STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN.docx
Transcript of STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN.docx
STANDAR PELAYANAN KEBIDANANSTANDAR KE 11-15
PAPERuntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan
dan Hukum Kesehatan
OLEH
PRATIWI PUJI L 45440414081NIDIA PERMATA 45440414081LUSI HERLINA 45440414081HAMDALA SALAMATIN 45440414081ELA LESTARI 45440414081DEWI LESTARI 45440414081AGITA SARASWATI 45440414081
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI PERTIWI HUSADA CIREBON
CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya paper ini dapat
terselesaikan.
Semoga Makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih.
Cirebon, Januari 2015
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN 11-15
STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN
Standar 11 Penatalaksanaan Aktif Kala III..................................................1
Standar 12 Kala II dengan Gawat janin dengan Episiotomi.......................2
STANDAR PELAYANAN NIFAS
Standar 13 Perawatan Bayi Baru Lahir........................................................5
Standar 14 Penanganan 2 Jam setelah Persalinan.......................................6
Standar 15 Pelayanan Ibu dan bayi pada masa Nifas..................................7
DAFTAR PUSTAKA
ii
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN 11-15
STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN
STANDAR 11 Penatalakasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.
Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian
perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan
retesio plasenta.
Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan
yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri,
menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala
tiga, da menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala
tiga.
Sebuah studi analisis telah dilakukan oleh Begley CM dkk melalui The
Cochrane Collaboration, sebuah sumber referensi ilmu kedokteran berbasis bukti
(evidence-based medicine) terpercaya. Begley dkk mereview lima buah penelitian
yang melibatkan 6486 ibu bersalin. Seluruh penelitian itu bertujuan
membandingkan antara manajemen aktif versus manajemen pasif pada kala III
persalinan .
Dari hasil review penelitian tersebut, disimpulkan bahwa Manajemen
Aktif Kala III terbukti efektif mengurangi risiko perdarahan dan menyelamatkan
lebih dari 1 liter darah selama proses persalinan.
1
Pada studi analisis lain, Cotter dkk, juga melalui The Cochrane
Collaboration, juga melakukan review terhadap 14 penelitian yang melibatkan
3000 ibu bersalin. Keempat belas penelitian tersebut bertujuan meneliti manfaat
pemberian oksitosin profilaksis pada kala III persalinan. Cotter dkk
menyimpulkan bahwa pemberian oksitosin profilaksis pada kala III persalinan
terbukti bermanfaat untuk mencegah perdarahan pasca persalinan dan dapat
menyelamatkan lebih dari 500 ml darah pada persalinan.
Dengan demikian, Manajemen Aktif Kala III, termasuk pemberian injeksi
oksitosin profilaksis pasca lahirnya bayi, telah terbukti secara ilmiah dapat
mencegah perdarahan pasca persalinan. Seluruh tenaga kesehatan penolong
persalinan (dokter, bidan) diharapkan dapat melaksanakan Manajemen Aktif Kala
III pada setiap asuhan persalinan normal dalam upaya percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu di Indonesia.
STANDAR 12 Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan
segera melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan,
diikiuti dengan penjahitan perineum.
Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan
melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin
meregangkan perineum. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia
neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua.
2
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penyembuhan luka episiotomi
menimbulkan ketidaknyamanan. Selain itu, luka yang dibuat ternyata cenderung
lebih luas dibanding jika robekan terjadi sendiri. Pada beberapa wanita, luka
episiotomi juga dapat menimbulkan nyeri saat berhubungan seksual, bahkan
selama berbulan-bulan setelah melahirkan.
Walaupun sudah tidak dianjurkan, bukan berarti teknik episiotomi tidak
boleh sama sekali. Pada keadaan tertentu, episiotomi tetap dilakukan. Misalnya
jika posisi bayi tidak normal, bayi harus dilahirkan secepatnya, atau jika
diperkirakan robekan yang terjadi akan sangat luas.
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan
terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini
tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang
dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan
perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini
merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka
episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi
dan kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi
derajat tiga dan empat.
e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
3
Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi. Tapi
ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan.
Antara lain indikasinya adalah :
a. Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi
indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena
jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk
enghindari factor resiko yang lainnya.
b. Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang
kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung
lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.
c. Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan
episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan
kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke
bawah
d. Persalinan dengan alat bantu atau sungsang
Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu
seperti forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu
mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga
memperkecil resiko terjadinya cideraakibat penggunaan alat bantu
tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang.
