Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA...

18
1525 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana 3 rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP) Jumaiyah Prodi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Selamat Sri Kendal [email protected] ABSTRACT The purpose of this research was to analyze the distribution of School Operational Assistance (BOS) to date, and to determine eligibility factors of the BOS budget receiver in public/ private middle high schools (SMP/MTs), as well as determine the BOS recipients amount of budget. This research describes the real condition and problem solving of the factual BOS. This research used a qualitative descriptive approach, direct observation conducted especially to get an overview of the natural conditions (natural setting). The analysis shows that BOS initiated by the government has occurred not on target generally. Contribution of this study first, as a reference for the government in decisions making of BOS policy, second the government to issue a ministerial regulation on teachers minimum wages to be paid by private school. Third as a reference for the government about how much the distribution of BOS budget will be given to public and private schools. Keywords: accountability, effectiveness, qualitative, standardized. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Ketika seseorang pendidikanya lebih tinggi tentunya akan lebih terasah keterampilanya, potensi masing-masing individu lebih bisa digali sehingga muncul sebuah kemampuan untuk mandiri, lebih percaya diri atau lebih siap dalam menghadapi globalisasi. Hal inilah yang membuat pemerintah berpikir bagaimana semua warga Indonesia bisa sekolah dengan gratis. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat). Dalam pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) yang diberikan kepada lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah tingkat pertama (SLTP) yang menjadi konsen penelitian. Diketahui bahwa penetapan jumlah anggaran BOS diperuntukan lembaga pendidikan penerima berbasis data jumlah siswa. Yang tidak ada kualifikasinya antara siswa satu dengan lainnya. Aspek ekonomi, geografik dan sosial tidak menjadi pertimbangan oleh pemerintah dalam menentukan jumlah besaran anggaran yang diberikan antara siswa satu dengan lainnya (disamaratakan). Model menyederhanakan atau menutup mata aspek-aspek tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk memudahkan dalam mendistribusikan anggaran BOS. Akan tetapi

Transcript of Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA...

Page 1: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1525

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH

LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

Jumaiyah

Prodi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Selamat Sri Kendal

[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research was to analyze the distribution of School Operational

Assistance (BOS) to date, and to determine eligibility factors of the BOS budget receiver in

public/ private middle high schools (SMP/MTs), as well as determine the BOS recipients

amount of budget. This research describes the real condition and problem solving of the factual

BOS. This research used a qualitative descriptive approach, direct observation conducted

especially to get an overview of the natural conditions (natural setting). The analysis shows

that BOS initiated by the government has occurred not on target generally. Contribution of this

study – first, as a reference for the government in decisions making of BOS policy, second the

government to issue a ministerial regulation on teachers minimum wages to be paid by private

school. Third as a reference for the government about how much the distribution of BOS budget

will be given to public and private schools.

Keywords: accountability, effectiveness, qualitative, standardized.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

menengah dan jangka panjang. Ketika seseorang pendidikanya lebih tinggi tentunya akan lebih

terasah keterampilanya, potensi masing-masing individu lebih bisa digali sehingga muncul

sebuah kemampuan untuk mandiri, lebih percaya diri atau lebih siap dalam menghadapi

globalisasi. Hal inilah yang membuat pemerintah berpikir bagaimana semua warga Indonesia

bisa sekolah dengan gratis. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15

tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar

Pendidikan Dasar 9 Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah memberikan

layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan

SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat).

Dalam pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) yang diberikan kepada lembaga

pendidikan dalam hal ini sekolah tingkat pertama (SLTP) yang menjadi konsen penelitian.

Diketahui bahwa penetapan jumlah anggaran BOS diperuntukan lembaga pendidikan penerima

berbasis data jumlah siswa. Yang tidak ada kualifikasinya antara siswa satu dengan lainnya.

Aspek ekonomi, geografik dan sosial tidak menjadi pertimbangan oleh pemerintah dalam

menentukan jumlah besaran anggaran yang diberikan antara siswa satu dengan lainnya

(disamaratakan). Model menyederhanakan atau menutup mata aspek-aspek tersebut adalah

kebijakan pemerintah untuk memudahkan dalam mendistribusikan anggaran BOS. Akan tetapi

Page 2: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1526

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

dampak dari pendekatan memudahkan (incremental) tersebut yaitu kesenjangan sosial yang

berdampak lahirnya penyakit-penyakit sosial seperti kriminalitas, penggangguran bahkan yang

paling berbahaya disintegrasi kehidupan berbangsa dan bernegara nampak didepan mata.

Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. seharusnya menjadi landasan pijak dan orientasi untuk tegaknya sistem pemberian

bantuan operasional sekolah yang lebih baik. Namun, Persoalan yang muncul bagaimana

konsep keadilan objektif dalam sistem pemberian bantuan operasional sekolah? apa

kriterianya? Dan berapa anggaran yang layak untuk negeri dan swasta. Sehingga bantuan

operasional sekolah yang menghabiskan 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) ini tidak sia-sia serta sesuai dengan peruntukannya atau dengan memakai bahasa lain

yaitu harus tepat sasaran.

1.2 Rumusan Masalah

Anggaran yang diberikan oleh pemerintah pada sekolah-sekolah sama besar antara

negeri dan swasta, dinegeri pembiayaan sudah tercukupi oleh dana APBD II yang dipergunakan

untuk biaya operasional sekolah. sementara diswasta dana hanya dari BOS dan iuran siswa

yang jumlahnya sedikit dibandingkan dengan kebutuhan sekolah yang sebenarnya. Hal inilah

yang kemudian menimbulkan banyak pertayaan dalam penelitian ini:

1. Apakah anggaran bantuan operasional sekolah tepat sasaran?

2. Bagaimanakah standarisasi dalam menentukan kelayakan penerima bantuan operasional

sekolah?

3. Berapakah kelayakan jumlah anggaran bantuan operasional untuk sekolah Negeri dan

Swasta?

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini terdiri dari penggunaan praktis dan kegunaan

teoritis yang akan diuraikan dibawah ini:

1. Kegunaan praktis:

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah Kabupaten dan/atau

Kota, Propinsi maupun pemerintah pusat dalam melakukan perbaikan peraturan

perundang-undangan tentang bantuan operasional sekolah, penentuan jumlah anggaran

yang seharusnya diberikan kepada lembaga berstatus swasta maupun negeri.

2. Kegunaan teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan referensi fakultas

ekonomi Universitas Diponegoro dan merupakan tambahan informasi bagi pihak-pihak

yang memerlukanya. Sekaligus sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan.

