STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun...

34
1 Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Direktorat Jenderal Pengeloaan Sampah, Limbah dan B3 STATISKA 2019

Transcript of STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun...

Page 1: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

1

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Direktorat Jenderal

Pengeloaan Sampah, Limbah dan B3

STATISKA 2019

Page 2: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

2

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Daftar Isi

1. Pengelolaan Sampah…………………………………………………………... 1

1.1 Pengelolaan Sampah Nasional ............................................................................................ 1

1.2 Program Adipura ................................................................................................................. 2

1.3 Pemantauan Adipura ........................................................................................................... 3

2. Pengelolaan B3 ..................................................................................................... 4

2.1 B3 di Indonesia ................................................................................................................... 4

3. Pengelolaan Limbah B3 ...................................................................................... 8

3.1 Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 ................................................... 8

3.2 Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 ....................................... 10

3.3 Pemulihan Lahan Terkontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3................................. 15

Lampiran ........................................................................................................................ 17

Page 3: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

3

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

1.1. P

Pengelolaan Sampah Nasional

Salah satu isu yang mengkhawatirkan di

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir adalah

persoalan sampah. Hal ini akan berkaitan dengan

berbagai masalah yaitu kesehatan, daya dukung

lingkungan sampai ke daya saing ekonomi.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KLHK) melakukan revitalisasi konsep Adipura

yang merupakan sebagai salah satu instrumen

untuk mendorong perbaikan kualitas lingkungan

hidup yang bersih dan berkelanjutan sehingga

dapat meningkatkan daya saing.

Untuk mendukunga hal tersebut dilakukan

terobosan dengan menerbitkan peraturan

presiden nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan

dan strategi nasional (Jakstranas) Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga, yang mengamanatkan

keterlibatan seluruh pemangku kepentingan

untuk melakukan pengelolaan sampah

terintegrasi mulai dari sumber sampai ke

pemrosesan akhir.

Target pengurangan sampah sebesar 30 persen

dari timbulan sampah nasional dengan kegiatan

pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang

sampah, dan pemanfaatan kembali sampah atau

barang yang sudah dipakai. Sementara target

penanganan 70 persen dari timbulan sampah

nasional dengan kegiatan pemilahan,

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

pemrosesan akhir sampah.

1.2. Program ADIPURA

Monitoring dan penilaian kinerja pengelolaan

sampah secara garis besar dilakukan melalui

Program Adipura. Program Adipura

dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun,

pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan

baru dilaksanakan kembali pada tahun 2002.

Melalui program Adipura, program kerja

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

ini bertujuan mendorong kepemimpinan

kabupaten/kota dalam membangun partisipasi

aktif masyarakat serta dunia usaha untuk

mewujudkan kota yang berkelanjutan, baik

secara ekologis, sosial, dan ekonomi.

1. Pengelolaan Sampah

Page 4: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

4

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan

penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik di bidang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup demi

terciptanya lingkungan yang baik dan

peningkatan kesejahteraan rakyat. Penilaian

untuk Penghargaan Adipura dilakukan dalam

lingkup perkotaan, yaitu wilayah dengan

kegiatan utama bukan pertanian dan memiliki

susunan fungsi kawasan sebagai permukiman,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi. Harapannya, program Adipura ini

dapat mendorong peningkatan kota yang berskala

baik. Karena, kota berkelanjutan yang baik tentu

memiliki penanganan sampah yang baik. Jadi,

semakin banyak kota yang berskala baik,

penanganan sampah yang optimal juga akan terus

meningkat.

1.3. Pemantauan ADIPURA Program Adipura dilaksanakan pada 355

kabupaten/kota se-Indonesia, jumlah

kabupaten/kota ini hanya 69,07% dari jumlah

seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang

berjumlah 514 kabupaten/kota. Pada periode

2016/2017 ini jumlah kabupaten/kota yang

mendapat Nilai Adipura dengan kategori Baik

baru mencapai 213 kabupaten/kota. Hal ini

mengalami peningkatan dari periode 2015/2016

untuk kabupaten/kota yang mendapat Nilai

Adipura dengan kategori Baik mencapai 203

kabupaten/kota.

Peningkatan ini berdampak terhadap

peningkatan sampah yang dapat ditangani. Dari

target 120 ton sampah yang dapat ditangani,

dengan peningkatan pengelolaan sampah yang

baik, jumlah sampah yang dapat ditangani

meningkat menjadi 58,6 juta ton.

Salah satu kriteria penilaian Penghargaan

Adipura adalah daerah tersebut memiliki TPA

yang setidaknya dioperasikan dengan sistem

controlled landfill atau lahan uruk terkontrol.

Sistem controlled landfill dapat memaksimalkan

proses dekomposer sampah agar gas methan

dapat terbentuk dengan maksimal. Sehingga,

penurunan kualitas TPA pun dapat diminimalisir.

Selain kriteria itu, ada beberapa faktor

pertimbangan lain yang dapat memengaruhi

penilaian, yaitu kejadian kebakaran hutan dan

lahan, atau bencana lingkungan akibat

pertambangan yang menyebabkan kematian.

Sementara itu, Penghargaan Adipura Kencana

diberikan kepada kota yang memenuhi kriteria

TPA yang dioperasikan dengan sanitary landfill,

kota yang berkelanjutan, serta inklusif dengan

melibatkan masyarakat dan dunia usaha.

Pada periode 2014/2015 jumlah

kabupaten/kota yang mengoperasikan TPA tidak

secara open dumping mencapai 152

kabupaten/kota (43%) dari 357 kabupaten/kota

yang dipantau, sementara pada periode

2015/2016 terdapat kenaikan jumlah

kabupaten/kota yang mengoperasikan TPA tidak

secara open dumping yaitu mencapai 194

kabupaten/kota (55%) dari 355 kabupaten/kota

yang dipantau. Untuk periode 2016/2017 jumlah

kabupaten/kota yang mengoperasikan TPA tidak

secara open dumping yaitu mencapai 188

kabupaten/kota (53%) dari 355 kabupaten/kota

yang dipantau.

86

65

99

164

119

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2014 2015 2016 2017 2018

x P

en

eri

ma

Pe

ngh

arga

an

Tahun

Page 5: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

5

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

2.1. B3 di Indonesia

Dalam tiga dekade terakhir, penggunaan dan jumlah B3 semakin meningkat dan tersebar luas di semua sektor kehidupan. Apabila pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian bagi kesehatan manusia, makhluk hidup lainnya, serta kerusakan lingkungan, seperti pencemaran udara, tanah, air, dan pencemaran laut. Untuk itu, permasalahan B3 dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia menjadi fokus Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) hingga saat ini.

Agar pengelolaan B3 tidak mencemari lingkungan hidup dan untuk mencapai derajat keamanan tinggi, maka diperlukan peningkatan upaya pengelolaan B3 dengan baik dan terpadu. PP No.74 Tahun 2001 mendefi nisikan pengelolaan B3 sebagai kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan, dan atau membuang B3. Dalam kegiatan tersebut, maka ada berbagai pihak terkait yang merupakan mata rantai dalam pengelolaan B3. Setiap mata rantai tersebut memerlukan pengawasan dan pengaturan. Dalam PP No . 74 Tahun 2001 juga telah tercantum tentang kewajiban dan perizinan bagi mereka yang akan memproduksi, mengimpor, mengekspor, mendistribusikan, menyimpan, menggunakan, dan membuang bahan tersebut bila tidak dapat digunakan kembali.

Tujuan dari pengelolaan B3 ini tak lain untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh B3, serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan setiap kegiatan atau usaha yang berhubungan dengan B3, baik itu dari penghasil, pengumpul, pengangkut, pengolah, dan penimbun B3 harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula.

