penghijauan yang paling

dominan adalah Kecamatan Linggo Sari Baganti dengan luas 100 ha dan

kecamatan Koto XI Tarusan 50 ha.

Tabel 4.2 Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi

No Penghijauan Luas Jumlah Pohon

1 Rencana 150 60.500

2 Realisasi 150 10.000

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-2

Tabel 4.2 menunjukan bahwa rencana dan realisasi kegiatan reboisasi sesuai

dengan target yang ditetapkan, namun setelah reboiasasi dilaksanakan ada

permasalahan dilapangan yang ditemukan yakni terbakarnya lahan reboisasi di

Kecamatan Koto XI Tarusan. Sangat kan memang hal ini sampai terjadi namun

pemerintah daerah telah melakukan penyulaman terhadap pohon yang terbakar.

Pembangunan sektor pelestarian dan fungsi hutan bagi kehidupan masyarakat

adalah menjaga keseimbangan ekosistem hutan dengan pemberantasan

pembalakan liar (ilegal loging) dengan melaksanakan reboisasi atas lahan kritis dan

pengawasan hutan lindung. Permasalahan ilegal loging intinya adalah lemahnya

penegakan hukum terhadap pelaku dan jaringan pendukungnya, mulai dari

Page 161: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 4

pemodal (cukong) yang membiayai dan menjadi otak, oknum aparat, birokrasi dan

oknum aparat keamanan serta penegak hukum.

Selain itu maraknya kegiatan penebangan liar dipicu oleh tingginya permintaan kayu

yang melebihi ketersediaan, sehingga pencarian kayu menjadi bisnis yang

menguntungkan bagi pihak-pihak terkait, kondisi ini diperparah dengan kondisi

kemiskinan masyarakat yang tinggal disekitar hutan.

Adapun kegiatan – kegiatan realisasi reboisasi penghijauan oleh Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan dan dinas terkait lainnya adalah sebagai

berikut :

- Perlu Kegiatan reboisasi dan perawatan secara kontinyu untuk meningkatkan

penutupan vegetasi dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan

- Pembangunan hutan tanaman rakyat

- Kecil menanam dewasa memanen

- Program reboisasi dan penghijauan

- Pemuatan bibit nagari

- Melaksanakan budi daya terhadap tanaman tidak dilindungi seperti Mangga

tarusan, Beringin, gambir, Rotan, Kayu Manis dan Kayu Bayur.

- Melaksanakan budi daya tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan

ekonomi seperti tanaman panen, produksi dan palawija diantaranya : Padi,

jagung, Kedelai, kacang tanah, Kacang Hijau, ubi kayu, Ubi Jalar, talas, Sorgum.

- Melaksanakan budi daya tanaman sayuran seperti bawang merah, bawang

putih, bawang daun, kacang panjang, cabe besar, cabe kecil, cabe rawit,

terung, tomat, Bayam, Bayam Bima, Ketimun, Kangkung.

- Melaksanakan budi daya tanaman buah-buahan seperti Melon, semangka,

Belimbing, Jeruk, Jeruk pantai, Nenas, Pepaya, Salak, sirsak.

- Melaksanakan budi daya MPTS, seperti duku, durian, Jambu Biji, Jambu air,

Mangga, Manggis, Nangka, Rambutan dan Sawo, rambutan, sawo, sukun,

melinjo, petai dan jengkol.

- Melaksanakan penanaman pohon pelindung seperti Mahoni, Meranti, Pulai,

Gaharu, Surian, Durian, Bonio dan Pala.

- Program GNRHL menanam bibit tanaman Kayu-kayuan dan MPTS seluas 2.260

Ha akan berdampak pada bertambahnya penutupan vegetasi dan berkurangnya

jumlah lahan kritis. - Meningkatnya fungsi dan manfaat hutan.

- Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hutan dan menumbuhkan rasa

memiliki.

Page 162: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 5

- Tumbuhnya partisipatif masyarakat dalam pengamanan hutan.

- Reforestasi (usaha reboisasi pada lahan yang dahulunya ada hutan, namun

sudah rusak karena penebangan; Bila merujuk ketentuan internasional

kerusakan terakhir adalah 1 Januari 1990); Program pembangunan Hutan

Tanaman Rakyat oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

- Avoiding deforestasi (pencegahan perusakan pada hutan yang masih ada)

- Penggunaan tanaman yang tahan kekeringan (adaptasi) ; Penanaman pohon

cemara oleh Dinas Perikanan dan Kelautan dan Kantor Lingkungan Hidup.

- Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian, Melinjo, Pala dan

Durian di Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan

- Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Kapuah

Kecamatan Koto XI Tarusan

- Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di

Kecamatan Bayang

- Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Telatan

dan Langang Kecamatan Air Haji

- Penanaman pohon mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian dan Durian di Limau

Manih Kulam Kecamatan Lengayang

IV – B. PENGAWASAN AMDAL

Sesuai dengan keluarnya Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan, Ketersediaan sumber daya alam secara

kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunan

membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat. Kegiatan pembangunan

juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi

ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan

hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial. Oleh karena itu,

lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan

asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan.

Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan

ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian,

demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap

kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu

kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus

dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah. 3.

Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi

Page 163: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 6

lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup

dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Ilmu pengetahuan dan

teknologi telah meningkatkan kualitas hidup dan mengubah gaya hidup manusia.