2.1. Telaah Teori dan Konsep Kunci

a. Teori Efektifitas

Menurut (Siagian 2001) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang

telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi

Page 3: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1527

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

efektivitasnya. Sementara itu Abdurahmat (2003) “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber

daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya

untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dari beberapa pendapat para ahli

diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif,

efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah

direncanakan.

b. Teori Keadilan Distributif

Menurut Aristoteles keadilan di bagi menjadi dua pertama keadilan distributive kedua

kedilan komutatif. Keadilan distributive adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap

orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masing-masing. Keadilan

distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan perorangan. Keadilan komutatif

adalah suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa

masing-masing. Keadilan ini didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela

atau tidak. Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-

menukar (Ridwan, 1991). Dimaksud keadilan dalam penelitian ini keadilan distributive, dimana

pemerintah seharusnya mendistribusikan kemampuanya dalam membantu masyarakat kurang

mampu untuk pembiayaan sekolah melalui program BOS. Akan kurang bijak apabila

pemerintah menggunakan keadilan komutatif, keadaan ekonomi masyarakat yang sangat

beragam mulai dari sangat miskin sampai yang sangat kaya. Hal inilah yang kemudian

pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan selama ini yang menggunakan keadilan komutatif.

Keaadilan yang di kemukakan oleh Aristoteles ini diikuti oleh Rawls dalam Fauzan

dan Prasetyo, (2006). Menjelaskan teori keadilan sosial sebagai the difference principle dan the

principle of fair equality of opportunity. Inti the difference principle, adalah bahwa perbedaan

sosial dan ekonomi harus diatur agar memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang

paling kurang beruntung. Istilah perbedaan sosial-ekonomis dalam prinsip perbedaan menuju

pada ketidaksamaan dalam prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok kesejahteraan,

pendapatan, dan otoritas. Sementara itu, the principle of fair equality of opportunity

menunjukkan pada mereka yang paling kurang mempunyai peluang untuk mencapai prospek

kesejahteraan, pendapat dan otoritas. Mereka inilah yang harus diberi perlindungan khusus.

Dengan demikian, prinsip berbedaan menuntut diaturnya struktur dasar masyarakat

sedemikian rupa sehingga kesenjangan prospek mendapat hal-hal utama kesejahteraan,

pendapatan, otoritas diperuntukkan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang

beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal: Pertama, melakukan

koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang dialami kaum lemah dengan

menghadirkan institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan. Kedua,

setiap aturan harus memosisikan diri sebagai pemandu untuk mengembangkan kebijakan-

kebijakan untuk mengoreksi ketidak-adilan yang dialami kaum lemah.

c. Konsep Anggaran

Anggaran berasal dari kata-kata budget (Inggris), sebelumnya dari bougette (Perancis)

yang berarti ”sebuah tas kecil”. Anggaran dalam arti luas meliputi jangka waktu anggaran

direncanakan, dilaksanakan dipertanggungjawabkan. Anggaran dalam arti sempit meliputi

rencana penerimaan dan pengeluaran dalam satu tahun saja. Penganggaran (budgeting)

merupakan aktifitas pengalokasian sumberdaya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan

belanja organisasi yang cenderung tidak terbatas (Haryanto dan Sahmuddin, 2007). Anggaran

merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana

Page 4: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1528

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

pendapatan, belanja, teransfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun

menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat (SAP, 2010). Anggaran yang dipakai dalam realisasi BOS belum

mencerminkan anggaran kinerja. Untuk itu pemerintah harus mengkaji ulang dengan tujuan

anggaran yang dikeluarkan untuk siswa menjadi anggaran yang lebih tepat sasaran dari

sebelumnya.

a . Anggaran Kinerja (Performance Budgeting)

Konsep anggaran kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat pada

anggaran tradisional khususnya ketiadaan tolok ukur yang digunakan untuk pengukuran

kinerja. Pendekatan ini didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja dan oleh karena itu

anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan belanja Negara dalam hal ini

penggunaan dana BOS disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai, bukan dari

bagaimana anggaran itu bisa habis. Secara prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran

yang menghubungkan antara pengeluaran dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome)

sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatanya.

Anggaran berbasis kinerja dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas

dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai

dengan perioritas rasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat bermanfaat bagi

pihak yang kurang beruntung serta pihak yang selama ini berjasa dalam mencerdaskan

kehidupan berbangsa yaitu sekolah swasta.

d. Tujuan Dari Penentuan Standarisasi kelayakan penerima BOS

Dari beberapa uraian yang ada dilatar belakang standarisasi kelayakan penerima BOS

sangat penting untuk dilakukan agar mencapai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan disini adalah keadilan obyektif, dari keluarga kurang mampu akan mendapatkan

bantuan yang lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang mampu secara ekonomi. Hal

ini disesuaikan dengan keadaan penerima bantuan operasional sekolah. Seperti yang kita

ketahui selama ini pemberian bantuan operasional sekolah disamaratakan antara keluarga

miskin dengan keluarga yang berasal dari kalangan kaya raya, dari sekolah swasta dengan

sekolah negeri. Seperti yang kita ketahui bersama sekolah negeri secara kemandirian sudah di

tanggung oleh pemerintah, semua guru sudah di gaji pemerintah. Dengan demikian menentukan

standarisasi kelayakan penerima BOS hal yang segera harus dilakukan pemerintah, dengan

tujuan menegakkan keadilan bagi seluruh anak Indonesia secara obyektif, memberi motifasi

anak yang berasal dari keluarga miskin, serta menata tatanan kehidupan keadilan bagi seluruh

rakyat Indonesia. Ada beberapa faktor penentu standarisasi kelayakan penerima anggaran

bantuan operasional sekolah bagi MTs/SMP terlihat dalam tabel 1.

Page 5: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1529

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

TABEL I

FAKTOR PENENTU STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA BOS PADA

SEKOLAH SMP/MTS STATUS NEGERI DAN SWASTA

Hal Alokasi Anggran BOS Faktor

Berpengaruh Pada Standarisasi

Status

Negeri Swasta

Persentase (%)alokasi BOS Personalia : 15-20 %

Non personalia : 75-80 %

Personalia : 60 %

Non personalia : 40 %

Kebutuhan

Personalia/Karyawan/Pegawai Negeri

Terpenuhitidak membutuhkan

pembiyaan/pengeluran anggaran

Kurang bahkan tidak

terpenuhidibutuhkan

anggaran

pembiyaan/pengeluaran

honoraium

Kebutuhan Non Personalia

Alokasi BOS dapat terkonsentrasikan

pada kebutuhan non personalia lebih

baik/terpenuhipeningkatan SPM &

KBM

Anggaran BOS terpecah untuk

pemenuhan personalia (Honor

pegawai)terhambat

peningkatan SPM & KBM

Kondisi Ekonomi Orang Tua Peserta

Penerima BOS

Miskin, sedang dan kaya tidak

berpengaruh dalam operasional

sekolah.

Miskin, sedang dan kaya

berpengaruh pada operasional

sekolah

Fasilitas/sarana Kecukupan atas perhatian pemerintah Terpenuhi dengan

ketergantungan pada penglola.