2. Pengelolaan B3

REGISTRASI

Ini adalah pendaftaran dan pemberian

nomor terhadap B3 yang ada di

wilayah Republik Indonesia. Dalam

PP No. 74 Tahun 2001, pasal 6 ayat 1

dikatakan bahwa setiap B3 yang

dihasilkan dan/atau diimpor wajib

didaftarkan oleh penghasil dan/atau

pengimpor. Kewajiban registrasi B3

ini hanya berlaku satu kali untuk B3

yang dihasilkan dan/atau diimpor

untuk pertama kalinya. Kini, registrasi

B3 khususnya untuk B3 impor telah

dilakukan secara online guna

mendukung keberhasilan program

penyampaian data dan informasi

secara tunggal dan sinkron atau INSW

(Indonesia National Single Window),

serta untuk menjamin transparansi.

NOTIFIKASI

Permohonan notifikasi hanya

diwajibkan terhadap kegiatan impor

dan ekspor. Notifikasi untuk ekspor

adalah pemberitahuan terlebih dahulu

dari otoritas negara pengekspor ke

otoritas negara penerima dan negara

transit apabila akan dilaksanakan

perpindahan lintas batas B3 yang

terbatas dipergunakan. Sedangkan,

notifikasi impor adalah pemberitahuan

terlebih dahulu dari otoritas negara

pengekspor apabila akan dilaksanakan

perpindahan lintas batas B3 yang

terbatas dipergunakan. Notifikasi

impor wajib disampaikan oleh otoritas

negara pengekspor kepada instansi

yang bertanggung jawab di negara

tujuan impor.

Page 6: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

6

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

PENGANGKUTAN B3

Pengaturan pengangkutan B3

diselenggarakan dengan tujuan untuk

mewujudkan lalu lintas dan angkutan

B3 yang selamat, aman, lancar, tertib,

dan teratur, serta mampu memadukan

dengan moda transportasi lainnya.

Dalam pengangkutan B3 wajib

dilakukan dengan menggunakan alat

angkut sesuai dengan kategori dan

jenis dari B3 itu sendiri, pengangkutan

B3 wajib memiliki rekomendasi

pengangkutan B3 dan izin

pengangkutan B3. Pemerintah

mengontrol peredaran B3 khususnya

melalui transportasi darat dengan

memberlakukan izin pengangkutan B3

bagi pihak-pihak yang ingin

melakukan aktivitas peredaran dan

pengangkutan B3. Izin pengangkutan

B3 dikeluarkan oleh Kementerian

Perhubungan berdasarkan

rekomendasi pengangkutan B3 dari

Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

Jika terjadi pencemaran akibat limbah B3, maka harus dilakukan upaya optimal agara kualitas lingkungan kembali seperti semula. Kebijakan pengelolaan B3 yang ada saat ini masih diselenggarakan secara parsial oleh beberapa instansi terkait, dan setiap kegiatan pengelolaan B3 tersebut harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hal ini berarti, setiap aktivitas tahapan pengelolaan B3 harus dilaporkan kepada KLHK. Dan untuk pengelolaan B3 di daerah, selain dilaporkan kepada KLHK, juga dilaporkan kepada Badan/ Dinas yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan di daerah.

Ragam dan jumlah limbah B3 dipastikan semakin

meningkat pada tahun-tahun mendatang. Agar peredaran

B3 tetap terkontrol, maka kegiatan pengawasan B3 dengan

skala yang lebih besar dan terus menerus perlu

ditingkatkan. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran,

maka setiap pihak yang mengimpor, memproduksi,

menggunakan B3, atau melakukan aktivitas B3 wajib

melakukan registrasi, notifikasi, dan rekomendasi

pengangkutan B3 kepada pihak yang berwenang.

379

1,62

4

1,61

2 1,82

0

804

771 86

3

678

604

- - - -

879

1,36

5

861

0 025

205

185

86

82

29

0 0 0- 37

69 14

6

84

102

73

0 014

15

60

88

79

6 25 0 0- -

76

31

65

24

57

0 0

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

AX

IS T

ITLE

AXIS TITLE

REGISTRASI B3

SK Registrasi B3 Baru SK Registrasi B3 Perpanjangan SK tidak diregistrasi

SK Perubahan SK Penolakan SK Penggabungan

Page 7: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

7

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

.

8

19

27

55

35

57

56

67

45

1

5

15

22

18

62

42

0

24

17

6

13

10 1

5

15

0

72

21

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

SUR

AT

TAHUN

NOTIFIKASI B3

Persetujuan impor Penolakan impor Masih dalam proses7

2

66

63

0

53

48

76

89

12

1

2 2

18

0

7 11

2 0 05

13

8

0 4

12

0 5 0

2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

SUR

AT

TAHUN

REKOMENDASI PENGANGKUTAN B3

Rekomendasi diterbitkan Surat Keterangan diterbitkan Masih dalam proses

Page 8: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

8

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

3.1. Verifikasi Pengelolaan Limba B3 dan Limbah Non B3

Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 333 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, beberapa peraturan telah dirancang sesuai dengan Rancangan Peraturan Menteri (PERMEN) LHK. Permohonan pengelolaan limbah B3 yang diajukan melalui Unit Pelayanan Terpadu KLHK harus melalui proses verifikasi administrasi dan validasi administrasi. Verifikasi dilakukan melalui rapat pembahasan teknis dan verifikasi lapangan. Proses penerbitan dilakukan setelah semua tahap administrasi dan teknis ditandatangani Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3, dan diserahkan kepada Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Permohonan pengelolaan limbah B3 terdiri dari beberapa izin sebagai berikut: (1) Pengumpulan, (2) Pemanfaatan, (3) Pengolahan, (4) Penimbunan, (5) Dumping, (6) Pengangkutan, (7) Eksport Limbah B3, dan (7) Impor Limbah Non B3.

Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengumpulan limbah B3 skala nasional berlaku untuk semua jenis limbah B3 yang bisa dikumpulkan dan tidak terbatas pada jenis limbah B3 berupa minyak pelumas bekas saja. Selama tahun 2015, permohonan izin pengumpulan limbah B3 yang diterima sebanyak 41 permohonan, sebanyak 31 permohonan telah diterbitkan SK, Notifikasi dan Rekomendasi, sebanyak 6 permohonan masih dalam proses penerbitan SK, Rekomendasi dan Notifikasi, sebanyak 2 permohonan belum memenuhi persyaratan administrasi dan teknis, serta sebanyak 2 permohonan ditolak / dikembalikan kepada pengusul.

3. Pengelolaan Limbah B3

2019 2018 2017 2016 2015

580 588

647

782

923

Page 9: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

9

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Kegiatan pemanfaatan limbah B3 yang dilakukan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3 diatur dalam PP No. 101 tahun 2014 Pasal 54 ayat 1, 2, dan 3. Hal yang dibahas dalam PP tersebut meliputi pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan baku, substitusi sumber energi, dan pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mempertimbangkan ketersediaan teknologi yang akan digunakan, standar produk hasil pemanfaatan, dan standar kualitas lingkungan hidup yang berlaku.

Perizinan yang dikeluarkan dalam rangka Pemanfaatan Limbah B3, jenis izinnya meliputi:

1. Izin Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku, 2. Izin Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi, 3. Izin Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku,

Kegiatan verifikasi lapangan Pengolahan Limbah B3 dilaksanakan untuk memastikan kondisi di lapangan sesuai dengan dokumen yang diajukan oleh pemohon usaha atau kegiatan ke Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3. Verifikasi lapangan dilakukan setelah proses pembahasan teknis kegiatan Pengolahan Limbah B3 antara KLHK dengan pemohon usaha dan/atau kegiatan. Sementara itu, jenis perizinan pengolahan limbah B3 pada tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1) Insinerator; 2) Boiler; 3) Elektrokoagulasi; 4) Bioremediasi; 5) Tank Cleaning, 6)Sludge Oil Recovery

Permohonan rekomendasi terdiri dari perpanjangan rekomendasi yang telah habis masa berlakunya, penambahan alat angkut baru bagi perusahaan yang telah memiliki Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3, dan perusahaan pengangkutan limbah B3 baru. Perusahaan pengangkut yang baru mengajukan rekomendasi pada tahun 2015 adalah 109 perusahaan (38%). Tumbuhnya jumlah rekomendasi pengangkutan limbah B3 sebagian disebabkan perubahan legalitas perusahaan pengangkut limbah B3 dari bentuk badan usaha ke bentuk badan hukum, sehingga memiliki identitas baru dan mendapatkan kode manifes yang baru. Diantara pemohon rekomendasi pengangkutan limbah B3 terdapat 5 perusahan penghasil limbah B3. Alasan melakukan upaya pengangkutan limbah B3 sendiri antara lain karena tidak tersedia jasa pengangkut limbah B3 atau guna mempermudah proses pelaksanaan izin pemanfaatan limbah B3 yang telah dimiliki perusahaan.