Pemakaian produk berbasis kimia telah meningkatkan produksi limbah bahan

berbahaya dan beracun. Hal itu menuntut dikembangkannya sistem pembuangan

yang aman dengan risiko yang kecil bagi lingkungan hidup, kesehatan, dan

kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Di samping menghasilkan

produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan

dampak, antara lain, dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun, yang

apabila dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkungan

hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya

perlu dilindungi dan dikelola dengan baik.

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus bebas dari buangan limbah

bahan berbahaya dan beracun dari luar wilayah Indonesia. Menyadari potensi

dampak negatif yang ditimbulkan sebagai konsekuensi dari pembangunan, terus

dikembangkan upaya pengendalian dampak secara dini. Analisis mengenai dampak

lingkungan (amdal) adalah salah satu perangkat preventif pengelolaan lingkungan

hidup yang terus diperkuat melalui peningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan

penyusunan amdal dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai amdal dan

diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen amdal, serta dengan memperjelas

sanksi hukum bagi pelanggar di bidang amdal. Amdal juga menjadi salah satu

persyaratan utama dalam memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki Sebelum

diperoleh izin usaha.

Seiring dengan hal tersebut untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan hidup

lebih lanjut, perlu dilakukan perubahan paradigma dalam pembangunan yang

mengarah pada keberlanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut, selama Tahun 2010 Kantor Lingkungan Hidup dan

Bapedalda Provinsi Sumatera Barat telah mengeluarkan izin pengelolaan lingkungan

kepada pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting adalah

sebagai berikut :

Page 164: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 7

TABEL 4.3 REKOMENDASI DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

No Jenis Dokumen

Jumlah

1 AMDAL 4

2 UKL/UPL 5

3 DPPL 1

4 SPPL 0

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-4

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa Rekomendasi dokumen pengelolaan lingkungan yang

telah dikeluarkan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan dan

Bapedalda Provinsi selaku Komisi Penilai AMDAL, AMDAL 4 buah, UKL/UPL sebanyak 5

buah dan DPPL jumlah 1 buah.

Kegiatan pemberian izin Dokumen Pengelolaan lingkungan seperti dokumen UKL/UPL

dilaksanakan pembahasannya oleh Komisi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan, dengan

sekretariat berada di Kantor Lingkungan Hidup, pembahasan dilakukan dengan

melibatkan Tim Teknis dari instansi terkait, Tim Ahli dari PSLH Unand Padang.

Pemberian izin yang diberikan kepada pemrakarsa pada tahun 2010 adalah kegiatan

Penambangan Bahan Galian Golongan C Siguntur di Kecamatan Koto XI Tarusan oleh

CV.Multi Mitra Serasi, Pembangunan Unit Pengolahan dan Pengeringan Daun Gambir

Kecamatan Koto XI Tarusan oleh PD. Murni Gambir, Penambangan Batu Bara di Panadah

Oleh PT. Pertamina Perkasa Abadi, Pembangunan Pengembangan Jembatan Kincir

Nagari Salido Kec. IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan oleh PT. Visitech Gemilang,

Pembangunan Pengembangan Jembatan Kelok Paku Perbatasan Pasar Baru Bayang

dengan Salido Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan oleh PT. Visitech Gemilang.

DPLH 1 buah SPBU 14-256-526 Desa Gurun Panjang Nagari Gurun Panjang Kapuh

Kabupaten Pesisir Selatan oleh Pertamina dengan Pimpinan H. Sengaja Budi Syukur,

DPLH Stone Crusher dan Asphal Mixing Plant lokasi Painan oleh PT. Dekky Karya Bestari,

DPLH Stone Crusher dan Asphal Mixing Plant lokasi Lunang Silaut oleh PT. Dekky Karya

Bestari dan DPLH Stone Crusher.

Untuk pembahasan dokumen AMDAL belum dapat dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan

Hidup Kabupaten Pesisir selatan, hal disebabkan Kantor Lingkungan Hidup belum

mempunyai Lisensi Komisi AMDAL, dengan syarat ketua Komisi harus memiliki sertifikat

AMDAL Penyusun sebanyak 2 orang, dan AMDAL Penilai 8 orang.

Page 165: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 8

Pembahasan AMDAL dilaksanakan pada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, ada taun

2010 ini telah dilakukan sidang AMDAL 4 buah AMDAL, diantaranya AMDAL Rencana

Kegiatan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi seluas

2.560 ha di Kenagarian Silaut Kecamatan Lunang Silaut oleh PT. Sapta Sentosa Jaya

Abadi, Rencana Usaha Penambangan Batu Bara Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi

KW 96 PP 0323 (Luas wilayah 922,70 ha) oleh PT. Lumpo, Pelabuhan Panasahan oleh

PT. Prima Seni Alam Bina.