2.2. Pengertian Siswa Miskin

Berdasarkan data balai pusat statistik dalam Karding (2008) menyatakan pengertian

siswa miskin adalah siswa yang berasal dari keluarga miskin dengan kriteria orang tua atau

kepala keluarga tidak mempunyai pekerjaan yang menetap, tidak berpenghasilan yang tetap

dan penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum 3 kali

sehari dengan jumlah keluarga 4 orang, tempat tinggal dari dinding kayu atau tembok yang

tidak sempurna, lantai masih berupa tanah atau pelesteran, telah mendapatkan kartu raskin,

sedangkan keluarga tidak mampu, mereta telah bekerja tetap akan tetapi penghasilanya kurang

atau tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan tidak mendapatkan

kartu raskin yang dikeluarkan oleh pusat badan statistik setempat dan membawa surat

keterangan tidak mampu dari lurah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga

miskin adalah keluarga yang berasal dari keluarga yang nyata penghasilanya tidak cukup untuk

kehidupan keluarganya, dilihat dari fisik sandang serta papan yang dimilikinya seandanya

dalam artian tidak layak untuk ditempati manusia pada umumnya.

3.1. Metode Penelitian

Menurut Chariri (2009) metodologi adalah asumsi-asumsi tentang bagaimana

seseorang berusaha untuk menyelidiki dan mendapat “pengetahuan” tentang dunia sosial.

Metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat diskriptif, Dalam penelitian

kualitatif tidak digunakan istilah “reliabilitas”. Yang dipakai ialah istilah kesesuaian, (fit),

yakni kesesuaian, antara data yang dikumpulkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi.

Menurut Moleong (2005) dalam Widiantoro (2010) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomina tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya prilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara diskripsi dalam

Page 6: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1530

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiyah. Untuk dapat menjelaskan pemahaman faktor apa

yang menyebabkan timbulnya standarisasi kelayakan bantuan operasional sekolah.

Data kuantitatif yang berbentuk tabel-tabel dan berupa angka-angka yang dikumpulkan

akan ditampilkan dilakukan analisis dan pembahasan secara detail, digunakan untuk analisis

secara keseluruhan sebagai pembuktian bagi fenomina-fenomina yang sedang diteliti, yang

dalam hal ini tentang pelaksanaan program bantuan dana BOS dengan sasaran utama sekolah

menegah pertama baik negeri maupun swasta. Angka angka tersebut akan memudahkan dalam

menjawab semua rumusan masalah dalam penelitian ini.

3.2. Alasan Pemilihan Setting

Penelitian tentang standarisasi kelayakan penerima bantuan operasional sekolah sangat

menarik untuk dilakukan, disebabkan anggaran bantuan operasional sekolah diambilkan dari

sebagian 20% Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ini antara lembaga Negeri dan

Swasta disamakan, antara siswa miskin dengan siswa kaya juga sama. Selain itu BOS yng

diberikan pada sekolah tidak memberi banyak manfaat bagi kesejahtraan guru. Inilah kunci

dari ketidakadilannya, kunci dari ketidak tepat sasaran, yang jelas kebutuhan siswa miskin

dirasa lebih berat ketimbang kebutuhan anak dari kalangan yang mampu. Kualitas pendidikan

harus diutamakan dengan memperhatikan kesejahtraan guru. Selain itu pengawasan terhadap

bantuan operasional sekolah boleh dikatakan tidak ada, karena selama ini dipercayakan kepada

dinas terkait dimana dinas terkait hanya berpedoman pada data yang ada bukan pada kenyataan

dilapangan.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di enam sekolah negeri dan swasta berlokasi di kab.Jepara .

Waktu penelitian dilakukan pada februari tahun 2012- Juni tahun 2013. Data tidak diambil

tahun sebelumnya karena obyek yang akan diteliti bukan sebuah perbandingan dengan tahun

sebelumnya akan tetapi untuk mengetahui seberapa tepat penyaluran BOS selama ini,

mengetahui komponen-komponen atau faktor-faktor kelayakan penerima BOS di SMP/MTs

negeri dan swasta. Serta menggali berapa sebenarnya kebutuhan yang sesungguhya dari

lembaga masing-masing serta kebutuhan dari siswa yang berbeda struktur sosialnya.

3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2013) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini juga digunakan beberapa

instrumen lain, yaitu pedoman untuk wawancara dan observasi. Pedoman untuk wawancara dan

observasi yang dibuat khusus pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang

gambaran secara umum apakah anggaran BOS sudah tepat sasaran? seberapa besar kebutuhan

sekolah Negeri dan seberapa besar kebutuhan sekolah Swasta?

3.5. Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Indriantoro dan Supomo (2001) Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berupa data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari sumber penelitian

yakni dari sumber asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh

peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

Page 7: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1531

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

dengan cara wawancara langsung dengan beberapa Kepala Sekolah, Bendahara Sekolah,

Tata Usaha, Komite Sekolah, Guru, Dewan Guru, Wali Murid, dan Murid

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui perantara, umumnya berupa bukti atau catatan-catatan. Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini seperti: mengambil dan mengolah data yang sudah ada,

yakni dokumen-dokumen yang dimiliki oleh sekolah, dinas pendidikan dan olahraga seperti

halnya sumber bantuan, struktur sekolah, data mengenai murid dan data penggunaan dana

bantuan operasional sekolah. Selain itu data sekunder dapat diperolah dari data internet

yang berkaitan dengan bantuan operasional sekolah. Data ini digunakan untuk mendukung

data primer.

Lofland (1984) dalam Moleong (2005) dalam Widianto (2009) mengatakan, sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen-dokumen dan lain-lain. Untuk memperoleh gambaran yang lebih

mendalam, holistik, terhadap standarisasi kelayakan penerima bantuan operasional sekolah,

maka penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Pengamatan atau Observasi lapangan

Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about

behavior and the meaning attached those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang

prilaku dan makna dari prilaku tersebut. Metode ini digunakan untuk mengamati dan mencatat

gajala-gejala yang tampak pada obyek penelitian saat keadaan atau situasi yang alami atau yang

sebenarnya sedang berlangsung. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan-

perubahan yang terjadi sebelum ada dan sesudah ada BOS.

2. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung dan mendalam

(indepth interview) kepada pihak yang terlibat dan terkait langsung guna mendapatkan

penjelasan pada kondisi dan situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian ini yang menjadi

informan adalah orang-orang yang dianggap memiliki informasi kunci (key informan) yang

dibutuhkan di wilayah penelitian. Sedangkan dalam pengambilan informasi peneliti

menggunakan teknik “snowball” yakni penentuan subjek maupun informan penelitian

berkembang dan bergulir mengikuti informasi atau data yang diperlukan dari informan yang

diwawancarai sebelumnya.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa dokumen, pedoman BOS,

catatan, buku, majalah dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai

informasi khususnya untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dalam observasi dan

wawancara. Dokumentasi yang dimaksudkan adalah gambaran umum sekolah dari lembaga

Negeri dan Swasta, inventaris sekolah kaitanya dengan SPM sekolah, data laporan keuangan

untuk mengetahui sumber pendapatan dan peruntukanya, data siswa miskin untuk mengetahui

ditingkatan lapangan fasilitas apa saja yang diterima.