Dalam hal importasi limbah non B3 dan notifikasi ekspor limbah B3, kami merujuk pada Konvensi Basel, yang telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 61 Tahun 1993. Pada tahun 2015, delegasi Indonesia hadir pada COP (Conference of The Parties) ke-12 di Jenewa, Swiss. Rujukan pelaksanaan ekspor limbah B3 juga sesuai dengan Annex VA dan Annex VB dalam Konvensi Basel.

Setiap eksportir yang akan melakukan ekspor limbah B3 wajib mengajukan permohonan notifikasi, mengisi formulir notifikasi ekspor limbah B3 dan memiliki izin ekspor limbah B3, memiliki kerja sama dengan importir di negara tujuan, dan memiliki asuransi untuk menjamin bila terjadi kecelakaan, penahanan, atau keharusan reekspor terhadap limbah B3 tersebut. Untuk permohonan ekspor limbah B3 yang disetujui, pemerintah akan mengeluarkan surat notifikasi yang merupakan surat pemberitahuan ekspor limbah B3 dari Pemerintah Indonesia ke Pemerintah negara tujuan ekspor tersebut.

Page 10: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

10

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Dalam Permendag Nomor 39 Tahun 2009, limbah non B3 yang dapat diimpor hanya yang berupa iron/metal scrap, paper scrap, plastic scrap, glass scrap, cotton scrap, dan latex scrap. Sementara, menurut PP No. 101 Tahun 2014 (pasal 74–75 dan pasal 123–124), setiap orang yang menghasilkan limbah B3, namun tidak mampu melakukan sendiri pengolahan limbah B3 yang dihasilkannya dan tidak tersedia teknologi pemanfaatan limbah B3 dan/atau pengolahan limbah B3 tersebut di dalam negeri, maka dapat melakukan ekspor limbah B3 yang dihasilkannya ke negara lain yang dapat mengolah limbah B3 itu.

Tahun 2017, pelayanan izin Pengelolaan Limbah B3 dan Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 telah berhasil secara penuh menggunakan sistem aplikasi online sebagai tanggapan dari hasil audit kinerja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2016 yang menyatakan bahwa lama waktu pelayanan izin masih melebihi batas waktu 45 (empat puluh lima hari) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3. Terjadi peningkatan kinerja waktu pelayanan izin yang sangat signifikan setelah diberlakukan permohonan izin secara online. Hal ini dapat disebabkan :

a. Dokumen permohonan izin yang diterima Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 dari PTSP KLHK telah lengkap dari aspek administratif sehingga tidak perlu lagi dilakukan validasi administratif.

b. Dokumen teknis lebih terarah sehingga tidak memerlukan waktu pembahasan teknis yang panjang.

3.2. Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3

Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini semakin berkembang pesat, sehingga jumlah industri di Indonesia semakin bertambah. Perkembangan tersebut memberikan konsekuensi terhadap lingkungan, seperti pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah yang diakibatkan dari kegiatan industri yang menghasilkan limbah, termasuk limbah B3 dan limbah non B3. Lebih jauh lagi pencemaran akibat limbah B3 akan berdampak terhadap kesehatan manusia. Dalam rangka menekan laju pencemaran akibat limbah B3 dan limbah non B3 perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 untuk menekan angka pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan industri serta menurunkan resiko paparan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Page 11: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

11

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Pemerintah dalam hal ini harus memberikan pemahaman dan dorongan pada pelaku usaha bahwa Limbah B3 harus dikelola dan dapat dimanfaatkan kembali. Pemerintah pusat dan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan tugasnya masing-masing dituntut untuk menyusun peraturan yang diperlukan dalam pengelolaan limbah B3 untuk meningkatkan ketaatan pelaku usaha/kegiatan maupun masyarakat dalam mengelola limbah B3.

Berdasarkan Undang-Undang 32 tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfataan, pengolahan dan/atau penimbunan (Pasal 1 angka 11 PP Nomor 101 tahun 2014).

Dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan limbah B3 maka dilaksanakan pemantauan terhadap perusahaan atau pelaku usaha/kegiatan. Pemantauan pengelolaan limbah B3 dilakukan melalui mekanisme pemantauan langsung, pemantauan tidak langsung dan PROPER.

Hasil pemantauan pengelolaan limbah B3 tahun 2015 diperoleh data limbah B3 sejumlah 125,540,827.76 ton dari 269 perusahaan di sektor pertambangan, energi dan migas, sektor manufaktur, sektor agroindustri serta sektor prasarana dan jasa. Dari total limbah B3 yang dihasilkan diperoleh data limbah B3 yang dikelola sejumlah 125,254,890.13 ton (99.77%) dan limbah B3 yang tidak dikelola sejumlah 285,937.64 ton (0.23%).

Sedangkan hasil pemantauan pengelolaan limbah B3 tahun 2016 diperoleh data limbah B3 sejumlah 73.545.067,63 ton dari 295 perusahaan di sektor pertambangan, energi dan migas, sektor manufaktur, sektor agroindustri serta sektor prasarana dan jasa. Dari total limbah B3 yang dihasilkan diperoleh data limbah B3 yang dikelola sejumlah 73.538.149,89 ton (98.05%) dan limbah B3 yang tidak dikelola sejumlah 6.917,74 ton (1.95%). Limbah B3 yang tidak dikelola tersebut disebabkan adanya limbah B3 yang dikelola tanpa izin, diserahkan ke pihak ketiga tidak berizin dan di dumping tanpa izin (open dumping).

Jumlah industri yang dipantau pada tahun 2017 sebanyak 262 perusahan dengan rincian sektor manufaktur 68 perusahaan, industri prasarana dan jasa 86 perusahaan, industri pertambangan energi dan migas 55 perusahaan dan sektor agro 77 perusahaan. Sebaran lokasi pemantauan mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Metode pemantauan dilakukan melalui dua cara yaitu pemantauan langsung dan pemantauan tidak langsung. Data total limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan pemantauan adalah sebesar 73,545,067.63 Ton. Jumlah limbah B3 paling dominan didapatkan dari sektor pertambangan dan energi. Hal ini disebabkan karena pada sektor pertambangan dan energi memiliki area kerja dan kapasitas produksi yang sangat besar.

Kegiatan pemantauan pada sektor pertambangan, energi dan migas dilakukan terhadap 51 perusahaan. Berdasarkan hasil pemantauan, jumlah Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 55,063,993.82 ton dengan rincian jumlah Limbah B3 yang dikelola sebesar 55,060,917.97 ton dan Limbah B3 yang tidak dikelola sebesar 3,075.84 ton.

Page 12: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

12

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Pada tahun 2018, telah dilakukan pemantaun pengelolaan limbah B3 terhadap 399 industri, pemntauan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk 4 sektor, yaitu sektor pertambangan, energi dan migas, sektor mnufaktur, sektor agroindustri serta sektor prasarana dan jasa.

Pada tahun 2018 limbah B3 yang dikelola adalah sebesar 53.489.391,17 ton, untuk limbah sektor pertambangan, energi dan migas limbah yang terkelola sebesar 60,43% dengan jumlah industri 69 unit, untuk limbah sektor Prasarana dan Jasa limbah yang terkelola sebesar 6,47% dengan jumlah industri 89 unit, untuk limbah sektor Manufaktur yang terkelola sebesar 9,29% dengan jumlah industri 140 unit, dan untuk limbah sektor Agroindustri yang terkelola sebesar 23,80% dengan jumlah industri 101 unit.