TABEL 4.4 PENGAWASAN UKL/UPL

No Pengawasan

Permasalahan

1 PT. INCASI RAYA Pengujian limbah cair Pengujian emisi udara

2 PT. SAPTA Belum ada laporan perbulan air sungai

3 PT. SUMATERA JAYA AGRO LESTARI Belum ada laporan perbulan

4 Penambangan bahan galian golongan C an. Masra Davidtos

Belum ada laporan perbulan

5 Penambangan bahan galian golongan C an. Muman DT. Panduko Rajo

Belum ada laporan perbulan

6 Penambangan bahan galian golongan C an. M. Rifai ML Sutan

Belum ada laporan perbulan

7 PLTMH SALIDO Belum ada laporan perbulan

8 PT. ABDI NAGARI Belum ada laporan perbulan

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-5

1. PT. Incasi Raya

Berdasarkan hasil laporan yang dicek ke kantor PT. Incasi Raya selalu ada

Laporan Bulanan pengujian kualitas limbah cair, emisi udara selalu dilaporkan

secara triwulan. Hasil pengujian yang dilaporkan terdapat beberapa parameter

melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Keputusan Mentri negara

lingkungan hidup No.51 tahun 1995 tentang Baku mutu limbah cair industri

minyak sawit. Tetap menyampaikan RKL/RPL ke instansi Pengelola Lingkungan

Hidup baik pusat maupun daerah. Belum ada menyampaikan kondisi kesuburan

tanah sesuai dengan amanat PP No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian

Keruksakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Memberikan input pupuk yang

mengandung Ca dan Mg ke tanah sehingga sehingga kandunga ca-dd dab mg-

Page 166: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 9

dd di tanah dapat meningkat, serta mengupayakan untuk menetralkan pH tanah

yang berada pada kriteria masam.

2. PT. Sapta

Berdasarkan hasil pengawasan ke PT. Sapta dengan keterangan Asisten Kepala

Rekson Sibarani, SP titik api ditemukan diluar wilayah PT. Sapta yaitu dilahan

garapan masyarakat tepatnya disebelah Barat dan Timur PT. Sapta Silaut.

Lokasi yang terbakar diperkirakan 10 Ha dan api sudah ada sejak 5 hari yang

lalu, penyebab kebakaran diduga dari kelalaian masyarakat saat membuka lahan

untuk perkebunan dan pertanian diperkirakan api sudah dapat dipadamkan saat

tim telah tiba, karena PT. Sapta dan masyarakat terus berupaya mematikan api

tersebut.

Belum ada laporan perbulan tentang kualitas air sungai yang berada disekitar

perkebunan. Untuk tidak terjadinya lagi kebakaran, perlu dilakukan pengawasan

lebih intensif terutama pada musim kemarau, karena biasanya cara mudah dan

muurah untuk membuka lahan adalah dengan membakar. Perlu dilakukan

peyuluhan lebih lanjut kepada orang-orang yang berkepentingan mengenai tata

cara pembersihan lahan yang diperbolehkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Diperlukan adanya kesepakatan bersama antara pemerintah,

masyarakat, tokoh masyarakat untuk tidak membakar lahan dalam pembukaan

lahan.

3. PT. Sumatera Jaya Agro lestari

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap PT. Sumatera Jaya Agro

Lestari tidak terjadi kebakaran pada wilayah perkebunan kelapa sawit. Belum

ada laporan perbulan tentang kualitas air sungai dan kualitas tanah yang berada

disekitar perkebunan.

4. Penambangan bahan galian golongan C an. Masra Davidtos

Berdasarkan dokumen UKL dan UPL dapat disimpulkan bahwa penambangan

galian c masih efektif dan tidak ditemui kendala yang berarti.

5. Penambangan bahan galian golongan C an. Muman Dt. Panduko Rajo

Berdasarkan dokumen UKL dan UPL dapat disimpulkan bahwa penambangan

galian c masih efektif dan tidak ditemui kendala yang berarti.

Page 167: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 10

6. Penambangan bahan galian golongan C an. Rifai ML Sutan

Berdasarkan dokumen UKL dan UPL dapat disimpulkan bahwa penambangan

galian c masih efektif dan tidak ditemui kendala yang berarti.

7. PLTMH Salido

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap PLTMH Salido tidak

terjadi kebakaran pada wilayah PLTMH. Belum ada laporan pertriwulan tentang

kualitas air sungai, udara dan kualitas tanah yang berada disekitar perkebunan.

8. RS. Permata Hati

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap Rumah Sakit Permata

Hatii tidak terjadi kejadian yang mencemari lingkungan. Belum ada laporan

pertriwulan tentang kualitas air sungai dan kualitas tanah yang berada disekitar

perkebunan.

IV – C. PENEGAKAN HUKUM

Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang ini memperkenalkan ancaman

hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemindahan bagi

pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hokum pidana, dan pengaturan

tindak pidana korporasi. Penegakan hukum pidana lingkungan tetap

memperhatikan asas ultimum remedium yang mewajibkan penerapan penegakan

hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum

administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini hanya

berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran

baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan.

Pelestarian lingkungan yang didambakan memang memerlukan suatu usaha yang

keras sehingga terciptalah lingkungan yang asri dan berdaya guna untuk

masyarakat dimasa yang akan datang. Penegakan hukum dalam hal terjadinya

pelanggaran permasalahan lingkungan belum seluruhnya dapat diselesaikan dengan

baik.

Page 168: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 11

TABEL 4.5 PENGADUAN MASALAH LINGKUNGAN

No Masalah

Jumlah Pengaduan

1 Galian C sirtukil Talawi Kenagarian Barung-barung Balantai di Kecamatan Koto XI Tarusan belum ada izin eksplorasi sudah dilakukan eksploitasi

2 kali

2 Tidak terkendalinya Pengrusakan lingkungan di Aliran Batang Bayang dengan pengambilan Galian C SIRTUKIL tanpa ada izin dari instansi terkait serta masyarakat sekitar.