3.6. Teknik Analisis

Page 8: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1532

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Menurut Chariri (2007) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data

tidak dapat dipisahkan dari pengumpulan data (data collection). Oleh karena itu, ketika data

mulai terkumpul dari hasil wawancara, dokumentasi,atau observasi, maka data tersebut segera

dianalisis untuk menentukan kebutuhan data berikutnya. Dalam hal ini penelitian tentang

standarisasi kelayakan penerima anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pengumpulan

data diawali dari wawancara dengan Kepala Sekolah Negeri dan Swasta tentang standar

kelayakan penerima bantuan operasional sekolah yang diawali dengan pertayaan- pertanyaan

tentang ketepatan sasaran penggunaan BOS, dilanjutkan dengan pertayaan tentang pendapat

sekolah Negeri maupun Swasta tentang standarisasi kelayakan penerima anggaran BOS dan

berapa kelayakan anggaran BOS di sekolah Negeri dan Swasta. dokumentasi sumber

pendapatan dari sekolah yang akan diteliti, kemudian dari data dokumentasi tersebut dianalisis

guna menentukan pengumpulan data berikutnya.Menurut Miles and Huberman (1984) dalam

Sugiono (2010), analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data tersebut, meliputi

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivikation.

4.1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Salah satu prinsip gerakan reformasi dalam pendidikan adalah “pendidikan

diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta

mereka dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan”. Sejalan dengan prinsip di

atas. Perubahan mendasar menuju paradigma pendidikan masa depan adalah pelaksanaan

pendidikan berbasis sekolah atau madrasah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. serta

otonomi Perguruan Tinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Pembaharuan sistem pendidikan

juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola oleh pemerintah dan

pendidikan yang dikelola oleh masyarakat. Walaupun penghasupasan diskriminasi dalam

tahap proses serta perbedaan pengelolaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.

4.1.1 Perencanaan Anggaran Sekolah dan Implementasinya

Untuk mendapatkan BOS sekolah tiap awal tahun ajaran baru harus membuat Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) atau lebih popular disebut Rencana

Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS). Sehingga sekolah selalu memiliki komitmen dalam

menyajikan laporan keuangan yang berkualitas. Akan tetapi hal ini hanyalah sebuah formalitas

saja bagi kebanyakan sekolah. kondisi seperti ini dapat dilihat dari peryataan bendahara

sekolah. Bapak AB dalam wawancara.

“tiap awal tahun kita membuat RAPBS karna ini merupakan kewajiban sebagai

permohonan bantuan BOS tahun berikutnya…..yang kami ajak rapat dalam pembuatan

RAPBS ini semua dewan guru serta komite”

peryataan tersebut menunjukan bahwa RAPBS sebuah keharusan untuk mendapatkan BOS.

Akan tetapi berbeda sekali dengan apa yang dikatakan oleh guru disekolah yang sama. RAPBS

tidak pernah diadakan disekolah tersebut bukti tidak adanya RAPBS dapat dilihat dari peryatan

ibu NR.

“apa itu RAPBS?......ah gak ada bahkan gak pernah rapat RAPBS”

Peryataan ini didukung oleh Bapak RM dari sekolah yang sama.

“ gak ada yang namanya RAPBS, kita hanya mengajar, urusan yang kayak gitu

biasanya yang tahu hanya kepala, bendahara sama TU”

Page 9: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1533

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Peryataan diatas menyakinkan bahwa RAPBS hanyalah sebuah formalitas saja yang dibuat oleh

pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan keuangan dan Administrasi sekolah. perilaku ini

mengarah betapa buruknya pengelolaan keuangan sekolah. bantuan yang diberikan oleh

pemerintah tidak di barengi oleh sistem pengendalian intern yang baik. Sehingga sekolah hanya

mengharapkan autput yang baik dengan tidak berangkat pada peroses yang baik. Hasil dari

RAPBS yang hanya melibatkan sebagian tertentu mengakibatkan pada buruknya penggunaan

dana BOS. Peruntukan dana BOS yang sebenarnya seperti pembelian tas, transportasi, serta

seragam untuk siswa dari keluarga kurang mampu terabaikan. Seperti wawancara dengan

Bapak AB yang mengatakan

“ …Bos di gunakan untuk honor guru, kegiatan sekolah, seragam semua anak…..”

dalam petunjuk teknis ada larangan BOS digunakan untuk pembelian seragam hanya untuk

kepentingan peribadi. Sekolah mempunyai kepentingan untuk mendapatkan siswa sebanyak-

banyaknya. Sehingga dapat mengelola BOS lebih banyak seperti peryataan diatas.

Hal yang sama terjadi pada sekolah swasta yang lain. Berikut wawancara dengan kepala

sekolah dengan Bapak BC

“kita membuat RAPBS dan melibatkan semua guru, serta komite sekolah. biasanya

yang paling banyak memakan anggaran pada saat peneriman siswa baru, karna

sekolah ini memberi seragam pada semua siswa yang telah terdaftar”

Bukti adanya penyimpangan terhadap penggunaan BOS terjadi di beberapa sekolah, terutama

pada sekolah yang saling berdekatan. Dari beberapa sekolah yang berhasil diwawancarai yang

memberikan seragam kepada siswanya saling berdekatan dengan sekolah faforit. Berbagai

pendapat diatas menunjukan bahwa Bos yang diberikan oleh pemerintah tidak tepat sasaran,

seragam yang seharusnya diberikan pada anak dari kalangan kurang mampu justru dinikmati

oleh semua siswa dan pada akhirnya anak dari keluarga kurang mampu tidak mendapatkan

haknya. Dalam petunjuk teknis menjelaskan

“membantu siswa miskin (1) pemberian tambahan biaya trasportasi bagi siswa miskin

yang menghadapi persoalan biaya traspot dari dan kesekolah (2) membeli alat

trasportasi sederhana bagi siswa miskin yang akan menjadi barang inventaris sekolah

misalnya sepeda, perahu penyebrangan dll (3) membeli seragam sepatu dan alat tulis

bagi siswa penerima biasiswa siswa miskin (BSM), baik dari pusat, provinsi, maupun

kabupaten/kota dimadrasayah tersebut”

Penjelasan petunjuk teknis tersebut jelas sekali bahwa siswa miskin mempunyai hak atas

fasilitas yang bersal dari anggaran BOS akan tetapi sekolah lebih memilih memberikan fasilitas

yang sama pada semua muridnya. Dan lebih tragisnya lagi BOS ini tidak menyentuh siswa dari

kalangan miskin dikarnakan ada BSM. Berikut petikan wawancara dengan kepala sekolah ZN

“ iuran yang dibebankan pada siswa sebesar Rp. 15.000,- untuk pembelian konsumsi

karna konsumsi tidak boleh diambilkan dari BOS serta untuk perbaikan mebeleir

……kalau siswa dari keluarga kurang mampu sudah ada BSM. Kaitanya dengan BOS

anak yatim piatu tidak di pungut iuran”

Dari penjelasan diatas peneliti berusaha mencari data dari orang tua siswa Ibu YR pemilik toko

dekat sekolahan, anaknya duduk di kelas 9 menjelaskan

“…iuran bulanan sebesar Rp. 25.000,- kalau ujian nasional sebanyak Rp.500.000.”

