Standar Audit Investigatif

7
Standar Audit Investigatif Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu, dalam pekerjaan audit, para auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut. Dengan standar ini pihak yang diaudit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak – pihak lain dapat mengukur kerja si auditor. K.H Spencer Picket dan Jennifer Picket merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rajuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar tersebut adalah : 1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted best practices) 2. Kumpulkan bukti – bukti dengan prinsip kehati – hatian (due care) sehingga bukti – bukti tadi dapat diterima di pengadilan 3. Pastikan seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks dan jejak audit tersedia 4. Pastikan bahwa para investigatormengerti hak – hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya 5. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum dan administratif maupun hukum pidana

description

Audit

Transcript of Standar Audit Investigatif

Page 1: Standar Audit Investigatif

Standar Audit Investigatif

Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu, dalam pekerjaan audit, para

auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut. Dengan standar ini pihak yang diaudit

(auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak – pihak lain dapat mengukur kerja si

auditor.

K.H Spencer Picket dan Jennifer Picket merumuskan beberapa standar untuk melakukan

investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rajuk adalah investigasi atas fraud yang

dilakukan oleh pegawai di perusahaan.

Standar tersebut adalah :

1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted best practices)

2. Kumpulkan bukti – bukti dengan prinsip kehati – hatian (due care) sehingga bukti – bukti

tadi dapat diterima di pengadilan

3. Pastikan seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks dan jejak

audit tersedia

4. Pastikan bahwa para investigatormengerti hak – hak asasi pegawai dan senantiasa

menghormatinya

5. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan, dan

pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum dan

administratif maupun hukum pidana

6. Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis ditinjau

dari segi waktu

7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan

pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontakdengan pihak ketiga ,

pengamanan mengenai hal – hal yang bersifat rahasia, ikut tata cara atau protokol,

dokumentasi dan penyelenggara catatan, melibatkan / dan atau melapor ke polisi,

kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

Standar – standar ini akan dijelaskan di bawah dengan konteks Indonesia :

Standar 1

Page 2: Standar Audit Investigatif

Seluruh investigasi harus dilandasi praktik – praktik terbaik yang diakui (accepted best practice).

Dalam istilah ini tersirat dua hal. Pertama, adanya upaya membandingkan antara praktik –

praktik yang ada dengan merujuk kepada yang terbaik pada saat itu. Upaya ini disebut

benchmarking. Kedua, upaya benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi

terbaik.

Standar 2

Kumpulkan bukti – bukti dengan prinsip kehati – hatian (due care) sehingga bukti – bukti tadi

dapat diterima di pengadilan.

Standar 3

Pastikn bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks dan jejak

audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada penyelidikan di

kemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar

Standar 4

Pastikan bahwa para investor mengerti hak – hak asasi pegawai dan senantiasa menghormati.

Kalau investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi pegawai yang bersangkutan

dapat menuntut perusahaan dan investigatornya.

Standar 5

Beban pembuktian ada pada perusahaan yang menduga pegawainya melakukan kecurangan, dan

pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum administrasi

maupun kasus pidana.

Standar 6

Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi

waktu. Dalam melakukan investigasi, kita menghadapi keterbatasan waktu. Dalam menghormati

asas praduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang harus dihormati.

Standar 7

Page 3: Standar Audit Investigatif

Liput seluruh kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan

barang bukti., wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal – hal yang

bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protocol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan,

keterlibatan polisi, kewajiban hokum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

Standar Akuntansi Forensik

Indepedensi : Akuntan forensik harus independen dalam melaksanakan tugas

Garis pertanggung jawaban :

1. Untuk kegiatan internal lembaganya, akuntansi forensik harus cukup independen dalam

melaksanakan tugasnya. Ia bertanggung langsung ke Dewan Komisaris kalau penugasan

diberikan oleh lembaganya, atau kepada penegak hokum dan/ atau regulator, jika

penugasannya datang dari luar lembaganya

2. Dalam hal akuntan forensik tersebut independen ia menyampaikan laporan kepada

seorang eksekutif senior yang kedudukannya lebih tinggi dari orang yang diduga

melakukan fraud, alternatifnya ialah akuntan forensik menyampaikan laporannya kepada

dewan komisaris

Objektivitas : Akuntan forensik harus objektif (tidak berpihak) dalam melaksanakan telaah

akuntansi forensiknya

Kemahirn professional : akuntansi forensic harus dilaksanakan dengan kemahiran dan kehati –

hatian professional

1. Sumber Daya Manusia

Semua sumber daya manusia yang menjalani akuntansi forensic harus mempunyai

kemahiran teknis, pendidikan, dan pengalaman yang memadai sesuai dengan tugas yang

diserahkan kepadanya

2. Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian dan Disiplin

Page 4: Standar Audit Investigatif

Akuntansi forensic harus memiliki atau menggunakan sumber daya manusia yang

memiliki pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan disiplin untuk melaksanakan tugasnya

dengan baik

3. Supervisi

Dalam hal lada lebih dari satu akuntan forensic dalam satu penugasan, salah seorang

diantara mereka berfungsi sebagai in-charge yang bertanggung jawab dalam

mengarahkan penugasan dan memastikan bahwa rencana kerja dilaksanakan sebagai

mana seharusnya dan dikomuntesaikan dengan baik

4. Kepatuhan terhadap Standar Prilaku

Akuntan forensic harus mematuhi standar prilaku professional terbaik yang diharapkan

dari akuntan, auditor, rekan dari profesi hokum baik tim pembela maupun jaksa umum

dan regulator

5. Hubungan Manusia

Akuntan forensic harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan sesame manusia

(interpersonal skills)

Kode Etik Akuntansi Forensik

Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan pemakai jasa

dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik berisi nilai – nilai luhur (virtues)

yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada integritas (sikap jujur

walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan (respect dan honour), dan

nilai – nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya (trust) dari pengguna stakeholder

lainnya.

Dalam contoh kasus, kode etik KPK dapat di pakai karena perumusannya sangat relevan untuk

mengatur prilaku akuntansi forensic .

Kode etik KPK :

1. Nilai – nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan dalam

bentuk sikap, tindakan, prilaku, dan ucapan pimpinan KPK

Page 5: Standar Audit Investigatif

2. Pimpinan KPK wajib menjaga kewenangan luar biasa yang dimilikinyademi martabat

KPK dan martabat pimpinan KPK dengan prilaku, tindakan, sikap, dan ucapan

sebagaimana dirumuskan dalam kode etik

3. Kode etik diterapkan tanpa toleransi sedikitpun atas penyimpangannya, dan mengandung

sanksi tegas bagi mereka yang melanggarnya

4. Perubahan atas kode etik pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera dilakukan

berdasarkan tanggapan dan masukan dari masyarakat dan ditetapkan oleh pimpinan KPK

Kualitas Akuntansi Forensik

1. Kreatif, kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis

yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak perlu

merupakan suatu situasi bisnis yang normal

2. Rasa ingin tahu, keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam

rangkaian peristiwa dan situasi

3. Tak menyerah, kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta (seolah –

olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit di peroleh

4. Akal sehat, kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata

5. Business sense, kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan,

dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicata

6. Percaya diri, kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga kita dapat

bertahan dibawah cross examination