1 kali

3 Pertambangan batu bara di Kecamatan Basa IV Balai Tapan belum ada izin Eksplorasi tapi sudah dilakukan eksploitasi

1 kali

4 Keresahan masyarakat dengan adanya sapi berkeliaran dijalan

2 kali

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-6

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 masalah pencemaran

lingkungan yang diadukan masyarakat kepada Kantor Lingkungan Hidup hanya 4

masalah, permasalahan – permasalahan yang timbul bukanlah permasalahan yang

besar namun dapat diatas oleh Kantor lingkungan hidup dengan turun kelapangan

dan memberikan sosialisasi terhadap dampak yang timbul dari permasalahan

tersebut jika tidak segera diatasi.

Sumber pencemaran permasalahan lingkungan dilingkungan masyarakat dengan

status pengaduan bersifat umum dan dapat diselesaikan. Keterbukaan informasi

bagi masyarakat tentang pengelolaan dan pencemaran lingkungan memberikan nilai

tambah bagi masyarakat tentang pentingnya manfaat menjaga dan melestarikan

lingkungan.

Berdasarkan permasalahan yang timbul, Kantor Lingkungan Hdup segera mengambil

tindakan dengan langsung melakukan cros cek kelapangan bersama tim teknis yang

berada di kantor serta melibatkan instansi terkait, seperti Kantor Satpol PP, Kantor

Kesbang Linmas, Aparat kecamatan setempat, Wali Nagari dan Wali Kampung.

Page 169: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 12

IV – D. PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat sangat penting dalam mendukung pengelolaan

Pembangunan lingkungan dalam hal pencemaran air sungai, masyarakat dengan

adanya keterbukaan informasi secara luas dan umum, masyarakat sudah pintar

melihat kondisi pencemaran dan pengendalian lingkungan yang merugikan

kondisi lingkungan sekitar.

Didalam undang-undang nomor 23 tahun 1997 pasal 5 dijelaskan bahwa setiap

warga Negara mempunyai hak yang sama terhadap atas lingkungan hidup yang

baik dan sehat, dan setiap warga Negara mempunyai kewajiban memelihara

dan melestarikan fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi

pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

TABEL 4.6

LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT LINGKUNGAN (LSM)

No LSM

Alamat

1 Bumi Lestari Lingkungan

Painan

2 WALHI

Cabang Painan

3 SIGI

Salido

4 Amanah

Painan

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-8

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

lingkungan sebanyak 4 buah, yakni Bumi Lestari Lingkungan, WALHI, SIGI dan

AMANAH. Keempat LSM ini menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah

masalah pencemaran lingkungan yang terjadi didaerah Kabupaten Pesisir Selatan,

masyarakat dapat merasakan manfaat dari kehadiran LSM lingkungan ini, disamping

itu LSM juga mengkritisi masalah pencemaran lingkungan yang merugikan

masyarakat.

Page 170: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 13

TABEL 4.7 PENGHARGAAN LINGKUNGAN

No Organisasi

Nama Penghargaan

Pemberi Penghargaan

1 Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Piala Penghargaan Penyusun Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Terbaik I Tingkat Kabupaten/Kota Se – Indonesia

Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono / KNLH

2 Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Piala Raksaniyata penghargaan Menuju Indonesia Hijau bagi Pemerintah yang Dinilai berhasil melakukan Pengendalian Kerusakan Lingkungan untuk Melindungi kehidupan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Menteri Negara Lingkungan Hidup / KNLH

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-9

Pada gambar 4.4 Kantor lingkungan hidup mendapat banyak penghargaan ditingkat

nasional, hal ini merupakan kebanggaan bagi daerah Kabupaten Pesisir Selatan,

sekaligus cambuk untuk mempertahankan pada tahun yang akan datang. Prestasi

yang diraih adalah berkat kerjasama dengan semua pihak

2006 2007 2008 2009 2010

SLHD ADIPURAKALPATARU MIH

GAMBAR 4. 4PENGHARGAAN LINGKUNGAN

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan telah mendapatkan

penghargaan ditingkat provinsi dan tingkat Nasional sejak tahun 2007 diantaranya

adalah :

1. Pada tahun 2006 mendapatkan penghargaan “ Penyusunan Buku SLHD

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2006 terbaik Nasional” Piagam Penghargaan

diberikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak Rachmat Wietolar

dihotel Jakarta. Dengan predikat tingkat Kabupaten.

2. Pada tahun 2007 mendapatkan penghargaan “ Piagam ADIPURA 2007 oleh

Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak Rachmat Wietolar dihotel Jakarta.

Page 171: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 14

Dengan predikat tingkat Kabupaten.Jakarta” dengan predikat tingkat Kota

Kecil.

3. Pada tahun 2007 “Penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2007 terbaik II Tingkat Provinsi Sumatera Barat Piagam penghargaan diberikan

oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat Gamawan Fauzi” di Padang Panjang.

4. Pada tahun 2008 “Penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2008 terbaik Nasional” Piagam Penghargaan diberikan oleh Menteri Negara

Lingkungan Hidup Bapak Rachmat Wietolar dihotel Jakarta. Dengan predikat

tingkat Kabupaten.

5. Pada tahun 2009 “ ADIPURA Tahun 2009” oleh Presiden RI Susilo Bambang

Yudoyono di Istana Negara Jakarta” dengan predikat tingkat Kota Kecil.

6. Pada tahun 2009 “ KALPATARU Tahun 2009 diberikan kepada Bapak Hardiman

Hadi Wali Kampung Pasar Baru Kecamatan Bayang, Piagam ini diberikan

karena jasa bapak tersebut melestarikan dan menjaga Lingkungan pantai dari

abrasi pantai dengan Penanaman Pohon Cemara laut di Pantai Pasar Baru” oleh

Gubernur Provinsi Sumatera Barat Gamawan Fauzi” di Padang Pariaman.