Page 10: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1534

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Hal senada diutarakan oleh Ibu SR anaknya duduk di kelas 8 mengatakan, ibu ini tinggal

dirumah yang sangat sderhana, lantainya masih berupa tanah, serta pekerjaanya sebagai

penjahid. Mengatakan

“iuran bulanan sebesar Rp.25.000,- mba iuran ujian nasional sebesar Rp.500.000,-….

saya ko tidak dapat bantuan sih mbak berupa keringanan tiap bulan atau bebas SPP,

saya sanpun (sudah) mencoba untuk minta keringan tapi tidak di kasih, karna saya

harus membawa kartu jamkesmas, sementara kulo (saya) kan ga punya”

Peryataan tersebut menunjukan bahwa managemen sekolah tidak menerapkan akuntabilitas

dengan baik menurut Turner and Hulme, (1997) Akuntabilitas adalah keharusan lembaga-

lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban horizontal (masyarakat)

bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih tinggi). Akuntabilitas ini

merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana publik

(public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana,

serta korupsi. Akuntabilitas financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama

masyarakat. Dari paparan diatas sekolah ingin menutupi beberapa pendapatan sekolah dari

pihak luar termasuk dari peneliti. Lebih parah lagi terjadi pada sekolah negeri berikut petikan

wawancara dengan kepala sekolah ZN

“yang boleh tahu laporan keuangan sekolah ini (1) Atasan saya (2) BPK”

Hal senada terjadi juga di SMPN yang lain berikut petikan wawancara dengan Ibu SG,

bendahara pengeluaran sekolah

“maaf ya mbak saya disini baru tiga bulan jadi ga tahu laporan yang lalu”

Hasil wawancara tersebut menunjukan ada kehawatiran dari pihak sekolah laporan keuangan

diketahui pihak external. Perlakuan seperti itu jelas melanggar UU No 14 Tahun 2008 tentang

keterbukaan informasi publik pasal 2 yang berbunyi

“setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap penggunaan oleh

informasi publik”

BOS yang digulirkan pemerintah terkesan hanya ingin memudahkan pemerintah dalam peroses

pengangaran. Pendekatan yang digunakan oleh pemerintah dalam penyusunan anggaran

menggunakan pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mempunyai karakteristik seperti

Incrementalism anggaran yang bersifat Incrementalism yaitu: hanya menambah dan

mengurangi jumlah rupiah pada item-item pada anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan

menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambah

pengawasan dana atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam Haryanto dan

Sahmudin, (2008). BOS yang diberikan pemerintah terus mengalami kenaikan tanpa dikaji

ulang apakah BOS yang sudah berjalan dipergunakan secara ekonomis, efektif, dan efisien

dalam mencapai cita-cita tujuan awal dikeluarkanyan BOS. Selain itu BOS juga tidak mengatur

berapa seharusnya honor guru swasta perjamnya? Berapa guru yang yang dibiayai oleh BOS?

Akibatnya yang terjadi sekolah memberi honor guru sangat rendah dan variative antara sekolah

yang satu dengan sekolah yang lainya. Berikut petikan wawancara dengan Kepala sekolah

SMPI beliau mengatakan.

“ BOS diperioritaskan pada Honor guru sisanya kegiatan sekolah seperti semesteran

dan ulangan harian iuran kami pungut atas persetujuan komite sekolah dan

Page 11: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1535

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

kesepakatanya sebesar Rp.30.000,- dan hal ini tidak dilarang dalam petunjuk

teknis…..yang terpenting bagi saya tidak ada siswa keluar dari sekolah ini karna tidak

mampu untuk membayar iuran. Jadi anak miskin bebas tidak membayar iuran dengan

menunjukan surat dari RT, punya kartu jamkesmas, kartu harapan serta hasil survey”

Seorang Ibu bagian TU menyakinkan

“honor guru sampai 90% selebihnya dipakai kegiatan sekolah”

Dari penjelasan bapak kepala sekolah dan ibu kepala TU tersebut peneliti berusaha menggali

data tersebut dari siswa. Berikut petikan wawancara dengan siswa SMPI.

“ia ada mba pungutanya sebesar Rp. 30.000…”

Tidak berhenti dari penjelasan kepala sekolah peneliti berusaha menemui komite sekolah yang

rumahnya tidak jauh dari sekolah tersebut.

“..di SMPI ini memang ada pungutanya yaitu sebesar Rp.30.000…..saya setuju dengan

angka sebesar itu karna saya tahu laporan keuanganya BOS kebanyakan untuk honor

guru”

Berangkat dari hasil wawancara dengan beberapa pejabat sekolah negeri dan swasta

ada temuan bahwa BOS tidak tepat sasaran dalam hal penggunaanya. Adapun ketidaktepatan

itu tidak terlepas dari proses awal yaitu terletak pada pertama RAKS bagi sekolah hanyalah

formalitas saja. Bukan sebuah keharusan untuk mencapai kualitas sekolah. Kedua BOS

menyimpang dari tujuan awal. Pihak sekolah lebih mementingkan kebutuhan operasional yang

lain ketimbang memberikan fasilitas bagi siswa dari keluarga miskin. Semua itu berangkat dari

keluarga kurang mampu sudah ada bantuan siswa miskin (BSM) . ketiga iuran masih

membebani semua murid, pihak sekolah memberi bantuan pada anak miskin atas jusdment

pengelola sekolah bukan atas kenyataan dilapangan. keempat adanya dobel anggaran, dalam

aturan BOS siswa dari keluarga kurang mampu harus diberi perioritas yang lebih dalam

pembiayaan seragam, sepatu, tas, serta transportasi. Dilain pihak pemerintah mengeluarkan

bantuan siswa miskin (BSM), dimana kedua-duanya dengan peruntukan yang sama. Sekolah

berstatus negeri biaya operasional di biayai oleh dua sumber pertama dari APBD II. Kedua dari

BOS, kedua-duanya sama-sama untuk biaya operasional sekolah. serta BOS pendamping. BOS

pendamping ini berasal dari APBD I dan II. Kelima dengan adanya BOS tidak semua sekolah

berfikir untuk mensejahtrakan gurunya. Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah ada BOS.

Sekolah yang terletak di pedesaan masih memberi honor guru sebesar Rp. 15.000,-Rp. 20.000,-

/jam/bulan. Sementara sekolah yang berada di perkotaan memberi honor guru Rp.20.000,-

Rp.25.000./ jam/ bulan . Sebuah honor yang tidak menghargai keilmuan seseorang dalam

memperjuangkan melawan kebodohan/ kebelumcerdasan.