Berdasarkan Pasal 53 ayat 1 PP 101 tahun 2014 menyatakan bahwa pemanfaatan limbah B3 wajib dilaksanakan setiap orang yang menghasilkan limbah B3. Pemanfaatan limbah B3 dimaksud adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi produk yang dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Limbah B3 dari sektor Pertambangan, Energi dan Migas (PEM) yang dimanfaatkan sebesar 45.013,82 ton (18,16%), sektor Manufaktur yang dimanfaatkan sebesar 28.629,07 ton (11,55%), sektor Agroindustri yang dimanfaatkan sebesar 33.358,93 ton (13,46%) dan sektor prasarana dan jasa sebesar 140.835,67 ton (56,83%). Data rekapitulasi pemanfaatan limbah B3 dapat dilihat pada lampiran. Secara umum limbah B3 dimanfaatkan sebagai batako, cone block, batubata, subsitusi bahan bakar, subsitusi bahan baku semen, subsitusi produk beton siap pakai, subsitusi bahan sand blasting, dll.

Berdasarkan hasil penilaian kinerja pengelolaan limbah B3 periode tahun 2016 terdapat 247.837,49 ton (0.003%) limbah B3 yang dimanfaatkan dari 73.545.067,63 ton jumlah limbah B3 yang dihasilkan oleh 295 perusahaan yang dipantau baik secara langsung, tidak langsung, maupun melalui metode PROPER.

Berdasarkan perbandingan tersebut, persentase pemanfaatan limbah B3 masih sedikit dilakukan baik oleh industri penghasil maupun jasa pemanfaat limbah B3. Hal ini disebabkan karena :

a. Sosialisasi bentuk-bentuk pemanfaatan limbah B3 masih belum banyak diketahui oleh industri-industri penghasil limbah B3;

b. Panduan teknis bentuk-bentuk pemanfaatan limbah B3 masih belum lengkap diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 berisi persyaratan dan ketentuan teknis pemanfaatan limbah B3 khusus untuk industri semen dan jasa pengumpul limbah B3 sebagai platform sebelum limbah B3 diserahkan ke industri semen untuk dimanfaatkan, sedangkan panduan teknis untuk bentuk-bentuk pemanfaatan limbah B3 lainnya seperti: pemanfaatan abu terbang (fly ash) sebagai material beton, material jalan, dan sebagai pembenah tanah masih belum tersedia.

Page 13: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

13

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

c. Industri yang melakukan pemanfaatan limbah B3 secara termal seperti: pemanfaatan sludge IPAL sebagai substitusi bahan bakar di boiler, pemanfaatan oil sludge sebagai bahan bakar di industri kapur, dan pemanfaatan limbah B3 di kiln semen belum dilengkapi dengan parameter dan baku mutu emisi yang spesifik untuk kegiatan tersebut. Selama ini parameter dan baku mutu masih menggunakan ketentuan sebagaimana Keputuan Kepala Bapedal Nomor: KepKaBapedal Nomor 03 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3 sehingga terdapat beberapa parameter yang tidak dapat dicapai dalam pemenuhan baku mutunya.

d. Industri yang melakukan pemanfaatan abu batubara sebagai substitusi bahan baku dalam pembuatan batako belum dilakukan secara maksimal. Beberapa hasil penilaian kinerja terhadap industri-industri ini, pemanfaatan limbah B3 hanya mencapai maksimal 10% dari jumlah limbah B3 yang dihasilkan sehingga masih terdapat potensi pembuangan abu batubara secara langsung ke lingkungan. Hal ini disebabkan karena pembuatan batako dari limbah dibatasi hanya untuk keperluan internal perusahaan saja sebagaimana tertuang dalam izin.

Capaian jumlah limbah B3 hasil pemantauan sebanyak 60,309,198.23 ton. Pencapaian tersebut antara lain dipegaruhi oleh adanya penghematan/pengurangan anggaran sehingga mengurangi kegiatan pemantauan ke perusahaan penghasil dan pengelola limbah B3 (jasa pengelola). Jumlah industri yang dipantau turun cukup siginikan, dari target 400 perusahaan namun realisasinya hanya 262 perusahaan atau 65,5% dari target yang telah ditetapkan. Konsekuensi dari kondisi ini adalah merekonstruksi kembali kegiatan pemantauan terutama terkait target perusahaan yang di pantau dalam rangka pencapaian kinerja limbah B3 yang harus didata. Inventarisasi industri yang dipantau menjadi hal mutlak yang dilakukan, agar pelaksanaanya tepat sasaran. Dari beberapa opsi penetapan industri yang dipantau, maka pilihanya adalah hanya dilakukan kepada industri yang menghasilkan limbah B3 cukup besar pada sektor manufaktur, agro industri, prasarana dan jasa dan pertambangan energi dan migas.

Capaian jumlah limbah B3 hasil pemantauan sebanyak 60,309,198.23 ton. Pencapaian disebabkan oleh adanya peningkatan tanggung jawab pengelolaan limbah B3 baik yang diserahkan kepada pihak maupun yang melakukan pengelolaan sendiri. Kinerja yang cukup baik tersebut dapat dikatakan sebagai gambaran keberhasilan dari kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Direktorat PKPLB3.

Limbah B3 dari sektor Pertambangan, Energi dan Migas (PEM) yang dimanfaatkan sebesar 13.476,54 ton, sektor Manufaktur yang dimanfaatkan sebesar 51.413,86 ton, sektor Agroindustri yang dimanfaatkan sebesar 103.519.09 ton dan sektor prasarana dan jasa sebesar 37.486,16 ton.

Pada tahun 2018, Limbah B3 yang dimanfaatkan adalah sebesar 7.215.987,65 ton, pada sektor Pertambangan, Energi dan Migas yang dimanfaatkan sebesar 56,43%, sektor Prasarana dan Jasa yang dimanfaatkan sebesar 0,54%, sektor Manufaktur yang dimanfaatkan sebesar 28,70% dan sektor Agroindustri yang dimanfaatkan sebesar 14,33%.

Kegiatan pemantauan kinerja pengelolaan Limbah B3 pada tahun 2019 dilakukan terhadap 450 perusahaan. Secara umum, hasil pemantauan kinerja terhadap perusahaana telah

Page 14: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

14

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

memenuhi ketentuan sesuai dengan izin dan peraturan 24 yang berlaku dibidang pengelolaan limbah B3. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembinaan yang dilakukan Direktorat PKPLB3 cukup berhasil. Jumlah industri yang dipantau kinerjanya telah sesuai dengan capaian target kinerja Direktorat PKPLB3 yaitu sejumlah 450 industri terdiri atas 140 perusahaan sektor manufaktur, 120 sektor prasarana dan jasa, 70 sektor pertambangan energi dan migas dan 110 sektor agroindustri. Sebaran lokasi pemantauan mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Total jumlah limbah B3 yang diperoleh dari kegiatan pemantauan kinerja industri sebesar 44.939.612,36 ton. Dari total data limbah B3 tersebut, 44.883.734,20 ton dikelola dan 285.410,30 ton tidak dikelola. Jenis pengelolaan yang dilakukan antara lain diolah, ditimbun, dimanfaatkan dan diserahkan ke pihak ketiga.

34 5

5

53 6

9 70

10

8

86

64 8

9 12

0

91

68

75

14

0

15

0

36

77

70 1

01

11

0

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

INDUSTRI YANG DIPANTAU(UNIT)

PEM Prasarana dan Jasa Manufaktur Agro Industri

90,4

17,3

11.5

7

65,1

64,1

17.4

7

55,

060

,918

32,

326

,110

39

,72

2,2

74

31,

36

5,7

93

.62

1,17

3,23

4.7

8

1,2

13,3

03

3,4

60,3

30

1,3

91,5

72

1,8

27,5

35.3

0

5,5

15,

539

.26

392,

72

2

4,9

71,0

36

1,0

11,5

19

2,1

65,7

22.