7. Pada tahun 2009 “ Piagam Menuju Indonesia Hijau Tahun 2009” diberikan oleh

Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak Gusti Muhammad Hatta dihotel

Jakarta.

8. Pada tahun 2010 “Penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2010 terbaik I se-Indonesia” Piala Penghargaan diberikan oleh Presiden

Repoblik Indonesia di Jakarta. Dengan predikat tingkat Kabupaten.

9. Pada tahun 2010 “ Piala Menuju Indonesia Hijau Tahun 2010” diberikan oleh

Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak Gusti Muhammad Hatta dihotel

Jakarta.

TABEL 4.8

PENYULUH DAN DAN SEMINAR LINGKUNGAN

No Nama Kegiatan

Peserta

Waktu

1 Desa Mandiri Energi (DME) Pilot proyek pemanfaatan lingkungan dengan menanam kebun percontohan jarak pagar melalui penyuluhan kelompok masyarakat.

Kelompok Pelaksana Mayarakat

Per tri wulan dalam setahun = 1 x dalam 3 bulan

2 Penyuluhan Lingkungan mengenai abrasi pantai

Masyarakat nagari di 3 kecamatan seperti Koto XI Tarusan, Sutera dan Linggo Sari Baganti.

3 Bulan dari bulan April, Juni dan September

3 Penyuluhan Pemanfaatan Sumber Air Untuk PLTMH

Masyarakat nagari di 3 kecamatan seperti Koto XI Tarusan, Sutera dan Linggo Sari Baganti.

3 Bulan dari bulan April, Juni dan September

Page 172: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 15

Sosialisasi dan Penyuluhan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)

Kelompok masyarakat dan masyarakat nagari

2 bulan Juli dan September

Penyuluhan dan Sosialisasi kegiatan Pembangunan Desa Terpadu (PDT)

Kelompok masyarakat dan masyarakat nagari

2 bulan Agustus dan Oktober

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-10

Dari table di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pelatihan dan seminar lingkungan

di Kabupaten Pesisir Selatan dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Nagari bekerja

sama dengan Kantor Lingkungan Hidup melalui program PNPM, PAMSIMAS dan

PDT, ketiga program ini berkaitan dengan masyarakat dan pengelolaan lingkungan

yang dilaksanakan seperti sanitasi lingkungan pembangunan jamban dan sarana air

bersih pada masyarakat pedesaan yang membutuhkan. Program ini tidak hanya

bersifat sosialisasi akan tetapi juga bersifat fisik dengan pembangunan yang

dilaksanakan selama satu tahun kalender berjalan.

Program lingkungan ini sangat bermanfaat terhadap masyarakat banyak, karena

pembangunan yang dilaksanakan merupakan kebutuhan dasar masyarakat

pedesaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan juga diserahkan langsung kepada

masyarakat tersebut.

TABEL 4.9 KEGIATAN FISIK PERBAIKAN OLEH MASYARAKAT

No Nama Kegiatan

Lokasi

Pelaksana

1

Penanaman pohon lindung Kecamatan koto XI Tarusan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

2 Penanaman pohon mangrove Kecamatan koto XI Tarusan

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan

Sumber : Analisis Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-11

Upaya perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Pesisir

Selatan dilaksanakan pada 1 kecamatan, diantaranya kecamatan Koto XI Tarusan

penanaman pohon lindung oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan penanaman

pohon mangrove oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Adapun tujuan dari

pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk menangani upaya perbaikan lingkungan

abrasi pantai agar terhindar dari kerusakan lingkungan pesisir dan pantai.

Page 173: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 16

IV – E. KELEMBAGAAN

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan kelembagaan saat ini dibawah

pimpinan eselon III, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi terdapat kendala

dalam hal berkoordinasi dengan Dinas instasi yang mempunyai eselon yang lebih

tinggi dari Kantor Lingkungan Hidup, namun hal tersebut tidak mempengaruhi

dalam pelaksanaan tugas, meskipun terdapat kendala dapat disikapi dengan bijak

oleh pimpinan, oleh karena itu kedepan diharapkan Kantor Lingkungan Hidup

Kabupaten Pesisir Selatan dapat lebih ditingkatkan menjadi Badan Lingkungan

Hidup.

TABEL 4.10 PRODUK HUKUM BIDANG LINGKUNGAN

No Produk Hukum

Nomor

Tentang

1 Peraturan Bupati Pesisir Selatan

No. 4 Tahun 2008 Tugas pokok dan kewenangan serta uraian tugas sub bagian /seksi pada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan

2 Keputusan Bupati Pesisir Selatan No. 9 Tahun 2003

Pelestarian Lingkungan Hidup Wisata Kawasan Mandeh

3 Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2006 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

4 Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2006 Retribusi Penyedotan Kakus

5 Peraturan Bupati Pesisir Selatan No. 4 Tahun 2008

Tugas pokok dan kewenangan serta uraian tugas sub bagian /seksi pada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan

6 Keputusan Bupati Pesisir Selatan

Nomor : 660/322/Kpts/BPT-PS/2010

Perpanjangan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT. Incasi Raya Unit Pengolahan Kelapa Sawit Muaro Sakai Inderapura

7 Peraturan Bupati Pesisir Selatan No. 272 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal Bidang

Lingkungan Hidup Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-12

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan telah mengeluarkan kebijakan tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada tahun 2008 Draf Ranperda Dokumen

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, Namun belum dijadikan sebagai

Peraturan Daerah. Sementara Peraturan Bupati Pesisir Selatan Nomor 4 tahun 2008

tentang tugas pokok dan kewenangan serta uraian tugas sub bagian / seksi pada

Kantor Lingkungan Hidup.