Dari beberapa larangan yang sering dilanggar Membeli pakaian/seragam bagi

guru/siswa. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat. Serta membangun gedung/ruangan

baru. Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan dana BOS memang sudah banyak

disinyalir di beberapa tempat, namun tentunya juga hal ini tidak bisa digeneralisasikan di semua

tempat dan kondisi penyalahgunaan wewenang tersebut terjadi, namun jika dilihat dari segi

peluang atau kesempatan, banyak sekali peluang yang bisa digunakan oleh oknum untuk bisa

melakukan penyelewengan. Oleh karena itu hal yang paling penting adalah meminimalisir

Page 12: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1536

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

kesempatan dan peluang supaya tidak bisa terjadi dan tidak ada kesempatan oknum untuk

keluar dari aturan yang sudah berlaku. Menghapuskan kebijakan pendidikan yang berbantuan

jelas bukan menjadi solusi, karena memang pada intinya pendidikan adalah kebutuhan primer

yang harus terpenuhi, dan juga Undang-Undang kita telah mengamanatkan untuk memberikan

layanan gratis untuk pendidikan dasar. Oleh karena itu, penghapusan sama sekali kebijakan

BOS bukan merupakan solusi bagi kemelut pengelolaan dana BOS. Namun, setidaknya ada

beberapa langkah yang kemungkinan bisa diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi

permasalahan ini diantaranya :

1. Peninjauan Kembali Kebijakan

UUD 1945 menyatakan bahwa pendidikan adalah hak bagi semua warga, terlebih pendidikan

dasar untuk wajib belajar Sembilan tahun menjadi hak utama bagi warga Negara dan Negara

wajib mengusahakan pembiayaannya. Ini menjadi amanat besar dan latar belakang utama

kenapa dana BOS hadir dalam proses pendidikan wajib belajar 9 tahun. Serta perubahan

terhadap petunjuk teknis dalam hal ini penggunaanya harus lebih rinci yang selama ini di pakai

sebagai acuan sekolah dalam melakukan pertanggungjawaban. Pada kenyataannya tidak semua

sekolah dan tidak semua warga Negara membutuhkan dan harus diberi bantuan untuk

pendidikan dasar ini, hal ini terbukti dengan beberapa sekolah yang tidak menerima dana

BOS, tapi tetap memberikan kualitas kepada peserta didiknya.

2. BOS Berkeadilan

Adil bukan berarti sama rata, bisa saja besaran antara yang satu dengan yang lainnya berbeda,

tapi secara teknis dan hakikatnya besaran itu bisa mencukupi serta bisa digunakan secara efektif

dan efisien. Oleh karena itu dana yang berkeadilan sudah saatnya diberlakukan untuk

pengelolaan bantuan pendidikan.

3. Pengwasan yang Efektif dan Efisien

Selama ini pengawasan yang terjadi pada pengelolaan dana BOS cukup pada tataran pelaporan

saja, sedangkan implementasi kenyataan di lapangan masih kurang, pihak pengawas, kantor

dinas atau pemerintah, merasa cukup dengan laporan yang ada diatas kertas saja, padahal jika

dilihat di lapangan, belum tentu sesuai dengan apa yang ada dalam laporan, sehingga disini

benar-benar dibutuhkan pengawasan yang efektif dan efisien untuk menanggulangi

penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan dana BOS.

4. Pendampingan Dari Ahli Yang Kompeten

Ahli yang dimaksud orang atau lembaga social yang faham pengelolaan pendidikan, sehingga

pemahaman terhadap pengelolaan pendidikan akan menajdi dasar yang kuat bagi teknis

pelaksanaan pengelolaan dana BOS. Hal ini dikarenakan di sekolah belum ada tenaga

professional yang menangani manajemen sekolah, tenaga yang ada hanyalah lulusan SMA atau

bahkan SMP, sedangkan untuk mengelola dana sebesar ini dibutuhkan beberapa kompetensi

yang utama, disamping tentunya kompetensi manajerial. Pendampingan bisa saja perorangan

yang dibentuk pemerintah untuk ikut mengawal dan menjadi mitra pendamping bagi sekolah.

Hal ini bisa saja menekan penyalahgunaan dan ketidak tepatan penggunaan dana BOS di

sekolah, terlebih lagi di daerah yang kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya relatif

berbeda dengan sekolah yang yang sudah maju.

Page 13: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1537

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

TABEL II

SOLUSI PROBLEM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

No BOS Seharusnya Kenyataan diLapangan Solusi

1 Siswa dari keluarga kurang mampu Bebas

Biaya

Awal masuk sekolah siswa mengisi

biodata lengkap tentang diri dan kondisi

orang tua (pekerjaan dan penghasilanya)

Ada pengecekan ditingkatan lapangan

Data diperbaharui setiap satu semester

Siswa berdasarkan pemilik

jamkesmas, kartu raskin

Kondisi dilapangan tidak

semua kalangan kurang

mampu mempunyai kartu

jamkesmas

Jamkesmas, dan raskin

tidak jelas

pembaharuanya

Siswa yang berada

diwilayah keramaian atau

kota malu untuk

mengajukan bebas

biaya(harus mengaku

sebagai orang miskin)

1 Perbaharui UU

tentang BOS

2 Bentuk UU UMR

Pendidikan

3 Pendamping tenaga

ahli

2 Ditetapkan UMR pendidikan Honor guru tidak layak

Rp.15.000-

22.000/jam/bulan

Jadi guru yang

mempunyai beban

mengajar 24 jam

perminggu menerima

honor Rp 450.000-

600.000,- /bulan

3 Setiap atem peruntukan BOS harus di

tetapkan nominalnya

Tidak ada pagu yang tetap

sehingga yang terjadi

dilapangan tetap masih

ada pungutan,

kesejahtraan guru

terabaikan, tidak ada

pembeda antara sebelum

ada BOS dan sesudah ada

BOS.

4 BOS di swasta lebih banyak Sama antara sekolah

negeri dan swasta

4.2.2 Faktor Standarisasi Dalam Menentukan Kelayakan Penerima Bantuan

Operasional Sekolah

Dalam menentukan standarisasi kelayakan penerima BOS tidak terlepas dari

beberapa hal pertama tujuan dari BOS itu sendiri ketika disalurkan jelas manfaatnya.

Kedua ketepatan sasaran BOS dalam artian disini BOS benar-benar diperioritaskan

pada sekolah yang lebih membutuhkanya atau anak bangsa yang lebih memerlukan.

Ketiga BOS bisa memberi kesejahtraan tenaga pendidik. Keempat sebagai mutivasi

bagi peserta didik. Kelima sekolah mampu menerapkan perinsip good governence.

Yang dimaksud dengan standart menurut Purnadi dan Sarjono 1982 Patokan-patokan

Page 14: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1538

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

atau pedoman itulah sebagai kaedah atau norma atau standart. Berikut penuturan guru

negeri maupun swasta Bapak W seorang guru swasta mengungkapkan

“…BOS merupakan bantuan dari pemerintah yang diberikan pada anak lewat

sekolah yang diperuntukan biaya operasional sekolah. di sini ada kata bantuan,

mestinya bantuan ini diberikan pada yang lebih berhak dengan jumlah yang cukup.