84

1,6

85,2

58.3

8

3,6

38,8

03

12,7

31,9

15

2,7

58,3

69

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

JUMLAH LIMBAH B3 YANG DIKELOLA(TON)

PEM Prasarana dan Jasa Manufaktur Agro Industri

Page 15: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

15

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

3.3. Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dan Limbah Non B3

sanakan didominasi oleh lahan terkontaminasi yang ada penanggung jawab kegiatannya. Lahan terkontaminasi yang ada penanggung jawab kegiatannya terdiri dari 2 (dua) sektor yaitu sektor Pertambangan Energi dan Migas dan Sektor Manufaktur, Agroindustri dan Jasa. Dengan demikian apabila diketegorikan berdasarkan sektornya maka pemulihan terbagi menjadi tiga (3) sektor yaitu sektor Pertambangan Energi dan Migas, Sektor Manufaktur, Agroindustri dan Jasa dan yang ketiga adalah sektor Non Institusi (tidak ada penanggung jawab kegiatannya).

Pada tahun 2015, jumlah tonase yang berhasil dipulihkan sebesar 389.354,07 ton dengan luas sebesar 63.423,11 m2. Tahun 2016 tonase yang berhasil dipulihkan mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu sejumlah 213.433,17 ton dengan luasan sebesar 83.287,67 m2. Pada tahun 2017 tonase yang dipulihkan mengalami kenaikan menjadi 767.107,12 ton dengan luasan lahan 318.713,76 m2. Meskipun jumlah tonase lahan terkontaminasi yang dipulihkan antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 berfluktuatif, tetapi apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan setiap tahunnya maka secara umum capaian kinerjanya dapat melebihi target yang ditetapkan.

Pada tahun 2017, jumlah tonase yang berhsil dipulihkan sebesar 767.107,12 ton dengan luas sebesar 86.912,76 m2. dengan 9 lokasi. Pada tahun 2018, jumlah tonase yang berhsil dipulihkan sebesar 76.098.366,32 ton dengan luas sebesar 469.041,03 m2 dengan 17 lokasi. Sedangkan pada tahun 2019, jumlah tonase lahan terkontaminasi Limbah B3 yang telah dipulihkan sebesar 768.483,11 Ton dengan persentase capaian sebesar 768,48%.

144,

173

.10

4,9

20,4

91.0

3

3,6

86,9

60.3

2

4,0

72,0

47.4

6

3,5

37,0

87.2

9

1,4

88,6

66.3

8

505,

928

.39

219,

399.

36

38,9

14.8

5

208,

066.

12

503,

483.

28

1,89

8,27

5.39

2,85

5,97

3.44

2,0

70,6

55.5

6

389,

466

.40

1,1

07,9

98.3

8

480,

139

.40

130,

787

.63

1,0

34,3

69.7

8

3,1

73.5

0

2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9

JUMLAH LIMBAH B3 YANG DIMANFAATKAN(TON)

PEM Prasarana dan Jasa Manufaktur Agro Industri

Page 16: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

16

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya

Page 17: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

No Nama Kota Kabupaten/Kota Provinsi Kategori KotaKeterangan

(Penghargaan)

1 2 3 4 5 6

1 Surabaya Kota Surabaya Jawa Timur Metropolitan Adipura Kencana

1 Tangerang Kota Tangerang Banten Metropolitan Adipura

2 Palembang Kota Palembang Sumatera Selatan Metropolitan Adipura

3 Balikpapan Kota Balikpapan Kalimantan Timur Besar Adipura

4 Padang Kota Padang Sumatera Barat Besar Adipura

5 Banjarmasin Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan Besar Adipura

6 Kudus Kabupaten Kudus Jawa Tengah Kecil Adipura

7 Banjarbaru Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan Kecil Adipura

8 Pare Pare Kota Pare Pare Sulawesi Selatan Kecil Adipura

9 Jombang Kabupaten Jombang Jawa Timur Kecil Adipura

10 Blitar Kota Blitar Jawa Timur Kecil Adipura

11 Mojokerto Kota Mojokerto Jawa Timur Kecil Adipura

12 Tulungagung Kabupaten Tulungagung Jawa Timur Kecil Adipura

13 Madiun Kota Madiun Jawa Timur Kecil Adipura

14 Bukittinggi Kota Bukittinggi Sumatera Barat Kecil Adipura

15 Bau Bau Kota Bau Bau Sulawesi Tenggara Kecil Adipura

16 Ambon Kota Ambon Maluku Kecil Adipura

17 Bitung Kota Bitung Sulawesi Utara Kecil Adipura

18 Sukabumi Kota Sukabumi Jawa Barat Kecil Adipura

19 Palopo Kota Palopo Sulawesi Selatan Kecil Adipura

20 Bontang Kota Bontang Kalimantan Timur Kecil Adipura

21 Kediri Kota Kediri Jawa Timur Kecil Adipura

22 Kendari Kota Kendari Sulawesi Tenggara Kecil Adipura

23 Payakumbuh Kota Payakumbuh Sumatera Barat Kecil Adipura

24 Jepara Kabupaten Jepara Jawa Tengah Kecil Adipura

25 Magelang Kota Magelang Jawa Tengah Kecil Adipura

26 Salatiga Kota Salatiga Jawa Tengah Kecil Adipura

27 Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara Kecil Adipura

28 Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun Kepulauan Riau Kecil Adipura