Page 174: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 17

Peraturan Pelestarian lingkungan Hidup Wisata di Kawasan Mandeh berdasarkan

Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pelestarian

ingkungan Hidup Wisata Kawasan Mandeh.

Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan Dalam Kabupaten Pesisir Selatan yang di prakarsai oleh

Dinas Kebersihan Kabupaten Pesisir Selatan.

Keputusan Bupati Pesisir Selatan Nomor : 660/322/Kpts/BPT-PS/2010 Perpanjangan

Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kepada PT.

Incasi Raya Unit Pengolahan Kelapa Sawit Muaro Sakai Inderapura di prakarsai oleh

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan.

Peraturan Bupati Pesisir Selatan No. 272 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal

Bidang Lingkungan Hidup diprakarsai oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

Pesisir Selatan.

TABEL 4.11 ANGGARAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No

Sumber

Anggaran

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 APBD 122.729.000 172.856.000 515.984.875 537.972.000 626.704.399 956,682,262

2 APBN 0 310.000.000 927.000.000 927.000.000 644.545.455 583,300,000

Jumlah Total

122.729.000 482.856.000 1.442.984.875 1.464.972.000 1.271.249.854 1,539,982,262

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-13

Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa anggaran pengelolaan lingkungan hidup dari

tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi kenaikan dari sumber anggaran APBD dan DAK,

pada tahun 2006 ke tahun 2007 terjadi kenaikan sumber dana DAK dan dana APBD,

dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi kenaikan hanya pada anggaran APBD saja,

DAK tidak terjadi kenaikan, pada tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi kenaikan dana

APBD sedangkan dana DAK terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, Tahun 2010

peningkatan dana APBD dan penurunan dana DAK dari anggaran APBN.

Page 175: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 18

310000000

927000000 927000000

644545455583300000

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

2006 2007 2008 2009 2010

2006 2007 2008 2009 2010

GAMBAR 4.5ANGGARAN DAK LINGKUNGAN HIDUP KAB. PESSEL

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Dana DAK Kantor Lingkungan Hidup dipergunakan untuk pembangunan kegiatan

fisik laboratorium lingkungan dengan segala peralatan alat labor serta sarana dan

prasarana kelapangan dan sarana penunjang lain. Keberadaan dana DAK bagi

Kantor lingkungan sangat dirasakan manfaatnya untuk pengendalian kerusakan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Pengujian kualitas air sungai dan air limbah telah

dilakukan pengujian sejak alat-alat laboratorium diadakan dengan dana DAK.

122729000 172856000

537972000626704399

956682262

515984875

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

1200000000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

2005 2006 20072008 2009 2010

GAMBAR 4.6ANGGARAN APBD KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KAB. PESSEL

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Jika dilihat dari table di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 anggaran

Kantor Lingkungan Hidup tejadi penurunan dari dana DAK Kementerian Negara

lingkungan Hidup sebanyak Rp. 242,454,545,- pada tahun 2008 dana DAK sebanyak

Rp. 927.000.000,- pada tahun 2009 sebanyak Rp. 644.545.455,-. Sementara dana

APBD mengalami kenaikan dibandingkan papda tahun 2008 sebanyak Rp.

537.972.000,- mengalami kenaikan tahun 2009 dengan Rp. 626.704.399,- artinya

terjadi selisih sebnayak Rp. 88.732.399,- juta rupiah. Tahun 2010 anggaran APBD

Page 176: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 19

untuk Kantor Lingkungan Hidup terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun 2009

sebesar Rp. 329.977.863,-.

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa anggaran APBD Kantor Lingkungan

Hidup terjadi kenaikan dari tahun ketahun. Peningkatan anggaran APND ini sagat

menguntungkan bagi Kantor Lingkungan Hidup untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang secara prinsip dapat meningkatkan upaya rehabilitasi terhadap

kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Kegiatan – kegiatan bidang DAK pada tahun 2010 meliputi kegiatan fisik seperti

Pengadaan becak sampah, pengadaan alat laboratorium lingkungan, pengadaan

tong sampah, pengadaan biogas dan pengadaan mobiler.

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa anggaran APBD Kantor Lingkungan

Hidup terjadi kenaikan dari tahun ketahun. Peningkatan anggaran APND ini sagat

menguntungkan bagi Kantor Lingkungan Hidup untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang secara prinsip dapat meningkatkan upaya rehabilitasi terhadap

kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa anggaran DAK dari pusat terjadi

fluktuasi, pada tahun 2006, dana DAK Rp. 310.000.000,- pada tahun 2007, 2008

terjadi kenaikan yang cukup signifikan adalah Rp. 927.000.000,- dan pada tahun

2009 terjadi penurunan menjadi Rp. 644.545.455,- dan tahun 2010 terjadi

penurunan menjadi Rp. 583.300.000,-

TABEL 4.12 JUMLAH PERSONIL LINGKUNGAN HIDUP

No

Jumlah

Pegawai

2005 2006 2007 2008 2009

2010

1 Pegawai 10 12 12 14 18

21

Jumlah Total

10 12 12 14 18

21

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-14

Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah personil pegawai Kantor Lingkungan

hidup semakin tahun semakin meningkat jumlah personilnya.