Bukan sama. Siswa ada yang miskin ada yang kaya masak dibantu

semua…sebenarnya dibantu semua ga masalah tapi jumlahnya berbeda antara anak

yang satu dengan anak yang lainya”

Ibu N guru swasta mengatakan

“….tujuan pemerintah itu baik agar semua anak Indonesia bisa sekolah dengan biaya

murah, akan tetapi jangan lupa kesejahtraan guru disini harus di perhatikan. Mestinya

BOS untuk swasta lebih besar dibandingkan dengan negeri. Kan negeri sudah tidak

usah mengeluarkan honor untuk guru, TU, keamanaan, sementara diswasta BOS itu

harus dibagi-bagi dengan honor guru, TU, Kemanan, Kebersihan dan biaya lain.

Seharunya dengan adanya BOS guru juga merasakan manfaatnya….gaji guru

sebelum ada BOS dengan sekarang hampir sama aja. Masalahnya Pemerintah tidak

membuat standar honor guru swasta. Sehingga sekolah tidak begitu pusing untuk

mensejahtrakan gurunya.

Hal senada Bapak M (PNS Di swasta)

”...BOS swasta harusnya lebih besar mengigat kebutuhan sekolah swasta lebih besar.

Selama ini BOS diswasta untuk honor yang kurang layak aja sudah memakan

anggaran BOS besar sekali. Bagaimana guru swasta bisa sejahtera, kalau BOS yang

diberikan jumlahya sama.

Atas dasar kenyataan di atas anggaran BOS diberikan pada (1) semua siswa dengan

jumlah nominal yang sama tidak di bedakan antara siswa dari keluarga mampu dengan siswa

dari keluarga kurang mampu Kita tahu semua bahwa kebutuhan siswa dari keluarga kurang

mampu terasa lebih berat karna pendapatan orang tuanya hanya mampu untuk mencukupi

kebutuhan rumahtangganya. (2) BOS tidak memberikan kesejahtraan kepada guru. Dalam

petunjuk teknis maupun dalam sistem pendidikan nasional tidak disebutkan berapa honor guru

perjamnya. (3) antara negeri dan swasta jumlah BOS yang digulirkan oleh pemerintah

jumlahnya sama. Walaupun kebutuhan antara negeri dan swasta berbeda. Di negeri sudah ada

dana operasional yang berasal dari APBD II sementara di swasta sumber pendanaan dari BOS

dan SPP siswa. (4) tidak memberi motivasi siswa maupun orang tua untuk turut memerangi

kebodohan. Munculnya tidak ada motivasi ini berasal dari tidak adanya beban orang tua dalam

melaksanakan pendidikan berupa biaya. Berangkat dari hasil wawancara dan observasi tersebut

BOS tidak banyak memberikan manfaat.

4.2.3 Kelayakan Bantuan Operasional Untuk Sekolah Negeri dan Swasta

Program BOS ke depan bukan hanya berperan untuk mempertahankan Angka

Partisipasi Kasar ( APK), namun harus juga berkontribusi penting untuk peningkatan mutu

pendidikan. Selain itu, dengan biaya satuan BOS yang telah dinaikkan secara signifikan,

program ini akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

Perubahan kebijakan berkaitan dengan dana BOS antara lain mencakup perubahan biaya

satuan BOS, kebijakan buku murah, perubahan penggunaan dana BOS dan struktur organisasi

Page 15: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1539

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

pelaksanaan BOS. Berikut wawancara dengan bendahara sekolah swasta mengenai pendapatan

sekolah swasta maupun negeri.

“pendapatan sekolah kami dari BOS yang besarnya Rp 58.000-/bulan, BOS

pendamping besarnya Rp.4.900.000,-/tahun, SPP dari siswa Rp.15.000. pendapatan itu

digunakan untuk operasional sekolah seperti gaji guru, proses belajar

mengajar,pemeliharaan sarana prasarana, rehabilitasi, pengadaan sarana prasarana,

kegiatan ekstra kurikuler, daya dan jasa, eeemm tata usaha dan administrasi serta

kebutuhan lainya yang tak terduga.

Penjelasan tersebut di yakinkan oleh seorang guru lainya yang duduk di depan Bapak

bendahara.

“iya mba kegiatan yang paling banyak memakan anggaran itu honor guru dan

pemeliharaan sarana prasarana…..kalau dibandingkan, kebutuhan swasta memang

lebih besar dari sekolah negeri, yang kelihatan aja di negeri gaji dan operasional sudah

ditanggung APBD II, sementara kami harus mengeluarkan semua itu di tambah lagi

kami harus melakukan kegiatan yang lain yang di ambil dari dana BOS jadi kita harus

pintar-pintar mengatur keuangan BOS”

Pendapat dari tokoh masyarakat mengenai BOS antara negeri dan swasta berikut wawancara

dengan pemilik yayasan sosial.

“sajani pemerintah pingin luru gampangi, ikiloh pemerintah konsisten menuntaskan

wajar 9 tahun tak kei BOS kabe kelolao, tapi prakteki masyarakat iku geremeng ledikon

bayar, gerteni sekolah ora bayar….haruse ora podo swasta negeri (sebenarnya

pemerintah pingin cari gampang, ini pemerintah konsisten untuk menuntaskan wajib

belajar 9 tahun saya kasih BOS semua dikelola, tapi prakteknya masyarakat itu ngomel

kalau di suruh bayar, taunya masyarakat sekolah gak bayar ….harusnya gak sama antara

negeri dan swasta”

Wawancara juga dilakukan dengan FLP (forum lintas pelaku) berikut penuturan Bapak LK

“kita tahu semua bahwa swasta ini kebutuhanya lebih banyak kaitanya dengan BOS,

perbedaanya terletak pada gaji guru di negeri gaji sudah tidak mengeluarkan, berbeda

dengan swasta rata-rata 70% untuk biaya guru, tapi yang paling penting bagi saya

supaya tidak ada kecurigaan antara pengelola BOS dengan guru, antara pihak sekolah

dengan masyarakata maka pemerintah harus mengatur honor guru swasta sehingga

jelas berapa persenya dari BOS untuk kesejahtraan guru.

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa pendapatan sekolah hanya cukup

memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak taanpa mempertimbangkan kesejahtraan guru.

Untuk itu ada kelayakan penambahan bagi sekolah swasta sebayak 50% dari yang diberikan

pada sekolah negeri.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis terhadap kondisi yang dijumpai dalam penelitian

seperti yang di bahas dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara umum BOS yang digulirkan pemerintah pusat dari sejak program dicanangkan

telah terjadi tidak tepat sasaran, ketidaktepatan sasaran berangkat konseptualisasi dari

pemaknaan BOS yang berdampak pada praktek penyalurannya, walaupun dalam

Page 16: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1540

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

praktek dilapangan sekolah telah membuat RAPBS, RAPBS tersebut hanyalah sebuah

ritualitas bahkan terkesan formalitas belaka dengan tujuan pencapaian syarat untuk

pencairan BOS tahun berikutnya. RAPBS yang dibuat oleh sekolah tidak melibatkan

guru yang bersangkutan dan komponen lainnya seperti, pihak komite, wali murid

bahkan pihak swasta dalam hal ini masyarakat peduli pendidikan. Proses berlakunya

seperti diatas menjadi awal/tonggak ketidaktepatan pelaksanan program BOS

2. Meskipun sudah ada komite sekolah peran pengawasan tidak maksimal, hal ini

disebabkan tidak ada pagu yang baku untuk biaya operasional sekolah.