29 Lumajang Kabupaten Lumajang Jawa Timur Kecil Adipura

30 Pasuruan Kota Pasuruan Jawa Timur Kecil Adipura

31 Tanjung Pinang Kota Tanjung Pinang Kepulauan Riau Kecil Adipura

32 Probolinggo Kota Probolinggo Jawa Timur Kecil Adipura

33 Jayapura Kota Jayapura Papua Kecil Adipura

34 Purwokerto Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Kecil Adipura

35 Cilacap Kabupaten Cilacap Jawa Tengah Kecil Adipura

36 Lahat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Kecil Adipura

37 Turikale Kabupaten Maros Sulawesi Selatan Kecil Adipura

38 Malili Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan Kecil Adipura

39 Kotamobagu Kota Kotamobagu Sulawesi Utara Kecil Adipura

40 Lasusua Kabupaten Kolaka Utara Sulawesi Tenggara Kecil Adipura

41 Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah Kecil Adipura

42 Pangkajene Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan Kecil Adipura

43 Pinrang Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Kecil Adipura

Tabel 6.1. Kota-Kota Penerima Penghargaan Adipura Tahun 2018

Page 18: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

44 Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Kecil Adipura

45 Pati Kabupaten Pati Jawa Tengah Kecil Adipura

46 Barru Kabupaten Barru Sulawesi Selatan Kecil Adipura

47 Siak Sri Indrapura Kabupaten Siak Riau Kecil Adipura

48 Bulukumba Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan Kecil Adipura

49 Rantau Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan Kecil Adipura

50 Tidore Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara Kecil Adipura

51 Bangli Kabupaten Bangli Bali Kecil Adipura

52 Tanjung Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan Kecil Adipura

53 Bantaeng Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan Kecil Adipura

54 Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan Kecil Adipura

55 Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Kecil Adipura

56 Pangkajene Kabupaten Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan Kecil Adipura

57 Biak Kabupaten Biak Numfor Papua Kecil Adipura

58 Donggala Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah Kecil Adipura

59 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Kecil Adipura

60 Pamekasan Kabupaten Pamekasan Jawa Timur Kecil Adipura

61 Wonogiri Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah Kecil Adipura

62 Polewali Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat Kecil Adipura

63 Marabahan Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan Kecil Adipura

64 Batusangkar Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat Kecil Adipura

65 Toboali Kabupaten Bangka Selatan Kepulauan Bangka Belitung Kecil Adipura

66 Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan Kecil Adipura

67 Indramayu Kabupaten Indramayu Jawa Barat Kecil Adipura

68 Daik Kabupaten Lingga Kepulauan Riau Kecil Adipura

69 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan Kecil Adipura

70 Rangkasbitung Kabupaten Lebak Banten Kecil Adipura

71 Ciamis Kabupaten Ciamis Jawa Barat Kecil Adipura

72 Mojosari Kabupaten Mojokerto Jawa Timur Kecil Adipura

73 Sumenep Kabupaten Sumenep Jawa Timur Kecil Adipura

74 Watansoppeng Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan Kecil Adipura

75 Solok Kota Solok Sumatera Barat Kecil Adipura

76 Tuban Kabupaten Tuban Jawa Timur Kecil Adipura

77 Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur Kecil Adipura

78 Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur Kecil Adipura

79 Nganjuk Kabupaten Nganjuk Jawa Timur Kecil Adipura

80 Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Kecil Adipura

81 Pacitan Kabupaten Pacitan Jawa Timur Kecil Adipura

82 Muara Bungo Kabupaten Bungo Jambi Kecil Adipura

83 Purworejo Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Kecil Adipura

84 Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Kecil Adipura

85 Wlingi Kabupaten Blitar Jawa Timur Kecil Adipura

86 Liwa Kabupaten Lampung Barat Lampung Kecil Adipura

87 Situbondo Kabupaten Situbondo Jawa Timur Kecil Adipura

88 Trenggalek Kabupaten Trenggalek Jawa Timur Kecil Adipura

89 Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah Kecil Adipura

90 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Kecil Adipura

91 Bengkalis Kabupaten Bengkalis Riau Kecil Adipura

92 Muara Enim Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan Kecil Adipura

93 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau Kecil Adipura

Page 19: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

94 Caruban Kabupaten Madiun Jawa Timur Kecil Adipura

95 Sungailiat Kabupaten Bangka Kepulauan Bangka Belitung Kecil Adipura

96 Tanjung Redeb Kabupaten Berau Kalimantan Timur Kecil Adipura

97 Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan Lampung Kecil Adipura

98 Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur

Sumatera Selatan Kecil Adipura

99 Koba Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung Kecil Adipura

100 Prabumulih Kota Prabumulih Sumatera Selatan Kecil Adipura

101 Lamongan Kabupaten Lamongan Jawa Timur Kecil Adipura

102 Bangko Kabupaten Merangin Jambi Kecil Adipura

103 Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah Kecil Adipura

104 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Kecil Adipura

105 Banjar Kota Banjar Jawa Barat Kecil Adipura

106 Padang Panjang Kota Padang Panjang Sumatera Barat Kecil Adipura

107 Painan Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat Kecil Adipura

108 Manggar Kabupaten Belitung Timur Kepulauan Bangka Belitung Kecil Adipura

109 Ngawi Kabupaten Ngawi Jawa Timur Kecil Adipura

110 Amlapura Kabupaten Karangasem Bali Kecil Adipura

111 Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan Kecil Adipura

112 Sinjai Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan Kecil Adipura

113 Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara Kecil Adipura

114 Bangkinang Kabupaten Kampar Riau Kecil Adipura

115 Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Kecil Adipura

116 Limboto Kabupaten Gorontalo Gorontalo Kecil Adipura

117 Kepanjen Kabupaten Malang Jawa Timur Kecil Adipura

118 Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Kecil Adipura

119 Sawahlunto Kota Sawahlunto Sumatera Barat Kecil Adipura

1 Batu Kota Batu Jawa Timur Sedang Sertifikat Adipura

2 Kebumen Kabupaten Kebumen Jawa Tengah Sedang Sertifikat Adipura

3 Cilegon Kota Cilegon Banten Sedang Sertifikat Adipura

4 Nunukan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara Kecil Sertifikat Adipura

5 Paringin Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan Kecil Sertifikat Adipura

6 Muntok Kabupaten Bangka Barat Kepulauan Bangka Belitung Kecil Sertifikat Adipura

7 Sampang Kabupaten Sampang Jawa Timur Kecil Sertifikat Adipura

8 Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan Kecil Sertifikat Adipura

9 Pattallassang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan Kecil Sertifikat Adipura

10 Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur Kecil Sertifikat Adipura

No Lokasi Terbaik Kabupaten/Kota Provinsi Kategori KotaKeterangan

(Penghargaan)

1 Pasar Kota Jakarta Selatan DKI Jakarta Metropolitan Plakat Adipura

2 Taman Kota Kota Kendari Sulawesi Tenggara Sedang Plakat Adipura

3 Hutan Kota Kota Jakarta Timur DKI Jakarta Metropolitan Plakat Adipura

4 Terminal Kota Malang Jawa Timur Besar Plakat Adipura

5 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Balikpapan Kalimantan Timur Besar Plakat Adipura

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

Page 20: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Tabel 6.2. Jumlah Penerima Penghargaan Program Adipura Tahun 2014 s.d. 2018

Jumlah

2

86

65

99

164

136

Sumber : Ditjen PSLB3

2017

2018

Tahun

1

2014

2015

2016

Page 21: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Tabel 6.3. Pelaksanaan Registrasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2019

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 379 1,624 1,612 1,820 804 771 863 678 604

2 - - - - 879 1,365 861 - -

3 25 205 185 86 82 29 - - -

4 - 37 69 146 84 102 73 - -

5 14 15 60 88 79 6 25 - -

6 - - 76 31 65 24 57 - -

418 1,881 2,002 2,171 1,993 2,297 1,879 678 604

Sumber : Ditjen PSLB3

No. Kegiatan

SK tidak diregistrasi

SK Perubahan

SK Penolakan

SK Penggabungan

Jumlah

Tahun

2

SK Registrasi B3 Baru

SK Registrasi B3 Perpanjangan

Page 22: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Persetujuan impor 8 19 27 55 35 57 56 67 45

2 Penolakan impor 1 5 15 22 18 62 42 - 24

3 Masih dalam proses 17 6 13 10 15 15 - 72 21

Jumlah 26 30 55 87 68 134 98 139 90

Sumber : Ditjen PSLB3

Tabel 6.4. Pelaksanaan Notifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2019

TahunNo. Kegiatan

Page 23: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Tabel 6.5. Jumlah Perusahaan Yang Dilakukan Pemantauan Kinerja Pengelolaan

Limbah B3 Berdasarkan Metode 2019

Pemantauan

Langsung

Pemantauan Tidak

Langsung

Pemantauan

Langsung

Pemantauan Tidak

Langsung

Pemantauan

Langsung

Pemantauan Tidak

Langsung

Pemantauan

Langsung

Pemantauan Tidak

Langsung

Pemantauan

Langsung

Pemantauan Tidak

Langsung

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pertambangan, Energi dan Migas (PEM) 19 15 25 30 26 27 29 40 37 33

2 Prasarana dan Jasa 42 66 30 56 45 19 53 36 72 48

3 Manufaktur 48 43 20 48 23 52 91 49 100 50

4 Agro Industri 12 24 35 42 30 40 38 63 61 49

Jumlah 121 148 110 176 124 138 211 188 270 180

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

2018 2019

No. Sub Sektor

2015 2016 2017

Page 24: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah

B3 Yang Dikelola

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang Dikelola

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang Dikelola

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang Dikelola

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang Dikelola

(Ton)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 PEM 34 90,417,311.57 55 65,164,117.47 53 55,060,917.97 69 32,326,110 70 39,722,274

2 Prasarana dan Jasa 108 31,365,793.62 86 1,173,234.78 64 1,213,303.50 89 3,460,330 120 1,391,572

3 Manufaktur 91 1,827,535.30 68 5,515,539.26 75 392,722.52 140 4,971,036 150 1,011,519

4 Agro Industri 36 2,165,722.84 77 1,685,258.38 70 3,638,803.42 101 12,731,915 110 2,758,369

Jumlah 269 125,776,363.33 286 73,538,149.89 262 60,305,747.41 399 53,489,391.17 450 44,883,734.47