Page 177: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 20

Jumlah personil Kantor Lingkungan hidup mengalami kemajuan baik dari kuantitas

maupun kualitas. Pada tahun 2008 jumlah personil sebanyak 13 orang, pada tahun

2009 sebanyak 21 orang. Jumlah personil tersebut yang tingkat pendidikan S2

lingkungan ada 2 orang, S2 manajemen sebanyak 1 orang, Pendidikan Sarjana

Strata 1 (S1) sebanyak 9 orang, tingkat pendidikan SLTA 9 orang, pada saat ini

ada 2 staf yang sedang mengikuti kuliah S1.

Kelembagaan Lingkungan hidup kabupaten Pesisir Selatan pada saat ini adalah

berupa Kantor masih berada dibawah pimpinan eselon III, seharusnya untuk

meningkatkan kelembagaan Pengelolaan Lingkungan didaerah Kabupaten Pesisir

Selatan seharusnya adalah Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Pimpinan

Eselon II. Penguatan kelembagaan ini harus diiringi dengan komitmen Kepala

Daerah terhadap Kelembagaan dan pengetahuan lingkungan hidup.

TABEL 4.13

JUMLAH PPNS LINGKUNGAN HIDUP

No

Jumlah Jabatan Fungsional

2010

1 PPNS Kehutanan

1

Jumlah Total

1

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel

Keterangan : Olahan Tabel UP-15

Dari table diketahui bahwa pejabat fungsional lingkungan PPNS kantor lingkungan

hanya ada 1 orang, yakni PPNS dari Kehutanan, sedangkan PPNS dari Lingkungan

Hidup belum ada. Jabatan fungsional yang ada di Kantor Lingkungan Hidup

Kabupaten Pesisir Selatan adalah PPNS Kehutanan, yakni Gumanti Chairul, PPNS

lingkungan belum ada Sumber daya Manusianya, maka oleh sebab itu tahun depan

direncanakan untuk peningkatan SDM, diikutkan staf yang mempunyai kemampuan

diidang lingkungan PPNS lingkungan dan Diklat Penyusun AMDAL (AMDAL B) untuk

membentuk KOMISI AMDAL di Kabupaten Pesisir Selatan. Peningkatan SDM ini

sangat mutlak dilaksanakan untuk kelancaran tugas lingkungan hidup dimasa yang

akan datang terutama mengenai masalah perizinan AMDAL.

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa anggaran APBD Kantor Lingkungan

Hidup terjadi kenaikan dari tahun ketahun. Peningkatan anggaran APND ini sagat

menguntungkan bagi Kantor Lingkungan Hidup untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang secara prinsip dapat meningkatkan upaya rehabilitasi terhadap

kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Page 178: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 21

IV-F. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010

Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan telah digunakan sebagai

alat perencana program dan pengelolaan lingkungan hidup tahun 2010 yang

didukung oleh pimpinan daerah untuk diprogramkan oleh Kantor Lingkungan Hidup :

1. Seksi AMDAL

- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan akan membentuk Komisi

AMDAL KabupateN Pesisir Selatan.

- Kantor Lingkungan Hidup akan membentuk dan melatih serta menerbitkan

persetujuan tim terpadu penilai liesensi AMDAL, setelah dikeluarkannya

Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan.

- Setelah Komisi Lisensi AMDAL Kabupaten telah diterbitkan, maka akan

dilaporkan kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat.

- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten memberikan rekomendasi melalui

kepala daerah bagi Dokumen Pengelolaan lingkungan berupa UKL/UPL dan

SPPL sudah disidangkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan setiap tahun selalu

melaksanakan kegiatan Penyusunan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan setiap tahun.

2. Seksi Pengawasan dan Penegakan Hukum

- PP 38 tahun 2007 menjelaskan bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup bagi seluruh jenis kegiatan

atau usaha wajib dilengkapi dengan dokumen pengelolaan lingkungan

dengan wilayah Kabupaten merupakan wewenang kabupaten.

- Kantor Lingkungan Hidup telah melaksanakan kegiatan pengawasan dan

pencemaran lingkungan hidup pada perusahaan-perusahaan perkebunan

kelapa sawit, pertambangan, Rumah Sakit, Infrastruktur, Penginapan, dan

rumah makan.

Page 179: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

IV - 22

- Disamping pengawasan juga dilaksanakan kegiatan rutin penilaian ADIPURA

oleh PPLH Regional Sumatera ke daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagai

Kota Kecil.

- Penetapan kawasan pengawasan dengan kondisi lingkungan yang beragam,

sehingga perlu dilakukan penetapan, agar memudahkan dalam melakukan

pengawasan.

- Melatih dan mendidik generasi muda yang mempunyai keinginan untuk

melestarikan lingkungan pada masa yang akan datang melalui program

Kalpataru.

3. Seksi Pengendalian, Pengelolaan dan Pencemaran Lingkungan Hidup

- Melaksanakan Kegiatan rutin DAK (dana anggaran khusus) dari Kementerian

Negara Lingkungan Hidup dengan pengadaan fisik sesuai dengan kebutuhan

daerah Kabupaten Pesisir Selatan, mulai dari pengadaaan alat labor, gedung

labor, IPAL Laboratorium, Alat laboratorium, becak sampah, motor sampah

dan sarana penunjang kit accecoris laboratorium dilapangan.