3. Adapun permasalahan yang ditimbulkan akibat dari seragamnya kebijakan pemerintah

dalam pemberian BOS sebagai berikut:

a. Tingginya biaya pendidikan

b. Rendahnya honor guru swasta

c. Masih rendahnya kualitas pendidikan

5 Adapun kelayakan jumlah BOS swasta 50% nya lebih banyak dari sekolah yang

berstatus negeri. Pada sekolah negeri biaya operasional sudah di biayai APBN lewat

APBD II. Sementara diswasta murni dari BOS, dan sumbagan wali murid.

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini dalam rangka keberhasilan dalam mewujudkan

keadilan di bidang pendidikan dan efektifitas dalam penggunaan keuangan Negara adalah:

1 Berdasarkan hasil temuan dilapangan BOS sebagian diperuntukan untuk siswa

dari kalangan kurang mampu justru dibiayai oleh BSM untuk itu item itu perlu

diperjelas yang kemudian ditetapkan dari mana sumber untuk siswa dari keluarga

kurang mampu dengan tujuan tidak terjadi dobel anggaran.

2 Jumlah anggaran BOS sering mengalami kenaikan akan tetapi dari kenaikan

tersebut tidak memberikan banyak manfaat bagi kesejahtraan guru, untuk itu

harus ada UMR pendidikan yang di tetapkan dengan Undang-Undang tentang

UMR pendidikan.

3 Adanya perbedaan pembiayaan pada tingkatan sekolah negeri dan swasta di mana

sekolah negeri biaya operasional sudah di biayai oleh APBN maka harus ada

kenaikan BOS pada sekolah swasta sebanyak 50% dari sekolah negeri dengan

mengutamakan UMR pendidikan Rp.12.500,- perjam /pertemuan dengan beban

kerja 24 jam perminggu, maka honor guru swasta sebesara Rp.1.450.000/bulan

4 Agar lebih terarah penggunaan dana BOS maka perlu adanya pagu yang jelas di

setiap item peruntukan BOS dengan menghitung jumlah rombongan kelas dan

jumlah siswa.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian menyangkut masalah keuangan di setiap sekolah menyebabkan kehawatiran

yang mendalam bagi pihak sekolah ketika di wawancarai masalah keuangan. Apalagi diminta

data-data kaitanya dengan keuangan ada beberapa sekolah negeri dan swasta tidak memberikan

data kaitanya keuangan sehingga menyulitkan peneliti dalam menganalisis berapa sebenarnya

jumlah pendapatan yang ada disekolah tersebut dan diperuntukan sebagai apa?. Indonesia yang

letak geoggrafis, suku budaya, serta terdiri dari pulau-pulau yang kemudian membutuhkan

penelitian lebih lanjut untuk menyakinkan bahwa pemberian BOS yang tidak sama antara

negeri dan swasta sangat di butuhkan.

Page 17: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1541

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineke Cipta,

Jakarta

Belkaoui Ahmed, 1989, Behavioral Accounting: The Reseach and Practical Issues. New York:

Quorum Books

Chariri, Anis, 2007. Thesis S-2: Mungkinkan Dengan Pendekatan Kualitatif?” Peper Disajikan

Pada Kuliah Umum Program Magister Managemen. Universitas Muria Kudus, 10

November 2007

…………….2009 “ Landasan Filsafat Dan Metode Penelitian Kualitatif”. Peper Disajikan

Pada Worshop Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Laboratorium

Pengembagan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,

31 Juli-1 Agustus 2009

Edward III, George C, 1980, Implementating Public Policy, Wasington:Congressional

Quaterly, Inc, USA

Halim Abdul, Restianto.E. Yanuar, Karman Wayan 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik, UPP

STIM YKPN, Yogyakarta

Haryanto dan Sahmuddin 2007, Akuntansi Sektor Publik, Universitas Diponegoro, Semarang

Haryanto, Sahmudin dan Arifudin 2007, Akuntansi Sektor Publik,Universitas Diponegoro

Ikhsan A, dan Ishak M 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

Indriantoro, N dan Supomo, B 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan III, Penerbit BPFE,

Yokyakarta

John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973. Terjemah; Uzair

Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006

Karding, Kadir Abdul (2008) Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (

Bos ) Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Semarang. Tesis Pada Program

Magister Administrasi Publik Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Managemen Keuangan Daerah.Andi, Yokyakarta

Marshall, Catherine, Gretchen B Rosman, 1995. Designing Qulitative Research, Second

Edition. Sage Publication, International Educational and Profesional Publisher,

London

Maryanti, Puji. (2005), “Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior:

Pendekatan Karakteristik Personal Auditor”. Tesis Program Pasca Sarjana UNDIP

(tidak dipublikasikan)

Maykut, Pamela and Richard Morehouse, 2002. Beginning Qualitative Research: A

Philosophic and practical Guide. The Taylor & Francis e- Librari.p.75& 105.

Meleong, Lexzy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Bandung

.…………2006. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Page 18: Standarisasi Kelayakan Penerima Anggaran Bantuan ...€¦ · STANDARISASI KELAYAKAN PENERIMA ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP)

1542

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Osborne, David and Ted Gaebler, 1995, Reinventing Government: How TheEntrepreneurial

Spirit Is Tranforming The Public Sector, New York: Penguin Books Inc

Patton, Michael Quinn, 1991, How to Use Qualitative Methods in Evaluation, Beverly Hills:

Sage Publications

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Petunjuk Teknis,2005, Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Dan Laporan

Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2005

………… 2012 Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Dan Laporan

Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012

……………2006 Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Dan Laporan

Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2006

Sahrani Ridwan.1991. Rangkuman intisari ilmu hukum,Pustaka Kartini.

Saugnessy, J. J. 2007. Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suartana wayan,2010, Akuntansi Keperilakuan. Teori dan Implementasi. Andi Yogyakarta

Sugiono 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Alfabeta Bandung

Supiyan, Hadi Nur. 2012. Praktik Profesional Judgment Auditor Dalam Penentuan Metode

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Terhadap Kasus Korupsi Pengadaan Buku

Ajar yang Terjadi di Dinas Pendidikan Kota X (Study Kasus Pada Perwakilan BPKP

Propinsi Jawa Tengah). Tesis Pada Program Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro (tidak dipublikasikan).

Susenas, 2005 “Statistik Dalam Angka “ Kota Semarang

Teori keadilan, 21 Desember 2012. Sumber: Merriam-Webster.com. Teori Keadilan.

Todaro, Michael P. 2000, Pembangunan Ekonmi Edisi Kelima,Penerbit Bumi Aksara Jakarta

Fattah Nanag, 2004 ekonomi dan pembiayaan pendidikan, PT remaja Rosda Karya Bandung