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

2018 2019

No. Sub Sektor

Tabel 6.6. Jumlah Limbah B3 Yang Dikelola 2019

2015 2016 2017

Page 25: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah

B3 Yang

Dimanfaatkan

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang Dimanfaatkan

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang

Dimanfaatkan

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang

Dimanfaatkan

(Ton)

Jumlah

Industri

(Unit)

Jumlah Limbah B3

Yang Dimanfaatkan

(Ton)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 PEM 34 144,173.10 55 4,920,491.03 53 3,686,960.32 69 4,072,047.46 70 3,537,087.29

2 Prasarana dan Jasa 108 1,488,666.38 86 505,928.39 64 219,399.36 89 38,914.85 120 208,066.12

3 Manufaktur 91 503,483.28 68 1,898,275.39 75 2,855,973.44 140 2,070,655.56 150 389,466.40

4 Agro Industri 36 1,107,998.38 77 480,139.40 70 130,787.63 101 1,034,369.78 110 3,173.50

Jumlah 269 3,244,321.14 286 7,804,834.21 262 6,893,120.75 399 7,215,987.65 450 4,137,793.31

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

2018 2019

No. Sub Sektor

Tabel 6.7. Jumlah Limbah B3 Yang Termanfaatkan 2019

2015 2016 2017

Page 26: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Permohonan

Belum Memenuhi

Persyaratan

Administrasi &

Teknis

SK, Rekomendasi

dan Notifikasi

Dalam Proses

Penerbitan SK,

Notifikasi dan

Rekomendasi

Permohonan

Ditolak/

Dikembalikan

1 2 3 4 5 6 7

1 Pengumpulan 33 - 4 29 -

2 Pemanfaatan 191 - 44 147 -

3 Pengolahan 81 - 26 55 -

4 Penimbunan 18 - 2 16 -

5 Dumping 16 - 1 15 -

6 Pengangkutan 424 - 24 400 -

7 Ekspor Limbah B3* 56 - 33 23 -

8 Impor Limbah Non B3 102 - 29 73 -

Jumlah 921 - 163 758 0

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

Tabel 6.8. Penerbitan Izin Pengelolaan Limbah B3 Tahun 2019

Jumlah

No.Jenis Perizinan/Notifikasi/

Rekomendasi

Page 27: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Rekomendasi diterbitkan 72 66 63 - 53 48 76 89 121

2 Surat Keterangan diterbitkan 2 2 18 - 7 11 2 - -

3 Masih dalam proses 5 13 8 - 4 12 - 5 -

Jumlah 79 81 89 0 64 71 78 94 121

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

Tabel 6.9. Rekomendasi Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2019

TahunNo Kegiatan

Page 28: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

Luas Tonase

(m2) (ton)

1 2 3 4 5 6

A

1 Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa

SelatanFly ash dan bottom ash 322,54 876,66

2 Riau

Kabupaten Rokan

Hilir

A306-1 (Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

6,67 0,50

3 Riau

Kabupaten Rokan

Hilir

A306-1 (Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

84,00 11,41

4 Jawa Barat

Kabupaten

Indramayu

B351-3(Sludge oil

treatment dan/atau

penyimpanan), B351-

3(Sludge oil treatment

dan/atau penyimpanan)

23.160,00 7.058,56

5 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

2.334,66 1.910,07

6 Papua Barat

Kabupaten Sorong,

Papua Barat

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

3.715,04 8.559,00

7 Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai

Timur

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

561,00 832,48

8 Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai

Timur

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

544,00 862,98

9 Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai

Timur

B334-1(Limbah dari

proses tanning dan

finishing antara lain blue

sheetings, shavings,

cutting, bufffing dust , yang

mengandung Cr)

152,00 272,33

No. Provinsi LokasiJenis Limbah B3

Sumber Kontaminasi

Tabel 6.10. Rekapitulasi Hasil Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 Tahun 2019

Sektor PEM

Page 29: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

10 Kalimantan Timur

Kota Balikpapan

A307-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam meliputi: 1. Sludge

kilang minyak primer dari

hasil pemisahan gravitasi

minyak, air dan padatan

selama penyimpanan

dan/atau pengolahan.

Sludge tersebut termasuk

yang dihasilkan)

5.129,97 37.128,36

11 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

1.349,90 1.665,62

12 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

21.100,30 19.236,67

13 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

1.491,09 167,75

14 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

8.086,03 6.371,40

15 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

50.371,59 32.747,64

16 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak

bumi atau gas alam)

8.582,02 4.219,54

17 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak

bumi atau gas alam)

35.076,50 22.349,75

18 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

13.143,53 7.979,16

Page 30: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

19 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

1.425,79 1.892,38

20 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

24.491,84 45.894,35

21 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

89.776,46 43.594,46

22 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

2.685,06 1.756,05

23 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam)

5.401,21 5.005,45

24 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam),

9.452,43

22.703,10

25 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam),

7.732,38

9.646,08

26 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam),

18.716,32

24.677,67

27 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam),

20.137,93

41.235,73

28 Riau

Kabupaten Siak

A306-1(Sludge dari

proses produksi dan

fasilitas penyimpanan

minyak bumi atau gas

alam),

34.444,00

29.630,66

B

1 Banten Kab. Tangerang Limbah terkontaminasi B3 311.83 230.65

2 Lampung Kab. Lampung Tengah Fly ash dan Bottom ash 1,865.00 5,324.18

C

Sektor Agroindustri

Sektor Manufaktur

Page 31: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

1 DKI Jakarta Kota Jakarta Timur Sand Foundry 36,20  52,85 

2 Jawa Barat Kab. Bandung Fly ash dan bottom ash 2.762,00  1.944,74 

3 Sumatera Utara

Kab. Batubara

B107d (Limbah elektronik

termasuk cathode ray tube

(CRT), lampu TL, printed

circuit board (PCB), karet

kawat (wire rubber ), B313-4

(Katoda (spent pot lining )

58.584,00 368.755,00

D

1 Banten Kab. Tangerang Kerak Oli dan Bottom ash 800 200.52

2 Jawa Barat

Kab. Karawang

B409(Fly ash ), B402(Steel

slag ), B309-3(Pasir foundry

(sand foundry ) & debu

cupola), B410(Bottom ash ),

1,396.49 13,689.36

E

1 Jawa BaratKabupaten Cirebon Merkuri 949.30 2,266.90

Sumber : Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3

Sektor Non Institusi

Sektor Jasa

Page 32: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

NO SEKTOR DAN PERUSAHAAN LOKASIJENIS LIMBAH B3 SUMBER

KONTAMINASILUAS TONASE

PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN TANAH

TERKONTAMINASI LIMBAH B3

PERUNTUKAN BEKAS LAHAN

TERKONTAMINASI LIMBAH B3

1 2 3 4 5 6 7 8

37080.23DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

48.13DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

2.

Chevron Pacific Indonesia - Rokan Hilir - Kabupaten

Rokan Hilir, Sekitar Tanggul Kolam Aerasi pada

Fasilitas GS Seruni [Migas]

Kabupaten Rokan

Hilir. RiauCrude Oil 6.67 0.50 DITIMBUN - LANDFILL Dikembalikan ke pemilik lahan

2.18 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

0.28 DITIMBUN - LANDFILL

8.95 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

4.Perusahaan Listrik Negara (PLN) - Sektor Pembangkit

Minahasa PLTU II Sultra (Amurang) [Energi]

Kabupaten

Minahasa Selatan.

Sulawesi Utara

B409(Fly ash), B410(Bottom

ash), 322.54 876.66

DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

Lahan yang telah dipulihkan akan

dijadikan taman.