- Untuk mengatahui kondisi kualitas air sungai yang ada di Kabupaten Pesisir

Selatan perlu dilakukan kegiatan pengujian kualitas air sungai di 11 besar

sungai besar sepanjang daerah setiap tahun.

- Pengujian kualitas air limbah pabrik perkebunan kelapa sawit, TPA Gunung

Bungkuk, IPAL Rumah Sakit, IPAL Penginapan dan Limbah cair lainnya.

Page 180: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

1. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2009. Pedoman Umum Penyusunan

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2009.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

2. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2008. Pedoman Umum Penyusunan

Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2008. KLH. Jakarta.

3. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2006. Pedoman Umum Penyusunan

Laporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2007. KLH. Jakarta.

4. Asdep Urusan Data dan Informasi Lingkungan. 2005. Pedoman Umum Penyusunan

Lapporan SLHD Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2006. KLH. Jakarta.

5. KLH. 2000. Buku Pedoman Umum Penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup

Daerah (NKLHD) Kabupaten/Kota. KLH. Jakarta.

6. BPS dan Bappeda. 2008. Pesisir Selatan Dalam Angka 2007. Bappeda. Painan.

7. BPS dan Bappeda. 2007. Pesisir Selatan Dalam Angka 2006. Bappeda. Painan.

8. BPS dan Bappeda. 2006. Pesisir Selatan Dalam Angka 2005. Bappeda. Painan.

9. BPS dan Bappeda. 2005. Pesisir Selatan Dalam Angka 2004. Bappeda. Painan.

10. PPLH Regional Sumatera. 2007. Kualitas Lingkungan Hidup Sumatera 2007. PPLH

Regional Sumatera. Pekan baru.

11. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera

Barat 2008. Bapedalda. Padang.

12. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2008. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah

Sumatera Barat 2008. Bapedalda. Padang.

13. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera

Barat 2007. Bapedalda. Padang.

14. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2007. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah

Sumatera Barat 2007. Bapedalda. Padang.

15. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2006. Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat

2006. Bapedalda. Padang.

16. Bapedalda Provinsi Sumbar. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat

2005. Bapedalda. Padang.

17. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. 2008. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah

Kabupaten Pesisir Selatan 2008. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. Painan

18. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. 2008. Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2008. Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pessel. Painan

19. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Laporan Status Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

Page 181: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

20. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Kumpulan Data Status Lingkungan

Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

21. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2006. Laporan Status Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2006. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

22. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2006. Kumpulan Data Status Lingkungan

Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2006. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

23. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2005. Laporan Status Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Pesisir Selatan 2005. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

24. Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab.Pessel. 2006. Profil Kebersihan Kota Painan.

Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab.Pessel. Painan.

25. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Laporan Periodik Volume Sampah

Tahun 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

26. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2007. Laporan Pemantauan Kualitas Air

Tahun 2007. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

27. Bappeda. 2007. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Selatan

Tahun 2008. Bappeda. Painan.

28. Bagian Lingkungan Hidup Setda Kab. Pessel. 2008. Rencana Kerja Bagian LH Setda

Kab. Pessel Tahun 2009. Bagian LH Setda Kab. Pessel. Painan.

29. Bupati Pesisir Selatan. 2006. Peraturan Bupati Pessel Nomor 11 Tahun 2006 – 2010.

Bappeda. Painan.

30. Kantor Perhubungan, Data Kendaraan Bermotor Kabupaten Pesisir Selatan Kegiatan

Pemutakhiran Data Kendaraan Bermotor. 2004. Pemda Kantor Perhubungan. Painan.

31. Kantor Perhubungan, Data Kapal Bermotor Kabupaten Pesisir Selatan Kegiatan

Pemutakhiran Data Kendaraan Bermotor. 2005. Pemda Kantor Perhubungan. Painan.

32. Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Siicincin, Perkiraan Hujan

Sumatera Barat Bulan Oktober 2008, 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika.

33. Sunu Pramudya.2005. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta.

34. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan 2009. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Tahun 2008. Painan.

35. Sucipto Badar, Matematika.2001. Lubuk Agung Bandung.2001. Jakarta.

36. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal PPM dan PLP.2000. Materi Pelatihan

Instruktur Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air dan Lingkungan Untuk Mendukung

Pendekatan Partisipatori. 2002. Jakarta.

37. Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat. 2007. Data Curah Hujan 2007. Madang.

38. Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat. 2007. Peta Lokasi Pos Klimatologi Wilayah Balai

PSDA Batang Hari.2007.Padang.

Page 182: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

i

Page 183: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

PASIR MUARO BAYANG

PASAR BARU BAYANG

Page 184: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

SUMUR GALI PASAR BALAI SELASA

SUMUR GALI KOTO NAN IV BALAI SELASA

Page 185: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

SUMUR GALI PASAR LAMO AIR HAJI

SUMUR GALI PASAR BARU AIR HAJI

Page 186: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

AIR LAUT MUARO BAYANG

AIR LAUT PELABUHAN CAROCOK TARUSAN

Page 187: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

AIR LAUT PASIR PUTIH KAMBANG

AIR LAUT PELABUHAN CAROCOK PAINAN

Page 188: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

EMBUNG LUBUK MATO KUCING

EMBUNG LUBUK MATO KUCING

Page 189: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,

ii

Page 190: STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH …datin.menlh.go.id/assets/berkas/SLHD_2010/Pesel... · upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal,