stasiun 1

4
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Makrozoobentos adalah hewan bentos yang berukuran lebih dari 1 mm. Makrozoobenthos adalah hewan-hewan yang hidup di substrat- substrat dasar umumnya golongan invertebrata. Makrozoobenthos umumnya hidup diberbagai habitat seperti danau, kolam, selokan, sungai bahkan dilaut. Makrozoobenthos diantaranya adalah crustacea, isopoda, dekapoda, oligochaeta, molusca, nematode, dan analida.(Brotowidjoyo, djarubito, 1990). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh 2 kelompok dari 3 stasiun, sebagian besar ditemukan jenis makrozoobenthos larva mrutu biasa, pupa lalat kerdil, larva nyamuk, larva nyamuk hantu termasuk dalam filum antropoda dan kelas insect. Siput kolam yang termasuk filum mollusca dan kelas gastropoda. Kepiting sungai yang termasuk filum artrophoda dan kelas crustacean. Serta cacing yang termasuk filum annelid kelas oligocetae. Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas makrozoobentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan dapat menimbulkan

description

Hewan marobentos

Transcript of stasiun 1

Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Makrozoobentos adalah hewan bentos yang berukuran lebih dari 1 mm. Makrozoobenthos adalah hewan-hewan yang hidup di substrat-substrat dasar umumnya golongan invertebrata. Makrozoobenthos umumnya hidup diberbagai habitat seperti danau, kolam, selokan, sungai bahkan dilaut. Makrozoobenthos diantaranya adalah crustacea, isopoda, dekapoda, oligochaeta, molusca, nematode, dan analida.(Brotowidjoyo, djarubito, 1990). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh 2 kelompok dari 3 stasiun, sebagian besar ditemukan jenis makrozoobenthos larva mrutu biasa, pupa lalat kerdil, larva nyamuk, larva nyamuk hantu termasuk dalam filum antropoda dan kelas insect. Siput kolam yang termasuk filum mollusca dan kelas gastropoda. Kepiting sungai yang termasuk filum artrophoda dan kelas crustacean. Serta cacing yang termasuk filum annelid kelas oligocetae.Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas makrozoobentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan bentos. Sifat-sifat fisika-kimia air berpengaruh langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan bentos. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan dapat menimbulkan akibat yang merugikan terhadap populasi makrozoobentos yang hidup di ekosistem perairan (Setyobudiandi, 1997).Faktor abiotik yang diukur pada ketiga stasiun antara lain suhu, dan kadar oksigen. Dari ketiga stasiun bersuhu rata-rata 27C, kadar oksigen rata-rata sekitar 5,5 mg/L. Peningkatan suhu akan menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolism. Namun pada lingkungan perairan mempunyai variasi suhu yang relative sempit. Hal ini disebabkan karena air sebagai penutup permukaan bumi mempunyai peran peredam panas dari pancaran matahari. Sehubungan dengan itu maka kisaran toleransi hewan-hewan akuatik pada umumnya relative sempit dibandingkan degan hewan-hewan daratan (Faturrahman, 1992). Oksigen yang terlarut dalam air diperoleh dari hasil fotosintesis. Kadar oksigen dalam air dapat diukur dengan menggunkan DO meter dan turbidimeter. Organisme tidak bisa betahan hidup apabila berada pada air yang memiliki kadar oksigen kurang dari 5 ppm (5 mg/L) sedangkan bakteri anaerob akan berkembang biak dengan cepat. Dari hasil pengamatan, kadar oksigen terlarut adalah sebesar 5,5 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar oksigen dalam taraf sedang.Dari stasiun 1 ditemukan 5 jenis hewan makrozoobentos yaitu larva mrutu biasa, larva lalat kerdil, cacing, larva nyamuk, dan pupa lalat kecil. Larva mrutu (skor 2) ditemukan sebanyak 115 ekor, dengan nilai keragaman sebesar -0,24. Larva lalat kerdil (skor 5) ditemukan sebanyak 15 ekor, dengan nilai keragaman sebesar -0,22. Larva nyamuk (skor 5) ditemukan sebanyak 14 ekor, dengan nilai keragaman sebesar -0,20. Siput kolam (skor 3) ditemukan sebanyak 3 ekor, dengan nilai keragaman -0,05. Cacing (skor 1) ditemukan sebanyak 15 ekor, dengan nilai keragaman sebesar -0,22. Dari kelima jenis hewan makrozoobentos tersebut didapatkan nilai kemerataan jenis sebesar 0,58. Serta didapatkan nilai kekayaan jenis sebesar 0,79. Dari makrozoobentos yang ditemukan dapat dikatakan stsiun satu memiliki kualitas air yang kotor karena didapatkan skor 3,2.

Daftar Pustaka Fathurrahman. 1992. Komunitas makrozoobenthos di sepanjang sungai Cimahi Kabupaten Bandung. Thesis. Bandung : PPS Biologi ITBOdum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta : Gajah Mada University pressSetyobudiandi, I. 1997. Makrozoobentos. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Nurifdinsyah, J. 1993. Studi kualitas Sungai Cikaranggelam menggunakan Makrozoobentos sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan Perairan. Tesis S2. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.Handayani, Sanita Trisna. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan dar i Pencemaran Bahan Organik. Biosain, Vol. 1 No. 1, April 2001. (online: http://www.ephemeroptera-galactica.com/pubs/pub_h/pubhandayanis2001p30.pdf) diakses 12 Februari 2015Brotowidjoyo, M.D. 1990. Zoologi dasar. Jakarta : Erlangga