657.68 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

3,137.88 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

3,263.00 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

907.40 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

530.17 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

472.50 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

7. PETROGAS (BASIN) LTD - KMT Sludge Pit-1 [Migas]Kabupaten Sorong.

Papua Barat

A306-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak bumi

atau gas alam),

3,715.04 8,559.00 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

8.PT Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field - Area Bekas

Fasilitas Bioremediasi [Migas]

Kabupaten Kutai

Timur. Kalimantan

Timur

A306-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak bumi

atau gas alam),

561.00 832.48 DITIMBUN - LANDFILL

9.PT Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field - ST-193

[Migas]

Kabupaten Kutai

Timur. Kalimantan

Timur

A306-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak bumi

atau gas alam),

544.00 862.98 DITIMBUN - LANDFILL

10.PT Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field - ST-184

[Migas]

Kabupaten Kutai

Timur. Kalimantan

Timur

B334-1(Limbah dari proses

tanning dan finishing antara

lain blue sheetings, shavings,

cutting, bufffing dust, yang

mengandung Cr),

152.00 272.33 DITIMBUN - LANDFILL

11.

PT PERTAMINA RU V BALIKPAPAN - Plot A1-2, A1-3,

A2, A3, A4, A8, B3, C2, C3, E2, E3, F1, A1-1, B2, B6,

C1-1, C1-2, C1-3, E1, dan E5 [Migas]

Kota Balikpapan.

Kalimantan Timur

A307-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak bumi

atau gas alam meliputi:

1. Sludge kilang minyak

primer dari hasil pemisahan

gravitasi minyak, air dan

padatan selama

penyimpanan dan/atau

pengolahan. Sludge tersebut

termasuk yang dihasilka),

5,129.97 37,128.36 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

476.97

661.17

506.48

21.00

16,812.42 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

2,424.25 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

14.Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 4B-27

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 1,491.09 167.75

DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

5,283.70 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

1,087.70 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

26,119.54 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

6,628.10 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

405.15 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

1,104.45 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

420.00 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 7E-58

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 1,349.90

Tabel 6.11. Jenis-Jenis Pengelolaan Limbah B3 Dari Hasil Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3

Sesuai SSPLT Yang Dikeluarkan Tahun 2019

SEKTOR PEM

Chevron Pacific Indonesia - Rokan Hilir - Kabupaten

Rokan Hilir, Seruni 15 [Migas]

5,129.97

A306-1(Sludge dari proses

produksi dan fasilitas

penyimpanan minyak bumi

atau gas alam),

Kota Balikpapan.

Kalimantan TimurPT Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan 1.

Kabupaten Rokan

Hilir. RiauCrude Oil 84.00 Dikembalikan ke pemilik lahan

PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan -

Jl. Raya Balongan KM.9 Indramayu 45217 [Migas]

Kabupaten

Indramayu. Jawa

Barat

B351-3(Sludge oil treatment

dan/atau penyimpanan),

B351-3(Sludge oil treatment

dan/atau penyimpanan),

23,160.00

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 10D-14

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 2,334.66 DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 3D-41

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 50,371.59

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Nearby Rumbai

Minas Bypass [Migas]Crude Oil 8,582.02

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 4D-25NP1

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 21,100.30

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 3D-64

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 8,086.03

17.

3.

5.

6.

12.

13.

15.

16.

Kabupaten Siak. Riau

Page 33: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

2,289.94 DITIMBUN - LANDFILL

13,021.85 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

10.50 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

9,317.40 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

1,140.35 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

6,053.82 DITIMBUN - LANDFILL

784.99 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

1,316.38 DITIMBUN - LANDFILL

576.00 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

6,776.84 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

1,960.50 DITIMBUN - LANDFILL

7,529.92 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

21,237.27 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

8,389.82 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

15,208.48 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

15,899.99 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

1,349.00 DITIMBUN - LANDFILL

11,136.99 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

23Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 5D-68

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 2,685.06 1,756.05

DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

204.37 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

1,308.00 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

3,493.08 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

10,712.75 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

10,303.03 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

1,687.32 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

2,641.54 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

2,135.99 DITIMBUN - LANDFILL

4,868.55 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

8,347.93 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

8,147.63 DITIMBUN - LANDFILL

4,169.65 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

4,012.46 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

12,895.68 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

14,185.12 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

5,224.48 DITIMBUN - LANDFILL

8,930.18 DIOLAH - FITOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN TANAMAN)

16,482.03 DIOLAH - BIOREMEDIASI (PENGOLAHAN

MENGGUNAKAN BAKTERI)

12,269.79 DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKAR

(KILN SEMEN/BOILER)

878.84 DITIMBUN - LANDFILL

1 Indonesia Asahan Aluminium [Manufaktur]

Kabupaten

Batubara. Sumatera

Utara

B107d(Limbah elektronik

termasuk cathode ray tube

(CRT), lampu TL, printed

circuit board (PCB), karet

kawat (wire rubber)), B313-

4(Katoda (spent pot lining)),

58,584.00 368,755.00 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

dimanfaatkan untuk pengembangan

pabrik

2 Bumi Agung Perkasa Indah [Manufaktur]Kota Jakarta Timur.

DKI Jakarta

B309-3(Pasir foundry (sand

foundry) & debu cupola), 36.20 52.85

DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

Di manfaatkan sebagai gudang

material

3 Gistex [Manufaktur]Kabupaten Bandung.

Jawa Barat

B409(Fly ash), B410(Bottom

ash), 2,762.00 1,944.74

DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

Dimanfaatkan sebagai bak

penampung air dari proses wet

scrubber

3038.24DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)

2285.94DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN API

DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

SEKTOR MAJA

PT GREAT GIANT PINEAPPLE [Agroindustri]Kabupaten Lampung

Tengah. Lampung

B409(Fly ash), B410(Bottom

ash), 1,865.00 dimanfaatkan menjadi lahan hijau

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Nearby Rumbai

Minas Bypass [Migas]Crude Oil 8,582.02

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 6D-57

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 1,425.79

DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

DIKEMBALIKAN KE FUNGSI SEMULA

DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 9C-99

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 35,076.50

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 8C-66

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 13,143.53

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 5C-24

[Migas]Crude Oil 5,401.21 DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 4D-73

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 9,452.43

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 5E-99

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 24,491.84 DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 5E-15

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 89,776.46

17.

18.

19

DIKEMBALIKAN KE FUNGSI SEMULA

Kabupaten Siak. Riau

DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 3E-83

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 20,137.93

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 7E-69

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil29

4

25

26

27

28

20

21.

22.

24 Kabupaten Siak. Riau

34,444.00

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 4B-58

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 7,732.38

Chevron Pacific Indonesia - SIAK - Minas 4B-15

[Migas]Kabupaten Siak. Riau Crude Oil 18,716.32

Page 34: STATISKA 2019pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik...dilaksanakan setiap tahun sejak 1986. Namun, pada tahun 1998 program ini sempat terhenti dan baru dilaksanakan

5 PT. LAGUNA INDUSTRI NUSANTARA [Jasa]Kabupaten

Tangerang. Banten

B301-4(Residu proses

produksi atau kegiatan), 800.00 200.52

DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN APIdipergunakan sebagai gudang

6 PT. Haromaien Prima Artha [Jasa]

Kabupaten

Karawang. Jawa

Barat

B409(Fly ash), B402(Steel

slag), B309-3(Pasir foundry

(sand foundry) & debu

cupola), B410(Bottom ash),

1,396.49 13,689.36 DIMANFAATKAN - BATAKO, PAVING BLOK,

BATA MERAH, BATA TAHAN APIdipergunakan sebagai gudang

7 PT PACINESIA CHEMICAL INDUSTRY [Manufaktur]Kabupaten

Tangerang. Banten

A108d(Limbah

terkontaminasi B3), 311.83 230.65

DIMANFAATKAN - SUBTITUSI BAHAN BAKU

(SEMEN, MATERIAL SUBGRADE)dimanfaatkan menjadi lahan hijau

1 Kabupaten LebakKabupaten Lebak,

Provinsi Banten Mercuri 1,500.00 2,266.90 DI TIMBUN-LANDFILL DIKEMBALIKAN FUNGSI SEMULA

SEKTOR NON INSTITUSI