4
STANDAR PELAYANAN NIFAS
STANDAR 13 Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan Standar nya adalah Bidan memeriksa dan menilai bayi baru
lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga haru s mencegah atau menangani hipotermia.
Tujuan nya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu
dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan
dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk
dapat memulai pernafasan dengan baik.
Dari sebuah journal yang kelompok kami bahas mengenai perawatan bayi
baru lahir, adalah sebagai berikut :
Segera setelah bayi lahir, mulut harus lembut di swab untuk menghapus
setiap lendir, dan jika ada terlalu banyak, orophraynx harus dibersihkan dengan
extractor lendir. Menghisap dengan hisap kateter bayi menyebabkan faring dapat
mengatur refleks kardiovaskular, jadi hisap harus diterapkan dengan hati-hati dan
hanya bila diperlukan. Biasanya pada waktu ini bayi memberikan teriakan
pertama dan mengembang paru-parunya. Bahaya saat ini adalah hipotermia. Hal
ini terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah 36.50 C. saat lahir, penting untuk
menerima bayi dalam kain yang kering hangat untuk mencegah hipotermi. Tubuh
bayi adalah basah dan penguapan cairan pada penyebab kulit ditandai jatuh dalam
suhu tubuh (evaporasi). Maka bayi harus dikeringkan dengan kain hangat segera
5
pada saat lahir. kematian Neonatal pada bayi hipotermia cenderung dua kali yang
yang normothermic. Setelah pengeringan dengan hati-hati bayi harus segera
diberikan kepada ibu untuk dilakukan skin-to-skin contact. Dan pemberian ASI
harus diberikan se-segera mungkin, idealnya 1 jam setelah lahir, untuk penyediaan
kalori bagi bayi.
STANDAR 14 Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Pernyataan Standar nya adalah Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi
terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk
memulai pemberian ASI.
Tujuan nya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih
dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan
bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI
dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan
batin antara ibu dan bayinya.
Sesuai evidence based yang membahas mengenai promoting and
supporting breastfeeding yang kami bahas, yakni :
Segera setelah pengiriman, bayi sehat harus ditempatkan pada dada ibu
atau di atas perut ibu. Bayi dapat dikeringkan dengan di ruang perinatologi di VK
di samping tempat tidur untuk membantu mengurangi kehilangan panas akiba
evaporasi. tetapi pada titik ini, kulit-kulit kontak antara ibu dan bayi dapat
6
memfasilitasi menyusui. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa awal kontak
kulit-ke-kulit meningkatkan ikatan ibu-bayi. Lanjutan, bayi yang memiliki kontak
awal ibu telah ditemukan untuk menyusui lebih efektif di makan pertama dan,
dalam beberapa kasus, jika bayi ditinggalkan sendirian di dada ibu, telah dijelajahi
secara spontan untuk menemukan puting payudara untuk kemudian menyusu.
Selain itu, sebagai bidan berada dalam posisi ideal untuk mempromosikan
dan mendukung menyusui. American Academy of Family Physician (AAFP).
Menyusui dan bayi gizi. Susu manusia adalah bentuk optimal gizi untuk bayi.
Dengan masukan dari AAFP, selain itu bidan harus mempromosikan untuk aksi
menyusui, up-to-date, komprehensif review bukti manfaat medis dan ekonomi
menyusui untuk perempuan, anak-anak, keluarga dan negara.
STANDAR 15 Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Pernyataan Standar nya adalah Bidan memberikan pelayanan selama masa
nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu
keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Tujuan nya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42
hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
7
Promotting and supporting breastfeeding :
Sebagai bidan berada dalam posisi ideal untuk mempromosikan dan mendukung
menyusui. American Academy of Family Physician (AAFP). Menyusui dan bayi
gizi. Susu manusia adalah bentuk optimal gizi untuk bayi. Dengan masukan dari
AAFP, selain itu bidan harus mempromosikan untuk aksi menyusui, up-to-date,
komprehensif review bukti manfaat medis dan ekonomi menyusui untuk
perempuan, anak-anak, keluarga dan Negara.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Standar pelayanan kebidanan, Instrumen audit, Perubahan praktek
kebidanan, Penerbit IBI,Jakarta tahun 2000.
2. Saifuddin, 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : Rineka Cipta.
3. http://usph.wordpress.com/2007/08/26/evidence-based-medicine-
evidence-basedpublic-health-evidence-based-health-polic
4. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-
kebidanan-dalam.html#ixzz27EhkiB7C
9